PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE
PADA MUSIM TIMUR 2017
SKRIPSI
INDRA ISMUNANDAR L231 12 268
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE
PADA MUSIM TIMUR 2017
oleh
INDRA ISMUNANDAR
L231 12 268
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone pada Musim Timur 2017
Nama : Indra Ismunandar
Stambuk : L231 12 268
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :
Tanggal Pengesahan : Juni 2018
Pembimbing Utama
Safruddin, S.Pi., MP., Ph.D Nip. 197506112003121003
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Alfa F.P. Nelwan, M.Si Nip. 196601151995031002
Mengetahui,
Dekan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dr. Ir. St. Aisjah Farhum,, M.Si Nip. 196906051993032002
Ketua Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Mukti Zainuddin, S.Pi., M.Sc., Ph.D Nip. 197107031997021002
ABSTRAK
INDRA ISMUNANDAR. L231 12 268. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone pada Musim Timur 2017. (Di Bawah Bimbingan Safruddin sebagai Pembimbing Utama dan Alfa F.P Nelwan sebagai Pembimbing Anggota). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara parameter oseanografi (suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a) terhadap hasil tangkapan ikan cakalang serta memetakan daerah penangkapan ikan cakalang di Perairan Teluk Bone pada Musim Timur. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi stakeholder mengenai kondisi daerah penangkapan dan daerah penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone serta dapat digunakan sebagai informasi ilmiah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-September 2017, di perairan Teluk Bone, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dengan mengikuti unit alat penangkapan ikan Pole and Line meliputi penentuan posisi penangkapan dan jumlah hasil tangkapan ikan cakalang serta data sekunder yaitu data citra satelit parameter oseanografi. Dalam penelitian ini, diperoleh 187 posisi penangkapan cakalang dengan total produksi hasil tangkapan sebesar 11.886 ekor. Data tersebut selanjutnya di analisis secara statistik menggunakan analisis regresi berganda Cob dauglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi geografis daerah penangkapan ikan cakalang dengan produktivitas tangkapan tertinggi pada bulan Musim Timur 2017 berada pada posisi 30 14’ - 30 35’ LS dan 1200 31’ - 1200 44’ BT. Parameter Oseanografi yang berpengaruh signifikan terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone pada Musim Timur adalah suhu permukaan laut.
Kata kunci : ikan cakalang, suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a, pole and line, teluk bone.
ABSTRACT
INDRA ISMUNANDAR. L231 12 268. Mapping of Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) Fishing Ground on the Gulf of Bone in The East Season 2017. (Under the Guidance of Safruddin as First Advisor and Alfa FP Nelwan as Member Advisor) This research aimed to determine the relationship between oceanographic parameters (sea surface temperature and chlorophyll-a concentration) of Skipjack Tuna catch as well to mapping the skipjack tuna fishing ground in Gulf of Bone on the East Season. This research is expected to be informed the stakeholder about the condition of fishing area and the fishing ground of skipjack tuna in the Gulf of Bone and can be used as scientific information.
The study was conducted from April to September 2017, in the Gulf of Bone, Luwu regency, South Sulawesi. In this research, The data used is primary data by doing experimental fishing of Pole and Line to record the position of fishing catch and the amount of skipjack catch. secondary data consist obtained from satellite image data. In this study, obtained 187 skipjack fishing positions with total production 11,886 fish catches. The data then analyzed statistically using multiple regression analysis Cob dauglas.
The results showed that the geographical position of the skipjack fishing area with the highest catch productivity in The East Season was at 30 14 '- 30 35' LS and 1200 31 '- 1200 44' BT position. Influential oceanographic parameters significant to the skipjack catches on The East Season periode in the Gulf of Bone is the sea surface temperature.
Keywords: skipjack tuna, sea surface temperature, chlorophyll –a concentration, pole and line, gulf of bone
RIWAYAT HIDUP
Indra Ismunandar lahir dari rahim seorang Ibu pada
tanggal 05 maret 1994 di Kabupaten Jeneponto. Penulis
merupakan anak kedua dari pasangan Abdul Azis dan
Napisah. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN
No. 04 Togo-togo kemudian menyelesaikan Sekolah
Dasar pada tahun 2005, selanjutnya menyelesaikan
pendidikan di SMPN 1 Arungkeke pada Tahun 2008, dan SMAN 1 Benteng
Selayar 2011.
Pada tahun 2012, Penulis mencoba peruntungan masuk Perguruan
Tinggi Negeri melalui jalur seleksi SBMPTN dan atas rahmat Allah SWT, Penulis
dapat diterima di Universitas Hasanuddin pada Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Departemen Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Selama perkuliahan penulis juga menjadi bagian dari Keluarga
Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin (KMP PSP FIKP UNHAS).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR . ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
A. Ikan Cakalang .................................................................................... 4 1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cakalang. ...................................... 4 2. Distribusi Ikan Cakalang. .............................................................. 5
B. Parameter Oseanografi ...................................................................... 5 1. Suhu Permukaan Laut (SPL)........................................................ 5 2. Klorofil-a. ...................................................................................... 6
C. Sistem Penginderaan Jauh ................................................................ 7
III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 9
A. Waktu dan Tempat ............................................................................. 9
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 9
C. Metode Pengambilan Data ................................................................ 10 1. Persiapan. ................................................................................... 10 2. Penentuan Posisi Penangkapan. ................................................ 10 3. Pengukuran Data Hasil Tangkapan. ............................................ 10
D. Analisis Data ..................................................................................... 11 1. Analisis Sistem Informasi Geografis. ........................................... 11 2. Analisis Hubungan Hasil Tangkapan dengan Parameter
Oseanografi. ............................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 14
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. ................................................... 14
B. Deskripsi Alat Tangkap. .................................................................... 15 1. Kapal Pole and Line. ................................................................... 15 2. Alat Tangkap. .............................................................................. 16
C. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Pole and Line. ........................ 18 1. Tahap Persiapan. ........................................................................ 18 2. Tahap Pelaksanaan (Teknis). ..................................................... 20
D. Hasil Tangkapan Ikan Cakalang. ...................................................... 23
E. Distribusi Parameter Oseanografi terhadap Hasil tangkapan Cakalang. ......................................................................................... 25 1. Suhu Permukaan Laut di Perairan Teluk Bone. ........................... 25
2. Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Teluk Bone. ............................ 27
F. Analisis Hubungan Parameter Oseanografi terhadap Hasil Tangkapan. ....................................................................................... 30 1. Uji F. ........................................................................................... 30 2. Uji t. ............................................................................................ 31
G. Sebaran Posisi Penangkapan berdasarkan Parameter Oeanografi...34
1. Peta Daerah Penangkapan Ikan Cakalang berdasarkan Suhu Permukaan Laut……………………………………………………....34
2. Peta Daerah Penangkapan ikan cakalang berdasarkan konsentrasi klorofil-a. .................................................................. 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ..................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48
LAMPIRAN ...................................................................................................... 50
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1. Alat dan Bahan ...................................................................................... 9
2. Ukuran Utama Kapal Pole and Line yang digunakan selama
penelitian. ............................................................................................. 17
3. Hasil Uji F (Anova). .............................................................................. 31
4. Hasil Uji T. ............................................................................................ 32
5. Hasil regresi metode stepwise. ............................................................. 33
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1. Ikan Cakalang ................................................................................................ 4
2. Peta Lokasi Penelitian. .................................................................................. 9
3. Peta Fishing Base lokasi penelitian. .............................................................. 14
4. Kapal pole and line. ...................................................................................... 15
5. Joran pole and line.... .................................................................................... 16
6. Konstruksi mata pancing yang digunakan nelayan pole and line. .................. 17
7. Pengambilan umpan hidup. .......................................................................... 19
8. Ikan teri (Stolephorus sp) sebagai umpan hidup. .......................................... 20
9. Rumpon di perairan Teluk Bone. ................................................................... 21
10. Persiapan proses pemancingan .................................................................... 22
11. Aktivitas pemancingan pole and line ............................................................. 22
12. Peta sebaran posisi daerah penangkapan cakalang. .................................... 23
13. Grafik frekuensi penangkapan ikan cakalang berdasarkan unit
penangkapan. ............................................................................................... 24
14. Grafik hasil tangkapan ikan cakalang berdasarkan unit penangkapan
cakalang….... ................................................................................................ 25
15. Grafik frekuensi penangkapan cakalang berdasarkan SPL. .......................... 26
16. Grafik Hasil tangkapan cakalang berdasarkan SPL. ..................................... 26
17. Grafik frekuensi penangkapan cakalang berdasarkan klorofil-a. ................... 28
18. Grafik Hasil tangkapan cakalang berdasarkan klorofil-a. ............................... 28
19. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan April. ...................... 34
20. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Mei. ....................... 35
21. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Juni. ....................... 36
22. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Juli. ........................ 37
23. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Agustus. ................ 38
24. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan September. ............ 39
25. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan April. ............... 40
26. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan bulan Mei. ....... 41
27. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Juni. ................ 42
28. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Juli. ................. 43
29. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Agustus ........... 44
30. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan September ...... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Penelitian. .................................................................................... 50
2. Hasil Analisis Regresi. .......................................................................... 55
3. Dokumentasi Penelitian. ....................................................................... 59
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
maha Agung yang telah memberi waktu dan kesehatan serta setitik ilmu-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam juga
senantiasa tercurah pada Baginda Rasulullah SAW yang telah menjadi contoh
teladan bagi umatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ‘’Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk
Bone pada Musim Timur 2017’’.
Penulisan Skripsi ini merupakan tahap akhir dalam prosesi pendidikan di
Perguruan tinggi guna meraih gelar Sarjana Perikanan pada program studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Ucapan Terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku Abdul Azis dan Napisah yang
tidak hentinya memberikan dukungan baik secara materi, semangat, dan doa
yang terus tercurah.
Penulis yakin sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan mungkin
dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebanyak banyaknya
kepada ;
1. Bapak Safruddin S.Pi, MP, Ph.D selaku Pembimbing utama yang
senantiasa mencurahkan waktu dan tenaganya dalam memberikan
bimbingan dan arahan pada saat pengambilan data serta masukan dalam
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Alfa FP Nelwan M.Si selaku Pembimbing anggota sekaligus
Penasehat Akademik Penulis yang telah banyak memberikan motivasi
serta terus memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini.
3. Keluarga Bapak Ashar dan segenap nelayan desa Murante yang bersedia
menampung dan mengizinkan penulis dalam melakukan pengambilan data
penelitian guna menunjang penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Perikanan yang telah mendidik dan
mengajari penulis selama ini.
5. Agus S dan Aswandi yang telah bekerja sama sebagai satu tim penelitian
yang solid selama pengambilan data di lapangan.
6. Teman-teman warga KMP-PSP FIKP Unhas
7. Sahabat seperjuanganku Fiskery Tolv Agus, Ahmad, Okke, Farid, Wiwi,
Ani, Darma, Henrianto, Endri, dan kawan-kawan dari Betok #12. Serta
Pihak-pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya ucapkan satu
persatu.
Semoga ALLAH SWT akan senantiasa memberikan imbalan yang
sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan
dan saran yang membangun untuk menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain serta penulis sendiri. Amin.
Makassar, Mei 2018
Indra Ismunandar
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teluk Bone merupakan salah satu kawasan potensial perikanan yang
apabila dikelola secara optimal dan terpadu diharapkan dapat memberikan
kontribusi nyata pada program pemerintah dalam revitalisasi perikanan (KKP,
2008). Sumberdaya perikanan yang terletak di kawasan Teluk Bone Propinsi
Sulawesi Selatan, merupakan aset strategis untuk dikembangkan dengan basis
kegiatan ekonomi dengan tujuan pemakmuran masyarakat pesisir dan
peningkatan perolehan pendapatan asli daerah. Potensi sumberdaya ikan
khususnya ikan pelagis di Teluk Bone cukup besar dimana ikan tersebut
umumnya menjadikan daerah perairan Teluk Bone sebagai wilayah lintasan
migrasinya.
Salah satu sumberdaya ikan pelagis yang banyak tertangkap oleh
nelayan di perairan Teluk Bone adalah ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis).
Ikan cakalang merupakan salah satu jenis ikan terpenting baik sebagai komoditi
ekspor maupun sebagai bahan konsumsi dalam negeri.
Aktifitas penangkapan diperairan Teluk Bone menggunakan berbagai
jenis alat tangkap seperti huhate (Pole and line), pancing tangan (Hand line),dan
pukat cincin (Purse seine). Namun tingkat pemanfaatan dan hasil tangkapan
yang dilakukan dinilai masih kurang optimal dikarenakan minimnya informasi
serta pengetahuan nelayan dalam menentukan daerah penangkapan yang tepat.
Tidak menentunya lokasi penangkapan tersebut juga berdampak pada operasi
penangkapan yang menjadi kurang efektif, boros waktu dan bahan bakar.
Distribusi Cakalang dipengaruhi oleh kondisi oseanografi secara spasial
dan temporal. Kondisi oseanografi disuatu perairan berhubungan dengan tingkat
ketersediaan makanan baik dalam jumlah dan kualitas yang mempengaruhi
tingkat predasi dan merupakan variabel penting bagi populasi cakalang. Kondisi
2
perairan (Oseanografi) merupakan indikasi umum yang mudah diteliti dengan
teknik penginderaan jauh untuk mengetahui keberadaan ikan cakalang serta
hubungannya dengan faktor lain. Data kondisi oseanografi tersebut juga dapat
digunakan dalam penentuan daerah potensil penangkapan sehingga operasi
penangkapan yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien.
Penginderaan jauh merupakan teknologi yang digunakan pada penelitian
ini untuk mengetahui posisi penangkapan dan informasi data dari distribusi
parameter oseanografi pada daerah penangkapan tersebut, sehingga akan
memudahkan dalam menentukan pengaruh kondisi oseanografi terhadap hasil
tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone. Dengan menggunakan SIG
gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan waktu dapat disajikan
dengan dukungan berbagai informasi data, baik survei langsung maupun dengan
pengideraan jarak jauh (INDERAJA). Pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap
dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan penghematan waktu
dalam pencarian fishing ground yang sesuai (Dahuri, 2001). Sistem informasi
geografis (SIG) menyediakan informasi signifikan terhadap deskripsi daerah
potensial penangkapan ikan cakalang baik secara spasial maupun temporal
(Zainuddin et al., 2013).
Penelitian ikan cakalang di perairan Teluk Bone sebelumnya sudah
banyak dilakukan diantaranya Mallawa et al., (2010) tentang pola distribusi ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis), Zainuddin (2011) tentang hubungan cakalang
dengan suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a menggunakan data
satelit penginderaan jauh, kemudian (Zainuddin et al., 2013; Jufri et al., 2014;
Zainuddin et al., 2015) karakteristik daerah potensial penangkapan ikan cakalang
berbasis data oseanografi penginderaan jauh dan data hasil tangkapan.
Penelitian tersebut penting untuk dikembangkan lebih lanjut berhubungan
dengan kondisi Oseanografi dan pergerakan air laut yang terus berubah dan
3
dibatasi secara spasial dan temporal juga akan mempengaruhi daerah
penangkapan dan penting datanya diperbaharui kemudian dipetakan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya Ikan Cakalang dan juga informasi
terbaru sebagai keunggulan komperatif daerah sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya yang beroperasi di Perairan Teluk
Bone.
B. Tujuan dan kegunaan
Tujuan penelitian ini yaitu ;
1. Menentukan keterkaitan antara kondisi oseanografi dengan hasil
tangkapan ikan Cakalang pada Musim Timur.
2. Memetakan Daerah Penangkapan Ikan cakalang di perairan Teluk Bone
pada Musim Timur.
. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai informasi kepada
nelayan mengenai kondisi daerah penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk
Bone sehingga potensi sumberdaya dapat dimanfaatkan lebih optimal dan
meningkatkan produktivitas hasil tangkapan nelayan. Selain itu penelitian ini
dapat juga digunakan sebagai referensi ilmiah.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Cakalang
1. Klasifikasi dan Morfologi ikan cakalang
Klasifikasi ikan Cakalang menurut Matsumoto, Skillman dan Dizon (1985)
adalah sebagai berikut :
Filum : Vertebrata
Subfilum : Craniata
Superclass : Gnatnostomata
Series : Pisces
Class : Teleostomi
Subclass : Actinopterygii
Order : Perciformes
Suborder : Scombroidei
Family : Scombridae
Subfamily : Scombrinae
Tribe : Thunnini
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis
Gambar 1. Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Cakalang memiliki tubuh yang padat, penampang bulat, lateral line
melengkung ke bawah tepat di bawah sirip punggung kedua, sirip dada pendek
5
dan berbentuk segitiga Matsumoto et al. (1984). Pada perairan Indonesia
terdapat hubungan yang nyata antara kelimpahan cakalang dengan ikan pelagis
kecil serta plankton. Dengan semakin banyaknya ikan kecil dan plankton, maka
cakalang akan berkumpul untuk mencari makan (Muhammad, 1970 diacu dalam
Amiruddin, 1993). Cakalang biasanya akan membentuk gerombolan (schooling)
pada saat ikan tersebut mencari makanan. Cakalang sering membentuk
schooling di sekitar permukaan dan schooling ini dapat diketahui dengan
memperhatikan tanda-tanda alam seperti burung-burung yang terbang rendah,
benda-benda terapung, hiu dan paus, serta sering menunjukkan tingkah laku
yang unik dengan cara meloncat ke udara, memburu mangsa, membentuk buih,
dan lain-lain (Simbolon, 2011).
2. Distribusi ikan cakalang
Distribusi ikan cakalang sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor
internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor
internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behavior).
Perbedaan genetis ini menyebakan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis
dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor
lingkungan, diantaranya adalah parameter oseonografi seperti suhu, salinitas,
kedalaman, arus, dan kandungan klorofil-a sebagai produktifitas primer
(Supadiningsih & Rosana, 2004).
B. Parameter Oseanografi
1. Suhu permukaan laut (SPL)
Suhu perairan merupakan salah satu faktor oseanografi yang
mempengaruhi banyak siklus kehidupan di laut. suhu permukaan laut (SPL)
dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menduga keberadaan
organisme di suatu perairan, khususnya ikan (Nontji, 2007). Ikan-ikan yang
melakukan spawning, feeding, dan nursing juga dipengaruhi oleh suhu yang ada
6
disuatu perairan (Ali, 2014). Pengaruh suhu secara langsung terhadap
kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses
fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi. Suhu dari
suatu perairan secara tidak langsung juga berhubungan dengan produktivitas
biologis serta kelimpahan makanan Ikan Cakalang sehingga berpengaruh
terhadap distribusi ikan tersebut. Suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a
merupakan faktor penting dalam menentukan daerah penangkapan ikan
cakalang di Teluk Bone (Zainuddin dkk., 2013).
Hasil penelitian Zainuddin (2011), diketahui bahwa SPL optimum untuk
ikan cakalang di Teluk Bone berada pada kisaran 29,0 – 31,5 0C. Hasil penelitian
Jufri et al., (2014) bahwa kisaran SPL optimum pada Musim barat di Teluk
Bone adalah 29,9 – 31,0 oC. Anggraeni et al., (2014) menyatakan SPL untuk
penangkapan ikan berada pada kisaran 29,5 -31,9 oC. Tangkapan cakalang
tertinggi (3,204 ekor/hauling) berada pada kisaran SPL 31 - 31,4oC.
2. Klorofil-a
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a
sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Kandungan klorofil-a
dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan
tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Sebaran
klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman
perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut,
sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,
serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di
perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam
jumlah besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi
7
klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan
secara langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai
dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini
disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses
fisik massa air, dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam
ke lapisan permukaan (Presetiahadi, 1994). Untuk ikan pelagis seperti Cakalang,
chl-a merupakan faktor yang dapat memberikan indikasi langsung keberadaan
makanan ikan maupun jalur wilayah migrasi ikan (Polovina et al., 2001).
Berdasarkan hasil penelitian Zainuddin (2011), diketahui konsentrasi
klorofil-a optimum untuk ikan cakalang di Teluk Bone berada pada kisaran 0,15 –
0,40 mg/m3. Hasil penenlitian Jufri et al., (2014) bahwa kisaran konsentrasi
klorofil-a optimum pada Musim barat di Teluk Bone adalah 0,12 – 0,22 mg.m-3.
Kemudian Zainuddin et al., (2015) karakteristik daerah potensial penangkapan
ikan cakalang di Teluk Bone yaitu pada konsentrasi klorofil-a antara 0,125 dan
0,213 mg.m-3.
C. Sistem Penginderaan jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
mengenai objek tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa
bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan guna menghasilkan
data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, perikanan, kelautan,
arkeologi dan bidang bidang lainnya (Purbowaseso, 1995). Teknologi
penginderaan jauh pada dasarnya meliputi tiga bagian utama yaitu: perolehan
data, pemrosesan data dan interpretasi data. Wahana yang dipergunakan adalah
pesawat udara atau satelit buatan yang telah dilengkapi dengan peralatan
perekam data (sensor). Komponen dasar dari sistem penginderaan jauh antara
lain : (1) gelombang elektromagnetik sebagai sumber radiasi (sumber energi)
yang digunakan; (2) atmosfer sebagai media lintasan dari gelombang
8
elektromagnetik; (3) sensor sebagai alat yang mendeteksi gelombang
elektromagnetik; (4) objek. Sumber energi yang digunakan dalam pencitraan
adalah gelombang elektromagnetik.
Menurut Zainuddin (2006), Salah satu alternative yang menawarkan solusi
terbaik adalah pengkombinasian kemampuan SIG dan pengindraan jauh.
Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi
distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat
dan dengan cakupan daerah yang luas. Pemanfaatan SIG dalam perikanan
tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan
penghematan waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai (Dahuri, 2001)
9
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Oktober 2017 di perairan
Teluk Bone dengan fishing base berada di Tempat Pendaratan Ikan (TPI)
Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Gambar 2).
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1 :
Tabel 1. Alat dan bahan No Alat dan Bahan Kegunaan 1
2
Alat a. Unit penangkapan Pole and
line b. GPS (Global Positioning
System) c. Kamera digital Bahan a. Alat tulis menulis b. Citra satelit Aqua/MODIS c. ArcGIS10/ SEADAS d. SPSS
Alat penangkapan ikan Cakalang Penentuan posisi daerah penangkapan Dokumentasi Mencatat Data Analisis daerah penangkapan Memetakan daerah penangkapan Analisis Data
10
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok data
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan
yang meliputi jumlah hasil tangkapan per unit penangkapan dan posisi daerah
penangkapan ikan cakalang.
1. Persiapan
Kegiatan ini berupa studi pendahuluan yaitu studi literatur, observasi
lapangan, konsultasi dengan beberapa pihak yang ahli dan menyiapkan
peralatan sesuai yang tercantum pada alat dan bahan di atas.
2. Penentuan Posisi Penangkapan
Penentuan posisi penangkapan dilakukan dengan mengambil titik
koordinat menggunakan GPS selama mengikuti proses penangkapan secara
langsung. Penentuan posisi penangkapan dilakukan pada saat setting dan
hauling.
3. Pengukuran Data Hasil Tangkapan
Data hasil tangkapan dan yang di ambil adalah data jumlah hasil
tangkapan Pole and Line yang diukur berdasarkan waktu dan posisi
penangkapan. Data hasil tangkapan diukur dengan menggunakan satuan
ekor/hauling.
Data sekunder meliputi citra sebaran SPL dan klorofil-a diperoleh dari
database NASA (oseancolor.gsfc.nasa.gov) yang dikumpulkan untuk
mendapatkan gambaran sebaran parameter oseanografi dan posisi daerah
penangkapan ikan cakalang.
11
D. Analisis Data
1. Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 10.2
dan diolah data citra suhu permukaan laut dan klorofil diproses dengan software
SeaDass pada proses pembuatan peta terdapat beberapa tahapan kegiatan
yaitu :
a. Persiapan Data
Data citra yang di download dari internet (http:oceancolor.gsfc.nasa.gov.)
diolah dengan menggunakan SeaDass, pada tahap ini dilakukan analisis
terhadap kondisi oseanografi di setiap posisi penangkapan. Nilai yang diperoleh
dari setiap posisi kemudian digabungkan dengan parameter oseanografi lainnya
dan diolah kembali pada program Microsoft office excel. Apabila semua data
telah lengkap kemudian disimpan dalam format *.csv. Hal ini dilakukan agar data
tersebut dapat terbaca langsung pada program ArcGis.
b. Input Data
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data digital wilayah penelitian.
Langkap berikutnya adalah memasukkan data oseanografi dan posisi
penangkapan. Data tersebut di input kedalam program ArcGis dalam format
*.dbf.
c. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan overlay terhadap hasil tangkapan dan sebaran
parameter oseanografi.
d. Layout
Dalam tahap ini hasil analisis dibuatkan layout sesuai dengan kaidah
kartografi. Hasil yang diperoleh adalah peta gabungan dari semua data yang
telah diolah.
12
2. Analisis Hubungan antara Hasil Tangkapan dengan Parameter
Oseanografi
Untuk menyatakan hubungan antara hasil tangkapan dengan parameter
oseanografi, digunakan Analisis regresi Berganda (Cobb Douglas).
Dengan Analisis Cobb Douglas ini, maka akan terlihat bahwa variabel
bebas (X) yaitu Suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a apakah
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan sebagai variabel terikat (Y).
Analisis regresi Berganda (Cobb Douglas) diformulasikan sebagai berikut
Persamaan kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma untuk
memudahkan perhitungan, sebagai berikut:
dimana:
Y :Hasil tangkapan/ hauling (ekor /hauling)
a : Koefisien potongan (Konstanta)
b1: Koefisien regresi parameter suhu permukaan laut
b2: Koefisien regresi Klorofil-a
X1: Suhu permukaan laut (°C)
X2: Klorofil-a (mg/m3)
e : Standar Error.
Untuk menguji apakah persamaan diterima, maka dilakukan Uji F, kemudian Uji t.
a. Analisis Varians (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas
(independent) secara bersama terhadap variabel tak bebas (dependent). Pada
tabel Anova akan didapatkan nilai significance F dimana jika Fhitung lebih kecil
Y = a X1b1 X2
b2 e
Log Y = Log a + b1 LogX1 + b2 LogX2 + e
13
dari Ftabel dari taraf uji 0,05 berarti berpengaruh nyata dan jika lebih besar dari
0,05 berarti tidak berpengaruh nyata.
b. Analisis Koefisien regresi (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel bebas
(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent). Dari tabel summary
output didapatkan nilai significant p(probability) dimana jika nilai thitung lebih
kecil dari nilai ttabel pada uji 0,05 berarti nyata, dan jika nilai thitung lebih besar
dari nilai ttabel pada taraf uji 0,05 berarti tidak berbeda nyata.
c. Uji Asumsi Regresi
1) Uji Normalitas
Analisis regresi digunakan untuk mendefinisikan hubungan matematis
antara variabel dependent (y) dengan satu atau beberapa variabel independent
(x). Artinya dilakukan pemeriksaan melalui pengujian normalitas residual, dengan
melihat uji statistik Kolmogorov Smirnov dimana nilai p-value > 0,05. Uji
kenormalan bisa dilihat juga dari hasil grafik normal P-Plot, dimana pencaran
residual harus berada di sekitar garis lurus melintang.
2) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil dari
scatterplot. Apabila data tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi
problem heteroskedastisitas artinya varians residu konstan untik setiap
pengamatan.
3) Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel
bebas (independent). Dalam penelitian ini dilakukan uji multikolonieritas dengan
melihat nilai Tolerance. Dimana, jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 maka
tidak terdapat multikolonieritas dan apabila lebih kecil dari 0,10 maka terjadi
multikolonieritas terhadap data yang diuji.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Teluk Bone secara geografis terletak pada 02o 30’ LS - 05o 30’ LS dan
120o 30’ BT – 121o BT (Gambar 3). Lokasi ini mencakup daerah Sulawesi Selatan
sampai perbatasan dengan Sulawesi Tenggara. Wilayah yang berbatasan
dengan perairan Teluk Bone di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Bone,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten
Luwu Utara, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Wajo, serta Kota Palopo.
Gambar 3. Peta fishing base lokasi penelitian
Ikan cakalang merupakan salah satu jenis ikan pelagis besar yang banyak
tertangkap di perairan Teluk Bone. Salah satu jenis alat tangkap yang digunakan
dalam operasi penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone adalah Pole
15
and Line. Unit alat tangkap ini secara khusus menangkap jenis ikan Cakalang
dengan fishing base di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Murante, Kecamatan
Suli, Kabupaten Luwu. Posisi fishing base yaitu berada pada 03o 28’ 35’’ LS dan
120o 22’ 47’’ BT (Gambar 3).
B. Deskripsi Alat Tangkap
1. Kapal Pole and Line
Kapal Pole and line merupakan kapal yang memiliki karakteristik khusus
yaitu pada bagian haluan terdapat pelataran yang digunakan pemancing dalam
melakukan pemancingan, memiliki tempat umpan hidup (live bait tank) pada
lambung kapal dan mempunyai sistem sirkulasi pipa-pipa dan pompa untuk
menyemprotkan air (sprayer). Kapal pole and line yang beroperasi di perairan
Teluk Bone dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kapal pole and line
Kapal pole and line yang beroperasi di perairan Teluk Bone umumnya
memiliki ukuran relatif sama dengan kapal pole and line pada umumnya. Kapal-
kapal pole and line yang beroperasi umumnya 29 dan 30GT.
16
Adapun kapal pole and line yang digunakan selama penelitian yaitu seperti
pada Tabel 2:
Tabel 2. Ukuran utama kapal pole and line yang digunakan selama penelitian
No. Nama Kapal Ukuran Kapal Panjang (L) Lebar (B) Tinggi (D)
1 Inka Mina 232 20,10 m 4,15 m 1,70 m
2 Inka Mina 17 25,00 m 4,30 m 1,90 m
3 Kurnia 21.50 m 3,80 m 1,80 m
2. Alat Tangkap
Alat tangkap pole and line atau huhate merupakan jenis pancing yang di
desain untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar seperti Cakalang dan lainnya.
Alat tangkap ini terdiri atas
a. Joran
Bagian ini berfungsi sebagai tangkai pancing yang terbuat dari bambu
warna kuning dan cukup elastis, rongga dalam tidak terlalu besar, murah serta
mudah didapatkan (Gambar 5).
Gambar 5. Joran pole and line
Pada umumnya ukuran panjang joran pada satu unit alat tangkap cukup
bervariasi, hal tersebut disesuaikan dengan kondisi fisik dari pemancing.
Pemancing yang memiliki kondisi fisik dengan badan yang tinggi cenderung
memilih joran yang panjang, sedangkan pemancing yang memiliki ukuran fisik
17
agak kecil biasanya akan memilih joran yang pendek. Adapun panjang joran
yang digunakan yaitu 1,5 – 2,5 meter.
b. Tali Pancing
Adapun tali pancing yang digunakan terdiri dari :
1) Tali Utama (main line), terbuat dari bahan sintesis polyethylene dengan
panjang sekitar 1,5 – 2 meter yang sesuai dengan panjang joran yang
digunakan.
2) Tali Sekunder, terbuat dari bahan monofilament berupa tasi sebagai
pengganti kawat baja untuk mencegah terputusnya tali utama (main line)
dengan mata pancing sebagai akibat gigitan dari ikan cakalang.
c. Mata Pancing
Mata pancing yang digunakan hampir sama dengan mata pancing pada
umumnya namun tidak memiliki kait balik, pada bagian atas mata pancing
terdapat timah yang dibungkus dengan lilitan nikel yang mengkilat, juga
dilengkapi pula dengan sobekan-sobekan tali rafia dan bulu ayam pada bagian
bawah yang berwarna-warni (Gambar 6).
Gambar 6. Konstruksi mata pancing yang digunakan nelayan pole and line
18
C. Metode Pengoperasian Alat Tangkap Pole and Line
Pengoperasian alat tangkap Pole and Line terdiri dari beberapa tahap yang
perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan operasi penangkapan. Adapun
tahapannya yaitu
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Kapal
Persiapan kapal sangat perlu dilakukan sebelum melakukan
pengoperasian alat tangkap. Kapal merupakan salah satu sarana yang mutlak
dalam operasi penangkapan ikan dalam hal ini merupakan satu satuan yang
kompleks, karena apabila suatu sistem tidak berfungsi maka akan menghambat
kegiatan penangkapan.
Adapun persiapan kapal meliputi:
1) Persiapan bahan bakar, meliputi pemeriksaan jerigen bahan bakar,
dimana dalam setiap trip digunakan 10 – 20 jerigen 20 liter solar,
penentuan jumlah tersebut didasarkan pada pengalaman trip
sebelumnya.
2) Persiapan mesin, meliputi pemeriksaan minyak pelumas, sistem
pendinginan dan bagian-bagian penting lainnya agar daya kerja mesin
tetap optimal dan terpelihara.
3) Persiapan semprotan air, meliputi pemeriksaan pipa dan selang air
dengan tetap diperhatikan bahwa daya dorong semprotan yang baik
adalah yang menyerupai air hujan dengan jarak semprotan berkisar 1,5
hingga 3 meter.
b. Persiapan Tenaga Kerja
Untuk kapal pole and line yang beroperasi di perairan Teluk Bone
menggunakan tenaga kerja 13 – 20 orang. Yang terdiri dari 1 kapten, 1 orang
19
muallim, 2 orang masinis, 1 orang boy-boy (juga merangkup sebagai fishing
master), 1 orang juru masak dan selebihnya pemancing.
c. Persiapan Alat Tangkap
Jumlah alat tangkap (pancing) yang disiapkan harus lebih banyak dari
jumlah pemancing, hal ini dimaksudkan apabila dalam operasi penangkapan ikan
terdapat pancing yang rusak maka pancing tersebut dapat segera diganti.
d. Persiapan Perbekalan
Dalam suatu operasi penangkapan dengan pole and line di perairan Teluk
Bone membutuhkan waktu 1 hingga paling lama 3 hari per trip. Perbekalan
tersebut meliputi pemuatan bahan bakar, air tawar, pemuatan es serta bahan
makanan.
e. Penyiapan Umpan Hidup
Setelah seluruh pesiapan di Fishing Base telah dilakukan, Kapal
selanjutnya menuju Bagan untuk mengambil umpan hidup. Pada dasarnya
pengoperasian pole and line sangat ditunjang oleh ketersediaan umpan hidup.
Pengoperasian pole and line akan dilakukan apabila umpan hidup tersedia dan
dapat digunakan dalam operasi penangkapan. Persiapan umpan hidup
dilakukan pada malam hari, yang diperoleh dari hasil tangkapan alat tangkap
bagan (Gambar 7).
Gambar 7. Pengambilan umpan hidup
20
Gambar 8. Ikan teri (Stolephorus sp) sebagai umpan hidup
Umpan hidup (Gambar 8) yang digunakan yaitu ikan teri, dimana umpan
hidup tersebut digunakan untuk memancing ikan cakalang naik ke permukaan
perairan. Umpan disimpan dalam bak umpan pada lambung kapal kemudian
menjalankan sistem sirkulasi keluar masuknya air laut pada bak umpan sehingga
kualitas umpan tidak berubah hingga digunakan pada saat pengoperasian alat
tangkap.
2. Tahap Pelaksanaan (Teknis)
Setelah mengambil umpan pada Bagan, kapal selanjutnya menuju daerah
penangkapan ikan cakalang. Daerah penangkapan ditentukan dengan
melakukan pengejaran gerombolan ikan atau di sekitar area rumpon.
a. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground)
Pencarian fishing ground masih sangat tradisional dengan hanya
mengandalkan kondisi alam dan pengalaman dari fishing master. Selama berada
di perairan, peranan boy-boy begitu penting dalam mencari gerombolan ikan.
Boy-boy melakukan pengintaian di atas anjungan kapal dengan menggunakan
teropong untuk melihat tanda-tanda alam dari gerombolan ikan, Selanjutnya
mengarahkan kapten kapal ke tanda-tanda alam tersebut dengan kecepatan
maksimal. Tanda-tanda alam yang biasa digunakan sebagai indikator yaitu
terlihatnya burung-burung terbang dekat dengan permukaan air dan menukik ke
permukaan air. Setelah menemukan gerombolan ikan yang berada di daerah
21
penangkapan atau cukup dekat dengan kapal, kecepatan kapal akan diturunkan
sekaligus mengaktifkan sprayer (semprotan air). Sprayer digunakan untuk
memepengaruhi visibility ikan atau mengelabuhi penglihatan ikan sehingga ikan
cakalang akan sulit membedakan umpan hidup dengan mata pancing.
Selanjutnya boy-boy yang pada awalnya berperan juga sebagai fishing master
secara cepat dan aktif melemparkan umpan kearah gerombolan ikan. Sementara
para pemancing akan bersiap di bagian haluan kapal.
Gambar 9. Rumpon di perairan Teluk Bone
Selain melakukan pengejaran gerombolan ikan, pengoperasian alat tangkap
biasanya dilakukan di sekitar area rumpon (Gambar 9).
b. Pemancingan
Setelah tiba di daerah penangkapan ikan yang telah ditentukan, umpan
hidup kemudian dilempar ke perairan (Gambar 10 dan 11). Pelemparan umpan
dilakukan pada sisi kapal dengan upaya mengarahkan gerombolan ikan
cakalang untuk mendekat dan memotong jalur dari kapal. Pada saat gerombolan
cakalang mulai memotong jalur kapal dan mendekat ke arah haluan kapal
dimana pemancing telah bersiap, maka kegiatan pemancingan akan dilakukan.
22
Gambar 10. Persiapan proses pemancingan
Gambar 11. Aktivitas pemancingan pole and line
Kegiatan pemancingan dilakukan dengan menjatuhkan pancing ke atas
permukaan air yang apabila disambar oleh ikan cakalang dengan cepat diangkat
melalui atas kepala dan secara otomatis ikan akan terlempar menuju atas dek
kapal (Gambar 11). Hal tersebut dilakukan berulang-ulang hingga kegiatan
penangkapan ikan pada fishing ground tersebut selesai. Selanjutnya kapal akan
mencari fishing ground lain untuk kembali melakukan operasi penangkapan.
Pengoperasian alat tangkap terus dilakukan dengan mencari fishing ground baru
hingga umpan hidup yang dimuat dalam bak umpan telah habis. Setelah
operasi penangkapan ikan selesai, kapal akan kembali menuju fishing
23
base untuk melakukan pembongkaran dan pemasaran ikan hasil
tangkapan.
D. Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
Dalam penelitian yang dilakukan pada Musim Timur 2017 diperoleh data
posisi penangkapan sebanyak 187 total hasil tangkapan cakalang sebesar
11.886 ekor. Aktivitas penangkapan cakalang di Perairan Teluk Bone rata-rata
banyak dilakukan di sebelah barat wilayah Kabupaten Luwu (Gambar 12).
Gambar 12. Peta sebaran posisi daerah penangkapan cakalang
24
Berdasarkan Gambar 12, dapat dilihat sebaran posisi penangkapan
cakalang di Perairan Teluk Bone berada pada posisi 30 13’ – 30 50’ LS dan 1200
23’ – 1200 53’ BT. Rata-rata posisi penangkapan cakalang banyak dilakukan
pada posisi 30 14’ – 30 29’ LS dan 1200 35’ – 120o 39’ BT. Produksi tangkapan
tertinggi cakalang berada pada 03°13' 40" LS dan 120°44'16" BT dengan hasil
tangkapan sebanyak 153 ekor sedangkan yang terendah yaitu pada posisi
03°32'57" LS dan 120°41'37" BT dengan hasil tangkapan sebanyak 18 ekor.
Gambar 13. Grafik frekuensi penangkapan ikan cakalang berdasarkan unit
penangkapan
Berdasarkan grafik pada Gambar 13, dapat dilihat posisi penangkapan
banyak dilakukan pada bulan September dengan frekuensi sebanyak 63 kali
penangkapan. Posisi penangkapan terendah didapatkan yaitu pada bulan April
dengan enam kali penangkapan.
25
Gambar 14. Grafik hasil tangkapan ikan cakalang berdasarkan unit penangkapan
Berdasarkan Grafik pada Gambar 14, diperoleh hasil tangkapan tertinggi
cakalang pada bulan September yaitu 4.134 ekor dengan frekuensi sebanyak 63
kali penangkapan. Hasil tangkapan terendah diperoleh pada bulan April yaitu 338
ekor dengan frekuensi penangkapan sebanyak enam kali penangkapan.
E. Distribusi Parameter Oseanografi terhadap Hasil Tangkapan Cakalang
Parameter oseanografi merupakan faktor yang diduga memiliki hubungan
terhadap distribusi ikan cakalang di suatu perairan. Hal tersebut disebabkan
karena faktor fisiologis dari ikan yang memiliki respon yang berbeda terhadap
lingkungan di sekitarnya.
1. Suhu permukaan laut di Perairan Teluk Bone
Suhu Pemukaan Laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang
digunakan dalam menduga keberadaan ikan di suatu perairan. Dalam penelitian
ini, diperoleh sebaran kisaran Suhu permukaan laut di perairan Teluk Bone yaitu
28,6 – 31,6oC.
26
Gambar 15. Grafik frekuensi penangkapan cakalang berdasarkan SPL
Berdasarkan grafik (Gambar 15), dapat diketahui hasil tangkapan tertinggi
berada pada suhu 28,5 – 29,00oC dengan frekuensi penangkapan tertinggi yaitu
82 kali penangkapan.
Gambar 16. Grafik hasil tangkapan berdasarkan SPL
27
Berdasarkan grafik pada Gambar 16 menunjukkan jumlah hasil tangkapan
ikan cakalang banyak didapatkan pada kisaran suhu 28,5 – 30,2 oC dengan hasil
tangkapan tertinggi yaitu pada kisaran SPL 28,5 – 29,3 oC sebesar 5.639 ekor.
Suhu perairan merupakan salah satu faktor oseanografi yang
mempengaruhi banyak siklus kehidupan di laut. Suhu permukaan laut (SPL)
dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menduga keberadaan
organisme di suatu perairan, khususnya ikan (Nontji, 2007). Ikan-ikan yang
melakukan spawning, feeding, dan nursing juga dipengaruhi oleh suhu yang ada
disuatu perairan (Ali, 2014). Zainuddin dkk, (2013) menyatakan bahwa Suhu
permukaan laut merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan daerah
penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Bone.
Hasil penelitian Zainuddin (2011), diketahui bahwa SPL optimum untuk
ikan cakalang di Teluk Bone berada pada kisaran 29,0 – 31,5 0C. Selanjutnya
Zainuddin et al (2013) menyatakan lokasi dengan nilai Catch per unit
effort (CPUE) tertinggi cakalang diindikasikan dengan kondisi SPL antara 28.75-
31.5° C. Anggraeni et al., (2014) menyatakan SPL untuk penangkapan ikan
berada pada kisaran 29,5 -31,9 oC. Penelitian Jufri et al (2014) menyatakan
Daerah potensial penangkapan cakalang di Teluk Bone dengan SPL optimum
berada pada kisaran 29,9 -31,0 oC.
2. Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Teluk Bone
Konsentrasi klorofil-a merupakan salah satu parameter oseanografi yang
penting dalam menduga keberadaan ikan pada perairan. Konsentrasi klorofil-a
merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer
di laut. Dalam penelitian ini, diperoleh tingkat kisaran konsentrasi klorofil-a pada
perairan sebesar 0,20 – 0,70 mg/m3.
28
Gambar 17. Grafik frekuensi penangkapan berdasarkan Klorofil-a
Berdasarkan Grafik pada Gambar 17, maka dapat diketahui hasil
tangkapan tertinggi berada pada kisaran konsentrasi klorofil-a sebesar 0.20 –
0.34 mg/m3 dengan frekuensi penangkapan sebanyak 117 kali penangkapan.
Gambar 18. Grafik hasil tangkapan berdasarkan klorofil-a
29
Berdasarkan Grafik (Gambar 18) menunjukkan produksi hasil tangkapan
ikan cakalang optimum berada pada kisaran konsentrasi klorofil-a sebesar 0,20 –
0,34 mg/m3 dengan hasil tangkapan sebanyak 6.889 ekor.
Polovina et al (2001) menyatakan untuk ikan pelagis seperti Cakalang, chl-
a merupakan faktor yang dapat memberikan indikasi langsung keberadaan
makanan ikan maupun jalur wilayah migrasi ikan. Klorofil-a merupakan salah
satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran
dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi
oseanografis suatu perairan. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai
ukuran banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan menunjukkan
suburnya dari perairan tersebut. Di Laut, sebaran klorofil-a lebih tinggi
konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah di perairan lepas
pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir
disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari
daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai
karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun pada
daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a
dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya
konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa
air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan
(Presetiahadi, 1994). Zainuddin dkk, (2013) menyatakan bahwa klorofil-a
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan daerah penangkapan
ikan cakalang di perairan Teluk Bone.
Berdasarkan hasil penelitian Zainuddin (2011), diketahui konsentrasi
klorofil-a optimum untuk ikan cakalang di Teluk Bone berada pada kisaran 0,15 –
0,40 mg/m3. Hasil penenlitian Jufri et al., (2014) bahwa kisaran konsentrasi
klorofil-a optimum pada Musim barat di Teluk Bone adalah 0,12 – 0,22 mg.m-3.
30
Kemudian Zainuddin et al., (2015) karakteristik daerah potensial penangkapan
ikan cakalang di Teluk Bone yaitu pada konsentrasi klorofil-a antara 0,125 dan
0,213 mg.m-3.
F. Analisis Hubungan Parameter Oseanografi terhadap Hasil Tangkapan
Untuk menyatakan hubungan antara hasil tangkapan dengan parameter
oseanografi, digunakan Analisis regresi berganda (Cobb Douglas). Berdasarkan
hasil pengukuran parameter oseanografi yaitu suhu (X1) dan klorofil-a (X2)
sebagai variabel bebas (Independent), sedangkan hasil tangkapan ikan cakalang
(Y) sebagai variabel terikat (dependent).
1. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independent
(Suhu, salinitas, Klorofil-a) secara bersama terhadap variabel dependent (hasil
tangkapan cakalang). Kemudian didapatkan nilai (Sig) F seperti pada Tabel 4
Anova berikut.
Tabel 4. Hasil Uji F (Anova) ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4026.069 2 2013.035 3.683 .027a
Residual 100573.974 184 546.598
Total 104600.043 186
a. Predictors: (Constant), Klorofil, SPL
b. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Dari tabel Anova (Tabel 4) didapatkan nilai p-value F sebesar 0.02 < 0.05
maka persamaan regresi dapat diterima artinya parameter oseanografi Suhu
permukaan laut dan klorofil-a secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan cakalang.
31
2. Uji t
Uji t (Tabel 5) dilakukan untuk menguji pengaruh tiap variabel independent
(Suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a terhadap variabel dependent (Hasil
tangkapan cakalang).
Tabel 5. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 274.567 78.881 3.481 .001
SPL -7.027 2.661 -.191 -2.641 .009
Klorofil -6.236 14.386 -.031 -.433 .665
a. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Pada tabel hasil uji t (Tabel 5), didapatkan nilai koefisien dari tiap-tiap
variabel independent. Variabel SPL diperoleh nilai probabilitas (sig) sebesar
0.00<0.05 sehingga dapat disimpulkan perubahan variabel SPL (X1)
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan cakalang (Y). Nilai probabilitas
(Sig) dari variabel klorofil-a adalah 0.66>0.05 artinya variabel klorofil-a (X2) tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan cakalang (Y).
Kegiatan penangkapan yang rata-rata banyak dilakukan di perairan yang
relatif dalam diprediksi menyebabkan konsentrasi klorofil a tidak berpengaruh
nyata terhadap hasil tangkapan cakalang. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi
cenderung berada pada perairan dekat pantai. Hal tersebut dipengaruhi oleh
tingginya massa nutrient yang mengalir dari daratan menuju laut.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi cobb-
douglass maka didapatkan persamaan sebagai berikut
Y = 274.567 – 7.027 X1 – 6.236 X2 + e
32
Selanjutnya dilakukan estimasi pendekatan metode Stepwise (Tabel 6)
dengan hanya melibatkan variabel yang berpengaruh saja yaitu suhu permukaan
laut (X).
Tabel 6. Hasil regresi dengan metode stepwise Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 274.839 78.705 3.492 .001
SPL -7.110 2.648 -.194 -2.685 .008
a. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Setelah dilakukan analisis regresi dengan metode stepwise (Tabel 6) maka
didapatkan persamaan :
Y = 274.839 – 7.110 X + e
Y : Hasil Tangkapan cakalang (ekor)
X : Suhu permukaan laut (oC)
e : Standar eror
Dari persamaan regresi yang didapatkan, maka dapat diketahui bahwa nilai
koefisien regresi variabel SPL (X1) sebesar -7,110, artinya jika variabel SPL
mengalami kenaikan 1 oC maka hasil tangkapan cakalang akan mengalami
penurunan sebesar 7,110 ekor. Koefisien regresi SPL bernilai negatif artinya
terjadi hubungan negatif antara SPL dengan hasil tangkapan cakalang. Semakin
naik SPL maka hasil tangkapan cakalang akan semakin berkurang. Pengaruh
suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis
tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme
dan siklus reproduksi. Suhu dari suatu perairan secara tidak langsung juga
berhubungan dengan produktivitas biologis serta kelimpahan makanan Ikan
Cakalang sehingga berpengaruh terhadap distribusi ikan tersebut
33
Berdasarkan persamaan dari hasil analisis regresi yang didapatkan,
selanjutnya dapat disimpulkan bahwa parameter oseanografi yaitu Suhu
permukaan laut memiliki pengaruh nyata terhadap fluktuasi hasil tangkapan ikan
cakalang. Selain faktor tersebut, banyaknya hasil tangkapan juga tentunya
dipengaruhi oleh keberhasilan operasi penangkapan ikan seperti faktor skill
pemancing, fishing master, dan kualitas dari umpan hidup yang dimuat.
34
G. Sebaran Posisi Penangkapan berdasarkan Parameter Oeanografi
1. Peta Daerah Penangkapan Ikan Cakalang berdasarkan Suhu permukaan
laut
Gambar 19. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan April
35
Pada Gambar 19 dapat dilihat sebaran Suhu permukaan laut (SPL) pada
bulan April 2017 berada pada kisaran 30-33oC dengan kisaran hasil tangkapan
antara 28-91 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
kisaran SPL 30,59-31,52 oC dengan posisi 03o 50’ LS dan 120o 49’ BT.
Gambar 20. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Mei
36
Pada Gambar 20 dapat dilihat sebaran Suhu permukaan laut (SPL) pada
bulan Mei 2017 berada pada kisaran 28-32oC dengan kisaran hasil tangkapan
antara 18-153 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
kisaran SPL 30,59- 31,52 pada posisi 3o 23’ LS dan 120o44’ BT.
Gambar 21. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Juni
37
Pada Gambar 21 dapat dilihat sebaran Suhu permukaan laut (SPL) pada
bulan Juni 2017 berada pada kisaran 27-31oC dengan kisaran hasil tangkapan
antara 21-123 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
kisaran SPL 29,68- 30,58oC dengan posisi 3o15’ LS dan 120o 44’ LS.
Gambar 22. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Juli
38
Pada Gambar 22 menunjukkan sebaran Suhu permukaan laut (SPL) pada
bulan Juli 2017 berada pada kisaran 27-31oC dengan kisaran hasil tangkapan
antara 43-85 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
kisaran SPL 28,78-29,67oC dengan posisi 3o24’ LS dan 120o40’ BT.
Gambar 23. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan Agustus
39
Pada bulan Agustus 2017 (Gambar 23), sebaran Suhu permukaan laut
(SPL) berada pada kisaran 26,93-30,58oC dengan kisaran hasil tangkapan
antara 46-97 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
kisaran SPL 28,78-29,67 oC dengan posisi 3o17’ LS dan 120o40’ BT.
Gambar 24. Peta sebaran SPL dan posisi penangkapan pada bulan September
40
Pada Gambar 24 dapat dilihat sebaran Suhu permukaan laut (SPL) pada
bulan September 2017 berada pada kisaran 26,93-31,52oC dengan kisaran hasil
tangkapan antara 23-134 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang
berada pada kisaran SPL 28,78-29,67oC dengan posisi 3o35’ LS dan 120o31’ BT.
2. Peta Daerah Penangkapan Ikan Cakalang berdasarkan Konsentrasi
Klorofil a
Gambar 25. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan april
41
Pada Gambar 25 menunjukkan sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan
april 2017 berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m-3 dengan hasil tangkapan
berkisar antara 28-91 ekor/hauling. hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang bulan
april 2017 berada pada kisaran klorofil 0,1142-0,4259 dengan posisi 03o 50’ LS
dan 120o 49’ BT.
Gambar 26. Peta sebaran Klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Mei
42
Pada bulan Mei 2017 (Gambar 26) menunjukkan sebaran konsentrasi
klorofil-a berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m-3 dengan hasil tangkapan
cakalang antara 18-153 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang
berada pada kisaran klorofil 0,1142-0,4259 dengan posisi penangkapan 3o 23’
LS dan 120o44’ BT.
Gambar 27. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Juni
43
Pada Gambar 27 dapat diketahui sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan
Juni 2017 berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m3 dengan hasil tangkapan
antara 21-123 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang berada pada
posisi 3o15’ LS dan 120o 44’ LS dengan kisaran klorofil-a antara 0,4260-0,7488
mg/m3.
Gambar 28. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Juli
44
Pada Gambar 28 menunjukkan sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan
Juli 2017 berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m3 dengan hasil tangkapan
berkisar antara 43-85 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang
berada pada kisaran klorofil 0,1142-0,4259 mg/m3 dengan posisi 3o24’ LS dan
120o40’ BT.
Gambar 29. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan Agustus
45
Pada Gambar 29 dapat dilihat sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan
Agustus 2017 berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m3 dengan kisaran hasil
tangkapan antara 46-97 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan cakalang
berada pada kisaran klorofil 0,1142-0,4259 mg/m3 pada posisi 3o17’ LS dan
120o 40’ BT.
Gambar 30. Peta sebaran klorofil-a dan posisi penangkapan pada bulan
September
46
Pada Gambar 30 dapat dilihat sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan
September 2017 berada pada kisaran 0,1142-1,0605 mg/m3 dengan kisaran
hasil tangkapan antara 23-134 ekor/hauling. Hasil tangkapan tertinggi ikan
cakalang berada pada kisaran klorofil 0,1142-0,4259 mg/m3 pada posisi 3o35’ LS
dan 120o31’ BT.
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis data serta keterkaitan antara
kondisi perairan terhadap hasil tangkapan di Perairan Teluk Bone maka dapat
disimpulkan
1. Parameter oseanografi yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah
hasil tangkapan cakalang di Perairan Teluk Bone pada Musim Timur
adalah Suhu permukaan laut (SPL)
2. Posisi geografis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dengan
produktivitas hasil tangkapan tertinggi pada Musim Timur pada 30 14’ -
30 35’ LS dan 1200 31’ - 1200 44’ BT
B. SARAN
Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan daerah penangkapan yang
berbeda untuk mendapatkan gambaran tentang zona potensial penangkapan
cakalang di perairan Teluk Bone yang lebih luas.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. 2014. Pemetaan SuhuPermukaan Laut di Perairan Timur Aceh dengan Menggunakan Citra Aqua MODIS. Pekanbaru: Universitas Riau.
Amiruddin. 1993. Analisis Penangkapan Cakalang dengan Pole and Line di
Perairan Teluk Bone dalam Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi Fisika. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggraeni, Safruddin dan M. Zainuddin. 2014. Analisis Spasial dan Temporal Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) dan Thermal Front pada Musim Peralihan di Perairan Teluk Bone. Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1): 20 - 27
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. 189 Hal.
Edmondri. 1999. Studi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dan Madidihang di Perairan Sumatera Barat pada Musim Timur. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatn Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 48 hal.
Fausan, 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Berbasis Sistem Informasi Geografis di Perairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Jufri, A, Amran, M.A., dan Zainuddin, M., 2014. Karakteristik Daerah
Penangkapan Ikan Cakalang pada Musim Barat di Perairan Teluk Bone. Jurnal IPTEKS PSP. Vol.1(1): 1-10.
Laevastu T, Hayes ML. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. London; Fishing News(Books) Ltd. 199 p.
Lande, F. 2012. Hubungan Faktor Oseanografi dengan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di Perairan Kolaka. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Matsumoto, W M, R A Skillman and A E Dizon. 1985. Synopsis of Biological Data
on Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis, L.). Terjemahan oleh M. Fedi A. Sondita. 1999. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 144 hal.
Mallawa, A., Safruddin, dan M. Palo. 2010. Aspek Perikanan dan Pola Distribusi
Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal Torani. Vol.20 (1): 17-24.
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nontji. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 356hal
Permadi, R. 2004. Analisis Hasil Tangkapan Cakalang dan Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi Fisika di Perairan Laut Banda Sulawesi Tenggara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
49
Polovina JJ, Howel E, Kobayashi DR and Seki MP. 2001. The Transition Zone Chlorophyll Front, a Dynamic Global Feature Defining Migration and Forage Habitat for Marine Resources. Progress in Oceanogr. 49:469-483.
Presetiahadi. K, 1994. Kondisi Oseonografi Perairan Selat Makassar Pada Juli
1992 (Musim Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Tegnologi Kelautan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Purbowaseso, B. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 467 hal.
Simbolon, D. 2011. Bioekologi dan Dinamika Daerah Penangkapan Ikan.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supadiningsih, C. N dan Rosana, N, 2004. Penetuan Fishing Ground Tuna Dan Cakalang Dengan Teknologi Pengindraan Jauh. Pertemuan Ilmiah Tahunan I. Teknik Geodesi. ITS. Surabaya
Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian Perikanan Dan Kelautan. Disampaikan Pada Lokakarya Agenda Penelitian COREMAP II Kebupaten Selayar. Selayar
Zainuddin, M. 2011. Skipjack Tuna In Relation To Sea Surface Temperature and Chlorophyll-a Concentration of Bone Bay Using Remotely Sensed Satellite Data. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3 (1): 82-90.
Zainuddin, M, A. Nelwan, A. Farhum, Najamuddin, M.I. Hajar, M. Kurnia, Sudirman. 2013. Characterizing Potential Fishing Zone of Skipjack Tuna during the Southeast Monsoon in the Bone Bay-Flores Sea Using Remotely Sensed Oceanographic Data. International Journal of Geosciences. Vol. 4: 259–266.
Zainuddin, M., Safruddin., Farhum., Nelwan. A., Selamat, M.B., Hidayat, S.,
Sudirman. 2015. Karakteristik Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang Di Teluk Bone-Laut Flores Berdasarkan Data Satelit Suhu permukaan laut dan Klorofil-A pada Periode Januari-Juni 2014. Jurnal IPTEKS PSP. Vol.2 (3): 228-237.
50
51
Lampiran 1. Data Penelitian
NO BULAN LATITUDE LONGITUDE PARAMETER OSEANOGRAFI HASIL
SPL Klorofil-a TANGKAPAN 1 April 03°50'37" 120°49'03" 31.45 0.26 28 2 03°52'21" 120°48'27" 31.45 0.25 48 3 03°51'23" 120°41'24" 31.65 0.25 51 4 03°49'25" 120°45'22" 31.60 0.26 34 5 03°53'30" 120°34'17" 31.49 0.31 86 6 03°52'10" 120°49'13" 31.45 0.25 91 7 Mei 03°25'33" 120°30'31" 30.68 0.55 24 8 03°26'11" 120°36'26" 30.82 0.27 30 9 03°31'51" 120°40'48" 30.73 0.26 34
10 03°32'57" 120°41'37" 30.78 0.31 18 11 03°30'17" 120°38'37" 30.83 0.24 68 12 03°32'10" 120°47'31" 30.65 0.34 53 13 03°23'16" 120°30'19" 30.74 0.58 46 14 03°26'27" 120°35'01" 30.84 0.30 19 15 03°15'25" 120°43'47" 30.83 0.27 41 16 03°16'41" 120°53'20" 30.54 0.70 73 17 03°14'56" 120°42'40" 30.83 0.27 25 18 03°23'40" 120°44'16" 30.83 0.28 153 19 03°12'44" 120°42'05" 30.87 0.28 87 20 03°12'57" 120°43'08" 30.87 0.28 64 21 03°13'00" 120°42'55" 30.87 0.28 32 22 03°13'45" 120°42'12" 30.83 0.27 58 23 03°13'47" 120°21'05" 30.83 0.28 68 24 03°13'48" 120°41'51" 30.83 0.27 28 25 03°14'08" 120°41'49" 30.83 0.27 49 26 03°14'06" 120°54'53" 30.56 0.82 60 27 03°13'54" 120°34'50" 30.56 0.82 43 28 03°13'39" 120°41'16" 30.84 0.29 33 29 03°13'36" 120°35'15" 30.86 0.32 63 30 03°21'36" 120°35'38" 30.77 0.27 20 31 03°20'55" 120°35'49" 30.74 0.28 46 32 03°17'47" 120°36'30" 30.83 0.29 99 33 03°20'30" 120°35'31" 30.74 0.28 72 34 03°28'25" 120°34'18" 30.84 0.26 81 35 03◦14'35" 120◦42'27" 30.83 0.27 133 36 03◦14'50" 120◦42'48" 30.83 0.27 77 37 03◦14'57" 120◦42'45" 30.83 0.27 62 38 Juni 03°16'49" 120°42'42" 29.71 0.46 45 39 03°17'01" 120°42'42" 29.71 0.46 46 40 03°15'41" 120°44'08" 29.79 0.49 116 41 03°16'04" 120°43'49" 29.71 0.49 35
52
42 03°16'44" 120°42'39" 29.71 0.46 26 43 03°18'49" 120°34'13" 29.71 0.56 31 44 03°16'53" 120°42'40" 29.71 0.46 62 45 03°16'57" 120°42'39" 29.71 0.46 35 46 03°17'04" 120°42'41" 29.71 0.46 51 47 03°17'08" 120°42'49" 29.71 0.42 57 48 03°16'48" 120°42'45" 29.71 0.46 66 49 03°17'05" 120°42'42" 29.71 0.46 31 50 03°15'43" 120°44'07" 29.79 0.49 42 51 03°15'36" 120°44'04" 29.79 0.49 123 52 03°15'49" 120°44'01" 29.79 0.49 119 53 03°16'45" 120°42'43" 29.71 0.46 103 54 03°16'40" 120°43'08" 29.71 0.49 57 55 03°16'38" 120°43'48" 29.71 0.49 31 56 03°16'35" 120°41'39" 29.71 0.46 78 57 03°16'40" 120°35'07" 29.89 0.45 35 58 03◦19'54,7" 120◦31'28,9" 29.69 0.62 66 59 03◦19'51,5" 120◦31'40,3" 29.69 0.62 64 60 03◦19'48,8" 120◦31'48,1" 29.69 0.62 29 61 03◦19'20,7" 120◦33'15,3" 29.69 0.56 33 62 03◦19'16,3" 120◦33'30,5" 29.71 0.56 42 63 03◦19'09,3" 120◦33'48,5" 29.71 0.56 55 64 03◦18'58,5" 120◦33'46,2" 29.71 0.56 103 65 03◦18'53,6" 120◦33'42,5" 29.71 0.56 69 66 03◦18'55,9" 120◦33'42,1" 29.71 0.56 31 67 03◦18'58,2" 120◦33'39,8" 29.71 0.56 21 68 03◦18'55,2" 120◦33'44,9" 29.71 0.56 49 69 03◦18'50,5" 120◦43'43,7" 29.58 0.45 83 70 03◦18'20,8" 120◦39'57,6" 29.78 0.42 52 71 03◦18'43,5" 120◦33'47,6" 29.71 0.56 80 72 03◦17'58,0" 120◦39'53,6" 29.78 0.42 72 73 03◦18'09,7" 120◦39'55,0" 29.78 0.42 62 74 03◦18'59,7" 120◦40'01,0" 29.63 0.42 68 75 03◦18'41,5" 120◦40'57,9" 29.63 0.42 60 76 03◦16'38,6" 120◦42'46,8" 29.71 0.46 31 77 03◦16'51,0" 120◦42'39,0" 29.71 0.46 97 78 03◦16'51,8" 120◦42'38,8" 29.71 0.46 43 79 03◦15'51,4" 120◦44'04,5" 29.79 0.49 71 80 03◦15'42,7" 120◦44'01,1" 29.79 0.49 30 81 Juli 03°20'26" 120°41'07" 29.62 0.36 60 82 03°16'42" 120°43'10" 29.62 0.36 80 83 03°20'26" 120°41'07" 29.62 0.36 49 84 03◦22'29,8" 120◦40'28,6" 29.62 0.36 51 85 03◦23'11,1" 120◦40'23,7" 29.62 0.36 43 86 03◦23'40,6" 120◦40'18,4" 29.56 0.37 56 87 03◦23'56,9" 120◦40'23,1" 29.53 0.41 74
53
88 03◦24'06,2" 120◦40'16,7" 29.79 0.36 57 89 03◦24'39,9" 120◦40'16,1" 29.77 0.41 85 90 03◦25'25,0" 120◦40'15,6" 29.79 0.36 82 91 03◦26'52,9" 120◦42'32,3" 29.79 0.36 78 92 Agustus 03◦27'46,9" 120◦40'18,8" 29.37 0.31 46 93 03◦27'52,4" 120◦40'25,0" 29.37 0.31 55 94 03◦27'44,0" 120◦40'27,6" 29.37 0.31 53 95 03◦28'10,7" 120◦40'18,8" 29.37 0.31 57 96 03◦28'11,3" 120◦40'21,0" 29.37 0.31 65 97 03◦28'12,7" 120◦40'20,8" 29.37 0.31 83 98 03◦28'09,1" 120◦41'32,2" 29.37 0.31 78 99 03◦30'25,3" 120◦43'48,7" 29.62 0.41 65 100 03◦30'12,8" 120◦43'52,0" 29.62 0.46 88 101 03◦30'12,8" 120◦41'35,6" 29.37 0.31 75 102 03◦32'29,0" 120◦46'08,4" 29.79 0.46 86 103 03◦18'53,6" 120◦29'18,3" 29.12 0.38 79 104 03◦18'49,7" 120◦29'40,5" 29.12 0.38 58 105 03◦18'46,6" 120◦29'59,3" 29.12 0.38 76 106 03◦18'43,1" 120◦30'22,3" 29.12 0.38 84 107 03◦18'39,4" 120◦31'09,1" 29.12 0.31 77 108 03◦17'27,5" 120◦39'17,1" 29.16 0.32 57 109 03◦17'21,7" 120◦39'41,2" 29.18 0.37 88 110 03◦17'16,6" 120◦40'00,7" 29.18 0.37 76 111 03◦17'15,7" 120◦40'04,9" 29.18 0.37 97 112 03◦17'13,3" 120◦40'13,6" 29.18 0.37 83 113 03◦17'10,7" 120◦40'23,8" 29.18 0.37 50 114 03◦17'06,7" 120◦40'40,1" 29.18 0.37 97 115 03◦16'50,1" 120◦41'12,6" 29.18 0.36 77 116 03◦16'42,6" 120◦41'24,9" 29.18 0.36 89 117 03◦16'30,5" 120◦41'45,3" 29.18 0.39 76 118 03◦16'34,1" 120◦41'42,2" 29.18 0.36 87 119 03◦15'39,0" 120◦42'27,4" 29.01 0.39 65 120 03◦15'40,6" 120◦43'03,5" 29.01 0.39 71 121 03◦15'41,0" 120◦43'24,4" 29.01 0.39 82 122 03◦15'41,5" 120◦43'36,6" 29.01 0.39 76 123 03◦15'37,3" 120◦44'13,9" 29.11 0.43 69 124 03◦15'40,6" 120◦43'03,5" 29.01 0.39 75 125 September 03°52'19" 120°48'17" 29.31 0.20 40 126 03°35'21" 120°31'27" 29.29 0.53 134 127 03°51'23" 120°41'20" 29.13 0.22 34 128 03°14'46" 120°42'40" 28.82 0.24 43 129 03°13'40" 120°44'26" 28.66 0.23 123 130 03°16'47" 120°42'39" 29.01 0.25 45 131 03°17'04" 120°42'31" 29.01 0.25 55 132 03°17'28" 120°42'40" 29.01 0.25 44 133 03°31'41" 120°40'48" 29.79 0.21 34
54
134 03°32'57" 120°41'27" 29.79 0.20 23 135 03◦16'44,8" 120◦41'18,5" 29.27 0.25 63 136 03◦16'50,0" 120◦41'16,5" 29.27 0.25 97 137 03◦16'12,6" 120◦41'21,0" 29.27 0.25 65 138 03◦16'11,9" 120◦41'24,0" 29.27 0.25 71 139 03◦16'15,8" 120◦41'22,6" 29.27 0.25 54 140 03◦16'16,8" 120◦41'23,0" 29.27 0.25 51 141 03◦16'14,5" 120◦41'24,2" 29.27 0.25 88 142 03◦16'16,0" 120◦41'22,6" 29.27 0.25 61 143 03◦16'14,0" 120◦41'25,6" 29.27 0.25 55 144 03◦16'11,2" 120◦41'19,9" 29.27 0.25 43 145 03◦16'10,6" 120◦41'10,9" 29.27 0.25 34 146 03◦16'10,7" 120◦41'03,0" 29.27 0.25 62 147 03◦16'12,6" 120◦40'56,7" 29.27 0.25 53 148 03◦16'15,9" 120◦40'47,4" 29.27 0.25 41 149 03◦16'22,3" 120◦40'36,1" 29.27 0.25 47 150 03◦16'27,1" 120◦40'28,2" 29.27 0.26 34 151 03◦16'30,6" 120◦40'22,5" 29.27 0.26 56 152 03◦16'37,1" 120◦40'13,6" 29.27 0.26 87 153 03◦16'42,2" 120◦40'06,1" 29.27 0.26 43 154 03◦17'14,2" 120◦37'39,9" 29.40 0.26 69 155 03◦17'13,0" 120◦37'26,0" 29.39 0.26 53 156 03◦17'19,1" 120◦37'29,3" 29.39 0.26 65 157 03◦17'16,2" 120◦37'40,1" 29.40 0.26 81 158 03◦17'12,8" 120◦37'54,2" 29.40 0.26 65 159 03◦17'09,3" 120◦38'07,9" 29.40 0.26 69 160 03◦17'01,6" 120◦38'38,4" 29.40 0.26 72 161 03◦16'58,3" 120◦38'50,5" 29.40 0.26 54 162 03◦16'51,6" 120◦39'16,2" 29.40 0.26 74 163 03◦16'47,6" 120◦39'32,8" 29.40 0.26 83 164 03◦16'43,8" 120◦39'49,2" 29.40 0.26 72 165 03◦16'41,1" 120◦40'03,1" 29.27 0.26 76 166 03◦16'32,4" 120◦40'37,8" 29.27 0.25 87 167 03◦16'25,2" 120◦40'59,5" 29.27 0.25 65 168 03◦16'21,2" 120◦41'13,5" 29.27 0.25 73 169 03◦16'18,0" 120◦41'20,7" 29.27 0.25 80 170 03◦16'30,5" 120◦41'27,4" 29.27 0.25 72 171 03◦16'14,6" 120◦41'22,0" 29.27 0.25 81 172 03◦16'16,6" 120◦41'20,2" 29.27 0.25 77 173 03◦16'16,5" 120◦41'23,0" 29.27 0.25 43 174 03◦16'16,9" 120◦41'24,0" 29.27 0.25 56 175 03◦16'17,5" 120◦41'22,5" 29.27 0.25 87 176 03◦16'16,5" 120◦41'21,9" 29.27 0.25 65 177 03◦16'20,0" 120◦41'17,6" 29.27 0.25 66 178 03◦16'24,4" 120◦41'16,3" 29.27 0.25 82 179 03◦16'24,6" 120◦41'28,1" 29.27 0.25 79
55
180 03◦16'30,6" 120◦41'16,9" 29.27 0.25 63 181 03◦16'43,6" 120◦41'17,6" 29.27 0.25 81 182 03◦16'59,2" 120◦41'17,4" 29.27 0.25 77 183 03◦16'57,9" 120◦41'21,5" 29.27 0.25 85 184 03◦16'57,0" 120◦41'24,1" 29.27 0.25 79 185 03◦16'54,5" 120◦41'25,1" 29.27 0.25 58 186 03◦16'47,4" 120◦41'26,5" 29.27 0.25 89 187 03◦16'41,2" 120◦41'27,2" 29.27 0.25 76
56
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi
1. Analisis Regresi (Metode enter)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Klorofil, SPLa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4026.069 2 2013.035 3.683 .027a
Residual 100573.974 184 546.598
Total 104600.043 186
a. Predictors: (Constant), Klorofil, SPL
b. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence Interval
for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound Upper Bound
1 (Constant) 274.567 78.881 3.481 .001 118.939 430.195
SPL -7.027 2.661 -.191 -2.641 .009 -12.277 -1.778
Klorofil -6.236 14.386 -.031 -.433 .665 -34.620 22.148
a. Dependent Variable: TangkapanCakalang
57
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TangkapanCakalang .061 187 .082 .971 187 .001
a. Lilliefors Significance Correction UJI Heteroskedastisitas
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 274.567 78.881 3.481 .001
SPL -7.027 2.661 -.191 -2.641 .009 .995 1.005
Klorofil -6.236 14.386 -.031 -.433 .665 .995 1.005
a. Dependent Variable:
TangkapanCakalang
58
2. Analisis Regresi pendekatan Metode Stepwise
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 SPL .
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050,
Probability-of-F-to-remove >= ,100).
a. Dependent Variable: TangkapanCakalang
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Correlations
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order Partial Part
1 (Constant) 274.839 78.705 3.492 .001 119.563 430.114
SPL -7.110 2.648 -.194 -2.685 .008 -12.334 -1.886 -.194 -.194 -.194
a. Dependent Variable:
TangkapanCakalang
Uji Normalitas
59
Uji Heteroskedastisitas
60
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Kapal Pole and Line yang beroperasi di Perairan Teluk Bone
61
Pengambilan Umpan Hidup pada Bagan dan Ikan Teri yang digunakan sebagai umpan hidup
62
Penentuan Posisi Fishing ground
Pengoperasian Alat tangkap Pole and Line
63
Rumpon di Perairan Teluk Bone
Ukuran Ikan Cakalang Hasil tangkapan Pole and Line di
Perairan Teluk Bone
64