Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan polymer yang terdiri dari isoprene. Ilmuwan pada awalnya mencari bahan kimia yang hampir sama. Tetapi mereka berhasil menemukan pengganti karet alam bukan dengan mensintesis isoprene, butadiene atau hydrocarbon , melainkan dengan mensintesis polymer asli yang memiliki sifat fisik yang sama dengan karet alam. Pengembangan karet sintesis merupakan proses yang lambat, karena hampir tidak mungkin mensintesis produk yang secara ekonomis murah untuk menyaingi karet alam karena penggunaan karet sintetis tidak sebaik karet alam. Pada saat perang dimana kebutuhan karet meningkat itulah yang menyebabkan ilmuwan berusaha keras meneliti karet sintetis. Pengembangan industri karet sintetis merupakan ancaman bagi industri karet alam, tetapi dengan kegiatan R&D karet alam yang dihasilkanlah Technically Classified Rubber pada tahun 1951 dan Technically Specified Rubber pada tahun 1965 agar dapat bersaing dengan karet sintetis.Pada tahun 1949 Technically Classified Rubber (TCR) diperkenalkan dimana karet diklasifikasikan berdasarkan karakteristik 1
35

MAKALAH KARET

Jan 18, 2016

Download

Documents

Rini Dwi

KARET
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH KARET

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet alam merupakan polymer yang terdiri dari isoprene. Ilmuwan pada

awalnya mencari bahan kimia yang hampir sama. Tetapi mereka berhasil

menemukan pengganti karet alam bukan dengan mensintesis isoprene, butadiene

atau hydrocarbon , melainkan dengan mensintesis polymer asli yang memiliki

sifat fisik yang sama dengan karet alam.

Pengembangan karet sintesis merupakan proses yang lambat, karena hampir tidak

mungkin mensintesis produk yang secara ekonomis murah untuk menyaingi karet

alam karena penggunaan karet sintetis tidak sebaik karet alam. Pada saat perang

dimana kebutuhan karet meningkat itulah yang menyebabkan ilmuwan berusaha

keras meneliti karet sintetis.

Pengembangan industri karet sintetis merupakan ancaman bagi industri karet

alam, tetapi dengan kegiatan R&D karet alam yang dihasilkanlah Technically

Classified Rubber pada tahun 1951 dan Technically Specified Rubber pada tahun

1965  agar dapat bersaing dengan karet sintetis.Pada tahun 1949 Technically

Classified Rubber (TCR) diperkenalkan dimana karet diklasifikasikan berdasarkan

karakteristik pengasapannya . Pada tahun 1965 Malaysia memperkenalkan

Standard Malaysian Rubber yang membuat pembeli karet dapat mengukur karet

yang diproduksi berdasarkan spesifikasi teknis dan mutunya dapat dikontrol

dengan mengetes parameter tententu seperti volatile matter dan dirt content.

Sebelumnya bale juga memiliki ukuran yang beragam: Sekarang bale memiliki

ukuran yang telah distandarkan dan  pembungkus bale dari plastic bersih. Negara

penghasil karet alam yang lain seperti Indonesia dan Thailand  juga membuat

skema produksi yang sama pada waktu itu. Sejalan dengan pengembangan ini,

metode baru dikembangkan untuk memproduksi karet alam : seperti peremahan

karet dan pengovenan karet remah, dan press bale. Salah satu proses ini

dikembangkan oleh Tan Sri Dr.B.C. Sekhar dari Lembaga Penelitian Karet

Malaysia.

1

Page 2: MAKALAH KARET

1.2 Tujuan

Dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan dapat memenuhi tugas yang

diberikan oleh dosen pengampu dengan mata kuliah Teknologo Karet. Selain itu,

juga diharapkan bahwa makalah ini dapat menjadi sarana perluasan wawasan

pembaca mengenai sifat-sifat karet baik karet alam maupun karet sintetis.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk memperjelas arah penulisan makalah ini,dibuat rumusan masalah dalam

makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana sifat fisik dan kimia karet alam?

2. Bagaimana sifat fisik dan kimia karet sistetis?

.

2

Page 3: MAKALAH KARET

BAB II

ISI

1.1 Karet Alam

Gambar 2.1. Karet Alam

Karet alam berasal dari pohon Para  (Hevea brasiliensis). Struktur botani

tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :

       Divisi : Spermatophyta

       Subdivisi : Angiospermae

       Kelas : Dicotyledonae

       Ordo : Euphorbiales

       Famili : Euphorbiaceae

       Genus : Hevea

       Spesies : Hevea brasiasiliensis

Pada dasarnya karet tidak hanya dapat diperoleh dari pohon Para (Hevea

brasiliensis) namun oleh karena pohon Para merupakan tanaman yang paling

banyak ditanam khususnya ditanam di kawasan Asia Tenggara yang notabene

merupakan kawasan penghasil karet alam terbesar dunia maka pohon Para identik

dengan Pohon Karet. Selain pohon Para , ada juga pohon – pohon jenis lainya

yang dapat menghasilkan lateks.

3

Page 4: MAKALAH KARET

Karet alam adalah bahan yang unik di alam. Orang asli Amerika atau

orang Indian yang berasal dari daerah tropis  Amerika Selatan di daerah Amazon

telah mengenal karet sebelum kedatangan penjelajahan yang kedua kali

Christopher Columbus pada tahun 1496 yang membawa karet ke Eropa. Orang

Indian  ini membuat bola karet dengan mengasapkan lateks yang berasal dari

pohon jenis Hevea Brasiliensis.

Navigator Spanyol dan sejarahwan Gonzalo Fernandez de Oviedo y

Valdes (1478 -1557) merupakan orang Eropa pertama yang menggambarkan bola

karet ini ke orang Eropa.

Pada tahun 1615, seorang penulis dari Spanyol menjelaskan penggunaan

karet. Dia melaporkan bahwa orang Indian membuat pakaian mereka yang tidak

tembus air dengan menggosokkan latek ke permukaan jas dan membuat sepatu

tahan air dengan melapisi telapaknya dengan cetakan latex.

Pada tahun 1735 seorang Matematikawan dan Penjelajah Charles  Marie

de La Condamine (1701-1774) tertarik terhadap  zat yang unik yang keluar dari

pohon ini dan kemudian memberi nama latex yang dalam bahasa Amerika Latin

berarti “fluid” / “cairan“. Ia kemudian mengirim beberapa gulungan karet mentah

beserta penjelasan produk yang dibuat oleh orang Amerika Selatan ini ke

Negaranya Perancis. Francois Fresneau menjelaskan bahwa susu yang didapat

dari pohon dilakukan dengan mengiris kulit kayu dengan gancu dan menggunakan

cetakan tanah liat untuk membentuk bentuk yang diinginkan. Meskipun telah

diketahui bahwa bahan ini dapat membuat sepatu tahan air, pakaian tahan air ,

akan tetapi bahan ini masih tetap menimbulkan keingintahuan. Pada tahun1763

Fresneau menemukan bahwa karet dapat dilarutkan dengan terpentin. Giovanni

Fabronni, seorang Italia yang bekerja di Inggris pada tahun 1779 menemukan

bahwa minyak tanah atau naphta efektif juga dapat digunakan untuk melarutkan

karet.

1.1.1 Awal Mula Penggunaan Karet

Karet, kadang kadang disebut “gum – elastis”, diketahui oleh orang Indian

yang pada waktu itu karet diberi nama Caoutchouc ( dari kata cao, “kayu” dan o-

4

Page 5: MAKALAH KARET

chu, “ mengalir atau mengucur). Pada tahun 1770 seorang Kimiawan kebangsaan

Inggris dan penemu oxygen Joseph Priestley (1733-1804) menyelidiki unsur karet

dan kemudian mengusulkan bahan ini diberi nama “Rubber” karena bahan ini

dapat digunakan untuk menghapus pensil pada kertas.

Pada tahun 1791 karet pertama digunakan secara komersial oleh

Pengusaha Inggris Samuel Peal yang mempatenkan  metode untuk membuat

pakaian tahan air dengan melarutkan karet pada Turpentine. Pada tahun 1820 ,

industri karet modern pertama didirikan oleh Thomas Hancock (1786-1865) . Dia

merupakan orang yang pertama kali mencampur karet dengan bahan lain untuk

membentuk bentuk cetakan (Compound).

Meskipun minyak tanah dapat digunakan untuk melarutkan karet, tetapi

pada saat itu masih sangat mahal sehingga tidak sesuai untuk skala industri. Pada

tahun 1818, James Syme- mahasiswa medis dari Universitas Edinburg – meneliti

pelarut karet yang disebut coal tar naphta. Pada tahun 1823,  Seorang Peneliti dan

Kimiawan asal Skotlandia Charles Macintosh (1766-1843) dari universitas

Glasgow mengembangkan hasil penelitian James Syme dan menemukan coal tar

naphta merupakan pelarut yang sangat baik. Machintos kemudian  memulai

memproduksi pakaian anti air atau jas hujan yang terbuat dari dua lapisan serat

dimana di ditengahnya dilapisi karet yang disebut “mackintoshes raincoat.”

Pada tahun 1820 Thomas Hancock menemukan alat yang disebut pickle

(sekarang bernama masticator machine) untuk melunakkan karet sebelum

dicampur dengan bahan kimia lain pada proses mixing. Alat ini dapat membantu

proses produksi mackintoshes. Pada saat itu juga Thomas Hancock (1786-1865)

mendirikan industri karet modern. Dia merupakan orang yang pertama kali

mencampur karet dengan bahan lain untuk membentuk bentuk cetakan

(Compound).

E.M.Chaffee  dari Roxburg Rubber Company dari Amerika Serikat

mempatenkan proses calendaring pada tahun 1836. Proses calendaring ini dapat

membuat karet yang memiliki ketebalan seragam. H.Bewley mempatentkan mesin

extruder pada tahun 1845 yang kemudian kedua proses ini diadopsi di industri

karet.

5

Page 6: MAKALAH KARET

2.1.1 Produk karet Pada Awal Mula

Cerita Thomas Hancock diatas menjelaskan bahwa produk karet telah

banyak diproduksi dan digunakan sebelum ditemukannya proses Vulkanisasi.

Tiga pendiri Michelin Company mengawali periode ini. Michelin Company

didirikan Barbier et Daubree pada tahun 1832 atas saran Mme Daubree

kemenakan perempuan Charles Macintosh. Pabrik ini berlokasi di Clermont

Ferrand dan menjadi milik cucu Barbier, Edouard Michelin and Andre Michelin.

2.1.2 Awal mula perkebunan karet

Pada tahun 1830, perkebunan karet Castilloa dibangun di Cuba dimana bibit

karetnya berasal dari Guatemala.

2.1.3 Komposisi dan Struktur

Karet mentah merupakan hydrocarbon. Pada tahun1826 seorang Ilmuwan

Inggris bernama Michael Faraday (1791-1867) menganalisa karet alam dan

menemukan rumus empiris karet alam yaitu C5H8, dan mengandung 2% sampai 4

% protein  dan 1% sampai 4 % material terlarut aseton (resin, asam lemak, dan

sterol). Pada tahun 1860 seorang Kimiawan Inggris Charles Hanson Greville

Williams (1829-1910) menegaskan kembali hasil analisis Faraday dan pada tahun

1862 menyuling karet alam untuk memperoleh monomer –nya yang disebut

isoprene. Dia menentukan kadar uap isoprene dan rumus molekulnya, dan dia

juga menunjukkan bahwa itu yang mempolymerisasi produk karet.  Pengamatan

yang mengarahkan bahwa karet merupakan polimer linear dari isoprene

diungkapkan oleh seorang Kimiawan asal Inggris Shrowder Pickles (1878-1962)

pada tahun 1910.   

Berat molekul karet berkisar antara 50,000 sampai 3,000,000. 60%

molekul karet memiliki berat yang lebih besar dari 1,300,000. Unit berulang yang

terdapat pada karet alam memiliki konfigurasi cis  yang bermanfaat untuk

elastisitasnya.  Jika konfigurasinya adalah trans , polymer nya keras.

6

Page 7: MAKALAH KARET

1.1.1. Sifat-sifat Karet Alam

Karet Alam maupun Karet sintetis sering juga disebut dengan Elastomer .

Elastomer adalah zat yang apabila ditarik/diberi tegangan akan dengan cepat

kembali ke bentuk semula bila tarikan atau tegangan dilepaskan / dibebaskan.

Karet alam merupakan salah satu jenis Elastomer yang terdapat di alam.

Elastomer merupakan salah satu jenis dari Polymer yang terdiri dari

monomer-monomer. Monomer-monomer ini disebut dengan isoprene. Karet alam 

merupakan linear polymer atau cis-1,4-polyisoprene dari hidrokarbon tidak jenuh

yang disebut (2-methyl-1,3butadiene) seperti yang digambarkan dibawah ini:

Ada sekitar 11.000 sampai 20.000 unit isoprene yang terdapat pada rantai

polymer karet alam, rantai pajang ini disebut polyisoprene polymer. Berat

molekul berbeda-beda tergantung dari klon biji karet Hevea brasiliensis yaitu

antara 100.000 s/d 1.000.000 .

2.1.3.1 Sifat Kimia Karet Alam

a. Merupakan Suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan    

kekentalan (viskositas) yang sangat tinggi.

b. Rantai molekulnya panjang.

c. Karet alam sangat mudah di-lengketkan satu sama lain.

d. Kalor yang timbul pada karet alam lebih rendah dari karet sintetik

e. Karet alam agak kurang tahan terhadap panas.

f. Karet alam tidak tahan ozon dan cahaya matahari.

g. Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hydrocarbon sangat buruk.

h. Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air

dalam vulkanisat, meningkatkan heat build up tetapi dapat juga

meningkatkan ketahanan sobek.

i. Karet alam dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras.

7

Page 8: MAKALAH KARET

2.1.3.2 Sifat Fisika Karet Alam

a. Mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan  open mill /

penggiling terbuka.

b. Warnanya kecoklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya.

c. Mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan dalam

pembuatan compound.

d. Lembut dan elastis.

e. Fleksibilitas pada suhu rendah.

f. Heat build up rendah.

g. Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat digunakan pada

suhu -60° F.

2.2 Karet Sintetik

Seperti yang disebutkan diatas, karet alam merupakan polymer yang terdiri

dari isoprene. Ilmuwan pada awalnya mencari bahan kimia yang hampir sama.

Tetapi mereka berhasil menemukan pengganti karet alam bukan dengan

mensintesis isoprene, butadiene atau hydrocarbon , melainkan dengan mensintesis

polymer asli yang memiliki sifat fisik yang sama dengan karet alam.

Pengembangan karet sintesis merupakan proses yang lambat, karena

hampir tidak mungkin mensintesis produk yang secara ekonomis murah untuk

menyaingi karet alam karena penggunaan karet sintetis tidak sebaik karet alam.

Pada saat perang dimana kebutuhan karet meningkat itulah yang menyebabkan

ilmuwan berusaha keras meneliti karet sintetis.

Selama masa  Perang Dunia kedua, Amerika Serikat diblokade musuh-

musuhnya untuk tidak mengirim karet alam kesana. Carl Marvel menjadi bagian

dari usaha sukses memenuhi permintaan karet sintetis. Bersama dengan yang

lainnya, dia bekerja meningkatkan efisiensi dan produksi karet sintetis yang ada.

Selama masa Perang Dunia I, seorang kimiawan Jerman ( dimana

negaranya pada waktu itu diblokade oleh Inggris untuk tidak mengirim karet alam

ke Jerman) mempolimerisasi 3-methylisoprene (2,3-dimethyl-1,3-butadiene)

8

Page 9: MAKALAH KARET

units, (CH2=C(CH3)C(CH3)=CH2) yang berhasil dari Acetone, untuk

membentuk methyl rubber. Pada akhir perang, Jerman memproduksi 15 tons karet

ini per bulan. Unisoviet (USSR) mebangun pabrik pertama di Leningrad

(sekarang St.Petersburg) pada tahun 1930 dan 3 pabrik lainnya pada tahun 1932

dan 1933, merupakan Negara pertama yang memproduksi karet sintetis berskala

besar.

2.2.1 Dua penemuan yang tidak disengaja

Selama masa Perang Dunia II , Amerika Serikat diblokade pengiriman

karetnya oleh India, Ceylon/Srilanka, Malaysia , Malaysia dan Hindia Timur

( yang merupakan Negara-negara pemasok karet alam utama  menggantikan

Amerika Selatan), mengembangkan beberapa karet sintetis superior. Industri karet

sintetis Amerika Serikat berasal dari dua penemuan yang tidak disengaja,  dimana

penemu tersebut sedang meneliti barang lain.

Pada tahun 1922 seorang penemu dan fisikawan Josep C.Patrick ( 1892-

1965) berusaha untuk membuat ethylene glycol (HOCH2CH2OH) untuk

digunakan sebagai antibeku. Namun yang ditemukan malah Thiokol, bahan

kondensasi polysufide karet dari ethylene dichloride dan sodium tetrasulfide.

Produk awal ini masih digunakan untuk gasket, Seal, selang dll karena tahan

terhadap oli dan pelarut organic.

ada tahun 1931 Arnold Collins, seorang kimiawan dari Dupont group

(1896-1937) , penemu nylon, meneliti neoprene secara tidak sengaja pada saat

sedang mempelajari divinlacetylene (H2C=CH-C=CH). Ada beberapa jenis

neoprene. Mereka memiliki kekuatan tensil yang tinggi, daya pegas yang tinggi,

dan tahan terhadap pengaruh oxygen, ozone, oli dan bahan kimia lainnya. Juga

tahan terhadap panas, dan anti robek. Bahan ini baik merupakan karet berbagai

produk, tetapi bahan ini terbatas penggunaannya karena mahal harganya.

2.2.2 Karet Sintetis lainnya

Pada tahun 1937 Robert McKee Thomas (1908-1986) dan William Joseph

Sparks (1904-1976) di perusahaan Standard Oil Development Company (sekarang

9

Page 10: MAKALAH KARET

Exxon mobile) mensintetis butyl rubber melalui copolimerisasi (polimerisasi dari

campuran monomer) dari isobutylene (2-methylpropene (CH3)2C=CH2) dengan

sejumlah kecil isoprene.

Pada tahun 1929  Walter Bock dan Eduard Tschunkur dari perusahaan

konglomerasi Jerman I.G . Farben mengembangkan serangkaian karet sintetis

yang sama dengan yang diproduksi Unisoviet (USSR). Karet sintetis ini

diberinama Buna rubber (“Bu” untuk butadiene, salah satu copolymer, dan “na”

untuk sodium, Catalyst polimerisasi). Karet yang ditemukan mencakup yang

tahan oli disebut Buna S (S untuk Styrene) dan Buna N (N untuk Nitrate). Buna S,

styrene butadiene rubber sekarang disebut SBR, dan diproduksi dua kali

volumenya dari karet alam, sehingga merupakan karet sintetis yang paling banyak

digunakan. Buna N , acrylonitrile-butadiene rubber, sekarang disebut NBR.

Selama masa Perang Dunia ke 2, Amerika serikat memproduksi karet ini untuk

kebutuhan perang.

Usaha untuk memproduksi karet sintetis dari isoprene tidak berhasil

sampai dengan tahun 1955 seorang Kimiawan Amerika bernama Samuel Emmett

Horne Jr. menyiapkan 98 persen cis-1,4-polyisoprene melalui stereospecific 

polymerisasi isoprene. Produk yang dihasilkan oleh Horne hanya berbeda dengan

karet alam dalam kandungannya terhadap sejumlah kecil cis-1,2-polyisoprene,

tetapi sama dalam unsur fisik. Diproduksi pada tahun 1961, BR (butadiene

rubber) dapat dicampur dengan karet alam maupun karet sintetis SBR yang

digunakan untuk membuat lapisan luar ban.

Polyurethane (PU) pertama kali disintesa pada tahun 1930 oleh kimiawan

Jerman Otto Bayer (1902-1982), yang mencoba membuat nylon seperti serat.  PU

merupakan polimer serbaguna yang dapat digunakan untuk produk yang kaku

maupun fleksibel, serat dan bagian otomotif, seperti bamper mobil. Sintetik lain

digunakan pada produk ini seperti serat yang dapat ditarik.

Setelah akhir Perang Dunia II, industri sintetis Amerika merosot tajam.

Namun demikian, pada awal tahun1950, industri karet sintetis kembali gemilang.

Pada tahun 1960 an produksi karet sintetis sama dengan karet alam, dan terus

meningkat sejak itu.

10

Page 11: MAKALAH KARET

1.1.1 Sifat-sifat Karet Sintetik

Sifat fisik dan kimia karet sintetis umumnya mirip dengan karet alam,

namaun terdapat sifat-sifat tambahan dimana sifat-sifat tersebut tergantung pada

jenis bahan dan komposisi yang digunakan untuk membuat karet sintetis tersebut.

Namun, secara umum sifat karet sintetik adalah sebagai berikut:

Sifat Fisika:

1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna.

2. Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah.

3. Mempunyai daya aus tinggi

Sifat Kimia:

a. Tidak mudah panas (low heat build up)

b. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan (groove cracking

resistance

Berikut beberapa contoh sifat karet sintetik:

1.1.1.1 IIR (isobutene isoprene rubber)

Monomer IIR

Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan sebagian kecil

Isoprena. IIR sering disebut butyl rubber. Akibat jeleknya IIR tidak baik

dicampur dengan karet alam atau sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu

barang. Kegunaan utama untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam

untuk ban pneumatic, produk karet yang terkena sinar matahari, barang-barang

untuk kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa dan selang radiator,penebalan

11

Page 12: MAKALAH KARET

kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan terhadap bahan

kimia seperti pembuatan pipa untuk industri kimia.

Sifat Kimia:

1. IIR hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan

terhadap pengaruh oksigen dan ozon.

2. IIR juga terkenal karena kedap gas.

3. IIR mempunyai sifat permeabilitas yang meningkat seiring dengan

peningkatan suhu, karet ini mempunyai permeabilitas sangat rendah pada

160-175 °F

4. IIR yang divulkanisir dengan damar felonik menjadikan bahan tahan

terhadap suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.

5. Tidak tahan terhadap minyak dan api

6. Tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat

7. Tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat.

8. Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai kekuatan gum

(vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi.

Sifat Fisika:

1. IIR lambat panas sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang

2. Mempunyai kelenturan yang baik

Gasket dari IIR

1.1.1.2 NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile buatadiene rubber12

Page 13: MAKALAH KARET

NBR adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling banyak

dibutuhkan. Karet nitril terdiri dari kopolimer butadiena dan akrilonitril. Jenis

karet nitril tergantung kepada kandungan akrilonitril (25 s/d 50%). Disebut juga

dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena, diproduksi dengan cara

polimerisasi emulsi. Sifat fisik dan kimia bervariasi tergantung pada komposisi

acrylonitrile. Umumnya dipergunakan untuk selang yang tahan minyak, ban, dan

sepatu. Dengan penambahan beberapa bahan pengantar listrik, dapat dibuat karet

yang dapat menghantarkan listrik dan yang juga dapat digunakan untuk perekat.

Pencampuran dengan Resin Fenol dapat meningkatkan kekuatan benturannya.

Monomer NBR

Sifat Kimia:

1. Tahan terhadap minyak. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan

akrilinitril didalamnya. Semakin besar kandungan akrilonitril yang

terkandung maka daya tahan terhadap minyak, lemak, dan bensin semakin

tinggi tetapi.

2. Rapat massanya 0,92

3. Ketahanan abrasinya baik.

4. Karena mempunyai gugus polar ( - CN ), maka zat ini larut dalam pelarut

polar, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar dan bensin

5. Bahan ini mempunyai sifat listrik lebih unggul daripada karet alam, tetapi

tan δ lebih besar karena mengandung gugus polar.

Sifat Fisika:

1. Elastisitas menurun seiring dengan peningkatan suhu.

2. Kurang plastis. Caranya mangeatasinya dengan memilih NBR yang

memiliki viskositas awal yang sesuai dengan keinginan. NBR memerlukan

pula penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa ester.

3. Dapat digunakan dalam berbagai suhu.

4. Fleksibilitas lebih rendah dibandingkan karet alam.

13

Page 14: MAKALAH KARET

5. Warnanya agak kecoklat – coklatan dan transparan

6. Bahan lebih menguntungkan pada suhu rendah, suhu kerapuhannya kira –

kira – 30oC.

NBR Tube

1.1.1.3 CR (chloroprene rubber)

Monomer CR

Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-

butenilena,7-12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan

penambahan 3,4,1 persen. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam

konfigurasi trans. Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan.

Kehadiran atom klorin yang bermuatan negatif menjadikan polimer ini berkutub

dan tahan terhadap serangan minyak. Antara kegunaan CR dalam industri ialah

dalam pembuatan hose tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan

industri, dalam automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan tali

sawat berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket, gasket

pelabuhan dan filem untuk bumbung bangunan. Pembuatan karet sintesis CR

tidak divulaknisasi dengan belerang melainkan menggunakan magnesium

oksida, seng oksida, dan bahan pemercepat tertentu.

Sifat Kimia:

14

Page 15: MAKALAH KARET

1. Tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas.

2. Mempunyai ketahanan kepada cuaca sekitaran.

3. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga rintangan

lelasan. CR

4. Memiliki daya tahan terhadap nyala api.

Sifat Fisik:

1. Lentur

Karet CR

Chloroprene glove

15

Page 16: MAKALAH KARET

Baju renang produk CR

1.1.1.4 EPR ( ethylene propylene rubber )

Monomer EPM dan EPDM

Merupakan kopolimer ethilene dan prophilene, dimana kadar etilennya

40–70% dapat digunakan sebagai karet sintetik. Bahan tidak diawetkan dengan

belerang seperti halnya karet biasa. Ethylene propylene rubber sering disebut

EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer etilen dan propilen pada 16

Page 17: MAKALAH KARET

proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Adapun

bahan pengisi dan bahan pelunak yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh

terhadap daya tahan. EPM atau PDM merupaka karet sintetis yang paling

banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti penggunaan pada otomotif,

radiator isolasi listrik, dan lain-lain.

EPDM bentuk butiran (kiri) dan bantalan (kanan)

EPDM digunakan untuk pelapisan pada otomotif

17

Page 18: MAKALAH KARET

Lembaran karet EPDM

Sifat Kimia:

1. Ketahanan terhadap penuaan sangat baik.

2. Ketahanan abrasinya agak kurang baik.

3. Bahan ini lebih tahan terhadap ozon, cuaca, panas, tegangan listrik  dan

uap dibandingkan dengan karet biasa, tetapi

4. Memiliki ketahanan yang baik terhadap banyak bahan kimiacair

5. Ketahanan terhadap minyak mineral dan pelumas berbasis di-ester sangat

rendah

6. Memiliki struktur polimer jenuh sehinnga bersifat stabil.

7. Memiliki ketahan terhadap pelarut polar seperti air, asam alkali, fosfat

ester, keton, dan alkohol yang baik.

Sifat Fisika:

1. Viskositas

2. Sifat sobeknya kurang baik

3. Sifat pada pengerollan kurang menguntungkan

4. Daya rekat tali ban kurang baik.

1.1.1.5 Karet Butadien (Stirene Butadine Rubber / SBR)

Merupakan bahan kenyal yang dibuat secara ko-polimerisasi butadiene

dan stiren. Sifatnya bervariasi tergantung pada perbandingan mol kedua bahan

itu. Biasanya yang dicampur adalah 5 – 6 mol butadiene dan 1 mol stiren. Bila

stiren melebihi 50%, maka kekenyalan akan hilang dan bahan tersebut menjadi

kaku. Belerang (S) digunakan sebagai zat vulkanisasi untuk membuat jaringan

18

Page 19: MAKALAH KARET

tiga dimensi. Umumnya dipergunakan untuk pengemas yang tahan panas, Ban

mobil, V-Belt, Pembungkus Kabel Frekuensi Tinggi, Pembungkus Kabel Tahan

Panas / Dingin, Sol Sepatu, Karet Bantalan, dll.

Rekasi pembuatan Styrene Butadiene Rubber dari monomer-monomernya

Sifat Kimia:

1. Berat Jenis 0,92.

2. Tahan dalam ketahanan abrasi dan temperature rendah dan tinggi

dibandingkan dengan karet alam.

3. Biasanya Lebih tahan minyak dibandingkan karet alam

4. Larut dalam hidrokarbon aromatic dan pelarut ter-klorinasi.

Sifat Fisik:

1. Tak berwarna

2. Tembus cahaya

3. Dipergunakan pada daerah yang bersuhu -30oC sampai 150oC.

19

Page 20: MAKALAH KARET

Rubber Roller SBR SBR digunakan dalam pembuatan ban

1.1.1.6 Chlorosulfonated Polyethylene (CSM) atau Hypalon

Penggunaannya terutama untuk aplikasi industri otomotif dan bidang

lainnya yang membutuhkan kinerja tinggi seperti adhesives, isolasi, sol sepatu,

selang, roll, seal, gasket, diafragma, pembungkus dan isolasi kabel, dan lapisan

pelindung.

Monomer CSM

Sifat Kimia

1. Memiliki resistensi yang baik terhadap oksigen, ozon, dan sebagian besar

bahan kimia, termasuk air.

2. Resistensi terhadap minyak agak rendah

Sifat Fisika

1. Memiliki sifat permeabilitas yang agak rendah

2. Dapat digunakan pada suhu 130 °C bahkan sampai 30°C di atasnya.

20

Page 21: MAKALAH KARET

Chlorosulfonated polyethylene

Aplikasi CSM untuk kabel

1.1.1.7 Fluoroelastomer (FKM) atau Viton

Karet FKM memiliki kadar fluor yang tinggi. FKM sangat cocok untuk

menggunakan banyak bidang, seperti pertahanan militer dan nasional,

komunikasi aerospace, elektronik, kendaraan dan kapal, petrokimia dan

pengolahan kimia. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan perkembangan

teknologi dalam industri di atas, produk ini telah diperbesar menggunakan ruang

lingkup, sehingga konsumsi telah meningkat.

Sifat Kimia:

1. Tahan terhadap minyak, pelarut dan suhu tinggi

2. Lebih stabil terhadap panas dan lebih tahan terhadap minyak jika rasio

flour/hidrogen tinggi, ikatan karbon-flour kuat, dan tidak ada rantai tak

jenuh.

21

Page 22: MAKALAH KARET

1.1.1.8 Butadene Rubber (BR)

Dibandingnkan dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah.Karet jenis ini

jarang digunakan sendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur

dengan SBR. Nama Kimia karet ini adalah polybutadiene. Karet ini merupakan

jenis terbesar kedua yang diproduksi, setelah SBR. Penggunaan umum karet ini

(lebih dari 70%) bersama karet alam adalah unutk ban truk terutama pada bagian

dinding samping dan tapaknya.

Monomer BR

Sifat Kimia

1. Daya lekat rendah

Sifat Fisika

1. Jenis karet yang paling elastis

1.1.1.9 Isoprene Rubber (IR)

Isoprene rubber sangat mirip dengan karet alam, tapi dibuat secara sintesis.

Nama kimia karet ini adalah cis-polyisoprene.

Monomer IR

Sifat Kimia

1. Struktur kimianya seperti karet alam.

2. Tidak mengandung protein, asam lemat, dan zat-zat lain seperti karet alam

3. Daya tahan lebih rendah dibanding karet alam22

Page 23: MAKALAH KARET

4. Viskositas lebih mantap

Sifat Fisika

1. Secara umum sifat fisiknya lebih rendah dari karet alam, tetapi keduanya

relatif mirip.

2. Kekuatan sobek lebih rendah

Karet IR bentuk butiran (kiri) dan bantalan (kanan)

Dot bayi produk dari IR

23

Page 24: MAKALAH KARET

BAB III

PENUTUP

a.1 Kesimpulan

Dari makalah yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sifat-sifat Karet Alam

a. Sifat fisika karet alam

1) Mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan  open mill /

penggiling terbuka.

2) Warnanya kecoklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya.

3) Mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan

dalam pembuatan compound.

4) Lembut dan elastis.

5) Fleksibilitas pada suhu rendah.

6) Heat build up rendah.

7) Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat digunakan

pada suhu -60° F.

b. Sifat kimia karet alam

1) Merupakan Suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan    

kekentalan (viskositas) yang sangat tinggi.

2) Rantai molekulnya panjang.

3) Karet alam sangat mudah di-lengketkan satu sama lain.

4) Kalor yang timbul pada karet alam lebih rendah dari karet sintetik

5) Karet alam agak kurang tahan terhadap panas.

6) Karet alam tidak tahan ozon dan cahaya matahari.

7) Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hydrocarbon sangat buruk.

8) Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik

air dalam vulkanisat, meningkatkan heat build up tetapi dapat juga

24

Page 25: MAKALAH KARET

2. Sifat-sifat Karet Sintetis

a. Sifat Fisika:

1) Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna.

2) Memiliki plastisitas baik, sehingga mudah diolah.

3) Mempunyai daya aus tinggi

b. Sifat Kimia:

1) Tidak mudah panas (low heat build up)

2) Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan (groove cracking

resistance

25

Page 26: MAKALAH KARET

DAFTAR PUSTAKA

Bahruddin, 2011, Pengantar Teknologi Karet, Pusat Pengembangan Pendidikan

Universitas Riau

Nofiati, Cholifa, 2011, Industri Karet Buatan, Diakses 20 September 2013,

<http://karetbuatan.blogspot.com/2012/11/industri-karet-buatan.html>

Venches, Das, 2009, Karet Alam, Diakses 20 September 2013,

<http://infokaretalamindonesia.blogspot.com/2009/05/karet-alam.html>

Karet, 2011, Sejarah Karet, diakses 20 September 2013,

<http://infokaretalamindonesia.blogspot.com/2009/05/karet-alam.html>

Indonesia, Karet Alam, 2011, Perkembangan Karet Sintetis,Diakses 20 September

2013,

<http://indonesiannaturalrubber.blogspot.com/2011/02/perkembangan-

karet-sintetis.html >

GBU, Workshop, 2012, Mengenal Sifat Karet, Diakses 20 September 2013,

<http://karetroller.blogspot.com/2012/11/sifat-karet.html>

26