PENGARUH KOMPOSISI UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM AIR MENGALIR
SUTARNO ,
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi unsur hara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik. Hipotesa dari penelitian ini adalah dengan pemberian komposisi unsur hara yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Percobaan dilaksanakan mulai bulan April sampai Agustus 2002 di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang dengan ketinggian tempat 550 m dpl. Bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah benih sawi pak choy, unsur hara makro dan mikro, talang plastik, styrefoam, spon, kayu, paralon, pompa air, tandon air dan timer. Sedangkan alat yang akan digunakan adalah alat ukur (meteran 3 m, penggaris 30 cm dan timbangan metller), jangka sorong, pH meter. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap ( RAL ) sederhana yaitu pemberian unsur hara makro dan mikro yang diulang 4 kali sehingga keseluruhan perlakuan berjumlah 12 unit percobaan. Setiap unit percobaan ini diamati 18 tanaman sampel. Hasil penelitian tidak memberikan pengaruh nyata pada semua peubah pengamatan vegetatif maupun generatif. Dari hasil penelitian ini tidak memenuhi hipotesa yang diajukan. Hal ini disebabkan karena nilai EC yang tidak terkontrol, kekurangan unsur hara, kondisi green house dan tidak adanya kesinambungan translokasi garam-garam mineral.
Pengaruh Pemberian Pupuk TSP Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau (Phaseolus Radiata L.)
LAST_UPDATED2 Selasa, 26 Mei 2009 09:56
Kacang hijau (Phaseolus radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat. Di Indonesia kacang hijau menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah, baik mengenai luas areal penanaman dan produksinya maupun peranannya sebagai bahan makanan. Kacang hijau mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Dalam 100 g biji kering mengandung 22,2 g protein, 6,29 g karbohidrat, 0,64 g vitamin B1, dan 6 IU vitamin C.
Produksi kacang hijau di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, selain dikonsumsi sebagai makanan tambahan, sayuran, juga sebagai bahan baku industri makanan ringan, disamping itu juga bisa sebagai bahan pakan ternak. Hasil rata-rata kacang hijau di Indonesia 0,71 ton per hektar, sedangkan potensi hasil kacang hijau unggul rata-rata 1,20-1,75 ton per hektar.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman kacang hijau adalah dengan pemupukan. Unsur posfor yang tersedia waktu pengisian polong dapat meningkatkan proses fisiologis tanaman dalam pembentukan karbohidrat dan protein, selanjutnya di transfer ke bagian polong untuk pembentukan biji. Kekahatan posfor merupakan kendala terpenting dan umum pada sebagian tanah masam.
Penelitian dilaksanakan di Sitiung, Sumatera Barat, mulai bulan April sampai Juli 2004. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan tingkat pemberian TSP yaitu 0,25, 50, 75, 100, 125, dan 150 kg/ha dengan 3 ulangan. Galur yang digunakan adalah kacang hijau nomor 129, ditanam 2 biji perlobang pada petakan 4x5 m, dengan jarak tanam 40x20 cm. Setelah tanaman berumur 10 hari dilakukan penjarangan dengan meninggalkan satu tanaman terbaik perlobang. Pupuk Urea dan KCL diberikan sebagai pupuk dasar dengan takaran masing-masing 50 dan 100 kg/ha. Pupuk TSP diberikan sesuai perlakuan.
Penyiangan dilakukan pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam, dan bersamaan dengan itu dilakukan pembumbunan. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida Thiodan dan Dithane M-45 secara berkala dengan interval 15 hari. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi
tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong, berat 100 biji dan hasil. Hasil pengamatan dianalisa secara statistik dan dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%.
Pemberian pupuk TSP mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau, dibandingkan dengan tanpa pemberian TSP, dan bila ditingkatkan takarannya dari 25 kg/ha sampai 150 kg/ha, tinggi tanaman tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata.
Pemberian 25 kg TSP/ha sudah mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan tanaman, karena untuk pertumbuhan vegetatif khususnya batang tidak hanya dibutuhkan posfor tetapi juga hara lain seperti N dan K. Posfor sangat penting sebagai sumber energi dalam berbagai aktifitas metabolisme. Salah satu aktifitas metabolime tersebut adalah fotosintetis. Dengan posfor yang cukup, laju fotosintetis menjadi lebih optimal sehingga asimilat yang dihasilkan sebagian dimanfatkan bagi pembentuk dan penyusun organ tanaman seperti batang, sisanya disimpan dalam bentuk protein dan karbohidrat.
Pemberian pupuk TSP mulai dari 50 kg/ha menghasilkan cabang primer lebih banyak, jumlah cabang primer berkurang dengan penurunan takaran TSP menjadi 25 kg/ha sedangkan pada 0 kg/ha TSP menghasilkan cabang primer sedikit. Salah satu peran posfor adalah mendorong pertumbuhan tunas, akar tanaman, meningkat aktifitas unsur hara lain seperti nitrogen dan kalium yang seimbang bagi kebutuhan tanaman. Pada leguminosa, posfor berfungsi mempercepat fiksasi N dengan mendorong pembungaan dan pembentukan biji dan buah serta mempercepat masak polong.
Berat biji kering yang dihasilkan pada pemberian TSP 100 kg/ha yang tinggi merupakan akibat terpenuhinya kebutuhan hara posfor yang diperlukan dalam pembentukan dan pengisian biji serta polong. Peningkatan berat biji berhubungan dengan jumlah polong yang dihasilkan. Tanpa pemberian TSP berat biji yang dihasilkan lebih ringan dan terbentuknya jumlah cabang sedikit. Kekurangan posfor mengakibatkan terlambatnya perkembangan akar, sehingga tanaman menjadi kerdil, laju respirasi dan proses fotosintesis menurun.
Peningkatan takaran pupuk TSP dari 25 kg sampai 150 kg/ha tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanam kacang hijau, tetapi pemberian takaran TSP 100 kg/ha memberikan hasil yang tinggi yaitu 1,85 ton/ha biji kering. Pemberian TSP dengan takaran 100 kg/ha menghasilkan
jumlah polong yang lebih banyak. Tanpa pemberian TSP menghasilkan polong yang lebih sedikit.
GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA MIKRO KEKURANGAN UNSUR BESI ( Fe )
Defisiensi zat besi sesungguh-nya jarang sekali terjadi. Terjadinya gejala-
gejala pada
bagian tanaman terutama daun yang kemudian dinyatakan sebagai
kekurangan tersedia-
nya zat Fe ( besi ) adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan
zat kapur pada
tanah yang berkelebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini
merupakan
masalah pada daerah - daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
Gejala-gejala
yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-tempat
berwarna hijau pucat
atau hijau kekuningan-kuningan, sedang tulang-tulang daun tetap berwarna
hijau serta
jaringan-jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulang-tulang daun terjadi
klorosis
yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula
yang menjadi
putih. Gejala selanjutnya yang paling hebat terjadi pada musim kemarau,
daun-daun
muda yang banyak yang menjadi kering dan berjatuhan. Tanaman kopi yang
ditanam
didaerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur, sering tampak
gejala-gejala
demikian.
KEKURANGAN UNSUR MANGAN (Mn)
Gejala-gejala dari defisiensi Mn pada tanaman adalah hampir sama dengan
gejala
defisiensi Fe pada tanaman. Pada daun-daun muda diantara tulang -tulang
daun secara
setempat-setempat terjadi klorosis, dari warna hijau menjadi warna kuning
yang selanjutnya menjadi putih. Akan tetapi tulang-tualng daunnya tetap
berwarna hijau, ada
yang sampai ke bagian sisi-sisi dari tulang. Jaringan-jaringan pada bagian
daun yang
klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering ada
kalanya yang
terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak
menggerigi. Defisiensi
ter-sedianya Mn akibatnya pada pembentukan biji-bijian kurang baik.
KEKURANGAN UNSUR BORIUM ( B )
Walaupun unsur Borium sedikit saja diperlukan tanaman bagi
pertumbuhannya tetapi
kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti:
* Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis,
secara
setempat-setempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya
menjalar ke
bagian tepi-tepi nya. Jaringan-jaringan daun mati.
Daun-daun baru yang masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga
per-tumbuhan
selanjutnya kerdil. Kuncup-kuncup yang mati berwarna hitam/coklat.
* Pada bagian buah terjadi penggabusan, sedang pada tanaman yang
menghasilkan umbi,
umbinya kecil - kecil yang kadang-kadang penuh dengan lubang-lubang kecil
berwarna
hitam, demikian pula pada bagian akar-akarnya.
KEKURANGAN UNSUR TEMBAGA ( Cu )
Defisiensi unsur tembaga akan menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
* Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan
kemudian
mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat
dan ahkirnya
mati.
* Pada bagian buah, buah-buah tanaman umumnya kecil-kecil berwarna
coklat pada
bagian dalamnya sering didapatkan sejenis perekat ( gum ).Gejala-gejala
seperti terdapat
pada tanaman penghasil buah-buahan ( yang kekurangan zat Cu ), seperti
tanaman jeruk,
apel, peer dan lain-lain.
KEKURANGAN UNSUR SENG/ZINKUM ( Zn)
Tidak tersediannya unsur Zn bagi pertumbuhan tanaman meyebabkan
tanaman tersebut
mengalami beberapa pen-yimpangan dalam per-tumbuhannya.
Penyimpangan ini
menimbulkan gejala-gejala yang dapat kita lihat pada bagian daun-daun
yang tua:
* Bentuk lebih kecil dan sempit dari pada bentuk umumnya.
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun.
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-
daun yang ada
di bagian bawah menuju ke puncak.
KEKURANGAN UNSUR MOLIBDENUM (Mo)
Molibdenum atau sering pula disebut Molibdin tersedianya dalam tanah
dalam bentuk
MoS2 dan sangat dipengaruhi oleh pH, biasanya pada pH rendah tersedianya
bagi
tanaman akan kurang. Defisiensi unsur ini menyebab-kan beberapa gejala
pada tanaman,
antara lain per-tumbuhannya tidak normal, terutama pada sayur-sayuran.
Secara umum
daun-daunnya mengalami perubahan warna, kadang-kadang mengalami
pengkerutan
terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk ( die back ) bisa
pula terjadi
pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara ini.
KEKURANGAN UNSUR Si, Cl DAN Na
Unsur Si atau Silisium hanya diperlukan oleh tanaman Serelia misalnya padi-
padian,
akan tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya
bagi tanaman.
Defisiensi unsur Cl atau Klorida dapat menimbulkan gejala pertumbuhan
daun yang
kurang abnormal ( terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak
kurang sehat dan
berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum
dan kapas
menunjukkan gejala seperti itu. Defisiensi unsur Na atau Natrium bagi
pertumbuhan
tanaman yang baru diketahui pengaruhnya yaitu meng-akibatkan resistensi
tanaman akan
merosot terutama pada musim kering. Tanpa Na tanaman dalam
pertumbuhan-nya tidak
dapat meningkatkan kandungan air ( banyak air yang dapat dipegang per
unit berat kering
) pada jaringan daun. Gejala-gejal lainnya belum diketahui secara jelas.
UNSUR FUNGSIONAL / BENEFICIAL ELEMENT
Unsur fungsional adalah unsur -unsur yang belum memenuhi kriteria unsur
essensial
seperti yang dikemukakan oleh ARNON & STOKT sehingga unsur-unsur ini
tidak dapat
digolongkan dalam unsur essensial, namun untuk penting untuk tanaman-
tanaman
tertentu. Dengan adanya unsur fungsional ini dapat lebih memperbaiki
pertumbuhan dan
kualitas hasil atau dengan kata lain, tanpa unsur fungsional ini tanaman
tetap dapat men-
yelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna dan normal tetapi dengan
adanya unsur ini
maka pertumbuhan dan kualitas akan lebih baik pada hasil tanaman
tertentu, misalnya
mentimun dapat mengantikan sebagaimana peranan K pada tanaman
kelapa. Contoh lain
dengan pemberian Na pada tanaman bit gula ( Beta vulgaris ) akan
memperbesar umbi
dua sampai tiga kali. Dari hasil -hasil percobaan, ternyata pada tanaman
kenaf dan Rosela
( tanaman serat ) didapatkan bahwa kalau tanaman diberikan NaCl 100 ppm
maka
pertumbuhan lebih baik dan berat kering meningkat jika dibandingkan
dengan tanpa
pemberian NaCl.
Silikon(Si ) dapat menyebabkan batang tebu tahan terhadap hama
penggerek batang.
Cobalt (Co) menyebabkan fiksasi N2 dari udara oleh bakteri bintil akar
sehingga tanaman
Leguminosa akan mendapat NH3 lebih banyak. Silikon menyebabkan padi
lebih tahan
terhadap serangan penyakit jamur.
Si diserap dalam bentuk SiO4-
Co diserap dalam bentuk Co++
Na diserap dalam bentuk Na+
Pengaruh Berbagai Media Tanam Terhadap Kecepatan Perkecambahan Biji Kacang Hijau
Posted by: zhye on: 6 July 2009
In: Makalah Comment!
Rate This
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut para pendapat tokoh, perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas/awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka. Sedangkan, media tanam yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik.
Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan antara berbagai media tanam itu berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pengaruh Berbagai Media Tanam terhadap Kecepatan Perkecambahan Biji Kacang Hijau?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
“Untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori dalam Perkecambahan Biji Kacang Hijau
Dalam perkecambahan biji Kacang Hijau ini, dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Perkecambahan biji ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Air
Suhu
Faktor perkecambahan
O2
Cahaya
Dalam perkecambahan biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1934) selalu mengalami proses, yaitu:
Fisiologis dan genetis:
Serangkaian proses-proses yang merupakan kelanjutan dari metabolisme dan pertumbuhan yang telah terjadi sebelumnya; serta awal dari transkripsi genom.
Morfologis:
Transformasi dari bentuk embrio menjadi seedling (semai) yang sempurna.
Biokimia:
Diferensiasi sekuensial (satu persatu) pada proses-proses oksidasi dan sintesis.
Proses perkecambahan biji secara fisiologis:
1. Penyerapan air
Masuknya air secara imbibisi dan osmose Pelunakan kulit biji Pengembangan embrio dan endosperm Kulit biji pecah, radicle keluar
1. Pencernaan
Merupakan proses terjadinya pemecahan zat / senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel
Makanan cadangan utama pada biji : pati, herniselulosa, lemak, protein
Proses pencernaan dibantu oleh enzim
1. Pengangkutan zat makanan
Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makan menuju titik-titik tumbuh pada embryonic axis, radicle dan plumulae
Biji belum punya jaringan pengangkut, sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya
1. Asimilasi
Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makan Merupakan proses pembangunan kembali Tenaga / energi berasal dari pernafasan
1. Pernafasan (respirasi)
Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (proses reduksi), dengan membebaskan sejumlah tenaga
Pertama kali terjadi pada embryonic axis; setelah cadangan habis, baru beralih ke endosperm / kotiledon
Aktivitas respirasi tertinggi adalah pada saat redicle menembus kulit biji
1. Pertumbuhan
Ada dua bentuk pertumbuhan embryonic axis Tenaga / energi berasal dari proses pernafasan
Proses perkecambahan morfologis
Merupakan suatu tahapan segera setelah terjadinya proses pengangkutan makanan dan pernafasan
Diawali oleh pembelahan dan perpanjangan sel Dilanjutkan dengan embryonic axis yang makroskopik yanitu keluarnya
redicle atau plumulae dari kulit biji.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan dalam penyerapan air:
1. Permeabilitas kulit/membran biji2. Konsentrasi air
Karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke tinggi), maka konsentrasi larutan di luar biji harus tidak lebih pekat dari dalam biji.
1. Suhu air
Suhu air tinggi : energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi
1. Tekanan hidrostatik
* berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air
* ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun
1. Luas permukaan biji yang kontak dengan air
* berhubungan dengan kedalaman penanaman biji
* berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air
1. 6. Daya intermolekul
* merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
* berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air
1. Spesies dan varietas
Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji
1. Tingkat kemasakan
Berhubungan dengan kandungan air dalam biji : biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat
1. Komposisi kimia
* biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak
* kecepatan penyerapan air : protein>karbohidrat>lemak
10. Umur
Berhubungan dengan lama penyimpanan : makin lama disimpan, makin sulit menyerap air
2.1.2. Teori mengenai Media Tanam
Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman kita. Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih bergantung kepada tanah. Mahluk-mahluk hidup di dalam tanah membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan. Jarang sekali kegiatan pertanian memakai media kapas, terkecuali para siswa yang akan melakukan penelitian biologi.
Dalam media tanam / tumbuh, tanah memiliki peran yang penting di bidang pertanian maupun perkebunan. Sebelumnya, dijelaskan terlebih dahulu, sifat fisik tanah dan apa saja yang terkandung dalam tanah sehingga menyebabkan tanah sering dipakai sebagai media tanam:
1. Profil tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari penampung vertikalnya dapat dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau biasa disebut profil tanah. Di tanah hutan yang dusah matang terdapat tiga horison penting yaitu horison A, B dan C.
a Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
B Horison B disebutkan juga dengan zona penumpukan ( illuvation zone ). Horizon ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horizon A.
c. Horizon C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk.
2. Warna tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organik rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Didaerah yang mempunyai sistem darinase (serapan air) buruk, warna tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat didalam tanah berbentuk Fe 2+
3. Tekstur tanah
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm2. Debu, berukuran 2-50 mikron3. Liat, berukuran dibawah 2 mikron
Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tabel 1. Perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah
Jenis Tekstur
P K Ca Fe2O3 MgO
Pasir 0,08 2,53 2,92 5,19 1,02
Debu 0,10 3,44 6,58 9,42 2,22
Liat 0,20 4,20 5,73 17,10 1,77
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Sedangkan, kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
2.1.3. Hubungan Media Tanam terhadap Kecepatan Perkecambahan
Hubungan antara media tanam dengan kecepatan perkecambahan adalah:
1. 1. Daya intermolekul
* merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
* berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air
Hal ini menyebabkan biji Kacng Hijau akan sulit untuk berkecambah.
1. Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga
kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban.
1.2. Kajian dan Hasil Penelitian
Setiap media tanam selalu memiliki daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air akan mudah diresap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Sehingga, perkecambahan dapat terpengaruh oleh daya intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila, media tanam tersebut bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memmiliki luas permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian, kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur dan daya intermolekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan, tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut. Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan juga memperhambat pertumbuhan. Tapi, kebanyakan unsur-unsurnya dapat membantu biji dalam perkecambahan.
1.3. Rumusan Hipotesis
Rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut
“Berbagai media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau.”.
Hipotesis ini disebut juga hipotesis alternatif, hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
5.1. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah. Oleh karena itu, variabel sering
diebut faktor ubah atau faktor penentu. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu sebagai berikut
Variabel bebas:
Media tanam untuk perkecambahan biji Kacang Hijau
Variabel kontrol:
Jenis biji Kacang Hijau, air untuk penyiraman, volume air, tempat untuk media tanam beserta kecambah
Variabel terikat / respon:
Kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau
Dalam sebuah penelitian, tidak hanya variabel yang ditentukan tetapi operasional variabel juga. Operasional variabel ini berguna sebagai penjelasan bagaimana variabel tersebut diukur atau dibedakan. Operasional variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini ada 2 macam, yakni:
Operasional variabel bebas
Media tanam untuk perkecambahan dibedakan dengan cara melihat struktur / tingkat resapan air media tersebut pada tiap tempat.
Operasional variabel terikat / respon
Kecepatan perkecambahan diukur dengan melihat tinggi kecambah tersebut dalam per hari.
5.2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, rancangannya adalah sebagai berikut
Kelompok 1 : Perlakuan disimpan di media tanah Kelompok 2 : Perlakuan disimpan di media kapas
Keterangan:
Tiap kelompok terdiri dari 6 biji Kacang Hijau, dan masing-masing ditempatkan dalam gelas aqua yang terpisah.
5.3. Sasaran Penelitian
Populasi ialah seluruh kelompok objek penelitian atau kelompok subjek di mana kesimpulan akan digeneralisasikan. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua jenis biji kacang-kacangan.
Sedangkan, sampel ialah bagian anggota populasi yang mewakili populasi. Pada penelitian ini, jenis biji kacang-kacangan yang dipakai adalah biji Kacang Hijau. Jadi, jumlah sampel penelitian adalah 2 × 6 biji Kacang Hijau.
5.4. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen, yaitu:
a) 12 biji Kacang Hijau
b) Air 50 ml
c)
harus sama volumenya
Tanah secukupnya
d) Kapas secukupnya
e) 2 buah gelas aqua berukuran sama
f) Stopwatch/jam
g) Pensil, penggaris
5.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh media tanam untuk biji Kacang Hijau terhadap kecepatan perkecambahan.
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan.2. Masukkan tanah ke tempat kelompok 1 dan kapas ke tempat kelompok
2, volume dari keduanya harus berjumlah sama, lebih kurang ¼ bagian.
3. Tanam 6 biji Kacang Hijau ke dalam setiap gelas aqua yang berisi tanah dan kapas.
4. Amati perkecambahan biji dengan interval 24 jam atau sehari sekali.5. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
5.6. Rencana Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data hasil penelitian sehingga membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, analisis data yang dapat dilakukan adalah:
1. Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau pada tiap perlakuan
2. Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain.
5.7. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian mengenai pengaruh berbagai media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau, adalah sebagai berikut
Nama KegiatanMinggu 1
1234567
Minggu 2
1234567
Minggu 3
12345671. 1. Menyusun
proposal xxx
1. 2. Menyiapkan alat dan bahan xx
1. 3. Melakukan penelitian xxxxx
1. 4. Analisis data xx
1. 5. Menulis laporan penelitian
xxxxxx
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data
Dalam setiap media tanam, terdapat daya intermolekul:
* merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh : makin rapat molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji
* berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air
Hal ini menyebabkan biji Kacang Hijau akan sulit untuk berkecambah di media tanah.
Juga, terdapat tekstur yang berbeda-beda:
Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tabel 1. Perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah
Jenis TeksturP K Ca Fe2O3 MgO
Pasir 0,08 2,53 2,92 5,19 1,02
Debu 0,10 3,44 6,58 9,42 2,22
Liat 0,20 4,20 5,73 17,10 1,77
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Sedangkan, kapas memiliki struktur kapas yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
Dalam penelitian ini, biji dengan media kapas lebih cepat daripada dengan media tanah. Berikut ini adalah hasil pengukuran pertumbuhan biji selama jangka waktu 5 hari.
Dalam cm
rabu kamis Jum’at sabtu minggukapas tanah kapas tanah kapas Tanah kapas tanah kapas tanah
Biji 1
Biji 2
Biji 3
-
-
-
-
-
-
0,5
0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
1,5
1,3
0,9
0,7
0,5
0,4
3,2
2,4
1,8
1,8
1,5
0,7
12,4
11,1
8,6
8,3
8,0
4,4
Biji 4
Biji 5
Biji 6
-
-
-
-
-
-
0,2
-
-
-
-
-
0,9
0,7
0,5
0,3
0,3
0,1
1,7
1,3
1,2
0,6
0,5
0,3
7,9
6,9
4,3
1,6
1,2
1,0
Dalam penelitian ini, juga diperoleh gambar yang menunjukkan bahwa perkecambahan biji Kacang Hijau lebih cepat di media kapas.
4.2. Uji Hipotesis
Dengan penelitian mengenai pengaruh media tanam terhadap suatu perkecambahan ini, dapat diketahui bahwa daya intermolekul dan tekstur setiap media tanam berbeda. Hal itulah yang membuat pengaruh terhadap perkecambahan. Jadi, rumusan hipotesis diterima karena sesuai dengan hasil penelitian.
Hipotesis mengatakan bahwa berbagai media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau. Dalam menguji hipotesis, kita bisa melakukan pengamatan terhadap media tanam yang dipakai beberapa orang. Contoh, siswa dan insinyur pertanian. Kebanyakan siswa memilih kapas sebagai media tanam untuk penelitian kecambahnya. Sedangkan insinyur pertanian kebanyakan memeran pentingkan tanah dalam pertaniannya. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara media tanah dan kapas yang kemudian mempengaruhi suatu perkecambahan. Sehingga, hipotesis ini dapat berlaku di kemudian hari.
4.3. Pembahasan
Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji Kacang Hijau lebih cepat di media kapas. Alasannya:
Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah kecil. Sehingga molekul-molekulnya yang rapat dapat membuat air sulit diserap oleh biji. Sedangkan di kapas, moleku-molekulnya renggang sehingga biji dapat menyerap dengan mudah.
Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, media ini memeliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Sehingga dapat menghambat kecepatan pertumbuhan kecambah karena kurangnya kelembaban.
Jadi, setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam
pasti memiliki daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Jadi, kesimpulannya adalah media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji Kacang Hijau. Mulai dari daya intermolekul, tekstur media tersebut dan lain-lain. Apabila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air. Sedangkan, apabila daya intermolekul besar maka sebaliknya. Sedangkan, dilihat dari tekstur, apabila media tanam memiliki tektur pasir atau kasar, maka akar akan sulit mendapatkan air dikarenakan tekstur pasir mudah kengalami kekeringan. Sedangkan, tekstur serat atau halus membuat akar mudah mendapatkan air karena kelembaban akan terjadi dalam jangka waktu lama.
5.2. Saran
Saran terhadap penelitian ini adalah:
Lebih baik dilakukan penelitian lebih detail mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam media tanam.
Perlu dilakukan penelitian kembali untuk mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan kacang Hijau.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D.A., S. Maryati, Srikini, Suharno, & Bambang S. 2007. BIOLOGI untuk SMA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga
www.google.com
http://ftp.ui.edu/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0055%20Bio%202-3b.htm
http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/67PHjdvQ/III-perkecambahan.doc.edu.htm
http://ditjenbun.deptan.go.id/benihbun/benih/index
http://www.kebonkembang.com/content/view/168/44/
http://e-learning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20I%20PENDAHULUAN/I%20Pendahuluan.htm