SKRIPSI
PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK MUAMALAT CABANG
MAKASSAR KEPADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
DENGAN SISTEM AL-MUDHARABAH (BAGI HASIL)
DI MAKASSAR
RIKA ASTIKASARI
105720366012
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
i
PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK MUAMALAT CABANG
MAKASSAR KEPADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
DENGAN SISTEM AL-MUDHARABAH (BAGI HASIL)
DI MAKASSAR
SKRIPSI
RIKA ASTIKASARI
105720366012
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sajana Ekonomi Pada
Jurusan Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah:153).
“ Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil,berusaha
keras adalah kemenangan besar. ( Mahatma Gandhi )
“Jangan terlalu memikirkan masa lalu karena telah pergi dan selesai, dan
jangan terlalu memikirkan masa depan hingga dia datang sendiri. Karena
jika melakukan yang terbaik dihari ini maka hari esok akan lebih baik”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil A’lamain...
Mengucap rasa syukur kehadirat Allh SWT yang telah memberikan
rahmat dan ridha-nya,sehingga karya ini dapat terselesaikan.
Untuk orang-orang yang tidak diragukan lagi ketulusan cintanya
dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untukku...
Mereka adalah keluarga....
Terutama orang tua....
Keberhasilan dan perjuangan yang tercapai sampai saat ini tidak
terlepas dari cinta, kasih sayang, dukungan serta bimbingan orang tua.
Kebahagiaanku surga mereka dan deritaku pilu mereka...
Untukmu ibunda tersayang Hj. Nira yang telah mengandungku 9
bulan, yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya agar aku dapat
iv
v
hadir didunia ini, telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang.
Ayahanda tercinta Ammase telah mendidikku, yang rela bekerja
banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku bisa menikmati
hidup detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun.
Terima kasih telah menyayangi ananda dengan selalu menyebut
nama ananda dalam setiap doamu hingga ananda dapat menyandang
gelar sarjana. Apa yang ananda berikan ini tidak akan cukup untuk
membalas semua yang telah ayahanda dan ibunda berikan selama ini
kepada ananda.
Terima kasih ayah...
Terima kasih ibu...
Aku sangat sayang ayah dan ibu sampai akhir hayatku...
iv
ABSTRAK
RIKA ASTIKASARI : Penyaluran Pembiayaan Bank MuamalatCabang Makassar Kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) Dengan SistemAl-Mudharabah (Bagi Hasil) Di Makassar, Skripsi Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh Dr.H. Mahmud Nuhung,MA dan Ismail Rasulong, SE.MM.
Bank Muamalat Cabang Makassar adalah sebuah bank islam, dimanasemua kegiatan usahanya mengacu kepada ajaran Islam yakni bersumber dari Al-quran dan Al-hadis termasuk dalam penyaluran pembiayaan/kredit. Dalammenyalurkan pembiayaan/ kredit Bank Muamalat menggunakan system bagi hasilatau dalam istilah Islam disebut Al-Mudharabah. System ini merupakan bentukkerjasama antara pihak bank dan nasabah dengan konstribusi seratus persen modaldari bank dan keahlian dari konsumen untuk mengolah modal tersebut. Salah satutarget dari system ini adalah UKM yang diharapkan mampu memberikan suntikanmodal untuk pengembangan usahanya.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu: Apakah denganmenggunakan sistem Al-Mudharabah (bagi hasil) sudah tepat digunakan dalampenyaluran pembiayaan Bank Muamalat Cabang Makassar kepada Usaha KecilMenengah (UKM) di Makassar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimana penyaluran pembiayaan Bank Muamalat Cabang Makassarkepada Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Sistem Al-Mudharabah (BagiHasil) di Makassar. Dalam kata lain penulis ingin mengetahui bagaimana prosespenyaluran pembiayaan tersebut oleh Bank Muamalat Cabang Makassar kepadapara nasabah, khususnya UKM.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif yakni data yang diperoleh dari pihak bank dalam bentuk uraian danpenjelasan yang berkaitan pokok pikiran atau permasalahan. Adapun teknikanalisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menggambarkan prosespemberian pembiayaan/ kredit kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) dengansystem Al-Mudharabah (Bagi Hasil) di Bank Muamalat Cabang Makassar.
Dari uraian dan penjelasan yang diberikan oleh pihak bank, dapatdiketahui proses penyaluran pembiayaan Bank Muamalat Cabang Makassarkepada nasabah yang tepat begitu pula tata cara dan persyaratan yang harusdipenuhi oleh nasabah untuk dapat memperoleh pembiayaan dari Bank denganmenggunakan sistem Al-Mudharabah. Dalam pembiayaan ini Bank bekerja samadengan nasabah (UKM),dimana pembagian hasil keuntungan dari usaha dilakukansesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.
Kata kunci: Bank Muamalat Cabang Makassar, Pembiayaan, system Al-Mudharabah dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
vi
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Perhitungan Aktiva Bank Muamalat............................................. 5
Tabel 1.2 Pertumbuhan Market Share Bank Muamalat ................................ 6
Tabel 1.3 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Bank Muamalat............... 6
Tabel 1.4 Peningkatan Jumlah ATM Bank Muamalat.................................. 8
Tabel 2.1 Distribusi Bagi Hasil Bank Muamalat Cabang Makassar............ 45
Tabel 2.2 Penyaluran Dana Bank Muamalat (dalam Miliar Rupiah ).......... 52
Tabel 2.3 Dana Angsuran Bank Muamalat Kepada Nasabah ...................... 57
Tabel 2.4 Data Nama Pelaku Beserta Jumlah Dana serta Peruntukannya ... 58
Tabel 2.5 Tingkat Keberhasilan Nasabah dalam Pengembalian Dana ........ 61
xixii
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Skema kerangka pikir..................................................................32
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Makassar .............39
xiixiii
iv
KATA PENGANTAR
Suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena atas hidayah-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan
judul “Penyaluran Pembiayaan Bank Muamalat Cabang Makassar Kepada
Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Sistem Al-Mudharabah (Bagi Hasil) di
Makassar.
Penulisan Skripsi dimaksud sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Program Studi Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, olehnya
itu penulis siap menerima dan menampung saran serta kritikan untuk dijadikan
bahan acuan dan masuk dalam perbaikan Skripsi ini nantinya.
Kedua orang tua penulis, Ibunda Hj. Nira dan Ayahanda Ammase yang
telah membesarkan dan mendidik penulis secara ikhlas serta memberikan
motivasi dan do’a tiada henti-hentinya. Tidak lupa pula mengucapkan terimakasih
atas bimbingan Bapak Dr.H.Mahmud Nuhung, MA selaku pembimbing I dan
Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM selaku pembimbing II ditengah kesibukan yang
begitu padat selaku tenaga pengajar dan kesibukan dalam keluarga dan berbagai
kesibukan lainnya, tapi beliau masih sempat meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis secara intensif, mengkoreksi naskah Skripsi serta
vii
iv
mendorong agar penulis dapat menyelesaikan studi dengan cepat . Dan ucapan
terima kasih juga saya sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H.Irwan Akib, Mpd. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Moh. Aris Pasigai, SE.,MM selaku ketua Jurusan Manajemen
4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi
khususnya Jurusan Manajemen atas segala ilmu yang telah diberikan.
5. Ketiga saudari penulis kakanda Nurbayani, Hamrah dan Irmawati yang
selalu memberi semangat.
6. Rekan-rekan Mahasiswa jurusan Manajemen dari generasi ke
generasi,khususnya teman-teman kelas manajemen 2 (2012) yang telah
berbagi suka duka sejak penulis menuntut ilmu dikampus ini. Teristimewa
sahabatku Hasbiah, Erti, Syamsiah, Sunarti Jusman, Salmah Mayangsari,
dan Usria Bahar terima kasih atas kebersamaan, bantuan, semangat dan
doanya. Semoga rasa persaudaraan ini akan tetap terjalin.
7. Seluruh Keluargaku yang selama ini telah mendukung dan memberikan
semangat serta doa kepada saya, terima kasih atas semuanya.
8. Kepada kakanda Muhammad Idrus terima kasih atas pengertian dan
masukannya selama ini yang selalu mensupport dalam suka maupun
duka.v
viii
iv
9. Pimpinan, staf beserta karyawan PT. Bank Muamalat Cabang Makassar
yang telah bersedia menerima dan memberikan data/ informasi yang
dibutuhkan sehubungan dengan pembahasan skripsi ini.
10. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini akhirnya
penulis memohon kehadirat Allah SWT, Agar senang tiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, Amin, Amin Ya Rabbal
Alamin
Makassar, Juni 2016
Penulis
vi
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis Bank..........................................................................11
B. Pengertian Pembiayaan dan Jenis-jenis Pembiayaan ................................17
C. Sistem Operasional Bank Syariah ..............................................................20
D. Pengertian Sistem Al-Mudharabah(Bagi Hasil).........................................26
E. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) ...............................................28
F. Kerangka Pikir............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................33
B. Metode Pengumpulan Data .......................................................................33
C. Jenis dan Sumber Data ..............................................................................34
D. Definisi Operasional ..................................................................................34
x
ix
E. Metode Analisis Data .................................................................................35
BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat...........................................................................................36
B. Struktur Organisasi.................................................................................... 38
C. Job Deskribtion ......................................................................................... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Al-Mudharabah (Bagi Hasil) ..........................................................42
B. Penyaluran Pembiayaan ........................................................................... 48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.................................................................................................... 67
B. Saran.......................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69
x
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan syari'ah di Indonesia telah mengalami perkembangan dengan
pesat, masyarakat mulai mengenal dengan apa yang di sebut Bank Syari'ah.
Dengan di awali berdirinya pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan
Bank Mu'amalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang
berlandaskan sistem syari'ah, kini bank syari'ah yang tadinya diragukan akan
sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat
mempesonakan.
Bank syaria'h mulai digagas di Indonesia pada awal periode 1980-an, di
awali dengan pengujian pada skala bank yang relatif lebih kecil, yaitu
didirikannya Baitul Tamwil-Salman, Bandung. Dan di Jakarta didirikan dalam
bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.Berangkat dari sini, Majlis Ulama'
Indonesia (MUI) berinisiatif untuk memprakarsai terbentuknya bank syari'ah,
yang dihasilkan dari rekomendasi Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di
Cisarua, dan di bahas lebih lanjut dengan serta membentuk tim kelompok kerja
pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Syahid Jakarta
pada tanggal 22-25 Agustus 1990.
Awal berdirinya bank Islam, banyak pengamat perbankan yang meragukan
akan eksistensi bank Islam nantinya. Di tengah-tengah bank konvensional, yang
berbasis dengan sistem bunga, yang sedang menanjak dan menjadi pilar ekonomi
2
Indonesia, bank Islam mencoba memberikan jawaban atas keraguan yang banyak
timbul. Jawaban itu mulai menemukan titik jelas pada tahun 1997, di mana
Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup memprihatinkan, yang dimulai
dengan krisis moneter yang berakibat sangat signifikan atas terpuruknya
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang mencapai rata-rata 7% per tahun itu tiba-tiba
anjlok secara spektakuler menjadi minus 15% di tahun 1998, atau terjun sebesar
22%. Inflasi yang terjadi sebesar 78%, jumlah PHK meningkat, penurunan daya
beli dan kebangkrutan sebagian besar konglomerat dan dunia usaha telah
mewarnai krisis tersebut.Indonesia telah berada pada ambang kehancuran
ekonomi, hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif. Sektor
konstruksi merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan negatif paling besar,
yaitu minus 40% karena di akibatkan tingkat bunga yang sangat tinggi, penurunan
daya beli, dan beban hutang yang sangat besar. Sektor perdagangan dan jasa
mengalami kontraksi minus 21%, sektor industri manufaktur menurun sebesar
19%.Semua berakibat dari implikasi krisis moneter yang mengguncang Indonesia.
Kondisi terparah ditunjukkan oleh sektor perbankan, yang merupakan
penyumbang dari krisis moneter di Indonesia.Banyak bank-bank konvensional
yang tidak mampu membayar tingkat suku bunga, hal ini berakibat atas terjadinya
kredit macet.Dan non-performing loan perbankan Indonesia telah mencapai 70%.
Akibat dari hal tersebut, dari bulan juli 1997 sampai dengan 13 Maret 1999,
pemerintah telah menutup sebanyak 55 bank, di samping mengambil alih 11 bank
(BTO) dan 9 bank lainnya di bantu untuk melakukan rekapitalisasi. Sedangkan
3
bank BUMN dan BPD harus ikut direkapitalisasi. Dari 240 bank yang ada
sebelum krisis moneter, hanya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan tanpa
bantuan pemerintah dan dinyatakan sehat, sisanya pemerintah dengan terpaksa
harus melikuidasinya.
Salah satu dari 73 bank tersebut, terdapat Bank Mu'amalat Indonesia yang
mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi, yang nyata memiliki sistem
tersendiri dari bank-bank lain, yaitu dengan memberlakukan sistem operasional
bank dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam
perbankan syari'ah sangat berbeda dengan sistem bunga, di mana dengan sistem
bunga dapat ditentukan keuntungannya diawal, yaitu dengan menghitung jumlah
beban bunga dari dana yang di simpan atau dipinjamkan. Sedang pada sistem bagi
hasil ketentuan keuntungan akan ditentukan berdasarkan besar kecilnya
keuntungan dari hasil usaha, atas modal yang telah diberikan hak pengelolaan
kepada nasabah mitra bank syari'ah.
Sejak diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1992, dan
menjadi sejarah baru perkembangan perbankan indonesia, ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 dan dikeluarkannya
UU No.7/ 1992 pasal 6 menyebutkan bahwa bank umum dapat melakukan usaha
pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan
yang berlaku yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Selanjutnya kemudian
dilakukan amandemen terhadap UU No. 7/1992 yaitu dengan dikeluarkannya UU
No. 10/1998. Pada UU No.10/1998 pasal 6 makin diperjelas bahwa bank umum
dapat melakukan usaha menyediakan pembiayaan dan melakukan kegiatan lain
4
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI
(Bank Indonesia). Untuk mempercepat implementasi UU No.10/1998, Bank
Indonesia mengeluarkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) No.4/1/PBI/2002
tanggal 27 Maret 2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum
konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan
kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional.
Persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, secara langsung
ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas bank
syariah. Meskipun bank syariah memiliki motivasi lebih daripada sekedar bisnis,
kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting
keberlanjutan entitas bisnis. Selain itu, kemampuan menghasilkan profit menjadi
indikator penting untuk mengukur kemampuan bersaing bank syariah dalam
jangka panjang. Pasca terjadinya krisis ekonomi, jumlah Usaha Kecil Menengah
(UKM) tercatat sebanyak 42,4 juta unit pada 2003 atau naik 9,5 % dari tahun
2000 Dan mampu menyerap 79 juta pekerja. Pada saat yang sama, perbankan
syariah menemukan momentum kembali untuk berkembang, yaitu dikenal sebagai
konsep yang tidak mengenal negatif spread dan adanya Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga bank. Porsi penguasaan pasar aset
perbankan syariah 1,20% dan besarnya pembiayaan yang disalurkan per
November 2003 mencapai Rp. 5.466,4 Milliar, serta didominasi oleh jenis
pembiayaan Murabahah Rp. 3.893,1 Miliar (71,2%). Secara umum pembiayaan
syariah dilakukan atas dasar prinsip bagi hasil (Profit Sharing) dan marjin.
Sementara Pembiayaan yang disalurkan berjumlah 22.47 triliun atau tumbuh
5
41.2% dari Rp 15.92 triliun (yoy) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR)
berada dalam posisi yang optimal yaitu 85.2%. Pada periode ini, Pencapaian Laba
sebelum pajak (Profit Before Tax) tercatat Rp 372 miliar atau meningkat 60.8%
(yoy) dari posisi Rp 231 miliar pada tahun 2010. Sementara Pembiayaan yang
disalurkan berjumlah 32.9 triliun atau tumbuh 46.3% dari Rp 22.5 triliun (yoy)
dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) berada dalam posisi yang optimal yaitu
94.2%. Penyaluran pembiayaan terutama dikontribusikan oleh akad Murabahah
yang mencapai 49,68% dari total portofolio, diikuti oleh akad bagi hasil
(Mudharabah dan Musyarakah) yang porsinya mencapai 45,79%. Pertumbuhan
pembiayaan terbilang ekspansif dengan meningkatnya angka Financing to Deposit
Ratio dari 85.2% di akhir tahun 2011 menjadi 94.2%. Meskipun terbilang
ekspansif, tingkat pembiayaan bermasalah (NPF-nett) terjaga pada level yang
cukup rendah yaitu sebesar 1.81 %. Pada periode ini, Pencapaian Laba sebelum
pajak (Profit Before Tax) tercatat Rp 521.8 miliar atau meningkat 40.4 % (yoy)
dari posisi Rp 371.7 miliar pada tahun 2011. “Bank Muamalat juga mencatat
perbaikan kualitas aset dengan berkurangnya Non Performing Financing/NPF
(net) pada level 1.78%, dari posisi akhir 2010 sebesar 3.51%”.
Tabel 1.1 Perhitungan Aktiva Bank Muamalat
Tahun Asset Bank Muamalat
Akhir 2010 RP. 21.4 Triliun
Akhir 2011 RP. 32.5 Triliun
Akhir 2012 RP. 44.9 Triliun
Sumber : Bank Muamalat Indonesia 2016
6
Bank Muamalat kembali membukukan kinerja menggembirakan di tahun
2012. Pada periode tersebut, pertumbuhan Aset tercatat 38.1% (Audited). "Per
akhir 2012, Aset Bank Muamalat mencapai Rp 44.9 triliun atau meningkat 38.1%
dari posisi akhir 2011 (Rp 32.5 triliun).
Tabel 1.2 Pertumbuhan Market Share Bank Muamalat
Tahun Market Share Bank Muamalat
2010 21.95 %
2011 22.33 %
2012 23.0 %
Sumber: Bank Muamalat Indonesia 2016
Pertumbuhan ini membawa market share Bank Muamalat meningkat dari
22.3% (2011) menjadi 23.0% (2012) terhadap industri perbankan syariah".
Tabel 1.3 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Bank Muamalat
Laba bersih tercatat meningkat 60% dari tahun 2010 sampai 2011
Tahun Laba Bersih
2010 RP. 170.9 Miliar
2011 RP. 273.6 Miliar
2012 RP. 389.4 Miliar
Sumber : Bank Muamalat Indonesia 2016
Sementara laba bersih tercatat meningkat 42.3% dari Rp. 273.6 miliar
(2011) menjadi Rp. 389.4 miliar (2012). Dari aspek penghimpunan dana, Dana
Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp 26.66 triliun atau meningkat 53.3% dari Rp 17.39
triliun (yoy). Pertumbuhan DPK diikuti dengan bertumbuhnya porsi dana ritel dari
7
produk-produk Tabungan (Saving Accounts) yang mencapai 31.5%. Laju
pertumbuhan DPK Tabungan senantiasa meningkat dibanding pertumbuhan
tahun-tahun sebelumnya yaitu 17.1% (2009 ke 2010) serta 14.6% (2008 ke 2009).
Tingginya pertumbuhan DPK tabungan tak hanya di hasilkan dari bertambahnya
rekening-rekening baru, namun juga dari meningkatnya saldo rekening nasabah.
Dari aspek Pembiayaan, sektor ritel cukup mendominasi pada tahun 2011 dengan
porsi 13.35 triliun atau 59.4% dari total portfolio pembiayaan. Sementara sektor
korporasi disalurkan pada berbagai sektor ekonomi antara lain energi,
pertambangan, infrastruktur, konstruksi, agroindustri, pendidikan dan kesehatan
serta makanan dan minuman.
Bank Muamalat kini menjadi pionir bagi proyek pembiayaan energi
terbarukan berskema syariah. Dari Rp 2.25 triliun pembiyaan Bank Muamalat
pada sektor energi, Bank Muamalat menyalurkan Rp 782.9 miliar diantarannya
bagi proyek-proyek energi terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mini
Hidro (PLTMH). Untuk proyek-proyek tersebut, Bank Muamalat menggandeng
sekitar 11 perusahaan Independent Power Producer (IPP) bagi 13 proyek PLTMH
di 5 Provinsi di Indonesia. Ekspansi pada sektor energi terbilang sangat prudent
dengan tingkat NPF pada sektor ini sebesar nol persen. “Kami akan terus
mengembangkan SDM guna menyalurkan pembiayaan ke sektor ekonomi yang
semakin beragam, sehingga kontribusi Bank Muamalat bagi pembangunan dapat
terus meningkat”, tambahnya. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan
secara berkelanjutan. Bank Muamalat saat ini tengah melakukan proses penerbitan
Sukuk Subordinasi Mudharabah melalui metode Penawaran Umum berkelanjutan.
8
Total nilai sukuk direncanakan sebesar Rp 1.5 triliun, dan ditawarkan secara
bertahap. Dari aspek penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp
34.9 triliun atau meningkat 30.4% dari Rp 26.8 triliun (yoy). Pertumbuhan DPK
diikuti dengan pertumbuhan dana ritel dari produk-produk Tabungan (Saving
Accounts) yang mencapai 35.3%. Tingginya pertumbuhan DPK tabungan tak
hanya di hasilkan dari bertambahnya rekening-rekening baru, namun juga dari
meningkatnya saldo rekening nasabah. Tingginya pertumbuhan Tabungan di
kontribusikan oleh perluasan jaringan kantor Bank Muamalat ke berbagai daerah.
Tabel 1.4 Peningkatan Jumlah ATM Bank Muamalat
Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah Bank Muamalat telah
meningkatkan jumlah ATM Muamalat
Tahun Jumlah Atm Muamalat
2010 172 Unit
2011 475 Unit
2012 1001 Unit
Sumber :Bank Muamalat Indonesia 2016
Kini Bank Muamalat telah membuka sekitar 360 kantor di seluruh
Indonesia dan masih menjadi satu-satunya bank asal Indonesia yang
mengoperasikan kantor cabang penuh (full branch) di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sepanjang tahun 2012, Bank Muamalat menambah 82 kantor sehingga jumlahnya
menjadi 442 kantor. Selain itu, Bank Muamalat juga telah menambah 27 kantor
kas keliling (mobile branch) sepanjang 2012.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat masalah penelitian adalah Bagaimana Penyaluran Pembiayaan PT.
Bank Muamalat Cabang Makassar kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan
Sistem Al-Mudharabah (bagi hasil) di Makassar”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian yakni untuk mengetahui bagaimana
Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan kepada usaha kecil menengah (UKM)
dengan sistem Al-Mudharabah (Bagi Hasil) di Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yakni :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi bagi pihak berkepentingan, serta menjadi bahan
pustaka bagi semua pihak khususnya mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Manfaat Praktis
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang menguntungkan
dan bahan evaluasi PT. Bank Muamalat cabang Makassar atas produk-
produk pembiayaan khususnya pembiayaan mudharabah yang disalurkan
untuk Usaha Kecil Menengah
10
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan penulis tentang perkembangan produk-produk pembiayaan
perbankan syariah, terutama dengan pembiayaan Al-Mudharabah untuk
Usaha Kecil Menengah yang diberikan oleh PT. Bank Muamalat cabang
Makassar.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis Bank
1. Pengertian Bank
Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut berikut ini akan dijelaskan
pengertian bank dari berbagai sudut pandang.
Menurut Hardanto, (2006).Bank adalah sebuah institusi yang memiliki
surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan
menerima serta menerbitkan check. Kemudian Zamroni,(2009), mengatakan bank
adalah badan usaha milik negara atau swasta yang berfungsi menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kepada masyarakat
(individu, kelompok, perusahaan) dalam bentuk kredit.
Gilarso, (2008) Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah menghimpun dana, memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
Suhardi (2007), Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat
bagi p Dari aspek Pembiayaan, sektor ritel cukup mendominasi pada tahun 2011
dengan porsi 13.35 triliun atau 59.4% dari total portfolio pembiayaan. Sementara
sektor korporasi disalurkan pada berbagai sektor ekonomi antara lain energi,
pertambangan, infrastruktur, konstruksi, agroindustri, pendidikan dan kesehatan
serta makanan dan minuman. Bank Muamalat kini menjadi pionir bagi proyek
pembiayaan energi terbarukan berskema syariah. Dari Rp 2.25 triliun pembiyaan
12
Bank Muamalat pada sektor energi, Bank Muamalat menyalurkan Rp 782.9 miliar
diantarannya bagi proyek-proyek energi terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro (PLTMH). Untuk proyek-proyek tersebut, Bank Muamalat
menggandeng sekitar 11 perusahaan Independent Power Producer (IPP) bagi 13
proyek PLTMH di 5 Provinsi di Indonesia. Ekspansi pada sektor energi terbilang
sangat prudent dengan tingkat NPF pada sektor ini sebesar nol persen. “Kami
akan terus mengembangkan SDM guna menyalurkan pembiayaan ke sektor
ekonomi yang semakin beragam, sehingga kontribusi Bank Muamalat bagi
pembangunan dapat terus meningkat”, tambahnya.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan secara berkelanjutan.
Bank Muamalat saat ini tengah melakukan proses penerbitan Sukuk Subordinasi
Mudharabah melalui metode Penawaran Umum berkelanjutan. Total nilai sukuk
direncanakan sebesar Rp 1.5 triliun, dan ditawarkan secara bertahap.
Kini, Bank Muamalat telah membuka sekitar 360 kantor di seluruh
Indonesia dan masih menjadi satu-satunya bank asal Indonesia yang
mengoperasikan kantor cabang penuh (full branch) di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah Bank Muamalat telah meningkatkan
jumlah ATM Muamalat dari 172 unit (2010) menjadi 475 unit (2011). Kami terus
melakukan penambahan hingga di akhir tahun 2012 jumlah ATM Muamalat kami
proyeksikan mencapai 800 unit”, tandas Arviyan.perusahaan, badan-badan
pemerintah dan swasta, maupun perorangan menyimpan dana– dananya.
13
Pengertian Bank Yang dikemukakan Oleh Hasibuan (2009), Yaitu :
1. Bank ialah badan usaha kekayaan terutama dalam bentuk aset keuangan
(financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan
hanya mencari keuntungan saja.
2. Bank adalah pencipta dan pengedar uang kartal. Pencipta dan pengedar
uang kartal (uang kertas dan logam) meruapakan otoritas tunggal bank
sentral (Bank Indonesia), sedangkan uang giral dapat diciptakan oleh bank
umum.
3. Bank merupakan pengumpul dana dan penyalur kredit, berarti bank dalam
operasinya mengumpulkan dana kepada SSU dan menyalurkan kredit
kepada DSU.
4. Bank selaku pelaksana lalu lintas pembayaran (LLP) berarti Bank menjadi
pelaksana penyelesaian pembayaran transaksi komersial atau finansial dari
pembayar kepada penerima. Lalu lintas pembayaran diartikan sebagai
proses penyelesaian transaksi komersial dan/atau finansial dari pembayar
kepada penerima melalui media bank.
5. Bank selaku Stabilisator moneter yaitu bank mempunyai kewajiban ikut
serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang
relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun melalui mekanisme
Giro Wajib Minimum (GWM) Bank, Operasi Pasar Terbuka, ataupun
kebijakan diskonto. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah
Setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya
baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-
14
duanya menghimpun dan menyalurkan dana. Kemudian pengertian bank
menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Pengertian Bank menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal
10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
msyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Muhammad (2005), Bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya
meninggalkan masalah riba. Bank Islam atau bank syari’ah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.Bank Islam ataubiasa disebut
bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan atauperbankan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasadalam lalu lintas pembayaran serta edaran uang
yangpengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’ah Islam.
Harahap, dkk (2005:3),Bank adalah usaha untuk menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah
15
Menurut Yumanita (2005;4), mengemukakan bahwa Bank Syariah adalah
merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja
berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (Riba),
bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (Maysir),
bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (Gharar), prinsip keadilan, dan
hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
Perbankan Syariah dalam peristilahan Internasional dikenalkan sebagai
Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest-Free Banking. Peristilahan
dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal – usul sistem
perbankan Syariah itu sendiri bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank
Syariah secara umum adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Adapun pengertian Bank Syariah menutut para ahli.
Berdasarkan pengertian tersebut, Bank Islam berarti bank yang tatacara
bermuamalat secara Islami, yakni mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
Syariat Islam. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu
berkaitan masalah bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana dan
16
3. Memberikan jasa bank lainnya.
Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan giro, tabungan dan deposito. Selanjutnya pengertian menyalurkan dana
adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan
dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung kegiatan penghimpun dan penyaluran dana, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
2. Jenis-jenis Bank
Menurut jenisnya, bank terdiri dari :
a. Bank Umum, adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Bank perkreditan rakyat, adalah bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
c. Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau
lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh
warga Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang dimiliki
sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu atau lebih bank yang
berkedudukan di luar negeri.
17
d. Bank Muamalat, adalah lembaga keuangan Islam yang proses usaha
berdasarkan syariat Islam. Maksud dari ungkapan di atas yakni bank dalam
beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya
yang menyangkut tatacara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan
investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
B. Pengertian Pembiayaan dan Jenis-jenis Pembiayaan
Fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank konvensional yaitu
menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali atau lebih
dikenal sebagai fungsi intermediasi. Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan
dana yang diperolehnya dalam bentuk pemberian pembiayaan, baik itu
pembiayaan modal usaha maupun untuk komsumsi.
Pengertian pembiayaan menurut berbagai litertur yang ada sebagai berikut,
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di
biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut Antonio. (2001;160), Bank Syariah dari Teori ke Praktek.
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Muhammad
(2002;260), Manajemen Bank Syariah. Pembiayaan dalam secara luas diartikan
18
sebagai pendanaan yang di keluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Menurut Muhammad (2002;91), Manajemen Bank Syariah. Penyaluran
dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi
dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli ( Ba’i )
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property) Tingkat keuntungan
ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu
penyerahan yakni sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
b. Pembiayaan Salam
c. Pembiayaan Istisnah
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi Ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya
19
terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah.
3. Prinsip Bagi Hasil
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah
sebagai berikut :
a. Pembiayaan Musyarakah
b. Pembiayaan Mudharabah
4. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi
di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk
meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:
a. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang)
b. Rahn (Gadai)
c. Qardh
d. Wakalah (Perwakilan)
e. Kafalah (Garansi Bank)
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua
hal,yaitu:
20
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan untuk
memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.
C. Sistem Operasional Bank Syariah
Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah hukum
Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist. Kegiatn operasional bank
harus memperhatikan perintah dan larangan kedua sumber tersebut. Larangan
terutama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba.
Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank
konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa atas
dana. Dalam menjalankan operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip Syariah tidak
menggunakan sistem bunga dalam menentukan sistem imbalan atas dana yang
digunakan atau ditipkan oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang
dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi
hasil sesuai dengan hukum Islam. ( Zainuddin, 2008 )
Perlu diakui bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa
sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional merupakan pelanggaran
terhadap prinsip syariah. Dalam hukum Islam, bunga adalah riba dan diharamkan.
Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap masyarakat dan pemasaran, adanya bank atas
21
dasar prinsip Syariah merupakan usaha untuk melayani dan mendayagunakan
segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada Bank-bank konvensional
didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tiga Kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan, dan
investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan dengan
tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito.
Berbeda dengan hal berikut, bank syariah tidak melakukan pendekatan
tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada
dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
a. Sumber Dana
Sebagai salah satu lembaga yang berfungsi untuk mengimpun dana
masyarakat, bank syariah harus memiliki sumber dana optimal sebelum disalurkan
kembali ke masyarakat. Disamping itu, sebagai bang syariah yang di tuntut untuk
mempraktikan kaidah Islam, maka perlu dipahami terlebih dahulu dana
masyarakat dan transaksi-transaksinya yang tidak bertentangan dengan syariat
Islam.
b. Titipan (Al-Wadiah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam penghimpunan
dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai
dengan prinsip ini adalah Al-Wadiah. Al-Wadiah merupakan titipan murni yang
setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.
22
c. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
Bank syariah sebagai suatu lembaga keuangan akan terlibat dengan
berbagai jenis kontrak perdagangan syariah. Semua elemen kontrak sudah pasti
mempunyai asas dan prinsip yang jelas secara syariah. Penyakluran dana
perbankan syariah dapat dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu:
2. Equity Financing
Bentuk ini terbagi pula dalam pilihan skim mudharabah
muthalaqah/muqayyadah atau dalam bentuk musyarakah.
a. Al-Mudharabah
Dilihat dari segi konsep dasar, mudharabah yang akan dijelaskan disini
sama dengan mudharabah yang telah dijelaskan sebelumnya dalam penghimpunan
dana bank (deposit nasabah), namun ada yang membedakannya. Al-Mudharabah
pada pelaksanaan deposit nasabah, maka nasabah sebagai penyandang dana
bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib (pengelola dana).
Sedangkan pada skim pembiayaan, bank bertindak sebagai shahibul maal dan
pengelola usaha bertindak sebagai mudharib. Fasilitas ini dapat diberikan untuk
jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah
yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana
tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank. Dalam pelaksanaaan
kontrak AL-Murabahah, bank tidak dibenarkan meletakkan kolateral (jaminan)
kepada nasabah, karena ia bukan bersifat utang, ia bersifat kerja sama dengan
modal kepercayaan antara bank dan nasabah. Dengan kata lain, masing-masing
23
pihak mempunyai bagian atas hasil usaha bersama tersebut dan juga beban
risikonya (full investment).
b. Al-Musyarakah
Musyarakah adalah akad antara dua orang atau lebih dengan menyertakan
modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yang
disepakati. Musyarakah lebih dikenal dengan sebutan syarikat merupakan
gabungan pemegang saham untuk membiayai suatu proyek, keuntungan dan
proyek tersebut dibagi menurut presentase yang disetujui, dan seandainya proyek
tersebut mengalami kerugian, maka beban kerugian tersebut ditanggung bersama
oleh pemegang saham secara proporsional.
Bank syariah dalam aplikasinya hanya menggunakan instrumen syarikat
Al-Man, karena jenis syarikat inilah yang lebih sesuai dengan keadaan
perdagangan saat ini. produk-produk yang dikeluarkan melalui syarikat biasanya
beraneka ragam, diantaranya modal ventura, dimana bank ikut memberi modal
terhadap suatu perusahaan dan dalam jangka waktu tertentu akan melepas kembali
saham perusahaan tersebut kepada rekan kongsi dan kemungkinan juga tetap
bermitra untuk jangka panjang.
Di Indonesia, sudah ada banyak bank syariah yang melakukan produk
seperti ini, dan jenis usaha yang dibiayai antara lain perdagangan, industri
(manufacturing), usaha atas dasar kontrak dan lain sebagainya.dalam kontrak Al-
Musyarakah, bank juga tidak boleh memberatkan nasabah dengan persyaratan
agunan atau kolateral, karena kontrak ini berbentuk kerja sama dan bukan utang-
24
piutang. Kesalahan pada pembebanan jaminan menyebabkan kontrak menjadi
fasad.
c. Debt Financing.
Debt Financing adalah dalam teori meliputi objek-objek berupa pertukaran
antara barang dengan barang (barter), barang dengan uang, uang dengan barang,
dan uang dengan uang. Mengenai objek pertama dan terakhir terdapat
permasalahan pertukaran antara barang dengan barang dipertimbangkan dapat
menimbulkan ribah fadhal. Sedangkan pertukaran antara uang dengan uang pun
demikian, di khawatirkan dapat menimbulkan ribah nasiah. Pertukaran antar uang
dengan uang (sharf) dalam perbankan syariah dimasukkan dalam bidang jasa
pertukaran uang, yang mensyaratkan pertukaran langsung tanpa penundaan
pembayaran.
d. Jasa Layanan Perbankan
1. Al-Wakalah (Deputyship)
Al-Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak
pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama
pihak pertama. Dalam aplikasinya dalam perbankan syariah, wakalah biasanya
diterapkan dalam penerbitan Letter Of Credit (L/C) atau penerusan permintaan
akan barang dalam negeri dari bank di Luar Negeri(L/C Ekspor).Wakalah juga
diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain.
1. Kafalah(Gauranty) Menurut Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali,
kafalah adalah menjadikan seseorang (penjamin) ikut bertanggung
jawab atas tanggung jawab seseorang dalam pelunasan/pembayaran
25
utang. Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah penerbitan garansi
bank (Bank Guarantee).
2. Hawalah (Transfer Service) Hawalah akad pemindahan utang atau
piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalam hal ini ada tiga pihak,
yaitu pihak yang berutang (muhil atau madin), pihak yang memberi
utang (muhal atau da’iin) dan pihak yang menerima pemindahan
(muhal ‘alaih).
3. Ju’alahJualah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan
imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu
tugas/pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan
pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam
menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah,
seperti referensi bank, informasi usaha dan lain sebagainya.
4. Rahn Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan yang diterimanya. Barang yang dithan tersebut harus memiliki
nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan dapat
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Aplikasinya dapat berupa lembaga gadai dan
pada bank diterapkan sebagai collateral atas suatu
pembiayaan/pinjaman.
5. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)
Al-Qardh adalah pembelian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
26
imbalan. Dalam literatur fikih klasik, ard dikategorikan dalam akad
tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Sedangkan aplikasinya dalam dunia perbankan syariah dapat berupa al-
Qard al-Hasan sebagai bentuk sumbangsih kepada dunia usaha kecil. Di
indonesia sendiri, dana untuk skim ini berasal dari dana Badan Amil
Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS). Pada prinsipnya qardhul hasan
merupakan pinjaman dengan tujuan kebajikan, dimana peminjam hanya
perlu membayar jumlah uang yang dipinjamkan tanpa membayar
tambahan.
6. Sharf Sharf adalah transaksi pertukaran antara uang dengan uang.
Pengertian pertukaran uang yang dimaksud disini yaitu pertukaran
valuta asing , dimana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang
domestik atau mata uang lainnya.
D. Pengertian sistem Al-Mudharabah (Bagi Hasil)
Mudharabah adalah : bentuk kerja sama antara dua belah pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola.
Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal
dalam manajemen proyek.Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak
hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan
tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan, shahibul maal
27
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba
yang optimal.
1. Ada Dua Jenis Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqah : Dimana shahibul maal memberikan
keleluasaan penuh kepada pengelola (mudharib) untuk
mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik
dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal
yang sehat (uruf)
2. Mudharabah Muqayyadah: Dimana pemilik dana menentukan syarat
dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut
dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.
2. Syarat-syarat Mudharabah
1. Pemilik modal (shahibul amal) dan pengelola modal (mudharib) harus
cakap hokum
2. Dalam melakukan Ijab dan qobul harus dinyatakan oleh semua pihak
dalam hal ini pemilik modal dan pengelola modal pada saat
melakukan akad, dengan memperhatikan hal-hal seperti penerimaan
dan penawaran harus jelas menujukan tujuan akad dan harus
dilakukan pada saat akad, Akad dilakukan secara tertulis melalui
korespodensi atau cara-cara moderen yang sah secara hukum yang
berlaku di negara.
3. Modal harus jelas jumlah dan jenisnya
28
4. Modal tidak boleh dalam bentuk hutang
5. Keutungan Modharabah adalah jumlah yang di dapat dari lebihnya
modal yang dikelola, yang telah disepakati pada saat akad
6. Pengelola modal harus amanah
7. Adanya batasan waktu perjanjian
E. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)
UKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama
di indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya
jumlah UKM maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para
pengangguran. Selain itu UKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan
khususnya didaerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan rendah. Peran
UKM tidak dapat di ragukan lagi dalam mendukung peningkatan pendapatan
masyarakat tetapi pengertian dari UKM tersebut masih beragam. Makna dari
UKM sendiri berbeda beda.
Definisi yang berkaitan dengan UKM antara lain menurut:
Ketentuan undang undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan
kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah nomor 44 tahun
1997 tentang kemitraan, dimana pengertian UKM adalah sebagaimana di atur
Undang- undang No. 20 tahun 2008 UKM adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
29
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UKM adalah
kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang
mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar
Rp.70.000.000,00 ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.
Menurut Suprapti (2005:48) UKM adalah badan usaha baik perorangan
atau badan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan
bangunan) sebanyak Rp. 200.000.000,00 dan mempunyai hasil penjualan pertahun
sebanyak Rp. 1.000.000.000,00 dan berdiri sendiri.
Menurut Manurung (2005:13), Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200
juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar, berdiri sendiri bukan perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau berskala besar, berbentuk
usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
termasuk koperasi.
UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :
1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin
tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
30
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak danekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar
(UB).
F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ialah penjelasan tehadap gejala yang menjadi objek
permasalahan kita.Kerangka berpikir disusun berdasakan tinjauan pustaka dan
hasil penelitian yang relevan.
Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah yaitu kebijakan moneter. pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi
oleh perkembangan kemampuannya di dalam menghimpun dana masyarakat.
Bank Syariah memiliki peranan sebagai lembaga perantara antara unit-
unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit lain yang
kekurangan dana. Melalui bank kesulitan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan,
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan.
Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro,
31
tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah.
Sedangkan penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan
dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip
ujroh dan akad pelengkap (Karim, 2008).
Prospek perkembangan produk Bank Syariah masih terbuka lebar, jika
bank syariah melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk baru.
Sehingga muncul inovasi dalam membuat produk-produk baru yang customized
bagi customers. Berdasarkan perkembangan secara nasional maka ada
kecenderungan ke depan trennya adalah kepeminjaman konsumen. Disisi lain
pemberian pinjaman kepada kelompok UKM (Usaha Kecil Menengah) juga
menjadi salah satu pilihan karena hal ini dapat mengurangi resiko kemacetan
kredit yang biasanya disebabkan oleh debitur-debitur besar mengalami kemacetan
maka akan mempengaruhi posisi CAR (Capital Adequacy Ratio) suatu bank
secara signifikan (Abirizal,2013).
Agar apa yang diuraikan dalam penelitian ini dapat dipahami dengan
jelas maka penulis membuat kerangka berpikir sebagaimana tertera pada gambar
berikut:
32
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
PT Bank Muamalat
Cabang Makassar
Sistem Al-Mudharabah (Bagi Hasil)
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Penyaluran Pembiayaan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Muamalat cabang Makassar yang
berlokasi di Jl.Dr Sam Ratulangi No. 72 Makassar. Sementara waktu penelitian
dimulai dari bulan April sampai Mei.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah metode atau cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
2. Dokumentasi
Study dokumen (dokumentasi) yaitu cara pengumpulan data dan telah
pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan,
majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan
undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji
dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna
memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
34
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Data Kualitatif
Deskriptif, yakni data yang diperoleh dari pihak bank dalam bentuk uraian dan
penjelasan yang berkaitan dengan pokok pikiran atau permasalahan.
2. Sumber Data
1. Data Primer yaitu Data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
dari karyawan dan pimpinan perusahaan
2. Data Sekunder, data ini diperoleh dari dokumen dan laporan tahunan
yang diperlukan dalam penelitian ini,sumber literatur, internet,
dokumentasi dan data pendukung lainnya.
D. Definisi Operasional
1. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
3. Al-Mudharabah (bagi hasil) adalah bentuk kerja sama antara dua atau
lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di
35
awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus
persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
1. Mudharabah Mutlaqah : Dimana shahibul maal memberikan
keleluasaan penuh kepada pengelola (Mudharib) untuk
mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik
dan menguntungkan. Namun pengelola tetap bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan sesuai dengan praktik kebiasaan usaha normal
yang sehat ( uruf ).
2. Mudharabah Muqayyadah : Dimana pemilik dana menentukan
syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana
tersebut dengan jangka waktu,tempat, jenis usaha dan sebagainya.
3. Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah badan usaha baik perorangan
atau badan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan) sebanyak Rp. 200.000.000,00 dan mempunyai
hasil penjualan pertahun sebanyak Rp. 1.000.000.000,00 dan berdiri
sendiri.
E. Metode Analisis Data
Adapun metode Analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
yaitu menggambarkan tahap-tahap Penyaluran Pembiayaan kepada Usaha Kecil
Menengah (UKM) dengan sistem Al-Mudharabah (bagi hasil) di Bank Muamalat
cabang Makassar.
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat
Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri
jejaknya sejak tahun 1988 disaat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan
Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu
telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satupun
perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan dapat saja
menetapkan bunga sebesar 0 %. Setalah adanya rekomendasi dari lokakarya
ulama tentang bank tanpa bunga di Cisarua Bogor, pada tanggal 18 – 20 Agustus
1990. ide pertama yang berasal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
kemudian didukung dan diprakarsai oleh beberapa pejabat penting pemerintah,
para pengusaha yang berpengalaman di bidang perbankan, bahkan kemudian
Presiden Soeharto dan wakil presiden Soedarmono bersedia menjadi pendukung
utama PT. BANK MUAMALAT . Hasil lokakrya tersebut dibahas lebih
mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Jaya Hotel
tanggal 22 – 25 Agustus 1990.
Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk Tim Perbankan MUI yang
bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait, dalam
pembentukan dan pendirian bank Islam di Indonesia. PT. Bank Muamalat lahir
sebagai hasil Tim Perbankan MUI. Akte pendiriannya ditandatangani pada
37
tanggal 1 November 1991, maka PT. BANK MUAMALAT merupakan bank
umum syariah pertama yang beroperasi di Indonesia.
PT. Bank Muamalat untuk cabang Makassar diresmikan pada tanggal 6 Desember
1997 oleh Gubernur KDH TK.I Sulawesi Selatan H.Z.B. PALAGUNA. Untuk
cabang Makassar memiliki 2 (dua) kantor kas yakni, unit Maros yang diresmikan
pada tanggal 23 September 2000. unit Goa sendiri peresmiannya pada tanggal 25
September 2000.
Salah satu misi Bank Muamalat adalah menjadi ROLEMODEL Lembaga
Keuangan Syariah Dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan,
keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan Nilai “Stakeholder”.
Suatu rumusan visi dan time framenya disesuaikan dengan periode
kepengurusan Bank Muamalat,yang ditetapkan dalam anggaran dasar, yaitu lima
tahun. Dengan demikian dinamakan saja VISI 2004, yaitu menjadi Bank Syariah
Utama di Indonesia dominan di pasar Emosional, dikagumi di pasar Rasional.
Untuk mencapai misi, visi tersebut, telah dilakukan bebrapa strategi dasar sebagai
berikut :
1. Meningkatkan pendapatan melalui ekspansi pembiayaan secara
selektif dan prudent dengan penekanan pada usaha kecil dengan
pemanfaatan jaringan lembaga keuangan syariah tanpa mengabaikan
pembiayaan kepada usaha menengah dan besar dengan penekanan
pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepedulian terhadap
upaya pengemabngan usaha kecil.
38
2. Meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan produk-produk
andalan.
3. Meningkatkan kualitas profesionalisme Sumber Daya Insani.
4. Meningkatkan teknologi informasi dan teknologi pelayanan.
5. Meningkatkan intensitas pengawasan dan menumbuhkan budaya
patuh kepada peraturan.
B. Struktur Organisasi
Pemimpin adalah seseorang yang berada di atas Pimpinan, dan diangkat
berdasarkan kepercayaan dan keyakinan suatu kelompok. jadi Pemimpin lebih
tinggi daripada Pimpinan. Contohnya adalah Direktur utama dalam perusahaan
dan Presiden dalam Pemerintahan.
Sekretaris yaitu seseorang yang membantu seorang pemimpin atau badan
pimpinan ataupun suatu perusahaan, terutama untuk penyelenggaraan kegiatan
administratif yang akan menunjang kegiatan manajerial seorang pemimpin atau
kegiatan operasional perusahaan.
Sebuah badan usaha tidak dapat melakukan aktifitasnya dengan baik tanpa
adanya struktur organisasi. Karna struktur organisasi adalah alat untuk
menentukan dan menunjukkan jabatan,fungsi, tugas serta wewenang masing-
masing bagian. Selain itu struktur organisasi akan mempermudah koordinasi dan
pengawasan. Berikut struktur organisasi Bank Muamalat Cabang Makassar .
39
uraian Tuas
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Makassar
PEMIMPIN
CABANG
SEKRETARIS
RESIDENT AUDITOR
MANAJER OPERASI
SEKSI
PERSONAL
IA
ACCOUNT MANAGER
JUNIOR ACC. MGR
SIE PELAYANAN NASABAH
SEKSI KAS
SEKSI OPERASI
SEKSI UMUM
SEKSI
SUPPORT
PEMBIAY
AAN
SEKSI DATA
CONTROL
Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Makassar Tahun 2016
40
C. Job Deskribtion
Tugas dari masing-masing bagian yang terdapat dalam struktur organisasi
tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Resident Auditor (Auditor Wilayah) Berfungsi melakukan operasional
audit. Titik berat audit yang dilakukan adalah pengujian secara
menyeluruh atas berjalannya SPIN (Sistem Pengendalian Intern) yang
antara lain meliputi aspek organisasi, memadai tidaknya sumber daya
insani, praktik bank yang sehat.
2. Auditor wilayah adalah kepanjangan tangan dari inspektur pengawasan
yang ada di kantor pusat. Sekalipun keberadaannya di kantor cabang,
namun ia bertanggung jawab ke kantor pusat.
3. Pemimpin Cabang Berfungsi sebagai orang yang memimpin perusahaan
cabang yang merupakan bagian dari kantor pusat dan bertanggung jawab
terhadap segala aktivitas dan kelancaran operasional perusahaan.
4. Sekretaris Secara umum ia merupakan orang atau pegawai yang diserahi
pekerjaan tulis-menulis, surat menyurat, dsb.
5. Seksi Personalia Bagian ini berfungsi sebagai bagian yang mengurus soal-
soal kepegawaian.
6. Account Manager Bagian yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap
mekanisme pengadaan semua perangkat yang menunjang aktivitas bank.
7. Manajer Operasi Adalah bagian yang bertanggung jawab mengenai
operasional perusahaan, ia membawahi beberapa bagian diantaranya.
41
8. Sie Pelayanan Nasabah Adalah bagian yang berurusan langsung dengan
nasabah yang menangani administrasi kelancaran dari pelayanan nasabah.
9. Adalah bagian pembayaran dan penerimaan uang. Bagian ini bertanggung
jawab atas operasional dan pelayanan yang berkaitan dengan transaksi
uang tunai.
10. Seksi Operasi
11. Seksi Umum Adalah bagian yang menangani administrasi kelancaran dari
pelayanan jasa-jasa lainnya, seperti pengadaan gedung.
12. Seksi Support Pembiayaan Adalah bagian yang memberi pembiayaan
terhadap nasabah
13. . Seksi Data Control Adalah bagian yang berfungsi sebagai
pengawas/pemeriksa sistem operasional demi kelancaran perusahaan.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem AL-Mudharabah (Bagi Hasil )
Warkum, (2004) Sistem AL-Mudharabah (Bagi Hasil ) merupakan
Mudharabah adalah: bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan
landasan dasar bagi operasional Bank Islam secara keseluruhan. Secara syariah,
prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank
Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung, bank akan bertindak
sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha dengan cara memutar dan
mengelola dana bank, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal
(penyandang dana), baik yang berasal dari tabungan/deposito/giro maupun dana
bank sendiri berupa modal pemegang saham
PT. Bank Muamalat cabang Makassar dalam melakukan perhitungan bagi
hasil pembiayaan mudharabah menerapkan beberapa prosedur diantaranya adalah
pertama membuat tabel proyeksi pembayaran dengan melakukan perhitungan
terlebih dahulu. Tabel tersebut memuat catatan pembayaran yang dilakukan
nasabah setiap bulan yang terdiri dari pokok, margin, total angsuran, bagi hasil
bank dan nasabah. Kedua membandingkan proyeksi tersebut dengan realisasi dan
43
perhitungannya. Perhitungan nisbah bagi hasil jenis pembiayaan mudharabah
yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Makassar yaitu
pembiayaan mudharabah muthlaqah penentuan besar kecilnya nasabah bagi
hasildilakukan oleh bank terhadap pembiayaan.
Margin merupakan presentase keuntungan yang diharapkan dalam satu
tahun. Dalam satu pembiayaan, margin tersebut dilakukan dengan pendapatan
rata-rata bulanan mitra kerja dalam satu tahun sehingga dapat diketahui taksiran
pendapatan atas pembiayaan yang diberikan. Kemudian besarnya taksiran
pendapatan atas pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan untuk mengetahui
nasabah bagiu hasil bank. Besarnya nisbah bagi hasil nasabah dapat diketahui
dengan cara 100% dikurangi dengan nisbah bagi hasil bank.
Hasil dari perhitungan nasabah bank digunakan sebagai pedoman dalam
bernegosiasi dengan nasabah. Bank akan melakukan penawaran nasabah lebih
besar atau sama dengan hasil perhitungan nisbah tersebut, maka transaksi
pembiayaan dapat dilakukan dengan, namun bank tidak boleh memberatkan
nasabahdalam hal pembayaran cicilan pokok pembayaran atau mempersulit
finansial nasabah. usyarakah adalah prinsip bagi hasil, yaitu kerja sama antara
beberapa mitra yang masing-masing mitra menyetorkan sejumlah dana (bisa sama
atau berbeda) dan memberikan keahlian mereka untuk membuat suatu usaha dan
mengelolanya secara bersama-sama. Apabila terdapat keuntungan, sebelumnya
dibayarkan untuk biaya-biaya dan dibagi sesama mitra berdasarkan nisbah,
apabila terjadi kerugian, kerugian ditanggung bersama sesuai porsi modal masing-
masing, yang dimana pembiayaan musyarakah bank sebagai mitra pasif dan
44
nasabah mitra aktif. Dalam pembiayaan musyarakah ini, nasabah dan bank sama-
sama menyetorkan modal untuk membuat usaha. Tetapi, bank tidak ikut serta
dalam kepengelolaan usaha tersebut.
Nisbah pembiayaan perkongsian merupakan suatu pokok atau bentuk
perjanjian bagi hasil antara nasabah dan bank sebagai mitra dalam menentukan
kesepakatan, yang dimana dalam menentukan nisbah nasabah dan bank sesuai
dengan porsi modal yang dimiliki nasabah dan bank. Misallkan Pak Wahyu
membutuhkan dana Rp. 50.000.000 untuk menjalankan usahanya dan Pak Wahyu
mempunyai dana Rp. 30.000.000, kemudian bank memberikan dana Rp.
20.000.000, Adapun yang disepakati dalam sebuah akad dalam menjalankan
usaha yakni adanya mitra aktif dalam menjalankan usaha. Jadi pembagian porsi
antara nasabah dan bank = 60:40. Ketika mendapatkan keuntungan sebesar
15.000.000/ bulan. Adapun biaya gaji, perawatan/kebersihan sebesar Rp.
5.000.000, dan nisbah untuk bank sebesar : 40 % X Rp. 10.000.000 = Rp.
4.000.000. dan nasabah : 60 % X Rp. 10.000.000 = Rp. 6.000.000. Untuk lebih
jelas berikut data bagi hasil bank muamalat cabang Makassar sebagai berikut:
45
Tabel. 2.1 Distibusi Bagi Hasil Bank Muamalat Cabang Makassar
Bulan
Laba Usaha
(Rp)
Bagian Bank
22,80%
Bagian Nasabah
77,20%
1 10.000.000 2.280.000 7.720.000
2 8.000.000 1.024.000 6.176.000
3 5.000.000 1.140.000 3.860.000
4 7.000.000 1.596.000 5.404.000
5 4.000.000 912.000 3.088.000
6 9.500.000 2.166.000 7.334.000
Jumlah Rp. 43.500.000 Rp. 998.000 Rp. 33.582.000
Sumber data: www.muamalatbank.com
Dari data tabel tersebut pada indikator distibusi bagi hasil Bank
Muamalat Cabang Makassar dapat dianalisa pembiayaan Bank Muamalat
menaksir pendapatan rata-rata setiap bulan yang diperoleh perusahaan nasabah
sebesar Rp. 10.000.000 dari data tabel diatas dapat dihitung besarnya nisbah bagi
hasil dan distribusi bagi hasilnya sebagai berikut:
Diketahui:
Espected yield = 19% p.a
Besar pembiayaan = Rp. 100.000.000
Taksiran pendapatan perusahaan = Rp. 10.000,000/ bulan
Maka:
Espected yield dalam satu tahun = Taksiran
Pendapatan 1 tahun x Margin
Espected yield dalam satu tahun
= Taksiran pendapatan 1 tahun x Margin
46
= Taksiran pendapatan 1 tahun x Margin
= (Rp. 10.000.000 x 12) x19%
= Rp. 22.800.000
=22,8 %
Analisa diatas menunjukan sistem bagi hasil Bank Muamalat cabang
Makassar menunjukan besaran kisaran keuntungan antara pihak Bank Muamalat
dengan nasabah dengan perhitungan yang menjadi aturan dalam sistem AL-
Mudharabah Bank Muamalat dapat dikalkulasikan Nisbah bagi hasil nasabah =
100% - 22,8 % = 77,2 % Jadi nisbah bagi hasil Bank Muamalat cabang
Makassar dengan nasabah adalah 22,8 % : 77,2 %. Distribusi bagi hasil
berdasarkan nisbah yaitu 22,8% : 77,2 %..
Hasil pembagian Bank Muamalat antara pemilik modal dengan nasabah
diatas menunjukan bahwa besaran pembagian jumalah keuntungan yang diperoleh
dari pihak Bank dengan nasabah memiliki fariasi yang berbeda tergantung dari
besaran jumlah dana yang dibutuhkan oleh nasabah. Dengan adanya pembagian
hasil yang jelas yang dilakukan antara pihak Bank dengan nasabah dapat
membentuk rasa saling bertanggung jawab, kepercayaan antara satu dengan yang
lainnya, dengan hal seperti ini akan membentuk pola kerja sama antara dua belah
pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini
47
menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik
modal dan keahlian dari pengelola.
PT. Bank Muamalat Cabang Makassar dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya tidak hanya melakukan kegiatan penyimpanan dana tetapi juga
melakukan kegiatan pengelolaan dana yang diwujudkan dalam bentuk penyediaan
fasilitas pembiayaan bagi pihak yang membutuhkan pembiayaan muadharabah
sebagai salah satu pembiayaan yang ditawarkan oleh PT. Bank Muamalat
Indonesia cabang Makassar mupakan peiayaan yang dilakukan melalui kerja sama
usaha atara da pihak, yaitu bank selaku pemilik modal yang menyediakan modal
100% dan nasabah selaku pengelola usaha dengan jenis usaha tertentu yang telah
disepakati bersama dengan nisba bagi hasil yang telah ditetapkanbersama pula.
Pembiayaan mudharabah yang ditawarkan oleh bank bila dilihat dari bentuknya
merupakan pembiayaan mudharabah yaitu bentuk kerjasama antara pemilik dana
dengan pengelola yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu atau syarat lainnya.
Pembiayaan yang disalurkan, digunakan untuk pembiayaan produktif
sebagai modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif untuk meninfkatkan jumlah produksi maupun
secara kualitatif untuk meningkatkan kualitas atau mutu hasil produktif yang
menghasilakan keuntungan dan melarang penyaluran modal untuk usaha yang
mengandung unsur tidak halal. Jangka waktu pembiayaan mudharabah maksimal
5 tahun.
48
PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Makassar, sebelum memberikan
pembiayaan kepada nasabah, pihak bank terlebih dahulu melakukan survei
terhadap calon nasabah dan usaha yang akan dibiayainya, survei disebut dilakukan
oleh bagian pembiayaan yang langsung terjun kelapangan untuk mengetahui
kredibilitas calon nasabahnya.setelah itu, dilakukan analisis pembiayaan yang
meliputi analisis dan analisis terhadap aspek perusahaan. Pada prinsipnya, dalam
pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak
melakukan penyimpangan pihak bank dapat meminta jaminan dari mudharib atau
pihak ketika. Jaminan itu hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
akad, oleh karena itu, dalam rangka penyaluran pembiayaan mudharabah, bank
juga mempertimbangkan faktor jaminan dari nasabah atas pembiayaan
mudharabah yang diterima untuk untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin
dihadapi oleh bank akibat kesalahan nasabah yang akan terjadi dukemudian hari.
B. Penyaluran Pembiayaan
Rahmat, (2012) penyaluran pembiayaan merupakan Pembiayaan atau
financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, menyatakan:
49
“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa”.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Bank Syariah, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang membutuhkan pembiayaan. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan
dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal berikut :
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produk perdagangan maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas 2 (dua), yaitu diantaranya :
1. Kebutuhan primer, adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang,
seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun
berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan.
50
2. Kebutuhan sekunder, adalah kebutuhan tambahan yang secara
kwantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari
kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti bangunan rumah,
kendaraan, perhiasan maupun jasa seperti pendidikan, pariwisata,
hiburan dan sebagainya.
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau
masyarakat, Bank Syariah menawarkan beberapa produk perbankan, yaitu:
1. Pembiayaan Mudharabah, adalah bank (mudharib) menyediakan modal
investasi atau modal kerja secara penuh, sedangkan nasabah (shahibul
maal) menyediakan proyek atau usaha (amal) lengkap dengan
manajemennya. Hasil keuntungan dan kerugian (bagi hasil) yang dialami
nasabah dibagikan dan ditanggung bersama antara bank dan nasabah
dengan ketentuan sesuai kesepakatan bersama (ijab-qabul). Prinsip
mudharabah dalam perbankan digunakan untuk menerima simpanan dari
nasabah, baik dalam bentuk tabungan atau deposito dan juga untuk
pembiayaan.
2. Pembiayaan Musyarakah, adalah pembiayaan sebagian dari modal
usaha, yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam manajemennya.
Modal yang disetor dapat berupa uang, barang perdagangan (trading
asset), property dan barang-barang yang dapat dinilai dengan uang.
3. Pembiayaan Murabahah, dalam istilah fiqh adalah akad jual beli atas
barang tertentu, dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan
dengan jelas barang yang diperjualbelikan termasuk harga pembelian dan
51
keuntungan yang diambil, sedangkan murabahah dalam teknis perbankan
adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Adapun rukun dan
syarat murabahah sebagai berikut :
1. Penjual;
2. Pembeli;
3. Barang yang diperjualbelikan;
4. Harga dan
5. Ijab-qabul.
4. Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam pembiayaan jangka pendek untuk
produk agrobisnis atau industri jenis lainnya
5. Pembiayaan Istishna diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan manufaktur,
industri kecil-menengah dan kontruksi.Dalam pelaksanaannya
pembiayaan istishna dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pihak
produsen ditentukan oleh bank atau pihak produsen ditentukan oleh
nasabah. Pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus
ditentukan dimuka dalam akad oleh kedua belah pihak.
6. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik (sewa beli) adalah akad sewa
suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi
kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam
dunia usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa dan harga beli
ditetapkan bersama diawal perjanjian.
7. Hiwalah adalah produk perbankan syariah yang disediakan untuk
membantu supplier untuk mendapatkan modal tunai agar melanjutkan
52
produknya, dalam hal ini bank akan mendapatkan imbalan (fee) atas jasa
pemindahan piutang. Besarnya imbalan yang akan diterima bank
ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antara bank dan nasabah.
Pada indicator diatas tentang penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh
Bank Muamalat cabang Makassar, berikut bentuk penyaluran dana Bank
muamalat dalam skala tahun 2008-2015 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Penyaluran Dana Bank Muamalat (dalam Miliar Rupiah)
AKAD 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Mudharabah 3.124 4.062 5.578 6.205 6.597 7.760 8.560 8.606
Musyarakah 1.898 2.335 4.406 7.411 10.412 12.742 14.600 14.667
Murabahah 9.487 12.624 16.553 22.486 26.321 32.108 37.855 38.983
Salam 0 0 0 0 0 0 0 0
Istishna 282 337 351 369 423 392 351 360
Ijarah 361 836 516 765 1.305 1.860 2.436 2.417
Qardh 125 250 540 959 1.829 2.901 5.922 6.407
Total 15.232 20.445 27.994 38.195 46.886 57.763 69.724 71.449
Sumber data: www.muamalatbank.com
Berdasarkan tabel dapat dianalis bahwa kinerja pertumbuhan pembiayaan
bank syariah tetap tinggi sampai posisi 2015 dengan kinerja pembiayaan yang
baik (NPF, Net Performing Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan
oleh perbankan syariah setiap tahunnya secara konsisten terus mengalami
peningkatan. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
syariah per Februari 2015 mencapai Rp.71.449 miliar.
Penyaluran pembaiayaan pengajuan permohonan pembiayaan mudharabah
pada tahap inio, calon nasabah mengajukan surat permohonan pembiayaan
mudharabah kepada petugas pembiayaan. Petugas akan memberikan penjelasan
53
mengenai prosedur pembiayaan yang harus dilalui oleh calon nasabah pada saat
mengajukan permohonan pembiayaan. Pengajuan permohonan pembiayaan harus
dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh petugas pembiayaan
sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan apakah permohonan
pembiayaan mudharabah yang diajukan dapat dilanjutkan ketahap
berikutbya.Dokumen yang harus diserahkan oleh calon nasabah adalah: Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), KTP pengurus, akta pendirian usaha, surat ijin
usaha, surat ijin usaha perdagangan (SIUP), surat ijin tempat usaha (SITU)
laporan keuangan minimal 2 tahun selain dokumen-dokumen tersebut, pada
permohonan yang diajukan juga harus memuat data tentang nasabah berkaitan
dengan pembiayaan yang diajukan dan keadaan calon nasabah. Data-data antara
lain: identitas calon nasabah, informasi tentang usaha yang akan dikeloala,
riwayat pembiayaan yang pernah diterima dan referensi atau rekomendasi dari
pihak yang terkait, proyeksi kebutuhan pembiayaan, jangka waktu pembiayaan
dan rencana penggunaan pembiayaan, serta informasi tentang jaminan.
Proses analisis pembiayaan yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat
cabang Makassar pada pembiayaan mudharabah meliputi : pengumpulan data
menyusun rencana pengumulan data menyeleksi data yang diperoleh untuk
dipisahkan antara data yang diperlukan dan data yang tidak diperlukan, verifikasi
data melakukan pemeriksaan setempat dengan mengunjungi langsung lokasi
usaha. Meminta informasi kepada Bank Indonesia dan bank lainnya tentang
kondisi keuangan nasabah, melakukan checking tentang keadaan nasabah melalui
pembeli, pemasok,dan pesaing. Analisis laporan keuangan dan aspek perusahaan
54
lainnya analisis rasio, analisis aspek perusahaan, meliputi aspek hukum, aspek
manajemen, pemasaran dan teknis. Analisis risikoevaluasi kebutuhan keuangan
evaluasi kebutuhan keuanagan evaluasi kebutuhan keuangan ini meliputi jenis dan
besarnya pembiayaan yang diperlukan oleh nasabah bank akan mendapatkan
gambaran dan informasi yang jelas dan lengkap tentang keadaan calon nasabah
setelah pihak bank melakukan kegiatan analisis pembiayaan dalam melakukan
kegaiatan analisis juga memperhatikan aspek-aspek penilaian kelayakan
pembiayaan.
Warkum, (2004) Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam
rangka untuk:
1. Upaya memaksimalkan laba. Setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan
tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan
mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba
maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup;
2. Upaya meminimalkan risiko. Usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal
usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan;
3. Pendayagunaan sumber ekonomi. Sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan
sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam
dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak ada, maka
dipastikan diperlukan pembiayaan;
55
4. Penyaluran kelebihan dana. Dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak
yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam
kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat
menjadi pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dana
penyaluran kelebihan dana dari pihak yang berlebihan (surplus) kepada
pihak yang kekurangan (minus) dana. Dalam hal ini adanya keuntungan
PT. Bank Muamalat Indonesia ketika akan melakukan penyaluran dana
berupa pembiayaan mudharabah dan musyarakah kepada pihak yang
memerlukan dana telah sesuai dengan syaratsyarat yang ada, yaitu sebagai
berikut :
1. Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentasi dari jumlah
modal yang diinvestasikan, melainkan hanya keuntungannya saja setelah
dipotong besarnya modal. Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
keuntungan atau laba yang dibagikan adalah setelah dipotong besarnya
modal dan perhitungan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia
dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi ketidak-jelasan penghitungan
sehingga akan membawa pada suatu kontrak/ perjanjian yang tidak sah.
2. Keuntungan untuk setiap pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal.
Pada PT. Bank Muamalat Indonesia keuntungan yang dibagikan harus
sesuai dengan perhitungan yang seadil-adilnya dan sejelas mungkin agar
tidak terjadi pada perbuatan riba’.
3. Nisbah pembagian ditentukan dengan persentase. Faktanya pada PT. Bank
Muamalat Indonesia memang nisbah pembagian keuntungan adalah
56
dengan menggunakan persentase, misalnya 30:70%. Nisbah ini ditentukan
pada saat akad, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
antara bank dengan pihak nasabah dalam pembagian nisbah.
4. Keuntungan harus menjadi hak bersama sehingga tidak boleh
diperjanjikan bahwa seluruh keuntungan untuk salah satu pihak.
Zainul, (2000) adapun yang perlu diperhatikan dalam melakukan kerjasama/
berkongsi yaitu fitur produk pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat
Indonesia, yaitu:
1. Porsi syirkah nasabah minimal 10%.
2. Kepemilikan bank pindah kepada melalui sewa (akad/ ijarah bittamlik).
3. Nilai sewa evaluatif setiap 2 tahun, namun sepanjang history tidak pernah
4. ada perubahan nilai sewa.
5. Penentuan nisbah syirkah nasabah dihitung dengan membandingkan
6. porsi nasabah dengan harga obyek yang dikongsikan.
7. Nasabah dapat mempercepat pengambil alihan porsi bank dengan
8. menambahkan nilai sewa kepada bank.
Sesuai dengan praktik fitur produk pembiayaan musyarakah pada Bank
Muamalat Indonesia bahwa hal ini disebutkan juga pada fatwa DSN MUI tentang
pembiayaan musyarakah yaitu ketentuan umum, berdasarkan sebuah kerjasama
yang akan disepakati pada saat akad antara kedua pihak atau lebih, yang dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
57
Dari indicator tersebut tentang penyaluran pembiayaan yang dilakukan
oleh Bank Muamalat cabang Makassar menunjukan terdapat pula sekian jumlah
dana yang dapat disalurkan melalui nasabah dari 10.000.000 sampai dengan
50.000.000 dengan sistem kredit dengan jumlah waktu yang ditentukan mulai dari
12 bulan sampai 60 bulan berikut data jumlah dana dan angsuran yang dapat
diberikan oleh pelaku usaha sebagai berikut:
Tabel 2.3. Dana Angsuran Bank Muamalat Kepada Nasabah
FLAFOND
12
Bulan
18
Bulan
24
Bulan
36
Bulan
48
Bulan
60
Bulan
26.000.000 3,476,667 1,860,444 1,499,333 1,138,222 957,667 849,333
27.000.000 2,682,000 1,932,000 1,557,000 1,182,000 994,5,000 882,000
28.000.000 2,781,333 2,003,556 1,614,667 1,225,778 1,031,333 914,667
29.000.000 2,880,667 2,075,111 1,672,333 1,269,559 1,068,167 947,333
30.000.000 2,980,000 2,146,667 1,730,000 1,313,333 1,105,000 980,000
31.000.000 3,079,333 2,218,222 1,787,667 1,357,111 1,141,833 1,012,667
32.000.000 3,178,667 2,289,778 1,845,333 1,400,889 1,178,667 1,045,333
33.000.000 3,278,000 2,361,333 1,903,000 1,444,667 1,215,500 1,078,000
34.000.000 3,377,333 2,432,889 1,960,667 1,488,444 1,252,333 1,110,667
45.000.000 4.470,00 3,220,000 2,595,000 1,970,000 1,657,500 1,470,000
47.000.000 4,668,667 3,353,111 2,710,333 2,057,556 1,731,167 1,535,333
49.000.000 4,867,333 3,509,222 2,825,667 2,145,111 1,804,833 1,600,667
50.000.000 4,966,667 3,577,778 2,883,333 2,188,889 1,841,667 1,633,333
Sumber data: www.muamalatbank.com
Dari data tersebut menunjukan nasabah mengembalikan pinjaman dengan
cara mengangsur sesuai dengan nominal pinjamannya dan sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Bantuan dana atau pinjaman dana yang diberikan
berkisar Rp. 10.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- tanpa imbalan dengan resiko
ditanggung oleh bank dan digunakan untuk membantu modal usaha mereka
58
sebagai misi sosial kemasyarakatan untuk meningkatkan citra bank dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap Bank Muamalat Makassar. Setiap
nasabah diberkan jangka waktu (tempo) untuk pengembalian selama jumlah yang
ditentukan.
Tabel 2.4 Data Nama Pelaku Usaha Beserta Jumlah Dana serta
Peruntukannya
NO Nama Jumlah Dana Penggunaan Dana
2 Edy Santoso 2.500.000 Modal Usaha
3 M. Taslim 1.000.000 Modal Usaha
4 Jurinah 600.000 Modal Usaha
5 Fahrorozi 500.000 Modal Usaha
6 Sugiyanto 1.000.000 Modal Usaha
7 Suharto 1.000.000 Modal Usaha
8 Adi 2.500.000 Modal Usaha
Sumber: Dokumentasi Bank Muamalat cabang Makassar
Dari data diatas menunjukan bahwa tedapat beberapa pelaku usaha yang
melakukan peminjaman modal kepada Bank Muamalat yang secara keseluruhan
penggunaan dana untuk diperuntukan modal usaha, dengan memberikannya suatu
modal usaha kepada masyarakat tentunya akan memberikan suatu bentuk
pengembangan usaha kepada masyarakat. Dalam hal ini sesuai dengan konsep
yang ada bahwa motivasi bank syariah mengeluarkan produk qardhul hasan
bukan untuk mengejar keuntungan (komersial) tetapi diorientasikan untuk
kepentingan sosial (social oriented) yaitu dalam rangka membantu nasabah kecil-
menengah melaksanakan kegiatan usahanya. Saat ini, bank syariah memang lebih
banyak mengeluarkan produk yang berorientasi pada komersial atau untuk meraih
keuntungan dengan memperbanyak produk-produk yang mengacu pada akad jual-
59
beli atau bagi hasil. Sedangkan skema produk qardhul hasan sangat kecil bahkan
ada sebagian bank syariah yang tidak menggunakan produk qardhul hasan.
Pelaksanaan produk qard al-hasan diwujudkan dalam bentuk dana bergulir yang
diberikan kepada masyarakat usaha kecil-menengah sebagai wujud
keikutsertaannya dalam pengembang-an di sektor riil yang dilakukan oleh
kelombok kecil & menengah.
Dengan adanya bank syariah ini sangat memberikan kemudahan bagi
pelaku usaha hal ini sesuai dengan konsep dari bank syariah itu sendiri dalam
Pada pasal 13 UU No. 10/1998 mendefinisikan bahwa prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),
atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Prinsip syariah tersebut berlaku
baik untuk bank umum syariah maupun Lembaga Keuangan Syariah. Jenis
pembiayaan pada bank syariah akan diujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan
aktiva tidak produktif (Muhammad, 2005).
Wirdyaningsih, (2005) Selain dari pada itu PT. Bank Muamalat dalam
memberikan modal kepada pelaku usaha, terdapat beberapa syarat dalam
menjalankan pembiayaan musyarakah, yaitu :
60
1. Orang yang berakal sehat, dewasa dan cakap dalam bertindak hukum
atau diwakilkan.
2. Obyek akad adalah hal-hal yang dapat di wakilkan agar memungkinkan
setiap anggota syirkah bertindak hukum atas nama seluruh anggota.
3. Para pihak melakukan perjanjian suka rela.
4. Pembagian keuntungan ditentukan pada saat terjadinya akad.
5. Modal yang yang disatukan antara sesama mitra.
Adapun Kaidah Fiqh yang menjadi acuan untuk menjalankan pembiyaan
musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia :
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya, yang dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum
Allah” Sesuai dengan praktik penentuan bagi hasil pembiayaan musyarakah pada
Bank Muamalat Indonesia di atas bahwa sesuai dengan ketentuan umum fatwa
DSN MUI tentang pembiayaan musyarakah. Adapun hadis qudsi yang
diriwayatkan dari pada Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW meriwayatkan
bahawa Allah SWT berfirman: "Aku adalah orang ketiga bersama-sama dengan
rakan kongsi, selama masing-masing mereka tidak mengkhianati yang lain. Jika
salah seorang mengkhianati yang lain, maka aku meninggalkan mereka berdua."
(riwayat Abu Daud dan Hakim). Hadits diatas sudah jelas menjelaskan ketika
melakukan sebuah kerjasama antara dua atau lebih, selama diantara mereka tidak
terjadi perselisihan, maka jalannya itu di ridhai Allah. Bahwa penerapan
pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan nilai
61
Islam (Al-Qur’an dan Hadits) dan Fatwa DSN MUI tahun 2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah.
Dari data tabel sebelumnya terdapat pula keberhasilan nasabah pelaku
UKM dalam melakukan pengembalian dana yang dilakukan oleh nasabah
kepada pihak Bank Muamalat Cabang Makassar diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.5 Tingkat KeberhasilanNnasabah dalam Pengembalian Dana
NO Nama
Jumlah
DanaYang
Disalurkan
Jumlah
Pengembalian Dana
1 Edy Santoso Rp. 2.500.000 Rp. 1.000.000
2 M. Taslim Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000
3 Jurinah Rp. 600.000 Rp. 600.000
4 Fahrorozi Rp. 500.000 Rp. 0
5 Sugiyanto Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000
6 Suharto Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000
7 Adi Rp. 2.500.000 Rp. 0
Sumber: Dokumentasi Bank Muamalat cabang Makassar
Dengan melihat tabel 2.5 dalam hal ini Prinsip utama bank syari’ah adalah
harus menuju pada pengembangan kesejahteraan masyarakat yang bermuara
kepada kondisi sosial masyarakat yang menentramkan. Itulah sebabnya mengapa
salah satu misi bank syariah adalah mengutamakan dana dari golongan menengah
dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil,
serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak, dan sedekah yang lebih
efektif sebagai cerminan kepada kepedulian sosial. Dan yang tidak kalah
pentingnya dalam hal ini ialah, bagaimana para muqtaridh dapat benar-benar
memperoleh manfaat dari penyaluran dana qardhul hasan. Maka kesinambungan
62
atau kontinuitas penyaluran dana qardhul hasan yang biasa disebut dengan dana
kebajikan di Bank Muamalat cabang Makassar hendaknya dapat dipertahankan
agar produk sosial ini memiliki dampak positif dan berdayaguna untuk
masyarakat, khususnya bagi para penerima dana qardhul hasan (muqtaridh).
Selain itu manfaat perbankan Syariah sendiri untuk mengurangi dampak
negative yang timbul dimasyarakat. Karena tujuan pencarian investor yang akan
membuka usaha dengan modal dari perbankan berbasis Syariah akan di seleksi
sesuai kriteria. Karena tidak akan diperbolehkan melakukan investasi yang
hukumnya diharamkan dan membawa kemaksiatan. Dampak dari ini semua tentu
saja bukan hanya untuk kaum muslim saja, apabila dimisalkan semua bank di
Indonesia ini berbasis Syariah, maka tidak akan ada tempat-tempat perjudian,
diskotik, dan hiburan-hiburan lainnya atau bisnis-bisnis lain yang berbau
kemaksiatan dan membawa dampak negatif bagi masyarakatnya. Dan sangat jelas
mendatangkan pahala bagi kaum muslim, karena telah menghindari Riba yang
biasa di praktekan oleh bank-bank konvensional.
Munculnya suatu bank syariah sangat dirasakan begitu besar manfaat dari
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah hal ini sesuai dengan Undang-undang
no. 9 tahun 1995 tentang Usaha kecil, yaitu usaha yang memenuhi kriteria sebagai
berikut: 1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah); 3)
milik warga Negara Indonesia; 4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik
63
langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; 5)
berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi (Sholihin, 2010:875).
Usaha menengah saat ini antara lain diatur dalam instruksi Presiden
Republik Indonesia No 10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan usaha menengah,
yaitu usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; 2) milik warga Negara Indonesia; 3) berdiri sendiri dan bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar; 4) berbentuk
usaha orang perseorangan , badan usaha yag tidak berbadan hukum, dan/atau
badan usaha yang berbadan hukum (Sholihin, 2010:875)
Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah 8 berbagai
tantangan lingkungan, secara rinci dapat diuraikan beberapa kekuatan usaha kecil
dan menengah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kreativitas usaha baru
2. Melakukan inovasi
3. Ketergantuangan usaha besar terhadap usaha kecil
4. Daya tahan usaha kecil terhadap krisis tergolong cukup tinggi
Sebaliknya, dari sejumlah kekuatan ternyata usaha kecil juga tidak luput
dari beberapa kelemahan. Diantara kelemahan-kelemahan yang melekat pada
usaha kecil antara lain terbatasnya penguasaan kompetensi bidang usaha,
64
lemahnya ketrampilan manajemen, tingkat kegagalan yang tinggi, terbatasnya
sumber daya yang dimiliki lebih lanjut dapat dijelaskan dalam uraian berikut:
1) Lemahnya ketrampilan manajemen.
Pelaku usaha kecil sering berwirausaha dengan bekal sumber daya
seadanya. Ketidaksiapan tersebut bukan hanya dalam hal modal dana dan/atau
peralatan lainnya, melainkan juga ketidaksiapan dalam penguasaan kompetensi
bidang usaha ataupun kecilnya ketrampilan manajemen.
2) Tingkat kegagalan dan penyebabnya.
Menurut Siropolis (1994), tingkat kegagalan usaha kecil sebesar 44%
disebabkan oleh kurangnya kompetensi dalam dunia usaha. Kurangnya
kompetensi disini meliputi kurangnya penguasaan tentang bidang usaha yang
dijalankan dan kemampuan dalam mengelola kegiatan usaha. Penyebab kegagalan
yang kedua diakibatkan oleh lemahya kemampuan manajemen yang menempati
prosentase sebesar 17%.
3) Keterbatasan sumber daya.
Keterbatasan yang dimiliki oleh pelakuk usaha kecil dan menengah bukan
hanya dalam hal pendanaan atau permodalan termasuk ketersediaan peralatan
fisik, tetapi juga yang terkait dengan infomasi. Usaha kecil dan menengah dengan
karakteristik skalanya yang serba terbatas ternyata memiliki sejumlah keuatan.
Kekuatan yang dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam
menghadapi
Penentuan bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia, Pembiayaan
musyarakah adalah yaitu kerja sama antara beberapa mitra yang masing-masing
65
mitra menyetorkan sejumlah dana (bisa sama atau berbeda) dan memberikan
keahlian mereka untuk membuat suatu usaha dan mengelolanya secara bersama-
sama. Apabila terdapat keuntungan, sebelumnya dibayarkan untuk biaya-biaya
dan dibagi sesama mitra berdasarkan nisbah, apabila terjadi kerugian, kerugian
ditanggung bersama sesuai porsi modal masing-masing, yang dimana pembiayaan
musyarakah bank sebagai mitra pasif dan nasabah mitra aktif. Dalam pembiayaan
musyarakah, nasabah dan bank sama-sama menyetorkan modal untuk membuat
usaha. Tetapi, bank tidak ikut serta dalam kepengelolaan usaha tersebut. Adapun
yang menjadi acuan dalam melaksanakan penentuan tersebut, yaitu :
1. Kejujuran/ transparan
Pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia, dipandang
secara kejujuran/ transparansi melakukan penawaran dan permintaan (ijab dan
qabul) agar terciptanya sebuah kesepakatan untuk menjalankan sebuah usaha dan
nasabah harus menyampaikan laporan periodik untuk menetukan penentuan porsi
bagi hasil sesuai kebutuhan yang telah disepakati pada saat akad.
2. Keadilan
Pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia, dipandang
secara keadilan bahwa menentukan bagi hasil baik keuntungan maupun kerugian
sesuai dengan proporsi modal sesama mitra yang telah disepakati pada saat akad.
3. Ukhuwah
Pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia, dipandang
secara ukhuwah bahwa sesama rekan kongsi/ mitra terjalin pada saat ijab dan
qabul (penerimaan dan penawaran) dan berakhirnya sebuah proyek yang
66
dilakukan oleh sesama mitra khususnya nasabah. Sesuai dengan praktik penentuan
bagi hasil pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia di atas bahwa
sesuai dengan penentuan bagi hasil (keuntungan dan kerugian) fatwa DSN MUI
tentang pembiayaan musyarakah. Adapun hadits yang menjelaskan dalam
menentukan bagi hasil dari HR Ibn dari Ibnu Umar, yang artinya: “berikanlah
upah pekerja sebelum keringatnya kering” Hadits ini menegaskan bahwa
menyewa atau memanfaatkan tenaga dari buruh atau pekerja adalah
diperbolehkan, namun tidak boleh menyingkirkan kewajiban untuk membayar
sewa atas manfaat tersebut, bahkan kewajiban untuk membayar sewa harus
dilunasi sebelum keringatnya kering.
67
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam sistem bagi
hasil Bank Muamalat cabang Makassar menunjukan besaran kisaran keuntungan
antara pihak Bank Muamalat dengan nasabah dengan perhitungan yang menjadi
aturan dalam sistem AL-Mudharabah Bank Muamalat dapat dikalkulasikan
Nisbah bagi hasil nasabah = 100% - 22,8 % = 77,2 % Jadi nisbah bagi hasil
Bank Muamalat cabang Makassar dengan nasabah adalah 22,8 % : 77,2 %.
Distribusi bagi hasil berdasarkan nisbah yaitu 22,8% : 77,2 % dan pembiayaan
Bank Muamalat menaksir pendapatan rata-rata setiap bulan yang diperoleh
perusahaan nasabah sebesar Rp. 10.000.000, Selain dari itu, bagi hasil Bank
Muamalat cabang Makassar dalam penyaluran pembiayaan yang dilakukan dari
pihak bank Muamalat cabang Makassar mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya, dapat dilihat dari tahun 2008 mencapai 15.232 M, tahun 2009 =
20.445 M tahun 2010 = 27.994 M tahun 2011 = 38.195 M sampai dengan tahun
2015 mencapai 71.449 M. Melihat pertumbuhan penyaluran pembiayaan PT.
Bank Muamalat syariah dari tahun ketahun mengalami peningkatan hingga tahun
2015 dengan kinerja pembiayaan yang baik.
Selain dari pada itu Bank Muamalat cabang Makassar memberikan dana
kepada pelaku usaha UKM dengan nilai bagi hasil yang sangat rendah bagi
68
68
nasabah atau pelaku usaha UKM sehingga pelaku usaha dapat meningkatkan dan
mengembangkan modal usaha mereka.
B. Saran
Setelah penulis mengemukakan kesimpulan seperti tersebut diatas,
dibawah ini dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Bank Muamalat cabang Makassar disarankan untuk dapat lebih inovatif
serta kreatif dalam hal memperbanyak sumber sistem bagi hasil dan
penyaluran pembiayaan
2. Dan hendaknya Bank Muamalat cabang Makassar dapat menjaga serta
mempertahankan kontinuitas produk pemberian modal kepada pelaku
UKM sebagai wujud kepedulian sosial Bank Muamalat cabang Makassar
kepada masyarakat, dan/atau nasabah yang membutuhkannya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Gilarso.T,Sj, 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Cet-5, Yogyakarta :Kanisius.
Hardanto. S,S, 2006. Manajemen Resiko bagi Bank Umum, Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Hariani. Iswi, dkk, 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Hasibuan,S.P, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet-9, Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Kamaruddin.S, 2008. Pengantar Manajemen Perbankan, Jakarta : PT Gramedia.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Manurung.A.Haymans, 2005. Modal Untuk Bisnis UKM, Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara.
Margono S,2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Muhammad. 2009. Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah). Yogyakarta: UII Press
Rinaldy.Eddie, 2009. Membaca Neraca Bank, Jakarta : Indonesia Legal Centre
Publishing.
Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono, 2010.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung : Alfabeta.
Suhardi, Gunarto, 2007. Usaha Perbankan dan Perspektif Hukum, Cet-5,
Yogyakarta : Kanisius.
Warkum Sumitro. 2004. Asas-asas Perbankan Islam dan
LembagalembagamTerkait. Edisi Revisi. Cetakan ke-4. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Wirdyaningsih, dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Edisi Kesatu.
Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana.
Yumanita, D, Ascarya, 2005. Bank Syariah, Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan.
70
Zainuddin Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta : Sinar Grafika.
Zainul Arifin. 2000. Memahami Bank Syariah –Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek. Cetakan Kedua. Jakarta: Alvabet.
Zamroni. M, 2009. Buku Kantong Ekonomi IPS, Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
RIWAYAT HIDUP
Rika Astikasari,Lahir pada tanggal 15 Juli 1994 di
Kampung Cina, Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba. Penulis merupakan anak ke empat dari
empat bersaudara dari hasil buah cinta dari pasangan
Ammase (ayah) dan Hj.Nira (ibu), penulis memulai
Jenjang Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri
330 Raoe Kabupaten Bulukumba pada tahun 2000 dan tamat pada tahun 2006.
Pada tahun yang sama pula (2006) Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Negeri 2 Gantarang Kabupaten Bulukumba dan tamat pada
tahun 2009. Selanjutnya pada tahun yang sama pula (2009) Penulis melanjutkan
Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Bulukumba dan tamat
pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama pula (2012) Penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH)
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2015
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Makassar.