BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian diakhiri dengan proses
persalinan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar
dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin.
Resiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara
tiba-tiba dapat menjadi beresiko ringgi. Tanda dan gejala pada masing-masing wanita hamil
berbeda-beda. Ada yang mengalami gejala-gejala sejak awal, ada yang beberapa minggu
kemudian, atau bahkan tidak memiliki gejala kehamilan dini. Namun, tanda yang pasti dari
kehamilan adalah terlambatnya periode menstruasi. Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu
atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario I
Ny W 25 tahun datang ke poliklinik trisakti untuk memeriksakan kehamilannya. Ia
mengaku hamil 7 bulan . tetapi ia lupa hari pertama haid terakhirnya (HPHT) karena memang
biasanya siklus haidnya tidak teratur. Pasien yang bersangkutan tidak memiliki keluhan selama
kehamilan
Skenario II
Ny W tidak merasakan adanya keluhan lain yang lebih serius. Ia merasa yakin hamil
karena sudah ada terasa gerakan janin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/ menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370 C
Konjungtiva : tidak anemis
Thorax : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen :fundus uteri tiga jari diatas pusat, DJJ (+) 140-148x/menit.
Ekstremitas : edema -/-
2
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Alamat : -
Status : -
Pekerjaan : -
A. Anamnesis
Anamnesis berupa pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu hamil, untuk
mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang dimilikinya. Pelaksanaan pelayanan
antenatal perlu mengetahui makna dan tujuan dari setiap pertanyaan yang diajukan.
Dari anamnesis didapatkan Masalah pada Ny.W yaitu :
a. Apakah usia kehamilan Ny. W benar 7 Bulan?
b. Ny.W lupa dengan HPHT nya
Pertanyaan yang diajukan dalam anamnesis adalah :
Keluhan-keluhan apa yang dirasakan oleh pasien? Seperti tanda-tanda subjektif
kehamilan, misalnya mual, muntah, dan lain-lain.
Pemeriksaan apa yang sudah dilakukan oleh pasien?
Mengapa pasien mengatakan bahwa sudah hamil 7 bulan, apa patokan/dasarnya selain
HPHT?
Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi reproduktif.
Pertanyaan ini meliputi hal-hal yang mungkin berkaitan dengan faktor resiko,
yaitu umur ibu, paritas, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) lama haid, siklus haid dan
jenis kontrasepsi yang digunakan (kalau ibu tersebut peserta KB).
3
Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang.
Hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang yaitu berhubungan dengan
gerakan janin, hal-hal yang dirasakan akibat perkembangan kehamilan dan
penyimpangan dari normal (keadaan patologis).
Adakah sakit atau keluhan yang menyertai kehamilan?
Apakah ada penyakit yang sedang dialami pasien?
Apakah pasien merasakan adanya gerak janin? Kapan ?
Hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sebelumnya
Apakah pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan sebelumnya?
Riwayat persalinan sebelumnya apakah secara pervaginam atau sesar?
Sudah punya berapa anak sebelumnya?
Apakah ada riwayat abortus pada pasien maupun keluarganya?
Apakah ada penyakit seperti DM atau hipertensi sebelumnya?
Hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan lingkungan
Bagaimana pola makan pasien?
Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok atau maupun minum alkohol?
Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien?
Apakah pasien mengalami stress?
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda vital :
Tekanan darah :110/80 mmHg (normal)
Nadi : 84x/menit (normal)
RR : 20X/menit (normal batas atas)
Suhu : 370 C (normal )
Status generalis
Konjungtiva : tidak anemis
Thorax : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen : fundus uteri tiga jari diatas pusat, DJJ (+) 140-148x/menit.
4
Ekstremitas : edema -/-
Status obstetrik
Ny W tidak merasakan adanya keluhan lain yang lebih serius. Ia merasa yakin hamil
karena sudah ada terasa gerakan janin.
Interpretasi
Pada pemeriksaan fisik Ny W dalam batas normal.
Untuk wanita dewasa normal RR (respiration rate) dalam batas atas namun pada wanita
hamil keadaan ini normal karena diperlukannya kebutuhan oksigen yang lebih
dibandingkan dengan wanita dewasa normal.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan fundus uteri teraba setinggai tiga jari diatas pusat.
Hal ini memperkirakan bahwa usia kehamilan selama 28 minggu atau selama 7 bulan,
sama dengan pernyataan Ny. W mengenai kehamilannya yang sudah 7 bulan.
Denyut jantung janin normal berkisar antara 140-160 x/menit. Hal ini menunjukkan
bahwa janin dalam keadaan normal.
Secara umum kondisi ibu dan janin dlam keadaan normal.
Keterangan: Gambar menunjukan usia
kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan fisik Lain :
a. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan diantaranya bertujuan untuk mengetahui :
Bentuk dan Ukuran abdomen
5
Gerakan Janin
Varises
Ada Edema atau tidak
b. Palpasi
Pemeriksaan Palpasi bertujuan untuk :
Tinggi Fundus
Punggung Bayi
Sejaun mana masuk PAP
Uterus berkontraksi atau tidak?
Pada Pemeriksaan secara palpasi bisa dilakukan dengan cara pemeriksaan Leopold dari
Leopold 1 :
Menghadap ke muka pasien
Menentukan tinggi fundus uteri, indikatornya sesuai dengan usia kehamilan dan
sesuai HPHT. Kalo tidak sesuai bisa cenderung kearah patologik misalnya
kehamilan yang disertai kista ovarium/myom uterus lebih membesar
Bagian dari janin mana yang terletak di fundus
Presentasi kepala/bokong. Kepala (bulat/keras/melenting), bokong (tidak bulat
dan lunak)
Leopold 2 :
Menentukan dimana letak punggung janin
Letak lintang untuk menentuka kepala/bokong ada dimana
Leopold 3 :
Bagian Janin mana yang dibawah
Menetukan apakah bagian bawah janin sudah masuk ke dalam PAP atau tidak?
Apakah bagian bawah dapat digoyangkan atau tidak? Untuk Primigravida bisanya
pada usia 36 minggu sudah Fixed atau tidak dapat digoyangkan
Leopold 4 :
Menentukan bagian bawah sudah masuk ke PAP atau belum
Kalau bentuknya konvergen berarti belum masuk ke dalam PAP, dan kalau
bentuk nya sudah divergen berarti bagain bawah sudah masuk ke PAP.
6
c. Auskultasi
Untuk menentukan denyut jantung bayi (N : 140-160x/menit)
Menggunakan Stetoskop Monoaural, Doptone Doppler
Menentukan punctum maksimum
d. Antopometri
Untuk meninjau peningkatan Berat badan si ibu
Peningkatan BB nya disebabkan oleh adanya edema atau kehamilannya itu sendiri
Pada kehamilan normal biasanya peningkatan BB ibu sekitar 11,5-16 Kg.
Pada kehamilan Ganda peningkatan BB ibu sebesar 16-20 Kg
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Urin Lengkap
→ Biasanya untuk melihat infeksi saluran kemih . Karena pada ibu hamil mudah
mengalami infeksi , jika higienisnya tidak dijaga dengan baik.
2. Pemeriksaan Darah
a. Pemeriksaan Hb
→ Dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya anemia pada ibu hamil yang sering
terjadi. Batas normal Hb menurut WHO adalah 11,0 gr/dl.
b. Pemeriksaan Gula Darah
→ Untuk mengantisipasi terjadinya diabetes mellitus gestasional. PERKENI
menganjurkan pemeriksaan sejak awal asuhan antenatal dan diulang pada usia
kehamilan 26-28 minggu. Pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI
yang dianjurkan adalah pemeriksaan kadar glukosa 2 jam pasca beban glukosa 75
g dan bias dikatakan diabetes mellitus apabila hasilnya > 200 mg/dl .
c. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus
→ Untuk mendeteksi dini apabila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan
rhesus ibu dengan janin.
3. Pemeriksaan TORCH , kadar AFP , Hepatitis B , dan HIV
7
→ Pada pemeriksaan TORCH , yang dianalisis adalah IgG dan IgM . Apabila IgM (+)
berarti kemungkinan sudah terdapat infeksi yang sedang berlangsung dan harus segera
diobati. Namun bila hasilnya IgG (-) , berarti dahulu pernah mengalami infeksi dan
sekarang sudah tidak aktif lagi.
→ Pemeriksaan AFP (Alpha Feto Protein) dilakukan saat usia janin 15-18 minggu
kehamilan. Tes ini dilakukan dengan mengambil contoh darah ibu hamil untuk
mengetahui apakah ada ketidaknormalan otak janin , sistem saraf tulang belakang , dan
kelainan kromosom yang dapat menyebabkan down syndrome.
→ Pada pemeriksaan hepatitis B dilakukan pada awal dan pada trimester ke-3 kehamilan.
Hal ini dilakukan karena hepatitis B dapat menular langsung ke janin yang dikandung
oleh si ibu.
→ Pemeriksaan HIV dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya HIV pada si ibu
yang dapat menularkan penyakitnya ke janinnya. Pemeriksaan ini dilakukan pada awal
antenatal care. Jika positif terdeteksi HIV , maka si ibu perlu diberikan antiviral untuk
menurunkan jumlah virus dalam darah ibu sehingga mengurangi paparan HIV dari ibu ke
bayi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala
dari awal kehamilan hingga proses kelahiran untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar
tercapai kehamilan yang optimal.
Pemeriksaan Penunjang yang kelompok kami sarankan adalah USG /Ultrasonography
untuk melihat perkembangan dari janin tersebut. Selain itu juga bisa dipakai sebagai deteksi
untuk melihat apakah ada kelainan atau tidak. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
ibu hamil walaupun pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil yang normal.
Pemeriksaan kehamilan penting karena berguna dalam:
Mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu.
Monitor kesehatan ibu dan janin supaya persalinannya aman.
Agar tercapainya kesehatan bayi yang optimal.
8
Mendeteksi dan mengatasi dini komplikasi dan penyakit kehamilan yang mungkin dapat
muncul, seperti:
- hipertensi dalam kehamilan
- gestasional diabetes
- anemia
- BBLR
- kehamilan anggur
- plasenta previa
- infeksi dalam kehamilan
E. Tatalaksana
Diet dan Pengawasan Berat Badan
Hal ini penting dalam pengawasan Ibu hamil. Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan nutrisi bisa
menyebabkan anemia, abortus, partus premature, inersia uteri, hemorragi postpartum, sepsis
puerperalis, dan sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan dapat mengakibatkan
komplikasi seperti pre-eklampsi, bayi terlalu besar. Anjurkanlah wanita tersebut makan
secukupnya yang mengandung protein baik hewani atau nabati.
Kebutuhan nutrisi ini dipergunakan untuk antara lain pertumbuhan plasenta, pertambahan
volume darah, mamma yang membesar, dan metabolisme basal yang meningkat. Sebagai
pengawasan akan kecukupan gizi dapat di pakai kenaikan berat badan wanita hamil.
Kenaikkan berat badan wanita hamil rata-rata 6.5-16 kg. bila berat badan diatas rata-rata maka
dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat, lemak jangan
dikurangi terlebih-lebih sayur mayor dan buah-buahan. Sedangkan jika berat badan menurun
dari nilai rata-rata maka dianjurkan semua makanan terutama yang mengandung protein dan
besi. Seandainya terdapat edema pada kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai dengan
kehamilan, maka dianjurkan untuk tidak memakan makanan yang mengandung garam atau
ion natrium dan klorida. Waktu hamil diberikan pula pengertian tentang keluarga berencana.
9
Imunisasi
Di Indonesia, pencacaran merupakan suatau keharusan bagi tiap penduduk. Infeksi pada
janin melalui plasenta dapat terjadi dan variola dapat berkaitan fatal bagi janin. Virus vaksin
dapat dapat melintasi plasenta dan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada macam-
macam alat dan plasenta. Infeksi transplasental ini hanya terjadi pada wanita hamil yang baru
pertama kali dicacar. Maka dari itu, dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya dilakukan
sebelum melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatonum maka dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada Ibu hamil.
Pemberian Obat
Untuk pemberian obat jangan memberikan obat yang tidak perlu, terutama untuk triwulan
I dan triwulan II kehamilan. Catatlah obat yang telah diminum oleh wanita hamil itu sendiri,
dan yang diberikan padanya dalam antenatal.
EDUKASI
Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan
informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan (di
mana, penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi. Beberapa informasi
penting tersebut adalah sebagai berikut:
Nutrisi ibu hamil:
Kalori
2.500 kalori. Dijelaskan jenis makanan dan komposisinya untuk memenuhi kecukupan
kalori tsb. Jumlah kalori berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Bagi ibu dengan berat badan
sebelum hamil termasuk normal, pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi
10 – 12 kg selama hamil
Protein
10
85 gram per hari. Dari kacang-kacangan, ikan, ayam, keju, susu, telur. Defisiensi
protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia, dan edema.
Kalsium
1,5 gram per hari. Seperti susu, keju, yoghurt, kalsium karbonat. Defisiensi kalsium
dapat menyebabkan riketsia pada bayi, osteomalasia dan kram pada ibu.
Zat besi
30 mg/hari, terutama setelah trimester kedua. Jika terjadi defisiensi maka akan timbul
anemia
Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Diperlukan 400 mikrogram per hari. Bila ada defisiensi akan menimbulkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil.
Perawatan payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan
sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati
dan benar, karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim.
Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak
dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan
pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara
menegang, sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang
payudara yang sesuai.
Perawatan gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada
trimester pertama dan ketiga. Penjadwalan untuk trimester pertama terkait dengan
11
hiperemesis (sering mual dan muntah) dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan)
sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sementara itu, pada trimester
ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga
perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.
Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan
terhadap terjadinya carries dan gingivitis.
Kebersihan tubuh dan pakaian 2
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomik pada perut,
area genitalia/lipatan paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi
lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan
pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan
melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman, dan
hindarkan sepatu tinggi dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan
perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari.
Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal 8 jam pada
malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan
merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat anoksia
janin, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital, dan solusio
plasenta.
Pekerjaan dan gerak badan2
Wanita hamil boleh melakukan pekerjaanya sehari-hari dirumah, di kantor,
ataupun di pabrik asal bersifat ringan. Kelelahan harus dicegah hingga pekerjaan harus
diselingi dengan istirahat. Gerak badan yang ringan baik sehat dan sedapatnya dicari
udara segar sinar matahari pada pagi hari. Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam malam
hari dan 2 jam siang hari walaupun tidak tidur sebaiknya berbaring saja untuk istirahat.
Buang air besar2
12
Pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena :
oKurang gerak badan
oPeristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
oTekanan pada rectum oleh kepala
Untuk memperlancar buang air besar dapat diedukasikan untuk minum yang banyak,
gerak badan yang cukup, makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran dan
buah-buahan.
Perlu juga diedukasikan kepada ibu hamil bahwa bumil & keluarga perlu untuk mencari
pertolongan segera jika mendapat tanda-tanda bahaya dengan menjelaskan tanda-tanda
bahaya yang sering terjadi seperti: Perdarahan dan preeklampsi dan menjelaskan gejala
dan tanda yang harus diwaspadai seperti muntah berlebihan, Disuria , Menggigil atau
demam, Ketuban pecah dini , Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Merokok
Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan
anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus premature. Maka
sebaiknya wanita hamil dilarang merokok.
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI
Anatomi alat reproduksi wanita terbagi atas alat genitalia eksterna dan alat genitalia
interna:
1. Alat genitalia eksterna:
Mons veneris adalah bagian yang
menonjol di atas simfasis dan pada wanita
dewasa ditutup oleh rambut kemaluan.
Pertumbuhan rambut kemaluan ini
tergantung dari suku bangsa dan juga dari
jenis kelamin. Pada wanita umumnya
batas atasnya melintas sampai pinggir atas
simfasis, sedangkan ke bawah sampai ke
sekitar anus dan paha.
Labia mayora (bibir-bibir besar)
terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lamak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke
bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir
besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk di atas klitoris preputium klitoridis,
dan di bawah klitoris frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Fossa navikulare ini wanita yang belum pernah bersalin tampak
masih utuh, cekung seperti perahu; pada wanita yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tak
rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-kelanjar
14
lemak) dan juga ujung-ujung urat saraf yang menyebabkan bibir kecil amat sensitive. Jaringan
ikatnya bibir kecil ini dapat mengembang.
Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klotoridis, dan terdiri atas
glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.
Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, hingga
amat sensitif.
Vulva berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi di
muka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil, dan di belakang oleh perineum;
embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva 1 – 1,5 cm di bawah klitoris ditemukan
orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4 – 5mm dan tidak jarang sukar
ditemukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari lubang
kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran Skene analog
dengan kelenjar prostat pada laki-laki. Di kiri dan kanan bawah, dekat fossa navikulare, terdapat
kelenjar Bartolin. Kelenjar ini, dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot
konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vulva,
tidak jauh dari fossa navikulare. Pada koitus kelenjar bartholin mengeluarkan getah lender.
Bulbus vestibuli sinistra et dekstra terletak di bawah selaput lendir vulva, dekat ramus
ossis pubis. Besarnya 3-4 cm panjang, 1-2 cm lebar, dan 0,51 – 1 cm tebal; Mengandung banyak
pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor
vagina. Embriologik sesuai dengan korpus kavernosum penis. Pada waktu persalinan biaasnya
kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang
melingkari vagina sering mengalami cedera, dan sekali-kali timbul hematoma vulva atau
perdarahan.
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang virgo
selalu dilindungi oleh labia minora; jika bibir kecil ini dibuka, maka barulah dapat dilihat,
ditutupi oleh selaput dara (hymen). Hymen ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang
semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang, atau yang pada pemisahnya (septum);
konsistennya pun berbeda-beda juga, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis
(lubang selapat dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh dua jari.
Umumnya himen robek pada koitus, dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7, dan
15
sampai dasar selaput dara itu. Sesudah persalinan, hymen robek pada beberapa tempat, dan apa
yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula himenalis) saja.
Perineum, yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
2. Alat genitalia interna:
Vagina (liang kemaluan)
Setelah melewati introitus vagina, kita temukan liang kemaluan yang merupakan suatu
penghubung antara introitus dan uterus. Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir atas simfasis ke
promontorium. Arah ini penting diketahui pada waktu memasuki jari ke dalam vagina ketika
mengadakan pemeriksaan ginekologik. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu
sama lain, masing-masing panjangnya 6,5 cm dan 9 cm. bentuk vagina sebelah dalam yang
berlipat-lipat disebut rugae : ditengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna
rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina pada persalinan melebar, sesuai dengan
fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar
bersekresi. Epitel vagina terdiri dari epitel gepeng tidak bertanduk, di bawahnya terdapat
jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada kehamilan terdapat
hipervaskularisasi lapisan jaringan tersebut, sehingga dinding vagina kelihatan kebiru-biruan,
yang disebut livide. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot dengan susunan yang sesuai dengan
susunan otot-otot usus. Bagian dalamnya terdiri atas muskulus sirkularis dan bagian luarnya atas
muskulus longitudinalis. Di sebelah luat otot-otot ini terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan
berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usianya.
Di sebelah depan dinding vagina depan bagain bawah terdapat uretra, sedangkan bagian
atasnya berbatasan dengan kandung kencing sampai ke forniks anterior vagina.
Dinding kanan dan kiri vagina berhubungan dengan muskulus levator ani. Di sebelah atas vagina
membentuk fornise laterals sinistra et dekstra; 1,5 cm diatas forniks lateralis dalam parametrium
terletak ureter, dan pada tempat itu ureter melintasi arteria uteria. Hal ini penting diketahui jika
harus menjahit kembali robekan pada serviks uteri yang lebar, dan dekat pada tempat arteria
uterina serta ureter berada.
16
Getah bening (limfe) yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar getah
bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3 bagian bawah akan
melalui kelenjar getah bening di regio inguinalis.
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng ke arah muka
belakang : ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-
otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan
tebal dinding 1,25 cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, demikian pula, korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas 1) fundus uteri; 2) korpus uteri; dan 3) serviks uteri. Fundus uteri adalah
bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting
untuk diketahui sampai di mana fundus uteri berada oleh karena tuanya kehamilannya dapat
diketahui sampai di mana fundus uteri berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan
dengan perabaan pada fundus uteri.
Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas : 1) pars vaginalis servisis uteri yang
dinamakan porsio; 2) pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yng berada di atas
vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran
lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-
sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligament
yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligament yang memfiksasi uterus adalah :
1) Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun.
2) Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak.
17
3) Ligamenetum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus
dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri
dan kanan.
4) Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan
dari uterus kea rah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
5) Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba Fallopii berjalan
dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Istmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh peritoneum
viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau gerakkan di daerah plika vesiko-uterina.
Di tempat inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan seksio sesarea transperitonealis
profunda.
Tuba Falloppii
Tuba Falloppii terdiri atas : 1) pars
interstisialis, bagian yang terdapat di
dinding uterus; 2) park ismika,
merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya; 3) pars ampullaris,
bagian yang berbentuk sebagai saluran
agak lebar, tempat konsepsi terjadi; 4)
infundibulum, bagian ujung tuba yang
terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbria.
Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk kemudian menyalurkan
telur ke dalam tuba. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar dan dalam) otot longitudinal dan
otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan se-sel yang
bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kea rah
kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.
Ovarium (indung telur)
18
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium
menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang
lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5
cm. pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas.
Permukaan belakangnya menuju ke atas dan belakang, sedangkan permukaan depannya ke
bawah dan depan.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel
akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel ke
Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks
ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu
sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graaf yang matang
terisi dengan likuor follikuli, mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.
Pada ovulasi folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium pecah dan
melepaskan ovum ke rongga perut. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam
2 tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi
korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar,
sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan 4 bulan.1
FERTILISASI DAN IMPLANTASI
Suatu kehamilan didahului oleh dua proses penting yaitu fertilisasi serta implantasi.
1. Fertilisasi:
Fertilisasi merupkan suatu proses dimana sperma bertemu dengan ovum. Proses ini
terjadi di ampula tuba uterina atau 1/3 lateral dari tuba uterina.
Saat ovulasi, ovum yang matang dilepaskan ke cavum peritoneum dan seketika disapu
oleh fimbria tuba uterina. Kontraksi daripada fimbria tuba uterina mengarahkan ovum yang
matang ke dalam tuba uterina. Selanjutnya, ovum akan didorong menuju ampula tuba uterina
oleh gerakan peristaltik tuba uterina serta gerakan silia-silia yang terdapat pada epitel tuba
uterina. Proses fertilisasi perlu terjadi dalam 12-24 jam dan bila tidak terjadi maka ovum akan
19
mengalami disintegrasi dan kemudian difagosit oleh sel yang melapisi tuba uterina. Maka dari
itu, proses fertilisasi harus terjadi 24 jam setelah ovulasi.
Saat coitus, sperma diejakulasi dan dideposit di
liang senggama/ vagina. Sperma akan bergerak melalui
canalis cervicalis, uterus, serta tuba uterina untuk
mencapai ampula dalam 30 menit setelah terjadinya
ejakulasi. Pergerakan sperma selain diperankan oleh
ekor sperma juga dibantu oleh traktus genitalia wanita.
Pada sebagian besar siklus menstruasi, sperma tidak
dapat melewati mukosa serviks karena dalam keadaan
progesterone yang tinggi dan estrogen yang rendah,
mukosa serviks bersifat tebal. Mukosa serviks akan menjadi tipis pada saat ovulasi karena
estrogen yang tinggi; hal ini memungkinkan sperma melewati canalis cervicalis. Selanjutnya
sperma mencapai ampula oleh kekuatanya sendiri dibantu kontraksi dari miometrium dan otot di
tuba uterina. Kontraksi miometrium serta otot tuba uterina diinduksi oleh kadar estrogen yang
tinggi sebelum ovulasi serta prostaglandin yang terdapat dalam semen. Sperma dapat bertahan
sekitar 48 jam sampai 5 hari di dalam traktus genitalia wanita.
Ovum yang sudah berada di ampula tuba uterina mengeluarkan suatu chemoattractant
yang sesuai dengan reseptor yang terdapat pada sperma yaitu hOR17-4 (merupakan suatu
reseptor olfaktoris). Chemoattractant inilah yang menyebabkan sperma bergerak menuju ovum.
Agar proses fertilisasi dapat terjadi, sperma perlu melakukan penetrasi terhadap corona
radiata serta zona pellucida yang mengelilingi ovum:
1. Sperma menembus corona radiata dibantu oleh enzim yang terdapat pada membran
plasma dari kepala sperma.
2. Fertilin yang ditemukan pada membrane plasma dari kepala sperma berikatan dengan
reseptor ZP3 (suatu reseptor glikoprotein) yang terdapat pada lapisan terluar dari zona
pellucida.
3. Ikatan fertilin sperma dan reseptor ZP3 pada zona pellucida menginduksi reaksi akrosom.
Membran akrosom pada kepala sperma mengalami disintegrasi dan dikeluarkan enzim
akrosom yang mencerna zona pellucida.
20
4. Sperma menembus zona pellucida dan membentuk suatu jalur menuju ke membran
plasma dari ovum.
5. Membran plasma sperma berfusi dengan membran plasma ovum.
6. Kepala sperma, yang mengandung inti sperma, masuk ke dalam sitoplasma ovum,
sedangkan ekor sperma tetap diluar ovum.
7. Fusi dari sperma dan ovum menginduksi perubahan kimiawi pada ovum untuk mencegah
polispermi. Perubahan kimiawi yang dimaksud ialah inaktivasi dari reseptor ZP3.
8. Dalam satu jam, nukleus sperma dan ovum mengalami fusi dan terbentuk zigot. Sperma
juga mengaktivasi enzim yang diperlukan untuk perkembangan embrio. 2
2. Implantasi:
3-4 hari setelah fertilisasi, zigot tetap berada
di dalam ampula tuba uterina dimana zigot
mengalami mitosis dan menjadi morula. Kadar
progesteron yang meningkat (diproduksi oleh
korpus luteum yang dipertahankan setelah
ovulasi) menstimulasi pelepasan glikogen
(dari endometrium) yang akan digunakan
sebagai sumber energi dari zigot yang aktif
membelah. Progesteron juga menyebabkan
relaksasi dari otot-otot tuba uterina sehingga bagian tuba uterina yang sempit menjadi lebar dan
memungkinkan morula bergerak menuju ke uterus. Gerakan morula dibantu oleh peristalsis dan
aktivitas silia tuba uterina. Saat morula mencapai cavum uterus, ia bergerak bebas selama 3-4
hari, mendapatkan nutrisi dari sekresi endometrium, dan terus mengalami pembelahan menjadi
blastokista yang siap mengalami implantasi. Blastokista terdiri dari 50 sel yang mengelilingi
suatu rongga berisi cairan dimana di dalam rongga tersebut terdapat masa padat sel pada satu sisi
yang dikenal sebagai inner cell mass. Masa padat inilah yang akan berkembang menjadi
embrio/fetus. Bagian terluar dari blastokista dikenal sebagai trofoblas, yang akan mengalami
implantasi dan berkembang menjadi bagian fetal dari plasenta.
Selama masa ini (6-7 hari setelah fertilisasi), progesteron yang meningkat
mempersiapkan endometrium untuk implantasi. Dibawah pengaruh progesteron, endometrium
21
menebal, cadangan glikogen endometrium meningkat, dan vaskularisasi endometrium
bertambah.
Permukaan blastokista yang siap mengalami implantasi menjadi “lengket”. Dibantu oleh
formasi cell adhesion molecules pada endometrium, blastokista menempel pada endometrium
pada sisi yang mengandung inner mass cell. Implantasi terjadi saat sel trofoblas mengeluarkan
enzim yang “menggerus” jaringan endometrium. Jaringan endometrium yang ditembus oleh sel-
sel trofoblas kaya akan nutrisi yang digunakan untuk blastokista. Saat implantasi, sel-sel
endometrium juga mengsekresi prostaglandin yang meningkatkan vaskularisasi secara lokal serta
asupan nutrisi dari blastokista. Jaringan endometrium yang mengalami perubahan selama
implantasi disebut sebagai decidua. Implantasi berakhir dengan blastokista yang terbenam/
tertanam di dalam endometrium diliputi oleh selapis sel-sel endometrium.3
SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan meiosis
dan mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi di epididimis. Sedangkan tempat
menyimpan sperma sementara, terletak di vas deferens. Spermatogenesis terjadi di dalam di
dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan
untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa dan
berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang 4 hari). Spermatogenesis berasal dari kata sperma
dan genesis (pembelahan). Pada spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis.
Spermatogenesis merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididimis. Setiap satu
spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang.
22
Mitosis adalah istilah untuk pembelahan nuklear dan sitoplasma pada sel somatik.
Pembelahan metosis merupakan sarana untuk mempertahankan informasi kromoson yang secara
genetik identik, tidak berubah dari generasi ke generasi sel.
Meiosis adalah sejenis pembelahan khusus yang terjadi dalam pembentukan sperma dan
ovum. jenis pembelahan ini menurunkan jumlah diploid kromoson menjadi jumlah haploid. Sel
yang mempunyai anggota pasangan lengkap diploid (2n). Suatu sel seperti ovum atau
spermatozoa, yang hanya memiliki salah satu anggota dari pasangan kromoson disebut haploid
(n).
Tahap-tahap spermatogenesis:
1. Spermatogonium
Spermatogonium merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan oleh
testis. Spermatogonia terletak berdekatan dengan membran basalis tubulus semineferus.
Spermatogonia berproliferasi melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.
Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
2. Spermatosit primer
Spermatosit primer merupakan mitosis dari spermatogonium Spermatosit primer terbentuk
dari 46 kromosom dan 4N kromatid. Setiap spermatosit primer mengalami pembelahan
meosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder.
23
3. Spermatosit sekunder
Spermatosit sekunder merupakan meiosis dari spermatosit primer. Spermatosit sekunder
terbentuk dari 23 kromosom dan 2N kromatid. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara
meiosis. Pembelahan meiosis pada spermatosit sekuder menghasilkan 4 spermatid. Proses
pembentukan spermatosit sekunder, dimulai saat spermatosit primer menjauhi dari lamina
basalis, sitoplasma makin banyak, dan terjadilah meiosis pertama membentuk dua spermatosit
sekunder yang masing-masing memiliki kromososm haploid (1n). Proses meiosis pertama ini
langsung diikuti dengan pembelahan meiosis kedua yang membentuk empat spermatid
masing-masing dengan kromosom haploid. Akhirnya spermatid akan bertranformasi
membentuk spermatozoa. Proses spermatogenesis ini terjadi pada suhu normal tetapi lebih
rendah dari pada suhu tubuh, dan proses ini juga dipengaruhi oleh sel sertoli.
4. Spermatid
Spermatid merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom dan 1N
kromatid.
5. Sperma
Sperma merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid.tahap terakhir
spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Pada tahap ini terjadi
diferensiasi. Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid dan merupakan tahap sperma
yang telah matang dan siap dikeluarkan. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Tipe Sel Kromosom Kromatid Proses pembelahan
Spermatogonium 46 2N Mitosis
Spermatosit primer 46 4N Meiosis
Spermatosit sekunder 23 2N Meiosis
24
Spermatid 23 1N Diferensiasi menjadi sperma
Sperma 23 1N -
Jadi, jika dilihat dari tahapannya, proses spermatogenesis dibagi menjadi tiga tahapan:
1. Tahapan Spermatositogenesis
Yaitu tahapan dimana spermatogonia bermitosis menjadi spermatosit primer, proses ini
dipengaruhi oleh sel sertoli, dimana sel sertoli yang meberi nutrisi-nutrisi kepada
spermatogonia, sehingga dapat berkembang menjadi spermatosit.
2. Tahapan Meiosis
Merupakan tahapan spermatosit primer bermiosis I membentuk spermatosis sekunder dan
langsung terjadi meiosis II yaitu pembentukan spermatid, dari spermatosit sekunder. Proses
ini terjadi saat spermatosit primer menjauhi lamina basalis, dan sitoplasma semakin banyak.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan tahapan terakhir pembentukan spermatozoa, dimana terjadi transformasi dari
spermatid menjadi spermatozoa. Tahapan ini terdiri dari empat fase, yaitu fase golgi, fase
tutup, fase akrosom, dan fase pematangan
Spermatozoa panjangnya mencapai 60 µm. Sperma matur memiliki satu kepala, satu
badan, dan satu flagelum (ekor):
a. Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung diperlukan untuk
menembus ovum. pada kepala sperma terdapat akrosoma yang terbentuk dari badan golgi dan
mengandung enzim hialuronidase yang berfungsi untuk melisiskan bentuk telur. Pada bagian
ini juga terdapat inti sperma yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetik yang akan
diwariskan kepada keturunannya.
b. Badan mengandung mitokondria yanag memproduksi ATP diperlukan untuk pergerakan.
25
c. Goyangan flagelum mengakibatkan motilitas (kemampuan untuk bergerak secara spontan)
sperma (untuk berenang).
Oogenesis
Pada masa pubertas, oosit primer mengadakan pembelahan meiosis I menghasilkan satu
sel oosit sekunder yang besar dan satu sel badan kutub pertama (polar body primer) yang lebih
kecil. Perbedaan bentuk ini disebabkan sel oosit sekunder mengandung hampir semua sitoplasma
dan kuning telur, sedangkan sel badan kutub pertama hanya terdiri dari nucleus saja. Oosit
sekunder ini mempunyai kromosom setengah kromosom oosit primer yaitu 23 kromosom
(haploid). Dalam pembelahan meiosis II, oosit sekunder membelah diri menghasilkan satu sel
ootid yang besar dan satu badan kutub kedua (polar body sekunder). Ootid yang besar tersebut
mengandung hamper semua kuning telur dan sitoplasma. Pada saat yang sama, badan kutub
pertama membelah diri menjadi dua kutub. Selanjutnya ootid tumbuh menjadi sel telur (ovum)
yang mempunyai 23 kromosom (haploid). Sedangkan ketiga badan kutub kecil hancur sehingga
setiap oosit primer hanya menghasilkan satu sel telur yang fungsional. Sel telur (ovum) yang
besar itu mengandung sumber persediaan makanan, ribosom, RNA, dan komponen-komponen
sitoplasma lain yang berperan dalam perkembangan embrio. Sel telur yang matang diselubungi
oleh membrane corona radiate dan zona pellusida.
Oogenesis hanya berlangsung hingga seseorang usia 40 sampai 50 tahun. Setelah wanita
tidak mengalami menstruasi lagi (menopause) sel telur tidak diproduksi lagi.
Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel.
Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri dari periode
G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi
DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel
memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel
tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya
diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil
pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1)
Tahap-tahap oogenesis:
26
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6
kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel
pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama
membentuk folikel primordial.
2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini
dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama
kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan.
Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de
Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang
kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX.
Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin.
Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan
selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan
terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit
sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap
kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain
mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya).
Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan
bahan genetik yang polanya berbeda.
5. Oosit Sekunder (Pembelahan Meiosis Kedua)
27
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus
zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan
polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua
mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami
degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan
embrional.4
KEHAMILAN
Definisi dari kehamilan ialah merupakan suatu keadaan dimana seorang perempuan
mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah penyatuan sel telur dengan spermatozoon.
Kehamilan yang normal ialah sebagai berikut5:
1. Perkembangan embrio/fetus terjadi di dalam cavum uteri
2. Masa gestasi/ kehamilan ialah sekitar 38 minggu dari konsepsi (40 minggu dari HPHT –
hari pertama haid terakhir)
3. Fetus sehat, berkembang secara normal, dan tidak terdapat kelainan
4. Ibu yang mengandung sehat
5. Perkembangan dan fungsi plasenta normal
Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda tanda presumtif
1. Amenorea
2. Mual dan muntah
3. Mengidam
4. Tidak tahan suatu bau-bauan
5. Pingsan
6. Tidak ada selera makan
7. Lelah
8. Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, ada pengaruh dari estrogen dan
progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9. Frekuensi miksi meningkat
10. Konstipasi ataupun obstipasi
28
11. Pigmentasi kulit, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon kortikosteroid dari plasenta
sehingga dapat dijumpai di muka, areola payudara, dan dinding perut
12. Epulis
13. Varices pada kaki, betis, dan vulva
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1. Perut membesar
2. Uterus membesar
3. Tanda hegar, adalah pelunakan dan kompresibilitas ismus serviks sehingga ujung-ujung
jari seakan dapat ditemuakn apabula ismus ditekan dari arah yang berlawanan.
4. Tanda Chadwick, adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina, dan serviks.
5. Tanda Piscasek, adalah keadaan dimana uterus membesar kesalah satu jurusan hingga
menonjol jelas kejurusan tersebut. Sehingga pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih
cepat tumbuh didaerah implantasi dari blastosit dan daerah insersi plasenta.
6. Kontraksi-kintraksi kecil uterus bilang dirangsang (Braxton-Hicks)
7. Teraba ballottement
8. Reaksi kehamilan positif1
c. Tanda pasti (tanda positif)
1. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
2. Denyut jantung janin
a. Dindengar dengan stetoskop monoral Laennec
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c. Dicatat dengan fetoelketrogram
d. Dilhat pada ultrasonografi
3. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen1
Diagnosis Banding Kehamilan
1. Hamil palsu (pseudocyesis)
29
Gejala dapat sama dengan kehamilan ( amenorea, perut membesar, mual, muntah, air
susu keluar, dan merasakan gerakkan janin) tetapi pada pemeriksaan uterus tidak
mebesar, tanda-tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
2. Mioma Uteri
Perut dan rahim membesar namun pada perabaan rahim terasa padat, kadang kala
berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda
kehamilannya.
3. Kista ovarii
Perut membesar bahkan semakin membesar namun pada pemeriksaan dalam, rahim
teraba sebesat biasa. Reaksi kehamilan negated dan tanda-tanda kehamilan lainnya
negatif.
4. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin
Pada saat dilakukan pemasangan kateter keluar banyak air kencing.
5. Hematometra
Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen inperforata, stenosis
vagina atau serviks.
Perubahan Struktur dan Fungsi Organ
Pada masa kehamilan, terjadi perubahan anatomis, fisiologis, serta biokimiawi sebagai
respons adaptasi terhadap kehamilan. Perubahan-perubahan terjadi akibat perbuahan hormonal
yang terjadi setelah fertilisasi dan selama masa kehamilan. Seorang wanita yang hamil dapat
kembali ke kondisi sebelum ia hamil setelah janin dilahirkan dan setelah masa laktasi. Perubahan
yang terjadi ialah sebagai berikut:
1. Perubahan pada traktus genitalia wanita hamil:
a. Uterus:
Pada wanita hamil, uterus mengalami perubahan sehingga dapat mengakomodasi
fetus, plasenta, serta cairan amnion, yaitu sekitar 5-20 L (yang merupakan 500-1000x
lebih banyak dari volume uterus pada seorang wanita yang tidak hamil). Perubahan
volume juga diikuti oleh perubahan berat dimana berat uterus saat kehamilan ialah
sebesar 1100 gram. Uterus juga menjadi lebih kuat dan dindingnya menjadi lebih tebal
(kemudian menipis hingga 1.5 cm pada usia kehamilan lanjut). Pembesaran uterus paling
jelas terjadi pada fundus uteri.
30
Perubahan uterus terjadi akibat regangga dan hipertrofi dari otot-otot uterus,
akumulasi dari jaringan fibrosa pada lapisan luar dari miometrium, serta peningkatan dari
jaringan elastic selama kehamilan berlangsung. Hipertrofi otot-otot uterus distimulasi
oleh hormon estrogen dan tekanan dari hasil konsepsi yang terus berkembang.
b. Serviks:
Satu bulan setalah konsepsi, serviks menjadi lunak dan mengalami sianosis.
Perubahan ini ialah akibat vaskularisasi yang meningkat serta hipertrofi dan hyperplasia
dari kelenjar serviks. Hal ini diinduksi oleh peningkatan estrogen dan progesteron.
c. Ovarium:
Fungsi ovarium mengalami perubahan pada masa kehamilan dimana di dalam
ovarium tidak terjadi lagi maturasi dari folikel-folikel sehingga tidak terjadi ovulasi.
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan pada ovarium daripada seorang wanita
yang hamil. Korpus luteum dipertahankan oleh HCG (human chorionic gonadotropin)
yang diproduksi oleh sel trofoblast dari blatokista. Korpus luteum dalam 6-7 minggu
pertama dari kehamilan penting sekali sebagai sumber progesteron yang
mempertahankan kehamilan. Karena selama masa kehamilan progesteron dan estrogen
meningkat maka terjadi feedback negatif terhadap produksi FSH dan LH sehingga tidak
terjadi ovulasi. Korpus luteum juga memproduksi hormon yang disebut relaxin
(diproduksi juga oleh deciduas dan plasenta), yang mempengaruhi struktur serviks dan
kontraksi miometrium.
d. Tuba uterina:
Otot-otot dari tuba uterina mengalami hipertrofi selama masa kehamilan. Namun,
epitel dari mukosa tuba uterina menjadi lebih pipih dari normal.
e. Vagina dan perineum:
Pada masa kehamilan, terjadi peningkatan vaskularisasi sehingga daerah
perineum/ vulva akan tampak hiperemis. Peningkatan vaskularisasi terlihat jelas pada
vagina dimana hal ini menyebabkan vagina terlihat ungu, suatu hal yang disebut sebagai
Chadwick sign. Selain itu, dinding vagina juga mengalami perubahan berupa penebalan
mukosa, jaringan ikat yang makin longgar, serta hipertrofi dari sel otot polos.
2. Perubahan pada kulit:
a. Dapat timbul striae gravidarum:
31
Striae gravidarum merupakan suatu stretch marks yang berupa garis-garis
berwarna kemerahan dan sedikit cekung yang bisa didapatkan di kulit abdomen, kulit
mammae, ataupun kulit paha. Striae gravidarum biasa ditemukan pada masa kehamilan
lanjut. Pada wanita multipara, dapat ditemukan sikatriks dari striae kehamilan
sebelumnya yang merupakan garis berwarna putih yang bercahaya.
b. Terjadi hiperpigmentasi:
Pada sebagian besar wanita hamil, bagian tengah dari dinding abdomen (linea
alba) mengalami hiperpigmentasi membentuk linea nigra yang berwarna coklat-
kehitaman. Kadang juga dapat ditemukan chloasma/ melasma gravidarum, yang
merupakan bercak-bercak kecolaktan yang irreguler dalam berbagai ukuran, pada muka
dan leher dari wanita hamil. Pigmentasi dari areola mammae serta kulit genitalia juga
dapat meningkat.
Hal ini terjadi akibat peningkatan dari melanocyte-stimulating hormone pada
akhir bulan kedua dari kehamilan sampai kehamilan aterm. Estrogen dan progesteron
juga diduga memiliki efek melanocyte-stimulating.
c. Dapat timbul angioma dan eritema palmaris:
Akibat peningkatan dari vaskularisasi seorang wanita hamil, maka pada 2/3 dari
wanita hamil, dapat timbul angioma/ vascular spiders. Angioma merupakan elevasi
merah pada kulit dengan projeksi-projeksi merah yang keluar dari lesi sentral tersebut
yang bisa didapatkan pada muka, leher, dada bagian atas, serta tangan. Hal ini juga
disebut sebagai telangiektasis. Eritema palmaris bisa didapatkan pada 2/3 dari ibu hamil
berkulit putih dan 1/3 dari ibu hamil berkulit hitam. Kedua hal ini tidak signifikan secara
klinis dan biasanya akan menghilang pada saat janin dilahirkan. Penyebabnya ialah akibat
hiperestrogenemia.
3. Perubahan pada mammae:
Pada minggu-minggu awal dari masa kehamilan, seorang wanita hamil dapat mengalami
nyeri tekan pada payudaranya. Setelah bulan kedua dari masa kehamilan, payudara seorang
wanit hamil akan bertambah dalam ukuran sehingga pembuluh darah vena akan tampak dibawah
kulit. Puting susu menjadi lebih besar, mengalami hiperpigmentasi, dan menjadi lebih erektil.
Setelah beberapa bulan, kolostrum (cairan yang berwarna kuning dan bersifat kental) dapat
terlihat pada puting susu. Areola mammae bertambah besar dan mengalami hiperpigmentasi.
32
Pada areola mammae juga dapat ditemukan kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi yang
dikenal sebagai glands of Montgomery. Bila pembesaran mammae sangat ekstensif maka dapat
ditemukan striae pada kulit mammae.
4. Perubahan pada berat badan:
Berat badan pada masa kehamilan akan meningkat sekitar 12.5 kg. Peningkatan berat
badan ialah karena meningkatnya volume dari uterus, payudara, sirkulasi di dalam darah, serta
cairan ekstravaskular. Sebagian kecil dari perubahan berat badan juga terjadi akibat perubahan
metabolisme pada wanita hamil.
Antenatal/ Prenatal Care
Asuhan antenatal diperlukan untuk memastikan/ menentukan kehamilan seseorang ialah
normal serta mengidentifikasi faktor risiko dan komplikasi yang dapat terjadi selama masa
kehamilan. American Academy of Pediatrics serta American College of Obstetricians and
Gynecologists mendefinisikan antenal/prenatal care sebagai suatu program asuhan antepartum
yang mencakup perawatan medis yang terkoordinasi serta dukungan psikososial yang secara
optimal seharusnya dimulai sebelum konsepsi sampai masa antepartum berakhir. Suatu asuhan
antenatal yang komprehensif harus mencakup: 1.perawatan prekonsepsi; 2.diagnosis tepat dari
kehamilan; 3.evaluasi prenatal awal; serta 4.kunjungan prenatal lanjutan (follow-up visit).
1. Perawatan prekonsepsi:
33
Karena kesehatan selama kehamilan sangat tergantung dari kesehatan sebelum kehamilan
terjadi maka idealnya perawatan prekonsepsi dimasukan sebagai bagian dari asuhan
antenatal. Perawatan prekonsepsi yang komprehensif bertujuan untuk membantu wanita
yang ingin hamil untuk mengurangi risiko-risiko yang ia miliki yang bisa menganggu
kehamilan, membantu wanita yang ingin hamil untuk menganut gaya hidup yang sehat,
serta meningkatkan kesiapan seorang wanita akan kehamilan yang akan ia alami.
2. Diagnosis kehamilan:
Untuk dapat mendiagnosis suatu kehamilan dengan tepat maka perlu diperhatikan gejala
dan tanda serta dilakukan pemeriksaan untuk memastikan adanya kehamilan.
a. Gejala dan tanda pada kehamilan:
Seperti yang telah dijelaskan (di bagian “Perubahan Struktur dan Fungsi Organ”)
gejala dan tanda kehamilan ialah sebagai berikut:
Menstruasi berhenti: Kehamilan perlu dicurigai bila menstruasi tidak
terjadi setelah 10 hari atau lebih dari waktu menstruasi normal yang
diperkirakan.
Perubahan pada payudara
Perubahan pada mukosa vagina (Chadwick sign)
Perubahan pada kulit
Perubahan pada uterus dan serviks
Dapat ditemukan bunyi jantung janin: Bunyi jantung janin dapat didengar
dengan auskulatasi pada abdomen sekitar minggu ke-17 kehamilan dan
selalu pada minggu ke-19 kehamilan.
Dapat dirasakan gerakan janin: Pemeriksa sudah dapat merasakan gerakan
janin sekitar minggu ke-20 dari kehamilan.
b. Pemeriksaan laboratorium kadar βHCG:
Untuk pemeriksaan HCG dapat digunakan sampel darah atau urin. Hormon HCG
merupakan suatu glikoprotein yang terdiri atas dua subunit yaitu α dan β. Subunit
α mirip dengan LH dan FSH, serta TSH. Hormon HCG diproduksi oleh sel-sel
trofoblas segera setelah terjadi implantasi. Dengan pemeriksaan, HCG dapat
dideteksi dalam darah atau urin 7-8 hari setelah terjadi fertilisasi. Untuk
34
memeriksa HCG digunakan suatu antibodi yang spesifik terhadap subunit β dari
HCG sehingga pemeriksaan disebut sebagai pemeriksaan βHCG.
c. Pemeriksaan USG:
Dengan pemeriksaan USG abdominal dapat terlihat suatu saccus gestational pada
minggu ke-4-5 kehamilan yang mengkonfirmasi kehamilan tersebut. Pada minggu
ke-6 dari kehamilan denyut jantung janin sudah dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan USG.
3. Evaluasi prenatal awal:
Evaluasi prenatal harus segera dimulai bila dicurigai kuat seorang wanita sedang hamil.
Tujuan utama dari evaluasi tersebut ialah untuk memastikan suatu kehamilan ialah
normal, untuk menentukan status kesehatan ibu dan janin, untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta untuk merencanakan kunjungan selanjutnya. Tabel berikut
menggambarkan komponen-komponen pemeriksaan yang dapat dilakukan pada evaluasi
prenatal awal serta pada kunjungan selanjutnya:
35
Berdasarkan tabel diatas, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kunjungan pertama
untuk evaluasi awal perinatal ialah:
Anamnesis lengkap: Rincian anamnesis yang akan dibahas untuk kasus ini bisa
ditemukan di dalam bab “Laporan Kasus”. Yang tidak boleh dilewatkan dalam
anamnesis ialah:
Riwayat kehamilan dan persalinan
36
Riwayat siklus menstruasi: terutama HPHT karena berhubungan dengan
usia kehamilan.
Skreening psikososial: ditanyakan tentang riwayat merokok,
mengkonsumsi alkohol, serta skreening terhadap kekerasan di dalam
rumah tangga.
Keluhan yang dialami sekarang
Pemeriksaan fisik lengkap: Rincian pemeriksaan fisik yang akan dibahas untuk
kasus ini bisa ditemukan di dalam bab “Laporan Kasus”. Pemeriksaan fisik yang
penting untuk dilakukan dalam rangka menentukan suatu kehamilan ialah normal,
adalah:
Tekanan darah: Pemeriksaan tekanan darah penting untuk dilakukan
dimana nilai ≥140/90mmHg dianggap sebagai abnormal. Bila hipertensi
terjadi tanpa disertai perubahan lainnya disebut sebagai hipertensi
gestational; sedangkan bila hipertensi disertai oleh proteinuria/ dipstick
yang positif maka merupakan satu pre-eklamsia. Kejang yang terjadi tanpa
sebab yang jelas pada wanit pre-eklamsia disebut sebabagai suatu
eklamsia.
Berat badan: Peningkatan berat badan merupakan suatu indikator
pertumbuhan janin. Bila peningkatan berat badan tidak sesuai dengan yang
dianjurkan makan perlu dicurigai terjadi intra-uterine growth restriction
pada janin. Untuk ibu hamil dengan BMI yang normal peningkatan berat
badan yang dianjurkan ialah 11.5-16 kg, sedangkan untuk ibu dengan
kehamilan ganda dianjurkan peningkatan berat badan 16-20 kg.
37
Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
dilakukan ialah pemeriksaan hematologi kadar Hb dan Ht ini karena prevalensi
ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi.
Menentukan usia kehamilan: Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menentukan usia kehamilan:
Dari HPHT: Masa kehamilan yang normal ialah 40 minggu dari HPHT,
hal ini disebut sebagai usia gestasi/ menstrual.
Dari hari taksiran kelahiran. Hari taksiran kelahiran dapat dihitung dari
HPHT dengan Rumus Naegele yaitu dengan cara +7 hari, -3 bulan, dan +1
tahun dari HPHT.
Dengan pemeriksaan tinggi fundus: Perkiraan tinggi fundus berkorelasi
dengan usia kehamilan sebagai gambar berikut,
Selain itu, tinggi fundus uteri dapat diukur dalam sentimeter dimana
ukuran ini (pada usia gestasi 20-31 minggu) berhubungan dengan usia
gestasi dalam minggu. Kandung kemih harus dikosongkan saat
pengukuran tinggi fundus dilakukan karena tinggi fundus akan 3
sentimeter lebih tinggi pada keadaan kandung kemih yang penuh. Dengan
rumus McDonald, ukuran tinggi fundus dalam sentimeter dibagi 3.5 akan
menunjukan usia gestasi.
Dengan pemeriksaan denyut jantung janin: Denyut jantung jadi dapat
didengar pertama kali dengan auskultasi pada 16-19 minggu usia gestasi.
Dengan pemeriksaan USG: Bila usia gestasi tidak dapat ditentukan dengan
cara diatas maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG
terbukti lebih akurat menentukan usia gestasi dibandingkan penentuan
dengan HPHT terutama untuk kehamilan 8-16 minggu.
4. Kunjungan prenatal lanjutan:
Kunjungan prenatal selanjutnya ialah tergantung dari hasil evaluasi awal yang dilakukan.
Bila pada evaluasi awal didapatkan kehamilan normal maka rencana kunjungan prenatal
lanjutan ialah sebagai berikut:
38
Sampai 28 minggu: setiap 4 minggu sekali
28 – 36 minggu: setiap 2 minggu sekali
36 – 40 minggu: setiap 1 minggu sekali6
Janin normal
adalah janin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Denyut jantung janin normal
Denyut jantung normal pada janin adalah 120-160x/menit.
Adanya pergerakan pada janin
Pergerakan pada janin dapat dinilai pada usia kehamilan 20 minggu pada nullipara atau
18 minggu pada multipara.
Perkembangan bayi sesuai dengan usia kehamilan
Morfologi janin yang terlihat pada Ultrasonografi normal/tidak ada kelainan
Posisi janin normal
PLASENTA
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran zat antara
ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-
20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang dari 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Plasenta memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai penyalur nutrisi, respirasi, ekskresi bagi janin,
dan juga menghasilkan hormon.
Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus
uteri. Plasenta berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi chorialis atau jonjot
chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal. Permukaan
fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan dan licin. Hal ini
disebabkan karena permukaan fetal tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh
darah. Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding rahim, berwarna merah
39
dan terbagi oleh celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah celah pada plasenta dibagi
menjadi 16-20 kotiledon.
Penampang plasenta terbagi menjadi dua bagian yang terbentuk oleh jaringan anin dan
jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan janin disebut membrana chorii, yang dibentuk oleh
amnion, pembuluh darah janin, korion dan villi. Bagian dari jaringan ibu disebut desidua basalis
yang terdiri dari desidua compacta dan desidua spongiosa.
Plasenta memiliki tali plasenta yang merupakan penghubung antara janin dan plasenta.
Tali plasenta terdiri dari 2 arteri dan 1 vena, dimana arteri membawa darah yang mengandung
CO2 dari janin ke plasenta, sedangkan vena membawa darah yang mengandung O2 masuk ke
janin.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh plasenta :
1. Estrogen
2. Progesteron
3. Relaxin
4. Human Chorionic Sommatomammotropin (hCS) yang berfungsi sama seperti Growth
Hormone dan Prolaktin
5. Parathyroid Hormone - related peptide (PTHrp) yang menyerupai PTH, yang berfungsi
untuk memobilisasi Ca++ dari tulang ibu ke tulang fetus.
Pembentukan Plasenta
Perkembangan trofoblas berlangsung cepat pada hari ke 8-9, dari selapis sel tumbuh
menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan
sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini
disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan
endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri
40
masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya
sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal.
Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk
sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang
lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas
disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion
(chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut
mesoderm ekstraembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14),
seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas
yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas
saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama
makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur
makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal
coelomic space) atau rongga korion (chorionic space).
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas
mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi
sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu
dengan aliran darah ibu.
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di
bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut
menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang
terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Menjelang akhir
minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot
tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya
41
hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi)
.
Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional
makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan
mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm
connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang
menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan
perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-
plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan
sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi
satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan
komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan
sirkulasi feto-maternal.
SIKLUS MENSTRUASI
42
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis
pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-
endometrium dan alat seks sekunder). Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal,
dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.
Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Siklus
menstruasi diregulasi oleh interaksi antara aksis hipotalamus-pituitary, ovarium, serta traktus
genitalia.
Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 – 16 tahun. Panjang siklus haid
ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah
perdarahan periodik pada uterusyang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini
merupakan peristiwa yang dialami setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali
mendapat haid adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan. Fungsi
menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan
perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal. Ovarium
43
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang
sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik
awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari.
1. Gambaran Klinis Menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap
25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik,
selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi –fase folikular – bervariasi lamanya.
Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal
perdarahan menstruasi – fase luteal − relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada
kebanyakan wanita. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal.
Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang
bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Rata-rata banyaknya darah yang hilang
pada wanita normal selama satu periode menstruasi yaitu 25-60 19ml. Konsentrasi Hb
normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-
29 mg besi dan menggambarkan kehilangandarah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi
untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun.
2. Aspek Hormonal Menstruasi
Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu
uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya
sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan koordinasi yang disebut hormon.
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan
dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target.
Hormonhormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :
a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :
- Luteinizing Hormon (LH)
- Folikel Stimulating Hormon (FSH)
44
- Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
b. Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid
yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di
jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain;
konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung
mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
3. Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis
anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan
dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama lima
hari (rentang tiga sampai enam hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,
progeseron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama
siklus dan kadar FSH (Folicle Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini
mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
c. Fase intermenstum atau fase proliferasi
Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28
hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali
normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini,
terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase intermenstum atau
fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike ovarium.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
o Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini
dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel.
45
o Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang
berbentuk torak yang tinggi.
o Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14.
Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai
banyaknya mitosis.
d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-
kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok
dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel
endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan
untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam
endometriumberkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi
mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir
masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama
22yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan terjadinya nidasi.
4. Mekanisme siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus yang baru.
Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 mg/ml (atau setara dengan 10
mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini
menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada
akhir fase folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar
estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk
pengeluaran gonadotropin praovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan
mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estradiol akan
46
kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40
mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai
pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah
pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar
progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut
tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita
yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan fase
luteal.23Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum.
Sekresi progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml.
Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga
tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau
pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara hari
ke-20 dan 23.
KELUARGA BERENCANA
Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan
sosial ekonomi suatu keluargadengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluargadan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
BAB V
KESIMPULAN
47
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, ternyata Ny. W benar tengah mengandung 7
bulan seperti apa yang ia ungkapkan ketika pertama kali datang. Hal itu didukung oleh
didapatkannya fundus uteri teraba setinggai tiga jari diatas pusat pada pemeriksaan abdomen
yang menyatakan kehamilan berusia 28 minggu atau 7 bulan. Kemungkinan janin pada Ny.W
normal karena tidak ditemukan tanda-tanda kegawatdaruratan ataupun kelainan pada janin.
Perawatan Antenatal yang tepat dapat membantu memaksimalkan kondisi ibu dan janin dalam
menghadapi persalinan.
BABVI
DAFTAR PUSTAKA
48
1. Snell RS. Clinical anatomy. 7th ed. In: Sun B, editor. Baltimore: Lippincott Williams &
Wilkins; 2004.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. In: Irawati et al., editors.
Jakarta: EGC; 2007.
3. Sheerwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. In: Arbogast M, editor.
Canada: Brooks/Cole Cengage Learning; 2007.
4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. 1998.
5. Kumala P, Komala S, Santoso AH, Sulaiman JR, Rienita Y. Kamus saku kedokteran
Dorland. 25th ed. In: Nuswantari D, editor. Jakarta: EGC; 1998.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD.
Williams Obstetrics. 20th ed. New York: McGraw Hill; 2007.
7. Prawirohardjo s. Ilmu kebidanan. Jakarta:bina pustaka. 2010
49