STUDENT CENTERED LEARNING BANGKA, 23 – 25 MEI 2019
Student-Centered Learning (SCL) adalah sebuah pendekantan atau paradigma pembelajaran yang meletakan mahasiswa pada pusat proses pembelajaran (the center of the learning process).
Student-Centered learning (SCL) 1. Menitik beratkan pada pembelajaran
aktif;
2. Penekanan pada pembelajaran dan pemahaman yang mendalam;
3. Peningkatan tanggung jawab dan akuntabilitas mahasiswa;
4. Peningkatan rasa mandiri/otonomi pada mahasiswa;
5. Terjadi interdependensi antara dosen dan mahasiswa;
6. Saling menghormati dalam hubungan dosen dan mahasiswa; dan
7. Pendekatan refleksif terhadap proses belajar mengajar oleh dosen dan mahasiswa
elemen SCL
(Sumber: Hayward 1905; Dewey, 1956; Piaget, Malcolm, Carl Rogers, 1980; cf. Lea et al, 2003; Collins & O'Brien,2003)
PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN
Source: is US Economic Growth Over? Faltering Innovation Confronts The Six Headwinds by Robert J. Gordon (2012)
1.9001.8001.714
44.797
31.729
15.876
5.000
87.178
1800 2000 2100195019001750170016001500 1850
UK(Europe)
USA
Forecast
GDP per capita 1500-2100 (Constant Price 2005)
USA became new economic powerhouse
Industrial Revolution 2.0 (1870-1900) :Telephone, Electricity
Industrial Revolution 3.0 (1960-2000): Plane, Computer, Cellular
Industrial Revolution 1.0 (1750-1830): Steam engine, Train
AsiaUK (Europe) became new economic
powerhouse
Industrial Revolution 4.0 (2000-Now): Internet of things
Perjalanan Revolusi Industri: Perubahan Semakin Cepat
Basis Revolusi Industri 1.o – 4.o
AMANAH PERMENRISTEK DIKTI 44/2015
• TERDAPAT 8 STANDAR + 2 (PENELITIAN DAN PENGABDIAN) Pasal 4 (1) + Pasal 6 (1)
• STANDAR PROSES MENCAKUP: PASAL 10 (2)
a. karakteristik proses pembelajaran;
b. perencanaan proses pembelajaran;
c. pelaksanaan proses pembelajaran; dan
d. beban belajar mahasiswa.
• KARAKTERISTIK PROSES PEMBELAJARAN: (PASAL 11 (1))
• interaktif,
• holistik,
• integratif,
• saintifik,
• kontekstual,
• tematik,
• efektif,
• kolaboratif, dan
• berpusat pada mahasiswa (SCL)
BERPUSAT PADA MAHASISWA (SCL): capaian
pembelajaran lulusan diraih melalui proses
pembelajaran yang mengutamakan pengembangan
kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan
mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam
mencari dan menemukan pengetahuan.
PASAL 11 (10)
TANPA RANCANGAN YANG BAIK TUGAS DOSEN MENJADI BERAT
LEARNING MODEL ON STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
1. Small Group Discussion
2. Role Play & Simulation
3. Case Study
4. Discovery Learning
5. Self Directed Learning
6. Cooperative Learning
7. Collaborative Learning
8. Contextual Instruction
9. Project Based Learning
10. Problem Based Learning & Inquiry
METODE PEMBELAJARAN (PERMENRISTEKDIKTI 44/2015 PS. 14 (3)
1. Diskusi Kelompok,
2. Simulasi,
3. Studi Kasus,
4. Pembelajaran Kolaboratif,
5. Pembelajaran Kooperatif,
6. Pembelajaran Berbasis Proyek,
7. Pembelajaran Berbasis Masalah
BENTUK PEMBELAJARAN PSL 14 (5)
• kuliah;
• responsi dan tutorial;
• seminar; dan
•praktikum, praktik studio, praktik bengkel, praktik
lapangan.
penelitian,
perancangan,
atau
pengembangan
D4/S1
S2
S3
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PENS
Sumber: Perencanaan dan Pengembangan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (2012)
•ROLE PLAY
•SIMULASI
•KOOPERATIF
ROLE PLAY LEARNING (PERMAINAN PERAN)
• Role-play adalah teknik yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi situasi yang
realistis dengan cara berinteraksi dengan orang lain yang dikelola untuk mengembangkan
pengalaman dan mencoba strategi yang berbeda dalam lingkungan kondusif.
• Tergantung pada niat kegiatan, peserta mungkin memainkan peran yang serupa
dengan peran mereka (atau kemungkinan peran mereka di masa depan) atau
dapat memainkan bagian yang berlawanan dari percakapan atau interaksi.
• Kedua opsi menyediakan kemungkinan pembelajaran yang signifikan, dengan pengalaman
sebelumnya yang memungkinkan untuk diperoleh dan yang juga mendorong siswa untuk
mengembangkan pemahaman tentang situasi dari sudut pandang 'berlawanan'.
Role-play
• Akting spontan dari situasi, tanpa kostum atau skrip.
• Konteks untuk permainan peran disajikan dan peran dipilih.
• Siswa memiliki waktu perencanaan yang minimal untuk mendiskusikan situasi,
memilih alternatif atau reaksi yang berbeda dan merencanakan skenario dasar.
• Pada kesimpulannya, siswa mendiskusikan bagaimana perasaan mereka dan apa
yang mereka pelajari tentang situasi tertentu itu.
• Bagian terpenting dari permainan peran adalah diskusi tindak lanjut.
(Alberta Education)
MANFAAT ROLE-PLAY LEARNING
• Bisa menjadi strategi yang efektif untuk mempraktekkan
keterampilan baru dan mengeksplorasi ide-ide baru di
kelas.
• Bisa digunakan untuk meningkatkan “multiple
intelligence”, dan dapat menjadi kegiatan belajar yang
memotivasi dan mengesankan.
Role play Learning bisa membantu mahasiswa untuk:
• mengekspresikan diri secara verbal
• menunjukkan kreativitas
• mengembangkan sikap yang tepat dan positif
• memahami perasaan orang lain
• terlibat aktif dalam situasi belajar
• melatih keterampilan dalam lingkungan yang kondusif.
MENERAPKAN ROLE-PLAYING
Misalnya permainan peran di kelas mengenai Pengetahuan dan Kelayakan Kerja.
• Mahasiswa harus selalu memainkan peran aspek positif dari suatu keterampilan atau situasi.
• Jika perlu memainkan peran negatif, dosen harus mengambil peran negatif.
• Berikan situasi khusus.
• Berikan waktu yang terbatas bagi siswa untuk berkembang dan berlatih permainan peran mereka (5
hingga 10 menit biasanya cukup).
• Batasi penggunaan kostum dan alat peraga.
• Berikan waktu yang cukup untuk ekspresi sikap yang tepat dan klarifikasi kesalahpahaman bermain
peran pada setiap akhir kegiatan.
• Berikan mahasiswa kesempatan untuk berpartisipasi dan mengamati.
KIAT UNTUK BERPARTISIPASI DALAM ROLE-PLAY
• Hadapi penonton, dan bicaralah dengan keras dan jelas.
• Jangan mengandalkan alat peraga atau kostum.
• Gunakan kata-kata dan bahasa tubuh untuk mengkomunikasikan pesan Anda.
• Berfokuslah pada mitra bermain peran Anda dan pesan yang ingin Anda komunikasikan.
• Nilai partisipasi Anda dengan mengajukan pertanyaan berikut kepada diri Anda sendiri.
• Apakah saya mengidentifikasi dengan orang-orang yang terlibat?
• Apakah kita telah menggambarkan semua aspek penting dari situasi ini?
• Apakah kita menggunakan semua ide dari sesi perencanaan kami dalam permainan peran?
• Apakah kita telah menggambarkan keterampilan atau konsep baru secara akurat?
KIAT UNTUK MENGAMATI
• Jadilah pendengar yang baik dengan bersikap tenang dan penuh perhatian selama bermain
peran.
• Tunjukkan dukungan dengan bertepuk tangan dan menggunakan kata-kata positif untuk
memberikan dorongan dan umpan balik.
• Tertawa pada saat yang tepat. Jangan menertawakan peserta role-play.
PENILAIAN ROLE-PLAY (BERMAIN PERAN)
• Apakah konsep telah diekspresikan secara akurat dalam bahasa dan tindakan?
• Apakah ada siswa yang bingung atau tidak yakin tentang tujuan dari permainan peran,
situasi atau peran mereka?
• Haruskah pengaturan ruang atau materi diubah?
MENGEMBANGKAN ROLE-PLAY LEARNING
• Isu-isu apa yang perlu diklarifikasi melalui permainan peran?
• Kesalahpahaman apa yang mungkin telah disajikan?
• Pertanyaan apa yang dimainkan oleh permainan peran?
• Informasi baru apa yang dibutuhkan?
• Apa hubungan yang didapatkan dalam role-play ini untuk tugas dimasa mendatang yang
bisa mengembangkan atau memperluas topik?
SIMULATION LEARNING
• Simulasi dapat digunakan untuk mengeksplorasi tema-tema utama, isu-isu atau peristiwa-
peristiwa, seringkali dengan cara lintas-kurikuler yang terintegrasi.
• Umumnya, simulasi semacam ini beroperasi seperti peran-peran yang lebih terstruktur.
• Semua siswa di kelas ditugaskan peran tertentu dan berinteraksi satu sama lain dalam konteks
skenario yang ditetapkan.
• Simulasi dapat dibeli secara komersial atau dikembangkan secara lokal, dan dapat digunakan
secara terus menerus atau dengan interval tertentu.
• Mereka tidak selalu membutuhkan banyak materi, aturan rumit atau beberapa hari untuk
diterapkan.
MANFAAT SIMULASI
• Simulasi memiliki banyak manfaat yang sama dengan permainan peran.
• memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi konsep, melatih keterampilan, berhubungan
dengan orang lain, melihat berbagai perspektif dan terlibat dalam berbagai mode
pembelajaran.
• Karena simulasi umumnya mengeksplorasi masalah dan peristiwa dunia nyata yang
kompleks, simulasi dapat menjadi peluang bagus untuk memperkuat skill berfikir kritis,
penyelesaian masalah, dan resolusi konflik.
MENERAPKAN SIMULASI
• Fokus pada tema yang benar-benar penting. Contoh situasi atau masalah bisa termasuk:
• Peristiwa sejarah dan perspektif (misalnya, Awal perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kompeni dagang VOC).
• masalah lingkungan (misalnya, pembangunan bendungan; polusi).
• Mempertimbangkan banyak aspek tema, yang bisa jadi termasuk kejadian kebetulan dan karakteristik pribadi dari para peserta.
• Atur ruang kelas untuk memfasilitasi simulasi (misalnya, meja bundar).
• Tetapkan peran secara acak.
• Dorong keterlibatan emosional semua peserta. Sebelum dan sesudah simulasi, diskusikan bagaimana emosi adalah elemen
penting dalam situasi yang sedang dieksplorasi.
• Diskusikan harapan untuk simulasi, termasuk tetap dalam peran dan menggunakan keterampilan komunikasi yang sesuai. Jika
simulasi berjalan selama beberapa periode kelas, tinjau aturan-aturan dasar ini seperlunya.
• Mulailah dengan pengalaman bersama atau umum untuk semua peserta sehingga pengetahuan baru dapat
digabungkan dengan yang akrab.
• Izinkan siswa untuk membuat keputusan dalam konteks simulasi. Jangan campur tangan kecuali benar-
benar diperlukan, dan kemudian lakukan sedekat mungkin (misalkan, Dengan menyamar sebagai karakter).
• Gunakan pengelompokan kooperatif untuk menekankan pentingnya masalah sosial.
• Gunakan banyak saluran pembelajaran siswa, dan gabungkan sebanyak mungkin bidang akademik.
• Alokasikan waktu yang cukup untuk membicarakan pengalaman setelah selesai. Proses dan refleksi ini
sangat penting bagi siswa untuk menghubungkan pengalaman mereka sendiri selama simulasi untuk
masalah yang lebih besar yang sedang dieksplorasi.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif melibatkan
siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil untuk mencapai
tujuan bersama. (Gillies, R., 2007)
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
• Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan kelanjutan dari pembelajaran
kolaboratif.
• Di dalam pembelajaran kooperatif kelompok mahasiswa akan memperoleh pengetahuan baru yang
bermakna dengan mutu yang lebih baik, bersifat kontekstual dan relevan bila dibandingkan dengan
pembelajaran indi- vidual atau independen.
• Sementara itu pada saat yang sama, setiap anggota kelompok di dalam pembelajaran kooperatif
menunjukkan sikap positif, teguh pada pendiriannya tetapi tetap dalam kerangka kerjasama dan
saling menghargai.
Sumber: Effective strategies for cooperative learning, Felder RM, Brent R., J Coop Collab Teaching 2001;10(2):69-75.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MEMENUHI SEMUA KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DASAR
1. Belonging (diterima dan bagian dari grup)
2. Power (memungkinkan siswa untuk mendapatkan
penguasaan atas pekerjaan atau tugas mereka)
3. Freedom (memberi siswa otonomi atas pekerjaan
mereka sendiri)
• Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada
pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok- kelompok
sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri
ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif.
• Coopreative learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan metode interaktif
dan bukan proses pembelajaran satu arah. Untuk membentuk kondisi tersebut peserta didik
didorong atau dimotivasi untuk bekerja dalam kelompok, baik melalui kegiatan di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pembelajaran ini menekankan terjadinya proses kooperasi dan kolaborasi
diantara sesama peserta didik dan bukan terjadinya persaingan antar peserta didik.
Beberapa sifat atau karakter dalam pembelajaran cooperative learning antara lain adalah:
a. Berbagi pengetahuan di antara dosen dan peserta didik
b. Berbagi tanggung jawab antara dosen dan peserta didik
c. Dosen sebagai mediator
d. Kelompok peserta didik yang heterogen
Agar pembelajaran cooperative learning dapat berlangsung dengan baik, maka perlu dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
a) Fasilitator memberikan permasalahan yang harus diselesaikan
b) Fasilitator membentuk kelompok kecil (3-5 orang)
c) Fasilitator memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan diskusi dalam
kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
d) Peserta didik merangkum hasil diskusi sebagai hasil kesepakatan kelompok
e) Fasilitator memberikan refleksi terhadap proses dan hasil diskusi
KUNCI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Positive interdependence
2. Individual accountability
3. Promotive interaction
4. Interpersonal and small-group skills
5. Group processing
1. POSITIVE INTERDEPENDENCE
Saling ketergantungan positif ada ketika siswa merasa bahwa mereka terkait dengan anggota
lain dalam kelompok sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat berhasil kecuali mereka
semua melakukan dan mereka harus mengkoordinasikan upaya mereka satu sama lain untuk
menyelesaikan tugas.
We sink or
swim together
2. INDIVIDUAL ACCOUNTABILITY
Akuntabilitas individu melibatkan setiap siswa:
a) bertanggung jawab untuk bagian dari tugas;
b) melaporkan kepada kelompok tentang kemajuan mereka;
c) melaporkan kemajuan grup ke seluruh kelas dan
d) diberi penghargaan (misalnya, menerima poin bonus) atas dasar semua anggota kelompok yang
menyelesaikan tugas/ gol mereka.
I’ll contribute
because I have
something
valuable to offer
the group
3. PROMOTIVE INTERACTION
Promotive interaction melibatkan individu, mendorong dan memfasilitasi upaya masing-masing untuk
menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan grup. Interaksi promosi melibatkan siswa:
a) saling memberikan bantuan dan bantuan yang efisien dan efektif, bertukar sumber daya yang
dibutuhkan;
b) saling memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja berkelanjutan mereka pada tugas;
c) menantang kesimpulan satu sama lain;
d) advokasi upaya untuk mencapai tujuan bersama;
e) mempengaruhi upaya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama;
f) memiliki keyakinan dan kepercayaan satu sama lain;
g) termotivasi untuk berjuang demi keuntungan timbal balik, dan
h) tidak merasa cemas dan stres.
I’ll use my resources – material,
emotional and interpersonal to push
for the best outcome for our group
4. INTERPERSONAL AND SMALL-GROUP SKILLS
Untuk melakukan ini secara efektif, siswa harus:
a) saling mengenal dan saling percaya;
b) berkomunikasi secara akurat;
c) menerima dan mendukung satu sama lain dan
d) menyelesaikan konflik secara konstruktif.
I’ll share the tasks and
communicate positively and
clearly and affirm others.
No put downs.
5. GROUP PROCESSING
Group Processing merefleksikan sesi grup
a) menggambarkan tindakan anggota apa yang membantu dan tidak membantu dan
b) membuat keputusan tentang tindakan apa yang harus dilanjutkan atau diubah.
I need to know how
I am going and to
reflect on how
we’re going as a
group.
Evaluasi dalam pembelajaran cooperative learning adalah mencakup evaluasi kelompok
maupun individu peserta didik, antara lain proses diskusi, pelaksanaan/penyelesaian tugas,
dan hasil akhir (luaran).
Aspek evaluasi yang dapat dilakukan antara lain adalah:
a. Kepemimpinan
b. Kemampuan komunikasi
c. Penguasaan materi
d. Ketrampilan
REFERENSI
• Learner Receptivity Toward Role Play Simulation In Teaching H.R.M. To
University Students In Hong Kong, Andrew Chan, City University of Hong
Kong, College of Business, Department of Management, The International
Journal of Educational Researchers, 2011.
• Designing and Using Simulations and Role-Play Exercises, Carolyn M. Shaw,
The International Studies Encyclopedia, 2010.
• Role-play and Simulation, Alberta Education, Alberta, Canada, 2005.
TERIMAKASIH