ANALISIS SITUASI DIAGNOSIS SOSIAL DAN KESEHATAN OSTEOPOROSIS Osteoporosis atau dalam bahasa awam adalah keropos tulang merupakan penyakit tulang yang sering terjadi pada manusia dengan ditandai oleh adanya pengurangan massa tulang. Penyakit ini sering tanpa keluhan dimana densitas tulang berkurang secara progresif dengan kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh, mudah patah dan tidak terdeteksi sampai terjadi patah tulang. Tulang tulang yang sering terjadi fraktur akibat osteoporosis adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan. Karakteristik osteoporosis ditandai dengan adanya penurunan kekuatan tulang (bone strength). Kekuatan tulang ini adalah hasil integrasi antara volume mineralisasi, arsitektur tulang, bone turn over, dan akumulasi kerusakan tulang. Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di bawah nilai rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai ratarata rujukan pada usia dewasa muda (Depkes, 2002). Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai si Pasien mengalami patah tulang. Menjaga kesehatan tulang sangat penting bagi semua orang tidak hanya pada orang diusia lanjut bahkan diusia muda pun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS SITUASI
DIAGNOSIS SOSIAL DAN KESEHATAN OSTEOPOROSIS
Osteoporosis atau dalam bahasa awam adalah keropos tulang
merupakan penyakit tulang yang sering terjadi pada manusia dengan
ditandai oleh adanya pengurangan massa tulang. Penyakit ini
sering tanpa keluhan dimana densitas tulang berkurang secara
progresif dengan kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, mudah patah dan tidak terdeteksi sampai terjadi
patah tulang. Tulang tulang yang sering terjadi fraktur akibat
osteoporosis adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan
tangan. Karakteristik osteoporosis ditandai dengan adanya
penurunan kekuatan tulang (bone strength). Kekuatan tulang ini
adalah hasil integrasi antara volume mineralisasi, arsitektur
tulang, bone turn over, dan akumulasi kerusakan tulang. Secara
statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana
Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di bawah nilai rujukan
menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai ratarata
rujukan pada usia dewasa muda (Depkes, 2002). Sebelum terjadi
osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses
osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang
akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent
Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya
tanda-tanda khusus, sampai si Pasien mengalami patah tulang.
Menjaga kesehatan tulang sangat penting bagi semua orang
tidak hanya pada orang diusia lanjut bahkan diusia muda pun
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang. Tulang merupakan
tabungan hidup dimasa mendatang (hari tua), dimana pada saat
dewasa tubuh kita peranan tulang sangat penting sebagai penompang
tubuh. Tulang mencapai puncak kepadatannya saat anda berada di
usia 20-an. Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda
ataupun dicegah, sejak pembentukan tulang dalam kandungan dan
balita (bawah lima tahun). Selanjutnya usia pencegahan yang
paling berarti adalah dari usia 8-16 tahun, dimana terjadi
pemadatan tulang dan percepatan tumbuh sewaktu remaja. Ternyata
tidak hanya kuantitas tulang yang berpengaruh, tetapi juga
kualitas tulangnya. Investasi terhadap tulang terjadi pada usia
dini, yang mencapai puncaknya pada awal usia 20 tahunan sampai 30
tahun.Pada Fase itu penting untuk menjaga level tersebut sampai
dengan mendapatkan kalsium dan vitamin D yang cukup dengan
diimbangi olahraga dan kemudian memikirkan langkah-langkah
selanjutnya. Puncak massa tulang adalah tulang maksimum massa
terakumulasi pada awal masa dewasa, umumnya sebesar 20 tahun.
Puncak massa tulang menentukan kekuatan tulang di kemudian hari.
faktor-faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang meliputi
ukuran tubuh, pengaruh genetik dan faktor-faktor yang menghambat
massa tulang akumulasi seperti kalsium rendah, kekurangan gizi,
ketidakmampuan untuk berat beruang, penggunaan kortikosteroid dan
hipogonadisme ( Prntice 2004) . Saat beranjak tua, tulang-tulang
menjadi menipis karena setelah usia 30 tahun tingkat pembuatan
sel tulang baru lebih rendah dari tingkat kehilangan/kerusakan
sel tulang. Bila hal itu terjadi, tulang akan kehilangan mineral,
massa dan struktur sehingga membuatnya lemah dan mudah patah.
Hasil analisa data risiko Osteoporosis pada tahun 2005
dengan jumlah sampel 65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928
perempuan) yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI dan
sebuah perusahaan nutrisi pada 16 wilayah di Indonesia secara
selected people (Sumatera Utara & NAD, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan & Bangka Belitung & Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali & NTB & NTT, Kalimantan,
Sulawesi & Maluku & Papua) dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas
Massa Tulang) menggunakan alat diagnostic clinical bone
sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis
dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%.
Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk
terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan sampel yang
berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.
Prevalensi Osteoporosis pada wanita Indonesia, terjadi
peningkatan dari 23 persen pada usia 50 hingga 80 tahun, menjadi
53 persen pada usia 70 hingga 80 tahun. Angka prevalensi ini
cukup tinggi dibanding dengan negara lain di Asia. Berdasarkan
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka
insiden patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus
pada wanita dan pria diatas usia 40 tahun diakibatkan
Osteoporosis. WHO menunjukkan bahwa 50% patah tulang paha atas
ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka
kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat komplikasi
imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan
lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan medis di Rumah
Sakit.
Adapun tingkatan lebih lanjut dari osteoporosis adalah
terjadinya fraktur osteoporosis. Para Pasien fraktur osteoporosis
akan mengalami dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak
ekonomi meliputi biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung.
Biaya pengeluaran langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pengobatan, misalnya di Amerika Serikat untuk pengobatan
osteoporosis, biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika
Serikat adalah sebesar Rp. 90.000.000.000.000,- (Sembilan puluh
trilyun rupiah) sampai 135.000.000.000.000,- (Seratus tiga puluh
lima trilyun rupiah) per tahun. Sedangkan biaya pengeluaran tidak
langsung adalah hilangnya waktu kerja/upah atau produktivitas,
ketakutan/kecemasan atau depresi, dan biaya lain yang dikeluarkan
selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama
perawatan pasien. Penting disadari Osteoporosis dapat menimbulkan
beban, tidak hanya bagi penderita juga bagi keluarga. Oleh karena
itu pencegahan sejak dini perlu menjadi perhatian mencegah
Osteoporosis secara dini dapat dilakukan dengan memperhatikan
pola makan sehat dengan menjaga komposisi protein, kalsium dan
vitamin D, melakukan aktivitas, terpapar sinar matahari, tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Osteoporosis dapat
mengakibatkan kecacatan. Pada sebagian kasus keadaan ini akan
dirasakan sepanjang hayat, namun pada kasus lain lambat laun akan
hilang dan membaik. Konsekuensi jangka panjang. Sekitar 15-20%
pasien meninggal dunia dalam 6 bulan setelah patah tulang
pinggul. Hanya sekitar seperempatnya bisa kembali beraktivitas
seperti sebelumnya, sepertiganya perlu dibantu orang lain.
Selebihnya perlu dibantu orang untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Faktor risiko:
1. Sex
Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang
30%- 50%, sedangkan pria hanya 20%-30%, namun tidak berarti
semua wanita yang telah mengalami menopause akan mengalami
osteoporosis.
2. Kebiasaan merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit
osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis,
karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang.
Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan
aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga
susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa
mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya
aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat,
maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin
jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak
langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang
memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih
terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada
tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur
tersebut sudah berhenti.
3. Postur tubuh kecil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung
ringan. Padahal tulang akan membentuk sel asal ditekan oleh
bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot, maka
tulang akan terangsang membentuk massa pada area tersebut.
Terutama pada daerah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh
ringan, maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
4. Kurang aktivitas fisik
Seseorang yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat
proses osteoblasnya. Selain itu kepadatan massa tulang akan
berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot
akan memcu tulang untuk membentuk massa tulang.
5. Konsumsi obat yang menurunkan kepadatan tulang (misalnya,
kortikosteroid)
Kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan
pada asam dan alergi dapat mengganggu proses osteoblas. Maka
bila sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi
massa tulang
6. Kekurangan kalsium dalam pola makan tiap harinya.
Makanan yang terlalu berfosfor seperti daging merah dan
minuman bersoda dapat memacu pembentukan hormon parathyroid.
Hormon ini menyebabkan pelepasan kalsium dari dalam darah. Dr
Robert Heany dan Dr Karen Rafferty dari Creighton University
Osteoporosis Research Center di Nebraska menemukan hubungan
antara minuman berkafein denagn keroposnya tulang. Hasilnya,
air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium.
Kalsium tersebut berasal dari proses pembentukan tulang.
Kafein dan alkohol juga bersifat toksin yang menghambat proses
pembentukan massa tulang (osteoblas). Selain itu kurangnya
asupan kalsium pada tubuh akan membuat tubuh mengeluarkan
hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain,
termasuk yang ada dalam tulang.
7. Konsumsi kafein & alkohol
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat
menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini
dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari
creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska
yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan
keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum
kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu
berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan
alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan
massa tulang (osteoblas).
8. Keturunan penderita
Apabila terdapat angota keluarga yang menderita osteoporosis,
maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan
karakteristik tulang tertentu seperti kesamaan parawakan dan
bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti
punya struktur genetik tulang yang sama.
9. RasSeperti yang digambarkan oleh grafik perbandingan ras yang adadi Amerika, orang berkulit putih cenderung lebih berisiko osteoporosis dibanding dengan orang berkulit hitam.
10. Hormon kortisol
Kortisol adalah hormon yang dilepaskan dari kelenjar adrenal
saat tubuh menanggapi stres baik secara fisik maupun mental.
Pada dasarnya fungsi hormon kortisol adalah sebagai anti-stres
dan anti-inflamasi, yang berarti bahwa proses tersebut
menyebabkan tubuh menekan respon imun dan berhenti menanggapi
rasa sakit. Dalam jangka pendek, peningkatan kortisol juga
dikaitkan dengan penurunan sintesis protein. Alasan di balik
ini adalah bahwa salah satu tindakan kortisol adalah untuk
menyediakan bahan bakar alternatif bagi tubuh ketika tidak ada
stok glukosa. Selain itu kortisol juga menjadi ancaman serius
bagi tulang karena kelebihan hormon tersebut dapat mempercepat
laju penyusutan tulang, meski orang tersebut sudah mengonsumsi
susu berkalsium. Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi
osteoblas hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh
karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan
kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi
kalsium pada renal ke dalam sistem kardiovaskular, sehingga
kelebihan kortisol dapat mengakibatkan osteoporosis.
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus
baru penyakit (AHA Task Force, 1998). Untuk penyakit osteoporosispencegahan primer yang dapat dilakukan seperti : Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupankalsium untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100gr bahan makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikanfaktorfaktoryang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, seperti;makanan yang memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki proteintinggi (daging kambing, daging ayam, dan lain-lain), konsumsi fosfor yangberlebih (melebihi 1500 mg, seperti; soft drink, ikan tuna, daging), garam,kebiasaan merokok, kopi dan alkohol. Sumber lain ( J. Frisco, Donald. November 1999) menyebutkan Asupan kalsiumyang dianjurkan untuk untuk usia >50 tahun (wanita postmenopause), 1500 mgkalsium/hari, dengan 400-800 i.u. vitamin D. Untuk Usia 25-50 tahun (wanitapremenopause), 1000 mg kalsium /hari, dengan 400 i.u. vitamin DHindari merokok dan minuman beralkohol karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh. Zat nikotin di dalam rokok dapat mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Aktifitas FisikSenam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitastulang (kepadatan massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukankepadaPasien osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkandensitas tulang (kepadatan massa tulang). Berikut ini adalah jenis – jenis latihanfisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan oleh Pasien osteoporosis :Empat Jenis Latihan Fisik Yang Boleh Dilakukan
(a) Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan minimal 3mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali seminggu.(b) Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas (dumbelkecil) atau dengan mesin latih beban. Latihan ini ditekankan untuk melatihdarerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu.(c) Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kelincahan(d) Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan caraduduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.
2. Lakukan olahraga secara teratur untuk menguatkan tulang dan
otot seperti latihan fisik yang bersifat pembebanan (weight bearing
exercise), yaitu semua aktifitas fisik yang dilakukan dalam posisi
berdiri tegak dan ditambah dengan menggunakan alat bantu untuk
memberikan beban kepada tulang.
3. Konsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung kalsium
seperti susu dan produknya seperti keju dan yogurt, sayur-sayuran
berwarna hijau, ikan dalam kaleng yang lengkap dengan tulangnya
seperti sardin, kacang-kacangan, dan makanan jadi yang
difortifikasi dengan kalsium seperti jus, dan sereal.
4. Masukan Vitamin D kedalam tubuh yang berasal dari sinar
matahari dan makanan.
5. Menghindari konsumsi obat kortikosteroid dengan dosis yang
tinggi.
6. Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan
kalsium secara berlebihan.
7. Kurangi Konsumsi daging merah karena mengandung fosfor yang