LAPORAN PENELITIAN
POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DESA MEJAYAN KAPUBATEN
MADIUN
OLEH:
VIVI SULISTIYANA 071013052
NITA TRI ASTUTIK 071013066
ANIS MARYUNI ARDI 071013002
REVOL AFKAR 071013003
DIO RAMADAN N. 071013005
HENDRO FADLI SARI 071013008
INDAH NUR LAELI 071013011
CINTATYA CINDY B. 071013021
M. SYAH RIZAL 071013051
ARKIAL YOSWIARTO 071013054
CHANDRA DWI H.N. 071013071
M. BUDI SANTOSA 071013085
DANU RAMDHANA 071013089
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1
2
ABSTRAK
Desa Mejayan, Madiun, Jawa tengah merupakan wujud transisi desa
tradisional menjadi desa modern. Begitu pula jika dikaitkan dengan fenomena
politik di desa tersebut. Pola hubungan Elite-Massa yang ditemukan di desa
tersebut terdapat dua jenis. Pertama merupakan Patron-Client Relationship yang
berkaitan dengan hubungan yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Patron-Client Relationship merupakan pola hubungan yang melibatkan kedua
belah pihak yang sama-sama saling cari keuntungan. Pola hubungan seperti ini
bersifat relatif, yaitu salah satu pihak dapat berkhianat dengan meninggalkan
pihak lainnya apabila salah satu pihak merasa dirugikan. Sebab seperti yang sudah
dijelaskan, dalam pola hubungan seperti ini memang mengutamakan hubungan
yang saling menguntungkan antara patron dan client. Client dapat mencari patron
yang lain apabila client tidak mendapatkan keuntungan melainkan kerugian.
Yang kedua adalah pola hubungan Traditional Authoritary Relationship dimana
hubungan ini bersifat ortodoks (kepatuhan) namun tidak didasarkan pada
rasionalitas. Traditional Authority Relationship didasarkan pada tradisi dan
budaya yang telah ada sejak dahulu sehingga memang harus dipertahankan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
deskriptif. Kami menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan tujuan
untuk menggali lebih luas dan mendalam mengenai pola hubungan elite-massa
dalam perpolitikan desa di Mejayan. Kemudian dalam penelitian ini kami
berusaha mendeskripsikan pola hubungan elite-massa dalam dua kategori yaitu
Patron-Client Relationship dan Traditional Authority Relationship.
Tujuan dari penelitian ini pada awalnya adalah menuntaskan tugas politik
di desa, selain itu kami mencoba untuk menganalisis dan menginterpretasikan
fenomena politik di desa. Setelah berhasil menginterpretasikan fenomena politik
di desa kami juga mencari pola hubungan elite-massa yang ada di Mejayan.
Kemudian mencari peran serta elite-massa dan pengaruhnya dalam membuat
keputusan di tingkat desa.
3
Di desa Mejayan terdapat dua pola hubungan Elite-Massa yang sebetulnya
sangat menarik sekali untuk diteliti. Namun yang paling banyak ditemukan adalah
Patron-Client Relationship karena modernitas mulai berkembang melalui
hubungan sosial masyarakat Mejayan, Sedangkan Traditional Authoritarity
Relationship lebih minoritas.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan tugas akhir
ini. Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini. Namun, atas bantuan dan dukungan
yang diberikan berbagai pihak, penulis mampu melewati hambatan dan kesulitan
tersebut. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tak lupa
penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Wisnu Pramutanto P., Drs., M.Si, selaku dosen pembimbing tugas
mata kuliah politik di desa penulis, atas bimbingan, pengarahan, saran, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan tugas
ini;
2. Bapak Fahrul Muzaqqi, SIP, selaku team dosen mata kuliah politik di desa
3. Ibu Titik Handayani, selaku kepala desa Mejayan yang telah menerima
dan membantu penulis mendapatkan data dan informasi untuk
menyelesaikan tugas politik di desa ini;
4. Ibu Sumiati selaku pemilik rumah yang ditempati oleh penulis dalam
menjalankan penelitian di desa Mejayan yang telah membantu penulis
mendapatkan informasi dan member kemudahan dalam hal hidup di desa
Mejayan;
5. Seluruh masyarakat desa Mejayan yang telah menerima dan membantu
penulis mendapatkan data dan informasi untuk menyelesaikan tugas
politik di desa.
6. Seluruh teman-teman prodi Ilmu Politik yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih
atas seluruh dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan pada penyusunan laporan
tugas politik di desa ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun
5
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak i Kata Pengantar ii Daftar isi iii Daftar Tabel Peta iv BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Kerangka Konsep 5 Metode Penelitian 12 BAB II Gambaran Umum Desa Sejarah Singkat Desa 16 Keadaan Dan Perkembangan Penduduk 18 Data Jumlah Penduduk dan Tahapan Miskin 18 Jumlah Keluarga 22 Agama 22 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 24 Keadaan dan Perkembangan Ekonomi Desa Mejayan 25 Usia Produktif 25 Kesejahteraan 26 Mata Pencaharian Penduduk 27 Keadaan dan Perkembangan Politik Desa Mejayan 31 Partisipasi Politik 31 Pemilihan Kepala Daerah 32 Pemilihan Umum 2009 33 Susunan Kepengurusan Badan Permusyawarhan Desa (BPD)
34
Struktur Pemerintahan Desa Mejayan 35 Peta Desa 36 BAB III Temuan dan Analisis Data Pola Hubungan Elite-Massa di Desa Mejayan 37 Pola Hub Patron-Client 37 Pola Hub Traditional Authority Relationship 46 Representasi Pola Hub Elite-Massa di dalam Pemerintahan Desa Mejayan
52
Pola Hub Elite-Massa dalam Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan Desa Mejayan
60
Program-program Kesejahteraan Masyarakat 60 Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan di Desa Mejayan
65
Pola Hub Elite-Massa dalam mempengaruhi Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan Desa
67
BAB IV Penutup Kesimpulan dan Saran 71 Daftar Pustaka 72 Lampiran 73
6
7
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 1.1 hal 17-18
Tabel 1.2 hal 21
Tabel 1.3 hal 21-22
Tabel 1.4 hal 23
Tabel 1.5 hal 24
Tabel 1.6 hal 25
Tabel 1.7 hal 26-27
Tabel 1.8 hal 29
Tabel 1.9 hal 30
Tabel 1.10 hal 31
Tabel 1.11 hal 32
Tabel 1.12 hal 33
Tabel 2.1 hal 38
Bagan 1.1 hal 52
Bagan 1.2 hal 67
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika politik di desa menghadirkan berbagai fenomena yang
diantaranya banyak mengarah pada hubungan elite-massa. Hubungan elite-massa
merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti, terlebih kaitannya dengan
pemerintahan desa. Sebab desa merupakan suatu unit pemerintahan terkecil yang
dinamika perpolitikannya masih bertalian erat dengan nilai-nilai dan norma-norma
kemasyarakatan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa hubungan elite-massa di
pedesaan jauh berbeda dengan yang ada di kota atau pusat. Desa dengan berbagai
modal sosial yang khas meliputi hubungan patron-client, sistem kekerabatan,
maupun ikatan keagamaan menyebabkan hubungan elite-massa di desa lebih
bervariasi.
Dari beberapa peritiwa yang kita temukan, variasi hubungan elite-massa di
desa dapat diklasifikasikan menjadi dua fenomena. Fenomena yang pertama
menggambarkan keadaan elite yang mendapatkan legitimasi dari masyarakat,
dikarenakan elite memiliki kualitas pribadi yang baik, dan dikuatkan dengan
adanya prestasi yang diukir dalam kepemimpinannya. Fenomena pertama ini
dapat diilustrasikan dengan berbagai peristiwa berikut: (1) Program Kepala Desa
Situ Udik yang menginstruksi warganya untuk mengumpulkan uang 100 rupiah
guna membangun ratusan Rutilahu, (2) Kepala Desa Mandiring Toraja yang di
percaya warganya guna melanjutkan jabatan Kepala Desa, dikarenakan dia
memiliki kapabilitas yang baik dalam memimpin warganya.
Sedangkan fenomena kedua, menggambarkan keadaan elite yang
mendapatkan legitimasi dari masyarakat dikarenakan adanya hubungan yang
saling menguntugkan antara elite dan massa. Fenomena kedua dapat diilustrasikan
dengan perisiwa berikut: (1) Kemenangan pasangan Suyoto-Setyo dalam Pilkada
Kabupaten Bojonegoro yang disebabkan oleh janji-janji mereka dalam
mengalokasikan dana anggaran yang diharapakan berpihak pada masyarakat (2)
9
Turut sertanya pemilik modal dalam proses pembuatan dan keputusan di
kabupaten Banyumas.
Berbagai peristiwa diatas menunjukkan keberagaman pola hubungan
antara elite dan massa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan keputusan di
desa. Pola hubungan yang pertama disebakan karena elite menggunakan kualitas
pribadinya guna mendapatkan legitimasi dari massa. Pola hubungan kedua
menunjukkan bahwa elite dan massa mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan.
Pertama, pola hubungan elite yang menggunakan kualitas pribadinya guna
mendapatkan legitimasi. Pola hubungan ini dapat dibuktikan dengan adanya
peristiwa yang dialami oleh kepala desa Cibubulang yang menginstruksikan
kepada warganya agar mengumpulkan uang 100 rupiah, guna membangun
ratusan unit rumah yang kurang layak huni atau biasa disebut dengan
rutilahu.1Dengan adanya progam tersebut, warga yakin bahwa kepala desa yang
terdahulu masih pantas untuk memimpin desa Cibubulang. Peristiwa yang
terangkum dalam fenomena tersebut juga terjadi kepada pemilihan kepala desa
yang terjadi di desa Mandiring, Toraja. Kepala desa di desa tersebut merupakan
pemeluk agama islam, dan islam merupakan agama yang minoritas di desa
tersebut. Jumlah umat Islam sekitar 10 persen. Mereka adalah penduduk asli
Toraja. Meski minoritas, namun mereka memiliki posisi yang cukup penting di
desa tersebut.Buktinya, kepala desanya (Kades), Ahmad Dahlan adalah seorang
Muslim. Bahkan, sudah beberapa periode ia dipercaya sebagai kepala desa.
Kepala desa tersebut pernah tidak mencalonkan diri tapi masyarakat memaksa.
Memang sejak kepemimpinan pria yang selalu menang telak dalam setiap
pemilihan ini, desa tersebut banyak mengalami kemajuan. Banyak jalan yang
dibuka. Bantuan-bantuanpun bisa sampai ke tangan warga tanpa disunat. Umat
Islam sendiri banyak merasakan kemudahan di bawah kepemimpinannya. Hal
tersebut tidak menjadi hambatan dalam periode kepemimpinannya.
1 http://www.kabarpublik.com/2012/05/kades-situ-udik-dengan-rp-100-mampu-membangun-120-
unit-rutilahu-rumah-tidak-layak-huni/ (diakses pada tanggal 26 April 2012)
10
Adanya kualitas pribadi dan program yang dijalankan tidak memihak
kelompok-kelompok masyarakat yang ada dalam desa tersebut. Program yang
berkualitas dan dianggap telah mengakomodir warganya, merupakan alasan untuk
terpilihnya lagi kepala desa tersebut. 2 Dari peristiwa tersebut keberadaan
pemimpin diakui karena kualitas dirinya untuk memimpin warganya, dengan
adanya pola hubungan ini menyebabkan warga yang dipimpin seringkali
mengganggap bahwa ketundukkan kepada pemimpin merupakan kewajiban.
Walaupun kepemimpinan tersebut tidak ada unsur paksaan dan otiter dalam
kepemimpinannya. Juga karena masyarakat percaya dan juga melihat kualitas
program yang dijalankan. Tanpa melihat apakah dasar dari kepemimpinan
tersebut. Walaupun dipimpin oleh minoritas tetapi tetap ada hubungan yang
terjalin. Hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai bersifat subyektif
sehingga tidak memerlukan rasionalitas, kepatuhan massa terhadap elite
merupakan keharusan bahkan tanpa imbalan.
Kedua, pola hubungan yang saling menguntungkan antara elite dan massa.
Pola hubungan ini dapat dibuktikan dengan adanya peristiwa kemenangan yang
diperoleh pasangan Suyoto-Setyo dalam Pilkada Kabupaten Bojonegoro yang
disebabkan oleh janji-janji mereka dalam mengalokasikan dana anggaran yang
diharapakan berpihak pada masyarakat. Pasangan ini mendapatkan kemenangan
dikarenakan adanya pemenuhan yang diperlukan oleh para pendukung atas
terpilihnya Suyoto-Setyo. Dalam kampanyenya mereka menyebutkan bahwa
pengalokasian anggaran seluruhnya untuk kepentingan mayarakat. Oleh sebab itu,
masyarakat tidak memiliki rasa enggan dalam memilih pasangan Sutoyo-Setyo.3
Peristiwa dalam bingkai fenomena kedua, juga terjadi di kabupaten Banyumas.
Dalam proses pembuatan dan keputusan di Kabupaten Banyumas, dijelaskan
bahwa pemerntah tidak sendiri menjalankannya. Dalam ranah tersebut dijelaskan
bahwa adanya campur tangan pemilik modal yang berupa tanah atau yang sering
2 Ahmad Rifa’i/Suara Hidayatullah APRIL 2008
3 Alisahab09-fisip.web.unair.ac.id (diunduh tanggal 14 mei 2012 pukul 07.10 wib)
11
disebut dengan bondo desa.4 Dari peristiwa tersebut dapat diketahui, pentingnya
pemenuhan kebutuhan oleh pemerintah kepada yang diperintah guna mendukung
fungsi kekuasaan si pemerintah.
Adanya fenomena yang beragam dalam konteks kekuasaan melalui
hubungan elite-massa di pedesaan, menjadi satu hal yang pantas untuk dikaji.
Dalam politik desa dengan struktur pemerintahan yang masih sederhana, dengan
mengedepankan nilai-nilai tradisional dan kekerabatan, hubungan elite massa
menciptakan dinamisasi yang signifikan bagi jalannya pemerintahan di desa.
Dengan adanya hubungan yang dialogal dan konstruktif antara elite dan massa
yang terimplementasi dalam fenomena-fenomena yang ditemukan.
Berangkat dari variasi fenomena diatas, kami mencoba mengorek
fenomena yang mungkin dapat kami temukan dalam penelitian ini sehingga dapat
memastikan fenomena apa yang terjadi di desa yang akan diteliti, tentunya dengan
pendekatan hubungan elite-massa. Dengan memperhatikan kekhasan dan corak
kharakteristik yang dimiliki oleh masing-masing desa, kami dapat mengetahui
bahwa hubungan elite-massa juga dipengaruhi oleh norma-norma dan nilai-nilai
yang dipegang oleh masyarakat tersebut selain dinamika politik kekinian.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola hubungan elite-massa yang ada di Desa Mejayan?
2. Apakah pola hubungan elite-massa terepresentasikan di dalam pemerintah
Desa Mejayan?
3. Bagaimana pola patron-client dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan di Desa Mejayan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pola hubungan elite-massa di desa
4 http://mega.subhanagung.net/?p=613
12
2. Mengetahui pola elite-massa yang terepresentasikan di dalam
pemerintahan desa
3. Mengetahui peran serta elite-massa dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan di tingkat desa.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peniliti dapat dijadikan sebagai salah satu bahan penelitian
hubungan elite-massa di desa
2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang
berminat melakukan penelitian di bidang pendekatan hubungan elite-
massa
3. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai media latihan untuk
mengaplikasikan kembali teori-teori yang pernah dipelajari selama
mengikuti perkuliahan.
1.5 Kerangka Konsep
A. Definisi Konsep
- Konsep Elite-Massa
Elite merupakan kelas yang memerintah, yang terdiri dari sedikit orang,
melaksanakan fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati
keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan dengan kekuasaan. Sedangkan
massa adalah kelas yang diperintah, yang berjumlah lebih banyak, diarahkan
dan dikendalikan oleh penguasa dengan cara-cara yang kurang lebih
berdasarkan hukum, semaunya dan paksaan.5 Pola hubungan antara elit dan
massa didistribusikan kekuasaan-kekuasaan di pedesaan dalam masyarakat
transisional diantaranya adalah Traditional Authority Relationship dan Patron-
Client Relationship.
- Konsep Patron-klien
5 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. (Jakarta:Grasindo 2010).hlm. 94
13
Patron merupakan pihak dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi
yang menggunakan pengaruh dan sumber daya untuk memberikan
perlindungan dan keuntungan kepada client. Client merupakan pihak yang
memiliki status lebih rendah dibandingkan dengan patron dan menerima
perlindungan dan/atau keuntungan dari patron yang pada gilirannya membalas
pemberian tersebut dengan dukungan dan bantuan, termasuk jasa pribadi
kepada patron. James Scott mendeteksi bahwa arus patron klien berkaitan
dengan kehidupan petani yaitu penghidupan subsistensi dasar meliputi
pemberian pekerjaantetap atau tanah untuk bercocok tanam, jaminan krisis
susbsistensi, patron menjamin dasar subsistensi bagi kliennya dengan
menyerap kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh permasalahan pertanian
(paceklik dan lain sebagainya) yang akan mengganggu kehidupan kliennya.
Perlindungan terhadap tekanan dari luar, makelar dan pengaruh. Patron selain
menggunakan kekuatannya untuk melindungi clientnya, ia juga menggunakan
kekuatannya untuk menarik keuntungan atau hadiah sebagai imabalan atas
perlindungannya.6
Patron-client merupakan pola hubungan yang saling menguntungkan
(dialogal). Client (yang dikuasai) mendukung sepenuhnya kemauan penguasa
apabila patron mampu memenuhi kebutuhan client. Apabila patron tidak dapat
memenuhi kebutuhan client maka client akan sangat mudah berpindah mencari
patron client lain. Sehingga hubungan patron-client cenderung opportunis.
Syarat-syarat terjadinya Patron-client menurut Keith R. Legg diantaranya
adalah; (1) penguasaan sumber daya yang timpang dan tidak dapat
diperbandingkan (non-comparable resources), (2) terjadinya hubungan yang
mempribadi, (3) pertukaran didasarkan pada mutual benefit dan reciprocity, (3)
terjadi masyarakat transisional yang sudah berinteraksi dengan dunia luar desa.
- Konsep Pemerintah Desa
Pemerintah Desa menurut Dra. Sumber Saparin dalam bukunya “Tata
Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa” menyatakan bahwa:
6 Safrudin Bustam layn. Dinamika Ikatan Patron klien: Suatu Tinjauan Sosiologis. (FISIP Unpatti: Populis 2008). hlm. 44
14
“Pemerintah Desa ialah merupakan simbol formal daripada kesatuan
masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang
kepala desa beserta para pembantunya (Prangkat Desa), mewakili masyarakat
desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang
bersangkutan”. 7 Pemerintah Desa mempunyai tugas membina kehidupan
masyarakat desa, membina perekonomian desa, memelihara ketentraman dan
ketertiban masyarakat desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa,
mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkannya sebagai peraturan
desa bersama dengan BPD. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Nomor 7
tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, pasal 1
nomor 7 yang dimaksud dengan Kepala Desa adalah pimpinan dari
Pemerintahan Desa. sedangkan menurut pasal 1 nomor 8 yang dimaksud
dengan Perangkat Desa adalah unsur staf yang melaksanakan teknis pelayanan
dan atau membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi
untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang
menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh
penduduk desa setempat. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat Desa terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa Lainnya. Salah satu perangkat desa
adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa
diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.8
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga
7 Sumber Saparin. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979) 8 id.wikipedia.org/wiki/desa (diakses pada tanggal 21 Mei 2012)
15
mempunyai tugas untuk mengayomi kepentingan masyarakatnya. Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak
diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
- Konsep Program Bantuan Sosial
Program Bantuan Sosial merupakan salah satu komponen Program
Jaminan Sosial yang menjadi bentuk pengejawantahan atau ekspresi tanggung
jawab pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang sangat peduli terhadap
kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar di aras akar rumput (grass root
level). Program ini merupakan implementasi Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh
Negara. Program Bantuan Sosial bersifat hibah atau kompensasi dengan
memanfaatkan sumber dana yang didapat dari individu, kelompok anggota
masyarakat dan atau pemerintah. Dengan perkembangan sosial ekonomi suatu
Negara, Program bantuan sosial yang semula hanya berbentuk hibah saja
berubah orientasinya menjadi program yang lebih memberikan manfaat
berkelanjutan melalui bantuan pemberdayaan dan atau stimulan agar sasaran
program bantuan bisa menjadi mandiri kecuali bagi sasaran program yang
memang sudah tidak potensial sama sekali seperti lanjut usia yang jompo,
miskin terlantar dan lain-lain.9
9 SDT Kebijakan Kependudukan 2011. www.Sudarto.staff.fisip.uns.ac.id;. (diakses pada tanggal
22 Mei 2012)
16
B. Pola Hubungan Elite – Massa
- Traditional Authority Relationship
Karl D. Jackson mendefinisikan kewibawaan tradisional sebagai
penggunaan kekuasaan personalitas yang dihimpun melalui peranan masa
lampau dan masa kini dari yang mempengaruhi sebagai penyedia, pelindung,
pendidik, sumber nilai-nilai dan status unggul dari mereka yang punya
hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Sekali telah mapan, tokoh
kewibawaan tradisional tak perlu mengancam, menawarkan imbalan benda
atau yang bersifat lambang, mencoba menganjurkan atau mengacu kepada
aturan yang mengatur peranan-peranan. Perintah-perintahnya diterima semata-
mata atas dasar siapa dia dan hubungan tertentu yang tersebar dan bersifat
pribadi, yang telah dipeliharanya dengan setiap pengikutnya. Tennyson
mengamati bahwa “kepatuhan adalah ketakziman yang patut diberikan kepada
raja-raja.” Dalam suasana kepatuhan yang hampir bertaklid itulah kewibawaan
tradisional menemukan dinamikanya. Sekali kewibawaan tradisional ada, satu-
satunya reaksi normal terhadap perintah adalah mengabulkan. 10 Dalam
kewibawaan tradisional, perilaku patut tidaklah didasarkan atas persetujuan
dengan pendirian ideologi si pemimpin. Para pengikut taat kepada pendirian si
pemimpin tanpa memandang liku-liku ideologi yang penuh pertentangan yang
mungkin diambilnya.11
Dalam kewibawaan tradisional ada penyebab-penyebab mengapa setiap
orang mempunyai penasihat-penasihat yang dipercayai pada setiap orang.
Penyebab pertama, karena penasihat tersebut adalah seorang bapak atau
sesepuh. Setiap orang mengira, bahwa inilah segala-galanya penjelasan yang di
kehendaki, merupakan hal yang wajar saja bahwa setiap orang mengunjungi
penasihat tersebut untuk menunjukkan penghormatan mereka dan memperoleh
kearifannya. Yang kedua, disebabkan karena kedudukan resmi yang jelas
merupaikan alasan penting untuk dimintai nasihat. Penyebab ketiga, karena
penasihat berpengetahuan nisbi unggul, entah pengetahuan tentang agama atau
10 Karl D. Jackson. Kewibawaan Tradisional, Islam, Dan Pemberontakan kasus darul Islam Jawa Barat. (Jakarta. Grafiti 1990). hlm 201. 11 Ibid. hlm 202.
17
pengetahuan tentang dunia di luar desa. Penyebab keempat, karena penasihat
sebatas teman sedesa.12
- Patron-Client Relationship
Menurut Keith R. Legg, hubungan yang tidak terjalin diantara dua pihak
tidak mungkin merupakan tautan tuan-hamba, namun tidak setiap bentuk
hubungan yang terdiri dari dua pihak merupakan hubungan tuan-hamba.
Hubungan tuan hamba timbul bila syarat-syarat berikut ini terpenuhi
diantaranya adalah; (1) hubungan di antara para pelaku atau perangkat para
pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, (2) hubungan yang
bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan sedikit banyak
mengandung kemesraan (affectivity), dan (3) hubungan yang berdsarkan asas
saling menguntungkan dan saling memberi dan menerima. 13 Lemarchand
menyatakan bahwa “Setiap tautan tuan-hamba selalu melekat hubungan timbal
balik antara perorangan (atau kelompok perorangan) dimana pengaruh
ditentukan oleh kemampuannya memberikan pelayanan, barang atau sesuatu
yang bernilai yang diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang lain itu pun
terimbas untuk membalas kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian, pelayanan,
barang atau sesuatu yang bernilai”.14
Asas yang menyatakan bahwa, hubungan-hubungan tuan hamba hanya
terjadi diantara para pelaku yang tidak sama, baik kekayaan maupun
kedudukannya, dengan kata lain, hubungan tersebut timpang, diterima tanpa
dipersoalkan lebih lanjut. Uraian mengenai motivasi terjadinya hubungan tuan-
hamba sering bertitik berat pada kebutuhan pihak hamba. Namun, urain-uraian
khusus, terutama mengenai tautan tuan hamba di bidang politik, menunjukkan
bahwa pihak tuanlah yang sering menjadi pemrakarsa. Pihak hamba, setelah
menikmati prestasi yang diberikan oleh pihak tuan, baru berkewajiban
membalasnya. Dalam tukar menukar itu, pihak hamba berkedudukan
12 Ibid. hlm 226-227. 13 Keith R. Legg. Tuan, Hamba, dan Politisi. (Jakarta.Sinar Harapan 1983). hlm 10. 14 Ibid. hlm 18.
18
sebagai ”lumbung nilai” tempat pihak tuan menyimpan kredit sosial yang dapat
diambil kembali diwaktu yang akan datang demi keuntungan dirinya.15
- Persamaan dan Perbedaan antara Kewibawaan Tradisional dan Patronase
Kewibawaan tradisional dan patronase (atau hubungan patron-klien) jelas-
jelas berbagi banyak kualitas. Untuk memulai dengan kesamaan-kesamaan,
kedua jenis hubungan ini merupakan hubungan vertikal, dwitunggal dan
asimetris. Patron atau tokoh kewibawaan tradisional yang berjaya adalah
seseorang yang memantapkan dirinya sebagai perantara yang mutlak
diperlukan antara sekelompok yang memiliki beraneka-ragam ketrampilan
yang salaing melengkapi. Baik para patron maupun para tokoh kewibawaan
tradisional berhubungan dengan para pengikut mereka melalui pertukaran yang
asimetris. Jadi si pengikut yang tertekan keras secara ekonomi akan
memperoleh nafkah dari si pemimpin, tetapi sebagai imbalan ia secara sukarela
memberikan tenaganya, hak suaranya, dan dalam beberapa kasus, bahkan
nyawanya sekalipun.16
Kualitas asimetris hal-hal yang akan dipertukarkan sampai batas tertentu
menjadi penyebab mengapa hubungan patron-klien dan kewibawaan
tradisional merupakan persatuan hal-halyang saling berlawanan, yang
mempersatukan “kaum berpunya” dengan “kaum tak berpunya”, kaum yang
berpengetahuan dengan kaum yang tak berpengetahuan dan si berkuasa dengan
si tak berdaya politik. Hubungan kewibawaan tradisional telah diberkati
dengan kualitas yang amat efektif. Sekali hubungan itu telah dimantapkan
dengan kokoh, maka si pengikut akan terikat untuk patuh tanpa memandang isi
keperluan keuangan permintaan si pemimpin yang segera. Sebaliknya, dalam
patronase neraca antara ikatan-ikatan afektif dan yang bersifat membantu
secara pasti miring kepada keuntungan yang belakangan.17
Hubungan patron klien dalam afiliasi partai di desa merupakan hasil
hubungan uang yang terus-terang. Dimana kaum tani miskin semata-mata
15 Ibid. hal 11. 16 Ibid. hal 204. 17 Ibid. hal 205-206
19
bergabung dengan partai yang menawarkan harga tertinggi untuk padi mereka.
Suatu dalil untuk memperkirakan bahwa afiliasi politik hanya tetap mantap
selama pasaran terus dikuasai oleh penawar yang sama. Sang patron hanya
mengendalikan klien selama patron yang lebih kaya tidak mencoba
mengajukan tawaran yang lebih tinggi ketimbang patron pertama. 18
Kewibawaan tradisional cenderung untuk diwariskan dari generasi ke generasi,
sedangkan patron dipilih terutama karena pencapaian-pencapaianya telah
menandainya sebagai seseorang kepada siapa orang yang ingin menempel.19
Jika seorang secara patut memanfaatkan martabatnya, memelihara
kedudukannya sebagai gudang pengetahuan khusus dan terlebih-lebih lagi
memenuhi etiket kedudukannya sebagai “bapak”, maka ia akan dipercaya dan
diikuti.20
1.6 Metode dan Prosedur Penelitian
I .6.1 Fokus Penelitian
Penelitian ini merupakan usaha memahami hubungan Elite-Massa
dalam konteks politik desa yang akan kita lakukan dalam penelitian ini.
Hubungan Patron Klien ini terbagi menjadi 2 terminologi konsep, yaitu
Traditional Authority Relationship dan Patront Client Relationship. Pada saat
yang sama, penelitian ini akan lebih luas daripada hanya tentang hubungan
elite Massa, namun merupakan representasi konsep tersebut dalam
penerapannya diranah pemerintahan desa. Kemudian peran serta elite dalam
pembuatan keputusan dan kebijakan di desa tersebut juga termasuk dalam
fokus penelitian kami.
1.6.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian hubungan elite – massa
ini adalah deskriptif – kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau
18 Ibid. hal 246. 19 Ibid. hal 208. 20 Ibid. hal 251.
20
berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek
penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri,
karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu.21 Dengan demikian format deskriptif kualitatif sangat tepat
untuk digunakan dalam meniliti hubungan elite – massa di desa Mejayan
kecamatan Mejayan Caruban.
1.6.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam meneliti hubungan Elite massa dalam
pemerintahan desa di Mejayan, kecamatan Mejayan, Kota Madiun Jawa
Timur adalah :
1. Elite desa Mejayan, secara politis dan birokrasi yaitu, kepala desa,
sesepuh desa, perangkat pemerintahan daerah (BPD) yang
memiliki pengaruh (influence). Sebagai subyek yang mewakili elite
desa juga akan melakukan wawancara secara Informal.
2. Sebagai informan yang mewakili massa, wawancara kita
menggunakan beberapa warga desa yang akan diwakili oleh
perwakilan dari setiap dusun yang representatif dan mengetahui
banyak tentang pengaruh hubungan elite desa tersebut. Demi
memperoleh validitas informasi.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi
dan wawancara mendalam. Observasi merupakan suatu metode yang
digunakan untuk membuat deskripsi kualitatif tentang perilaku atau kultur dari
kelompok tertentu, atau komunitas tertentu. Kami memilih menggunakan
metode observasi sebab metode ini memiliki beberapa keunggulan yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian kami, diantaranya adalah sebagai berikut; (1) arti
penting konteks dapat dikaji, (2) riset observasi dapat membantu kita
21 Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana 2007). Hlm. 68
21
memahami cara pembuatan keputusan, (3) membantu kita memahami proses
dan praktik, dan (4) berguna untuk menganalisis perilaku.22
Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan data-data sekunder yang telah ada sebagai sumber acuan
dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud diantaranya adalah meliputi data-
data kependudukan setempat, data-data partisipasi politik warga setempat
dalam pemilu, data-data kepemilikan sumber daya setempat, dan hal lain
sebagainya yang bisa didapat melalui lembaga serempat seperti Kantor Kepala
Desa maupun instansi-instansi terkait. Kemudian apabila data yang
dibutuhkan tidak tersedia, peneliti dapat menggunakan kuesioner sebagai alat
untuk memperoleh data sekunder yang akan dibagikan kepada pihak-pihak
terkait dan warga sekitar pada umumnya.
Pada proses untuk memperoleh data kualitatif, dilakukan wawancara
mendalam terhadap beberapa pihak yang dianggap menguasai masalah
penelitian ini. Wawancara merupakan cara/teknik pengumpulan data dengan
mengadakan wawancara langsung secara mendalam dengan pihak-pihak yang
terkait.23 Wawancara dipilih sebagai teknik pengumpulan data disini sebab
memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah wawancara dapat dijadikan
sebagai jembatan informasi apabila akses kepada dokumen sangat dibatasi,
selain itu kaitannya dengan pendekatan hubungan elite-massa yang akan kita
teliti dalam penelitian ini, wawancara sangat berguna dalam melengkapi
dokumen mengenai rekonstruksi peran tokoh, dan hubungannya dengan tokoh
lain.24
1.6.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan kajian sosiologis mikro dengan mengamati elite
dan massa lokal pada tipologi kawasan pedesaan. Data yang terkumpul
dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif berbeda dengan kuantitatif yang
22 Lisa Harrison. Metodologi Penelitian Politik.(Jakarta:Kencana 2007). hlm.93-94 23 Burhan Bungin, op.cit, hlm. 331 24 Lisa Harrison, op.cit, hlm. 108
22
dijelaskan oleh Aliran positivis, yang pada pengukuran amat menekankan
pada pengukuran konsep. Sedangkan analisis kualitatif sendiri beraliran
konstruktivis dan menggunakan metode wawancara yang amat berguna karena
dengan cara ini orang bisa bebas dan menyajikan pandangannya sesuai dengan
term mereka sendiri. 25 Kemudian untuk data kualitatif, digunakan metode
deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan verstehen untuk
menganalisa pola hubungan elite-massa di desa tersebut. Pendekatan
verstehen merupakan pendekatan yang menekankan pada makna dan
pemahaman dari dalam. Dalam melakukan verstehen, seorang peneliti harus
masuk dalam pikiran informan. Oleh karena itu, fenomenologi harus
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengamatan partisipan,
wawancara yang intensif agar mampu menyibak orientasi subyek atau dunia
kehidupannya.26
25 Ibid., hlm. 87 26 Basrowi, Muhammad. Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. (Surabaya: Kampusina 2004) . hlm. 59
23
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA
2.1 Sejarah Singkat Desa
Desa Mejayan merupakan bagian dari kerajaan Mataram. Asal muasal
wilayah ini bermula dari perkelanaan Raden Ngabei Prawiro Dipuro selaku anak
dari pejabat di kraton mataram yaitu, Raden Mangku Prawiro Dipuro. Babat alas
yang dilakukan sang Raden menuai hasil yang nyata, hal ini dibuktikan dengan
penduduk desa yang semakin ramai. Kearifan dan kebijaksanaan yang membuat
masyarakat menyegani keberadaan Raden Ngabei Prawiro Dipuro. Padang bulan
menjadi salah satu momen yang paling ditunggu oleh bocah-bocah di desa
tersebut. Permainan-permainan tradisional dimainkan untuk mengisi momentum
tersebut.
Di suatu saat ketika datang padang bulan, bocah-bocah yang bermain tiba-
tiba nggeblak. Warga desa pun bingung dengan keadaan tersebut.akhirnya salah
satu dari mereka melaporkan kejadian tersebut kepada sang Raden, dengan
sigapnya Raden segera melihat keadaan warganya. Raden Ngabei Prawiro Dipuro
merasa heran akan perihal tersebut, lantas ia segera memeriksa apa penyebabnya.
Dengan bantuan perot dan ayu akhirnya Raden Ngabei Prawiro Dipuro berhasil
menemukan penyebab peristiwa yang terjadi. Perot dan Ayu merupakan jin yang
senantiasa mengabdi kepada sang Raden. Perot dan Ayu pun segera melaporkan
asal muasal kejadian tersebut, ternyata peristiwa tersebut disebabkan oleh jin dan
dedemit. Raden marah besar ketika mengetahui hal tersebut, segera ia memerangi
sekumpulan jin tersebut. Peperangan tersebut membuahkan kemenangan Raden
Ngabei Prawiro Dipuro, dan kekalahan jin. Jin pun meminta maaf kepada sang
raden, tetapi sang Raden malah memberikan syarat bahwa para jin harus
memerangi bala tentaranya sendiri.
Akhirnya para jin menyanggupi syarat tersebut, dan pada akhirnya
masyarakat dapat menjalani aktifitas seperti biasa tanpa ada gangguan dari para
jin. Dari cerita itulah muncul kata mejayan yang berarti orang yang jaya, bagi
24
warga desa kejayaan di desa ini berasal dari pertarungan antara jin dan sang raden
yang dapat menyembuhkan penyakit warga desa yang disebabkan oleh para jin.
Kejayaan itupun berangsur-angsur datang dengan sumber daya alam melimpah
yang dihasilkan oleh sawah-sawah di desa tersebut. Tidak hanya sebuah nama
yang dihasilkan dari pertarungan tersebut, ritual dongkrek pun menjadi hasil cipta
karya dari sebuah cerita berdirinya desa ini.
Pada tahun 1867 ritual tersebut dilahirkan, dongkrek yang berarti Dongane
Kawulo Rakyat Liggalino Kasarasan atau dalam bahasa Indonesia berarti doa
seluruh masyarakat desa. Ritual ini merupakan ritual yang dijalankan setiap
malam satu suro, jumat pahing, dan jumat legi. Ritual ini ditujukan kepada para
leluhur desa yang senantiasa membantu Raden Prawiro Dipuro, seperti Mbah
Singo, Mbah Palang, ayahanda dari sang Raden yaitu Raden Mangku Dipuro.
Arak-arakan berkeliling desa dan bersih desa tak terkecuali punden-punden yang
dipercaya memiliki kekuatan ghaib juga turut menjadi sasaran ritual tahunan ini.
Banyak warga yang turut hadir mengikuti acara ritual yang dulunya dipimpin oleh
Kepala Desa Mejayan yaitu Mbah Dul, beliau dianggap warga sebagai salah satu
leluhur desa Mejayan bahkan seluruh warga Caruban sendiri. Saat ini ritual ini
sudah diturunkan kepada menantunya yaitu suami Ibu Sumiyati putri dari Mbah
Dulrahi
2. 2 Keadaan Dan Perkembangan Penduduk
DESA MEJAYAN
BULAN : FEBRUARI 2012
NO RT NAMA KK JUMLAH KK
JUMLAH
KELUARGA TAMBAH BERKURANG JUMLAH
TAHAPAN
MISKIN
P L L P L P L P JML HM M SM
1 1 Yunus 52 74 83 0 0 0 0 74 83 157 0 0 0
2 2 Parno 84 127 141 0 0 0 0 127 141 268 0 0 0
3 3 Suyono 64 86 94 0 0 0 0 86 94 180 0 0 0
4 4 Hariyanto 54 94 85 0 0 0 0 94 85 179 0 0 0
5 5 Purno Sugandi 89 131 143 0 0 0 0 131 143 274 0 0 0
6 6 Sukadi 55 73 88 0 0 0 0 73 88 161 0 0 0
7 7 R. Hartono 61 80 92 0 0 0 0 80 92 172 0 0 0
8 8 Wartadi 86 143 134 0 0 0 0 143 134 277 0 0 0
9 9 Hari Martanto 109 163 173 0 0 0 0 163 173 336 0 0 0
10 10 Soetomo 88 122 147 0 0 0 0 122 147 269 0 0 0
11 11 Jono 57 94 106 0 0 0 0 94 106 200 0 0 0
12 12 Bandriyo Hartuko 47 72 76 0 0 0 0 72 76 148 0 0 0
13 13 Sungkono 67 116 124 0 0 0 0 116 124 240 0 0 0
14 14 Suparman 51 89 88 0 0 0 0 89 88 177 0 0 0
15 15 Yuli 84 129 127 0 0 0 0 129 127 256 0 0 0
16 16 Sujono 98 167 134 0 0 0 0 167 134 301 0 0 0
25
26
17 17 Sasang 54 85 79 0 0 0 0 85 79 164 0 0 0
18 18 Wawan Pujiono 78 158 133 0 0 0 0 158 133 291 0 0 0
19 19 Joko P 124 227 206 0 0 0 0 227 206 433 0 0 0
20 20 Suparno, Spd 88 144 144 0 0 0 0 144 144 288 0 0 0
21 21 Mikun HS 77 132 116 0 0 0 0 132 116 248 0 0 0
JUMLAH 1567 2506 2513 0 0 0 0 2506 2513 5019 0 0 0
Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk dan Tahapan Miskin
Sumber: Data Sekretaris Desa Mejayan
27
Data diatas adalah data jumlah penduduk desa Mejayan, kecamatan
Mejayan, Kabupaten Madiun pada bulan Februari tahun 2012. Dimana ada enam
dusun di desa Mejayan yaitu dusun Sumber suko, dusun Gendoman, dusun
Mejayan, dusun Porong,dusun Kronggahan,dusun Sangrahan-Robahan. Dan ada
dua puluh satu RT di desa mejayan. Dusun SumberSuko terdiri dari RT 01, RT 02,
RT 03, RT 04. Dusun Gendoman terdiri dari RT 05, RT 06, RT 07. Dusun
Mejayan RT 08, RT 09, RT 10. Dusun Porong RT 11, RT 12, RT 13, RT 14.
Dusun Kronggahan RT 15, RT 16, RT 18. Dusun Robahan-Sanggrahan RT 19,
RT 20, RT 21. Pada RT 01 berjumlah Kepala Keluarga lima puluh dua, jumlah
warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah tujuh puluh empat kepala dan jumlah
warga perempuan berjumlah delapan puluh tiga kepala.
Pada RT 02 berjumlah Kepala Keluarga delapan puluh empat, jumlah
warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah seratus duapuluh tujuh kepala dan
jumlah warga perempuan berjumlah seratus empatpuluh satu. RT 03 berjumlah
Kepala Keluarga enampuluh empat, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini
berjumlah delapan puluh enam kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah
sembilanpuluh empat. RT 04 berjumlah Kepala Keluarga limapuluh empat,
jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah sembilan puluh empat kepala
dan jumlah warga perempuan berjumlah delapan puluh lima kepala. RT 05
berjumlah Kepala Keluarga delapan puluh sembilan, jumlah warga laki-lakinya
pada RT ini berjumlah seratus tigapuluh satu kepala dan jumlah warga perempuan
berjumlah seratus empatpuluh tiga kepala. RT 06 berjumlah Kepala Keluarga lima
puluh lima, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah tujuh puluh tiga
kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah delapan puluh delapan kepala.
RT 07 berjumlah Kepala Keluarga enam puluh satu, jumlah warga laki-
lakinya pada RT ini berjumlah delapan puluh kepala dan jumlah warga
perempuan berjumlah sembilan puluh dua kepala. RT 08 berjumlah Kepala
Keluarga delapan puluh enam, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah
seratus empatpuluh tiga kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah seratus
tigapuluh empat kepala. RT 09 berjumlah Kepala Keluarga seratus sembilan,
jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah seratus enampuluh tiga kepala
28
dan jumlah warga perempuan berjumlah seratus tujuhpuluh tiga kepala. RT 10
berjumlah Kepala Keluarga delapanpuluh delapan, jumlah warga laki-lakinya
pada RT ini berjumlah seratus duapuluh dua kepala dan jumlah warga perempuan
berjumlah seratus empat puluh tujuh kepala. RT 11 berjumlah Kepala Keluarga
lima puluh tujuh, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah sembilan
puluh empat kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah seratus enam kepala.
RT 12 berjumlah Kepala Keluarga empat puluh tujuh, jumlah warga laki-
lakinya pada RT ini berjumlah tujuh puluh dua kepala dan jumlah warga
perempuan berjumlah tujuh puluh enam kepala. RT 13 berjumlah Kepala
Keluarga enam puluh tujuh, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah
seratus enambelas kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah seratus
duapuluh empat kepala. RT 14 berjumlah Kepala Keluarga lima puluh satu,
jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah delapanpuluh sembilan kepala
dan jumlah warga perempuan berjumlah delapan puluh delapan kepala. RT 15
berjumlah Kepala Keluarga delapanpuluh empat, jumlah warga laki-lakinya pada
RT ini berjumlah seratus duapuluh sembilan kepala dan jumlah warga perempuan
berjumlah seratus tigapuluh empat kepala. RT 17 berjumlah Kepala Keluarga lima
puluh empat, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah delapan puluh
lima kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah tujuhpuluh sembilan kepala.
RT 18 berjumlah Kepala Keluarga tujuhpuluh delapan, jumlah warga laki-lakinya
pada RT ini berjumlah seratus limapuluh delapan kepala dan jumlah warga
perempuan berjumlah seratus tigapuluh tiga kepala.
RT 19 berjumlah Kepala Keluarga seratus duapuluh empat, jumlah warga
laki-lakinya pada RT ini berjumlah dua ratus duapuluh tujuh kepala dan jumlah
warga perempuan berjumlah dua ratus enam kepala. RT 20 berjumlah Kepala
Keluarga delapan puluh delapan, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini
berjumlah seratus empatpuluh empat kepala dan jumlah warga perempuan
berjumlah seratus empatpuluh empat kepala. RT 21 berjumlah Kepala Keluarga
tujuh puluh tujuh, jumlah warga laki-lakinya pada RT ini berjumlah seratus
tigapuluh dua kepala dan jumlah warga perempuan berjumlah seratus enambelas
kepala.
29
A. Jumlah Keluarga
NO JUMLAH
KK LAKI-
LAKI
KK
PEREMPUAN
JUMLAH
TOTAL
1
JUMLAH KEPALA KELUARGA TAHUN
2011 1149 KK 148 KK 1425 KK
2
JUMLAH KEPALA KELUARGA TAHUN
2010 1146 KK 171 KK 1313KK
3 PRESENTASE PERKEMBANGAN -33,30% 4,30% -28%
Tabel 1.2 Jumlah Keluarga Desa Mejayan 2010-2011
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Tabel diatas menjelaskan tentang perkembangan penduduk tahun dari
2010 hingga 2011. Dimana ada jumlah kepala keluarga tahun 2010 yang KK laki-
laki seribu seratus empatpuluh enam kepala. Dan KK perempuan seratus
tujuhpuluh satu. Dan jumlah totalnya seribu tigaratus tigabelas. Pada tahun 2011
KK laki-laki jumlah seribu seratus empatpuluh sembilan. KK perempuan seratus
empatpuluh delapan. Jumlah total seribu empat ratus duapuluh lima.
Dari tahun 2010 hingga 2011 mengalami banyak sekali penurunan jumlah
KK pada laki-laki dan perempuan. Dengan jumlah presentase KK laki-laki -
33,30% dan KK perempuan 4,30%. Jumlah presentase dari dua tahun tersebut
adalah -28%. Karena banyak penurunan maka presentase juga menurun yaitu -
28%. Karena data diatas tidak menggambarkan peningkatan tetapi penurunan.
B. Agama
NO AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 ISLAM 2488 ORANG 2444 ORANG 4932 ORANG
2 KRISTEN 81 ORANG 87 ORANG 168 ORANG
3 KHATOLIK 16 ORANG 20 ORANG 36 ORANG
4 HINDU ...ORANG ...ORANG ...ORANG
5 BUDHA ...ORANG ...ORANG ...ORANG
6 KONGHUCU ...ORANG ...ORANG ...ORANG
7 KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN YME ...ORANG ...ORANG ...ORANG
30
8 ALIRAN KEPERCAYAAN LAINNYA ...ORANG ...ORANG ...ORANG
JUMLAH 2585 ORANG 2551 ORANG 5136 ORANG
JUMLAH TOTAL 5136 ORANG
Tabel 1.3 Jumlah Penganut Agama Desa Mejayan
Sumber: Data kependudukan Desa Mejayan
Tabel diatas data tentang agama yang dianut oleh penduduk Desa Mejayan,
kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Penganut agama Islam yang laki-laki
berjumlah duaribu empatratus delapanpuluh delapan. Perempuan berjumlah
duaribu empatratus empatpuluh empat. Dengan jumlah keseluruhan penganut
agama Islam empatribu sembilanratus tigapuluh dua. Dan penganut agama Kristen
yang laki-laki delapanpuluh satu. Perempuan berjumlah delapanpuluh tujuh.
Dengan jumlah keseluruhan penganut agama Kristen seratus enampuluh delapan.
Penganut agama Katolik yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah enambelas
orang. Dan yang perempuan duapuluh orang. Dengan jumlah semua yang
menganut agama Katolik berjumlah tigapuluh enam. Jumlah penganut agama
hindu berjenis kelamin laki-laki adalah nol orang. Dan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah nol. Maka tidak ada jumlah penganut agama Hindu. Jumlah
penganut agama Budha berjenis kelamin laki-laki adalah nol orang. Dan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah nol. Maka tidak ada jumlah penganut
agama Budha. Jumlah penganut agama Konghucu berjenis kelamin laki-laki
adalah nol orang. Dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah nol. Maka
tidak ada jumlah penganut agama Konghucu.
Jumlah penganut agama Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa berjenis
kelamin laki-laki adalah nol orang. Dan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah nol. Maka tidak ada jumlah penganut agama Kepercayaan Kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah penganut agama Aliran kepercayaan berjenis
kelamin laki-laki adalah nol orang. Dan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah nol. Maka tidak ada jumlah penganut agama Aliran Kepercayaan
Lainnya. Total jumlah penganut agama yang berjenis kelamin laki-laki ada
duaribu lima ratus delapanpuluh lima. Dan jumlah penganut agama yang berjenis
kelamin perempuan totalnya duaribu limaratus limapuluh lima. Dan jumlah
31
keseluruhan limaribu seratus tigapuluh enam. Maka mayoritas penduduk Desa
Mejayan adalah beragama Islam, kemudian agama Kristen dan terakhir agama
Katolik.
C. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No
LULUSAN PENDIDIKAN
UMUM JML (Orang) KHUSUS
JML (Orang)
1 TK - Pondok Pesantren 6 2 SD 22 Madrasah 10 3 SLTP 781 Pend. Keagamaan - 4 SLTA 972 SLB -
5 AKADEMI D1-D3 224 Kursus Ketrampilan 17
6 SARJANA S1-S3 291
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Mejayan
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Data diatas adalah data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
warga Desa Mejayan. Dimana yang data diatas adalah data pendidikan yang
ditempuh oleh warga Mejayan. Jumlah warga dengan pendidikan terakhir tingkat
TK ada nol penduduk. Kemudia pendidikan terakhir SD adalah dua puluh dua
orang. Kemudian pendidikan terakhir pada tingkat SLTP adalah tujuh ratus
delapan puluh satu orang. Dan Sembilan ratus delapan puluh satu orang
menempuh pendidikan terakhir pada tingkat SLTA. Dan yang menempuh tingkat
pendidikan terakhir Sarjana sebanyak dua ratus Sembilan puluh satu.
Kemudian data diatas juga mencantumkan pendidikan khusus yang yang
ditempuh oleh warga Mejayan. Pada pendidikan terakhir menempuh pesantren
berjumlah enam orang. Kemudian Madrasah pada pendidikan terakhirnya
berjumlah sepuluh orang. Kemudian tingkat pendidikan terakhir yang menempuh
pendidikan keagamaan berjumlah nol orang. Dan yang pendidikan terakhir SLB
berjumlah nol orang. Dan juga pendidikan terakhir kursus/Ketrampilan berjumlah
tujuhbelas orang.
32
2.3 Keadaan dan Perkembangan Ekonomi Desa Mejayan
2.3.1 Usia Produktif
NO URAIAN KET
1 Jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) 1917 orang
2 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak
bekerja .... orang
3 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga .... orang
4 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh .... orang
5 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu .... orang
6 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja 2 orang
7 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 5 orang
Tabel 1.5 Tabel Usia Produktif Penduduk Desa Mejayan
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa angkatan kerja usia 18-56 tahun
yang menganggur sebesar Seribu sembilan ratus tujuhbelas, jumlah penduduk 18-
56 tahun yang masih sekolah dan tidak bekerja adalah nol orang. Kemudian
jumlah penduduk 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga adalah nol orang.
Untuk kategori jumah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh adalah
sebanyak nol orang. Untuk kategori jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
bekerja tidak tentu adalah sebanyak nol orang. Pada Pada kategori jumlah
penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja adalah sebanyak dua
orang dari seribu sembilan ratus tujuh belas orang. Sedangkan pada kategori
jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja adalah sebanyak lima
orang dari seribu sembilan ratus tujuh belas orang. Dapat disimpulkan bahwa
jumlah angkatan kerja (penduduk usia 18-56 tahun) sebanyak seribu sembilan ratus
tujuh belas orang.
33
2.3.2 Kesejahteraan
NO URAIAN KET
1 jumlah kepala keluarga prasejahtera 153 kepala keluarga
2 jumlah kepala keluarga sejahtera 1 445 kepala keluarga
3 jumlah kepala keluarga sejahtera 2 199 kepala keluarga
4 jumlah kepala keluarga sejahtera 3 127 kepala keluarga
5 jumlah kepala keluarga sejahtera 3 plus 73 kepala keluarga
6 total jumlah kepala keluarga 1267 kepala keluarga
Tabel 1.6 Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Mejayan
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Dari data tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa kategori jumlah kepala
keluarga prasejahtera adalah sebanyak seratus lima puluh tiga kepala keluarga dari
seribu dua ratus enam puluh tujuh kepala keluarga. Pada kategori jumlah kepala
keluarga sejahtera 1 adalah sebanyak empat ratus empat puluh lima kepala
keluarga dari seribu dua ratus enam puluh tujuh kepala keluarga. Untuk kategori
jumlah kepala kerja sejahtera 2 terdapat sejumlah seratus sembilan puluh sembilan
kepala keluarga dari seribu dua ratus enam puluh tujuh kepala keluarga.
Kemudian untuk kategori 3 sebanyak seratus dua puluh tujuh kepala keluarga dari
seribu dua ratus enam puluh tujuh kepala keluarga. Sedangkan pada kategori
jumlah kepala keluarga sejahtera 3 plus adalah sebanyak tujuh puluh tiga kepala
keluarga dari seribu dua ratus enam puluh tujuh kepala keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa di desa mejayan mayoritas kepala keluarga
adalah kategori jumlah kepala keluarga sejahtera 1 dengan jumlah empat ratus
empat puluh lima kepala kelurga, kemudian kepala keluarga sejahtera 2 dengan
jumlah seratus sembilan puluh sembilan kepala keluarga, kepala keluarga pra
sejahtera dengan jumlah seratus lima puluh tiga kepala keluarga, kepala keluarga
sejahtera 3 dengan jumlah seratus dua puluh tujuh kepala keluarga, dan yang
terakhir adalah kepala keluarga sejahtera 3 plus dengan jumlah tujuh puluh tiga
kepala keluarga.
34
2.3.3 Mata Pencaharian Pokok
NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Petani 255 orang -
2 Buruh Tani 221 orang 205 orang
3 Buruh migran perempuan 57 orang -
4 Buruh migran laki-laki 21 orang -
5 Pegawai Negeri Sipil 18 orang 17 orang
6 Pengrajin industri rumah tangga 3 orang 11 orang
7 Pedagang keliling 10 orang 1 orang
8 Peternak - -
9 Nelayan - -
10 Montir 11 orang -
11 Dokter swasta - 3 orang
12 Bidan swasta - 5 orang
13 Perawat swasta - 6 orang
14 Pembantu rumah tangga - -
15 TNI 19 orang -
16 POLRI 3 orang -
17 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 8 orang 9 orang
18 Penguasa kecil dan menengah - -
19 Pengecara 1 -
20 Notaris - -
21 Dukun Kampung Terlatih - -
22 Jasa pengobatan alternatif 1 -
23 Dosen swasta - -
24 Pengusaha besar - -
25 Arsitektur - -
26 Seniman/Artis - -
35
27 Karyawan perusahaan swasta 17 orang 14 orang
28 Karyawan perusahaan pemerintah 2 orang 5 orang
29 Makelar/broker/mediator 6 orang 1 orang
30 Sopir 10 orang -
31 Tukang becak 36 orang -
32 Tukang Ojek 1 orang -
33 Tukang Cukur 6 orang -
34 Tukang Batu/kayu 47 orang -
35 Kusir Dokar - -
36 ........................ - -
37 ........................ - -
Jumlah Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Total Jenis Mata Pencaharian
Tabel 1.7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Mejayan
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa jenis pekerjaan petani terdapat
sejumlah dua ratus lima puluh lima orang penduduk laki-laki dan nol penduduk
prempuan. Untuk jenis pekerjaan buruh tani terdapat sejumlah dua ratus dua puluh
satu penduduk laki-laki dan dua ratus lima penduduk perempuan. Untuk kategori
buruh migran perempuan adalah sejumlah lima puluh tujuh orang. Untuk kategori
buruh migran laki-laki adalah sebanyak dua puluh satu orang. Kategori jenis
pekerjaan pegawai negeri sipil di desa majayan adalah sebanyak delapan belas
orang penduduk laki-laki dan tujuh belas penduduk perempuan. Kategori jenis
pekerjaan pengrajin industri rumah tangga adalah sebanyak tiga orang penduduk
laki-laki dan sebelas orang penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
pedagang keliling adalah sebanyak sepuluh orang penduduk laki-laki dan satu
orang penduduk perempuan. Untuk kategori peternak di desa majayan terdapat
nol penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis
pekerjaan nelayan terdapat nol penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan.
36
Untuk kategori jenis pekerjaan montir adalah sebanyak sebelas penduduk laki-laki
dan nol penduduk permpuan.
Untuk kategori jenis pekerjaan dokter swasta terdapat nol penduduk laki-
laki dan tigga orang penduduk perempuan. Kategori jenis pekerjaan bidan swasta
terdapat nol penduduk laki-laki dan lima penduduk perempuan. Kategori jenis
pekerjaan perawat swasta terdapat nol penduduk laki-laki dan enam orang
perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan pembantu rumah tangga sebanyak nol
penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
TNI terdapat Sembilan belas penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan.
Untuk kategori jenis pekerjaan POLRI terdapat tiga penduduk laki-laki dan nol
penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan pensiunan PNS/TNI/POLRI
terdapat delapan orang penduduk laki-laki dan Sembilan penduduk perempuan.
Untuk kategori jenis pekerjaan pengusaha kecil dan menengah terdapat nol
penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
pengacara terdapat satu penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk
kategori jenis pekerjaan notaries terdapat nol penduduk laki-laki dan nol
penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan dukun kampong terlatih
terdapat nol penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori
jenis pekerjaan jasa pengobatan alternative terdapat satu penduduk laki-laki dan
nol penduduk perempuan.
Untuk kategori jenis pekerjaan dosen swasta terdapat nol penduduk laki-
laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan pengusaha
besar terdapat nol prnduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk
kategori jenis pekerjaan arsitektur terdapat nol penduduk laki-laki dan nol
penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan seniman/artis terdapat nol
penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
karyawan perusahaan swasta terdapat tujuh belas penduduk laki-laki dan empat
belas penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan karyawan perusahaan
pemerintah terdapat dua penduduk laki-laki dan lima penduduk perempuan. Untuk
kategori jenis pekerjaan makelar/broker/mediator terdapat enam penduduk laki-
laki dan satu penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan sopir terdapat
37
sepuluh penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis
pekerjaan tukang becak terdapat tiga puluh enam penduduk laki-laki dan nol
penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan tukang ojek terdapat satu
penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
tukang cukur terdapat enam penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan.
Untuk kategori jenis pekerjaan tukang batu/kayu terdapat empat puluh tujuh
penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan. Untuk kategori jenis pekerjaan
kursi dokar terdapat nol penduduk laki-laki dan nol penduduk perempuan.
38
2.4 Keadaan dan Perkembangan Politik Desa Mejayan
2.4.1 Partisipasi Politik
NO URAIAN KET
1 jumlah penduduk yang memiliki hak pilih 3613 orang
2 jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih pada pemilu legislatif
yang lalu 2830 orang
3 jumlah perempuan dari penduduk desa ini yang aktif dipartai 1 orang
4 jumlah partai politik yang memilki pengurus sampai di desa ini 1 orang
5 jumlah partai politik yang mempunyai kantor di wilayah di desa ini .... orang
6 jumlah penduduk yang menjadi pengurus partai politik dari desa .... orang
7 jumlah penduduk yang dipilih dalam pemilu legislatif yang lalu 8 orang
8 jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilihan
presiden/wakil 2850 orang
Tabel 1.8 Partisipasi Politik Penduduk Desa Mejayan
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Dari data pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk yang
memiliki hak pilih terdapat tiga ribu enam ratus tiga belas orang. Sedangkan
jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih pada pemilu legislatif yang lalu
terdapat dua ribu delapan ratus tiga puluh orang. Untuk kategori jumlah
perempuan dari penduduk desa ini yang aktif dipartai adalah sebanyak satu orang.
Untuk kategori jumlah partai politik yang memilki pengurus sampai di desa ini
adalah sebanyak satu orang. Untuk kategori jumlah partai politik yang
mempunyai kantor di wilayah di desa ini dan jumlah penduduk yang menjadi
pengurus partai politik dari desa juga sebanyak nol orang. Untuk kategori jumlah
penduduk yang dipilih dalam pemilu legislatif yang lalu terdapat delapan orang.
Sedangkan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilihan
presiden/wakil adalah sebanyak dua ribu delapan ratus lima puluh orang.
39
2.4.2 Pemilihan Kepala Daerah
NO URAIAN KET
1 jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih pada pemilu
Bupati/Walikota lalu 3990 orang
2 jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih pada pemilu
Gubernur lalu 3497 orang
3
jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilu
Bupati/Walikota lalu 2653 orang
4 jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dalam pemilu
Gubernur yang lalu 2289 orang
Tabel 1.9 Tabel Jumlah Partisipasi Penduduk Desa Mejayan dalam Pemilu
Sumber: Data Kependudukan Desa Mejayan
Dari data pada table diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk yang
memiliki hak pilih dalam pemilu Bupati/Walikota lalu terdapat tiga ribu sembilan
ratus Sembilan puluh orang. Untuk kategori jumlah penduduk yang mempunyai
hak pilih pada pemilu Gubernur lalu terdapat tiga ribu empat ratus Sembilan puluh
tujuh orang. Sedangkan untuk kategori jumlah pemilih yang menggunakan hak
pilih dalam pemilu Bupati/Walikota lalu terdapat dua ribu enam ratus lima puluh
tiga orang. Dan untuk kategori jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih
dalam pemilu Gubernur yang lalu terdapat sebanyak dua ribu dua ratus delapan
puluh Sembilan orang.
2.4.3 Hasil Pemilihan Umum 2009
NO HASIL PEMILU JUMLAH(ORANG, SUARA/BUAH) 1 PEMILIH 4076 2 TPS 8 3 HASIL PEMILU
PDIP 119 GOLKAR 796 PKB 421 DEMOKRAT 364 PKS 117 HANURA 79
Data diatas adalah hasil pemilu umum tahun 2009 yang diikuti oleh
empat ribu tujuh puluh enam pemilih pada Desa Mejayan. Dan juga terdapat
data tentang partai politik yang banyak dipilih oleh warga Desa Mejayan pada
tahun 2009. Dalam pemilu 2009 ini, terdapat delapan Tempat Pemungutan
Suara yang biasa kita sebut sebagai TPS yang tersebar di berbagai penjuru
Desa Mejayan. Adapun hasil pemilu 2009 tersebut yang memperoleh suara
terbanyak diduduki oleh partai Golkar dengan perolehan suara sebanyak tujuh
ratus Sembilan puluh enam suara sah. Pada posisi suara terbanya kedua
diduduki oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan perolehan suara
sebanyak empat ratus dua puluh satu suara sah. Pada posisi suara terbanyak
ketiga diduduki oleh Partai Demokrat sebanyak tiga ratus enam puluh empat
suara sah. Pada posisi suara terbanyak keempat diduduki oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan perolehan suara sebanyak seratus
Sembilan belas suara. Pada posisi suara terbanyak kelima diduduki oleh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) yang selisih dua perolehan suara yang didapat oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjungan (PDI) dengan perolehan suara
sebanyak seratus tujuh belas perolehan suara sah. Sedangkan perolehan suara
terakhir diduduki oleh Partai Hanura dengan perolehan suara sebanya tujuh
puluh sembilan suara sah.
40
2.4.4 SUSUNAN KEPENGURUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DESA MEJAYAN
KECAMATAN MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
NO NAMA JABATAN PEKERJAAN PENDIDIKAN KETERANGAN 1 ADRIANTO SE.MM KETUA PNS S2 TOKOH MASYARAKAT 2 SUNYOTO WAKIL KETUA SWASTA SLTA TOKOH PEMUDA 3 ANIK SULISDYANINGRUM SE SEKRETARIS SWASTA S1 TOKOH MASYARAKAT 4 SUNARTO. SPd BENDAHARA GURU S1 TOKOH MASYARAKAT 5 SUYONO ANGGOTA SWASTA SLTA TOKOH MASYARAKAT 6 TRI BUDIYONO ANGGOTA SWASTA SLTA TOKOH PEMUDA 7 Drs.PURYONO ANGGOTA SWASTA S1 TOKOH PROFESI 8 DARMANTO. SpdI ANGGOTA GURU S1 TOKOH AGAMA 9 SURYANTO.SPd ANGGOTA GURU S1 TOKOH MASYARAKAT
10 KARYONO H. SUBROTO ANGGOTA SWASTA S1 TOKOH MASYARAKAT 11 NGALIYEM. SPd SD ANGGOTA GURU S1 TOKOH WANITA
41
2.5 Struktur Pemerintahan Desa Mejayan
no Nama Jabatan Tempat‐Tanggal Lahir Pendidikan Tanggal dan No SK Luas Bengkok 1 Titik Handayani Kepala Desa Madiun 01‐05‐1956 SMP 188.45/722/KPTS/402.013/2008 4 ha 2 Drs. Suparman Seketaris Desa G.Kidul 04‐06‐1962 Sarjana 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 2.5 ha 3 Suyana Kasun Mejayan.Gendoman Nganjuk 14‐10‐1982 SLTA 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha 4 Dodi Satria Nugroho Kasun SumberSoko Madiun 29‐12‐1968 SMA 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 5 Suratmin Kasun Porong Madiun 19‐12‐1959 STM 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/86 1 ha 6 sukidi Kasun Kronggahan Madiun 10‐07‐1953 STN 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/87 1 ha
7 widia Tri Rahayu Kasun Sanggrahan Robahan Madiun 19‐06‐1988 SLTA 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha
8 Santoso Staf UR Pemerintahan Madiun 25‐04‐1968 STM 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 9 Lilik Suwarno Staf UR Kesra Madiun 05‐05‐1951 SMP 29/09/84.no.141/10/414.12/SK/84 1 ha
10 Sumiati Staf UR Keuangan Madiun 19‐05‐1960 SMEA 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/84 1 ha 11 Saji Staf UR UMUM Madiun 05‐06‐1962 STN 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 12 Mahanani Mei Staf UR Pembangunan Surabaya 01‐05‐1977 Sarjana 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha 13 Suyud PEMB.Staf UR Pemer Ngawi 04‐11‐1959 SMP 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha
42
2.6 Peta Desa
43
BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
3.1 POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DI DESA MEJAYAN
3.1.1 Pola Hubungan Patron-Client
Desa Mejayan memiliki lima dusun yaitu dusun Sumbersuko, dusun
Gendoman Mejayan, dusun Porong, dusun Kronggahan, dan dusun Sanggrahan
Robahan. Penyusun melihat interaksi sosial yang ada di dusun Porong guna
mendapatkan informasi tentang hubungan patron client yang ada di dusun porong
tersebut. Dalam penelitian yang penyusun lakukan menemukan bahwa pola
hubungan patron-client telah ditemukan ditengah kehidupan masyarakat Mejayan
di dusun Porong. Kondisi perekonomian masyarakat Mejayan khususnya dusun
Porong memang sangat menarik untuk diteliti.
Yang penyusun temukan di lapangan, bahwa di dusun Porong pola hubungan
interaksi sosial nya masih terjalin sangat kuat. Di dusun Porong, hubungan antara
warga satu dengan yang lain terjalin seperti keluarga. Salah satu bentuk
interaksinya seperti pada saat ada warga yang memiliki hajatan, warga yang lain
saling membantu, ada yang membantu dengan tenaga seperti membantu
mempersiapkan acara dan ada juga yang membantu dana jika si pemilik hajatan
lokasinya jauh.
“ya kalo hajatan saya undang lah mbak, namanya juga hidup bermasyarakat,
kalo butuh ya saya bantu.”(lampiran 3)
Selain itu, jika di dusun Porong ada warganya yang meninggal tanpa ada
pengumuman, warga sekitar langsung mengetahui berita tersebut, dan langsung
melayat atau takziah di rumah duka, tentu saja dengan berbagai sumbangan dan
44
atribut serangkaian tradisi yang ada di desa Mejayan. Di dusun Porong juga terdapat
perkumpulan ibu-ibu pengajian yang rutin melakukan pengajian setiap selesai sholat
maghrib, atau yang dilakukan rutin selama 2 minggu. di dalam perkumpulan
pengajian tersebut juga terdapat struktur kepengurusan seperti ketua, sekertaris dan
bendahara. Itu adalah contoh bentuk ketereratan hubungan yang ada di dusun porong
tersebut. Untuk mendapatkan informasi tentang hubungan patron client yang ada di
dusun Porong, penyusun mempertanyakan tentang perekonomian yang ada di dusun
Porong.
Melalui beberapa wawancara yang telah penyusun lakukan dapat dilihat pola
hubungan patron-client yang ada di desa Mejayan. Di desa ini beberapa patronnya
ada di dusun Porong, dalam proses menemukan realita yang ada dapat ditemukan
fenomena bahwa yang pertama: Di desa mejayan terutama di dusun Porong banyak
terdapat pemilik sawah, yang sawahnya kebanyakan terletak di luar desa Mejayan,
walaupun masih ada beberapa yang sawahnya masih berada di desa Mejayan. Areal
persawahan yang dimiliki oleh patron yang berada di dusun Porong sebagian besar
dikelola oleh warga desa lain di luar desa Mejayan.
“O, pekerja saya itu semua dari luar desa Mejayan Mas, dari Desa Ngepeh
mas yang paling banyak, jadi penduduk desa mejayan ini hampir tidak ada
yang jadi pekerja sawah, kebanyakan yang punya sawah, tapi sawahnya
banyak yang diluar desa, kalo di desa ini ya sekitar porong dan Robahan
Mas.”(lampiran 3)
Di dusun Porong juga terdapat perangkat desa yang mempunyai kepemilikan
Bengkok. Kemudian bengkok tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
pekerja (client) dalam melaksanakan penggarapan sawahnya. Perangkat desa yang
memiliki bengkok di dusun porong bernama pak Lilik Suwarno dan pak Saji. Setelah
penyusun mewawancarai perangkat desa yang memiliki bengkok di dusun porong,
penyusun mendapat informasi bahwa seluruh pekerja yang melakukan penggarapan
di sawah bengkok tersebut semuanya berasal dari luar desa mejayan. Oleh karena itu
45
penyusun tidak melanjutkan pertanyaan lebih mendalam kepada informan disebabkan
hubungan patron client tersebut berada diluar desa Mejayan.
Selain perangkat desa yang memiliki sawah, di dusun porong juga terdapat
warga yang memiliki sawah pribadi, yaitu bernama Pak Sartono. Dalam pengelolaan
sawah tersebut pak Sartono memiliki banyak pekerja, dengan luas sawah sebesar 1
hektar yang memiliki pekerja sekitar 6 orang dan satu mandor.
“nah jelas saya mempekerjakan orang lain, Mas. Saya tidak terjun langsung
dalam pengelolaannya. Saya punya kenalan orang yang mencari pekerja-
pekerja saya tersebut.”“kira kira ya 5-6 orang, orang saya itu ya kalo saya
manggilnya pak Marmin, mbak”.(lampiran 3)
Kemudian sistem kepemilikan sawah ini menjadi suatu sumber kekuasaan
sebagai patron, Pemilik sawah yang berada di dusun porong tersebut memberikan
upah atau gaji kepada pekerja dengan cara memberi upah perhari sebesar 30 ribu dan
ditambah dengan makan 2 kali, kopi, rokok dan kue. Ini merupakan cara penggajian
yang biasanya dilakukan oleh pemilik sawah, dari cara penggajian yang seperti ini
dapat meningkatkan sense of belonging dalam keterikatan hubungan Patron dan
Client.
“biasanya sehari 30 ribu, ditambah makan pagi, siang dan sore itu minum
kopi, kue dan Rokok, jadi kira kira 40. ribu mas.” (lampiran 3)
Namun dalam pengelolaan sawah, pemilik memiliki orang kepercayaan
bernama pak marmin yang mempunyai tugas mencari pekerja untuk mengelola sawah
tersebut. sehingga bisa dilihat sebagai struktur alur koordinasi dalam pemberdayaan
pekerja. Karena sebagian besar pekerja berasal dari luar desa dan penggunaan pekerja
tersebut tidak selamanya selalu digunakan. Fungsi mandor tersebut salah satunya
mengenai Sistem pemberian upah. awalnya dilakukan melalui mandor, kemudian
baru didistribusikan ke pekerja, jelas mandor mempunyai lebih banyak proporsi
dalam penggajian. kemudian intensitas interaksi sosial sangat mendalam baik dalam
46
hal tradisi seperti hajatan dan slametan, maupun kepedulian sosial. Kemudian yang
kedua, Di Desa Mejayan ini terutama di dusun Porong sebagai pusat pabrik roti
rumahan (home Industri) yang sudah menjalani usaha selama 25 tahun.
“wah sudah lama mas . sudah 25 tahun kurang lebihnya. ini ya kita kelola
bersama dengan bapak, dan yang bantu ya teman teman. Kita bikin kue donat,
bakpau, golang galing, dan molen.” (lampiran 4)
Dalam pengelolaannya memang sudah menunjukkan hubungan Patron-client yang
sangat kuat, dalam pengelolaannya banyak pekerja yang dipekerjakan di industri
rumahan ini, namun sebagian besar pekerjanya (client) berasal dari luar wilayah
Mejayan, bahkan melalui wawancara yang mendalam, sebagian besar berada di luar
kabupaten Madiun.
“kebanyakan dari desa Talok dan Mejayan mbak, tapi kebanyakan desa
Talok, yang Mejayan sekarang sudah kerja sendiri membuat industri roti
rumahan” (lampiran 4)
jika tidak mempekerjakan orang luar daerah, pemilik industri juga dibantu oleh
kerabat (keluarga) yang sudah masuk menjadi angkatan kerja.
Namun karena perekonomian masyarakat mejayan adalah pemilik lahan
pertanian, pedagang, PNS, dan pemilik home industry. Patron yang ada di Desa
mejayan dalam perekonomian, lebih banyak memiliki client dari luar wilayah
Mejayan. Sebagai Patron, para pengusaha dan pemilik sawah, hubungan dengan
pekerjanya (client) memiliki sifat kekeluargaan, masih menjunjung tinggi sikap
gotong royong yang cukup mendalam, hal ini terbukti dengan intensitas interaksi dan
keterikatan emosional yang ada di desa tersebut, namun dalam konteks kegiatan
ekonomi masih bersifat transaksional, hal ini dipengaruhi oleh majunya kegiatan
ekonomi desa melalui usaha industri rumahan yang ada di desa Mejayan, terutama
wilayah Patron salah satunya di dusun Porong.
47
Pekerjaan Utama * Kegiatan Pemilihan Crosstabulation
Kegiatan Pemilihan
Total
Pemilihan
ketua RT
Pemilihan
Ketua RW
Pemilihan
Kepala Dusun
Pemilihan
kepala Desa
Pekerjaan
Utama
petani tanah sendiri 2 1 1 3 7
buruh tani 0 2 1 6 9
Pertukangan 0 0 0 4 4
pemborong bangunan 1 0 0 0 1
Wirausaha 2 1 3 34 40
PNS 2 1 0 1 4
Perangkat desa 0 0 0 1 1
Perusahaan Sendiri 0 0 0 1 1
Karyawan Swasta 0 0 0 4 4
Lain-lain 5 0 1 23 29
Total 12 5 6 77 100
48
49
Tabel 1 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kegiatan Pemilihan Umum Desa
Sumber: Data Peneliti
Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara pekerjaan utama dengan
partisipasi para pemilih didalam pemilihan yang terjadi di Desa Mejayan. Kami
mengamati bahwa pekerjaan mempengaruhi atas partisipasi memilih, dari tingkat RT,
RW, kepala dusun hingga tingkat desa. Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa partisipasi
tertinggi terletak pada golongan wirausaha, kemudian kriteria menengah pada
golongan selain pekerjaan yang diatas, seperti pengangguran dan ibu rumah tangga.
Sedangkan tingkat partisipasi yang tergolong rendah pada PNS, Perangkat desa dan
Perusahaan sendiri.
Tabel diatas juga termasuk konsep Patron Client Relationship. Dengan alasan
bahwa PNS tidak lagi diwajibkan dalam pemilu ataupun ada unsur paksaan lagi.
Dimana PNS, perusahaan sendiri, Perangkat desa sudah sadar akan Hak dan
kewajibannya. atasannya tidak lagi memiliki hak untuk mengatur ataupun menekan
dalam konteks pemilu. Bagi golongan menengah penyusun menyimpulkan bahwa
partisipasi mereka didorong oleh faktor uang yang dibagikan saat kampanye
menjelang pemilihan. Implementasi realitas tersebut termasuk kemampuan influence
yang sangat mendalam.
Akan tetapi sangat berbalik dengan golongan wirausaha yang notabennya
menengah kebawah. Bahwa dia memiliki kepentingan supaya ada kebijakan yang
dapat menguntungkan usahanya agar tetap berjalan dengan normal. Dimana para
calon pasti memberikan janji-janji kepada para wirausahawan akan mengeluarkan
kebijakan yang akan menguntungkan usahanya. Contohnya pengadaan UKM yang
awalnya sebagai pedangan kaki lima kemudian diberi fasilitas berupa tempat
(warung) yang berasal dari sebuah kebijakan penguasa desa.
Sedangkan hubungan patron-client yang emosional ini ditunjukkan secara
intens ketika ada momen-momen istimewa, misalnya hajatan, atau slametan, patron
akan lebih banyak memberikan barang, bantuan atau uang lebih dibandingkan dengan
warga lainnya. Sedangkan dalam konteks mempekerjakan keluarga dalam hubungan
Patron Client, dalam pengamatan kami akan muncul jika keluarga atau kerabat
menginginkan untuk menjadi client, namun karena rata-rata perekonomian di Desa
Mejayan ini termasuk mandiri, dengan usaha seperti pedagang atau PNS, ataupun
pemilik sawah maka hal tersebut tidak begitu kentara dalam hubungan sosial
ekonomi.
“iya mas, dulu juga ada ponakan yang nyambi disini, tapi sudah berkeluarga,
jadi sudah ga kerja lagi, kalo ada yang mau kerja ya saya bantu.”(lampiran
4)
Pekerja dari salah satu pemilik usaha roti yang sempat penyusun wawancarai
juga menunjukkan hal yang positif terhadap hubungannya dengan patron, seperti
yang dialami oleh bu Sarmi, sebagai subyek penelitian kami. Ibu Sarmi, yang bekerja
di rumah produksi roti milik Ibu Lamisri dan Ibu mariatun, merasakan banyak
manfaat dan keuntungan, selain gaji, juga mendapatkan ilmu dalam pembuatan roti,
serta pemasaran.
“ya saya selain dapat gaji saya juga mendapatkan ilmu bisnis dan cara
membuat roti, jadi saya memutuskan untuk buat usaha sendiri, mbak. Ya
hitung hitung untuk membuat penghasilan keluarga lebih banyak
mbak.”( lampiran 5)
Sebagai contoh manfaat ilmu yang diperoleh Bu Sarmi, adalah menggoreng dan
membuat adonan pada saat bekerja di rumah Patron.
50
“Ya kalo di rumah Ibu Lamisri, saya dapat bagian menggoreng roti-roti, kalo di bu
Mariyatun saya tukang bikin adonan mbak.”(lampiran 5)
Dalam konteks hubungan sosial, pekerja juga sering diundang dalam acara
tertentu oleh patron, hal ini menunjukkan eratnya interaksi diantara keduanya sesuai
dengan syarat ketiga dari hubungan patron-client yaitu kemesraan diantara keduanya.
Sehingga hubungan patron-client sangat dekat sekali karena hubungan saling
ketergantungan mulai mengakar sampai grassroot, bukan sekedar transaksi ekonomi.
Kepedulian sosial sangat erat sekali, patron selalu setia membantu ketika clientnya
membutuhkan bantuan karena ada keterikatan berdasarkan hubungan tetangga.
“kira-kira saya kerja di bu lamisri dan bu mariyatun sekitar dua tahunan
lebih mas”
“iya mbak, kalo disini memang saling membantu, kita kan juga tetangga, kita
pokoknya saling bantu membantu mbak” (lampiran 5).
Jika dianalisis lebih jauh kedalam, sebagai pekerja yang tidak mempunyai
hubungan kekerabatan dengan para pemilik usaha, tingkat interaksi sosial yang ada di
desa Mejayan tergolong sangat mendalam. Persaudaraan muncul salah satunya
dengan cara mempererat hubungan interaksional dengan lingkup hubungan patron-
client. Dapat disimpulkan bahwa pola hubungan patron client yang ada di desa
Mejayan bukan hubungan yang transaksional melainkan cenderung pada hubungan
yang mendalam dan emosional.
Dalam buku tuan, hamba dan politisi Menurut Keith R. Legg Asas yang
menyatakan bahwa, hubungan-hubungan tuan hamba hanya terjadi diantara para
pelaku yang tidak sama, baik kekayaan maupun kedudukannya, dengan kata lain,
hubungan tersebut timpang, diterima tanpa dipersoalkan lebih lanjut. Uraian
mengenai motivasi terjadinya hubungan tuan-hamba sering bertitik berat pada
51
52
kebutuhan pihak hamba. Namun, urain-uraian khusus, terutama mengenai tautan tuan
hamba di bidang politik, menunjukkan bahwa pihak tuanlah yang sering menjadi
pemrakarsa. Pihak hamba, setelah menikmati prestasi yang diberikan oleh pihak tuan,
baru berkewajiban membalasnya. Dalam tukar menukar itu, pihak hamba
berkedudukan sebagai ”lumbung nilai” tempat pihak tuan menyimpan kredit sosial
yang dapat diambil kembali diwaktu yang akan datang demi keuntungan dirinya.
Hubungan tuan hamba atau Patron-client timbul bila syarat-syarat berikut ini
terpenuhi diantaranya adalah (1) hubungan di antara para pelaku atau perangkat para
pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, dalam kepemilikan kekayaan
misalnya sebagai pemilik Home Industry Roti, patron mempunyai alat produksi dan
modal yang lebih banyak dari warga lain sebagai pekerja.
(2) Hubungan yang bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan
sedikit banyak mengandung kemesraan (affectivity), hubungan ini sangat terlihat
sekali, apalagi dalam kehidupan desa yang cenderung intensif, intim dan mendalam,
hal ini sangat terlihat ketika sang patron mengadakan kegiatan syukuran dan pesta,
kemudian acara berkabung dan kegiatan yang lebih serius dan mendalam.
Dan (3) hubungan yang berdasarkan asas saling menguntungkan dan saling
memberi dan menerima. Untuk syarat ketiga ini memang menjadi sebuah keniscayaan
dan menjadi syarat melalui hubungan yang memiliki hubungan yang saling
memberikan keuntungan simbolis dan strukturalis.
Simbol tersebut terlihat ketika dikaitkan dengan peran dan status, kemudian
secara strukturalis adalah hubungan kerja yang fungsional. Lemarchand menyatakan
bahwa “Setiap tautan tuan-hamba selalu melekat hubungan timbal balik antara
perorangan (atau kelompok perorangan) dimana pengaruh ditentukan oleh
kemampuannya memberikan pelayanan, barang atau sesuatu yang bernilai yang
diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang lain itu pun terimbas untuk membalas
53
kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian, pelayanan, barang atau sesuatu yang
bernilai”.
Realitas hubungan Patron-client di dusun Porong, sangat bersesuaian dengan
konsep diatas. Hubungan patron client sangat terasa dalam pengkondisian dimensi
ekonomi melalui “home Industry” Roti.
Dialog interaksi antar patron dan client dapat terinterpretasikan dalam
hubungannya sehari-hari. Konstruksi pengaruh patron terhadap pekerja sangat terlihat
bahkan dalam hubungan emosi sangat mendalam, hal ini dikarenakan terdapat
pengaruh yang multidimensional, artinya tidak hanya ekonomi saja, namun status dan
peran dari client sangat ditentukan oleh patron. Namun yang lebih sangat terlihat
dalam fenomena patron client tersebut adalah hubungan sosial dan kemesraan sosial
antara patron dan client.
3.1.2 Pola Hubungan Traditional Authority
Desa Mejayan merupakan desa yang letak geografisnya sangat strategis
karena berada di wilayah kota Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dan menjadi
jantung dari perekonomian kecamatan ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
banyaknya sendi-sendi perekonomian dan usaha-usaha besar yang terletak di desa
ini. 27 Dengan melihat kondisi semacam ini desa Mejayan dapat diklasifikasikan
kedalam desa swasembada. Hal ini dikarenakan kehidupan di desa Mejayan sudah
mirip kota modern dengan adanya mata pencaharian yang beraneka ragam serta
sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat
pedesaan maju.28
Sebagai desa yang terkategori dalam desa swasembada, seyogyanya
desa ini pola hubungan elit-massanya adalah pola hubungan patron klien.
27 Keterangan mengenai sendi‐sendi perekonomian kecamatan yang ada di desa Mejayan dapat dilihat di Bab Gambaran umum desa hlm. 28 Butuh buku sosiologi pedesaan.
Sebab pola hubungan patron-klien terjadi apabila timbul fenomena hubungan
antar masyarakat yang berlandaskan kebutuhan ekonomi. Melihat kondisi
desa Mejayan yang terdapat banyak jenis usaha yang dimiliki oleh beberapa
warga desa tersebut maka peluang terjadinya pola hubungan patron klien di
desa ini cukup tinggi. Keberadaan usaha-usaha tersebut pastinya
membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Ketergantungan ekonomi dari
pekerja kepada pemilik usaha begitupun sebaliknya yakni kebutuhan tenaga
kerja oleh pemilik usaha kepada pekerja menyebabkan timbulnya pola
hubungan patron klien.
Meskipun desa Mejayan merupakan desa swasembada, nilai-nilai
tradisional tidak sepenuhnya terkikis oleh modernitas. Hal itu terbukti dengan
adanya seni tradisional dongkrek yang masih dilestarikan oleh seorang tokoh
desa yang bernama mbah Dulrohim bersama masyarakat yang berpartisipasi.
Ketokohan warga tersebutlah yang dapat menyatu padukan masyarakat untuk
melestarikan kesenian yang menjadi cikal bakal desa Mejayan. Kesenian tradisional
inilah yang menjadi sumber legitimasi dari tokoh masyarakat tersebut. Sehingga,
meskipun ia sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala desa namun kedudukannya
sebagai orang terpandang di desa masih akan tetap bertahan selama kesenian ini tetap
dipertahankan.
54
‘’iya nak, saya menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975
sampai 2000. Awalnya itu saya ditunjuk oleh KOREM daerah sekitar
untuk memimpin desa Mejayan.’’(lampiran 1)
“oh iya nak, ada namanya dongkrek. Dongkrek disini bukan
hanya sebagai kesenian tetapi juga sebagai pusaka bagi warga
Mejayan. Hal ini dikarenakan dongkrak merupakan hasil dari
runtutan asal mula caruban ini, yang di tokohi oleh Perot dan ayu
selaku pendamping dari Raden Prawiro Dipuro.’’ (lampiran 1)
Di tambah lagi statusnya sebagai salah satu keturunan dari pembabat
alas yang menjadi cikal bakal terbentuknya desa Mejayan merupakan sumber
legitimasi yang abadi.
55
“Kesenian Dongkrek itu langsung dipimpin oleh saya. Tapi mas, sekarang
saya sudah ndak mimpin lagi, dan yang mimpin sekarang menantu saya,
mengingat saya sudah tua.” (lampiran 1)
Fakta diatas menghantarkan kita pada kenyataan bahwa desa ini tidak hanya
memiliki pola hubungan patron-klien saja. Pola hubungan traditional authority
terbentuk dan menguat dalam pola kehidupan masyarakat desa Mejayan.
Konsep dari pola hubungan traditional authority menyatakan bahwa pola
hubungan ini dapat terjadi disebabkan kuatnya legitimasi dan kewenangan
yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
“Selanjutnya atas restu warga desa akhirnya saya yang terpilih. Oh iya
nak, yang penting itu kalau jadi kepala desa perlu dibutuhkan jiwa
nasionalis dan jiwa sosialis yang tinggi, sehingga nantinya dapat
menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.” (lampiran 1)
Legitimasi itu sendiri dapat berasal dari tradisi yang berasal dari
kepercayaan masyarakat dan yang dipelihara secara turun-menurun.
Sedangkan kewenangan dalam traditional authority, berupa kualitas pribadi
dari pemimpin. Kualitas pribadi dari pemimpin tersebut dapat ditunjukkan
dalam jiwa nasionalis dan jiwa sosialis yang tinggi dalam memimpin
masyarakat desa.
Hal yang menunjukkan terjadinya pola hubungan traditional authority
di desa Mejayan adalah pertama, adanya kualitas pribadi dari sang pemimpin,
yaitu mbah Dulrohim dimana ia telah dapat memimpin desa Mejayan selama
25 tahun yakni dari tahun 1975-2000. Dalam hal ini, Mbah Dulrohim
merupakan sesepuh desa yang sangat disegani warga desa karena telah
dianggap berjiwa sosialis dan juga telah dapat menjaga tradisi dan kesenian
desa mejayan. Hal tersebut terlihat dalam pemilihan pertama dan kedua, yang
mana dari pemilihan tersebut mbah dulrohim dapat terpilih secara berturut-
turut.
“iya nak, saya menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975 sampai
2000. Awalnya itu saya ditunjuk oleh KOREM daerah sekitar untuk
memimpin desa Mejayan. Tujuannya pertama itu menyadarkan warga
sekitar yang eks PKI, dan tentang permasalahan KTP Merah yang dimiliki
oleh mantan PKI. Saya merasa kasihan dengan warga yang seperti itu,
karena mereka dipersulit untuk ngurus surat-surat.” (lampiran 1)
Menurut Karl D. Jackson, kewibawaan tradisional dapat dikatakan
sebagai penggunaan kekuasaan personalitas yang dihimpun melalui peranan
masa lampau dan masa kini dari yang mempengaruhi sebagai penyedia,
pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status unggul dari mereka yang
punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Kedua, adanya
legitimasi yang berasal dari tradisi seperti dalam kesenian dongkrek yang
merupakan ciri khas dari Caruban, dimana untuk memimpin kesenian tersebut
harus berdasarkan keturunan sebelumya. Dalam hal ini, setiap malam satu
suro terkadang jumat pahing atau juga jumat legi, kesenian Dongkrek
dipimpin langsung oleh mbah Dulrohim. Namun, saat ini kesenian dongkrek
56
dipimpin oleh menantunya karena usia dari mbah dulrohim sudah terlalu senja.
Oleh karena itu, dari kedua fenomena yang ada diatas tadi dapat disimpulkan
bahwa di dalam desa Mejayan terdapat pola hubungan traditional authority.
Traditional authority tidak hanya mengandaikan seorang tuan yang
berkuasa, sang tuan memiliki hamba yang senantiasa mendukung, sehingga
ada hubungan Tradisional Authority Relationship. Dengan gambaran bahwa
ibu Paniyem ini sangat mendapatkan kepercayaan dari ibu Sumiati dengan
membawa buku Arisan yang dipasrahkan. Juga bu Paniyem ini sangat dekat
hingga seperti saudara walaupun tidak memiliki garis saudara langsung.
Kemudian Bu Sumiati ikut membantu sedikit kehidupan ibu paniyem dengan
memberikan uang saku kepada anaknya, walaupun tidak setiap hari tetapi
sering sekali. Juga ibu paniyem ini ada kesulitan maka ibu Sumiati juga ikut
membantu. Jadi Ibu Paniyem mengabdi juga kepada ibu Sumiati. Bu Paniyem
ini tidak terlalu mengandalkan gaji bulanan yang dari Bu Sumiati. Karena Bu
Paniyem mendapat bantuan tidak hanya uang saja tetapi bantuan-bantuan
secara tidak langsung oleh Bu Sumiati. Gaji bulanannya juga dalam bentuk
arisan sembako yang memang Bu Paniyem sengaja diikutkan Arisan sembako
setiap bulannya oleh Bu Sumiati. Jadi ini bentuk Tradisional Authority
Relationship yang ada di Desa Mejayan Ini.
57
‘’ya bisa dibilang saya dengan bu Sumiati ya seperti keluarga, walaupun
saya tidak ada hubungan saudara sama sekali dengan ibu. Tapi ibu sangat
baik kepada saya juga keluarga saya, dimana saya banyak dibantu oleh
keluarga saya dengan keluarga ibu. Pak dar suami bu sumiarti juga
membantu suami teman saya yang bekerja sama ibu menjdi PNS.’’ (lampiran
2)
Kewibawabaan tradisional berbeda dengan bentuk ketiga kekuasaan
yang disebut sebagai imbalan atau perampasan (reward/deprivation). Tidak
58
seperti imbalan/perampasan, kewibawaan tradisional tidak melibatkan hitung-
menghitung keuntungan-keuntungan pribadi yang segara oleh si pengikut.
Tidak pula si pengikut menganggapnya sebagai perjajian di mana ia
menyediakan pelayanan tertentu sebagai tukaran bagi tingkat ganti rugi yang
telah ditetapkan lebih dahulu. Sekalipun sipemimpin mungkin telah
melakukan banyak hal bagi para pengikutnya pada waktu yang lalu. Dan
sekalipun ia mungkin berkewajiban untuk terus membagikan kebaikan masa
hati yang dimasa datang, namun pola kekuasaan bukanlah suatu pola yang
mempertukarkan imabalan bagi jasa. Konsep si pengikut menetapkan apakah
mendukung atau tidak mendukung pemimpinnya secara politik atas dasar
perhitungan cermat berlebihnya keuntungan di atas biaya merupakan hal yang
asing pada sistem kewibawaan tradisional.
Bahwa legitimasi yang dimiliki oleh patron berlangsung secara lama
dan juga secara turun temurun. Jadi legitimasinya diwariskan dari generasi ke
generasi. Jadi apabila kepatuhan yang lebih dari dua puluh lima tahun dan
diwariskan dari ayahnya kepada anaknya. Kewibawaan tradisional ini bukan
hanya dipandang hanya sekedar ikatan kesempatan dan kenyamanan tetapi
melainkan dipandang sebagai ikatan yang mempertautkan baik pemimpin
maupun pengikut kepada generasi-generasi terlebih dahulu. Kemudian
tradisional menyiratkan bahwa kepemimpinan agaknya lebih berpindah
kepada bahu mereka tetapi martabat warisan (Inherited status) ketimbang
martabat hasil dari pencapaian (achieved status). Misalnya para pemegang
kekuasaan sering diserahkan kepada keluarga dan kerabatnya yang menjabat
secara tradisional. Atau berpindah kepada orang lain yang memiliki
pengetahuan agama atau pengetahuan istimewa yang juga sudah sejak lama.
Kewibawaan tradisional dan patronase (atau hubungan patron klien) jelas
berbagi banyak kualitas.
59
Kepercayaan warga desa kepada keluarga Mbah Dulrohim menjadi
salah satu faktor pembuktian, bahwasanya konsep traditional authority juga
berlaku di desa ini. Terbukti dengan adanya jabatan selama 27 tahun yang di
amanatkan kepada Mbah Dulrohim selaku Kepala Desa. Tak terhenti di sini
saja, representasi keluarga Dulrohim juga berlanjut di anaknya yaitu Ibu
Sumiyati, yang sekarang menjabat sebagai bendahara desa. Pembuktian
representasi elite dalam hal ini keluarga Mbah Dul, menjadi tolak ukur
terbuktinya konsep Traditional Authority yang berada di desa Mejayan.
Tidak hanya di desa mejayan juga
Kedua jenis hubungan ini bersifat asimetris dan juga vertikal juga
dwitunggal. Ikatan ini adalah hubungan pribadi, tatap muka antara pemimpin
dan pengikut. Pertalian horizontal ini bersifat kuat antara mereka yang
bermanfaat, bahkan diantara individu-individu yang memiliki kesetian
kepada pemimpin yang sama. Patron atau tokoh-tokoh adalah seorang yang
sebagai perantara yang mutlak yang diperlukan antara kelompok yang
beraneka ragam.
3.2 REPRESENTASI POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DI DALAM
PEMERINTAHAN DESA MEJAYAN
3.2.1 Struktur Pemerintahaan Desa Mejayan
Pemerintahan desa Mejayan saat ini dikepalai oleh seorang
warga dusun Gendoman yang bernama Titik Handayani. Titik
Handayani selain merupakan seorang kepala desa, ia juga sedang
menekuni bisnis yang sudah dimulainya sejak lama bahkan sebelum ia
menjabat sebagai kepala desa yakni mendistribusikan kebutuhan
material bangunan. Kepala desa yang menjabat saat ini merupakan
kontraktor sukses yang juga memiliki berbagai usaha yang
kebanyakan berdiri di luar daerah. Kesuksesan bisnisnya juga diiringi
oleh kesuksesan politiknya di desa Mejayan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya fakta yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahannya cukup tinggi.
Berikut adalah keterangan seorang warga yang kami wawancarai
berkaitan dengan pemerintahan bu Titik.
“Bu Titik itu orangnya baik mbak. Dia nggak beda-bedain mana orang
kaya mana orang miskin. Semuanya dirangkul, disapa, diperhatiin.
Selama jadi lurah juga dia banyak mbangun desa. Itu kantor kepala
desa itu dari dulu sampai sekarang nggak pernah libur tukangnya, ada
saja yang dibangun. Bu Titik kan sudah kaya ya mbak, jadi nggak
bakal dia doyan makan uang rakyatnya. Kalau yang lain saya nggak
tau lagi mbak. Tapi kalau ada pemilihan lagi saya pilih bi Titik lagi
deh”. (hasil wawancara kuisioner)
Elite pemerintahan desa selain Kepala desa ada Sekretaris desa
yang bernama bapak Suparman. Bapak Suparman ini merupakan
seorang sarjana, yang dengan gelarnya ini menurut pengakuan bu Titik
beliau sering kali dijadikan bahan rujukan oleh perangkat-perangkat
desa yang lain melebihi bu Titik. Secara politis dapat dikatakan bahwa
Sekretaris desa ini merupakan oposisi bu Titik, namun hal itu
berlangsung diawal masa pemerintahan bu Titik dimana saingan
politiknya yakni pak Rudi Hartono masih berada di Mejayan.29 Saat
ini menurut pengakuan bu Titik sudah tidak ada lagi perangkat yang
60
29 Rudi Hartono adalah saingan bu Titik Handayani dalam Pilkades tahun 2004 lalu. Rudi Hartono mendapat banyak dukungan dari elite desa sewaktu itu, namun Titik Handayani berhasil meraih kemenangan telak dengan perolehan suara 1632 suara, sedangkan Rudi Hartono hanya 581 suara dan kandidat lainnya yakni Sudarto juga 581 suara. Saat ini Rudi Hartono telah berpindah ke luar daerah akibat mengalami kebangkrutan dalam usaha di desa Mejayan.
berpihak ke orang lain dan lebih fokus untuk bekerja demi kemajuan
desa.
“Pak Sekdes itu orang pintar mbak. Pendidikannya tinggi tidak
seperti saya yang hanya lulusan SMP. Karena itulah beberapa
perangkat desa banyak yang lebih percaya dia kalau ada masalah-
masalah gitu. Tapi saya harus tegas mbak, lawong saya yang mimpin
kan. Saya tegur saja mereka yang tidak menghargai saya sebagai
pemimpin desa. Saya ingatkan lagi kepada mereka: Lurahmu inu
aku, lak urusan ngene iki lapore yo kudu nang aku. “(lampiran 7)
Bagan 1.1 Struktur Kepemerintahan Desa Mejayan
Selain Sekdes, perangkat desa yang cukup memiliki kekuasaan yang
tinggi adalah Bendahara desa yakni bu Sumiati. Bu Sumiati merupakan putri
dari tokoh masyarakat terpandang yang sekaligus mantan kepala desa Mbah
Dulrahim. Bu Sumiati menjabat menjadi Bendahara desa lebih dari dua puluh
tahun. Ia menjadi Bendahara desa sewaktu bapaknya memerintah, kemudian
61
62
saat kakaknya yakni Joko Purnomo menggantikan bapaknya ia juga
menduduki jabatan yang sama. Hingga saat ini meskipun kepala desanya sama
sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan dengannya namun ia tetap
dipercaya sebagai Bendahara desa. Dari fakta ini dapat dinyatakan bahwa
Bendahara desa merupakan jabatan yang melegitimasi dalam dirinya dan lebih
kepada jabatan sosial daripada jabatan politis.
3.2.2 Representasi Pola Hubungan Patron-client didalam Pemerintahan Desa
Mejayan
Dalam penelitian yang penyusun lakukan menemukan bahwa pola
hubungan patron-client telah ditemukan ditengah kehidupan masyarakat
Mejayan di dusun Porong. Patron-client merupakan pola hubungan yang
saling menguntungkan (dialogal). Client (yang dikuasai) mendukung
sepenuhnya kemauan penguasa apabila patron mampu memenuhi kebutuhan
client. Apabila patron tidak dapat memenuhi kebutuhan client maka client
akan sangat mudah berpindah mencari patron client lain. Sehingga hubungan
patron-client cenderung opportunis.
Berdasarkan struktur pemerintahan diatas dan pemaparan tentang pola
hubungan elit massa yakni hubungan patron client yang terjadi di Dusun
Porong Desa Mejayan telah terbukti bahwa pola hubungan patron client
tersebut terepresentasikan di dalam pemerintahan Desa Mejayan yakni Bapak
Lilik Suwarno yang menjabat sebagai Staff UR Kesra ternyata juga menjadi
seorang patron di dusun Porong meskipun beliau mengatakan para client atau
pekerja sawahnya berada dari luar desa lain. Hubungan patron client yang
terjadi di Desa Mejayan memang tidak sekompleks teori yang digambarkan
oleh Keith Legg yakni harus ada hubungan timbal balik dan mencari
keuntungan sehingga hubungan antara patron dan client terutama patron yang
menjadi perangkat desa tidak seberapa terungkap atau jelas karena client dari
Pak Lilik Suwarno berasal dari desa lain. Sebagai seorang perangkat desa Pak
63
Lilik Suwarno mendapatkan sawah bengkok seluas 1 Hektar dan yang
menjadi para pekerjanya adalah dari desa lain.
Selain patron diatas kami juga menemukan patron lain yang bernama
Pak Saji. Beliau adalah Staff Urusan Umum yang tergabung dalam struktur
pemerintah desa Mejayan sehingga mendapatkan sawah bengkok seluas 1
Hektar dan mempekerjakan orang dari desa lain sehingga kami tidak dapat
menelusuri para pekerja tersebut karena diluar area penelitian yang telah
ditentukan. Selain sebagai patron Pak Saji juga sebagai client yang
memrepresentasikan hubungan itu dengan mengerjakan sawah bengkok milik
Bu Sumiati. Pak Saji sangat setia kepada bu Sumiati yang merupakan anak
dari mbah Dulrohim sesepuh dari Desa Mejayan. Kesetiaan tersebut
dibuktikan dengan mengerjakan sawah bengkok milik Bu Sumiati dengan
bayaran sukarela. Dengan kepercayaan Bu Sumiati terhadap Pak Saji tersebut
membuktikan bahwa Pak Saji memang setia ke Bu Sumiati.
3.2.3 Representasi Pola Hubungan Traditional Authority didalam
Pemerintahan Desa Mejayan
Selain hubungan patron client yang terepresentasikan dalam struktur
pemerintah desa Mejayan ternyata pola hubungan Traditional Authority
Relationship juga terepresentasikan dalam struktur pemerintah desa. Karl D.
Jackson mendefinisikan kewibawaan tradisional atau Traditional Authority
Relationship sebagai penggunaan kekuasaan personalitas yang dihimpun
melalui peranan masa lampau dan masa kini dari yang mempengaruhi sebagai
penyedia, pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status unggul dari
mereka yang punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Sekali
telah mapan, tokoh kewibawaan tradisional tak perlu mengancam,
menawarkan imbalan benda atau yang bersifat lambang, mencoba
menganjurkan atau mengacu kepada aturan yang mengatur peranan-peranan.
Hubungan yang terepresentasikan adalah Bu Sumiati yang merupakan
anak dari mbah dulrohim sesepuh Desa Mejayan. Pernyataan tersebut telah
menguatkan betapa terbuktinya politik dinasti atau yang sering kita dengar
dengan politik kekeluargaan. Posisi yang diraih oleh Bu Sumiati seakan
menggambarkan bahwasanya dia tidak akan pernah menjabat sebagai
bendahara desa, jika dia bukan merupakan anak dari sesepuh desa yaitu Mbah
Dulrohim. Determinan tersebut terjadi akibat konsep traditional authority
yang dimunculkan dari kekuatan kharismatik dan jiwa pengayom seorang
Dulrohim yang menjabat sebagai Kepala Desa selama dua periode berturut-
turut. Bu Sumiati bekerja sebagai salah satu perangkat desa Mejayan yakni
sebagai Staff Urusan Keuangan atau yang lazim disebut Bendahara Desa
selama lebih dari dua puluh tahun.
Bu Sumiati atau yang oleh masyarakat dipanggil dengan nama
familiarnya mbak Ti memiliki relasi khusus dengan perangkat-perangkat desa
yang ada. Ia memiliki relasi khusus dengan pak Saji staff bagian Umum desa.
Menurut pengakuannya, ia telah mempercayakan bengkoknya kepada pak Saji.
Relasi yang terbentuk lebih berpola Traditional Authority, karena rupanya pak
Saji tidak berlandaskan keuntungan ekonomi dalam membantu menguruskan
bengkok bu Sumiati akan tetapi lebih berdasar pada pengabdian kepada
keluarga mbah Dulrahim.
“Saya dapat bengkok satu hektar mbak. Bengkok saya diurus sama pak
Saji. Saya tidak mengurusi bengkok karena sudah percaya dengan pak
Saji yang sudah lama membantu keluarga saya. Pokoknya nanti waktu
panen saya terima hasilnya saja dan pembagiannya itu nanti terserah
pak Saji. Pak Saji sendiri kan juga punya bengkok, jadi sekalian saya
nunut pekerjanya dia. Sama-sama nggarap sawah kalau diatur
bebarengan lak tambah echo toh mbak.”(lampiran 9)
64
65
Selain itu, pola hubungan Traditional Authority juga terdapat pada
hubungan diantara Bu Sumiati dengan ketua RT III Dusun Sumber Suko.
Ketua RT III RW I tersebut beristrikan Bu Paniyem yang mengabdi kepada
keluarga mbah Dulrahim. Bu Paniyem sangat setia kepada Bu Sumiati.
Kesetiaan tersebut dibuktikan dengan tidak mengeluhnya Bu Paniyem hanya
digaji kurang dari UMR tetapi Bu Paniyem tetap bekerja dengan Bu Sumiati
dan tidak mau berpindah ke orang lain. Bu Paniyem juga dipercaya oleh Bu
Sumiati untuk membawa uang arisan dari 2 RT sekaligus. Dengan
kepercayaan Bu Sumiati terhadap Bu Paniyem tersebut membuktikan bahwa
Bu Paniyem memang setia ke Bu Sumiati sehingga menyebabkan beliau
mempercayakan uang arisan ke Bu Paniyem. Tidak hanya itu, mbah Dulrohim
yang saat itu tidak lagi menjabat sebagai kepala desa masih memegang
peranan dalam pengambilan keputusan desa maupun kabupaten. Hal ini
dikuatkan dengan adanya keterlibatan Mbah Dulrohim dalam setiap rapat
pertemuan elite desa.
Dari beberapa penuturan warga desa mejayan, mereka mengakui
kewibawaan dan kharismatik seorang mbah Dulrohim, hal ini terbukti dengan
dipercayanya mbah Dulrohim menjadi sebagai pemecah konflik maupun
sebagai penengah (mediator) apabila terjadi sebuah konflik dalam masyarakat
desa Meejayan tersebut walaupun mbah Dulrohim sudah tidak menjabat
sebagai Kepala Desa lagi. Disini dapat dijelaskan bahwa hubungan
masyarakat desa Mejayan dengan Mbah Dulrohim ini masih relative
tradisional relationship karena beliau masih cenderung menjadi panutan
hingga masih disegani oleh masyarakat Desa Mejayan.
Hingga saat ini, keterlibatan mbah Dulrohim dalam pembuatan
kebijakan desa maupun dalam setiap rapat pertemuan elit-elit yang ada di desa
Mejayan. Kualitas pemimpin sosok mbah Dulrohim sudah tidak bisa
dipertanyakan lagi, beliau menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975
66
sampai 2000. Tentunya bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah
menjabat suatu jabatan Kepala Desa dalam dua periode sejak tahun 1975
sampai pada tahun 2000. Pada awal jabatannya itu beliau mula-mula ditunjuk
oleh KOREM yang ada di daerah sekitar dalam rangka untuk memimpin desa
Mejayan. Tentu saja KOREM memerintah mbah Dulrohim bukan tanpa ada
tujuan, tujuannya yang pertama itu adalah untuk menyadarkan warga sekitar
yang eks PKI tentunya, dan tentang permasalahan KTP Merah yang dimiliki
oleh mantan PKI.Ketika wawancara saat itu, beliau secara terang-terangan
menuturkan bahwa beliau merasa kasihan dengan warga sekitar yang eks PKI,
karena mereka dipersulit untuk ngurus surat-surat misalkan saja dalam
pembuatan surat-surat penting mereka sangat sulit untuk proses mengakses
hingga mendapatkannya, bahkan ada juga yang tidak bisa mengakses maupun
mendapatkannya.
Selama 30 tahun mbah Dulrohim memimpin mejayan, sudah dua kali
terjadi pemiliha kepala desa, yang pertama pada tahun 1975 dimana terdapat
lima calon yang bersaing untuk menjadi kepala desa. Namun, mbah Dulrohim
kembali dipercaya untuk memimpin mejayan oleh warganya. Sedangkan pada
tahun 1982 pemilihan terjadi melibatkan dua kandidat, salah satunya mbah
Dulrohim. Namun, tetap saja Dulrohim yang kembali menjadi kepala desa.
Dulrohim kembali dipercaya menjadi kepala desa karena warga memang
masih percaya terhadap beliau. Dulrohim dianggap pantas untuk memimpin
Mejayan karena catatan historisnya selama menjadi kepala desa Mejayan
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa Traditional Authoritarian Relationship
memang terjadi di Mejayan. Selain Traditional Authoritarian Relationship,
terdapat pula pola hubungan Patron-Client Relationship. Ini dapat ditunjukkan
dari bentuk usaha yang dilakukan para warga Mejayan yang mayoritas
memang merupakan berbentuk pertanian. Bentuk usaha tani yang terjadi di
Mejayan juga berupa pola antara tuan tanah dan buruh yang merupakan ciri
dari Patron-Client Relationship.
67
3.3 POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DALAM PROSES PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN DI DESA MEJAYAN
3.3.1 Program-Program Kesejahteraan Masyarakat
Program kesejahteraan masyarakat atau program bantuan sosial
merupakan pengejewantahan dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat
(1) yang menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh Negara. Program
Bantuan Sosial bersifat hibah atau kompensasi dengan memanfaatkan sumber
dana yang didapat dari individu, kelompok anggota masyarakat dan atau
pemerintah. Dengan perkembangan sosial ekonomi suatu Negara, Program
bantuan sosial yang semula hanya berbentuk hibah saja berubah orientasinya
menjadi program yang lebih memberikan manfaat berkelanjutan melalui
bantuan pemberdayaan dan atau stimulan agar sasaran program bantuan bisa
menjadi mandiri kecuali bagi sasaran program yang memang sudah tidak
potensial sama sekali seperti lanjut usia yang jompo, miskin terlantar dan lain-
lain.30
Desa Mejayan merupakan desa yang sedang mengalami transisi dari
kehidupan tradisional pedesaan menuju masyarakat modern. Nilai-nilai
tradisional yang kuat 31 dihadapkan dengan masuknya nilai-nilai modern
bertepatan dengan lokasi strategis desa yang juga merupakan kota Kecamatan.
Berdasarkan keterangan yang kami dapat dari wawancara bersama Kepala
Desa pada tanggal 24 Mei 2012 lalu, kita mendapatkan informasi bahwa desa
Mejayan sering menjadi desa percontohan bagi desa-desa lainnya dalam hal
pelaksanaan program-program dari pemerintah baik itu pusat, tingkat I
30 SDT Kebijakan Kependudukan 2011. www.Sudarto.staff.fisip.uns.ac.id;. (diakses pada tanggal 22 Mei 2012)
31 Nilai-nilai tradisional yang kuat ini dapat ditunjukkan dengan eksistensi kesenian tradisional yang bernama ‘Dongkrek’ yang mana dilestarikan oleh salah satu tokoh masyarakat di desa Mejayan dan diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat utamanya kaum muda-mudi di desa Mejayan.
mapupun tingkat II. Desa ini juga telah menerapkan prosedur administratif
yang cukup rapi mulai dari proses sosialisasi sampai pelaksanaan program-
programnya.
Dari wawancara dengan kepala desa ibu Titik Handayani kita
mendapatkan informasi bahwa program-program pemerintah yang telah
masuk desa diantaranya adalah: (1) PNPM Mandiri dari pemerintah pusat, (2)
BKD (Bantuan Keuangan Desa) dari pemerintah provinsi, dan (3) Bantuan
RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang bersumber dari ADD (Alokasi Dana
Desa) beserta swadaya masyarakat. 32 Bantuan RTLH ditujukan kepada
masyarakat yang huniannya masih kurang layak untuk ditempati. Bantuan ini
merata disemua RT yang memutuskan juga ketua RT masing-masing melalui
musyawarah di masing-masing RT.
68
“Program-program yang masuk didesa ini bisa dibilang paling banyak mbak.
Bahkan desa ini sering dijadikan percontohan oleh pemerintah bagi desa-desa
lainnya. Meskipun kita juga terkadang kesulitan untuk meloloskan pengajuan
proposal kita karena mereka menganggap desa ini sudah lumayan maju
pembangunannya tetapi saya selalu mengupayakannya demi kesejahteraan
masyarakat Mejayan. Jadi bantuan yang sudah sampai didesa ini kira-kira
ada yang namanya PNPM Mandiri terus BKD, selain itu juga ada raskin.
PNPM Mandiri itu diwujudkan dengan berdirinya TK disebelah itu mbak,
namanya TK Mardi Siwi. Juga pembangunan parit di dusun Kronggahan.
Terus BKD itu diwujudkan dengan adanya pinjaman-pinjaman masyarakat
melalui koperasi. Semua kebijakan ini dimusyawarahkan oleh masing-masing
RT nya. Desa nanti tinggal menindak lanjuti keputusan yang sudah di gedok
dalam rapat RT. (lampiran 9)
32 Swadaya masyarakat biasanya berbentuk sumbangan tenaga, material bangunan, uang, maupun makanan bagi pekerja.
69
A. Bantuan Pemerintah Pusat
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa
keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan
bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta
berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. 33
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri.
Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga
pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.34
PNPM Mandiri di desa Mejayan menurut keterangan ibu Kepala Desa
terealisasikan dengan berdirinya TK Mardi Siwi yang bertempat berjajar
dengan kantor Kepala Desa, selain itu juga pembangunan parit di dusun
Kronggahan dan juga di dusun Porong yang saat peneliti terjun ke lapangan
pembangunan parit sedang dalam proses pengerjaan. Dari kepala dusun
Sumber Suko bapak Dodik, kami mendapatkan informasi bahwasanya
PNPM Mandiri ini diantaranya diwujudkan dengan adanya Lembaga Simpan
Pinjam. Lembaga ini memberikan pinjaman usaha bagi sekelompok warga
yang terdiri dari masing-masing per-kelompok sepuluh orang.
33 http://jdih.bpk.go.id/wp‐content/uploads/2011/03/PTO‐PNPM‐Perdesaan2008tm.pdf (diakses pada tanggal 05 Juni 2012 pukul 18.12 WIB) 34 http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan (diakses pada tanggal 05 Juni 2012 pukul 18.14 WIB)
“ PNPM di dusun Sumber Suko kita wujudkan dengan berdirinya
lembaga peminjaman modal usaha yang diketuai bu Fransiska Tinuk.
Jadi prosedurnya yang boleh mengajukan peminjaman adalah
mereka yang tergabung dalam satu kelompok yang terdiri dari
sepuluh orang.”(lampiran 8)
Program ini salah satunya memang memiliki tujuan untuk
membangkitkan minat usaha yang berbasiskan gotong royong antar warga
masyarakat. Namun kenyataannya meskipun telah dibentuk berkelompok
rupanya dalam mengimplementasikannya masyarakat menjalankan usahanya
secara terpisah. Mereka berkelompok hanya sebagai kolektivitas untuk
mendapatkan uang. Setelahnya usaha yang mayoritas berbentuk produksi
tempe dan pendirian kios-kios kecil ini dijalankan secara individu dan tidak
ada tindak lanjut kelompok.
70
“Usaha yang dijalankan oleh ibu-ibu yang mendapat modal usaha itu
disini mayoritas berbentuk produksi tempe Karena ya mbak, Sumber
Suko ini dusun yang banyak usaha pembuatan tempenya, tempe
Sumber Suko terkenal yang paling enak di desa Mejayan, bahkan
didesa lain juga. Terus juga banyak diantara mereka yang
mendirikan kios dengan modal usaha itu.”(lampiran 8)
B. Bantuan Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan hibah kepada desa
yang dikenal dengan sebutan Program BKD. Menurut Bendahara Desa ibu
Sumiati, BKD diwujudkan dengan didirikannya organisasi baru yang
bernama KOPWAN (Koperasi Wanita) yang berperan dalam merangsang
semangat berwira usaha masyarakat. KOPWAN diantaranya menghasilkan
berbagai macam usaha seperti konveksi, pertanian dan industri-industri
rumah tangga seperti produksi tempe, tahu, makanan tradisional, roti dan
lain sebagainya. Selain itu BKD juga diwujudkan dengan adanya
pembangunan jalan di dusun Robahan.
“KOPWAN itu bersumber dari BKD mbak. Provinsi menghibahkan
uang dua puluh lima juta untuk kemudian dikelola dalam lembaga
KOPWAN. Masyarakat bisa meminjam modal usaha melalui KOPWAN
dan selama ini kira-kira sudah banyak usaha konveksi yang dimodali
oleh KOPWAN. Meskipun statusnya Koperasi wanita, kami juga
meminjamkan modal usaha bagi pertanian.” (lampiran 9)
C. Bantuan Pemerintah Kabupaten
Melalui Dinas Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten memberikan
bantuan kepada masyarakat desa Mejayan berupa Program RTLH. Program
bantuan perbaikan RTLH ini dilaksanakan oleh dinas Pekerjaan Umum
kabupaten Caruban. Dinas PU bersama dengan masyarakat berswadaya
memperbaiki rumah-rumah yang kurang layak.
D. Bantuan Pemerintah Desa
ADD yang bersumber dari pemerintah Kabupaten diantaranya
diwujudkan dengan adanya bantuan perbaikan rumah warga yang tidak layak
atau yang dikenal sebagai program perbaikan RTLH. Selain itu ADD di
dusun Sumber Suko juga diwujudkan dengan adanya pembangunan
infrastruktur berbentuk jalan setapak di wilayah RT 3 dan RT 4. Beliau
menyatakan bahwa dana yang diterima masing-masing dusun termasuk
71
Sumber Suko tidak mencukupi terselenggaranya program ini. Namun
kemudian Kepala Dusun dan RT setempat menghimpun masyarakat untuk
saling bergotong royong membantu kesuksesan program ini dengan cara
menyumbang tenaga, material bangunan, dana, dan juga makanan. Menurut
beliau program-program bantuan masyarakat seperti ini sesungguhnya hanya
berperan sebagai perangsang bagi bangkitnya swadaya masyarakat sekaligus
melestarikan budaya gotong royong di desa-desa.
“ADD kalau di dusun Sumber Suko diwujudkan dengan pembangunan
jalan setapak di wilayah RT 3 dan RT 4 mbak. Masing-masing RT
kebagian dana sebesar satu juta dua ratus lima puluh ribu. Itu kalau di
itung-itung sebenarnya gak nyukupi mbak, tapi ya kita mengakalinya
dengan cara menghimpun swadaya masyarakat sekitar. Hampir
seluruhnya turut serta dalam pembangunan itu. Ada yang urun material,
duit, tenaga dan juga makanan buat yang kerja. Ya itu kan berarti
gotong royong di desa ini masih berjalan, bantuan-bantuan itu sifatnya
hanya sebagai perangsang tumbuhnya sikap gotong royong dan
kerukunan warga toh mbak.” (lampiran 8)
3.3.2 PROSES PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN DI
DESA MEJAYAN
Kepala desa saat kita wawancarai berkaitan dengan proses pembuatan
dan pelaksanaan keputusan di desa Mejayan menyatakan bahwa
pemerintahannya telah melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Beliau memang mengaku bahwasanya dirinya selaku
kepala desa banyak mempengaruhi pemerintah diatasnya agar desa Mejayan
lolos sebagai penerima bantuan. Beliau secara eksplisit memaparkan kepada
kami bagaimana kronologi tembusnya bantuan PNPM Mandiri di desa
Mejayan. Beliau mengaku bahwa ia banyak melakukan proses lobbying
kepada petugas yang bertugas mensurvey desa Mejayan sebagai calon
72
penerima bantuan. Rupanya petugas tersebut mempersulit desa Mejayan untuk
menerima bantuan dengan alasan desa Mejayan sudah cukup bisa mandiri
pembangunannya. Pada akhirnya dengan pengalaman sebagai kontraktor yang
sudah lihai dalam memenagkan tender proyek, beliau kemudian langsung
melaju kepada Pemerintah Kabupaten dan melobby petugas-petugas terkait
untuk meloloskan desa Mejayan sebagai penerima bantuan.
Kemudian berkaitan dengan pembuatan dan pelaksanaan keputusan
desa dalam merealisasikan program-program ini beliau menyatakan bahwa
semua tahap dilaksanakan secara prosedural. Kepala desa menyampaikan
program-program yang diterima desa kepada pihak yang terkait diantaranya
ketua RT ataupun kepala dusun. Merekalah yang akan menentukan siapa saja
yang berhak menerima bantuan tersebut melalui rapat-rapat yang mereka
selenggarakan di wilayah masing-masing. Program yang berjenis
pembangunan infrastruktur desa juga dirapatkan bersama segenap perangkat
desa bersama dengan kepala wilayah masing-masing.
“Program-program yang masuk didesa ini bisa dibilang paling banyak
mbak. Bahkan desa ini sering dijadikan percontohan oleh pemerintah bagi
desa-desa lainnya. Meskipun kita juga terkadang kesulitan untuk meloloskan
pengajuan proposal kita karena mereka menganggap desa ini sudah
lumayan maju pembangunannya tetapi saya selalu mengupayakannya demi
kesejahteraan masyarakat Mejayan. Jadi bantuan yang sudah sampai didesa
ini kira-kira ada yang namanya PNPM Mandiri terus BKD, selain itu juga
ada raskin. PNPM Mandiri itu diwujudkan dengan berdirinya TK disebelah
itu mbak, namanya TK Mardi Siwi. Juga pembangunan parit di dusun
Kronggahan. Terus BKD itu diwujudkan dengan adanya pinjaman-pinjaman
masyarakat melalui koperasi. Semua kebijakan ini dimusyawarahkan oleh
masing-masing RT nya. Desa nanti tinggal menindak lanjuti keputusan yang
sudah di gedok dalam rapat RT.” (lampiran 7)
73
Hampir keseluruhan warga yang kami wawancarai menyampaikan
bahwa proses pelaksanaan program-program pemerintah dilaksanakan dengan
tahapan yang prosedural. Mereka mendapatkan informasi mengenai program
tersebut dari RT/RW mereka. Dari salah satu ketua RT di desa ini, tepatnya
ketua RT IV RW I Dusun Sumber Suko bapak Hariyanto kami mendapatkan
informasi bahwa program-program pemerintah yang masuk ke desa Mejayan
disampaikan kepada beliau bersama ketua RT lainnya oleh Kepala desa dan
perangkat desa terkait, untuk kemudian di sosialisasikan kepada warganya.
Dari musyawarah di masing-masing wilayah RT tersebutlah kemudian
ditentukan siapa yang akan menerima program-program tersebut. Hal yang
senada juga disampaikan oleh para kepala dusun.
“Rapat RT kita selenggarakan setiap tanggal 15 mbak. Disitu nanti kita
akan ngomong masalah-masalah seputar lingkungan RT, semisal ada
orang yang arep nduwe gawe terus mau minta bantuan warga buat dadi
sinom atau juga mau minjem peralatan rumah tangga yang dimiliki oleh RT
kita. Selain itu nanti di sana juga akan dibahas usulan-usulan warga
berkaitan dengan pembangunan di lingkungan RT. Sosialisasi program
dari pemerintah juga disosialisasikan lewat kumpulan ini mbak. Jadi
disana itu saya sebagai ketua RT menyampaikan perihal program yang kita
dapatkan terus nanti ada yang usul siapa atau daerah mana di RT ini yang
akan kebagian program itu. Setelah itu nanti langsung saya laporkan
kepada desa dan langsung ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.”(hasil
wawancara kuisioner)
3.3.3 POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DALAM MEMPENGARUHI
PROSES PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN DESA
74
75
A. Pola Hubungan Patron-klien dalam Proses Pembuatan dan Pelaksanaan
Keputusan di Desa Mejayan
Patron di desa Mejayan yang kami contohkan sebelumnya
merupakan seorang pengusaha home industry roti yang sama sekali tidak
memiliki relasi khusus dengan para perangkat desa.35 Beliau merupakan
penduduk yang tidak mengikuti satupun kegiatan kemasyarakatan karena
sibuk mengurusi bisnisnya. Keputusan desa yang dikeluarkan oleh
pemerintah desa selalu ditanggapinya dengan apresiasi yang baik selama
ini. Menurutnya apapun yang diputuskan oleh pemerintah desa, selama
itu tidak merugikan bagi usahanya beliau akan senantiasa mendukungnya.
Program dari pemerintah pusat berupa PNPM Mandiri yang jatuh di
desa Mejayan salah satunya terwujud dengan adanya pembuatan parit di
dusun Porong. Kami melihat pembangunan ini juga melewati depan
rumah bu Lamisri. Beliau menyatakan bahwa program ini sangat
bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat sekitar dusun
Porong pada umumnya. Pembuatan parit sudah lama dinanti-nantikan
oleh warga dan sebagian wilayah di dusun Porong yang telah dijanjikan
untuk dibangunkan parit terus menagih janji tersebut ke pemerintah desa.
Pembuatan parit memang termasuk program yang dijanjikan oleh
kepala desa sewaktu kampanye dulu. Selain pembangunan parit, kepala
desa rupanya juga menjanjikan pembangunan-pembangunan lainnya
seperti pelebaran mupun perbaikan jalan raya juga pendirian TK Mardi
Siwi. Masyarakat telah menilai bahwa sebagian besar janji-janji kepala
desa telah ditepati. Namun beberapa seperti pembuatan parit di wilayah
RT 11 dusun Porong dan pembangunan jalan setapak di RT 4 dusun
Sumbersuko belum terselenggara.
Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
hubungan patron-klien tidak mempengaruhi proses pembuatan dan
35 Pola hubungan patron‐klien
pelaksanaan keputusan di desa Mejayan. Akan tetapi melihat fakta bahwa
program-program yang dibuat merupakan bagian dari kontrak sosial
kepala desa kepada warga masyarakat ketika kampanye pemilihan kepala
desa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan di desa Mejayan dipengaruhi oleh tekanan dari masyarakat
yang menagih janji-janji kepala desa sewaktu itu. Namun tetap saja
kekuatan masyarakat tidak cukup kuat untuk mempengaruhi keputusan
pemerintah desa sebab kekuatan mereka untuk mempengaruhi kebijakan
desa tidak terepresentasikan dalam pemerintahan desa.
B. Pola Hubungan Traditional Authority dalam Proses Pembuatan dan
Pelaksanaan Keputusan di Desa Mejayan
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa di desa
Mejayan terdapat pola hubungan traditional authority yang melibatkan
keluarga seorang tokoh masyarakat mantan elit pemerintahan desa.
Keluarga mbah Dulrahim merupakan ‘dinasti’ penguasa desa Mejayan
karena berturut-turut keluarganya memimpin desa. Baru kali ini keluarga
mbah Dulrahim tidak menduduki posisi sebagai pemimpin desa. Namun
tetap saja anak perempuannya yang bernama bu Sumiati dapat menduduki
posisi sebagai bendahara desa. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
76
Mbah Dulrahim
Kepala Desa Mejayan
Tahun 1975-2000
Sumiati Joko Purnomo
Bendahara Desa Mejayan
Tahun 1982-sekarang
Kepala Desa Mejayan
Tahun 2000-2009
77
Bagan 1.1 Silsilah Dinasti Keluarga Dulrahim
Sumber: Data peneliti
Dinasti keluarga Dulrahim menduduki kekuasaan desa selama
beberapa generasi. Oleh karena itu relasi yang dapat dibangun oleh keluarga
ini meluas dari penduduk biasa sampai para elite pemerintahan desa. Elite
pemerintahan desa yang memiliki relasi yang cukup erat dengan keluarga
Dulrahim diantaranya adalah pak saji bagian urusan umum desa Mejayan
yang dipercaya mengurusi jatah bengkok bu Sumiati, Kepala dusun Sumber
Suko bapak Dodik, ketua RT I RW IV bapak Hariyanto yang istrinya
mengabdi di rumah keluarga Dulrahim.
Meskipun demikian, relasi yang sedemikian ini tidak mempengaruhi
kebijakan yang ada di desa, kecuali bahwa mbah Dulrahim seringkali
mempengaruhi kebijakan desa dengan pendapat-pendapatnya. Perangkat desa
kadang kala masih membutuhkan nasihat dari mbah Dulrahim apabila
pemerintahan desa akan mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan
kesejarahan desa.
78
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi berdasarkan hasil penelitian kelompok kami, di desa Mejayan terdapat
dua pola hubungan elit massa. Pertama adalah pola hubungan Patron Client
Relationship dan yang kedua adalah pola hubungan Traditional Authority
Relationship. Menurut data yang kami temukan di lapangan desa Mejayan lebih
berpola Patron Client Relationship karena penduduk desa Mejayan sudah mulai
banyak berdatangan penduduk dari luar desa dan juga pendidikan penduduk desa
Mejayan yang mayoritas pada jenjang Menengah atau lulusan SMP dan SMA
sehingga penduduknya lebih berpikir rasional dan hubungannya berdasarkan timbal
balik atau atas dasar keuntungan.
Sedangkan untuk pola hubungan Traditional Authority Relationship lebih
minoritas karena hanya beberapa penduduk saja yang masih menjalankan pola
hubungan seperti ini. Seperti penduduk asli yang sudah berumur tua atau diatas 60
tahun karena masih menokohkan mbah dul selaku sesepuh desa Mejayan.
Saran untuk peneliti selanjutnya agar mengerti wilayah yang akan diteliti agar
lebih mudah dan mempersingkat waktu dalam pengumpulan informasi. Dan peneliti
selanjutnya lebih proporsional dalam pembagian tugas dengan anggota kelompoknya
agar terjadi ke efektifan dalam pekerjaan penelitian.
79
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2007
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2007
http://mega.subhanagung.net/?p=613 (diakses pada tanggal 26 April 2012)
http://www.id.wikipedia.org/wiki/desa (diakses pada tanggal 21 Mei 2012)
http://www.kabarpublik.com/2012/05/kades-situ-udik-dengan-rp-100-mampu-
membangun-120-unit-rutilahu-rumah-tidak-layak-huni/ (diakses pada tanggal 26
April 2012)
http://www.Sudarto.staff.fisip.uns.ac.id (diakses pada tanggal 22 Mei 2012)
Jackson, Karl D. Kewibawaan Tradisional, Islam, dan Pemberontakan Kasus Darul
Islam Jawa Barat. Jakarta: , 1990
Leeg, Keith R. Tuan, Hamba, dan Politisi. Jakarta: Sinar Harapan, 1983
Layn, Safrudin Bustam. Dinamika Ikatan Patron Klien. Populis, Volume 3 No 1,
September 2008
Muhammad, Basrowi. Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Surabaya: Kampusina,
2004
Sumber Saparin. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1979.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010
LAMPIRAN
Lampiran 1
80
Mbah Dul : ya macem-macem, yang saya tahu itu genderuwo dan sejenis jin. dedemit itu
dulu diperangi oleh Raden Prawiro Dipuro karena sudah nyerang desa.
Awalnya saat padang bulan, ketika banyak anak-anak bermain tiba-tiba
banyak anak yang nggeblak. Setelah kejadian itu Raden Prawiro Dipuro
diminta untuk berkeliling desa untuk melihat keadaan warga desa. Pas muteri
desa, raden itu didampingi dengan perot dan ayu. Mereka itu semacam jin
yang selalu membantu Raden. Dengan kesaktiannya, Raden Prawiro Dipuro
mendiasadani (disembuhkan) warga desa, sehingga jin yang mengganggu
warga desa sudah tidak berani datang lagi karena sudah kalah dengan Raden
Prawiro Dipuro.
Mbah Dul : iya nak, boleh-boleh saja. Silahkan duduk! ngene, sejarahe desa mejayan ini
merupakan bagian dari kerajaan Mataram. Selain itu di desa mejayan ini ada
suatu perjuangan keras antara Raden Praworo Dipuro dan dedemit yang ada di
desa ini. Kemudian arti dari nama mejayan adalah orang yang jaya atau
digdaya.
Danu : dedemit seperti apa mbah?
Sejarah Desa Mejayan
Danu : permisi pak, boleh saya bertanya tentang sejarah dan arti nama desa mejayan
ini ?
Waktu wawancara : Jum’at, 25 Mei 2012 / 14:12 sampai 16:10 WIB
Nara Sumber : Mbah Dulrahim (Tokoh Masyarakat)
Pewawancara : Danu Ramdhana & Indah Nurlaeli
Transkrip Wawancara I
81
Indah : ohh, berarti mbah jadi KADES karena ditunjuk oleh KOREM?
Pola Hubungan Traditional Authority
Danu : memangnya sudah umur berapa mbah?
Mbah Dul : umur saya sudah 84 tahun
Danu : sejak kapan mbah berada di desa ini ?
Mbah Dul : saya berada disini sejak pensiun dari keanggotaan TNI tahun 1964
Danu : saya denger berita dari warga sekitar kalau mbah pernah menjadi lurah?
Mbah Dul : iya nak, saya menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975 sampai
2000. Awalnya itu saya ditunjuk oleh KOREM daerah sekitar untuk
memimpin desa Mejayan. Tujuannya pertama itu menyadarkan warga sekitar
yang eks PKI, dan tentang permasalahan KTP Merah yang dimiliki oleh
mantan PKI. Saya merasa kasihan dengan warga yang seperti itu, karena
mereka dipersulit untuk ngurus surat-surat
Mbah Dul : oh iya nak, ada namanya dongkrek. Dongkrek disini bukan hanya sebagai
kesenian tetapi juga sebagai pusaka bagi warga Mejayan. Hal ini dikarenakan
dongkrak merupakan hasil dari runtutan asal mula caruban ini, yang di tokohi
oleh Perot dan ayu selaku pendamping dari Raden Prawiro Dipuro.
Danu : mbah apa arti dari nama kesenian dongkrek?
Mbah Dul : Dongengin kawulo rakyat inggilmo kasarasan
Danu : kapan kesenian Dongkrek itu dipertunjukkan?
Mbah Dul : biasanya setiap malam satu suro kadang jumat pahing, kadang juga jumat
legi. Kesenian Dongkrek itu langsung dipimpin oleh saya. Tapi mas, sekarang
saya sudah ndak mimpin lagi, dan yang mimpin sekarang menantu saya,
mengingat saya sudah tua
82
Mbah Dul : gini nak, KOREM itu hanya menunjuk saya untuk ikut dalam Pemilihan
Kepala Desa selanjutnya atas restu warga desa akhirnya saya yang terpilih. Oh
iya nak, yang penting itu kalau jadi kepala desa perlu dibutuhkan jiwa
nasionalis dan jiwa sosialis yang tinggi, sehingga nantinya dapat menjadi
pemimpin yang arif dan bijaksana.
Indah : memangnya ketika menjadi Lurah selama 25 tahun, sudah ada berapa kali
pemilihan ya mbah?
Mbah Dul : sudah ada dua kali pemilihan nak. Yang pertama tahun 1975 dan yang kedua
1982
Indah : di pemilihan pertama dan kedua ada berapa calon ya mbah?
Mbah Dul : yang pertama itu ada lima dan yang pemilihan kedua ada dua. Tapi semua
kalah kalau mbah nyalon, hahaha. Ya mungkin karena memang mbah sudah
dipercaya dengan masyarakat sini, karena sudah ngemong mereka secara sosial
dan menjaga tradisi Mejayan
Indah : oh ya, ketika mbah dulu menjabat sebagai lurah, apakah usaha yang banyak
dijalankan oleh warga desa Mejayan?
Mbah Dul : usaha pertanian nak yang paling banyak dijalankan oleh warga desa.
Indah : oh ya mbah, sawah yang digunakan oleh warga desa itu milik sendiri atau
milik orang lain ya?
Mbah Dul : sawah yang dijalankan warga desa itu milik sendiri karena lahannya ini
didapatkan secara turun menurun nak. Dulu mbah juga dapet tanah bengkok
desa lalu mbah jual untuk pembangunan desa. Ya mungkin salah satunya
seperti itu yang bisa dijadikan warga untuk ngamanati saya jadi lurah
Indah : oh, seperti itu ya mbah. Terimakasih banyak mbah atas ceritanya.
Lampiran 2
83
Transkrip Wawancara II
Nara Sumber : Bu Suyono (Istri RT. III RW. IV)
Pewawancara : Cintatya CB, Chandra DH, M. Budi S
Waktu Wawancara : Jum’at, 25 Mei 2012 / 15:06 sampai 16:02 WIB
Cinta : selama ini Ibu Suyono bekerja di rumah Ibu sumiyati sudah berapa lama ?
Ibu Suyono : saya ini bekerja dengan Ibu sumiyati sudah sejak anak saya masih kecil
hingga sekarang sudah masuk SD kelas dua. Jadi kalau dikira-kira sudah
selama tiga tahun ini.
Chandra : Biasanya, yang ibu kerjakan apa saja sehari-hari bu Sumiati ?
Ibu Suyono : biasanya saya bekerja dirumah Bu Sumiati mengerjakan pekerjaan sehari-
hari dari pagi hingga bu Sumiati pulang kantor. Tetapi pada saat ini saja saya
bekerja membantu membawakan makanan kepada kalian. Saya bekerja dari
pagi hingga siang. Tetapi saat ini saya bekerja hingga sore.
Budi : Bagaimana Penggajian kepada ibu selama ini ? Apakah Perhari,perminggu
atau perbulan bu?
Ibu Suyono : Saya digaji setiap bulannya sebesar Rp. 250.000 , tetapi saya juga diikutkan
oleh bu Sumiyati Arisan yang mendapatkan Sembako dan biasanya dikocok
setiap bulan.
Cinta : selain itu apakah Bu Sumiati membantu kehidupan keluarga ibu ?
Ibu Suyono : iya ibu Sumiati juga membantu anak saya, biasanya memberikan uang saku
kepada anak saya yang kecil walaupun tidak setiap hari tetapi sering
memberikan. Juga jika ada Hajatan saya juga sering sekali dibantu oleh ibu
sumiati. Biasanya membantu kebutuhan yang dibutuhkan saat hajatan
misalnya jajan. Tidak hanya itu saja, jika keluarga saya ada apa-apa bilang ke
ibu Sumiati maka ibu juga akan membantu.
Ibu Suyono : ya bisa dibilang saya dengan bu Sumiati ya seperti keluarga, walaupun saya
tidak ada hubungan saudara sama sekali dengan ibu. Tapi ibu sangat baik
kepada saya juga keluarga saya, dimana saya banyak dibantu oleh keluarga
saya dengan keluarga ibu. Pak dar suami bu sumiarti juga membantu suami
teman saya yang bekerja sama ibu menjdi PNS.
Candra : selama ibu bekerja di rumah ibu sumiarti, apakah ibu dipasrahi oleh ibu
sumiati? jika iya, seperti apa bu?
Ibu Suyono : ya, saya juga dipasrahi membawakan buku Arisannya, saya juga membawa
dua buku arisan dua RT yang ada disekitar saya.
Budi : Apakah hubungan ibu sangat dekat sekali dengan Ibu Sumiati ?
84
Lampiran 3
85
Transkrip Wawancara III
Nara Sumber : Pak Sartono (Pemilik sawah terluas di Porong)
Pewawancara : M. Syah Rizal & Anis Maryuni Ardi
Waktu wawancara : Jum’at, 25 Mei 2012 / 14:04 sampai 14:57 WIB
Ical: assalamualaikum pak, kita mau tanya tanya tentang kehidupan sosial dan usaha
apa aja yang biasanya ditekuni oleh warga mejayan, nah kita ingin mengetahui
dan belajar mengenai usaha pak Sartono, Kalo boleh tahu bapak punya usaha
apa Pak?
Pak Sartono : Waalaikumsalam, ia silahkan, saya Ini punya sawah mas.. di Dusun porong,
Anis : O, begitu nggih pak, Kemudian proses pengelolaan Sawahnya bagaimana ya
Pak?
Pak Sartono: jadi mbak, pertama itu diairi, dibuatkan pematang baru, kemudian dibajak
setelah 3-4 hari, sambil membuat persemaian bibit, dua minggu dipupuk.
Pokoknya kurang lebih seperti itu mas.
Ical: nah bapak dalam mengelola sawah itu dikerjakan sendiri atau mempekerjakan
orang lain pak?
Pak Sartono: nah jelas saya mempekerjakan orang lain,Mas. Saya tidak terjun langsung
dalam pengelolaannya. Saya punya kenalan orang yang mencari pekerja-
pekerja saya tersebut.
Ical: pekerjanya itu dari desa lain atau orang porong sendiri pak? Kemudian
kenalannya bapak tadi itu tinggal di Porong atau di desa lain?
Pak Sartono: O, pekerja saya itu semua dari luar desa Mejayan Mas, dari Desa Ngepeh mas
yang paling banyak, jadi penduduk desa mejayan ini hampir tidak ada yang
jadi pekerja sawah, kebanyakan yang punya sawah, tapi sawahnya banyak
yang diluar desa, kalo di desa ini ya sekitar porong dan Robahan Mas.
Pak Sartono: Iya pokoknya orang-orang itu aja mbak.
Ical: oiya pak, sehari gitu biasanya pekerja bapak dapat gaji berapa pak?
Pak Sartono: biasanya sehari 30 ribu, ditambah makan pagi, siang dan sore itu minum kopi,
kue dan Rokok, jadi kira kira 40. ribu mas.
Anis: Pak kalo ada hajatan dan acara biasanya pekerja bapak itu diundang ga pak?
Pak Sartono: ya saya undang lah mbak, namanya juga hidup bermasyarakat, kalo butuh ya
saya bantu.
Ical: o begitu ya pak,oo iya, berarti di mejayan itu yang jadi pekerja dari desa lain.
Baik pak terimakasih. Maaf merepotkan,
Anis: terimakasih ya pak, Assalamualaikum
Pak Sartono: waalaikum salam, hati hati ya.. iya sama sama.
Anis: bapak orang kepercayaan bapak itu siapa ya pak, kemudian rata rata
mempekerjaan berapa orang pak dalam semusim sampe panen gitu?
Pak Sartono: kira kira ya 3-4 orang, orang saya itu ya kalo saya manggilnya pak Marmin,
mbak.
Anis: biasanya kalo pekerjanya bagian nyiram dan panen itu sama ga pak?
86
Lampiran 4
87
Transkrip Wawancara IV
Nara Sumber : Lamisri (Pemilik Home Industry Roti – Porong)
Pewawancara : M. Syah Rizal & Anis Maryuni Ardi
Waktu Wawancara : Jum’at, 25 Mei 2012 /15:14 sampai 15:56
Anis: Dengan Ibu Siapa?
Lamisri: Ibu Lamisri
Ical: sudah berapa lama bu, industri roti ini?
Lamisri: wah sudah lama mas . sudah 25 tahun kurang lebihnya.
Anis: o, ini bisnis keluarga ya buk?
Lamisri: Iya, ini bisnis keluarga, mbak.
Ical: pengelolaannya bagaimana buk ?
Lamisri: ini ya kita kelola bersama dengan bapak, dan yang bantu ya teman teman.
Kita bikin kue donat, bakpau, golang galing, dan molen.
Anis: yang dari mejayan namanya siapa buk? Rumahnya dimana?
Lamisri: o, rumahnya di belakang sana, namanya bu sarmi.
Ical: o berarti sekarang yang kerja disini banyak yang dari desa lain ya buk?
Ical: pemasarannya dimana buk?
Lamisri: dipasar sayur ya saya punya langganan, yang ngambil roti saya ya temen
temen pedagang dari mana-mana mas.
Ical: buk, pekerjanya dari desa Mejayan atau luar desa buk?
Lamisri: kebanyakan dari desa Talok dan Mejayan mbak, tapi kebanyakan desa Talok,
yang Mejayan sekarang sudah kerja sendiri membuat industri roti rumahan.
Lamisri: iya mas, dulu juga ada ponakan yang nyambi disini, tapi sudah berkeluarga,
jadi sudah ga kerja lagi, kalo ada yang mau kerja ya saya bantu.
Anis: upahnya pekerja berapa bu?
Lamisri: kira kira 600-700 ribu per bulan,
Ical: kalo ada acara atau hajatan ibu mengundang para pekerja ibu?
Lamisri: iya jelas saya mengundang, kita seperti keluarga, kalo sakit ya saya jenguk,
pokoknya akrab lah mas.
Ical: O begitu ya buk, terimakasih banyak, wah kita dapat banyak pengalaman
banyak ini buk.
Lamisri: o ia sama sama,.. monggo disambi mas?
Anis: O, inggih buk, maturnuwun
88
Lampiran 5
89
Nara Sumber : Bu Sarmi (Pekerja bu Lamisri dan bu Mariyatun)
Pewawancara : M. Syah Rizal & Anis Maryuni Ardi
Waktu Wawancara : Jum’at, 25 Mei 2012 / 16:14 sampai 16:48
Anis : Assalamualaikum bu Sarmi…
Sarmi: waalaikumsalam, silahkan duduk mbak mas
Anis: kita mau belajar tentang usaha nya ibu, karena kebetulan di dusun
porong ini banyak industri roti rumahan.
Sarmi: oh iya silahkan, mau tanya apa ?
Ical: sudah berapa lama bu menekuni usaha roti ini ?
Sarmi: sudah lama mas, sekitar 16 tahun an.
Anis: disini proses pembuatan nya bagaimana bu ?
Sarmi: oh kalau disini masih manual mbak, belum ada mesin nya.
Ical: sudah berapa lama bu dulu bekerja di bu lamisri dan bu mariyatun?
Sarmi: kira-kira saya kerja di bu lamisri dan bu mariyatun sekitar dua
tahunan lebih mas
Ical: ini bisnis nya roti apa ya bu ?
Sarmi: oh saya bisnis roti golang galing mas, loh sampean kok ngerti mas
kalau saya buka usaha roti ?
Anis: oh kita tadi kerumah nya bu lamisri, kita dapet info dari beliau kalau
ibu dulu pernah kerja di sana dan membuka usaha sendiri sekarang.
Sarmi: oh iyaa, dulu saya pernah kerja disitu, saya dulu juga pernah kerja di
bu mariyatun bantu-bantu buat kue juga.
Transkrip Wawancara V
Anis: dulu waktu bekerja di rumah bu Lamisri Ibu dapat manfaat apa aja
bu?
Sarmi: ya saya selain dapat gaji saya juga mendapatkn ilmu bisnis dan cara
membuat roti, jadi saya memutuskan untuk buat usaha sendiri, mbak.
Ya hitung hitung untuk membuat penghasilan keluarga lebih banyak
mbak.
Anis : Waktu kerja di bu Lamisri dan bu Mariyatun dapat bagian apa Bu?
Sarmi: Ya kalo di rumah Ibu Lamisri, saya dapat bagian menggoreng roti-
roti, kalo di bu Mariyatun saya tukang bikin adonan mbak.
Ical: biasanya ibu masih sering diajak hajatan atau kegiatan yang lain ga
buk, misalnya bu Lamisri atau bu Mariyatun mengadakan?
Sarmi: Iya, jelas mbak, kita itu tetangga, ya saya sering diundang, kita sering
saling membantu, kalo bu lamisri dan bu Mariyatun butuh bantuan
buat roti, saya masih sering diajak, mbak.
Anis: ibu sering mendapatkan bantuan dari Ibu Lamisri dan Ibu Mariyatun
ga bu?
Sarmi: iya mbak, kalo disini memang saling membantu, kita kan juga
tetangga, kita pokoknya saling bantu membantu mbak.
Ical: o begitu ya buk, wah terimakasih ya buk, kita bisa mendapatkan
banyak pelajaran dari ibuk, terimakasih ya buk, maaf sudah
merepotkan, makasih sudah membantu bu,
Assalamualaikum.
Sarmi: O iya mbak, mas, sama sama, Waalaikumsalam..
90
Lampiran 6
91
Transkrip Wawancara VI
Nara Sumber : Mariyatun (pemilik Home Industry roti ke-2)
Pewawancara : M. Syah Rizal & Vivi Sulistiyana
Waktu Wawancara : Kamis, 24 Mei 2012 / 14:22 sampai 15:07 WIB
Ical : assalamualaikum bu mariyatun..
Mariyatun: waalaikumsalam, ada apa ya ?
Ical: saya mau belajar tentang kehidupan di desa ini, dari sektor kebudayaan,
ekonomi dll
Mariyatun: oh iya silahkan mas..
Ical: saya dengar ibu punya usaha produksi roti ya bu, kalau boleh tau membuat
roti apa saja bu ? bagaimana cara menjualnya ?
Mariyatun: oh saya buat roti isi pisang mas, cara penjualanyaa langsung di jual ke pasar.
Ical: kalau boleh tahu memproduksinya di lakukan sendiri atau memekerjakan
orang bu ?
Mariyatun: oh sendiri mas , saya yang membuat sendiri lalu saya jual sendiri di pasar,
tetapi kalau lagi banyak permintaan saya meminta bantuan tetangga untuk
membantu saya.
Ical: oh begitu ya buk, kalau boleh tahu tetangga ibu yang membantu ibu itu siapa
ya ?
Mariyatun: oh biasanya saya meminta bantuan dari bu sarmi mas. Biasanya saya
mempekerjakan tetangga, itung itung bantu ekonomi mas, kasihan.
Ical: kalau boleh tahu berapa bu penghasilannya sehari ?
Mariyatun: nggak tentu mas, tapi rata-rata 20ribu-50ribu perhari mas
Ical: oh begitu ya bu, terimakasih banyak bu kami sudah dapat pengalaman
banyak dari ibu tentang perekonomian di sini. Mohon maaf jika ada kata-kata
saya yang menyinggung perasaan.
Mariyatun: oh nggak apa-apa mas sama-sama, monggo mas ini roti pisang nya di makan
(sambil menyodorkan roti pisang)
Ical: oh nggak usah repot-repot bu (sambil mengambil roti pisang)
92
Lampiran 7
93
Waktu Wawancara : Jum’at 25 Mei 2012 / 10:09 sampai 11:15 WIB
Program-program pemerintah untuk desa Mejayan
Nita : Apa saja buk program pemerintah yang masuk desa Mejayan?. Mulai dari
pemerintah pusat sampai pemerintah desa.
Titik : Program-program yang masuk didesa ini bisa dibilang paling banyak mbak. Bahkan
desa ini sering dijadikan percontohan oleh pemerintah bagi desa-desa lainnya.
Meskipun kita juga terkadang kesulitan untuk meloloskan pengajuan proposal kita
karena mereka menganggap desa ini sudah lumayan maju pembangunannya tetapi
saya selalu mengupayakannya demi kesejahteraan masyarakat Mejayan. Jadi bantuan
yang sudah sampai didesa ini kira-kira ada yang namanya PNPM Mandiri terus BKD,
selain itu juga ada raskin. PNPM Mandiri itu diwujudkan dengan berdirinya TK
disebelah itu mbak, namanya TK Mardi Siwi. Juga pembangunan parit di dusun
Kronggahan. Terus BKD itu diwujudkan dengan adanya pinjaman-pinjaman
masyarakat melalui koperasi. Semua kebijakan ini dimusyawarahkan oleh masing-
masing RT nya. Desa nanti tinggal menindak lanjuti keputusan yang sudah di gedok
dalam rapat RT.
Struktur Pemerintahan Desa
Nita : Dengar-dengar waktu Pilkades dulu itu ibuk menang telak ya buk?
Titik : Ya begitulah mbak. Meskipun saya cumin lulusan SMP tetap dipercaya rakyat.
Rakyat itu selalu berdasarkan hati nurani mbak. Lain lagi dengan pejabat-pejabat.
Perangkat disini saja ini lho banyak dulu yang mempermasalahkan status saya sebagai
lulusan SMP. Mereka bahkan banyak yang lebih nurut ke pak Sekdes yang Sarjana…
Transkrip Wawancara VII
Nara Sumber : Titik Handayani (Kepala Desa Mejayan)
Pewawancara : Nita Tri Astutik & Vivi Sulistiyana
Nita : Yang lain lagi buk, ada yang punya usaha besar lagi?
Titik : Kalau usaha ada pemilik hotel disini mbak. Tapi itu diluar wilayah desa Mejayan
mbak, masih wilayah kecamatan Mejayan tapi.
Vivi : Kalau orang paling terpandang buk?, kecuali ibuk tentunya yang bu kades.. hehehe..
Titik : Ya mbah Dul itu, bapaknya bu Sumiati. Terus anggota DPRD pak… itu mbak.
Titik : Lha iya tho mbak. Lawong pak Sekdes itu orang pintar mbak. Pendidikannya tinggi
tidak seperti saya yang hanya lulusan SMP. Karena itulah beberapa perangkat desa
banyak yang lebih percaya dia kalau ada masalah-masalah gitu. Tapi saya harus tegas
mbak, lawong saya yang mimpin kan. Saya tegur saja mereka yang tidak menghargai
saya sebagai pemimpin desa. Saya ingatkan lagi kepada mereka: Lurahmu iku aku,
lak urusan ngene iki lapore yo kudu nang aku.
Pemilik sumber daya terbesar di desa Mejayan
Vivi : Terus itu buk, kira-kira siapa saja ya yang punya usaha yang paling besar atau sawah
yang paling luas di desa ini?
Titik : Ohh.. kalau sawah relatif rata mbak. Tapi ya ada beberapa yang cukup banyak besar
usahanya. Pak Saji di Porong itu sawahnya lebar, terus ada pengusaha roti juga disana
yang cukup sukses mbak.
Vivi : Kok bisa gitu buk?
94
Lampiran 8
95
Nara sumber : Dodik Satriyo Nugroho (Kepala Dusun Sumber Suko)
Pewawancara : Nita Tri Astutik
Waktu Wawancara : Sabtu, 26 Mei 2012 / 10.11 sampai 10.30 WIB
Nita : Program pemerintah apa saja yang diterima warga sumbersuko pak?
Dodik : Ya itu mbak PNPM, terus ADD, terus PU
Nita : PNPM di Sumber Suko diwujudkan dalam bentuk apa pak?
Dodik :PNPM di dusun Sumber Suko kita wujudkan dengan berdirinya lembaga
peminjaman modal usaha yang diketuai bu Fransiska Tinuk. Jadi prosedurnya yang
boleh mengajukan peminjaman adalah mereka yang tergabung dalam satu kelompok
yang terdiri dari sepuluh orang.
Nita : Mereka bikin usaha apa aja pak?
Dodik : Usaha yang dijalankan oleh ibu-ibu yang mendapat modal usaha itu disini mayoritas
berbentuk produksi tempe Karena ya mbak, Sumber Suko ini dusun yang banyak
usaha pembuatan tempenya, tempe Sumber Suko terkenal yang paling enak di desa
Mejayan, bahkan didesa lain juga. Terus juga banyak diantara mereka yang
mendirikan kios dengan modal usaha itu.
Nita : Kalau ADD tadi itu programnya apa pak?
Dodik : ADD kalau di dusun Sumber Suko diwujudkan dengan pembangunan jalan setapak
di wilayah RT 3 dan RT 4 mbak. Masing-masing RT kebagian dana sebesar satu juta
dua ratus lima puluh ribu. Itu kalau di itung-itung sebenarnya gak nyukupi mbak, tapi
ya kita mengakalinya dengan cara menghimpun swadaya masyarakat sekitar. Hampir
seluruhnya turut serta dalam pembangunan itu. Ada yang urun material, duit, tenaga
dan juga makanan buat yang kerja. Ya itu kan berarti gotong royong di desa ini masih
berjalan, bantuan-bantuan itu sifatnya hanya sebagai perangsang tumbuhnya sikap
gotong royong dan kerukunan warga toh mbak
Transkrip wawancara VIII
Lampiran 9
Waktu wawancara : Sabtu, 26 Mei 2012 / 10.30 sampai 11.14 WIB
Nita : Sudah berapa lama ibuk jadi bendahara
Sumiati: Wah sudah lama sekali mbak, lebih dari dua puluh tahun. Sejak mbah Dul menjabat
sampai sekarang
Nita : Sebagai Bendahara ibuk mendapat hak apa nih?
Sumiati: Saya dapat bengkok satu hektar mbak. Bengkok saya diurus sama pak Saji. Saya
tidak mengurusi bengkok karena sudah percaya dengan pak Saji yang sudah lama membantu
keluarga saya. Pokoknya nanti waktu panen saya terima hasilnya saja dan pembagiannya itu
nanti terserah pak Saji. Pak Saji sendiri kan juga punya bengkok, jadi sekalian saya nunut
pekerjanya dia. Sama-sama nggarap sawah kalau diatur bebarengan lak tambah echo toh mbak
Nita : Sepengetahuan ibuk program pemerintah apa saja yang sudah masuk desa?
Sumiati: Ya itu mbak, PNPM, RTLH, KOPWAN, banyak pokoknya
Nita : Apa itu KOPWAN buk?
Sumiati: KOPWAN itu bersumber dari BKD mbak. Provinsi menghibahkan uang dua puluh
lima juta untuk kemudian dikelola dalam lembaga KOPWAN. Masyarakat bisa meminjam
modal usaha melalui KOPWAN dan selama ini kira-kira sudah banyak usaha konveksi yang
dimodali oleh KOPWAN. Meskipun statusnya Koperasi wanita, kami juga meminjamkan
modal usaha bagi pertanian.
Trasnkrip Wawancara IX
Nara Sumber : Sumiati (Bendahara Desa Mejayan)
Pewawancara : Nita Tri Astutik
96
97
Lampiran 10
Pertanyaan Untuk Key informan :
1. Siapa saja yang memiliki sawah dan usaha yang ada di desa ini ? (memperoleh informasi tentang subyek penelitian)
2. Dimana tempat tinggal pemilik sawah dan usaha tersebut?
Pedoman Wawancara
Bagaimana pola hubungan elite‐massa
yang ada di desa ?
a. Pertanyaan Untuk Patron
1 Usaha apa? Bagaimana cara mengelola usaha bapak?
2 siapa saja yang (menunjukkan tahapan) membantu
proses menjalankan usaha tersebut? (mengetahui jumlah
dan siapa kliennya.)
3. Darimana asal (tempat tinggal) para pekerja bapak/ibu
(desa/dusun lain atau setempat)?
4. Mengingat jumlah pekerja yang sebanyak itu, berapa
luas sawah atau besar usaha yang bapak miliki?
5. Bagaimana cara membayar jasa pekerja bapak?
6. Pada kegiatan apa saja biasanya bapak mengundang
pekerja bapak?
7. Dalam hal apa saja bapak membantu keperluan pekerja
bapak?
8. apakah dalam mempekerjakan warga, apa ada
pertimbangan kerabat atau saudara?
98
b. Pertanyaan Untuk Client
1. Sudah berapa lama bapak atau ibu bekerja ?
2. Apa saja yang bapak kerjakan dalam pekerjaan itu?
3.bapak memperoleh apa saja dari pekerjaan tersebut?
4. dalam kegiatan apa saja bapak dilibatkan oleh pemilik
usaha tersebut?
5. dalam hal apa saja dibantu keperluannya oleh pemilik
usaha bapak?
6. apakah bapak mempunyai hubungan kerabat dengan
pemilik usaha tersebut?
Apakah pola hubungan elite‐massa
terepresentasikan di dalam pemerintah
desa ?
Data sekunder mencari dikelurahan dan aparat desa.
Bagaimana pola patron‐client dalam
proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan di Desa?
a. Pertanyaan Untuk key Informan 1. program‐program apa saja yang masuk di
desa ini ? (nasional, propinsi, kabupaten (alokasi dana desa))
2. siapa saja yang mengelola program itu pak?
3. bagaimana proses pembuatan program tersebut?
4. bagaimana proses pelaksanaan program itu pak?
5. siapa saja yang mendapatkan manfaat dari
program tersebut.
99
Ketika pak kades tidak tahu:
a. siapa yang mengelola program?
Lampiran 11
Box Hail Analisis Kuesioner
Box Identitas 1: Proses Acara Atau Tahapan Pernikahan Yang Berlangsung
Varian yang dapat kita
lihat dari diagram diatas
adalah variasi pernikahan
dengan tahapan ringkas,
semi ringkas, dan lengkap.
Dari diagram diatas dapat
dilihat bahwasanya acara
atau tahapan pernikahan
yang berlangsung pada
saat responden
melaksanakan pernikahan
lebih banyak menggunakan tahapan semi ringkas. Yang dimaksudkan tahapan semi
ringkas merupakan tahapan yang meliputi proses lamaran, akad nikah di KUA, dan
terakhir resepsi sederhana seperti alakadarnya masyarakat Jawa. Sedangkan tahapan
pernikahan dengan format yang lengkap merupakan tahapan yang menjalani
berbagai format, seperti prosesi lamaran, dipingit, akad nikah, dan proses resepsi
dengan adat Jawa. Tahapan ringkas merupakan tahapan yang meliputi proses lamaran
dan akad nikah.
100
Box Sosbud 1: Ciri-Ciri
Organisasi Yang Paling Utama
Diikuti
101
ambar berdasarkan hasil polling kuisioner
kan aspek kerasionalan. Dimana masih menerima
aat Memberikan Penghormatan Atau Peringatan Bagi Orang Yang
Meninggal
G
Sebelum kami mengintrepetasikan data diatas, kami telah membuat klasifikasi atas
temuan-temuan yang kami dapatkan di lapangan. Diantaranya organisasi yang
bercirikan tradisional dan organisasi yang bercirikan rasional. Organisasi yang
bercirikan tradisional merupakan organisasi yang mekanisme pemilihan, perekrutan,
tujuan, dan manfaat masih diilustrasikan dengan cara-cara konvensional. Dimana
pemilihannya masih ditunjuk oleh seseorang yang ditokohkan atau disegani di
lingkup organisasi tersebut. Hal ini berbeda dengan model organisasi yang becirikan
dengan kerasionalan, organisasi ini cenderung lebih terbuka terhadap modernitas.
Seperti contoh pemilihan struktur organisasi, yang dilakukan dengan cara pemilihan
langsung atau yang sering kita sebut dengan voting dan dengan cara lain yaitu
musyawarah yang tentunya berlandaskan Pancasila. Dari temuan lapangan dapat kita
ambil kesimpulan, bahwasanya masyarakat di Desa Mejayan cenderung lebih dirikan
oleh organisasi yang mengguna
adanya voting dan musyawarah.
Box Sosbud2: Prosesi Atau Tahapan Pemakaman Jenazah Dan Upacara Yang
Dilakukan S
Intepretasi data diatas dapat
dilihat, bahwasanya
masyarakat di Desa Mejayan
cenderung lebih
menggunakan cara tradisional
saat mengadakan prosesi
penghormatan terakhir bila
ada sanak saudara yang
Gambar berdasarkan hasil polling kuisioner
meninggal. Prosesi secara tradisional ini meliputi, blusuk’an atau dalam bahasa
Indonesia adalah menerobos dibawah peti orang meninggal tersebut, jika orang yang
meninggal tersebut belum menikah harus ada kembang mayang dan pager bagus atau
pengiring wanita dan laki-laki. Tidak hanya itu saja setelah jezah dimakamkan, masih
ada prosesi yang tidak kalah penting yaitu tahlilan atau mendoakan jenzah hingga
waktu yag ditentukan. Seperti tahlilan selama tujuh hari berturut-turut, seratus ha
102
ri,
pendak pisan
tahlilan pun tidak berturut-turut seperti halnya
Box Sosek 1: Alasan Melakukan Pekerjaan Sambilan Selain Pekerjaan Utama.
u
tidak dilakukan dengan susah payah.
atau dalam istilah jawa disebut .
Sedangkan proses penghormatan jenazah secara modern, cenderung lebih dicirikan
dengan keringkasan prosesi. Proses ini hanya meliputi proses pemakaman dan
tahlilan setelah jenazah dimakamkan,
proses pemakaman secara tradisional.
Intepretasi data diatas
dapat dilihat, bahwasanya
masyarakat di Desa
Mejayan cenderung lebih
memiliki achivement
biasa dalam melakukan
pekerjaan sambilan selain
pekerjaan utama. Dalam
hal ini, achivement biasa
dapat dikatakan sebagai
sebuah bentuk usaha yang
dilakukan secara biasa-biasa saja ataGambar berdasarkan hasil polling kuisioner
103
Ga r berdasarkan hasil polling kuisioner
kukan dengan susah payah. Dalam
mpingan dan sumber yang lain, berapa
musim/ satu proses produksi.
Warga desa mejayan lebih cenderung memiliki achivement biasa dikarenakan
penghasilan dari pekerjaan utama dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Sedangkan achivement tinggi dapat dikatakan sebagai bentuk usaha
yang dilakukan secara sungguh-sungguh atau dila
hal ini, warga desa mejayan sedikit yang melakukan pekerjaan sambilan dengan
achivement tinggi dikarenakan penghasilan dari .
Box Sosek 2: Dari pekerjaan utama, sa
penghasilan rata-rata perbulan/ se
Pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Perce
mba
nt
Valid Dasar 4 4.0 4.0 4.0
Menegah 86 86.0 86.0 90.0
Tinggi 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Intepretasi data diatas dapat dilihat, bahwasanya masyarakat di Desa Mejayan
cenderung lebih memiliki penghasilan rendah dari pekerjaan utama, sampingan, dan
sumber yang lain. Dalam hal ini, penghasilan rendah dapat dikatakan memiliki
penghasilan antara 500.000- 900.000. Sementara itu, penghasilan sedang dikatakan
memiliki penghasilan antara 900.000-1.500.000. Penghasilan tinggi dapat dikatakan
memiliki penghasilan di atas 1.500.000. Dalam hal ini, warga Desa Mejayan
cenderung tidak memiliki penghasilan tinggi dim
negah atau
SLTP atau SLTA.
saha Desa
box Sosek 3 ini, tidak ditemukan ad
warga Desa Mejayan.
Box Part 1 : Tahapan Mengusulkan Pembangunan
104
ungkinan karena mayoritas
dalam hal ini dikategorikan lulusan
anya usaha desa yang dikerjakan oleh
mengusulkan pembangunan dengan
musyawarah melewati tokoh
masyarakat atau yang disegani atau
warganya masih berpendidikan me
Box Sosek 3 : Format U
Dalam
Dalam box ini dijelaskan
bahwasanya proses
mengusulkan pembangunan
desa di Desa Mejayan
cenderung lebih kepada proses
modern, dimana proses ini
merupakan proses gabungan
antara proses transisional dan
lembaga. Proses transisional
merupakan proses
Gambar berdasarkan hasil polling kuisioner
105
gkan alur mengusulkan pembangunan
ra langsung. Seperti biasanya proses pemilihan
cara langsung ini melewati pengambilan suara melalui pencoblosan calon Kepala
Desa. Adapun daftar nama dan hasil perolehan suara dapat dilihat di Bab II mengenai
keadaan politik di Desa Mejayan.
juga bisa disebut dengan sesepuh desa. Sedan
desa dengan proses lembaga yaitu melewati struktur aparat desa, seperti RT/RW dan
Kepala Desa.
Box Part 2: Proses Pemilihan Kepala Desa
Dari data yang kami dapatkan, proses pemilihan di Desa Mejayan ini menggunakan
voting atau pengambilan suara seca
se