TRADISI NIGOL DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKATADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG CUGAH KECAMATAN
BARADATU KABUPATEN WAY KANAN
(Skripsi)
Oleh
SURYA PRATIWI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
TRADISI NIGOL DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN DI
KAMPUNG CUGAH KECAMATAN BARADAT
KABUPATEN WAY KANAN
OLEH
SURYA PRATIWI
Masyarakat adat Lampung terbagi menjadi dua masyarakat adat yakni masyarakat adatLampung Pepadun dan Masyarakat adat Lampung Saibatin. Dalam proses perkawinanterdapat perbedaaan antara mayarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat LampungSaibatin. Pada perkawinan masyarakat adat Lampung Pepadun terdapat sebuah rangkaianacara unik yakni tradisi nigol. Tradisi nigol terdapat pada acara sujud atau mengian manjau,serta pada acara begawi atau cakak pepadun.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakahproses nigol dalam perkawinan masyarakat adat lampung pepadun di Kampung CugahKecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptifdengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
Pembahasan dalam penelitian ini meliputi rangkaian proses nigol pada upacara perkawinanmasyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu KabupatenWay Kanan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses nigol dalam perkawinanmasyarakat adat lampung pepadun terbagi menjadi tiga tahapan, yakni tahap persiapandimana para penigol akan mempersiapkan segala perlengkapan. Tahapan kedua yaknipelaksanaan dimana para penigol akan melaksanakan tarian tigol dan yang terakhir adalahtahapan penutupan dimana para penigol akan menyelesaikan segala proses rangkaian acaratradisi nigol.
TRADISI NIGOL DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT
ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG CUGAH KECAMATAN
BARADATU KABUPATEN WAY KANAN
Oleh
SURYA PRATIWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Surya Pratiwi, dilahirkan di Depok pada
tanggal 4 Mei 1993. Penulis merupakan anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan Bapak Surahman dan Ibu Ida
Rohani.
Pendidikan yang sudah ditempuh penulis adalah bersekolah di SD Negeri Cugah
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 1999 dan selesai pada
tahun 2005, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan dan
selesai pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMK Negeri 1 Baradatu
Kabupaten Way Kanan dan selesai pada tahun 2011.
Sejak tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur SNMPTN.
Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Jakarta. Pada tahun 2014. Penulis melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Kejadian dan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) SMA Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung Barat.
PERSEMBAHAN
Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan
karuniaNya yang tak terhingga di dalam hidupku. Dengan rasa bngga dan
kerendahahn hati, kuperssembahkan skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku Apak Surahman dan Mama Ida Rohani yang telah
membesarkan, mendidik dan mendoakanku dengan kasih saying yang
tulus sehingga memberikan semangat dalam meraih cita – cita.
Pengorbanan Apak dan Mama yang tak dapat kuhapus sampai akhir
hayatku. Semoga aku dapat sesegera mungkin mewujudkan keinginan
kalian berdua. Aamiin
2. Kepada kedua adikku M. Yahya Pratama dan Chiling Ayla Rusyanofa
tersayang yang telah mendorong serta memberi motivasi kepadaku. I love
you, my little devils
3. Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajariku
banyak hal tentang ilmu pengetahuan.
4. Almamater tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakan pedangnya kepundak lawan,tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia
marah
(Sydney J. Harris)
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus dipukul ombak. Iatidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan amarah ombak dan
gelombang itu
(Marcus Aurelius)
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Proses Nigol dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Lampung
Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan”
pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.S, Wakil Dekan II Bidang Kuangan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs.Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.
7. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasehat
dalam proses kuliah dan proses menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Drs. Maskun, M.H., Pembimbing II sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
bimbingan, kritik, saran, dan nasehat dalam proses kuliah dan proses
menyelesaikan skripsi.
9. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum., dosen pada Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Penguji Utama
dalam ujian skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
bimbingan, kritik, saran, dan nasehat dalam proses kuliah dan proses
menyelesaikan skripsi.
10. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
11. Kepala Kampung Cugah beserta Tokoh Adat yang telah membantu
peneliti selama penelitian di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan.
12. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Sejarah Angkatan 2011.
13. Kakak dan adik tingkat pendidikan Sejarahyang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. terima
kasih atas bantuannya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih dari kesempurnaan akan
tetapi penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Bandar Lampung, 2017Penulis,
Surya Pratiwi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Strukturisasi Pemerintahan Kampung Cugah
Tabel 2. Jumlah penduduk Kampung Cugah berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3. KeadaanpendudukKampungCugahberdasarkanmata pencaharian
Tabel 4. Fasilitas Pendidikan di Kampung Cugah
Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Sistem Kepercayaan
Tabel 6. Tabel Persiapan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun
Tabel 7. Proses Pelaksanaan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun
Tabel 8. Proses penutupan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun
Tabel 9. Proses persiapan Nigol pada acara Mengian manjau atau Sujud
Tabel 10. Proses pelaksanaan Nigol acara Mengian manjau atau Sujud
Tabel 11. Proses penutupan Nigol pada acara Mengian manjau atau Sujud
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI.............................................................................................................. iDAFTAR TABEL .....................................................................................................ivDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................................11.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................41.3 Pembatasan Masalah....................................................................................41.4 Rumusan Masalah........................................................................................51.5 Tujuan Penelitian .........................................................................................51.6 Kegunaan .....................................................................................................51.7 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................6
BAB IITINJAUANPUSTAKA
2.1 TinjauanPustaka...........................................................................................72.1.1 Konep Tradisi ................................................................................72.1.2 Konsep Nigol ................................................................................. 82.1.3 Konsep Upacara Perkawinan ......................................................... 102.1.4 Konsep Masyarakat Pepadun........................................................ 112.1.5 Konsep Kebudayaan ...................................................................... 14
2.2 KerangkaPikir .............................................................................................. 152.3 Pradigma ...................................................................................................... 16
BAB III METODEPENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................173.2 Lokasi Penelitian..........................................................................................183.3 Variable Oprasional dan Definisi Oprasional Variabel ...............................19
3.3.1 Variabel Penelitian ........................................................................193.3.2 Definisi Oprasional Variabel .........................................................19
3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................203.4.1 TeknikObservasi ............................................................................203.4.2 Teknik Dokumentasi......................................................................213.4.3 TeknikWawancara .........................................................................22
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................... 223.5.1 Reduksi Data...................................................................................233.5.2 Penyajian Data......... ...................................................................... 233.5.3 Pengambilan danVerifikasi Data ................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPenelitian ............................................................................................. 244.1.1 Deskripsi Kabupaten Way Kanan ............................................... 244.1.2 Sejarah Singkat KampungCugah ................................................ 254.1.3 Letakdan Batas KampungCugah................................................. 274.1.4 Luas Wilayah KampungCugah ................................................... 274.1.5 KeadaanPendudukKampungCugah............................................. 28
4.1.5.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah ........................... 284.1.5.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.......... 284.1.5.3 Keadaan Sosial Budaya Masyarakat .................................. 294.1.5.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan..................... 304.1.5.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Sistem Kepercayaan...... 314.1.5.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Sistem Kekerabatan ...... 32
4.1.6 PerkawinanAdatMasyarakat Lampung Pepadun ........................ 324.1.7 Tradisi Nigol dalam Upacara PerkawinanAdat Masyarakat
Pepadun diKampungCugahpadaAcaraBegawiatauCakakPepadun............... 34
4.1.7.1 PengertianNigol ................................................................. 344.1.7.2 TujuanPelaksanaanNigol ................................................... 344.1.7.3 Pihak yang terlibatdalamNigol .......................................... 354.1.7.4 Pakaian yang dipakaidalamNigol ...................................... 364.1.7.5 Macam – macamNigol ....................................................... 364.1.7.6 WaktupelaksanaanNigol .................................................... 37
4.1.8 Tradisi Nigol dalam Upacara Perkawinan Adat MasyarakatPepadun di Kampung Cugah pada Sujud atau Mengian Manjau.....37
4.1.8.1 Pengertian Nigol ................................................................374.1.8.2 Tujuan Pelaksanaan Nigol .................................................374.1.8.3 Pihak yang terlibat dalam Nigol ........................................384.1.8.4 Pakaian yang dipakai dalam Nigol ....................................384.1.8.5 Waktu pelaksanaan Nigol ..................................................38
4.2.1 Persiapan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun .......... 394.2.2 Pelaksanaan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun ...... 424.2.3 Penutupan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun......... 464.2.4 Persiapan Nigol pada acara Mengian Manjau atau Sujud........... 464.2.5 Pelaksanaan Nigol pada acara Mengian Manjau atau Sujud ...... 484.2.6 PenutupanNigolpadaacaraMengianManjauatauSujud ................ 50
4.3 Pembahasan.......................................................................................................... 52
4.2 Deskripsi Data ..................................................................................................... 39
4.3.1 Persiapan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun .......... 524.3.2 Pelaksanaan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun ...... 534.3.3 Penutupan Nigol pada acara Begawi atau Cakak Pepadun......... 554.3.4 Persiapan Nigol pada acara Mengian Manjau atau Sujud........... 564.3.5 Pelaksanaan Nigol pada acara Mengian Manjau atau Sujud ...... 564.3.6 Penutupan Nigol pada acara Mengian Manjau atau Sujud ......... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan .................................................................................................585.2 Saran ...........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lampung adalah satu provinsi yang terletak diujung selatan dari pulau
Sumatera. Provinsi Lampung memiliki 13 kabupaten dan 2 kotamadya
yakni, Kotamadya Bandar Lampung, Kotamadya Metro, Kabupaten
Lampung Timur, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tulang
Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Pesisir Barat,
Kabupaten Pesawaran serta Kabupaten Tanggamus. Masyarakat yang
tinggal di Provinsi Lampung terbagi menjadi dua, yakni masyarakat asli
yang lebih dikenal dengan sebutan ulun Lampung dan masyarakat
pendatang. Ulun Lampungdibagi menjadi dua masyarakat atau ruwa jurai,
yakni jurai Pepadun dan jurai Saibatin.
“Orang Lampungjurai Pepadun pada umumnya bermukimdisepanjang aliran sungai yang bermuara ke laut Jawa dan orangLampungjurai Saibatinbermukim di pesisir pantai dan sepanjangaliran sungai yang bermuara ke samudra Indonesia dan dalambertutur, orang Saibatin berdialek A sedangkan orangPepadunmenggunakan dialek O, akan tetapi tidak semua orangPepadun berdialek O”(Hadikusuma 1989 : 118)
LampungPepadun dan LampungSaibatin menempati wilayah yang sama,
akan tetapi memiliki tradisi serta kebudayaan yang berbeda.
2
“Suku Lampung terbagi atas dua golongan besa yaitu LampungJurai Saibatin dan Lampung Jurai Pepadun. Dapat dikatakan JuraiSaibatin dikarenakan orang yang tetap menjaga kemurnian darahdalam kepunyimbangannya. Sedangkan ciri orang orang LampungJurai Pepadun yaitu masyarakatnya menggunakan dialek bahasa“Nyo” atau berlogat “O” dan sebagian besar masyarakatnyamenggunakan dialek bahasa “Api” atau berlogat “A” dan jugaorang LampungPepadun merupakan suatu kelompok masyarakatyang ditandai dengan upacara adat naik tahta dengan menggunakanadat upacara yang disebut “Pepadun”.(Iskandar Syah, 2005 : 2)
Kebudayaan – kebudayaan masyarakat Lampung baik Saibatin maupun
Pepadun yang sudah ada sejak jaman dahulu memiliki nilai – nilai yang
sangat dihormati bagi para penerusnya. Hal ini membuat kebudayaan –
kebudayaan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
“Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semuabangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isipokok dari tiap kebudayaan di dunia yaitu bahasa, sistempengetahuan, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup danteknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dankesenian”(Koentjaraningrat, 2012 : 202)
Sistem kemasyarakatan terdiri atas sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum dan sistem perkawinan. Sistem perkawinan disetiap daerah
memiliki perbedaan, hal ini dapat dilihat dari tatacara serta tahapan proses
perkawinan tersebut. Perkawinan itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk
ikatan dua orang individu antara pria dan wanita yang melibatkan orang
tua, keluarga besar, institusi, agama serta negara. Perkawinan dalam
masyarakat LampungPepadun sangat dijunjung tinggi nilai martabatnya,
hal ini disebabkan masyarakat LampungPepadun berpendapat bahwa lebih
baik mati daripada harus bercerai. Hal ini membuat masyarakatnya sanagat
3
berhati – hati dalam memilih pasangan baik secara individu maupun bagi
anggota keluarga lainnya sehingga dalam upacara perkawinan kadang
terlihat sangat berlebih tapi tak jarang yang hanya biasa saja. Masyarakat
LampungPepadun mengenal dua cara perkawinan adat yakni Intar Terang
(Rasan Tuha) dan Sebambangan (Larian).
Intar Terang (Rasan Tuha) adalah perkawian dengan cara lamaran dan
memakai jujur, yang ditandai dengan pemberian sejumlah uang kepada
pihak perempuan. Uang tersebut digunakan untuk menyiapkan alat – alat
kebutuhan rumah tangga yakni pesakin mengan dan pesakin pedom
sebagai sansan. Sansan akan diserahkan kepada mempelai laki – laki pada
saat upacara perkawinan berlangsung. Berbeda halnya dengan
sebambangan (larian), yaitu perkawinan dengan cara melarikan gadis
yang akan dinikahi oleh bujang dengan persetujuan si gadis, untuk
menghindari diri dari hal – hal yang dianggap dapat menghambat seperti
persyaratan adat yang memakan biaya cukup banyak.
Dalam proses perkawinan masyarakat adat LampungPepadun terdapat
sebuah tradisi yang telah ada sejak dulu yaitu tradisi nigol yang
dilaksanakan pada acara begawi cakak pepadun dan manjau mengian atau
sujud. Nigol adalah rangkaian tarian yang dilaksanakan pada suatu
kegiatan pada masyarakat adat LampungPepadun, baik pada acara begawi
cakak pepadun maupun pada acara manjau mengiyan yang disebut juga
dengan acara sujut mengiyan (hasil wawancara dengan Bapak Muhammad
4
Ali Gelar Sutan Tjap Kuning 12 Februari). Para penari tigol adalah laki –
laki yang terdiri atas empat atau enam orang yang menggunakan pakaian
wajib dalam pelaksanaannya, yakni kepiah halom (peci hitam) dan sampor
(kain yang dipakai sebatas lutut). Acara ini merupakan tanda awal
pertemuan antara dua belah keluarga yang akan menikahkan anak meraka.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikembangkan diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap prosesnigol pada
acara manjau mengian pada perkawinan adat Pepadun di Kampung
Cugah, Way Kanan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat
diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah tradisi nigoladalah sebagai
berikut:
1. Proses nigoldalam upacara perkawinan masyarakat adat Lampung
pepadun di Kampung Cugah, Way Kanan
2. Makna nigolpada upacara perkawinan masyrakat adat Lampung
Pepadun di Kampung Cugah, Way Kanan
3. Persepsi masyarakat mengenai prosesi nigoldalam upacara perkawinan
masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah, Way Kanan
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada pada proses nigoldalam upacara perkawinan masyarakat adat
5
Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamtan Baradatu Kabupaten
Way Kanan sehingga dapat memfokuskan pada pokok kajian yang sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan menjadi bagaimanakah proses nigolpada upacara perkawinan
masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses
nigoldalam perkawinan masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kampung
Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan
1.6 Kegunaan
Setiap penelitian diharapkan memeberikan kegunaan kepada pihak – pihak
yang membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis adalah bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka
pembangunan kebudayaan Lampung terutama proses nigol dalam
upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun di Kampung
Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan
2. Secara praktis dapat dijadikan sebagai bahan informasi kepada peminat
kebudayaan yang ingin mengetahui proses nigoldalam perkawinan
6
masyarakat adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan.
1.7 Ruang Lingkup
Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu penulis
berikan batasan ruang lingkup yang mempermudah pembaca memahami
isi penelitian ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah :
a. Subjek Penelitian : Masyarakat Lampung di Kampung Cugah
b. Obyek Penelitian : Proses nigol dalam upacara perkawinan
masyarakat
Lampung Pepadun di Kampung Cugah
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan
c. Tempat Penelitian : Baradatu Kabupaten Way Kanan
d. Waktu Penelitian : 2016
e. Konsentrasi Ilmu : Antropologi Budaya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini yaitu untuk menyeleksi masalah –
masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Adapun tinjauan pustaka
dalam penelitian ini adalah :
2.1.1 Konsep Tradisi
Pada masyarakat adat Lampung masih terdapat banyak tradisi yang masih
dilakukan dengan baik maupun yang telah. Tradisi nigol, tradisi manjau,
tradisi betuntuk, tradisi sebambangan. tradisi tolak bala dan masih banyak
tradisi yang lainnya yang tidak dapat disebutkan. Tradisi adalah adat
kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan
pada masyarakat yang ada (J.S, Badudu. 2003;349).
Sedangkan menurut Budiono Herusatoto, dalam kehidupan setiap bangsa
di dunia dan di dalam lingkup kebudayaannya masing – masing, tiap – tiap
bangsa memiliki kebiasaan hidup (adat istiadat) yang merupakan aturan
tata hidupnya. Kebiasaan yang telah berpuluh – puluh tahun dianut oleh
oleh suatu kelompok masyarakat itu dikenal sebagai tradisi (Budiono
Herusatoto, 2012:1)
Berdasarkan pendapat diatas maka yang dimaksud dengan tradisi adalah
suau kebiasaan yang telah dilakukan oleh suau masyarakat dari dulu
hingga sekarang yang merupakan warisan generasi terdahulu mereka.
8
2.1.2 Konsep Nigol
Nigoladalahrangkaiantarian yang ditarikanolehpenyimbangdalm proses
pelantikanatauperesmianpenyimbangbaruapabiladalamacarabegawiataucak
akpepadun. Nigoljugaberartitarianynagmengandungunsursilat yang
ilakukanpadaacarasujudataumengianmanjau.Tarianinihanyadilakukanoleh
paralaki – laki.
Nigoladalah sebuahtradisi rangkaian kegiatan yang berupa tarian yang
ditarikan pada upacara adat begawi cakak pepadun dan acara manjau
mengiyan atau sujud (hasil wawancara dengan Bapak Burhanudin Gelar
Sutan Sepulau Raya, 11 Februari 2016). Nigol adalah satu proses tarian
atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh empat atau enam orang
laki – laki yang ditunjuk dan mampu untuk melakukan kegiatan nigol dan
memenuhi persyaratan serta pakaian yang lengkap sesuai dengan adat
yang berlaku untuk melaksanakan nigol (hasil wawancara dengan Bapak
Hasan Gelar Raja Sampurna Jaya, 11 Februari 2016).
Nigoljuga disebutkan sebagai rangkaian tarian yang dilaksanakan pada
suatu kegiatan pada masyarakat adat Lampung Pepadun, baik pada acara
begawi cakak pepadun maupun pada acara manjau mengiyan atau sujud
mengiyan (hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Ali Gelar Sutan
Tjap Kuning, 12 Februari 2016). Penjelasan berikutnya tentang nigol ,
nigol adalah rangkaian tarian dengan pencak silat yang dilakukan pada
saat akan dilaksanakannya acara begawi cakak pepadun atau manjau
9
mengiyan atau sujud. Pasangan nigol terdiri dari kedua belah pihak, baik
dari keluarga mempelai laki – laki maupun pihak keluarga keluarga dari
mempelai perempuan dimana acara nigol sebagai acara awal akan
dimulainya pertemuan kedua keluarga (hasil wawancara dengan Bapak
Mustofa Gelar Sutan Pemuka Adat, 12 Februari 2016). Tradisi nigol
merupakan salah satu rangkaian acara pada acara begawi atau cakak
pepadun yang berlangsung pada saat upacara perkawinan masyarakat adat
lampung pepadun di Kampung Cugah. Tradisi ini merupakan tradisi yang
diwariskan oleh nenek moyang dan masih dilaksanakan sampai sekarang
yang akan berlangsung secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.Kata nigol berasal dari kata tigol yang merupakan sebuah
tarian dalam acara begawi atau cakak pepadun. Nigol akan dilaksanakan
oleh para laki - laki yang dianggap siap dan mampu dalam melaksanakan
tarian tigol tersebut. Para laki -laki itu dipanggil dengan sebutan
penyimbang dan nigol merupakan tanda peresmian gelar penyimbang
baru.Padaacaramengianmanjauatausujudnigol adalah tarian silat yang
dilakukan sebagai pembuka jalan bagi raja – raja atau rombongan
mempelai laki - laki yang akan menuju kerumah mempelai wanita.
Menurut Z. Fuad Basri gelar Pangiran Ratu Pak Sumbai, Nigol mengian
manjau adalah sebuah tarian silat yang diiaksanakan pada saat mengian
manjau atau sujud sebagai tanda keseriusan dari mempelai laki - laki untuk
meminang mempelai perempua. Hal ini dapat dilihat dari mempelai laki –
lakiakan mengirim utusan untuk berjuang matian - matian dalam
mendapatkan kekasihnya tersebut. Pakaian yang digunakan dalam proses
10
pelaksanaan nigol mengian manjau atau sujud adalah pakaian serba hitam
yakni teluk belango. Juga menggunakan pedang, kepiah halom dan
sampor. Tetapi untuk penari bukan penigol hanya menggunakan teluk
belango, sampor, dan kepiah halom tanpa menggunakan pedang
Berdasarkan penjelasan diatas maka nigol adalah suatu rangkaian acara
yang biasanya dilakukan pada masyarakat adat Lampung Pepadun,
khususnya adat Lampung Pepadun yang tinggal dan menetap di wilayah
Baradatu Kabupaten Way Kanan. Nigol akan dilaksanakan apabila ada
kegiatan adat seperti begawi cakak pepadun atau manjau mengiyansujud.
2.1.3 Konsep Upacara Perkawinan
Undang – undang No. 1 tahun 1974 menjelaskan pengertian upacara
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga.
Ariyono berpendapat bahwa “Perkawinan adalah suatu hubungan antara
pria dan wanita yang sudah saling dewasa dan saling mengadakan ikatan
hukum adat atau agama dengan maksud bahwa mereka saling memelihara
hubungan tersebut agar berlangsung dalam waktu lama” (Ariyono Suyono,
1985:315)
Sedangkan Aisyah Dahlan perkawinan adalah antara calon suami istri
untuk hidup bersama sebagai pertalian yang suci antara pria dan wanita
dengan tujuan menyelenggarakan hidup yang akrab guna mendapatkan
keturunan yang sah dan membina rumah tangga yang bahagia(Aisyah
Dahlan, 1979:56).
11
Dalam masyarakat adat Lampung Pepadun, perkawinan adalah suatu hal
yang sakral yang bukan hanya menyatukan dua orang saja melainkan dua
buah keluarga besar. Perkawinan pada masyarakat Lampung Pepadun
terdapat prosesi begawi cakak pepadun yaitu sebuah upacara adat
pengambilan gelar tetapi karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan
pada acara begawi cakak pepadun maka kegiatan tersebut tidak
berlangsung pada upacara perkawinan lagi melainkan dilakukan bila orang
tersebut mampu dan mau
2.1.4 Konsep Masyrakat Pepadun
Masyarakat adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama
karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain
menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling tolong menolong (Soerjono Soekanto, 1982 :
104).
J.L Gillin dan J.P Gillin dalam buku Sosiologi Skematika, Teori dan
Terapan yang di terjemahkan oleh Abdul Sani, berpendapat bahwa
masyarakat merupakan kelompok terbesar dan mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama (Abdul Sani, 2002:32)
Masyarakat Lampung dibedakan menjadi dua golongan adat yakni Adat
Lampung Saibatin dan Adat Lampung Pepadun. Adat Lampung Pepadun
dipakai oleh masyarakat yang tinggal diwilayah yang menyebar di provinsi
Lampung salah satunya Kabupaten Way Kanan. Masyarakat adat
Lampung Pepadun mengenal adanya hukum adat yang dilandaskan pada
12
bagian adat Lampung Abung yang berisi beragam peraturan yang harus
ditaati oleh pemimpin dan masyarakatnya. Adat Lampung Pepadun yang
sudah ada sejak zaman kesultanan Banten pada mulanya terdiri dari 12
kebuaian yakni Abung Siwo Mego dan Pubian Telu Suku. Seiring
berjalannya waktu kemudian ditambah 12 kebuaian lain yaitu Mego Pak
Tulang Bawang, Buay Lima Way Kanan dan Sungkai Bunga mayang (3
buay) sehingga menjadi 24 buay atau keturunan yang terdiri atas :
1. Abung Siwo Mego dibagi atas: Mego Unyai, Mego Unyi, Mego Subing,
Mego Uban, Mego Anak Tuha, Mego Kunang, Mego Beliyuk, Mego
Selagai dan MegoNyerupa. Masyarakat Abung mendiami wilayah adat
Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Meringgai, Jabung
Gunung Sugih dan Terbanggi.
2. Mego Pak TulangBawang dibagi atas: Mego Puyang Umpu, Mego
Puyang Bulan, Mego Puyang Aji dan Mego Puyang Tegamoan yang
mendiami wilayah adat Menggala, Mesuji, Panaragan dan Wiralaga.
3. Pubian Telu Suku yang terdiri atas: Minak Patih Tuha atau Suku
Masyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupu, serta Minak
Handak Hulu atau suku Bukujadi. Masyarakat Pubian Telu Suku ini
mendiami wilayah adat Tanjung Karang, Balau, Bukujadi, Tegineneng,
Padang Ratu, Gedungtataan dan Pugung.
4. Way Kanan Buay Lima yang dibagi atas masyarakat: Buay Semenguk
menetap di Blambangan Umpu, BuayBaradatu menetap di Baradatu,
BuayPemukaPangeran Ilir menetap diwilyah Pakuon Ratu, Buay
13
Bahuga menetap diwilayah MesirIlir dan Buay Barasakti yang
menetap di wilayah Barasakti.
5. Sungkay Bunga Mayang yaitu terdiri dari Semenguk, Harayap, Liwa
Selembasi, Indor Gajah, Perja dan Debintang. Wilayah adat
masyarakat Sungkay Bunga Mayang adalah Sungkay, Bunga Mayang,
Ketapang adan Negara Ratu.
Pada adat Lampung Pepadun siapapun bisa menjadi penyimbang yaitu
pemimpin adat, asalkan orang tersebut telah menyelenggarakan upacara
adat begawi atau cakakpepadun. Gelar penyimbang dalam adat pepadun
sangat dihormati karena orang yang memiliki gelar tersebut merupakan
penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinannya
yang didapat oleh penyimbang akan diteruskan oleh anak laki – laki tertua
begitupun seterusnya nanti, hal ini dikarenkan pada masyarakat pepadun
menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti garis keturunan
ayah. Dalam masyarakat adat Lampung Pepadun juga terdapat dua dialek
yakni masyarakat adat Lampung Pepadun berdialek “A” (Api) dan
masyarakat Lampung Pepadun berdialek “O” (Nyow).
Masyarakat adalah suatu sistem dari suatu kebiasan dan tata cara dari
wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan
dari pengawsan tingkah laku serta kebebasan – kebebasan manusia
(Soerjono Soekanto, 1990:24)
14
Jadi dapat diartikan bahwa masyarakat adat Lampung Pepadun adalah
orang yang menempati wilayah dengan adat yang dimiliki dan dipakai
yakni adat Lampung Pepadun.
2.1.5 Konsep Kebudayaan
Secara etimologis kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta yaitu
“budhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Dengan demikian budaya dapat diartikan hal – hal yang bersangkutan
dengan akal (Koentjaraningrat, 2009:146)
Menerut Selo Soermardjan dan Solaeman Soemardi dalam buku berjudul
Sosiologi Suatu Pengantar Karangan Soerjono Soekanto, “Kebudayaan
adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya tersebut akan
menghasilkan teknologi, kebudayaan atau benda yang digunakan oleh
masyarakat itu sendiri untuk memenuhi kehidupannya” (Soekanto,
2012:151)
Sedangkan menurut Ariyono Suyono kebudayaan adalah keseluruhan hasil
daya budhi cipta , karya dan karsa manusia yang dipergunakan untuk
memahami lingkunagn serta pengalamannya agar menjadi pedoman bagi
tingkah lakunya, sesuai dengan unsur – unsur universal didalamnya (I
Gede AB. Wiranata, 2002:95).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
adalah semua bentuk cipta, rasa dan karsa manusia yang menjadi pedoman
bagi tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
15
2.2 Kerangka Pikir
Masyarakat Lampung memiliki banyak ragam budaya yang diwariskan
sejak zaman dahulu oleh nenek moyang mereka. Kebudayaan tersebut
masih dapat terlihat dari hal – hal yang sederhana. Salah satu kebudayaan
yang masih melekat pada masyarakat Lampung terdapat pada proses
perkawinan. Dalam perkawinan masyarakat adat Lampung Pepadun ada
sebuah tradisi yaitu nigol.
Setelah melakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep
yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir dalam penelitian
ini akan membahas tentang persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian dari
kegiatan nigoldalam upacara manjau mengianatausujud.
16
2.3 Paradigma
Keterangan :
Garis Kegiatan
Garis Tujuan
Perkawinan Adat Pepadun
Proses Nigol
Kegiatan I
(Persiapan Nigol)
Kegiatan II
(Pelaksanaan Nigol)
Kegiatan III
(Penyelesaian Nigol)
III.METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan
misalnya untukmenguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat
tertentu (Surachmad, 1978:121)
Sedangkan menurut Husin Sayuti, metode adalah cara kerja untuk dapat mamahami
obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989:32)
Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu yang
diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu
penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Herdiansyah , 2010:17)
Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Deskriptif adalah salah satu
model dalam penelitian kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menempuh langkah –
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisis pengolahan data membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif (Muhammad Ali,
1985:120)
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1993:31), metode deskriptif adalah suatu usaha
untuk mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya
sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian
18
ditekankan untuk memberikan gambar secara objektif tentang keadaan sebenarnya
dari objek yang diselidiki.
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
metode deskriptif adalah metode yang dibuat sebagai alat pemecah masalah dengan
cara mengumpulkan data, klasifikasi data dan analisis pengolahan data sehingga
memberikan gambaran nyata terhadap suatu objek yang diteliti, dalam penelitian ini
maka metode deskriptif akan digunakan untuk mengungkapkan proses nigol pada
perkawinan masyarakat adat lampung pepadun. Pendukungnya adalah data – data
yang diperoleh di lapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten
Way Kanan. Lokasi ini dipilih berdasarkan Teknik Purposive Sampling yaitu
dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Sampel adalah salah satu cara pembatasan atau penyempitan wilayah yang akan
digarap (Suwardi Endaswara, 2006:15)
Penelitian yang dilakukan di Kampung Cugah ini sengaja dipilih karena masyarakat
adat Lampung Pepadun merupakan penduduk asli dan menjadi mayoritas di Kampung
Cugah. Dengan begitu peneliti akan lebih mudah melakukan penelitian yang berkaitan
dengan tata cara adat istiadat masyarakat adat Lampung Pepadun.
19
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai gejala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan.
Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor – faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata 2012:25)
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto variabel penelitian adalah suatu konsep yang
dapat mewujud ke dalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (hitungan atau
ukuran) (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005:47)
Dengan demikian variabel penelitian adalah suatu yang menjadikan obyek dalam
penelitian yang bervariasi baik faktor – faktor yang berperan maupun gejala yang
akan diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah proses nigol pada acara perkawinan
adat Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan.
3.3.2 Definisi Oprasional Variabel
Definisi oprasional variabel menurut Suryabrata adalah definisi yang diambil
berdasarkan sifat – sifat atau hal yang didefinisikan. (Suryabrata, 1983:83)
Menurut Masri Singarimbun, definisi oprasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,
definisi oprasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun, 1991:46)
Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa definisi oprasional
variabel adalah suatu definisi yang lebih menspesifikasikan kegiatan sehingga lebih
20
mudah diteliti. Adapun definisi oprasional dalam penelitian ini adalah rangkaian
proses nigolyakni:
1. Persiapan nigol
2. Pelaksanaan nigol
3. Penyelesaian nigol
Pada upacara perkawinan masyarakat adat Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka digunakanlah
teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
3.4.1 Teknik Observasi
Menurut Kusmayadi, observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan
jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung
(Kusmayadi, 2000:84)
Menurut Suwardi Endraswara, observasi adalah suatu penelitian secara sistematis
dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada
saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam. (Suwardi Endraswara,
2006:133)
Sedangkan menurut Nasution, teknik observasi adalah teknik pengumpalan data
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti atau
daerah lokasi atau daerah lokasi yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian
ini sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan(Nasution, 1996:107).
21
Dari penjelasan diatas maka teknik observasi adalah tahapan yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam terhadap obyek masalah yang diteliti yakni
proses nigoldalam upacara penikahan adat Pepadun di Baradatu Kabupaten Way
Kanan.
3.4.2 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka analisa
masalah yang sedang diteliti. Menurut Hadari Nawawi (1993:133), teknik
dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama
berupa arsip – arsip dan termasuk juga buku – buku tentang pendapat, teori, dalil /
hukum – hukum dan lain – lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi dokumentasi adalah yang menghasilkan
catatan – catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sehingga
akan diperoleh data yang lengkap (Basrowi dan Suwandi, 2008:158). Data yang
dihalkan nantinya berupa dokumen tertulis maupun bentuk gambar, foto, catatan,
buku dan lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan masalah yang akan diteliti.
3.4.2 Teknik Wawancara
Wawancara adalah metode interview, mencakup cara yang dipergunakan seseorang
untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan kkarangan atau pendirian
secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap – cakap berhadapan
(Koentjaraningrat, 1973:162)
Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur
dan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan terhadap informan.
22
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menyiapkan
pertanyaan dalam bentuk daftar – daftar pertanyaan.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan diawal
penelitian karena pada saat wawancara dilakukan terkadang informan
memberikan keterangan yang tidak terduga dan hal itu bisa menambah
informasi terkait yang akan diteliti
c. Syarat – syarat informan
Untuk menjadi informan, maka peneliti menetapkan beberapa kriteria yaitu:
1. Informan merupakan seorang tokoh adat
2. Informan memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah yang diteliti
3. Informan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah yang diteliti
4. Informan memiliki waktu yang cukup serta sehat jasmani dan rohani
3.5 Teknik Analisis Data
“Analisis data merupakan tahap dalam sebuah penelitian yang memiliki fungsi sangat
penting. Hasil penelitian harus melalui proses analisis data terlebih dahulu. Agar
dapat dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya” (Herdiansyah, 2010:158)
Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga
tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisi data dilakukan secara
bersamaan selama penelitian (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005:172). Sedangkan
menurut Miles dan Huberman, tahapan – tahapan dalam proses analisis kualitatif,
meliputi :
23
3.5.1 Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan kemudian akan dituangkan dalam bentuk laporan
lengkap dan terperinci. Proses pemilihan, pemusatan, perhatihaan, pengabstrakan dan
transpormasi data dari lapangan. Fungsi dari reduksi data ini adalah mengarahkan,
menajamkan, menggolongkan, mengorganisir serta membuang yang tidak perlu
sehingga kesimpulannya bisa ditarik dan diverifikasi.
3.5.2 Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan data ke dalam sebuah matrik, grafik dan bagan
yang diinginkan. Penyajian ini digunakan untuk melihat gambaran sebagian atau
keluruhan dari sebuah penelitian.
3.5.3 Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah data direduksi, kemudian data tersebut dimasukkan dalam bagan, matrik dan
grafik maka tindak lanjut peneliti adalh mencari konfigurasi yang mungkin
menjelaskan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji
selama penelitian berlangsung.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses nigol pada
perkawinan masyarakat adat lampung pepadun di Kampung Cugah Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kananadalah sebagai berikut:
1. Persiapan dalam pelaksanaan nigol begawi atau cakak pepadun adalah
pepadun, para para penglaku adat yang menggunakan sampor, kepiah halom
serta pakaian hitam bagi penyimbang lunik atau penyimbang tiuh dan pakaian
serba putih untuk penyimbang balak atau penyimbang marga. Mereka juga
membutuhkan sebuah kulintang yang dipakai sebagai tanda peresmian gelar
penyimbang baru. Pacakh aji sebagai tempat duduk yang digunakan apabila
yang akan dilakukan pengambilan gelar tersebut adalah anak seorang
penyimbang marga.
2. Pelakasanaan nigol begawi atau cakak pepadun akan diawali dengan
berkumpulnya para penglaku adat untuk mulai mcnarikan tari tigol. Para
penglaku adat akan berkumpul menjadi satu kemudian calon penyimbang
akan berada di tengah – tengah mereka untuk kemudian mereka tumbuk.
Proses penumbukan atau pemberian gelar tersebut akan dipimpin oleh
seorang penyimbang. Penyimbang yang memimpin acara tersebut adalah
59
pemimpin yang ditunjuk sebab dianggap mengerti dan mampu memimpina
cara nigol.
3. Penutupan proses pelaksanaan nigol begawi cakak pepadun adalah dengan
dibacakannya gelar penyimbang baru yang diiringi dengan tanda telah
dipukulnya sebuah kulintang atau canang sebagai tanda peresmian. Hal ini
disebut sebagai acara acara nitik canang. Selepas acara tersebut maka
penyimbang baru telah dilantik. Kadar kepenyimbangannya dapat diukur dari
kepenyimbangan mana yang diapilih. Penyimbang tiuh yang membawahi
beberapa warga adat atau penyimbang marga yang membawahi beberapa
penyimbang tiuh.
4. Perlengkapan dalam persiapan nigol mengian manjau atau sujud adalah
sampor, pakaian serba hitam atau teluk belango, kepiah halom dan pedang
5. Proses pelaksanaan nigol mengian manjau adalah dengan berjalan beriringan
sambil menari dengan menggunakan unsure silat setelah sampai di depan
rumah mempelai perempuan para penglaku adat akan berbalas pantun
selanjutnya para penigol akan bertarung lagi melakukan tarian silat lagi.
6. Penyelesaiannya nigol adalah dengan dipersilakannya masuk rombongan
pihak mempelai laki – laki karena telah mengalahkan pendekar pihak
perempuan
60
5.2 Saran
1. Kepada para tokoh adat di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten
Way Kanan diharapkan untuk senantiasa mensosialisasikan kebudayaan
Lampung khususnya terkait dengan proses nigol dalam perkawinan
masyarakat adat lampung pepadun serta selalu mengajak masyarkat lampung
untuk tetap menjaga serta melestarikan kebudayaan agar tidak hilang dan
masih bias dijalnkan untuk generasi yang selanjutnya
2. Kepadaaparatur kampung, diharapkan untuk membantuk tokoh adat dalam
mensosialisasikan dan menghimbau msayarakat lampung untuk tetap
mencintai dan menjaga kebudayaan yang telah di wariskan oleh nenek
moyang
3. Kepada msayarakat yang diharapkan untuk menjaga dan melestarikan
kebudayaan atau adat istiadat lampung terutama pada proses perkawinanadat
yang memakan waktu dan biaya cukup banyak
4. Kepada generasi muda sangat diharapkan untuk dapat lebih mencintai serta
menjaga kebudayaan yang sudah ada agar tidak hilang dan tetap bias
dilestarikan
5. Kepada para pembaca diharapkan untuk dapat menyebarluaskan informasi
tentang proses perkawinan adat lampung pepadun yang memiliki beragam
proses salah satunya adalah proses nigol.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Sani, 2002. Sosiologi Skematik, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Tehnik Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Pustaka
Widyatama.
Harun, Rochajat dkk. 2011. Komunikasi Pembangunan Dan Perubahan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
J.S, Bedudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas.
Nawawi, Hadari. 1993. Penelitian Terapan.. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nasution, S. 1996. Metodelogi Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Mohammad. 1985. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Aneka Ilmu.
Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. :Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana.
Suwarno, dkk. 2011. Sistem Sosial Budaya. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Wiranata, I Gede. 2002. Antropologi Budaya. Citra aditya Bakti: Bandung