Top Banner
= = = ^ ^ ^ = ^ = = J urnal Penginderaan Jauh da n Pengolahan Dat a Citr a Di gi t al Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75 PEN GEM BAN GAN ME TO DE ZO NASI DAERAH BAHAYA LETUSAN GUNUNG A P I ST U D I KASU S GUNUNG MERAPI Wikanti Asriningrum*), Heru Noviar**), Suwarsono *) Peneliti Bidang Analisa Sistem **) Peneliti Bidang Pemanfaatan Data Inderaja ABSTRACT  / Merapi volcano which ha s height 2.986 m is located at central of Java Island. This vo lcano is one of 129 active volcano in Indonesia. Considering the amount of volcano, we need a method as a mitigation system of eruption hazard. MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM (2002) data and supported by secondary data are used to identify and classify landform, drainage pattern, and land cover. The result are 10 classes of landform, 3 leruption hazard level of drainage pattern, and 9 classes of landform. Based on geomorphogical analysis, from the two first classification produce eruption hazard zonation. And based on land cover analysis during 11 years show that forest area decrease 13.062 Ha and hazard risk pattern increase. ABSTRAK Gunung Merapi terletak di sentral Pulau Jawa dengan ketinggian 2.986 meter. Gunung ini adalah satu dari 129 Gunung Api aktif di Indonesia. Mengingat banyaknya Gunung Api di Indonesia, maka perlu metode sebagai upaya sistem mitigasi bencana letusan ini. Data MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM (2002) didukung data sekunder lain digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan, pola aliran dan penutup lahan. Hasil klasifikasi adalah 10 kelas bentuk lahan, 3 tingkat bahaya letusan menurut pola aliran dan 9 kelas penutup lahan. Berdasarkan analisis geomorfologis, dari kedua peta pertama dihasilkan zona bahaya letusan Gunung Merapi. Dan berdasarkan analisis perubahan penutup lahan selama 11 tahun menunjukkan bahwa luas hutan berkurang sebesar 13.062 Ha dan peningkatan pola risiko bahaya. 1 PENDAHULUAN Gunung Merapi merupakan Gunung Api yang menunjukkan gejala vulkanisme paling aktif di dunia. Gunung Api ini terletak di bagian sentral Pulau Jawa, dan secara administrasi terletak di Kabupaten Sleman yang terbagi ke dalam beberapa wilayah. Sebelah selatan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah utara termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Boyolali, sebelah barat termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Magelang dan sebelah timur- tenggara termasuk ke dalam Kabupaten Klaten. Tiga kabupaten yang terakhir termasuk Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk dari 4 kabupaten di sekitar Gunung Merapi tercatat sebanyak 3.921.507 jiwa. (BPS, 2001). Letak koordinat puncak kepundan adalah 7°32'29" dan 110°26'47" BT (pengukuran didasarkan pada citra Landsat ETM tanggal 6 September 2002), dengan ketinggian 2.986 m di atas permukaan laut menurut data GPS-1999, posisi lava 40 (Ratdomopurbo, 2000). Gunung Api ini termasuk tipe Gunung Api strato dengan tipe letusan yang khas da n dikategorikan ke Gunung Merapi adalah satu dari 129 Gunung Api aktif (Direktorat Vulkanologi, 1979), dan satu dari 15 Gunung Api kritis atau sangat potensial untuk meletus ( www.pu.go.id). Bentuk ancaman dari letusan Gunung Api berupa korban jiwa dan kerusakan pemukiman, harta, dan benda. Korban jiwa dan kerusakan terjadi akibat tertimbun hasil letusan seperti aliran lava (lava flow),  lemparan batu, abu vulkanik  (ash), awan panas (nuees ardentes),  gas-gas beracun, dan Iain-lain. Gunung Merapi pernah meletus pertama kali tahun 7630 sebelum Masehi, dan terakhir meletus bulan Agustus 2001. Tapi sampai saat ini masih menunjukkan aktivitasnya yang sewaktu-waktu dapat berubah aktif siaga. Permasalahan yang dihadapi adalah  juml ah Gunung Api di Indonesia relatif banyak, peta bahaya letusan Gunung Api belum dibuat seluruhnya, dan jumlah penduduk yang bermukim atau memanfaatkan lahan Gunung Api cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan  jumla h penduduk. Peningkatan kepadatan penduduk dan peningkatan pemanfaatan lahan Gunung Api disebabkan oleh kondisi tanahnya yang subur. Hal ini akan meningkatkan risiko bahaya letusan yang diakibatkan oleh meningkatnya
11

Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

Mar 02, 2018

Download

Documents

irvan sakti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 1/10

= = = ^ ^ ^ = ^ = = Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75

PENGEMBANGAN METODE ZONASI DAERAH BAHAYA

LETUSAN GUNUNG API STUDI KASUS GUNUNG MERAPI

Wikanti Asriningrum*), Heru Noviar**), Suwarsono*) Peneliti Bidang Analisa Sistem

**) Peneliti Bidang Pemanfaatan Data Inderaja

ABSTRACT

 /

Merapi volcano which has height 2.986 m is located at central of Java Island. This volcano is oneof 129 active volcano in Indonesia. Considering the amount of volcano, we need a method as a mitigationsystem of eruption hazard. MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM (2002) data and supported bysecondary data are used to identify and classify landform, drainage pattern, and land cover. The result are10 classes of landform, 3 leruption hazard level of drainage pattern, and 9 classes of landform. Based ongeomorphogical analysis, from the two first classification produce eruption hazard zonation. And basedon land cover analysis during 11 years show that forest area decrease 13.062 Ha and hazard risk pattern

increase.

ABSTRAK

Gunung Merapi terletak di sentral Pulau Jawa dengan ketinggian 2.986 meter. Gunung ini adalahsatu dari 129 Gunung Api aktif di Indonesia. Mengingat banyaknya Gunung Api di Indonesia, maka perlumetode sebagai upaya sistem mitigasi bencana letusan ini. Data MOS-MESSR (1991) dan Landsat-ETM(2002) didukung data sekunder lain digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan, pola alirandan penutup lahan. Hasil klasifikasi adalah 10 kelas bentuk lahan, 3 tingkat bahaya letusan menurut polaaliran dan 9 kelas penutup lahan. Berdasarkan analisis geomorfologis, dari kedua peta pertama dihasilkanzona bahaya letusan Gunung Merapi. Dan berdasarkan analisis perubahan penutup lahan selama 11 tahun

menunjukkan bahwa luas hutan berkurang sebesar 13.062 Ha dan peningkatan pola risiko bahaya.

1 PENDAHULUAN

Gunung Merapi merupakan Gunung Apiyang menunjukkan gejala vulkanisme paling aktifdi dunia. Gunung Api ini terletak di bagiansentral Pulau Jawa, dan secara administrasiterletak di Kabupaten Sleman yang terbagi kedalam beberapa wilayah. Sebelah selatantermasuk ke dalam wilayah Kabupaten SlemanProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelahutara termasuk ke dalam wilayah KabupatenBoyolali, sebelah barat termasuk ke dalamwilayah Kabupaten Magelang dan sebelah timur-tenggara termasuk ke dalam Kabupaten Klaten.Tiga kabupaten yang terakhir termasuk ProvinsiJawa Tengah. Jumlah penduduk dari 4 kabupatendi sekitar Gunung Merapi tercatat sebanyak3.921.507 jiwa. (BPS, 2001).

Letak koordinat puncak kepundan adalah7°32'29" dan 110°26'47" BT (pengukurandidasarkan pada citra Landsat ETM tanggal 6September 2002), dengan ketinggian 2.986 m diatas permukaan laut menurut data GPS-1999,posisi lava 40 (Ratdomopurbo, 2000). GunungApi ini termasuk tipe Gunung Api strato dengantipe letusan yang khas dan dikategorikan kedalam tipe letusan Merapi.

Gunung Merapi adalah satu dari 129Gunung Api aktif (Direktorat Vulkanologi,1979), dan satu dari 15 Gunung Api kritis atausangat potensial untuk meletus (www.pu.go.id).Bentuk ancaman dari letusan Gunung Api berupakorban jiwa dan kerusakan pemukiman, harta,dan benda. Korban jiwa dan kerusakan terjadi

akibat tertimbun hasil letusan seperti aliran lava(lava flow),  lemparan batu, abu vulkanik   (ash),awan panas  (nuees ardentes),  gas-gas beracun,dan Iain-lain. Gunung Merapi pernah meletuspertama kali tahun 7630 sebelum Masehi, danterakhir meletus bulan Agustus 2001. Tapisampai saat ini masih menunjukkan aktivitasnyayang sewaktu-waktu dapat berubah aktif siaga.

Permasalahan yang dihadapi adalah jumlah Gunung Api di Indonesia relatif banyak,peta bahaya letusan Gunung Api belum dibuatseluruhnya, dan jumlah penduduk yang bermukimatau memanfaatkan lahan Gunung Api cenderungsemakin meningkat seiring dengan peningkatan

 jumlah penduduk. Peningkatan kepadatanpenduduk dan peningkatan pemanfaatan lahanGunung Api disebabkan oleh kondisi tanahnyayang subur. Hal ini akan meningkatkan risikobahaya letusan yang diakibatkan oleh meningkatnya

66

Page 2: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 2/10

Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wtkanti Asriningnjm et.al)

kemungkinan jumlah korban dan kerusakan lahan

budidaya.Zonasi daerah bahaya ditentukan ber-

dasarkan kemungkinan terkena aliran piroklastik danlava.  Prakiraan jangkauan lctusan dapat dilakukan

menggunakan peta topografi, peta geologi,ataupun pcngamalan lapangan. Pada pcnclilianini dikembangkan metode dengan tcknikpengindcraan jauh satclit yang mcrupakanpenambahan data dari jenis data yang dipakaipada metode sebelumnya. Mengingat bahwaGunung Api aktif di Indonesia relatif banyak,maka pengembangan metode ini diharapkan dapatmempcrcepat proses pembuatan atau pemutakliiranpeta daerah bahaya Gunung Api. Peta bahayadiperlukan sebagai salah satu komponen sistem

peringatan dini sebagai upaya rneminimumkan jumlah korban dan kerugian akibat bencanaIetusan Gunung Api.

2 GUNUNG API

Gunung Api terbentuk sebagai akibatproses vulkanisme, yaitu proses naiknya materialmagma dari dalam bumi menuju permukaan baikdikcluarkan sccara cksplosif maupun cfusif.Naiknya cairan magma ke permukaan bumi tidak

terjadi sccara tiba-tiba begitu saja, namun adafaktor yang menyebabkan proses terscbut.Peristiwa subduksi antar dua lempeng tektonikbcrimbas pada mclclchnya material batuan padakerak bumi sehingga bergerak ke permukaankarena bcrat jenis batuan yang relatif Icbihrendah, yang disebut dengan proses undasi.Indonesia sccara geologi merupakan tempatpcrtcmuan tiga lempeng tektonik besar, yaituLempeng Eurasia, Lempeng India-Australia, danLempeng Pasifik. Zona pcrtemuan antar dua

lempeng tektonik merupakan jalur-jalur vulkanaktif, seperti Gunung Api yang lerdapat di PulauSumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara terbentukpada pcrtcmuan antara Lempeng India-Australiayang menumbuk di bawah Lempeng Eurasia.

Dircktorat Vulkanologi dalam menentukanzonasi daerah bahaya Ietusan Gunung Apimenyatakan bahwa dacrah di sckitar kawahdikategorikan sebagai daerah terlarang karenakemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava

sangat besar. Dacrah dengan tingkat bahaya lebihrendah adalah daerah bahaya ke-l, yaitu daerahyang tidak dapat diserang oleh awan panasnamun saat Ietusan besar akan tcrtimpa hembusanpiroklastik   (pyroclastic surge)  dan jatuhanpiroklastik (hujan abu dan bom). Sedangkan daerahbahaya kc-2, yaitu dacrah yang berdekatandengan sungai yang berhulu di puncak Gunung

Api, letaknya secara topografis rendah sehinggapada musim hujan dapat tcrlanda aliran lahar.

Gunung Api merupakan salah satubagian dari bentang lahan di permukaan bumiyang mcmiliki karaktcristik yang khas. Bcntuk

lahan Gunung Api mcmpunyai relief menjuianghingga ribuan kilometer di atas permukaan laut,berbentuk kerucut, dan pola aliran yang berkembangdi atasnya adalah pola radial. Morfologi kerucutGunung Api dicinkan dengan kemiringan Icrcngdari tcrjal hingga sangat tcrjal dengan torchancukup dalam, sedangkan lereng kaki Gunung Apimempunyai kemiringan dari terjal hingga agaklandai dengan torehan relatif Icbih ringan dandangkal. Dari karaktcr khas ini, citra LandsatETM komposit RGB 543 dengan penajaman

autoclip mampu untuk identitlkasi, delimitasi,dan dclineasi aspek morfologi Gunung Api(Asriningrum, 2002). Kerucut vulkanik adalahakumulasi bahan-bahan vulkanik \ang dikcluarkansecara langsung sctiap kali leiusan terjadi darisuatu titik atau kawah. Akumulasi bahan-bahanvulkanik ini dapat bcrupa bahan-bahan lepas(pyroclastic)  maupun aliran lava, membentuksuatu kerucut di seputar kawah, sedangkan dilokasi yang lebih jauh membentuk kaki lereng(Selby,*1983).

3 METODOLOGI

Data yang digunakan adalah MOS-MESSR (*) tanggal 2 Agustus 1

Q91 dan Landsat-

ETM tanggal 6 September 2002 Adapun metodepcnclitian adalah multitemporal >"ang dilakukanmelalui analisis pcrubahan penutup lahan dananalisis geomorfologi/bentuk lahan. Pcngolahancitra untuk mcnghasilkan citra komposit yangditajamkan dilakukan dengan software ER-

Mapper 5.5. Pentahapan pcnclitian dilakukanmeliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

a Pemilihan jenis kanal 3,4, dan 5 untuk pembuatancitra komposit RGB 543 dan penajaman citraautoclip.

b Penentuan dacrah pcnclitian yang meliputidaerah bentuk lahan asal Gunung Merapibcrdasarkan analisis geomorfologi dengan carakroping atau pemotongan citra dari satu scenecitra Landsat.

c Analisis dan deskripsi geomorfologis GunungMerapi dan sekitamya menggunakan dataMOS-MESSR dan Landsat-ETM. Hasilnyaditampilkan dalam bentuk peta bentuk lahan(landjbrms map), peta zonasi tingkat kercntanan,dan peta daerah bahaya Gunung Api. Analisisgeomorfologis berdasarkan empat aspek meliputimorfologi, morfbgciKsis, moifokronologi. danmorfoarrangement (Zuidam, 1985).

67

Page 3: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 3/10

Jumal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1 No. 1, Juni 2004: 66-75

d Analisis pcrubahan penutup lahan di daerahGinning Api dan sekitarnya dcngan mcng-idcnlifikasi dan mengklasifikasi penutup lahandari 2 data tersebut dengan kurun wakiu 11tahun, yaitu dari tahun 1991 - 2002. Hasil drtampil-

kan dalam bcniuk tabel dengan informasikclas, luas, dan pcrubahan penutup lahan.

e Analisis populasi penduduk dan penutup lahan• yang dikaitkan dengan tingkat kercntanandaerah bencana.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan didasarkan atas jenis analisis yang digunakan, yaitu analisis-deskripsi geomorfologis, analisis bahaya. dan

identifikasi-klasifikasi penutup lahan berikutanalisis pcrubahannya. Penamaan klasifikasi bentuklalian didasarkan pada acuan yang dikeluarkanoleh Bakosurtanal dan untuk klasifikasi GunungApi disajikan (FG-UGM dan Bakosurtanal, 2000).

4.1 Hasil Analisis dan Deskripsi Geomorfologis

Hasil analisis dan deskripsi geomorfologisdengan menggunakan data penginderaan jauhLandsat-ETM dan MOS-MESSR, menunjukkanbahwa kawasan Gunung Mcrapi dapat dibagi atas

scpuluh bentuk lahan  {hndforms).  Klasifikasibentuk lahan Gunung Api ini ditampilkan dalamGambar 4-1. Deskripsi masing-masing bentuk lahanterdiri atas 10 klas, yaitu Kawah aklif, Sumbatlava, Leher Gunung Api atau  Vulkanic neck,Lereng Gunung Api, Lembah  baranko,  KakiGunung Apt. Dataran kaki Gunung Api, DataranGunung Api, Medan lava, Teras sungai crosional.

Bentuk lahan Kawah Aktif tcrdapat padabagian puncak Gunung Api ini yang pada satuan

ini masih dapat diidentifikasi berlangsungnyagejala vulkanisme, yaitu adanya gas-gas vulkanisyang kcluar dari kawah tersebut, mcskipun dalam

 jumlah dan intensitas yang rclatif kccil. Padacitra bentuk lahan ini hampir tidak dapat tertihatdengan jelas, hal ini dikarenakan luas bentuklahan ini rclatif sempit apabila dibandingkandengan rcsolusi spasial citra yang sebesar 30meter. Namun demikian bentuk lahan ini masihdapat dikenali lewat bentuknya yang khas, yaitubcrupa cckungan dan situsnya yang bcrada pada

posisi puncak dari Gunung Api.Bentuk lahan Sumbat Lava terdapat pada

bagian puncak Gunung Api di mana satuan initerbenluk sebagai akibat Ictusan cfusif bcrupalava yang dalam pcrjalanannya kcluar mcngalamiproses pengcrasan pada pusat erupsi, yang dalamkasus Mcrapi tcrlctak pada bagian puncak.Bentuk lahan ini dapat dikenali pada citra daribentuknya yang khas, yaitu bcrbentuk bongkahanbatuan dengan bagian puncaknya yang cenderung

menyudut-kerocut, ukurannyn yang rclatif luas,dan situsnya yang terletak pada bagian puncakGunung Api. Selain itu waina biru pada citrayang merupakan representasi tubuh air menunjukkanaliran lava yang masih scgar dan basah hasil

penyerapan dari presipitasi air hujan maupunkabut. Informasi penting yang didapatkan darihasil intcrpretast, yaitu tcrdapat tanda pergescranpuncak sumbat lava vang pada tahun 1991 (CitraMOS) tcrlctak pada' posisi 7° 32* 3 8 " LS dan110° 26" 39" BT bergeser ke arah pada 7°32' 29"LS dan 110° 26* 47" BT atau bergeser ke arahTimur-laut.

Bentuk lahan Leher Gunung Api atauVulcanic Neck   dapat dikenali dari citra denganmemperhatikan tcrutama dari bentuk, ukuran,Ictak/situs, dan polanya. Bentuk lahan ini bersifatmasif, berbentuk cenderung membulat panjangkadang-kadang dengan sisi-sisi yang menyudut(bentuk bongkah) dengan ukuran yang relatiflebih kecil dari kerucut Gunung Api, dijumpaibaik pada bagian puncak maupun pada bagianlereng Gunung Api dengan pola menyebar-melingkar. Pada kasus Gunung Merapi, bentuklahan ini dijumpai pada bayian lereng GunungApi atas sebclah Timur laut dan lereng Gunung

Api bawah sebelah Selatan. Genesis dari bentuklahan ini, yaitu merupakan sisa-sisa dari bagiantubuh Gunung Mcrapi tua vang tcrtutupi olehmaterial Gunung Mcrapi muda yang masih dapatdijumpai di permukaan.

Bentuk lahan Lereng Gunung Api terdapatmulai dari atas htngga bawah. Secara bentukmendatar dilihat dari atas Lereng Gunung Merapibcrbentuk cenderung membulai-ellips. Pada bentuklahan ini merupakan bagian tcrluas dari komplcksGunung Api ini dan dijumpai berasosiasi denganbentuk lalian Lembah Baranko dan Lembah SungaiErosional yang memiliki pola radial sentripetal(menyebar menjauhi pusat vulkan). LembahBaranko terdapat pada bagian lereng atassedangkan Lembah Sungai Lrosional umumnyadijumpai mulai dari lereng tuigah hingga beralihmenjadi Lembah Sungai Oeposisional padaDataran Fluvio Gunung Api (kedua satuanbentuk lahan terakhir terseliut tidak dijumpaipada cakupan daerah pemantauan ini). Lembah

Baranko bcrbentuk huruf 'V dengan ukuranlebih lebar dan dalam/curam dibandingkandengan Teras Sungai Erosional yang bcrbentukV dengan ukuran relatif lebih sempit. Selain itupada bentuk lalian Lembah Baranko dapatdijumpai kesan bayangan >ang tidak dijumpaipada Teras Sungai Erosional. Namun demikiansecara genesis Lembah Baranko pada pcr-kembangan lebih lanjut ke arah lereng bawahakan berubah menjadi Teras Sungai Erosional

68

Page 4: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 4/10

Pengembangan Melode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanli Asriningrum etal)

Bcntuk lahan Lcrcng Gunung Api kcarah bawah kcmudian akan bcrturut-turut dijumpaibentuk lahan Kaki Gunung Api, bentuk lahanDalaran Kaki Gunung Api, dan bentuk lahanDataran Gunung Api. Perbcdaan aniara keempat

bentuk lahan itu terutama sekali tcrlctak padaperbcdaan relief dan kemiringan lereng, di manake arah bawah relief scmakin rendah dankemiringan lereng semakin kccil. Pada batasperalihan di antara keempat bentuk lahan tcrsebutmcrupakan titik-titik   break of slope  (takik lereng)yang pada daerah sckitar takik lereng tcrsebutbanyak dijumpai mata-air  (springs)  atau rembesan(seepage) dan membentuk jalur hijau  {green hell),

Bentuk lahan yang memainkan perananpenting dalam penentuan kcrentanan bencana

Gunung Api adalah bentuk lahan Mcdan Lava(Lava Field).  Pada kasus Merapi, bentuk lahanini terbentuk dari erupsi Gunung Merapi yangefusif di mana dikcluarkan massa lava. Araherupsi Gunung Merapi secara dominan cenderungmengarah ke Barat-daya, yaitu ke arah vvilayahKabupaten Magelang Jawa Tengah. Aliran lavamenyebar umumnya mclalui zona-zona alur sungaiyang alirannya djperccpat dengan aliran airsungai tersebut (vvama bini pada citra).

Mcmperhatikan deskripsi karaktchstiktcrsebut di alas, maka unit bentuk lahan mempunyaikaitan erat dengan tingkat kcrentanan lctusanGunung Api. Kelompok bentuk lahan yangmemiliki tingkat sangat rentan, yaitu KawahAktif, Sumbat Lava, dan Medan Lava. Bentuklahan yang memiliki tingkat rentan, yaitu LeherGunung Api, Lereng Gunung Api dan LembahBaranko. Sedangkan bentuk lahan yang memilikitingkat kurang rentan yaitu Kaki Gunung Api,Dataran Kaki Gunung Api, dan Dataran Gunung

Api. Khusus untuk bentuk lahan Teras SungaiErosional yang tcrdapat pada jalur-jalur aliranlava dikategorikan ke dalam tingkat rentan danselebihnya dikategorikan ke dalam tingkat kurangrentan (tabel 4-1).

4.2 Hasil Analisis Zona Bahaya

Untuk keperluan mitigasi bencana alam,berdasarkan Pcta Bentuk lahan dan dikaitkan

dengan tingkat kerentanannya terhadap bencana,maka dibuat Peta Zona Bahaya Merapi yangdikelompokkan ke dalam tiga daerah bahaya,yaitu Zona Tcrlarang, Zona Bahaya 1, dan ZonaBahaya II. Penentuan zona bahaya mengikuti

kritcria yang digunakan oleh Dircktorat VuikanologiDaerah-daerah tersebut dominan tcrdapat dilereng bagian Barat-daya dan sekitarnya yangsecara administrasi termasuk vvilayah KabupatenMagelang Provinsi Jawa Tengah dan scbagiankecilnya termasuk wilayah Kabupaten SiemanProvinsi Daerah Istimcvva Yogyakarta.

Daerah endapan piroklastik, awan panas(nuees ardentes,  atau islilah sctempat: wedusgembel), aliran lava, dan aliran lahar adalalidacrah-daerah bahaya yang perlu dipantau secara

kontinu. Kcnampakan obyek-obyek tersebut padacitra komposit RGB 543 (Gambar 4-2). dapatdibedakan antara obyck satu dengan yang laindari perbcdaan warna, lokasi, dan asosiasi.Endapan piroklastik dan awan panas bervvarnamerah cerah namun lokasi dan asosiasi antarakeduanya dapat dibedakan. Lokasi endapanpiroklastik lebih jauh dari produk lctusan barudibandingkan awan panas.

Terkait dengan lokasi, bahwa awan panasberasosiasi dengan produk lctusan baru. Aliran

lava dan aliran lahar bervvarna biru yangmenunjukkan bahwa kandungan aimya rclaiiftinggi, namun antara lava dan lahar memilikipenyebaran aliran yang berbeda. Lava tcrscbarmeluas yang tampak pada citra di sebelah Baratdaya, sedangkan lahar tcrscbar mengikuti polaaliran sungai dan dapat diidcntifikasi di beberapasungai yang mengalir ke Selatan don Barat-laut.

Hasil idcntifikasi pola aliran didapatkanpola aliran radial pada Gunung Merapi dan ada

pola sctcngah radial dari gunung di sebelahutaranya, yaitu Gunung Merbabu (Gambar 4-3).Dari pola aliran ini dikelompokkan menjadi tigatingkat kemungkinan aliran lava dan lahar. yaitutingkat tinggi, menengah, dan rendah. Perbedaantingkatan ini membantu dalam penentuan tingkatbahaya yang disebabkan oleh aliran lava danlahar mclalui sungai.

69

Page 5: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 5/10

=Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004: 66-75

Tabel4-1: TINGKAT KERENTANAN BENCANA GUNUNG API MERAPI UNTUK TIAP-TIAPBENTUK LAHAN

No

. 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Bentuk lahan

Kawah Aktif

Sumbat Lava

Leher Gunung Api

Lereng Gunung Api

Lembah Barranco

Kaki Gunung Api

Dataran Kaki GunungApi

Dataran Gunung Api

Medan Lava

Teras Sungai Erosional

Tingkat Kerentanan

SangatRentan

+

+

_

_

_

_

-

_

+

_

Rentan

_

_

+

+

+

.

-

_

_

+)

KurangRentan

_

_

_

+

+

+

+

_

_

Material En

AliraiiLava/Lahar

+

+

_

+

+

_

-

_

+

+

MateruAsh/Tuf

_

+

+

+

+

+

-

.

+

-

ipsi

il PiroklastisLapili

+

+

+

+

+

_

-

_

+

_

Bom

+

+

+

+

+

.

-

.

+

-

+) dengan catatan

Pembagian daerah-daerah bahaya berdasar-kan analisis citra Landsat disajikan dalam bentukpeta pada Gambar 4-4. Dari gambar ini dijumpaiperbedaan daerah zona terlarang jika dibandingkandengan peta dari Direktorat Vulkanologi. Hal inidisebabkan oleh adanya perluasan distribusi lava,yang pada citra tampak bahwa lava meluasmenuruni lereng dan menerjang sabo-sabopengaman. Kenampakan ini berarti bahwa lavamenyapu daerah-daerah di luar sabo. Sedangkanpeta bahaya Gunung Merapi yang sebelumnyamembuat batas daerah terlarang berdasarkanlokasi sabo.

Dalam kaitan antara distribusi populasipenduduk dengan tingkat bahaya letusan GunungApi ini, maka penduduk yang paling terancambahaya jika Gunung Api ini meletus adalahpertduduk di sekitar lereng sebelah barat dayaGunung Merapi. Hal ini terutama disebabkanoleh arah erupsi vulkan ini yang cenderungmengarah ke barat daya. Daerah tersebut secaraadministrasi termasuk ke dalam wilayah KabupatenMagelang dan sebagian kecilnya termasuk ke

dalam Kabupaten Sleman Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta.

4.3 Hasil identifikasi dan klasifikasi penutuplahan serta analisis perubahannya

Hasil identifikasi dan klasifikasi penutuplahan Gunung Merapi dengan menggunakan dataMOS-MESSR (2 Agustus 1991) dan data Landsat-

ETM (6 September 2002) yang berupa petaklasifikasi penutup lahan disajikan pada Gambar 4-5.

Selain itu, dari hasil klasifikasi penutuplahan daerah Gunung Merapi dengan dua datainderaja berjangka waktu 11 tahun (MOS-MESSR,2 Agustus 1991 dan Landsat-ETM, 6 September2002) diperoleh perbedaan luas liputan lahan yangmenunjukkan adanya perubahan yang terjadiselama kurun waktu tersebut. Luas penutup lahanberikut perubahannya secara rinci disajikan padaTabel 4-2. Berdasarkan Tabel 4-2. dapat diketahuibahwa pada kawasan kompleks Gunung Merapitelah terjadi perubahan penutup lahan. Beberapaklas penutup lahan mengalami penambahan luasseiring dengan berkurangnya klas penutup lahanyang lain. Peningkatan luas penutup lahan yangpaling besar adalah kelas tegalan, yaitu sebesar5.586 ha dan penurunan luas penutup lahanpaling besar adalah kelas hutan, yaitu berkurangsebesar 13.026 ha. Sedangkan untuk kelas-kelasyang lain, yaitu kelas perkebunan meningkatsebesar 2.234 ha, kelas sawah meningkat sebesar369 ha, kelas pemukiman meningkat sebesar2.389 ha, kelas lahan terbuka meningkat sebesar1.941 ha, kelas singkapan batuan meningkatsebesar 38 ha, kelas lahar dan lava meningkatsebesar 542 ha dan kelas sungai/tubuh perairanberkurang sebesar 73 ha. Informasi penting lainnya,yaitu perubahan penutup lahan dari suatu kelasmenjadi kelas lain yang ditunjukkan menurut luassecara rinci disajikan dengan matriks pada Tabel4-3.

70

Page 6: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 6/10

:Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

Untuk klasifikasi penutup lahan GunungMerapi adalah perlu diperhatikan perubahansesuatu kelas menjadi kelas lahar dan lava sertakelas singkapan batuan. Hal tersebut dikarenakankelas lahar dan lava merupakan bentuk akibatlangsung dari aktivitas erupsi Gunung Api dankelas singkapan batuan, yang pada peta hasilinterpretasi citra dominan terdapat pada daerahsekitar penutup lahan lahar dan lava, merupakanhasil erupsi Gunung Api juga, hanya berbedadalam periodesasi dan telah mengalami diagenesis(proses perubahan menjadi batuan) menjadisingkapan batuan.

Gambar 4-6 menunjukkan peta perubahankelas penutup lahan yang secara khusus dapatdiketahui informasi mengenai lokasi perubahan

kelas-kelas penutup lahan mana saja yang

mengalami perubahan menjadi kelas lahar danlava serta singkapan batuan.

Memperhatikan Tabel 4-3, luas areapenutup lahan pada tanggal 2 Augustus 1991(citra MOS MESSR) yang tersapu oleh lahar dan

lava yang terliput pada tanggal 6 September 2002(citra Landsat ETM) yaitu berturut-turut kelashutan seluas 267 ha, kelas tegalan seluas 5 ha,kelas persawahan seluas 2 ha, kelas lahan terbukaseluas 187 ha, kelas sungai/tubuh perairan seluas38 ha, kelas singkapan batuan seluas 255 ha dankelas pemukiman seluas 1 Ha.

Pada perhitungan luas penutup lahan initerdapat perbedaan resolusi spasial antara datamultitemporal yang digunakan yakni MOS-MESSR 50 m dan Landsat-ETM 30 m, sehingga

dimungkinkan ada kesalahan akibat resolusi ini.

Tabel 4-2 : LUAS PENUTUP LAHAN DI DAERAH GUNUNG MERAPI TAHUN 1991 DAN TAHUN

2002 SERTA PERUBAHANNYA

No.

1

2

3

4

56

7

8

9

Klas Penutup Lahan

Hutan

Perkebunan

Tegalan

Sawah

PemukimanLahan Terbuka

Singkapan Batuan

Lahar dan Lava

Sungai/Tubuh Air

Jumlah

Th.1991*'

Ha

16.565

1.591

3.863

6.567

5252.058

599

676

217

32.661

%

51

5

12

19

26

2

2

1

100

Th.2002"'

Ha

3.539

3.825

9.449

6.936

2.9143.999

637

1.218

144

32.661

%

11

12

29

20

912

2

4

1

100

Perubahan

Ha

-13.026

2.234

5.586

369

2.3891.941

38

542

-73

%

-79

140

145

6

45594

6

80

-34

Sumber :

*) Analisis citra MOS-MESSR tanggal 2 Agustus 1991, dari Remote Sensing Technology Center of Japan.**) Analisis citra Landsat-ETM tanggal 6 September 2002

Tabel 4-3 : MATRIKS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

No.

1.

2.

3.

4.

5.6.

7.

8.

9.

*s"s«v. MOS 91

Landsat  /""""^v^

Hutan

Perkebunan

Tegalan

Persawahan

PemukimanLahan Terbuka

SingkapanBatuan

Lahar dan Lava

Tubuh air

1

Hutan

3.164

1.666

3.821

3.450

1.2042.093

597

267

85

2

Perkebunan

7

806

362

76

27633

0

0

10

3

Tegalan

76

406

1.689

1.009

356259

0

5

12

4

Persawahan

181

726

2.517

1.894

565574

0

2

23

5

Pemukiman

5

85

176

59

15239

0

1

1

6

LahanTerbuka

45

72

640

319

262489

8

187

9

7

SingkapanBatuan

5

4

44

15

20248

0

255

0

8

Lahar&Lava

11

3

24

10

12134

24

449

0

9

Tubuh air

0

6

52

12

2977

0

38

0

71

Page 7: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 7/10

Jumal Penginderaan Jauh dan Pengdahan Data Cilra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75

5 KESIMPULAN

Hasil analisis gcomorfologis terhadapkawasan Gunung Merapi dari data MOS-MESSRtanggal 2 Agustus 1991 dan data Landsat-ETMlanggal 6 September 2002. mengelompokkan kc

dalam scmbilan kclas bcntuk lahan, Kawah Aktif,Sumbat Lava, Lchcr Gunung Api  (Vulcanic Neck),Lcrcng Gunung Api, Lcmbah Baranko, Kaki GunungApi, Dataran Kaki Gunung Api, Dataran GunungApi, Mcdan Lava, dan Teras Sungai Erosional.ldcntifikasi bcntuk lahan tcrscbut dapat diperolehdari morfologinya, namun untuk bcntuk lahankawah aktif yang bemkuran kccil digunakanpcmahaman asosiasi interpreter.

Tingkat kerentanan tiap-liap bentuk lahanterhadap bencana Gunung Api dikclaskan kc dalamtiga tingkat, yaitu sangal rcntan, rentan, dan kurangrentan. Untuk tingkat sangat rcntan meliputi KawahAktif, Sumbat Lava, dan Medan Lava, tingkatrentan meliputi Lchcr Gunung Api, Lereng GunungApi, Lembah Baranko, dan Teras Sungai Erosional,scdangkan untuk tingkat kurang rentan meliputi KakiGunung Api, Dataran Kaki Gunung Api, dan DataranGunung Api.

Untuk kcpcrluan mitigasi bencana alam,bcrdasarkan tingkat kerentanan komplcks GunungMerapi dikelompokkan ke dalam Zona Terlarang,Zona Bahaya I, dan Zona Bahaya II. Daerah-daerah

tersebut dominan terdapat di lcrcng bagian baratdaya dan sckilarnya yang secara administrasitcrmasuk wilayah Kabupaten Magelang ProvinsiJawa Tengah dan sebagian kecilnya tcrmasukwilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah IstimcwaYogyakarta. Perbandingan antara hasil ini denganpcta daerah bahaya sebelumnya adalah pada daerahterlarang dan tingkat kcdctailan, sehingga pengembanganmetodc zonasi ini dapat digunakan untuk pemutakhiranatau pembuatan pcta bahaya Gunung Api.

Perubahan penutup lahan daerah Gunung

Merapi dengan jangka waktu 11 tahun (MOS-MESSR,2 Agustus 1991 dan Landsat-ETM, 6 September2002), diperoleh bahwa perubahan paling besaryaitu bcrkurangnya luas areal hutan sebesar 13.026Ha yang bcrubah menjadi bcrbagai kclas penutuplahan. Scdangkan penambahan luas penutup lahanterdapat pada kclas Iahar dan lava, yaitu sebesar1.204 Ha. Penambahan luas untuk kelas pemukimansebesar 2.358 Ha (455%). kelas persawahan sebesar362 Ha (6%), dan kclas tcgalan sebesar 5.513 Ha(145%). Sedangkan kelas pemukiman, persawahan,dan tcgalan yang tersapu Iahar dan lava di tahun

2002 berturut-turut sebesar 1 Ha, 2 Ha, dan 5 Ha.Perubahan luas ini dihitung dari data denganrcsolusi spasial 30 m dan 50 m sehingga adakemungkinan kcsalahan akibat pcrbedaan rcsolusi ini.Namun demikian pola penambahan luas untukkclas-kelas tersebut menunjukkan bahwa ada

peningkatan rcsiko bahaya ietusan Gunung Apiakibat perubahan penutup lahan,

Pcncntuan daerah bahaya didasarkan padakemungkinan terkena aliran piroklastik dan lava,sehingga informasi yang dapat diperoleh dari citrapenginderaan jauh satelit didasarkan pada analisis

gcomorfologi. Untuk itu pengolah citra daninterpreter mcmcrlukan bckal ilmu geomorfologi.Citra penginderaan jauh dengan pcriodc ulang yangtcratur dan kontinu dapat membcrikan informasiperubahan penutup lahan/penggunaan lahan yangbcrmanfaat untuk mcmpcrkirakan risiko akibatlctusan.

DAFTAR RUJUKAN

Asriningrum, A. 2002. Sludi Kcmampuan Landsat

ETM' untuk ldcntifikasi Bcntuk lahan[landform)  di Daerah Jakarta-Bogor.  Tests

Program Pasca Sarjarni. IPB.  Bogor.

BPS. 2001.  Penduduk Indonesia.  Jakarta. Biro

Pusat Statistik

Direktorat Vulkanologi. 1979. Data Dasar Gunung Api

 Indonesia.  Dirjcn Pcrtambangan Umum,

Dcpartcmcn Pcrtambangan dan Energi,

Bandung

Direktorat Vulkanologi. 2000 Karaktcristik Gunung

Merapi. Yogyakarta. Direktorat Vulkanologi

ER-Mappcr. 1997.  ER-MapperxS, Level One Training

Wockbook. Western Australia. Earth Resource

Mapping.F-G UGM dan Bakosurtanal. 2000.  Pembakuan

Spek Mefodo/ogi Kontrol Kualitas Pemetaaniemalik Dasar dalam Mcndukung Perencanaan

TalaRuang.  Yogyakarta.

Langgeng. W.S. 1998.  Geomorfologi Gunung Api.Matcri Kuliah. Fakultas Geografi UGM,Yogyakarta.

Ratdomopurbo, A.; D.A. Supriyati 2000.  Prekursor

 Erupsi Gunung Merapi AbadXX.  Yogyakarta.Direktorat Vulkanologi

Ratdomopurbo, A.; Sulistiyo. Y.; Suharaa. 2000. Evo/usi 100 Tahun Morfohgi Gunung Merapi.

Yogyakarta. Direktorat Vulkanologi

Scott B.H.M. 1977.  Geological Hazards,  secondedition, Springcr-Vcrlag, New York

Heidelberg Berlin.

Sclby, M.J. 1983.  Earth Changing Surface. An Introduction to Geo morphology.  OxfordUniversity Press. New:  York.

We Addresses: www.pu.qo.id/Dublikjbencana/  qn-api/Gununq Ap..htm dan www.volcanolive.com. 

Zuidam R. A. van. 1985. Aerial Photo-Interpretation inTerrain Analysis and GeomorphologicMapping. ITC, Enschcdc.Thc Netherlands.

72

Page 8: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 8/10

Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

LAMPIRAN

LAPAN

PETA BENTUKLAHAN

KOMPLEKS GUNUNGAPI MERAPIPROVINSI JAW A TENGAH435000 442500 495000

P royek s i T rans ve rse M e rec to r

D a t u m W G S 8 4

Gambar 4-1. Peta bentuk lahan kompleks Gunung Api Merapi

Gambar 4-2: Peta pola aliran sungai

73

Page 9: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 9/10

Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol. 1, No. 1, Juni 2004:66-75

Gambar 4-4. Peta klasifikasi penutup lahan kompleks Gunung Merapi

74

Page 10: Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

7/26/2019 Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya

http://slidepdf.com/reader/full/pengembangan-metode-zonasi-daerah-bahaya 10/10

Pengembangan Metode Zonasi Daerah Bahaya (Wikanti Asriningrum et.al)

Gambar 4-6: Citra Landsat ETM+ warna komposit RGB 543 kompleks Gunung Api Merapi