1
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar
(case report)
Dewi Suminy*, Nurhayati Harahap** *Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of orthodontic Faculty of Dentistry University of North Sumatra
ABSTRACT
Difficulties of intrusion of upper first molar is well known. It because of this movement is hard to
get with conventional orthodontic without ignore patient’s comfort. The new trend in orthodontic
treatment, miniscrew implant anchorage is indicated to help this movement without worried about loss
anchorage. In this case report, upper first molar left and right extruded 3 mm because missing the lower
first and second molar. Miniscrew as anchorage was successfully intruded the extruded upper left and
right first molar in 4 months.
Key words : Intrusion, upper first molar, anchorage
2
PENDAHULUAN
Kontrol penjangkaran adalah masalah paling mendasar yang harus dicapai oleh
orthodontis dalam menggerakkan gigi. Berbagai alat ekstra oral telah dirancang dan dibuat untuk
mengatasi masalah ini. Akan tetapi alat tersebut juga memiliki kendala tersendiri, seperti
kurangnya kooperatif pasien untuk memakai alat tersebut, desain alat yang rumit, penjangkaran
yang inadekuat, serta respon selama perawatan dan sesudah perawatan yang tidak dapat
diprediksi.1, 2, 3, 9
Hal tersebut membangkitkan keinginan ortodontis untuk menggunakan implant
sebagai penjangkar yang absolut.3, 5
Banyak ortodontis yang mencari penjangkaran yang absolut dan hanya perlu dipakai
sementara waktu dengan biaya yang cukup murah. Paik dkk menggunakan miniscrew pada
midpalatal sebagai penjangkar untuk gigi geligi rahang atas pada pasien dengan dimensi vertikal
yang berlebihan.4 Laursen dan Melsen menggunakan mini implant untuk membenarkan letak gigi
sebelum perawatan prostetik. Letak gigi geligi tersebut berubah akibat hilangnya beberapa gigi
dalam jangka waktu yang lama.6 Young dkk, menggunakan miniscrew dan mini-plate di regio
rahang atas sebagai penjangkar ortodontik untuk mengintrusi gigi molar atas yang ekstrusi.7 Lin,
Liou dan Bowman mengkombinasikan pemakaian miniscrew dan perawatan ortodontik untuk
memperbaiki estetik pasien dengan gummy smile.8
Akhir akhir ini, banyak peminat yang lebih memilih untuk memakai implant sebagai
penjangkar tetap dan sebagai alat penjangkaran sementara (TADs). Salah satu jenis TAD adalah
miniscrew yang lebih kecil daripada dental implant.1, 11
Secara umum, miniscrew memiliki
diameter 1,2 mm – 2 mm dengan panjang 6 – 15 mm.3 Miniscrew digunakan untuk berbagai
tujuan dalam perawatan ortodontik, termasuk diantaranya adalah penutupan ruang, perawatan
openbite, serta uprighting gigi posterior, intrusi gigi posterior maupun anterior.7
3
Penyebab paling umum pada kasus ekstrusi gigi posterior rahang atas adalah hilangnya
gigi antagonis dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga pada saat pasien datang untuk
memperoleh perawatan prostetik, ruangan sudah mengecil dan dipenuhi oleh gigi antagonis atau
migrasi gigi mengisi ruang kosong. Kadang- kadang posisinya menjadi mesioangular atau
distoangular. Pada kasus ekstrusi gigi antagonis, perawatan prostetik tidak dapat diteruskan
karena mempertimbangkan pembuangan mahkota yang cukup banyak dan bahkan memerlukan
perawatan endodontik untuk menyesuaikan kurva aksentuasi gigi. Untuk mencegah hal ini, gigi
yang ekstrusi tersebut dapat diintrusikan terlebih dulu.7
LAPORAN KASUS
Riwayat kasus
Pasien wanita berusia 19 tahun, datang ke klinik spesialis ortodonti RSGMP FKG USU
karena referensi dari bagian prostodonti dengan keluhan susah makan akibat hilangnya gigi
belakang bawah sekitar 5 tahun yang lalu, sehingga pasien ingin dibuatkan gigi palsu. Selain
keluhan hilangnya gigi, pasien juga memiliki gigi depan atas dan bawah tidak rapi, sehingga
pasien ingin memperbaiki penampilannya. Riwayat kesehatan umum pasien baik dan tidak
pernah mengalami trauma pada rongga mulut.
Diagnosa
Pada pemeriksaan ekstra oral, terlihat bentuk wajah dolichofacial. Profil wajah samping
lurus. Tidak terdapat asimetri wajah (Gambar 1).
Pada pemeriksaan intra oral, ditemukan kebersihan mulut sedang. Terdapat kalkulus pada
regio gigi anterior bawah. Gigi molar kedua atas kiri karies profunda, pulpa terbuka disertai
dengan polip gingival. Pada gigi insisivus tengah kiri dan kanan atas dan gigi insisivus lateral
4
kanan atas terdapat tambalan komposit yang overhanging. Gigi molar pertama atas kanan
terdapat karies superfisial pada bagian oklusal. Terdapat kehilangan gigi molar pertama dan
kedua rahang bawah kiri dan kanan serta gigi supernumerari antara gigi molar kedua dan ketiga
atas kiri dan kanan. Garis median rahang atas bergeser ke kanan sebanyak 3,5 mm, rahang bawah
sesuai (Gambar 2).
Pada analisis model studi terlihat gigi molar pertama kiri dan kanan ekstrusi sebanyak 3
mm pada masing - masing gigi. Overbite 2 mm, overjet 3 mm, terdapat crossbite posterior pada
gigi premolar kedua atas kanan terhadap premolar kedua kanan bawah (Gambar 3). Pada
pemeriksaan fungsional ditemukan kebiasaan pasien menjulurkan lidah dan menekan gigi
insisivus. Tidak terdapat gangguan TMJ, pola pengucapan dan penutupan mandibula normal.
Gambar 1. Foto profil sebelum perawatan
5
Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan
Gambar 3. Model studi sebelum perawatan
6
Pemeriksaan Radiografi
Pada analisis sefalometri hubungan maksila dan mandibula Klas I (Gambar 4a). Rotasi
mandibula searah jarum jam (MP:SN = 400). Pola pertumbuhan vertikal (NSGn = 71
0). Inklinasi
insisivus atas terhadap basis kranii normal. Inklinasi insisivus bawah terhadap dataran mandibula
retroklinasi. Pemeriksaan radiografi panoramik menunjukkan jaringan pendukung dalam
keadaan baik, semua gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga kanan dan kiri atas
(Gambar 4b).
a. b.
Gambar 4 a. Gambaran radiografi sefalometri; 4 b.Gambaran radiografi panoramik
Etiologi
Gigi molar pertama kiri dan kanan ekstrusi disebabkan oleh hilangnya gigi molar pertama
dan kedua kiri dan kanan dalam jangka waktu yang lama. Hilangnya gigi molar pertama dan
kedua rahang bawah juga tidak disertai dengan pembuatan gigi palsu penggantinya sehingga
tidak ada gigi antagonis yang menahan ekstrusi gigi molar pertama atas. Crossbite posterior pada
gigi premolar kedua kanan rahang atasdan bawah disebabkan oleh posisi gigi premolar kedua
kanan atas palatoversi yang kemungkinan besar disebabkan oleh persistensi gigi molar kedua
desidui .
7
Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan pada kasus ini adalah untuk menghilangkan crowding rahang atas dan
rahang bawah, tercapainya hubungan kaninus Klas I serta interdigitasi yang baik antara gigi
geligi rahang atas dan rahang bawah tanpa merubah overbite dan overjet yang sudah normal.
Agar tercapai interdigitasi yang baik, gigi molar pertama kiri dan kanan yang ekstrusi harus
diperbaiki terlebih dulu, sehingga crowding rahang bawah juga dapat dikoreksi.
Kemajuan Perawatan
Perawatan dimulai dengan intrusi gigi molar pertama kiri dan kanan menggunakan
miniscrew sebagai penjangkar (Gambar 5). Miniscrew yang berdiameter 1,4 mm serta panjang 6
mm diletakkan pada bagian bukal dan palatal gigi molar pertama kiri dan kanan diantara
interdental gigi, kemudian diaktivasi dengan menggunakan power chain yang di kaitkan dari
miniscrew bukal melewati oklusal sampai miniscrew palatal. Setelah 4 bulan, gigi molar pertama
kiri dan kanan telah tertintrusi sebanyak 3 mm. Setelah gigi molar pertama kiri dan kanan telah
terintrusi, miniscrew tetap digunakan untuk menjaga posisi gigi molar pertama kiri dan kanan.
Gambar 5. Gambaran radiografi periapikal insersi miniscrew
Leveling dan aligning gigi anterior rahang atas dilakukan secara segmental tanpa
melibatkan gigi molar pertama kiri dan kanan. Setelah gigi molar pertama kiri dan kanan intrusi,
8
pemasangan archwire baru melibatkan gigi molar pertama kiri dan kanan untuk memperbaiki
midline rahang atas yang bergeser ke kanan sebanyak 3,5 mm.
Pada saat pengambilan foto intraoral 3 bulan setelah intrusi gigi molar pertama kiri dan
kanan, midline rahang atas yang bergeser telah terkoreksi. Perawatan masih terus dilanjutkan
untuk menghilangkan crowding pada gigi anterior rahang bawah serta memperbaiki interdigitasi
antara rahang atas dan rahang bawah (Gambar 6, 7, 8).
Gambar 6. Foto intraoral setelah intrusi gigi 16 dan 26 serta perbaikan midline rahang atas. Miniscrew tetap
digunakan untuk menjaga kestabilan intrusi gigi 16 dan 26
a. b.
Gambar 7a. Gambaran sefalometri setelah intrusi gigi 16 dan 26; 7b. Gambaran radiografi
panoramic setelah intrusi gigi 16 dan 26
9
Gambar 8. Model studi setelah intrusi gigi molar pertama kiri dan kanan
PEMBAHASAN
Penjangkaran skeletal dengan menggunakan miniscrew telah banyak digunakan untuk
gerakan intrusi terutama untuk gigi posterior atas. Miniscrew lebih banyak digunakan daripada
tipe implant yang lainnya karena insersi dan pelepasannya lebih mudah, pasien merasa lebih
nyaman, tidak memerlukan bedah flap serta biaya lebih murah.1, 10
Mekanisme intrusi gigi molar harus memiliki komponen untuk mengontrol gigi molar
secara tiga dimensi. Mekanisme intrusi untuk gigi posterior seharusnya mengontrol komponen
berikut: posisi vertikal, bentuk lengkung (kontrol posisi bukolingual tiap gigi), torque masing-
10
masing gigi, aksis masing-masing gigi, dan inklinasinya terhadap dataran oklusal, sehingga
miniscrew yang digunakan sebaiknya diinsersikan di bagian bukal serta di palatal.10, 12
Untuk gerakan intrusi, posisi insersi miniscrew harus berada lebih ke apikal, jika tidak
miniscrew akan membatasi pergerakan gigi yang akan diintrusikan. Insersi dengan sudut oblique
akan mencegah kemungkinan miniscrew mencederai akar gigi dan memperluas permukaan yang
kontak dengan tulang kortikal. Pada saat insersi, akan lebih baik jika miniscrew tegak lurus pada
saat akan menembus tulang kortikal. Kemudian sudut insersi dapat diubah selama prosedur
berlangsung. Gaya yang diberikan pada saat awal menginsersikan miniscrew juga harus
diperhatikan. Gaya yang diberikan sebaiknya kurang dari 50 g. 5, 12
Tulang kortikal rahang atas adalah tulang yang tipis, akan tetapi cukup tebal sebagai
stabilitas primer pada penjangkaran ortodontik, oleh sebab itu tulang alveolar bagian bukal dapat
menjadi bagian yang terbaik untuk insersi karena aksesnya lebih mudah. Center of resisten gigi
molar atas terletak lebih ke palatal. Oleh sebab itu kontrol akar palatal lebih susah dan lebih
penting. Aplikasi gaya pada daerah palatal sangat membantu untuk mengontrol akar palatal pada
gigi molar dan untuk meningkatkan efisiensi biomekanis.12
Kegunaan implant pada interdental bagian palatal dari arah palatal atau implant
midpalatal sangat disarankan. Pada kasus ini, sebelah kanan insersi miniscrew pada segmen
bukal daerah premolar kedua yang diekstraksi adalah untuk mengoreksi posisi molar dalam arah
vertikal. Insersi miniscrew pada interdental bagian palatal antara gigi molar pertama dan kedua
adalah untuk mengontrol torque dan meningkatkan efisiensi.
Pada insersi miniscrew untuk intrusi gigi molar pertama kiri atas, miniscrew bagian bukal
diinsersikan lebih ke apikal dan di daerah interdental antara molar pertama dan kedua untuk
mencegah trauma miniscrew yang mengenai akar gigi. Miniscrew bagian palatal diinsersikan
11
diantara interdental premolar kedua dan molar pertama yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan mengontrol torque. Setelah intrusi gigi molar pertama kiri dan kanan, archwire baru
dilibatkan sampai gigi molar dengan tujuan mencegah terjadinya ekstrusi gigi anterior atas.
Perawatan ortodontik pada kasus ini dilakukan bertahap dengan pertimbangan bentuk lengkung
dan inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah yang sudah baik, sehingga untuk
mengatasi crowding gigi anterior bawah, terlebih dahulu gigi molar 1 kiri dan kanan harus
diintrusikan.
SIMPULAN
Pemakaian miniscrew akan lebih efisien dan efektif bila dibandingkan dengan alat
ortodontik lainnya dalam mengintrusikan gigi. Miniscrew sering dipakai sebagai penjangkar
langsung untuk menghasilkan gerakan pada gigi yang spesifik tanpa melibatkan gigi yang lain.
Dengan memakai miniscrew dan mengontrol arah serta besarnya gaya yang diaplikasikan,
gerakan intrusi gigi molar dapat dengan mudah dicapai. Pada kasus ini intrusi gigi molar kiri dan
kanan sebanyak 3 mm berhasil dicapai dalam waktu 4 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Park HS, Jeong SH, Kwon OW. Factors affecting the clinical success of screw implants
used as orthodontic anchorage. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006; 130;18-25.
2. Kyung HM, Park HS, Bae SM, Sung JH, Kim IB. Development of orthodontic micro-
implants for intraoral anchorage. J Clin Orthod 2003; 37:321-8.
3. Cheol HP, In KP, Youngjoo W, Tae WK. Orthodontics miniscrew implants. St. Louis:
Mosby; 2009.
12
4. Paik CH, Woo YJ, Boyd RL. Treatment of an adult patient with vertical maxillary excess
using miniscrew fixation. J Clin Orthod 2003; 37:423-428.
5. Melsen B. Mini-implants : Where are we? J Clin Orthod 2005; 39:539-547.
6. Laursen MG, Melsen B, Multi purpose use of single mini-implant for anchorage in an
adult patient. J Clin Orthod 2009; 53:193-9.
7. Young CP, Seung YL, Doo HK, Sung HJ, Intrusions of posterior teeth using mini-screw
implants. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2003; 123; 690-4.
8. Lin JCY, Liou EJW, Bowman SJ, Simultaneous reduction in vertical dimension and
gummy smile using miniscrew anchorage. J Clin Orthod 2010; 54; 157-170.
9. Chaffee MP, Kim SH, Schudy GF, Skeletal anchorage for vertical control in extraction
treatment of dolichofacial patients. J Clin Orthod 2009; 53; 749-762
10. Ludwig B, Baumgaertel S, Bohm B, Bowman SJ, Glasl B, Johnston LE, et al. Intrusion
of posterior teeth. Ludwig B, Baumgaertel S, Bowman SJ, editors. Mini implants in
orthodontics innovative anchorage concepts. London: Quintessence Publishing Co Ltd; p
108-110.
11. Ludwig B, Glasl B, Lietz T, Bumann A, Bowman SJ, Technique for attaching
orthodontic wires to miniscrews. J Clin Orthod 2010; 54; 36-40.
12. Jong SL, Jung KK, Young CP, Robert LV. Application of orthodontics mini-implants
2007; 64-70.