PENERAPAN ASBA>B AL-NUZU>L DALAM PERSPEKTIF
MUH}AMMAD ’ALI> AL-S}A>BU>NI> DAN MUH}AMMAD QURAISH SHIHAB
DISERTASI
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Doktor Pengkajian Islam (Dr.)
Oleh :
Siti Ngainnur Rohmah
NIM:12.3.00.0.05.01.0025
Promotor :
Prof.Dr. Said Agil Husin al-Munawar, M.A.
Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.
Konsentrasi Tafsir Hadis
Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta
2018
xi
ABSTRAK
Disertasi ini menunjukkan bahwa keragaman aplikasi asba>b al-nuzu>l oleh
Muhammad Quraish Shihab menyebabkan keragaman terhadap penafsiran al-
Qur’an dan fleksibilitas penafsiran dalam Tafsir al-Mis}ba>h sehingga penafsiran
tersebut mudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Aplikasi asba>b al-nuzu>l yang tidak beragam oleh Muhammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni dalam S}afwah al-Tafa>si>r menghasilkan tafsir yang terkesan kaku, yang tidak fleksibel untuk
berbagai kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Aplikasi asba>b al-nuzu>l sangat penting dalam penafsiran Al-Qur’an karena makna yang
terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an, terkait erat dengan kondisi sosial
masyarakat Arab pada waktu Al-Qur’an diturunkan. Oleh karena itu pengetahuan
dan aplikasi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan ayat-ayat itu diturunkan
adalah penting, karena hal ini tidak mungkin diterangkan oleh pengertian kalimat
itu sendiri.
Penelitian ini bersumber dari buku S}afwah al-Tafa>si>r, Tafsir al-Mis}ba>h},
karya-karya Muh}ammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab yang
lainnya. Sumber pendukung hasil observasi dari berbagai buku klasik dan modern,
serta jurnal internasional. Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan tekstual,
kontekstual, maud}u>‘i, sosio historis, serta hermeneutik modern yang mendialogkan
teks ayat dengan realitas/konteks kekinian. Adapun cara yang digunakan dalam
menganalisis data adalah analisis teks, isi, dan maknanya dengan kaedah tafsir al-‘ibrah bi ‘umu>m al-lafz} wa bi khus}u>s} al-sabab, serta dalam pemaparannya
dilakukan secara deskriptif-komparatif-analisis.
Asba>b al-nuzu>l berfungsi sangat penting dalam pengambilan hukum/
hikmah dari ayat-ayat al-Qur’an. Penyebab keragaman dalam aplikasi asba>b al-nuzu>l adalah pemahaman para mufassir mengenai ayat-ayat al-Qur’an ada yang
thawa>bit dan ada yang mutaghaiyyira>t. Muhammad Quraish Shihab memahami
ayat-ayat al-Qur’an ada yang thawa>bit dan ada yang mutaghaiyyira>t. Pengabaian
terhadap aplikasi asba>b al-nuzu>l berakibat kerancuan dalam pemahaman al-
Qur’an dan pengambilan hukum. Hal ini terlihat dalam pembahasan isu-isu nikah
beda agama, isu-isu pluralisme, isu-isu abrogasi agama-agama, isu-isu nikah
mut’ah, yang mana hal ini menyebabkan konflik pemikiran pada sebagian
masyarakat Indonesia.
Signifikansi asba>b al-nuzu>l sebagai penentu akurasi penafsiran juga
dikemukakan oleh Ah}mad al-Shah}h}āt Haykal, Nicolai Sinai, Kenneth Cragg, Kate
Zebiri (2003), Emmanuelle Stefanidis (2008), Abdullah Saeed (2008). Karena itu
posisi disertasi ini menjadi bagian dari penelitian tafsir mereka. Sementara itu
disertasi ini berbeda dengan ‘A<ishah Abd al-Rah}ma>n(Bintu Sha>t}i’), Gabriel Said
Reynolds, Nejmeddine Khalfallah, Ayesha S. Chaudhry, John Wansbrough's,
Gordon Nickel, Andrew Rippin (1988), Roslan Abdul-Rahim(2014) yang
menyatakan asba>b al-nuzu>l tidak diperlukan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an.
Mereka lebih mengedepankan mencari makna teks berdasarkan linguistiknya.
Kata kunci: asba>b al-nuzu>l , thawa>bit, mutaghaiyyira>t.
xii
xiii
الملخص
سبب شهاب قريش حملمد بالنسبة النزول أسباب تطبيقات تنوع أن إىل الدراسة ىذه وتتلخص والتطبيقات اجملتمع، أطراف مجيع لدى قبولو يسهل حىت ادلصباح تفسري يف وادلرونة القرآن تفاسري لتنوع
لدى تتنوع ال اليت والتطبيقات .يضاأ ادلتنوعة التفاسري إيل ستؤدي ادلتنوع اجملتمع يف النزول ألسباب ادلتنوعة لدى تناولو يسهل ال الذي باجلمود، يوصف قد تفسري إىل تؤّدي التفاسري صفوة يف الصابوين علي حممد ألن القرآن تفسري يف جدا مهمة النزول أسباب وتطبيقات .اإلندونيسي اجملتمع وباخلصوص ادلتنوع، اجملتمع وقت يف العريب للمجتمع االجتماعية باألوضاع وثيقا ارتباطا رتبطم الكرمي، القرآن آيات معاين مضمون أن ميكن ال ىذا ألن مهمة، اآليات نزول إىل أدت اليت األحداث وتطبيق معرفة كانت ولذا .القرآن نزول نفسها اجلملة فهم خالل من يتضح
قريش حملمد ادلصباح وتفسري الصابوين للشيخ التفاسري صفوة كتاب على البحث ىذا ويستند . الدولية واجملالت واحلديثة، الكالسيكية الكتب من لوفرة ادلطالعة نتائج يدعمو كما .وغريه شهاب والتأويل االجتماعي والتاريخ وادلوضوعية السياق، ومتابعة النصية الدراسة منهج ىو الستخدم وادلنهج حلليل ىو البيانات حلليل يف ةادلستخدم الطريقة .ومعاصر واقعي بشكل اآليات يبني الذي احلديث كما ،"السبب وخبصوص اللفظ بعموم العربة " قاعدة أساس على ادلعىن وعرض احملتوى، وحلليل النص،
مقارنة حلليلية وصفية دراسة طريق عن بذل القيام ت اهلل وعبد سيفانيديس وإميانويل كراغ وكينيت سيناء ونيكوالي ىيكل ات الشحّّ أمحد ذكر وقد
يف حبوثهم عن عبارة البحث ىذا يكون ولذا التفسري، لدقة احملددة باعتبارىا النزول أسباب أمهية نع سعيد الدين وجنم رينولد سعيد وجربيل شاطئ بنت الرمحن عبد عائشة عن خيتلف الوقت نفس ويف التفسري، الرحيم، دعب ورسالن ريبني، وأندري نيكل وغوردن سبورف وان وجون كلودري .س وعايشة اهلل خلف
النصوص معاين عن البحث يقدمون وىم .القرآن آيات فهم يف مطلوبة غري النزول أسباب بأن القائلون .اللغة أساس على
تغرياتبابّالنزول,ّثوابت,ّممفتاحّالكلمة:ّأس
xiv
xv
ABSTRACT
This disertation concludes that the diversity of applications in asba>b al-nuzu>l according to Muhammad Quraish Shihab cause of the diversity in
interpretation of the Qur’an and flexibility in the interpretation of Tafsir al-
Misbah, therefore the interpretation is accepted by all walks of society.
Applications in asba>b al-nuzu>l applied to diverse people will generate perspectives
for different interpretations. Applications in asba>b al-nuzu>l which does not vary by
Muhammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni in S}afwah al-Tafa>si>r produce interpretations seem rigid,
inflexible to various communities, especially the people of Indonesia. Applications
of asba>b al-nuzu>l is very important in the interpretation of the Qur'an because of
the meaning contained in the verses of the Qur'an, is closely related to the social
conditions of Arab society at the time the Qur'an was revealed. Therefore,
knowledge and application of the events that led to the verses were revealed is
important, because this may not be explained by understanding the sentence itself.
This research is based on the book S}afwah al-Tafa>si>r, Tafsir al-Mis} ba> h}, works of Muh}ammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> and Muh} ammad Quraish Shihab and others,
supported by the results of observations of a wide range of classic and modern
books and international journals. The approach used was textual approach,
contextual, maud}u>‘i, socio-historical, and modern hermeneutic that articulate the
text paragraph with reality / present context. The method used in analyzing the
data is text analysis, content, and its meaning based on the principle of Tafsir ”al-‘ibrah bi ‘umu>m al-lafz} wa bi khus}u>s} al-sabab”, as well is used in presentation a
descriptive comparative-analyzes.
Asba>b al-nuzu>l significance as determining the accuracy of the
interpretation was also expressed by Ah}mad al-Shah}h}āt Haykal, Nicolai Sinai,
Kenneth Cragg, Kate Zebiri, Emmanuelle Stefanidis, Abdullah Saeed. So the
position of this dissertation is to be part of a study of their interpretation. While
the dissertation is different from the ‘A<ishah Abd al-Rah}ma>n(Bintu Sha>t}i’),
Gabriel Said Reynolds, Nejmeddine Khalfallah, Ayesha S. Chaudhry, John
Wansbrough's, Gordon Nickel, Andrew Rippin, Roslan Abdul-Rahim who stating
that asba>b al-nuzu>l is not required in understanding the verses of the Qu’ran. They
put forward the search for the meaning of the text based on linguistics.
Keyword: asba>b al-nuzu>l , thawa>bit, mutaghaiyyira>t.
xvi
xvii
Kata Pengantar
بسم َّللاه الرحمن الرحيم
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kekuatan lahir batin, sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini. Shalawat
dan salam kepada Rasulullah SAW. yang telah mengemban risalah Islam sehingga
manusia dapat merasakan rahmat ajaran Ilahi.
Sungguh bahagia tak terkira saya dapat melanjutkan studi S3 di SPS UIN
Jakarta. Setelah menempuh prosedur yang ada dengan susah payah, kuliah sambil
bekerja, serta melalui cobaan hidup yang sangat berat, akhirnya dapat
menyelesaikan disertasi ini. Studi S3 ini menguras banyak waktu, tenaga, pikiran,
serta biaya yang tidak sedikit. Kuliah sambil bekerja sangat melelahkan, harus
pandai-pandai mengatur waktu. Hampir saja pesimis untuk menyelesaikan disertasi
ini, namun berkat rahmat Allah dan bantuan dari berbagai pihak disertasi ini
akhirnya dapat terwujud. Oleh karena itu pada kesempatan ini, saya ingin
berterimakasih kepada Prof.Dr. Said Agil Husin al-Munawar, M.A. selaku
promotor dan Prof.Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku ko-Promotor yang telah
bersedia memberikan arahan, pemikiran, pandangan, dan masukan yang sangat
berharga sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih kepada Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.Dr.Dede Rosyada, Direktur SPS UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Prof.Dr. Masykuri Abdillah, Ketua Program S3, Prof.Dr.
Didin Saepudin, Ketua Senat UIN Jakarta Prof.Dr. Atho Mudzhar, serta Pimpinan
dan para Dosen SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
bimbingan dan membuka cakrawala akademik, sehingga disertasi ini dapat
tersusun. Secara khusus hormat ta’zim saya kepada Prof.Dr. Azumardi Azra,
Prof.Dr. Suwito, Prof.Dr. Abudin Nata, Prof.Dr. Iik Arifin Mansur Noor, Dr. Asep
Saepudin Jahar, M.A., dan Dr. Yusuf Rahman, M,A., yang telah membaca dan
mengoreksi draf disertasi ini pada saat verifikasi menjelang ujian-ujian maupun
pada saat ujian proposal, WIP 1, sampai dengan WIP 2. Untuk itu saya
mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah membalas kebaikan mereka
semua. Selanjutnya saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf SPs
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan administrasi
dan pelayanan selama saya menempuh studi S3 ini, Sdr. Adam Hesa, Sdr. Arif
Mahmudi, Sdri.Himmawati Aliyah, dan Sdri. Vhemy. Demikian pula kepada para
pustakawan di Perpustakaan Riset SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya mengucapkan
terimakasih atas layanan yang optimal selama saya menempuh studi sampai
dengan penyelesaian penulisan disertasi ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih banyak kepada rektor IAI AL-AZIS
Syaikh Dr.A.S.Panji Gumilang dan Bapak Imam Prawoto, S.E.,M.BA. selaku ketua
Yayasan Pesantren Indonesia, dan sekaligus sebagai wakil rektor bidang alumni
xviii
dan kemahasiswaan, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melanjutkan studi strata tiga dan mengabdikan ilmu di IAI AL-AZIS. Saya juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada warek bidang akademik, warek
administrasi, para dekan, para pejabat di lingkungan IAI AL-AZIS, dan seluruh
dosen dan civitas akademika IAI AL-AZIS yang telah memberikan support kepada
saya untuk segera menyelesaikan disertasi ini.
Selanjutnya saya juga mengucapkan terima kasih kepada temen-teman
kuliah di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sdr. Kusuma, Sdr. Satiri, Sdr.
Adzan Noor, sdr. Abdul Manaf, Sdri. Ramadanita, Sdri. Alfiah, Sdri. Vina Zubaidi,
Sdr. Azwar Habibie, Sdr. Damiri, Sdr. Adril Hakim, Sdr. Jufri al-Katiri, dan lain-
lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu. Sahabat-sahabat terbaik semoga
kebersamaan kita dalam mengasah ketajaman intelektual terus berlanjut dan
mendatangkan manfaat untuk bangsa ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih dan hormat ta’zim yang dalam dan
tulus kepada orang tua saya (alm.) M. Khayun Daroini, M.Munir Ihwan Hadi, dan
Umi Mujayanah yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan do’a untuk
kemajuan putrinya dari sekolah, lulus kuliah, hingga bekerja. Semoga Allah Swt.
memberikan tempat yang layak disisi-Nya kepada (alm.) ayah saya. Demikian pula
kepada adik-adik saya; Maghfur, As’ad, Nourma, Alfa, dan Dewi, yang
memberikan dukungan lahir dan batin kepada saya untuk menyelesaikan studi ini.
Saya bangga kepada mereka. Semoga kalian dapat meraih apa yang dicita-citakan.
Kepada Keluarga besar H. Abdullah yang memberikan semangat dan do’a yang
tidak putus-putusnya agar saya dapat segera menyelesaikan studi ini dan meraih
sukses, penuh kebanggaan saya kepada mereka.
Akhirnya, terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
penyelesaian disertasi ini. Segala kekeliruan dan kekurangan dari disertasi ini pada
akhirnya merupakan tanggung jawab saya pribadi. Kritik dan saran untuk
penyempurnaan disertasi ini sangat berguna untuk perbaikan.
Jakarta, 12 Oktober 2018
Penulis
Siti Ngainnur Rohmah
NIM:12.3.00.0.05.01.0025
xix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
ALA-LC ROMANIZATION TABLES
Adapun pedoman transliterasi yang penulis gunakan dalam disertasi ini adalah:
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif DIHILANGKAN ا
Ba’ B ب
Ta’ T ت
Sa’ TH ث
Jim J ج
}Ha’ H ح
Kha’ KH خ
Dal D د
Zal DH ذ
Ra’ R ر
Za’ Z ز
Sin S س
Shin SH ش
}Sad S ص
}Dad D ض
}Ta’ T ط
}Za’ Z ظ
Ain ‘ AYN‘ ع
Gain GH غ
Fa’ F ف
Qaf Q ق
Kaf K ك
Lam L ل
Mim M م
xx
Nun N ن
Wawu W و
Ha’ H ه
Hamzah ’ Tanda Koma ء
Ya’ Y ي
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap yang disebabkan oleh shaddah ditulis rangkap juga.
Seperti: مذكر ditulis muzakkar
C. Ta’ Marbut}ah di Akhir Kata
Adapun ta’ marbut}ah baik yang hidup ataupun yang mati di akhir kata
dilambangkan dengan huruf h, seperti lafaz:
ditulis: shari>’ah شريعة _
ditulis: ha>wiyah هاوية _
Tetapi jika kata-kata itu sudah terserap menjadi bahasa Indonesia
dilambangkan dengan huruf t seperti kata: salat, zakat, dan sebagainya.
D. Vokal Panjang
1. Bunyi panjang a dilambangkan dengan a>, seperti قاهرة (qa>hirah).
2. Bunyi panjang i dilambangkan dengan i> seperti مدينة(madi>nah).
3. Bunyi panjang u dilambangkan dengan u> seperti مطلوب (mat}lu>b).
E. Kata Sandang alif dan lam
Kata sandang yang diakui oleh huruf qamariyah dan shamsiyah ditulis
menurut tulisannya, seperti:
ditulis al-qamar القمر .1
ditulis al-shams الشمس .2
xxi
DAFTAR ISI
COVER DALAM ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... v
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................. xi
ABSTRAK BAHASA ARAB ........................................................................... xiii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ...................................................................... xv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................... xix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. . Permasalahan ............................................................................. 10
C. . Tujuan Penelitian ....................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11
E. . Kajian Terdahulu Yang Relevan ................................................ 12
F. . Metode Penelitian ...................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 16
BAB II DISKURSUS ASBA<B AL-NUZU<L
A. Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, Tafsi>r bi al-Ra’yi, dan Asba>b Al-Nuzu>l .... 19
B. . Sekilas Tentang Asba>b Al-Nuzu>l .............................................. 25
C. . Jenis-jenis Asba>b Al-Nuzu>l ........................................................ 29
D. Urgensi Asba>b Al-Nuzu>l dalam Memahami Al-Qur’an .............. 42
E. . Temporalitas Asba>b Al-Nuzu>l .................................................... 46
F. . Validitas Asba>b Al-Nuzu>l ........................................................... 47
G. Kaedah Asba>b Al-Nuzu>l ............................................................. 49
BAB III BIOGRAFI MUH}AMMAD ‘ALI>>< AL-S}A<BU>>>><NI< DAN MUH}AMMAD
QURAISH SHIHAB SERTA KITAB TAFSIR
A. Latar Belakang Pendidikan dan Karir Muh}ammad ‘Ali>
Al-S}a>bu>ni> .................................................................................... 53
B. . Karya-karya Muh}ammad ‘Ali> Al-S}a>bu>ni> .................................... 54
C. . Gambaran Umum Tafsi>r S}afwah Al-Tafa>si>r ............................... 54
D. Metodologi Tafsir S}afwah al-Tafa>si>r.......................................... 55
E. . Latar Belakang Pendidikan dan Karir Muh}ammad Quraish
Shihab ......................................................................................... 56
xxii
F. . Karya-karya Muh}ammad Quraish Shihab ................................... 58
G. Gambaran Umum Tafsir al-Mis}ba>h} ............................................ 59
H. Metodologi Tafsir al-Mis}ba>h} ...................................................... 61
BAB IV IMPLIKASI ASBA>B AL-NUZU>L DALAM PEMAHAMAN AL-
QUR’AN DAN PENGAMBILAN HUKUM.
A. Implikasi Asba>b Al-Nuzu>l Dalam Pemahaman Al-Qur’an
1. Al-Qur’an surat al-Taubah [9]: 118 ........................................... 63
2. Al-Qur’an surat al-Maidah [5]: 93 .............................................. 65
3. Al-Qur’an surat ‘Abasa[80]: 1-4 ................................................ 68
4. Al-Qur’an surat Al-H>>}ujura>t[49]: 1 .............................................. 70
5. Q. S. Al-H>>}ujura>t[49]: 9 ............................................................... 72
6. Q.S. An-Nisa’[4]: 102 ................................................................ 75
7. Q.S. al-Taubah[9]:12 ................................................................. 77
8. Q.S. Surat al-H}ujura>t[49]:13 ..................................................... 79
9. Q.S. Al-Taubah[9]: 84 ............................................................... 80
10. Q.S. al-Baqarah[2]: 187 ............................................................. 82
B. Implikasi Penerapan Asba<b Al-Nuzu><l Dalam Pengambilan Hukum.
1. Surat al-Ru>m[30]: 39 .................................................................. 85
2. Surat Ali ’Imra>n[3]: 130 ............................................................. 88
3. Surat al-Baqarah [2]: 278-279 .................................................... 90
4. Surat al-Ma>idah [5]: 51 ............................................................... 93
5. Surat al-Nu>r [24]: 3 .................................................................... 94
6. Q.S. al-Baqarah[2]:178-179 ........................................................ 96
7. al-Nu>r: 27-29............................................................................... 99
8. QS. Al-Baqarah [02]: 115 ........................................................... 103
9. al-Nisa [04]: 43 ........................................................................... 106
10. al-Maidah [05]: 44- 47 ................................................................ 108
11. al-Maidah [05]: 38 ...................................................................... 112
12. al-Ahzab [33]: 53 ........................................................................ 113
13. al-Nu>r [24]: 02 ........................................................................... 114
xxiii
BAB V KERAGAMAN PENERAPAN ASBA>B AL-NUZU>L DAN
DAMPAKNYA DALAM S}AFWAH AL-TAFA>SI>R DAN TAFSIR AL-
MIS}BA>H
A. Hijab dan Niqab ......................................................................... 117
B. . Jihad ............................................................................................ 130
C. . Tabarruj ..................................................................................... 139
BAB VI IMPLIKASI PENGABAIAN ASBA<B AL-NUZU<L PADA ISU-ISU
KONTEMPORER
A. Isu-isu Jender .............................................................................. 146
B. . Isu-Isu Nikah Beda Agama ......................................................... 156
C. . Isu-isu Pluralisme ...................................................................... 163
D. Isu-isu Nikah Mut’ah ................................................................. 176
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 183
B. . Rekomendasi dan Saran ............................................................. 184
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 185
GLOSARI ................................................................................................... 201
INDEKS ..................................................................................................... 207
xxiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asba>b al-nuzu>l mempunyai peranan yang penting dalam menerjemahkan,
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara s}ahi>h.1 Kehidupan para sahabat bersama
Rasulullah saw telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan peristiwa-
peristiwa khusus terjadi diantara mereka sehingga memerlukan penjelasan hukum
Allah, atau menghadapi masalah yang belum jelas hukumnya. Kemudian mereka
menanyakan kepada Rasulullah saw hukum Islam mengenai hal-hal tersebut.
Maka ayat Al-Qur'an turun untuk merespon peristiwa-peristiwa khusus atau
pertanyaan yang muncul itu. Hal-hal itu yang disebut asba>b al-nuzu>l.2Ada juga
yang berpendapat bahwa asba>b al-nuzu>l adalah sebuah ilmu yang mempelajari
tentang peristiwa, kondisi, atau keadaan yang menyebabkan ayat-ayat Al-Qur'an
diturunkan.3
Memahami ayat-ayat Al-Qur'an tanpa asba>b al–Nuzu>l akan menyebabkan
kesalahan yang fatal.4Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
penafsiran terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan pengambilan hukum.
Contoh Q.S. Al-Ma>idah: 93, jika dibaca sekilas ayat ini seolah-olah
membolehkan umat Islam minum arak. Namun jika dilihat dari asba>b al–Nuzu>l ayat ini turun berkenaan dengan Q.S. Al-Ma>idah: 90.
5
Mendengar ayat itu sahabat langsung bertanya kepada Rasulullah
bagaimana dengan para mujahid yang telah gugur di medan perang, sedangkan
mereka para peminum khamr. Maka turun Q.S. Al-Ma>idah: 93, yang menjelaskan
1 Lihat Al-Wāh}idī (Abū al-H}asan ‘Ali bin Ah}mad al-Nah}wī), Asbāb al-Nuzūl
(Kairo: Maktabah al-I<ma>n, 1996), 9-10., Ibnu Khali>fah ‘Ulyawy Ja>mi‘ al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l (Kairo: Al-Buh}u>th, 1404), 7-8. Ah}mad al-Shah}h}āt Haykal. "'Dhikr' in Hebrew
Translations of the Qur'an.‛ Journal of Qur'anic Studies 12 (2010), 281-223,
http://www.jstor.org (27-01-2014, 16.20), Kenneth Cragg. ‚ The Historical Geography of
the Qur'an: A Study in asbāb al-nuzūl.‛ Journal of Qur'anic Studies 1 No. 1 (1999), 81-92,
http://www.jstor.org (28-01-2014, 16.23). 2 Manna’ Al-Qat}t}an, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
2006), 92. 3 H}asan H}anafi>, Humu>m al-Fikr wa al-Wat}ani> (Cairo: Da>r Quba>, tth), Jil I, 22.
4 Muhammad ‘Ali > Al-S}a>bu>ni>, al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r el-Qalam,
1984), 27-29. 5 Q.S. Al-Ma>idah: 90:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
2
bahwa peminum arak sebelum ada pengharaman dan mereka telah meninggal
dunia tiada dosa bagi mereka.6 Oleh karena itu para ulama klasik sangat berhati-
hati dalam memahami asba>b al–nuzu>l. Hal ini terbukti ada banyak ulama yang
konsern dalam asba>b al–nuzu>l, diantaranya adalah ’Ali> Ibn al-Madi>ni>> (w.234 H).
Beliau adalah tokoh yang pertama kali konsern dengan asba>b al–nuzu>l. Al-
wa>h}idi>(w. 468 H.) yang merupakan murid dari ’Ali> Ibn al-Madi>ni> mengarang
kitab yang berjudul Asba>b al-Nuzu>l. Ada juga Al-Ja’bari> yang meringkas asba>b al–nuzu>l kitab Al-wahi>di> dengan dengan menghilangkan sanad-sanadnya tanpa
menambahnya dengan sesuatu apapun.7 Ada juga Ibn Hajar (W. 1449 M.)
8 yang
mengarang sebuah kitab mengenai asba>bun nuzu>l yang berjudul al-‘Uja>b fi> Baya>n al-Asba>b dan Al-Suyu>t}i>(w. 911 H.)
9 mengarang kitab Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b
Al-Nuzu>l.10
Termasuk hal yang penting dalam asba>b al–nuzu>l adalah mengetahui asba>b wuru>d al-h}adi>th. Hal ini penting untuk mengetahui hadis tentang asba>b al-nuzu>l itu
benar atau rekayasa. Keadaan di balik setiap teks-teks agama lainnya juga perlu
dipertimbangkan. Hal ini diharapkan dengan pendekatan semacam itu akan
membuat jelas bagi pembaca bahwa konsensus dari teks-teks Islam tidak
mendukung pemaksaan penafsiran.11
Al-Qur'an pertama kali diturunkan sebagai wahyu yang ayat-ayatnya
terpisah, kemudian diperintahkan agar ayat-ayat tersebut diatur dalam surah-
surah12
. Pembentukan surah-surah tidak langsung turun satu surah tapi secara
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. 6 Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r Kairo: Da>r al-S}a>bu>ny, 1980, Jilid
I, 355-356; Muhammad ‘Ali> Al-S}a>bu>ni>, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n (Ja>karta: Da>r al-Kutub al-Isla>miyyah, 1999), I, 526-534.
7 Al-Wāh}idī (Abū al-H}asan ‘Ali bin Ah}mad al-Nah}wī), Asbāb al-Nuzūl, 7.
8 Nama aslinya adalah S}iha>buddi>n Abi> al-Fad}l Ah}mad bin ‘Ali> bin Muh}ammad bin
H}ajar al-‘Asqala>ni>. Lahir pada tanggal 18 Februari 1372 Masehi di Kairo Mesir. Wafat
pada tanggal 2 Februari 1449 di Kairo Mesir.
9 Nama aslinya adalah Jala>l al-Di>n ’Abd al-Rah}ma>n al-Suyu>t}y(w. 911H.)
10 Al-Wāh}idī (Abū al-H}asan ‘Ali bin Ah}mad al-Nah}wī), Asbāb al-Nuzūl, 7.
11Abd Al-Hamid Madkour. ‚al-I>ma>n bi al-Qadr fi> al-Qur’a>n al-kari>m.‛ Journal of
Qur'anic Studies, Vol. 5, No. 1 (2003): 160-133. Published by: Edinburgh University Press
on behalf of the Centre for Islamic Studies at SOASStable URL:
http://www.jstor.org/stable/25728102 .(accessed: 25/04/2014 02:29). 12
‚The Qur’an: Translated with a Critical Rearrangemnts of the Surahs‛
(Edinburgh: T. & T. Clark, 1937 & 1939), and ‚Introduction to the Qur’an‛ yang kemudian
direvisi, diedit dan diterbitkan kembali oleh W. M. Watt dengan judul, ‚Bell’s Introduction
to the Qur’an‛ (pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 oleh Edinburgh University Press).
Lihat juga, John E. Merrill, ‚Dr. Bell’s Critical Analysis of the Qur’an,‛ The Muslim World
3
bertahap. Hal itu disinyalir dalam Al-Qur'an, yaitu Q.S. Al-Furqan[25]: 3213
.
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa kaum yang kufur sering berpaling, ingkar,
dan berkata yang tidak perlu, yaitu mereka berkata,"Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?" sebagaimana penurunan kitab Taurat,
Injil, zabur dan kitab-kitab Tuhan lainnya. Maka Allah SWT menanggapi
perkataan mereka bahwa penurunan Al-Qur'an secara bertahap selama 23 tahun itu,
dan selaras dengan peristiwa, kejadian, dan kebutuhan hukum adalah untuk
mengokohkan hati kaum Mukmin.14
\Ayat di atas dipertegas oleh Q.S. al-
Furqan[25]: 3315
. Ayat tersebut menyatakan bahwa tidaklah orang-orang yang
kufur mengatakan perkataan yang menentang kebenaran melainkan Allah SWT
menanggapi mereka dengan perkara yang benar dan lebih jelas serta terang
daripada perkataan mereka. Ayat ini juga menunjukkan perhatian dan kemuliaan
Rasulullah saw. Sehingga wahyu dari Allah Azza wa Jalla turun kepadanya pada
pagi dan petang, siang dan malam, saat bepergian maupun ketika berada di
kampung halaman.
Hal di atas sangat berbeda dengan penurunan kitab-kitab terdahulu yang
sekaligus. Allah SWT telah menyatukan dua sifat sekaligus di dalam Al-Qur'an,
yaitu penurunan di alam al-Malaul –A'la secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke
Baitul 'Izzah di langit dunia. Kemudian menurunkannya ke bumi secara berangsur-
37, 2 (1947): 134–48; and Andrew Rippin, ‚Reading the Qur’an with Richard Bell,‛ Journal of the American Oriental Society 112, 4 (1992): 639–47.
13 Q.S. Al-Furqan[25]: 32,
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)." Q.S. Al-
Furqan[25]: 32. 14
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r Kairo: Da>r al-S}a>bu>ny, 1980, Jilid
II, 346; Muhammad ‘Ali> Al-S}a>bu>ni>, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n (Ja>karta: Da>r al-Kutub al-Isla>miyyah, 1999), II, 92-95. Lihat juga, Abu> al-Fida>’ Isma>ʻi>l bin
ʻUmar Ibnu Kathi>r( Tah}qi>q S}afi> al-Rah}ma>n al-Muba>rakfu>ri>), Mukhtas}ar Tafsi>r Ibnu Kathi>r, Riya>d}: Muntada> al-Thaqa>fah, 2013, cet. I III, 547-545-548.
15 Q.S. Al-Furqan[25]: 33,
‚Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya[Setiap kali mereka datang kepada Nabi
Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman,
Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata]‛. Q.S. Al-Furqan[25]:
33.
4
angsur sesuai dengan peristiwa dan kejadian.16
\Berdasarkan uraian diatas, karena
Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur maka sebagian ayat-ayat mempunyai
asba>b al-nuzu>l. Pengaturan ayat-ayat Al-Qur'an ke dalam surah-surah berada di bawah
panduan ilahi. Hal ini karena Al-Qur'an tidak bisa secara umum turun dalam
bentuk surah. Alquran sebagai wahyu ditulis sesuai bimbingan ilahi sejak lama
menjadi dasar pemahaman teologis umat Islam17
. Banyak hadis yang mendukung
pendapat ini. Sebagai contoh, laporan Abu Ubaid 'dalam bukunya Fad}a>'il al-Qur'a>n18
, Imam Ahmad dalam Musnad-nya19
, dan al-Tirmidzi dalam Sunan-nya20
.
Setiap wahyu turun dalam bentuk sebuah ayat atau beberapa ayat,
Muhammad akan menginstruksikan ahli tulisnya untuk menulis mereka turun
dalam surah tertentu. Salah satu tokoh hadits yang paling instruktif yaitu 'Abd
Allah ibn al-Zubayr bisa memberi kita petunjuk paling jelas berkaitan dengan
susunan ayat. Ibn al-Zubair pernah bertanya kepada 'Utsman bin' Affan – keduanya
sahabat Muhammad - tentang Q. 2: 24021
, bertanya-tanya mengapa yang terakhir
masih termasuk ayat ini meskipun telah dinasakh(dihapus). Untuk itu Uthman
menjawab tidak akan mengubah apa-apa dari Al Qur' an dari tempatnya.22
Ada
16
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r Kairo: Da>r al-S}a>bu>ny, 1980, Jilid
II, 345-346; Muhammad ‘Ali> Al-S}a>bu>n>, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n (Ja>karta: Da>r al-Kutub al-Isla>miyyah, 1999), II, 95-96. Lihat juga Abu> al-Fida>’
Isma>ʻi>l bin ʻUmar Ibnu Kathi>r ( Tah}qi>q S}afi> al-Rah}ma>n al-Muba>rakfu>ri>), Mukhtas}ar Tafsi>r Ibnu Kathi>r, Riya>d jilid III, 548-549.
17 Lihat Ibnu Hajar, Fath al-Bari(syarah Hadith Bukhari), Kitab fada'il al-Qur'an,
hadits no. 4609 . Mengutip Ibn Batal dan al-Qadhi al-Baqilani, Ibnu Hajar menulis bahwa
urutan ayat-ayat Al Qur'an adalah sesuai instruksi Nabi Muhammad di bawah bimbingan
ilahi. Lihat juga al-Zarkashi, v 1, 35 dst. 18
Abu 'Ubaid al-Qasim bin Sallam, Fada'il al-Qur'an (Beirut: Dar al-Kutub al-'
Ilmiyyah, 1991), 152. 19
Ahmad bin Hanbal, Musnad, Kitab Musnad al-'asharah al-mubashshirin,
376&468. 20
Al-Tirmidzi, Sunan, Kitab tafsi>r al-Qur'a>n, 3011. 21
Tentang Q.S. Al-Baqarah[2]: 240:
"Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan
isteri, hendaklah Berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga
setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika
mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang
meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."[ Q.S. Al-Baqarah[2]: 240]. 22
Al-Bukha>ry, S}ah}i>h} al-Bukha>ry, Kita>b al-tafsi>r, 4166 & 4172.56
5
pula tokoh kontemporer23
yang sependapat mengenai pentingnya urutan surat dan
asba>b al-nuzu>l dalam memahami Al-Qur’a>n.
Pendapat di atas berbeda dengan pendapat Muh}ammad S}ah}ru>r. Dia
berkomentar bahwa al-Qur’an tidak mempunyai asba>b al-nuzu>l karena al-Qur’an
diturunkan sekaligus pada bulan ramad}an dan disimpan di Lauh} Mah}fuz}24 . Hal ini
berdasarkan Q.S. al-Buru>j: 21-2225
dan al-Baqarah:185.26
Namun pendapat
Muh}ammad S}ah}ru>r ini kurang tepat karena bertentangan dengan Q.S. Al-
Furqan[25]: 32, yang menyatakan Al-Qur'an diturunkan berangsur-angsur untuk
memperkokoh hati manusia. Pendapat Muh}ammad S}ah}ru>r ini di dukung pula oleh
Gabriel Said Reynolds27
yang berpendapat bahwa urutan surat dan asba>b al-nuzu>l tidak penting dalam memahami Al-Qur’a>n.
Prinsip asba>b al-nuzu>l dalam tafsi>r bi al-Ma’thu>r 28diantaranya adalah para
mufassir (klasik)29
sangat berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an.
Mereka selalu memperhatikan asba>b al-nuzu>l (sebab turunnya ayat) jika memang
hal itu ada. Mereka sangat berhati-hati dalam memahami asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an,
yaitu berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang
menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya.30
Para sahabat mengetahui hal
23
Nasr Hamid Abu-Zeid, ‚Women's Question Between the Hammer of Modernity
and the Anvil of Traditions: A Study in the History of Texts,‛ Alif: Journal of Comparative Poetics, No. 19, Gender and Knowledge: Contribution of Gender Perspectives to
Intellectual Formations (1999), 29-65, jstor.27-01-2014, 16.18. 24
Muhammad S}ah}ru}>r. al-Kitāb wa al-Qur’ān: Qirā’ah Mu āsirah, 92-98. 25
Q.S. al-Buru>j: 21-22;
‛Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfuzh.‛ 26
Q.S. al-Baqarah:185;
…
‚ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)…‛ 27
Gabriel Said Reynolds, ‛Le problème de la chronologie du Coran,‛ Arabica, T.
58, Fasc. 6 (2011), 477-502, jstor.24-01-14, 16.30. 28
Secara etimologis kata al-Ma’tsur isim maf’ul (objek) dari kata atsara-ya’tsiru-
atsaran-wa-atsaratan yang berarti menyebutkan atau mengutip (naqala) dan memuliakan
atau menghormati (akrama). Al-atsar juga berarti sunnah, hadits, jejak, bekas, pengaruh
dan kesan. Sedangkan pengertian secara terminology adalah ‚keterangan yang datang dari
Al-Qur’an sendiri dari penjelasan dan perincian sebagian ayat-ayat al-Qur’an ataupun yang
datang dari Rasulullah, sahabat, ataupun tabi’in‛ 29
Diantaranya adalah Ibnu Kathi>r, At}-T}abari, 'Ali> Al-S}a>bu>ni>, al-Mara>ghy, al-
Nasafy, Al-Baid}awi, Al Baghawy, Ibnu Jari>r, Abu Laith As Samarkandy, dsb. 30
Manna’ Al-Qat}t}an, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, 94.
6
tersebut karena mereka selalu mendampingi Rasulullah Saw., serta mengetahui
tingkah lakunya, meneliti hal-hal yang berkenaan dengan proses turunnya wahyu
kepadanya, menyaksikan dan mengalaminya secara langsung31
.
Para ulama berbeda pendapat tentang perkataan sahabat mengenai asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an. Imam al-Bukha>ry (w. 256 H) mengategorikan perkataan
sahabat tersebut sebagai redaksi hadis, sementara yang lain tidak. Ada beberapa
kitab hadis, khususnya musnad Imam Ahmad ibn Hanbal, menggunakan redaksi
seperti ini. Hal ini berbeda dengan redaksi yang secara tegas memakai kata sabab dalam menjelaskan alasan turunnya ayat seperti,‛Sebab turunnya ayat ini adalah
begini.‛ Penegasan kata ‚sebab‛ tersebut oleh para ulama ahli tafsir disepakati
sebagai redaksi hadis. Perkataan sahabat dapat dijadikan panduan dalam
mengetahui asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an. Hal ini dapat diketahui dari kebiasaan para
sahabat dan tabi’in, jika salah seorang mengatakan ayat ini turun berkenaan
dengan ini dan itu, yang dimaksud pernyataan itu adalah penegasan hukum yang
terkandung dalam suatu ayat. Hal ini dalam terminologi ilmu tafsir merupakan
jenis pengambilan dalil (istidlal) dari ayat Al-Qur’an untuk menetapkan suatu
hukum, bukan jenis periwayatan terhadap peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya ayat32
.
Dalam hal kehati-hatian memahami asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an, Al-Su>yu>t}y
(w. 911 H)33
berpendapat bahwa perkataan seorang tabi'in yang benar mengenai
asba>b al-nuzu>l dapat diterima. Hal ini mempunyai kedudukan mursal bila
penyandaran kepada tabi'in itu benar, dan termasuk salah seorang imam tafsir yang
mengambil ilmunya dari para sahabat. Seperti Muja>hid (w. 256 H), Ikrimah (w.
105 H), dan Sa'i>d bin Jubair (w. 95 H), serta didukung oleh hadi>th mursal lainnya.
34Al-Wa>hi>dy (w. 427 H)
35 mengkritik ulama-ulama yang sezamannya atas
kecerobohan mereka terhadap riwayat asba>b al-nuzu>l. Bahkan ia menuduhnya
mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat bagi orang yang
tidak mengetahui sebab turunnya ayat.36
Demikianlah kehati-hatian para ulama
klasik dalam memahami asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an, karena hal ini akan berdampak
langsung pada pemahaman hukum Al-Qur'an. Jika kita perhatikan penjelasan-
penjelasan di atas, metode ulama klasik terkadang melupakan sisi internal, hanya
men-tarjih riwayat-riwayat saja, atau terkadang melupakan sisi eksternal, yaitu
hanya mengandalkan analisis formal terhadap bahasa teks37
.
31
Muhammad ibn ‘Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Ringkasan Al-Itqān fī ‘Ulūm Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka,2003), 25.
32 Muhammad ibn ‘Alawi Al-Maliki, Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Ringkasan
Al-Itqān fī ‘Ulūm Al-Qur’an, 33
Dia adalah Jalaluddin Abdu Ar-Rahman Abi Bakar As-Suyuti, wafat 911 H. 34
Manna’ Al-Qat}t}an, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, 94. 35
Dia adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad An-Nahwi Al-Mufassir, wafat 427 H. 36
Manna’ Al-Qat}t}an, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n , 94. 37
Nas}r H}amid abu Zaid, Mafhu>m al-Nas} Dira>sah Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, terj.Khoiron Nahdliyyin, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2005), Cet. IV, 134.
7
Mufassir kontemporer yang menggunakan pendekatan tafsi>r bi al-Ra’yi38
yaitu hermeneutik39
ada yang kurang memperhatikan asba>b al-nuzu>l dalam
menafsirkan Al-Qur'an. Bahkan mereka menuduh asba>b al-nuzu>l adalah perintah
yang di buat oleh Nabi Muhammad saw. kepada para pengikutnya. Gagasan ini
menunjukkan keakraban para sahabat dengan gagasan surah yang berbicara untuk
dirinya sendiri.40
Teks Al-Qur'an yang ayat-ayatnya begitu komposit, hanya
dipikirkan oleh sahabat setelah kematian Muhammad untuk memetakan posisi,
susunan ayat, dan kemudian memilah mereka pada masing-masing surah adalah hal
yang mustahil. Terlalu banyak kepentingan dipertaruhkan dan itu akan berubah
menjadi tugas yang mustahil. Mengingat situasi bangsa Arab pada waktu itu dan
iklim politik serta agenda yang mendiktekan banyak orientasi teologis41
.
Metode sarjana kontemporer dalam asba>b al-nuzu>l berbeda dengan metode
yang digunakan oleh mufassir bi al-Ma’thu>r , yaitu berijtihad dan men-tarjih riwayat-riwayat yang berbeda, dengan cara-cara yang lebih signifikan. Mereka
bersandar pada sejumlah unsur dan tanda-tanda eksternal maupun internal yang
38
Kata dirayah berarti mengetahui, memahami, dan mengerti. Kata dirayah
merupakan sinonim dari kata ra’yu yang berarti melihat, mengerti, menyangka, mengira
atau menduga. Kata ra’yu juga bisa diartikan dengan i’tiqad, akal pikiran, ijtihad, dan qiyas
(analogi). Itulah sebabnya tafsir dirayah dinamakan pula tafsir bilma’qul/bilijtihad/bil-ra’yi.
Arra’yi berasal dari kata ra’yu yang menurut bahasa artinya akal,pemikiran, ijtihad.
Sedangkan tafsir birra’yi menurut istilah adalah tafsir yang di dalam menjelaskan
maknanya atau maksudnya, mufassir berpegang pada pemahamannya sendiri. Manna’ Al-
Qat}t}an, Maba>h}ith fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, 333. 39
Hermeneutik mempunyai banyak arti, diantaranya ‚seni intepretasi‛, lihat
Friedrich Schleiermacher, Hermeneutic and Criticism, translated and edited by Andrew
Bowie (Cambridge: Cambridge University, 1998), 5. Hermeneutik juga berarti ‚teori
interpretasi‛, lihat Paul Ricoeur, From Text to Action, translated by Kathleen Blamey
(New York: Continuum, 2008), 5. Hasan Ibnu Al-Munir mengutip pendapat Amin
Abdulah dalam pengantar buku ‚Hermeneutika Pembebasan‛, secara etimologis, istilah
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani Hermeneuein yang berarti menafsirkan atau
Hermenia yang berarti penafsiran. Istilah tersebut merujuk kepada seorang tokoh mitologis
Yunani yang disebut Hermes. Tugas Hermes dalam mitologis Yunani kuno adalah
penghubung dan penerjemah ajaran dewa kepada manusia. Merujuk berbagai dirkursus yang
berkembang dalam filsafat kontemporer, Hermeneutika pada umumnya dapat didefinisikan
sebagai disiplin yang berkenaan dengan ‚teori tentang penafsiran‛. Ia mencakup metode
penafsiran dan filsafat penafsiran sekaligus. Lihat, Ilham B Saenong , Hermeneutika Pembebasan, ( Jakarta: Teraju, 2002), 20.
40 Gordon Nickel, ‚Conquest and Controversy: Intertwined Themes in the Islamic
Interpretive Tradition,‛ Cultural Memory and Islam Vol. 58, Fasc. 2/3 (2011) , 232-258,
diakses dari http://www.jstor.org, 24-01-14, 16.30. 41
Hal ini mengingat perdebatan teologis yang muncul sebagai akibat dari
perselisihan dan pertengkaran politik antara Muslim di awal Islam setelah kematian
Muhammad. Tilman Nagel setuju dengan kecenderungan ini. Ia percaya bahwa ide-ide
teologis sering digambarkan terbaik dalam konteks historis mereka karena mereka akhirnya
menjadi bagian dari budaya yang ada. Lihat, Tilman Nagel, The History of Islamic Theology from Muhammad to the Present, trans. Thomas Thornton (Princeton: Markus
Wiener, 2000), 10.
8
membentuk teks. Asba>b al-nuzu>l hanyalah konteks sosial bagi teks.42
Sebab-sebab
ini dapat dicapai dari dalam maupun dari luar teks, baik dari strukturnya yang unik
atau kaitannya dengan bagian-bagian lain dari teks secara umum. Analisis teks dan
upaya menyingkapkan maknanya merupakan proses yang kompleks, yang harus
berjalan dalam gerak ulang-alik secara cepat antara dalam dan luar43
.
Akibat perbedaan pandangan para mufassir dalam memahami pentingnya
penggunaan asba>b al-nuzu>l, maka terjadi perbedaan penafsiran dalam memahami
suatu ayat Al-Qur'an. Hal ini dapat kita lihat dalam Tafsir al-Mis}ba>h, di antaranya
Q.S. Al-Ah}za>b: 59,
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya44
ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Muhammad Qurais Shihab berpendapat bahwa ayat mengenai jilbab
tersebut tidak bersifat perintah tapi hanya sekedar anjuran saja. Jika di lihat asba>b al-nuzu>l ayat di atas, pada dasarnya masyarakat Arab pada waktu itu sudah
memakai kerudung tapi pemakaiannya belum sempurna. Maka dari itu Allah
memerintahkan mereka supaya menyempurnakan pemakaiannya yaitu hingga
menutup dada. Hal ini juga sebagai identitas agar wanita muslimah lebih dikenal
dan tidak diganggu. Sedangkan untuk masyarakat non Arab tidak wajib
mengenakan jilbab karena tidak sesuai dengan budaya setempat. Jika hal ini
dipaksakan akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemakainya.45
Muhammad
Qurais Shihab memahami bahwa ayat-ayat al-Qur’an ada yang bersifat
mutaghaiyyira>t, yakni sewaktu-waktu bisa berubah maknanya sesuai dengan
zaman dan kondisi daerah tertentu, sehingga dengannya al-Qur’an bisa
bermanfaat di mana saja dan kapan saja, sehingga beliau mengaplikasikan asba>b al-nuzu>l pun juga beragam. Hal ini berdampak pada penafsiran beliau yang
fleksibel yang mudah diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, namun
di sisi lain ada sebagian kecil yang justru menuduh beliau sesat karena hal ini.
42
‘Aishah ‘Abd Rah}ma>n (Bintu Sha>ti’), Tafsi> al-Baya>n Li Al-Qur’a>n al-Kari>m, (Cairo: al-Sala>m, 1985), Jil I, II.
43 Nasr Hamid abu Zaid, Mafhu>m an-Nas}s} Dira>sah Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n,
terj.Khoiron Nahdliyyin, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2005), Cet. IV, 134. 44
Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka
dan dada. 45
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}ba>h, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’a>n, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 10, 429.
9
Berbeda dengan Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> yang menafsirkan ayat di atas
dengan menggunakan asba>b al-nuzu>l. Ayat tersebut justru memerintahkan wanita
muslimah untuk menutup aurat dengan sempurna. Hal ini ditujukan agar mereka
tidak diganggu dan terjaga kehormatan mereka. Asba>b al-nuzu>l ayat ini adalah
dahulu wanita muslimah berpakaian seperti wanita non muslim. Bagian dada dan
kepala masih terbuka sehingga apabila mereka keluar rumah dan melewati
sekelompok orang diganggu/diejek karena tidak ada bedanya pakaian wanita
merdeka ataupun budak, wanita muslimah ataupun non muslim. Maka ayat ini
turun berisi perintah kepada wanita muslimah agar menutup aurat dengan baik.46
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa aplikasi asba>b al-nuzu>l yang beragam berdampak terhadap penafsiran al-Qur’an dan fleksibilitas
penafsiran yang dilakukan mufassir terhadap suatu ayat. Hal ini dapat dilihat
pada penafsiran Muhammad Quraish Shihab ketika menafsirkan Q.S. Al-Ah}za>b:
59. Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> adalah mufassir dan intelektual Timur Tengah
yang mempunyai banyak karya yang konsisten dalam mengaplikasikan asba>b al-nuzu>l pada tafsirnya yaitu S}afwah al-Tafa>si>r. Sedangkan Muh}ammad Quraish
Shihab juga seorang mufassir dan intelektual Indonesia yang mempunyai banyak
karya yang sampai sekarang masih banyak diminati umat Muslim. Beliau terkesan
konsisten dan fleksibel dalam mengaplikasikan asba>b al-nuzu>l pada tafsirnya,
yaitu Tafsir al-Mis}ba>h, namun hal itu justru menimbulkan fitnah pada sebagian
masyarakat. Beliau dituduh sesat47
karena hal ini. Penulis ingin menjelaskan
kepada masyarakat luas bahwa Muhammad Quraish Shihab tidak sesat, dan
mempunyai banyak karya yang bisa dijadikan rujukan dalam memahami Islam
dengan baik. Mengingat belum ada penelitian yang secara khusus menelaah
pemikiran mereka mengenai asba>b al-nuzu>l, oleh karena itu penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul, " Aplikasi Asba>b Al-Nuzu>l Dalam Perspektif Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab.
46
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r Kairo: Da>r al-S}a>bu>ny, 1980, Jilid
II, 516-517; Muhammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n , jilid 2 35-42. Lihat juga, Ibnu Kathir II/901-902
47 Al-Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi menulis artikel yang
berjudul ‚ Ilmiyyah Atas Pemikiran Dr. Quraish Shihab‛. Dia menulis dalam artikel ini
bahwa Muh}ammad Quraish Shihab mempunyai pemikiran menyimpang yang perlu
diluruskan. Contoh: memiliki pemikiran liberal, penganut syiah, mempunyai pemikiran
wahdatul wujud, dan lain-lain. http://abiubaidah.com/wp-content/uploads/2016/04/kritik-
ilmiah-pemikiran-quraish-shihab-bagian-pertama. (Baca Kau Syiah kan Ulama Sunni, Kau
Sunni kan Ulama Wahabi). (Baca Jangan Suntikkan Racun ‚JONRU‛ Wahabi Ke Islam
Nusantaraku). Baca juga: Wahabi Semakin Berani, Menjawab Tuduhan Jonru Wahabi Atas
Qurais Shihab, http://www.salafynews.com/wahabi-semakin-berani-menjawab-tuduhan-
jonru-wahabi-atas-qurais-shihab.html.
10
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian ini. Para mufassir yang menggunakan pendekatan bi al-Ma’thu>r sangat berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Mereka
selalu memperhatikan asba>b al-nuzu>l (sebab turunnya ayat) jika memang hal itu
ada. Mereka sangat berhati-hati dalam memahami asba>b al-nuzu>l Al-Qur'an,
yaitu berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang
menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya sehingga menghasilkan
pemahaman terhadap penafsiran Al-Qur'an secara benar. Sedangkan mufassir
kontemporer yang menggunakan pendekatan bi al-Ra’yi yang diangkat dalam
kasus di atas tidak/kurang memperhatikan asba>b al-nuzu>l ayat, mereka hanya
memahami dari konteks sosial budaya, padahal ayat tersebut ada asba>b al-nuzu>lnya sehingga penafsiran yang dihasilkan justru bertentangan dengan
maksud ayat itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan.
Masalah-masalah tersebut adalah :
a. Bagaimana implikasi penerapan asba<b al-nuzu<l dalam pemahaman, dan
pengambilan hukum al-qur’an, khususnya dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan
Tafsir al-Mis}ba>h. b. Bagaimana implikasi pengabaian aplikasi asba<b al-nuzu<l dalam penafsiran
al-qur’an.
c. Bagaimana implikasi perbedaan prinsip-prinsip aplikasi asba>b al-Nuzu>l perspektif Muhammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab.
d. Bagaimana pandangan mufassir kontemporer tentang asba>b al-Nuzu>l. e. Apa penyebab penerapan asba>b al-nuzu>l yang beragam dan apa dampaknya
dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h. f. Bagaimana pandangan Muhammad Quraish Shihab mengenai ayat-ayat al-
Qur’an yang thawa>bit dan yang mutaghaiyyira>t. g. Bagaimana pandangan Muhammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni mengenai ayat-ayat al-
Qur’an yang thawa>bit dan yang mutaghaiyyira>t.
2. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka masalah pokok dalam disertasi ini
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penerapan asba>b al-nuzu>l dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h?
Perumusan masalah di atas dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana implikasi penerapan asba>b al-nuzu>l terhadap pemahaman dan
pengambilan hukum al-Qur’an dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-
Mis}ba>h? 2. Bagaimana keragaman penerapan asba>b al-nuzu>l dan bagaimana dampaknya
dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h? 3. Bagaimana dampak pengabaian asba>b al-nuzu>l dalam penafsiran al-Qur’an.
11
3. Pembatasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas maka penulis membatasi permasalahan
hanya pada beberapa hal, yaitu :
1. Ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l yang terkait dengan
pemahaman dan pengambilan hukum al-Qur’an dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h.
2. Ayat-ayat yang terdapat keragaman penerapan asba>b al-nuzu>l dan apa
dampaknya mengenai ayat-ayat hijab dan niqab, jihad, serta tabarruj dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h.
3. Dampak pengabaian asba>b al-nuzu>l terkait ayat-ayat jender, nikah beda
agama, pluralisme, dan nikah mut’ah dalam penafsiran al-Qur’an.
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dinyatakan di atas maka
tujuan bahasan penelitian ini hendak menjawab masalah tersebut yang dapat
dirumuskan sebagai tujuan utama yaitu: Untuk memperoleh data dalam rangka
mengetahui implikasi aplikasi asba>b al-nuzu>l dalam S}afwah al-Tafa>si>r. Juga dalam
rangka mengetahui implikasi aplikasi asba>b al-nuzu>l yang fleksibel dalam ‛Tafsir
al-Mis}ba>h‛. Tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan implikasi penerapan asba>b al-nuzu>l terhadap pemahaman
dan pengambilan hukum al-Qur’an dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-
Mis}ba>h. b. Untuk menjelaskan implikasi keragaman penerapan asba>b al-nuzu>l dan apa
dampaknya dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h.
c. Untuk menjelaskan dampak pengabaian asba>b al-nuzu>l dalam penafsiran al-
Qur’an.
Penelitian dalam bentuk disertasi ini digunakan untuk persyaratan penyelesaian
studi program Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini untuk memberikan informasi tentang aplikasi
asba>b al-nuzu>l dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h, serta implikasinya
terhadap pemahaman dan pengambilan hukum al-Qur’an. Dari penelitian ini dapat
mendorong para pengkaji tafsir untuk menemukan serta mengkaji prinsip-prinsip
asba>b al-nuzu>l pada kitab-kitab tafsir klasik dan kontemporer. Semakin banyak
kitab tafsir yang diteliti akan memperkaya pengetahuan prinsip-prinsip asba>b al-nuzu>l dalam kehidupan nyata. Dengan demikian Al-Quran menjadi hidup dan
menghasilkan penafsiran yang benar sesuai dengan tuntutan zaman, tanpa
mengabaikan kaidah penafsiran, dinamis tidak harus terkungkung oleh suatu
12
zaman pandangan tertentu. Selain itu, disertasi ini juga berguna untuk memberikan
informasi dan pemahaman kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat
Indonesia, bahwa dalam tafsir al-Mis}ba>h terdapat keragaman penerapan asba>b al-nuzu>l sehingga terdapat beberapa ayat yang berbeda penafsirannya dengan
mufassir pada umumnya. Dengan demikian menurut pengamatan penulis
penafsiran Muh}ammad Quraish Shihab tidak sesat. Selama ini ada beberapa
kelompok masyarakat yang menilai bahwa Muh}ammad Quraish Shihab
mempunyai pemikiran yang menyimpang. Dengan disertasi ini masyarakat dapat
memahami bahwa Muh}ammad Quraish Shihab tidak sesat. Hal ini berarti dapat
mencegah perpecahan dalam masyarakat Indonesia, khususnya ummat Islam dapat
menjalin toleransi antar golongan dalam Islam. Dengan demikian karya-karyanya,
juga Tafsir al-Mis}ba>h layak untuk dijadikan rujukan dalam memahami al-Qur’an.
E. Kajian Terdahulu Yang Relevan
Berikut ini adalah para pakar Al-Qur’ān yang telah melakukan penelitian
tentang asba>b al-nuzu>l, diantaranya:
Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad An-Nahwi Al-Wa>hidi>), Asba>b al-nuzu>l, berisi tentang pentingnya memahami ayat-ayat Al-Qur’ān dengan asba>b al-nuzu>l karena ayat-ayat Al-Qur’ān turun tidak terlepas dengan kondisi sosial masyarakat
pada waktu itu. Buku ini disertai dengan kutipan ayat-ayat Al-Qur’ān yang
mempunyai asba>b al-nuzu>l serta hadi>th-hadi>th yang terkait dengan asba>b al-nuzu>l serta mengkritik ulama sezamannya yang ceroboh dalam riwayat-riwayat asba>b al-nuzu>l. Al-Wa>hidi mengecam ulama yang tidak teliti dalam menulis riwayat-
riwayat asba>b al-nuzu>l. Namun buku ini hanya mengutip ayat-ayat Al-Qur’ān yang
ada asba>b al-nuzu>lnya saja tanpa menguraikan tafsirnya. Buku ini juga tidak
menguraikan variasi aplikasi asba>b al-nuzu>l.
Abd Al-Hamid Madkour, ‚al-I>ma>n bi al-Qadr fi> al-Qur’a>n al-kari>m‛
berpendapat bahwa termasuk hal yang penting dalam asba>b al–Nuzu>l adalah
mengetahui asba>b wuru>d al-hadits. Keadaan di balik setiap teks-teks agama
lainnya juga perlu dipertimbangkan. Hal ini diharapkan dengan pendekatan
semacam itu akan membuat jelas bagi pembaca bahwa konsensus dari teks-teks
Islam tidak mendukung pemaksaan penafsiran.48
Namun penelitian ini hanya
membahas asba>b al-nuzu>l yang terkait tentang ‚Iman kepada Qad}a dan Qadar‛
saja. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk menulis tentang asba>b al-nuzu>l yang lebih luas, yaitu implikasi dan variasi aplikasi asba>b al-nuzu>l perspektif
Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab.
48
Abd Al-Hamid Madkour. ‚al-I>ma>n bi al-Qadr fi> al-Qur’a>n al-kari>m,‛ Journal of Qur'anic Studies, Vol. 5, No. 1 (2003): 160-133. Published by: Edinburgh University Press
on behalf of the Centre for Islamic Studies at SOASStable URL:
http://www.jstor.org/stable/25728102 .(accessed: 25/04/2014 02:29).
13
Ah}mad al-Shah}h}āt Haykal, ‚Dhikr' in Hebrew Translations of the Qur'an‛,
berpendapat bahwa asba>b al-Nuzu>l mempunyai peranan yang penting dalam
menerjemahkan, menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara kontekstual. Asba>b al-Nuzu>l membantu mufassir dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an secara obyektif.
Selain itu juga asba>b al-Nuzu>l berfungsi dalam pengambilan hukum/ hikmah dari
ayat-ayat tersebut.49
Namun penelitian ini hanya membahas asba>b al-nuzu>l yang
terkait tentang kajian tekstual dan kontekstual saja. Oleh karena itu penulis merasa
perlu untuk menulis tentang asba>b al-nuzu>l yang lebih luas, yaitu implikasi dan
variasi aplikasi asba>b al-nuzu>l perspektif Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan
Muh}ammad Quraish Shihab.
Nasr Hamid Abu-Zeid, ‚Women's Question Between the Hammer of
Modernity and the Anvil of Traditions: A Study in the History of Texts,‛ artikel
membahas ide-ide dari para pemikir Muslim yang menyerukan partisipasi
perempuan dengan laki-laki dalam domain praktik keagamaan dan kerja sosial dan
politik , dan yang menekankan hak-hak perempuan dalam Islam . Selain itu, artikel
ini merupakan panggilan untuk menggunakan bacaan kontekstual yang muncul dari
metodologi " prinsip-prinsip hukum " di satu sisi, dan, di sisi lain , yang dapat
berinteraksi dengan upaya pemikir terkemuka ( Muhammad ' Abduh dan Amin al-
Khuli ) dari kebangkitan Islam dalam rangka konsolidasi status wanita. Penelitian
ini mengandalkan ilmu ' asbab al- nuzul , sambil membedakan antara arti dan
makna . Sangat penting bahwa signifikansi berasal dari makna dan terkait erat
dengan itu, seperti sebab dan akibat yang terhubung. Artikel ini memperhitungkan
urutan wahyu , konteks naratif , dan struktur linguistik . Hal ini juga membedakan
antara polemik dan register deskriptif dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan
perempuan. Penelitian ini menekankan kesetaraan antara pria dan wanita dalam
Islam. Penggambaran hal ini dengan mengacu pada konsep pernikahan , perceraian
, warisan, dan kerudung. Artikel ini menggunakan pendekatan tekstual dan
kontekstual untuk Al-Quran dan sunah yang memungkinkan pemahaman yang
lebih dalam mengenai pertanyaan wanita dalam Quran dan sunnah.50
Gordon Nickel, ‚Conquest and Controversy: Intertwined Themes in the
Islamic Interpretive Tradition‛, menyatakan bahwa sejarah Islam dan Nabi
Muhammad melakukan unsur pemaksaan terhadap ketidakbenaran yesus. Hal ini
dapat dipahami dalam tradisi penafsiran Islam. Ia juga berpendapat bahwa asba>b al-nuzu>l merupakan buatan/rekayasa Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
51
Gabriel Said Reynolds, ‚Le problème de la chronologie du Coran‛,
menyatakan bahwa Al-Qu’ran tidak hanya dapat dipahami dengan benar
49
Ah}mad al-Shah}h}āt Haykal, ‚Dhikr' in Hebrew Translations of the Qur'an,‛
Journal of Qur'anic Studies, Vol. 12, (2010), 281-223, jstor.23-01-14, 16.20. 50
Nasr Hamid Abu-Zeid, ‚Women's Question Between the Hammer of Modernity
and the Anvil of Traditions: A Study in the History of Texts,‛ Alif: Journal of Comparative Poetics, No. 19, Gender and Knowledge: Contribution of Gender Perspectives to
Intellectual Formations (1999), 29-65, jstor.27-01-2014, 16.18. 51
Gordon, Nickel, ‚Conquest and Controversy: Intertwined Themes in the Islamic
Interpretive Tradition,‛ Cultural Memory and Islam Vol. 58, Fasc. 2/3, (2011) : 232-258,
jstor.24-01-14, 16. 30.
14
berdasarkan urutan surat dan biografi tradisional Nabi Muhammad. Bagian
pertama dari studi ini membahas latar belakang asumsi ini, dimulai dengan tradisi
Islam dan penerimaannya di abad XlX oleh Gustav Weil dan Theodor Nöldeke .
Bagian kedua Melibatkan review pertahanan dari ide yang lebih baru dari
kronologi Al-Qur’an . Bagian ketiga menggambarkan masalah ide ini dengan cara
melakukan perbandingan dengan Mazmur .52
Ayesha S. Chaudhry, "I Wanted One Thing And God Wanted Another...":
The Dilemma of the Prophetic Example and the Qur'anic Injunction on Wife-
Beating,‛ merupakan survei kritis yang berkaitan dengan hak istimewa suami
dalam mendisiplinkan istri secara fisik. Muhammad mengecam suami yang
memukul istri mereka. Namun, secara keseluruhan adalah mustahil untuk
mengabaikan hal ini. Muhammad juga secara sepihak diperintahkan untuk
menegakkan disiplin secara fisik yang merupakan hak suami dalam perkawinan 53
.
Hal ini terjadi karena dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an tanpa menggunakan
asba>b al-nuzu>l. Wajidi Sayadi menulis disertasi yang berjudul‛Telaah Kritis atas Riwayat
Asba>b al-Nuzul dalam Tafsir al-Maraghi>‛ merupakan studi asba>b al-nuzu>l dengan
analisis ilmu kritik hadis. Dia mengemukakan bahwa ia telah meneliti seratus
riwayat yang tidak jelas sumber dan periwayat yang meriwayatkannya. Dari segi
sumber dan periwayat yang meriwayatkan asba>b al-nuzu>l itu ternyata ditemukan
bahwa Maraghi> asba>b al-nuzu>l tersebut diriwayatkan Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi, dan lain-lain. Selain diriwayatkan oleh para mukharrij dalam kitab-kitab
hadis, riwayat asba>b al-nuzu>l tersebut juga disebutkan dalam kitab-kitab
sirah(sejarah), tafsir al-Qur’an, dan kitab-kitab koleksi asba>b al-nuzu>l. Menyimak literatur-literatur dan tulisan di atas nampak bagi kita bahwa
kebanyakan pembahasannya mengenai asba>b al-nuzu>l secara bi al-ma’thu>r, ataupun bi al-ra’yi saja. Sedangkan yang membahas tentang penggabungan pemikiran
keduanya, menggunakan asba>b al-nuzu>l versi bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi secara
bersamaan belum ada. Karena itu penulis ingin menambahkan kajian di atas dan
membahas secara terperinci dengan judul ‚Penerapan Asba>b Al-Nuzu>l Dalam
Perspektif Muhammad ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab.
F. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian disertasi ini adalah S}afwah al-Tafa>si>r, dan Tafsir al-
Mis}ba>h. Juga karya-karya M. ’Ali> al-S}a>bu>ni>, di antaranya: Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n,al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, dan Qabas
52
Gabriel Said Reynolds, ‛Le problème de la chronologie du Coran,‛ Arabica, T.
58, Fasc. 6 (2011), 477-502, jstor.24-01-14, 16.30. 53
Ayesha, S. Chaudhry, "I Wanted One Thing And God Wanted Another...": The
Dilemma of the Prophetic Example and the Qur'anic Injunction on Wife-Beating,‛ The Journal of Religious Ethics.Vol. 39, No. 3 (September 2011), 416-439, jstor. 27-01-2014,
16.20.
15
min Nu>r Al-Qur’an. Selain itu juga karya-karya Muh}ammad Quraish Shihab, di
antaranya: Membumikan al-Qur'an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, Mukjizat al-Qur'an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an.
2. Sumber Data
Sumber data primer disertasi ini adalah S}afwah al-Tafa>si>r, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsīr A>ya>t al-Ah}kām min al-Qur’a>n, al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Tafsir al-Mis}ba>h, Membumikan al-Qur'an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, Mukjizat al-Qur'an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Sejarah dan 'Ulum al-Qur'an, Fatwa-fatwa Seputar al-Qur'an dan Hadis. Sumber data skunder/pendukung diperoleh dari hasil observasi dari
berbagai buku klasik dan modern. Di antaranya adalah Humu>m al-Fikr wa al-Wat}ani>, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’a>n, al-Baya>n fi> Maba>h}ith min ‘Ulu>m Al-Qur’a>n dan kitab-kitab tafsīr seperti tafsīr Ibnu Katsīr, At-Thabari, Al-Marāghy, Al-Qurthubī, Al-Jashshash, Al-Kabīr/Al-Rāzi, Al-Manār, Jāmi’ Al-Ahkām Al-Qur’ān, Al-Munīr, Fī Zhilāl Al-Qur’ān, Al-Mīzān, Al-Mishbāh, Al-Tahrīr wa Tanwīr, dan The Meaning of The Holy Qur’an. Juga kitab-kitab
syarah hadits, seperti Fathul Bāry’ ( Syarah Shahīh al-Bukhāry ), Syarah Shahīh Muslim, dan Syarah-Syarah Masānid.
Selain itu juga artikel ilmiah, jurnal internasional yang terkait dengan
asba>b al-nuzu>l akan dijadikan referensi dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Data-
data yang diperoleh semuanya berdasarkan kepada bahan bacaan yaitu dengan
mengungkap penafsiran ayat-ayat dan artikel yang berkenaan dengan asba>b al-nuzu>l. Bentuk penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, data-data dianalisis
dan diinterpretasikan.
Penelitian ini, menggali pemikiran mufassir bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi khususnya pemikiran ’Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab yang
berkenaan dengan asba>b al-nuzu>l. Pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi. Hal yang akan dilakukan; identifikasi ayat-ayat, artikel, buku,
jurnal yang terkait dengan asba>b al-nuzu>l. Dalam hal pengumpulan data ini
peneliti menggunakan metode maud}u>’i (tematik). Kemudian diteruskan dengan
melacak penafsiran mufassir bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi yang berkenaan
dengan asba>b al-nuzu>l. Metode tafsir yang digunakan untuk mengkaji ayat-ayat tersebut adalah
metode muqaran dan metode tahlili (analisis ayat). Menganalisis setiap hasil
penafsiran mufassir bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi secara rinci dan komprehensif
terkait dengan ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l.
16
4. Metodologi Analisis Data
Penelitian ini termasuk penelitian analisis tafsir. Penafsiran mufassir bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi yang terkait dengan ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l, dianalisis setelah dideskripsikan secara mentah apa adanya. Metode
analisis terhadap data-data tersebut merupakan kualitatif karena dalam
penelitian ini lebih mengedepankan interpretasi peneliti tentang data-data yang
diperoleh. Dalam melakukan analisis data, peneliti akan mengkaji data-data
tersebut dengan serta merta mengolah data dengan karya-karya mufassir bi al-ma’thu>r dan bi al-ra’yi yang terkait dengan ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l.
Kajian pokok disertasi ini membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang
mempunyai asba>b al-nuzu>l yang terkait dengan pemahaman dan pengambilan
hukum al-Qur’an dalam S}afwah al-Tafa>si>r dan Tafsir al-Mis}ba>h. Metodologi
tafsir yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada disiplin ilmu
tersebut yaitu pendekatan teks, sosio historis, dan interdisipliner. Pendekatan
teks dan interdisipliner dipakai sebagai pintu masuk untuk melakukan
penelitian tafsir.
G.Sistematika Pembahasan
Bahasan penelitian ini disusun dalam tujuh bab terdiri dari bagian yang tak
terpisahkan dan saling terkait. Sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, meliputi uraian tentang latar belakang masalah
penelitian, ruang lingkup penelitian mencakup di dalamnya berbagai masalah
penelitian yang harus dibatasi dan dirumuskan menjadi rumusan masalah pokok.
Mengiringi permasalahan di atas, peneliti menjelaskan juga pada bab ini tentang
signifikansi penelitian dengan mengungkap dasar penafsiran mufassir bi al-Ma’thu>r dan bi al-Ra’yi dikembangkan untuk dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan
masyarakat. Selanjutnya kajian kepustakaan untuk menunjukkan distingsi dan
orisinalitas penelitian. Setelah itu disebutkan tujuan dan kegunaan penelitian,
sumber dan metode penelitian dan diakhiri dengan sub bab sistematika
pembahasan.
Bab kedua menjelaskan tentang pengantar tafsi>r bi al-Ma’thu>r, tafsi>r bi al-Ra’yi, asba>b al-nuzu>l, urgensi asba>b al-nuzu>l dalam memahami Al-Qur’an,
temporalitas asba>b al-nuzu>l, serta validitas asba>b al-nuzu>l. Bab ini ditulis untuk
menjelaskan kerangka teori yang akan dijadikan acuan dalam menganalisis bab-bab
berikutnya.
Bab ketiga menjelaskan biografi, latar pendidikan, karya-karya
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab. Hal ini perlu
dijelaskan agar dapat memahami pemikiran mereka secara baik. Pemikiran seorang
mufassir tidak terlepas dari biografi dan latar belakang pendidikannya.
Bab keempat berisi tentang implikasi penerapan asba>b al-nuzu>l dalam
pemahaman ayat-ayat al-Qur’an. Dalam bab ini dijelaskan juga mengenai
17
pandangan M. ‘Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad Quraish Shihab tentang ayat-ayat
yang terkait dengan konsep asba>b al-nuzu>l. Bab ini ditulis untuk menjelaskan
implikasi aplikasi asba>b al-nuzu>l dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an.
Bab kelima ini merupakan kajian pokok dalam penelitian yaitu yakni
dengan menyajikan ayat-ayat yang mengandung hukum. Hal pokok yang
terkandung padanya menyangkut pandangan M. ‘Ali> al-S}a>bu>ni> dan Muh}ammad
Quraish Shihab tentang penafsiran ayat-ayat hukum. Pada bab ini diungkap sejauh
mana pendekatan teks, dan penerapan asba>b al-nuzu>l. Dari sini juga dapat
diketahui implikasi aplikasi asba>b al-nuzu>l dalam pengambilan hukum-hukum al-
Qur’an.
Bab keenam ini juga merupakan kajian pokok dalam penelitian yaitu
menyajikan penafsiran kontemporer yang mengabaikan aplikasi asba>b al-nuzu>l dalam memahami al-Qur’an. Di antaranya tafsir mengenai isu-isu hijab, nikah beda
agama, pluralisme, nikah mut’ah, qis}as, dan abrogasi agama-agama. Bab ini ditulis
untuk memperjelas implikasi pengabaian aplikasi asba>b al-nuzu>l dalam memahami
al-Qur’an.
Bab ketujuh merupakan kesimpulan yang menyajikan hasil atau jawaban
dalam pertanyaan ini. Dalam bab ini peneliti juga mengemukakan beberapa saran
serta kontribusi penelitian.
18