PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI KARANG JAYA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
Nama : ANDRI ADI
NPM : 4009161
Prodi : PendidikanMatematika
DosenPembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.
2. Yetri Ningsih, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
The Influence Cooperative Learning Type Think Pair Share (TPS)
With Product Mathematics Study
by the Seventh Grade Students of SMP Negeri Karang Jaya
in the academic year 2014/2015
By Andri Adi1, Anna Fauziah
2, Yetri Ningsih
3
Abstrak
This study explained the product mathematics study by the seventh grade students
of SMP Negeri Karang Jaya. This study used qualitative research which focused
on type Think Pair Share (TPS) with product mathematic study by the students of
SMP Negeri Karang Jaya in the academic year 2014/2015. So, the objective this
study was to find out wheather or not there is any significant cooperative learning
type think pair share with product mathematics study by the seventh grade
students in the academic year 2014/2015. The purpose in the study is to know
about any significant between cooperative learning type Think Pair Share. The
population of this research was all grade students of SMP Negeri Karang Jaya.
The sample of this study was taken through cluster random sampling and the
sample of tis research was taken two class exist 62 students. Based on the result of
the analyzing the data, the researcher found in the pretest and posttest. The
average posttest was 54,29 with percent 74,54% complete. It means that the
alternative hypotheses (Ha) was accepted and the null hypotheses (Ho) is
rejected. So, there is any significant influence cooperative learning type think pair
share (TPS) with product mathematics study by the seventh grade students at SMP
Negeri Karang Jaya in the academic year 2014/2015.
Key words : influence, cooperative learning, and product mathematic study.
Pendahuluan
Matematika adalah salah satu bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari
SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi (Abdurrahman, 2009:253).
Mempelajari matematika bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang
terkandung dalam matematika itu sendiri. Matematika diajarkan menumbuh
kembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir sistematis, logis, dan kritis
dalam memecahkan masalah.
Menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan
bahwa “matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.”
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP Negeri Karang Jaya dan
melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika. Ternyata siswa
kurang berminat pada pelajaran matematika dan hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari hasil ulangan harian
matematika siswa kelas VII berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). KKM yang ditetapkan di SMP Negeri Karang Jaya Kelas VII yaitu 70.
Mata pelajaran matematika tergolong rendah yaitu dari 189 siswa, sebanyak
36.36% siswa telah tuntas belajar dengan rata-rata nilai 73 dan 63,64% siswa
belum tuntas belajar dengan rata-rata nilai 64. Dalam kegiatan belajar-mengajar
di SMP Negeri Karang Jaya guru cenderung menggunakan pembelajaran
konvensional. Dimana pembelajaran berpusat pada guru dan juga guru hanya
berperan sebagai penyampaian informasi sedangkan siswa sebagai penerima
informasi saja sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan membosankan.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan
berbagai merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran Think Pair Share juga
memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak
kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah
dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil
belajar siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015? ”.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015
setelah diterapkan metode Think Pair Share. Kemudian dengan adanya penelitian
ini, manfaat yang diterapkan adalah (1) Siswa, yaitu meningkatkan hasil belajar
matematika siswa karena siswa dituntut agar lebih aktif dalam pembelajaran
matematika, (2) Guru, memberikan alternatif lain bagi guru tentang model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa, (3)
Penulis, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan mutu
dan efektif belajar sebagai calon guru terutama pada mata pelajaran matematika.
Landasan Teori
Menurut pendapat Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah. Sedangkan menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009:3)
bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
dari pengalaman.
Menurut Damyati dan Mudjiono (2002:3) hasil belajar merupakan hasil
dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi tindak mengajar diakhiri
dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuri (Suyatno,2009:51). Menurut Suprijono
(2009:58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar dalam kelompok.
Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan berbagai kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaaan prosedur model pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif.
Pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu
pembelajaran yang bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang
“bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup
serasi dengan sesama, (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilann diakui oleh
mereka yang berkompeten menilai.
Ronger dan David Jhonson (dalam Lie, 2008:31) mengemukakan bahwa
tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Saling
ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4)
Komunikasi antar anggota, (5) Evaluasi proses kelompok.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Triono, 2009:6)
menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi
siswa lebih banyak berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Sedangkan menurut Suyatno (2009:54) model Think Pair Share adalah
model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara
mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab,
dan saling membantu satu sama lain).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Arikunto (2008:3) eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
pemberian perlakuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
Karang Jaya Tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 183 siswa dan terdiri
dari 6 kelas. Sampel yang dijadikan sebagai subyek penelitian diambil dua kelas
dengan menggunakan teknik random sampling untuk dijadikan sampel, karena
setiap kelas memiliki kemampuan yang sama (hasil wawancara dengan guru
dibidang kurikulum). Sehingga dengan cara mengundi terpilih dua kelas VII.I
dengan jumlah siswa 31 sebagai eksperimen yang diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dan kelas VII.II dengan
jumah siswa 33 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik tes. “Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dapat digunakan
untuk mengukur ketrampilan, kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok ” (Arikunto, 2010:193).
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Share materi
Persamaan Linear Satu Variabel dikelas VII SMP Negeri Karang Jaya. Tes dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test dilakukan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa,
sedangkan pos-test dilakukan setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dengan menggunakan metode pembelajaran
aktif tipe Think Pair Share. Tes yang digunakan berbentuk uraian sebanyak lima
soal.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Hasil belajar Matematika
siswa Kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah
diterapkan Metode Think Pair Share secara signifikan tuntas”.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan lima kali pertemuan yaitu
dengan rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran
dengan model Think Pair Share dan satu kali pemberian post-test.
Pemberian pre-test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
materi kubus dan balok. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang
dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang diberikan. Kemampuan pre-
test tersebut menggambarakan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran
yang akan disampaikan oleh guru. Setelah kemampuan pre-test siswa diketahui,
dilanjutkan kegiatan pembelajaran dengan model Think Pair Share, Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada akhir penelitian
dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Kemampuan akhir
siswa adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi kubus dan balok yang
merupakan hasil belajar setelah proses pembelajaran.
Data Hasil Pre-test
Pemberian pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 06
November 2014. Pelaksanaan pre-test ini berfungsi untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang suatu materi atau topik sebelum dilakukan
pembelajaran. Soal yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari 5 soal.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Data Pre-test
Nilai Kelas
Eksperimen Kontrol
Minimal 7 10
Maksimal 45 38
Rata-rata 27,81 28,1
Simpangan Baku 9,04 8,49
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa nilai minimal pada kelas
eksperimen adalah 7 dan maksimal adalah 45 sehingga belum ada yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM), rata-rata nilai Pre-test yang diperoleh
sebesar 27,81 dan simpangan baku sebesar 9,04. Sedangkan pada kelas kontrol
nilai minimal adalah 10 nilai maksimal 38, rata-rata nilai Pre-test yang diperoleh
sebesar 28,1 dan simpangan bakunya sebesar 8,49. Jadi,secara deskriptif dapat
disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama
masih rendah dan tidak ada perbedaan yang berarti antara kelas eksperimen dan
kontrol ditinjau dari rata-rata nilai.
Data Hasil Post-test
Post-test dilaksanakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair
Share, dengan demikian dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Post-test
ini dilakukan pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan kelima pada tanggal 11
November 2014. Soal tes yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari lima
soal.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C), rekapitulasi hasil tes akhir
siswa dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Data Post-test
Nilai Kelas
Eksperimen Kontrol
Minimal 31 31
Maksimal 97 90
Rata-rata 74,52 74,19
Simpangan Baku 17,88 12,53
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai minimal pada kelas
eksperimen adalah 31 dan nilai maksimal adalah 97, rata-rata nilai Post-test kelas
Eksperimen yang diperoleh sebesar 74,52 dan simpangan baku sebesar 17,88.
Sedangkan pada kelas kontrol nilai minimal adalah 31 dan nilai maksimal adalah
90, rata-rata nilai Post-test yang diperoleh sebesar 74,19 dan simpangan bakunya
sebesar 12,53. Jadi, secara diskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir
antara kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, karena kedua kelas
diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas,
dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata post-test pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 84 %
dan rata-rata post-test pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 72%.
Hal ini berarti peningkatan rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Rata-rata nilai pre-test dan post-test dapat dilihat
pada grafik 4.1.
Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Hasil Pre-test ke Post-test
0
20
40
60
80
100
120
Eksperimen pre-test
Kontrol Pre-test
Eksperimen -post-test
Kontrol post-test
Minimal
Maksimal
Rata-rata
Simpanan Baku
Analisis Data (Pre-test )
Data penelitian yang diperoleh dari hasil post-test digunakan untuk
menguji hipotesis secara statistika. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
“Ada pengaruh yang signifikan pendekatan Think Pair Share terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran
2014/2015.”. Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas.
Uji Normalitas 2
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji
normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan
05,0 , jika tabelhitung22 maka data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan ( lampiran C) uji normalitas dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas
2 hitung 2 tabel Kesimpulan
Eksperimen 2,64 1,073 Normal
Kontrol 7,66 1,073 Normal
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai hitung2 data Post-
test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada tabel2 . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa untuk data pre-test maupun data post-test
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat kedua kelompok data mempunyai
varians yang homogen atau tidak.
Berdasarkan hasil perhitungan ( lampiran C) uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Tes Awal (pre-test)
Varians Skor hitungF dk tabelF Kesimpulan
Pre-test 0,88 62 1,81 Homogen
Berdasarkan tabel 4.4 menujukkan bahwa varians pada tes awal
adalah homogen karena tabelhitung FF pada taraf signifikan 05,0 dengan
dk = 62.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-
rata. Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk membuktikan hipotesis dan
mendapatkan suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji
homogenitas yang telah dilakukan, maka kedua kelas pada pre-test dan post-
test berdistribusi normal dan homogen sehingga dengan demikian, uji
kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji-t.
Hipotesis statistika pre-test yang diuji adalah:
Ho : 21 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
Ha : 21 :
Berdasarkan hasil dari normalitas dan uji homogenitas, maka kedua
kelompok tes awal adalah normal dan homogen. Maka uji kesamaan dua
rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dapat
menggunakan uji-t. Hasil uji-t ( telampir ) untuk tes awal dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Hasil Tes hitungt Dk
tabelt Kesimpulan
Pre-test 0,13 62 1,67 tabelhitung tt , Ho diterima
Pada tabel 4.5, hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil
tes pre-test diperoleh 13,0hitungt dengan 67,1tabelt karena tabelhitung tt
maka 0H diterima, menujukkan bahwa kelas eksperimen dan kontrol
mempunyai kemampuan awal yang berbeda dengan taraf signifikan 05,0
dengan dk= 62.
Analisis data tes akhir (post-test )
Berdasarkan hasil analisis kemampuan awal siswa, diperoleh bahwa
kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara
signifikan sehingga data yang digunakan dalam analisis kemampuan akhir siswa
kelas eksperimen dan kontrol.
Terdapat perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimen
dengan kelas kontrol
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data,
digunakan uji normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat).
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data
dengan taraf kepercayaan 05,0 , jika tabelhitung22 maka data
berdistribusi normal.
Berdasarkan perhitungan yang terlampir uji normalitas kelas
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas 2 hitung 2 tabel Kesimpulan
Eksperimen 3,48 1,073 Normal
Kontrol 3,79 1,073 Normal
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa 2 hitung untuk kelas
eksperimen dan kontrol lebih kecil daripada 2 tabel. Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan pengunaan uji kecocokan 2 ( chi-kuadrat ) dapat
disimpulkan bahwa masing-masing kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi
normal pada taraf signifikan 05,0 Dengan demikian tabelhitung22 .
Uji Homogenitas
Setelah diketahaui data dalam seberan normal, perlu dilakukan pengujian
homogenitas untuk mengetahui seragam tidaknya varians-varians yang diambil
dari kelas eksperimen dan kontrol.
Hasil uji homogenitas varians tes akhir pada taraf signifikan dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Tes Awal
Varians Skor hitungF dk tabelF Kesimpulan
Post-test 0,88 62 1,81 Homogen
Dari tabel 4.7 menujukkan bahwa hasil tabelhitung FF , hal ini berarti
bahwa kedua varians data kelas eksperimen dan kontrol homogen.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Adapun hipotesis yang digunakan untuk tes akhir (post-test ) adalah:
Ho : 21 :
Ha : 21 :
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka kedua
kelompok data adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua
rata-rata antara kelas eksperimen dan kontrol untuk data dapat digunakan uji-t
( terlampir ) untuk tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Rata-rata hasil belajar matematika pada kelas
eksperimen lebih dari kelas control
Rata-rata hasil belajar matematika pada kelas
eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Hipotesis
Hasil Tes hitungt
Dk
tabelt
Kesimpulan
Post-test 0,09 62 1,67 tabelhitung tt , Ho diterima
Berdasarkan hasil perhitungan uji t mengenai kemampuan akhir
(terlampir ) yaitu Ho diterima. Hal ini menujukkan bahwa kemampuan akhir
siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kontrol dengan taraf kepercayaan
05,0 karena tabelhitung tt yaitu 09,0hitungt dan 67,1tabelt . Hal ini berarti
rata-rata kelas eksperimen lebih daripada rata-rata kelas kontrol. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dapat diterima
kebenarannya, dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran tipe Think pair Share terhadap hasil belajar matematika siswa kelas
VII SMP Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pre-test siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama masih rendah dan tidak ada
perbedaan yang begitu besar antara kelas eksperimen dan kontrol sedangkan hasil
post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan
kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka di lakukan uji persyaratan analisis
terlebih dahulu. Uji prasyatan analisis tersebut adalah uji normalitas dan uji
homogenitas. Hasil perhitungan uji normalitas, menujukkan bahwa nilai x² thitung
< x²tabel hal ini menujukan bahwa data kedua kelas berdistribusi normal. Begitu
juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung <
Ftabel, begitu juga dengan post-test Fhitung < Ftabel, dengan demikian kedua varians
pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas VII.1 SMP Negeri Karang
Jaya dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
terdapat memberi siswa untuk berpikir siswa lebih banyak waktu untuk berpikir,
merespon dan saling membantu daripada menggunakan pembelajaran
konvensional. Hal ini menurut suyatno (2009:54) model kooperatif tipe Think
Pair Share tergolong tipe kooperatif dengan sintak: Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswi bekerja kelompok dengan
cara berpasangan sebangku-bangku (Think-Pair), presentasi kelompok (Share).
Secara ringkas sintak pembelajaran tipe Think Pair Share, yaitu thinking
(berpikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi) sedangkan menurut Alma
(2010:49) pembelajaran konvensional adalah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuannya secara lisan kepada sejumlah siswa
yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam penerapannya model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shere ini siswa dituntut untuk lebih
aktif dan kreatif dalam mengerjakan soal atau masalah yang diberikan guru, siswa
dituntut untuk berpikir dan bertukar pikiran dengan teman sebangkunya sehingga
berbentuk suatu kerja sama yang aktif. Selain melatih kerja sama yang baik,
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shere melatih keberanian siswa
untuk tampil di muka umum atau dalam hal ini untuk tampil di depan kelas untuk
menjelaskan hasil kerja sama dengan teman satu bangkunya.
Pada pertemuan pertama, sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu
menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share. Pada saat pembagian pasangan (sebangku), siswa diacak
terlebih dahulu oleh guru, sehingga tidak ada satu pasangan pun yang
mendapatkan pasangan yang semula (awal). Hal ini dilakukan karena apabila
pasangan awal yang digunakan kemungkinan besar jika mereka sama-sama pasif
atau suka ngobrol maka untuk tahap Pair tidak dapat berjalan dengan lancar.
Kemudian guru juga memberikan penjelasan bahwa dua kali untuk pertemuan
berikutnya tetap pada pasangan yang sudah ditentukan. Pada saat berlangsung
dengan materi persamaan dan pertidaksamaan linear dengan indikantor
menetukan bentuk setara dari PtLSV dengan cara kedua ruas di tambah,
dikurangi, dikali, atau dibagi dengan bilangan yang sama yang harus dicapai
dengan model tahap Think Pair Share, selebihnya pasangan yang lain masih
binggung. Pada tahap Think semua siswa mejalankan dengan baik, namun pada
tahap Pair timbul keribuatan dan untuk tahap Share juga masih banyak yang
malu-malu kedepan. Hal ini dikarena siswa tersebut belum terbiasa dengan model
tipe Think Pair Share dan juga siswa tersebut belum bisa bekerja sama dengan
baik serta siswa masih terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya memberikan umpan balik kepada siswa berupa pertanyaan dan
pemberian kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi persamaan dan
pertidaksamaan linear yang belum mereka pahami, selanjutnya peneliti mengajak
siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah di pelajari.
Pertemuan kedua dengan materi mendiskusikan pertidaksamaan linear satu
variabel dalam berbagai bentuk dan variabel di atas dapat dilihat bahwa siswa
dapat menjawab soal hanya beberapa langkah saja tidak sampai penyelesaian yang
benar pada nomor 1,2,3 serta masih menjawab salah pada soal nomor 4 dan 5 Hal
ini dikarenakan siswa kurang memahami soal dan menganggap soal sulit untuk
dikerjakan. Setelah pre-test dilaksanakan dilanjutkan proses pembelajaran dengan
model pembelajaran tipe Think Pair Share selama 3 kali pertemuan.
Pada pertemuan ketiga dengan materi persamaan linear dengan indikantor
menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan menghitung serta menyelesaikan persamaan
linear satu variabel dengan bentuk pecahan ada sembilan pasang siswa yang dapat
melaksanakan tahap Think Pair Share dengan baik. Hal ini mengalami
peningkatan karena ada sembilan pasang siswa yang konsentrasi dalam berpikir,
berdiskusi dengan baik dengan teman sebangkunya dan berani berbagi ke depan
untuk mendiskusi bersama.
Selama penelitian dikelas VII1 SMP Negeri Karang Jaya terdapat hambatan
dan kesulitan yang ditemukan antara lain dari segi siswa yang pasif, pada tahap
Pair (berpasangan) siswa yang seharusnya membahas masalah yang mereka
kerjakan tetapi siswa memfaatkan waktunya untuk berbicara diluar materi
pelajaran yang kurang aktif dalam mencari penyelesaian masalah atau soal, pada
tahap Share juga masih banyak yang malu-malu. Mengatasi hambatan ini,guru
akan berkeliling kelas dan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus dilalui
oleh siswa. Hal ini dilakukan agar tahap-tahap dalam proses pembelajaran ini
dapat berjalan tertib dan dapat berhasil. Selain itu juga walaupun ada hambatan,
hal ini tidak menyurutkan konsentrasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat
dari hasil brlajar siswa sebesar, (54,29) dan jumlah siswa yang tuntas juga
mengalami peningkatan sebesar (74,54 %).
Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat suyatno (2009:51)
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara kelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuri. Dan juga
sesuai dengan penelitian Nopri Puspita (2012) yang menyatakan bahwa hasil
belajar siswa yang diberikan modal pembelajaran kooperatif Think Pair Share
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri
Karang Jaya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Shar lebih
baik daripada siswa yang mengunakan pembelajaran konvensional. Sehingga
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatan hasil
belajar matematika siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa “Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri N
Karang Jaya setelah diterapkan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
secara signifikan sudah tuntas”. Rata-rata hasil belajar siswa setelah di terapkan
model Koperatif Tipe TPS sebesar 54,29 dan persentase jumlah siswa yang tuntas
sebesar 74,54%.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovativ. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka