KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang dengan izinNyalah
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pemanfaatan Biji Karet menjadi
Tempe (Tempe Balam) ”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustika Nuramalia, S. TP, M. Pd.
sebagai dosen mata kuliah Pengantar Pengolahan Hasil Agroindustri yang telah membimbing
dan membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan serta memberikan dukungan kepada kami.
Penyusunan makalah dengan judul “Pemanfaatan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe
Balam)” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pengolahan Hasil
Agroindustri.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.
Bandung, Oktober 2010
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................... 4
1.4 Sistematika Penulisan .................................................... 4
BAB II ISI .................................................... 5
2.1 Karet .................................................... 5
2.2 Budidaya Karet .................................................... 6
2.3 Produksi Karet .................................................... 15
2.4 Pemanfaatan Karet menjadi Tempe .................................................... 16
2.5 Cara Pengolahan Biji Karet menjadi Tempe
(Tempe Balam).................................................... 17
2.6 Kandungan Biji Karet dan Tempe .................................................... 18
2.7 Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam) .................................................... 21
BAB III PENUTUPAN .................................................... 22
3.1 Kesimpulan .................................................... 22
3.2 Saran .................................................... 22
LAMPIRAN GAMBAR .................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................... 26
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang belum tentu mengenal biji keret atau biasa disebut balam,bahkan mengetahui
keuntunganya.Yang banyak diketahui masyarakat umum selama ini hanyalah getah karet
yang disebut lateks, yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban, karet sandal,
dan keperluan lain yang berkaitan dengan karet. Selain getah karet, hasil perkebunan yang
sering digunakan adalah kayu dari pohon karet sendiri, kayu basah sebagai bahan
pembuatan lantai untuk diekspor keluar negeri sementara kayu yang telah kering
kebanyakan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Disisi lain, pohon karet juga
menghasilkan buah (klathak).
Biji karet sendiri selama ini digunakan perusahan hanya sebagai benih tanaman tersebut
untuk keperluan regenerasi tanaman yang sudah tua, namun ini hanya terjadi dalam
jangka waktu puluhan tahun. Karena pohon karet merupakan tanaman tahunan yang
dilakukan ketika umur tanaman sudah tua dan tidak produktif lagi. Selama ini buah karet
tidak memiliki nilai jual yang tinggi, terbuang sia-sia dan tidak dimanfaatkan.
Daerah di sekitar perkebunan karet, ketika masa berbuah datang banyak ditemukan buah
karet yang tidak dimanfaatkan dan tercecer di mana-mana. Padahal di daerah Kabupaten
Semarang sendiri terdapat perkebunan karet yang luasnya mencapai 100 Ha lebih, serta
perkebunan karet yang berada di Daerah Sumartera dan Kalimantan yang berpotensi
menghasilkan buah karet yang cukup banyak, namun tidak memiliki nilai jual yang
tinggi.
Masyarakat di sekitar perkebunan selama ini tidak memanfaatkan biji karet tersebut
sebagai sumber pengghasilan yang lain namun kehidupan keseharianya hanya bergantung
pada hasil bekerja di perkebunan yang tidak menentu, untuk itu dengan mengolah biji
karet dapat meningkatkan penghasilan mereka, sebab buah karet yang belum diolah tidak
memiliki harga jual yang tinggi atau dengan kata lain bahan baku murah. Melihat hal
tersebut kami mencoba memanfaatkan biji karet yang berserakan dan dibiarkan
berserakan dimana-mana dengan mencoba membuat tempe dari bahan tersebut,karena
selama ini tempe terbuat dari bahan kedelai yang merupakan bahan makanan tradisional.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah cara memanfaatkan hasil perkebunan karet?
2. Dapatkah biji karet (balam) dijadikan alternatif lain dalam pembuatan tempe ?
3. Bagaimanakah proses pembuatan tempe dari biji karet (balam) ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan biji karet (balam) menjadi tempe.
2. Untuk mengetahui dapatkah biji karet (balam) dijadikan sebagai alternatif lain dalam
pembuatan tempe.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan tempe menggunakan balam.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami membagi sistematika penulisannya dalam 3 (tiga)
BAB yaitu sebagai berikut:
BAB I yaitu mengenai Pendahuluan yang mencakup Latar Belakang, Tujuan, Ruang
Lingkup, dan bagian terakhir dari bab ini adalah Sistematika Penulisan.
BAB II yaitu Isi yang mencakup beberapa subjudul yaitu Karet, Budidaya Karet,
Produksi Karet, Pemanfaatan Karet menjadi Tempe, Cara Pengolahan Biji Karet
menjadi Tempe (Tenpe Balam), dan Kandungan Biji Karet dan Tempe, hingga
Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam).
BAB III yaitu mengenai Penutup yang mencakup Kesimpulan dari makalah yang telah
dibuat dan Saran.
2
4
BAB II
ISI
2.1 Karet
Karet (Hevea bransilienis Muell. Arg.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae, disebut
dengan nama lain, rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet pertama kali
diperkenalkan orang Indian dari Peru dan dibawa ke Perancis. Karet yang diambil de la
Condamine berasal dari jenis Casilloa elastica Cerv. Aublet (1775), termasuk dari 11
spesies yang tergolong karet (Siregar, 2007).
Menurut Syamsuri (2004), klasifikasi balam adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dikotiledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea bransiliensis
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal
dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam
dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai
tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang
juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae). Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-1 dan
5
Gambar-2. Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena
tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil
lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara
besar-besaran.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa
kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai
daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga
anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam
setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah
ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-3.
Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat
dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang
batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
2.2 Budidaya Karet
A.Syarat-syarat Tumbuh
Setiap tanaman memiliki syarat tersendiri untuk tumbuh. Seperti halnya teh yang hanya
dapat tumbuh subur di daerah dataran tinggi. Sama halnya dengan teh, karet juga
memiliki syarat tersendiri untuk dapat tumbuh dengan baik. Syarat – syarat karet dapat
tumbuh dengan baik, yaitu sebagai berikut :
a. Tanah
- Tanah harus gembur
- Kedalaman antara 1-2 meter
- Tidak bercadas
- PH tanah 3,5 – 7,0
6
- Ketinggian tempat anatara 0 – 400 meter, paling baik pada ketinggian 0 –
200 meter, setiap kenaikan 200 meter matang sedap terlambat 6 bulan.
b. Iklim
- Curah hujan minimum 1.500 mm pertahun, jumlah hari hujan 100 – 150
hari, curah hujan optimum 2.500 – 4.000 mm.
- Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet, ada hubungannya
dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun pada
pagi hari
- Unsur angin berpengaruh terhadap ;
- Kerusakan tanaman akibat angin kencang,
- Kelembaban sekitar tanaman,
- Produksi akan berkurang.
B. Persiapan Lahan
a. Pengolahan Lahan.
1. Penebangan dan pembakaran pohon yang ada pada lahan.
2. Penyacaran lahan dari rumput yang ada.
3. Pembajakan dengan traktor atau penggarpuan / pencangkulan dilakukan 3
kali, dengan tenggang waktu 1 bulan, setelah pembajakan ke 3 lahan
dibiarkan 2 minggu baru digaru.
b. Pencegahan Erosi
1. Pembuatan teras, baik teras individu maupun teras bersambung di sesuaikan
dengan kemiringan lahan.
2. Pembuatan parit dan rorak, parit dibuat sejajar dengan lereng, saluran
drainase memotong lereng dan rorak dibuat diantara barisan.
3. Pengajiran, untuk menentukan letak tanaman dan meluruskan dalam barisan
dengan cara sebagai berikut :
- Tentukan arah Timur-Barat (TB) atau Utara-Selatan (US).
- Ukur pada TB jarak 6 meter atau 7 meter dan 3 meter dari arah US.
7
4. Penanaman penutup tanah, kegunaaanya : melindungi tanah dari sinar
matahari langsung, erosi, menekan pertumbuhan gulma, dan sebagai
media hidup cacing.
C. Penanaman
Dalam penanaman karet ada cara - cara tertentu. Cara- cara penanaman karet sebagai
berikut :
a. Pembuatan lubang tanam dan pengajiran kedua.
b. Jarak tanam untuk tanah ringan 45X45X30 Cm, untuk tanah berat 60 X 60 X
40 Cm.
c. Lubang dibiarkan satu bulan atau lebih.
d. Jenis penutup tanah; Puecaria Javanica, Colopogonium moconoides dan
centrosema fubercens,penanaman dapat diatur atau ditugal setelah tanah
diolah dan di bersihkan, jumlah bibit yang ditanam 15 – 20 Kg/Ha dengan
perbandingan 1 : 5 : 4 antara Pueraria Javanoica : Colopoganium moconoides
dan cetrosema fubercens
e. Penanaman ; bibit ditanam pada lubang tanah yang telah dsiberi tanda dan
ditekan sehingga leher akan tetap sejajar dengan permukaan tanah, tanah
sekeliling bibit diinjak-injak sampai padat sehingga bibit tidak goyang, untuk
stump mata tidur mata menghadap ke sekatan atau di sesuaikan dengan arah
angin.
D. Pemeliharaan
a. Penyulaman
- Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam
diamati terus menerus.
- Tanaman yang mati segera diganti.
- Klon tanaman untuk penyulaman harus sama.
- Penyulaman dilakukan sampai unsur 2 tahun.
- Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.
8
b. Pemotongan Tunas Palsu
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu,
sedangkan tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80
meter.
c. Merangsang Percabangan
Bila tanaman 2 – 3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai
cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara :
- Pengeringan batang (ring out)
- Pembungkusan pucuk daun (leaf felding)
- Penanggalan (tapping)
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan akhir
musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan
dibuat larikan melingkar selama – 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih
10 Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk.
9
Umur
(Bulan)
D o s i s (gram/pohon)
Urea Rock
Pospat
(Rp)
MOP Kleresit
Pupuk
dasar
2 – 3
7 – 8
12
18
24
36
48
-
75
75
100
100
250
275
300
200
150
150
175
175
400
400
400
-
50
50
62
62
150
200
200
-
50
50
50
50
100
100
100
Cat : Jenis Pupuk dapat diganti asalkan kandungan unsur haranya setara.
e. Pemeliharaan Penutupan Tanah
Tabel Waktu Dosis dan Cara Pemupukan Tanaman Penutup Tanah
Waktu Dosis Cara Pemberian
Saat tanam 20 Kg Fospat
alam atau sesuai
dengan berat bibit
Dicampur dan ditabur
bersama-sama dengan
biji..
10
Umur 3 bulan200 – 300 fosphat
alam setiap hektar
diatur dan ditabur, di
atur Leguinosa
f. Tumpangsari/Tanaman sela/intercroping
Syarat-syarat pelaksanaan tumpangsari :
- Topografi tanah maksimum 11 (8%)
- Pengusahaan tanaman sela diantara umur tanaman karet 0 – 2 tahun.
- Jarak tanam karet sistem larikan 7 X 3 meter atu 6 X 4 meter.
- Tanaman sela harus di pupuk.
- Setelah tanaman sela dipanen segera diusahakan tanaman penutup tanah.
E. Te knik Perlindungan Tanaman
Dalam dunia pertanian tentu kita perlu melindungi tanaman dari hal-hal yang dapat
mengakibatkan kerugian, seperti halnya gagal panen. Gagal panen diakibatkan oleh
sebagai berikut :
a. Hama
Hama adalah perusak tanamam yang berupa hewan seperti serangga, tungga,
mamalia dan nematoda. Beberapa jenis yang cukup merugikan yaitu:
a) Kutu Lak (Laccifer)
Ciri-ciri :
- Menyerang tanaman karet dibawah 6 tahun.
- Kutu berwarna jingga kemerahan dan terbungkus lapisan lak.
- Mengeluarkan cairan madu, membuat jelaga hitam dan bercak pada
tempat serangan.
- Bagian yang diserang ranting dan daun lalu cairannya dihisap
sehingga bagian tanaman yang terserang kering.
- Penyebaran kutu lak dibantu semut gramang.
Pengendalian :
11
- Lakukan pengawasan sedini mungkin.
- Bila serangan ringan lakukan pengendalian secara mekanais, Fisik
dan Biologis
- Bila serangan berat, dengan Insektisida Albocinium 2% dan formalin
0,15% ditambah Surfaktan Citrowet 0,025%, penyemprotan interval
3 mg.
b) Pscudococcus Citri
Ciri-ciri :
- Stadia yang merusak adalah nympha dan imago berwarna kuning
muda
- Meyerang tanaman yang masih muda seperti ranting dan tangkai
daun.
Pengendalian :
- Bila serangan berat bisa menggunakan Insektisida jenis metamidofos
dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05%-0,1%
- Interval penyemprotan 1-2 mg
b. Penyakit
Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang
disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain.
Beberapa jenis yang cukup merugikan antara lain:
a) Penyakit Embun Tepung.
Penyebab
Gejala
:
:
-
-
-
Cendawan Oidium heveae
Menyerang daun muda lalu berbintik putih dan
merangas
Umumnya menyerang setelah musim gugur daun.
Secara mekanis dengan menanam klon yang sesuai ,
12
Pengendalian: - pemeliharaan yang intensif, penyelarasan beban
sadapan
Secara kimiawi dengan belerang circus dosis 3 – 5
Kg/Ha interval 3 – 5 hari.
b) Penyakit Daun Colletotrichum
Penyebab
Gejala
Pengendalian
:
:
:
-
-
-
Colletotrichum gloeosporioides
Daun muda cacat dan gugur, pucuk gundul daun
bercak coklat, ditengah bercak berwarna putih
bintik hitam (spora)
Penyebab oleh angin dan hujan
Dengan Fungisida
c) Penyakit Kanker garis.
Penyebab
Gejala
Pengendalian
:
:
:
:
:
-
-
-
-
-
Phytophthora palmivora butl
Bidang sadapan terdapat garis vertikal berwarna hitam
dan bisa masuk sampai kebagian kayu dan kulit
membusuk
Banyak timbul dimusim penghujan dan kebun yang
terlampau lembab
Makin rendah irisan, kemungkinan infeksi makin
besar.
Secara mekanis penjarangan pemangkasan pelindung,
penanaman penutup tanah.
Secara Kimiawi dengan Fungisida (B.a. Kaptofol)
d) Penyakit Jamur Upas.
Penyebab : - Cortisium salmonicolor
13
Gejala
Pengendalian
:
:
-
-
Tajuk pada dahan / cabang akan layu sehingga tanaman
lemah dan produksi turun.
Secara kimiawi luka akibat serangan dilumas dengan
fungisida bahan aktif tridermof (Calizin Rm 2%).
e) Penyakit Bidang Sadapan
Penyebab
Gejala
Pengendalian
:
:
:
-
-
-
-
Ceratocystis Fimbriata
Menerang kulit bidang sadapan yaitu timbul selaput
benang berwarna putih kelabu lalu
Penyebaran melalui spora spora dan pisau sadap
Secara mekanis dengan mengurangi kelembaban.
Secara kimiawi dengan Fungisida bahan aktif benomil
dan Kaptofol
f) Penyakit Cendawan Akar putih.
Penyebab
Gejala
Pengendalian
:
:
:
-
-
-
-
-
-
Cendawan Fomes Lignosus
Daun kusam, menguning, layu dan akhirnya gugur
Tanaman bila dibongkar pada akar terdapat cendawan
berwarna putih kekuningan
Secara mekanis saat pembukaan lahan tunggul dan akar
harus dibongkar
Penanaman 1-2 tahun setelah pembongkaran
Tanaman sakit dibongkar lalu dibakar
Secara kimiawi akar yang terserang dipotong lalu
diolesi fungisida.
14
2.3 Produksi Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup
penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek
yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus
dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Daerah-daerah penghasil karet adalah :
a. Alas : DI Aceh
b. Asahan : Sumatra Utara
c. Banyumas : Jawa Tengah
d. Batang : Jawa Tengah
e. Deli Serdang : Sumatra Utara
f. Gunung Kawi : Jawa Timur
g. Gunung Kelud : JawaTimur
h. Indragiri : Riau
i. Kampar: Riau
j. Labuhan Batu : SumavaUtara
k. Langkat : Sumatra Utara
l. Peg. Maratus : Kalimantan Selatan
m. Priangan : JawaBarat
n. Simalungun : SumatraUtara
o. Sukabumi : JawaBarat
p. Tanah Gayo : DI Aceh
q. Tanah Kerinci : Jambi
r. Rejang dan Lebong : Sumatra Selatan
s. Tapanuli Selatan : Sumatra Utara
Umumnya karet digunakan sebagai lateks. Sumber bahan baku industri karet berasal dari
perkebunan karet baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara maupun
Perkebunan Swasta. Pada perkebunan besar negara maupun swasta, bahan baku yang
dihasilkan (lateks) biasanya langsung diolah di pabrik sendiri atau dikirim ke pabrik yang
15
seinduk, sedangkan untuk prosesor yang tidak memiliki kebun harus berusaha untuk
mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, baik melalui pembelian langsung
ataupun melalui lelang yang diadakan pada waktu-waktu tertentu. Prinsip pengolahan
jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui
proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran gambar, Gambar-4 hingga Gambar-8. Selain
itu, terdapat proses pembuatan karet sintetis. Prosesnya dapat dilihat pada lampiran
gambar, Gambar-9.
Produk yang biasa di hasilkan karet antara lain aneka ban kendaraan (dari sepedah,
motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk, penggerak mesin
besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan – bahan pembungkus logam.
Alat – alat rumah tngga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur
busa serta peralatan menulis, juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.
2.4 Pemanfaatan Karet menjadi Tempe (Tempe Balam)
Biji karet selama ini digunakan perusahan hanya sebagai benih tanaman tersebut untuk
keperluan regenerasi tanaman yang sudah tua, namun ini hanya terjadi dalam jangka
waktu puluhan tahun. Karena pohon karet merupakan tanaman tahunan yang dilakukan
ketika umur tanaman sudah tua dan tidak produktif lagi. Selama ini buah karet tidak
memiliki nilai jual yang tinggi, terbuang sia-sia dan tidak dimanfaatkan. Dengan
memanfaatkan biji karet menjadi tempe, maka biji karet memiliki nilai jual yang tinggi
Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan
menggunakan kapang rhizopus ("ragi tempe"). Selain itu, terdapat pula makanan serupa
tempe yang tidak berbahan kedelai yang juga disebut tempe. Kata "tempe" diduga
berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna
putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna
putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Lihatlah pada
lampiran gambar, Gambar-10.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Terutama kaum
vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti
daging. Dengan ini sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di
16
Indonesia.
Namun demikian, beberapa negara maju berlomba-lomba membuat varian dan
mempatenkan tempe. Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai
jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Tempe biji karet
menjadi tempe yang biasa disebut tempe blam merupakan salah satu bentuknya.
2.5 Cara Pengolahan Biji Karet menjadi Tempe (Tempe Balam)
A. Persiapan alat dan bahan
1. Disiapkan biji karet (balam), lalu dipecahkan biji karet (balam )diambil
bagian dalamnya dan buang kulitnya. Kemudian, dicuci bersih. Lihatlah
pada lampiran gambar, Gambar-11.
2. Disiapkan pula ragi tempe.
B. Pelaksanaan Kerja
1. Dituangkan isi biji karet (balam) ke dalam panci dan diberi air secukupnya.
Direbus isi biji karet (balam) selama kurang lebih 15 menit.
2. Setelah direbus kurang lebih 15 menit, air yang tersisa didalam panci di
buang. Setelah itu diletakkan kedalam keranjang lalu ditiriskan.
3. Dibersihkan isi biji karet (balam) tersebut lalu dicuci sampai bersih.
4. Direndam isi biji karet (balam) selam tiga hari. Air diganti sebanyak tiga kali
dalam sehari
5. Setelah direndam selama tiga hari, direbus lagi isi bijij karet ( balam) selama
kurang lebih 30 menit.
6. Lalu ditiriskan biji karet (balam) hingga benar-benar kering, ditunggu sampai
dingin
7. Setelah dingin, ditaburkan ragi tempe. Diaduk rata.
17
8. Disiapkan plastik dengan ukuran sesuai selera, dimasukkan isi biji karet
(balam) ke dalam plastik.
9. Ditutup plastik dengan rapat bisa dilakukan dengan api lilin.
10. Kemudian dilubangi plastik yang telah berisi isi balam dengan
menggunakan jarum yang berukuran besar untuk setiap sisi atas dan sisi
bawah.
11. Disimpan tempe di dalam lemari dan diberi alas yang memungkingkan
adanya sirkulasi udara pada bagian bawah bungkusan tempe.
12. Didiamkan selama kurang lebih 36 jam.
13. Setelah 36 jam tempe siap diolah. Hasilnya tak jauh beda dengan tempe
kacang kedelai. Lihatlah pada lampiran gambar, Gambar-12.
2.6 Kandungan Biji Karet dan Tempe
Dari penelitian mahasiswa MIPA UNTAN diketahui kadar asam sianida (CN) pada biji
karet hanya 0,3% sehingga tidak membahayakan untuk dikonsumsi. Di dalamnya justru
mengandung nilai gizi yang baik seperti protein (27%), lemak (32%), mineral (2,4%) dan
air (9,1%) serta terdapat vitamin (A, B dan E).
Coba kita bandingkan dengan kandungan gizi pada kedelai. Protein (34,9%), lemak
(14,1%), karbohidrat (34,8%) dan air (8,0%). Jika melihat komposisi tersebut tempe
bikar patut diperhitungkan sebagai makanan bergizi. Apalagi menurut Wizna dkk. (2000)
kandungan protein biji karet justru meningkat setelah menjadi tempe yakni 30,15%
sedangkan kedelai malah turun menjadi 22,41%.
18
Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung dalam tempe adalah sebagai berikut :
a.Asam Lemak
Kandungan lemak pada tempe secara umum sebanyak 18-32%. Selama proses
fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan
terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk
(polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak
jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum,
sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
b. Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B
kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber
vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe
antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat
(niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
c. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan
8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam
fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan
terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium,
magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh
d. Anti Oksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon.
Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan
antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi
pembentukan radikal bebas.
19
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan
genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat
antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat
antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi
tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
e. Protein
Kandungan protein pada tempe sebanyak 35-45%
f. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat pada tempe sebesar 12-30%
g. Air
Kandungan air pada tempe sebesar 7 %.
Dalam proses pembuatan tempe dari balam, balam dipecah kemudian diambil bagian
dalamnya. Selanjutnya balam direbus terlebih dahulu selama kurang lebih 10-15 menit.
Proses ini dilakukan untuk membuat biji balam menjadi lebih lunak sehingga
mempermudah membuang bagian bakal daun dan kulit ari biji balam. Bagian bakal
daun dan kulit ari dibuang dengan alasan menurut Prof Dr Ir Murdijati Gardjito dalam
www.kr.co.id (2008), bagian bakal daun mengandung HCN (Asam Sianida). Kemudian
balam direndam selama kurang lebih 3 hari dengan penggantian air sebanyak 3 kali
dalam sehari. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan racun-racun yang berbahaya bagi
tubuh. Selanjutnya balam direbus kembali selama kurang lebih 15 menit agar
memudahkan pencampuran balam dengan ragi tempe. Pada tahap akhir balam yang
sudah direbus ditiriskan dan dinginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air
dalam balam. Hal ini dikarenakan dalam fermentasi tempe nanti akan dihasilkan air
sebagai produk sampingan. Jika tidak ditriiskan maka kadar air akan berlebihan
sehingga mempercepat proses pembusukan dan tumbuhnya bakteri yang tidak
diinginkan (terjadi kontaminasi serta kerja dari Rhizopus sp. tidak maksimal).
20
Pada tahap selanjutnya, balam siap difermentasi menjadi tempe ditaburi ragi dengan
perbandingan 1 kg balam/2 gr ragi tempe. Ragi yang digunakan pada pembuatan tempe
ini merupakan jamur Rhizopus Sp. Rhizopus Sp. dalam peranan memfermentasikan
tempe dibantu oleh enzim amilotik, lipolitik, proteolitik yang akan bekerja
menguraikan molekul-molekul. Penguraian ini menghasilkan air yang menghasilkan
miselium-miselium (Campbell, 1999). Selanjutnya balam diberi ragi dan diaduk rata,
kemudian masukkan ke dalam plastik secukupnya sesuai dengan selera masing-masing.
Selanjutnya plastik dilubangi dengan jarum pada sisi atas dan bawah. Hal ini dilakukan
untuk membuat sirkulasi udara agar Rhizopus sp. dapat bekerja dengan maksimal.
Setelah itu ,simpan di tempat yang bersuhu dingin bila perlu dibalut dengan handuk
agar lembab selama 36 jam.Selanjutnya tempe balam siap untuk diolah.
2.7 Keunggulan Tempe Biji Karet (Tempe Balam)
Adapun Kelebihan tempe dari biji karet:
a) Tempe dari biji karet lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b) Tempe biji karet tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2
minggu di dalam lemari es.
c) Tempe biji karet memiliki kandungan gizi diantaranya Karbohidrat 11,02%
d) Kandungan protein yang terdapat pada tempe buah karet adalah 5,42%
e) Kandungan lemak pada tempe buah karet yaitu 2.06%.
21
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Biji karet (balam) dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku pembuatan tempe.
Balam mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan kedelai.
Proses pembuatan tempe dari biji karet (balam) tidak jauh berbeda dengan proses
pembuatan tempe dari kedelai. Hanya saja pada proses pembuatan tempe dari biji karet
(balam), biji karet (balam) harus direndam dulu selama beberapa hari untuk menetralisir
racun-racun yang masih ada.
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, maka kami menyarankan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut (uji organoleptik) guna kelayakan untuk dikonsumsi
oleh masyarakat.
22
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar-1
Lateks karet tengah disadap
Gambar-2
Karet lateks
Gambar-3
Biji Karet
Gambar-4
Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk
lembaran-lembaran (koagulum)
Gambar-5
Proses penggilingan koagulum menjadi
lembaran sit
Gambar-6
Proses penggilingan koagulum menjadi
lembaran sit
23
Gambar-7
Proses pengasapan karet sit asap dalam
kamar asap
Gambar-8
Karet Sit Asap
Gambar-9
Proses Pembuatan Karet Sintetis
Gambar-10
Tempe
Gambar-11
Bagian dalam biji karet yang telah
dipaketkan
24
Gambar-12
Tempe Balam
Gambar-13
Biji karet
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell, Reece, Mitchell. 1999. Biology. Jakarta : Erlangga
2. Depdikbud. 2006. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja
2006. Jakarta : Depdikbud
3. Laning, Vina Dwi. 2007. Makanan Awet dan Lezat. Klaten : Saka Mitra Kompetensi
4. Siregar, A.Z. 2007. Karet yang Elastis dan Dinamis. Medan : Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU
5. Sumastri. 2001. Bioteknologi I. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional
6. Sumastri. 2001. Bioteknologi II. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional
7. Syamsuri, Istamar dkk. 2000. Biologi SMU Kelas I. Jakarta : Erlangga.
8. Tim Penulis PS. 1999. Karet : Strategi Pemasaran Tahaun 2000. Budidaya dan
Pengolahan, Penebar Swadaya. Bogor.
Internet :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Para_(pohon)
2. www.wikipedia.org
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe. 21/03/2008. Tempe
4. www.kr.co.id. 26/01/2008. RASANYA LEBIH GURIH ; Empuk, Tempe dari
Biji Karet.
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet_sit_asap
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Karet
7. http://www.industrikaret.com/mesin-pembentuk-kompon-karet/49-mesin-
pembuat-kompon-karet.
8. teknologi.kompasiana.com
9. sutrisblogs.blogspot.com
10. ardhana-lubis.blogspot.com
11. http://id.wikipedia.org/wiki/Lateks
12. http://binaukm.com/2010/06/pengolahan-getah-karet-lateks/
26
27