PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL
ANAK OLEH ORANGTUA
YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN
DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Lidwina Santi
NIM: 121124034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Kedua orangtua tercinta: S. Lukas. J dan Brigita Saini, serta
ketiga saudari dan kakak ipar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Aku cinta pada-Mu, Tuhan,
Dan satu-satunya rahmat yang kuminta
Ialah mencintai Engkau selamanya,
Allahku, jika lidahku tidak dapat mengatakan setiap saat
Bahwa aku mencintai Engkau,
Aku ingin agar hatiku mengulanginya kepada-Mu
Sesering tarikan nafasku.”
(St. Yohanes Maria Vianney)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG
USIA PERKAWINAN 7–5 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA
KARMEL MANSALONG, dipilih penulis untuk membantu para orangtua
katolik dalam melaksanakan tujuan perkawinan, yaitu pendidikan iman dan moral
anak dalam keluarga. Pada hakekatnya perkawinan adalah persekutuan seluruh
hidup yang terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan
anak, oleh karena itu orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi putra-
putrinya terutama dibidang iman dan moral.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap orangtua-orangtua katolik
yang usia perkawinan 7-15 tahun, beberapa orangtua memahami pendidikan iman
dan moral anak merupakan tugas dari guru agama atau katekis, mereka cenderung
memberikan tanggungjawab mendidik kepada pihak lain karena keterbatasan
pendidikan orangtua dan keterbatasan pengetahuan terutama dalam bidang rohani.
Beberapa orangtua yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendidik anak
secara katolik dibidang iman dan moral, misalnya mengajarkan anak untuk
mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya terutama mencintai sesama
manusia sebagaimana Allah mencintai manusia, mengajari anak sopan santun,
mengajari anak untuk berkata lembut dan rendah hati, Mereka mengetahui tugas
sebagai orangtua mewartakan Kristus kepada anak sejak dari kandungan sampai
dewasa, karena menyadari bahwa keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan
dan iman. Dalam penelitian juga ditemukan pendidikan iman dan moral yang
sudah dilaksanakan oleh orangtua namun belum maksimal, orangtua belum
mengajarkan kepada anak bahwa menyontek saat ulangan adalah perbuatan yang
salah, mereka juga belum mengajarkan bahwa mengambil barang milik orang lain
merupakan dosa, mereka kurang mengajak anaknya berdoa bersama dan doa
pribadi setiap hari. Ada juga yang belum dilaksanakan oleh orangtua yaitu:
menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus dalam
gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan tentang
tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan membacakan Kitab Suci.
Berdasarkan hasil penelitian itu maka penulis dalam skripsi ini
mengusulkan program pendampingan kepada keluarga katolik , yakni dalam
bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP) agar para orangtua katolik
dapat saling meneguhkan dan saling memperkaya melalui sharing pengalaman
dari masing-masing peserta. Selain itu diteguhkan melalui sabda Tuhan serta
membangun niat dalam melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman
dan moral anak. Dengan demikian para orangtua katolik dapat mendidik iman dan
moral secara katolik serta tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa
walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of the thesis is “ THE IMPLEMENTATION OF MARRIAGE
PURPOSE: FAITH AND MORAL EDUCATION FOR THE CHILDREN OF
THE PARENTS OF WHICH 7-15 YEAR MARRIAGE PERIOD IN SAINT
MARRY MOTHER OF CARMEL PARISH AT MANSALONG”. The title is
chosen selected by the author to help Catholic families to carry out the purpose of
marriage, concerning with the faith and moral education of children in the family.
Marriage essentially is an alliance of life that is directed for the welfare of
husband and wife, the birth and the education of children. Therefore the parents
are the first and primary educators for their children especially in faith and
moral.
Based on research conducted on Catholic parents with are 7-15 year
marriage period, some parents in that parish think that children education on
faith and moral is the duty of the religion teacher and catechist. They shift the
responsibility the lach of education and poor knowleg in religion. Some parents
carry out the duties and responsibilities in educating children with Catholic
values in faith and moral, for seen as teaching children to love the environment
and all its creature, to love fellow human beings as God loves humans, teaching
children as politeness, teaching children to speak softly and humbly. The parents
the realize their duty as to proclaiming Christ to their children, from womb until
adulthood, because they realize that the family is a school of human values and
faith. In the research the author also finds the education of faith and moral have
been implemented by in the parents but not maximally, such as: the parents have
not been teaching children yet cheating during the examination is a wrong act,
taking the property of others is a sin, the family never invites their children to
pray together and to pray personally. There parents also have not been: telling
stories in the Bible, the stories of martyrs and saints in the Catholic church and
inviting children to watch cartoons about the characters in the Bible and read the
Bible.
Based on the results of this research, the author in this thesis proposes
an ministry program to the Catholic family, in the form of catechesis Shared
Christian Praxis (SCP) so that the Catholic families can mutually reinforce and
enrich each other through sharing experiences of each participant and are
confirmed through the word of God.Then building an intention to carry out the
purpose of marriage in educating the children on faith and moral. Thus Catholic
parents can educate the faith and moral of the children and remain faithful in
the Catholic faith until adulthood even though they face many challenges and
temptations at this era.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG
USIA PERKAWINAN 7–5 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA
KARMEL MANSALONG, dipilih penulis untuk membantu para orangtua
katolik dalam melaksanakan tujuan perkawinan, yaitu pendidikan iman dan moral
anak dalam keluarga. Pada hakekatnya perkawinan adalah persekutuan seluruh
hidup yang terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan
anak, oleh karena itu orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi putra-
putrinya terutama dibidang iman dan moral.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap orangtua-orangtua katolik
yang usia perkawinan 7-15 tahun, beberapa orangtua memahami pendidikan iman
dan moral anak merupakan tugas dari guru agama atau katekis, mereka cenderung
memberikan tanggungjawab mendidik kepada pihak lain karena keterbatasan
pendidikan orangtua dan keterbatasan pengetahuan terutama dalam bidang rohani.
Beberapa orangtua yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendidik anak
secara katolik dibidang iman dan moral, misalnya mengajarkan anak untuk
mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya terutama mencintai sesama
manusia sebagaimana Allah mencintai manusia, mengajari anak sopan santun,
mengajari anak untuk berkata lembut dan rendah hati, Mereka mengetahui tugas
sebagai orangtua mewartakan Kristus kepada anak sejak dari kandungan sampai
dewasa, karena menyadari bahwa keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan
dan iman. Dalam penelitian juga ditemukan pendidikan iman dan moral yang
sudah dilaksanakan oleh orangtua namun belum maksimal, orangtua belum
mengajarkan kepada anak bahwa menyontek saat ulangan adalah perbuatan yang
salah, mereka juga belum mengajarkan bahwa mengambil barang milik orang lain
merupakan dosa, mereka kurang mengajak anaknya berdoa bersama dan doa
pribadi setiap hari. Ada juga yang belum dilaksanakan oleh orangtua yaitu:
menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus dalam
gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan tentang
tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan membacakan Kitab Suci.
Berdasarkan hasil penelitian itu maka penulis dalam skripsi ini
mengusulkan program pendampingan kepada keluarga katolik , yakni dalam
bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP) agar para orangtua katolik
dapat saling meneguhkan dan saling memperkaya melalui sharing pengalaman
dari masing-masing peserta. Selain itu diteguhkan melalui sabda Tuhan serta
membangun niat dalam melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman
dan moral anak. Dengan demikian para orangtua katolik dapat mendidik iman dan
moral secara katolik serta tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa
walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of the thesis is “ THE IMPLEMENTATION OF
MARRIAGE PURPOSE: FAITH AND MORAL EDUCATION FOR THE
CHILDREN OF THE PARENTS OF WHICH 7-15 YEAR MARRIAGE
PERIOD IN SAINT MARRY MOTHER OF CARMEL PARISH AT
MANSALONG”. The title is chosen selected by the author to help Catholic
families to carry out the purpose of marriage, concerning with the faith and moral
education of children in the family. Marriage essentially is an alliance of life that
is directed for the welfare of husband and wife, the birth and the education of
children. Therefore the parents are the first and primary educators for their
children especially in faith and moral.
Based on research conducted on Catholic parents with are 7-15 year
marriage period, some parents in that parish think that children education on faith
and moral is the duty of the religion teacher and catechist. They shift the
responsibility the lach of education and poor knowleg in religion. Some parents
carry out the duties and responsibilities in educating children with Catholic
values in faith and moral, for seen as teaching children to love the environment
and all its creature, to love fellow human beings as God loves humans, teaching
children as politeness, teaching children to speak softly and humbly. The parents
the realize their duty as to proclaiming Christ to their children, from womb until
adulthood, because they realize that the family is a school of human values and
faith. In the research the author also finds the education of faith and moral have
been implemented by in the parents but not maximally, such as: the parents have
not been teaching children yet cheating during the examination is a wrong act,
taking the property of others is a sin, the family never invites their children to
pray together and to pray personally. There parents also have not been: telling
stories in the Bible, the stories of martyrs and saints in the Catholic church and
inviting children to watch cartoons about the characters in the Bible and read the
Bible.
Based on the results of this research, the author in this thesis proposes
an ministry program to the Catholic family, in the form of catechesis Shared
Christian Praxis (SCP) so that the Catholic families can mutually reinforce and
enrich each other through sharing experiences of each participant and are
confirmed through the word of God.Then building an intention to carry out the
purpose of marriage in educating the children on faith and moral. Thus Catholic
parents can educate the faith and moral of the children and remain faithful in the
Catholic faith until adulthood even though they face many challenges and
temptations at this era.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
kasih serta pernyertaan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN
DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG USIA PERKAWINAN 7-
15 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL
MANSALONG tepat pada waktunya. Melalui skripsi ini Penulis hendak
memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang
memiliki kerinduan dalam mengembangkan Gereja Katolik di manapun berada.
Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis mengalami banyak tantangan,
namun berkat dukungan dan doa serta motivasi yang terus mengalir dari
pembimbing, keluarga, serta teman-teman sehingga penyusunan skripsi ini selesai
sesuai harapan. Penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta
perhatian, yang diyakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta
memampukan penulis menyelesaikan skripsi dengan penuh kesetiaan. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen
penelitian yang telah setia meluangkan waktu untuk membimbing dan
mendampingi penulis dengan penuh perhatian, motivasi dan kesabaran,
memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan, sehingga penulis
termotivasi dalam penyusunan skripsi dari awal sampai selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan
memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.
3. Martinus Ariya Seta, S.Pd, Mag. Theol selaku dosen penguji III yang telah
meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan
dengan skripsi ini.
4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi
ini dengan penuh kasih dan sepenuh hati.
5. Kedua orangtua penulis Bapak S. Lukas J. dan Brigita Saini yang selalu
memberikan dukungan baik doa maupun biaya kuliah bagi penulis selama
studi sampai selesainya skripsi ini.
6. Ketiga saudari dan ipar yang memberikan dukungan dan motivasi bagi
penulis selama studi.
7. Sr. Anastasia, SdC; Sr. Marsiana, SdC; Sr. Laeti, SdC; Sr. Virgiana PK; Sr.
Martha, KSFL, Julierni dan Luci Manalu yang mendukung dan
menyemangati penulis.
8. Sahabat karibku Sr. Vianney Caroline, KKS (Njo Mei Fang); Fr. Rian, Pr; Fr
Rafael, Pr yang selalu menyemangati, mendoakan, memotivasi dan
mendukung penulis selama menjalani studi.
9. Pastor FX. Wahyu Tri Wibowo, Pr yang telah mendukung penulis studi di
PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
E. Metode Penulisan ...................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6
BAB II. PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA 8
A. Tujuan Perkawinan .................................................................................. 8
1. Kesejahteraan Suami Istri ..................................................................... 9
2. Kelahiran Anak ..................................................................................... 10
3. Pendidikan Anak ................................................................................... 11
B. Pendidikan Iman ........................................................................................ 12
1. Makna Pendidikan Iman ....................................................................... 15
2. Tahap-tahap Perkembangan Iman .......................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Awal-Elementer (Primal Faith) ....................................................... 16
b. Intuitif-Proyektif (Intuitif-Projective Faith) .................................... 18
c. Mistis-Literal (Misthic-Literal Faith) .............................................. 19
3. Faktor Pendukung Perkembangan Iman ............................................... 19
a. Keyakinan Bahwa Allah Mencintai Dan Menganugerahi Talenta .. 20
b. Teladan Iman Orang Tua ................................................................. 20
c. Rasa Aman Untuk Mengagumi Dan Bertanya ................................ 22
d. Dorongan Untuk Mencintai Alam Dan Segala Isinya ..................... 23
4. Faktor Penyebab Gagalnya Pendidikan Iman dalam Keluarga .............. 24
a. Orangtua Kurang Menghayati Iman ................................................ 24
b. Orangtua Mempercayakan Tanggung Jawab Kepada Pihak Lain ... 25
c. Orangtua Kurang Mendidik Anak Hidup Di Jalan Tuhan ............... 26
d. Perkembangan Jaman (Media) Menjauhkan Anak Dari Tuhan ...... 27
5. Pendidikan Iman dalam Keluarga .......................................................... 28
a. Doa Pribadi Dan Doa Bersama ......................................................... 28
b. Memperkenalkan Lagu-Lagu Rohani .............................................. 29
c. Ambil Bagian Dalam Perayaan Liturgi ............................................ 30
d. Membaca Dan Merenungkan Kitab Suci ......................................... 30
e. Aktif Dalam Pembinaan Iman .......................................................... 31
f. Ikut Ambil Bagian Dalam Rekoleksi, Retret Dan Ziarah ................. 31
6. Penerapan Pendidikan Iman Berdasarkan tahap Perkembangan Iman . 32
a. Awal-Elemneter ............................................................................... 32
b. Intuitif -Proyektif ............................................................................. 32
c. Mistis-Literal ................................................................................... 33
C. Pendidikan Moral .......................................................................................... 34
1. Makna Pendidikan Moral .......................................................................... 35
2. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Menurut L. Kohlberg ....................... 35
a. Tingkat Pra-Konvensional ............................................................... 37
b. Tingkat Konvensional ...................................................................... 38
c. Tingkat Pasca-Konvensional ........................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3. Bentuk-Bentuk Pendidikan Moral ............................................................. 41
a. Suara Hati ......................................................................................... 41
1) Fungsi Suara Hati .......................................................................... 42
2) Pembinaan Suara Hati ................................................................... 43
3) Kemutlakan Suara Hati .................................................................. 43
b. Kebebasana Kehendak ..................................................................... 43
c. Tanggungjawab ................................................................................ 44
d. Norma Moral .................................................................................... 44
e. Norma Moral Kristiani ...................................................................... 45
1) Larangan Menyembah allah-allah Lain ......................................... 45
2) Larang Menyebut Nama Allah Dengan Tidak Hormat ................. 45
3) Perintah Menguduskan Hari Sabat ................................................ 46
4) Perintah Menghormati Orangtua ................................................... 47
5) Larangan Membunuh ..................................................................... 48
6) Larangan Mencuri ......................................................................... 48
7) Larangan Bersaksi Dusta ............................................................... 49
f. Norma Moral .................................................................................... 49
1) Sikap Menghargai Orang Lain Dan Kehidupan ............................ 49
2) Kejujuran ....................................................................................... 49
3) Kerendahan Hati Dan Menolong Orang Lain ............................... 50
4) Penuh Cinta Kasih ......................................................................... 50
g. Penerapan pendidikan moral berdasarkan tahap perkembangan moral
anak .................................................................................................. 50
1) Pra-Konvensional .......................................................................... 50
2) Konvensional ................................................................................. 51
3) Pasca-Konvensional ...................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB III PENELITIAN MENGENAI PELAKSANAAN TUJUAN
PERKAWINAN: PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH
ORANGTUA YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN DI
PAROKI SANTA MARIA
BUNDA KARMEL MANSALONG ................................................ 52
A. Gambaran Situasi Umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong ........ 52
1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .......... 53
2. Situasi Geografis Paroki Mansalong ................................................... 56
3. Situasi Umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .......... 57
a. Mata Pencarian Umat ....................................................................... 58
1) Segi Ekonomi .............................................................................. 59
2) Segi Pendidikan .......................................................................... 59
3) Segi Kebudayaan ........................................................................ 60
4. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .... 61
a. Visi ................................................................................................... 62
b. Misi .................................................................................................. 62
c. Strategi ............................................................................................. 63
B. Penelitian mengenai Pelaksanaan Tujuan Perkawinan: Pendidikan Iman
dan Pendidikan Moral bagi Anak oleh Keluarga yang Usia Perkawinan
7–15 Tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong ..................... 64
1. Metodologi Penelitian ............................................................................... 64
a. Latarbelakang Penelitian ....................................................................... 64
b. Tujuan Penelitian .................................................................................. 66
c. Manfaat Penelitian ................................................................................ 66
d. Jenis Penelitian ..................................................................................... 67
e. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 67
f. Responden ............................................................................................. 68
g. Instrumen Penelitian ............................................................................. 68
h. Variabel penelitian ................................................................................ 69
2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
a. Gambaran pelaksanaan tujuan perkawinan pendidikan iman
dan moral anak di Paroki St. Maria Bunda Karmel
Mansalong ............................................................................................ 71
a) Tujuan Perkawinan .......................................................................... 71
b) Pendidikan Iman .............................................................................. 73
(1) Alasan Pentingnya Pendidikan Iman Untuk Anak ............... 73
(2) Tujuan Pendidikan Iman Untuk Anak .................................. 76
(3) Cara Memberikan Pendidikan Dalam Keluarga ................... 77
(4) Pendidikan Iman Dalam Keluarga ........................................ 80
(5) Faktor Pendukung Pendidikan Iman Dalam Keluarga ......... 86
(6) Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Memberikan
Pendidikan Iman Dalam Keluarga ...................................... 90
c) Pendidikan Moral .............................................................................. 91
(1) Norma Moral Katolik ............................................................ 91
(2) Pembinaan Suara Hati Dalam Keluarga ............................... 98
(3) Pendidikan Moral Dalam Keluarga ...................................... 101
C. Pengolahan Hasil Penelitian Pelaksanaan Tujuan Perkawinan
Pendidikan Iman Dan Moral Bagi Anak……………………………………109
1. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 115
2. Kesimpulan Penelitian ............................................................................. 116
BAB IV PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN
PRAXIS (SCP): KATEKESE BAGI ORANGTUA KATOLIK
YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN DI PAROKI
MANSALONG .................................................................................... 118
A. Latar Belakang Pemilihan Program dalam Bentuk Katekese Model
Shared Christian Praxis (SCP) ................................................................. 119
B. Usulan Program Pendampingan bagi Orangtua Katolik di Paroki
Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .................................................... 122
C. Tema dan Tujuan Pendampingan ............................................................. 123
D. Matriks Program ....................................................................................... 127
E. Gambaran Pelaksanaan Program .............................................................. 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
F. Contoh Salah Satu Pelaksanaan Program: Pendampingan Katekese
Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) ........................................... 132
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 144
A. KESIMPULAN . ....................................................................................... 144
B. SARAN ..................................................................................................... 146
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 149
Lampiran 1: Surat Izin Melakukan Penelitian ................................................ (1)
Lampiran 2: Surat Telah Melakukan Penelitian ........................................... (2)
Lampiran 3: Kuisioner Penelitian .................................................................. (3)
Lampiran 4: Salah Satu Contoh Jawaban Responden Penelitian ................... (9)
Lampiran 5: Rekap Hasil Kuisioner Penelitian .............................................(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan
Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.
(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik
Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:
Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
Kej : Kejadian
Kel : Keluaran
Ul : Ulangan
Ayb : Ayub
Ams : Amsal
Mat : Matius
Mrk : Markus
Luk : Lukas
Yoh : Yohanes
Gal : Galatia
Rom : Roma
Ef : Efesus
Kor : Korintus
Yak : Yakobus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
DV : Dei Verbum. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu
Ilahi, 18 November 1965.
FC : Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22
November 1981.
GS : Gaudium et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965.
GE : Gravissium Educationis. Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen.
IM : Inter Mirifica. Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-Upaya
Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.
LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja. Tanggal 21 November 1964.
LF : Lumen Fidei. Ensiklik Paus Fransiskus tentang Iman.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
C. Singkatan Lain
Alm : Almarhum
Bdk : Bandingkan
Dok : Dokumen
HPN : Hatiku Penuh Nyanyian
KEK : Kidung Ekaristi Kotabaru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KTP : Kartu Tanda Pengenal
KKI : Karya Kepausan Indonesia
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Lih : Lihat
MBK : Maria Bunda Karmel
No : Nomor
OMI : Oblat Maria Imaculata
OMK : Orang Muda Katolik
SD : Sekolah Dasar
SCP : Shared Christian Praxis
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SEKAMI : Serikat Kepausan Anak-anak dan remaja Misioner
Sr : Suster
SSpS : Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti atau
Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus
St : Santo/ Santa
TV : Televisi
TOP : Tahun Orientasi Pastoral
PPK : Pedoman Pastoral Keluarga
PPL : Praktek Program Lapangan
PAK : Pendidikan Agama Katolik
Reff : Reffren
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkawinan mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan pemahaman dan
agama yang dianut (Ketut Adi Hardana, 2013: 11). Pendidikan anak merupakan
konsekuensi logis dan natural dari kelahiran anak (Catur Raharso, 2006: 41). Hal
ini menegaskan bahwa ketika sepasang suami istri memutuskan memiliki anak,
berarti menjadi tanggung jawab mereka memberikan pendidikan yang baik untuk
anaknya, terutama dalam bidang iman dan bidang moral. Pedoman Pastoral
Keluarga (PPK) 30 menegaskan bahwa orangtua memiliki tanggungjawab dan
kewajiban untuk memberikan pendidikan iman dan moral kepada anak-anak
mereka namun kadang orangtua lebih mempercayakan pendidikan anak kepada
lembaga pendidikan. Pendidikan formal lebih menekankan kemampuan
intelektual, sehingga kurang memperhatikan hal iman. Pendidikan pertama-tama
diperoleh anak di dalam keluarga, sedangkan pendidikan formal di sekolah
sebagai pelengkap pendidikan yang sudah diperoleh di rumah dari orangtua.
Beberapa alasan orangtua sebagai pendidik utama dan pertama
menyerahkan tugas dan tanggungjawab kepada orang luar, misalnya karena
kurang pengetahuan iman orangtua, kesibukan kerja, orangtua kurang terlibat dari
kehidupan menggereja. Hal ini mendorong penulis tertarik mendalami mengenai
tujuan perkawinan terutama pendidikan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Keluarga yang menjadi fokus perhatian adalah keluarga yang usia
perkawinan 7–15 tahun, alasannya keluarga tersebut memiliki keturunan,
mungkin juga ditemukan keluarga muda belum memiliki anak.
Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong adalah paroki baru dengan
jumlah umat sekitar 3.770 jiwa. Umat katolik di Paroki berasal dari agama
Protestan dan agama kepercayaan, sehingga belum memahami ajaran iman Gereja
Katolik. Penulis menemukan beberapa alasan orang muda belum menikah,
misalnya belum memiliki kesiapan mental untuk berkeluarga, belum memiliki
pekerjaan, pasangan tidak seiman, masih muda, tidak siap mengurus anak dan
ingin bebas, salah pilih pasangan. Pernyataan-pernyataan di atas tidak ditemukan
di paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, karena banyak orang muda
setelah lulus SMA, bahkan lulus SMP dan SD sudah menikah.
Penulis berpikir apakah pasangan yang menikah muda dapat memenuhi
tuntutan gereja terkait dengan tujuan perkawinan terdapat dalam Kitab Hukum
Kanonik ? Selain itu, penulis menemukan bahwa banyak orang muda katolik di
paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meninggalkan iman katolik ketika
menikah. Penulis berpikir, bahwa salah satu penyebab utama orang muda
meninggalkan iman katolik, karena orangtua kurang memberikan pendidikan iman
dalam keluarga, sehingga ajaran-ajaran iman kurang melekat dalam hati anak,
mengakibatkan ketika menikah mereka dengan mudah pindah keyakinan atau
pindah gereja.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
perkawinan mengenai pendidikan iman dan pendidikan moral, dengan mengambil
judul skripsi “Pelaksanaan Tujuan Perkawinan Pendidikan Iman Dan Moral
Anak Oleh Orangtua Yang Usia Perkawinan 7-15 Tahun Di Paroki Santa
Maria Bunda Karmel Mansalong.”
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul sebagai
berikut:
1. Bagaimana orangtua dapat memaknai tujuan perkawinan untuk pendidikan
iman dan moral anak ?
2. Bagaimana pemahaman keluarga mengenai pendidikan iman dan moral anak?
3. Bagaimana pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan
moral anak di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong?
4. Upaya apa yang dapat dilakukan agar orangtua-orangtua katolik melaksanakan
tujuan perkawinan dalam bidang pendidikan iman dan moral ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menambah wawasan penulis mengenai tujuan perkawinan katolik mengenai
pendidikan iman dan moral anak.
2. Mengetahui pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan
moral anak di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Memberikan sumbangan program pendampingan iman kepada orangtua-
orangtua katolik di Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, mengenai pendidikan
iman dan moral anak.
4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu
Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Bagi Orangtua-orangtua Katolik
a. Orangtua-orangtua Katolik diharapkan semakin memahami tujuan perkawinan
Katolik, khususnya mengenai pendidikan iman dan moral anak.
b. Orangtua-orangtua Katolik diharapkan semakin mengupayakan perwujudan
tujuan perkawinan, khususnya pendidikan iman dan moral anak dalam hidup
sehari-hari.
2. Bagi penulis
a. Penulis semakin diperkaya dalam pemahaman mengenai tujuan perkawinan
Katolik, khususnya mengenai pendidikan iman dan moral anak.
b. Penulis semakin dibantu dalam mendampingi orangtua-orangtua katolik untuk
mewujudkan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak di
Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Bagi Pembaca
Pembaca semakin memahami tujuan perkawinan katolik, khususnya
mengenai pendidikan iman dan moral anak.
4. Bagi Kampus
Memberikan ide-ide dan pengetahuan bagi mahasiswa prodi PAK dalam
mencari bahan mengenai tujuan perkawinan Katolik, khususnya mengenai
pendidikan iman dan moral anak..
E. METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang akan digunakan penulis dengan penelitian
kualitatif dan studi pustaka. Penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan
kuisioner kepada orangtua-orangtua katolik berupa pertanyaan tertutup (memilih
jawaban yang sudah tersedia) dan pertanyaan terbuka (jawaban menurut pendapat
sendiri), agar memperoleh data yang lengkap mengenai pelaksanaan tujuan
perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak dalam keluarga di Paroki
St. Maria Bunda Karmel Mansalong. Penulis menggunakan teknik sampling
random yaitu dengan menyebarkan kuisioner secara acak kepada orangtua yang
usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Defenisi metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Moleong, 1989: 3). Studi Pustaka digunakan untuk memperkuat
teori mengenai tujuan perkawinan katolik, khususnya mengenai pendidikan iman
dan moral.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Gambaran umum mengenai sistematika penulisan yang akan dibahas di
dalam penulisan skripsi, sebagai berikut:
Bab I berisikan pendahuluan, meliputi: latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berisikan tujuan perkawinan katolik, khususnya mengenai
pendidikan iman dan moral anak.
Bab III berisikan penelitian mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan
khususnya pendidikan iman dan moral anak oleh keluarga katolik yang usia
perkawinan 7-15 di paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi
gambaran situasi umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dan penelitian
mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan: pendidikan iman dan moral anak oleh
orangtua katolik yang usia perkawinan 7–15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda
Karmel Mansalong.
Bab IV berisikan pengolahan hasil penelitian tentang pelaksanaan tujuan
perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bab V berisikan program pendampingan iman: Katekese Model Shared
Christian Praxis (SCP) bagi orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di
Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi: latar belakang pemilihan
program, usulan program dalam bentuk katekese, tema dan tujuan katekese,
matriks program, gambaran pelaksanaan program, contoh pelaksanaan program.
Bab VI Penutup berisikan kesimpulan dan saran.
Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini.
Penulis berharap penulisan mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan, khususnya
mengenai pendidikan iman dan moral anak berguna bagi orangtua-orangtua
katolik khususnya dan Gereja pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA
Pada bab II, penulis menguraikan dua pokok bahasan, yaitu pertama,
menjelaskan mengenai pendidikan iman anak, kedua, menjelaskan mengenai
moral anak. Sebelum pembahasan mengenai pendidikan iman dan moral, penulis
menjelaskan mengenai tujuan perkawinan dalam Gereja katolik.
A. Tujuan Perkawinan
KHK 1983 kanon 1055 menegaskan bahwa “Perkawinan menurut ciri
kodratinya memiliki tiga tujuan, yaitu kesejahteraan suami istri (bonum
coniugum) dan kelahiran serta pendidikan anak (bonum prolis). Kemudian
Familiaris Consortio art. 36 menjelaskan mengenai tugas orangtua dalam
mendidik anaknya. Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri
untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Hak maupun kewajiban
orangtua dalam mendidik bersifat hakiki, pertama dan utama, karena
keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua anak. Perkawinan memiliki
beberapa tujuan sesuai dengan pemahaman, adat-istiadat dan kepercayaan atau
agama yang dianut (I Ketut Adi Hardana, 2013: 11). Gereja Katolik menetapkan
tiga tujuan perkawinan yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Kesejahteraan Suami Istri
Kitab Suci menuliskan tujuan pokok perkawinan adalah kesatuan dan
kebahagiaan suami-istri, dengan saling mencintai dan menyerahkan diri secara
utuh (totalitas), yakni seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan oleh
Allah dalam ikatan perkawinan, maka mereka bukan lagi dua melainkan menjadi
satu daging (Kej. 2:24; Mat. 19:5; Mrk. 10:8, Ef. 5:31).
Gaudium et Spes 48 mengatakan bahwa “Persekutuan hidup dan kasih
suami istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan
hukum-hukumnya, dibangun oleh janji perkawinan yang tidak dapat ditarik
kembali.” Kemudian PPK 17.a mengatakan bahwa “Keluarga adalah persekutuan
seluruh hidup (consortium totius vitae) antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak dan diteguhkan melalui
kesepakatan perkawinan”. Demikianlah karena tindakan manusiawi yakni saling
memberi dan menerima, menimbulkan suatu hubungan yang erat menurut
kehendak Ilahi dan bersifat kekal.
Kesejahteraan suami istri menyangkut dua hal yaitu kesejahteraan lahir dan
kesejahteraan batin. Kesejahteraan lahir maksudnya suami bertanggung jawab
dalam menafkahi keluarganya baik sandang, papan dan pangan. Sedangkan
kesejahteraan batin maksudnya suami-istri mempunyai kewajiban suci untuk
saling memenuhi kebutuhan seksual pasangannya.
Perkawinan merupakan kesatuan yang amat erat antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan bahwa perkawinan memberikan hak prerogatif kepada
suami-istri atas hubungan seksual antara keduanya (Hadiwardoyo, 2014: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Paulus menasehati umat di Korintus supaya mereka tidak berhubungan seksual
dengan orang yang bukan pasangan mereka sendiri, karena tubuh suami adalah
milik istri dan sebaliknya tubuh istri adalah milik suami, Hal ini ditegaskan di
dalam 1Kor. 7:4 mengatakan “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
isterinya.”
2. Kelahiran anak
Pasangan suami istri ikut serta dalam karya penciptaan, seperti yang
dikatakan Allah saat selesai menciptakan manusia dan memberkatinya serta
memberikan perintah kepada manusia "Beranakcuculah dan bertambah banyak”
(Kej. 1:28). Oleh karena itu 1096§ 1 mengharapkan bahwa sebelum menikah
calon pasangan suami istri sekurang-kurangnya mengetahui bahwa perkawinanan
merupakan suatu perkawinan yang tetap dan terarah pada kelahiran anak melalui
kerja sama seksual (consummatum). Seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang menikah secara alamiah mempunyai kerinduan menurunkan anak atau
generasi baru. Perkawinan yang sah adalah satu-satunya lembaga yang sah
menurunkan anak. Walaupun demikian anak bukanlah tujuan utama dari
perkawinan. Anak adalah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh dimutlakkan
keberadaannya (Ketut Adi Hardana, 2013: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Pendidikan anak
Pendidikan anak merupakan konsekuensi moral dan pemenuhan dari
kelahiran anak (prokreasi). Konsili Vatikan II, di dalam Gravissimum Educationis
(GE) 50 a mengatakan bahwa “Hakekat perkawinan dan cinta kasih suami istri
tertuju pada keturunan serta pendidikan untuk anak”. Kemudian KHK 1983 kanon
1136 mengatakan bahwa “Orangtua mempunyai kewajiban yang sangat berat dan
hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial,
dan kultural maupun moral dan religius.” Oleh karena itu orangtua adalah
pendidik utama dan pertama bagi putra-putrinya, terutama nilai-nilai dasar, nilai
kehidupan dan nilai-nilai religius. Pendidikan anak mencakup banyak hal, namun
penulis memfokuskan pada pendidikan iman dan pendidikan moral dalam
keluarga. Dengan demikian orangtua ikut membangun Gereja melalui pendidikan
anak-anak secara manusiawi an kristiani sepenuhnya dan menjadi Gereja Rumah
Tangga (ecclesia domestica) dalam menjalankan tugas-tugas ilahi dan gerejawi
terhadap anak-anak, sehingga dapat menemukan guru iman sejati dalam diri
orangtua mereka (Catur Raharso, 2006: 62).
Tugas menyelenggarakan pendidikan pertama-tama menjadi tanggung
jawab orangtua, memerlukan bantuan seluruh masyarakat (GE 3). Orangtua
hendaknya mendidik anak dengan sungguh-sungguh dan jangan sampai
menyesatkan pikiran anak terdapat pada Matius 18:6 mengatakan bahwa
”Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Hal ini menegaskan bahwa dalam
pengajaran jangan sampai menyesatkan pikiran anak.
B. Pendidikan Iman
Kata pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” artinya anak
dan “agogos” artinya membimbing. Pedagogi adalah ilmu dalam membimbing
anak. Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk
mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu
dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada
setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan
pendidikan yang diperolehnya (KBBI).
Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan
menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan. Iman
merupakan tanggapan manusia atas wahyu Allah dalam ketaatan iman, dengan
penuh kebebasan. Kebebasan dimaksud agar manusia dapat menyerahkan diri
seutuhnya kepada Allah dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi,
kehendak dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang
dikaruniakan oleh-Nya. Dalam beriman kepada Allah, manusia membutuhkan
rahmat Allah yang menolong untuk menyadari kehadiran Allah di dalam
kehidupan sehari-hari dan Roh Kudus akan menyempurnakan iman manusia
melalui kurnia-kurnia-Nya (DV 5). Allah adalah Sang Pencipta dan sumber
kehidupan dan sesuatu yang berkaitan dengan Allah itu ialah iman, maka perlulah
orangtua mendidik iman anaknya, sehingga anak mengenal siapa itu Allah dan
segala karya-Nya serta mampu menjalin relasi intim dengan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Iman datang dari pendengaran (fides ex auditu) dan pendengaran timbul
dari pewartaan sabda dan karya Kristus (Rom. 10:17).Oleh karena itu, tugas
orangtua adalah mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka sejak dari
kandungan hingga dewasa. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus
mengatakan bahwa “Orangtua terutama seorang ayah untuk mendidik anak
berdasarkan ajaran dan nasehat Tuhan” (Ef. 6:4).
PPK 31 mengatakan bahwa “Pendidikan dalam keluarga harus
memperhatikan pendidikan iman dan moral katolik, karena keluarga adalah
sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik.” Kemudian Pedoman Pastoral
keluarga art. 32 mengatakan “Salah satu aspek pendidikan iman adalah pemberian
dan pengembangan pengetahuan iman melalui harta kekayaan Gereja, yakni Kitab
Suci, katekismus, dokumen Gereja dan buku-buku katekese.”
Pada zaman Skolastik (abad XIII-XI) Thomas Aquino mengatakan bahwa
menurut kodrat yang khas manusiawi, hubungan seks suami-istri juga terarah
kepada pendidikan anak yang dilahirkan (Hadiwardoyo, 2015: 67-68). KHK
1917§ 1 menekankan tentang tujuan primer dalam sebuah perkawinan yaitu
prokreasi dan pendidikan untuk anak yang dilahirkan. Paus Yohanes Paulus II
dalam surat kepada keluarga-keluarga artikel 16 mengatakan bahwa “Mendidik
anak merupakan suatu sarana komunikasi yang hidup, bukan hanya menciptakan
suatu hubungan yang mendalam antara pendidik dengan orang yang dididik, tetapi
juga membuat mereka ikut ambil bagian dalam kebenaran dan kasih.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Proses menurunkan anak tidak selesai pada saat kelahiran, tetapi
hendaknya berlangsung terus melalui kehidupan sampai anak mencapai
kedewasaannya (Eminyan, 2001: 152). Oleh karena itu setiap orangtua memiliki
tanggungjawab mendidik iman anak, tidak hanya merawat dan memberi makan.
Orangtua bertanggungjawab mampu memberikan pendidikan iman kepada anak
yang dilahirkan, karena pendidikan adalah konsekuensi dari kelahiran anak.
Manusia dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, serta
menemukan pemenuhan melalui pemberian diri yang tulus, kebenaran itu
menyangkut dua hal, yaitu menjadi pendidik dan orang yang dididik.Manusia
sebagai seorang pendidik bukan seorang yang hanya memberikan pengajaran
berupa materi, melainkan seorang pribadi yang dapat melahirkan dalam arti
rohani.Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga art.
16mengatakan bahwa “Mendidik anak dianggap sebagai suatu kerasulan yang
sejati, karena orangtua atau pendidik tidak hanya mempersiapkan pendidikan
untuk anaknya, tetapi sekaligus untuk generasi berikutnya.”
Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga 16
mengatakan bahwa “Tugas mendidik anak merupakan sarana yang digunakan
untuk komunikasi yang hidup, tidak hanya menciptakan hubungan yang
mendalam antara orangtua dan anak, tetapi juga ikut ambil bagian dalam
kebenaran dan kasih yang bertujuan terakhir dimana setiap orang akan dipanggil
oleh Allah Tri Tunggal.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1. Makna Pendidikan Iman
Iman merupakan hubungan pribadi manusia dengan Allah penciptanya
karena iman lahir dari suatu pengalaman perjumpaan dengan Allah yang hidup
yang memanggil kita dan mewahyukan kasih-Nya (LF 4). Maka pendidikan iman
berarti usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mampu
menghormati dan mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Penyelamat (Pudjiono,
2007: 10). Iman membantu untuk memahami seluruh kedalaman dan kekayaan
arti melahirkan anak-anak sebagai tanda kasih Sang Pencipta yang
mempercayakan kepada kita misteri seorang pribadi yang baru yang perlu kita
rawat, kembangkan dan cintai (LF 52). Beriman berarti menerima atau
mempercayai sesuatu yang dikatakan oleh orang lain. Iman memberi pengetahuan
akan Allah, diri kita, alam tempat kita hidup, namun sifat khas dari pengetahuan
baru tersebut dapat kita miliki hanya dengan iman, tidak hanya dengan penalaran.
Paus Yohanes Paulus II mengatakan dalam suratnya kepada keluarga-
keluarga 15 mengatakan bahwa “Cinta yang dipercayakan Allah kepada laki-laki
dan perempuan di dalam Sakramen Perkawinan sebagai prinsip dasar dari
kewajiban dan tanggung jawab timbal balik bagi mereka sebagai pasangan suami
istri dan sebagai orangtua bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu, dalam
sakramen perkawinan mereka saling memberi dan menerima dan menyatakan
kesediaan mereka untuk menerima dan mendidik anak sesuai dengan iman
sebagai orang katolik.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Tahap-Tahap Perkembangan Iman
Iman anak berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan usia.
James W. Fowler adalah seorang psikolog dan teolog Amerika Serikat, teorinya
dipengaruhi oleh perkembangan masa kecilnya dan suasana keluarga dimana ia
dibesarkan. Ia membedakan antara kepercayaan eksistensial (iman) dengan agama
dan juga membedakan iman dari kepercayaan (Budiningsih, 2008: 34-35).
Hasil analisis data yang diperoleh melalui wawancara semi klinisnya,
Fowler menemukan teori baru yang dikenal dengan istilah Faith Development
Theory (Teori Perkembangan Kepercayaan) dengan tujuh tahap. James W. Fowler
membagi teori perkembangan imannya ke dalam tujuh kategori yakni, awal-
elementer (Primal Faith), intuitif-proyektif (Intuitive-ProjectiveFaith), mistis-
literal (Mithic-Literal Faith), sintesis-konvensional (Synthetic-Conventional
Faith),individual-reflektif (Individuative-Reflective Faith), eksistensial-konjungtif
(Conjunctive Faith), dan eksistensial-universalitas (Universalizing Faith). Namun
penulis membahas tiga kategori sesuai dengan penelitian yang dilakukan,yaitu:
primal faith, intuitive-projective faith dan mithic-literal faith.
a. Awal-Elementer (Primal Faith)
Tahapan usia kanak-kanak 0-2 atau 3 tahun disebut sebagai “Tahapan
Primal”, benih iman dalam diri anak terbentuk melalui rasa percaya terhadap
orang yang merawat dan membesarkannya. Kepercayaan ini disebut pratahap
“kepercayaan yang belum terdiferensiasi” (Undifferentiated Faith), karena ciri
disposisi praverbal bayi terhadap lingkungannya belum dirasakan dan disadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sebagai sesuatau yang terpisah dan berbeda dari dirinya serta daya kepercayaan,
keberanian, cinta maupun harapannya belum dapat ia bedakan melalui proses
pertumbuhannya, melainkan masih tercampur dalam keadaan yang samar-samar
(Cremers, 1995: 27).
Kepercayaan elementer adalah rasa yang menyusun gambaran atau
pragambaran. Fowler menyebut gambaran sebagai preimages, karena disatu
pihak gambaran dibentuk oleh adanya perasaan sebelum kemampuan berbahasa
dan daya konseptual anak mulai berfungsi, namun dilainpihak telah terbentuk
suatu kepercayaan diri dari seluruh kenyataan lainnya, sehingga pragambaran
tentang Allah dan lingkungannya akhirnya matriks ontogenetiknya pada gambaran
anak tentang orang yang mengasuhnya (Cremers, 1995: 99-100).
Pengalaman anak terhadap orang yang merawat, mengasuh dan
memberikannya kehangatan serta kasih sayang, terutama ibu dan ayahnya akan
mempengaruhi gambaran asli tentang Allah (Cremers, 1995: 101), sebaliknya
pengalaman negatif sejak kanak-kanak dalam keluarga yang kurang harmonis
terlebih perlakuan oangtua yang keras akan membuat anak memiliki gambaran
yang negatif pula terhadap Allah yang transenden. Dengan demikian sebagai
pendidik utama dan pertama, orangtua menumbuhkan keyakinan dalam diri anak
bahwa sebagai manusia yang secitra dengan Allah, ia adalah insan yang dicintai
dan dihargai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Intuitif-Proyektif (Intuitive-Projective Faith)
Tahapan usia 3-7 tahun disebut tahapan intuitif proyektif. Intuisi
memungkinkan anak untuk menangkap nilai-nilai religius yang dipantulkan oleh
orang disekitarnya terutama kedua orangtua. Disini daya imajinasi dan dunia
gambaran anak sangat berkembang, namun pada tahap ini anak belum memiliki
kemampuan operasi logis yang mantap, tetapi dengan timbulnya kemampuan
simbolis dan bahasa maka imajinasi dan dunia gambaran dirangsang oleh cerita,
gerak, isyarat, upacara, simbol maupun kata-kata (Budiningsih, 2008: 37).
Dunia gambaran dan imajinasi berkembang secara bebas karena belum
dikontrol oleh pikiran logis dan operasi-operasi kognitif lain yang baru
berkembang kemudian (budiningsih, 2008: 37). Pada tahap inilah akan membuka
kepekaan anak terhadap dunia misteri dan Yang Ilahi serta tanda-tanda
kekuasaannya (Cremers, 1995: 28).
Pada tahap ini anak lebih banyak meniru tingkah laku orang dewasa baik
vokal saat berbicara dan anak mulai menguasai dan menggunakan bahasa menurut
peraturan bahasa itu sendiri, sehingga memiliki medium untuk menyusun,
mengatur dan mengantarai seluruh relasinya dengan dunia (Cremers, 1995: 104-
105). Di sini cerita dari orangtua membentuk imajinasi dalam pikiran anak
mengenai gambaran tentang Tuhan, misalnya ketika orangtua mengajarkan anak
menyebut Allah sebagai Bapa, maka dalam pikiran anak membayangkan Allah
seperti bapa yang memiliki jenggot, baik, berambut putih seperti yang dilihatnya
dalam kartun atau bahkan anak membayangkan bahwa Allah seperti kakek atau
ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Mistis-Literal (Misthic-Literal Faith)
Bentuk kepercayaan biasanya muncul pada usia 7 atau 8-12 tahun.
Gambaran emosional dan imajinal masih berpengaruh kuat, tetapi muncul pula
operasi-operasi logis yang melampaui tingkat perasaan dan imajinasi pada tahap
sebelumnya. Operasi-operasi tersebut masih bersifat konkret, tetapi sudah
memungkinkan suatu daya pikir logis mengunakan kategori-kategori sebab-
akibat, ruang dan waktu (Budiningsih: 2008:38). Tahapan mistis literal, peran
kelompok atau intuisi kemasyarakatan berperan penting dalam perkembangan
iman anak, misalnya melalui sekolah, bina iman atau PIA, sekolah minggu atau
yang lebih di kenal dengan SEKAMI.
3. Faktor Pendukung Perkembangan Iman
Dalam Ensiklik Paus Fransiskus Luman Fidei 52-53 mengatakan bahwa
“Lingkungan pertama dimana iman menerangi kota manusia adalah keluarga.”
Iman menemani tahap setiap kehidupan, diawali dengan masa kanak-kanak ketika
anak belajar percaya pada kasih orangtuanya. Iman tidak dapat bertumbuh dengan
sendirinya tanpa faktor pendukung dalam memperkembangankan iman, baik
intern maupun ekstern. Perkembangan iman mengantar dan mendorong anak
semakin dekat dan mencintai Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Soerjanto (2007: 11-12) memaparkan beberapa faktor pendukung dalam
perkembangan iman anak antara lain:
a. Keyakinan Bahwa Allah Mencintai Dan Menganugerahi Berbagai Talenta
Dalam keluarga perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak,
dengan mengembangkan penghargaan yang mendalam terhadap martabat pribadi
mereka, serta sikap sungguh menghormati dan memperhatikan hak-hak mereka,
sehingga anak-anak merasakan cinta yang tulus dari keluarga. Sebagai citra Allah,
setiap anak dianugerahi berbagai talenta bagaikan benih yang masih dapat
bertumbuh dan berkembang. Maka orangtua hendaknya membantu anak-anak
supaya memahami diri sebagai insan yang berpotensi (Soerjanto, 2007:12). Oleh
karena itu cinta dari orangtua merupakan gambaran cinta dari Allah kepada anak-
anak, sehinggaanak-anak sungguh merasakan bahwa Allah mencintai pribadi
mereka dan menganugerahi berbagai talenta.
b. Teladan Iman Dari Orangtua
Teladan iman orangtua dan orang disekitar dapat membantu anak dalam
proses beriman. Iman anak-anak dapat berkembang ketika mereka hidup bersama
dengan orangtua yang sungguh beriman (Soerjanto, 2007: 12). Anak kecil adalah
seorang peniru yang hebat, maka ketika orangtua memiliki teladan hidup yang
baik, terutama dalam hal teladan iman, maka anak dapat meneladani atau meniru
orangtuanya. Gereja mewariskan seluruh kekayaan imannya kepada anak-anak
sebagai generasi muda penerus Gereja. Oleh karena itu, warisan iman diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
anak-anak melalui keluarga. Pewarisan iman terjadi melalui pembaptisan sebagai
pintu masuk bagi setiap orang dalam menerima sakramen-sakramen lainnya.
Orangtua sebagai figur untuk diteladani oleh anak. Allah sebagai Bapa,
maka peran seorang ayah berpengaruh terhadap pandangan anak tentang Allah
Bapa.Ketika anak tidak mendapatkan cinta dari seorang ayah atau gambaran ayah
yang keras, kejam, pemabuk, suka memukul, memaki dan suka membatasi
kebebasan anak, maka menjadi gambaran Allah yang ia yakini.
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa dan para murid memintaNya untuk
mengajari mereka berdoa, seperti halnya Yohanes mengajari para muridnya.Yesus
mengajarkan para murid-Nya memanggil Allah sebagai “Bapa” sebagaimana
Yesus menyebut-Nya dengan sebutan Bapa (Luk. 11:1-2). Ketika Yesus berada
diatas salib, Yesus mengatakan bahwa Bunda Maria adalah Ibu bagi mereka dan
sejak saat itu para murid menerima Maria sebagai ibu (Yoh. 19:27). Yesus
menunjukkan bahwa Allah yang diimani sungguh sangat dekat. Allah
bersemayam dalam hati dan tinggal bersama kita, sehingga kita mengalami
kehadiran Allah setiap saat dalam figur seorang ayah dan seorang ibu.
Maka teladan dari orangtua berpengaruh pada anak-anak untuk dapat
menerima dan mengimani Allah yang transenden, serta menghormati Bunda
Maria. Dalam kehidupan keluarga, keteladanan seorang ayah lebih menjadi
perhatian, karena sosok ayah berpengaruh di dalam memandang Allah sebagai
Bapa yang Maha Rahim, Maha Kasih, Maha Pengampun dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Rasa Aman Untuk Mengagumi Dan Bertanya
Pada saat anak merasa aman dalam mengagumi sesuatu,dapat
menimbulkan pertanyaan yang membantu untuk berkembang, terlebih ketika
anak-anak bertanya untuk menambah wawasannya mengenai iman.
Perkembangan iman membantu anak berkembang mendekati kebaikan dan
kebenaran, kebaikan dan kebenaran dapat dicapai bila anak lebih dahulu
mengagumi segala sesuatu yang ia lihat (Soerjanto, 2007: 12).
Anak-anak memiliki sikap ingin tahu yang sangat besar. Pada saat anak
mengagumi sesuatu, maka menimbulkan banyak pertanyaan dalam pikirannya
mengenai sesuatu yang dikagumi. Maka orangtua diharapkan dapat menjalin
relasi yang personal dan fungsional dengan anak.
PPK 25 mengatakan bahwa ”Orangtua hendaknya menjalin relasi yang
bersifat personal dan fungsional, oleh karena itu dalam membangun relasi
personal orangtua menghargai kepribadian dan potensi anak dan tidak bertindak
sewenang-wenang, agar proses perkembangan kepribadian anak secara utuh dan
menyeluruh sebab orangtua sebagai pendidik dapat mengarahkan dan membina
anak, ketika anak bertanya karena merasa kagum. Kemudian melalui relasi yang
fungsional orangtua diharapkan menyadari dan melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik utama dan pertama dengan mengarahkan, membina dengan menasehati
atau keteladanan hidup.
Rasa kagum dapat berlanjut dengan aneka pertanyaan jujur yang
menuntunnya menuju kebenaran (Soerjanto, 2007: 12). Anak-anak memiliki rasa
ingin tahu yang besar, karena kagum terhadap sesuatu yang baru, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menimbulkan pertanyaan. Rasa ingin tahu mendorong anak untuk bertanya
sampai ia mendapatkan jawaban yang memuaskan. Pertanyaan anak yang polos
dan kritis, kadang sikap orangtua mengabaikan bahkan memarahi, sebab tidak
dapat menjawab. Hal ini terjadi pada Yesus ketika masih kanak-kanak. Pada saat
itu Yesus bersama dengan orangtuanya pergi ke Yerusalem merayakan paskah
orang Yahudi. Yesus bertemu dengan para alim ulama sambil mendengarkan
perkataan mereka, Yesus mengajukan banyak pertanyaan, sehingga mereka
tercengang (Luk.2:46).
Pada saat Yusuf dan Maria mencari Yesus, Ia menanyakan alasan
mengapa harus mencari-Nya. Orangtua akan melakukan hal yang sama, jika
anaknya hilang. Setelah orangtua susah mencari dan setelah menemukan
mendapat pertanyaan alasan mencari, dapat menimbulkan sikap kurang sabar
bahkan marah serta mengatakan tidak sopan. Maria sebagai seorang ibu yang
penuh kasih sayang, menyimpan semuanya dalam hati (Luk. 2:49-51).
d. Dorongan Untuk Mencintai Alam Dan Segala Isinya
Perkembangan iman mengantar anak semakin dekat dengan Allah. Anak
semakin dekat dengan Allah Sang Pencipta, pada saat anak diajarkan mencintai
dan menghargai alam dan segala isinya, terutama mahkluk-makhluk hidup
terkhusus sesama manusia (Soerjanto, 2007: 12). Orangtua mengajarkan anak
untuk mencintai sesama, maka secara tidak langsung telah mengajarkan anak
mencintai Allah yang tak terlihat (1Yoh. 4:20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Allah memberikan manusia segala tumbuh-tumbuhan, pepohonan, segala
binatang baik di darat, air maupun di udara, agar manusia dapat memenuhi
kelangsungan hidupnya. Allah menciptakan segalanya dan menempatkan manusia
dalam taman Eden. Allah menghendaki agar manusia merawat, menjaga dan
mencintai ciptaan yang diberikan-Nya itu (Kej. 1:29-30, 2:15).
Beberapa orang kudusyang akrab dan mencintai makhluk ciptaan Allah,
contohnya Santo Fransiskus dari Asisi. Orangtua dapat memperkenalkan kisah-
kisah orang kudus kepada anak-anak, sehingga anak-anak semakin mencintai
alam dan segala isinya.
4. Faktor Penyebab Gagalnya Pendidikan Iman Dalam Keluarga
Pendidikan dalam keluarga dapat terlaksana, jika relasi orangtua dan anak-
anak terjalin dengan baik. Pada saat kurangnya komunikasi antara orangtua dan
anak-anakdapat merugikan proses pendidikan. Pudjiono (2007: 5) mengatakan
beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan orangtua dalam memberikan
pendidikan iman bagi anak dalam keluarga antara lain:
a. Orangtua Kurang Menghayati Iman
Iman lahir didalam hati manusia merupakan tindakan Allah.Iman
berkembang melalui kaidah-kaidah tertentu, seperti perkembangan manusia
sendiri. Sebaliknya iman tidak bertumbuh dan berkembang, jika tidak
dipeliharamelalui Sabda Allah dan doa kehidupan setiap hari. Hidup manusia
sama halnya seperti tanaman, jika tidak diberi pupuk dan kurang mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sumber air yang cukup, maka tumbuhan menjadi kerdil bahkan mati. Demikian
halnya dengan iman (Powell, 1991: 130).
Dalam masyarakat dapat ditemukan orang katolik sejati, yang memiliki
pengetahuan mengenai iman,melainkanjuga menghayati iman yang diwujudkan
dalam tindakan nyata hidup sehari-hari, Selain itu ditemukan keluarga katolik
beriman KTP, maksudnya sebatas tanda pengenal sebagai orang katolik, tetapi
jarang pergi ke gereja dan kurang berdoa. Anak-anak memperhatikan tingkah laku
orang dewasa, sehingga ketika orangtua menyuruh anak berdoa atau pergi ke
gereja, namun orangtua sendiri tidak melakukan, maka anak mengalami kesulitan
melaksanakannya. Sebaliknya ketika orangtua menghayati imannya secara baik
dan benar,maka anak menuruti perkataan orangtua untuk mengikuti kegiatan
hidup menggereja ataupun berdoa.
b. Orangtua Mempercayakan Tanggungjawab Pada Pihak Lain
Pendidikan pertama-tama diperoleh anak didalam keluarga, sedangkan
pendidikan formal di sekolah sebagai pelengkap pendidikan yang diperoleh di
rumah dari orangtua. PPK 31 mengatakan bahwa “Pendidikan dalam keluarga
harus memperhatikan pendidikan iman dan moral katolik, karena keluarga adalah
sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik.”
Kesibukan orangtua bekerja mencari nafkah, mendorong orangtua
menyerahkan tanggungjawab mendidik anak kepada pihak lain, misalnya
pengasuh, guru agama atau lembaga sekolah, sehingga pendidikan iman anak
kurang diperhatikan. PPK 30 mengatakan bahwa “Pendidikan formal di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
cenderung menekankan kemampuan intelektual, mengakibatkan anak-anak kurang
memiliki kepekaan, solidaritas dan nilai-nilai hidup beriman.”
c. Orangtua Kurang Mendidik Anak Hidup Di Jalan Tuhan
Orangtua mengajarkan anak-anak agar taat pada orangtua, sama dengan
mengajarkan anak-anak taat kepada Allah, karena orangtua adalah gambaran
Allah yang nyata dalam keluarga (Ef. 6:1). Orangtua hendaknya mendidik anak-
anaknya dijalan Tuhan, karena Tuhan sebagai jalan dan menuntun, sehingga anak-
anak tidak menyimpang dari jalan itu (Ams. 4:11, 22:6).
Dalam kehidupan ditemukan orangtua kurang mendidik anak-anak hidup
dijalan Tuhan dan membiarkan anak-anak melakukan sesuai keinginan hatinya,
sehingga ketika anak-anak menjadi dewasa, mereka dapat melakukan hal-hal yang
kurang baik dan salah. Yesus mengatakan bahwa orangtua yang menyesatkan
pikiran anak-anak, maka lebih baik sebuah batu diikatkan pada lehernya,
kemudian ditenggelamkan ke dasar laut (Mat. 18:6, Mrk. 9:42, Luk 17:2)
misalnya, orangtua mengajarkan anak-anak mencuri, berbuat curang, menipu,
balas dendam dan perbuatan jahat lainnya. Orangtua yang salah dalam mendidik
anak-anak, maka suatu saat anak-anak menjadi duri dalam daging orangtua
sendiri, karena itulah Yesus dengan keras mengatakan orang yang salah dalam
mendidik anak lebih baik mati.
d. Perkembangan Jaman (Media) Menjauhkan Anak Dari Tuhan
Manusia jaman sekarang dari anak-anak, remaja, orang dewasa maupun
orang lanjut usiatidak dapat dipisahkan dari budaya media. Budaya media sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
merupakan hasil dari proses yang panjang dari jaman oral ke literer, kemudian ke
jaman elektronik (Iswarahadi, 2013: 36). Perkembangan media khususnya
komunikasi memiliki banyak manfaat, namun penyalahgunaan media dapat
merugikan diri sendiri maupun orang lain, karena orang dapat mengakses
informasi dari berbagai sumber dari internet.
Konsili Vatikan II menerbitkan dekrit mengenai upaya-upaya komunikasi
sosial atau Inter Mirifica. Gereja melihat bahwa media memiliki dampak positif
maupun dampak negatif, tergantung cara memanfaatkannya. Penggunaan media
tanpa dibatasi dapat menyita waktu bersama dalam keluarga terhadap pasangan
dan anak-anak. Selain itu ketika mengikuti perayaan ekaristi sibuk dengan hand
phone, sehingga tidak dapat berdoa dengan sepenuh hati.
Dirumah orangtua tidak bereaksi terhadap apa yang ditampilkan dilayar
televisi padahal anak-anak cenderung dipengaruhi oleh pesan-pesan televisi yang
mereka terima, tidak semua stasiun televisi menampilkan acara-acara yang
bersifat mendidik (Tondowidjojo, 1987: 8-9). Orangtua perlu mengontrol anak-
anak dalam menonton acara di televisi di rumah, sehingga nilai-nilai yang
ditawarkan oleh media tidak dapat menggoncangkan nilai-nilai tradisional
(agama). Kehebatan bahasa televisi dalam menyampaikan pesan-pesan sangat
diakui oleh sebab itu orangtua di tantang untuk menggunakan bahasa televisi
sebagai bahasa baru dalam mendidik iman (Iswarahadi, 2013: 82). Maka orangtua
perlu bersikap kritis pada media dan memanfaatkan media sebagai pewartaan
kepada anak-anak, misalnya menonton kartun yang mengisahkan tokoh-tokoh
dalam Kitab Suci, masa kecil Yesus, video-video katekese dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Pendidikan Iman Dalam Keluarga
Keluarga adalah tempat iman dapat bertumbuh dan berkembang, namun
suasana atau situasi dalam keluarga dapat membuat iman mengalami kesulitan
bertumbuh. Keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan dan
pendidikan anak. Yanto Raring mengatakan dalam sebuah artikel bahwa
pendidikan bagaikan sebuah bangunan dan keluarga menjadi fondasinya (Beku,
2005: 18). Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 31-33 mengatakan beberapa contoh
memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga, antara lain:
a. Doa Pribadi Dan Doa Bersama
Berdoa berarti berbicara dengan Tuhan dalam keheningan dari hati kehati.
Doa dapat dilaksanakan secara pribadi seperti dianjurkan Yesus (Mat. 6:6). Doa
bersama dan doa pribadi merupakan salah satu cara konkret memberikan
pendidikan iman kepada anak-anak. Yesus sendiri mengatakan bahwa dua atau
tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka"
(Mat. 18:20).
FC 60 mengatakan bahwa “Karena martabat dan perutusannya, maka
keluarga katolik mempunyai tanggungjawab yang khas untuk membina anak
mereka dalam doa sebab rahmat sakramen pernikahan yang telah diterima
menuntut orangtua untuk memperkenalkan kapada anak sejak dini tentang Allah.”
Orangtua dalam keluarga perlu membiasakan anak-anak berdoa, baik doa bersama
maupun doa pribadi. PPK 35.1 mengatakan bahwa “Orangtua harus memiliki
kebiasaan hidup doa yang baik, sehingga anak-anakpada awalnya hanya meniru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kebiasaan orangtua, namun sesuai dengan tahap perkembangan umur dan
pemahamannya anak-anak perlu didorong untuk mengungkapkan isi hatinya
secara spontan dalam doa.” Doa bersama dalam keluarga, misalnya doa sebelum
dan sesudah makan, doa malam, doa rosario dll.
b. Memperkenalkan Lagu-Lagu Rohani
Buku “Hatiku penuh nyanyian” (2005: 5-6) mengatakan bahwa lagu-lagu
rohani merupakan suatu pengajaran, khususnya lagu-lagu yang mengandung
ajaran-ajaran Kristiani. Lagu-lagu rohani dapat menjadi sarana pewartaan
mengenai Allah dan karya-Nya. Lagu yang tepat dan gerakkan yang pantas dalam
perayaan liturgis, membantu pertumbuhan iman anak.
Orangtua mendidik iman anak-anak dengan memperkenalkan lagu-lagu
rohani, sehingga anak-anak menghayati iman dengan hati penuh nyanyian, doa,
pujian, syukur, tobat. Orangtua dapat memperkenalkan tokoh-tokoh dalam Kitab
Suci melalui nyanyian, misalnya Bapa Abraham, Nabi Nuh, Yunus diperut ikan,
Dua belas Rasul dan sebagainya. Orang tua membantu anak-anak mengingat
nasehat dengan menggunakan lagu-lagu, misalnya hati-hati gunakan tanganmu,
cintailah sesama, dalam Yesus kita bersaudara, didalam dunia ada dua jalan dan
sebagainya. Pada saat orangtua mengajarkan anak-anakmenyanyikan lagu-lagu
rohani, maka orangtua secara tidak langsung telah berkatekese.
c. Ambil Bagian Dalam Perayaan Liturgi
Anak perlu sejak dini ikut ambil bagian dalam perayaan liturgi, terutama
dalam perayaan ekaristi, agar anak-anaksemakin mengenal dan mencintai Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Orangtua perlu memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anak, sehingga anak-
anak semakin mengenal Yesus melalui sabda dan karya dengan menjadikan Yesus
Kristus sebagai fokus utama dari semua pelajaran rohani bagi anak-anak.
(Pudjiono, 2007: 8). Ketika anak belum dapat menghayati makna perayaan yang
diikutinya,namun menjadi pembiasaan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan
hidup menggereja. Keluarga katolik diharapkan ikut serta dalam perayaan Ekaristi
Suci, khususnya pada hari Minggu dan Hari Raya dalam gereja Katolik dan bila
memungkinkan dapat melaksanakan ibadat harian bersama di rumah (FC 61).
d. Membaca Dan Merenungkan Kitab Suci
PPK 35.3 mengatakan bahwa “Kitab Suci memuat kekayaan iman yang
sangat baik dan efektif untuk mengembangkan iman anak-anak.” Orangtua katolik
perlu membacakan Kitab Suci kepada anak-anak, sehinggaanak-anak menemukan
dasar iman yaitu dan semakin mengenal Allah yang menyelamatkan manusia
dalam diri Yesus Kristus. Dalam Kitab Suci terdapat dasar iman yaitu ajaran-
ajaran Tuhan Yesus.
Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma “Iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Maka kewajiban orangtua
untuk mewartakan Kristus kepada anak-anak, dengan menceritakan kisah-kisah
dalam kitab suci menggunakan bahasa anak-anak, sehingga anak-anak semakin
tertarik mendengarkannya. Keluarga menerima tugas perutusan dari Allah
menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat, karena keluarga
merupakan pewarta iman dan pendidik yang pertama (AA 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
e. Aktif Dalam Pembinaan Iman
PPK 35.4 mengatakan bahwa “Orangtua dapat mendorong anak untuk
terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan iman sebagai usaha untuk memberikan
pendidikan iman dan menumbuhkan sikap menggereja dalam diri anak.” Hal itu
bisa dilakukan dengan mengajak untuk bergabung di Sekolah Minggu, Sekami,
PIA, PIR. Dengan demikian anak terbantu untuk memperkembangkan iman dan
dilatih untuk menghayati kebersamaan sebagai Gereja.
f. Ikut Ambil Bagian Dalam Rekoleksi, Retret Dan Ziarah
PPK 35.5 mengatakan bahwa “Rekoleksi, retret, ziarah dan lain
sebagainya merupakan salah satu metode yang dikembangkan dalam Gereja dan
menghasilkan buah-buah yang baik, agar orang terbantu menghayati imannya,
oleh karena itu Gereja megharapkan agar orangtua memberikan dorongan dan
dukungan pada anak-anaknya untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.”
6. Penerapan Pendidikan Iman Berdasarkan Tahap Perkembangan Iman
Sebelum kelahiran, orangtua telah mempersiapkan berbagai macam
keperluan lahiriah bayi, namun kurang mempersiapkan keperluan rohani.
Orangtua tidak memberikan pendidikan iman kepada anaknya sejak awal bukan
karena tidak mau melainkan karena kurang mengetahui cara yang tepat dalam
mewariskan iman kepada anak-anak (Pudjiono, 2007: 4). Tahap perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
iman anak sesuai dengan perkembangan usianya,sehinggamembantu orangtua
dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya di dalam kehidupan
sehari-hari. Tahap-tahap perkembangan iman anak sesuai usianya sebagai berikut:
a. Awal-Elementer
Tahapan ini disebut tahapan primal, karena benih iman dalam diri anak
terbentuk melalui rasa percaya terhadap orang yang merawat dan
membesarkannya. Anak memiliki rasa percaya pada orang-orang yang
mengasuhnya, sehingga menumbuhkan suatu keyakinan dalam dirinya bahwa ia
begitu dicintai dan sangat dihargai. Orangtua dapat menumbuhkan iman pada
anaknya, misalnya membelai penuh kasih sayang, mencium, menggendong,
merangkul, mengajaknya berbicara saat menyuapi atau mengganti pakaian,
menjaga dan merawatnya, karena mata si anak bertatapan dengan sang ibu dan
menatap orang-orang yang merawatnya.
b. Intuitif-Proyektif
Dalam tahapan intuitif proyektif, daya imajinasi dan dunia gambaran anak
sangat berkembang. Pada tahapan ini, figur orangtua yang baik sangat penting
bagi perkembangan iman anak, karena anak membayangkan atau menggambarkan
sosok Allah seperti tokoh-tokoh disekitarnya terutama bapa, ibu, guru agama dll.
Dalam mendidik anak, orangtua tidak perlu menyampaikan pengajaran dengan
nasehat atau kata-kata saja,melainkan mendidik anak dengan menjadi figur atau
teladan bagi anak, sehingga anak dapat melihat dan meneladani yang dilakukan.
Iman anak tahap ini diwarnai oleh rasa takut pada orang dewasa, namun
anak tetap aktif bertanya karena pikirannya dipengaruhi oleh suasana hati, simbol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, pada
tahap intuitif proyektif, orangtua dapat mengajarkan anak-anak dengan
menperkenal simbol-simbol, misalnya Salib, patung Bunda Maria, Rosario, Kitab
Suci, sikap berdoa (menutup mata dan tangan terkatup), membuat tanda salib,
mengajak bernyanyi lagu-lagu rohani dan sebagainya.
c. Mistis-Literal
Pada tahapan mistis literal, peran kelompok atau intuisi kemasyarakatan
berperan penting dalam perkembangan iman anak. Maka pengajaran paling
mengena ketika disampaikan dalam bentuk kisah-kisah. Orangtua atau pendidik
lainnya dapat mengisahkan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, para martir dan orang
kudus dalam gereja katolik, ataupun mengajak anak menonton kartun
mengisahkan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.
C. Pendidikan Moral
Moral berasal dari bahasa Latin “mos” (mores) yang berarti kebiasaan,
adat istiadat, tata cara kehidupan. Magnis Suseno (1987: 18-19) mengatakan
bahwa “Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia,
karena bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia”. Pendidikan moral adalah upaya membawa orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hidup dan berperilaku dengan baik. Hal tersebut juga disinggung dalam Kitab
Perjanjian Lama yang berbunyi: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Ams.
22:6). Gereja menyadari tugasnya mengusahakan pendidikan moral dan
keagamaan bagi anak-anak dalam keluarga katolik. Oleh karena itu, Gereja hadir
dengan kasih keprihatinan serta bantuannya yang istimewa bagi anak-anak yang
dididik dalam sekolah non-katolik sesuai dengan prinsip moral yang dianut oleh
keluarganya (GE 7).
KHK 1983 kanon 795 membicarakan mengenai pembinaan moral bagi
anak dan kaum muda isinya:
“Karena pendidikan yang sejati harus meliputi pembentukan pribadi
manusia seutuhnya yang harus memperhatikan tujuan akhir dari manusia
dan sekaligus pula kesejahteraan umum dari masyarakat, maka anak-anak
dan kaum muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat
mengembangkan bakat-bakat, fisik, moral, intelektual mereka secara
harmonis agar mereka memperoleh rasa tanggungjawab yang lebih
sempurna dan dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar dan
terbina pula untuk berperan serta secara aktif dalam kehidupan sosial”.
Moral terbagi dua yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Oleh karena itu,
orang dapat dikatakan sebagai orang baik, apabila memiliki sikap batin yang baik
dan melakukan perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan demikian moral dapat
diukur dengan tepat jika memperhatikan kedua segi tersebut (Hadiwardoyo, 1990:
113). Namun orang cenderung hanya melihat perbuatan lahiriah.
1. Makna Pendidikan Moral
Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.
Norma hukum tidak sama dengan norma moral. Norma hukum ialah norma yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tidak dibiarkan dilanggar. Orang yang melanggar pasti dikenakan hukuman
sebagai sanksi. Bisa saja orang melanggar hukum karena mendengarkan suara hati
dan karena kesadaran moral sebab hukum tidak dipakai untuk mengukur baik
buruknya seseorang sebagai manusia melainkan untuk menjamin ketertiban dalam
masyarakat (Magnis-Suseno, 1987:19). Maka orantua perlu mengajarkan nilai-
nilai moral yang baik kepada anak-anak, sehingga anak-anak bisa memahami dan
menerapkannya.
2. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Menurut L. Kohlberg
Orangtua perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan moral anak, karena
bimbingan atau pendidikan diberikan sesuai dengan tingkat usia masing-masing
anak. Tahap-tahap perkembangan moral sesuai dengan usia anak dapat membantu
orangtua dalam memberikan pendidikan moral kepada anaknya.
Lawrence Kohlberg seorang Amerika sebagai professor pendidikan dan
psikologi sosial di Universitas Harvard. Di tempat itu ia mengadakan suatu
penelitian dan memimpin banyak penelitian di bidang perkembangan moral.
Ronald Duska dan Mariellen Whelan menceritakan dalam bukunya yang berjudul
perkembangan moral bahwa Kohlberg melakukan penelitian pada 50 pria
Amerika yang berumur 10-28 tahun selama 18 tahun dengan mewawancarai
mereka setiap 3 tahun. Ia mengidentifikasikan adanya 6 sikap perkembangan yang
pada umumnya dapat dibedakan secara tegas yang disebut orientasi atau
perspektif. 6 orientasi itu menjadi dasar dari setiap tahap perkembangan moral
(Duska dan Whelan, 1982: 56).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kohlberg dalam penelitiannya menggunakan sekumpulan cerita ilustrasi,
yang membawa orang pada suatu dilema moral, salah satunya adalah cerita
ilustrasi yang dikenal sebagai dilemma Heinz, sebagai berikut:
“ Di Eropa, ada seorang wanita yang mendekati ajalnya, karena mengidap
penyakit sejenis kanker. Para dokter berpendapat bahwa hanya ada satu
macam obat yang mungkin dapat menyembuhkan penyakit tersebut. obat
itu sejenis radium hasil temuan seorang apoteker. Namun biaya pembuatan
obat tersebut sangat mahal sehingga sang apoteker melipatkan harga obat
tersebut sepuluh kali lipat dari biaya pembuatannya. Untuk membuat obat
tersebut sang apoteker mengeluarkan $200 dan untuk satu dosis kecil obat
tersebut dijual seharga $2,000. Sedangkan Heinz pergi ke semua
kenalannya untuk meminjam uang tetapi yang ia peroleh hanya $1,000
separuh dari harga obat yang ingin dibeli. Heinz mengatakan kepada sang
apoteker bahwa istrinya hampir meninggal dan membutuhkan obat itu. Ia
meminta agar sang apoteker menjualnya lebih murah atau kalau boleh
membayar kekurangannya dikemudian hari. Namun sang apoteker
mengatakan “ jangan begitu, saya sudah menemukan obat itu dan saya
ingin mendapatkan keuntungan dari hasil penemuan saya itu.” Heinz
menjadi putus harapan, dan kemudian menggedor toko orang itu dan
mencuri obat tersebut untuk istrinya”. (Duska dan Whelan,1987:58).
Kohlberg menemukan dari jawaban responden sebagai tahap-tahap
perkembangan moral. Tahap perkembangan moral anak ada tiga tingkat dan
dengan dua tahap setiap tingkatan sebagai berikut:
a. Tingkat Pra-Konvensional
Pada tingkat pra-konvensional, anak sangat peka terhadap berbagai
peraturan berlatarbelakang budaya dan penilaian baik-buruk, benar-salah, namun
mengartikannya dari sudut akibat-akibat fisik suatu tindakan yang dilakukan
(Duska dan Whelan, 1982: 60). Pada tingkat ini, terjadi pada anak-anak berusia
empat sampai sepuluh tahun. Kecenderungan utama anak dalam berinteraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dengan orang lain adalah menghindari hukuman atau mencapai maksimalisasi
kenikmatan (hedonistis). Dalam tingkat pra- konvensional ini dibagi menjadi dua
tahap yaitu:
(1) Tahap Satu: Hukuman dan ketaatan
Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak dipersoalkan terhadap
kekuasan yang lebih tinggi sedangkan nilai manusiawi tidak diperhatikan. Akibat
fisik tindakan, terlepas arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan
sifat buruk dari tindakan (Kohlberg, 1995: 81), misalnya ketika anak berusaha
keras belajar bukan karena ingin menambah ilmu, namun semata-mata supaya
mendapat nilai yang tinggi, sehingga mendapat pujian atau apresiasi dari orangtua
dan orang sekitarnya. Anak menaati suatu peraturan bukan didasarkan hormat,
melainkan menghindari suatu hukuman, misalnya anak tidak pulang sampai larut
malam bukan karena mengetahui itu kurang baik, melainkan ketika pulang ia
tidak mendapatkan hukuman dari ayahnya maupun ibunya.
(2) Tahap Dua : Relativisme-Instrumental
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara instrumental memuas-
kan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang memperalat orang lain.
Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di tempat umum atau
hubungan dagang. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis.
Kohlberg memberikan contoh: ketika kamu menggaruk punggungku, maka aku
melakukan hal yang sama (Duska dan Whelan, 1982: 60).
Pada tahap ini, anak melakukan sesuatu agar mendapatkan yang sama, ada
unsur balas budi. Kohlberg memberikan contoh lain: seorang siswa mempunyai
sebuah pekerjaan rumah dari gurunya, dia meminta kakak membantunya dan
apabila kakak membantu, dia akan membantu kakaknya membersihkan pekerjaan
rumah.
b. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau
bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, tanpa
mengindahkan akibat yang segera dan nyata, karena ketika menyimpang dari
harapan kelompok, maka akan terisolasi. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan
tatanan sosial untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan
sosial itu. Maka pada tingkat konvensional perasaan yang lebih dominan adalah
rasa takut dan malu (Duska dan Whelan,1982:60).
(3) Tahap Tiga: Kesepakatan Antara Pribadi Atau Orientasi Anak Manis
Kohlberg mengatakan bahwa perilaku yang baik adalah perilaku yang
dapat menyenangkan atau membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka.
Anak berusaha bersikap baik atau manis, agar dapat diterima dalam kelompok dan
lingkungan ia tinggal, misalnya: seorang anak terlibat aktif dalam kerja bakti di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
desanya, dengan maksud agar warga di desanya memiliki pandangan baik tentang
dirinya dengan kata lain anak mencari persetujuan dengan berprilaku baik
(Kholberg, 1995:81).
(4) Tahap Empat: Hukuman Dan Ketertiban
Pada tahap ini, orientasi terhadap otoritas, peraturan yang pasti dan
pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas,
memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial
tertentu demi tata aturan itu sendiri. Orang mendapatkan rasa hormat dengan
berperilaku menurut kewajibannya, misalnya seorang siswa mematuhi tata tertib
disekolah dengan memakai seragam lengkap dalam upacara bendera, demi
mematuhi aturan dan menghindari hukuman karena pelanggaran (Kholberg,
1995:82).
c. Tingkat Pasca-Konvensional
Pada tingkat pasca-konvensional, orang bertindak sebagai subyek hukum
dengan mengatasi hukum yang ada. Pada tahap ini, orang mulai menyadari bahwa
hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan kesejahteraan. Maka ketika
hukum tidak sesuai dengan martabat manusia, maka hukum dapat dirumuskan
kembali. Perasaan cenderung pada rasa bersalah, sehingga ukuran yang dipakai
untuk suatu keputusan moral adalah mendengarkan suara hati atau hati nurani
(Budiningsih, 2008: 30). Pada tingkat pasca-konvensional ini dibagi kedalam dua
tahap yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(5) Tahap Lima: Kontrak Sosial Legalistis
Suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada dasar legalistis dan
utilitarian. Perbuatan benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama
dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh
masyarakat, terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai-nilai dan
pendapat-pendapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk
mencapai kesepakatan (Kohlberg, 1995: 82). Maka jika hukum menghalangi
kemanusiaan, maka hukum dapat diubah (Budiningsih, 2008: 31).
(6) Tahap Enam: Prinsip Etika Universal
Pada tahap terakhir ini, orientasi terletak pada keputusan suara hati dan
pada prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis,
menyeluruh, universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan
etis. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip-prinsip universal mengenai keadilan,
timbal-balik, dan persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat terhadap
martabat manusia sebagai person individual (Kholberg, 1995:82).
Budiningsih (2008: 31) mengatakan bahwa ”Prinsip moral pada tahap ini
sangat abstrak, misalnya soal perintah Yesus tentang mencintai sesama manusia
seperti kita mencintai diri sendiri”. Kohlberg menceritakan dalamdilema Heinz:
seorang suami tidak mempunyai uang, dia mencuri untuk membeli obat demi
keselamatan nyawa istrinya dengan keyakinan menyelematkan kehidupan
seseorang merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi dari pada mencuri
(Duska dan Whelan, 1982: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3. Bentuk-Bentuk Pendidikan Moral
Orangtua melaksanakan pendidikan moral dengan melatih kepekaan anak
terhadap suara hati dan bertindak berdasarkan suara hati. PPK 36 menjelaskan
bahwa “Pendidikan moral mencakup suara hati, kebebasan, tanggung jawab dan
norma-norma moral.” Dapiyanta (2013: 1-36) juga dalam buku teologi moral
katolik menuliskan mengenai suara hati, kehendak bebas dan tanggung jawab.
PPK 36. 2 mengatakan kebebasan kehendak adalah prasyarat perbuatan moral.
Bentuk-bentuk pendidikan moral meliputi:
a. Suara hati
Suara hati adalah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya,
dimana seseorang hanya seorang diri bersama dengan Allah sehingga Allah dapat
menggemakan sapaan-Nya dalam batin manusia (GE 16). PPK 36.1 mengatakan
bahwa ”Suara hati sering disebut juga hati nurani adalah sanggar suci manusia,
tempat Allah bersemayam dalam hati manusia dan menjadi penuntun perilaku
karena suara hati mrnuntun orang pada kebenaran.” Maka hati nurani dikenal
sebagai mata hati.
Perjumpaan manusia dengan Allah dalam hati nurani merupakan peristiwa
yang penuh misteri, karena hanya Allah sendiri yang lebih mengenal hati manusia.
Oleh karena itu, perbuatan yang sifatnya melawan suara hati adalah dosa (Kieser,
1987: 112). Magnis Seseno (1987: 53) mengatakan bahwa “ Suara hati adalah
kesadaran moral dalam situasi konkret”.Norma-norma dalam kehidupan diperoleh
melalui orangtua, guru, tetangga, teman dan masyarakat,agar dapat memahami
dan berbuat kebaikan. Suara hati senantiasa mendorong untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kebaikan, namun suara hati dapat tumpul, ketika manusia melalaikan bisikan
suara hati.
1) Fungsi Suara Hati
Pada saat mengambil keputusan, membutuhkan pertimbangan, baik pikiran
maupun hati. Suara hati adalah inti dari kepribadian manusia dalam membedakan
baik dan buruk, serta mendorong kearah kebaikan. Suara hati muncul pada saat
akan melakukan suatu tindakan, baik perbuatan baik maupun buruk. Pada saat
melakukan perbuatan salah atau dosa, suara hati terus terusik dan hati merasa
tidaktenang dan tidak damai. Sebaliknya pada saat melakukan perbuatan baik atau
benar, hati merasa tenang, damai dan bahagia.
Ketika mengabaikan bisikan suara hati, menyebabkan manusia jatuh pada
konkupisensi (kecenderungan jatuh dalam dosa). Maka perlu pembinaan suara
hati.
2) Pembinaan suara hati
Pembinaan suara hati tidak sama dengan penyadaran akan
norma.Pembinaan suara hati menuntut orang untuk semakin sadar pada kondisi
individual dari hidupnya, pandangan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan,
kepentingan pribadi dan kelompok yang mengarahkan pengertian akan kondisi
sosial yang membatasi pertimbangan dan keputusan (Kieser,1987:140).
Pembinaan suara hati bagi orang beriman pertama-tama ditekankan ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
keterbukaan dan harapan hati manusia pada Allah. Suara hati dibina melalui
pengalaman hidup rohani yang disebut pembedaan Roh (Kieser, 1987: 150).
3) Kemutlakan Suara Hati
Kemutlakan tuntutan suara hati tidak berarti bahwa suara hati pasti benar,
karena yang mutlak dalam suara hati adalah tuntutan tidak menyeleweng dari
yang disadari sebagai kewajiban. Suara hati mutlak dalam arti bahwa tuntutannya
tidak dapat ditiadakan kembali oleh pertimbangan untung rugi, senang tidak
senang oleh pendapat orang lain, dan pendapat pelbagai otoritas atau oleh
perasaan kita sendiri (Magnis Suseno,1987:56-57).
b. Kebebasan Kehendak
PPK 35 mengatakan bahwa”Kebebasan kehendak adalah prasyarat
perbuatan moral’. Kebebasan itu memungkinkan orang untuk melakukan atau
mengabaikan tindakan yang baik maupun buruk. Ketika orang memiliki kehendak
bebas untuk berbuat dan bertindak berarti lepas dari tekanan dan pemaksaan.
Manusia dapat berpaling dari kebaikan, karena kehendak bebas. Kebebasan telah
rusak karena disalahartikan dengan tindakan sewenang-wenang. Manusia hanya
dapat berpaling pada kebaikan apabila ia bebas namun orang-orang yang
mendukung kebebasan dengan cara yang salah, dan cenderung mengartikan
kebebasan dengan kesewenang-wenangan untuk melakukan suatu tindakan sesuka
hati bahkan juga kejahatan, akibatnya kebebasan manusia terluka oleh dosa, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
hanya dengan berkat Allah mampu mewujudkannya secara konkret hatinya
kepada Allah (GS 17).
c. Tanggungjawab
PPK 36.3 mengatakan bahwa“Tanggung jawab sebagai keberanian
melakukan apa yang diyakini dan memikul konsekuensinya”. Dapiyanta
(2013:34) mengatakan bahwa“Tanggung jawab sebagai kemampuan seseorang
untuk memberikan tanggapan atas tindakannya”.
d. Norma Moral
Norma moral adalah tolok ukur yang digunakan dalam masyarakat untuk
mengukur kebaikan seseorang (Magnis Suseno, 1987: 19). Keluarga memberikan
pemahaman kepada anak mengenai norma-norma katolik sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan pribadi. Perkembangan moral seorang anak dipengaruhi oleh
lingkungan. Masyarakat memperngaruhi perkembangan kepribadian individu,
demikian juga dengan aspek moral pada anak (Singgih Gunarsa, 1983:61).
Orangtua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak sejak dini.
Anak sejak dini telah menerima berbagai norma dari orangtua, orang lain,
masyarakat dan guru di sekolah. Norma-norma yang diajarkan orangtua kepada
anak di rumah,misalnya, ketika seorang anak menerima sesuatu dari pastor atau
suster, orangtua mengajarkan mengucapkan terima kasih dan menerima
pemberian menggunakan tangan kanan; orangtua memberikan pakaian sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan jenis kelamin; orangtua mengajarkan sikap berjalan di depan orang yang
lebih tua.
e. Norma Moral Kristiani
Pada perjanjian lama, bangsa Israel taat pada Tradisi dan Hukum
Taurat.Orang beriman kristiani menggunakan sepuluh perintah Allah sebagai
norma moral sebagai berikut:
1) Larangan Menyembah allah-allah Lain (Kel. 20: 3.5-6, Ul. 5: 7.9-10)
Keluaran 20:3 “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku”.Teks
menegaskan kepada bangsa Israel, agar percaya pada Allah yang satu dan esa
seperti terdapat dalam syahadat para rasul.
2) Larangan Menyebut Nama Allah Dengan Tidak Hormat (Kel. 20:7, Ul. 5:11)
Allah boleh disebut dengan nama-Nya namun tidak boleh dikuasai
(Kieser, 1987: 179). Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu dengan
sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan (Kel. 20:7).Maka orang Yahudi tidak menyebut
nama YHWH dan menggantinya dengan sebutan Adonai atau Hashshem.
3) Perintah Menguduskan Hari Sabat (Kel. 20:8-11, Ul. 5:12-15)
Hari Sabat merupakan peringatan akan kemerdekaan Israel dan karya
Allah yang membebaskan (Kieser, 1987: 177). Perintah menguduskan hari Sabat
bukan semacam larangan, melainkan suatu pemberian Allah sebagai perlindungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bagi hidup manusia, terutama bagi mereka yang lemah. Allah telah bekerja selama
enam hari menciptakan bumi berserta segala isinya dan kemudian pada hari
ketujuh Ia beristirahat, dan Allah memberkati hari ketujuh dan menguduskannya,
karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah Ia
kerjakan (Kel. 1:4-31, 2:1-3).
“Janganlah melakukan pekerjaan pada hari ketujuh”, perintah untuk hari
Sabat mengenai pekerjaan dan istirahat. Allah menghendaki supaya manusia
beristirahat dari segala aktivitas/ bekerja. Perintah ini bukan sepenuhnya
beribadat, tetapi pada keseimbangan antara bekerja dan beristirahat.
Waktu beristirahat supaya lembu ataupun binatang yang digunakan
meringankan pekerjaan dapat beristirahat dan orang lain dipekerjakan dapat
melepas lelah. Oleh karena itu,hari Sabat merupakan hari kemerdekaan yang
diberikan kepada Bangsa Israel. Maka hari kemerdekaan juga berlaku bagi setiap
orang. Oleh karena itu, bagi orang Israel perayaan Hari Sabat yang semula adalah
pemberian bagi manusia yang lemah, akhirnya menjadi hari ibadat dan tuntunan
agama bagi orang Israel (Kieser, 1987: 176-177).
4) Perintah Menghormati Orangtua (Kel. 20:12; Ul. 5:16)
Buku “Kasih setia dalam suka duka”(1994: 77) mengatakan bahwa
“Menghormati dan menaati kehendak orangtua merupakan kewajiban sebagai
anak, namun setelah dewasa kewajiban anak ialah membantu dan merawat
orangtuanya.”Kewajiban tidak bersifat statis dan tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh perkembangan maupun situasi dan kondisi. Beberapa hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh anak terhadap orangtua, yaitu;
mengasihi, sikap penuh syukur dan sikap hormat pada orangtua.
Buku “Kasih setia dalam suka duka” (1994: 114) mengatakan bahwa
“Ketaatan terhadap orangtua bersifat dinamis, karena dengan perkembangan anak
yang semakin mampu menata hidup dan bersikap mandiri, sehingga keperluan
ketaatan berkurang secara proporsional.”
Perintah menghormati orangtua berlaku untuk anak kecil sampai dewasa.
Kitab Amsal menuliskan mengenai orangtua dan anak ”Siapa mengutuki ayah
atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap” dan “anak yang
menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri”
(Ams. 19:26.20:20). Kedua teks menegaskan bahwa sebagai anak kita harus
memberikan perlakuan baik kepada ibu maupun ayah, dengan menghormati dan
memberikan perlakuan baik kepada orangtua, berarti menghormati Allah, karena
orangtua merupakan gambaran Allah yang nyata dalam keluarga.
Perintah menghormati orangtua secara tidak langsung menyampaikan
kepada para orantua untuk menghormati anak-anaknya baik laki-laki maupun
perempuan. Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga 15
mengatakan bahwa “Mereka pantas untuk dihormati, sebab mereka hidup, sebab
mereka ada seperti adanya sekarang ini, dan hal ini benar mulai sejak pertama kali
mereka berada dalam kandungan. Dan memiliki ikatan mendalam yang
mempersatukan keluarga, menyoroti dasar dari kesatuan batin keluarga.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
5) Larangan Membunuh (Kel. 20:13; Ul. 5:17)
Membunuh berarti meniadakan kehidupan. Allah sebagai pemberi
kehidupan, maka Allah yang berhak mengambil kehidupan, maksudnya manusia
tidak mempunyai hak meniadakan kehidupan. Beberapa arti “membunuh”kata
Ibrani: membunuh orang atau membunuh hewan, menjatuhkan hukuman mati atau
membunuh dalam suatu perang. Membunuh sudah jelas menumpahkan darah
(Kieser, 1987: 172). Manusia dilarang membunuh, karena Allah pemberi
kehidupan dan Allah selalu melindungi ciptaan-Nya.
6) Larangan mencuri (Kel. 20:15; Ul. 5:19)
Perbuatan mencuri milik orang lain sama dengan merampas hak milik
orang yang bukan miliknya. Tindakan mencuri terjadi karena mengingini sesuatu
atau barang yang bukan milik atau hak pribadi. Larangan ini diajarkan keluarga-
keluarga kristiani kepada anak-anak, agar mampu menghargai barang milik orang
lain, sehingga ketika dewasa, tidak mencuri barang milik orang lain.
7) Larangan Bersaksi Dusta (Kel. 20:16; Ul. 5:20)
Istilah saksi dusta berasal dari lingkungan pengadilan dan hukum (Kieser,
1987: 175). Larangan mengucapkan saksi dusta untuk melindungi kepastian
hukum dan keamanan sosial. Bersaksi dusta berarti omong kosong sama dengan
berbohong. Maka orangtua mengajarkan anak-anak untuk berkata jujur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
f. Norma Moral Umum
Penilaian terhadap norma moral berbobot, karena norma moral merupakan
tolok ukur yang dipakai dalam masyarakat dalam mengukur kebaikan seseorang
(Magnis Suseno, 1987: 19). Selain norma moral kristiani, terdapat beberapa
keutamaan moral pada umumnya, antara lain:
1) Sikap Menghargai Orang Lain Dan Kehidupan
Konsili Vatikan II dalam GS 27 menekankan sikap hormat terhadap
pribadi manusia, sehingga memandang orang lain sebagai sesamanya. Orang lain
sebagai pribadi yang lain “dia adalah aku yang lain”, sehinggasemakin
menghargai orang lain, seperti kata Yesus “segala sesuatu yang dilakukan pada
orang lain, dilakukan untuk Dia, sebab Allah hadir dalam setiap pribadi kita
masing-masing, entah ia miskin atau pun kaya (Mat. 25: 40).
2) Kejujuran
Kejujuran terdapat dalam perintah Allah kedelapan (Kel. 20:16). Allah
tidak menghendaki manusia berkata dusta, karena orang tidak jujur, ibarat pedang
atau panah tajam bagi orang lain (Ams. 25:18), namun sebaliknya Allah lebih
mengasihi orang jujur (Ams. 16:13).
3) Kerendahan Hati Dan Menolong Orang Lain
Kerendahan hati berawal dari kisah penciptaan, saat manusia dibentuk dari
tanah dan akan kembali menjadi tanah (Kej 3:19). Yesus menghendaki agar
manusia belajar kelemahlembutan dan kerendahan hatiNya (Mat 11:29).
Yesusbersikap rendah hati dan menolong orang lain melalui mukjizat-mukjizat-
Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4) Penuh Cinta Dan Kasih
Hukum utama dan pertama adalah hukum kasih. Ketika seorang ahli
taurat datang mencobai Yesus, mengenai hukum mana yang paling utama dalam
Hukum Taurat, maka Yesus menjawab bahwa hukum pertama ialah mengasihi
Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, dan hukum kedua ialah
mengasihi sesama manusia sama seperti diri kita sendiri, sebab tidak ada orang
yang menyakiti dirinya sendiri (Mat. 22:37-39; Mrk. 20:30-31; Luk. 10:27; Gal
5:14; Yak. 2:8).
g. Penerapan Pendidikan Moral Berdasarkan Tahap Perkembangan Moral Anak
1) Pra-Konvensional
Pra-konvensional merupakan tingkat pada saat anak berusaha patuh, agar
tidak mendapatkan suatu hukum. Pada tahap ini, orangtua atau pendidik lainnya
diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan anak serta memiliki
kemampuan untuk memberikan pujian dan penghargaan yang tepat sebagai
sumber motivasi. Orangtua hendaknya memiliki metode tepat pada saat
menasihati anak ketika melakukan suatu kesalahan, tanpa mengeluarkan perkataan
yang menjatuhkan mental anak, misalnya Nak, jadilah anak yang tenang (kamu
jangan nakal).
2) Konvensional
Pada tingkat konvensional, anak cenderung menuruti yang diharapkan oleh
keluarga atau masyarakat. Maka menjadi anak baik, perbuatan harus diterima di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
masyarakat dan mendapat penghargaan dari orang lain, karena anak menyadari
kewajiban dalam melaksanakan norma-norma dan penting mempertahankan
norma-norma. Maka tahap ini, orangtua memberikan bimbingan dan nasehat,
agar anak tidak hanya mengejar pujian dan penghargaan, namun memberikan
motivasi agar moral baik tetap terjaga dan terus berkembang, misalnya Nak,
caramu berbicara pada orangtua sudah cukup baik, namun perlu memperhalus
ucapannya (jangan berkata kasar pada orang yang lebih tua).
3) Pasca-Konvensional
Pada tingkat ini,anak menyadari bahwa hukum merupakan kontrak sosial
demi ketertiban dan kesejahteraan. Maka ketika hukum tidak sesuai dengan
martabat manusia, maka hukum dapat dirumuskan kembali. Pada tingkat pasca-
konvensional, kata hati menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal
yang terwujud dalam tingkah laku anak, misalnya menghargai atau
memperlakukan orang lain dengan baik, agar hati atau perasaan tidak merasa
bersalah, (ditegur hati nurani).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PENELITIAN MENGENAI PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA
YANG USIA PERKAWINAN 7–15 TAHUN
DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG
Pada bab tiga penulis mengkaji tentang pelaksanaan tujuan perkawinan
mengenai pendidikan iman dan moral anak oleh orangtua katolik yang usia
perkawinannya 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong,
Keuskupan Tanjung Selor. Pada bagian pertama penulis membahas gambaran
situasi umum Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong mengenai sejarah,
situasi geografis, situasi umat meliputi mata pencarian dan kehidupan, situasi
kehidupan umat katolik terdiri dari segi ekonomi, segi pendidikan dan segi
kebudayaan serta visi, misi dan strategi. Sedangkan bagian kedua penulis
membahas mengenai penelitian tentang pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai
pendidikan iman dan moral anak. Kemudian bagian terakhir kesimpulan
penelitian dan keterbatasan penelitian.
A. Gambaran Situasi Umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong
Gambaran umum Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi:
sejarah singkat, Situasi Geografis, Situasi Umat, Mata Pencarian Umat, Visi dan
Misi diambil dari buku “Jejak langkah Keuskupan Tanjung Selor“ halaman 191-
196serta arsip data Paroki MBK Mansalong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
Sejarah Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong dikutip dari buku
“Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor,” karya Komisi Komunikasi Sosial
Keuskupan Tanjung Selor. Tahun 1977, tujuh orang Misionaris OMI mulai
berkarya di Keuskupan Samarinda wilayah Utara, yakni Paroki Tarakan dengan
Pastor Yosef Rebussi Aman Dopogon, OMI. Wilayah Keuskupan Tanjung Selor
berupa pegunungan dan sungai-sungai yang panjang sehingga para misionaris
menggunakan jalan air sebagai alternatif. Pemekaran paroki menjadi empat
paroki, yaitu Sungai Kayan, paroki Malinau, paroki Berau, dan Tarakan.
Setelah pemekaran Paroki Malinau, PastorAntonio Bocchi, OMI (Alm)
dan Pastor Mario Bartoli, OMI (Alm) pergi mengembangkan misi ke Kecamatan
Sembakung. Pada 18 Juni 1979 umat Binter menyatakan diri menjadi Katolik.
Bapak Niko Boro sebagai katekis diutus ke Binter mengadakan pendampingan
dan pembekalan bagi umat. Dalam perkembangan Pastor Antonio Bocchi, OMI
(Alm) dan para simpatisan Katolik di Binter mendapatkan tekanan dari
Pemerintah Kecamatan dan Danramil, maka Pastor Antonio Bocchi, OMI (Alm)
memilih mundur dari pelayanan pastoral sampai awal tahun 1986 (Komsos
Keuskupan Tanjung Selor, halaman 192).
Akhir tahun 1986 pelayanan pastoral dimulai lagi di wilayah Lumbis-
Sembakung. Desa Liang (Beringin) menyatakan diri masuk menjadi Katolik, yang
diketuai oleh Bapak Luda, Ladika dan Balabatu, dilayani oleh Pastor Yosef
Rebussi Aman Dopogon, OMI dari Malinau dan katekis Niko Boro, I Made Kerta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
serta Aleks Kawang (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halalaman 193).
Akhir tahun 1987, Desa Tujung diketuai Bapak Kapulin menyatakan diri
masuk katolik. Mereka menghadap Pastor Carlo Bertolini Yalai, OMI di Tarakan.
Awal 2 Februari 1987 umat Tujung dilayani Paroki Malinau. Awal tahun 1988,
Tanjung Matol diketuai oleh Bapak Gabriel (Alm) menghadap Pastor Yosef
Rebussi Aman Dopogon, OMI menyatakan diri masuk Katolik. Saat itu Bapak
Hendrik sebagai katekis. Kemudian bulan September 1988, bertambah tenaga
katekis yakni Bapak Meleanus yang ditugaskan di Lumbis-Sembakung, Stasi
Beringin, Tanjung Matol, Tujung, dan Patal.
Tahun 1989, masyarakat Suyadon diwakili oleh Bapak Bakumpul
menyatakan diri menjadi katolik. Kemudian dua Desa Sukamaju yang dipelopori
oleh Bapak Bulinti dan Jawangin (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halaman
194). Wilayah Sembakung-Lumbis umat katoliknya semakin bertambah, sehingga
wilayah pastoral semakin meluas. Pada 24 September 1989 sesuai dengan Surat
Keputusan Uskup Keuskupan Samarinda tentang pembentukan Paroki Maria
Bunda Karmel Mansalong dengan alasan: pertama, Stasi Mansalong menjadi
ibukota Kecamatan Lumbis, mempermudah urusan antara Gereja dan Pemerintah
Kecamatan. Kedua, Mansalong berdekatan dengan paroki Malinau, berada
dipertengahan stasi-stasi di wilayah hilir dan hulu sungai Sembakung.
Stasi Mansalong pada awalnya terdiri dari 3 kepala keluarga katolik yang
dilayani oleh Pastor Pancrazio di Grazia, OMI sebagai pastor paroki dan Bapak
Meleanus dan Bapak Viktor sebagai katekis. Umat semakin berkembang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sehingga fokus utama pastoral pada persiapan katekumen melalui pengajaran para
katekumen. Tahun 1993-2001,bertambah tiga pastor yakni: Pastor Nikolaus Ola
Paokuma, OMI; Pastor Tarsisius Eko Saktio,OMI; dan Pastor Simon Heru
Supriyanto, OMI serta empat katekis yakni: Bapak Nikodemus Pehan, Bapak
Risaldi, Ibu Maria, dan Bapak Marson, sehingga kegiatan-kegiatan pastoral mulai
terprogram dengan baik (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halaman 194).
Pada 29 September 2011, Stasi Mansalong bertambah tenaga pastoral dari
Kongregasi SSpS Provinsi Kalimantan, yakni: Sr. Yustina Daiman Djemumut,
SSpS; Sr. Ermilinda Agata Too, SSpS; dan Sr. Maria Fetilandia Dangur, SSpS.
Mereka membuka komunitas di Mansalong, yaitu Komunitas Santo Mikael dan
secara khusus membantu dibidang pastoral, kesehatan, dan asrama putra-putri
“Ago Onsoi”. Kemudian Sr. Ermilinda, SSpS dan Sr. Yustin, SSpS pindah
digantikan oleh Sr. Albina, SSpS; Sr. Aplonia, SSpS; dan Sr, Loys, SSpS,
sehingga komunitas St. Mikhael Mansalong beranggota empat orang (wawancara
Sr. Getrudis,SSpS).
Umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong setiap tahun semakin
bertambah dan menyebar ke berbagai desa di Kecamatan Lumbis. Umat paroki
bertambah dari baptisan baru dan pendatang berasal dari luar yang bekerja di
perusahaan-perusahaan kayu dan sawit di sekitar Wilayah Mansalong Kecamatan
Lumbis (wawancara Diakon Sebastianus Viktor Liju, Pr)
Pada tahun 2014, Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong berusia 25
tahun dengan jumlah umat 3.770 jiwa. Perkembangan paroki membawa harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bahwa Gereja lebih hidup sekaligus mempunyai tantangan ketika budaya lokal
yang sering tidak sesuai dengan arah Gereja. Tantangan ini dimaknai sebagai
proses semakin menumbuhkembangkan Gereja Mansalong demi terwujudnya
Kerajaan keselamatan-Nya (arsip paroki).
2. Situasi Geografis Paroki Mansalong
Situasi Geografis Paroki MBK Mansalong dikutip dari wawancara dengan
beberapa dewan paroki MBK Mansalong dan buku “Jejak Langkah Keuskupan
Tanjung Selor”. Paroki MBK Mansalong terletak di wilayah Kecamatan Lumbis,
Kabupaten Nunukan. Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong terletak di
sepanjang aliran Sungai Sembakung dan Kecamatan Lumbis. Pada tahun 2011
terjadi pemekaran Kecamatan di Kabupaten Nunukan, yaitu: Kecamatan Lumbis
Induk, Kecamatan Lumbis Ogong dan Kecamatan Sembakung dan terakhir adalah
Kecamatan Sembakung Atulai. Paroki MBK Mansalong memiliki stasi-stasi yang
letaknya berjauhan, sehingga petugas pastoral melayani umat dengan
mengunjungi dari stasi yang satu ke stasi lainnya (turnei) dengan menggunakan
perahu tempel.
Pelayanan pastoral pada umat di pinggir Sungai Lumbis-Sembakung
memiliki tantangan, karena harus melewati giram (arus deras berbatuan),
khususnya di stasi bagian hulu sungai (Komsos keuskupan Tanjung Selor, hal.
191-192). Oleh karena itu, petugas pastoral melakukan kunjungan ke stasi-stasi
harus menginap 5-11 hari dan waktu perjalanan ke stasi yang jauh ditempuh 10-12
jam dengan perahu tempel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3. Situasi Umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
Situasi umat paroki diperoleh dari arsip dan wawancara dengan dewan
Paroki MBK Mansalong. Umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
berjumlah 3.770 jiwa, terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) stasi sebagai berikut:
No Nama Stasi No Nama Stasi
1 Stasi St. Yohanes Tau Lumbis 17 Stasi Podong
2 Stasi St. Stefanus Panas 18 Stasi Payang
3 Stasi St. Petrus Labang 19 Stasi St. Maria Bunda Karmel
Mansalong
4 Stasi St. Yakobus Sumentobol 20 Stasi St. Yosep Base Camp
Kalampising ( Perusahan Kelapa
sawit)
5 Stasi St. Gregorius Long Bulu 21 Stasi St. Nikolaus Tanjung
Matol
6 Stasi St. Paulus Sukamaju 22 Stasi Pulau Keras
7 Stasi Ubol 23 St. Bonifasius Sabuluan
8 Stasi Bulu Mongolom 24 Stasi BHP Rayon B ( Perusahan
Kelapa sawit)
9 Stasi Tukulon 25 BHP Rayon C (Perusahan
Kelapa sawit)
10 Stasi Sta. Ana Suyadon 26 Komismar Pembibitan
(Perusahan Kelapa sawit)
11 Stasi St. Thomas Patal 27 Komismar Mambulu (Perusahan
Kelapa sawit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
12 Stasi Beringin 28 Komismar 2007 (Perusahan
Kelapa sawit)
13 Stasi St. Antonius Intin 29 Komismar Sebuluan (Perusahan
Kelapa sawit)
14 Stasi St. Benediktus Tanjung
Hulu
30 Stasi St. Yohanes Don Bosco
BHP Rayon A (Perusahan
Kelapa sawit)
15 Stasi St. Teresia Lokasi 31 Stasi Pemukiman (Tanjung
Harapan)
16 Stasi Sedongon 32 Stasi St. Eugenius Pagar
33 Stasi St. Yosep Tujung.
(berdasarkan arsip dan wawancara dewan paroki)
Mayoritas umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong adalah
suku Dayak Agabag, Tahol, dan sisanya adalah pendatang yang berasal dari luar
Kalimantan seperti Flores, Toraja, dan Jawa. Penduduk mayoritas beragama
Katolik dan Kristen Protestan dan sebagian kecil beragama muslim.
a. Mata Pencarian Umat
Mata pencarian umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
sebagai guru, pegawai, pengusaha, pedagang toko, buruh, pencari kayu gaharu
dan petani. Mayoritasumat mata pencariannya adalah bercocok tanam/bertani,
pengusaha, dan pegawai. Umat yang tinggal di dekat pusat kecamatanbekerja
sebagai pegawai dan pedagang. Sedangkan umat di stasi aliran Sungai Lumbis
dan Sembakung sehari-harinya adalah berladang, berkebun, mencari gaharu dan
buruh di perusahaan kelapa sawit. (keterangan dewan paroki).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1) Segi Ekonomi
Kehidupan ekonomisebagian besar umat di Paroki MBK Mansalong
tergolong menengah dan golongan bawah. Hal ini terlihat dari keadaan rumah
panggung yang terbuat dari kayu dengan kualitas bagus dan kualitas kurang
bagus. Umat golongan menengah bekerja sebagai pegawai, guru, pedagang dan
pengusaha. Sedangkan umat golongan bawah bekerja sebagai buruh dan petani.
2) Segi Pendidikan
Tingkat pendidikan umat Paroki MBK Mansalong sebagian besar adalah
SD, SMP, SMA, dan sebagian kecil sarjana. Tingkat sosial ekonomi umat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan umat. Pengaruh itu disebabkan karena
perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Umat yang pendapatannya lebih
tinggi dapat memberikan pendidikan lebih tinggi kepada anak-anaknya sampai ke
perguruan tinggi, sementara umat yang berpenghasilan rendah mengalami
kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat yang lebih tinggi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan antara lain: pertama,
jarak sekolah tingkat pertama dan tingkat atas letaknya jauh dari tempat tinggal,
sehingga ketika anak ingin melanjutkan SMP maupun di SMA, harus berpisah
jauh dengan orangtua dan tinggal di rumah singgah atau asrama katolik “Ago
Onsoi” bagi mereka yang beragama katolik. Anak-anak yang berpisah jauh dari
keluarga kadang tidak tahan lalu berhenti sekolah. Kemudian kekhawatiran dari
orangtua terhadap anak-anaknya yang sekolah jauh, sehingga orangtua sulit
melepaskan karena khawatir anak-anak menjadi lepas kendali dan jatuh pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pergaulan bebas. Kedua, pola pikir atau pandangan umat pada pendidikan masih
terbatas, khususnya untuk kaum perempuan, karena pendidikan yang tinggi
bukanlah hal yang penting dari pada mahar atau “purut”, sehingga tidak
mengherankan yang lebih disorot adalah perjodohan atau pernikahan. Sebagian
masyarakat lebih memilih untuk menikahkan putra putrinya dari pada
menyekolahkan, karena menikah lebih banyak keuntungan dibandingkan
sekolah.Ketika anak disekolahkan membutuhkan biaya pendidikan dan belum
tentu anak nantinya berhasil.
Kaum perempuan yang menikah kebanyakan setelah lulus SD, SMP dan
SMA, sebab mahar seorang wanita sangatlah mahal, misalnya ketika melamar
seorang wanita, maka harus memberikan tiga ekor sapi, tempayan yang harganya
bisa 100 ribu-15 jutaan (tempayan menurut harga dan jenis yang diminta), motor,
sejumlah uang dan barang-barang bermerk. Total biaya yang dikeluarkan
mencapai 40-50 juta pada saat melamar. Selain itu pihak laki-laki menanggung
biaya pesta pernikahan. Ketika mahar yang diminta tidak lunas, maka perkawinan
di gereja dapat batal atau ditunda sampai mahar dilunaskan (wawancara tokoh
umat).
3) Segi Kebudayaan
Segi kebudayaan umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong di
ambil dari buku “Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor” dan keterangan dari
tokoh-tokoh umat. Suku Dayak merupakan suku terbesar dan nenek moyang
orang Kalimantan (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, hal. 21).Umat Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Santa Maria Bunda Karmel Mansalong sebagian besar adalah suku Dayak Agabag
dan Dayak Tahol, serta sebagian kecil berasal dari luar Kalimantan. Penduduk di
sepanjang aliran sungai Sembakung dan Lumbis sebagian besar suku Dayak
Agabag dan sebagian kecil suku Dayak Tahol. Dayak Agabag adalah etnis dari
sub-suku dayak yang tersebar di Kalimantan Utara, khususnya di Kecamatan
Sembakung, Kecamatan Sembakung Atulai, Kecamatan Lumbis Induk,
Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Sebuku, Tulin Onsoi, Kabupaten
Bulungan dan Sabah ( keterangan tokoh umat).
Penduduk asli menggunakan bahasa Dayak Agabag. Kebiasaan Suku
Dayak Agabag berpesta besar-besaran sampai mabuk berhari-hari pada hari raya
Natal, Paskah, pernikahan, kematian, dan tahun baru. Pestalebih meriah pada saat
kematian dan pernikahan; kemudian puncak kemeriahan ketika pergantian tahun.
Kebiasaan pesta besar-besaran didukung tradisi minum tuak (pengasih dan ring)
dan beredarnya minuman keras dari negara tetangga. Hal ini menjadi tantangan
pastoral karena kebiasaan turun temurun sejak dahulu kala. (pengamatan penulis
dan wawancara tokoh umat).
4. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
Rumusan visi, misi dan strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel
Mansalong diperoleh dari buku “Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020”
Visi dan Misi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong sesuai dengan visi
dan misi Keuskupan, dengan alasan agar cita-cita keuskupan searah atau sejalan
dengan paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
a. Visi
Visi Paroki MBK Mansalong mengatakan bahwa ”Gereja Katolik Paroki
Santa Maria Bunda Karmel merupakan persekutuan Umat Allah yang hidup
penuh berpengharapan, yang peka dan tanggap terhadap perkembangan zaman
dan lingkungan hidup, serta mengakar pada budaya lokal demi terwujudnya
Kerajaan Allah” (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal. 1).
Visi paroki-paroki di Keuskupan Tanjung Selor diambil dari visi
Keuskupan Tanjung Selor, dengan tujuan agar memiliki arah pastoral yang sama
demi mencapai cita-cita bersama yakni Keuskupan Tanjung Selor yang mampu
mewujudkan Kerajaan Allah dalam budaya lokal. Cita-cita keuskupan menjadi
cita-cita seluruh paroki di Keuskupan Tanjung Selor.Cita-cita itu antara lain:
adanya keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja, adanya keluarga sebagai
sekolah iman, gereja yang mendampingi dan memberdayakan kaum muda, gereja
yang mampu memberdayakan ekonomi keluarga, paroki dapat membangun
kesadaran umat dalam menggunakan media komunikasi, meningkatkan kesadaran
dan usaha untuk melestarikan lingkugan hidup, paroki dapat meningkatkan
gerakan inkulturasi dan pendampingan kaum migran di setiap aspek kehidupan.
b. Misi
Misi Paroki Santa Maria Bunda Karmel diambil dari buku “Visi Misi
Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020”. Misi adalah gambaran menyeluruh agenda
yang harus dirumuskan dan menjadi langkah dalam mewujudkan visi. Paroki
MBK Mansalong memiliki misi sebagai berikut: meningkatkan keterlibatan umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dalam kehidupan menggereja, membangun keluarga sebagai sekolah iman,
mendampingi dan memberdayakan kaum muda, memberdayakan ekonomi
keluarga, membangun kesadaran umat dalam menggunakan media komunikasi,
meningkatkan kesadaran dan usaha untuk melestarikan lingkungan hidup,
meningkatkan gerakan inkulturasi, meningkatkan pendampingan kaum migran
disetiap aspek kehidupan (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal.
18-19).
c. Strategi
Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel untuk mencapai cita-cita
Keuskupan Tanjung Selor diambil dari buku “Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor
2014-2020” antara lain: mengadakan katekese tentang Gereja sebagai persekutuan
Umat Allah, menambah jumlah dan meningkatkan mutu pendamping serta
petugas liturgi dan pastoral, meningkatkan daya tarik liturgi melalui pelaksanaan
yang baik, meningkatkan pendampingan terhadap keluarga, meningkatkan
intensitas dan mutu pendampingan bagi remaja dan orang muda katolik (OMK),
mengadakan katekese tentang pentingnya pendidikan nilai dan pembangunan
karakter, memberdayakan PSE keuskupan dan paroki, memberdayakan ekonomi
rumah tangga, melalui lembaga keuangan mikro, misalnya: Credit Union (CU),
mengadakan katekese tentang penggunaan yang tepat mengenai media massa dan
alat komunikasi, meningkatkan katekese tentang keutuhan ciptaan serta
membangun jaringan untuk pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan gerakan
penanaman tanaman yang produktif, menggali dan menemukan nilai-nilai Injili
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dalam kearifan lokal, menggali sumber dana di paroki-paroki untuk mendukung
pelaksanaan misi (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal. 19-20).
B. Penelitian mengenai Pelaksanaan Tujuan Perkawinan: Pendidikan Iman
dan Pendidikan Moral bagi Anak oleh Keluarga yang Usia
Perkawinannya 7–15 Tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel
Mansalong
1. Metodologi Penelitian
Wasito (1997: 6) mengatakan bahwa “Penelitian sebagai usaha yang sistematik
untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji
kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data (informasi) yang
dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggungjawabkan
(metode ilmiah).”Untuk mengetahui pelaksanaa tujuan perkawinan dalam bidang
iman dan moral anak oleh orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di
Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong. Adapun metodologi penelitian
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Latarbelakang Penelitian
Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 31 mengatakan bahwa orangtua adalah
pendidik dan pewarta iman yang pertama dan utama bagi anak-anak,maka
pendidikan pertama kali di peroleh anak di dalam keluarga. Dalam ajaran Gereja
katolik khususnya dalam KHK 1983, Kan. 1055§ 1 mengatakan bahwa
perkawinan memiliki tiga tujuan, yakni: kesejahteraan antara pasangan suami istri
(bonum coniugum), kelahiran dan pendidikan anak (bonum prolis). Oleh karena
itu Gereja mengharapkan agar orangtua-orangtua katolik memberikan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yang cukup kepada anak khususnya di bidang iman dan bidang moral. Mereka
yang sudah menerima rahmat sakramen baptis dan berkeluarga, dihimpun oleh
Sabda dan Sakramen sebagai Gereja Rumah Tangga atau dikenal dengan istilah
“ecclesia domestica”, bertindak sebagai Ibu dan Guru (mater et magistra) seperti
Gereja semesta sendiri (FC 38).
Tugas mendidik berakar dalam panggilan suami istri untuk berperanserta
dalam karya penciptaan (FC 36). Suami istri dipanggil ikut serta dalam
menurunkan anak dan bertanggungjawab mendidik anak-anak yang dilahirkan,
agar menjadi manusia bermartabat dan berakhlak mulia. Penulis beranggapan
bahwa keluarga-keluarga katolik di Paroki Santa Maria Bunda Karmel belum
sepenuhnya melaksanakan tujuan perkawinan mengenai pendidikan anak
khusunya bidang iman dan bidang moral dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman ketika orangtua sibuk bekerja, sehingga mengalami
kesulitan dalam memberikan pendidikan kepada anak.
Penulis mengamati sebagian besar anak-anak yang awalnya terlibat aktif di
dalam kegiatan menggereja dan dididik di asrama katolik, namun mereka akhirnya
meninggalkan iman katolik ketika mempunyai pasangan yang bukan katolik atau
menikah. Hal ini menjadi alasan penulis melakukan penelitian di Paroki Santa
Maria Bunda Karmel. Alasan penulis memilih orangtua yang usia perkawinan 7–
15 tahun mengandaikan mereka telah memiliki anak usia TK, SD ataupun SMP,
sehingga penulis dapat mengetahui sejauhmana orangtua-orangtua katolik telah
melaksanakan tujuan perkawinan dan memberikan pendampingan setelah baptis
dalam pendidikan iman dan moral kepada anak-anak sejak dini, sehingga iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mereka kuat sampai dewasa dan tidak meninggalkan iman katolik pada saat
menikah dengan pasangan beragama lain.
b. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui:
1) Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong
memahami tujuan perkawinan, khususnya mengenai pendidikan iman dan
moral
2) Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di paroki Santa Maria
Bunda Karmel Mansalong melaksanakan tujuan perkawinan mengenai
pendidikan khususnya di bidang iman dan moral anak
3) Upaya yang perlu dilaksanakan, agar orangtua katolik yang usia perkawinan 7-
15 tahun di Paroki MBK Mansalong dapat melaksanakan tujuan perkawinan
c. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian, antara
lain:
1) Membantu orangtua katolik di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
dalam upaya memahami tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan
moral anak.
2) Membantu orangtua-orangtua katolik diparoki dalam upaya menjalankan
tujuan perkawinan khususnya dibidang pendidikan iman dan moral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3) Membantu orangtua menemukan model pendampingan yang tepat, agar
semakin dapat memberikan pendidikan iman dan moral yang baik kepada anak.
d. Jenis Penelitian
Sugiyono (2012: 6) mengatakan bahwa “Penelitian dapat digolongkan
menjadi 3 bagian yaitu: penelitian akademis, penelitian professional dan
penelitian institusional.” Sedangkan dari segi metode penelitian dapat
dikelompokan menjadi 9 bentuk yaitu: penelitian survey, penelitian expost facto,
penelitian eksperimen, penelitian naturalistic, policy research, evaluation
research, action research, penelitian sejarah, dan research and revelopment.
Penulis menggunakan metode penelitian survei. Metode survei adalah
metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Tujuan
utamanya mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekelompok
objek/populasi (Jamal Ma’Mur Asnani, 2011: 44). Penulis melakukan survey
langsung di lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan saat penelitian.
e. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan ditujuh stasi yang jaraknya dekat dengan
Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, yakni: Stasi Beringin, Stasi St.
Antonius Intin, Stasi St. Benediktus Tanjung Hulu, Stasi St. Teresia Lokasi, Stasi
Mansalong, Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol dan Stasi Pulau Keras.
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
f. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah orangtua-orangtua katolik yang
usia perkawinan 7–15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong,
Keuskupan Tanjung Selor. Populasi orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong
Keuskupan Tanjung Selor yang usia perkawinan 7–15 tahun menurut arsip paroki
sejumlah 333 keluarga (wawancara dewan paroki). Populasi yang di teliti
sebanyak 56 orangtua yang diambil dari tujuh stasi yang jaraknya dekat dengan
paroki MBK Mansalong. Populasi dikelompokkan menurut pendidikan sebagai
berikut: tamatan SD sebanyak 25 orangtua, tamatan SMP sebanyak 15 orangtua,
tamatan SMA sebanyak 12 orangtua dan tamatan sarjana sebanyak 4 orangtua.
Sedangkan berdasarkan pekerjaan sebagai berikut: petani sebanyak 49 orangtua,
PNS sebanyak 3 orangtua, pegawai swasta sebanyak 3 orangtua dan perawat
sebanyak 1 orangtua.
g. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting (data
dikumpulkan pada setting alamiah pada laboratorium dengan metode eksperimen)
dan sumber (pengumpulan data dengan menggunakan sumber primer atau sumber
data langsung dan sumber skunder atau sumber data tidak langsung) dan berbagai
cara(pengumpulan data dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner
(angket), observasi (pengamatan) dan gabungan dari ketiga-tiganya (Sugiyono,
2012:193–194). Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan kuisioner.
Kuesioner dapat bersifat terbuka dan tertutup. Kuisioner terbuka artinya kuisioner
yang tidak menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan, sehingga responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mempunyai kebebasan dalam memberikan jawaban. Sedangkan kuisioner tertutup
artinya kuisioner yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan yang
diberikan.
h. Variabel penelitian
Dalam melakukan penelitian ini variabel yang akan penulis teliti adalah
tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan pendidikan moral anak.
Variabel dibuat dalam penyusunan instrumen terdiri dari dua bentuk pertanyaan
yaitu pertanyaan tertutup (memilih jawaban yang sudah tersedia) dan pertanyaan
terbuka (jawaban menurut pendapat sendiri).
Jumlah responden yang diteliti sebanyak 56 orangtua dengan usia
perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
Keuskupan Tanjung Selor.
Tabel 1. Pertanyaan Tertutup
No Aspek Indikator Jumlah
Soal
No.
Soal
1 Tujuan perkawinan Tujuan perkawinan
mengenai pendidikan anak
2 1-2
2 Pendidikan iman - Alasan pentingnya
pendidikan iman untuk
anak
- Beberapa tujuan
pendidikan iman untuk
anak
- Cara memberikan
pendidikan iman dalam
keluarga
- Pendidikan iman dalam
keluarga
3
1
3
6
3,4,5
6
7,8,9
10,11,
12,13,
14,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
- Faktor pendukung
pendidikan iman dalam
keluarga
- Faktor penyebab
kegagalan memberikan
pendidikan iman di
keluarga
4
1
16,17,18,
19
20
3 Pendidikan Moral - norma moral Katolik
- pembinaan suara hati
dalam keluarga
- memberikan
pendidikan moral
dalam keluarga
7
3
4
21,22,23,
24,25,26,
27
28,29,30
31,32,33,
34
Tabel 2. Pertanyaan Terbuka
No Aspek Indikator Jumlah
Soal
No.
Soal
1 Pendidikan iman
dan pendidikan
moral
- Caramemberikan pen-
didikan iman dan moral
dalam keluarga
- Pendidikan iman dan
moral dalam keluarga
- Faktor penyebab
kegagalan memberikan
pendidikan iman dan
moral dalam keluarga
- Norma moral Katolik
1
1
1
3
35
36
37
38,
39,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian
Penulis melakukan penelitian terhadap orangtua katolik yang usia
perkawinannya 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.
Jumlah orangtua katolik yang usia perkawinannya 7-15 tahun sebanyak 333
orangtua, namun penulis mengambil sebanyak 56 orangtua karena jaraknya dekat
dengan Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, yakni: Stasi Beringin, Stasi
St.Antonius Intin, Stasi St.Benediktus Tanjung Hulu, Stasi St.Teresia Lokasi,
Stasi Mansalong, Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol dan Stasi Pulau Keras.
a. Gambaran pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan
pendidikan moral bagi anak di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong.
Setiap orangtuamempunyai cara dalam mewujudkan tujuan perkawinan,
khususnya dalam melaksanakan pendidikan iman dan moral anak. Penelitian
mengenai sejauh mana pelaksanaan tujuan perkawinan telah dilaksanakan oleh
orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong dapat dilihat
dalam tabel dan diagram lingkaran dibawah ini:
1) Tujuan Perkawinan
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
1 Apakah bapak / ibu sebagai
pasangan sudah mendidik
anak secara katolik
khususnya di bidang
pendidikan iman dan moral
sesuai dengan janji yang
diucapkan saat menikah?
a. Sudah 53 95
b. Belum 3 5
c. Tidak 0 0
d. Tidak
sama
sekali 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 53 orangtua (95%) menyatakan
sudah dan sebanyak 3orangtua(5%) menyatakan belum.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 53 orangtua (95%) telah mendidik anak secara katolik, khususnya
dibidang pendidikan iman dan moral sesuai dengan janji yang diucapkan pada saat
menikah.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
2. Apakah bapak/ibu setuju
bahwa selain melahirkan
anak, suami istri juga
mempunyai tanggungjawab
untuk memberikan
pendidikan yang layak
kepada anak yang diberikan
Tuhan agar hidup dengan
wajar dan beriman?
a. Sangat
setuju 36 64
b. Setuju 20 46
c. Kurang
setuju 0 0
d. Tidak
setuju 0 0
95%
5%
Orangtua Mendidik Anak Secara Katolik:
Iman Dan Moral
Sudah
Belum
Tidak
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 36 orangtua (64%) menyatakan
sangat setuju dan sebanyak 20 orangtua menyatakan setuju (46%).
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
seluruh (100%) orangtua mengatakan sangat setuju dan setuju bahwa orangtua
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak
mereka.
a) Pendidikan Iman
(1) Alasan Pentingnya Pendidikan Iman Untuk Anak
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
3. Apakah bapak/ibu tahu
bahwa orangtua
merupakan pendidik utama
dan pertama bagi anak
terutama yang berkaitan
dengan nilai-nilai dasar,
nilai kehidupan dan nilai
religius?
a. Tahu 47 84
b. Lupa 4 7
c. Tidak tahu 4 7
d. Mengabaikan 1 2
64%
46%
0 0
Orangtua Memberikan Pendidikan Yang Layak
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 47 orangtua (84%) menyatakan
tahu, sebanyak 4 orangtua (7%) menyatakan lupa, sebanyak 4 orangtua (7%)
menyatakan tidak tahu dan sebanyak 1 orangtua (2%) mengabaikan.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 47 orangtua (84%) mengetahui bahwa orangtua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar,
nilai kehidupan dan nilai religius.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
4. Apakah bapak/ibu sudah
mendidik anak secara katolik
sesuai dengan janji
perkawinan yang sudah
diucapkan saat menikah dan
saat membaptis anak?
a. Sudah 51 91
b. Tidak 3 5
c. Belum 2 4
d. Tidak
sama
sekali
0 0
84%
7% 7%
2%
Orangtua Sebagai Pendidik Utama Dan Pertama
Tahu
Lupa
Tidak tahu
Mengabaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 51 orangtua (91%) menyatakan
sudah, sebanyak 3 orangtua (5%) menyatakan tidak dan sebanyak 2 orangtua (4%)
menyatakan belum.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 51 orangtua (91%) telah mendidik anaknya secara katolik sesuai dengan
janji yang diucapkan saat menikah dan saat membaptis anak
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
5. Apakah bapak / ibu tahu
bahwa tugas orangtua
adalah mewartakan Kristus
kepada anaknya sejak dari
kandungan hingga dewasa,
karena keluarga adalah
sekolah nilai-nilai
kemanusiaan dan iman
katolik?
a. Tahu 51 91
b. Lupa 1 2
c. Tidak tahu 4 7
d. Mengabaikan 0 0
91%
5% 4%
Orangtua Melaksanakan Janji Perkawinan
Sudah
Tidak
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 51 orangtua (91%) menyatakan
tahu, sebanyak 1 orangtua (2%) menyatakan lupa dan 4 orangtua (7%)
menyatakan tidak tahu.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 51 orangtua (91%) mengetahui bahwa tugas orangtua untuk mewartakan
Kristus kepada anaknya sejak dari kandungan sampai dewasa, karena keluarga
adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik
(2) Tujuan Pendidikan Iman Untuk Anak
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
6. Apakah bapak / ibu
mengajarkan kepada anak
bahwa selain sebagai
Tuhan, Allah juga di sebut
sebagai Bapa?
a. Sering 45 80
b. Kadang-
kadang 6
11
c. Jarang 3 5
d. Tidak pernah 2 4
91%
2%7%
Tugas Orangtua Mewartakan Kristus
Tahu
Lupa
Tidak tahu
Mengabaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 45 orangtua (80%) menyatakan
sering, sebanyak 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 3
orangtua (5%) menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 45 orangtua (80%) sering mengajarkan kepada anaknya bahwa selain
sebagai Tuhan, Allah juga disebut sebagai Bapa.
(3) Cara Memberikan Pendidikan Dalam Keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
7. Apakah bapak/ibu sudah
mengajari anaknya untuk
berdoa pokok terutama doa-
doa pokok yang dalam
Gereja katolik, misalnya; doa
Salam Maria, Bapa Kami,
Aku percaya, Doa Tobat,
Saya mengaku dll?
a. Sering 41 73
b. Kadang-
kadang 8 14
c. Jarang 5 9
d. Tidak
pernah 2 4
80%
11%
5% 4%
Orangtua Memperkenal Tuhan Allah Sebagai Bapa
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 41 orangtua (73%) menyatakan
sering, sebanyak 8 orangtua (14%) menyatakan kadang-kadang, 5 orangtua (9%)
menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 41 orangtua (73%) sering mengajari anaknya untuk berdoa pokok
terutama doa-doa pokok yang dalam Gereja katolik, misalnya; doa Salam Maria,
Bapa Kami, Aku percaya, Doa Tobat.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
8. Apakah bapak/ibu
menceritakan kisah yang ada
dalam Kitab Suci, kisah para
martir dan orang kudus
dalam gereja katolik serta
mengajak anak untuk
menonton kartun yang
menceritakan tentang tokoh-
tokoh yang ada dalam Kitab
Suci?
a. Sering 17 30
b. Kadang-
kadang 23 41
c. Jarang 7 13
d. Tidak
pernah
9 16
73%
14%
9%4%
Orangtua Mengajarkan Doa-doa Pokok Gereja Katolik
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan
sering, sebanyak 23 orangtua (41%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua
(13%) menyatakan jarang dan 9 orangtua (16%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 17 orangtua (30%) sering menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah
para martir dan orang kudus dalam Gereja Katolik serta mengajak anak menonton
kartun tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
9. Apakah bapak/ibu sudah
menyediakan sarana yang
dapat membantu pendidikan
iman anak seperti Kitab Suci,
Patung Bunda Maria,
Rosario, buku-buku doa dan
lagu-lagu rohani?
a. Sering 37 66
b. Kadang-
kadang 11 20
c. Jarang 3 5
d. Tidak
pernah
5 9
30%
41%
13%
16%
Orangtua Menceritakan Kisah KS Dan Orang Kudus
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 37 orangtua (66%) menyatakan
sering, sebanyak 11 orangtua (20%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)
menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 37 orangtua (66%) sering menyediakan sarana untuk membantu
pendidikan iman anak seperti Kitab Suci, Patung Bunda Maria, Rosario, buku-
buku doa dan lagu-lagu rohani.
(4) Pendidikan Iman Dalam Keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
10. Sudahkah bapak/ibu
mengajak anaknya untuk
berdoa bersama dan doa
pribadi setiap hari terutama
sebelum dan setelah bangun
tidur?
a. Sering 34 61
b. Kadang-
kadang 17 30
c. Jarang 2 4
d. Tidak
pernah 3 5
66%
20%
5%9%
Orangtua Menyediakan Sarana Pendidikan Iman
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 34 orangtua (61%) menyatakan
sering, sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan kadang-kadang, 2 orangtua (4%)
menyatakan jarang dan sebanyak 3 orangtua (5%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 34 orangtua (61%) sering mengajak anaknya untuk berdoa bersama dan
doa pribadi setiap hari terutama sebelum dan setelah bangun tidur.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
11 Apakah bapak/ibu mengajari
anak untuk mengenal lagu-
lagu rohani dan mengajak
untuk ibadat atau misa di
Gereja?
a. Sering 48 85
b. Kadang-
kadang 2 4
c. Jarang 6 11
d. Tidak
pernah 0 0
61%
30%
4% 5%
Orangtua Berdoa Bersama & Doa Pribadi
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 48 orangtua (85%) menyatakan
sering, sebanyak 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 6 orangtua (11%)
menyatakan jarang.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 48 orangtua (85%) sering mengajari anak dengan mengenalkan lagu-
lagu rohani dan mengajak beribadat atau misa di Gereja.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
12 Apakah bapak/ibu mengajak
anaknya untuk berdoa
bersama sebelum makan dan
sesudah makan?
a. Sering 39 70
b. Kadang-
kadang 14 25
c. Jarang 3 5
d. Tidak
pernah 0 0
85%
4%
11%
Orangtua Mengenalkan Lagu-lagu Rohani Dan
Mengajak Ibadat
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (70%) menyatakan
sering, sebanyak 14 orangtua (25%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)
menyatakan jarang.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 39 orangtua (70%) sering mengajak anaknya berdoa bersama sebelum
makan dan sesudah makan.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
13 Apakah bapak/ibu
mendukung anaknya untuk
terlibat aktif dalam kegiatan
hidup menggereja seperti,
doa Rosario, koor,
pendalaman iman, ibadat,
SEKAMI, OMK, retret dll?
a. Sering 50 89
b. Kadang-
kadang 4 7
c. Jarang 1 2
d. Tidak
pernah 1 2
70%
25%
5%
0
Orangtua Mengajak Doa Makan Bersama
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 50 orangtua (89%) menyatakan
sering, sebanyak 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%)
menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 50 orangtua (89%) sering mendukung anaknya terlibat aktif dalam
kegiatan menggereja, seperti doa rosario, koor, pendalaman iman, ibadat,
SEKAMI, OMK, retret.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
14 Apakah bapak/ibu sering
mengajak anaknya misa
bersama-sama saat hari
minggu maupun hari raya
yang disamakan dengan hari
minggu?
a. Sering 46 82
b. Kadang-
kadang 7 13
c. Jarang 3 5
d. Tidak
pernah 0 0
89%
7%
2% 2%
Orangtua Mendukung Anak Terlibat Dalam Kegiatan
Gereja
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 46 orangtua (82%) menyatakan
sering, sebanyak 7 orangtua (13%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)
menyatakan jarang.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 50 orangtua (89%) sering mengajak anaknya misa bersama-sama saat
hari minggu maupun hari raya yang disamakan dengan hari minggu.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
15 Apakah bapak/ibu
membacakan Kitab Suci pada
anak-anaknya sebelum tidur
atau menceritakan kisah para
santo dan santa kepada
anaknya?
a. Sering 20 36
b. Kadang-
kadang 17 30
c. Jarang 7 13
d. Tidak
pernah 12 21
82%
13%5%
Orangtua Mengajak Misa Bersama
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 20 orangtua (36%) menyatakan
sering,sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua
(13%) menyatakan jarang dan 12 orangtua (21%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 20 orangtua (36%) sering membacakan Kitab Suci dan menceritakan
kisah para santo dan santa kepada anaknya sebelum tidur.
(5) Faktor Pendukung Pendidikan Iman Dalam Keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
16 Sudahkah bapak/ibu
memberikan penghargaan
yang mendalam terhadap
martabat pribadi anak serta
sungguh menghormati dan
memperhatikan hak-hak
mereka?
a. Sudah 40 71
b. Tidak
sempat 6 11
c. Belum 7 13
d. Tidak
sama
sekali
3 5
36%
30%
13%
21%
Orangtua Membacakan Kitab Suci
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan
sudah, sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan tidak sempat, 7 orangtua (13%)
menyatakan belum dan sebanyak 12 orangtua (31%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 39 orangtua (69%) telah memberikan penghargaan yang mendalam
terhadap martabat pribadi anak serta sungguh menghormati dan memperhatikan
hak-hak mereka.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
17 Apakah bapak/ibu sudah
memberikan teladan yang
baik kepada anak dengan
tidak bersikap kasar, tidak
memukul, memaki, mabuk-
mabukan dan tidak
membatasi kebebasan pribadi
anak?
a. Sudah 46 81
b. Tidak
sempat 1 2
c. Belum 7 13
d. Tidak sama
sekali 2 4
69%
13%
13%5%
Orangtua Menghormati Pribadi Anak
Sudah
Tidak sempat
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 46 orangtua (81%) menyatakan
sudah; sebanyak 1 orangtua (2%) menyatakan tidak sempat, 7 orangtua (13%)
menyatakan belum dan sebanyak 2 orangtua (4%) menyatakan tidak sama sekali.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 46 orangtua (81%) telah memberikan teladan yang baik kepada anak
dengan tidak bersikap kasar, tidak memukul, memaki, mabuk-mabukan dan tidak
membatasi kebebasan pribadi anak.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
18 Apakah bapak/ibu
membimbing anaknya
belajar ketika mendapat PR
agama dari sekolah?
a. Sering 42 75
b. Kadang-
kadang 6 11
c. Jarang 3 5
d. Tidak
pernah 5 9
81%
2%13%
4%
Orangtua Memberikan Teladan Yang Baik
Sudah
Tidak sempat
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 42 orangtua (75%) yang
menyatakan sering, sebanyak 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, 3
orangtua (5%) menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 42 orangtua (75%) sering membimbing anaknya belajar ketika
mendapat PR agama dari sekolah.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
19 Apakah bapak/ibu sudah
mengajari anak untuk
mencintai lingkungan hidup
beserta segala isinya terutama
mencintai sesama manusia
sebagaimana Allah telah
mencintai manusia?
a. Sudah 52 92
b. Tidak
sempat 0 0
c. Belum 4 7
d. Tidak
sama
sekali
0 0
75%
11%
5%
9%
Keluarga Membantu Anak Belajar
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 52 orangtua (93%) menyatakan
sudah, 4 orangtua (7%) menyatakan belum.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 52 orangtua (93%) sudah mengajari anak mencintai lingkungan hidup
beserta segala isinya terutama mencintai sesama manusia sebagaimana Allah telah
mencintai manusia.
(6) Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Memberikan Pendidikan Iman Dalam
Keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
20 Apakah bapak/ibu cenderung
mempercayakan
tanggungjawab mendidik
iman anak kepada guru
agama di sekolah?
a. Sering 29 52
b. Kadang-
kadang 16 28
c. Jarang 6 11
d. Tidak
pernah 5 9
93%
7%
Keluarga Mengajari Anak Mencintai
Lingkungan Hidup & Sesama
Sudah
Tidak sempat
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel dan diagram lingkaran di atasberdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 29 orangtua (52%) menyatakan
sering, sebanyak 16 orangtua (28%) menyatakan kadang-kadang, 6 orangtua
(11%) menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 29 orangtua (52%) sering mempercayakan tanggungjawab mendidik
iman anak kepada guru agama di sekolah.
c) Pendidikan Moral
(1) Norma Moral Katolik
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
21 Apakah bapak/ibu
mengajari anaknya untuk
percaya kepada Allah dan
tidak pergi ke dukun untuk
meminta pertolongan
misalnya berobat?
a. Sering 24 44
b. Kadang-
kadang 19 33
c. Jarang 8 14
d. Tidak pernah 5 9
52%28%
11%
9%
Orangtua Mempercayakan Tanggungjawab
Kepada Guru
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 24 orangtua (44%) menyatakan
sering; 19 orangtua (33%) menyatakan kadang-kadang; 8 orangtua (14%)
menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 24 orangtua (44%) sering mengajari anaknya percaya kepada Allah dan
tidak pernah meminta pertolongan dukun ketika sakit.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
22 Apakah bapak/ibu pergi ke
gereja setiap hari Minggu
tanpa ada paksaan serta
mengajak seluruh anggota
keluarga?
a. Sering 42 75
b. Kadang-
kadang 10 18
c. Jarang 3 5
d. Tidak pernah
1 2
44%
33%
14%
9%
Orangtua Mengajari Anak Percaya Kepada Allah
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 42 orangtua (75%) menyatakan
sering, 10 orangtua (18%) menyatakan kadang-kadang; 3 orangtua (5%)
menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 42 keluarga (75%) sering pergi ke gereja setiap hari Minggu tanpa ada
paksaan serta mengajak seluruh anggota keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
23 Apakah bapak/ibu sudah
menghormati anaknya dan
dengan demikian mereka pun
mampu menghormati orangtua
misalnya dengan tidak
menyebut secara langsung
nama orang yang lebih tua?
a. Sudah 52 92
b. Tidak
sempat 1 2
c. Belum 2 4
d. Tidak
sama
sekali
e.
1 2
75%
18%
5%
2%Ke Gereja Setiap Minggu
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 keluarga, mendapat respon sebanyak 52 keluarga (92%) menyatakan
1 keluarga (2%) menyatakan tidak sempat, 2 keluarga (4%) menyatakan belum
dan 1 keluarga (2%) menyatakan tidak sama sekali.
Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 52 keluarga (92%) telah menghormati anaknya, sehingga merekapun
mampu menghormati orangtua, misalnya tidak menyebut secara langsung nama
orang yang lebih tua.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
24 Apakah bapak/ibu
mengajari anak untuk
menghargai kehidupan
orang lain dengan tidak
berkelahi atau melakukan
tindakan kekerasan yang
dapat melukai karena itu
merupakan dosa?
a. Sudah 48 86
b. Tidak
sempat 1 2
c. Belum 4 7
d. Tidak sama
sekali 3 5
92%
2%4%
2%
Orangtua Memberi Teladan Kepada Anak
Menghormati Yang Lebih Tua
Sudah
Tidak sempat
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 keluarga, mendapat respon sebanyak 48 keluarga (86%) menyatakan
sudah, 1 keluarga (2%) menyatakan tidak sempat; 4 keluarga (7%) menyatakan
belum dan 3 keluarga (5%) menyatakan tidak sama sekali.
Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 48 keluarga (86%) telah mengajarkan anak menghargai kehidupan orang
lain, dengan tidak berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan sehingga melukai
karena itu merupakan dosa.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
25 Apakah bapak/ibu
mengajari anak bahwa
mengambil barang milik
orang lain, misalnya
mencuri buah tetangga
merupakan dosa dan
perbuatan yang tidak baik?
a. Sering 27 48
b. Kadang-
kadang 1 2
c. Jarang 4 7
d. Tidak pernah
24 43
86%
2%7%
5%
Orangtua Mengajari Anak Menghargai Kehidupan
Sudah
Tidak sempat
Belum
Tidak sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 27 orangtua (48%) menyatakan
1 orangtua (2%) menyatakan kadang-kadang; 4 orangtua (7%) menyatakan jarang
dan 24 orangtua (43%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 27 orangtua (48%) sering mengajarkan anak bahwa mengambil barang
milik orang lain, misalnya mencuri buah tetangga merupakan dosa dan perbuatan
yang tidak baik.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
26 Apakah sebagai orangtua
saya berkata jujur kepada
anak agar anak tidak belajar
berbohong?
a. Sering 35 62
b. Kadang-
kadang 4 7
c. Jarang 15 27
d. Tidak pernah
2 4
48%
2%
7%
43%
Orangtua Mengajari Anak Bahwa Mencuri Merupakan
Dosa
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 35 orangtua (62%) menyatakan
sering; 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 15 orangtua (27%)
menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%)menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 35 orangtua (62%) sering berkata jujur kepada anak dengan maksud
agar anak tidak belajar berbohong.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
27 Apakah bapak/ibu
mengingatkan kepada anak
untuk mengucapkan maaf
ketika melakukan kesalahan
dan mengucapkan terima
kasih ketika mendapatkan
sesuatu?
a. Sering 33 60
b. Kadang-
kadang 19 33
c. Jarang 3 5
d. Tidak pernah
1 2
62%7%
27%
4%
Orangtua Memberi Teladan Berkata Jujur
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 33 orangtua (60%) menyatakan
sering, 19 orangtua (33%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)
menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 33 orangtua (60%) sering mengingatkan kepada anak mengucapkan
maaf ketika melakukan kesalahan dan mengucapkan terima kasih ketika
mendapatkan sesuatu.
(2) Pembinaan Suara Hati Dalam Orangtua
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
28 Apakah bapak / ibu mengajari
anak bahwa menyontek saat
ulangan/ujian adalah perbuatan
yang salah?
a. Sering 20 36
b. Kadang-
kadang 6 11
c. Jarang 11 20
d. Tidak
pernah
19 33
60%33%
5%2%
Orangtua Mengingatkan Anak Mengucapkan Maaf
Dan Mengucapkan Terima Kasih
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 20 orangtua (36%) menyatakan
sering, 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, 11 orangtua (20%)
menyatakan jarang dan 19 orangtua (33%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 20 orangtua (36%) sering mengajarkan anak bahwa menyontek saat
ulangan adalah perbuatan yang salah.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
29 Sebagai orangtua saya
membiasakan anak untuk
tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan namun
sebaliknya mencintai
sesama.
a. Sering 38 68
b. Kadang-
kadang 11 20
c. Jarang 4 7
d. Tidak pernah 3 5
36%
11%20%
33%
Orangtua Mengajari Anak Bahwa Menyontek
Adalah Perbuatan Yang Salah
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 38 orangtua (68%) menyatakan
sering, 11 orangtua (20%) menyatakan kadang-kadang, 4 orangtua (7%)
menyatakan jarang dan 3 orangtua (5%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 38 orangtua (68%) sering membiasakan anak tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan namun sebaliknya mencintai sesama.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
30 Saya mengajari anak untuk
membantu orang yang
membutuhkan
pertolongan.
a. Sering 50 89
b. Kadang-kadang 4 7
c. Jarang 1 2
d. Tidak pernah
1 2
68%
20%
7%5%
Orangtua Mengajari Anak Mengampuni
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 50 orangtua (89%) menyatakan
sering, 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%) menyatakan
jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 50 orangtua (89%) sering mengajarkan anak membantu orang yang
membutuhkan pertolongan.
(3) Pendidikan Moral Dalam Keluarga
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
31 Sebagai orangtua saya
mengajarkan kepada
anak untuk tidak
berbohong?
a. Sering 39 69
b. Kadang-kadang 1 2
c. Jarang 9 16
d. Tidak pernah
7 13
89%
7%
2% 2%
Orangtua Mengajari Anak Membantu Orang Lain
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan
sering, 1 orangtua (2%) menyatakan kadang-kadang, 9 orangtua (16%)
menyatakan jarang dan 7 orangtua (13%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 39 orangtua (69%) sering mengajarkan anak tidak berbohong
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
32 Apakah bapak / ibu
mengajari anak untuk tidak
bertengkar dengan
temannya?
a. Sering 39 69
b. Kadang-
kadang 2 4
c. Jarang 7 13
d. Tidak pernah
8 14
69%2%
16%
13%
Orangtua mengajari untuk tidak berbohong
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan
sering, 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua (13%)
menyatakan jarang dan 8 orangtua (14%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 39 orangtua (69%) sering mengajarkan anak tidak bertengkar dengan
temannya.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
33 Apakah bapak sudah
mengajari anak untuk
berkata lembut dan rendah
hati terutama pada orang
yang lebih tua?
a. Sering 52 92
b. Kadang-
kadang 2 4
c. Jarang 1 2
d. Tidak pernah
1 2
69%4%
13%
14%
Orangtua Mengajari Anak Tidak Bertengkar
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 52 orangtua (92%) menyatakan
sering, 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%) menyatakan
jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 52 orangtua (92%) sering mengajarkan anak berkata lembut dan rendah
hati terutama pada orang yang lebih tua.
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
34 Apakah bapak / ibu sudah
memberikan teladan yang
baik kepada anak dengan
cara memanggil dengan
sopan tanpa berteriak?
a. Sering 49 87
b. Kadang-
kadang 5 9
c. Jarang 2 4
d. Tidak
pernah 0 0
92%
4%
2%2%
Orangtua Mengajari Anak Bersikap Lembut Dan
Rendah Hati
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis
terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 49 orangtua (87%) menyatakan
sering, 5 orangtua (9%) menyatakan kadang-kadang, 2 orangtua (4%) menyatakan
jarang.
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa
sebanyak 49 orangtua (87%) sering memberikan teladan yang baik kepada anak
dengan cara memanggil dengan sopan tanpa berteriak.
No Soal
35
Menurut bapak/ibu siapa pendidik utama yang seharusnya
memberikan pendidikan iman kepada anak ? Guru agama atau
orangtua ? Mengapa ?
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti,memperolehjawaban
yang dikelompokkan dalam empat jawaban, yaitu kelompok responden yang
menjawab orangtua sebanyak 28 orangtua (50%), guru agama sebanyak 5
87%
9% 4%
Orangtua Memberikan Teladan Yang Baik
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
orangtua (9%), orangtua dan guru agama sebanyak 5 orangtua (9%), serta tidak
menjawab (kosong) sebanyak 18 orangtua (32%).
Orangtua-orangtua katolik yang memberikan jawaban secara bervariasi
berdasarkan latar belakang orangtua, seperti: tingkat pendidikan, pekerjaan dan
usia perkawinan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi belum tentu mampu mendidik iman anak secara baik.
Melainkan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman tentang iman katolik.
No Soal
36 Bagaimana cara yang bapak/ibu lakukan untuk membantu
memperkembangkan iman dan moral bagi anak di dalam orangtua ?
sebutkan contohnya !
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban
beragam cara membantu memperkembangkan iman anak, antara lain: mengajak
anak misa pada hari minggu dan hari raya, melarang anak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran Yesus, menghormati orang yang lebih tua,
mendampingi anak mengerjakan PR agama, pergi ke gereja bersama mengikuti
ibadat atau misa, pergi ke lingkungan atau basis untuk berdoa bersama,
mengajarkan membuat tanda salib, mengingatkan anak setiap hari minggu pergi
ke gereja, membantu menghapalkan doa Pokok, mengajarkan untuk bersikap
sopan, dan mengajarkan untuk mencintai sesama. Kemudian cara membantu
memperkembangkan moral anak, antara lain: memanggil anak dengan suara
lembut, tidak membentak, tidak memarahi dan memukul anak, tidak bertengkar di
depan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua lebih banyak
mengajarkan mengenai iman dan moral, namun kurang memberikan teladan pada
anak. Sedangkan sebagian kecil orangtua mengajarkan dan memberikan
keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
No Soal
37 Apa saja hambatan atau kesulitan yang bapak/ibu alami dalam
memberikan pendidikan iman dan moral kepada anak ?
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban
bahwa orangtua mengalami kesulitan dan tantangan dalam mendidik iman dan
moral anak. Beberapa hambatan yang dialami orangtua ketika mendidik iman dan
moral anak, baik hambatan yang berasal dari dalam diri orangtua, anak-anak,
keadaan ekonomi dan kebudayaan/ tradisi yang kurang mendukung.
Orangtua mengungkapkan bahwa adanya keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan mereka dalam mendidik anak, yakni keterbatasan pengetahuan
mengenai iman katolik ataupun pemahaman mengenai moral iman kristiani.
Kemudian kesibukan mereka dalam pekerjaan di kantor maupun bertani/
berladang. Sedangkan Hambatan dari anak karena mereka menerima pengajaran
dari orangtua, namun kurang keteladanan dari orangtua, khususnya tradisi pesta
sampai mabuk pada acara kematian, pernikahan, tahun baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
No Soal
38 Apa yang akan bapak ibu lakukan ketika anak bertengkar dengan
temannya ? Jelaskan !
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban
beragam ketika anaknya berkelahi. Setiap orangtua tidak menghendaki anak
berkelahi dengan orang lain. Apabila hal itu terjadi, umumnya cara yang
dilakukan sebagian besar orangtua dengan memisahkan perkelahian dan
membantu menyelesaikan persoalan anak kemudian mengajak untuk berdamai.
Setelah itu orangtua menasihati anak di rumah bahwa berkelahi itu tidak baik.
No Soal
39 Apa yang akan bapak/ibu lakukan seandainya anak mengambil
barang milik orang lain (mencuri) ?
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban
berbeda-beda ketika orang tua mengetahui anak mengambil barang orang lain.
Pada umumnya sebagian besar orang tua menyuruh anak mengembalikan barang
curian tersebut serta meminta maaf. Kemudian menasihati dan memberi
pengertian bahwa mencuri itu tidak baik dan dosa. Sebagian kecil orangtua
menanggapinya dengan memarahi anak dan diberi denda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
No Soal
40 Bagaimana sikap bapak/ibu ketika melihat anaknya berkata tidak
sopan kepada orang lain?
Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban
berbeda-beda. Sebagian besar orang tua katolik merespon dengan nada yang
penuh sopan, tenang ketika melihat anaknya bersikap tidak sopan dengan orang
lain, kemudian menasehati dan memberi pengertian/mengajarkan untuk bersikap
sopan. Orangtua menyadari pentingnya menjaga perasaan anak mereka dengan
tidak menegur atau memarahi dihadapan orang banyak. Sebagian kecil orang tua
bersikap marah ketika melihat anak mereka berkata tidak sopan terhadap orang
lain.
b. Pengolahan Hasil Penelitian Pelaksanaan Tujuan Perkawinan Pendidikan Iman
Dan Moral Bagi Anak
Perkawinan katolik merupakan suatu perjanjian antara seorang laki-laki
dan seorang wanita yang ingin membentuk persekutuan seumur hidup dan
perkawinan itu memiliki beberapa tujuan yaitu: kesejahteraan suami istri,
kelahiran dan pendidikan anak (Kan. 1055§ 1). Orangtua tidak sekedar
menurunkan anak, namun mempunyai tugas memberikan pendidikan yang layak
bagi anak-anaknya. Tugas mendidik berakar dari panggilan utama suami istri
untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah (FC 36).
Konsili Vatikan II menguraikan dalam GE 3 mengatakan bahwa “Karena
telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak mereka, orangtua terikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kewajiban yang sangat berat untuk mendidik mereka, dan karena itu mereka harus
diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama anak-anak mereka.”
Oleh karena itu orangtua harus menyadari betapa pentingnya orangtua untuk
mendidik anak-anak secara katolik dalam bidang iman maupun moral sesuai
dengan tahap usia perkembangan mereka, sebab anak-anak merupakan generasi
penerus Gereja dan Negara.
Orangtua katolik mempunyai tugas untuk memberikan pendidikan
kepada anak-anak sesuai janji perkawinan yang telah mereka ikararkan untuk
mendidik anak secara katolik menyangkut pendidikan iman dan moral. Matius 18:
6 mengatakan bahwa ”Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil
ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan
diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan kedalam laut.” Ayat ini
menegaskan kepada para orangtua agar membawa anaknya kejalan yang benar
dengan memberikan pendidikan sebaik-baiknya.
(1) Hasil penelitian terhadap 56 orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong yang
telah melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak
sebagai berikut:
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah (%)
19 Apakah bapak/ibu sudah mengajari
anak untuk mencintai lingkungan
hidup beserta segala isinya
terutama mencintai sesame manusia
sebagaimana Allah telah mencintai
manusia?
Sudah 52 92
23 Apakah bapak/ibu sudah
menghormati anaknya dan dengan
demikian mereka pun mampu
menghormati orangtua misalnya
Sudah 52 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dengan tidak menyebut secara
langsung nama orang yang lebih
tua?
33 Apakah bapak sudah mengajari
anak untuk berkata lembut dan
rendah hati terutama pada orang
yang lebih tua?
Sering 52 92
4 Apakah bapak/ibu sudah mendidik
anak secara katolik sesuai dengan
janji perkawinan yang sudah
diucapkan saat menikah dan saat
membaptis anak?
Sudah
51
91
5 Apakah bapak / ibu tahu bahwa
tugas orangtua adalah mewartakan
Kristus kepada anaknya sejak dari
kandungan hingga dewasa, karena
orangtua adalah sekolah nilai-nilai
kemanusiaan dan iman katolik?
Tahu
51
91
13 Apakah bapak/ibu mendukung
anaknya untuk terlibat aktif dalam
kegiatan hidup menggereja seperti,
doa Rosario, koor, pendalaman
iman, ibadat, SEKAMI, OMK,
retret dll?
Sering 50 89
30 Saya mengajari anak untuk
membantu orang yang
membutuhkan pertolongan.
Sering 50 89
34 Apakah bapak/ibu sudah
memberikan teladan yang baik
kepada anak dengan cara
memanggil dengan sopan tanpa
berteriak?
Sering 49 87
24 Apakah bapak/ibu mengajari anak
untuk menghargai kehidupan orang
lain dengan tidak berkelahi atau
melakukan tindakan kekerasan
yang dapat melukai karena itu
merupakan dosa?
Sudah 48 86
11 Apakah bapak/ibu mengajari anak 48 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
untuk mengenal lagu-lagu rohani
dan mengajak untuk ibadat atau
misa di Gereja?
Sering
Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong,
yang telah melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik anak-anak dalam
iman dan moral katolik, sesuai dengan janji yang diucapkan pada saat perkawinan
dan membaptis anak mereka sebanyak 51 orangtua (91%) dan mengetahui bahwa
tugas orangtua mewartakan Kristus kepada anak-anak sejak dalam kandungan
sampai dewasa sebanyak 51 orangtua (91%).
Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong
yang telah melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga, misalnya
mengajarkan anak-anak untuk mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya,
terutama mencintai sesama manusia, sebagaimana Allah telah mencintai manusia
sebanyak 52 orangtua (93%); mendorong untuk mengikuti kegiatan menggereja
seperti kegiatan SEKAMI, OMK sebanyak 50 orangtua (89%); mengenal lagu-
lagu rohani dan mengajak untuk ibadat atau misa di Gereja sebanyak 48 orangtua
(85%).
Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong
yang telah melaksanakan pendidikan moral dalam keluarga, misalnya
menghormati anaknya, sehingga mereka mampu menghormati orangtua dengan
tidak menyebut secara langsung nama orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua
(92%); mengajarkan anak-anak untuk berkata lembut dan rendah hati, terutama
pada orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua (92%), mengajarkan anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan sebanyak 50 orangtua
(89%); memberikan teladan yang baik kepada anak-anak dengan cara memanggil
dengan sopan tanpa berteriak sebanyak 49 orangtua (87%); mengajarkan anak-
anak untuk menghargai kehidupan orang lain dengan tidak berkelahi atau
melakukan tindakan kekerasan yang dapat melukai karena itu merupakan dosa
sebanyak 48 orangtua (86%).
(2) Hasil penelitian terhadap 56 orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong yang
kurang melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak
sebagai berikut:
No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase
(%)
8. Apakah bapak/ibu menceritakan
kisah yang ada dalam Kitab
Suci, kisah para martir dan orang
kudus dalam gereja katolik serta
mengajak anak untuk menonton
kartun yang menceritakan
tentang tokoh-tokoh yang ada
dalam Kitab Suci?
Sering
17 30
15 Apakah bapak/ibu membacakan
Kitab Suci pada anak-anaknya
sebelum tidur atau menceritakan
kisah para santo dan santa
kepada anaknya?
Sering
20 36
28 Apakah bapak/ibu mengajari
anak bahwa menyontek saat
ulangan/ujian adalah perbuatan
yang salah?
Sering
20 36
21 Apakah bapak/ibu mengajari
anaknya untuk percaya kepada
Allah dan tidak pergi ke dukun
untuk meminta pertolongan
Sering
24 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
misalnya berobat?
25 Apakah bapak/ibu mengajari
anak bahwa mengambil barang
milik orang lain, misalnya
mencuri buah tetangga
merupakan dosa dan perbuatan
yang tidak baik?
Sering 27 48
20 Apakah bapak/ibu cenderung
mempercayakan tanggungjawab
mendidik iman anak kepada
guru agama di sekolah?
Sering
29 52
Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong
yang kurang melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga, misalnya
menceritakan kisah yang ada dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus
dalam gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan
tentang tokoh-tokoh yang ada dalam Kitab Suci sebanyak 17 orangtua (30%);
membacakan Kitab Suci pada anak-anaknya sebelum tidur atau menceritakan
kisah para santo dan santa kepada anaknya sebanyak 20 orangtua (36%).
Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong yang
kurang melaksanakan pendidikan moral anak dalam keluarga, misalnya
mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan
salah sebanyak 20 orangtua (36%); mengajarkan anak-anak untuk percaya kepada
Allah dan tidak pergi ke dukun berobat sebanyak 24 orangtua (44%) dan
mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain (mencuri buah
tetangga) merupakan dosa dan perbuatan tidak baik sebanyak 27 orangtua (48%).
Faktor penyebab kegagalan dalam memberikan pendidikan iman dan moral dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
keluarga di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong, karena sering
mempercayakan tanggungjawab mendidik iman anak kepada guru agama di
sekolah sebanyak 29 orangtua (52%).
c. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dari hasil penelitian ini.
Keterbatasan dari 56 orangtua yang menerima kuisioner. Sebagian orangtua tidak
menjawab semua pertanyaan dan menjawab setiap soal cenderung memilih
jawaban yang sifatnya positif artinya bahwa responden menjawab bukan
berdasarkan kenyataan yang dilakukan dalam keluarga, melainkan berdasarkan
pengetahuan. Kemudian keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orangtua
dalam memahami pertanyaan, sehingga beberapa orangtua tidak memberikan
jawaban atas pertanyaan.
Selain itu keterbatasan waktu untuk mengisi kuisioner, sebab jarak setiap
stasi yang berjauhan dan penulis harus mendampingi beberapa orangtua dalam
mengisi kuisioner. Kemudian penulis terlibat aktif dalam kegiatan hidup
menggereja, seperti memimpin ibadat di stasi, memimpin doa rosario setiap hari
bergiliran di setiap rumah selama bulan Rosario seta mendampingi anak SEKAMI
dan mempersiapkan serta melaksanakan temu raya OMK sedekanat Utara
Keuskupan Tanjung Selor yang dilaksanakan di Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol.
Pertanyaan kuisioner dalam penelitian masih masih dapat dikembangkan lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
agar semakin dipahami, sehingga orangtua dapat melaksanakan tujuan perkawinan
khususnya memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral bagi anak.
d. Kesimpulan Penelitian
Pendidikan iman telah dilaksanakan oleh sebagian besar orangtua di
Paroki MBK Mansalong, karena menepati janji perkawinan yang telah diucapkan
untuk mendidik anak-anak secara katolik dibidang iman dan bidang moral.
Kemudian orangtua menyadari bahwa orangtua merupakan sekolah nilai-nilai
kemanusiaan dan iman katolik. Cara orangtua dalam memberikan pendidikan
iman dengan mengajari anaknya berdoa pokok terutama doa-doa pokok dalam
gereja katolik dan mendukung anaknya terlibat aktif dalam kegiatan hidup
menggereja seperti Doa Rosario, Koor, Pendalaman Iman, Ibadat, SEKAMI, dan
lain-lain.
Faktor pendukung yang telah dilakukan oleh sebagian besar orangtua
katolik di Paroki MBK Mansalong terhadap pendidikan iman dalam orangtua
dengan mengajarkan anak mencintai lingkungan hidup beserta isinya terutama
mencintai sesama manusia sebagaimana Allah telah mencintai manusia.
Sedangkan pendidikan moral dengan memberikan teladan tidak menyebut secara
langsung nama orang yang lebih tua, memberikan pembinaan suara hati dengan
mengajarkan anak membantu orang yang membutuhkan pertolongan serta berkata
lembut dan rendah hati hati terutama kepada orang yang lebih tua.
Hal-hal yang masih kurang dilaksanakan oleh sebagian besar orangtua
katolik di Paroki MBK Mansalong terhadap pendidikan iman dalam orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
yakni menceritakan kisah yang ada dalam Kitab Suci, kisah para martir, dan orang
kudus dalam Gereja katolik serta menonton film tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.
Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman orangtua mengenai
iman dan kurang tersedianya buku-buku dan film mengenai orang-orang kudus
dan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. Selain itu orangtua kurang mengajak anak-
anak berdoa bersama sebelum dan sesudah makan dan doa pribadi setiap hari
terutama sebelum dan sesudah bangun tidur. Sedangkan pendidikan moral yang
masih kurang dilaksanakan dalam orangtua yakni menyontek saat ulangan
merupakan perbuatan yang salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP):
KATEKESE BAGI ORANGTUA KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN
7-15 TAHUN DI PAROKI MANSALONG
Paroki MBK Mansalong memiliki umat menurut arsip paroki sejumlah
3.770 jiwa. Penulis melakukan penelitian terhadap orangtua katolik yang usia
perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong untuk menemukan sejauh
mana orangtua-orangtua katolik telah melaksanakan tujuan perkawinan mengenai
pendidikan iman dan moral bagi anak-anak.
Hasil penelitian masih menemukan orangtua-orangtua katolik yang usia
perkawinan 7-15 tahun mengalami kesulitan dalam melaksanakan tujuan
perkawinan untuk memberikan pendidikan iman dan moral anak. Hal ini
disebabkan kurangnya pendampingan iman kepada pasangan yang akan menikah
ataupun pendampingan bagi orangtua-orangtua katolik yang sudah menikah.
Maka sangat dibutuhkan pendampingan iman bagi orangtua-orangtua Katolik
yang usia perkawinan 7-15 tahun, khususnya tujuh stasi yang letaknya dekat
paroki dan pada umumnya 33 stasi yang ada di Paroki MBK Mansalong.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyusun program pendampingan
orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK
Mansalong dalam bentuk katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP).
Program pendampingan dalam upaya membantu orangtua-orangtua katolik dalam
melaksanakan tujuan perkawinan, khususnya pendidikan iman dan pendidikan
moral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Penulis akan bekerjasama dengan Tim Kerasulan Orangtua Paroki yaitu
Bapak Gerardus dan Ibu Maria dalam melaksanakan program pendampingan iman
dalam bentuk katekese kepada orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-
15 tahun di Paroki MBK Mansalong. Hal ini sebagai tindak lanjut dari penelitian,
penulis memberikan pendampingan dalam bentuk katekese model SCP kepada
tim kerasulan orangtua untuk membantu orangtua-orangtua katolik di Paroki
MBK Mansalong semakin memahami dan melaksanakan tujuan perkawinan
mendidik anak-anak dalam bidang iman dan bidang moral.
A. LATAR BELAKANG PEMILIHAN PROGRAM DALAM BENTUK
KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 71 mengatakan bahwa “Pendampingan
keluarga hendaknya bersifat realistis, artinya sungguh-sungguh sesuai dengan
realitas keluarga yang didampingi, bukan berdasarkan kehendak pendamping”.
Tujuan pendampingan untuk mengarahkan keluarga menuju idealisme hidup
orangtua kristiani. Sedangkan Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 6 dikatakan
bahwa “Keluarga merupakan buah dan tanda kesuburan adikodrati Gereja, serta
memiliki ikatan yang mendalam, sehingga orangtua disebut sebagai ecclesia
domestica (Gereja Rumah-Tangga)”. Sebutan Gereja Rumah Tangga
menunjukkan bahwa keluarga adalah bentuk terkecil dari Gereja. Oleh karena itu,
orangtua-orangtua katolik diharapkan menjadi pewarta injil bagi anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, diperoleh data sebagai berikut:
1. Orangtua telah mendidik anaknya secara katolik sesuai janji yang diucapkan
saat menikah sebanyak 53 orangtua (95%).
2. Orangtua telah mengajarkan anak untuk mencintai lingkungan hidup beserta
segala isinya terutama mencintai sesama manusia sebagaimana Allah mencintai
manusia sebanyak 52 orangtua (92%).
3. Orangtua menghormati dengan demikian anakpun belajar menghormati orang
yang lebih tua dengan tidak menyebut nama orang yang lebih tua secara langsung
sebanyak 52 orangtua (92%).
4. Orangtua telah mengajarkan anak-anak untuk berkata lembut dan rendah hati
terutama pada orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua (92%).
5. Orangtua mengetahui tugas sebagai orangtua untuk mewartakan Kristus kepada
anaknya sejak dari kandungan sampai dewasa, karena menyadari bahwa keluarga
adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman Katolik sebanyak 51 orangtua
(91%).
Selain itu ditemukan orangtua-orangtua katolik yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan
pendidikan moral bagi anak. Rangkuman hasil penelitian mengenai pendidikan
iman dan pendidikan moral yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh
orangtua katolik sebagai berikut:
1. Orangtua menceritakan kisah yang dalam Kitab Suci, kisah para martir dan
orang kudus dalam gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang
menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Suci sebanyak 17 orangtua (30%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
dan orangtua membacakan Kitab Suci atau menceritakan tentang santo dan santa
kepada anak-anaknya sebelum tidur sebanyak 20 orangtua (36%). (soal nomor 8
dan 15).
2. Orangtua mengajarkan kepada anak-anak bahwa menyontek saat ulangan
adalah perbuatan yang salah sebanyak 20 orangtua (36%) orangtua. (soal nomor
28).
3. Orangtua mengajarkan kepada anak-anak untuk percaya kepada Allah dan
tidak pergi ke dukun meminta pertolongan ketika sakit sebanyak 24 orangtua
(44%). (soal nomor 21).
4. Orangtua mengajarkan anak bahwa mengambil barang milik orang lain,
misalnya mencuri buah tetangga merupakan dosa dan perbuatan yang tidak baik
sebanyak 27 orangtua (48%). (soal nomor 25).
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan orangtua-orangtua
katolik di Paroki MBK Mansalong yang mengalami kesulitan dalam memberikan
pendidikan iman dan pendidikan moral anak-anak menurut ajaran Gereja. Oleh
karena itu, model pendampingan yang tepat bagi orangtua-orangtua katolik yang
usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong dengan katekese model
Shared Christian Praxis, agar orangtua-orangtua katolik semakin mampu
mewujudkan tujuan perkawinan mendidik anak-anak dalam iman dan moral
kristiani, sesuai janji perkawinan yang diucapkan ketika menikah untuk mendidik
anak-anak secara katolik.
Katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara
anggota jemaat/kelompok, sehingga umat saling meneguhkan melalui sharing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
dalam menghayati iman secara sempurna. Share Christian Praxis (SCP)
menekankan proses katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, maksudnya
mengkonfrontasikan antara tradisi dan visi hidup umat, dengan Tradisi dan Visi
Kristiani, dalam mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Model
katekese SCP bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara
kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani (diktat PPL
PAK Paroki, halaman 14).
Praxis artinya tindakan yang sudah direfleksikan. Tindakan meliputi
seluruh keterlibatan manusia dalam dunia, segala perbuatan manusia dengan
tujuan tertentu, didukung oleh refleksi teoritis dan praktek. Praxis memiliki tiga
unsur pembentuk yang saling berkaitan, yaitu: akivitas, refleksi dan kreativitas.
Ketiga unsur berfungsi membangkitkan perkembangan imanjinasi, meneguhkan
kehendak dan mendorong praxis baru yang dapat dipertanggung-jawabkan secara
etis dan moral (diktat PPL PAK Paroki, halaman 15).
B. Usulan Program Pendampingan bagi Orangtua Katolik di Paroki Santa
Maria Bunda Karmel Mansalong
Penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa program
pendampingan katekese model Shared Christian Praxis, agar orangtua-orangtua
katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di paroki MBK Mansalong dapat saling
meneguhkan dan saling memperkaya, melalui sharing pengalaman dari masing-
masing peserta dan diteguhkan melalui sabda Tuhan, serta membangun niat dalam
melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman dan moral anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Pendampingan kepada orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan
7-15 tahun di paroki MBK Mansalong bertujuan membantu orangtua-orangtua
katolik semakin menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai orangtua dalam
memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral yang baik kepada anak-anak
yang dipercayakan Tuhan, sehingga anak-anak dapat bertumbuh dan berkembang
dalam iman akan Kristus dan Tradisi Katolik.
Sasaran dalam kegiatan katekese adalah orangtua-orangtua katolik yang
usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong.
C. Tema dan Tujuan Pendampingan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan
beberapa hal yang menjadi kesulitan orangtua-orangtua katolik dalam
melaksanakan tujuan perkawinan khusunya dalam pendidikan iman dan
pendidikan moral terdapat dalam bab IV. Hambatan dan kesulitan yang ditemukan
dalam bab IV penulis kelompokkan menjadi tiga tema yang menjadi perhatian
untuk mencapai tujuan perkawinan, yakni 1 tema pendidikan iman dan 2 tema
pendidikan moral. Tema-tema SCP berdasarkan kesulitan terbesar yang dialami
orangtua-orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong antara lain: pertama,
pendidikan moral yakni tema Allah mengasihi orang jujur, menanggapi orangtua
mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan
salah (soal nomor 28) dan tema menghargai milik orang lain, menanggapi
orangtua mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain
merupakan dosa dan perbuatan tidak baik (soal nomor 25); sedangkan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
iman yakni percaya pada Allah, menanggapi orangtua mengajarkan anak-anak
percaya kepada Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan (soal nomor
21).
Penulis, tidak membahas kesulitan paling besar mengenai menceritakan
kisah dalam Kitab Suci dan kisah para kudus (soal nomor 8 dan 15), karena
orangtua kurang memahami kitab suci dan kisah santo santa, serta kurangnya
prasarana buku dan media tokoh-tokoh Kitab Suci.
Penulis menyusun materi sesuai hasil penelitian yang menjadi kebutuhan
orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK
Mansalong. Adapun tema dan tujuan dalam usulan progam pendampingan
katekese model SCP sebagai berikut:
Pengantar: Tema SCP Dalam Pertemuan I, II, Dan III
Sebelum masuk pendalaman materi, penulis memberikan pengantar tema
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa masih ditemukan orangtua-
orangtua katolik di paroki MBK Mansalong mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak, sebagai berikut:
mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan
salah, mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain
merupakan dosa dan perbuatan tidak baik, dan mengajarkan anak-anak percaya
kepada Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Tema I: Kejujuran merupakan tindakan terpuji
Pada pertemuan pertama, penulis memilih materi tentang “Kejujuran
merupakan tindakan terpuji”, untuk membantu orangtua semakin mengetahui
bahwa kejujuran merupakan sikap terpuji dihadapan Allah, terdapat dalam Ayb.
1:1
Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai kejujuran
dalam keluarga, sehingga anak-anak semakin memiliki kebiasaan bersikap jujur
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis memilih tema “Kejujuran merupakan tindakan terpuji”, karena 20
orangtua (36%) yang telah mengajarkan kepada anak-anak bahwa menyontek saat
ulangan adalah perbuatan yang salah, berdasarkan soal nomor 28.
Tema II: Menghargai Milik Orang Lain
Pada Tema II, penulis memilih materi “Menghargai Milik Orang Lain”
untuk membantu orangtua semakin mengetahui perintah Allah kedelapan, terdapat
dalam Kel. 20:15; Ul. 5:19
Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai menghargai
milik orang lain, sehingga anak-anak semakin menghargai milik orang lain dalam
kehidupan sehari-hari.
Penulis memilih tema “Menghargai Milik Orang Lain”, karena 27
orangtua (48%) yang telah mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang
milik orang lain merupakan dosa dan perbuatan tidak baik (soal nomor 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tema III: Percaya Kepada Allah
Pada Tema III, penulis memilih materi “Percaya kepada Allah” untuk
membantu orangtua semakin mengetahui perintah Allah pertama, terdapat dalam
Kel. 20:5.5-6; Ul. 5:7.9-10
Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai iman kepada
Allah sebagai penyembuh segala penyakit, sehingga anak-anak percaya kepada
Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan ketika sakit.
Penulis memilih tema “Percaya Pada Allah”, karena 24 orangtua (44%)
yang telah mengajarkan anak-anak percaya kepada Allah dan tidak pergi ke dukun
meminta pertolongan ketika sakit (soal nomor 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
D. Matrik Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)
No Sub Tema Tujuan Langkah Materi Metode Sarana
1 Kejujuran
merupakan
tindakan
terpuji
Membantu
orangtua
semakin
menanamkan
nilai
kejujuran
dalam
keluarga,
sehingga
anak-anak
semakin
memiliki
kebiasaan
bersikap jujur
dalam
kehidupan
sehari-hari.
1. Pembukaan
a. Pengantar
b. Lagu Pembukaan: Hatiku penuh
Nyanyian (HPN) No: 82 (Bahasa
cinta)
c. Doa Pembukaan
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman
hidup peserta
3. Langkah II: Mendalami Pengalaman
Hidup Peserta
4. Langkah III: Menggali Pengalaman
Iman Kristiani
5. Langkah IV: Menerapkan Iman
Kristiani dalam Situasi Peserta
Konkrit
6. Langkah V: Mengusahakan suatu
Aksi Konkrit
7. Penutup
a. Doa Penutup
b. Lagu Penutup: KEK.No :78 (Karena
aku Kau cinta)
- Kejujuran
merupakan
tindakan
terpuji
- Sharing
pengalaman
pribadi
- Refleksi
pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
- Gambar anak
menyontek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
2 Menghargai
Milik Orang
Lain
Membantu
orangtua
semakin
menanamkan
nilai
menghargai
milik orang
lain, sehingga
anak-anak
semakin
menghargai
milik orang
lain dalam
kehidupan
sehari-hari.
1. Pembukaan
a. Pengantar
b. Lagu Pembukaan: HPN. No: 11
(Hati-hati gunakan tanganmu)
b. Doa Pembukaan
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman
hidup peserta
3. Langkah II: Mendalami Pengalaman
Hidup Peserta
4. Langkah III: Menggali Pengalaman
Iman Kristiani
5. Langkah IV: Menerapkan Iman
Kristiani dalam Situasi Peserta
Konkrit
6. Langkah V: Mengusahakan suatu
Aksi Konkrit
7. Penutup
a. Doa Penutup
b. Lagu Penutup : KEK. No : 45 (Cinta
Sesama)
Menghargai
Milik Orang
Lain
- Ceramah
- Sharing
pengalaman
pribadi
- Refleksi
pribadi
- Informasi
Tanya jawab
- Gambar
Anak
mencuri
- cerita
berjudul “
Hukuman
karena
mencuri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
3 Percaya
Kepada
Allah
Membantu
orangtua
semakin
menanamkan
nilai iman
kepada Allah
sebagai
penyembuh
segala
penyakit,
sehingga anak-
anak percaya
kepada Allah
dan tidak pergi
ke dukun
meminta
pertolongan
ketika sakit.
1. Pembukaan
a. Pengantar
b. Lagu Pembukaan: MB. No:285
(Tuhan Yesus)
c. Doa Pembukaan
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman
hidup peserta
3. Langkah II: Mendalami Pengalaman
Hidup Peserta
4. Langkah III: Menggali Pengalaman
Iman Kristiani
5. Langkah IV: Menerapkan Iman
Kristiani dalam Situasi Peserta
Konkrit.
6. Langkah V: Mengusahakan suatu
Aksi Konkrit
7. Penutup
a. Doa Penutup
b. Lagu Penutup : MB. No : 225 (Aku
Percaya)
- Ceramah
- Sharing
pengalaman
pribadi
- Refleksi
pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
- Gambar orang
sakit
- Lilin dan Salib
- Madah Bakti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
A. Gambaran Pelaksanaan Program
Proses pelaksanaan program pendampingan dilaksanakan 2 kali pertemuan
dengan 3 tema. Katekese akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan 3
tema setiap hari Sabtu dan Minggu di setiap stasi Paroki MBK Mansalong. Setiap
pertemuan selama 2 hari, dimulai hari Sabtu sore sampai malam hari, kemudian
dilanjutkan hari Minggu pagi seusai ibadat hari Minggu sampai siang hari.
Gambaran pelaksanaan program Shared Christian Praxis sebagai berikut:
pada pertemuan pertama diawali dengan perkenalan singkat dari pendamping dan
peserta, dilanjutkan lagu dan doa pembukaan, kemudian pengantar singkat
mengenai tema dan tujuan dari pendampingan selama 15 menit.
Pembahasan tema melalui 5 langkah-langkah SCP selama 60 menit,
sebagai berikut: langkah 1, mengungkapkan pengalaman hidup peserta.
Pendamping mengawalinya dengan cerita atau memperlihatkan gambar (sesuai
tema). Kemudian peserta menceritakan kembali kisah atau menanggapi gambar,
dilanjutkan sharing pengalaman peserta sesuai dengan cerita atau gambar. Setelah
itu pendamping menyampaikan kembali jawaban-jawaban dari peserta. Langkah
2, mendalami pengalaman hidup peserta. Setelah peserta mensharingkan
pengalamannya. pendamping memberikan pertanyaan untuk membantu peserta
mendalami pengalaman hidup sesuai dengan tema. kemudian pendamping
menyampaikan kembali jawaban dari peserta. Langkah 3, menggali pengalaman
iman Kristiani. Pendamping mengajak peserta membaca teks Kitab Suci,
kemudian memberikan pertanyaan sesuai teks Kitab Suci dan menghubungkannya
dengan pengalaman hidup peserta. Setelah itu pendamping menafsirkan Kitab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Suci. Langkah 4, menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit.
Pendamping menyampaikan langkah I, II dan III yang telah dilalui, kemudian
pendamping mengajak peserta untuk merenung melalui hening atau pemeriksaan
batin. Kemudian peseta mengungkapkan niat-niat konkret. Langkah 5,
Pendamping menyampaikan langkah I, II, III dan IV yang telah dilalui, kemudian
pendamping mengajak peserta menentukan niat yang akan dilaksanakan secara
pribadi maupun bersama dalam aksi konkrit. Setelah itu dilanjutkan dengan doa
permohonan, doa Bapa Kami dan Lagu penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
B. Contoh Salah Satu Pelaksanaan Program: Pendampingan Katekese Umat
Model Shared Christian Praxis (SCP).
PERTEMUAN KE III
Identitas
Tema : Percaya Pada Allah
Tujuan : Bersama pendamping, para peserta diajak semakin
percaya kepada Allah sebagai penyembuh segala
penyakit, sehingga orangtua berdoa untuk orang sakit dan
meminta imam memberikan pengurapan orang sakit.
Peserta : Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun
Tempat : Setiap stasi di Paroki MBK Mansalong
Hari/Tgl : 3- 4 Maret 2018
Waktu : 7:00 malam – selesai, seusai ibadat- selesai
Model : Shared Christian Praxis (SCP)
Metode : - Ceramah
- Sharing pengalaman pribadi
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
Sarana : - Gambar Orang Sakit
- Lilin dan Salib
- Madah Bakti
Sumber
Bahan
: - Mat. 6:15-29
- Eko Riyadi, St. (2011). “MATIUS;
A. PEMIKIRAN DASAR
Dalam kenyataan seringkali ketika umat menderita sakit yang sulit
disembuhkan, biasanya mereka meminta pertolongan kepada dukun. Umat kurang
berdoa dan meminta pastor mendoakan dan memberikan “Sakramen Pengurapan
Orang Sakit”, karena umat beranggapan bahwa sakramen pengurapan orang sakit
diterima ketika orang mengalami sakrat maut. Umat kurang berdoa memohon
pada Tuhan Sang Penyembuh segala macam penyakit. Umat lebih percaya pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
“kekuatan gaib” yang dapat menyembuhkan, sehingga ketika sakit semakin parah
dan berujung pada kematian, umat marah dan menyalahkan Tuhan, Padahal ketika
sakit, umat kurang memohon rahmat kesembuhan dari Tuhan melalui doa dan
sakramen pengurapan orang sakit. Seharusnya ketika sakit, umat berobat di
rumah sakit dan berdoa kepada Tuhan memohon rahmat kesembuhan serta
meminta pastor untuk memberikan sakramen pengurapan orang sakit.
Injil Matius 15:29-31, menampilkan Yesus yang selalu dihadapkan pada
orang-orang sakit yang memerlukan penyembuhan. Yesus melayani mereka dan
mereka pun disembuhkan. Pada zaman modern, perawatan dan penyembuhan
orang sakit (fisik dan psikis) tergantung pada profesi medis.
Pada zaman Yesus, orang sakit dapat disembuhkan dari penyakit yang
dideritanya, seseorang harus mohon pertolongan Allah. Dengan demikian apakah
‘Yang Ilahi’ tidak terlibat dalam proses penyembuhan modern? Tentu saja tetap
terlibat, karena perawatan dan penyembuhan penyakit tetap merupakan “karunia
dari Tuhan”, yang disalurkan melalui tangan-tangan, pengetahuan dan hati
manusia. Dengan demikian pelayanan para dokter, perawat dan petugas medis
lainnya adalah profesi mulia dan indah untuk melayani orang sakit. Berdoa
memohon rahmat kesembuhan, agar Tuhan senantiasa menyertai para tim medis
dan segala obat-obatan untuk memberikan kesembuhan pada orang sakit.
Sakit dan penderitaan mengakibatkan orang-orang merasa tidak aman. Hal
ini menggambarkan kerapuhan kondisi manusiawi yang dapat diserang sakit-
penyakit. Sakit mempunyai arti religius bagi orang-orang modern, yang percaya
bahwa Yesus dapat menyembuhkan “penyakit”. Oleh karena itu, sebagai umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
beriman, perlu datang kepada Yesus memohon rahmat kesembuhan melalui doa
dan dengan perantara imam menerima sakramen pengurapan orang sakit, karena
Yesus Sang Tabib Ilahi.
Melalui pertemuan ini, peserta diharapkan semakin menyadari bahwa
Yesus adalah Sang Tabib, yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
Kita datang dengan rendah hati memohonkan rahmat penyembuhan kepada-Nya
seperti orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang
lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan orang sakit lainnya. Kita
datang mohon bantuan dari Tuhan, dengan doa dan perantaraan imam, sehingga
dapat mengajarkan kepada anak-anak semakin percaya bahwa Tuhan Sang Tabib
yang dapat memberikan kesembuhan.
B. PENGEMBANGAN LANGKAH – LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Bapak ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di sini
sebagai satu orangtua seiman dalam Yesus Kristus Pada hari ini kita akan
mendalami tentang “Percaya kepada Allah” sebagai penyembuh segala macam
penyakit. Marilah kita mohonkan rahmat kesembuhan dari Tuhan untuk diri
sendiri, orangtua dan orang yang saat ini sedang menderita sakit, agar diberikan
kesembuhan dan semakin percaya pada kuasa Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
b. Lagu Pembukaan: MB. No: 285 (Tuhan Yesus)
Reff. Tuhan Yesus sembuhkanlah kami, orang buta orang congkak hati.
dari mati hidupkanlah kami, dari dosa bersihkanlah kami
Tuhan Yesus.
Tampa Yesus kita orang miskin
tanpa Yesus hati kita dingin
dengan Yesus kita amat kaya
hati kita kan bersukaria dengan Yesus (Reff)
Tampa Yesus kita ketakutan
tanpa Yesus kita tidak tahan
dengan Yesus kita akan mampu
mengalahkan kekuatan dosa dengan Yesus (Reff)
c. Tanda Salib (†)
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin
d. Doa Pembukaan
Allah Bapa penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas berkat
dan rahmat yang kami terima sepanjang hidup kami. Kini kami berkumpul di
tempat ini, bersama–sama untuk merenungkan Sabda-Mu, agar kami semakin
percaya bahwa Engkaulah sumber pengharapan sebagai pemberi kesembuhan,
ketika kami mengalami sakit. Ya Bapa, kami sebagai orangtua menyadari bahwa
terkadang kami sendiri kurang menyadari akan besar kuasa-Mu dalam melakukan
mukjizat penyembuhan pada orang sakit. Seomga melalui Sabda-Mu, kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
semakin memberikan teladan kepada anak-anak, agar menaruh harapan pada
mukjizat penyembuhan dari-Mu. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan
pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin
2. Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
a. Pendamping memperlihatkan gambar pengurapan orang sakit dan meminta
peserta menceritakan tentang gambar yang mereka lihat.
b. Penceritaan kembali dari gambar: Pendamping mengungkapkan kembali cerita
dari para peserta mengenai gambar pengurapan orang sakit.
c. Intisari mengenai orang sakit
Bapak ibu yang terkasih, kita telah melihat gambar pengurapan orang sakit di
rumah sakit. Bapak, ibu dan saudara/I yang hadir di sini, tentu pernah mengalami
yang namanya sakit, baik sakit ringan maupun sakit berat, sehingga kita harus
beristirahat untuk pemulihan kesehatan di rumah atau rumah sakit. Ketika kita
mengalami sakit, hal pertama yang kita harapkan adalah kesembuhan, agar dapat
sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
d. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami gambar
pengurapan orang sakit dengan tuntunan pertanyaan:
1) Apa yang anda lakukan ketika sakit?
2) Ceritakanlah pengalaman bapak ibu yang berhubungan gambar!
e. Suatu Contoh Arah Rangkuman
Ketika sakit, kami berobat ke rumah sakit, namun juga berobat ke dukun.
Pengalaman dalam kehidupan, kita jarang sekali meminta pastor untuk
mendoakan dan memberikan pengurapan orang sakit. Kita kurang memohon
rahmat kesembuhan dari Allah melalui doa secara pribadi maupun mendoakan
orang sakit. Kita lebih mengupayakan kesembuhan dengan berbagai alternatif
pengobatan. Kita kurang melibatkan Tuhan untuk kesembuhan, sehingga kita
mudah putus asa sakit semakin parah dan tidak dapat disembuhkan. Kita sering
mengeluh dan menyalahkan Tuhan karena tidak memberi kesembuhan.
3. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
a. Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman atau gambar dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Apa yang hendak disampaikan melalui gambar pengurapan orang sakit?
2) Apakah bapak ibu mendoakan orang sakit? Mengapa?
3) Bagaimana pengalaman bapak ibu dalam menumbuhkan iman pada anak-anak
untuk percaya Allah ketika sakit?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
arahan rangkuman singkat, misalnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Bapak ibu yang terkasih, gambar pengurapan orang sakit, hendak
menyampaikan kepada kita bahwa sebagai orang katolik hendaknya mempunyai
kepercayaan kepada Tuhan atas mukjizat penyembuhanNya.
Bapak/ ibu ada yang menjawab kurang berdoa untuk orang sakit, karena
lebih mengandalkan tenaga medis maupun non medis untuk kesembuhan. Ada
juga menjawab mendoakan orang sakit, karena percaya bahwa Yesus dalam
hidupNya banyak melakukan mukjizat kesembuhan, maka mereka percaya bahwa
Yesus dapat menyembuhkan berbagai penyakit zaman ini
Orangtua menumbuhkan iman pada anak-anak untuk percaya Allah
ketika sakit dengan berdoa, novena mohon kesembuhan, mengunjungi dan
mendoakan orang sakit serta tidak pergi ke dukun untuk berobat.
4. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Peserta diajak membacakan teks Kitab Suci, Injil Mat. 15:29-31
15:29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan
naik ke atas bukit lalu duduk di situ.
15:30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya
membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi
yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan
mereka semuanya.
15:31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang
timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka
memuliakan Allah Israel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Peserta diberi waktu hening sambil meresapkan dan merenungkan Sabda
Tuhan dan menanggapi dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Ayat-ayat manakah yang menunjukkan orang banyak datang kepada Yesus
untuk disembuhkan?
2) Apa yang Yesus ingin sampaikan lewat teks Kitab Suci ini?
a. Peserta menyebutkan ayat yang menunjukkan orang banyak datang kepada
Yesus untuk disembuhkan.
b. Pendamping memberikan tafsiran Mat. 15: 29-31 dan menghubungkannya
dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:
Matius 15:29-31, menampilkan Yesus selalu dihadapkan pada orang-
orang sakit yang memerlukan penyembuhan. Yesus melayani mereka dan mereka
pun disembuhkan. Pada zaman modern, perawatan dan penyembuhan orang sakit
(fisik dan psikis) tergantung pada profesi medis dan non medis.
Pada zaman Yesus, penyakit dapat disembuhkan dengan memohonkan
pertolongan Allah. Dengan demikian apakah ‘Yang Ilahi’ tidak terlibat dalam
proses penyembuhan modern? Tentu saja tetap terlibat, karena perawatan dan
penyembuhan penyakit tetap merupakan “karunia dari Allah”, yang disalurkan
melalui tangan-tangan, pengetahuan dan hati manusia. Dengan demikian
pelayanan para dokter, perawat dan petugas medis lainnya adalah profesi mulia
dan indah untuk melayani orang sakit. Berdoa memohon rahmat kesembuhan,
agar Tuhan senantiasa menyertai para tim medis dan segala obat-obatan untuk
memberikan kesembuhan pada orang sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Sakit dan penderitaan mengakibatkan orang-orang merasa tidak aman.
Hal ini menggambarkan kerapuhan kondisi manusiawi yang dapat diserang sakit-
penyakit. Sakit mempunyai arti religius bagi orang-orang modern, yang percaya
bahwa Yesus dapat menyembuhkan “penyakit”. Oleh karena itu, sebagai umat
beriman, perlu datang kepada Yesus memohon rahmat kesembuhan melalui doa
dan dengan perantara imam menerima sakramen pengurapan orang sakit, karena
Yesus Sang Tabib Ilahi.
5. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta Konkrit
a. Pengantar
Bapak ibu yang terkasih, dalam sharing pengalaman, kita telah
mengungkapkan pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan hidup sehari-hari
dalam kepercayaan akan kuasa Allah yang memberikan kesembuhan, sehingga
membantu anak-anak semakin percaya akan kuasa Allah yang menyembuhkan
orang sakit. Gambar pengurapan orang sakit memyampaikan kita sebagai manusia
tentu pernah mengalami jatuh sakit, baik sakit ringan maupun sakit berat. Ketika
sakit, orang pasti mengharapkan kesembuhan, dengan berdoa mohon rahmat
penyembuhan dari Allah. Kita meyakini kuasa Allah yang menyembuhkan,
sehingga membangkitkan iman kepercayaan pada Allah bagi anak-anak.
Bahan refleksi/ pemeriksaan batin, agar kita semakin menyadari
pentingnya membangun kepercayaan akan kuasa Allah yang memberikan
mukjizat penyembuhan. Marilah kita melihat situasi konkrit di sekitar dengan
merenungkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
1. Dalam ayat 30 dikisahkan bahwa orang banyak berbondong-bondong datang
kepada Yesus membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, dan orang-
orang sakit lainnya untuk disembuhkan, apakah sebagai orangtua kita sudah
memberi teladan kepada anak-anak untuk percaya pada campur tangan Allah
dalam menyembuhkan melalui doa-doa ? instrument.
2. Apakah kita sudah membiasakan anak-anak untuk mendoakan orang sakit ?
Instrument.
3. Apakah kita lebih percaya pada dukun dari pada kepada Allah? Instrument.
b. Saat hening, musik instrument dibunyikan untuk mengiringi renungan pribadi
akan pesan Injil sesuai dengan situasi konkrit peserta sebagai orangtua. Lalu
peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan isi renungannya. Kemudian
pendamping akan memberikan arahan sesuai dengan hasil renungan pribadi.
c. Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta
Bapak ibu yang terkasih, terkadang ketika mengalami sakit, kita kurang
mempercayakan pada rahmat kesembuhan dari Tuhan dan lebih mengandalkan
pengobatan yang dilakukan baik secara medis maupun non medis (alternatif). kita
dapat belajar dari orang banyak yang datang kepada Yesus membawa orang
lumpuh, orang timpang, orang buta, dan orang-orang sakit lainnya untuk
disembuhkan, sehingga kita sebagai orangtua dapat memberikan teladan kepada
anak-anak untuk percaya pada campur tangan Allah dalam menyembuhkan
melalui doa dan penumpangan tangan pastor melalui pengurapan orang sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
6. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit
a. Pengantar
Bapa ibu yang terkasih, setelah kita mendalami bersama-sama pengalaman
hidup melalui gambar dan pengalaman konkrit kita yang disatukan dalam Sabda
Allah melalui Injil Matius. Dengan demikian kita dapat melihat betapa besar
kuasa Allah menyembuhan berbagai penyakit.
b. Memikirkan niat dan bentuk keterlibatan untuk mendoakan orang sakit.
Berikut ini adalah pertanyaan penuntun membantu peserta membuat niat-niat:
1) Niat konkret apa yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan iman
kepercayaan akan kuasa Allah yang menyembuhkan, sehingga anak-anak semakin
percaya kepada Allah bukan dukun ketika sakit?
2) Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat itu?
c. Selanjutnya peserta mengungkapkan niat-niat pribadi agar saling meneguhkan.
d. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan
bersama guna menentukan niat bersama yang konkrit, yang dapat segera
diwujudkan agar memiliki kebiasaan untuk berdoa bersama dalam orangtua.
e. Pendamping menyalakan lilin yang sudah dipersiapkan, kemudian mengajak
peserta berdoa secara spontan untuk orang sakit sebagai permohonan kepada
Tuhan yang dapat memberikan kesembuhan dari berbagai penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI
PENUTUP
Pada bab penutup, penulis memaparkan rangkuman isi bab-bab
sebelumnya, yaitu gagasan penting sebagai kesimpulan dari skripsi, yang
ditujukan kepada orangtua-orangtua katolik, para tenaga pastoral dan ketua stasi.
Penulis memberikan saran dan usulan bagi Pastor Paroki, Tim Kerasulan
Orangtua, Ketua Stasi, dan Orangtua-Orangtua Katolik untuk bekerjasama dalam
mewujudkan tujuan perkawinan, yakni pendidikan di bidang iman dan moral.
A. KESIMPULAN
Perkawinan menurut ciri kodratinya memiliki tiga tujuan, yaitu
kesejahteraan suami istri (bonum coniugum) dan kelahiran serta pendidikan anak
(bonum prolis). Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk
berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Hak maupun kewajiban orangtua
dalam mendidik anak-anak bersifat hakiki, pertama dan utama karena
keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua anak. Maka orangtua adalah
pendidik utama dan pertama bagi putra-putrinya terutama berkaitan dengan nilai-
nilai dasar, nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai religius. Pendidikan anak
mencakup banyak hal, namun akan difokuskan mengenai pendidikan iman dan
pendidikan moral dalam keluarga.
Pendidikan iman adalah usaha membantu dan mempermudah
perkembangan iman seseorang, sehingga benih-benih iman yang ditaburkan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
dalam dirinya dapat bertumbuh menuju kedewasaan iman. Iman berasal dari
pendengaran dan pendengaran berasal dari pewartaan sabda dan karya Kristus
(Rom. 10:17). Oleh karena itu, tugas orangtua adalah mewartakan Kristus kepada
anak-anak mereka sejak dari kandungan sampai dewasa. PPK 31 mengatakan
bahwa “Pendidikan dalam orangtua harus memperhatikan pendidikan iman dan
pendidikan moral katolik, karena orangtua adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan
dan iman katolik”.
Hasil penelitian penulis terhadap 56 orangtua katolik yang usia
perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong
menemukan orangtua-orangtua katolik yang telah mendidik anak-anak secara
katolik dengan cara mengajarkan: mencintai lingkungan hidup beserta segala
isinya, terutama mencintai sesama; menghormati orang yang lebih tua dengan
tidak menyebut nama secara langsung dan mendukung anak-anak terlibat aktif
dalam kegiatan hidup menggereja seperti, doa rosario, koor, pendalaman iman,
ibadat, SEKAMI, OMK dan retret. Selain itu ditemukan beberapa orangtua katolik
mempercayakan tanggungjawab mendidik iman anak-anak kepada guru agama.
Hal ini nampak dari orangtua-orangtua katolik yang kurang dan belum
melaksanakan pendidikan iman antara lain: mengajak anak-anak menonton kartun
kisah tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, menceritakan kisah-kisah dalam Kitab Suci,
kisah para martir dan orang kudus, Sedangkan pendidikan moral yang kurang dan
belum dilaksanakan dalam keluarga mengenai: menyontek saat ulangan/ujian
merupakan perbuatan salah dan dosa, percaya kepada Allah secara total, sehingga
tidak perlu ke dukun meminta pertolongan ketika sakit, dan mengambil barang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
milik orang lain tanpa sepengetahuan pemilik merupakan dosa dan tidak baik,
misalnya mengambil buah-buahan tetangga tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Maka dalam upaya membantu orangtua-orangtua katolik melaksanakan
atau mewujudkan tujuan perkawinan, terutama pendidikan iman dan moral,
penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa program pendampingan dalam
bentuk katekese model Shared Christian Praxis. Dalam katekese model Shared
Christian Praxis, orangtua-orangtua katolik dapat saling meneguhkan dan saling
memperkaya melalui sharing pengalaman, serta diteguhkan melalui sabda Tuhan.
Selain itu orangtua-orangtua katolik diajak membangun niat konkrit melalui
perbuatan nyata, yakni mendidik iman dan moral anak secara katolik. Dengan
demikian mereka semakin menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai orangtua
dalam memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral yang baik kepada
anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, sehingga anak-anak dapat
bertumbuh dan berkembang dalam iman akan Kristus dan Tradisi Gereja katolik.
B. SARAN
Hasil penelitian yang penulis lakukan menemukan beberapa hal dalam
hidup orangtua-orangtua Katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK
Mansalong berkaitan dengan pelaksanaan tujuan perkawinan, terutama pendidikan
iman dan pendidikan moral bagi anak. Penulis memberikan beberapa saran demi
perkembangan iman dan moral anak-anak sebagai penerus Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
1. Bagi Orangtua Katolik
a. Orangtua Katolik agar semakin mendidik anak-anaknya sesuai ajaran Gereja
katolik, khususnya pendidikan iman dan pendidikan moral, sehingga anak-anak
semakin menghayati iman sebagai orang Katolik.
b. Orangtua katolik agar semakin menanamkan ajaran iman katolik, sehingga
anak-anak semakin memiliki iman yang kuat dan kokoh, sehingga tetap setia
dalam iman katolik walaupun menghadapi banyak cobaan dan tantangan.
2. Bagi Pastor Paroki
a. Pastor Paroki agar semakin memberikan perhatian dan pendampingan kepada
orangtua-orangtua Katolik, khususnya orangtua-orangtua Katolik yang usia
perkawinan 7-15 tahun, sehingga mereka mampu memberikan pendidikan iman
dan pendidikan moral bagi anak-anaknya sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan iman dan moral anak.
b. Pastor Paroki agar semakin memberikan perhatian dan pendampingan kepada
orangtua-orangtua Katolik sebagai bentuk perhatian dari Gereja kepada orangtua-
orangtua katolik, misalnya melalui kunjungan orangtua, konsultasi orangtua,
rekoleksi orangtua.
3. Bagi Tim Kerasulan Orangtua
Tim kerasulan orangtua di paroki perlu membuat program pendampingan
bagi orangtua-orangtua Katolik setahun dua kali, agar semakin membantu
orangtua-orangtua katolik dalam mendidik iman dan moral anak-anak secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
katolik, sehingga anak-anak tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa
walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.
4. Bagi Ketua Stasi
Para ketua stasi di paroki agar semakin mengingatkan orangtua-orangtua
katolik di Paroki MBK untuk mendidik iman dan moral anak-anak secara Katolik,
serta mengajak orangtua-orangtua katolik untuk terlibat aktif dalam kegiatan
hidup menggereja, misalnya doa rosario, ibadat hari minggu, paduan suara dan
lain-lain.
Demikian uraian kesimpulan dan saran yang diusulkan penulis terkait
dengan pemaparan dan hasil penelitian dalam bab sebelumnya. Saran yang
diusulkan penulis di atas secara khusus ditujukan kepada orangtua-orangtua
Katolik di Paroki MBK yang usia perkawinannya 7-15 tahun, pastor paroki, tim
kerasulan orangtua dan para ketua stasi, sehingga semakin membantu orangtua-
orangtua katolik dalam melaksanakan janji perkawinan untuk mendidik iman dan
moral anak sesuai sesuai tahap perkembangan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
DAFTAR PUSTAKA
1. KITAB SUCI DAN DOKUMEN GEREJA
LAI. (1992). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Konsili Vatikan II. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ.,
Penerjemah). Jakarta: Obor bekerjasama dengan: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun
1966).
Yohanes Paulus II. (1993). Familiaris Consosrtio (Orangtua). Anjuran Apostolik
Sri Paus Yohanes Paulus II (Seri Dokumen Gerejawi No. 30). (R.
Hardawiryana, SJ., Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen
asli diterbitkan tahun 1981).
______. (1994). Orangtua Kristiani dalam Dunia Modern: Amanat Apostolik
Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II (Seri Bina Orangtua). (A.
Widyamartaya, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius dalam kerjasama
dengan Komisi Pendampingan orangtua Keuskupan Agung Semarang.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).
______. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor: Grafika
Mardi Yuana.
Fransiskus, Paus. (2013). Lumen Fidei (Iman): Seruan Apostolik Paus Fransiskus
kepada para uskup, imam dan diakon, kaum religius dan segenap umat
beriman tentang iman (24 November 2013). Seri Dokumen Gerejawi no. 94.
Diterjemahkan oleh F.X. Adisusanto, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1994). Kasih Setia Dalam Suka Duka Pedoman
Persiapan Perkawinan di Lingkungan Katolik. Jakarta: PT Afandhani
Pramandiri
______. (2011). Pedoman Pastoral Orangtua. Jakarta: Obor.
Komsos Keuskupan Tanjung Selor. Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor,
Gerak Membangun Gereja yang Hidup dan Mengakar. Yogyakarta:
Kanisius.
2. BUKU-BUKU
Budiningsih, C. Asri. (1982). Pembelajaran Moral: Berpijak Pada Karakteristik
Siswa. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulya.
Duska, Ronald dan Mariellen Whelan. (1982). Perkembangan Moral: Perkenalan
dengan Piaget dan Kholberg. Yogyakarta: Kanisius
Eminyan, Maurice. (2005). Teologi Orangtua. Yogyakarta: Kanisius
Hadiwardoyo, Al. Purwa. (1990). Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius
______. (2015). Ajaran Gereja Katolik tentang Perkawinan. Yogyakarta:
Kanisius
Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model
Berkatekese (Seri Puskat no. 356). (Saduran bebas dari Thomas H. Groome,
Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Pastoral Ministry, New York: Harper Collins, 1990, hal 133-197).
Yogyakarta: LPKP.
Iswarahadi, Y.I (2013). Media dan Pewartaan Iman: Usaha mencari Model
Pewartaan Iman pada Zaman Digital. Yogyakarta: Kanisius.
Ketut Adi Hardana, Timotius I. (2013). Kursus Persiapan Perkawinan.
Yogyakarta: Kanisius
Kieser, S. Bernard. (2011). Moral Dasar, Kaitan Iman dan Perbuatan.
Yogyakarta: Kanisius.
Kholberg, Lawrence. (1995). Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:
Kanisius
Magnis Suseno, Franz. (2005). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, J.Lexy. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja
Karya
Pudjiono, V. (2007). Pendidikan Anak di Rumah di Bidang Iman. Komisi
Pendampingan Orangtua KAS
Powell, John. (1991). Beriman untuk Hidup, Beriman untuk Mati. Yogyakarta:
Kanisius
Raharso, Catur Alfonso. (2006). Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja
Katolik. Malang: Dioma.
Soerjanto, Al. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Orangtua Katolik. Komisi
Pendampingan Orangtua KAS
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Tandowidjojo, J.V.S. (1987). Peran Media Massa dalam Pendidikan Modern.
Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama
C. ARTIKEL
Dapiyanta. (2013). “Moral Dasar,” dalam buku Teologi Moral, 2013: 1-39.
D. ARSIP
Arsip Data Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong. (2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3: Kuisioner Penelitian
PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN MENGENAI
PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL BAGI ANAK
OLEH KELUARGA YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN
DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG
A. IDENTITAS RESPONDEN
Usia Perkawinan :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
B. Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah soal dibawah ini dengan sangat teliti !
2. Jawablah pertanyaan dibawah sesuai dengan keadaan sebenarnya
(kenyataan yang terjadi) dengan melingkari jawaban a, b, c atau d
No Pertanyaan Jawaban
Sdh Tdk Blm Tdk SK
1 Apakah bapak / ibu sebagai pasangan
sudah mendidik anak secara katolik
khususnya di bidang pendidikan iman
dan moral sesuai dengan janji yang
diucapkan saat menikah?
SS S7 KS TS
2 Apakah bapak/ibu setuju bahwa selain
menurunkan anak, suami istri juga
mempunyai tanggungjawab untuk
memberikan pendidikan yang layak
kepada anak yang diberikan Tuhan agar
hidup dengan wajar dan beriman?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Pendidikan Iman
Th Lpa Tdk Th Mbk
3 Apakah bapak/ibu tahu bahwa
orangtua merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anak
terutama yang berkaitan dengan
nilai-nilai dasar, nilai kehidupan
dan nilai religious?
Sdh Tdk Blm Tdk SK
4 Apakah bapak/ibu sudah mendidik
anak secara katolik sesuai dengan
janji perkawinan yang sudah
diucapkan saat menikah dan saat
membaptis anak?
Th Lpa Tdk Th Mbk
5 Apakah bapak / ibu tahu bahwa
tugas orangtua adalah mewartakan
Kristus kepada anaknya sejak dari
kandungan hingga dewasa, karena
keluarga adalah sekolah nilai-nilai
kemanusiaan dan iman katolik?
Srg Kdg2 Jrg Tdk P
6 Apakah bapak / ibu mengajarkan
kepada anak bahwa selain sebagai
Tuhan, Allah juga di sebut sebagai
Bapa?
7 Apakah bapak/ibu sudah mengajari
anaknya untuk berdoa pokok
terutama doa-doa pokok yang dalam
Gereja katolik, misalnya; doa Salam
Maria, Bapa Kami, Aku percaya,
Doa Tobat, Saya mengaku dll?
8 Apakah bapak/ibu menceritakan
kisah yang ada dalam Kitab Suci,
kisah para martir dan orang kudus
dalam gereja katolik serta mengajak
anak untuk menonton kartun yang
menceritakan tentang tokoh-tokoh
yang ada dalam Kitab Suci?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
9 Apakah bapak/ibu sudah
menyediakan sarana yang dapat
membantu pendidikan iman anak
seperti Kitab Suci, Patung Bunda
Maria, Rosario, buku-buku doa dan
lagu-lagu rohani?
10 Sudahkah bapak/ibu mengajak
anaknya untuk berdoa bersama dan
doa pribadi setiap hari terutama
sebelum dan setelah bangun tidur?
11 Apakah bapak/ibu mengajari anak
untuk mengenal lagu-lagu rohani
dan mengajak untuk ibadat atau
misa di Gereja?
12 Apakah bapak/ibu mengajak
anaknya untuk berdoa bersama
sebelum makan dan sesudah
makan?
13 Apakah bapak/ibu mendukung
anaknya untuk terlibat aktif dalam
kegiatan hidup menggereja seperti,
doa Rosario, koor, pendalaman
iman, ibadat, SEKAMI, OMK,
retret dll?
14 Apakah bapak/ibu sering mengajak
anaknya misa bersama-sama saat
hari minggu maupun hari raya yang
disamakan dengan hari minggu?
15 Apakah bapak/ibu membacakan
Kitab Suci pada anak-anaknya
sebelum tidur atau menceritakan
kisah para santo dan santa kepada
anaknya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Sdh Tdk Spt Blm
Tdk
SK
16 Sudahkah bapak/ibu memberikan
penghargaan yang mendalam terhadap
martabat pribadi anak serta sungguh
menghormati dan memperhatikan hak-
hak mereka?
17 Apakah bapak/ibu sudah memberikan
teladan yang baik kepada anak dengan
tidak bersikap kasar, tidak memukul,
memaki, mabuk-mabukan dan tidak
membatasi kebebasan pribadi anak?
Srg Kdg2 Jrg
Tdk
P
18 Apakah bapak/ibu membimbing
anaknya belajar ketika mendapat PR
agama dari sekolah?
Sdh Tdk Spt Blm
Tdk
SK
19 Apakah bapak/ibu sudah mengajari
anak untuk mencintai lingkungan hidup
beserta segala isinya terutama mencintai
sesama manusia sebagaimana Allah
telah mencintai manusia?
Srg Kdg2 Jrg
Tdk
P
20 Apakah bapak/ibu cenderung
mempercayakan tanggungjawab
mendidik iman anak kepada guru
agama di sekolah?
Pendidikan Moral
Srg Kdg2 Jrg
Tdk
P
21 Apakah bapak/ibu mengajari anaknya
untuk percaya kepada Allah dan tidak
pergi ke dukun untuk meminta
pertolongan misalnya berobat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
22 Apakah bapak/ibu pergi ke Gereja
setiap hari minggu tanpa ada paksaan
serta mengajak seluruh anggota
keluarga?
Sdh Tdk Spt Blm
Tdk
SK
23 Apakah bapak/ibu sudah menghormati
anaknya dan dengan demikian mereka
pun mampu menghormati orangtua
misalnya dengan tidak menyebut secara
langsung nama orang yang lebih tua?
Srg Kdg2 Jrg
Tdk
P
24 Apakah bapak/ibu mengajari anak
untuk menghargai kehidupan orang
lain dengan tidak berkelahi atau
melakukan tindakan kekerasan yang
dapat melukai karena itu merupakan
dosa?
25 Apakah bapak/ibu mengajari anak
bahwa mengambil barang milik orang
lain, misalnya mencuri buah tetangga
merupakan dosa dan perbuatan yang
tidak baik?
26 Apakah sebagai orangtua saya
berkata jujur kepada anak agar anak
tidak belajar berbohong?
27 Apakah bapak/ibu mengingatkan
kepada anak untuk mengucapkan
maaf ketika melakukan kesalahan dan
mengucapkan terima kasih ketika
mendapatkan sesuatu?
28 Apakah bapak / ibu mengajari anak
bahwa menyontek saat ulangan
adalah perbuatan yang salah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
29 Sebagai orangtua saya membiasakan
anak untuk tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan namun sebaliknya
mencintai sesama.
30 Saya mengajari anak untuk
membantu orang yang membutuhkan
pertolongan.
31 Sebagai orangtua saya mengajarkan
kepada anak untuk tidak berbohong.
32 Apakah bapak / ibu mengajari anak
untuk tidak bertengkar dengan
temannya?
33 Apakah bapak sudah mengajari anak
untuk berkata lembut dan rendah hati
terutama pada orang yang lebih tua?
34 Apakah bapak/ibu sudah memberikan
teladan yang baik kepada anak
dengan cara memanggil dengan
sopan tanpa berteriak?
No Soal
35 Menurut bapak/ibu siapa pendidik utama yang seharusnya memberikan pendidikan
iman kepada anak? Guru agama atau orangtua? Mengapa?
36 Bagaimana cara yang bapak/ibu lakukan untuk membantu memperkembangkan
iman dan moral bagi anak di dalam keluarga? sebutkan contohnya!
37 Apa saja hambatan atau kesulitan yang bapak/ibu alami dalam memberikan
pendidikan iman dan moral kepada anak?
38 Apa yang akan bapak ibu lakukan ketika anak bertengkar dengan temannya?
Jelaskan!
39 Apa yang akan bapak/ibu lakukan seandainya anak mengambil barang milik orang
lain (mencuri)?
40 Bagaimana sikap bapak/ibu ketika melihat anaknya berkata tidak sopan kepada
orang lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Lampiran 4: Salah Satu Contoh JawabanResponden Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI