bersambung ke halaman 2
EDISI II, April 2011
Bambang Saptono, M.Si., PD III FIP me ne gas kan, “Dalam ti ga ming gu ke de pan pi
hak de ka nat a kan me nyu sun for mula si dan ke bi jakan terkait operasi kantinkantin tersebut.” Kantin tak berlabel sudah ada sekitar 1,5 bulan. Banyak anggapan yang bermunculan mengenai kejelasan jajan, perizinan dan pertanggungjawabannya. Sa lah sa tu pe mi lik kantin
ke ju juran yang beredar saat ini adalah mahasiswa FISE. “Saya ingin usaha saja, sudah gede malu minta orangtua terus,” ungkap salah satu pengelola kantin kejujuran, Ita Nurmala S. Kemauannya berusaha terinspirasi dari sang kakak dan buku “Sukses Sebelum Kuliah”. Menurut Ita Nurmala S., sebelumnya sudah
Legalitas Kantin Segera Diperketat Sejumlah kantin keju juran yang beredar di FIP me ndapat perhatian serius da ri berbagai kalangan civitas ak ademika. Kebijakan bagi pe redaran kantinkantin itu ma sih lemah. Dekanat pun be lum memperoleh titik temu me nanggapi kantin yang tak ber label tersebut. Rencananya me reka akan menertibkan kan tinkantin kejujuran yang tersebar.
Referensi yang layak untuk di baca b agi akademisi penggiat pendidikan karakter.
Bercermin dari Si cacing
Salah satu momen yang paling ditunggutung gu o leh para mahasis wa FIP adalah saat adanya pengumuman lo wongan beasiswa.
“Pertama da tang ke sini langsung nampak aura kekeluargaannya, ja rangjarang lembaga Ormawa bisa berkumpul seperti ini.” ung kap Fadli Rozaq, Ketua BEM FT UNY
Event Kampus
Persepsi
Resensi
Kantin sepatutnya menjaga kualitas produk jajanannya. Tapi bagaimana bila itu dikesampingkan?
Mempertanyakan Keseha-tan Kantin
Opini
Beasiswa Kurang Tepat Sasaran
Terima kasih kepada pembaca atas apresiasi Anda sehingga Lingkar Hijau dipercaya sebagai buletin Ormawa UNY terbaik dengan kategori analisis isi,
kenyamanan baca, dan artistik dalam Ekspresi Awards 2011.
Open House Ormawa FIP
andrean/LH
Editorial Laporan Utama
Diterbitkan oleh Dept. Kominfo BEM FIP UNY
Alamat Redaksi : Gedung Ormawa FIP Lantai 1, Kampus Karang Malang Yogyakarta 55281
email : [email protected] website : www.mikafip.com
PELINDUNG: Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum PEMBIMBING: Bambang Saptono, M.Si PENASEHAT: Sisca
Rahmadona, M.Pd PENANGGUNGJAWAB: Ali Wafa Mukhtar PEMIMPIN PROYEK: Akhmad Akbarudin REDAKTUR
PELAKSANA: Rima Sekarani Imamun Nisaa’ REDAKTUR & REPORTER: Akhmad Akbarudin, Andrean Wahyu Effendy,
Cipto Wardoyo, Gilang Primada, Rima Sekarani Imamun Nisaa’, Yuliani Haj Mukaromah, Yocta Nur Rahman
ARTISTIK: Andrean Wahyu Effendy
Redaksi menerima tulisan dalam bentuk opini, artikel, surat pembaca dan berhak mengedit tulisan tanpa merubah isi.
Mr. Guwek : Eh, kantin kejujuran tuh pake ijin gak sih!Si Cojo : tau ah ...!!Mr. Guwek : gimana kalau kita nanya ke petugas kebersihan?Si Cojo : ???
Pojok
Mempertegas PerijinanUsaha Mahasiswa
LH Edisi II I April 2011 I Hal 2
ada mahasiswa FIP yang meletakkan kan tin kejujuran di FISE. “Kita bera ni berjualan di FIP karena ada maha siswa FIP yang berjualan di FISE juga,” jelasnya. Ke beranian tersebut tidak lan tas di be nar kan o leh Bam bang Saptono, M.Si. “Kantin kejujuran yang
beredar mestinya tidak bertindak liar dan diketahui dekanat,” ungkapnya. Pihak dekanat sendiri menginginkan kejelasan dibalik pengedar jajanan di lingkungan kampus. “Bila kantin berasal dari fakultas lain, perlahan a kan ditertibkan dan digantikan pihak HIMA,” tegasnya. Peraturan penyelenggaraan kantin kejujuran memang belum jelas. Selama usaha tersebut dirasa tidak menuai masalah, para pedagang akan te tap menjalankannya. Meskipun be gitu, mereka bersedia mematuhi pera tur an yang akan ditetapkan. “Ka lau memang ada peraturan yang melarang, ya kita nggak jualan lagi,”
tegasnya. Yuanita A.R., mahasiswa FISE yang menjalankan bisnis sama, dengan tanggapan yang berbeda. “Kita, kan, satu mahasiswa UNY, masa harus dibedabedakan dari fakultas mana?” Berbeda dengan kantin keju jur an la in, kan tin HIMA PLS yang
be ra da di gedung Ormawa FIP sudah men dapat persetujuan dari bidang ke mahasiswaan. “Pihak Dekanat mela lui PD III telah mengetahui ke bera da an Kantin PLS. PD III pun bebe ra pa kali mengadakan inspeksi,” ung kap kepala bidang kewirausahaan HIMA PLS, Dwi Marfuji. Namun Seiring berjalannya kan tin PLS, kesepahaman bersama ju ga belum dirasakan. “Hingga kini be lum ada hitam di atas putih terkait penyelenggaraannya,” ungkap Dwi Marfuji. Kebijakan pelaksanaaan kantin pun masih menunggu konfirmasi lebih lanjut. Si si po si tif yang bi sa di ra
Kan tin tak ber la bel nampak nya me nge sam ping kan ke sa daran a ka de mik ba gi
pa ra pe nge lo la nya . Ke bi ja kan pun dibutuhkan untuk mengatur hal tersebut. Sa yang , i jin pe nye leng gara an kantin yang lebih “bersahabat” be lum je las . Ke pas ti an mengenai pihak yang ber tang gung ja wab masih sa mar . A pa kah si tu a si ter se but akan dibiarkan?
Kon sep pe nye leng ga ra an ka ntin di per ta nya kan . Ma ha sis wa men jadi kan kam pus se ba gai seg men pasar yang ber pe lu ang . Selain kan tin pu sat yang ada , kan tin ke ju ju ran ke mu di an mun cul se o lah men ja di “tan dingan”. Mes ki be gi tu , be lum a da hal yang di per ma sa lah kan dalam sis tem ju al beli yang berlaku.
Pe nge lo la kan tin ke ju ju ran belum ba nyak di ketahui. Pe lu ang hal yang m erugikan konsumen dapat terjadi kapan pun. Jika itu terjadi, tidak jelas pada siapa mereka akan menuntut per tang gung ja wab an .
Ja ja ran de ka nat coba me ngedepan kan transparansi. Se ga la hal yang berada di ling kup kampus harus memiliki per tang gung ja waban. Me ngingat penempatan jajanan sadar atau tidak mempengaruhi ketertiban dan kebersihan kampus. Bila halhal yang tidak diinginkan terjadi, integritas kampus menjadi ta ru han nya . De ngan a tu ran yang je las , hen dak nya se ga la se su a tu ter kait penyelenggaraan kantin kejujuran menjadi lebih tertata.
Redaksi
Rim
a/LH
Mereka Bicara
LH Edisi II I April 2011 I Hal 2 LH Edisi II I April 2011 I Hal 3
sa kan da ri kan tin ke ju jur an a dalah ke mu da h an ja jan, jajanan lebih variatif, dan harga ekonomis. Se balik nya, a da be berapa hal yang justru di khawatirkan dari penyelenggaraan
kan tin tersebut. Ketidakadanya pi hak yang bertanggungjawab sangat ren tan ter hadap berbagai tindakan yang merugikan. “Jajanan yang ada ba nyak , ta pi nggak tahu kejelasan produknya. Semisal keracunan siapa juga yang mau dimintai pertanggungjawaban?” kata Ratna Y., mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling. Se la in ma sa lah le ga li tas o pera si , a da nya kantin kejujuran yang kurang tertata ini memberi ke san tidak nyaman. Kantinkantin ter sebut pe rlu ditata ulang agar lebih ba ik
lagi dan tidak mengganggu pe man dangan, apalagi menyalahi fasilitas. Dengan peraturan yang jelas, tentu peman da ngan yang semrawut itu dapat diatasi.
Akhmad AkbarudinRima, Yocta
Dibutuhkan Dialog untuk Fasilitas
Terwujudnya iklim akademik dalam lingkungan kam pus merupakan harapan bagi setiap Perguruan Tinggi, termasuk kampus III FIP
UNY. Kampus ini khusus digunakan untuk Jurusan PPSD, Prodi PGSD dan PGPAUD yang penggunaan semua fasilitas harus saling bergantian. Kita berbagi ruang kelas, LCD, Laboratorium Musik hingga jaringan hotspot yang disinyalir terkoneksi paling kuat di pendopo. Pendopo ini merupakan center area mahasiswa melakukan semua aktivitas, baik akademik maupun non akademik. Sudah banyak mahasiswa PGPAUD yang menyampaikan permohonan untuk melengkapi fasilitas kampus, seperti memperluas jaringan internet hingga ke kelas dan tersedianya AC per kelas. Menurut saya, memang dengan fasilitas yang memadai, mahasiswa menjadi lebih nyaman untuk melakukan aktivitas. Hanya saja butuh kesabaran dan kesadaran dalam menyikapi persoalan fasilitas tersebut. Apalagi saat ini Kampus III sedang merenovasi Mushola Darul Falah. Fokus fakultas untuk melengkapi fasilitas yang sudah diusulkan menjadi teralihkan. Memang butuh komunikasi yang efektif dari fakultas dengan mahasiswa terkait dengan fasilitas, sehingga adanya sikap saling pengertian. Fakultas memahami situasi dan kondisi mahasiswa, tetapi mahasiswa juga tidak terlalu cepat menuntut.
Tika MuslimahMahasiswa PGPAUD 2009
Dies Natalies UNY?
Awal minggu ke3 bulan April ini, serasa ada yang berbeda dengan keadaan Kampus III. Kali ini kebersihan tidak hanya dilakukan
dengan menyapu dan memotong rumput. Pohon dan bunga dipangkas agar kelihatan rapi. Di beberapa sudut yang ditumbuhi rumput liar juga dibersihkan. Bahkan tidak hanya petugas kebersihan saja, ada staff Tata Usaha pun turut serta membantu membersihkan kampus. Saya masih bingung, sebenarnya ada apa ini? Setelah saya mencari informasi, ternyata akan diadakan lomba kebersihan kampus dalam rangka memperingati Dies Natalies UNY. Kenapa hanya event lomba kebersihan kampus yang merambah kampus wilayah, padahal banyak sekali event yang diagendakan seperti yang terpampang di papan besar sebelah utara pintu masuk Kampus III. Begitu banyak event yang akan diadakan, meriah pasti tetapi tidak untuk Kampus III. Bahkan sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui Dies Natalies UNY dan mungkin tidak menghiraukan, karena di Kampus III tidak ada event yang meriah. Tetapi masih untung juga karena Kampus III masih mendapat bagian dari event yang diadakan dalam rangka Dies Natalies UNY walaupun hanya lomba kebersihan kampus. Namun seharusnya tidak begitu, kampus wilayah juga harus mendapat perhatian dalam rangka memperingati Dies Natalies UNY, karena kampus wilayah juga bagian dari UNY. Agar mahasiswa kampus wilayah juga dapat merasakan kemeriahan Dies Natalies UNY.
SuryantoMahasiswa PGSD 2010
Akb
ar/L
H
OPINI
Mempertanyakan Kesehatan Kantin
LH Edisi II I April 2011 I Hal 4
Kantin merupakan tempat pen ting kedua bagi mahasiswa setelah ruang kuliah.
Di tempat itulah, mereka le luasa memperbinca ngkan banyak hal sambil menikmati segarnya minuman dan lezatnya makanan yang di sajikan. Obrolan yang ada tidak ha nya berisi halhal yang sepele. Dis kusi kritis pun bisa saja terjadi se ca ra spontan. Meski rasanya berle bihan, beberapa gagasan kreatif mun cul ketika kawankawan mahasiswa beristirahat di kantin. Bagi sebuah usaha kuliner, kenyaman pelanggan sangat ditentukan oleh higienitas, baik tempat maupun penyajian. Hal tersebut ku rang teraplikasikan dengan baik di kantin FIP UNY. Se suatu yang sa lah sepertinnya menempel pa da sistem penyajian makanan dan minuman di kantin tersebut. Mengapa demikian? Seorang teman menuturkan bah wa sedotan yang digunakan sebagai pelengkap sajian minuman di kan tin bukanlah sedotan yang baru ke luar dari bungkusnya. Sedotan
itu telah digunakan se belum nya. Terlebih, sedotan tersebut hanya dicelupkan ke dalam air pencuci pi ring. Untuk melihat apakah sedotan itu me mang bekas adalah warnanya yang bermacammacam pada satu tempat. Padahal ketika membeli sedotan baru, hanya ada satu warna dalam satu bungkus plastik Hal itu nampaknya remeh, ta pi tak pelak pula menimbulkan perasaan tidak nyaman untuk me nikmati mi numan yang telah di sajikan. Pada da sarnya dalam se dotan yang telah di gunakan itu sudah melekat kuman, penyakit dan bakteri yang berbahaya ba gi kesehatan tubuh. Mereka dapat me masuki ruangruang dalam tubuh seseorang dan berkembangbiak menjadi penyakit yang mungkin saja bisa sangat berbahaya. Padahal sekedar membeli sedotan baru dengan jumlah banyak bu kan lah hal yang sukar untuk dilakukan. Mengingat harga yang di patok pada berbagai makanan di kantin juga tidaklah mudah dijangkau mahasiswa. Harga disana bisa dikatakan mahal, apalagi bagi
ma hasiswa pendatang dan tinggal dipemukiman padat penduduk seperti kostkostan. Itu baru perkara sedotan saja. Be lum soal lalat yang sering tampak meng hinggapi ma kananmakanan yang di w jajakan. Kita semua tahu bah wa la lat merupakan salah satu serangga pembawa bibit penyakit. Bagaimana jika bibit penyakit yang dibawa lalat singgah di tubuh kita? Diharapkan adanya kerjasama yang baik antara jajaran pegawai kan tin dengan petugas pengawas dalam memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan kantin. Harga yang ting gi mestinya diimbangi dengan kualitas yang melekat pada setiap produk. Akan lebih baik lagi jika dengan har ga yang terjangkau, konsumen yang mayoritas adalah mahasiswa sudah bisa mendapatkan makanan berkualitas baik. Melalui kantin lah kekuatan ma hasiswa yang tadinya lemah dapat ‘te risi’ kembali untuk melanjutkan kegiatan perkuliahan dan organisasi. Te ntu kita menginginkan simbiosis mu tualisme antara produsen dan konsumen, saling menguntungkan. Mahasiswa nyaman menyantap sajian sembari berdiskusi dan pihak kantin pun meraup keuntungan materi. Sebagai pembuktian akan kualitas yang rasanya sudah dibayar mahal oleh mahasiswa, kesehatan yang dipengaruhi tingkat kebersihan kantin seharusnya tidak perlu lagi diragukan.
Umi MasithohMahasiswa Prodi TP 2010
istimewa
PERSEPSI
Beasiswa Kurang Tepat Sasaran
LH Edisi II I April 2011 I Hal 4 LH Edisi II I April 2011 I Hal 5
Salah satu momen yang paling ditunggutung gu o leh para mahasis wa FIP adalah
saat adanya pengumuman lo wongan beasiswa. Tak ka lah dengan fakultas lainnya, di FIP pun banyak macam beasiswa yang ditawarkan. Beasiswa tersebut antara lain Beasiswa Bidik Misi, PPA, BBM, Supersemar, Djarum Foundation, BI, dsb. Saat pe ngu muman lowongan beasiswa ditem pel di papan pengumuman, para ma hasiswa langsung bergegas melirik pe luang yang kiranya bisa mereka dapatkan. Mahasiswa kemudian berlombalomba untuk mengajukan surat permohonan. Tumpukan map berisi permohonan beasiswa dari ratusan ma ha sis wa pun me me nu hi Ka su bag Kemahasiswaan.
Setelah semua persyaratan di pe nu hi, proposal pengajuan beasis wa diserahkan ke Kasubag Ke ma ha siswaan untuk diseleksi. Para mahasiswa pun harapharap cemas menan ti pengumuman siapa yang berhak mendapatkan beasiswa tersebut. Se lang beberapa bulan kemudian, rasa itu memuncak dengan adanya pengumuman penerima beasiswa di kelu ar kan. Nampak ada yang meluaplu ap, bahagia karena terpilih sebagai pe nerima beasiswa. Si sisi lain, ada ju ga mahasiswa yang terlihat murung ke cewa karena sudah berkalikali menga jukan namun tetap saja belum da pat beasiswa. Yang menjadi per tanyaan sekarang, sudah tepat sa sa rankah beasiswa tersebut? Jika dicermati, masih ada bebe ra pa alokasi dana beasiswa, khusus nya dalam lingkup FIP, yang masih tidak tepat sasaran. Misalnya, a da mahasiswa yang sebenarnya ia mam pu namun bisa memperoleh bea siswa BBM, bahkan lebih dari sa tu kali. Sementara mahasiswa yang benarbenar kurang mampu dan sudah mengajukan malah tidak mendapatkan kesempatan itu. Fe no
me na ironis ini seakan menjadi hal yang wa jar se tiap ta hun nya. BBM yang mes ti nya un tuk mem ban tu ma ha sis wa kurang mampu secara e ko nomi justru banyak dinikmati oleh mere ka yang mampu. Otomatis hak para ma hasiswa kurang mampu terzalimi o leh mahasiswa yang mampu. Tentu tidak semua demikian. Mes kipun begitu, hal ini tidak boleh te rus dibiarkan. Pihak kampus yang ber tugas menyeleksi calon penerima bea siswa harus lebih profesional. Pani tia penyeleksi hendaknya be kerja sama dengan para dosen Pem bimbing Akademik (PA), apakah ma hasis wanya itu benarbenar layak menda pat kan beasiswa ataukah tidak. Bi sa juga dari Program Studi (Prodi) ma singmasing yang menyeleksi dan me ngajukan siapa mahasiswanya yang berhak mendapat beasiswa. Jika me mungkinkan, survey rumah calon pe nerima beasiswa bisa dilakukan.
Sistem seleksi penerima beasiswa yang diberlakukan sekarang ini
di akui memang masih perlu dibenahi. Se hingga ketepatan sasaran bisa lebih dipertanggungjawabkan. Selain i tu, kesadaran mahasiswa pelamar bea siswa juga harus digarisbawahi. Ji ka memang termasuk dalam go longan yang mampu secara finansial, ja ngan lah mengambil ‘lahan’ mereka yang kurang mampu. Semua beasiswa memiliki kriteria masingmasing. Ada yang ditujukan bagi me reka yang mampu dan juga bagi yang ti dak mampu. Sebagai mahasiswa, se ha rus nya memahami benar pembagian ja tah beasiswa.
Selain pembenahan sistem se lek si, kesadaran mahasiswa terha dap kri teria masingmasing jenis beasiswa ju ga memberi andil yang besar. Se mo ga untuk ke depannya beasiswa yang a da benarbenar dapat dinikmati oleh mahasiswa yang memang berhak dan membutuhkannya.
Cipto Wardoyo
PROFIL
Berwirausaha untuk Mendirikan SekolahLH Edisi II I April 2011 I Hal 6
Ayam Goreng Tulang Lu nak” men jadi salah satu u sa h yang dirintis oleh pe rem
puan ke lahiran 23 tahun la lu ini. Amin Yusi Nur Sa’ida me mi lih untuk berwirausaha sejak di bangku kuliah. Selain usaha di bi dang kuli ner, sebelumnya dia juga menjadi dis tri butor untuk batik. Be rawal dari sekedar jalanjalan, ideidenya untuk berwirausaha muncul. Dia memulai usahanya dengan menjadi distributor batik. Ja ringan yang dia peroleh dari ke aktifan nya dalam organisasi kampus mem be rinya kemudahan. Hingga su atu hari dia berkunjung ke sebuah pa meran franchise dan tertarik mem buat usaha kuliner. Pro mosi usahanya di la kukan dengan melalui pesan singkat dan temantemannya. Karena u saha semakin berkembang dan mulai me ra sa keteteran, dalam waktu de kat Saida merencanakan untuk mem buat blog sebagai media promo si dan publikasi usahanya. “Kalau ada blog, saya tidak perlu lagi men jelaskan seperti apa usaha saya le wat email berkalikali. Cukup mere ko men dasikan pelanggan untuk me lihat di blog,” jelasnya. “Sebenarnya saya belum per nah mengikuti training enterpre neur,” kata Sa”ida. Dia memilih un tuk lang sung praktek. Baginya, de ngan menjalani usaha terlebih
da hulu, halhal yang dia butuhkan dalam mengembangkan suatu usaha akan terlihat. Memang, semua itu ada hambatannya tapi tidak lantas membuat putus asa. “Saya pernah terjatuh tapi itu adalah bagian dari ujian yang justru bisa jadi bahan evalusi agar lebih baik lagi,” tuturnya. Apa saja kiat yang Sa’ida la kukan da lam berwirausaha? Hanya ada dua, yaitu sabar dan evaluasi. Orang yang berwirausaha akan berpikir tentang tantangan, pengambilan ke putus an, dan melihat peluang. Selain itu me nurut Sa’ida, menjadi wirausaha
Nama : Amin Yusi Nur Sa’ida TTL : Kampar, 21 februari 1988 Hobi : Jalan-jalan, makan-makan, Baca Buku Email : [email protected]
itu bukan lah sesuatu yang tibatiba ta pi merupakan proses. “Kalau kita me nginginkan proses yang instan, kita bisa jadi putus asa sendiri,” kata Sa’ida dengan bijak. Dalam pendidikan, setelah be la jar di jenjang D2 Pendidikan Guru Taman Kanankanak (PGTK) UNY, Sa’ida melanjutkan ke S1 PG Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perempuan yang juga hobi jalanjalan ini memiliki impian yang mulia dalam bidang pendidikan. Dia ingin memiliki sekolah, yaitu PAUD. Menurutnya, de ngan be gitu di a da pat mem be ri kan ba nyak hal yang ber man fa at bagi orang lain. Apalagi ma sa emas merupakan masa terbaik un tuk mendidik anakanak. Sa’ida ingin berkontribusi dalam masa tersebut. Lebih jauh, dia ingin mendirikan PAUD di daerahdaerah pelosok sebagai usaha pemerataan pendidikan. Niatnya mem be la jar kan sese orang bukan untuk menghasilkan sesuatu tapi mengabdi. Meski dia tidak ingin mengomersialisasikan pendidikan, untuk mendirikan sekolah tetap lah dibutuhkan biaya. Itulah yang menjadi salah satu alasan lain da ri usaha yang dijalaninya saat ini. “Wirausaha menjadi langkah untuk membangun pendidikan yang bisa dirasakan semua,” kata Sa’ida.
Rima S.I.N
RESENSI
Judul : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!
Penulis : Ajahn Brahm Penerbit : Awareness Publication Tebal : 340 halaman Cetakan : I, Maret 2011
Bercermin dari Si cacingLH Edisi II I April 2011 I Hal 6 LH Edisi II I April 2011 I Hal 7
Namanama semacam Jakob Oetama, Jaya Suprana, hingga ak tor na si onal Luk man
Sardi yang berderet di cover be la kang cu kup men jadi alasan kenapa bu ku “Si Cacing Dan Kotoran Ke sa yangannya 2!” layak untuk di mi liki. Buku ka ra ngan Ajahn Brahm itu mengajak ki ta un tuk be rusaha menertawakan kebodohan dan menangisi kekonyolan diri kita sendiri yang entah sadar atau tidak yang selalu kita lakukan selama ini. Secara garis besar buku i ni be ri si tips dan kiatkiat dalam ‘mengakali’ berbagai permasalahan seharihari yang akrab kita temui. Sering kali kita melihat permasalahan tidak pada substansinya bahkan persepsipersepsi yang kita munculkan menjadi se bab baru bagi permasalahan. Singkat ka ta, kita diajak untuk mampu berdamai dengan diri sendiri. 108 cerita pembuka pintu hati tersebut dibagi dalam sembilan bab. Semuanya terbagi dalam raga yang rentan, siap menerima perubahan, pukat kelekatan, penolakan terhadap dunia, batin keliru tahu, cinta tanpa keakuan, damai bahagia tanpa syarat, arif menyikapi kehidupan, dan hati bebas lepas. Buku ini ditulis dengan ba hasa yang sederhana oleh seorang biksu bergelar sarjana Fisika Teori da ri Cambride University yang erat ka itannya dengan ajaran Budha. Meskipun be gitu, pembaca sama sekali tak akan me rasakan adanya campur tangan dogma agama tertentu. Pembaca di
ajak secara sadar untuk memahami kebijaksanaan tanpa merasa tergurui. Ki ta akan menikmati ceritacerita bijak yang bersifat universal dan mampu di terima berbagai kalangan tanpa harus terdikotomi oleh suku, agama, dan ras tertentu. Suatu formulasi yang unik di tengah mahalnya sikap to leransi di negara kita. Ilustrasi cover dalam buku itu da pat digambarkan dengan ungkapan jawa sak bejobejo ne wong lali iseh tansah bejo wong eling lan waspada. Kita digambarkan tak ubahnya se bagai ca cing yang acap kali merasa mampu hing ga me man dang re meh segala per ma sa lahan yang ada. Akibatnya
se ring kali kita dibuat kelabakan meng hadapi permasalahan kita. Meminjam kalimat prakata Ajahn Brahm, hidup, konon adalah penyakit gawat yang ditularkan secara seksual. Namun itu tidak berarti kita tidak boleh tertawa dan mencintai seumurumur. Sesungguhnya makna kebijaksanaan adalah mampu me neri ma pasang surut kehidupan, seperti kangguru australia, selalu meloncat terus. Meski mendapat pengakuan ba nyak pihak tentang perubahan po sitif yang mereka alami setelah mem baca kisahkisah inspiratif yang di ta war kan, buku ini mungkin se benar nya belum cukup untuk selalu dapat merubah pandangan hidup pembaca. Motivasi saja tidak cukup ji ka kemudian beberapa saat setelah membaca tidak ada tindakan nyata. Betapa pun sempurna, buku ini hanyalah sa lah satu motivasi eksternal bagi pem baca dan tidak dapat dijadikan pe nentu dari perubahan seseorang ke a rah yang lebih baik. Terlepas dari celah yang ada, bu ku ini layak dijadikan referensi ba gi mereka yang menamakan dirinya mahasiswa dan masyarakat pa da umumnya ditengah jargon pen di dikan karakter yang selama ini sering didengungkan. Semoga di saat kita lantang meneriakkan pendidikan ka rakter, kita telah memahami karakter se macam apa yang hendak diba ngun.
Yocta Nur Rahman
BERITA KAMPUS LH Edisi II I April 2011 I Hal 8
Open House Ormawa FIP
Jajaran Ormawa FIP menyelenggarakan Open House ber sama, Rabu (20/4). Agenda tersebut dilaksanakan
di Lapangan Hijau FIP UNY. Agenda yang baru per tama kali diselenggarakan itu terbilang sukses dan mendapat kan apre siasi dari berbagai civitas aka de mi ka. Fadli Rozaq, Ketua BEM FT UNY mengaku bah wa acara tersebut cukup menarik dan mem be ri kesan tersendiri. Fadli berkata, “Pertama da tang ke sini langsung nampak aura kekeluargaannya, ja rangjarang lembaga Ormawa bisa berkumpul seperti ini.” Prof. Dr. Ahmad Dardiri, M.Hum., Dekan FIP, menyempatkan diri untuk berkeliling guna me ngunjungi standstand dan berdialog langsung dengan maha sis wa. “Bagus, bisa dijadikan ajang eksistensi bahwa HIMA itu ada. Terlebih bila mampu diperluas hingga ma syarakat,” ungkapnya.
Yocta
Bedah Film Islami Hima PGPAUD
Selasa (26/3) Hima PGPAUD menyelenggarakan bedah film Islami di Kampus 3 (Bantul) dengan judul “Turtles Can Fly” sebagai salah satu rangkaian acara open house PGPAUD. Film tersebut mengisahkan tentang perjuangan dan penderitaan anakanak korban perang Irak. Bedah film tersebut diikuti oleh mahasiswa PGPAUD dan beberapa mahasiswa dari jurusan lain. Lalu Wirya Artapati selaku pembicara mengungkapkan, “Film tersebut telah banyak memprovokasi penonton tentang kondisi negara kita saat ini, baik kondisi pemerintahan maupun pendidikan.”
Haj
LH Memborong 3 Nominasi
Lingkar Hijau (LH), buletin BEM FIP UNY, sukses memenangkan tiga kategori sekaligus dalam malam penganugrahan Ekspresi Award. Ketiga kategori tersebut diataranya analisa kedalaman isi, kenyamanan baca, dan tata artistik. Bertempat di Laboratorium Karawitan FBS UNY, agenda tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan hari jadi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi UNY yang ke 22, Rabu (20/4). “Yang jelas kami bangga dan semoga bisa menjadi motivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi,” ungkap Rima S.I.N, Redaktur Pelaksana Lingkar Hijau.
Yocta
Workshop PKM
Ka mis (28/4), UKMF Reality bersama de ngan HIMA PLS dan HIMA AP me nga da kan Work shop PKM. Acara tersebut diadakan di ruang Ab dul lah Sigit Hall FIP UNY. Kerjasama yang ba ik an ta ra ti ga lem baga Or ma wa i ni , ber ha sil mem bu at work shop ter se but ber langsung sukses.
Rima
SKB Mandek, Tanya Kenapa ???
Surat keputusan bersama (SKB) jam tutup Ormawa FIP belum dapat direalisasikan. Hingga
saat ini SKB masih mandek di dekanat. Kenyataanya masih banyak hal yang perlu terpenuhi untuk merealisasikannya. Ikapti Puspareni, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FIP, mengungkapkan, “Dari birokrasi masih banyak pertimbangan bahwasanya harus dipikirkan matangmatang lagi.” Menanggapi keadaan tersebut DPM berancangancang akan mengadakan silaturahmi dengan Pembantu Dekan III FIP serta audiensi bersama dengan berbagai pihak pada minggu kedua Mei.
Yocta