ANALISIS SITUASI
DIAGNOSIS SOSIAL DAN KESEHATAN OSTEOPOROSIS
Osteoporosis atau dalam bahasa awam adalah keropos tulang
merupakan penyakit tulang yang sering terjadi pada manusia dengan
ditandai oleh adanya pengurangan massa tulang. Penyakit ini
sering tanpa keluhan dimana densitas tulang berkurang secara
progresif dengan kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, mudah patah dan tidak terdeteksi sampai terjadi
patah tulang. Tulang tulang yang sering terjadi fraktur akibat
osteoporosis adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan
tangan. Karakteristik osteoporosis ditandai dengan adanya
penurunan kekuatan tulang (bone strength). Kekuatan tulang ini
adalah hasil integrasi antara volume mineralisasi, arsitektur
tulang, bone turn over, dan akumulasi kerusakan tulang. Secara
statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana
Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di bawah nilai rujukan
menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai ratarata
rujukan pada usia dewasa muda (Depkes, 2002). Sebelum terjadi
osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses
osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang
akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent
Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya
tanda-tanda khusus, sampai si Pasien mengalami patah tulang.
Menjaga kesehatan tulang sangat penting bagi semua orang
tidak hanya pada orang diusia lanjut bahkan diusia muda pun
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang. Tulang merupakan
tabungan hidup dimasa mendatang (hari tua), dimana pada saat
dewasa tubuh kita peranan tulang sangat penting sebagai penompang
tubuh. Tulang mencapai puncak kepadatannya saat anda berada di
usia 20-an. Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda
ataupun dicegah, sejak pembentukan tulang dalam kandungan dan
balita (bawah lima tahun). Selanjutnya usia pencegahan yang
paling berarti adalah dari usia 8-16 tahun, dimana terjadi
pemadatan tulang dan percepatan tumbuh sewaktu remaja. Ternyata
tidak hanya kuantitas tulang yang berpengaruh, tetapi juga
kualitas tulangnya. Investasi terhadap tulang terjadi pada usia
dini, yang mencapai puncaknya pada awal usia 20 tahunan sampai 30
tahun.Pada Fase itu penting untuk menjaga level tersebut sampai
dengan mendapatkan kalsium dan vitamin D yang cukup dengan
diimbangi olahraga dan kemudian memikirkan langkah-langkah
selanjutnya. Puncak massa tulang adalah tulang maksimum massa
terakumulasi pada awal masa dewasa, umumnya sebesar 20 tahun.
Puncak massa tulang menentukan kekuatan tulang di kemudian hari.
faktor-faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang meliputi
ukuran tubuh, pengaruh genetik dan faktor-faktor yang menghambat
massa tulang akumulasi seperti kalsium rendah, kekurangan gizi,
ketidakmampuan untuk berat beruang, penggunaan kortikosteroid dan
hipogonadisme ( Prntice 2004) . Saat beranjak tua, tulang-tulang
menjadi menipis karena setelah usia 30 tahun tingkat pembuatan
sel tulang baru lebih rendah dari tingkat kehilangan/kerusakan
sel tulang. Bila hal itu terjadi, tulang akan kehilangan mineral,
massa dan struktur sehingga membuatnya lemah dan mudah patah.
Hasil analisa data risiko Osteoporosis pada tahun 2005
dengan jumlah sampel 65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928
perempuan) yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI dan
sebuah perusahaan nutrisi pada 16 wilayah di Indonesia secara
selected people (Sumatera Utara & NAD, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan & Bangka Belitung & Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali & NTB & NTT, Kalimantan,
Sulawesi & Maluku & Papua) dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas
Massa Tulang) menggunakan alat diagnostic clinical bone
sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis
dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%.
Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk
terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan sampel yang
berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.
Prevalensi Osteoporosis pada wanita Indonesia, terjadi
peningkatan dari 23 persen pada usia 50 hingga 80 tahun, menjadi
53 persen pada usia 70 hingga 80 tahun. Angka prevalensi ini
cukup tinggi dibanding dengan negara lain di Asia. Berdasarkan
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka
insiden patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus
pada wanita dan pria diatas usia 40 tahun diakibatkan
Osteoporosis. WHO menunjukkan bahwa 50% patah tulang paha atas
ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka
kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat komplikasi
imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan
lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan medis di Rumah
Sakit.
Adapun tingkatan lebih lanjut dari osteoporosis adalah
terjadinya fraktur osteoporosis. Para Pasien fraktur osteoporosis
akan mengalami dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak
ekonomi meliputi biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung.
Biaya pengeluaran langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pengobatan, misalnya di Amerika Serikat untuk pengobatan
osteoporosis, biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika
Serikat adalah sebesar Rp. 90.000.000.000.000,- (Sembilan puluh
trilyun rupiah) sampai 135.000.000.000.000,- (Seratus tiga puluh
lima trilyun rupiah) per tahun. Sedangkan biaya pengeluaran tidak
langsung adalah hilangnya waktu kerja/upah atau produktivitas,
ketakutan/kecemasan atau depresi, dan biaya lain yang dikeluarkan
selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama
perawatan pasien. Penting disadari Osteoporosis dapat menimbulkan
beban, tidak hanya bagi penderita juga bagi keluarga. Oleh karena
itu pencegahan sejak dini perlu menjadi perhatian mencegah
Osteoporosis secara dini dapat dilakukan dengan memperhatikan
pola makan sehat dengan menjaga komposisi protein, kalsium dan
vitamin D, melakukan aktivitas, terpapar sinar matahari, tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Osteoporosis dapat
mengakibatkan kecacatan. Pada sebagian kasus keadaan ini akan
dirasakan sepanjang hayat, namun pada kasus lain lambat laun akan
hilang dan membaik. Konsekuensi jangka panjang. Sekitar 15-20%
pasien meninggal dunia dalam 6 bulan setelah patah tulang
pinggul. Hanya sekitar seperempatnya bisa kembali beraktivitas
seperti sebelumnya, sepertiganya perlu dibantu orang lain.
Selebihnya perlu dibantu orang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Faktor risiko:
1. Sex
Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang
30%- 50%, sedangkan pria hanya 20%-30%, namun tidak berarti
semua wanita yang telah mengalami menopause akan mengalami
osteoporosis.
2. Kebiasaan merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit
osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis,
karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang.
Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan
aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga
susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa
mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya
aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat,
maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin
jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak
langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang
memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih
terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada
tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur
tersebut sudah berhenti.
3. Postur tubuh kecil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung
ringan. Padahal tulang akan membentuk sel asal ditekan oleh
bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot, maka
tulang akan terangsang membentuk massa pada area tersebut.
Terutama pada daerah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh
ringan, maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
4. Kurang aktivitas fisik
Seseorang yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat
proses osteoblasnya. Selain itu kepadatan massa tulang akan
berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot
akan memcu tulang untuk membentuk massa tulang.
5. Konsumsi obat yang menurunkan kepadatan tulang (misalnya,
kortikosteroid)
Kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan
pada asam dan alergi dapat mengganggu proses osteoblas. Maka
bila sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi
massa tulang
6. Kekurangan kalsium dalam pola makan tiap harinya.
Makanan yang terlalu berfosfor seperti daging merah dan
minuman bersoda dapat memacu pembentukan hormon parathyroid.
Hormon ini menyebabkan pelepasan kalsium dari dalam darah. Dr
Robert Heany dan Dr Karen Rafferty dari Creighton University
Osteoporosis Research Center di Nebraska menemukan hubungan
antara minuman berkafein denagn keroposnya tulang. Hasilnya,
air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium.
Kalsium tersebut berasal dari proses pembentukan tulang.
Kafein dan alkohol juga bersifat toksin yang menghambat proses
pembentukan massa tulang (osteoblas). Selain itu kurangnya
asupan kalsium pada tubuh akan membuat tubuh mengeluarkan
hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain,
termasuk yang ada dalam tulang.
7. Konsumsi kafein & alkohol
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat
menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini
dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari
creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska
yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan
keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum
kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu
berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan
alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan
massa tulang (osteoblas).
8. Keturunan penderita
Apabila terdapat angota keluarga yang menderita osteoporosis,
maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan
karakteristik tulang tertentu seperti kesamaan parawakan dan
bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti
punya struktur genetik tulang yang sama.
9. RasSeperti yang digambarkan oleh grafik perbandingan ras yang adadi Amerika, orang berkulit putih cenderung lebih berisiko osteoporosis dibanding dengan orang berkulit hitam.
10. Hormon kortisol
Kortisol adalah hormon yang dilepaskan dari kelenjar adrenal
saat tubuh menanggapi stres baik secara fisik maupun mental.
Pada dasarnya fungsi hormon kortisol adalah sebagai anti-stres
dan anti-inflamasi, yang berarti bahwa proses tersebut
menyebabkan tubuh menekan respon imun dan berhenti menanggapi
rasa sakit. Dalam jangka pendek, peningkatan kortisol juga
dikaitkan dengan penurunan sintesis protein. Alasan di balik
ini adalah bahwa salah satu tindakan kortisol adalah untuk
menyediakan bahan bakar alternatif bagi tubuh ketika tidak ada
stok glukosa. Selain itu kortisol juga menjadi ancaman serius
bagi tulang karena kelebihan hormon tersebut dapat mempercepat
laju penyusutan tulang, meski orang tersebut sudah mengonsumsi
susu berkalsium. Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi
osteoblas hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh
karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan
kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi
kalsium pada renal ke dalam sistem kardiovaskular, sehingga
kelebihan kortisol dapat mengakibatkan osteoporosis.
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus
baru penyakit (AHA Task Force, 1998). Untuk penyakit osteoporosispencegahan primer yang dapat dilakukan seperti : Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupankalsium untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100gr bahan makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikanfaktorfaktoryang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, seperti;makanan yang memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki proteintinggi (daging kambing, daging ayam, dan lain-lain), konsumsi fosfor yangberlebih (melebihi 1500 mg, seperti; soft drink, ikan tuna, daging), garam,kebiasaan merokok, kopi dan alkohol. Sumber lain ( J. Frisco, Donald. November 1999) menyebutkan Asupan kalsiumyang dianjurkan untuk untuk usia >50 tahun (wanita postmenopause), 1500 mgkalsium/hari, dengan 400-800 i.u. vitamin D. Untuk Usia 25-50 tahun (wanitapremenopause), 1000 mg kalsium /hari, dengan 400 i.u. vitamin DHindari merokok dan minuman beralkohol karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh. Zat nikotin di dalam rokok dapat mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Aktifitas FisikSenam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitastulang (kepadatan massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukankepadaPasien osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkandensitas tulang (kepadatan massa tulang). Berikut ini adalah jenis – jenis latihanfisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan oleh Pasien osteoporosis :Empat Jenis Latihan Fisik Yang Boleh Dilakukan
(a) Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan minimal 3mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali seminggu.(b) Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas (dumbelkecil) atau dengan mesin latih beban. Latihan ini ditekankan untuk melatihdarerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu.(c) Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan(d) Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan caraduduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.
2. Lakukan olahraga secara teratur untuk menguatkan tulang dan
otot seperti latihan fisik yang bersifat pembebanan (weight bearing
exercise), yaitu semua aktifitas fisik yang dilakukan dalam posisi
berdiri tegak dan ditambah dengan menggunakan alat bantu untuk
memberikan beban kepada tulang.
3. Konsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung kalsium
seperti susu dan produknya seperti keju dan yogurt, sayur-sayuran
berwarna hijau, ikan dalam kaleng yang lengkap dengan tulangnya
seperti sardin, kacang-kacangan, dan makanan jadi yang
difortifikasi dengan kalsium seperti jus, dan sereal.
4. Masukan Vitamin D kedalam tubuh yang berasal dari sinar
matahari dan makanan.
5. Menghindari konsumsi obat kortikosteroid dengan dosis yang
tinggi.
6. Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan
kalsium secara berlebihan.
7. Kurangi Konsumsi daging merah karena mengandung fosfor yang
merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan
kalsium dari dalam darah.
Penggunaan jangka panjang obat kortikosteroid, seperti prednison,
kortison, prednisolon dan deksametason dapat menyebabkan
kerusakan tulang. Obat lain yang terkait dengan peningkatan
risiko osteoporosis meliputi: penggunaan jangka panjang inhibitor
aromatize untuk mengobati kanker payudara, obat-obatan
antidepresan disebut inhibitor reuptake serotonin selektif
(SSRI), pengobatan dengan obat kanker metotreksat, beberapa obat
anti-kejang, asam-the menghalangi obat yang disebut inhibitor
pompa proton dan antasida yang mengandung aluminium.
7. Jumlah kalsium dalam asupan makanan
Kalsium yang rendah asupan makanan yang menyebabkan berkurangnya
kepadatan tulang, keropos tulang dini dan risiko patah tulang
meningkat.
8. Tingkat aktivitas fisik
Seseorang dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko
osteoporosis yang tinggi dibandingkan aktif.
9. Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan
Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh. Jika Anda
mengkonsumsi lebih dari dua botol minuman beralkohol sehari dapat
meningkatkan risiko osteoporosis, seperti alkohol dapat merusak
kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
10. Determinan massa tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh faktor
antara lain : genetika, mekanik, dan nutrisi/hormon. Perbedaan
genetik mempunyai derajat kepadatan struktur tulang. Sebagai
contoh orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang
yang lebih kuat daripada bangsa Kaukasia sehingga relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis. Faktor mekanis mempunyai
pengaruh terhadap massa tulang disamping faktor genetik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot yang besar dan
juga massa tulang yang kuat. Selain itu faktor makanan dan hormon
juga berpengaruh pada maasa tulang. Pada seseorang dengan
pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), maka pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
11. Determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan massa tulang
pada lanjut usia pada dasarnya sama seperti faktor yang
mempengarui massa tulang yaitu genetik, mekanis, nutrisi dan
hormon. Faktor genetik berpengaruh terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur daripada ora dengan tulang yang besar. Di lain pihak,
faktor mekanik juga penting terhadap penurunan massa tulang
sehubungan lanjut usia. Karena pada umunya aktifitas fisik akan
menurun dengan bertambahnya usia maka massa akan menurun pula.
Faktor makanan juga mempunyai pengaruh yang penting, dalam hal
ini kalsium sebagai pembentuk tulang, pada wanita post menopouse
dengan masukan kalsium rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi negatif. Sedangkan
berkurangnya hormon estrogen akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium.
Sementara ini
Penggunaan jangka panjang obat kortikosteroid, seperti prednison,
kortison, prednisolon dan deksametason dapat menyebabkan
kerusakan tulang. Obat lain yang terkait dengan peningkatan
risiko osteoporosis meliputi: penggunaan jangka panjang inhibitor
aromatize untuk mengobati kanker payudara, obat-obatan
antidepresan disebut inhibitor reuptake serotonin selektif
(SSRI), pengobatan dengan obat kanker metotreksat, beberapa obat
anti-kejang, asam-the menghalangi obat yang disebut inhibitor
pompa proton dan antasida yang mengandung aluminium.
7. Jumlah kalsium dalam asupan makanan
Kalsium yang rendah asupan makanan yang menyebabkan berkurangnya
kepadatan tulang, keropos tulang dini dan risiko patah tulang
meningkat.
8. Tingkat aktivitas fisik
Seseorang dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko
osteoporosis yang tinggi dibandingkan aktif.
9. Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan
Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh. Jika Anda
mengkonsumsi lebih dari dua botol minuman beralkohol sehari dapat
meningkatkan risiko osteoporosis, seperti alkohol dapat merusak
kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
10. Determinan massa tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh faktor
antara lain : genetika, mekanik, dan nutrisi/hormon. Perbedaan
genetik mempunyai derajat kepadatan struktur tulang. Sebagai
contoh orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang
yang lebih kuat daripada bangsa Kaukasia sehingga relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis. Faktor mekanis mempunyai
pengaruh terhadap massa tulang disamping faktor genetik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot yang besar dan
juga massa tulang yang kuat. Selain itu faktor makanan dan hormon
juga berpengaruh pada maasa tulang. Pada seseorang dengan
pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), maka pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
11. Determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan massa tulang
pada lanjut usia pada dasarnya sama seperti faktor yang
mempengarui massa tulang yaitu genetik, mekanis, nutrisi dan
hormon. Faktor genetik berpengaruh terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur daripada ora dengan tulang yang besar. Di lain pihak,
faktor mekanik juga penting terhadap penurunan massa tulang
sehubungan lanjut usia. Karena pada umunya aktifitas fisik akan
menurun dengan bertambahnya usia maka massa akan menurun pula.
Faktor makanan juga mempunyai pengaruh yang penting, dalam hal
ini kalsium sebagai pembentuk tulang, pada wanita post menopouse
dengan masukan kalsium rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi negatif. Sedangkan
berkurangnya hormon estrogen akan mengakibatkan keseimbangan
kalsium karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium.
Sementara ini
Tujuan dari perawatan osteoporosis adalah pencegahan patah-patah
tulang dengan menghentikan kehilangan tulang dan dengan
meningkatkan kepadatan dan kekuatan tulang. Meskipun deteksi awal
dan perawatan tepat waktu dari osteoporosis dapat pada hakekatnya
mengurangi risiko patah tulang masa depan, tidak satupun dari
perawtan-perawatan yang tersedia untuk osteoporosis adalah
penyembuhan-penyembuhan sepenuhnya. Dengan kata-kata lain, adalah
sulit untuk sepenuhnya membangun kembali tulang yang telah
diperlemah oleh osteoporosis. Oleh karenanya, pencegahan dari
osteoporosis adalah sama pentingnya seperti perawatan. Tindakan-
tindakan perawatan dan pencegahan osteoporosis adalah:
1. Perubahan-perubahan gaya hidup termasuk menghentikan merokok
sigaret, membatasi pemasukan alkohol, latihan secara
teratur, dan mengkonsumsi diet yang seimbang dengan kalsium
dan vitamin D yang cukup;
2. Obat-obat yang menghentikan kehilangan tulang dan
meningkatkan kekuatan tulang, seperti alendronate (Fosamax),
risedronate (Actonel), raloxifene (Evista), ibandronate
(Boniva), calcitonin (Calcimar), dan zoledronate (Reclast);
3. Obat-obat yang meningkatkan pembentukan tulang seperti
teriparatide (Forteo).
Perubahan-Perubahan Gaya Hidup
Latihan, menghentikan sigaret, dan membatasi alkohol
Latihan mempunyai keragaman yang lebar dari efek-efek kesehatan
yang menguntungkan. Bagaimanapun, latihan tidak membawa
peningkatan-peningkatan yang substansial pada kepadatan tulang.
Manfaat dari latihan untuk osteoporosis kebanyakan berhubungan
dengan pengurangan risiko jatuh, kemungkinan karena keseimbangan
diperbaiki dan/atau kekuatan otot ditingkatkan. Penelitian masih
belum menentukan tipe latihan yang mana adalah yang terbaik untuk
osteoporosis atau untuk berapa lama. Sampai penelitian telah
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kebanyakan dokter-dokter
merekomendasikan latihan yang mengangkat berat, seperti berjalan,
lebih disukai setiap hari.
Satu kata dari perhatian tentang latihan: adalah penting untuk
menghindari latihan-latihan yang dapat melukai tulang-tulang yang
telah melemah. Pada pasien-pasien diatas umur 40 tahun dan mereka
yang dengan penyakit jantung, kegemukan, diabetes mellitus, dan
tekanan darah tinggi, latihan harus diresepkan dan domonitor oleh
dokter-dokter mereka. Akhirnya, tingkat-tingkat latihan yang
ekstrem (seperti lari marathon) mungkin adalah tidak sehat untuk
tulang-tulang. Lari marathon pada wanita-wanita muda yang
menjurus pada kehilangan berat badan dan kehilangan periode-
periode mens dapat sebenarnya menyebabkan osteoporosis.
Merokok satu pak sigaret per hari sepanjang kehidupan dewasanya
dapat menjurus pada kehilangan 5% sampai 10% dari massa tulang.
Merokok sigaret-sigaret mengurangi tingkat-tingkat estrogen dan
dapat menjurus pada kehilangan tulang pada wanita-wanita sebelum
menopause. Merokok sigaret-sigaret dapat juga menjurus pada
menopause yang lebih awal. Pada wanita-wanita postmenopause,
merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko osteoporosis. Data
pada efek dari konsumsi yang teratur dari alkohol dan kafein pada
osteoporosis adalah tidak sejelas seperti dengan latihan dan
sigaret-sigaret. Faktanya, penelitian menyangkut alkohol dan
kafein sebagai faktor-faktor risiko untuk osteoporosis menunjukan
hasil-hasil yang bervariasi lebar, dan adalah kontroversial.
Tentu, efek-efek ini tidak sekuat seperti faktor-faktor lain.
Meskipun demikian, pengereman dari keduanya alkohol dan kafein
adalah bijaksana.
Membangun tulang-tulang yang kuat dan sehat memerlukan pemasukan
diet kalsium dan latihan yang cukup yang dimulai pada masa kannk-
kanak dan remaja untuk kedua jenis kelamin. Yang paling penting,
bagaimanapun, pemasukan diet kalsium yang tinggi atau meminum
suplemen-suplemen kalsium sendiri adalah tidak cukup dalam
merawat osteoporosis, dan harus jangan dilihat sebagai alternatif
pada atau substitusi untuk obat-obat resep osteoporosis yang
lebih kuat. Pada beberapa tahun-tahun pertama setelah menopause,
kehilangan tulang yang cepat dapat terjadi bahkan jika suplemen-
suplemen kalsium diminum.
Pemasukan kalsium berikut telah direkomendasikan oleh The
National Institutes of Health Consensus Conference on
Osteoporosis untuk semua orang-orang, dengan atau tanpa
osteoporosis:
800 mg/hari untuk anak-anak berumur 1 sampai 10 tahun
1000 mg/hari untuk laki-laki, wanita-wanita premenopause,
dan wanita-wanita postmenopause juga yang meminum estrogen
1200 mg/hari untuk anak-anak berumur belasan tahun dan kaum
dewasa muda yang berumur 11 sampai 24
1500 mg/hari untuk wanita-wanita postmenopause yang tidak
meminum estrogen
1200mg sampai 1500 mg/hari untuk ibu-ibu yang hamil dan
menyusui
Pemasukan total kasium harian harus tidak melewati 2000 mg
Pemasukan kalsium harian dapat dihitung dengan metode berikut:
1. Tidak termasuk produk-produk susu, diet rata-rata orang
Amerika mengandung kira-kira 250 mg kalsium;
2. Ada kira-kira 300 mg kalsium dalam glas susu 8-ounce;
3. Ada kira-kira 450 mg kalsium dalam 8 ounces dari plain
yogurt;
4. Ada kira-kira 1300 mg kalsium dalam 1 cangkir keju cottage;
5. Ada kira-kira 200 mg kalsium dalam 1 ounce keju cheddar;
6. Ada kira-kira 90 mg kalsium dalam ½ cangkir vanilla ice
cream;
7. Ada kira-kira 300 mg kalsium dalam 8 ounces jus jeruk yang
diperkuat dengan kalsium.
Sayangnya, penelitian-penelitian telah menunjukan bahwa rata-rata
wanita-wanita di Amerika mengkonsumsi kurang dari 500 miligram
kalsium per hari dalam diet mereka, kurang dari jumlah-jumlah
yang direkomendasikan. Tambahan kalsium dapat diperoleh dengan
meminum lebih banyak susu dan memakan lebih banyak keju cottage,
atau meminum tablet-tablet suplemen kalsium dari makanan-makanan
yang diperkuat kalsium, seperti jus jeruk.
Suplemen-suplemen kalsium yang beragam mengandung jumlah-jumlah
yang berbeda dari elemental calcium (jumlah aktual dari kalsium
dalam suplemen). Contohnya, Caltrate, Os-Cal dan Tums adalah
garam-garam kalsium karbonat. Setiap 1250 mg tablet garam kalsium
karbonat (seperti Caltrate 600 mg, Os-Cal 500 mg, atau Tums 500
mg extra strength) mengandung 500 mg dari elemental calcium.
Seseorang yang memerlukan 1000 mg/hari dari suplemen kalsium
dapat meminum satu tablet dari Tums 500 mg extra strength
(mengandung 500 mg elemental calcium) dua kali sehari dengan
makanan-makanan.
Suplemen-suplemen kalsium karbonat paling baik diminum dalam
dosis-dosis yang dibagi kecil dengan makanan-makanan. Usus-usus
mungkin tidak mampu untuk dapat dipercaya menyerap lebih dari 500
mg kalsium semuanya dalam satu kali. Oleh karenanya, jalan yang
terbaik untuk mengambil 1000 mg suplemen kalsium adalah
membaginya dalam dua dosis. Demikian juga, dosis dari 1500 mg
harus dibagi kedalam tiga dosis-dosis.
Suplemen-suplemen kalsium adalah aman dan umumnya ditolerir
dengan baik. Efek-efek sampingan adalah salah cerna (indigestion)
dan sembelit. Jika sembelit dan salah cerna terjadi dengan
suplemen-suplemen kalsium karbonat, calcium citrate (Citracal)
dapat digunakan. Beberapa pasien-pasien mempunyai kesulitan
menelan tablet-tablet kalsium. Pada situasi ini, kalsium yang
dapat dikunyah seperti permen dalam bentuk dari merek Viactiv
tersedia. Obat-obat tertentu dapat mengganggu penyerapan dari
kalsium karbonat. Contoh-contoh dari obat-obat ini termasuk
proton-pump inhibitors [omeprazole (Prilosec), lansoprazole
(Prevacid), lansoprazole (Protonix), dan rabeprazole (Aciphex)],
yang digunakan dalam merawat GERD (acid reflux) ataupeptic
ulcers. Pada kasus-kasus ini, calcium citrate lebih disukai.
Banyak preparasi-preparasi kalsium karbonat yang "natural",
seperti kerang-kerang tiram atau makanan tulang, mungkin
mengandung tingkat-tingkat yang tinggi dari timah atau elemen-
elemen berbahaya lainnya dan harus dihindari.
Osteoporosis, yang secara harfiah berarti tulang keropos, adalah
penyakit di mana kepadatan dan kualitas tulang berkurang. Sebagai
tulang menjadi lebih berpori dan rapuh, risiko patah tulang
sangat meningkat. Hilangnya tulang terjadi diam-diam dan secara
progresif. Seringkali tidak ada gejala sampai patah tulang
pertama terjadi.
Apa yang menyebabkan osteoporosis?
Kiri: tulang normal, kanan: osteoporosis boneLeft: tulang normal,
kanan: tulang osteoporosis tulang kami jaringan hidup dan terus
berubah. Dari saat lahir sampai dewasa muda, tulang sedang
mengembangkan dan memperkuat. Tulang kita berada di paling padat
mereka di awal 20-an kita - yang disebut puncak massa tulang.
Lihat informasi lebih rinci tentang Biologi Bone.
Seperti yang kita usia beberapa sel-sel tulang kita mulai
melarutkan matriks tulang (resorpsi), sementara sel-sel tulang
baru deposito osteoid (pembentukan). Proses ini dikenal sebagai
renovasi.
Bagi penderita osteoporosis, keropos tulang outpaces pertumbuhan
tulang baru. Tulang menjadi keropos, rapuh dan rentan terhadap
fraktur. Untuk informasi lebih rinci lihat Patofisiologi:
Penyebab Biologi Osteoporosis.
Osteoporosis patah tulang
Di seluruh dunia, 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria beresiko
patah tulang osteoporosis. Bahkan, patah tulang osteoporosis
diperkirakan terjadi setiap 3 detik. Fraktur yang paling umum
yang terkait dengan osteoporosis terjadi pada tulang belakang,
pinggul dan pergelangan tangan. Kemungkinan ini terjadi patah
tulang, terutama di pinggul dan tulang belakang, meningkat dengan
usia di kedua perempuan dan laki-laki.
Yang dikhawatirkan adalah patah tulang belakang (spinal) dan
pinggul. Patah tulang belakang dapat mengakibatkan konsekuensi
serius, termasuk hilangnya tinggi badan, nyeri punggung intens
dan deformitas (kadang-kadang disebut Janda 's Hump). Sebuah
patah tulang pinggul sering membutuhkan operasi dan dapat
mengakibatkan hilangnya kemerdekaan atau kematian.
Pencegahan, diagnosis dan pengobatan
Kabar baiknya adalah ada banyak langkah yang bisa diambil untuk
mencegah osteoporosis dan diagnosis. Ini sekarang kondisi
sebagian besar dapat diobati dan, dengan kombinasi perubahan gaya
hidup dan pengobatan yang tepat, patah tulang banyak dapat
dihindari.
Osteoporosis
Siapa saja yang berisiko?
Karena kehilangan tulang secara bertahap dan tanpa rasa sakit,
biasanya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang
mengembangkan osteoporosis. Inilah sebabnya mengapa osteoporosis
sering disebut sebagai silent disease. Seringkali gejala pertama
dari osteoporosis adalah fraktur. Umumnya, patah tulang
osteoporosis terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan
atau pinggul, meskipun fraktur osteoporosis dapat terjadi pada
tulang lain juga.
Sementara patah tulang tungkai sebagian besar (seperti di
pergelangan tangan atau pinggul) yang jelas, patah tulang
belakang dapat lebih sulit untuk mendiagnosa. Hal ini karena
mereka mungkin menyakitkan, atau jika ada rasa sakit, seseorang
mungkin tidak tahu hal itu disebabkan oleh patah tulang karena
penyebab yang berbeda dari sakit punggung. Tanda-tanda yang lebih
jelas dari patah tulang belakang adalah:
Kehilangan tinggi
Pengembangan punggung bagian atas melengkung (kadang-kadang
disebut Hump a Janda itu)
Karena biasanya tidak ada tanda-tanda lahiriah osteoporosis,
dokter akan sering merekomendasikan tes diagnostik tergantung
pada usia Anda dan jika Anda memiliki faktor risiko lain untuk
penyakit ini [1].
Apa Anda faktor risiko osteoporosis?
Suatu faktor risiko adalah apa saja yang meningkatkan kesempatan
Anda untuk mendapatkan penyakit. Memiliki faktor risiko, atau
bahkan beberapa, tidak berarti bahwa Anda akan mengalami
osteoporosis. Namun, faktor-faktor risiko yang Anda miliki,
semakin besar kesempatan Anda untuk mengembangkan penyakit dan
juga, semakin besar tingkat masing-masing faktor risiko, semakin
besar risiko [2]. Ada berbagai jenis faktor risiko - tetap dan
dimodifikasi. Beberapa faktor, seperti usia atau jenis kelamin,
tidak dapat diubah, padahal yang lain terkait dengan pilihan gaya
hidup pribadi, seperti asupan merokok, alkohol dan diet.
Tetap risiko
Meskipun faktor risiko tetap tidak dapat diubah, orang perlu
menyadari dari mereka sehingga mereka dapat mengambil langkah-
langkah untuk mengurangi kehilangan mineral tulang. Faktor risiko
tetap juga termasuk apa yang disebut 'faktor risiko sekunder' -
gangguan dan obat-obatan yang melemahkan tulang dan mempengaruhi
keseimbangan (heighting risiko patah tulang karena jatuh). Faktor
risiko tetap meliputi [3-6]:
Usia
Jenis kelamin perempuan
Riwayat keluarga osteoporosis
Sebelumnya fraktur
Etnis
Menopause / histerektomi
Panjang terapi glukokortikoid jangka
Rheumatoid arthritis
Primer / hipogonadisme pada pria sekunder
Baca informasi lebih lanjut tentang faktor risiko tetap termasuk
faktor risiko sekunder.
Dimodifikasi risiko
Kebanyakan dimodifikasi faktor risiko langsung berdampak tulang
biologi dan mengakibatkan penurunan kepadatan mineral tulang
(BMD), tetapi beberapa dari mereka juga meningkatkan risiko
fraktur independen dari efeknya pada tulang itu sendiri. Ini
termasuk [7,8]:
Alkohol
Merokok
Tubuh yang rendah indeks massa
Gizi buruk
Kekurangan vitamin D
Gangguan makan
Kurangnya latihan
Rendah kalsium asupan makanan
Sering jatuh
Individu dapat mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
dimodifikasi dan, meskipun tidak ada cara untuk mengendalikan
risiko tetap, ada beberapa strategi yang dapat mengurangi efeknya
1. Mencegah Osteoporosis
Faktor genetik memainkan peran penting dalam menentukan
apakah seseorang berada pada peningkatan risiko
osteoporosis. Namun, faktor gaya hidup seperti diet dan
aktivitas fisik juga mempengaruhi perkembangan tulang pada
remaja dan tingkat kehilangan tulang di kemudian hari.
Setelah Anda pertengahan 20-an, penipisan tulang adalah
proses alamiah dan tidak dapat benar-benar berhenti. Semakin
tebal tulang Anda, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi
cukup tipis untuk istirahat. Perempuan muda khususnya perlu
menyadari risiko osteoporosis mereka dan mengambil langkah-
langkah untuk memperlambat kemajuan dan mencegah patah
tulang.
Childhood sampai remaja
Membangun tulang yang kuat dimulai selama childhoodIt pernah
terlalu dini untuk berinvestasi dalam kesehatan tulang.
Pencegahan osteoporosis dimulai dengan pertumbuhan tulang
yang optimal dan perkembangan di masa muda.
Tulang hidup jaringan, dan kerangka tumbuh terus menerus
dari lahir sampai akhir masa remaja, mencapai kekuatan
maksimum dan ukuran (massa tulang puncak) di masa dewasa
awal, sekitar pertengahan 20-an. Baca tentang perkembangan
tulang pada orang muda.
Anak-anak dan remaja harus:
Pastikan makanan bergizi dengan asupan kalsium yang
cukup
Hindari kekurangan gizi protein dan kurang gizi
Menjaga pasokan yang cukup vitamin D
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur
Menghindari efek kedua tangan merokok
Ini diperkirakan meningkat 10% dari puncak massa tulang pada
anak-anak mengurangi risiko patah tulang osteoporosis pada
masa dewasa sebesar 50%.
Kedewasaan
Massa tulang yang diperoleh selama masa muda merupakan
faktor penentu penting dari risiko patah tulang osteoporosis
selama kehidupan selanjutnya. Semakin tinggi tulang puncak
massa, semakin rendah risiko osteoporosis.
Setelah massa tulang puncak telah tercapai, itu
dipertahankan oleh proses yang disebut renovasi. Ini
merupakan proses yang berkesinambungan di mana tulang lama
dihapus (resorpsi) dan tulang baru dibuat (formasi).
Pembaruan tulang bertanggung jawab untuk kekuatan tulang
sepanjang hidup.
Selama masa kanak-kanak dan awal dewasa, pembentukan tulang
lebih penting daripada resorpsi tulang. Kemudian dalam
hidup, bagaimanapun, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari laju pembentukan tulang dan menyebabkan tulang
kehilangan jaring-penipisan tulang Anda.
Setiap faktor yang menyebabkan tingkat yang lebih tinggi
dari remodeling tulang pada akhirnya akan mengakibatkan
hilangnya lebih cepat massa tulang dan tulang rapuh lagi.
Saran nutrisi dan gaya hidup untuk membangun tulang yang
kuat di masa muda sama berlaku untuk orang dewasa untuk.
Dewasa harus:
Pastikan makanan bergizi dan asupan kalsium yang cukup
Hindari kurang gizi, khususnya efek penurunan berat
badan yang parah diet dan gangguan makan
Menjaga pasokan yang cukup vitamin D
Berpartisipasi dalam reguler menahan beban aktifitas
Hindari merokok merokok dan kedua tangan
Hindari minum berat
Karena hasil klinis osteoporosis adalah patah tulang,
perhatian kini semakin berfokus pada identifikasi pasien
berisiko tinggi patah tulang daripada identifikasi penderita
osteoporosis seperti yang didefinisikan oleh BMD saja
(208,209,210,211,212,213).
Meskipun osteoporosis didefinisikan dalam hal BMD dan
kemerosotan microarchitectural dari jaringan tulang, BMD
hanyalah salah satu komponen dari risiko patah tulang.
Penilaian yang akurat dari risiko patah tulang idealnya
harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko lain yang
terbukti menambahkan informasi dengan yang disediakan oleh
BMD (208,209,210,211,212,213).
Osteoporosis telah ditunjukkan dalam studi memiliki
komponen genetik yang besar (57,58,205). Sebuah riwayat
orangtua fraktur (patah tulang pinggul khususnya)
menganugerahkan peningkatan risiko patah tulang yang
independen dari BMD (59).
Penelitian telah memberikan bukti bahwa berat badan pada
masa bayi adalah penentu massa tulang di usia dewasa
(60,61,62).
Aktivitas fisik dan gaya hidup serta fungsi
neuromuskular gangguan (misalnya, kekuatan otot berkurang,
gangguan gait dan keseimbangan) merupakan faktor risiko
untuk mengembangkan patah tulang (78,79,174,175).
Merokok dapat menyebabkan kepadatan tulang yang lebih
rendah dan risiko yang lebih tinggi fraktur (63,64,65,66)
dan risiko ini meningkat dengan usia (66).
Asupan alkohol yang tinggi menganugerahkan risiko yang
signifikan dari patah tulang masa depan (misalnya, lebih
dari 4 unit alkohol / hari dapat melipatgandakan risiko
patah tulang pinggul) (67). Risiko patah tulang belakang dan
pinggul pada pria meningkat dengan asupan alkohol berat,
terutama dengan asupan jangka panjang (68).
Penggunaan jangka panjang kortikosteroid adalah penyebab
paling umum dari osteoporosis sekunder. Diperkirakan bahwa
30-50% dari pasien pada terapi kortikosteroid jangka panjang
akan mengalami patah tulang (69,70), dengan peningkatan
risiko patah tulang pinggul sebesar 2 kali lipat pada wanita
dan 2,6 kali lipat pada pria (206).
Obat menghambat pompa proton dapat mengurangi penyerapan
kalsium dari perut dan penggunaan jangka panjang obat ini
secara signifikan dapat meningkatkan risiko patah tulang
osteoporosis (207.141).
Berat badan rendah dan penurunan berat badan dikaitkan
dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan peningkatan
risiko fraktur (71,72,73,74,203).
Beberapa wanita muda, terutama mereka pelatihan untuk
kompetisi atletik elit, berolahraga terlalu banyak, makan
terlalu sedikit, dan akibatnya amenore pengalaman yang
membuat mereka beresiko untuk massa tulang rendah dan
fraktur (75).
Setelah fraktur trauma awal yang rendah dari penurunan
yang sederhana, baik pria dan wanita tua memiliki risiko
setara peningkatan semua jenis patah tulang selanjutnya,
terutama dalam 5-10 tahun mendatang (173).
Pria setengah baya dan lebih tua dan wanita dengan
tinggi badan tahunan> 0,5 cm akan meningkatkan risiko
pinggul dan setiap fraktur (217).
Terjun berkontribusi terhadap patah tulang - 90% dari
hasil pinggul patah tulang karena jatuh (76). Penurunan 65
ketiga orang di atas usia setiap tahunnya, dengan sekitar
10-15% dari jatuh pada lansia mengakibatkan patah tulang,
dan hampir 60% dari mereka yang jatuh tahun sebelumnya akan
jatuh lagi (76,77).
Penggunaan anxiolytics, sedatif, neuroleptik dan
antidepresan telah terbukti meningkatkan risiko patah tulang
pinggul (243).
Latihan
Anak dan remaja adalah waktu yang sangat berharga untuk
meningkatkan massa tulang melalui latihan
(88,89,90,91,92,177,178).
Tingginya tingkat waktu luang, kegiatan olahraga, dan
pekerjaan rumah tangga dan jam lebih sedikit duduk setiap
hari dikaitkan dengan risiko relatif berkurang secara
signifikan untuk patah tulang pinggul (93,94).
Aktivitas fisik dan kebugaran mengurangi risiko
osteoporosis dan patah tulang (95,96,97) dan jatuh-terkait
cedera (98,99,100).
Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa aktivitas fisik
berhubungan dengan penurunan patah tulang pinggul pada
wanita dan laki-laki (101,102,103).
Penguatan otot punggung dapat mengurangi risiko patah
tulang belakang dan kyphosis (104105106107).
Penelitian telah menunjukkan bahwa kepadatan mineral
tulang pada wanita postmenopause dapat dipertahankan atau
ditingkatkan dengan latihan terapi (108.109.110).
Pada orang tua yang lemah, kegiatan untuk meningkatkan
keseimbangan dan keyakinan mungkin berharga dalam pencegahan
jatuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang
berlatih tai chi memiliki penurunan 47% dan 25% jatuh patah
tulang pinggul laju mereka yang tidak (98) dan bahwa tai chi
dapat bermanfaat untuk memperlambat hilangnya tulang pada
tulang menahan beban di awal pascamenopause wanita (111).
Latihan intensif dapat mengarah pada peningkatan
kekuatan dan fungsi pada pasien lanjut usia yang memiliki
operasi penggantian pinggul akibat patah tulang pinggul
(112).
Makanan
Kecukupan asupan kalsium dapat memaksimalkan efek
positif dari aktivitas fisik pada kesehatan tulang selama
masa pertumbuhan anak-anak (116).
Suplemen kalsium telah terbukti memiliki efek positif
pada kepadatan mineral tulang pada wanita postmenopause
(117).
Buah dan sayuran adalah positif berhubungan dengan
kepadatan tulang dalam studi pada pria dan wanita. Komponen
yang tepat dari buah-buahan dan sayuran yang dapat
memberikan manfaat untuk tulang masih harus diklarifikasi
(121.122).
Dalam sebuah studi pada pria lanjut usia dan wanita,
asupan protein tinggi diet dikaitkan dengan tingkat yang
lebih rendah yang berkaitan dengan usia kehilangan tulang
(123).
Nutrisi yang baik merupakan bagian penting dari program
rehabilitasi yang sukses pada pasien yang telah memiliki
patah tulang osteoporosis. Dalam lemah, lanjut usia,
penderita patah tulang pinggul ini sangat penting, karena
status gizi buruk dapat memperlambat pemulihan, dan
meningkatkan kerentanan terhadap patah tulang selanjutnya
(124125126127).
Intoleransi laktosa telah terbukti berhubungan dengan
massa tulang yang rendah dan peningkatan risiko patah tulang
karena susu rendah (kalsium) asupan (129).
Asupan alkohol moderat tidak dianggap berbahaya bagi
tulang. Namun, penyalahgunaan alkohol kronis merugikan
kesehatan tulang, dengan salah satu mekanisme menjadi efek
toksik langsung pada sel-sel pembentuk tulang (130).
Studi pada anak-anak dan remaja telah menunjukkan bahwa
suplementasi dengan kalsium, kalsium susu yang diperkaya
makanan atau susu meningkatkan tingkat akuisisi mineral
tulang (113.114.115).
Permulaan anoreksia nervosa sering terjadi selama
pubertas, waktu hidup ketika tulang akrual massa maksimal
terjadi, sehingga menempatkan remaja perempuan dan laki-laki
dengan anoreksia nervosa berisiko tinggi untuk tulang puncak
dikurangi massa (128.204.140).
Kalsium dan vitamin D mengurangi tingkat kehilangan
tulang dan fraktur juga tingkat pada orang dewasa pria dan
wanita yang lebih tua, dan orang tua (118.119.120). Pada
wanita lansia dilembagakan, ini suplemen gabungan mengurangi
angka patah tulang pinggul (118).
Suplementasi dengan vitamin D telah meningkatkan kinerja
otot ekstremitas bawah dan mengurangi risiko jatuh di
beberapa berkualitas tinggi ganda uji kontrol acak buta
(242).
Dalam sebuah studi pada pria lanjut usia dan wanita,
asupan protein tinggi diet dikaitkan dengan tingkat yang
lebih rendah yang berkaitan dengan usia kehilangan tulang
(123).
Tipe I (post manopausal):
Terjadi 15-20 tahunsetelah menopause (53-75 tahun).Ditandai
oleh fraktur tulang belakang tipecrush, Colles’ fraktur, dan
berkurangnya gigi geligi (Riggs & Melton,1986). Hal ini
disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut.
Dimana jaringan terabekular lebih responsive terhadap defisiensi
estrogen