Top Banner
1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Cristin Agnes Desi.S.¹, Ahmad Amin², Hj.Risdanila³ Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa di kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasy Eksperiment) yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 194 siswa. Sampel penelitian yang diambil secara acak adalah kelas 4 sebanyak 29 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa tes essay sebanyak lima soal. Data hasil belajar yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh nilai (14,54) > (2,048) dengan dk= n-1 dan α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar. ¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ²˒³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
13

PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

Apr 30, 2019

Download

Documents

leque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

1

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI

PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Cristin Agnes Desi.S.¹, Ahmad Amin², Hj.Risdanila³

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada

Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran

2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan

model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar fisika

siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa di kelas X SMA Negeri

Purwodadi setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasy Eksperiment) yang

dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasinya adalah seluruh

siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari

194 siswa. Sampel penelitian yang diambil secara acak adalah kelas 𝑋4 sebanyak

29 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa tes essay

sebanyak lima soal. Data hasil belajar yang terkumpul dianalisis menggunakan

uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (14,54) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

(2,048) dengan dk= n-1 dan α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi setelah

diterapkan model Problem Based Learning (PBL).

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar.

¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²˒³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Page 2: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

2

A. PENDAHULUAN

Menurut Piaget (dalam Kosasih dan Sumarna, 2013:4), pendidikan

merupakan penghubung dua sisi, yaitu individu yang sedang tumbuh

berkembang dengan nilai-nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi

tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Menurut

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada

yang masih anak-anak (belum dewasa) melalui pengajaran, bimbingan dan

latihan untuk kehidupannya ataupun pegangan hidup di masa yang akan

datang.

Menurut Giancolli (2001:1), fisika merupakan ilmu pengetahuan yang

paling mendasar dari semua cabang sains, karena berhubungan dengan

perilaku dan struktur benda. Fisika adalah cabang dari sains, oleh karena itu,

hakikat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains yang

mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip tersebut.

Kertaisa (1993:1) menyatakan fisika adalah ilmu pengetahuan alam yang

mempelajari tentang gejala alam. Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan

bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang mendasari dari semua cabang

sains, yang mempelajari gejala-gejala alam, bagaimana semesta bekerja dan

berbagai perilaku dan struktur benda didalamnya. Pelajaran fisika di sekolah

diajarkan untuk membantu siswa dalam mempelajari berbagai dasar ilmu

pengetahuan, melatih berpikir secara logis, rasional, kritis, dan cermat.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri Purwodadi dengan

salah satu guru mata pelajaran fisika diketahui bahwa peran aktif dan minat

siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika masih kurang. Siswa masih

cenderung beranggapan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sukar

dan hanya menuntut siswa harus menghafal rumus-rumus agar bisa

mengerjakan soal, sehingga siswa kurang memiliki minat dalam belajar

fisika. Dalam kegiatan belajar mengajar fisika di kelas, banyak siswa

yang terlihat kurang bersemangat dan tidak percaya diri. Akibatnya,

penguasaan terhadap konsep-konsep fisika dalam diri siswa menjadi sangat

kurang, ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa cenderung pasif,

hanya ada beberapa siswa saja yang berinisiatif untuk bertanya dan siswa

lainnya pasif sebagai pendengar. Selain itu hasil belajar siswa yang mencapai

nilai KKM hanya 81 siswa atau sekitar 41,75% dari 194 siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan peran keaktifan

dan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran

Problem Based Learning. Husamah (2013:91) mengemukakan bahwa

Problem Based Learning (PBL) merupakan penyajian pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada situasi masalah di dunia nyata yang terjadi di

Page 3: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

3

lingkungannya sebelum siswa mempelajari materi yang berkenaan dengan

masalah yang harus dipecahkan tersebut. Dengan Problem Based Learning

(PBL) siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa di kelas X

SMA Negeri Purwodadi?”.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar

fisika siswa di kelas X SMA Negeri Purwodadi setalah diterapkan model

Problem Based Learning (PBL).

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Belajar

Hamalik (dalam Susanto, 2013:3), menjelaskan bahwa belajar

adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman

(learning is defined as the modificator or strengthening of behavior

through experiencing). Menurut Kosasih dan Sumarna (2013:10), belajar

adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilan melalui proses latihan dan interaksi

dengan lingkungannya dalam upaya melakukan perubahan dalam dirinya

secara menyeluruh baik berupa pengalaman, sikap dan perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri

seseorang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:20), hasil belajar merupakan

suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat

evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak

pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.

Susanto (2013:5), hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang

dimaksudkan adalah hasil belajar siswa sebagai dampak pengajaran yang

berbentuk angka dituangkan ke dalam rapor atau ijazah (Dimyati dan

Mudjiono, 2006:5).

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Ridwan (2014:127), Problem Based Learning (PBL)

atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan

pembelajarannya yang penyampaiannya dilakukan dengan

cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.

Page 4: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

4

Husamah (2013:91) mengemukakan bahwa Problem Based

Learning (PBL) merupakan penyajian pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada situasi masalah di dunia nyata yang

terjadi di lingkungannya sebelum siswa mempelajari materi yang

berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis

menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai penerapan bagi siswa untuk belajar tentang berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.

b. Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL)

Pierce dan Jones (dalam Husamah, 2013:92) mengemukakan

bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu

pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk

berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama

dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang

mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti

permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana

penyelesaian.

2) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang

mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan

informasi.

3) Performa (performance) yaitu menyajikan temuan.

4) Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi

dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.

Pelaksanaan pembelajaran berdasar masalah menurut Husamah

(2013:94):

1) Tugas-tugas Perencanaan

a) Penetapan tujuan

Pertama kali kita mendeskripsikan bagaimana

pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk

membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan,

menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu

siswa menjadi pebelajar yang mandiri.

b) Merancang situasi masalah

Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung

teka-teki dan tidak terdefinisi secara ketat memungkinkan

bekerja sama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan

tujuan kurikulum.

c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dimungkinkan

bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan

pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di

Page 5: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

5

perpustakaan atau laboratorium bahkan dapat juga dilakukan

di luar sekolah.

2) Tugas Interaktif

a) Orientasi siswa pada masalah.

Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis

masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi dalam

jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan

terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi

pebelajar yang mandiri.

b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Pada model ini dibutuhkan pengembangan keterampilan

kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk

menyelidiki masalah secara bersama.

c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.

1. Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari

berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat

mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang

dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan

menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan metode

yang sesuai untuk masalah yang dihadapi.

2. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas. Selama

tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang

dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.

3. Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah

adalah penciptaan peragaan seperti laporan, poster dan

video tape.

d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Tugas guru pada tahap ini adalah membantu siswa

menganalisis proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan

penyelidikan yang mereka gunakan.

Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim

dan Nur (dalam Husamah 2013:93), dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Tahap Utama dan Tingkah Laku Guru dalam Problem

Based Learning (PBL).

Tahap Tingkah Laku

Tahap 1: Orientasi

siswa kepada masalah.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi siswa terlibat dalam

pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa

untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3:

Membimbing

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

Page 6: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

6

penyelidikan

individual ataupun

kelompok.

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya.

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan, video, model dan

membantu mereka untuk berbagi tugas

dengan temannya.

Tahap 5: Menganalisa

dan mengevaluasi

proses pemecahan

masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan.

John Dewey (dalam Hamdayama, 2014: 211) menjelaskan 6

langkah Problem Based Learning (PBL):

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah

yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah

dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan

berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau

merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan

penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah

siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan

sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan

kesimpulan.

Dari beberapa pendapat peneliti mengambil pendapat menurut

Ibrahim dan Nur (dalam Husamah, 2013:93) untuk melakukan

langkah Problem Based Learning (PBL) ,yaitu:

1. Orientasi siswa kepada masalah.

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa, serta memberikan permasalahan nyata yang

berhubungan dengan materi pelajaran.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Pada tahap ini guru membantu siswa dalam membentuk

kelompok, kemudian membagikan lembar kerja siswa pada

setiap kelompok dan membantu siswa dalam menentukan

masalah-masalah untuk didiskusikan.

3. Membimbing penyelidikan.

Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam bekerja sama

Page 7: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

7

untuk memecahkan permasalahan yang sudah diketahui,

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

dan membimbing siswa dalam melaksanakan eksperimen.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai, dan siswa menyajikan hasil yang

sudah mereka kerjakan di depan kelas.

5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi

terhadap penyelidikan yang sudah dilakukan.

c. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning (PBL)

Kelebihan dalam penerapan model Problem Based Learning

(PBL) menurut Putra (2013:82) sebagai berikut:

1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia

menemukan konsep tersebut.

2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah

dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh

siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena

masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan

kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan

ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajarinya.

5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi

aspirasi dan menerima pendapat orang lain, serta menanamkan

sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.

6) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling

berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga

pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

7) PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan

kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok,

karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa

Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah memiliki

kekurangan sebagai berikut:

1) Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat

tercapai.

2) Membutuhkan banyak waktu dan dana

3) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model PBL

C. METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian

ini adalah Quasy Experimental Design atau lebih dikenal sebagai eksperimen

semu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pretest

dan Posttest One Group Design dan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Page 8: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

8

Tabel 3.1.

Pretest dan Posttest One Group Design

Pre-Test Treatment Post-

Test

0₁ X 0₂

dengan 0₁ adalah tes yang dilakukan sebelum eksperimen (Pretest), X adalah

treatment atau perlakuan, dan 0₂ adalah tes yang dilakukan sesudah

eksperimen (Postest).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri

Purwodadi tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini sampel

diambil secara acak (sample random). Berdasarkan hasil pengundian, terpilih

sebagai sampel adalah kelas X₄. Kelas X₄ merupakan kelas eksperimen yang

diberi pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

(PBL).

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes.

Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang

diteliti, digunakan tes. Arikunto (2010:193) menyatakan bahwa ” Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Bentuk tes yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar fisika adalah tes essay, disusun berdasarkan

kisi-kisi penulisan soal.

Teknik analisis data yang dilakukan terhadap data kemampuan

penalaran dalam penelitian ini adalah menghitung rata-rata dan simpangan

baku, normalitas data, uji hipotesis. Pertanggungjawaban penelitian, uji coba

instrumen dilaksanakan tanggal 21 April 2015 di kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Purwodadi, soal uji coba instrumen berupa essay berjumlah 8 soal. Instrumen

yang baik harus memenuhi empat syarat, yaitu validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan indeks kesukaran.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Penelitian dengan model Problem Based Learning (PBL) ini

diajarkan pada siswa kelas 𝑋4 SMA Negeri Purwodadi dengan uraian

materi listrik dinamis. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Purwodadi

pada tanggal 27 April 2015 sampai tanggal 27 Mei 2015 tahun Pelajaran

2014/ 2015.

Pada pertemuan pertama dilakukan pre-test yang dilaksanakan pada

tanggal 8 Mei 2015 dan diikuti oleh 29 siswa. Soal yang digunakan dalam

pre-test sebanyak 5 soal. Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-

test siswa diperoleh nilai rata-rata (�̅�) sebesar 24,58. Dengan nilai tertinggi

35 dan nilai terendah 9. Siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama

dengan 70 (KKM) dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%), sedangkan

siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 (KKM) sebanyak 29 siswa

(100%).

Page 9: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

9

Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran yaitu pada

tanggal 22 Mei 2015 dan diikuti oleh siswa kelas 𝑋4 dengan jumlah 29

siswa. Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak lima

soal. Berdasarkan analisis hasil post-test, nilai rata-rata yang diperoleh

siswa adalah 72,29. Siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama

dengan 70 (KKM) sebanyak 19 siswa (65,52%). Sedangkan siswa yang

mendapatkan nilai kurang dari 70 (KKM) sebanyak 10 siswa (34,48%).

Berdasarkan hasil perhitungan pre-test dan post-test dapat dilihat

pada nilai rata-rata pre-test ( tes awal ) diperoleh sebesar 24,58 sedangkan

pada post-test (tes akhir) diperoleh sebesar 72,29. Terjadi peningkatan

rata-rata nilai sebesar 47,71. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat

perbedaan pre-test dan post-test dalam grafik 1.

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Sebelum menguji hipotesis dilakukan uji normalitas data. Uji

normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan perhitungan statistik

(lampiran C), diperoleh hasil uji normalitas data pre-test dan post-test

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test

Data χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dk χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Pree-test 2,50 5 11,07 Normal

Post-test 5,45 5 11,07 Normal

Pada hasil post-test diperoleh χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

tes akhir adalah 5,45 dan

nilai χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

adalah 11,07. Hal ini berarti χ²ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

< χ²𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Dengan

demikian pengujian normalitas data dengan menggunakan rumus chi-

kuadrat dapat disimpulkan bahwa data post-test berdistribusi normal

dengan taraf kepercayaan (α=0,05).

Berdasarkan uji normalitas diperoleh data normal. Maka selanjutnya

adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Adapun Untuk

menguji hipotesis tersebut diperlukan hipotesis statistik sebagai berikut:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pre-Test Post-Test

Page 10: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

10

Ha: Setelah menggunakan model Problem Based Learning (PBL) hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi signifikan

meningkat (𝜇2 > 𝜇1).

Ho: Setelah menggunakan model Problem Based Learning (PBL) hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tidak meningkat

(𝜇2 ≤ 𝜇1).

t= 𝑀𝑑

√∑ 𝑋2𝑑

𝑁(𝑁−1)

Dengan:

Md= 47,83

∑ 𝑋2𝑑= 8784,138

𝑁= 29

Maka diperoleh t = 14,54

Selanjutnya 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dibandingkan dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada daftar

distribusi t dengan taraf signifikan 5% (0,05) pada derajat kebebasan dk=

n-1 = 29-1 =28, dengan demikian 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔(14,54)≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,048) untuk

taraf signifikan 5% (0,05). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, bahwa “Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) Meningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA

Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2014/2015.”

Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari gain score yang dapat

diperoleh siswa sebagai berikut:

gain = (𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑡𝑒𝑠𝑡)− (𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑒𝑒−𝑡𝑒𝑠𝑡)

(100)− (𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑒𝑒−𝑡𝑒𝑠𝑡)

gain = (72,29)− (24,58)

(100)− (24,58)

gain =47,71

75,42

gain = 0,63 (kriteria tinggi)

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian dan analisis uji t menunjukkan bahwa hasil

belajar fisika siswa kelas 𝑋4 SMA Negeri Purwodadi setelah diterapkan

model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan. Hal ini

ditunjukkan dari hasil pre-test dan post-test. Pada tes awal (pre-test) nilai

rata-rata siswa (�̅�) sebesar 24,58 dan setelah penerapan model Problem

Based Learning (PBL) rata-rata hasil belajar siswa (�̅�) meningkat menjadi

72,29. Peningkatan rata-rata hasil belajar fisika yang terjadi sebesar 47,71.

Selain dilihat dari hasil pre-test dan post-test peningkatan hasil

belajar ditunjukkan dari hasil uji-t sebesar 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔(14,54) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(2,048)

dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya,

artinya setelah menggunakan model Problem Based Learning (PBL) hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi signifikan meningkat

(𝜇2 > 𝜇1).

Page 11: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

11

Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran fisika dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada proses

pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih aktif dalam bertanya dan

mengeluarkan pendapat, siswa juga cenderung siap mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan

dibahas di kelas, selain itu siswa juga terlihat lebih percaya diri ketika

memaparkan hasil pembelajaran di depan kelas. Dengan model Problem

Based Learning (PBL) ini guru tidak terlalu banyak menjelaskan materi,

karena dalam model Problem Based Learning (PBL) siswa yang dituntut

untuk lebih aktif dan berpikir kritis serta bekerja sama yang baik dalam

sebuah kelompok kecil, Sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai

fasilitator daripada pengajar.

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) ini peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berisi

permasalahan yang harus dijawab oleh siswa. Pada proses pembelajaran

inilah siswa dituntut untuk aktif menjawab, bertanya dan mengeluarkan

pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5-6 siswa. Pembagian kelompok pada kelas 𝑋4 yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 kelompok, empat

kelompok beranggotakan 6 siswa, dan 1 kelompok beranggotakan 5 siswa.

Selanjutnya guru membagi LKS pada setiap kelompok, kemudian didalam

kelompok masing-masing siswa saling bertukar pendapat, dan

memecahkan permasalahan yang terdapat dalam LKS yang telah

diberikan. Langkah pembelajaran inilah yang menuntut siswa untuk saling

bekerja sama dalam memecahkan permasalahan, dan menuntut siswa

untuk berpikir kritis serta mengeluarkan pendapat didalam kelompoknya,

sedangkan peneliti (guru) hanya membimbing dalam pemecahan masalah

dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya yang sesuai dengan permasalahan.

Langkah selanjutnya siswa diminta untuk menyajikan hasil diskusi

di depan kelas. Dalam langkah ini siswa mengembangkan rasa percaya

dirinya di depan kelas, karena kebanyakan siswa cenderung pasif dan

hanya ditempat duduknya. Kebanyakan siswa mengatakan bahwa mereka

malu ketika maju ke depan kelas dan takut salah terhadap apa yang

dikerjakannya, sehingga mereka memilih duduk di bangkunya daripada

maju dan berdiri di depan kelas untuk mengemukakan pendapat. Langkah

berikutnya, siswa bersama peneliti (guru) bersama-sama melakukan

evaluasi terhadap penyelidikan yang sudah dilakukan.

Pada saat tes awal (pre-test), masih terdapat kesalahan pada

jawaban siswa. Oleh karena itu nilai yang diperoleh siswa saat

dilaksanakan tes awal (pre-test) masih sangat rendah. Hal ini diakibatkan

karena siswa tidak memahami konsep listrik dinamis yang terdapat pada

soal. Setelah pemberian tes awal (pre-test), siswa diberikan perlakuan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sebanyak dua kali

pertemuan. Pada pertemuan pertemuan pertama, pelaksanaan proses

Page 12: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

12

menemui kendala pada waktu. Waktu yang digunakan pada pertemuan

pertama ini sangat singkat, sehingga presentasi untuk beberapa kelompok

dilakukan di pertemuan kedua. Namun, siswa sudah terlihat sangat aktif

dan mengeluarkan ide-ide mereka dalam kelompok masing-masing pada

saat diskusi.

Pada pertemuan kedua, tampak siswa lebih aktif, dan saling bertukar

pendapat terhadap kelompoknya. Pada pertemuan kedua ini masing-

masing kelompok melaksanakan praktikum, setiap siswa didalam

kelompok saling bekerja sama dan melakukan kegiatan sesuai dengan

pembagian tugas didalam kelompoknya masing-masing, sehingga waktu

yang digunakan untuk mempresentasikan hasil diskusi tidak mengalami

kendala.

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL), selanjutnya diberikan tes akhir (post-test)

sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Hasil tes

akhir (post-test) terhadap hasil tes awal (pre-test) mengalami peningkatan

sebesar 47,71. Sedangkan untuk persentase jumlah siswa yang tuntas

mengalami peningkatan sebesar 65,52%. Berdasarkan uraian tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa setelah menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri

Purwodadi signifikan meningkat (72,29 > 24,58).

E. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diungkapkan

pada bab 4 dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based

Learning (PBL) secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar fisika

siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-

rata pre-Test siswa sebesar 24,58 sedangkan rata-rata hasil post-test sebesar

72,29 dan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,63 dengan kriteria tinggi.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Edisi Revisi. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Fisikazone. 2013. Rangkaian Listrik Tertutup dan Terbuka.[online]

http://fisikazone.com/arus-listrik/rangkaian-listrik-tertutup-dan-

terbuka/[21 Maret 2015]

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasan, Iqbal. 2001. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif).

Jakarta:PT Bumi Aksara.

Husamah. 2013. Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Kelana, Bayu. 2013. Pembelajaran Problem Based Learning.[online]

http://bayulikids.blogspot.com/2013/11/Pembelajaran-Problem-Based-

Learning_30.html.[21 Maret 2015].

Page 13: PENERAPAN MODEL (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal+Cristin (1).pdf · 1 penerapan model problem based learning (pbl) pada pembelajaran

13

Kertaisa. 1993. Belajar Ilmu Alam itu Asyik. Bandung: Rineka Cipta.

Kosasih, Nandang dan Sumarna, Dede. 2013. Pembelajaran Quantum dan

Optimalisasi Kecerdasan. Bandung: Alfabeta.

Nugroho Prasetya Adi ,dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA

7 SMA N 11 Semarang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum

2014, 279-290.

Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika I untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional..

Putra, Sitiatava Rizema .2013. Desain Belajar mengajar Kreatif Berbasis

Sains. Jogjakarta:Diva Press.

R.R.Hake. 1998. Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A

Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For

Introductory Physics Course. Am.J.Phys. 1:64-74.

Riduwan dan Akdon. 2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.

Bandung:Alfabeta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2012. Penelitian dan PenilaianPendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sudjana. 2005. Metoda Statitika. Bandung:Tarsito.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta:Kencana.

Syarifudin,dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar .Jakarta :Diadit

Media.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Zaelani, Ahmad. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika untuk

SMA/MA. Bandung:Yrama Widya.