LAPORAN PENELITIAN POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DESA MEJAYAN KAPUBATEN MADIUN OLEH: VIVI SULISTIYANA 071013052 NITA TRI ASTUTIK 071013066 ANIS MARYUNI ARDI 071013002 REVOL AFKAR 071013003 DIO RAMADAN N. 071013005 HENDRO FADLI SARI 071013008 INDAH NUR LAELI 071013011 CINTATYA CINDY B. 071013021 M. SYAH RIZAL 071013051 ARKIAL YOSWIARTO 071013054 CHANDRA DWI H.N. 071013071 M. BUDI SANTOSA 071013085 DANU RAMDHANA 071013089 DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENELITIAN
POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DESA MEJAYAN KAPUBATEN
MADIUN
OLEH:
VIVI SULISTIYANA 071013052
NITA TRI ASTUTIK 071013066
ANIS MARYUNI ARDI 071013002
REVOL AFKAR 071013003
DIO RAMADAN N. 071013005
HENDRO FADLI SARI 071013008
INDAH NUR LAELI 071013011
CINTATYA CINDY B. 071013021
M. SYAH RIZAL 071013051
ARKIAL YOSWIARTO 071013054
CHANDRA DWI H.N. 071013071
M. BUDI SANTOSA 071013085
DANU RAMDHANA 071013089
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1
2
ABSTRAK
Desa Mejayan, Madiun, Jawa tengah merupakan wujud transisi desa
tradisional menjadi desa modern. Begitu pula jika dikaitkan dengan fenomena
politik di desa tersebut. Pola hubungan Elite-Massa yang ditemukan di desa
tersebut terdapat dua jenis. Pertama merupakan Patron-Client Relationship yang
berkaitan dengan hubungan yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Patron-Client Relationship merupakan pola hubungan yang melibatkan kedua
belah pihak yang sama-sama saling cari keuntungan. Pola hubungan seperti ini
bersifat relatif, yaitu salah satu pihak dapat berkhianat dengan meninggalkan
pihak lainnya apabila salah satu pihak merasa dirugikan. Sebab seperti yang sudah
dijelaskan, dalam pola hubungan seperti ini memang mengutamakan hubungan
yang saling menguntungkan antara patron dan client. Client dapat mencari patron
yang lain apabila client tidak mendapatkan keuntungan melainkan kerugian.
Yang kedua adalah pola hubungan Traditional Authoritary Relationship dimana
hubungan ini bersifat ortodoks (kepatuhan) namun tidak didasarkan pada
rasionalitas. Traditional Authority Relationship didasarkan pada tradisi dan
budaya yang telah ada sejak dahulu sehingga memang harus dipertahankan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
deskriptif. Kami menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan tujuan
untuk menggali lebih luas dan mendalam mengenai pola hubungan elite-massa
dalam perpolitikan desa di Mejayan. Kemudian dalam penelitian ini kami
berusaha mendeskripsikan pola hubungan elite-massa dalam dua kategori yaitu
Patron-Client Relationship dan Traditional Authority Relationship.
Tujuan dari penelitian ini pada awalnya adalah menuntaskan tugas politik
di desa, selain itu kami mencoba untuk menganalisis dan menginterpretasikan
fenomena politik di desa. Setelah berhasil menginterpretasikan fenomena politik
di desa kami juga mencari pola hubungan elite-massa yang ada di Mejayan.
Kemudian mencari peran serta elite-massa dan pengaruhnya dalam membuat
keputusan di tingkat desa.
3
Di desa Mejayan terdapat dua pola hubungan Elite-Massa yang sebetulnya
sangat menarik sekali untuk diteliti. Namun yang paling banyak ditemukan adalah
Patron-Client Relationship karena modernitas mulai berkembang melalui
hubungan sosial masyarakat Mejayan, Sedangkan Traditional Authoritarity
Relationship lebih minoritas.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan tugas akhir
ini. Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi
dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini. Namun, atas bantuan dan dukungan
yang diberikan berbagai pihak, penulis mampu melewati hambatan dan kesulitan
tersebut. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tak lupa
mata kuliah politik di desa penulis, atas bimbingan, pengarahan, saran, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan tugas
ini;
2. Bapak Fahrul Muzaqqi, SIP, selaku team dosen mata kuliah politik di desa
3. Ibu Titik Handayani, selaku kepala desa Mejayan yang telah menerima
dan membantu penulis mendapatkan data dan informasi untuk
menyelesaikan tugas politik di desa ini;
4. Ibu Sumiati selaku pemilik rumah yang ditempati oleh penulis dalam
menjalankan penelitian di desa Mejayan yang telah membantu penulis
mendapatkan informasi dan member kemudahan dalam hal hidup di desa
Mejayan;
5. Seluruh masyarakat desa Mejayan yang telah menerima dan membantu
penulis mendapatkan data dan informasi untuk menyelesaikan tugas
politik di desa.
6. Seluruh teman-teman prodi Ilmu Politik yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih
atas seluruh dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan pada penyusunan laporan
tugas politik di desa ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun
5
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak i Kata Pengantar ii Daftar isi iii Daftar Tabel Peta iv BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Kerangka Konsep 5 Metode Penelitian 12 BAB II Gambaran Umum Desa Sejarah Singkat Desa 16 Keadaan Dan Perkembangan Penduduk 18 Data Jumlah Penduduk dan Tahapan Miskin 18 Jumlah Keluarga 22 Agama 22 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 24 Keadaan dan Perkembangan Ekonomi Desa Mejayan 25 Usia Produktif 25 Kesejahteraan 26 Mata Pencaharian Penduduk 27 Keadaan dan Perkembangan Politik Desa Mejayan 31 Partisipasi Politik 31 Pemilihan Kepala Daerah 32 Pemilihan Umum 2009 33 Susunan Kepengurusan Badan Permusyawarhan Desa (BPD)
34
Struktur Pemerintahan Desa Mejayan 35 Peta Desa 36 BAB III Temuan dan Analisis Data Pola Hubungan Elite-Massa di Desa Mejayan 37 Pola Hub Patron-Client 37 Pola Hub Traditional Authority Relationship 46 Representasi Pola Hub Elite-Massa di dalam Pemerintahan Desa Mejayan
52
Pola Hub Elite-Massa dalam Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan Desa Mejayan
60
Program-program Kesejahteraan Masyarakat 60 Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan di Desa Mejayan
65
Pola Hub Elite-Massa dalam mempengaruhi Proses Pembuatan dan Pelaksanaan Keputusan Desa
67
BAB IV Penutup Kesimpulan dan Saran 71 Daftar Pustaka 72 Lampiran 73
6
7
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 1.1 hal 17-18
Tabel 1.2 hal 21
Tabel 1.3 hal 21-22
Tabel 1.4 hal 23
Tabel 1.5 hal 24
Tabel 1.6 hal 25
Tabel 1.7 hal 26-27
Tabel 1.8 hal 29
Tabel 1.9 hal 30
Tabel 1.10 hal 31
Tabel 1.11 hal 32
Tabel 1.12 hal 33
Tabel 2.1 hal 38
Bagan 1.1 hal 52
Bagan 1.2 hal 67
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika politik di desa menghadirkan berbagai fenomena yang
diantaranya banyak mengarah pada hubungan elite-massa. Hubungan elite-massa
merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti, terlebih kaitannya dengan
pemerintahan desa. Sebab desa merupakan suatu unit pemerintahan terkecil yang
dinamika perpolitikannya masih bertalian erat dengan nilai-nilai dan norma-norma
kemasyarakatan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa hubungan elite-massa di
pedesaan jauh berbeda dengan yang ada di kota atau pusat. Desa dengan berbagai
modal sosial yang khas meliputi hubungan patron-client, sistem kekerabatan,
maupun ikatan keagamaan menyebabkan hubungan elite-massa di desa lebih
bervariasi.
Dari beberapa peritiwa yang kita temukan, variasi hubungan elite-massa di
desa dapat diklasifikasikan menjadi dua fenomena. Fenomena yang pertama
menggambarkan keadaan elite yang mendapatkan legitimasi dari masyarakat,
dikarenakan elite memiliki kualitas pribadi yang baik, dan dikuatkan dengan
adanya prestasi yang diukir dalam kepemimpinannya. Fenomena pertama ini
dapat diilustrasikan dengan berbagai peristiwa berikut: (1) Program Kepala Desa
Situ Udik yang menginstruksi warganya untuk mengumpulkan uang 100 rupiah
guna membangun ratusan Rutilahu, (2) Kepala Desa Mandiring Toraja yang di
percaya warganya guna melanjutkan jabatan Kepala Desa, dikarenakan dia
memiliki kapabilitas yang baik dalam memimpin warganya.
Sedangkan fenomena kedua, menggambarkan keadaan elite yang
mendapatkan legitimasi dari masyarakat dikarenakan adanya hubungan yang
saling menguntugkan antara elite dan massa. Fenomena kedua dapat diilustrasikan
dengan perisiwa berikut: (1) Kemenangan pasangan Suyoto-Setyo dalam Pilkada
Kabupaten Bojonegoro yang disebabkan oleh janji-janji mereka dalam
mengalokasikan dana anggaran yang diharapakan berpihak pada masyarakat (2)
9
Turut sertanya pemilik modal dalam proses pembuatan dan keputusan di
kabupaten Banyumas.
Berbagai peristiwa diatas menunjukkan keberagaman pola hubungan
antara elite dan massa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan keputusan di
desa. Pola hubungan yang pertama disebakan karena elite menggunakan kualitas
pribadinya guna mendapatkan legitimasi dari massa. Pola hubungan kedua
menunjukkan bahwa elite dan massa mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan.
Pertama, pola hubungan elite yang menggunakan kualitas pribadinya guna
mendapatkan legitimasi. Pola hubungan ini dapat dibuktikan dengan adanya
peristiwa yang dialami oleh kepala desa Cibubulang yang menginstruksikan
kepada warganya agar mengumpulkan uang 100 rupiah, guna membangun
ratusan unit rumah yang kurang layak huni atau biasa disebut dengan
rutilahu.1Dengan adanya progam tersebut, warga yakin bahwa kepala desa yang
terdahulu masih pantas untuk memimpin desa Cibubulang. Peristiwa yang
terangkum dalam fenomena tersebut juga terjadi kepada pemilihan kepala desa
yang terjadi di desa Mandiring, Toraja. Kepala desa di desa tersebut merupakan
pemeluk agama islam, dan islam merupakan agama yang minoritas di desa
tersebut. Jumlah umat Islam sekitar 10 persen. Mereka adalah penduduk asli
Toraja. Meski minoritas, namun mereka memiliki posisi yang cukup penting di
desa tersebut.Buktinya, kepala desanya (Kades), Ahmad Dahlan adalah seorang
Muslim. Bahkan, sudah beberapa periode ia dipercaya sebagai kepala desa.
Kepala desa tersebut pernah tidak mencalonkan diri tapi masyarakat memaksa.
Memang sejak kepemimpinan pria yang selalu menang telak dalam setiap
pemilihan ini, desa tersebut banyak mengalami kemajuan. Banyak jalan yang
dibuka. Bantuan-bantuanpun bisa sampai ke tangan warga tanpa disunat. Umat
Islam sendiri banyak merasakan kemudahan di bawah kepemimpinannya. Hal
tersebut tidak menjadi hambatan dalam periode kepemimpinannya.
“Pemerintah Desa ialah merupakan simbol formal daripada kesatuan
masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan seorang
kepala desa beserta para pembantunya (Prangkat Desa), mewakili masyarakat
desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang
bersangkutan”. 7 Pemerintah Desa mempunyai tugas membina kehidupan
masyarakat desa, membina perekonomian desa, memelihara ketentraman dan
ketertiban masyarakat desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa,
mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkannya sebagai peraturan
desa bersama dengan BPD. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Nomor 7
tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, pasal 1
nomor 7 yang dimaksud dengan Kepala Desa adalah pimpinan dari
Pemerintahan Desa. sedangkan menurut pasal 1 nomor 8 yang dimaksud
dengan Perangkat Desa adalah unsur staf yang melaksanakan teknis pelayanan
dan atau membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi
untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang
menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh
penduduk desa setempat. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat Desa terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa Lainnya. Salah satu perangkat desa
adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa
diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.8
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga
7 Sumber Saparin. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1979) 8 id.wikipedia.org/wiki/desa (diakses pada tanggal 21 Mei 2012)
15
mempunyai tugas untuk mengayomi kepentingan masyarakatnya. Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak
diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
- Konsep Program Bantuan Sosial
Program Bantuan Sosial merupakan salah satu komponen Program
Jaminan Sosial yang menjadi bentuk pengejawantahan atau ekspresi tanggung
jawab pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang sangat peduli terhadap
kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar di aras akar rumput (grass root
level). Program ini merupakan implementasi Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 34 ayat (1) yang menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh
Negara. Program Bantuan Sosial bersifat hibah atau kompensasi dengan
memanfaatkan sumber dana yang didapat dari individu, kelompok anggota
masyarakat dan atau pemerintah. Dengan perkembangan sosial ekonomi suatu
Negara, Program bantuan sosial yang semula hanya berbentuk hibah saja
berubah orientasinya menjadi program yang lebih memberikan manfaat
berkelanjutan melalui bantuan pemberdayaan dan atau stimulan agar sasaran
program bantuan bisa menjadi mandiri kecuali bagi sasaran program yang
memang sudah tidak potensial sama sekali seperti lanjut usia yang jompo,
miskin terlantar dan lain-lain.9
9 SDT Kebijakan Kependudukan 2011. www.Sudarto.staff.fisip.uns.ac.id;. (diakses pada tanggal
Data diatas adalah hasil pemilu umum tahun 2009 yang diikuti oleh
empat ribu tujuh puluh enam pemilih pada Desa Mejayan. Dan juga terdapat
data tentang partai politik yang banyak dipilih oleh warga Desa Mejayan pada
tahun 2009. Dalam pemilu 2009 ini, terdapat delapan Tempat Pemungutan
Suara yang biasa kita sebut sebagai TPS yang tersebar di berbagai penjuru
Desa Mejayan. Adapun hasil pemilu 2009 tersebut yang memperoleh suara
terbanyak diduduki oleh partai Golkar dengan perolehan suara sebanyak tujuh
ratus Sembilan puluh enam suara sah. Pada posisi suara terbanya kedua
diduduki oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan perolehan suara
sebanyak empat ratus dua puluh satu suara sah. Pada posisi suara terbanyak
ketiga diduduki oleh Partai Demokrat sebanyak tiga ratus enam puluh empat
suara sah. Pada posisi suara terbanyak keempat diduduki oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan perolehan suara sebanyak seratus
Sembilan belas suara. Pada posisi suara terbanyak kelima diduduki oleh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) yang selisih dua perolehan suara yang didapat oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjungan (PDI) dengan perolehan suara
sebanyak seratus tujuh belas perolehan suara sah. Sedangkan perolehan suara
terakhir diduduki oleh Partai Hanura dengan perolehan suara sebanya tujuh
puluh sembilan suara sah.
40
2.4.4 SUSUNAN KEPENGURUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DESA MEJAYAN
KECAMATAN MEJAYAN KABUPATEN MADIUN
NO NAMA JABATAN PEKERJAAN PENDIDIKAN KETERANGAN 1 ADRIANTO SE.MM KETUA PNS S2 TOKOH MASYARAKAT 2 SUNYOTO WAKIL KETUA SWASTA SLTA TOKOH PEMUDA 3 ANIK SULISDYANINGRUM SE SEKRETARIS SWASTA S1 TOKOH MASYARAKAT 4 SUNARTO. SPd BENDAHARA GURU S1 TOKOH MASYARAKAT 5 SUYONO ANGGOTA SWASTA SLTA TOKOH MASYARAKAT 6 TRI BUDIYONO ANGGOTA SWASTA SLTA TOKOH PEMUDA 7 Drs.PURYONO ANGGOTA SWASTA S1 TOKOH PROFESI 8 DARMANTO. SpdI ANGGOTA GURU S1 TOKOH AGAMA 9 SURYANTO.SPd ANGGOTA GURU S1 TOKOH MASYARAKAT
10 KARYONO H. SUBROTO ANGGOTA SWASTA S1 TOKOH MASYARAKAT 11 NGALIYEM. SPd SD ANGGOTA GURU S1 TOKOH WANITA
41
2.5 Struktur Pemerintahan Desa Mejayan
no Nama Jabatan Tempat‐Tanggal Lahir Pendidikan Tanggal dan No SK Luas Bengkok 1 Titik Handayani Kepala Desa Madiun 01‐05‐1956 SMP 188.45/722/KPTS/402.013/2008 4 ha 2 Drs. Suparman Seketaris Desa G.Kidul 04‐06‐1962 Sarjana 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 2.5 ha 3 Suyana Kasun Mejayan.Gendoman Nganjuk 14‐10‐1982 SLTA 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha 4 Dodi Satria Nugroho Kasun SumberSoko Madiun 29‐12‐1968 SMA 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 5 Suratmin Kasun Porong Madiun 19‐12‐1959 STM 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/86 1 ha 6 sukidi Kasun Kronggahan Madiun 10‐07‐1953 STN 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/87 1 ha
7 widia Tri Rahayu Kasun Sanggrahan Robahan Madiun 19‐06‐1988 SLTA 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha
8 Santoso Staf UR Pemerintahan Madiun 25‐04‐1968 STM 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 9 Lilik Suwarno Staf UR Kesra Madiun 05‐05‐1951 SMP 29/09/84.no.141/10/414.12/SK/84 1 ha
10 Sumiati Staf UR Keuangan Madiun 19‐05‐1960 SMEA 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/84 1 ha 11 Saji Staf UR UMUM Madiun 05‐06‐1962 STN 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha 12 Mahanani Mei Staf UR Pembangunan Surabaya 01‐05‐1977 Sarjana 141/01/402.305.11/SK/2011 1 ha 13 Suyud PEMB.Staf UR Pemer Ngawi 04‐11‐1959 SMP 15/6/85 no.141/46/432.11/SK/85 1 ha
42
2.6 Peta Desa
43
BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
3.1 POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DI DESA MEJAYAN
3.1.1 Pola Hubungan Patron-Client
Desa Mejayan memiliki lima dusun yaitu dusun Sumbersuko, dusun
Gendoman Mejayan, dusun Porong, dusun Kronggahan, dan dusun Sanggrahan
Robahan. Penyusun melihat interaksi sosial yang ada di dusun Porong guna
mendapatkan informasi tentang hubungan patron client yang ada di dusun porong
tersebut. Dalam penelitian yang penyusun lakukan menemukan bahwa pola
hubungan patron-client telah ditemukan ditengah kehidupan masyarakat Mejayan
di dusun Porong. Kondisi perekonomian masyarakat Mejayan khususnya dusun
Porong memang sangat menarik untuk diteliti.
Yang penyusun temukan di lapangan, bahwa di dusun Porong pola hubungan
interaksi sosial nya masih terjalin sangat kuat. Di dusun Porong, hubungan antara
warga satu dengan yang lain terjalin seperti keluarga. Salah satu bentuk
interaksinya seperti pada saat ada warga yang memiliki hajatan, warga yang lain
saling membantu, ada yang membantu dengan tenaga seperti membantu
mempersiapkan acara dan ada juga yang membantu dana jika si pemilik hajatan
lokasinya jauh.
“ya kalo hajatan saya undang lah mbak, namanya juga hidup bermasyarakat,
kalo butuh ya saya bantu.”(lampiran 3)
Selain itu, jika di dusun Porong ada warganya yang meninggal tanpa ada
pengumuman, warga sekitar langsung mengetahui berita tersebut, dan langsung
melayat atau takziah di rumah duka, tentu saja dengan berbagai sumbangan dan
44
atribut serangkaian tradisi yang ada di desa Mejayan. Di dusun Porong juga terdapat
perkumpulan ibu-ibu pengajian yang rutin melakukan pengajian setiap selesai sholat
maghrib, atau yang dilakukan rutin selama 2 minggu. di dalam perkumpulan
pengajian tersebut juga terdapat struktur kepengurusan seperti ketua, sekertaris dan
bendahara. Itu adalah contoh bentuk ketereratan hubungan yang ada di dusun porong
tersebut. Untuk mendapatkan informasi tentang hubungan patron client yang ada di
dusun Porong, penyusun mempertanyakan tentang perekonomian yang ada di dusun
Porong.
Melalui beberapa wawancara yang telah penyusun lakukan dapat dilihat pola
hubungan patron-client yang ada di desa Mejayan. Di desa ini beberapa patronnya
ada di dusun Porong, dalam proses menemukan realita yang ada dapat ditemukan
fenomena bahwa yang pertama: Di desa mejayan terutama di dusun Porong banyak
terdapat pemilik sawah, yang sawahnya kebanyakan terletak di luar desa Mejayan,
walaupun masih ada beberapa yang sawahnya masih berada di desa Mejayan. Areal
persawahan yang dimiliki oleh patron yang berada di dusun Porong sebagian besar
dikelola oleh warga desa lain di luar desa Mejayan.
“O, pekerja saya itu semua dari luar desa Mejayan Mas, dari Desa Ngepeh
mas yang paling banyak, jadi penduduk desa mejayan ini hampir tidak ada
yang jadi pekerja sawah, kebanyakan yang punya sawah, tapi sawahnya
banyak yang diluar desa, kalo di desa ini ya sekitar porong dan Robahan
Mas.”(lampiran 3)
Di dusun Porong juga terdapat perangkat desa yang mempunyai kepemilikan
Bengkok. Kemudian bengkok tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
pekerja (client) dalam melaksanakan penggarapan sawahnya. Perangkat desa yang
memiliki bengkok di dusun porong bernama pak Lilik Suwarno dan pak Saji. Setelah
penyusun mewawancarai perangkat desa yang memiliki bengkok di dusun porong,
penyusun mendapat informasi bahwa seluruh pekerja yang melakukan penggarapan
di sawah bengkok tersebut semuanya berasal dari luar desa mejayan. Oleh karena itu
45
penyusun tidak melanjutkan pertanyaan lebih mendalam kepada informan disebabkan
hubungan patron client tersebut berada diluar desa Mejayan.
Selain perangkat desa yang memiliki sawah, di dusun porong juga terdapat
warga yang memiliki sawah pribadi, yaitu bernama Pak Sartono. Dalam pengelolaan
sawah tersebut pak Sartono memiliki banyak pekerja, dengan luas sawah sebesar 1
hektar yang memiliki pekerja sekitar 6 orang dan satu mandor.
“nah jelas saya mempekerjakan orang lain, Mas. Saya tidak terjun langsung
dalam pengelolaannya. Saya punya kenalan orang yang mencari pekerja-
pekerja saya tersebut.”“kira kira ya 5-6 orang, orang saya itu ya kalo saya
manggilnya pak Marmin, mbak”.(lampiran 3)
Kemudian sistem kepemilikan sawah ini menjadi suatu sumber kekuasaan
sebagai patron, Pemilik sawah yang berada di dusun porong tersebut memberikan
upah atau gaji kepada pekerja dengan cara memberi upah perhari sebesar 30 ribu dan
ditambah dengan makan 2 kali, kopi, rokok dan kue. Ini merupakan cara penggajian
yang biasanya dilakukan oleh pemilik sawah, dari cara penggajian yang seperti ini
dapat meningkatkan sense of belonging dalam keterikatan hubungan Patron dan
Client.
“biasanya sehari 30 ribu, ditambah makan pagi, siang dan sore itu minum
kopi, kue dan Rokok, jadi kira kira 40. ribu mas.” (lampiran 3)
Namun dalam pengelolaan sawah, pemilik memiliki orang kepercayaan
bernama pak marmin yang mempunyai tugas mencari pekerja untuk mengelola sawah
tersebut. sehingga bisa dilihat sebagai struktur alur koordinasi dalam pemberdayaan
pekerja. Karena sebagian besar pekerja berasal dari luar desa dan penggunaan pekerja
tersebut tidak selamanya selalu digunakan. Fungsi mandor tersebut salah satunya
mengenai Sistem pemberian upah. awalnya dilakukan melalui mandor, kemudian
baru didistribusikan ke pekerja, jelas mandor mempunyai lebih banyak proporsi
dalam penggajian. kemudian intensitas interaksi sosial sangat mendalam baik dalam
46
hal tradisi seperti hajatan dan slametan, maupun kepedulian sosial. Kemudian yang
kedua, Di Desa Mejayan ini terutama di dusun Porong sebagai pusat pabrik roti
rumahan (home Industri) yang sudah menjalani usaha selama 25 tahun.
“wah sudah lama mas . sudah 25 tahun kurang lebihnya. ini ya kita kelola
bersama dengan bapak, dan yang bantu ya teman teman. Kita bikin kue donat,
bakpau, golang galing, dan molen.” (lampiran 4)
Dalam pengelolaannya memang sudah menunjukkan hubungan Patron-client yang
sangat kuat, dalam pengelolaannya banyak pekerja yang dipekerjakan di industri
rumahan ini, namun sebagian besar pekerjanya (client) berasal dari luar wilayah
Mejayan, bahkan melalui wawancara yang mendalam, sebagian besar berada di luar
kabupaten Madiun.
“kebanyakan dari desa Talok dan Mejayan mbak, tapi kebanyakan desa
Talok, yang Mejayan sekarang sudah kerja sendiri membuat industri roti
rumahan” (lampiran 4)
jika tidak mempekerjakan orang luar daerah, pemilik industri juga dibantu oleh
kerabat (keluarga) yang sudah masuk menjadi angkatan kerja.
Namun karena perekonomian masyarakat mejayan adalah pemilik lahan
pertanian, pedagang, PNS, dan pemilik home industry. Patron yang ada di Desa
mejayan dalam perekonomian, lebih banyak memiliki client dari luar wilayah
Mejayan. Sebagai Patron, para pengusaha dan pemilik sawah, hubungan dengan
pekerjanya (client) memiliki sifat kekeluargaan, masih menjunjung tinggi sikap
gotong royong yang cukup mendalam, hal ini terbukti dengan intensitas interaksi dan
keterikatan emosional yang ada di desa tersebut, namun dalam konteks kegiatan
ekonomi masih bersifat transaksional, hal ini dipengaruhi oleh majunya kegiatan
ekonomi desa melalui usaha industri rumahan yang ada di desa Mejayan, terutama
wilayah Patron salah satunya di dusun Porong.
47
Pekerjaan Utama * Kegiatan Pemilihan Crosstabulation
Kegiatan Pemilihan
Total
Pemilihan
ketua RT
Pemilihan
Ketua RW
Pemilihan
Kepala Dusun
Pemilihan
kepala Desa
Pekerjaan
Utama
petani tanah sendiri 2 1 1 3 7
buruh tani 0 2 1 6 9
Pertukangan 0 0 0 4 4
pemborong bangunan 1 0 0 0 1
Wirausaha 2 1 3 34 40
PNS 2 1 0 1 4
Perangkat desa 0 0 0 1 1
Perusahaan Sendiri 0 0 0 1 1
Karyawan Swasta 0 0 0 4 4
Lain-lain 5 0 1 23 29
Total 12 5 6 77 100
48
49
Tabel 1 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kegiatan Pemilihan Umum Desa
Sumber: Data Peneliti
Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara pekerjaan utama dengan
partisipasi para pemilih didalam pemilihan yang terjadi di Desa Mejayan. Kami
mengamati bahwa pekerjaan mempengaruhi atas partisipasi memilih, dari tingkat RT,
RW, kepala dusun hingga tingkat desa. Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa partisipasi
tertinggi terletak pada golongan wirausaha, kemudian kriteria menengah pada
golongan selain pekerjaan yang diatas, seperti pengangguran dan ibu rumah tangga.
Sedangkan tingkat partisipasi yang tergolong rendah pada PNS, Perangkat desa dan
Perusahaan sendiri.
Tabel diatas juga termasuk konsep Patron Client Relationship. Dengan alasan
bahwa PNS tidak lagi diwajibkan dalam pemilu ataupun ada unsur paksaan lagi.
Dimana PNS, perusahaan sendiri, Perangkat desa sudah sadar akan Hak dan
kewajibannya. atasannya tidak lagi memiliki hak untuk mengatur ataupun menekan
dalam konteks pemilu. Bagi golongan menengah penyusun menyimpulkan bahwa
partisipasi mereka didorong oleh faktor uang yang dibagikan saat kampanye
menjelang pemilihan. Implementasi realitas tersebut termasuk kemampuan influence
yang sangat mendalam.
Akan tetapi sangat berbalik dengan golongan wirausaha yang notabennya
menengah kebawah. Bahwa dia memiliki kepentingan supaya ada kebijakan yang
dapat menguntungkan usahanya agar tetap berjalan dengan normal. Dimana para
calon pasti memberikan janji-janji kepada para wirausahawan akan mengeluarkan
kebijakan yang akan menguntungkan usahanya. Contohnya pengadaan UKM yang
awalnya sebagai pedangan kaki lima kemudian diberi fasilitas berupa tempat
(warung) yang berasal dari sebuah kebijakan penguasa desa.
Sedangkan hubungan patron-client yang emosional ini ditunjukkan secara
intens ketika ada momen-momen istimewa, misalnya hajatan, atau slametan, patron
akan lebih banyak memberikan barang, bantuan atau uang lebih dibandingkan dengan
warga lainnya. Sedangkan dalam konteks mempekerjakan keluarga dalam hubungan
Patron Client, dalam pengamatan kami akan muncul jika keluarga atau kerabat
menginginkan untuk menjadi client, namun karena rata-rata perekonomian di Desa
Mejayan ini termasuk mandiri, dengan usaha seperti pedagang atau PNS, ataupun
pemilik sawah maka hal tersebut tidak begitu kentara dalam hubungan sosial
ekonomi.
“iya mas, dulu juga ada ponakan yang nyambi disini, tapi sudah berkeluarga,
jadi sudah ga kerja lagi, kalo ada yang mau kerja ya saya bantu.”(lampiran
4)
Pekerja dari salah satu pemilik usaha roti yang sempat penyusun wawancarai
juga menunjukkan hal yang positif terhadap hubungannya dengan patron, seperti
yang dialami oleh bu Sarmi, sebagai subyek penelitian kami. Ibu Sarmi, yang bekerja
di rumah produksi roti milik Ibu Lamisri dan Ibu mariatun, merasakan banyak
manfaat dan keuntungan, selain gaji, juga mendapatkan ilmu dalam pembuatan roti,
serta pemasaran.
“ya saya selain dapat gaji saya juga mendapatkan ilmu bisnis dan cara
membuat roti, jadi saya memutuskan untuk buat usaha sendiri, mbak. Ya
hitung hitung untuk membuat penghasilan keluarga lebih banyak
mbak.”( lampiran 5)
Sebagai contoh manfaat ilmu yang diperoleh Bu Sarmi, adalah menggoreng dan
membuat adonan pada saat bekerja di rumah Patron.
50
“Ya kalo di rumah Ibu Lamisri, saya dapat bagian menggoreng roti-roti, kalo di bu
Mariyatun saya tukang bikin adonan mbak.”(lampiran 5)
Dalam konteks hubungan sosial, pekerja juga sering diundang dalam acara
tertentu oleh patron, hal ini menunjukkan eratnya interaksi diantara keduanya sesuai
dengan syarat ketiga dari hubungan patron-client yaitu kemesraan diantara keduanya.
Sehingga hubungan patron-client sangat dekat sekali karena hubungan saling
ketergantungan mulai mengakar sampai grassroot, bukan sekedar transaksi ekonomi.
Kepedulian sosial sangat erat sekali, patron selalu setia membantu ketika clientnya
membutuhkan bantuan karena ada keterikatan berdasarkan hubungan tetangga.
“kira-kira saya kerja di bu lamisri dan bu mariyatun sekitar dua tahunan
lebih mas”
“iya mbak, kalo disini memang saling membantu, kita kan juga tetangga, kita
pokoknya saling bantu membantu mbak” (lampiran 5).
Jika dianalisis lebih jauh kedalam, sebagai pekerja yang tidak mempunyai
hubungan kekerabatan dengan para pemilik usaha, tingkat interaksi sosial yang ada di
desa Mejayan tergolong sangat mendalam. Persaudaraan muncul salah satunya
dengan cara mempererat hubungan interaksional dengan lingkup hubungan patron-
client. Dapat disimpulkan bahwa pola hubungan patron client yang ada di desa
Mejayan bukan hubungan yang transaksional melainkan cenderung pada hubungan
yang mendalam dan emosional.
Dalam buku tuan, hamba dan politisi Menurut Keith R. Legg Asas yang
menyatakan bahwa, hubungan-hubungan tuan hamba hanya terjadi diantara para
pelaku yang tidak sama, baik kekayaan maupun kedudukannya, dengan kata lain,
hubungan tersebut timpang, diterima tanpa dipersoalkan lebih lanjut. Uraian
mengenai motivasi terjadinya hubungan tuan-hamba sering bertitik berat pada
51
52
kebutuhan pihak hamba. Namun, urain-uraian khusus, terutama mengenai tautan tuan
hamba di bidang politik, menunjukkan bahwa pihak tuanlah yang sering menjadi
pemrakarsa. Pihak hamba, setelah menikmati prestasi yang diberikan oleh pihak tuan,
baru berkewajiban membalasnya. Dalam tukar menukar itu, pihak hamba
berkedudukan sebagai ”lumbung nilai” tempat pihak tuan menyimpan kredit sosial
yang dapat diambil kembali diwaktu yang akan datang demi keuntungan dirinya.
Hubungan tuan hamba atau Patron-client timbul bila syarat-syarat berikut ini
terpenuhi diantaranya adalah (1) hubungan di antara para pelaku atau perangkat para
pelaku yang menguasai sumber daya yang tidak sama, dalam kepemilikan kekayaan
misalnya sebagai pemilik Home Industry Roti, patron mempunyai alat produksi dan
modal yang lebih banyak dari warga lain sebagai pekerja.
(2) Hubungan yang bersifat khusus (particularistic), hubungan pribadi dan
sedikit banyak mengandung kemesraan (affectivity), hubungan ini sangat terlihat
sekali, apalagi dalam kehidupan desa yang cenderung intensif, intim dan mendalam,
hal ini sangat terlihat ketika sang patron mengadakan kegiatan syukuran dan pesta,
kemudian acara berkabung dan kegiatan yang lebih serius dan mendalam.
Dan (3) hubungan yang berdasarkan asas saling menguntungkan dan saling
memberi dan menerima. Untuk syarat ketiga ini memang menjadi sebuah keniscayaan
dan menjadi syarat melalui hubungan yang memiliki hubungan yang saling
memberikan keuntungan simbolis dan strukturalis.
Simbol tersebut terlihat ketika dikaitkan dengan peran dan status, kemudian
secara strukturalis adalah hubungan kerja yang fungsional. Lemarchand menyatakan
bahwa “Setiap tautan tuan-hamba selalu melekat hubungan timbal balik antara
perorangan (atau kelompok perorangan) dimana pengaruh ditentukan oleh
kemampuannya memberikan pelayanan, barang atau sesuatu yang bernilai yang
diinginkan oleh pihak lain sehingga pihak yang lain itu pun terimbas untuk membalas
53
kebaikan tersebut dalam bentuk perhatian, pelayanan, barang atau sesuatu yang
bernilai”.
Realitas hubungan Patron-client di dusun Porong, sangat bersesuaian dengan
konsep diatas. Hubungan patron client sangat terasa dalam pengkondisian dimensi
ekonomi melalui “home Industry” Roti.
Dialog interaksi antar patron dan client dapat terinterpretasikan dalam
hubungannya sehari-hari. Konstruksi pengaruh patron terhadap pekerja sangat terlihat
bahkan dalam hubungan emosi sangat mendalam, hal ini dikarenakan terdapat
pengaruh yang multidimensional, artinya tidak hanya ekonomi saja, namun status dan
peran dari client sangat ditentukan oleh patron. Namun yang lebih sangat terlihat
dalam fenomena patron client tersebut adalah hubungan sosial dan kemesraan sosial
antara patron dan client.
3.1.2 Pola Hubungan Traditional Authority
Desa Mejayan merupakan desa yang letak geografisnya sangat strategis
karena berada di wilayah kota Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dan menjadi
jantung dari perekonomian kecamatan ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
banyaknya sendi-sendi perekonomian dan usaha-usaha besar yang terletak di desa
ini. 27 Dengan melihat kondisi semacam ini desa Mejayan dapat diklasifikasikan
kedalam desa swasembada. Hal ini dikarenakan kehidupan di desa Mejayan sudah
mirip kota modern dengan adanya mata pencaharian yang beraneka ragam serta
sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat
pedesaan maju.28
Sebagai desa yang terkategori dalam desa swasembada, seyogyanya
desa ini pola hubungan elit-massanya adalah pola hubungan patron klien.
27 Keterangan mengenai sendi‐sendi perekonomian kecamatan yang ada di desa Mejayan dapat dilihat di Bab Gambaran umum desa hlm. 28 Butuh buku sosiologi pedesaan.
Sebab pola hubungan patron-klien terjadi apabila timbul fenomena hubungan
antar masyarakat yang berlandaskan kebutuhan ekonomi. Melihat kondisi
desa Mejayan yang terdapat banyak jenis usaha yang dimiliki oleh beberapa
warga desa tersebut maka peluang terjadinya pola hubungan patron klien di
desa ini cukup tinggi. Keberadaan usaha-usaha tersebut pastinya
membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Ketergantungan ekonomi dari
pekerja kepada pemilik usaha begitupun sebaliknya yakni kebutuhan tenaga
kerja oleh pemilik usaha kepada pekerja menyebabkan timbulnya pola
hubungan patron klien.
Meskipun desa Mejayan merupakan desa swasembada, nilai-nilai
tradisional tidak sepenuhnya terkikis oleh modernitas. Hal itu terbukti dengan
adanya seni tradisional dongkrek yang masih dilestarikan oleh seorang tokoh
desa yang bernama mbah Dulrohim bersama masyarakat yang berpartisipasi.
Ketokohan warga tersebutlah yang dapat menyatu padukan masyarakat untuk
melestarikan kesenian yang menjadi cikal bakal desa Mejayan. Kesenian tradisional
inilah yang menjadi sumber legitimasi dari tokoh masyarakat tersebut. Sehingga,
meskipun ia sudah tidak lagi menjabat sebagai kepala desa namun kedudukannya
sebagai orang terpandang di desa masih akan tetap bertahan selama kesenian ini tetap
dipertahankan.
54
‘’iya nak, saya menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975
sampai 2000. Awalnya itu saya ditunjuk oleh KOREM daerah sekitar
untuk memimpin desa Mejayan.’’(lampiran 1)
“oh iya nak, ada namanya dongkrek. Dongkrek disini bukan
hanya sebagai kesenian tetapi juga sebagai pusaka bagi warga
Mejayan. Hal ini dikarenakan dongkrak merupakan hasil dari
runtutan asal mula caruban ini, yang di tokohi oleh Perot dan ayu
selaku pendamping dari Raden Prawiro Dipuro.’’ (lampiran 1)
Di tambah lagi statusnya sebagai salah satu keturunan dari pembabat
alas yang menjadi cikal bakal terbentuknya desa Mejayan merupakan sumber
legitimasi yang abadi.
55
“Kesenian Dongkrek itu langsung dipimpin oleh saya. Tapi mas, sekarang
saya sudah ndak mimpin lagi, dan yang mimpin sekarang menantu saya,
mengingat saya sudah tua.” (lampiran 1)
Fakta diatas menghantarkan kita pada kenyataan bahwa desa ini tidak hanya
memiliki pola hubungan patron-klien saja. Pola hubungan traditional authority
terbentuk dan menguat dalam pola kehidupan masyarakat desa Mejayan.
Konsep dari pola hubungan traditional authority menyatakan bahwa pola
hubungan ini dapat terjadi disebabkan kuatnya legitimasi dan kewenangan
yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
“Selanjutnya atas restu warga desa akhirnya saya yang terpilih. Oh iya
nak, yang penting itu kalau jadi kepala desa perlu dibutuhkan jiwa
nasionalis dan jiwa sosialis yang tinggi, sehingga nantinya dapat
menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.” (lampiran 1)
Legitimasi itu sendiri dapat berasal dari tradisi yang berasal dari
kepercayaan masyarakat dan yang dipelihara secara turun-menurun.
Sedangkan kewenangan dalam traditional authority, berupa kualitas pribadi
dari pemimpin. Kualitas pribadi dari pemimpin tersebut dapat ditunjukkan
dalam jiwa nasionalis dan jiwa sosialis yang tinggi dalam memimpin
masyarakat desa.
Hal yang menunjukkan terjadinya pola hubungan traditional authority
di desa Mejayan adalah pertama, adanya kualitas pribadi dari sang pemimpin,
yaitu mbah Dulrohim dimana ia telah dapat memimpin desa Mejayan selama
25 tahun yakni dari tahun 1975-2000. Dalam hal ini, Mbah Dulrohim
merupakan sesepuh desa yang sangat disegani warga desa karena telah
dianggap berjiwa sosialis dan juga telah dapat menjaga tradisi dan kesenian
desa mejayan. Hal tersebut terlihat dalam pemilihan pertama dan kedua, yang
mana dari pemilihan tersebut mbah dulrohim dapat terpilih secara berturut-
turut.
“iya nak, saya menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975 sampai
2000. Awalnya itu saya ditunjuk oleh KOREM daerah sekitar untuk
memimpin desa Mejayan. Tujuannya pertama itu menyadarkan warga
sekitar yang eks PKI, dan tentang permasalahan KTP Merah yang dimiliki
oleh mantan PKI. Saya merasa kasihan dengan warga yang seperti itu,
karena mereka dipersulit untuk ngurus surat-surat.” (lampiran 1)
Menurut Karl D. Jackson, kewibawaan tradisional dapat dikatakan
sebagai penggunaan kekuasaan personalitas yang dihimpun melalui peranan
masa lampau dan masa kini dari yang mempengaruhi sebagai penyedia,
pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status unggul dari mereka yang
punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Kedua, adanya
legitimasi yang berasal dari tradisi seperti dalam kesenian dongkrek yang
merupakan ciri khas dari Caruban, dimana untuk memimpin kesenian tersebut
harus berdasarkan keturunan sebelumya. Dalam hal ini, setiap malam satu
suro terkadang jumat pahing atau juga jumat legi, kesenian Dongkrek
dipimpin langsung oleh mbah Dulrohim. Namun, saat ini kesenian dongkrek
56
dipimpin oleh menantunya karena usia dari mbah dulrohim sudah terlalu senja.
Oleh karena itu, dari kedua fenomena yang ada diatas tadi dapat disimpulkan
bahwa di dalam desa Mejayan terdapat pola hubungan traditional authority.
Traditional authority tidak hanya mengandaikan seorang tuan yang
berkuasa, sang tuan memiliki hamba yang senantiasa mendukung, sehingga
ada hubungan Tradisional Authority Relationship. Dengan gambaran bahwa
ibu Paniyem ini sangat mendapatkan kepercayaan dari ibu Sumiati dengan
membawa buku Arisan yang dipasrahkan. Juga bu Paniyem ini sangat dekat
hingga seperti saudara walaupun tidak memiliki garis saudara langsung.
Kemudian Bu Sumiati ikut membantu sedikit kehidupan ibu paniyem dengan
memberikan uang saku kepada anaknya, walaupun tidak setiap hari tetapi
sering sekali. Juga ibu paniyem ini ada kesulitan maka ibu Sumiati juga ikut
membantu. Jadi Ibu Paniyem mengabdi juga kepada ibu Sumiati. Bu Paniyem
ini tidak terlalu mengandalkan gaji bulanan yang dari Bu Sumiati. Karena Bu
Paniyem mendapat bantuan tidak hanya uang saja tetapi bantuan-bantuan
secara tidak langsung oleh Bu Sumiati. Gaji bulanannya juga dalam bentuk
arisan sembako yang memang Bu Paniyem sengaja diikutkan Arisan sembako
setiap bulannya oleh Bu Sumiati. Jadi ini bentuk Tradisional Authority
Relationship yang ada di Desa Mejayan Ini.
57
‘’ya bisa dibilang saya dengan bu Sumiati ya seperti keluarga, walaupun
saya tidak ada hubungan saudara sama sekali dengan ibu. Tapi ibu sangat
baik kepada saya juga keluarga saya, dimana saya banyak dibantu oleh
keluarga saya dengan keluarga ibu. Pak dar suami bu sumiarti juga
membantu suami teman saya yang bekerja sama ibu menjdi PNS.’’ (lampiran
2)
Kewibawabaan tradisional berbeda dengan bentuk ketiga kekuasaan
yang disebut sebagai imbalan atau perampasan (reward/deprivation). Tidak
58
seperti imbalan/perampasan, kewibawaan tradisional tidak melibatkan hitung-
menghitung keuntungan-keuntungan pribadi yang segara oleh si pengikut.
Tidak pula si pengikut menganggapnya sebagai perjajian di mana ia
menyediakan pelayanan tertentu sebagai tukaran bagi tingkat ganti rugi yang
telah ditetapkan lebih dahulu. Sekalipun sipemimpin mungkin telah
melakukan banyak hal bagi para pengikutnya pada waktu yang lalu. Dan
sekalipun ia mungkin berkewajiban untuk terus membagikan kebaikan masa
hati yang dimasa datang, namun pola kekuasaan bukanlah suatu pola yang
mempertukarkan imabalan bagi jasa. Konsep si pengikut menetapkan apakah
mendukung atau tidak mendukung pemimpinnya secara politik atas dasar
perhitungan cermat berlebihnya keuntungan di atas biaya merupakan hal yang
asing pada sistem kewibawaan tradisional.
Bahwa legitimasi yang dimiliki oleh patron berlangsung secara lama
dan juga secara turun temurun. Jadi legitimasinya diwariskan dari generasi ke
generasi. Jadi apabila kepatuhan yang lebih dari dua puluh lima tahun dan
diwariskan dari ayahnya kepada anaknya. Kewibawaan tradisional ini bukan
hanya dipandang hanya sekedar ikatan kesempatan dan kenyamanan tetapi
melainkan dipandang sebagai ikatan yang mempertautkan baik pemimpin
maupun pengikut kepada generasi-generasi terlebih dahulu. Kemudian
tradisional menyiratkan bahwa kepemimpinan agaknya lebih berpindah
kepada bahu mereka tetapi martabat warisan (Inherited status) ketimbang
martabat hasil dari pencapaian (achieved status). Misalnya para pemegang
kekuasaan sering diserahkan kepada keluarga dan kerabatnya yang menjabat
secara tradisional. Atau berpindah kepada orang lain yang memiliki
pengetahuan agama atau pengetahuan istimewa yang juga sudah sejak lama.
Kewibawaan tradisional dan patronase (atau hubungan patron klien) jelas
berbagi banyak kualitas.
59
Kepercayaan warga desa kepada keluarga Mbah Dulrohim menjadi
salah satu faktor pembuktian, bahwasanya konsep traditional authority juga
berlaku di desa ini. Terbukti dengan adanya jabatan selama 27 tahun yang di
amanatkan kepada Mbah Dulrohim selaku Kepala Desa. Tak terhenti di sini
saja, representasi keluarga Dulrohim juga berlanjut di anaknya yaitu Ibu
Sumiyati, yang sekarang menjabat sebagai bendahara desa. Pembuktian
representasi elite dalam hal ini keluarga Mbah Dul, menjadi tolak ukur
terbuktinya konsep Traditional Authority yang berada di desa Mejayan.
Tidak hanya di desa mejayan juga
Kedua jenis hubungan ini bersifat asimetris dan juga vertikal juga
dwitunggal. Ikatan ini adalah hubungan pribadi, tatap muka antara pemimpin
dan pengikut. Pertalian horizontal ini bersifat kuat antara mereka yang
bermanfaat, bahkan diantara individu-individu yang memiliki kesetian
kepada pemimpin yang sama. Patron atau tokoh-tokoh adalah seorang yang
sebagai perantara yang mutlak yang diperlukan antara kelompok yang
beraneka ragam.
3.2 REPRESENTASI POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DI DALAM
PEMERINTAHAN DESA MEJAYAN
3.2.1 Struktur Pemerintahaan Desa Mejayan
Pemerintahan desa Mejayan saat ini dikepalai oleh seorang
warga dusun Gendoman yang bernama Titik Handayani. Titik
Handayani selain merupakan seorang kepala desa, ia juga sedang
menekuni bisnis yang sudah dimulainya sejak lama bahkan sebelum ia
menjabat sebagai kepala desa yakni mendistribusikan kebutuhan
material bangunan. Kepala desa yang menjabat saat ini merupakan
kontraktor sukses yang juga memiliki berbagai usaha yang
kebanyakan berdiri di luar daerah. Kesuksesan bisnisnya juga diiringi
oleh kesuksesan politiknya di desa Mejayan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya fakta yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahannya cukup tinggi.
Berikut adalah keterangan seorang warga yang kami wawancarai
berkaitan dengan pemerintahan bu Titik.
“Bu Titik itu orangnya baik mbak. Dia nggak beda-bedain mana orang
kaya mana orang miskin. Semuanya dirangkul, disapa, diperhatiin.
Selama jadi lurah juga dia banyak mbangun desa. Itu kantor kepala
desa itu dari dulu sampai sekarang nggak pernah libur tukangnya, ada
saja yang dibangun. Bu Titik kan sudah kaya ya mbak, jadi nggak
bakal dia doyan makan uang rakyatnya. Kalau yang lain saya nggak
tau lagi mbak. Tapi kalau ada pemilihan lagi saya pilih bi Titik lagi
deh”. (hasil wawancara kuisioner)
Elite pemerintahan desa selain Kepala desa ada Sekretaris desa
yang bernama bapak Suparman. Bapak Suparman ini merupakan
seorang sarjana, yang dengan gelarnya ini menurut pengakuan bu Titik
beliau sering kali dijadikan bahan rujukan oleh perangkat-perangkat
desa yang lain melebihi bu Titik. Secara politis dapat dikatakan bahwa
Sekretaris desa ini merupakan oposisi bu Titik, namun hal itu
berlangsung diawal masa pemerintahan bu Titik dimana saingan
politiknya yakni pak Rudi Hartono masih berada di Mejayan.29 Saat
ini menurut pengakuan bu Titik sudah tidak ada lagi perangkat yang
60
29 Rudi Hartono adalah saingan bu Titik Handayani dalam Pilkades tahun 2004 lalu. Rudi Hartono mendapat banyak dukungan dari elite desa sewaktu itu, namun Titik Handayani berhasil meraih kemenangan telak dengan perolehan suara 1632 suara, sedangkan Rudi Hartono hanya 581 suara dan kandidat lainnya yakni Sudarto juga 581 suara. Saat ini Rudi Hartono telah berpindah ke luar daerah akibat mengalami kebangkrutan dalam usaha di desa Mejayan.
berpihak ke orang lain dan lebih fokus untuk bekerja demi kemajuan
desa.
“Pak Sekdes itu orang pintar mbak. Pendidikannya tinggi tidak
seperti saya yang hanya lulusan SMP. Karena itulah beberapa
perangkat desa banyak yang lebih percaya dia kalau ada masalah-
masalah gitu. Tapi saya harus tegas mbak, lawong saya yang mimpin
kan. Saya tegur saja mereka yang tidak menghargai saya sebagai
pemimpin desa. Saya ingatkan lagi kepada mereka: Lurahmu inu
aku, lak urusan ngene iki lapore yo kudu nang aku. “(lampiran 7)
Bagan 1.1 Struktur Kepemerintahan Desa Mejayan
Selain Sekdes, perangkat desa yang cukup memiliki kekuasaan yang
tinggi adalah Bendahara desa yakni bu Sumiati. Bu Sumiati merupakan putri
dari tokoh masyarakat terpandang yang sekaligus mantan kepala desa Mbah
Dulrahim. Bu Sumiati menjabat menjadi Bendahara desa lebih dari dua puluh
tahun. Ia menjadi Bendahara desa sewaktu bapaknya memerintah, kemudian
61
62
saat kakaknya yakni Joko Purnomo menggantikan bapaknya ia juga
menduduki jabatan yang sama. Hingga saat ini meskipun kepala desanya sama
sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan dengannya namun ia tetap
dipercaya sebagai Bendahara desa. Dari fakta ini dapat dinyatakan bahwa
Bendahara desa merupakan jabatan yang melegitimasi dalam dirinya dan lebih
kepada jabatan sosial daripada jabatan politis.
3.2.2 Representasi Pola Hubungan Patron-client didalam Pemerintahan Desa
Mejayan
Dalam penelitian yang penyusun lakukan menemukan bahwa pola
hubungan patron-client telah ditemukan ditengah kehidupan masyarakat
Mejayan di dusun Porong. Patron-client merupakan pola hubungan yang
saling menguntungkan (dialogal). Client (yang dikuasai) mendukung
sepenuhnya kemauan penguasa apabila patron mampu memenuhi kebutuhan
client. Apabila patron tidak dapat memenuhi kebutuhan client maka client
akan sangat mudah berpindah mencari patron client lain. Sehingga hubungan
patron-client cenderung opportunis.
Berdasarkan struktur pemerintahan diatas dan pemaparan tentang pola
hubungan elit massa yakni hubungan patron client yang terjadi di Dusun
Porong Desa Mejayan telah terbukti bahwa pola hubungan patron client
tersebut terepresentasikan di dalam pemerintahan Desa Mejayan yakni Bapak
Lilik Suwarno yang menjabat sebagai Staff UR Kesra ternyata juga menjadi
seorang patron di dusun Porong meskipun beliau mengatakan para client atau
pekerja sawahnya berada dari luar desa lain. Hubungan patron client yang
terjadi di Desa Mejayan memang tidak sekompleks teori yang digambarkan
oleh Keith Legg yakni harus ada hubungan timbal balik dan mencari
keuntungan sehingga hubungan antara patron dan client terutama patron yang
menjadi perangkat desa tidak seberapa terungkap atau jelas karena client dari
Pak Lilik Suwarno berasal dari desa lain. Sebagai seorang perangkat desa Pak
63
Lilik Suwarno mendapatkan sawah bengkok seluas 1 Hektar dan yang
menjadi para pekerjanya adalah dari desa lain.
Selain patron diatas kami juga menemukan patron lain yang bernama
Pak Saji. Beliau adalah Staff Urusan Umum yang tergabung dalam struktur
pemerintah desa Mejayan sehingga mendapatkan sawah bengkok seluas 1
Hektar dan mempekerjakan orang dari desa lain sehingga kami tidak dapat
menelusuri para pekerja tersebut karena diluar area penelitian yang telah
ditentukan. Selain sebagai patron Pak Saji juga sebagai client yang
memrepresentasikan hubungan itu dengan mengerjakan sawah bengkok milik
Bu Sumiati. Pak Saji sangat setia kepada bu Sumiati yang merupakan anak
dari mbah Dulrohim sesepuh dari Desa Mejayan. Kesetiaan tersebut
dibuktikan dengan mengerjakan sawah bengkok milik Bu Sumiati dengan
bayaran sukarela. Dengan kepercayaan Bu Sumiati terhadap Pak Saji tersebut
membuktikan bahwa Pak Saji memang setia ke Bu Sumiati.
3.2.3 Representasi Pola Hubungan Traditional Authority didalam
Pemerintahan Desa Mejayan
Selain hubungan patron client yang terepresentasikan dalam struktur
pemerintah desa Mejayan ternyata pola hubungan Traditional Authority
Relationship juga terepresentasikan dalam struktur pemerintah desa. Karl D.
Jackson mendefinisikan kewibawaan tradisional atau Traditional Authority
Relationship sebagai penggunaan kekuasaan personalitas yang dihimpun
melalui peranan masa lampau dan masa kini dari yang mempengaruhi sebagai
penyedia, pelindung, pendidik, sumber nilai-nilai dan status unggul dari
mereka yang punya hubungan ketergantungan yang mapan dengannya. Sekali
telah mapan, tokoh kewibawaan tradisional tak perlu mengancam,
menawarkan imbalan benda atau yang bersifat lambang, mencoba
menganjurkan atau mengacu kepada aturan yang mengatur peranan-peranan.
Hubungan yang terepresentasikan adalah Bu Sumiati yang merupakan
anak dari mbah dulrohim sesepuh Desa Mejayan. Pernyataan tersebut telah
menguatkan betapa terbuktinya politik dinasti atau yang sering kita dengar
dengan politik kekeluargaan. Posisi yang diraih oleh Bu Sumiati seakan
menggambarkan bahwasanya dia tidak akan pernah menjabat sebagai
bendahara desa, jika dia bukan merupakan anak dari sesepuh desa yaitu Mbah
Dulrohim. Determinan tersebut terjadi akibat konsep traditional authority
yang dimunculkan dari kekuatan kharismatik dan jiwa pengayom seorang
Dulrohim yang menjabat sebagai Kepala Desa selama dua periode berturut-
turut. Bu Sumiati bekerja sebagai salah satu perangkat desa Mejayan yakni
sebagai Staff Urusan Keuangan atau yang lazim disebut Bendahara Desa
selama lebih dari dua puluh tahun.
Bu Sumiati atau yang oleh masyarakat dipanggil dengan nama
familiarnya mbak Ti memiliki relasi khusus dengan perangkat-perangkat desa
yang ada. Ia memiliki relasi khusus dengan pak Saji staff bagian Umum desa.
Menurut pengakuannya, ia telah mempercayakan bengkoknya kepada pak Saji.
Relasi yang terbentuk lebih berpola Traditional Authority, karena rupanya pak
Saji tidak berlandaskan keuntungan ekonomi dalam membantu menguruskan
bengkok bu Sumiati akan tetapi lebih berdasar pada pengabdian kepada
keluarga mbah Dulrahim.
“Saya dapat bengkok satu hektar mbak. Bengkok saya diurus sama pak
Saji. Saya tidak mengurusi bengkok karena sudah percaya dengan pak
Saji yang sudah lama membantu keluarga saya. Pokoknya nanti waktu
panen saya terima hasilnya saja dan pembagiannya itu nanti terserah
pak Saji. Pak Saji sendiri kan juga punya bengkok, jadi sekalian saya
Selain itu, pola hubungan Traditional Authority juga terdapat pada
hubungan diantara Bu Sumiati dengan ketua RT III Dusun Sumber Suko.
Ketua RT III RW I tersebut beristrikan Bu Paniyem yang mengabdi kepada
keluarga mbah Dulrahim. Bu Paniyem sangat setia kepada Bu Sumiati.
Kesetiaan tersebut dibuktikan dengan tidak mengeluhnya Bu Paniyem hanya
digaji kurang dari UMR tetapi Bu Paniyem tetap bekerja dengan Bu Sumiati
dan tidak mau berpindah ke orang lain. Bu Paniyem juga dipercaya oleh Bu
Sumiati untuk membawa uang arisan dari 2 RT sekaligus. Dengan
kepercayaan Bu Sumiati terhadap Bu Paniyem tersebut membuktikan bahwa
Bu Paniyem memang setia ke Bu Sumiati sehingga menyebabkan beliau
mempercayakan uang arisan ke Bu Paniyem. Tidak hanya itu, mbah Dulrohim
yang saat itu tidak lagi menjabat sebagai kepala desa masih memegang
peranan dalam pengambilan keputusan desa maupun kabupaten. Hal ini
dikuatkan dengan adanya keterlibatan Mbah Dulrohim dalam setiap rapat
pertemuan elite desa.
Dari beberapa penuturan warga desa mejayan, mereka mengakui
kewibawaan dan kharismatik seorang mbah Dulrohim, hal ini terbukti dengan
dipercayanya mbah Dulrohim menjadi sebagai pemecah konflik maupun
sebagai penengah (mediator) apabila terjadi sebuah konflik dalam masyarakat
desa Meejayan tersebut walaupun mbah Dulrohim sudah tidak menjabat
sebagai Kepala Desa lagi. Disini dapat dijelaskan bahwa hubungan
masyarakat desa Mejayan dengan Mbah Dulrohim ini masih relative
tradisional relationship karena beliau masih cenderung menjadi panutan
hingga masih disegani oleh masyarakat Desa Mejayan.
Hingga saat ini, keterlibatan mbah Dulrohim dalam pembuatan
kebijakan desa maupun dalam setiap rapat pertemuan elit-elit yang ada di desa
Mejayan. Kualitas pemimpin sosok mbah Dulrohim sudah tidak bisa
dipertanyakan lagi, beliau menjadi lurah selama dua peiode. Sejak tahun 1975
66
sampai 2000. Tentunya bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah
menjabat suatu jabatan Kepala Desa dalam dua periode sejak tahun 1975
sampai pada tahun 2000. Pada awal jabatannya itu beliau mula-mula ditunjuk
oleh KOREM yang ada di daerah sekitar dalam rangka untuk memimpin desa
Mejayan. Tentu saja KOREM memerintah mbah Dulrohim bukan tanpa ada
tujuan, tujuannya yang pertama itu adalah untuk menyadarkan warga sekitar
yang eks PKI tentunya, dan tentang permasalahan KTP Merah yang dimiliki
oleh mantan PKI.Ketika wawancara saat itu, beliau secara terang-terangan
menuturkan bahwa beliau merasa kasihan dengan warga sekitar yang eks PKI,
karena mereka dipersulit untuk ngurus surat-surat misalkan saja dalam
pembuatan surat-surat penting mereka sangat sulit untuk proses mengakses
hingga mendapatkannya, bahkan ada juga yang tidak bisa mengakses maupun
mendapatkannya.
Selama 30 tahun mbah Dulrohim memimpin mejayan, sudah dua kali
terjadi pemiliha kepala desa, yang pertama pada tahun 1975 dimana terdapat
lima calon yang bersaing untuk menjadi kepala desa. Namun, mbah Dulrohim
kembali dipercaya untuk memimpin mejayan oleh warganya. Sedangkan pada
tahun 1982 pemilihan terjadi melibatkan dua kandidat, salah satunya mbah
Dulrohim. Namun, tetap saja Dulrohim yang kembali menjadi kepala desa.
Dulrohim kembali dipercaya menjadi kepala desa karena warga memang
masih percaya terhadap beliau. Dulrohim dianggap pantas untuk memimpin
Mejayan karena catatan historisnya selama menjadi kepala desa Mejayan
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa Traditional Authoritarian Relationship
memang terjadi di Mejayan. Selain Traditional Authoritarian Relationship,
terdapat pula pola hubungan Patron-Client Relationship. Ini dapat ditunjukkan
dari bentuk usaha yang dilakukan para warga Mejayan yang mayoritas
memang merupakan berbentuk pertanian. Bentuk usaha tani yang terjadi di
Mejayan juga berupa pola antara tuan tanah dan buruh yang merupakan ciri
dari Patron-Client Relationship.
67
3.3 POLA HUBUNGAN ELITE-MASSA DALAM PROSES PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN DI DESA MEJAYAN
3.3.1 Program-Program Kesejahteraan Masyarakat
Program kesejahteraan masyarakat atau program bantuan sosial
merupakan pengejewantahan dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat
(1) yang menyatakan bahwa fakir miskin dipelihara oleh Negara. Program
Bantuan Sosial bersifat hibah atau kompensasi dengan memanfaatkan sumber
dana yang didapat dari individu, kelompok anggota masyarakat dan atau
pemerintah. Dengan perkembangan sosial ekonomi suatu Negara, Program
bantuan sosial yang semula hanya berbentuk hibah saja berubah orientasinya
menjadi program yang lebih memberikan manfaat berkelanjutan melalui
bantuan pemberdayaan dan atau stimulan agar sasaran program bantuan bisa
menjadi mandiri kecuali bagi sasaran program yang memang sudah tidak
potensial sama sekali seperti lanjut usia yang jompo, miskin terlantar dan lain-
lain.30
Desa Mejayan merupakan desa yang sedang mengalami transisi dari
kehidupan tradisional pedesaan menuju masyarakat modern. Nilai-nilai
tradisional yang kuat 31 dihadapkan dengan masuknya nilai-nilai modern
bertepatan dengan lokasi strategis desa yang juga merupakan kota Kecamatan.
Berdasarkan keterangan yang kami dapat dari wawancara bersama Kepala
Desa pada tanggal 24 Mei 2012 lalu, kita mendapatkan informasi bahwa desa
Mejayan sering menjadi desa percontohan bagi desa-desa lainnya dalam hal
pelaksanaan program-program dari pemerintah baik itu pusat, tingkat I
30 SDT Kebijakan Kependudukan 2011. www.Sudarto.staff.fisip.uns.ac.id;. (diakses pada tanggal 22 Mei 2012)
31 Nilai-nilai tradisional yang kuat ini dapat ditunjukkan dengan eksistensi kesenian tradisional yang bernama ‘Dongkrek’ yang mana dilestarikan oleh salah satu tokoh masyarakat di desa Mejayan dan diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat utamanya kaum muda-mudi di desa Mejayan.
mapupun tingkat II. Desa ini juga telah menerapkan prosedur administratif
yang cukup rapi mulai dari proses sosialisasi sampai pelaksanaan program-
programnya.
Dari wawancara dengan kepala desa ibu Titik Handayani kita
mendapatkan informasi bahwa program-program pemerintah yang telah
masuk desa diantaranya adalah: (1) PNPM Mandiri dari pemerintah pusat, (2)
BKD (Bantuan Keuangan Desa) dari pemerintah provinsi, dan (3) Bantuan
RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang bersumber dari ADD (Alokasi Dana
Desa) beserta swadaya masyarakat. 32 Bantuan RTLH ditujukan kepada
masyarakat yang huniannya masih kurang layak untuk ditempati. Bantuan ini
merata disemua RT yang memutuskan juga ketua RT masing-masing melalui
musyawarah di masing-masing RT.
68
“Program-program yang masuk didesa ini bisa dibilang paling banyak mbak.
Bahkan desa ini sering dijadikan percontohan oleh pemerintah bagi desa-desa
lainnya. Meskipun kita juga terkadang kesulitan untuk meloloskan pengajuan
proposal kita karena mereka menganggap desa ini sudah lumayan maju
pembangunannya tetapi saya selalu mengupayakannya demi kesejahteraan
masyarakat Mejayan. Jadi bantuan yang sudah sampai didesa ini kira-kira
ada yang namanya PNPM Mandiri terus BKD, selain itu juga ada raskin.
PNPM Mandiri itu diwujudkan dengan berdirinya TK disebelah itu mbak,
namanya TK Mardi Siwi. Juga pembangunan parit di dusun Kronggahan.
Terus BKD itu diwujudkan dengan adanya pinjaman-pinjaman masyarakat
melalui koperasi. Semua kebijakan ini dimusyawarahkan oleh masing-masing
RT nya. Desa nanti tinggal menindak lanjuti keputusan yang sudah di gedok
dalam rapat RT. (lampiran 9)
32 Swadaya masyarakat biasanya berbentuk sumbangan tenaga, material bangunan, uang, maupun makanan bagi pekerja.
69
A. Bantuan Pemerintah Pusat
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa
keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan
bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta
berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. 33
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri.
Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga
pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.34
PNPM Mandiri di desa Mejayan menurut keterangan ibu Kepala Desa
terealisasikan dengan berdirinya TK Mardi Siwi yang bertempat berjajar
dengan kantor Kepala Desa, selain itu juga pembangunan parit di dusun
Kronggahan dan juga di dusun Porong yang saat peneliti terjun ke lapangan
pembangunan parit sedang dalam proses pengerjaan. Dari kepala dusun
Sumber Suko bapak Dodik, kami mendapatkan informasi bahwasanya
PNPM Mandiri ini diantaranya diwujudkan dengan adanya Lembaga Simpan
Pinjam. Lembaga ini memberikan pinjaman usaha bagi sekelompok warga
yang terdiri dari masing-masing per-kelompok sepuluh orang.
33 http://jdih.bpk.go.id/wp‐content/uploads/2011/03/PTO‐PNPM‐Perdesaan2008tm.pdf (diakses pada tanggal 05 Juni 2012 pukul 18.12 WIB) 34 http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan (diakses pada tanggal 05 Juni 2012 pukul 18.14 WIB)