EXECUTIVE SUMMARY
PENGEMBANGAN DATA SPASIAL
ZONASI PENGEMBANGAN LAHAN IRIGASI
DESEMBER, 2016
No. : DSM/IP. 16 03/03/IRIGASI/2016
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air i
KATA PENGANTAR
Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pasal 231, maka pada Tahun Anggaran 2016,
Balai Litbang Irigasi melaksanakan kegiatan Pengembangan Data Spasial Zonasi
Pengembangan Lahan Irigasi, melalui Satuan Kerja Balai Litbang Teknologi Irigasi.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung program-program pemerintah dalam
mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Data dan peta terkait pengembangan daerah
irigasi akan dirangkum dalam bentuk naskah kebijakan yang mudah diinterpretasi oleh
pemangku kebijakan.
Tujuan kegiatan ini adalah menyediakan peta zonasi potensi lahan irigasi dan peta alih
fungsi lahan irigasi di Indonesia sebagai bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan
dalam mengembangkan lahan pertanian beririgasi.
Kegiatan ini mendukung prioritas pembangunan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat di bidang kedaulatan pangan khususnya untuk teknologi
pendayagunaan sumber daya air. Kegiatan ini termasuk dalam kelompok kegiatan
penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan IPTEK Terapan dengan sub kelompok
Penyusunan Naskah Kebijakan Bidang Sumber Daya Air. Sasaran output kegiatan ini
dihasilkan 1 (satu) Naskah Kebijakan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi dengan
komponen output Hasil Review Data Zonasi serta Prosiding Focus Group Discussion (FGD)
dan workshop.
Executive Summary disusun oleh Hanhan A. Sofiyuddin, S.TP, M.Agr dan tim pelaksana
kegiatan dibawah koordinasi Marasi Deon Joubert, ST, MPSDA selaku Kasie
Penyelenggara Teknik Balai Litbang Irigasi dengan bimbingan dari Dr. Ir. Eko Winar Irianto,
MT selaku Kepala Balai Litbang Irigasi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan sampai tersusunnya Executive Summary ini.
Bandung, November 2016
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng NIP. 19570722 198503 1 002
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iv
1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
2. Tujuan ................................................................................................................ 1
3. Sasaran .............................................................................................................. 2
3.1. Sasaran Keluaran (Output) ........................................................................ 2
3.2. Sasaran Mutu ............................................................................................ 2
4. Lingkup Kegiatan .............................................................................................. 3
5. Metode ............................................................................................................... 3
5.1. Review Data .............................................................................................. 3
5.2. Penyusunan Naskah Kebijakan ................................................................. 3
6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 3
6.1. Hasil Kegiatan ........................................................................................... 3
6.1.1. Review Data Zonasi ........................................................................ 3
6.1.2. Finalisasi Naskah Kebijakan ............................................................ 4
6.2. Pembahasan ............................................................................................. 5
6.2.1. Review Data Zonasi ........................................................................ 5
6.2.2. Finalisasi Naskah Kebijakan .......................................................... 10
6.3. Kendala dan Upaya Pemecahan Masalah ............................................... 15
7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 15
7.1. Kesimpulan .............................................................................................. 15
7.2. Saran ........................................................................................................ 16
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Analisa Pohon Keputusan .................................................................... 6
Gambar 2. Peta Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi Setelah Direview ............... 8
Gambar 3. Perbandingan Pengkelasan Sebelum dan Sesudah Review .............. 10
Gambar 4. Diagram Strategi Hasil Plotting IFAS dan EFAS................................. 12
Halaman
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Upaya-Upaya yang Perlu Dilakukan Dalam Implementasi
Pengembangan Irigasi di Setiap Kelas Potensi ......................................... 7
Tabel 2. Perbandingan Luasan Potensi Pengembangan Irigasi Hasil Review ....... 8
Tabel 3. Hasil Analisa AHP pada 8 Parameter ..................................................... 11
Tabel 4. Prioritas Pengembangan Irigasi di Indonesia ......................................... 13
Tabel 5. Rekomendasi Lokasi untuk Pengembangan Lahan Irigasi ..................... 14
Halaman
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan penduduk dengan konsumsi beras yang cukup tinggi yaitu
97,4 kg/jiwa/tahun (Pusdatin Pertanian, 2014). Semakin tingginya jumlah penduduk
akan berdampak terhadap meningkatnya permintaan pangan (beras) nasional dan
konversi lahan pertanian untuk permukiman serta sektor lain. Hal ini jika dibiarkan
terus tanpa adanya upaya pengendalian dan pengembangan lahan irigasi akan
berdampak pada minimnya penyediaan pangan nasional serta ketergantungan
impor beras dari negara lain.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) adalah pengembangan lahan beririgasi. Untuk
mendukung hal tersebut, JICA-FIDP (Ditjen SDA, 1993) telah melakukan studi
koordinasi antar lembaga yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan Bappenas
dibantu expert dari Jepang (JICA) untuk mengusulkan pengembangan areal irigasi
di Indonesia. Studi ini cukup komprehensif namun hasilnya belum dapat
direpresentasikan secara spasial dan belum mengakomodir kriteria yang diperlukan
untuk pengembangan irigasi, meliputi kesuburan tanah, ketersediaan air,
ketersediaan petani, pemasaran produksi, jaringan jalan dan komunikasi, status
tanah, kerawanan banjir dan genangan, serta aspek lainnya (potensi transmigrasi,
pertimbangan-pertimbangan non ekonomis).
Oleh karena itu, Balai Litbang Irigasi telah melaksanakan kegiatan sejak tahun
2012 yang menghasilkan Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi dan
Peta Alih Fungsi Lahan Irigasi di wilayah Jawa (2012), Sumatera (2013), Bali
(2014), Nusa Tenggara (2014), Sulawesi (2014), Kalimantan (2015), Maluku (2015)
dan Papua (2015). Peta yang telah disusun perlu di-review kembali untuk
menyeragamkan metode dan direvisi berdasarkan masukan dari pemangku
kepentingan terkait. Hal tersebut dilakukan agar peta dapat langsung digunakan
dalam penentuan kebijakan. Peta dan informasi terkait selanjutnya perlu dipadukan
dengan kebijakan pengembangan irigasi yang telah ada dan disajikan dalam bentuk
naskah kebijakan yang mudah diinterpretasi oleh pemangku kebijakan.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan peta zonasi potensi lahan irigasi
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
dan peta alih fungsi lahan irigasi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan lahan pertanian
beririgasi untuk mendukung rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan IPTEK terapan.
3. Sasaran
3.1. Sasaran Keluaran (Output)
Sasaran keluaran (output) pada tahun kegiatan sebelumnya adalah sebagai berikut:
2012 : Model Sistem pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Pengembangan Lahan
Irigasi di Pulau Jawa.
2013 : Model Sistem Pangkalan Data Irigasi serta Peta Zonasi Potensi dan Alih
Fungsi Lahan Irigasi serta Sistem Informasi (Website Balai Irigasi),
dengan komponen output Basis Data berbasis Website; Website SIG
SDA Bidang Irigasi; Katalog Irigasi Daerah Irigasi di BBWS Brantas; Peta
Zonasi Potensi Lahan Irigasi Pulau Sumatera; Peta Alih Fungsi Lahan
Irigasi Pulau Sumatera.
2014 : Teknologi Pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Potensi Pengembangan
Lahan Irigasi di Pulau Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat, dengan
komponen output Peta Alih Fungsi lahan Irigasi dan Peta Zonasi Potensi
Pengembangan lahan Irigasi.
2015 : Model Sistem Pemetaan Alih Fungsi dan Zonasi Potensi Pengembangan
Lahan Irigasi di Kalimantan, Maluku dan Papua.
2016 : Naskah Kebijakan Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi.
3.2. Sasaran Mutu
Sasaran mutu kegiatan ini adalah tersedianya 1 (satu) naskah kebijakan zonasi
potensi pengembangan lahan Irigasi pada Desember 2016, dengan karakteristik
sebagai berikut:
1) Cakupan seluruh wilayah Indonesia yang disusun menggunakan data spasial
pada skala 1:250.000; dan
2) Merupakan hasil overlay dari kriteria dalam KP-01.
Sasaran mutu ini dievaluasi ketercapaiannya pada setiap pelaksanaan kegiatan.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
4. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Pengembangan Data Spasial Zonasi Pengembangan Lahan
Irigasi yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2016 yaitu terdiri dari:
1) Review peta zonasi pengembangan lahan irigasi yang telah disusun pada
Tahun 2012 – 2015.
2) Finalisasi naskah kebijakan zonasi pengembangan lahan irigasi.
5. Metode
Kegiatan Pengembangan Data Spasial Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi
dilakukan melalui beberapa tahapan. Metode yang dilakukan pada masing-masing
tahapan adalah:
5.1. Review Data
Diskusi internal tim dan diskusi bersama narasumber mengenai keseragaman metode dan
alur pemrosesan peta, pembaharuan peta, tematik yang digunakan dalam pemrosesan,
skoring setiap parameter dan pembagian kelas potensi, dan keseragaman layout peta.
5.2. Penyusunan Naskah Kebijakan
Hasil tahapan digunakan untuk merumuskan konsep naskah kebijakan. Peninjauan
lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) kemudian dilakukan bersama
pemangku kebijakan di beberapa lokasi terpilih, yaitu lokasi yang memiliki luasan
potensi pengembangan irigasi cukup besar. Naskah kebijakan dibahas dalam
workshop bersama akademisi dan pemangku kebijakan untuk mendapatkan bahan
penyempurnaannya. Konsep naskah kebijakan disempurnakan berdasarkan
masukan yang didapat pada FGD dan workshop. Metode analisa penyusunan
naskah kebijakan menggunakan Analytical Hierarchical Process (AHP) dan SWOT.
6. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil Kegiatan
6.1.1. Review Data Zonasi
1) Review Hasil Pemetaan Zonasi di Jawa dan Sumatera
Review hasil pemetaan zonasi di Jawa dan Sumatera dilakukan dengan cara
menyamakan metode pemetaan menggunakan metode skoring serta
updating data spasial penyusunan peta potensi pengembangan lahan irigasi.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
2) Review Pemetaan Zonasi di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara
Review hasil pemetaan zonasi di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara
dilakukan dengan cara updating data atau menambahkan data terbaru terkait
dengan parameter zonasi.
3) Review Pemetaan Zonasi di Kalimantan, Maluku dan Papua
Review hasil pemetaan zonasi di Kalimantan, Maluku dan Papua dilakukan
dengan cara updating data atau menambahkan data terbaru terkait dengan
parameter zonasi.
4) Finalisasi Peta Zonasi Pengembangan Irigasi
Penggabungan peta, penyamaan layout peta serta analisis luasan potensi
6.1.2. Finalisasi Naskah Kebijakan
1) Review Kebijakan Eksisting
Telah dikumpulkan beberapa data kebijakan dan literatur terkait
pengembangan lahan beririgasi.
2) Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
a) FGD di Sumatera Selatan
FGD mengenai Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi di Provinsi
Sumatera Selatan dilaksanakan di Kantor BBWS Sumatera VIII pada
Tanggal 7 Juli 2016. Dihadiri oleh pembahas dari beberapa instansi
daerah dan akademisi di Provinsi Sumatera Selatan yang berperan
dalam penentuan kebijakan mengenai irigasi, yaitu :
(1) BBWS Sumatera VIII;
(2) Bappeda Provinsi Sumatera Selatan;
(3) Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan;
(4) Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Selatan; dan
(5) Perwakilan dari Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
b) FGD di Kalimantan Timur
FGD diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air, dalam hal ini oleh Balai Litbang Irigasi, bekerja sama
dengan Bappeda Provinsi Kalimantan Timur. Acara diselenggarakan di
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
Kantor Bappeda Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda tanggal 23
Agustus 2016. Peserta FGD berasal dari :
(1) BAPPEDA Provinsi Kalimantan Timur, bidang perencanaan dan
pengembangan wilayah serta bidang ekonomi;
(2) Balai Wilayah Sungai Kalimantan III;
(3) Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur;
(4) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur;
(5) Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman; dan
(6) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Timur.
c) FGD di Sulawesi Selatan
FGD dilakukan dalam bentuk diskusi di masing-masing instansi
pemerintah dengan metode indepth interview pada setiap pemangku
kebijakan terkait irigasi pada tanggal 1 – 4 November 2016, yaitu di
BBWS Pompengan Jeneberang, Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan,
Dinas PSDA Provinsi Selatan, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi
d) FGD di Papua
FGD dilakukan dalam bentuk diskusi di masing-masing instansi
pemerintah dengan metode indepth interview pada setiap pemangku
kebijakan terkait irigasi pada tanggal 17 – 20 Oktober 2016, yaitu di
Bappeda Provinsi Papua, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua, Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, dan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah Papua.
6.2. Pembahasan
6.2.1. Review Data Zonasi
Penelitian pemetaan zonasi pengembangan lahan irigasi telah dilaksananakan
sejak Tahun 2012 s.d. 2015. Wilayah yang terpetakan mencakup seluruh wilayah
Indonesia dengan skala analisis 1:250.000. Dengan mengacu ke PP No. 8 Tahun
2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, skala ini cocok untuk analisis di
tingkat provinsi. Peta tematik yang digunakan dalam pemetaan tersebut adalah
peta yang sesuai dengan 8 kriteria pengembangan irigasi, yaitu peta tanah, peta
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
ketersediaan air, peta daerah rawan banjir, peta rencana tata ruang, peta
ketersediaan petani, peta indeks pembangunan manusia, peta hambatan status
lahan, serta peta infrastruktur untuk pemasaran produksi.
Namun demikian, peta yang dihasilkan dalam penelitian Tahun 2012 dan 2013
(Jawa dan Sumatera) memiliki metode yang berbeda. Dalam peta tersebut, metode
yang digunakan adalah metode overlay intersect 8 peta parameter sehingga lahan
dinyatakan berpotensi hanya bila setiap parameter memenuhi syarat. Tingkat
pengaruh masing-masing parameter tidak diperhitungkan dalam penyusunan peta
potensi tersebut. Berdasarkan hal tersebut pada tahun-tahun berikutnya, metode
pemetaan disempurnakan. Tingkat pengaruh setiap parameter didiskusikan dan
diperhitungkan dalam analisa melalui pohon keputusan pada Gambar 5.
8 Kriteria Pengembangan Irigasi
3,4,5
berpotensiTidak berpotensi
1,2
Berpotensi cukuprendah
berpotensi rendah
Berpotensi sangat tinggiBerpotensi tinggi
6,7,8
yatidak
3,4,5 = iya3 & 4 atau 4 & 5 atau 3 & 5
3 atau 4 atau 5Atau 3,4,5 = tidak
6,7,8 = iya6 & 7 atau 7 & 8 atau 6 & 8
8 KriteriaPengembangan Irigasi
Berpotensi sedang
6 atau 7 atau 8
Gambar 1. Analisa Pohon Keputusan
Berdasarkan pada Gambar 1, kelas potensi pengembangan irigasi ditentukan
sesuai dengan parameter-parameter penyusun pada masing-masing poligon hasil
overlay. Apabila kedelapan parameter tersebut terpenuhi maka kelas potensi yang
dihasilkan sangat tinggi. Dengan dilakukannya pengkelasan ini, gambaran upaya-
upaya yang perlu dilakukan dalam implementasi pengembangan dapat dirumuskan
seperti dalam Tabel 1.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
Tabel 1. Upaya-Upaya yang Perlu Dilakukan Dalam Implementasi Pengembangan Irigasi di Setiap Kelas Potensi
No. Kelas Perbaikan yang Harus Dilakukan
1 Tidak Berpotensi Lahan tidak memenuhi kriteria tanah dan air sehingga dinilai kurang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan lahan irigasi di wilayah ini perlu didasarkan atas studi lanjutan terutama terkait kondisi tanah dan teknologi irigasi yang cocok untuk diterapkan.
2 Potensi rendah a. Pengendalian banjir atau Genangan b. Mengusahakan petani penggarap c. Memperhatikan peruntukan nya dalam RTRW. d. Meninjau status lahan lokasi yang akan dikembangkan e. Meningkatkan Indeks Potensi Desa menjadi nilai yang lebih
tinggi f. Harus melakukan perbaikan terhadap infrastruktur desa
khususnya untuk sarana pemasaran produksi
3 Potensi cukup rendah
a. Pengendalian terhadap banjir atau Genangan b. Meninjau status lahan lokasi yang akan dikembangkan c. Meningkatkan Indeks Potensi Desa menjadi nilai yang lebih
tinggi. d. Harus melakukan perbaikan terhadap infrastruktur desa
khususnya untuk sarana pemasaran produksi
4 Potensi sedang a. Meninjau status lahan lokasi yang akan dikembangkan b. Meningkatkan Indeks Potensi Desa menjadi nilai yang lebih
tinggi. c. Harus melakukan perbaikan terhadap infrastruktur desa
khususnya untuk sarana pemasaran produksi
5 Potensi tinggi a. Harus melakukan perbaikan terhadap infrastruktur desa khususnya untuk sarana pemasaran produksi
6 Potensi sangat tinggi Lahan yang masuk dalam potensi sangat tinggi berarti sudah memenuhi 8 syarat pengembangan lahan irigasi sehingga tidak perlu melakukan perbaikan apapun terhadap kelas ini.
Untuk itu, peta yang dihasilkan dalam penelitian tahun 2012 dan 2013 (Jawa dan
Sumatera) dianalisis kembali sehingga dapat dikelaskan berdasarkan potensinya.
Selain itu, seluruh peta yang telah dihasilkan direview kembali dengan data tutupan
lahan, potensi desa dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbaru. Hasil review
data zonasi ditunjukkan pada Tabel 2.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
Tabel 2. Perbandingan Luasan Potensi Pengembangan Irigasi Hasil Review
Hasil review terhadap data spasial ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi Setelah Direview
Berdasarkan hasil tersebut, terdapat perubahan luasan per wilayah. Luasan potensi
pun meningkat dari 10 juta hektar menjadi 22.187.909 Ha. Perubahan signifikan
terjadi karena beberapa wilayah sebelumnya menggunakan metode yang berbeda
Sebelum Review Sesudah Review
Sumatera 3.141.826 6.516.647 32,42
Jawa 521.906 4.668.647 39,84
Bali 47.088 144.928 0,94
Nusa Tenggara 294.844 498.242 1,95
Kalimantan 4.431.763 4.620.497 1,81
Sulawesi 1.748.807 4.138.121 22,95
Maluku 174.161 182.111 0,08
Papua 1.892.873 1.893.716 0,01
Total 12.253.268 22.662.909 100,00
WilayahLuas Potensi (Ha) Persentase Peningkatan
Luasan (%)
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 9
dengan metode pemetaan pada Tahun 2015. Operasi spasial yang digunakan pada
Tahun 2012-2013 menghilangkan daerah yang tidak berpotensi berdasarkan
parameter pendukung walaupun berpotensi dari segi tanah atau air. Dengan
demikian, luasan potensi di Jawa dan Sumatera meningkat hampir dua kali lipat.
Pada penelitian Tahun 2014, daerah yang dinyatakan berpotensi juga meningkat
diduga karena adanya post-processing pengurangan ataupun penambahan luasan.
Dalam review ini juga dilakukan update data penyusun peta. Data petani dan
infrastruktur (akses jalan) yang semula didapatkan dari hasil groundcheck di-
update menggunakan data skala nasional terbaru, yaitu data potensi desa Tahun
2014. Selain itu, data IPM yang sebelumnya menggunakan data Tahun 2010 di-
update menggunakan data IPM terbaru yaitu Tahun 2014.
Seperti pada Gambar 3, hasil klasifikasi menjadi lebih bersesuaian dengan fakta di
lapangan. Di Jawa dan Sumatera, kondisi lahan cukup subur dan didukung dengan
kondisi masyarakat dan infrastruktur yang relatif sudah berkembang baik. Dengan
demikian, lebih dari 50% lahan yang berpotensi berada pada kelas sangat tinggi. Di
wilayah lainnya, kondisi masyarakat dan infrastruktur masih terus dikembangkan
sehingga prosentase setiap kelas potensi lebih tersebar merata. Perbedaan paling
mencolok terdapat di wilayah Papua. Sebelum di-update, hampir 90% lahan
dinyatakan dalam kelas potensi sangat tinggi. Namun demikian, kelas potensi
menjadi lebih bersesuaian dengan kondisi lapangan setelah direview. Kendala
utama pengembangan irigasi yang terjadi adalah status lahan (sebagai kawasan
konservasi), ketersediaan petani dan akses jalan.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
Gambar 3. Perbandingan Pengkelasan Sebelum dan Sesudah Review
6.2.2. Finalisasi Naskah Kebijakan
Secara umum berdasarkan hasil FGD, peta yang telah dihasilkan memiliki tingkat
kesesuaian yang cukup baik. Delapan parameter penyusun peta tersebut
mencerminkan kendala-kendala yang sering menjadi faktor pembatas keberhasilan
pengembangan irigasi. Peta yang telah disusun mencakup dua parameter utama,
yaitu wilayah yang cukup subur dan memiliki ketersediaan air yang cukup baik.
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
Keenam parameter lainnya membagi lahan tersebut menjadi beberapa kelas
potensi. Berdasarkan diskusi dalam FGD, lahan dengan kelas potensi sangat tinggi,
tinggi dan sedang merupakan lahan yang perlu diprioritaskan. Kelas potensi lainnya
(cukup rendah dan rendah) banyak memiliki kendala dalam pengembangannya
sehingga sebaiknya tidak terlalu diprioritaskan.
Parameter yang paling banyak menjadi perhatian dalam setiap pelaksanaan FGD
adalah ketersediaan petani dan status lahan. Di beberapa daerah, petani lokas
belum terbiasa mengolah lahan padi sawah. Dengan demikian, peran transmigrasi
menjadi sangat penting. Dalam analisa peta, parameter ini digunakan sebagai
parameter sekunder yang mengelompokkan kelas potensi lahan ke dalam potensi
sangat tinggi, tinggi dan sedang.
Parameter lainnya yaitu status lahan menunjukkan tingkat kemudahan pengalihan
fungsi dari lahan eksisting ke lahan beririgasi. Beberapa tipe penggunaan lahan
mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik bila dibandingkan dengan penggunaan
lahan untuk pertanian beririgasi, seperti perkebunan sawit, pertambangan atau
pusat perbelanjaan. Dengan demikian, pengalihan fungsi lahan tersebut akan
mengalami kendala yang cukup berarti. Secara umum, lahan yang mudah dijadikan
lahan beririgasi adalah sawah tadah hujan, perkebunan semusim, lahan kosong dan
belukar. Penempatan tingkat pengaruh parameter ini dalam penyusunan peta
diduga kurang sesuai karena digunakan sebagai parameter tersier yang membagi
kelas potensi lahan ke dalam kelas potensi cukup rendah dan rendah.
Untuk mengidentifikasi lebih lanjut, analisis AHP (pair wise comparison) dilakukan
terhadap ke-8 parameter penyusun peta zonasi. Hasil analisis yang didapatkan
terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa AHP pada 8 Parameter
Parameter Tingkat pengaruh Urutan tingkat
pengaruh
Tanah 35,1 1
Ketersediaan Air 29,6 2
Bebas banjir/genangan 2,9 7
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 7,6 4
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 12
Parameter Tingkat pengaruh Urutan tingkat
pengaruh
Hambatan status lahan 6,2 5
Petani penggarap 12,9 3
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 3,2 6
Infrastruktur/Sarana pemasaran produksi 2,4 8
Analisis penyusunan kebijakan dapat dilakukan melalui metode SWOT berdasarkan
beberapa masukan dan kesimpulan yang didapatkan dari hasil FGD. Model analisa
SWOT yang dipakai terdiri dari Matriks Faktor Strategi Internal (Internal Strategic
Factors Analysis Summary / IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (External
Strategic Factors Analysis Summary / EFAS).
Hasil analisa IFAS menunjukkan bahwa nilai selisih antara Kekuatan (S) dan
Kelemahan (W) adalah 0,5. Pada analisa EFAS nilai selisih antara Peluang (O) dan
Ancaman (T) adalah 0,925. Nilai tersebut di-plotting ke dalam diagram strategi
(Gambar 8), dimana sumbu-x adalah rentang antara Kekuatan (S) dengan
Kelemahan (W) atau Faktor Internal dan sumbu-y adalah rentang Peluang (O)
dengan Ancaman (T) atau Faktor Eksternal.
IFAS 0,5 SUMBU X FAKTOR S-W
EFAS 0,925 SUMBU Y FAKTOR 0-T
O
●S
W
T
Mendukung Strategi SO (menggunakan
kekuatan dengan memanfaatkan peluang)
HASIL ANALISA SWOT
Gambar 4. Diagram Strategi Hasil Plotting IFAS dan EFAS
Hasil plotting pada diagram strategi Gambar 4 berada pada Kuadran I, yang berarti
strategi S-O (Strenghts – Opportunities) merupakan strategi yang tepat dalam
pengembangan potensi lahan irigasi. Strategi S-O adalah menggunakan kekuatan
dengan memanfaatkan peluang, yaitu :
a) Program pencetakan sawah baru;
b) Perluasan Daerah Irigasi yang sudah ada;
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 13
c) Penggabungan beberapa DI yang berada pada satu hamparan dan dalam
satu Wilayah Sungai;
d) Penambahan Daerah Irigasi baru dengan menyusun rencana
pembangunan Daerah Irigasi (mengakomodir usulan DI baru dari daerah);
e) Peningkatan promosi komoditas pangan alternative rakyat selain nasi;
f) Peningkatan koordinasi dalam pengurusan hak pinjam pakai kawasan
hutan;
g) Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan dan
penganggaran DI baru, perluasan DI eksisting.
Pengembangan lahan irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan merupakan
salah satu agenda pemerintahan saat ini. Dalam Nawacita ke-7, pemerintah akan
memprioritaskan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Salah satu sasarannya adalah
mewujudkan kedaulatan pangan melalui kebijakan perbaikan jaringan irigasi rusak
di 3 juta hektar lahan sawah dan pembangunan 1 juta hektar lahan sawah baru di
luar Jawa. Dalam rangka mewujudkan agenda tersebut, berbagai instansi memiliki
banyak program yang selaras.
Naskah kebijakan dibuat dengan menentukan prioritas potensi pengembangan
lahan irigasi berdasarkan faktor prioritas pengembangan hasil AHP yang diterapkan
pada masing-masing provinsi di Indonesia. Daerah yang menjadi prioritas
pengembangan lahan irigasi adalah pada daerah yang mempunyai kelas potenasi
sangat tinggi hingga sedang sesuai dengan peta zonasi potensi pengembangan
lahan irigasi.
Tabel 4. Prioritas Pengembangan Irigasi di Indonesia
Potensi Irigasi Luas Potensi
(Ha) Luas Per Kelompok
(Ha)
Sangat tinggi 3.938.593
6.609.190 Tinggi 2.247.044
Sedang 423.553
Cukup rendah 9.417.944 16.053.717
Rendah 6.635.773
Total 22.662.907 22.662.907
Berdasarkan Tabel 4, dari luasan total potensi pengembangan irigasi di Indonesia
yang berjumlah 22,6 juta Ha, luasan yang diprioritaskan untuk dikembangkan
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 14
sebesar 6.609.190 Ha tersebar di seluruh Indonesia. Luasan daerah yang telah
dikembangkan di Indonesia adalah sebesar 7.145.169 Ha. Berdasarkan dengan
perbandingan luasan prioritas pengembangan irigasi dengan luasan daerah irigasi,
dapat diketahui bahwa lahan irigasi di Indonesia masih berpotensi untuk
dikembangkan.
Rekomendasi lokasi prioritas untuk dikembangkan sebagai lahan beririgasi
diperoleh dengan analisa AHP. Hasil pengolahan AHP diperoleh urutan prioritas
masing-masing provinsi untu dikembangkan menjadi lahan irigasi, seperti pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rekomendasi Lokasi untuk Pengembangan Lahan Irigasi
Provinsi Luas Potensi (Ha) Luas DI (Ha)
Nusa Tenggara Barat 170.392 230.759
Sulawesi Selatan 723.706 581.692
Lampung 419.246 333.201
Bali 42.407 107.617
Banten 214.747 198.368
Papua 63.433 26.059
Papua Barat 93.159 30.047
Sulawesi Tengah 255.593 158.083
Jawa Tengah 693.900 953.804
Jawa Timur 942.574 934.683
Sulawesi Utara 127.122 81.461
Kalimantan Timur 96.897 80.019
Sulawesi Barat 44.615 70.805
Total 3.887.790 3.786.598
Strategi S-O merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan irigasi di
Indonesia berdasarkan pada hasil pemetaan zonasi dan diskusi terhadap
pemangku kebijakan pada beberapa daerah. Strategi tersebut didukung dengan
adanya Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun 2015 – 2019 yaitu
menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat
untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan ketahanan energi guna
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka
kemandirian ekonomi. Upaya yang dilakukan dalam strategi S-O adalah
pencetakan sawah baru dan perluasan daerah irigasi yang sudah ada. Hal itu
selaras dengan kegiatan pemetaan potensi pengembangan lahan irigasi yang telah
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 15
dilakukan oleh Balai Litbang Irigasi yang bertujuan untuk mengasilkan naskah
kebijakan mengenai pengembangan irigasi. Prioritas pengembangan dititikberatkan
pada provinsi-provinsi pada Tabel 5, dimana jika dijumlahkan seluruh luasannya
adalah sebesar 3.887.790 Ha. Apabila disandingkan dengan luasan daerah irigasi
yang sudah dikembangkan berdasarkan Permen PU No 14 Tahun 2015 mengenai
Kewenangan Daerah Irigasi, luasan potensi hasil pemetaan zonasi potensi
pengembangan irigasi di beberapa provinsi misalnya NTB, Bali, Jawa Tengah,
Sulawesi Barat masih dapat dikembangkan. Sedangkan pada provinsi lainnya
pengembangan lahan irigasi baru membutuhkan upaya sektoral untuk
mengembangkannya.
6.3. Kendala dan Upaya Pemecahan Masalah
Kendala teknis yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan adalah:
1) Ketidakseragaman metode dan layout yang digunakan dalam pembuatan peta
menyebabkan revisi terhadap metode dan layout peta yang digunakan
sebelumnya.
2) Ketidakcocokan jadwal dari instansi di daerah dan tim penelitian dari Balai
Litbang Irigasi untuk persiapan dan pelaksanaan Focus Group Discussion
(FGD). Oleh karena itu, koordinasi secara intensif perlu dilakukan untuk
kelancaran acara FGD.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1) Luas wilayah yang memiliki potensi pengembangan irigasi paling luas
berdasarkan Peta Zonasi Potensi Pengembangan Lahan Irigasi adalah
Pulau Sumatera (6.515.647 Ha), Sulawesi (4.138.121 Ha), Kalimantan
(4.620.497 Ha), Papua (1.892.716 Ha), Jawa (4.668.647 Ha), Bali - Nusa
Tenggara (643.170 Ha), dan Maluku (182.111 Ha).
2) Daerah yang perlu menjadi prioritas adalah lahan dengan kelas potensi
sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Luasan lahan tersebut adalah 1.714.929
Ha (Jawa), 1.379.777 Ha (Sumatera), 233.900 Ha (Bali dan Nusa
Excecutive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 16
Tenggara), 741.097 Ha (Kalimantan), 1.556.530 Ha (Sulawesi), 43.314 Ha
(Maluku), dan 1.103.152 Ha (Papua).
3) Pengkelasan potensi pengembangan lahan irigasi memungkinkan
didapatkannya gambaran upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam
implementasi kebijakan.
4) Berdasarkan analisis SWOT dan AHP strategi yang paling tepat untuk
kondisi saat ini adalah strategi progresif, yaitu meningkatkan berdasarkan
peluang yang ada. Rekomendasi lokasi pengembangan lahan irigasi yang
diprioritaskan berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan,
Lampung, Bali, Banten, serta Papua.
5) Prioritas program pengembangan lahan perlu memperhatikan kondisi
daerah dan data historis produksi agar kontribusi terhadap pemenuhan
kedaulatan pangan dapat optimal.
7.2. Saran
1) Data-data penyususun peta zonasi potensi lahan irigasi perlu terus
dilakukan updating agar bersesuaian dengan kondisi di lapangan (terutama
untuk data penggunaan lahan, ketersediaan petani, dan kondisi
infrastruktur).
2) Penentuan bobot pengaruh dalam analisis AHP sebaiknya dilakukan
menggunakan metode pair wise comparison.
3) Naskah Kebijakan yang telah disusun perlu didiskusikan kembali dengan
para pemangku kebijakan terkait dengan irigasi.