Top Banner
PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Lidwina Santi NIM: 121124034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197

PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

May 10, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL

ANAK OLEH ORANGTUA

YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN

DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Lidwina Santi

NIM: 121124034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Kedua orangtua tercinta: S. Lukas. J dan Brigita Saini, serta

ketiga saudari dan kakak ipar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

v

MOTTO

“Aku cinta pada-Mu, Tuhan,

Dan satu-satunya rahmat yang kuminta

Ialah mencintai Engkau selamanya,

Allahku, jika lidahku tidak dapat mengatakan setiap saat

Bahwa aku mencintai Engkau,

Aku ingin agar hatiku mengulanginya kepada-Mu

Sesering tarikan nafasku.”

(St. Yohanes Maria Vianney)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG

USIA PERKAWINAN 7–5 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA

KARMEL MANSALONG, dipilih penulis untuk membantu para orangtua

katolik dalam melaksanakan tujuan perkawinan, yaitu pendidikan iman dan moral

anak dalam keluarga. Pada hakekatnya perkawinan adalah persekutuan seluruh

hidup yang terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan

anak, oleh karena itu orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi putra-

putrinya terutama dibidang iman dan moral.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap orangtua-orangtua katolik

yang usia perkawinan 7-15 tahun, beberapa orangtua memahami pendidikan iman

dan moral anak merupakan tugas dari guru agama atau katekis, mereka cenderung

memberikan tanggungjawab mendidik kepada pihak lain karena keterbatasan

pendidikan orangtua dan keterbatasan pengetahuan terutama dalam bidang rohani.

Beberapa orangtua yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendidik anak

secara katolik dibidang iman dan moral, misalnya mengajarkan anak untuk

mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya terutama mencintai sesama

manusia sebagaimana Allah mencintai manusia, mengajari anak sopan santun,

mengajari anak untuk berkata lembut dan rendah hati, Mereka mengetahui tugas

sebagai orangtua mewartakan Kristus kepada anak sejak dari kandungan sampai

dewasa, karena menyadari bahwa keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan

dan iman. Dalam penelitian juga ditemukan pendidikan iman dan moral yang

sudah dilaksanakan oleh orangtua namun belum maksimal, orangtua belum

mengajarkan kepada anak bahwa menyontek saat ulangan adalah perbuatan yang

salah, mereka juga belum mengajarkan bahwa mengambil barang milik orang lain

merupakan dosa, mereka kurang mengajak anaknya berdoa bersama dan doa

pribadi setiap hari. Ada juga yang belum dilaksanakan oleh orangtua yaitu:

menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus dalam

gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan tentang

tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan membacakan Kitab Suci.

Berdasarkan hasil penelitian itu maka penulis dalam skripsi ini

mengusulkan program pendampingan kepada keluarga katolik , yakni dalam

bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP) agar para orangtua katolik

dapat saling meneguhkan dan saling memperkaya melalui sharing pengalaman

dari masing-masing peserta. Selain itu diteguhkan melalui sabda Tuhan serta

membangun niat dalam melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman

dan moral anak. Dengan demikian para orangtua katolik dapat mendidik iman dan

moral secara katolik serta tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa

walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

ix

ABSTRACT

The title of the thesis is “ THE IMPLEMENTATION OF MARRIAGE

PURPOSE: FAITH AND MORAL EDUCATION FOR THE CHILDREN OF

THE PARENTS OF WHICH 7-15 YEAR MARRIAGE PERIOD IN SAINT

MARRY MOTHER OF CARMEL PARISH AT MANSALONG”. The title is

chosen selected by the author to help Catholic families to carry out the purpose of

marriage, concerning with the faith and moral education of children in the family.

Marriage essentially is an alliance of life that is directed for the welfare of

husband and wife, the birth and the education of children. Therefore the parents

are the first and primary educators for their children especially in faith and

moral.

Based on research conducted on Catholic parents with are 7-15 year

marriage period, some parents in that parish think that children education on

faith and moral is the duty of the religion teacher and catechist. They shift the

responsibility the lach of education and poor knowleg in religion. Some parents

carry out the duties and responsibilities in educating children with Catholic

values in faith and moral, for seen as teaching children to love the environment

and all its creature, to love fellow human beings as God loves humans, teaching

children as politeness, teaching children to speak softly and humbly. The parents

the realize their duty as to proclaiming Christ to their children, from womb until

adulthood, because they realize that the family is a school of human values and

faith. In the research the author also finds the education of faith and moral have

been implemented by in the parents but not maximally, such as: the parents have

not been teaching children yet cheating during the examination is a wrong act,

taking the property of others is a sin, the family never invites their children to

pray together and to pray personally. There parents also have not been: telling

stories in the Bible, the stories of martyrs and saints in the Catholic church and

inviting children to watch cartoons about the characters in the Bible and read the

Bible.

Based on the results of this research, the author in this thesis proposes

an ministry program to the Catholic family, in the form of catechesis Shared

Christian Praxis (SCP) so that the Catholic families can mutually reinforce and

enrich each other through sharing experiences of each participant and are

confirmed through the word of God.Then building an intention to carry out the

purpose of marriage in educating the children on faith and moral. Thus Catholic

parents can educate the faith and moral of the children and remain faithful in

the Catholic faith until adulthood even though they face many challenges and

temptations at this era.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG

USIA PERKAWINAN 7–5 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA

KARMEL MANSALONG, dipilih penulis untuk membantu para orangtua

katolik dalam melaksanakan tujuan perkawinan, yaitu pendidikan iman dan moral

anak dalam keluarga. Pada hakekatnya perkawinan adalah persekutuan seluruh

hidup yang terarah pada kesejahteraan suami istri serta kelahiran dan pendidikan

anak, oleh karena itu orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi putra-

putrinya terutama dibidang iman dan moral.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap orangtua-orangtua katolik

yang usia perkawinan 7-15 tahun, beberapa orangtua memahami pendidikan iman

dan moral anak merupakan tugas dari guru agama atau katekis, mereka cenderung

memberikan tanggungjawab mendidik kepada pihak lain karena keterbatasan

pendidikan orangtua dan keterbatasan pengetahuan terutama dalam bidang rohani.

Beberapa orangtua yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendidik anak

secara katolik dibidang iman dan moral, misalnya mengajarkan anak untuk

mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya terutama mencintai sesama

manusia sebagaimana Allah mencintai manusia, mengajari anak sopan santun,

mengajari anak untuk berkata lembut dan rendah hati, Mereka mengetahui tugas

sebagai orangtua mewartakan Kristus kepada anak sejak dari kandungan sampai

dewasa, karena menyadari bahwa keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan

dan iman. Dalam penelitian juga ditemukan pendidikan iman dan moral yang

sudah dilaksanakan oleh orangtua namun belum maksimal, orangtua belum

mengajarkan kepada anak bahwa menyontek saat ulangan adalah perbuatan yang

salah, mereka juga belum mengajarkan bahwa mengambil barang milik orang lain

merupakan dosa, mereka kurang mengajak anaknya berdoa bersama dan doa

pribadi setiap hari. Ada juga yang belum dilaksanakan oleh orangtua yaitu:

menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus dalam

gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan tentang

tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dan membacakan Kitab Suci.

Berdasarkan hasil penelitian itu maka penulis dalam skripsi ini

mengusulkan program pendampingan kepada keluarga katolik , yakni dalam

bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP) agar para orangtua katolik

dapat saling meneguhkan dan saling memperkaya melalui sharing pengalaman

dari masing-masing peserta. Selain itu diteguhkan melalui sabda Tuhan serta

membangun niat dalam melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman

dan moral anak. Dengan demikian para orangtua katolik dapat mendidik iman dan

moral secara katolik serta tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa

walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

ix

ABSTRACT

The title of the thesis is “ THE IMPLEMENTATION OF

MARRIAGE PURPOSE: FAITH AND MORAL EDUCATION FOR THE

CHILDREN OF THE PARENTS OF WHICH 7-15 YEAR MARRIAGE

PERIOD IN SAINT MARRY MOTHER OF CARMEL PARISH AT

MANSALONG”. The title is chosen selected by the author to help Catholic

families to carry out the purpose of marriage, concerning with the faith and moral

education of children in the family. Marriage essentially is an alliance of life that

is directed for the welfare of husband and wife, the birth and the education of

children. Therefore the parents are the first and primary educators for their

children especially in faith and moral.

Based on research conducted on Catholic parents with are 7-15 year

marriage period, some parents in that parish think that children education on faith

and moral is the duty of the religion teacher and catechist. They shift the

responsibility the lach of education and poor knowleg in religion. Some parents

carry out the duties and responsibilities in educating children with Catholic

values in faith and moral, for seen as teaching children to love the environment

and all its creature, to love fellow human beings as God loves humans, teaching

children as politeness, teaching children to speak softly and humbly. The parents

the realize their duty as to proclaiming Christ to their children, from womb until

adulthood, because they realize that the family is a school of human values and

faith. In the research the author also finds the education of faith and moral have

been implemented by in the parents but not maximally, such as: the parents have

not been teaching children yet cheating during the examination is a wrong act,

taking the property of others is a sin, the family never invites their children to

pray together and to pray personally. There parents also have not been: telling

stories in the Bible, the stories of martyrs and saints in the Catholic church and

inviting children to watch cartoons about the characters in the Bible and read the

Bible.

Based on the results of this research, the author in this thesis proposes

an ministry program to the Catholic family, in the form of catechesis Shared

Christian Praxis (SCP) so that the Catholic families can mutually reinforce and

enrich each other through sharing experiences of each participant and are

confirmed through the word of God.Then building an intention to carry out the

purpose of marriage in educating the children on faith and moral. Thus Catholic

parents can educate the faith and moral of the children and remain faithful in the

Catholic faith until adulthood even though they face many challenges and

temptations at this era.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

kasih serta pernyertaan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang

berjudul PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN

DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA YANG USIA PERKAWINAN 7-

15 TAHUN DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL

MANSALONG tepat pada waktunya. Melalui skripsi ini Penulis hendak

memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang

memiliki kerinduan dalam mengembangkan Gereja Katolik di manapun berada.

Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis mengalami banyak tantangan,

namun berkat dukungan dan doa serta motivasi yang terus mengalir dari

pembimbing, keluarga, serta teman-teman sehingga penyusunan skripsi ini selesai

sesuai harapan. Penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta

perhatian, yang diyakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta

memampukan penulis menyelesaikan skripsi dengan penuh kesetiaan. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen

penelitian yang telah setia meluangkan waktu untuk membimbing dan

mendampingi penulis dengan penuh perhatian, motivasi dan kesabaran,

memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan, sehingga penulis

termotivasi dalam penyusunan skripsi dari awal sampai selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xi

2. Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan

memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.

3. Martinus Ariya Seta, S.Pd, Mag. Theol selaku dosen penguji III yang telah

meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan

dengan skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah

mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi

ini dengan penuh kasih dan sepenuh hati.

5. Kedua orangtua penulis Bapak S. Lukas J. dan Brigita Saini yang selalu

memberikan dukungan baik doa maupun biaya kuliah bagi penulis selama

studi sampai selesainya skripsi ini.

6. Ketiga saudari dan ipar yang memberikan dukungan dan motivasi bagi

penulis selama studi.

7. Sr. Anastasia, SdC; Sr. Marsiana, SdC; Sr. Laeti, SdC; Sr. Virgiana PK; Sr.

Martha, KSFL, Julierni dan Luci Manalu yang mendukung dan

menyemangati penulis.

8. Sahabat karibku Sr. Vianney Caroline, KKS (Njo Mei Fang); Fr. Rian, Pr; Fr

Rafael, Pr yang selalu menyemangati, mendoakan, memotivasi dan

mendukung penulis selama menjalani studi.

9. Pastor FX. Wahyu Tri Wibowo, Pr yang telah mendukung penulis studi di

PAK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

MOTTO ............................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3

D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4

E. Metode Penulisan ...................................................................................... 5

F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II. PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA 8

A. Tujuan Perkawinan .................................................................................. 8

1. Kesejahteraan Suami Istri ..................................................................... 9

2. Kelahiran Anak ..................................................................................... 10

3. Pendidikan Anak ................................................................................... 11

B. Pendidikan Iman ........................................................................................ 12

1. Makna Pendidikan Iman ....................................................................... 15

2. Tahap-tahap Perkembangan Iman .......................................................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xiv

a. Awal-Elementer (Primal Faith) ....................................................... 16

b. Intuitif-Proyektif (Intuitif-Projective Faith) .................................... 18

c. Mistis-Literal (Misthic-Literal Faith) .............................................. 19

3. Faktor Pendukung Perkembangan Iman ............................................... 19

a. Keyakinan Bahwa Allah Mencintai Dan Menganugerahi Talenta .. 20

b. Teladan Iman Orang Tua ................................................................. 20

c. Rasa Aman Untuk Mengagumi Dan Bertanya ................................ 22

d. Dorongan Untuk Mencintai Alam Dan Segala Isinya ..................... 23

4. Faktor Penyebab Gagalnya Pendidikan Iman dalam Keluarga .............. 24

a. Orangtua Kurang Menghayati Iman ................................................ 24

b. Orangtua Mempercayakan Tanggung Jawab Kepada Pihak Lain ... 25

c. Orangtua Kurang Mendidik Anak Hidup Di Jalan Tuhan ............... 26

d. Perkembangan Jaman (Media) Menjauhkan Anak Dari Tuhan ...... 27

5. Pendidikan Iman dalam Keluarga .......................................................... 28

a. Doa Pribadi Dan Doa Bersama ......................................................... 28

b. Memperkenalkan Lagu-Lagu Rohani .............................................. 29

c. Ambil Bagian Dalam Perayaan Liturgi ............................................ 30

d. Membaca Dan Merenungkan Kitab Suci ......................................... 30

e. Aktif Dalam Pembinaan Iman .......................................................... 31

f. Ikut Ambil Bagian Dalam Rekoleksi, Retret Dan Ziarah ................. 31

6. Penerapan Pendidikan Iman Berdasarkan tahap Perkembangan Iman . 32

a. Awal-Elemneter ............................................................................... 32

b. Intuitif -Proyektif ............................................................................. 32

c. Mistis-Literal ................................................................................... 33

C. Pendidikan Moral .......................................................................................... 34

1. Makna Pendidikan Moral .......................................................................... 35

2. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Menurut L. Kohlberg ....................... 35

a. Tingkat Pra-Konvensional ............................................................... 37

b. Tingkat Konvensional ...................................................................... 38

c. Tingkat Pasca-Konvensional ........................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xv

3. Bentuk-Bentuk Pendidikan Moral ............................................................. 41

a. Suara Hati ......................................................................................... 41

1) Fungsi Suara Hati .......................................................................... 42

2) Pembinaan Suara Hati ................................................................... 43

3) Kemutlakan Suara Hati .................................................................. 43

b. Kebebasana Kehendak ..................................................................... 43

c. Tanggungjawab ................................................................................ 44

d. Norma Moral .................................................................................... 44

e. Norma Moral Kristiani ...................................................................... 45

1) Larangan Menyembah allah-allah Lain ......................................... 45

2) Larang Menyebut Nama Allah Dengan Tidak Hormat ................. 45

3) Perintah Menguduskan Hari Sabat ................................................ 46

4) Perintah Menghormati Orangtua ................................................... 47

5) Larangan Membunuh ..................................................................... 48

6) Larangan Mencuri ......................................................................... 48

7) Larangan Bersaksi Dusta ............................................................... 49

f. Norma Moral .................................................................................... 49

1) Sikap Menghargai Orang Lain Dan Kehidupan ............................ 49

2) Kejujuran ....................................................................................... 49

3) Kerendahan Hati Dan Menolong Orang Lain ............................... 50

4) Penuh Cinta Kasih ......................................................................... 50

g. Penerapan pendidikan moral berdasarkan tahap perkembangan moral

anak .................................................................................................. 50

1) Pra-Konvensional .......................................................................... 50

2) Konvensional ................................................................................. 51

3) Pasca-Konvensional ...................................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xvi

BAB III PENELITIAN MENGENAI PELAKSANAAN TUJUAN

PERKAWINAN: PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH

ORANGTUA YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN DI

PAROKI SANTA MARIA

BUNDA KARMEL MANSALONG ................................................ 52

A. Gambaran Situasi Umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong ........ 52

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .......... 53

2. Situasi Geografis Paroki Mansalong ................................................... 56

3. Situasi Umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .......... 57

a. Mata Pencarian Umat ....................................................................... 58

1) Segi Ekonomi .............................................................................. 59

2) Segi Pendidikan .......................................................................... 59

3) Segi Kebudayaan ........................................................................ 60

4. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .... 61

a. Visi ................................................................................................... 62

b. Misi .................................................................................................. 62

c. Strategi ............................................................................................. 63

B. Penelitian mengenai Pelaksanaan Tujuan Perkawinan: Pendidikan Iman

dan Pendidikan Moral bagi Anak oleh Keluarga yang Usia Perkawinan

7–15 Tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong ..................... 64

1. Metodologi Penelitian ............................................................................... 64

a. Latarbelakang Penelitian ....................................................................... 64

b. Tujuan Penelitian .................................................................................. 66

c. Manfaat Penelitian ................................................................................ 66

d. Jenis Penelitian ..................................................................................... 67

e. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 67

f. Responden ............................................................................................. 68

g. Instrumen Penelitian ............................................................................. 68

h. Variabel penelitian ................................................................................ 69

2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................... 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xvii

a. Gambaran pelaksanaan tujuan perkawinan pendidikan iman

dan moral anak di Paroki St. Maria Bunda Karmel

Mansalong ............................................................................................ 71

a) Tujuan Perkawinan .......................................................................... 71

b) Pendidikan Iman .............................................................................. 73

(1) Alasan Pentingnya Pendidikan Iman Untuk Anak ............... 73

(2) Tujuan Pendidikan Iman Untuk Anak .................................. 76

(3) Cara Memberikan Pendidikan Dalam Keluarga ................... 77

(4) Pendidikan Iman Dalam Keluarga ........................................ 80

(5) Faktor Pendukung Pendidikan Iman Dalam Keluarga ......... 86

(6) Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Memberikan

Pendidikan Iman Dalam Keluarga ...................................... 90

c) Pendidikan Moral .............................................................................. 91

(1) Norma Moral Katolik ............................................................ 91

(2) Pembinaan Suara Hati Dalam Keluarga ............................... 98

(3) Pendidikan Moral Dalam Keluarga ...................................... 101

C. Pengolahan Hasil Penelitian Pelaksanaan Tujuan Perkawinan

Pendidikan Iman Dan Moral Bagi Anak……………………………………109

1. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 115

2. Kesimpulan Penelitian ............................................................................. 116

BAB IV PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN

PRAXIS (SCP): KATEKESE BAGI ORANGTUA KATOLIK

YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN DI PAROKI

MANSALONG .................................................................................... 118

A. Latar Belakang Pemilihan Program dalam Bentuk Katekese Model

Shared Christian Praxis (SCP) ................................................................. 119

B. Usulan Program Pendampingan bagi Orangtua Katolik di Paroki

Santa Maria Bunda Karmel Mansalong .................................................... 122

C. Tema dan Tujuan Pendampingan ............................................................. 123

D. Matriks Program ....................................................................................... 127

E. Gambaran Pelaksanaan Program .............................................................. 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xviii

F. Contoh Salah Satu Pelaksanaan Program: Pendampingan Katekese

Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) ........................................... 132

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 144

A. KESIMPULAN . ....................................................................................... 144

B. SARAN ..................................................................................................... 146

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 149

Lampiran 1: Surat Izin Melakukan Penelitian ................................................ (1)

Lampiran 2: Surat Telah Melakukan Penelitian ........................................... (2)

Lampiran 3: Kuisioner Penelitian .................................................................. (3)

Lampiran 4: Salah Satu Contoh Jawaban Responden Penelitian ................... (9)

Lampiran 5: Rekap Hasil Kuisioner Penelitian .............................................(18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan

Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:

Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

Kej : Kejadian

Kel : Keluaran

Ul : Ulangan

Ayb : Ayub

Ams : Amsal

Mat : Matius

Mrk : Markus

Luk : Lukas

Yoh : Yohanes

Gal : Galatia

Rom : Roma

Ef : Efesus

Kor : Korintus

Yak : Yakobus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xx

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu

Ilahi, 18 November 1965.

FC : Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22

November 1981.

GS : Gaudium et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965.

GE : Gravissium Educationis. Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristen.

IM : Inter Mirifica. Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-Upaya

Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.

LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja. Tanggal 21 November 1964.

LF : Lumen Fidei. Ensiklik Paus Fransiskus tentang Iman.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

C. Singkatan Lain

Alm : Almarhum

Bdk : Bandingkan

Dok : Dokumen

HPN : Hatiku Penuh Nyanyian

KEK : Kidung Ekaristi Kotabaru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

xxi

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KTP : Kartu Tanda Pengenal

KKI : Karya Kepausan Indonesia

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Lih : Lihat

MBK : Maria Bunda Karmel

No : Nomor

OMI : Oblat Maria Imaculata

OMK : Orang Muda Katolik

SD : Sekolah Dasar

SCP : Shared Christian Praxis

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SEKAMI : Serikat Kepausan Anak-anak dan remaja Misioner

Sr : Suster

SSpS : Congregatio Missionalis Servarum Spiritus Sancti atau

Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus

St : Santo/ Santa

TV : Televisi

TOP : Tahun Orientasi Pastoral

PPK : Pedoman Pastoral Keluarga

PPL : Praktek Program Lapangan

PAK : Pendidikan Agama Katolik

Reff : Reffren

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan pemahaman dan

agama yang dianut (Ketut Adi Hardana, 2013: 11). Pendidikan anak merupakan

konsekuensi logis dan natural dari kelahiran anak (Catur Raharso, 2006: 41). Hal

ini menegaskan bahwa ketika sepasang suami istri memutuskan memiliki anak,

berarti menjadi tanggung jawab mereka memberikan pendidikan yang baik untuk

anaknya, terutama dalam bidang iman dan bidang moral. Pedoman Pastoral

Keluarga (PPK) 30 menegaskan bahwa orangtua memiliki tanggungjawab dan

kewajiban untuk memberikan pendidikan iman dan moral kepada anak-anak

mereka namun kadang orangtua lebih mempercayakan pendidikan anak kepada

lembaga pendidikan. Pendidikan formal lebih menekankan kemampuan

intelektual, sehingga kurang memperhatikan hal iman. Pendidikan pertama-tama

diperoleh anak di dalam keluarga, sedangkan pendidikan formal di sekolah

sebagai pelengkap pendidikan yang sudah diperoleh di rumah dari orangtua.

Beberapa alasan orangtua sebagai pendidik utama dan pertama

menyerahkan tugas dan tanggungjawab kepada orang luar, misalnya karena

kurang pengetahuan iman orangtua, kesibukan kerja, orangtua kurang terlibat dari

kehidupan menggereja. Hal ini mendorong penulis tertarik mendalami mengenai

tujuan perkawinan terutama pendidikan anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

2

Keluarga yang menjadi fokus perhatian adalah keluarga yang usia

perkawinan 7–15 tahun, alasannya keluarga tersebut memiliki keturunan,

mungkin juga ditemukan keluarga muda belum memiliki anak.

Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong adalah paroki baru dengan

jumlah umat sekitar 3.770 jiwa. Umat katolik di Paroki berasal dari agama

Protestan dan agama kepercayaan, sehingga belum memahami ajaran iman Gereja

Katolik. Penulis menemukan beberapa alasan orang muda belum menikah,

misalnya belum memiliki kesiapan mental untuk berkeluarga, belum memiliki

pekerjaan, pasangan tidak seiman, masih muda, tidak siap mengurus anak dan

ingin bebas, salah pilih pasangan. Pernyataan-pernyataan di atas tidak ditemukan

di paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, karena banyak orang muda

setelah lulus SMA, bahkan lulus SMP dan SD sudah menikah.

Penulis berpikir apakah pasangan yang menikah muda dapat memenuhi

tuntutan gereja terkait dengan tujuan perkawinan terdapat dalam Kitab Hukum

Kanonik ? Selain itu, penulis menemukan bahwa banyak orang muda katolik di

paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meninggalkan iman katolik ketika

menikah. Penulis berpikir, bahwa salah satu penyebab utama orang muda

meninggalkan iman katolik, karena orangtua kurang memberikan pendidikan iman

dalam keluarga, sehingga ajaran-ajaran iman kurang melekat dalam hati anak,

mengakibatkan ketika menikah mereka dengan mudah pindah keyakinan atau

pindah gereja.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

3

perkawinan mengenai pendidikan iman dan pendidikan moral, dengan mengambil

judul skripsi “Pelaksanaan Tujuan Perkawinan Pendidikan Iman Dan Moral

Anak Oleh Orangtua Yang Usia Perkawinan 7-15 Tahun Di Paroki Santa

Maria Bunda Karmel Mansalong.”

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul sebagai

berikut:

1. Bagaimana orangtua dapat memaknai tujuan perkawinan untuk pendidikan

iman dan moral anak ?

2. Bagaimana pemahaman keluarga mengenai pendidikan iman dan moral anak?

3. Bagaimana pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan

moral anak di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan agar orangtua-orangtua katolik melaksanakan

tujuan perkawinan dalam bidang pendidikan iman dan moral ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menambah wawasan penulis mengenai tujuan perkawinan katolik mengenai

pendidikan iman dan moral anak.

2. Mengetahui pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan

moral anak di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

4

3. Memberikan sumbangan program pendampingan iman kepada orangtua-

orangtua katolik di Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong, mengenai pendidikan

iman dan moral anak.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Bagi Orangtua-orangtua Katolik

a. Orangtua-orangtua Katolik diharapkan semakin memahami tujuan perkawinan

Katolik, khususnya mengenai pendidikan iman dan moral anak.

b. Orangtua-orangtua Katolik diharapkan semakin mengupayakan perwujudan

tujuan perkawinan, khususnya pendidikan iman dan moral anak dalam hidup

sehari-hari.

2. Bagi penulis

a. Penulis semakin diperkaya dalam pemahaman mengenai tujuan perkawinan

Katolik, khususnya mengenai pendidikan iman dan moral anak.

b. Penulis semakin dibantu dalam mendampingi orangtua-orangtua katolik untuk

mewujudkan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak di

Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

5

3. Bagi Pembaca

Pembaca semakin memahami tujuan perkawinan katolik, khususnya

mengenai pendidikan iman dan moral anak.

4. Bagi Kampus

Memberikan ide-ide dan pengetahuan bagi mahasiswa prodi PAK dalam

mencari bahan mengenai tujuan perkawinan Katolik, khususnya mengenai

pendidikan iman dan moral anak..

E. METODE PENULISAN

Metode Penulisan yang akan digunakan penulis dengan penelitian

kualitatif dan studi pustaka. Penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan

kuisioner kepada orangtua-orangtua katolik berupa pertanyaan tertutup (memilih

jawaban yang sudah tersedia) dan pertanyaan terbuka (jawaban menurut pendapat

sendiri), agar memperoleh data yang lengkap mengenai pelaksanaan tujuan

perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak dalam keluarga di Paroki

St. Maria Bunda Karmel Mansalong. Penulis menggunakan teknik sampling

random yaitu dengan menyebarkan kuisioner secara acak kepada orangtua yang

usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

6

Defenisi metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati (Moleong, 1989: 3). Studi Pustaka digunakan untuk memperkuat

teori mengenai tujuan perkawinan katolik, khususnya mengenai pendidikan iman

dan moral.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Gambaran umum mengenai sistematika penulisan yang akan dibahas di

dalam penulisan skripsi, sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan, meliputi: latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisikan tujuan perkawinan katolik, khususnya mengenai

pendidikan iman dan moral anak.

Bab III berisikan penelitian mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan

khususnya pendidikan iman dan moral anak oleh keluarga katolik yang usia

perkawinan 7-15 di paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi

gambaran situasi umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dan penelitian

mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan: pendidikan iman dan moral anak oleh

orangtua katolik yang usia perkawinan 7–15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda

Karmel Mansalong.

Bab IV berisikan pengolahan hasil penelitian tentang pelaksanaan tujuan

perkawinan mengenai pendidikan iman dan moral anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

7

Bab V berisikan program pendampingan iman: Katekese Model Shared

Christian Praxis (SCP) bagi orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di

Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi: latar belakang pemilihan

program, usulan program dalam bentuk katekese, tema dan tujuan katekese,

matriks program, gambaran pelaksanaan program, contoh pelaksanaan program.

Bab VI Penutup berisikan kesimpulan dan saran.

Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini.

Penulis berharap penulisan mengenai pelaksanaan tujuan perkawinan, khususnya

mengenai pendidikan iman dan moral anak berguna bagi orangtua-orangtua

katolik khususnya dan Gereja pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

BAB II

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA

Pada bab II, penulis menguraikan dua pokok bahasan, yaitu pertama,

menjelaskan mengenai pendidikan iman anak, kedua, menjelaskan mengenai

moral anak. Sebelum pembahasan mengenai pendidikan iman dan moral, penulis

menjelaskan mengenai tujuan perkawinan dalam Gereja katolik.

A. Tujuan Perkawinan

KHK 1983 kanon 1055 menegaskan bahwa “Perkawinan menurut ciri

kodratinya memiliki tiga tujuan, yaitu kesejahteraan suami istri (bonum

coniugum) dan kelahiran serta pendidikan anak (bonum prolis). Kemudian

Familiaris Consortio art. 36 menjelaskan mengenai tugas orangtua dalam

mendidik anaknya. Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri

untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Hak maupun kewajiban

orangtua dalam mendidik bersifat hakiki, pertama dan utama, karena

keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua anak. Perkawinan memiliki

beberapa tujuan sesuai dengan pemahaman, adat-istiadat dan kepercayaan atau

agama yang dianut (I Ketut Adi Hardana, 2013: 11). Gereja Katolik menetapkan

tiga tujuan perkawinan yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

9

1. Kesejahteraan Suami Istri

Kitab Suci menuliskan tujuan pokok perkawinan adalah kesatuan dan

kebahagiaan suami-istri, dengan saling mencintai dan menyerahkan diri secara

utuh (totalitas), yakni seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan oleh

Allah dalam ikatan perkawinan, maka mereka bukan lagi dua melainkan menjadi

satu daging (Kej. 2:24; Mat. 19:5; Mrk. 10:8, Ef. 5:31).

Gaudium et Spes 48 mengatakan bahwa “Persekutuan hidup dan kasih

suami istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan

hukum-hukumnya, dibangun oleh janji perkawinan yang tidak dapat ditarik

kembali.” Kemudian PPK 17.a mengatakan bahwa “Keluarga adalah persekutuan

seluruh hidup (consortium totius vitae) antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak dan diteguhkan melalui

kesepakatan perkawinan”. Demikianlah karena tindakan manusiawi yakni saling

memberi dan menerima, menimbulkan suatu hubungan yang erat menurut

kehendak Ilahi dan bersifat kekal.

Kesejahteraan suami istri menyangkut dua hal yaitu kesejahteraan lahir dan

kesejahteraan batin. Kesejahteraan lahir maksudnya suami bertanggung jawab

dalam menafkahi keluarganya baik sandang, papan dan pangan. Sedangkan

kesejahteraan batin maksudnya suami-istri mempunyai kewajiban suci untuk

saling memenuhi kebutuhan seksual pasangannya.

Perkawinan merupakan kesatuan yang amat erat antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan, dan bahwa perkawinan memberikan hak prerogatif kepada

suami-istri atas hubungan seksual antara keduanya (Hadiwardoyo, 2014: 25).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

10

Paulus menasehati umat di Korintus supaya mereka tidak berhubungan seksual

dengan orang yang bukan pasangan mereka sendiri, karena tubuh suami adalah

milik istri dan sebaliknya tubuh istri adalah milik suami, Hal ini ditegaskan di

dalam 1Kor. 7:4 mengatakan “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi

suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi

isterinya.”

2. Kelahiran anak

Pasangan suami istri ikut serta dalam karya penciptaan, seperti yang

dikatakan Allah saat selesai menciptakan manusia dan memberkatinya serta

memberikan perintah kepada manusia "Beranakcuculah dan bertambah banyak”

(Kej. 1:28). Oleh karena itu 1096§ 1 mengharapkan bahwa sebelum menikah

calon pasangan suami istri sekurang-kurangnya mengetahui bahwa perkawinanan

merupakan suatu perkawinan yang tetap dan terarah pada kelahiran anak melalui

kerja sama seksual (consummatum). Seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang menikah secara alamiah mempunyai kerinduan menurunkan anak atau

generasi baru. Perkawinan yang sah adalah satu-satunya lembaga yang sah

menurunkan anak. Walaupun demikian anak bukanlah tujuan utama dari

perkawinan. Anak adalah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh dimutlakkan

keberadaannya (Ketut Adi Hardana, 2013: 12).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

11

3. Pendidikan anak

Pendidikan anak merupakan konsekuensi moral dan pemenuhan dari

kelahiran anak (prokreasi). Konsili Vatikan II, di dalam Gravissimum Educationis

(GE) 50 a mengatakan bahwa “Hakekat perkawinan dan cinta kasih suami istri

tertuju pada keturunan serta pendidikan untuk anak”. Kemudian KHK 1983 kanon

1136 mengatakan bahwa “Orangtua mempunyai kewajiban yang sangat berat dan

hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial,

dan kultural maupun moral dan religius.” Oleh karena itu orangtua adalah

pendidik utama dan pertama bagi putra-putrinya, terutama nilai-nilai dasar, nilai

kehidupan dan nilai-nilai religius. Pendidikan anak mencakup banyak hal, namun

penulis memfokuskan pada pendidikan iman dan pendidikan moral dalam

keluarga. Dengan demikian orangtua ikut membangun Gereja melalui pendidikan

anak-anak secara manusiawi an kristiani sepenuhnya dan menjadi Gereja Rumah

Tangga (ecclesia domestica) dalam menjalankan tugas-tugas ilahi dan gerejawi

terhadap anak-anak, sehingga dapat menemukan guru iman sejati dalam diri

orangtua mereka (Catur Raharso, 2006: 62).

Tugas menyelenggarakan pendidikan pertama-tama menjadi tanggung

jawab orangtua, memerlukan bantuan seluruh masyarakat (GE 3). Orangtua

hendaknya mendidik anak dengan sungguh-sungguh dan jangan sampai

menyesatkan pikiran anak terdapat pada Matius 18:6 mengatakan bahwa

”Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya

kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

12

lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Hal ini menegaskan bahwa dalam

pengajaran jangan sampai menyesatkan pikiran anak.

B. Pendidikan Iman

Kata pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yakni “paid” artinya anak

dan “agogos” artinya membimbing. Pedagogi adalah ilmu dalam membimbing

anak. Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk

mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu

dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada

setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan

pendidikan yang diperolehnya (KBBI).

Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan

menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan. Iman

merupakan tanggapan manusia atas wahyu Allah dalam ketaatan iman, dengan

penuh kebebasan. Kebebasan dimaksud agar manusia dapat menyerahkan diri

seutuhnya kepada Allah dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi,

kehendak dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang

dikaruniakan oleh-Nya. Dalam beriman kepada Allah, manusia membutuhkan

rahmat Allah yang menolong untuk menyadari kehadiran Allah di dalam

kehidupan sehari-hari dan Roh Kudus akan menyempurnakan iman manusia

melalui kurnia-kurnia-Nya (DV 5). Allah adalah Sang Pencipta dan sumber

kehidupan dan sesuatu yang berkaitan dengan Allah itu ialah iman, maka perlulah

orangtua mendidik iman anaknya, sehingga anak mengenal siapa itu Allah dan

segala karya-Nya serta mampu menjalin relasi intim dengan Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

13

Iman datang dari pendengaran (fides ex auditu) dan pendengaran timbul

dari pewartaan sabda dan karya Kristus (Rom. 10:17).Oleh karena itu, tugas

orangtua adalah mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka sejak dari

kandungan hingga dewasa. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus

mengatakan bahwa “Orangtua terutama seorang ayah untuk mendidik anak

berdasarkan ajaran dan nasehat Tuhan” (Ef. 6:4).

PPK 31 mengatakan bahwa “Pendidikan dalam keluarga harus

memperhatikan pendidikan iman dan moral katolik, karena keluarga adalah

sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik.” Kemudian Pedoman Pastoral

keluarga art. 32 mengatakan “Salah satu aspek pendidikan iman adalah pemberian

dan pengembangan pengetahuan iman melalui harta kekayaan Gereja, yakni Kitab

Suci, katekismus, dokumen Gereja dan buku-buku katekese.”

Pada zaman Skolastik (abad XIII-XI) Thomas Aquino mengatakan bahwa

menurut kodrat yang khas manusiawi, hubungan seks suami-istri juga terarah

kepada pendidikan anak yang dilahirkan (Hadiwardoyo, 2015: 67-68). KHK

1917§ 1 menekankan tentang tujuan primer dalam sebuah perkawinan yaitu

prokreasi dan pendidikan untuk anak yang dilahirkan. Paus Yohanes Paulus II

dalam surat kepada keluarga-keluarga artikel 16 mengatakan bahwa “Mendidik

anak merupakan suatu sarana komunikasi yang hidup, bukan hanya menciptakan

suatu hubungan yang mendalam antara pendidik dengan orang yang dididik, tetapi

juga membuat mereka ikut ambil bagian dalam kebenaran dan kasih.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

14

Proses menurunkan anak tidak selesai pada saat kelahiran, tetapi

hendaknya berlangsung terus melalui kehidupan sampai anak mencapai

kedewasaannya (Eminyan, 2001: 152). Oleh karena itu setiap orangtua memiliki

tanggungjawab mendidik iman anak, tidak hanya merawat dan memberi makan.

Orangtua bertanggungjawab mampu memberikan pendidikan iman kepada anak

yang dilahirkan, karena pendidikan adalah konsekuensi dari kelahiran anak.

Manusia dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, serta

menemukan pemenuhan melalui pemberian diri yang tulus, kebenaran itu

menyangkut dua hal, yaitu menjadi pendidik dan orang yang dididik.Manusia

sebagai seorang pendidik bukan seorang yang hanya memberikan pengajaran

berupa materi, melainkan seorang pribadi yang dapat melahirkan dalam arti

rohani.Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga art.

16mengatakan bahwa “Mendidik anak dianggap sebagai suatu kerasulan yang

sejati, karena orangtua atau pendidik tidak hanya mempersiapkan pendidikan

untuk anaknya, tetapi sekaligus untuk generasi berikutnya.”

Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga 16

mengatakan bahwa “Tugas mendidik anak merupakan sarana yang digunakan

untuk komunikasi yang hidup, tidak hanya menciptakan hubungan yang

mendalam antara orangtua dan anak, tetapi juga ikut ambil bagian dalam

kebenaran dan kasih yang bertujuan terakhir dimana setiap orang akan dipanggil

oleh Allah Tri Tunggal.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

15

1. Makna Pendidikan Iman

Iman merupakan hubungan pribadi manusia dengan Allah penciptanya

karena iman lahir dari suatu pengalaman perjumpaan dengan Allah yang hidup

yang memanggil kita dan mewahyukan kasih-Nya (LF 4). Maka pendidikan iman

berarti usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mampu

menghormati dan mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Penyelamat (Pudjiono,

2007: 10). Iman membantu untuk memahami seluruh kedalaman dan kekayaan

arti melahirkan anak-anak sebagai tanda kasih Sang Pencipta yang

mempercayakan kepada kita misteri seorang pribadi yang baru yang perlu kita

rawat, kembangkan dan cintai (LF 52). Beriman berarti menerima atau

mempercayai sesuatu yang dikatakan oleh orang lain. Iman memberi pengetahuan

akan Allah, diri kita, alam tempat kita hidup, namun sifat khas dari pengetahuan

baru tersebut dapat kita miliki hanya dengan iman, tidak hanya dengan penalaran.

Paus Yohanes Paulus II mengatakan dalam suratnya kepada keluarga-

keluarga 15 mengatakan bahwa “Cinta yang dipercayakan Allah kepada laki-laki

dan perempuan di dalam Sakramen Perkawinan sebagai prinsip dasar dari

kewajiban dan tanggung jawab timbal balik bagi mereka sebagai pasangan suami

istri dan sebagai orangtua bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu, dalam

sakramen perkawinan mereka saling memberi dan menerima dan menyatakan

kesediaan mereka untuk menerima dan mendidik anak sesuai dengan iman

sebagai orang katolik.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

16

2. Tahap-Tahap Perkembangan Iman

Iman anak berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan usia.

James W. Fowler adalah seorang psikolog dan teolog Amerika Serikat, teorinya

dipengaruhi oleh perkembangan masa kecilnya dan suasana keluarga dimana ia

dibesarkan. Ia membedakan antara kepercayaan eksistensial (iman) dengan agama

dan juga membedakan iman dari kepercayaan (Budiningsih, 2008: 34-35).

Hasil analisis data yang diperoleh melalui wawancara semi klinisnya,

Fowler menemukan teori baru yang dikenal dengan istilah Faith Development

Theory (Teori Perkembangan Kepercayaan) dengan tujuh tahap. James W. Fowler

membagi teori perkembangan imannya ke dalam tujuh kategori yakni, awal-

elementer (Primal Faith), intuitif-proyektif (Intuitive-ProjectiveFaith), mistis-

literal (Mithic-Literal Faith), sintesis-konvensional (Synthetic-Conventional

Faith),individual-reflektif (Individuative-Reflective Faith), eksistensial-konjungtif

(Conjunctive Faith), dan eksistensial-universalitas (Universalizing Faith). Namun

penulis membahas tiga kategori sesuai dengan penelitian yang dilakukan,yaitu:

primal faith, intuitive-projective faith dan mithic-literal faith.

a. Awal-Elementer (Primal Faith)

Tahapan usia kanak-kanak 0-2 atau 3 tahun disebut sebagai “Tahapan

Primal”, benih iman dalam diri anak terbentuk melalui rasa percaya terhadap

orang yang merawat dan membesarkannya. Kepercayaan ini disebut pratahap

“kepercayaan yang belum terdiferensiasi” (Undifferentiated Faith), karena ciri

disposisi praverbal bayi terhadap lingkungannya belum dirasakan dan disadari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

17

sebagai sesuatau yang terpisah dan berbeda dari dirinya serta daya kepercayaan,

keberanian, cinta maupun harapannya belum dapat ia bedakan melalui proses

pertumbuhannya, melainkan masih tercampur dalam keadaan yang samar-samar

(Cremers, 1995: 27).

Kepercayaan elementer adalah rasa yang menyusun gambaran atau

pragambaran. Fowler menyebut gambaran sebagai preimages, karena disatu

pihak gambaran dibentuk oleh adanya perasaan sebelum kemampuan berbahasa

dan daya konseptual anak mulai berfungsi, namun dilainpihak telah terbentuk

suatu kepercayaan diri dari seluruh kenyataan lainnya, sehingga pragambaran

tentang Allah dan lingkungannya akhirnya matriks ontogenetiknya pada gambaran

anak tentang orang yang mengasuhnya (Cremers, 1995: 99-100).

Pengalaman anak terhadap orang yang merawat, mengasuh dan

memberikannya kehangatan serta kasih sayang, terutama ibu dan ayahnya akan

mempengaruhi gambaran asli tentang Allah (Cremers, 1995: 101), sebaliknya

pengalaman negatif sejak kanak-kanak dalam keluarga yang kurang harmonis

terlebih perlakuan oangtua yang keras akan membuat anak memiliki gambaran

yang negatif pula terhadap Allah yang transenden. Dengan demikian sebagai

pendidik utama dan pertama, orangtua menumbuhkan keyakinan dalam diri anak

bahwa sebagai manusia yang secitra dengan Allah, ia adalah insan yang dicintai

dan dihargai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

18

b. Intuitif-Proyektif (Intuitive-Projective Faith)

Tahapan usia 3-7 tahun disebut tahapan intuitif proyektif. Intuisi

memungkinkan anak untuk menangkap nilai-nilai religius yang dipantulkan oleh

orang disekitarnya terutama kedua orangtua. Disini daya imajinasi dan dunia

gambaran anak sangat berkembang, namun pada tahap ini anak belum memiliki

kemampuan operasi logis yang mantap, tetapi dengan timbulnya kemampuan

simbolis dan bahasa maka imajinasi dan dunia gambaran dirangsang oleh cerita,

gerak, isyarat, upacara, simbol maupun kata-kata (Budiningsih, 2008: 37).

Dunia gambaran dan imajinasi berkembang secara bebas karena belum

dikontrol oleh pikiran logis dan operasi-operasi kognitif lain yang baru

berkembang kemudian (budiningsih, 2008: 37). Pada tahap inilah akan membuka

kepekaan anak terhadap dunia misteri dan Yang Ilahi serta tanda-tanda

kekuasaannya (Cremers, 1995: 28).

Pada tahap ini anak lebih banyak meniru tingkah laku orang dewasa baik

vokal saat berbicara dan anak mulai menguasai dan menggunakan bahasa menurut

peraturan bahasa itu sendiri, sehingga memiliki medium untuk menyusun,

mengatur dan mengantarai seluruh relasinya dengan dunia (Cremers, 1995: 104-

105). Di sini cerita dari orangtua membentuk imajinasi dalam pikiran anak

mengenai gambaran tentang Tuhan, misalnya ketika orangtua mengajarkan anak

menyebut Allah sebagai Bapa, maka dalam pikiran anak membayangkan Allah

seperti bapa yang memiliki jenggot, baik, berambut putih seperti yang dilihatnya

dalam kartun atau bahkan anak membayangkan bahwa Allah seperti kakek atau

ayahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

19

c. Mistis-Literal (Misthic-Literal Faith)

Bentuk kepercayaan biasanya muncul pada usia 7 atau 8-12 tahun.

Gambaran emosional dan imajinal masih berpengaruh kuat, tetapi muncul pula

operasi-operasi logis yang melampaui tingkat perasaan dan imajinasi pada tahap

sebelumnya. Operasi-operasi tersebut masih bersifat konkret, tetapi sudah

memungkinkan suatu daya pikir logis mengunakan kategori-kategori sebab-

akibat, ruang dan waktu (Budiningsih: 2008:38). Tahapan mistis literal, peran

kelompok atau intuisi kemasyarakatan berperan penting dalam perkembangan

iman anak, misalnya melalui sekolah, bina iman atau PIA, sekolah minggu atau

yang lebih di kenal dengan SEKAMI.

3. Faktor Pendukung Perkembangan Iman

Dalam Ensiklik Paus Fransiskus Luman Fidei 52-53 mengatakan bahwa

“Lingkungan pertama dimana iman menerangi kota manusia adalah keluarga.”

Iman menemani tahap setiap kehidupan, diawali dengan masa kanak-kanak ketika

anak belajar percaya pada kasih orangtuanya. Iman tidak dapat bertumbuh dengan

sendirinya tanpa faktor pendukung dalam memperkembangankan iman, baik

intern maupun ekstern. Perkembangan iman mengantar dan mendorong anak

semakin dekat dan mencintai Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

20

Soerjanto (2007: 11-12) memaparkan beberapa faktor pendukung dalam

perkembangan iman anak antara lain:

a. Keyakinan Bahwa Allah Mencintai Dan Menganugerahi Berbagai Talenta

Dalam keluarga perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak,

dengan mengembangkan penghargaan yang mendalam terhadap martabat pribadi

mereka, serta sikap sungguh menghormati dan memperhatikan hak-hak mereka,

sehingga anak-anak merasakan cinta yang tulus dari keluarga. Sebagai citra Allah,

setiap anak dianugerahi berbagai talenta bagaikan benih yang masih dapat

bertumbuh dan berkembang. Maka orangtua hendaknya membantu anak-anak

supaya memahami diri sebagai insan yang berpotensi (Soerjanto, 2007:12). Oleh

karena itu cinta dari orangtua merupakan gambaran cinta dari Allah kepada anak-

anak, sehinggaanak-anak sungguh merasakan bahwa Allah mencintai pribadi

mereka dan menganugerahi berbagai talenta.

b. Teladan Iman Dari Orangtua

Teladan iman orangtua dan orang disekitar dapat membantu anak dalam

proses beriman. Iman anak-anak dapat berkembang ketika mereka hidup bersama

dengan orangtua yang sungguh beriman (Soerjanto, 2007: 12). Anak kecil adalah

seorang peniru yang hebat, maka ketika orangtua memiliki teladan hidup yang

baik, terutama dalam hal teladan iman, maka anak dapat meneladani atau meniru

orangtuanya. Gereja mewariskan seluruh kekayaan imannya kepada anak-anak

sebagai generasi muda penerus Gereja. Oleh karena itu, warisan iman diterima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

21

anak-anak melalui keluarga. Pewarisan iman terjadi melalui pembaptisan sebagai

pintu masuk bagi setiap orang dalam menerima sakramen-sakramen lainnya.

Orangtua sebagai figur untuk diteladani oleh anak. Allah sebagai Bapa,

maka peran seorang ayah berpengaruh terhadap pandangan anak tentang Allah

Bapa.Ketika anak tidak mendapatkan cinta dari seorang ayah atau gambaran ayah

yang keras, kejam, pemabuk, suka memukul, memaki dan suka membatasi

kebebasan anak, maka menjadi gambaran Allah yang ia yakini.

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa dan para murid memintaNya untuk

mengajari mereka berdoa, seperti halnya Yohanes mengajari para muridnya.Yesus

mengajarkan para murid-Nya memanggil Allah sebagai “Bapa” sebagaimana

Yesus menyebut-Nya dengan sebutan Bapa (Luk. 11:1-2). Ketika Yesus berada

diatas salib, Yesus mengatakan bahwa Bunda Maria adalah Ibu bagi mereka dan

sejak saat itu para murid menerima Maria sebagai ibu (Yoh. 19:27). Yesus

menunjukkan bahwa Allah yang diimani sungguh sangat dekat. Allah

bersemayam dalam hati dan tinggal bersama kita, sehingga kita mengalami

kehadiran Allah setiap saat dalam figur seorang ayah dan seorang ibu.

Maka teladan dari orangtua berpengaruh pada anak-anak untuk dapat

menerima dan mengimani Allah yang transenden, serta menghormati Bunda

Maria. Dalam kehidupan keluarga, keteladanan seorang ayah lebih menjadi

perhatian, karena sosok ayah berpengaruh di dalam memandang Allah sebagai

Bapa yang Maha Rahim, Maha Kasih, Maha Pengampun dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

22

c. Rasa Aman Untuk Mengagumi Dan Bertanya

Pada saat anak merasa aman dalam mengagumi sesuatu,dapat

menimbulkan pertanyaan yang membantu untuk berkembang, terlebih ketika

anak-anak bertanya untuk menambah wawasannya mengenai iman.

Perkembangan iman membantu anak berkembang mendekati kebaikan dan

kebenaran, kebaikan dan kebenaran dapat dicapai bila anak lebih dahulu

mengagumi segala sesuatu yang ia lihat (Soerjanto, 2007: 12).

Anak-anak memiliki sikap ingin tahu yang sangat besar. Pada saat anak

mengagumi sesuatu, maka menimbulkan banyak pertanyaan dalam pikirannya

mengenai sesuatu yang dikagumi. Maka orangtua diharapkan dapat menjalin

relasi yang personal dan fungsional dengan anak.

PPK 25 mengatakan bahwa ”Orangtua hendaknya menjalin relasi yang

bersifat personal dan fungsional, oleh karena itu dalam membangun relasi

personal orangtua menghargai kepribadian dan potensi anak dan tidak bertindak

sewenang-wenang, agar proses perkembangan kepribadian anak secara utuh dan

menyeluruh sebab orangtua sebagai pendidik dapat mengarahkan dan membina

anak, ketika anak bertanya karena merasa kagum. Kemudian melalui relasi yang

fungsional orangtua diharapkan menyadari dan melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik utama dan pertama dengan mengarahkan, membina dengan menasehati

atau keteladanan hidup.

Rasa kagum dapat berlanjut dengan aneka pertanyaan jujur yang

menuntunnya menuju kebenaran (Soerjanto, 2007: 12). Anak-anak memiliki rasa

ingin tahu yang besar, karena kagum terhadap sesuatu yang baru, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

23

menimbulkan pertanyaan. Rasa ingin tahu mendorong anak untuk bertanya

sampai ia mendapatkan jawaban yang memuaskan. Pertanyaan anak yang polos

dan kritis, kadang sikap orangtua mengabaikan bahkan memarahi, sebab tidak

dapat menjawab. Hal ini terjadi pada Yesus ketika masih kanak-kanak. Pada saat

itu Yesus bersama dengan orangtuanya pergi ke Yerusalem merayakan paskah

orang Yahudi. Yesus bertemu dengan para alim ulama sambil mendengarkan

perkataan mereka, Yesus mengajukan banyak pertanyaan, sehingga mereka

tercengang (Luk.2:46).

Pada saat Yusuf dan Maria mencari Yesus, Ia menanyakan alasan

mengapa harus mencari-Nya. Orangtua akan melakukan hal yang sama, jika

anaknya hilang. Setelah orangtua susah mencari dan setelah menemukan

mendapat pertanyaan alasan mencari, dapat menimbulkan sikap kurang sabar

bahkan marah serta mengatakan tidak sopan. Maria sebagai seorang ibu yang

penuh kasih sayang, menyimpan semuanya dalam hati (Luk. 2:49-51).

d. Dorongan Untuk Mencintai Alam Dan Segala Isinya

Perkembangan iman mengantar anak semakin dekat dengan Allah. Anak

semakin dekat dengan Allah Sang Pencipta, pada saat anak diajarkan mencintai

dan menghargai alam dan segala isinya, terutama mahkluk-makhluk hidup

terkhusus sesama manusia (Soerjanto, 2007: 12). Orangtua mengajarkan anak

untuk mencintai sesama, maka secara tidak langsung telah mengajarkan anak

mencintai Allah yang tak terlihat (1Yoh. 4:20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

24

Allah memberikan manusia segala tumbuh-tumbuhan, pepohonan, segala

binatang baik di darat, air maupun di udara, agar manusia dapat memenuhi

kelangsungan hidupnya. Allah menciptakan segalanya dan menempatkan manusia

dalam taman Eden. Allah menghendaki agar manusia merawat, menjaga dan

mencintai ciptaan yang diberikan-Nya itu (Kej. 1:29-30, 2:15).

Beberapa orang kudusyang akrab dan mencintai makhluk ciptaan Allah,

contohnya Santo Fransiskus dari Asisi. Orangtua dapat memperkenalkan kisah-

kisah orang kudus kepada anak-anak, sehingga anak-anak semakin mencintai

alam dan segala isinya.

4. Faktor Penyebab Gagalnya Pendidikan Iman Dalam Keluarga

Pendidikan dalam keluarga dapat terlaksana, jika relasi orangtua dan anak-

anak terjalin dengan baik. Pada saat kurangnya komunikasi antara orangtua dan

anak-anakdapat merugikan proses pendidikan. Pudjiono (2007: 5) mengatakan

beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan orangtua dalam memberikan

pendidikan iman bagi anak dalam keluarga antara lain:

a. Orangtua Kurang Menghayati Iman

Iman lahir didalam hati manusia merupakan tindakan Allah.Iman

berkembang melalui kaidah-kaidah tertentu, seperti perkembangan manusia

sendiri. Sebaliknya iman tidak bertumbuh dan berkembang, jika tidak

dipeliharamelalui Sabda Allah dan doa kehidupan setiap hari. Hidup manusia

sama halnya seperti tanaman, jika tidak diberi pupuk dan kurang mendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

25

sumber air yang cukup, maka tumbuhan menjadi kerdil bahkan mati. Demikian

halnya dengan iman (Powell, 1991: 130).

Dalam masyarakat dapat ditemukan orang katolik sejati, yang memiliki

pengetahuan mengenai iman,melainkanjuga menghayati iman yang diwujudkan

dalam tindakan nyata hidup sehari-hari, Selain itu ditemukan keluarga katolik

beriman KTP, maksudnya sebatas tanda pengenal sebagai orang katolik, tetapi

jarang pergi ke gereja dan kurang berdoa. Anak-anak memperhatikan tingkah laku

orang dewasa, sehingga ketika orangtua menyuruh anak berdoa atau pergi ke

gereja, namun orangtua sendiri tidak melakukan, maka anak mengalami kesulitan

melaksanakannya. Sebaliknya ketika orangtua menghayati imannya secara baik

dan benar,maka anak menuruti perkataan orangtua untuk mengikuti kegiatan

hidup menggereja ataupun berdoa.

b. Orangtua Mempercayakan Tanggungjawab Pada Pihak Lain

Pendidikan pertama-tama diperoleh anak didalam keluarga, sedangkan

pendidikan formal di sekolah sebagai pelengkap pendidikan yang diperoleh di

rumah dari orangtua. PPK 31 mengatakan bahwa “Pendidikan dalam keluarga

harus memperhatikan pendidikan iman dan moral katolik, karena keluarga adalah

sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik.”

Kesibukan orangtua bekerja mencari nafkah, mendorong orangtua

menyerahkan tanggungjawab mendidik anak kepada pihak lain, misalnya

pengasuh, guru agama atau lembaga sekolah, sehingga pendidikan iman anak

kurang diperhatikan. PPK 30 mengatakan bahwa “Pendidikan formal di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

26

cenderung menekankan kemampuan intelektual, mengakibatkan anak-anak kurang

memiliki kepekaan, solidaritas dan nilai-nilai hidup beriman.”

c. Orangtua Kurang Mendidik Anak Hidup Di Jalan Tuhan

Orangtua mengajarkan anak-anak agar taat pada orangtua, sama dengan

mengajarkan anak-anak taat kepada Allah, karena orangtua adalah gambaran

Allah yang nyata dalam keluarga (Ef. 6:1). Orangtua hendaknya mendidik anak-

anaknya dijalan Tuhan, karena Tuhan sebagai jalan dan menuntun, sehingga anak-

anak tidak menyimpang dari jalan itu (Ams. 4:11, 22:6).

Dalam kehidupan ditemukan orangtua kurang mendidik anak-anak hidup

dijalan Tuhan dan membiarkan anak-anak melakukan sesuai keinginan hatinya,

sehingga ketika anak-anak menjadi dewasa, mereka dapat melakukan hal-hal yang

kurang baik dan salah. Yesus mengatakan bahwa orangtua yang menyesatkan

pikiran anak-anak, maka lebih baik sebuah batu diikatkan pada lehernya,

kemudian ditenggelamkan ke dasar laut (Mat. 18:6, Mrk. 9:42, Luk 17:2)

misalnya, orangtua mengajarkan anak-anak mencuri, berbuat curang, menipu,

balas dendam dan perbuatan jahat lainnya. Orangtua yang salah dalam mendidik

anak-anak, maka suatu saat anak-anak menjadi duri dalam daging orangtua

sendiri, karena itulah Yesus dengan keras mengatakan orang yang salah dalam

mendidik anak lebih baik mati.

d. Perkembangan Jaman (Media) Menjauhkan Anak Dari Tuhan

Manusia jaman sekarang dari anak-anak, remaja, orang dewasa maupun

orang lanjut usiatidak dapat dipisahkan dari budaya media. Budaya media sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

27

merupakan hasil dari proses yang panjang dari jaman oral ke literer, kemudian ke

jaman elektronik (Iswarahadi, 2013: 36). Perkembangan media khususnya

komunikasi memiliki banyak manfaat, namun penyalahgunaan media dapat

merugikan diri sendiri maupun orang lain, karena orang dapat mengakses

informasi dari berbagai sumber dari internet.

Konsili Vatikan II menerbitkan dekrit mengenai upaya-upaya komunikasi

sosial atau Inter Mirifica. Gereja melihat bahwa media memiliki dampak positif

maupun dampak negatif, tergantung cara memanfaatkannya. Penggunaan media

tanpa dibatasi dapat menyita waktu bersama dalam keluarga terhadap pasangan

dan anak-anak. Selain itu ketika mengikuti perayaan ekaristi sibuk dengan hand

phone, sehingga tidak dapat berdoa dengan sepenuh hati.

Dirumah orangtua tidak bereaksi terhadap apa yang ditampilkan dilayar

televisi padahal anak-anak cenderung dipengaruhi oleh pesan-pesan televisi yang

mereka terima, tidak semua stasiun televisi menampilkan acara-acara yang

bersifat mendidik (Tondowidjojo, 1987: 8-9). Orangtua perlu mengontrol anak-

anak dalam menonton acara di televisi di rumah, sehingga nilai-nilai yang

ditawarkan oleh media tidak dapat menggoncangkan nilai-nilai tradisional

(agama). Kehebatan bahasa televisi dalam menyampaikan pesan-pesan sangat

diakui oleh sebab itu orangtua di tantang untuk menggunakan bahasa televisi

sebagai bahasa baru dalam mendidik iman (Iswarahadi, 2013: 82). Maka orangtua

perlu bersikap kritis pada media dan memanfaatkan media sebagai pewartaan

kepada anak-anak, misalnya menonton kartun yang mengisahkan tokoh-tokoh

dalam Kitab Suci, masa kecil Yesus, video-video katekese dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

28

5. Pendidikan Iman Dalam Keluarga

Keluarga adalah tempat iman dapat bertumbuh dan berkembang, namun

suasana atau situasi dalam keluarga dapat membuat iman mengalami kesulitan

bertumbuh. Keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan dan

pendidikan anak. Yanto Raring mengatakan dalam sebuah artikel bahwa

pendidikan bagaikan sebuah bangunan dan keluarga menjadi fondasinya (Beku,

2005: 18). Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 31-33 mengatakan beberapa contoh

memberikan pendidikan iman kepada anak dalam keluarga, antara lain:

a. Doa Pribadi Dan Doa Bersama

Berdoa berarti berbicara dengan Tuhan dalam keheningan dari hati kehati.

Doa dapat dilaksanakan secara pribadi seperti dianjurkan Yesus (Mat. 6:6). Doa

bersama dan doa pribadi merupakan salah satu cara konkret memberikan

pendidikan iman kepada anak-anak. Yesus sendiri mengatakan bahwa dua atau

tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka"

(Mat. 18:20).

FC 60 mengatakan bahwa “Karena martabat dan perutusannya, maka

keluarga katolik mempunyai tanggungjawab yang khas untuk membina anak

mereka dalam doa sebab rahmat sakramen pernikahan yang telah diterima

menuntut orangtua untuk memperkenalkan kapada anak sejak dini tentang Allah.”

Orangtua dalam keluarga perlu membiasakan anak-anak berdoa, baik doa bersama

maupun doa pribadi. PPK 35.1 mengatakan bahwa “Orangtua harus memiliki

kebiasaan hidup doa yang baik, sehingga anak-anakpada awalnya hanya meniru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

29

kebiasaan orangtua, namun sesuai dengan tahap perkembangan umur dan

pemahamannya anak-anak perlu didorong untuk mengungkapkan isi hatinya

secara spontan dalam doa.” Doa bersama dalam keluarga, misalnya doa sebelum

dan sesudah makan, doa malam, doa rosario dll.

b. Memperkenalkan Lagu-Lagu Rohani

Buku “Hatiku penuh nyanyian” (2005: 5-6) mengatakan bahwa lagu-lagu

rohani merupakan suatu pengajaran, khususnya lagu-lagu yang mengandung

ajaran-ajaran Kristiani. Lagu-lagu rohani dapat menjadi sarana pewartaan

mengenai Allah dan karya-Nya. Lagu yang tepat dan gerakkan yang pantas dalam

perayaan liturgis, membantu pertumbuhan iman anak.

Orangtua mendidik iman anak-anak dengan memperkenalkan lagu-lagu

rohani, sehingga anak-anak menghayati iman dengan hati penuh nyanyian, doa,

pujian, syukur, tobat. Orangtua dapat memperkenalkan tokoh-tokoh dalam Kitab

Suci melalui nyanyian, misalnya Bapa Abraham, Nabi Nuh, Yunus diperut ikan,

Dua belas Rasul dan sebagainya. Orang tua membantu anak-anak mengingat

nasehat dengan menggunakan lagu-lagu, misalnya hati-hati gunakan tanganmu,

cintailah sesama, dalam Yesus kita bersaudara, didalam dunia ada dua jalan dan

sebagainya. Pada saat orangtua mengajarkan anak-anakmenyanyikan lagu-lagu

rohani, maka orangtua secara tidak langsung telah berkatekese.

c. Ambil Bagian Dalam Perayaan Liturgi

Anak perlu sejak dini ikut ambil bagian dalam perayaan liturgi, terutama

dalam perayaan ekaristi, agar anak-anaksemakin mengenal dan mencintai Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

30

Orangtua perlu memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anak, sehingga anak-

anak semakin mengenal Yesus melalui sabda dan karya dengan menjadikan Yesus

Kristus sebagai fokus utama dari semua pelajaran rohani bagi anak-anak.

(Pudjiono, 2007: 8). Ketika anak belum dapat menghayati makna perayaan yang

diikutinya,namun menjadi pembiasaan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan

hidup menggereja. Keluarga katolik diharapkan ikut serta dalam perayaan Ekaristi

Suci, khususnya pada hari Minggu dan Hari Raya dalam gereja Katolik dan bila

memungkinkan dapat melaksanakan ibadat harian bersama di rumah (FC 61).

d. Membaca Dan Merenungkan Kitab Suci

PPK 35.3 mengatakan bahwa “Kitab Suci memuat kekayaan iman yang

sangat baik dan efektif untuk mengembangkan iman anak-anak.” Orangtua katolik

perlu membacakan Kitab Suci kepada anak-anak, sehinggaanak-anak menemukan

dasar iman yaitu dan semakin mengenal Allah yang menyelamatkan manusia

dalam diri Yesus Kristus. Dalam Kitab Suci terdapat dasar iman yaitu ajaran-

ajaran Tuhan Yesus.

Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma “Iman timbul dari

pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Maka kewajiban orangtua

untuk mewartakan Kristus kepada anak-anak, dengan menceritakan kisah-kisah

dalam kitab suci menggunakan bahasa anak-anak, sehingga anak-anak semakin

tertarik mendengarkannya. Keluarga menerima tugas perutusan dari Allah

menjadi sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat, karena keluarga

merupakan pewarta iman dan pendidik yang pertama (AA 11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

31

e. Aktif Dalam Pembinaan Iman

PPK 35.4 mengatakan bahwa “Orangtua dapat mendorong anak untuk

terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan iman sebagai usaha untuk memberikan

pendidikan iman dan menumbuhkan sikap menggereja dalam diri anak.” Hal itu

bisa dilakukan dengan mengajak untuk bergabung di Sekolah Minggu, Sekami,

PIA, PIR. Dengan demikian anak terbantu untuk memperkembangkan iman dan

dilatih untuk menghayati kebersamaan sebagai Gereja.

f. Ikut Ambil Bagian Dalam Rekoleksi, Retret Dan Ziarah

PPK 35.5 mengatakan bahwa “Rekoleksi, retret, ziarah dan lain

sebagainya merupakan salah satu metode yang dikembangkan dalam Gereja dan

menghasilkan buah-buah yang baik, agar orang terbantu menghayati imannya,

oleh karena itu Gereja megharapkan agar orangtua memberikan dorongan dan

dukungan pada anak-anaknya untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.”

6. Penerapan Pendidikan Iman Berdasarkan Tahap Perkembangan Iman

Sebelum kelahiran, orangtua telah mempersiapkan berbagai macam

keperluan lahiriah bayi, namun kurang mempersiapkan keperluan rohani.

Orangtua tidak memberikan pendidikan iman kepada anaknya sejak awal bukan

karena tidak mau melainkan karena kurang mengetahui cara yang tepat dalam

mewariskan iman kepada anak-anak (Pudjiono, 2007: 4). Tahap perkembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

32

iman anak sesuai dengan perkembangan usianya,sehinggamembantu orangtua

dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya di dalam kehidupan

sehari-hari. Tahap-tahap perkembangan iman anak sesuai usianya sebagai berikut:

a. Awal-Elementer

Tahapan ini disebut tahapan primal, karena benih iman dalam diri anak

terbentuk melalui rasa percaya terhadap orang yang merawat dan

membesarkannya. Anak memiliki rasa percaya pada orang-orang yang

mengasuhnya, sehingga menumbuhkan suatu keyakinan dalam dirinya bahwa ia

begitu dicintai dan sangat dihargai. Orangtua dapat menumbuhkan iman pada

anaknya, misalnya membelai penuh kasih sayang, mencium, menggendong,

merangkul, mengajaknya berbicara saat menyuapi atau mengganti pakaian,

menjaga dan merawatnya, karena mata si anak bertatapan dengan sang ibu dan

menatap orang-orang yang merawatnya.

b. Intuitif-Proyektif

Dalam tahapan intuitif proyektif, daya imajinasi dan dunia gambaran anak

sangat berkembang. Pada tahapan ini, figur orangtua yang baik sangat penting

bagi perkembangan iman anak, karena anak membayangkan atau menggambarkan

sosok Allah seperti tokoh-tokoh disekitarnya terutama bapa, ibu, guru agama dll.

Dalam mendidik anak, orangtua tidak perlu menyampaikan pengajaran dengan

nasehat atau kata-kata saja,melainkan mendidik anak dengan menjadi figur atau

teladan bagi anak, sehingga anak dapat melihat dan meneladani yang dilakukan.

Iman anak tahap ini diwarnai oleh rasa takut pada orang dewasa, namun

anak tetap aktif bertanya karena pikirannya dipengaruhi oleh suasana hati, simbol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

33

dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, pada

tahap intuitif proyektif, orangtua dapat mengajarkan anak-anak dengan

menperkenal simbol-simbol, misalnya Salib, patung Bunda Maria, Rosario, Kitab

Suci, sikap berdoa (menutup mata dan tangan terkatup), membuat tanda salib,

mengajak bernyanyi lagu-lagu rohani dan sebagainya.

c. Mistis-Literal

Pada tahapan mistis literal, peran kelompok atau intuisi kemasyarakatan

berperan penting dalam perkembangan iman anak. Maka pengajaran paling

mengena ketika disampaikan dalam bentuk kisah-kisah. Orangtua atau pendidik

lainnya dapat mengisahkan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, para martir dan orang

kudus dalam gereja katolik, ataupun mengajak anak menonton kartun

mengisahkan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.

C. Pendidikan Moral

Moral berasal dari bahasa Latin “mos” (mores) yang berarti kebiasaan,

adat istiadat, tata cara kehidupan. Magnis Suseno (1987: 18-19) mengatakan

bahwa “Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia,

karena bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi

kebaikannya sebagai manusia”. Pendidikan moral adalah upaya membawa orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

34

hidup dan berperilaku dengan baik. Hal tersebut juga disinggung dalam Kitab

Perjanjian Lama yang berbunyi: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut

baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari jalan itu” (Ams.

22:6). Gereja menyadari tugasnya mengusahakan pendidikan moral dan

keagamaan bagi anak-anak dalam keluarga katolik. Oleh karena itu, Gereja hadir

dengan kasih keprihatinan serta bantuannya yang istimewa bagi anak-anak yang

dididik dalam sekolah non-katolik sesuai dengan prinsip moral yang dianut oleh

keluarganya (GE 7).

KHK 1983 kanon 795 membicarakan mengenai pembinaan moral bagi

anak dan kaum muda isinya:

“Karena pendidikan yang sejati harus meliputi pembentukan pribadi

manusia seutuhnya yang harus memperhatikan tujuan akhir dari manusia

dan sekaligus pula kesejahteraan umum dari masyarakat, maka anak-anak

dan kaum muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat

mengembangkan bakat-bakat, fisik, moral, intelektual mereka secara

harmonis agar mereka memperoleh rasa tanggungjawab yang lebih

sempurna dan dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar dan

terbina pula untuk berperan serta secara aktif dalam kehidupan sosial”.

Moral terbagi dua yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Oleh karena itu,

orang dapat dikatakan sebagai orang baik, apabila memiliki sikap batin yang baik

dan melakukan perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan demikian moral dapat

diukur dengan tepat jika memperhatikan kedua segi tersebut (Hadiwardoyo, 1990:

113). Namun orang cenderung hanya melihat perbuatan lahiriah.

1. Makna Pendidikan Moral

Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.

Norma hukum tidak sama dengan norma moral. Norma hukum ialah norma yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

35

tidak dibiarkan dilanggar. Orang yang melanggar pasti dikenakan hukuman

sebagai sanksi. Bisa saja orang melanggar hukum karena mendengarkan suara hati

dan karena kesadaran moral sebab hukum tidak dipakai untuk mengukur baik

buruknya seseorang sebagai manusia melainkan untuk menjamin ketertiban dalam

masyarakat (Magnis-Suseno, 1987:19). Maka orantua perlu mengajarkan nilai-

nilai moral yang baik kepada anak-anak, sehingga anak-anak bisa memahami dan

menerapkannya.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Menurut L. Kohlberg

Orangtua perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan moral anak, karena

bimbingan atau pendidikan diberikan sesuai dengan tingkat usia masing-masing

anak. Tahap-tahap perkembangan moral sesuai dengan usia anak dapat membantu

orangtua dalam memberikan pendidikan moral kepada anaknya.

Lawrence Kohlberg seorang Amerika sebagai professor pendidikan dan

psikologi sosial di Universitas Harvard. Di tempat itu ia mengadakan suatu

penelitian dan memimpin banyak penelitian di bidang perkembangan moral.

Ronald Duska dan Mariellen Whelan menceritakan dalam bukunya yang berjudul

perkembangan moral bahwa Kohlberg melakukan penelitian pada 50 pria

Amerika yang berumur 10-28 tahun selama 18 tahun dengan mewawancarai

mereka setiap 3 tahun. Ia mengidentifikasikan adanya 6 sikap perkembangan yang

pada umumnya dapat dibedakan secara tegas yang disebut orientasi atau

perspektif. 6 orientasi itu menjadi dasar dari setiap tahap perkembangan moral

(Duska dan Whelan, 1982: 56).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

36

Kohlberg dalam penelitiannya menggunakan sekumpulan cerita ilustrasi,

yang membawa orang pada suatu dilema moral, salah satunya adalah cerita

ilustrasi yang dikenal sebagai dilemma Heinz, sebagai berikut:

“ Di Eropa, ada seorang wanita yang mendekati ajalnya, karena mengidap

penyakit sejenis kanker. Para dokter berpendapat bahwa hanya ada satu

macam obat yang mungkin dapat menyembuhkan penyakit tersebut. obat

itu sejenis radium hasil temuan seorang apoteker. Namun biaya pembuatan

obat tersebut sangat mahal sehingga sang apoteker melipatkan harga obat

tersebut sepuluh kali lipat dari biaya pembuatannya. Untuk membuat obat

tersebut sang apoteker mengeluarkan $200 dan untuk satu dosis kecil obat

tersebut dijual seharga $2,000. Sedangkan Heinz pergi ke semua

kenalannya untuk meminjam uang tetapi yang ia peroleh hanya $1,000

separuh dari harga obat yang ingin dibeli. Heinz mengatakan kepada sang

apoteker bahwa istrinya hampir meninggal dan membutuhkan obat itu. Ia

meminta agar sang apoteker menjualnya lebih murah atau kalau boleh

membayar kekurangannya dikemudian hari. Namun sang apoteker

mengatakan “ jangan begitu, saya sudah menemukan obat itu dan saya

ingin mendapatkan keuntungan dari hasil penemuan saya itu.” Heinz

menjadi putus harapan, dan kemudian menggedor toko orang itu dan

mencuri obat tersebut untuk istrinya”. (Duska dan Whelan,1987:58).

Kohlberg menemukan dari jawaban responden sebagai tahap-tahap

perkembangan moral. Tahap perkembangan moral anak ada tiga tingkat dan

dengan dua tahap setiap tingkatan sebagai berikut:

a. Tingkat Pra-Konvensional

Pada tingkat pra-konvensional, anak sangat peka terhadap berbagai

peraturan berlatarbelakang budaya dan penilaian baik-buruk, benar-salah, namun

mengartikannya dari sudut akibat-akibat fisik suatu tindakan yang dilakukan

(Duska dan Whelan, 1982: 60). Pada tingkat ini, terjadi pada anak-anak berusia

empat sampai sepuluh tahun. Kecenderungan utama anak dalam berinteraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

37

dengan orang lain adalah menghindari hukuman atau mencapai maksimalisasi

kenikmatan (hedonistis). Dalam tingkat pra- konvensional ini dibagi menjadi dua

tahap yaitu:

(1) Tahap Satu: Hukuman dan ketaatan

Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak dipersoalkan terhadap

kekuasan yang lebih tinggi sedangkan nilai manusiawi tidak diperhatikan. Akibat

fisik tindakan, terlepas arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan

sifat buruk dari tindakan (Kohlberg, 1995: 81), misalnya ketika anak berusaha

keras belajar bukan karena ingin menambah ilmu, namun semata-mata supaya

mendapat nilai yang tinggi, sehingga mendapat pujian atau apresiasi dari orangtua

dan orang sekitarnya. Anak menaati suatu peraturan bukan didasarkan hormat,

melainkan menghindari suatu hukuman, misalnya anak tidak pulang sampai larut

malam bukan karena mengetahui itu kurang baik, melainkan ketika pulang ia

tidak mendapatkan hukuman dari ayahnya maupun ibunya.

(2) Tahap Dua : Relativisme-Instrumental

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara instrumental memuas-

kan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang memperalat orang lain.

Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di tempat umum atau

hubungan dagang. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

38

pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis.

Kohlberg memberikan contoh: ketika kamu menggaruk punggungku, maka aku

melakukan hal yang sama (Duska dan Whelan, 1982: 60).

Pada tahap ini, anak melakukan sesuatu agar mendapatkan yang sama, ada

unsur balas budi. Kohlberg memberikan contoh lain: seorang siswa mempunyai

sebuah pekerjaan rumah dari gurunya, dia meminta kakak membantunya dan

apabila kakak membantu, dia akan membantu kakaknya membersihkan pekerjaan

rumah.

b. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau

bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, tanpa

mengindahkan akibat yang segera dan nyata, karena ketika menyimpang dari

harapan kelompok, maka akan terisolasi. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan

tatanan sosial untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan

sosial itu. Maka pada tingkat konvensional perasaan yang lebih dominan adalah

rasa takut dan malu (Duska dan Whelan,1982:60).

(3) Tahap Tiga: Kesepakatan Antara Pribadi Atau Orientasi Anak Manis

Kohlberg mengatakan bahwa perilaku yang baik adalah perilaku yang

dapat menyenangkan atau membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka.

Anak berusaha bersikap baik atau manis, agar dapat diterima dalam kelompok dan

lingkungan ia tinggal, misalnya: seorang anak terlibat aktif dalam kerja bakti di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

39

desanya, dengan maksud agar warga di desanya memiliki pandangan baik tentang

dirinya dengan kata lain anak mencari persetujuan dengan berprilaku baik

(Kholberg, 1995:81).

(4) Tahap Empat: Hukuman Dan Ketertiban

Pada tahap ini, orientasi terhadap otoritas, peraturan yang pasti dan

pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas,

memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial

tertentu demi tata aturan itu sendiri. Orang mendapatkan rasa hormat dengan

berperilaku menurut kewajibannya, misalnya seorang siswa mematuhi tata tertib

disekolah dengan memakai seragam lengkap dalam upacara bendera, demi

mematuhi aturan dan menghindari hukuman karena pelanggaran (Kholberg,

1995:82).

c. Tingkat Pasca-Konvensional

Pada tingkat pasca-konvensional, orang bertindak sebagai subyek hukum

dengan mengatasi hukum yang ada. Pada tahap ini, orang mulai menyadari bahwa

hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan kesejahteraan. Maka ketika

hukum tidak sesuai dengan martabat manusia, maka hukum dapat dirumuskan

kembali. Perasaan cenderung pada rasa bersalah, sehingga ukuran yang dipakai

untuk suatu keputusan moral adalah mendengarkan suara hati atau hati nurani

(Budiningsih, 2008: 30). Pada tingkat pasca-konvensional ini dibagi kedalam dua

tahap yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

40

(5) Tahap Lima: Kontrak Sosial Legalistis

Suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada dasar legalistis dan

utilitarian. Perbuatan benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama

dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh

masyarakat, terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai-nilai dan

pendapat-pendapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk

mencapai kesepakatan (Kohlberg, 1995: 82). Maka jika hukum menghalangi

kemanusiaan, maka hukum dapat diubah (Budiningsih, 2008: 31).

(6) Tahap Enam: Prinsip Etika Universal

Pada tahap terakhir ini, orientasi terletak pada keputusan suara hati dan

pada prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis,

menyeluruh, universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan

etis. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip-prinsip universal mengenai keadilan,

timbal-balik, dan persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat terhadap

martabat manusia sebagai person individual (Kholberg, 1995:82).

Budiningsih (2008: 31) mengatakan bahwa ”Prinsip moral pada tahap ini

sangat abstrak, misalnya soal perintah Yesus tentang mencintai sesama manusia

seperti kita mencintai diri sendiri”. Kohlberg menceritakan dalamdilema Heinz:

seorang suami tidak mempunyai uang, dia mencuri untuk membeli obat demi

keselamatan nyawa istrinya dengan keyakinan menyelematkan kehidupan

seseorang merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi dari pada mencuri

(Duska dan Whelan, 1982: 58).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

41

3. Bentuk-Bentuk Pendidikan Moral

Orangtua melaksanakan pendidikan moral dengan melatih kepekaan anak

terhadap suara hati dan bertindak berdasarkan suara hati. PPK 36 menjelaskan

bahwa “Pendidikan moral mencakup suara hati, kebebasan, tanggung jawab dan

norma-norma moral.” Dapiyanta (2013: 1-36) juga dalam buku teologi moral

katolik menuliskan mengenai suara hati, kehendak bebas dan tanggung jawab.

PPK 36. 2 mengatakan kebebasan kehendak adalah prasyarat perbuatan moral.

Bentuk-bentuk pendidikan moral meliputi:

a. Suara hati

Suara hati adalah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya,

dimana seseorang hanya seorang diri bersama dengan Allah sehingga Allah dapat

menggemakan sapaan-Nya dalam batin manusia (GE 16). PPK 36.1 mengatakan

bahwa ”Suara hati sering disebut juga hati nurani adalah sanggar suci manusia,

tempat Allah bersemayam dalam hati manusia dan menjadi penuntun perilaku

karena suara hati mrnuntun orang pada kebenaran.” Maka hati nurani dikenal

sebagai mata hati.

Perjumpaan manusia dengan Allah dalam hati nurani merupakan peristiwa

yang penuh misteri, karena hanya Allah sendiri yang lebih mengenal hati manusia.

Oleh karena itu, perbuatan yang sifatnya melawan suara hati adalah dosa (Kieser,

1987: 112). Magnis Seseno (1987: 53) mengatakan bahwa “ Suara hati adalah

kesadaran moral dalam situasi konkret”.Norma-norma dalam kehidupan diperoleh

melalui orangtua, guru, tetangga, teman dan masyarakat,agar dapat memahami

dan berbuat kebaikan. Suara hati senantiasa mendorong untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

42

kebaikan, namun suara hati dapat tumpul, ketika manusia melalaikan bisikan

suara hati.

1) Fungsi Suara Hati

Pada saat mengambil keputusan, membutuhkan pertimbangan, baik pikiran

maupun hati. Suara hati adalah inti dari kepribadian manusia dalam membedakan

baik dan buruk, serta mendorong kearah kebaikan. Suara hati muncul pada saat

akan melakukan suatu tindakan, baik perbuatan baik maupun buruk. Pada saat

melakukan perbuatan salah atau dosa, suara hati terus terusik dan hati merasa

tidaktenang dan tidak damai. Sebaliknya pada saat melakukan perbuatan baik atau

benar, hati merasa tenang, damai dan bahagia.

Ketika mengabaikan bisikan suara hati, menyebabkan manusia jatuh pada

konkupisensi (kecenderungan jatuh dalam dosa). Maka perlu pembinaan suara

hati.

2) Pembinaan suara hati

Pembinaan suara hati tidak sama dengan penyadaran akan

norma.Pembinaan suara hati menuntut orang untuk semakin sadar pada kondisi

individual dari hidupnya, pandangan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan,

kepentingan pribadi dan kelompok yang mengarahkan pengertian akan kondisi

sosial yang membatasi pertimbangan dan keputusan (Kieser,1987:140).

Pembinaan suara hati bagi orang beriman pertama-tama ditekankan ialah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

43

keterbukaan dan harapan hati manusia pada Allah. Suara hati dibina melalui

pengalaman hidup rohani yang disebut pembedaan Roh (Kieser, 1987: 150).

3) Kemutlakan Suara Hati

Kemutlakan tuntutan suara hati tidak berarti bahwa suara hati pasti benar,

karena yang mutlak dalam suara hati adalah tuntutan tidak menyeleweng dari

yang disadari sebagai kewajiban. Suara hati mutlak dalam arti bahwa tuntutannya

tidak dapat ditiadakan kembali oleh pertimbangan untung rugi, senang tidak

senang oleh pendapat orang lain, dan pendapat pelbagai otoritas atau oleh

perasaan kita sendiri (Magnis Suseno,1987:56-57).

b. Kebebasan Kehendak

PPK 35 mengatakan bahwa”Kebebasan kehendak adalah prasyarat

perbuatan moral’. Kebebasan itu memungkinkan orang untuk melakukan atau

mengabaikan tindakan yang baik maupun buruk. Ketika orang memiliki kehendak

bebas untuk berbuat dan bertindak berarti lepas dari tekanan dan pemaksaan.

Manusia dapat berpaling dari kebaikan, karena kehendak bebas. Kebebasan telah

rusak karena disalahartikan dengan tindakan sewenang-wenang. Manusia hanya

dapat berpaling pada kebaikan apabila ia bebas namun orang-orang yang

mendukung kebebasan dengan cara yang salah, dan cenderung mengartikan

kebebasan dengan kesewenang-wenangan untuk melakukan suatu tindakan sesuka

hati bahkan juga kejahatan, akibatnya kebebasan manusia terluka oleh dosa, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

44

hanya dengan berkat Allah mampu mewujudkannya secara konkret hatinya

kepada Allah (GS 17).

c. Tanggungjawab

PPK 36.3 mengatakan bahwa“Tanggung jawab sebagai keberanian

melakukan apa yang diyakini dan memikul konsekuensinya”. Dapiyanta

(2013:34) mengatakan bahwa“Tanggung jawab sebagai kemampuan seseorang

untuk memberikan tanggapan atas tindakannya”.

d. Norma Moral

Norma moral adalah tolok ukur yang digunakan dalam masyarakat untuk

mengukur kebaikan seseorang (Magnis Suseno, 1987: 19). Keluarga memberikan

pemahaman kepada anak mengenai norma-norma katolik sesuai dengan tahap-

tahap perkembangan pribadi. Perkembangan moral seorang anak dipengaruhi oleh

lingkungan. Masyarakat memperngaruhi perkembangan kepribadian individu,

demikian juga dengan aspek moral pada anak (Singgih Gunarsa, 1983:61).

Orangtua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak sejak dini.

Anak sejak dini telah menerima berbagai norma dari orangtua, orang lain,

masyarakat dan guru di sekolah. Norma-norma yang diajarkan orangtua kepada

anak di rumah,misalnya, ketika seorang anak menerima sesuatu dari pastor atau

suster, orangtua mengajarkan mengucapkan terima kasih dan menerima

pemberian menggunakan tangan kanan; orangtua memberikan pakaian sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

45

dengan jenis kelamin; orangtua mengajarkan sikap berjalan di depan orang yang

lebih tua.

e. Norma Moral Kristiani

Pada perjanjian lama, bangsa Israel taat pada Tradisi dan Hukum

Taurat.Orang beriman kristiani menggunakan sepuluh perintah Allah sebagai

norma moral sebagai berikut:

1) Larangan Menyembah allah-allah Lain (Kel. 20: 3.5-6, Ul. 5: 7.9-10)

Keluaran 20:3 “Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku”.Teks

menegaskan kepada bangsa Israel, agar percaya pada Allah yang satu dan esa

seperti terdapat dalam syahadat para rasul.

2) Larangan Menyebut Nama Allah Dengan Tidak Hormat (Kel. 20:7, Ul. 5:11)

Allah boleh disebut dengan nama-Nya namun tidak boleh dikuasai

(Kieser, 1987: 179). Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu dengan

sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut

nama-Nya dengan sembarangan (Kel. 20:7).Maka orang Yahudi tidak menyebut

nama YHWH dan menggantinya dengan sebutan Adonai atau Hashshem.

3) Perintah Menguduskan Hari Sabat (Kel. 20:8-11, Ul. 5:12-15)

Hari Sabat merupakan peringatan akan kemerdekaan Israel dan karya

Allah yang membebaskan (Kieser, 1987: 177). Perintah menguduskan hari Sabat

bukan semacam larangan, melainkan suatu pemberian Allah sebagai perlindungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

46

bagi hidup manusia, terutama bagi mereka yang lemah. Allah telah bekerja selama

enam hari menciptakan bumi berserta segala isinya dan kemudian pada hari

ketujuh Ia beristirahat, dan Allah memberkati hari ketujuh dan menguduskannya,

karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah Ia

kerjakan (Kel. 1:4-31, 2:1-3).

“Janganlah melakukan pekerjaan pada hari ketujuh”, perintah untuk hari

Sabat mengenai pekerjaan dan istirahat. Allah menghendaki supaya manusia

beristirahat dari segala aktivitas/ bekerja. Perintah ini bukan sepenuhnya

beribadat, tetapi pada keseimbangan antara bekerja dan beristirahat.

Waktu beristirahat supaya lembu ataupun binatang yang digunakan

meringankan pekerjaan dapat beristirahat dan orang lain dipekerjakan dapat

melepas lelah. Oleh karena itu,hari Sabat merupakan hari kemerdekaan yang

diberikan kepada Bangsa Israel. Maka hari kemerdekaan juga berlaku bagi setiap

orang. Oleh karena itu, bagi orang Israel perayaan Hari Sabat yang semula adalah

pemberian bagi manusia yang lemah, akhirnya menjadi hari ibadat dan tuntunan

agama bagi orang Israel (Kieser, 1987: 176-177).

4) Perintah Menghormati Orangtua (Kel. 20:12; Ul. 5:16)

Buku “Kasih setia dalam suka duka”(1994: 77) mengatakan bahwa

“Menghormati dan menaati kehendak orangtua merupakan kewajiban sebagai

anak, namun setelah dewasa kewajiban anak ialah membantu dan merawat

orangtuanya.”Kewajiban tidak bersifat statis dan tidak selalu sama, karena

dipengaruhi oleh perkembangan maupun situasi dan kondisi. Beberapa hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

47

perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh anak terhadap orangtua, yaitu;

mengasihi, sikap penuh syukur dan sikap hormat pada orangtua.

Buku “Kasih setia dalam suka duka” (1994: 114) mengatakan bahwa

“Ketaatan terhadap orangtua bersifat dinamis, karena dengan perkembangan anak

yang semakin mampu menata hidup dan bersikap mandiri, sehingga keperluan

ketaatan berkurang secara proporsional.”

Perintah menghormati orangtua berlaku untuk anak kecil sampai dewasa.

Kitab Amsal menuliskan mengenai orangtua dan anak ”Siapa mengutuki ayah

atau ibunya, pelitanya akan padam pada waktu gelap” dan “anak yang

menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri”

(Ams. 19:26.20:20). Kedua teks menegaskan bahwa sebagai anak kita harus

memberikan perlakuan baik kepada ibu maupun ayah, dengan menghormati dan

memberikan perlakuan baik kepada orangtua, berarti menghormati Allah, karena

orangtua merupakan gambaran Allah yang nyata dalam keluarga.

Perintah menghormati orangtua secara tidak langsung menyampaikan

kepada para orantua untuk menghormati anak-anaknya baik laki-laki maupun

perempuan. Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga 15

mengatakan bahwa “Mereka pantas untuk dihormati, sebab mereka hidup, sebab

mereka ada seperti adanya sekarang ini, dan hal ini benar mulai sejak pertama kali

mereka berada dalam kandungan. Dan memiliki ikatan mendalam yang

mempersatukan keluarga, menyoroti dasar dari kesatuan batin keluarga.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

48

5) Larangan Membunuh (Kel. 20:13; Ul. 5:17)

Membunuh berarti meniadakan kehidupan. Allah sebagai pemberi

kehidupan, maka Allah yang berhak mengambil kehidupan, maksudnya manusia

tidak mempunyai hak meniadakan kehidupan. Beberapa arti “membunuh”kata

Ibrani: membunuh orang atau membunuh hewan, menjatuhkan hukuman mati atau

membunuh dalam suatu perang. Membunuh sudah jelas menumpahkan darah

(Kieser, 1987: 172). Manusia dilarang membunuh, karena Allah pemberi

kehidupan dan Allah selalu melindungi ciptaan-Nya.

6) Larangan mencuri (Kel. 20:15; Ul. 5:19)

Perbuatan mencuri milik orang lain sama dengan merampas hak milik

orang yang bukan miliknya. Tindakan mencuri terjadi karena mengingini sesuatu

atau barang yang bukan milik atau hak pribadi. Larangan ini diajarkan keluarga-

keluarga kristiani kepada anak-anak, agar mampu menghargai barang milik orang

lain, sehingga ketika dewasa, tidak mencuri barang milik orang lain.

7) Larangan Bersaksi Dusta (Kel. 20:16; Ul. 5:20)

Istilah saksi dusta berasal dari lingkungan pengadilan dan hukum (Kieser,

1987: 175). Larangan mengucapkan saksi dusta untuk melindungi kepastian

hukum dan keamanan sosial. Bersaksi dusta berarti omong kosong sama dengan

berbohong. Maka orangtua mengajarkan anak-anak untuk berkata jujur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

49

f. Norma Moral Umum

Penilaian terhadap norma moral berbobot, karena norma moral merupakan

tolok ukur yang dipakai dalam masyarakat dalam mengukur kebaikan seseorang

(Magnis Suseno, 1987: 19). Selain norma moral kristiani, terdapat beberapa

keutamaan moral pada umumnya, antara lain:

1) Sikap Menghargai Orang Lain Dan Kehidupan

Konsili Vatikan II dalam GS 27 menekankan sikap hormat terhadap

pribadi manusia, sehingga memandang orang lain sebagai sesamanya. Orang lain

sebagai pribadi yang lain “dia adalah aku yang lain”, sehinggasemakin

menghargai orang lain, seperti kata Yesus “segala sesuatu yang dilakukan pada

orang lain, dilakukan untuk Dia, sebab Allah hadir dalam setiap pribadi kita

masing-masing, entah ia miskin atau pun kaya (Mat. 25: 40).

2) Kejujuran

Kejujuran terdapat dalam perintah Allah kedelapan (Kel. 20:16). Allah

tidak menghendaki manusia berkata dusta, karena orang tidak jujur, ibarat pedang

atau panah tajam bagi orang lain (Ams. 25:18), namun sebaliknya Allah lebih

mengasihi orang jujur (Ams. 16:13).

3) Kerendahan Hati Dan Menolong Orang Lain

Kerendahan hati berawal dari kisah penciptaan, saat manusia dibentuk dari

tanah dan akan kembali menjadi tanah (Kej 3:19). Yesus menghendaki agar

manusia belajar kelemahlembutan dan kerendahan hatiNya (Mat 11:29).

Yesusbersikap rendah hati dan menolong orang lain melalui mukjizat-mukjizat-

Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

50

4) Penuh Cinta Dan Kasih

Hukum utama dan pertama adalah hukum kasih. Ketika seorang ahli

taurat datang mencobai Yesus, mengenai hukum mana yang paling utama dalam

Hukum Taurat, maka Yesus menjawab bahwa hukum pertama ialah mengasihi

Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, dan hukum kedua ialah

mengasihi sesama manusia sama seperti diri kita sendiri, sebab tidak ada orang

yang menyakiti dirinya sendiri (Mat. 22:37-39; Mrk. 20:30-31; Luk. 10:27; Gal

5:14; Yak. 2:8).

g. Penerapan Pendidikan Moral Berdasarkan Tahap Perkembangan Moral Anak

1) Pra-Konvensional

Pra-konvensional merupakan tingkat pada saat anak berusaha patuh, agar

tidak mendapatkan suatu hukum. Pada tahap ini, orangtua atau pendidik lainnya

diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan anak serta memiliki

kemampuan untuk memberikan pujian dan penghargaan yang tepat sebagai

sumber motivasi. Orangtua hendaknya memiliki metode tepat pada saat

menasihati anak ketika melakukan suatu kesalahan, tanpa mengeluarkan perkataan

yang menjatuhkan mental anak, misalnya Nak, jadilah anak yang tenang (kamu

jangan nakal).

2) Konvensional

Pada tingkat konvensional, anak cenderung menuruti yang diharapkan oleh

keluarga atau masyarakat. Maka menjadi anak baik, perbuatan harus diterima di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

51

masyarakat dan mendapat penghargaan dari orang lain, karena anak menyadari

kewajiban dalam melaksanakan norma-norma dan penting mempertahankan

norma-norma. Maka tahap ini, orangtua memberikan bimbingan dan nasehat,

agar anak tidak hanya mengejar pujian dan penghargaan, namun memberikan

motivasi agar moral baik tetap terjaga dan terus berkembang, misalnya Nak,

caramu berbicara pada orangtua sudah cukup baik, namun perlu memperhalus

ucapannya (jangan berkata kasar pada orang yang lebih tua).

3) Pasca-Konvensional

Pada tingkat ini,anak menyadari bahwa hukum merupakan kontrak sosial

demi ketertiban dan kesejahteraan. Maka ketika hukum tidak sesuai dengan

martabat manusia, maka hukum dapat dirumuskan kembali. Pada tingkat pasca-

konvensional, kata hati menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal

yang terwujud dalam tingkah laku anak, misalnya menghargai atau

memperlakukan orang lain dengan baik, agar hati atau perasaan tidak merasa

bersalah, (ditegur hati nurani).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

BAB III

PENELITIAN MENGENAI PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN:

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA

YANG USIA PERKAWINAN 7–15 TAHUN

DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG

Pada bab tiga penulis mengkaji tentang pelaksanaan tujuan perkawinan

mengenai pendidikan iman dan moral anak oleh orangtua katolik yang usia

perkawinannya 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong,

Keuskupan Tanjung Selor. Pada bagian pertama penulis membahas gambaran

situasi umum Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong mengenai sejarah,

situasi geografis, situasi umat meliputi mata pencarian dan kehidupan, situasi

kehidupan umat katolik terdiri dari segi ekonomi, segi pendidikan dan segi

kebudayaan serta visi, misi dan strategi. Sedangkan bagian kedua penulis

membahas mengenai penelitian tentang pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai

pendidikan iman dan moral anak. Kemudian bagian terakhir kesimpulan

penelitian dan keterbatasan penelitian.

A. Gambaran Situasi Umum Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong

Gambaran umum Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, meliputi:

sejarah singkat, Situasi Geografis, Situasi Umat, Mata Pencarian Umat, Visi dan

Misi diambil dari buku “Jejak langkah Keuskupan Tanjung Selor“ halaman 191-

196serta arsip data Paroki MBK Mansalong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

53

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

Sejarah Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong dikutip dari buku

“Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor,” karya Komisi Komunikasi Sosial

Keuskupan Tanjung Selor. Tahun 1977, tujuh orang Misionaris OMI mulai

berkarya di Keuskupan Samarinda wilayah Utara, yakni Paroki Tarakan dengan

Pastor Yosef Rebussi Aman Dopogon, OMI. Wilayah Keuskupan Tanjung Selor

berupa pegunungan dan sungai-sungai yang panjang sehingga para misionaris

menggunakan jalan air sebagai alternatif. Pemekaran paroki menjadi empat

paroki, yaitu Sungai Kayan, paroki Malinau, paroki Berau, dan Tarakan.

Setelah pemekaran Paroki Malinau, PastorAntonio Bocchi, OMI (Alm)

dan Pastor Mario Bartoli, OMI (Alm) pergi mengembangkan misi ke Kecamatan

Sembakung. Pada 18 Juni 1979 umat Binter menyatakan diri menjadi Katolik.

Bapak Niko Boro sebagai katekis diutus ke Binter mengadakan pendampingan

dan pembekalan bagi umat. Dalam perkembangan Pastor Antonio Bocchi, OMI

(Alm) dan para simpatisan Katolik di Binter mendapatkan tekanan dari

Pemerintah Kecamatan dan Danramil, maka Pastor Antonio Bocchi, OMI (Alm)

memilih mundur dari pelayanan pastoral sampai awal tahun 1986 (Komsos

Keuskupan Tanjung Selor, halaman 192).

Akhir tahun 1986 pelayanan pastoral dimulai lagi di wilayah Lumbis-

Sembakung. Desa Liang (Beringin) menyatakan diri masuk menjadi Katolik, yang

diketuai oleh Bapak Luda, Ladika dan Balabatu, dilayani oleh Pastor Yosef

Rebussi Aman Dopogon, OMI dari Malinau dan katekis Niko Boro, I Made Kerta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

54

serta Aleks Kawang (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halalaman 193).

Akhir tahun 1987, Desa Tujung diketuai Bapak Kapulin menyatakan diri

masuk katolik. Mereka menghadap Pastor Carlo Bertolini Yalai, OMI di Tarakan.

Awal 2 Februari 1987 umat Tujung dilayani Paroki Malinau. Awal tahun 1988,

Tanjung Matol diketuai oleh Bapak Gabriel (Alm) menghadap Pastor Yosef

Rebussi Aman Dopogon, OMI menyatakan diri masuk Katolik. Saat itu Bapak

Hendrik sebagai katekis. Kemudian bulan September 1988, bertambah tenaga

katekis yakni Bapak Meleanus yang ditugaskan di Lumbis-Sembakung, Stasi

Beringin, Tanjung Matol, Tujung, dan Patal.

Tahun 1989, masyarakat Suyadon diwakili oleh Bapak Bakumpul

menyatakan diri menjadi katolik. Kemudian dua Desa Sukamaju yang dipelopori

oleh Bapak Bulinti dan Jawangin (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halaman

194). Wilayah Sembakung-Lumbis umat katoliknya semakin bertambah, sehingga

wilayah pastoral semakin meluas. Pada 24 September 1989 sesuai dengan Surat

Keputusan Uskup Keuskupan Samarinda tentang pembentukan Paroki Maria

Bunda Karmel Mansalong dengan alasan: pertama, Stasi Mansalong menjadi

ibukota Kecamatan Lumbis, mempermudah urusan antara Gereja dan Pemerintah

Kecamatan. Kedua, Mansalong berdekatan dengan paroki Malinau, berada

dipertengahan stasi-stasi di wilayah hilir dan hulu sungai Sembakung.

Stasi Mansalong pada awalnya terdiri dari 3 kepala keluarga katolik yang

dilayani oleh Pastor Pancrazio di Grazia, OMI sebagai pastor paroki dan Bapak

Meleanus dan Bapak Viktor sebagai katekis. Umat semakin berkembang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

55

sehingga fokus utama pastoral pada persiapan katekumen melalui pengajaran para

katekumen. Tahun 1993-2001,bertambah tiga pastor yakni: Pastor Nikolaus Ola

Paokuma, OMI; Pastor Tarsisius Eko Saktio,OMI; dan Pastor Simon Heru

Supriyanto, OMI serta empat katekis yakni: Bapak Nikodemus Pehan, Bapak

Risaldi, Ibu Maria, dan Bapak Marson, sehingga kegiatan-kegiatan pastoral mulai

terprogram dengan baik (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, halaman 194).

Pada 29 September 2011, Stasi Mansalong bertambah tenaga pastoral dari

Kongregasi SSpS Provinsi Kalimantan, yakni: Sr. Yustina Daiman Djemumut,

SSpS; Sr. Ermilinda Agata Too, SSpS; dan Sr. Maria Fetilandia Dangur, SSpS.

Mereka membuka komunitas di Mansalong, yaitu Komunitas Santo Mikael dan

secara khusus membantu dibidang pastoral, kesehatan, dan asrama putra-putri

“Ago Onsoi”. Kemudian Sr. Ermilinda, SSpS dan Sr. Yustin, SSpS pindah

digantikan oleh Sr. Albina, SSpS; Sr. Aplonia, SSpS; dan Sr, Loys, SSpS,

sehingga komunitas St. Mikhael Mansalong beranggota empat orang (wawancara

Sr. Getrudis,SSpS).

Umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong setiap tahun semakin

bertambah dan menyebar ke berbagai desa di Kecamatan Lumbis. Umat paroki

bertambah dari baptisan baru dan pendatang berasal dari luar yang bekerja di

perusahaan-perusahaan kayu dan sawit di sekitar Wilayah Mansalong Kecamatan

Lumbis (wawancara Diakon Sebastianus Viktor Liju, Pr)

Pada tahun 2014, Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong berusia 25

tahun dengan jumlah umat 3.770 jiwa. Perkembangan paroki membawa harapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

56

bahwa Gereja lebih hidup sekaligus mempunyai tantangan ketika budaya lokal

yang sering tidak sesuai dengan arah Gereja. Tantangan ini dimaknai sebagai

proses semakin menumbuhkembangkan Gereja Mansalong demi terwujudnya

Kerajaan keselamatan-Nya (arsip paroki).

2. Situasi Geografis Paroki Mansalong

Situasi Geografis Paroki MBK Mansalong dikutip dari wawancara dengan

beberapa dewan paroki MBK Mansalong dan buku “Jejak Langkah Keuskupan

Tanjung Selor”. Paroki MBK Mansalong terletak di wilayah Kecamatan Lumbis,

Kabupaten Nunukan. Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong terletak di

sepanjang aliran Sungai Sembakung dan Kecamatan Lumbis. Pada tahun 2011

terjadi pemekaran Kecamatan di Kabupaten Nunukan, yaitu: Kecamatan Lumbis

Induk, Kecamatan Lumbis Ogong dan Kecamatan Sembakung dan terakhir adalah

Kecamatan Sembakung Atulai. Paroki MBK Mansalong memiliki stasi-stasi yang

letaknya berjauhan, sehingga petugas pastoral melayani umat dengan

mengunjungi dari stasi yang satu ke stasi lainnya (turnei) dengan menggunakan

perahu tempel.

Pelayanan pastoral pada umat di pinggir Sungai Lumbis-Sembakung

memiliki tantangan, karena harus melewati giram (arus deras berbatuan),

khususnya di stasi bagian hulu sungai (Komsos keuskupan Tanjung Selor, hal.

191-192). Oleh karena itu, petugas pastoral melakukan kunjungan ke stasi-stasi

harus menginap 5-11 hari dan waktu perjalanan ke stasi yang jauh ditempuh 10-12

jam dengan perahu tempel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

57

3. Situasi Umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

Situasi umat paroki diperoleh dari arsip dan wawancara dengan dewan

Paroki MBK Mansalong. Umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

berjumlah 3.770 jiwa, terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) stasi sebagai berikut:

No Nama Stasi No Nama Stasi

1 Stasi St. Yohanes Tau Lumbis 17 Stasi Podong

2 Stasi St. Stefanus Panas 18 Stasi Payang

3 Stasi St. Petrus Labang 19 Stasi St. Maria Bunda Karmel

Mansalong

4 Stasi St. Yakobus Sumentobol 20 Stasi St. Yosep Base Camp

Kalampising ( Perusahan Kelapa

sawit)

5 Stasi St. Gregorius Long Bulu 21 Stasi St. Nikolaus Tanjung

Matol

6 Stasi St. Paulus Sukamaju 22 Stasi Pulau Keras

7 Stasi Ubol 23 St. Bonifasius Sabuluan

8 Stasi Bulu Mongolom 24 Stasi BHP Rayon B ( Perusahan

Kelapa sawit)

9 Stasi Tukulon 25 BHP Rayon C (Perusahan

Kelapa sawit)

10 Stasi Sta. Ana Suyadon 26 Komismar Pembibitan

(Perusahan Kelapa sawit)

11 Stasi St. Thomas Patal 27 Komismar Mambulu (Perusahan

Kelapa sawit)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

58

12 Stasi Beringin 28 Komismar 2007 (Perusahan

Kelapa sawit)

13 Stasi St. Antonius Intin 29 Komismar Sebuluan (Perusahan

Kelapa sawit)

14 Stasi St. Benediktus Tanjung

Hulu

30 Stasi St. Yohanes Don Bosco

BHP Rayon A (Perusahan

Kelapa sawit)

15 Stasi St. Teresia Lokasi 31 Stasi Pemukiman (Tanjung

Harapan)

16 Stasi Sedongon 32 Stasi St. Eugenius Pagar

33 Stasi St. Yosep Tujung.

(berdasarkan arsip dan wawancara dewan paroki)

Mayoritas umat di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong adalah

suku Dayak Agabag, Tahol, dan sisanya adalah pendatang yang berasal dari luar

Kalimantan seperti Flores, Toraja, dan Jawa. Penduduk mayoritas beragama

Katolik dan Kristen Protestan dan sebagian kecil beragama muslim.

a. Mata Pencarian Umat

Mata pencarian umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

sebagai guru, pegawai, pengusaha, pedagang toko, buruh, pencari kayu gaharu

dan petani. Mayoritasumat mata pencariannya adalah bercocok tanam/bertani,

pengusaha, dan pegawai. Umat yang tinggal di dekat pusat kecamatanbekerja

sebagai pegawai dan pedagang. Sedangkan umat di stasi aliran Sungai Lumbis

dan Sembakung sehari-harinya adalah berladang, berkebun, mencari gaharu dan

buruh di perusahaan kelapa sawit. (keterangan dewan paroki).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

59

1) Segi Ekonomi

Kehidupan ekonomisebagian besar umat di Paroki MBK Mansalong

tergolong menengah dan golongan bawah. Hal ini terlihat dari keadaan rumah

panggung yang terbuat dari kayu dengan kualitas bagus dan kualitas kurang

bagus. Umat golongan menengah bekerja sebagai pegawai, guru, pedagang dan

pengusaha. Sedangkan umat golongan bawah bekerja sebagai buruh dan petani.

2) Segi Pendidikan

Tingkat pendidikan umat Paroki MBK Mansalong sebagian besar adalah

SD, SMP, SMA, dan sebagian kecil sarjana. Tingkat sosial ekonomi umat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan umat. Pengaruh itu disebabkan karena

perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Umat yang pendapatannya lebih

tinggi dapat memberikan pendidikan lebih tinggi kepada anak-anaknya sampai ke

perguruan tinggi, sementara umat yang berpenghasilan rendah mengalami

kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat yang lebih tinggi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan antara lain: pertama,

jarak sekolah tingkat pertama dan tingkat atas letaknya jauh dari tempat tinggal,

sehingga ketika anak ingin melanjutkan SMP maupun di SMA, harus berpisah

jauh dengan orangtua dan tinggal di rumah singgah atau asrama katolik “Ago

Onsoi” bagi mereka yang beragama katolik. Anak-anak yang berpisah jauh dari

keluarga kadang tidak tahan lalu berhenti sekolah. Kemudian kekhawatiran dari

orangtua terhadap anak-anaknya yang sekolah jauh, sehingga orangtua sulit

melepaskan karena khawatir anak-anak menjadi lepas kendali dan jatuh pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

60

pergaulan bebas. Kedua, pola pikir atau pandangan umat pada pendidikan masih

terbatas, khususnya untuk kaum perempuan, karena pendidikan yang tinggi

bukanlah hal yang penting dari pada mahar atau “purut”, sehingga tidak

mengherankan yang lebih disorot adalah perjodohan atau pernikahan. Sebagian

masyarakat lebih memilih untuk menikahkan putra putrinya dari pada

menyekolahkan, karena menikah lebih banyak keuntungan dibandingkan

sekolah.Ketika anak disekolahkan membutuhkan biaya pendidikan dan belum

tentu anak nantinya berhasil.

Kaum perempuan yang menikah kebanyakan setelah lulus SD, SMP dan

SMA, sebab mahar seorang wanita sangatlah mahal, misalnya ketika melamar

seorang wanita, maka harus memberikan tiga ekor sapi, tempayan yang harganya

bisa 100 ribu-15 jutaan (tempayan menurut harga dan jenis yang diminta), motor,

sejumlah uang dan barang-barang bermerk. Total biaya yang dikeluarkan

mencapai 40-50 juta pada saat melamar. Selain itu pihak laki-laki menanggung

biaya pesta pernikahan. Ketika mahar yang diminta tidak lunas, maka perkawinan

di gereja dapat batal atau ditunda sampai mahar dilunaskan (wawancara tokoh

umat).

3) Segi Kebudayaan

Segi kebudayaan umat Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong di

ambil dari buku “Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor” dan keterangan dari

tokoh-tokoh umat. Suku Dayak merupakan suku terbesar dan nenek moyang

orang Kalimantan (Komsos Keuskupan Tanjung Selor, hal. 21).Umat Paroki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

61

Santa Maria Bunda Karmel Mansalong sebagian besar adalah suku Dayak Agabag

dan Dayak Tahol, serta sebagian kecil berasal dari luar Kalimantan. Penduduk di

sepanjang aliran sungai Sembakung dan Lumbis sebagian besar suku Dayak

Agabag dan sebagian kecil suku Dayak Tahol. Dayak Agabag adalah etnis dari

sub-suku dayak yang tersebar di Kalimantan Utara, khususnya di Kecamatan

Sembakung, Kecamatan Sembakung Atulai, Kecamatan Lumbis Induk,

Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Sebuku, Tulin Onsoi, Kabupaten

Bulungan dan Sabah ( keterangan tokoh umat).

Penduduk asli menggunakan bahasa Dayak Agabag. Kebiasaan Suku

Dayak Agabag berpesta besar-besaran sampai mabuk berhari-hari pada hari raya

Natal, Paskah, pernikahan, kematian, dan tahun baru. Pestalebih meriah pada saat

kematian dan pernikahan; kemudian puncak kemeriahan ketika pergantian tahun.

Kebiasaan pesta besar-besaran didukung tradisi minum tuak (pengasih dan ring)

dan beredarnya minuman keras dari negara tetangga. Hal ini menjadi tantangan

pastoral karena kebiasaan turun temurun sejak dahulu kala. (pengamatan penulis

dan wawancara tokoh umat).

4. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

Rumusan visi, misi dan strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel

Mansalong diperoleh dari buku “Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020”

Visi dan Misi Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong sesuai dengan visi

dan misi Keuskupan, dengan alasan agar cita-cita keuskupan searah atau sejalan

dengan paroki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

62

a. Visi

Visi Paroki MBK Mansalong mengatakan bahwa ”Gereja Katolik Paroki

Santa Maria Bunda Karmel merupakan persekutuan Umat Allah yang hidup

penuh berpengharapan, yang peka dan tanggap terhadap perkembangan zaman

dan lingkungan hidup, serta mengakar pada budaya lokal demi terwujudnya

Kerajaan Allah” (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal. 1).

Visi paroki-paroki di Keuskupan Tanjung Selor diambil dari visi

Keuskupan Tanjung Selor, dengan tujuan agar memiliki arah pastoral yang sama

demi mencapai cita-cita bersama yakni Keuskupan Tanjung Selor yang mampu

mewujudkan Kerajaan Allah dalam budaya lokal. Cita-cita keuskupan menjadi

cita-cita seluruh paroki di Keuskupan Tanjung Selor.Cita-cita itu antara lain:

adanya keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja, adanya keluarga sebagai

sekolah iman, gereja yang mendampingi dan memberdayakan kaum muda, gereja

yang mampu memberdayakan ekonomi keluarga, paroki dapat membangun

kesadaran umat dalam menggunakan media komunikasi, meningkatkan kesadaran

dan usaha untuk melestarikan lingkugan hidup, paroki dapat meningkatkan

gerakan inkulturasi dan pendampingan kaum migran di setiap aspek kehidupan.

b. Misi

Misi Paroki Santa Maria Bunda Karmel diambil dari buku “Visi Misi

Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020”. Misi adalah gambaran menyeluruh agenda

yang harus dirumuskan dan menjadi langkah dalam mewujudkan visi. Paroki

MBK Mansalong memiliki misi sebagai berikut: meningkatkan keterlibatan umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

63

dalam kehidupan menggereja, membangun keluarga sebagai sekolah iman,

mendampingi dan memberdayakan kaum muda, memberdayakan ekonomi

keluarga, membangun kesadaran umat dalam menggunakan media komunikasi,

meningkatkan kesadaran dan usaha untuk melestarikan lingkungan hidup,

meningkatkan gerakan inkulturasi, meningkatkan pendampingan kaum migran

disetiap aspek kehidupan (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal.

18-19).

c. Strategi

Strategi Paroki Santa Maria Bunda Karmel untuk mencapai cita-cita

Keuskupan Tanjung Selor diambil dari buku “Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor

2014-2020” antara lain: mengadakan katekese tentang Gereja sebagai persekutuan

Umat Allah, menambah jumlah dan meningkatkan mutu pendamping serta

petugas liturgi dan pastoral, meningkatkan daya tarik liturgi melalui pelaksanaan

yang baik, meningkatkan pendampingan terhadap keluarga, meningkatkan

intensitas dan mutu pendampingan bagi remaja dan orang muda katolik (OMK),

mengadakan katekese tentang pentingnya pendidikan nilai dan pembangunan

karakter, memberdayakan PSE keuskupan dan paroki, memberdayakan ekonomi

rumah tangga, melalui lembaga keuangan mikro, misalnya: Credit Union (CU),

mengadakan katekese tentang penggunaan yang tepat mengenai media massa dan

alat komunikasi, meningkatkan katekese tentang keutuhan ciptaan serta

membangun jaringan untuk pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan gerakan

penanaman tanaman yang produktif, menggali dan menemukan nilai-nilai Injili

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

64

dalam kearifan lokal, menggali sumber dana di paroki-paroki untuk mendukung

pelaksanaan misi (Visi Misi Keuskupan Tanjung Selor 2014-2020, hal. 19-20).

B. Penelitian mengenai Pelaksanaan Tujuan Perkawinan: Pendidikan Iman

dan Pendidikan Moral bagi Anak oleh Keluarga yang Usia

Perkawinannya 7–15 Tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel

Mansalong

1. Metodologi Penelitian

Wasito (1997: 6) mengatakan bahwa “Penelitian sebagai usaha yang sistematik

untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji

kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data (informasi) yang

dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggungjawabkan

(metode ilmiah).”Untuk mengetahui pelaksanaa tujuan perkawinan dalam bidang

iman dan moral anak oleh orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di

Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong. Adapun metodologi penelitian

yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Latarbelakang Penelitian

Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 31 mengatakan bahwa orangtua adalah

pendidik dan pewarta iman yang pertama dan utama bagi anak-anak,maka

pendidikan pertama kali di peroleh anak di dalam keluarga. Dalam ajaran Gereja

katolik khususnya dalam KHK 1983, Kan. 1055§ 1 mengatakan bahwa

perkawinan memiliki tiga tujuan, yakni: kesejahteraan antara pasangan suami istri

(bonum coniugum), kelahiran dan pendidikan anak (bonum prolis). Oleh karena

itu Gereja mengharapkan agar orangtua-orangtua katolik memberikan pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

65

yang cukup kepada anak khususnya di bidang iman dan bidang moral. Mereka

yang sudah menerima rahmat sakramen baptis dan berkeluarga, dihimpun oleh

Sabda dan Sakramen sebagai Gereja Rumah Tangga atau dikenal dengan istilah

“ecclesia domestica”, bertindak sebagai Ibu dan Guru (mater et magistra) seperti

Gereja semesta sendiri (FC 38).

Tugas mendidik berakar dalam panggilan suami istri untuk berperanserta

dalam karya penciptaan (FC 36). Suami istri dipanggil ikut serta dalam

menurunkan anak dan bertanggungjawab mendidik anak-anak yang dilahirkan,

agar menjadi manusia bermartabat dan berakhlak mulia. Penulis beranggapan

bahwa keluarga-keluarga katolik di Paroki Santa Maria Bunda Karmel belum

sepenuhnya melaksanakan tujuan perkawinan mengenai pendidikan anak

khusunya bidang iman dan bidang moral dalam menghadapi tantangan

perkembangan jaman ketika orangtua sibuk bekerja, sehingga mengalami

kesulitan dalam memberikan pendidikan kepada anak.

Penulis mengamati sebagian besar anak-anak yang awalnya terlibat aktif di

dalam kegiatan menggereja dan dididik di asrama katolik, namun mereka akhirnya

meninggalkan iman katolik ketika mempunyai pasangan yang bukan katolik atau

menikah. Hal ini menjadi alasan penulis melakukan penelitian di Paroki Santa

Maria Bunda Karmel. Alasan penulis memilih orangtua yang usia perkawinan 7–

15 tahun mengandaikan mereka telah memiliki anak usia TK, SD ataupun SMP,

sehingga penulis dapat mengetahui sejauhmana orangtua-orangtua katolik telah

melaksanakan tujuan perkawinan dan memberikan pendampingan setelah baptis

dalam pendidikan iman dan moral kepada anak-anak sejak dini, sehingga iman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

66

mereka kuat sampai dewasa dan tidak meninggalkan iman katolik pada saat

menikah dengan pasangan beragama lain.

b. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui:

1) Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong

memahami tujuan perkawinan, khususnya mengenai pendidikan iman dan

moral

2) Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di paroki Santa Maria

Bunda Karmel Mansalong melaksanakan tujuan perkawinan mengenai

pendidikan khususnya di bidang iman dan moral anak

3) Upaya yang perlu dilaksanakan, agar orangtua katolik yang usia perkawinan 7-

15 tahun di Paroki MBK Mansalong dapat melaksanakan tujuan perkawinan

c. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian, antara

lain:

1) Membantu orangtua katolik di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

dalam upaya memahami tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan

moral anak.

2) Membantu orangtua-orangtua katolik diparoki dalam upaya menjalankan

tujuan perkawinan khususnya dibidang pendidikan iman dan moral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

67

3) Membantu orangtua menemukan model pendampingan yang tepat, agar

semakin dapat memberikan pendidikan iman dan moral yang baik kepada anak.

d. Jenis Penelitian

Sugiyono (2012: 6) mengatakan bahwa “Penelitian dapat digolongkan

menjadi 3 bagian yaitu: penelitian akademis, penelitian professional dan

penelitian institusional.” Sedangkan dari segi metode penelitian dapat

dikelompokan menjadi 9 bentuk yaitu: penelitian survey, penelitian expost facto,

penelitian eksperimen, penelitian naturalistic, policy research, evaluation

research, action research, penelitian sejarah, dan research and revelopment.

Penulis menggunakan metode penelitian survei. Metode survei adalah

metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil. Tujuan

utamanya mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekelompok

objek/populasi (Jamal Ma’Mur Asnani, 2011: 44). Penulis melakukan survey

langsung di lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan saat penelitian.

e. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan ditujuh stasi yang jaraknya dekat dengan

Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, yakni: Stasi Beringin, Stasi St.

Antonius Intin, Stasi St. Benediktus Tanjung Hulu, Stasi St. Teresia Lokasi, Stasi

Mansalong, Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol dan Stasi Pulau Keras.

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Oktober 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

68

f. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah orangtua-orangtua katolik yang

usia perkawinan 7–15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong,

Keuskupan Tanjung Selor. Populasi orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong

Keuskupan Tanjung Selor yang usia perkawinan 7–15 tahun menurut arsip paroki

sejumlah 333 keluarga (wawancara dewan paroki). Populasi yang di teliti

sebanyak 56 orangtua yang diambil dari tujuh stasi yang jaraknya dekat dengan

paroki MBK Mansalong. Populasi dikelompokkan menurut pendidikan sebagai

berikut: tamatan SD sebanyak 25 orangtua, tamatan SMP sebanyak 15 orangtua,

tamatan SMA sebanyak 12 orangtua dan tamatan sarjana sebanyak 4 orangtua.

Sedangkan berdasarkan pekerjaan sebagai berikut: petani sebanyak 49 orangtua,

PNS sebanyak 3 orangtua, pegawai swasta sebanyak 3 orangtua dan perawat

sebanyak 1 orangtua.

g. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting (data

dikumpulkan pada setting alamiah pada laboratorium dengan metode eksperimen)

dan sumber (pengumpulan data dengan menggunakan sumber primer atau sumber

data langsung dan sumber skunder atau sumber data tidak langsung) dan berbagai

cara(pengumpulan data dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner

(angket), observasi (pengamatan) dan gabungan dari ketiga-tiganya (Sugiyono,

2012:193–194). Penulis mengumpulkan data dengan menggunakan kuisioner.

Kuesioner dapat bersifat terbuka dan tertutup. Kuisioner terbuka artinya kuisioner

yang tidak menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan, sehingga responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

69

mempunyai kebebasan dalam memberikan jawaban. Sedangkan kuisioner tertutup

artinya kuisioner yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan yang

diberikan.

h. Variabel penelitian

Dalam melakukan penelitian ini variabel yang akan penulis teliti adalah

tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan pendidikan moral anak.

Variabel dibuat dalam penyusunan instrumen terdiri dari dua bentuk pertanyaan

yaitu pertanyaan tertutup (memilih jawaban yang sudah tersedia) dan pertanyaan

terbuka (jawaban menurut pendapat sendiri).

Jumlah responden yang diteliti sebanyak 56 orangtua dengan usia

perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

Keuskupan Tanjung Selor.

Tabel 1. Pertanyaan Tertutup

No Aspek Indikator Jumlah

Soal

No.

Soal

1 Tujuan perkawinan Tujuan perkawinan

mengenai pendidikan anak

2 1-2

2 Pendidikan iman - Alasan pentingnya

pendidikan iman untuk

anak

- Beberapa tujuan

pendidikan iman untuk

anak

- Cara memberikan

pendidikan iman dalam

keluarga

- Pendidikan iman dalam

keluarga

3

1

3

6

3,4,5

6

7,8,9

10,11,

12,13,

14,15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

70

- Faktor pendukung

pendidikan iman dalam

keluarga

- Faktor penyebab

kegagalan memberikan

pendidikan iman di

keluarga

4

1

16,17,18,

19

20

3 Pendidikan Moral - norma moral Katolik

- pembinaan suara hati

dalam keluarga

- memberikan

pendidikan moral

dalam keluarga

7

3

4

21,22,23,

24,25,26,

27

28,29,30

31,32,33,

34

Tabel 2. Pertanyaan Terbuka

No Aspek Indikator Jumlah

Soal

No.

Soal

1 Pendidikan iman

dan pendidikan

moral

- Caramemberikan pen-

didikan iman dan moral

dalam keluarga

- Pendidikan iman dan

moral dalam keluarga

- Faktor penyebab

kegagalan memberikan

pendidikan iman dan

moral dalam keluarga

- Norma moral Katolik

1

1

1

3

35

36

37

38,

39,40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

71

2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian

Penulis melakukan penelitian terhadap orangtua katolik yang usia

perkawinannya 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong.

Jumlah orangtua katolik yang usia perkawinannya 7-15 tahun sebanyak 333

orangtua, namun penulis mengambil sebanyak 56 orangtua karena jaraknya dekat

dengan Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong, yakni: Stasi Beringin, Stasi

St.Antonius Intin, Stasi St.Benediktus Tanjung Hulu, Stasi St.Teresia Lokasi,

Stasi Mansalong, Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol dan Stasi Pulau Keras.

a. Gambaran pelaksanaan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan

pendidikan moral bagi anak di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong.

Setiap orangtuamempunyai cara dalam mewujudkan tujuan perkawinan,

khususnya dalam melaksanakan pendidikan iman dan moral anak. Penelitian

mengenai sejauh mana pelaksanaan tujuan perkawinan telah dilaksanakan oleh

orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong dapat dilihat

dalam tabel dan diagram lingkaran dibawah ini:

1) Tujuan Perkawinan

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

1 Apakah bapak / ibu sebagai

pasangan sudah mendidik

anak secara katolik

khususnya di bidang

pendidikan iman dan moral

sesuai dengan janji yang

diucapkan saat menikah?

a. Sudah 53 95

b. Belum 3 5

c. Tidak 0 0

d. Tidak

sama

sekali 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

72

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 53 orangtua (95%) menyatakan

sudah dan sebanyak 3orangtua(5%) menyatakan belum.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 53 orangtua (95%) telah mendidik anak secara katolik, khususnya

dibidang pendidikan iman dan moral sesuai dengan janji yang diucapkan pada saat

menikah.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

2. Apakah bapak/ibu setuju

bahwa selain melahirkan

anak, suami istri juga

mempunyai tanggungjawab

untuk memberikan

pendidikan yang layak

kepada anak yang diberikan

Tuhan agar hidup dengan

wajar dan beriman?

a. Sangat

setuju 36 64

b. Setuju 20 46

c. Kurang

setuju 0 0

d. Tidak

setuju 0 0

95%

5%

Orangtua Mendidik Anak Secara Katolik:

Iman Dan Moral

  Sudah

Belum

Tidak

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

73

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 36 orangtua (64%) menyatakan

sangat setuju dan sebanyak 20 orangtua menyatakan setuju (46%).

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

seluruh (100%) orangtua mengatakan sangat setuju dan setuju bahwa orangtua

bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak

mereka.

a) Pendidikan Iman

(1) Alasan Pentingnya Pendidikan Iman Untuk Anak

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

3. Apakah bapak/ibu tahu

bahwa orangtua

merupakan pendidik utama

dan pertama bagi anak

terutama yang berkaitan

dengan nilai-nilai dasar,

nilai kehidupan dan nilai

religius?

a. Tahu 47 84

b. Lupa 4 7

c. Tidak tahu 4 7

d. Mengabaikan 1 2

64%

46%

0 0

Orangtua Memberikan Pendidikan Yang Layak

Sangat setuju

Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

74

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 47 orangtua (84%) menyatakan

tahu, sebanyak 4 orangtua (7%) menyatakan lupa, sebanyak 4 orangtua (7%)

menyatakan tidak tahu dan sebanyak 1 orangtua (2%) mengabaikan.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 47 orangtua (84%) mengetahui bahwa orangtua merupakan pendidik

utama dan pertama bagi anak terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar,

nilai kehidupan dan nilai religius.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

4. Apakah bapak/ibu sudah

mendidik anak secara katolik

sesuai dengan janji

perkawinan yang sudah

diucapkan saat menikah dan

saat membaptis anak?

a. Sudah 51 91

b. Tidak 3 5

c. Belum 2 4

d. Tidak

sama

sekali

0 0

84%

7% 7%

2%

Orangtua Sebagai Pendidik Utama Dan Pertama

Tahu

Lupa

Tidak tahu

Mengabaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

75

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 51 orangtua (91%) menyatakan

sudah, sebanyak 3 orangtua (5%) menyatakan tidak dan sebanyak 2 orangtua (4%)

menyatakan belum.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 51 orangtua (91%) telah mendidik anaknya secara katolik sesuai dengan

janji yang diucapkan saat menikah dan saat membaptis anak

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

5. Apakah bapak / ibu tahu

bahwa tugas orangtua

adalah mewartakan Kristus

kepada anaknya sejak dari

kandungan hingga dewasa,

karena keluarga adalah

sekolah nilai-nilai

kemanusiaan dan iman

katolik?

a. Tahu 51 91

b. Lupa 1 2

c. Tidak tahu 4 7

d. Mengabaikan 0 0

91%

5% 4%

Orangtua Melaksanakan Janji Perkawinan

Sudah

Tidak

Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

76

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 51 orangtua (91%) menyatakan

tahu, sebanyak 1 orangtua (2%) menyatakan lupa dan 4 orangtua (7%)

menyatakan tidak tahu.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 51 orangtua (91%) mengetahui bahwa tugas orangtua untuk mewartakan

Kristus kepada anaknya sejak dari kandungan sampai dewasa, karena keluarga

adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman katolik

(2) Tujuan Pendidikan Iman Untuk Anak

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

6. Apakah bapak / ibu

mengajarkan kepada anak

bahwa selain sebagai

Tuhan, Allah juga di sebut

sebagai Bapa?

a. Sering 45 80

b. Kadang-

kadang 6

11

c. Jarang 3 5

d. Tidak pernah 2 4

91%

2%7%

Tugas Orangtua Mewartakan Kristus

Tahu

Lupa

Tidak tahu

Mengabaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

77

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 45 orangtua (80%) menyatakan

sering, sebanyak 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 3

orangtua (5%) menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 45 orangtua (80%) sering mengajarkan kepada anaknya bahwa selain

sebagai Tuhan, Allah juga disebut sebagai Bapa.

(3) Cara Memberikan Pendidikan Dalam Keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

7. Apakah bapak/ibu sudah

mengajari anaknya untuk

berdoa pokok terutama doa-

doa pokok yang dalam

Gereja katolik, misalnya; doa

Salam Maria, Bapa Kami,

Aku percaya, Doa Tobat,

Saya mengaku dll?

a. Sering 41 73

b. Kadang-

kadang 8 14

c. Jarang 5 9

d. Tidak

pernah 2 4

80%

11%

5% 4%

Orangtua Memperkenal Tuhan Allah Sebagai Bapa

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

78

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 41 orangtua (73%) menyatakan

sering, sebanyak 8 orangtua (14%) menyatakan kadang-kadang, 5 orangtua (9%)

menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 41 orangtua (73%) sering mengajari anaknya untuk berdoa pokok

terutama doa-doa pokok yang dalam Gereja katolik, misalnya; doa Salam Maria,

Bapa Kami, Aku percaya, Doa Tobat.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

8. Apakah bapak/ibu

menceritakan kisah yang ada

dalam Kitab Suci, kisah para

martir dan orang kudus

dalam gereja katolik serta

mengajak anak untuk

menonton kartun yang

menceritakan tentang tokoh-

tokoh yang ada dalam Kitab

Suci?

a. Sering 17 30

b. Kadang-

kadang 23 41

c. Jarang 7 13

d. Tidak

pernah

9 16

73%

14%

9%4%

Orangtua Mengajarkan Doa-doa Pokok Gereja Katolik

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

79

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan

sering, sebanyak 23 orangtua (41%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua

(13%) menyatakan jarang dan 9 orangtua (16%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 17 orangtua (30%) sering menceritakan kisah dalam Kitab Suci, kisah

para martir dan orang kudus dalam Gereja Katolik serta mengajak anak menonton

kartun tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

9. Apakah bapak/ibu sudah

menyediakan sarana yang

dapat membantu pendidikan

iman anak seperti Kitab Suci,

Patung Bunda Maria,

Rosario, buku-buku doa dan

lagu-lagu rohani?

a. Sering 37 66

b. Kadang-

kadang 11 20

c. Jarang 3 5

d. Tidak

pernah

5 9

30%

41%

13%

16%

Orangtua Menceritakan Kisah KS Dan Orang Kudus

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

80

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 37 orangtua (66%) menyatakan

sering, sebanyak 11 orangtua (20%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)

menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 37 orangtua (66%) sering menyediakan sarana untuk membantu

pendidikan iman anak seperti Kitab Suci, Patung Bunda Maria, Rosario, buku-

buku doa dan lagu-lagu rohani.

(4) Pendidikan Iman Dalam Keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

10. Sudahkah bapak/ibu

mengajak anaknya untuk

berdoa bersama dan doa

pribadi setiap hari terutama

sebelum dan setelah bangun

tidur?

a. Sering 34 61

b. Kadang-

kadang 17 30

c. Jarang 2 4

d. Tidak

pernah 3 5

66%

20%

5%9%

Orangtua Menyediakan Sarana Pendidikan Iman

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

81

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 34 orangtua (61%) menyatakan

sering, sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan kadang-kadang, 2 orangtua (4%)

menyatakan jarang dan sebanyak 3 orangtua (5%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 34 orangtua (61%) sering mengajak anaknya untuk berdoa bersama dan

doa pribadi setiap hari terutama sebelum dan setelah bangun tidur.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

11 Apakah bapak/ibu mengajari

anak untuk mengenal lagu-

lagu rohani dan mengajak

untuk ibadat atau misa di

Gereja?

a. Sering 48 85

b. Kadang-

kadang 2 4

c. Jarang 6 11

d. Tidak

pernah 0 0

61%

30%

4% 5%

Orangtua Berdoa Bersama & Doa Pribadi

   Sering

  Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

82

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 48 orangtua (85%) menyatakan

sering, sebanyak 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 6 orangtua (11%)

menyatakan jarang.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 48 orangtua (85%) sering mengajari anak dengan mengenalkan lagu-

lagu rohani dan mengajak beribadat atau misa di Gereja.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

12 Apakah bapak/ibu mengajak

anaknya untuk berdoa

bersama sebelum makan dan

sesudah makan?

a. Sering 39 70

b. Kadang-

kadang 14 25

c. Jarang 3 5

d. Tidak

pernah 0 0

85%

4%

11%

Orangtua Mengenalkan Lagu-lagu Rohani Dan

Mengajak Ibadat

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

83

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (70%) menyatakan

sering, sebanyak 14 orangtua (25%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)

menyatakan jarang.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 39 orangtua (70%) sering mengajak anaknya berdoa bersama sebelum

makan dan sesudah makan.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

13 Apakah bapak/ibu

mendukung anaknya untuk

terlibat aktif dalam kegiatan

hidup menggereja seperti,

doa Rosario, koor,

pendalaman iman, ibadat,

SEKAMI, OMK, retret dll?

a. Sering 50 89

b. Kadang-

kadang 4 7

c. Jarang 1 2

d. Tidak

pernah 1 2

70%

25%

5%

0

Orangtua Mengajak Doa Makan Bersama

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

84

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 50 orangtua (89%) menyatakan

sering, sebanyak 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%)

menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 50 orangtua (89%) sering mendukung anaknya terlibat aktif dalam

kegiatan menggereja, seperti doa rosario, koor, pendalaman iman, ibadat,

SEKAMI, OMK, retret.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

14 Apakah bapak/ibu sering

mengajak anaknya misa

bersama-sama saat hari

minggu maupun hari raya

yang disamakan dengan hari

minggu?

a. Sering 46 82

b. Kadang-

kadang 7 13

c. Jarang 3 5

d. Tidak

pernah 0 0

89%

7%

2% 2%

Orangtua Mendukung Anak Terlibat Dalam Kegiatan

Gereja

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

85

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 46 orangtua (82%) menyatakan

sering, sebanyak 7 orangtua (13%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)

menyatakan jarang.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 50 orangtua (89%) sering mengajak anaknya misa bersama-sama saat

hari minggu maupun hari raya yang disamakan dengan hari minggu.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

15 Apakah bapak/ibu

membacakan Kitab Suci pada

anak-anaknya sebelum tidur

atau menceritakan kisah para

santo dan santa kepada

anaknya?

a. Sering 20 36

b. Kadang-

kadang 17 30

c. Jarang 7 13

d. Tidak

pernah 12 21

82%

13%5%

Orangtua Mengajak Misa Bersama

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

86

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 20 orangtua (36%) menyatakan

sering,sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua

(13%) menyatakan jarang dan 12 orangtua (21%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 20 orangtua (36%) sering membacakan Kitab Suci dan menceritakan

kisah para santo dan santa kepada anaknya sebelum tidur.

(5) Faktor Pendukung Pendidikan Iman Dalam Keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

16 Sudahkah bapak/ibu

memberikan penghargaan

yang mendalam terhadap

martabat pribadi anak serta

sungguh menghormati dan

memperhatikan hak-hak

mereka?

a. Sudah 40 71

b. Tidak

sempat 6 11

c. Belum 7 13

d. Tidak

sama

sekali

3 5

36%

30%

13%

21%

Orangtua Membacakan Kitab Suci

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

87

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan

sudah, sebanyak 17 orangtua (30%) menyatakan tidak sempat, 7 orangtua (13%)

menyatakan belum dan sebanyak 12 orangtua (31%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 39 orangtua (69%) telah memberikan penghargaan yang mendalam

terhadap martabat pribadi anak serta sungguh menghormati dan memperhatikan

hak-hak mereka.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

17 Apakah bapak/ibu sudah

memberikan teladan yang

baik kepada anak dengan

tidak bersikap kasar, tidak

memukul, memaki, mabuk-

mabukan dan tidak

membatasi kebebasan pribadi

anak?

a. Sudah 46 81

b. Tidak

sempat 1 2

c. Belum 7 13

d. Tidak sama

sekali 2 4

69%

13%

13%5%

Orangtua Menghormati Pribadi Anak

Sudah

   Tidak sempat

Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

88

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 46 orangtua (81%) menyatakan

sudah; sebanyak 1 orangtua (2%) menyatakan tidak sempat, 7 orangtua (13%)

menyatakan belum dan sebanyak 2 orangtua (4%) menyatakan tidak sama sekali.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 46 orangtua (81%) telah memberikan teladan yang baik kepada anak

dengan tidak bersikap kasar, tidak memukul, memaki, mabuk-mabukan dan tidak

membatasi kebebasan pribadi anak.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

18 Apakah bapak/ibu

membimbing anaknya

belajar ketika mendapat PR

agama dari sekolah?

a. Sering 42 75

b. Kadang-

kadang 6 11

c. Jarang 3 5

d. Tidak

pernah 5 9

81%

2%13%

4%

Orangtua Memberikan Teladan Yang Baik

Sudah

Tidak sempat

   Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

89

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 42 orangtua (75%) yang

menyatakan sering, sebanyak 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, 3

orangtua (5%) menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 42 orangtua (75%) sering membimbing anaknya belajar ketika

mendapat PR agama dari sekolah.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

19 Apakah bapak/ibu sudah

mengajari anak untuk

mencintai lingkungan hidup

beserta segala isinya terutama

mencintai sesama manusia

sebagaimana Allah telah

mencintai manusia?

a. Sudah 52 92

b. Tidak

sempat 0 0

c. Belum 4 7

d. Tidak

sama

sekali

0 0

75%

11%

5%

9%

Keluarga Membantu Anak Belajar

Sering

Kadang-kadang

   Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

90

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 52 orangtua (93%) menyatakan

sudah, 4 orangtua (7%) menyatakan belum.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 52 orangtua (93%) sudah mengajari anak mencintai lingkungan hidup

beserta segala isinya terutama mencintai sesama manusia sebagaimana Allah telah

mencintai manusia.

(6) Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Memberikan Pendidikan Iman Dalam

Keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

20 Apakah bapak/ibu cenderung

mempercayakan

tanggungjawab mendidik

iman anak kepada guru

agama di sekolah?

a. Sering 29 52

b. Kadang-

kadang 16 28

c. Jarang 6 11

d. Tidak

pernah 5 9

93%

7%

Keluarga Mengajari Anak Mencintai

Lingkungan Hidup & Sesama

Sudah

   Tidak sempat

Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

91

Tabel dan diagram lingkaran di atasberdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 29 orangtua (52%) menyatakan

sering, sebanyak 16 orangtua (28%) menyatakan kadang-kadang, 6 orangtua

(11%) menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 29 orangtua (52%) sering mempercayakan tanggungjawab mendidik

iman anak kepada guru agama di sekolah.

c) Pendidikan Moral

(1) Norma Moral Katolik

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

21 Apakah bapak/ibu

mengajari anaknya untuk

percaya kepada Allah dan

tidak pergi ke dukun untuk

meminta pertolongan

misalnya berobat?

a. Sering 24 44

b. Kadang-

kadang 19 33

c. Jarang 8 14

d. Tidak pernah 5 9

52%28%

11%

9%

Orangtua Mempercayakan Tanggungjawab

Kepada Guru

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

92

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 24 orangtua (44%) menyatakan

sering; 19 orangtua (33%) menyatakan kadang-kadang; 8 orangtua (14%)

menyatakan jarang dan 5 orangtua (9%) menyatakan tidak pernah

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 24 orangtua (44%) sering mengajari anaknya percaya kepada Allah dan

tidak pernah meminta pertolongan dukun ketika sakit.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

22 Apakah bapak/ibu pergi ke

gereja setiap hari Minggu

tanpa ada paksaan serta

mengajak seluruh anggota

keluarga?

a. Sering 42 75

b. Kadang-

kadang 10 18

c. Jarang 3 5

d. Tidak pernah

1 2

44%

33%

14%

9%

Orangtua Mengajari Anak Percaya Kepada Allah

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

93

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 42 orangtua (75%) menyatakan

sering, 10 orangtua (18%) menyatakan kadang-kadang; 3 orangtua (5%)

menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 42 keluarga (75%) sering pergi ke gereja setiap hari Minggu tanpa ada

paksaan serta mengajak seluruh anggota keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

23 Apakah bapak/ibu sudah

menghormati anaknya dan

dengan demikian mereka pun

mampu menghormati orangtua

misalnya dengan tidak

menyebut secara langsung

nama orang yang lebih tua?

a. Sudah 52 92

b. Tidak

sempat 1 2

c. Belum 2 4

d. Tidak

sama

sekali

e.

1 2

75%

18%

5%

2%Ke Gereja Setiap Minggu

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

94

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 keluarga, mendapat respon sebanyak 52 keluarga (92%) menyatakan

1 keluarga (2%) menyatakan tidak sempat, 2 keluarga (4%) menyatakan belum

dan 1 keluarga (2%) menyatakan tidak sama sekali.

Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 52 keluarga (92%) telah menghormati anaknya, sehingga merekapun

mampu menghormati orangtua, misalnya tidak menyebut secara langsung nama

orang yang lebih tua.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

24 Apakah bapak/ibu

mengajari anak untuk

menghargai kehidupan

orang lain dengan tidak

berkelahi atau melakukan

tindakan kekerasan yang

dapat melukai karena itu

merupakan dosa?

a. Sudah 48 86

b. Tidak

sempat 1 2

c. Belum 4 7

d. Tidak sama

sekali 3 5

92%

2%4%

2%

Orangtua Memberi Teladan Kepada Anak

Menghormati Yang Lebih Tua

Sudah

  Tidak sempat

Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

95

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 keluarga, mendapat respon sebanyak 48 keluarga (86%) menyatakan

sudah, 1 keluarga (2%) menyatakan tidak sempat; 4 keluarga (7%) menyatakan

belum dan 3 keluarga (5%) menyatakan tidak sama sekali.

Hasil penelitian terhadap 56 keluarga yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 48 keluarga (86%) telah mengajarkan anak menghargai kehidupan orang

lain, dengan tidak berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan sehingga melukai

karena itu merupakan dosa.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

25 Apakah bapak/ibu

mengajari anak bahwa

mengambil barang milik

orang lain, misalnya

mencuri buah tetangga

merupakan dosa dan

perbuatan yang tidak baik?

a. Sering 27 48

b. Kadang-

kadang 1 2

c. Jarang 4 7

d. Tidak pernah

24 43

86%

2%7%

5%

Orangtua Mengajari Anak Menghargai Kehidupan

Sudah

Tidak sempat

Belum

Tidak sama sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

96

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 27 orangtua (48%) menyatakan

1 orangtua (2%) menyatakan kadang-kadang; 4 orangtua (7%) menyatakan jarang

dan 24 orangtua (43%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 27 orangtua (48%) sering mengajarkan anak bahwa mengambil barang

milik orang lain, misalnya mencuri buah tetangga merupakan dosa dan perbuatan

yang tidak baik.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

26 Apakah sebagai orangtua

saya berkata jujur kepada

anak agar anak tidak belajar

berbohong?

a. Sering 35 62

b. Kadang-

kadang 4 7

c. Jarang 15 27

d. Tidak pernah

2 4

48%

2%

7%

43%

Orangtua Mengajari Anak Bahwa Mencuri Merupakan

Dosa

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

97

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 35 orangtua (62%) menyatakan

sering; 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 15 orangtua (27%)

menyatakan jarang dan 2 orangtua (4%)menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 35 orangtua (62%) sering berkata jujur kepada anak dengan maksud

agar anak tidak belajar berbohong.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

27 Apakah bapak/ibu

mengingatkan kepada anak

untuk mengucapkan maaf

ketika melakukan kesalahan

dan mengucapkan terima

kasih ketika mendapatkan

sesuatu?

a. Sering 33 60

b. Kadang-

kadang 19 33

c. Jarang 3 5

d. Tidak pernah

1 2

62%7%

27%

4%

Orangtua Memberi Teladan Berkata Jujur

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

98

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 33 orangtua (60%) menyatakan

sering, 19 orangtua (33%) menyatakan kadang-kadang, 3 orangtua (5%)

menyatakan jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 33 orangtua (60%) sering mengingatkan kepada anak mengucapkan

maaf ketika melakukan kesalahan dan mengucapkan terima kasih ketika

mendapatkan sesuatu.

(2) Pembinaan Suara Hati Dalam Orangtua

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

28 Apakah bapak / ibu mengajari

anak bahwa menyontek saat

ulangan/ujian adalah perbuatan

yang salah?

a. Sering 20 36

b. Kadang-

kadang 6 11

c. Jarang 11 20

d. Tidak

pernah

19 33

60%33%

5%2%

Orangtua Mengingatkan Anak Mengucapkan Maaf

Dan Mengucapkan Terima Kasih

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

99

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 20 orangtua (36%) menyatakan

sering, 6 orangtua (11%) menyatakan kadang-kadang, 11 orangtua (20%)

menyatakan jarang dan 19 orangtua (33%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 20 orangtua (36%) sering mengajarkan anak bahwa menyontek saat

ulangan adalah perbuatan yang salah.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

29 Sebagai orangtua saya

membiasakan anak untuk

tidak membalas kejahatan

dengan kejahatan namun

sebaliknya mencintai

sesama.

a. Sering 38 68

b. Kadang-

kadang 11 20

c. Jarang 4 7

d. Tidak pernah 3 5

36%

11%20%

33%

Orangtua Mengajari Anak Bahwa Menyontek

Adalah Perbuatan Yang Salah

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

100

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 38 orangtua (68%) menyatakan

sering, 11 orangtua (20%) menyatakan kadang-kadang, 4 orangtua (7%)

menyatakan jarang dan 3 orangtua (5%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 38 orangtua (68%) sering membiasakan anak tidak membalas kejahatan

dengan kejahatan namun sebaliknya mencintai sesama.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

30 Saya mengajari anak untuk

membantu orang yang

membutuhkan

pertolongan.

a. Sering 50 89

b. Kadang-kadang 4 7

c. Jarang 1 2

d. Tidak pernah

1 2

68%

20%

7%5%

Orangtua Mengajari Anak Mengampuni

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

101

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 50 orangtua (89%) menyatakan

sering, 4 orangtua (7%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%) menyatakan

jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 50 orangtua (89%) sering mengajarkan anak membantu orang yang

membutuhkan pertolongan.

(3) Pendidikan Moral Dalam Keluarga

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

31 Sebagai orangtua saya

mengajarkan kepada

anak untuk tidak

berbohong?

a. Sering 39 69

b. Kadang-kadang 1 2

c. Jarang 9 16

d. Tidak pernah

7 13

89%

7%

2% 2%

Orangtua Mengajari Anak Membantu Orang Lain

  Sering

Kadang-kadang

Jarang

  Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

102

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan

sering, 1 orangtua (2%) menyatakan kadang-kadang, 9 orangtua (16%)

menyatakan jarang dan 7 orangtua (13%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 39 orangtua (69%) sering mengajarkan anak tidak berbohong

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

32 Apakah bapak / ibu

mengajari anak untuk tidak

bertengkar dengan

temannya?

a. Sering 39 69

b. Kadang-

kadang 2 4

c. Jarang 7 13

d. Tidak pernah

8 14

69%2%

16%

13%

Orangtua mengajari untuk tidak berbohong

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

103

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 39 orangtua (69%) menyatakan

sering, 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 7 orangtua (13%)

menyatakan jarang dan 8 orangtua (14%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 39 orangtua (69%) sering mengajarkan anak tidak bertengkar dengan

temannya.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

33 Apakah bapak sudah

mengajari anak untuk

berkata lembut dan rendah

hati terutama pada orang

yang lebih tua?

a. Sering 52 92

b. Kadang-

kadang 2 4

c. Jarang 1 2

d. Tidak pernah

1 2

69%4%

13%

14%

Orangtua Mengajari Anak Tidak Bertengkar

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

104

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 52 orangtua (92%) menyatakan

sering, 2 orangtua (4%) menyatakan kadang-kadang, 1 orangtua (2%) menyatakan

jarang dan 1 orangtua (2%) menyatakan tidak pernah.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 52 orangtua (92%) sering mengajarkan anak berkata lembut dan rendah

hati terutama pada orang yang lebih tua.

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

34 Apakah bapak / ibu sudah

memberikan teladan yang

baik kepada anak dengan

cara memanggil dengan

sopan tanpa berteriak?

a. Sering 49 87

b. Kadang-

kadang 5 9

c. Jarang 2 4

d. Tidak

pernah 0 0

92%

4%

2%2%

Orangtua Mengajari Anak Bersikap Lembut Dan

Rendah Hati

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

105

Tabel dan diagram lingkaran di atas berdasarkan hasil penelitian penulis

terhadap 56 orangtua, mendapat respon sebanyak 49 orangtua (87%) menyatakan

sering, 5 orangtua (9%) menyatakan kadang-kadang, 2 orangtua (4%) menyatakan

jarang.

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti membuktikan bahwa

sebanyak 49 orangtua (87%) sering memberikan teladan yang baik kepada anak

dengan cara memanggil dengan sopan tanpa berteriak.

No Soal

35

Menurut bapak/ibu siapa pendidik utama yang seharusnya

memberikan pendidikan iman kepada anak ? Guru agama atau

orangtua ? Mengapa ?

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti,memperolehjawaban

yang dikelompokkan dalam empat jawaban, yaitu kelompok responden yang

menjawab orangtua sebanyak 28 orangtua (50%), guru agama sebanyak 5

87%

9% 4%

Orangtua Memberikan Teladan Yang Baik

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

106

orangtua (9%), orangtua dan guru agama sebanyak 5 orangtua (9%), serta tidak

menjawab (kosong) sebanyak 18 orangtua (32%).

Orangtua-orangtua katolik yang memberikan jawaban secara bervariasi

berdasarkan latar belakang orangtua, seperti: tingkat pendidikan, pekerjaan dan

usia perkawinan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi belum tentu mampu mendidik iman anak secara baik.

Melainkan dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman tentang iman katolik.

No Soal

36 Bagaimana cara yang bapak/ibu lakukan untuk membantu

memperkembangkan iman dan moral bagi anak di dalam orangtua ?

sebutkan contohnya !

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban

beragam cara membantu memperkembangkan iman anak, antara lain: mengajak

anak misa pada hari minggu dan hari raya, melarang anak melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan ajaran Yesus, menghormati orang yang lebih tua,

mendampingi anak mengerjakan PR agama, pergi ke gereja bersama mengikuti

ibadat atau misa, pergi ke lingkungan atau basis untuk berdoa bersama,

mengajarkan membuat tanda salib, mengingatkan anak setiap hari minggu pergi

ke gereja, membantu menghapalkan doa Pokok, mengajarkan untuk bersikap

sopan, dan mengajarkan untuk mencintai sesama. Kemudian cara membantu

memperkembangkan moral anak, antara lain: memanggil anak dengan suara

lembut, tidak membentak, tidak memarahi dan memukul anak, tidak bertengkar di

depan anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

107

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua lebih banyak

mengajarkan mengenai iman dan moral, namun kurang memberikan teladan pada

anak. Sedangkan sebagian kecil orangtua mengajarkan dan memberikan

keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.

No Soal

37 Apa saja hambatan atau kesulitan yang bapak/ibu alami dalam

memberikan pendidikan iman dan moral kepada anak ?

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban

bahwa orangtua mengalami kesulitan dan tantangan dalam mendidik iman dan

moral anak. Beberapa hambatan yang dialami orangtua ketika mendidik iman dan

moral anak, baik hambatan yang berasal dari dalam diri orangtua, anak-anak,

keadaan ekonomi dan kebudayaan/ tradisi yang kurang mendukung.

Orangtua mengungkapkan bahwa adanya keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan mereka dalam mendidik anak, yakni keterbatasan pengetahuan

mengenai iman katolik ataupun pemahaman mengenai moral iman kristiani.

Kemudian kesibukan mereka dalam pekerjaan di kantor maupun bertani/

berladang. Sedangkan Hambatan dari anak karena mereka menerima pengajaran

dari orangtua, namun kurang keteladanan dari orangtua, khususnya tradisi pesta

sampai mabuk pada acara kematian, pernikahan, tahun baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

108

No Soal

38 Apa yang akan bapak ibu lakukan ketika anak bertengkar dengan

temannya ? Jelaskan !

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban

beragam ketika anaknya berkelahi. Setiap orangtua tidak menghendaki anak

berkelahi dengan orang lain. Apabila hal itu terjadi, umumnya cara yang

dilakukan sebagian besar orangtua dengan memisahkan perkelahian dan

membantu menyelesaikan persoalan anak kemudian mengajak untuk berdamai.

Setelah itu orangtua menasihati anak di rumah bahwa berkelahi itu tidak baik.

No Soal

39 Apa yang akan bapak/ibu lakukan seandainya anak mengambil

barang milik orang lain (mencuri) ?

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban

berbeda-beda ketika orang tua mengetahui anak mengambil barang orang lain.

Pada umumnya sebagian besar orang tua menyuruh anak mengembalikan barang

curian tersebut serta meminta maaf. Kemudian menasihati dan memberi

pengertian bahwa mencuri itu tidak baik dan dosa. Sebagian kecil orangtua

menanggapinya dengan memarahi anak dan diberi denda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

109

No Soal

40 Bagaimana sikap bapak/ibu ketika melihat anaknya berkata tidak

sopan kepada orang lain?

Hasil penelitian terhadap 56 orangtua yang diteliti, memperoleh jawaban

berbeda-beda. Sebagian besar orang tua katolik merespon dengan nada yang

penuh sopan, tenang ketika melihat anaknya bersikap tidak sopan dengan orang

lain, kemudian menasehati dan memberi pengertian/mengajarkan untuk bersikap

sopan. Orangtua menyadari pentingnya menjaga perasaan anak mereka dengan

tidak menegur atau memarahi dihadapan orang banyak. Sebagian kecil orang tua

bersikap marah ketika melihat anak mereka berkata tidak sopan terhadap orang

lain.

b. Pengolahan Hasil Penelitian Pelaksanaan Tujuan Perkawinan Pendidikan Iman

Dan Moral Bagi Anak

Perkawinan katolik merupakan suatu perjanjian antara seorang laki-laki

dan seorang wanita yang ingin membentuk persekutuan seumur hidup dan

perkawinan itu memiliki beberapa tujuan yaitu: kesejahteraan suami istri,

kelahiran dan pendidikan anak (Kan. 1055§ 1). Orangtua tidak sekedar

menurunkan anak, namun mempunyai tugas memberikan pendidikan yang layak

bagi anak-anaknya. Tugas mendidik berakar dari panggilan utama suami istri

untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah (FC 36).

Konsili Vatikan II menguraikan dalam GE 3 mengatakan bahwa “Karena

telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak mereka, orangtua terikat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

110

kewajiban yang sangat berat untuk mendidik mereka, dan karena itu mereka harus

diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama anak-anak mereka.”

Oleh karena itu orangtua harus menyadari betapa pentingnya orangtua untuk

mendidik anak-anak secara katolik dalam bidang iman maupun moral sesuai

dengan tahap usia perkembangan mereka, sebab anak-anak merupakan generasi

penerus Gereja dan Negara.

Orangtua katolik mempunyai tugas untuk memberikan pendidikan

kepada anak-anak sesuai janji perkawinan yang telah mereka ikararkan untuk

mendidik anak secara katolik menyangkut pendidikan iman dan moral. Matius 18:

6 mengatakan bahwa ”Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil

ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan

diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan kedalam laut.” Ayat ini

menegaskan kepada para orangtua agar membawa anaknya kejalan yang benar

dengan memberikan pendidikan sebaik-baiknya.

(1) Hasil penelitian terhadap 56 orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong yang

telah melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak

sebagai berikut:

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah (%)

19 Apakah bapak/ibu sudah mengajari

anak untuk mencintai lingkungan

hidup beserta segala isinya

terutama mencintai sesame manusia

sebagaimana Allah telah mencintai

manusia?

Sudah 52 92

23 Apakah bapak/ibu sudah

menghormati anaknya dan dengan

demikian mereka pun mampu

menghormati orangtua misalnya

Sudah 52 92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

111

dengan tidak menyebut secara

langsung nama orang yang lebih

tua?

33 Apakah bapak sudah mengajari

anak untuk berkata lembut dan

rendah hati terutama pada orang

yang lebih tua?

Sering 52 92

4 Apakah bapak/ibu sudah mendidik

anak secara katolik sesuai dengan

janji perkawinan yang sudah

diucapkan saat menikah dan saat

membaptis anak?

Sudah

51

91

5 Apakah bapak / ibu tahu bahwa

tugas orangtua adalah mewartakan

Kristus kepada anaknya sejak dari

kandungan hingga dewasa, karena

orangtua adalah sekolah nilai-nilai

kemanusiaan dan iman katolik?

Tahu

51

91

13 Apakah bapak/ibu mendukung

anaknya untuk terlibat aktif dalam

kegiatan hidup menggereja seperti,

doa Rosario, koor, pendalaman

iman, ibadat, SEKAMI, OMK,

retret dll?

Sering 50 89

30 Saya mengajari anak untuk

membantu orang yang

membutuhkan pertolongan.

Sering 50 89

34 Apakah bapak/ibu sudah

memberikan teladan yang baik

kepada anak dengan cara

memanggil dengan sopan tanpa

berteriak?

Sering 49 87

24 Apakah bapak/ibu mengajari anak

untuk menghargai kehidupan orang

lain dengan tidak berkelahi atau

melakukan tindakan kekerasan

yang dapat melukai karena itu

merupakan dosa?

Sudah 48 86

11 Apakah bapak/ibu mengajari anak 48 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

112

untuk mengenal lagu-lagu rohani

dan mengajak untuk ibadat atau

misa di Gereja?

Sering

Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong,

yang telah melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik anak-anak dalam

iman dan moral katolik, sesuai dengan janji yang diucapkan pada saat perkawinan

dan membaptis anak mereka sebanyak 51 orangtua (91%) dan mengetahui bahwa

tugas orangtua mewartakan Kristus kepada anak-anak sejak dalam kandungan

sampai dewasa sebanyak 51 orangtua (91%).

Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong

yang telah melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga, misalnya

mengajarkan anak-anak untuk mencintai lingkungan hidup beserta segala isinya,

terutama mencintai sesama manusia, sebagaimana Allah telah mencintai manusia

sebanyak 52 orangtua (93%); mendorong untuk mengikuti kegiatan menggereja

seperti kegiatan SEKAMI, OMK sebanyak 50 orangtua (89%); mengenal lagu-

lagu rohani dan mengajak untuk ibadat atau misa di Gereja sebanyak 48 orangtua

(85%).

Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong

yang telah melaksanakan pendidikan moral dalam keluarga, misalnya

menghormati anaknya, sehingga mereka mampu menghormati orangtua dengan

tidak menyebut secara langsung nama orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua

(92%); mengajarkan anak-anak untuk berkata lembut dan rendah hati, terutama

pada orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua (92%), mengajarkan anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

113

untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan sebanyak 50 orangtua

(89%); memberikan teladan yang baik kepada anak-anak dengan cara memanggil

dengan sopan tanpa berteriak sebanyak 49 orangtua (87%); mengajarkan anak-

anak untuk menghargai kehidupan orang lain dengan tidak berkelahi atau

melakukan tindakan kekerasan yang dapat melukai karena itu merupakan dosa

sebanyak 48 orangtua (86%).

(2) Hasil penelitian terhadap 56 orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong yang

kurang melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak

sebagai berikut:

No Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah Persentase

(%)

8. Apakah bapak/ibu menceritakan

kisah yang ada dalam Kitab

Suci, kisah para martir dan orang

kudus dalam gereja katolik serta

mengajak anak untuk menonton

kartun yang menceritakan

tentang tokoh-tokoh yang ada

dalam Kitab Suci?

Sering

17 30

15 Apakah bapak/ibu membacakan

Kitab Suci pada anak-anaknya

sebelum tidur atau menceritakan

kisah para santo dan santa

kepada anaknya?

Sering

20 36

28 Apakah bapak/ibu mengajari

anak bahwa menyontek saat

ulangan/ujian adalah perbuatan

yang salah?

Sering

20 36

21 Apakah bapak/ibu mengajari

anaknya untuk percaya kepada

Allah dan tidak pergi ke dukun

untuk meminta pertolongan

Sering

24 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

114

misalnya berobat?

25 Apakah bapak/ibu mengajari

anak bahwa mengambil barang

milik orang lain, misalnya

mencuri buah tetangga

merupakan dosa dan perbuatan

yang tidak baik?

Sering 27 48

20 Apakah bapak/ibu cenderung

mempercayakan tanggungjawab

mendidik iman anak kepada

guru agama di sekolah?

Sering

29 52

Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong

yang kurang melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga, misalnya

menceritakan kisah yang ada dalam Kitab Suci, kisah para martir dan orang kudus

dalam gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang menceritakan

tentang tokoh-tokoh yang ada dalam Kitab Suci sebanyak 17 orangtua (30%);

membacakan Kitab Suci pada anak-anaknya sebelum tidur atau menceritakan

kisah para santo dan santa kepada anaknya sebanyak 20 orangtua (36%).

Orangtua-orangtua katolik di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong yang

kurang melaksanakan pendidikan moral anak dalam keluarga, misalnya

mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan

salah sebanyak 20 orangtua (36%); mengajarkan anak-anak untuk percaya kepada

Allah dan tidak pergi ke dukun berobat sebanyak 24 orangtua (44%) dan

mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain (mencuri buah

tetangga) merupakan dosa dan perbuatan tidak baik sebanyak 27 orangtua (48%).

Faktor penyebab kegagalan dalam memberikan pendidikan iman dan moral dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

115

keluarga di Paroki St. Maria Bunda Karmel Mansalong, karena sering

mempercayakan tanggungjawab mendidik iman anak kepada guru agama di

sekolah sebanyak 29 orangtua (52%).

c. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dari hasil penelitian ini.

Keterbatasan dari 56 orangtua yang menerima kuisioner. Sebagian orangtua tidak

menjawab semua pertanyaan dan menjawab setiap soal cenderung memilih

jawaban yang sifatnya positif artinya bahwa responden menjawab bukan

berdasarkan kenyataan yang dilakukan dalam keluarga, melainkan berdasarkan

pengetahuan. Kemudian keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orangtua

dalam memahami pertanyaan, sehingga beberapa orangtua tidak memberikan

jawaban atas pertanyaan.

Selain itu keterbatasan waktu untuk mengisi kuisioner, sebab jarak setiap

stasi yang berjauhan dan penulis harus mendampingi beberapa orangtua dalam

mengisi kuisioner. Kemudian penulis terlibat aktif dalam kegiatan hidup

menggereja, seperti memimpin ibadat di stasi, memimpin doa rosario setiap hari

bergiliran di setiap rumah selama bulan Rosario seta mendampingi anak SEKAMI

dan mempersiapkan serta melaksanakan temu raya OMK sedekanat Utara

Keuskupan Tanjung Selor yang dilaksanakan di Stasi St. Nikolaus Tanjung Matol.

Pertanyaan kuisioner dalam penelitian masih masih dapat dikembangkan lagi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

116

agar semakin dipahami, sehingga orangtua dapat melaksanakan tujuan perkawinan

khususnya memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral bagi anak.

d. Kesimpulan Penelitian

Pendidikan iman telah dilaksanakan oleh sebagian besar orangtua di

Paroki MBK Mansalong, karena menepati janji perkawinan yang telah diucapkan

untuk mendidik anak-anak secara katolik dibidang iman dan bidang moral.

Kemudian orangtua menyadari bahwa orangtua merupakan sekolah nilai-nilai

kemanusiaan dan iman katolik. Cara orangtua dalam memberikan pendidikan

iman dengan mengajari anaknya berdoa pokok terutama doa-doa pokok dalam

gereja katolik dan mendukung anaknya terlibat aktif dalam kegiatan hidup

menggereja seperti Doa Rosario, Koor, Pendalaman Iman, Ibadat, SEKAMI, dan

lain-lain.

Faktor pendukung yang telah dilakukan oleh sebagian besar orangtua

katolik di Paroki MBK Mansalong terhadap pendidikan iman dalam orangtua

dengan mengajarkan anak mencintai lingkungan hidup beserta isinya terutama

mencintai sesama manusia sebagaimana Allah telah mencintai manusia.

Sedangkan pendidikan moral dengan memberikan teladan tidak menyebut secara

langsung nama orang yang lebih tua, memberikan pembinaan suara hati dengan

mengajarkan anak membantu orang yang membutuhkan pertolongan serta berkata

lembut dan rendah hati hati terutama kepada orang yang lebih tua.

Hal-hal yang masih kurang dilaksanakan oleh sebagian besar orangtua

katolik di Paroki MBK Mansalong terhadap pendidikan iman dalam orangtua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

117

yakni menceritakan kisah yang ada dalam Kitab Suci, kisah para martir, dan orang

kudus dalam Gereja katolik serta menonton film tokoh-tokoh dalam Kitab Suci.

Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman orangtua mengenai

iman dan kurang tersedianya buku-buku dan film mengenai orang-orang kudus

dan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. Selain itu orangtua kurang mengajak anak-

anak berdoa bersama sebelum dan sesudah makan dan doa pribadi setiap hari

terutama sebelum dan sesudah bangun tidur. Sedangkan pendidikan moral yang

masih kurang dilaksanakan dalam orangtua yakni menyontek saat ulangan

merupakan perbuatan yang salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

BAB IV

PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP):

KATEKESE BAGI ORANGTUA KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN

7-15 TAHUN DI PAROKI MANSALONG

Paroki MBK Mansalong memiliki umat menurut arsip paroki sejumlah

3.770 jiwa. Penulis melakukan penelitian terhadap orangtua katolik yang usia

perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong untuk menemukan sejauh

mana orangtua-orangtua katolik telah melaksanakan tujuan perkawinan mengenai

pendidikan iman dan moral bagi anak-anak.

Hasil penelitian masih menemukan orangtua-orangtua katolik yang usia

perkawinan 7-15 tahun mengalami kesulitan dalam melaksanakan tujuan

perkawinan untuk memberikan pendidikan iman dan moral anak. Hal ini

disebabkan kurangnya pendampingan iman kepada pasangan yang akan menikah

ataupun pendampingan bagi orangtua-orangtua katolik yang sudah menikah.

Maka sangat dibutuhkan pendampingan iman bagi orangtua-orangtua Katolik

yang usia perkawinan 7-15 tahun, khususnya tujuh stasi yang letaknya dekat

paroki dan pada umumnya 33 stasi yang ada di Paroki MBK Mansalong.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyusun program pendampingan

orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK

Mansalong dalam bentuk katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP).

Program pendampingan dalam upaya membantu orangtua-orangtua katolik dalam

melaksanakan tujuan perkawinan, khususnya pendidikan iman dan pendidikan

moral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

119

Penulis akan bekerjasama dengan Tim Kerasulan Orangtua Paroki yaitu

Bapak Gerardus dan Ibu Maria dalam melaksanakan program pendampingan iman

dalam bentuk katekese kepada orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-

15 tahun di Paroki MBK Mansalong. Hal ini sebagai tindak lanjut dari penelitian,

penulis memberikan pendampingan dalam bentuk katekese model SCP kepada

tim kerasulan orangtua untuk membantu orangtua-orangtua katolik di Paroki

MBK Mansalong semakin memahami dan melaksanakan tujuan perkawinan

mendidik anak-anak dalam bidang iman dan bidang moral.

A. LATAR BELAKANG PEMILIHAN PROGRAM DALAM BENTUK

KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)

Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 71 mengatakan bahwa “Pendampingan

keluarga hendaknya bersifat realistis, artinya sungguh-sungguh sesuai dengan

realitas keluarga yang didampingi, bukan berdasarkan kehendak pendamping”.

Tujuan pendampingan untuk mengarahkan keluarga menuju idealisme hidup

orangtua kristiani. Sedangkan Pedoman Pastoral Keluarga (PPK) 6 dikatakan

bahwa “Keluarga merupakan buah dan tanda kesuburan adikodrati Gereja, serta

memiliki ikatan yang mendalam, sehingga orangtua disebut sebagai ecclesia

domestica (Gereja Rumah-Tangga)”. Sebutan Gereja Rumah Tangga

menunjukkan bahwa keluarga adalah bentuk terkecil dari Gereja. Oleh karena itu,

orangtua-orangtua katolik diharapkan menjadi pewarta injil bagi anak-anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

120

Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, diperoleh data sebagai berikut:

1. Orangtua telah mendidik anaknya secara katolik sesuai janji yang diucapkan

saat menikah sebanyak 53 orangtua (95%).

2. Orangtua telah mengajarkan anak untuk mencintai lingkungan hidup beserta

segala isinya terutama mencintai sesama manusia sebagaimana Allah mencintai

manusia sebanyak 52 orangtua (92%).

3. Orangtua menghormati dengan demikian anakpun belajar menghormati orang

yang lebih tua dengan tidak menyebut nama orang yang lebih tua secara langsung

sebanyak 52 orangtua (92%).

4. Orangtua telah mengajarkan anak-anak untuk berkata lembut dan rendah hati

terutama pada orang yang lebih tua sebanyak 52 orangtua (92%).

5. Orangtua mengetahui tugas sebagai orangtua untuk mewartakan Kristus kepada

anaknya sejak dari kandungan sampai dewasa, karena menyadari bahwa keluarga

adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan dan iman Katolik sebanyak 51 orangtua

(91%).

Selain itu ditemukan orangtua-orangtua katolik yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan tujuan perkawinan mengenai pendidikan iman dan

pendidikan moral bagi anak. Rangkuman hasil penelitian mengenai pendidikan

iman dan pendidikan moral yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh

orangtua katolik sebagai berikut:

1. Orangtua menceritakan kisah yang dalam Kitab Suci, kisah para martir dan

orang kudus dalam gereja katolik, serta mengajak anak menonton kartun yang

menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam Kitab Suci sebanyak 17 orangtua (30%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

121

dan orangtua membacakan Kitab Suci atau menceritakan tentang santo dan santa

kepada anak-anaknya sebelum tidur sebanyak 20 orangtua (36%). (soal nomor 8

dan 15).

2. Orangtua mengajarkan kepada anak-anak bahwa menyontek saat ulangan

adalah perbuatan yang salah sebanyak 20 orangtua (36%) orangtua. (soal nomor

28).

3. Orangtua mengajarkan kepada anak-anak untuk percaya kepada Allah dan

tidak pergi ke dukun meminta pertolongan ketika sakit sebanyak 24 orangtua

(44%). (soal nomor 21).

4. Orangtua mengajarkan anak bahwa mengambil barang milik orang lain,

misalnya mencuri buah tetangga merupakan dosa dan perbuatan yang tidak baik

sebanyak 27 orangtua (48%). (soal nomor 25).

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan orangtua-orangtua

katolik di Paroki MBK Mansalong yang mengalami kesulitan dalam memberikan

pendidikan iman dan pendidikan moral anak-anak menurut ajaran Gereja. Oleh

karena itu, model pendampingan yang tepat bagi orangtua-orangtua katolik yang

usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong dengan katekese model

Shared Christian Praxis, agar orangtua-orangtua katolik semakin mampu

mewujudkan tujuan perkawinan mendidik anak-anak dalam iman dan moral

kristiani, sesuai janji perkawinan yang diucapkan ketika menikah untuk mendidik

anak-anak secara katolik.

Katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara

anggota jemaat/kelompok, sehingga umat saling meneguhkan melalui sharing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

122

dalam menghayati iman secara sempurna. Share Christian Praxis (SCP)

menekankan proses katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, maksudnya

mengkonfrontasikan antara tradisi dan visi hidup umat, dengan Tradisi dan Visi

Kristiani, dalam mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Model

katekese SCP bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara

kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani (diktat PPL

PAK Paroki, halaman 14).

Praxis artinya tindakan yang sudah direfleksikan. Tindakan meliputi

seluruh keterlibatan manusia dalam dunia, segala perbuatan manusia dengan

tujuan tertentu, didukung oleh refleksi teoritis dan praktek. Praxis memiliki tiga

unsur pembentuk yang saling berkaitan, yaitu: akivitas, refleksi dan kreativitas.

Ketiga unsur berfungsi membangkitkan perkembangan imanjinasi, meneguhkan

kehendak dan mendorong praxis baru yang dapat dipertanggung-jawabkan secara

etis dan moral (diktat PPL PAK Paroki, halaman 15).

B. Usulan Program Pendampingan bagi Orangtua Katolik di Paroki Santa

Maria Bunda Karmel Mansalong

Penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa program

pendampingan katekese model Shared Christian Praxis, agar orangtua-orangtua

katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di paroki MBK Mansalong dapat saling

meneguhkan dan saling memperkaya, melalui sharing pengalaman dari masing-

masing peserta dan diteguhkan melalui sabda Tuhan, serta membangun niat dalam

melaksanakan tujuan perkawinan untuk mendidik iman dan moral anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

123

Pendampingan kepada orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan

7-15 tahun di paroki MBK Mansalong bertujuan membantu orangtua-orangtua

katolik semakin menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai orangtua dalam

memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral yang baik kepada anak-anak

yang dipercayakan Tuhan, sehingga anak-anak dapat bertumbuh dan berkembang

dalam iman akan Kristus dan Tradisi Katolik.

Sasaran dalam kegiatan katekese adalah orangtua-orangtua katolik yang

usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK Mansalong.

C. Tema dan Tujuan Pendampingan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan

beberapa hal yang menjadi kesulitan orangtua-orangtua katolik dalam

melaksanakan tujuan perkawinan khusunya dalam pendidikan iman dan

pendidikan moral terdapat dalam bab IV. Hambatan dan kesulitan yang ditemukan

dalam bab IV penulis kelompokkan menjadi tiga tema yang menjadi perhatian

untuk mencapai tujuan perkawinan, yakni 1 tema pendidikan iman dan 2 tema

pendidikan moral. Tema-tema SCP berdasarkan kesulitan terbesar yang dialami

orangtua-orangtua katolik di Paroki MBK Mansalong antara lain: pertama,

pendidikan moral yakni tema Allah mengasihi orang jujur, menanggapi orangtua

mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan

salah (soal nomor 28) dan tema menghargai milik orang lain, menanggapi

orangtua mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain

merupakan dosa dan perbuatan tidak baik (soal nomor 25); sedangkan pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

124

iman yakni percaya pada Allah, menanggapi orangtua mengajarkan anak-anak

percaya kepada Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan (soal nomor

21).

Penulis, tidak membahas kesulitan paling besar mengenai menceritakan

kisah dalam Kitab Suci dan kisah para kudus (soal nomor 8 dan 15), karena

orangtua kurang memahami kitab suci dan kisah santo santa, serta kurangnya

prasarana buku dan media tokoh-tokoh Kitab Suci.

Penulis menyusun materi sesuai hasil penelitian yang menjadi kebutuhan

orangtua-orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK

Mansalong. Adapun tema dan tujuan dalam usulan progam pendampingan

katekese model SCP sebagai berikut:

Pengantar: Tema SCP Dalam Pertemuan I, II, Dan III

Sebelum masuk pendalaman materi, penulis memberikan pengantar tema

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa masih ditemukan orangtua-

orangtua katolik di paroki MBK Mansalong mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tujuan perkawinan mendidik iman dan moral anak, sebagai berikut:

mengajarkan anak-anak bahwa menyontek saat ulangan/ujian adalah perbuatan

salah, mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang milik orang lain

merupakan dosa dan perbuatan tidak baik, dan mengajarkan anak-anak percaya

kepada Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

125

Tema I: Kejujuran merupakan tindakan terpuji

Pada pertemuan pertama, penulis memilih materi tentang “Kejujuran

merupakan tindakan terpuji”, untuk membantu orangtua semakin mengetahui

bahwa kejujuran merupakan sikap terpuji dihadapan Allah, terdapat dalam Ayb.

1:1

Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai kejujuran

dalam keluarga, sehingga anak-anak semakin memiliki kebiasaan bersikap jujur

dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis memilih tema “Kejujuran merupakan tindakan terpuji”, karena 20

orangtua (36%) yang telah mengajarkan kepada anak-anak bahwa menyontek saat

ulangan adalah perbuatan yang salah, berdasarkan soal nomor 28.

Tema II: Menghargai Milik Orang Lain

Pada Tema II, penulis memilih materi “Menghargai Milik Orang Lain”

untuk membantu orangtua semakin mengetahui perintah Allah kedelapan, terdapat

dalam Kel. 20:15; Ul. 5:19

Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai menghargai

milik orang lain, sehingga anak-anak semakin menghargai milik orang lain dalam

kehidupan sehari-hari.

Penulis memilih tema “Menghargai Milik Orang Lain”, karena 27

orangtua (48%) yang telah mengajarkan anak-anak bahwa mengambil barang

milik orang lain merupakan dosa dan perbuatan tidak baik (soal nomor 25).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

126

Tema III: Percaya Kepada Allah

Pada Tema III, penulis memilih materi “Percaya kepada Allah” untuk

membantu orangtua semakin mengetahui perintah Allah pertama, terdapat dalam

Kel. 20:5.5-6; Ul. 5:7.9-10

Tujuannya: membantu orangtua semakin menanamkan nilai iman kepada

Allah sebagai penyembuh segala penyakit, sehingga anak-anak percaya kepada

Allah dan tidak pergi ke dukun meminta pertolongan ketika sakit.

Penulis memilih tema “Percaya Pada Allah”, karena 24 orangtua (44%)

yang telah mengajarkan anak-anak percaya kepada Allah dan tidak pergi ke dukun

meminta pertolongan ketika sakit (soal nomor 21).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

127

D. Matrik Usulan Program Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)

No Sub Tema Tujuan Langkah Materi Metode Sarana

1 Kejujuran

merupakan

tindakan

terpuji

Membantu

orangtua

semakin

menanamkan

nilai

kejujuran

dalam

keluarga,

sehingga

anak-anak

semakin

memiliki

kebiasaan

bersikap jujur

dalam

kehidupan

sehari-hari.

1. Pembukaan

a. Pengantar

b. Lagu Pembukaan: Hatiku penuh

Nyanyian (HPN) No: 82 (Bahasa

cinta)

c. Doa Pembukaan

2. Langkah I: Mengungkap pengalaman

hidup peserta

3. Langkah II: Mendalami Pengalaman

Hidup Peserta

4. Langkah III: Menggali Pengalaman

Iman Kristiani

5. Langkah IV: Menerapkan Iman

Kristiani dalam Situasi Peserta

Konkrit

6. Langkah V: Mengusahakan suatu

Aksi Konkrit

7. Penutup

a. Doa Penutup

b. Lagu Penutup: KEK.No :78 (Karena

aku Kau cinta)

- Kejujuran

merupakan

tindakan

terpuji

- Sharing

pengalaman

pribadi

- Refleksi

pribadi

- Informasi

- Tanya jawab

- Gambar anak

menyontek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

128

2 Menghargai

Milik Orang

Lain

Membantu

orangtua

semakin

menanamkan

nilai

menghargai

milik orang

lain, sehingga

anak-anak

semakin

menghargai

milik orang

lain dalam

kehidupan

sehari-hari.

1. Pembukaan

a. Pengantar

b. Lagu Pembukaan: HPN. No: 11

(Hati-hati gunakan tanganmu)

b. Doa Pembukaan

2. Langkah I: Mengungkap pengalaman

hidup peserta

3. Langkah II: Mendalami Pengalaman

Hidup Peserta

4. Langkah III: Menggali Pengalaman

Iman Kristiani

5. Langkah IV: Menerapkan Iman

Kristiani dalam Situasi Peserta

Konkrit

6. Langkah V: Mengusahakan suatu

Aksi Konkrit

7. Penutup

a. Doa Penutup

b. Lagu Penutup : KEK. No : 45 (Cinta

Sesama)

Menghargai

Milik Orang

Lain

- Ceramah

- Sharing

pengalaman

pribadi

- Refleksi

pribadi

- Informasi

Tanya jawab

- Gambar

Anak

mencuri

- cerita

berjudul “

Hukuman

karena

mencuri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

129

3 Percaya

Kepada

Allah

Membantu

orangtua

semakin

menanamkan

nilai iman

kepada Allah

sebagai

penyembuh

segala

penyakit,

sehingga anak-

anak percaya

kepada Allah

dan tidak pergi

ke dukun

meminta

pertolongan

ketika sakit.

1. Pembukaan

a. Pengantar

b. Lagu Pembukaan: MB. No:285

(Tuhan Yesus)

c. Doa Pembukaan

2. Langkah I: Mengungkap pengalaman

hidup peserta

3. Langkah II: Mendalami Pengalaman

Hidup Peserta

4. Langkah III: Menggali Pengalaman

Iman Kristiani

5. Langkah IV: Menerapkan Iman

Kristiani dalam Situasi Peserta

Konkrit.

6. Langkah V: Mengusahakan suatu

Aksi Konkrit

7. Penutup

a. Doa Penutup

b. Lagu Penutup : MB. No : 225 (Aku

Percaya)

- Ceramah

- Sharing

pengalaman

pribadi

- Refleksi

pribadi

- Informasi

- Tanya jawab

- Gambar orang

sakit

- Lilin dan Salib

- Madah Bakti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

130

A. Gambaran Pelaksanaan Program

Proses pelaksanaan program pendampingan dilaksanakan 2 kali pertemuan

dengan 3 tema. Katekese akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan 3

tema setiap hari Sabtu dan Minggu di setiap stasi Paroki MBK Mansalong. Setiap

pertemuan selama 2 hari, dimulai hari Sabtu sore sampai malam hari, kemudian

dilanjutkan hari Minggu pagi seusai ibadat hari Minggu sampai siang hari.

Gambaran pelaksanaan program Shared Christian Praxis sebagai berikut:

pada pertemuan pertama diawali dengan perkenalan singkat dari pendamping dan

peserta, dilanjutkan lagu dan doa pembukaan, kemudian pengantar singkat

mengenai tema dan tujuan dari pendampingan selama 15 menit.

Pembahasan tema melalui 5 langkah-langkah SCP selama 60 menit,

sebagai berikut: langkah 1, mengungkapkan pengalaman hidup peserta.

Pendamping mengawalinya dengan cerita atau memperlihatkan gambar (sesuai

tema). Kemudian peserta menceritakan kembali kisah atau menanggapi gambar,

dilanjutkan sharing pengalaman peserta sesuai dengan cerita atau gambar. Setelah

itu pendamping menyampaikan kembali jawaban-jawaban dari peserta. Langkah

2, mendalami pengalaman hidup peserta. Setelah peserta mensharingkan

pengalamannya. pendamping memberikan pertanyaan untuk membantu peserta

mendalami pengalaman hidup sesuai dengan tema. kemudian pendamping

menyampaikan kembali jawaban dari peserta. Langkah 3, menggali pengalaman

iman Kristiani. Pendamping mengajak peserta membaca teks Kitab Suci,

kemudian memberikan pertanyaan sesuai teks Kitab Suci dan menghubungkannya

dengan pengalaman hidup peserta. Setelah itu pendamping menafsirkan Kitab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

131

Suci. Langkah 4, menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta konkrit.

Pendamping menyampaikan langkah I, II dan III yang telah dilalui, kemudian

pendamping mengajak peserta untuk merenung melalui hening atau pemeriksaan

batin. Kemudian peseta mengungkapkan niat-niat konkret. Langkah 5,

Pendamping menyampaikan langkah I, II, III dan IV yang telah dilalui, kemudian

pendamping mengajak peserta menentukan niat yang akan dilaksanakan secara

pribadi maupun bersama dalam aksi konkrit. Setelah itu dilanjutkan dengan doa

permohonan, doa Bapa Kami dan Lagu penutup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

132

B. Contoh Salah Satu Pelaksanaan Program: Pendampingan Katekese Umat

Model Shared Christian Praxis (SCP).

PERTEMUAN KE III

Identitas

Tema : Percaya Pada Allah

Tujuan : Bersama pendamping, para peserta diajak semakin

percaya kepada Allah sebagai penyembuh segala

penyakit, sehingga orangtua berdoa untuk orang sakit dan

meminta imam memberikan pengurapan orang sakit.

Peserta : Orangtua katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun

Tempat : Setiap stasi di Paroki MBK Mansalong

Hari/Tgl : 3- 4 Maret 2018

Waktu : 7:00 malam – selesai, seusai ibadat- selesai

Model : Shared Christian Praxis (SCP)

Metode : - Ceramah

- Sharing pengalaman pribadi

- Refleksi pribadi

- Informasi

- Tanya jawab

Sarana : - Gambar Orang Sakit

- Lilin dan Salib

- Madah Bakti

Sumber

Bahan

: - Mat. 6:15-29

- Eko Riyadi, St. (2011). “MATIUS;

A. PEMIKIRAN DASAR

Dalam kenyataan seringkali ketika umat menderita sakit yang sulit

disembuhkan, biasanya mereka meminta pertolongan kepada dukun. Umat kurang

berdoa dan meminta pastor mendoakan dan memberikan “Sakramen Pengurapan

Orang Sakit”, karena umat beranggapan bahwa sakramen pengurapan orang sakit

diterima ketika orang mengalami sakrat maut. Umat kurang berdoa memohon

pada Tuhan Sang Penyembuh segala macam penyakit. Umat lebih percaya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

133

“kekuatan gaib” yang dapat menyembuhkan, sehingga ketika sakit semakin parah

dan berujung pada kematian, umat marah dan menyalahkan Tuhan, Padahal ketika

sakit, umat kurang memohon rahmat kesembuhan dari Tuhan melalui doa dan

sakramen pengurapan orang sakit. Seharusnya ketika sakit, umat berobat di

rumah sakit dan berdoa kepada Tuhan memohon rahmat kesembuhan serta

meminta pastor untuk memberikan sakramen pengurapan orang sakit.

Injil Matius 15:29-31, menampilkan Yesus yang selalu dihadapkan pada

orang-orang sakit yang memerlukan penyembuhan. Yesus melayani mereka dan

mereka pun disembuhkan. Pada zaman modern, perawatan dan penyembuhan

orang sakit (fisik dan psikis) tergantung pada profesi medis.

Pada zaman Yesus, orang sakit dapat disembuhkan dari penyakit yang

dideritanya, seseorang harus mohon pertolongan Allah. Dengan demikian apakah

‘Yang Ilahi’ tidak terlibat dalam proses penyembuhan modern? Tentu saja tetap

terlibat, karena perawatan dan penyembuhan penyakit tetap merupakan “karunia

dari Tuhan”, yang disalurkan melalui tangan-tangan, pengetahuan dan hati

manusia. Dengan demikian pelayanan para dokter, perawat dan petugas medis

lainnya adalah profesi mulia dan indah untuk melayani orang sakit. Berdoa

memohon rahmat kesembuhan, agar Tuhan senantiasa menyertai para tim medis

dan segala obat-obatan untuk memberikan kesembuhan pada orang sakit.

Sakit dan penderitaan mengakibatkan orang-orang merasa tidak aman. Hal

ini menggambarkan kerapuhan kondisi manusiawi yang dapat diserang sakit-

penyakit. Sakit mempunyai arti religius bagi orang-orang modern, yang percaya

bahwa Yesus dapat menyembuhkan “penyakit”. Oleh karena itu, sebagai umat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

134

beriman, perlu datang kepada Yesus memohon rahmat kesembuhan melalui doa

dan dengan perantara imam menerima sakramen pengurapan orang sakit, karena

Yesus Sang Tabib Ilahi.

Melalui pertemuan ini, peserta diharapkan semakin menyadari bahwa

Yesus adalah Sang Tabib, yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit

Kita datang dengan rendah hati memohonkan rahmat penyembuhan kepada-Nya

seperti orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang

lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan orang sakit lainnya. Kita

datang mohon bantuan dari Tuhan, dengan doa dan perantaraan imam, sehingga

dapat mengajarkan kepada anak-anak semakin percaya bahwa Tuhan Sang Tabib

yang dapat memberikan kesembuhan.

B. PENGEMBANGAN LANGKAH – LANGKAH

1. Pembukaan

a. Pengantar

Bapak ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di sini

sebagai satu orangtua seiman dalam Yesus Kristus Pada hari ini kita akan

mendalami tentang “Percaya kepada Allah” sebagai penyembuh segala macam

penyakit. Marilah kita mohonkan rahmat kesembuhan dari Tuhan untuk diri

sendiri, orangtua dan orang yang saat ini sedang menderita sakit, agar diberikan

kesembuhan dan semakin percaya pada kuasa Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

135

b. Lagu Pembukaan: MB. No: 285 (Tuhan Yesus)

Reff. Tuhan Yesus sembuhkanlah kami, orang buta orang congkak hati.

dari mati hidupkanlah kami, dari dosa bersihkanlah kami

Tuhan Yesus.

Tampa Yesus kita orang miskin

tanpa Yesus hati kita dingin

dengan Yesus kita amat kaya

hati kita kan bersukaria dengan Yesus (Reff)

Tampa Yesus kita ketakutan

tanpa Yesus kita tidak tahan

dengan Yesus kita akan mampu

mengalahkan kekuatan dosa dengan Yesus (Reff)

c. Tanda Salib (†)

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin

d. Doa Pembukaan

Allah Bapa penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas berkat

dan rahmat yang kami terima sepanjang hidup kami. Kini kami berkumpul di

tempat ini, bersama–sama untuk merenungkan Sabda-Mu, agar kami semakin

percaya bahwa Engkaulah sumber pengharapan sebagai pemberi kesembuhan,

ketika kami mengalami sakit. Ya Bapa, kami sebagai orangtua menyadari bahwa

terkadang kami sendiri kurang menyadari akan besar kuasa-Mu dalam melakukan

mukjizat penyembuhan pada orang sakit. Seomga melalui Sabda-Mu, kami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

136

semakin memberikan teladan kepada anak-anak, agar menaruh harapan pada

mukjizat penyembuhan dari-Mu. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan

pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin

2. Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta

a. Pendamping memperlihatkan gambar pengurapan orang sakit dan meminta

peserta menceritakan tentang gambar yang mereka lihat.

b. Penceritaan kembali dari gambar: Pendamping mengungkapkan kembali cerita

dari para peserta mengenai gambar pengurapan orang sakit.

c. Intisari mengenai orang sakit

Bapak ibu yang terkasih, kita telah melihat gambar pengurapan orang sakit di

rumah sakit. Bapak, ibu dan saudara/I yang hadir di sini, tentu pernah mengalami

yang namanya sakit, baik sakit ringan maupun sakit berat, sehingga kita harus

beristirahat untuk pemulihan kesehatan di rumah atau rumah sakit. Ketika kita

mengalami sakit, hal pertama yang kita harapkan adalah kesembuhan, agar dapat

sembuh dan beraktivitas seperti biasanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

137

d. Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami gambar

pengurapan orang sakit dengan tuntunan pertanyaan:

1) Apa yang anda lakukan ketika sakit?

2) Ceritakanlah pengalaman bapak ibu yang berhubungan gambar!

e. Suatu Contoh Arah Rangkuman

Ketika sakit, kami berobat ke rumah sakit, namun juga berobat ke dukun.

Pengalaman dalam kehidupan, kita jarang sekali meminta pastor untuk

mendoakan dan memberikan pengurapan orang sakit. Kita kurang memohon

rahmat kesembuhan dari Allah melalui doa secara pribadi maupun mendoakan

orang sakit. Kita lebih mengupayakan kesembuhan dengan berbagai alternatif

pengobatan. Kita kurang melibatkan Tuhan untuk kesembuhan, sehingga kita

mudah putus asa sakit semakin parah dan tidak dapat disembuhkan. Kita sering

mengeluh dan menyalahkan Tuhan karena tidak memberi kesembuhan.

3. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

a. Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman atau gambar dengan bantuan

pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Apa yang hendak disampaikan melalui gambar pengurapan orang sakit?

2) Apakah bapak ibu mendoakan orang sakit? Mengapa?

3) Bagaimana pengalaman bapak ibu dalam menumbuhkan iman pada anak-anak

untuk percaya Allah ketika sakit?

b. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan

arahan rangkuman singkat, misalnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

138

Bapak ibu yang terkasih, gambar pengurapan orang sakit, hendak

menyampaikan kepada kita bahwa sebagai orang katolik hendaknya mempunyai

kepercayaan kepada Tuhan atas mukjizat penyembuhanNya.

Bapak/ ibu ada yang menjawab kurang berdoa untuk orang sakit, karena

lebih mengandalkan tenaga medis maupun non medis untuk kesembuhan. Ada

juga menjawab mendoakan orang sakit, karena percaya bahwa Yesus dalam

hidupNya banyak melakukan mukjizat kesembuhan, maka mereka percaya bahwa

Yesus dapat menyembuhkan berbagai penyakit zaman ini

Orangtua menumbuhkan iman pada anak-anak untuk percaya Allah

ketika sakit dengan berdoa, novena mohon kesembuhan, mengunjungi dan

mendoakan orang sakit serta tidak pergi ke dukun untuk berobat.

4. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Peserta diajak membacakan teks Kitab Suci, Injil Mat. 15:29-31

15:29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan

naik ke atas bukit lalu duduk di situ.

15:30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya

membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi

yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan

mereka semuanya.

15:31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang

timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka

memuliakan Allah Israel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

139

Peserta diberi waktu hening sambil meresapkan dan merenungkan Sabda

Tuhan dan menanggapi dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Ayat-ayat manakah yang menunjukkan orang banyak datang kepada Yesus

untuk disembuhkan?

2) Apa yang Yesus ingin sampaikan lewat teks Kitab Suci ini?

a. Peserta menyebutkan ayat yang menunjukkan orang banyak datang kepada

Yesus untuk disembuhkan.

b. Pendamping memberikan tafsiran Mat. 15: 29-31 dan menghubungkannya

dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Matius 15:29-31, menampilkan Yesus selalu dihadapkan pada orang-

orang sakit yang memerlukan penyembuhan. Yesus melayani mereka dan mereka

pun disembuhkan. Pada zaman modern, perawatan dan penyembuhan orang sakit

(fisik dan psikis) tergantung pada profesi medis dan non medis.

Pada zaman Yesus, penyakit dapat disembuhkan dengan memohonkan

pertolongan Allah. Dengan demikian apakah ‘Yang Ilahi’ tidak terlibat dalam

proses penyembuhan modern? Tentu saja tetap terlibat, karena perawatan dan

penyembuhan penyakit tetap merupakan “karunia dari Allah”, yang disalurkan

melalui tangan-tangan, pengetahuan dan hati manusia. Dengan demikian

pelayanan para dokter, perawat dan petugas medis lainnya adalah profesi mulia

dan indah untuk melayani orang sakit. Berdoa memohon rahmat kesembuhan,

agar Tuhan senantiasa menyertai para tim medis dan segala obat-obatan untuk

memberikan kesembuhan pada orang sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

140

Sakit dan penderitaan mengakibatkan orang-orang merasa tidak aman.

Hal ini menggambarkan kerapuhan kondisi manusiawi yang dapat diserang sakit-

penyakit. Sakit mempunyai arti religius bagi orang-orang modern, yang percaya

bahwa Yesus dapat menyembuhkan “penyakit”. Oleh karena itu, sebagai umat

beriman, perlu datang kepada Yesus memohon rahmat kesembuhan melalui doa

dan dengan perantara imam menerima sakramen pengurapan orang sakit, karena

Yesus Sang Tabib Ilahi.

5. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta Konkrit

a. Pengantar

Bapak ibu yang terkasih, dalam sharing pengalaman, kita telah

mengungkapkan pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan hidup sehari-hari

dalam kepercayaan akan kuasa Allah yang memberikan kesembuhan, sehingga

membantu anak-anak semakin percaya akan kuasa Allah yang menyembuhkan

orang sakit. Gambar pengurapan orang sakit memyampaikan kita sebagai manusia

tentu pernah mengalami jatuh sakit, baik sakit ringan maupun sakit berat. Ketika

sakit, orang pasti mengharapkan kesembuhan, dengan berdoa mohon rahmat

penyembuhan dari Allah. Kita meyakini kuasa Allah yang menyembuhkan,

sehingga membangkitkan iman kepercayaan pada Allah bagi anak-anak.

Bahan refleksi/ pemeriksaan batin, agar kita semakin menyadari

pentingnya membangun kepercayaan akan kuasa Allah yang memberikan

mukjizat penyembuhan. Marilah kita melihat situasi konkrit di sekitar dengan

merenungkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

141

1. Dalam ayat 30 dikisahkan bahwa orang banyak berbondong-bondong datang

kepada Yesus membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, dan orang-

orang sakit lainnya untuk disembuhkan, apakah sebagai orangtua kita sudah

memberi teladan kepada anak-anak untuk percaya pada campur tangan Allah

dalam menyembuhkan melalui doa-doa ? instrument.

2. Apakah kita sudah membiasakan anak-anak untuk mendoakan orang sakit ?

Instrument.

3. Apakah kita lebih percaya pada dukun dari pada kepada Allah? Instrument.

b. Saat hening, musik instrument dibunyikan untuk mengiringi renungan pribadi

akan pesan Injil sesuai dengan situasi konkrit peserta sebagai orangtua. Lalu

peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan isi renungannya. Kemudian

pendamping akan memberikan arahan sesuai dengan hasil renungan pribadi.

c. Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta

Bapak ibu yang terkasih, terkadang ketika mengalami sakit, kita kurang

mempercayakan pada rahmat kesembuhan dari Tuhan dan lebih mengandalkan

pengobatan yang dilakukan baik secara medis maupun non medis (alternatif). kita

dapat belajar dari orang banyak yang datang kepada Yesus membawa orang

lumpuh, orang timpang, orang buta, dan orang-orang sakit lainnya untuk

disembuhkan, sehingga kita sebagai orangtua dapat memberikan teladan kepada

anak-anak untuk percaya pada campur tangan Allah dalam menyembuhkan

melalui doa dan penumpangan tangan pastor melalui pengurapan orang sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

142

6. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit

a. Pengantar

Bapa ibu yang terkasih, setelah kita mendalami bersama-sama pengalaman

hidup melalui gambar dan pengalaman konkrit kita yang disatukan dalam Sabda

Allah melalui Injil Matius. Dengan demikian kita dapat melihat betapa besar

kuasa Allah menyembuhan berbagai penyakit.

b. Memikirkan niat dan bentuk keterlibatan untuk mendoakan orang sakit.

Berikut ini adalah pertanyaan penuntun membantu peserta membuat niat-niat:

1) Niat konkret apa yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan iman

kepercayaan akan kuasa Allah yang menyembuhkan, sehingga anak-anak semakin

percaya kepada Allah bukan dukun ketika sakit?

2) Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat itu?

c. Selanjutnya peserta mengungkapkan niat-niat pribadi agar saling meneguhkan.

d. Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan

bersama guna menentukan niat bersama yang konkrit, yang dapat segera

diwujudkan agar memiliki kebiasaan untuk berdoa bersama dalam orangtua.

e. Pendamping menyalakan lilin yang sudah dipersiapkan, kemudian mengajak

peserta berdoa secara spontan untuk orang sakit sebagai permohonan kepada

Tuhan yang dapat memberikan kesembuhan dari berbagai penyakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

BAB VI

PENUTUP

Pada bab penutup, penulis memaparkan rangkuman isi bab-bab

sebelumnya, yaitu gagasan penting sebagai kesimpulan dari skripsi, yang

ditujukan kepada orangtua-orangtua katolik, para tenaga pastoral dan ketua stasi.

Penulis memberikan saran dan usulan bagi Pastor Paroki, Tim Kerasulan

Orangtua, Ketua Stasi, dan Orangtua-Orangtua Katolik untuk bekerjasama dalam

mewujudkan tujuan perkawinan, yakni pendidikan di bidang iman dan moral.

A. KESIMPULAN

Perkawinan menurut ciri kodratinya memiliki tiga tujuan, yaitu

kesejahteraan suami istri (bonum coniugum) dan kelahiran serta pendidikan anak

(bonum prolis). Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk

berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Hak maupun kewajiban orangtua

dalam mendidik anak-anak bersifat hakiki, pertama dan utama karena

keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua anak. Maka orangtua adalah

pendidik utama dan pertama bagi putra-putrinya terutama berkaitan dengan nilai-

nilai dasar, nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai religius. Pendidikan anak

mencakup banyak hal, namun akan difokuskan mengenai pendidikan iman dan

pendidikan moral dalam keluarga.

Pendidikan iman adalah usaha membantu dan mempermudah

perkembangan iman seseorang, sehingga benih-benih iman yang ditaburkan Allah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

145

dalam dirinya dapat bertumbuh menuju kedewasaan iman. Iman berasal dari

pendengaran dan pendengaran berasal dari pewartaan sabda dan karya Kristus

(Rom. 10:17). Oleh karena itu, tugas orangtua adalah mewartakan Kristus kepada

anak-anak mereka sejak dari kandungan sampai dewasa. PPK 31 mengatakan

bahwa “Pendidikan dalam orangtua harus memperhatikan pendidikan iman dan

pendidikan moral katolik, karena orangtua adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan

dan iman katolik”.

Hasil penelitian penulis terhadap 56 orangtua katolik yang usia

perkawinan 7-15 tahun di Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong

menemukan orangtua-orangtua katolik yang telah mendidik anak-anak secara

katolik dengan cara mengajarkan: mencintai lingkungan hidup beserta segala

isinya, terutama mencintai sesama; menghormati orang yang lebih tua dengan

tidak menyebut nama secara langsung dan mendukung anak-anak terlibat aktif

dalam kegiatan hidup menggereja seperti, doa rosario, koor, pendalaman iman,

ibadat, SEKAMI, OMK dan retret. Selain itu ditemukan beberapa orangtua katolik

mempercayakan tanggungjawab mendidik iman anak-anak kepada guru agama.

Hal ini nampak dari orangtua-orangtua katolik yang kurang dan belum

melaksanakan pendidikan iman antara lain: mengajak anak-anak menonton kartun

kisah tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, menceritakan kisah-kisah dalam Kitab Suci,

kisah para martir dan orang kudus, Sedangkan pendidikan moral yang kurang dan

belum dilaksanakan dalam keluarga mengenai: menyontek saat ulangan/ujian

merupakan perbuatan salah dan dosa, percaya kepada Allah secara total, sehingga

tidak perlu ke dukun meminta pertolongan ketika sakit, dan mengambil barang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

146

milik orang lain tanpa sepengetahuan pemilik merupakan dosa dan tidak baik,

misalnya mengambil buah-buahan tetangga tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Maka dalam upaya membantu orangtua-orangtua katolik melaksanakan

atau mewujudkan tujuan perkawinan, terutama pendidikan iman dan moral,

penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa program pendampingan dalam

bentuk katekese model Shared Christian Praxis. Dalam katekese model Shared

Christian Praxis, orangtua-orangtua katolik dapat saling meneguhkan dan saling

memperkaya melalui sharing pengalaman, serta diteguhkan melalui sabda Tuhan.

Selain itu orangtua-orangtua katolik diajak membangun niat konkrit melalui

perbuatan nyata, yakni mendidik iman dan moral anak secara katolik. Dengan

demikian mereka semakin menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai orangtua

dalam memberikan pendidikan iman dan pendidikan moral yang baik kepada

anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, sehingga anak-anak dapat

bertumbuh dan berkembang dalam iman akan Kristus dan Tradisi Gereja katolik.

B. SARAN

Hasil penelitian yang penulis lakukan menemukan beberapa hal dalam

hidup orangtua-orangtua Katolik yang usia perkawinan 7-15 tahun di Paroki MBK

Mansalong berkaitan dengan pelaksanaan tujuan perkawinan, terutama pendidikan

iman dan pendidikan moral bagi anak. Penulis memberikan beberapa saran demi

perkembangan iman dan moral anak-anak sebagai penerus Gereja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

147

1. Bagi Orangtua Katolik

a. Orangtua Katolik agar semakin mendidik anak-anaknya sesuai ajaran Gereja

katolik, khususnya pendidikan iman dan pendidikan moral, sehingga anak-anak

semakin menghayati iman sebagai orang Katolik.

b. Orangtua katolik agar semakin menanamkan ajaran iman katolik, sehingga

anak-anak semakin memiliki iman yang kuat dan kokoh, sehingga tetap setia

dalam iman katolik walaupun menghadapi banyak cobaan dan tantangan.

2. Bagi Pastor Paroki

a. Pastor Paroki agar semakin memberikan perhatian dan pendampingan kepada

orangtua-orangtua Katolik, khususnya orangtua-orangtua Katolik yang usia

perkawinan 7-15 tahun, sehingga mereka mampu memberikan pendidikan iman

dan pendidikan moral bagi anak-anaknya sesuai dengan tahap-tahap

perkembangan iman dan moral anak.

b. Pastor Paroki agar semakin memberikan perhatian dan pendampingan kepada

orangtua-orangtua Katolik sebagai bentuk perhatian dari Gereja kepada orangtua-

orangtua katolik, misalnya melalui kunjungan orangtua, konsultasi orangtua,

rekoleksi orangtua.

3. Bagi Tim Kerasulan Orangtua

Tim kerasulan orangtua di paroki perlu membuat program pendampingan

bagi orangtua-orangtua Katolik setahun dua kali, agar semakin membantu

orangtua-orangtua katolik dalam mendidik iman dan moral anak-anak secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

148

katolik, sehingga anak-anak tetap setia dalam iman katolik sampai dewasa

walaupun menghadapi tantangan dan godaan zaman.

4. Bagi Ketua Stasi

Para ketua stasi di paroki agar semakin mengingatkan orangtua-orangtua

katolik di Paroki MBK untuk mendidik iman dan moral anak-anak secara Katolik,

serta mengajak orangtua-orangtua katolik untuk terlibat aktif dalam kegiatan

hidup menggereja, misalnya doa rosario, ibadat hari minggu, paduan suara dan

lain-lain.

Demikian uraian kesimpulan dan saran yang diusulkan penulis terkait

dengan pemaparan dan hasil penelitian dalam bab sebelumnya. Saran yang

diusulkan penulis di atas secara khusus ditujukan kepada orangtua-orangtua

Katolik di Paroki MBK yang usia perkawinannya 7-15 tahun, pastor paroki, tim

kerasulan orangtua dan para ketua stasi, sehingga semakin membantu orangtua-

orangtua katolik dalam melaksanakan janji perkawinan untuk mendidik iman dan

moral anak sesuai sesuai tahap perkembangan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

149

DAFTAR PUSTAKA

1. KITAB SUCI DAN DOKUMEN GEREJA

LAI. (1992). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Konsili Vatikan II. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ.,

Penerjemah). Jakarta: Obor bekerjasama dengan: Departemen

Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun

1966).

Yohanes Paulus II. (1993). Familiaris Consosrtio (Orangtua). Anjuran Apostolik

Sri Paus Yohanes Paulus II (Seri Dokumen Gerejawi No. 30). (R.

Hardawiryana, SJ., Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana. (Dokumen

asli diterbitkan tahun 1981).

______. (1994). Orangtua Kristiani dalam Dunia Modern: Amanat Apostolik

Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II (Seri Bina Orangtua). (A.

Widyamartaya, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius dalam kerjasama

dengan Komisi Pendampingan orangtua Keuskupan Agung Semarang.

(Dokumen asli diterbitkan tahun 1981).

______. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor: Grafika

Mardi Yuana.

Fransiskus, Paus. (2013). Lumen Fidei (Iman): Seruan Apostolik Paus Fransiskus

kepada para uskup, imam dan diakon, kaum religius dan segenap umat

beriman tentang iman (24 November 2013). Seri Dokumen Gerejawi no. 94.

Diterjemahkan oleh F.X. Adisusanto, SJ. Jakarta: DOKPEN KWI.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1994). Kasih Setia Dalam Suka Duka Pedoman

Persiapan Perkawinan di Lingkungan Katolik. Jakarta: PT Afandhani

Pramandiri

______. (2011). Pedoman Pastoral Orangtua. Jakarta: Obor.

Komsos Keuskupan Tanjung Selor. Jejak Langkah Keuskupan Tanjung Selor,

Gerak Membangun Gereja yang Hidup dan Mengakar. Yogyakarta:

Kanisius.

2. BUKU-BUKU

Budiningsih, C. Asri. (1982). Pembelajaran Moral: Berpijak Pada Karakteristik

Siswa. Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulya.

Duska, Ronald dan Mariellen Whelan. (1982). Perkembangan Moral: Perkenalan

dengan Piaget dan Kholberg. Yogyakarta: Kanisius

Eminyan, Maurice. (2005). Teologi Orangtua. Yogyakarta: Kanisius

Hadiwardoyo, Al. Purwa. (1990). Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius

______. (2015). Ajaran Gereja Katolik tentang Perkawinan. Yogyakarta:

Kanisius

Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model

Berkatekese (Seri Puskat no. 356). (Saduran bebas dari Thomas H. Groome,

Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

150

Pastoral Ministry, New York: Harper Collins, 1990, hal 133-197).

Yogyakarta: LPKP.

Iswarahadi, Y.I (2013). Media dan Pewartaan Iman: Usaha mencari Model

Pewartaan Iman pada Zaman Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Ketut Adi Hardana, Timotius I. (2013). Kursus Persiapan Perkawinan.

Yogyakarta: Kanisius

Kieser, S. Bernard. (2011). Moral Dasar, Kaitan Iman dan Perbuatan.

Yogyakarta: Kanisius.

Kholberg, Lawrence. (1995). Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:

Kanisius

Magnis Suseno, Franz. (2005). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat

Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, J.Lexy. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya

Pudjiono, V. (2007). Pendidikan Anak di Rumah di Bidang Iman. Komisi

Pendampingan Orangtua KAS

Powell, John. (1991). Beriman untuk Hidup, Beriman untuk Mati. Yogyakarta:

Kanisius

Raharso, Catur Alfonso. (2006). Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja

Katolik. Malang: Dioma.

Soerjanto, Al. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Orangtua Katolik. Komisi

Pendampingan Orangtua KAS

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tandowidjojo, J.V.S. (1987). Peran Media Massa dalam Pendidikan Modern.

Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama

C. ARTIKEL

Dapiyanta. (2013). “Moral Dasar,” dalam buku Teologi Moral, 2013: 1-39.

D. ARSIP

Arsip Data Paroki Santa Maria Bunda Karmel Mansalong. (2010)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

Lampiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(2)

Lampiran 2: Surat Telah Melakukan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(3)

Lampiran 3: Kuisioner Penelitian

PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN MENGENAI

PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL BAGI ANAK

OLEH KELUARGA YANG USIA PERKAWINAN 7-15 TAHUN

DI PAROKI SANTA MARIA BUNDA KARMEL MANSALONG

A. IDENTITAS RESPONDEN

Usia Perkawinan :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

B. Petunjuk Pengerjaan:

1. Bacalah soal dibawah ini dengan sangat teliti !

2. Jawablah pertanyaan dibawah sesuai dengan keadaan sebenarnya

(kenyataan yang terjadi) dengan melingkari jawaban a, b, c atau d

No Pertanyaan Jawaban

Sdh Tdk Blm Tdk SK

1 Apakah bapak / ibu sebagai pasangan

sudah mendidik anak secara katolik

khususnya di bidang pendidikan iman

dan moral sesuai dengan janji yang

diucapkan saat menikah?

SS S7 KS TS

2 Apakah bapak/ibu setuju bahwa selain

menurunkan anak, suami istri juga

mempunyai tanggungjawab untuk

memberikan pendidikan yang layak

kepada anak yang diberikan Tuhan agar

hidup dengan wajar dan beriman?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(4)

Pendidikan Iman

Th Lpa Tdk Th Mbk

3 Apakah bapak/ibu tahu bahwa

orangtua merupakan pendidik

utama dan pertama bagi anak

terutama yang berkaitan dengan

nilai-nilai dasar, nilai kehidupan

dan nilai religious?

Sdh Tdk Blm Tdk SK

4 Apakah bapak/ibu sudah mendidik

anak secara katolik sesuai dengan

janji perkawinan yang sudah

diucapkan saat menikah dan saat

membaptis anak?

Th Lpa Tdk Th Mbk

5 Apakah bapak / ibu tahu bahwa

tugas orangtua adalah mewartakan

Kristus kepada anaknya sejak dari

kandungan hingga dewasa, karena

keluarga adalah sekolah nilai-nilai

kemanusiaan dan iman katolik?

Srg Kdg2 Jrg Tdk P

6 Apakah bapak / ibu mengajarkan

kepada anak bahwa selain sebagai

Tuhan, Allah juga di sebut sebagai

Bapa?

7 Apakah bapak/ibu sudah mengajari

anaknya untuk berdoa pokok

terutama doa-doa pokok yang dalam

Gereja katolik, misalnya; doa Salam

Maria, Bapa Kami, Aku percaya,

Doa Tobat, Saya mengaku dll?

8 Apakah bapak/ibu menceritakan

kisah yang ada dalam Kitab Suci,

kisah para martir dan orang kudus

dalam gereja katolik serta mengajak

anak untuk menonton kartun yang

menceritakan tentang tokoh-tokoh

yang ada dalam Kitab Suci?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(5)

9 Apakah bapak/ibu sudah

menyediakan sarana yang dapat

membantu pendidikan iman anak

seperti Kitab Suci, Patung Bunda

Maria, Rosario, buku-buku doa dan

lagu-lagu rohani?

10 Sudahkah bapak/ibu mengajak

anaknya untuk berdoa bersama dan

doa pribadi setiap hari terutama

sebelum dan setelah bangun tidur?

11 Apakah bapak/ibu mengajari anak

untuk mengenal lagu-lagu rohani

dan mengajak untuk ibadat atau

misa di Gereja?

12 Apakah bapak/ibu mengajak

anaknya untuk berdoa bersama

sebelum makan dan sesudah

makan?

13 Apakah bapak/ibu mendukung

anaknya untuk terlibat aktif dalam

kegiatan hidup menggereja seperti,

doa Rosario, koor, pendalaman

iman, ibadat, SEKAMI, OMK,

retret dll?

14 Apakah bapak/ibu sering mengajak

anaknya misa bersama-sama saat

hari minggu maupun hari raya yang

disamakan dengan hari minggu?

15 Apakah bapak/ibu membacakan

Kitab Suci pada anak-anaknya

sebelum tidur atau menceritakan

kisah para santo dan santa kepada

anaknya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(6)

Sdh Tdk Spt Blm

Tdk

SK

16 Sudahkah bapak/ibu memberikan

penghargaan yang mendalam terhadap

martabat pribadi anak serta sungguh

menghormati dan memperhatikan hak-

hak mereka?

17 Apakah bapak/ibu sudah memberikan

teladan yang baik kepada anak dengan

tidak bersikap kasar, tidak memukul,

memaki, mabuk-mabukan dan tidak

membatasi kebebasan pribadi anak?

Srg Kdg2 Jrg

Tdk

P

18 Apakah bapak/ibu membimbing

anaknya belajar ketika mendapat PR

agama dari sekolah?

Sdh Tdk Spt Blm

Tdk

SK

19 Apakah bapak/ibu sudah mengajari

anak untuk mencintai lingkungan hidup

beserta segala isinya terutama mencintai

sesama manusia sebagaimana Allah

telah mencintai manusia?

Srg Kdg2 Jrg

Tdk

P

20 Apakah bapak/ibu cenderung

mempercayakan tanggungjawab

mendidik iman anak kepada guru

agama di sekolah?

Pendidikan Moral

Srg Kdg2 Jrg

Tdk

P

21 Apakah bapak/ibu mengajari anaknya

untuk percaya kepada Allah dan tidak

pergi ke dukun untuk meminta

pertolongan misalnya berobat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(7)

22 Apakah bapak/ibu pergi ke Gereja

setiap hari minggu tanpa ada paksaan

serta mengajak seluruh anggota

keluarga?

Sdh Tdk Spt Blm

Tdk

SK

23 Apakah bapak/ibu sudah menghormati

anaknya dan dengan demikian mereka

pun mampu menghormati orangtua

misalnya dengan tidak menyebut secara

langsung nama orang yang lebih tua?

Srg Kdg2 Jrg

Tdk

P

24 Apakah bapak/ibu mengajari anak

untuk menghargai kehidupan orang

lain dengan tidak berkelahi atau

melakukan tindakan kekerasan yang

dapat melukai karena itu merupakan

dosa?

25 Apakah bapak/ibu mengajari anak

bahwa mengambil barang milik orang

lain, misalnya mencuri buah tetangga

merupakan dosa dan perbuatan yang

tidak baik?

26 Apakah sebagai orangtua saya

berkata jujur kepada anak agar anak

tidak belajar berbohong?

27 Apakah bapak/ibu mengingatkan

kepada anak untuk mengucapkan

maaf ketika melakukan kesalahan dan

mengucapkan terima kasih ketika

mendapatkan sesuatu?

28 Apakah bapak / ibu mengajari anak

bahwa menyontek saat ulangan

adalah perbuatan yang salah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(8)

29 Sebagai orangtua saya membiasakan

anak untuk tidak membalas kejahatan

dengan kejahatan namun sebaliknya

mencintai sesama.

30 Saya mengajari anak untuk

membantu orang yang membutuhkan

pertolongan.

31 Sebagai orangtua saya mengajarkan

kepada anak untuk tidak berbohong.

32 Apakah bapak / ibu mengajari anak

untuk tidak bertengkar dengan

temannya?

33 Apakah bapak sudah mengajari anak

untuk berkata lembut dan rendah hati

terutama pada orang yang lebih tua?

34 Apakah bapak/ibu sudah memberikan

teladan yang baik kepada anak

dengan cara memanggil dengan

sopan tanpa berteriak?

No Soal

35 Menurut bapak/ibu siapa pendidik utama yang seharusnya memberikan pendidikan

iman kepada anak? Guru agama atau orangtua? Mengapa?

36 Bagaimana cara yang bapak/ibu lakukan untuk membantu memperkembangkan

iman dan moral bagi anak di dalam keluarga? sebutkan contohnya!

37 Apa saja hambatan atau kesulitan yang bapak/ibu alami dalam memberikan

pendidikan iman dan moral kepada anak?

38 Apa yang akan bapak ibu lakukan ketika anak bertengkar dengan temannya?

Jelaskan!

39 Apa yang akan bapak/ibu lakukan seandainya anak mengambil barang milik orang

lain (mencuri)?

40 Bagaimana sikap bapak/ibu ketika melihat anaknya berkata tidak sopan kepada

orang lain?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(9)

Lampiran 4: Salah Satu Contoh JawabanResponden Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(18)

Lampiran 5: Rekap Hasil Kuisioner Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(21)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PELAKSANAAN TUJUAN PERKAWINAN PENDIDIKAN IMAN ...

(23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI