LAPORAN PRAKTIKUM
PERAMALAN HAMA DAN EPIDOMOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN
Nama : Sonia Tambunan
NIM : 105040201111171
Kelompok : Rabu, 07.30
Asisten : Firman
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada dasarnya pembudidayaan dilakukan agar tanaman dapat
terpelihara.Pemeliharaan tersebut bertujuan untuk mengendalikan suatu serangan
baik dari serangan hama, maupun penyakit. Kegagalan dalam usaha dibidang
pertanian diantaranya disebabkan oleh adanya organisme pengganggu tanaman.
Dalam budidaya tanaman pelaksanaan perlindungan hama terpadu sangat
berpengaruh. Agar mampu menghasilkan produksi yang maksimal,
menguntungkan, dan berkualitas.
Pengamatan hama dan penyakit tanaman merupakan kegiatan utama dalam
proses Pengendalian Hama Terpadu. Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi
hambatan tersebut diatas, sehingga secara bertahap Pengendalian Hama Terpadu
dilaksanakan secara konsekuen. Untuk jangka pendek pengamatan bertujuan
untuk mendeteksi timbulnya hama dan penyakit tanaman pada saat yang paling
awal, sehingga pengendalian dini dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan
untuk jangka panjang, data pengamatan hama dan penyakit dapat digunakan untuk
menysusn suatu program peramalan hama dan penyakit tanaman.
Pengamatan hama tanaman, untuk skala lapangan pengematan penyakit
tanaman masih ditekankan pada mengamati gejala penyakit. Hal ini disebabkan
karena penyebab penyakit hanya dapat dideteksi dengan alat-alat khusus misalnya
penangkap spora (spore trap) yang sampai saat ini baru digunakan pada skala
penelitian spora yang tertangkap hanya dapat diamati dengan mikroskop.
1. 2. Tujuan
Tujuan dari praktikum peramalan hama dan epidomologi penyakit ini
adalah untuk:
a. Menangkap spora dan mengamatinya
b. Memasang pitfall dan menganalisanya
c. Memasang yellow trap dan menganalisanya
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pengertian Pengamatan dan Ambang Ekonomi
a. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan data atau keterangan dengan jalan mengamati,
melalukan perhitungan atau pengukuran terhadap obyek yang
diteliti.
(Tim Dosen, 2011)
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi
penelitian.
(Kardinan, 2004)
b. Ambang Ekonomi
Ambang ekonomi yaitu tingkat kepadatan populasi hama atau
tingkat intensitas kerusakan tanaman yang mulai mengakibatkan
terjadinya kerugian ekonomik.
(Tim Dosen, 2011)
Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas populasi hama telah
menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya
pengendalian.
(Djojosumarto, 2000)
2. 2. Peranan Pengamatan dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengamatan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan baik sebelum
kegiatan pengendalian dilakukan yaitu untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan kegiatan pengendalian, maupun sesudah pengendalian dilakukan yaitu
untuk melakukan evaluasi terhadap hasil pengendalian yang dilalukan tersebut.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 3
Jadi data atau informasi/keterangan yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan:
a. Perlu tidaknya pengendalian dilakukan
b. Metode pengendalian yang dipilih dan bagaimana cara melaksanakannya
c. Tindakan apa dan bagaimana cara melakukannya yang harus diambil
untuk mencegah meluasnya penyakit dan serangan hama.
(Tim Dosen, 2011)
2. 3. Macam-macam Pengamatan
Berdasarkan sifatnya, pengamatan dibedakan menjadi:
a. Pengamatan kualitatif, bila kegiatan pengamatan bermaksud untuk
mengetahui macam hama atau penyakit, lokasinya dan bagaimana
keadaannya.
b. Pengamatan kuantitatif, bila kegiatan pengamatan bermaksud untuk
mengetahui lebih rinci tentang hama atau penyakit, yaitu berapa luas
serangan dan intensitasnya.
Berdasarkan kekerapan (frekuensi) nya, pengamatan dibedakan menjadi:
a. Pengamatan tetap/pengamatan kontinyu/pengamatan regular, yaitu
pengamatan yang dilakukan terus menerus secara berkala atau dengan
skala (interval) waktu tertentu pada suatu wilayah pengamatn tertentu.
Pengamatan tetap menghasilkan data keadaan hama penyakit dari waktu
ke waktu sehingga dapat memberi gambaran tentang dinamika penyakit
dan populasi hama di wilayah pengamatan tersebut.
b. Pengamatan keliling/incidental, yaitu pengamatan yang dilakukan sekali-
sekali bila keadaan memerlukan. Pengamatan keliling bertujuan untuk
menutupi kekurangan yang terdapat pada pengamatan tetap, karena pada
pengamatan tetap jumlah petah contoh sangat terbatas. Pada prinsipnya
pengamatan keliling adalah pengamatan untuk mengetahgui terjadinya
serangan hama atau timbulnya penyakit pada tempat-tempat tertentu yang
dapat menjadi sumber hama atau penyakit. Dasar dilakukannya
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 4
pengamatan keliling adalah bila secara visual tanaman atau bagian
tanaman menunjukan gejala yang patut dicurigai, atau adanya informasi
dari sumber yang dapat dipercaya.
Berdasarkan jumlah sampel (comtoh) yang diamati, pengamatan
dibedakan menjadi:
a. Pengamatan global, yaitu pengamatan yang cukup dilakukan pada skala
wilayah pengamtan yang cukup luas, tetapi dengan jumlah sampel yang
relative sedikit. Data atau informasi yang diperoleh biasanya masih sangat
kasar atau masih kurang teliti.
b. Pengamatan halus, merupakan kelanjutan dari kegiatan pengamatan global
yaitu apabila pengamatan global diperoleh data atau informasi yang
menunjukan adanya penyakit atau serangan hama yang cukup
mengkhawatirkan. Untuk itu perlu dilakukan penambahan jumlah sampel
yang diamati untuk meningkatkan ketelitian dari data atau informasi yang
diperoleh.
(Tim Dosen, 2011)
2. 4. Pengamatan dan Penilaian Serangan Hama
Seringkali diperlukan penialain terhadap tingkat serangan hama, baik
berdasarkan tingkat kepadatan populasi hama maupun tingkat intensitas
kerusakannya. Biasanya pertanaman berdasarkan penilaian tersebut dikategorikan
menjadi:
a. Pertanaman sehat
Bila pertanaman mengalami serangan hama mulai tidak ada sama
sekali sampai batas ambang ekonomi
b. Pertanaman dengan serangan/kerusakan ringan
Bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas ambang
ekonomi sampai di bawah kerusakan 25%
c. Pertanaman dengan serangan/kerusakan sedang
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 5
Bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan
25% sampai dibawah 50%
d. Pertanaman dengan serangan/kerusakan berat
Bila pertanaman mengalami serangan hama mulai batas kerusakan
50% sampai dibawah 85%
e. Pertanaman dengan serangan/kerusakan puso
Bila pertanaman mengalami kerusakan sama dengan atau lebih dari
85%
Seringkali untuk jenis hama-hama tertentu (misalnya wereng coklat)
batasan mengenai penilaian serangan/kerusakannya menggunakan cara penilaian
tersendiri yang berbeda dengan cara penilaian yang dikemukakan di atas.
Penentuan penilaian terhadap tingkat serangan maupun kerusakan tersebut
tidak akan dapat dilakukan tanpa diadakan pengamatan.
(Tim Dosen, 2011)
2. 5. Pengamatan dan Penilaian Serangan Penyakit
Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit tanaman
disebut intensitas penyakit. Berbeda pada hama tanaman gejala kerusakan
merupakan satu-satunya sarana yang dapat dipergunakan untuk menentukan
intensitas penyakit.
Pada kasus yang penyakit mengakibatkan matinya atau tidak
berproduksinya tanaman (misalnya damping off dan penyakit-penyakit viral) atau
rusaknya bagian komersial tanaman (misalnya buah, bunga, dan sebagainya)
penentuan intensitas penyakit sangat mudah karena hanya dinyakatan dalam
persen tanaman atau bagian tanaman yang sakit terhadap keseluruhan populasi
tanaman atau bagian tanaman yang diamati. Dengan perkataan lain tanaman yang
diamati hanya dinilai sebagai sakit atau sehat, tanpa memandang tingkat
kerusakannya.
Untuk kasus diluar tersebut diatas, pada tanaman atau bagian tanaman
yang diamati harus dilakukan penilaian tingkat kerusakan masing-masing tanaman
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 6
atau bagian tanaman dan intensitas penyakit atau fungsi dari tingkat kerusakan
tanaman atau bagian tanaman tersebut.
Intensitas penyakit lebih sulit ditentukan bila suatu penyakit menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ tanaman, misalnya daun, dan buah, akrena untuk
masing-masing organ tanaman diperlukan suatu standar penialian penyakit
tertentu.
(Tim Dosen, 2011)
2. 6. Bentuk-bentuk Penyebaran dan Ciri-cirinya
a. Penyebaran Acak
Pada bentuk penyebaran ini kedudukan suatu individu serangga
hama pada suatu titik di dalam ruang tidak dipengaruhi ataupun
mempengaruhi kedudukan individu serangga hama dalam satu titik di
dalam ruang, bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang
lain.
(Tim Dosen, 2011)
b. Penyebaran Teratur
Pada bentuk penyebaran teratur ini kepadatan populasi serangga
hama hamper merata. Oleh sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi
pada setiap unti sampe relative akan sama. Bentuk penyebaran populasi
demikian jarang dijumpai terdapat pada serangga yang mempunyai sifat
kanibal, sehingga satu individu terhadap individu yang lain kedudukannya
akan terpisah satu dengan yang lainnya.
(Tim Dosen, 2011)
c. Penyebaran Mengelompok
Bentuk penyebaran ini sekakan-akan merupaka kebaliak dari
bentuk penyebaran acak, dimana kedudukan suatu individu serangga hama
pada suatu titik di dalam ruangan akan dipengaruhi oleh ataupun
memepengaruhi kedudukan individu rengga hama lain yang ada pada titik
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 7
yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama
dalam satu titik di dalam ruang dan kedudukan individu serangga hama
yang lain akan saling berpengaruh.
(Tim Dosen, 2011)
2. 7. Teknik Pengambilan Contoh
a. Teknik Sampling secara Acak
Cara ini didasarkan oleh pmikiran bahwa untuk mendapatkan sampel
yang dapat mewakili kesuluruhan objek, pengambilannya dilakukan secara
acak. Artinya setiap anggota objek yang diiteliti mempunyai peluang atau
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Diharapkan
dengan diberikannya peluang yang sama tersebut maka sampel yang
diambil tidak terjadi bias, atau sifat memihak. Teknik sampling secara
acak ini dikenal ada beberapa cara, diantaranya adalah:
Sampling acak sederhana
Sampling acak berkelompok
Sampling acak sistematik
Sampling acak berlapis
Sampling acak bertingkat
(Tim Dosen, 2011)
b. Teknik Sampling Terpilih
Mungkin dalam melakukan pengamatan hama diperlukan cakupan
wilayah pengamatan yang cukup jelas, jadi sifat pengamatan ekstensif.
Dalam hal demikian jumlah sample yang diamati tentu relative
akansedikit. Lain halnya dengan sampling acak, dimana untuk ini
diperlukan adanya ulangan, yang berarti diperlukan sample yang relative
banyak.
Untuk memenuhinya pengamatan bersifat ekstensif, maka sampel
pengamatan yang jumlahnya hanya sedikit tersebut, haruslah betul-betul
dipilih yang dapat mewakili keadaan secara umum.Hal itu janya dapat
dilaksanakan apabila telah diketahui sifat-sifat atau kondisi objek
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 8
pengamatan. Atau mungkin ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa
yang terdapat pada kondisi yang terlihat secara umum tersebut.
(Tim Dosen, 2011)
2. 8. Bentuk Penafsiran Tingkat Populasi Hama
Bentuk penafsiran tingkat populasi hama dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Penafsiran Mutlak
Pada penafsiran populasi mutlak nilai dari populasi hama dinyatakan
dalam satuan (unit) luas tanah atau habitat dari hama. Ada beberapa
macam cara pengamatan untuk memperoleh data penafsiran populasi
mutlak. Diantaranya adalah dengan cara:
Mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu unit habitat
hama (tanah, tanaman atau bagian tanaman, udara, dan lain
sebagainya) dan melakukan perhitungan terhadap jumlah individu
hama yang didapatkan pada habitat tersebut.
Mengadakan penggoyangan/penyapuan terhadap tanaman atau
bagian tanaman dari suatu unit habitat hama-hama yang terjatuh
titampung pada sehelai kain atau kertas dengan luas tertentu atau
diamati langsung, kemudian dihitung jumlahnya.
Mengangkap hama yang ada pada suatu unit habitat hama
(tanaman atau bagaian tanaman) dengan menggunakan alat tertentu
misalanya aspirator, mesin penghisap, kemudian menghitung hasil
yang tertangkap pada setiap unit habitat hama.
Penangkapan individu bertanda. Cara penafsiran populasi ini
digunakan terhadap individu yang aktif bergerak, sehingga cepat
berbaur di dalam populasinya.
(Tim Dosen, 2011)
b. Penafsiran Populasi Relatif
Tujuan pengamatan relative ini adalah untuk mengetahui
perubahan populasi dari waktu ke waktu, atau perbedaan dari satu tempat
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 9
dengan tempat lain. Di situ nilai mutlaknya tidak perlu dipentingkan, tetapi
yang terutama ingin diketahui adalah perubahan atau perbedaannya,
sehingga hanya sifat relatifnya saja yang ingin diketahui.
Metode ini biasanya digunakan dalam pengamatan relative ini
adalah penggunaan jarring serangga atau penggunaan perangkap lampu,
perangkap feromon atau jenis-jenis perangkap lain.
(Tim Dosen, 2011)
c. Penafsiran Indeks Populasi
Dalam banyak hal seringkali tidak mudah mengadakan
pengamatan langsung terhadap individu serangga hama. Mungkin karena
hama bersembunyi pada sarangnya, atau berada pada tempat yang susah
dijangkau karena tempatnya yang tinggi, dan lain-lainnya.
Dengan mengamati jumlah sarang atau seringkali jumlah kotoran
dapat dilakukan penafsiran terhadap populasi.Bahkan dengan
memperhatikan dan mempelajari kotoran serangga, misalnya kotoran dari
ulat (larva Lepidoptera) sering dapat ditentukan fase tumbuhnya.
(Tim Dosen, 2011)
2. 9. Macam-macam Perangkap
Perangkap Kuning (Yellow Trap), yaitu perangkap yang berwarna kuning
sehingga dapat menarik serangga dan menjeratnya karena telah diolesi dengan
lem. Hama yang dapat diperangkap dengan hama ini antara lain Kutu loncat, trips,
kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan gelombang yang
dipancarkan benda yang berwarna kuning.
(Kardinan, 2004)
Jaring serangga meruapakan alat yang paling banyak dan umum diguakan
untuk koleksi serangga. Pada dasarnya ada tiga jenis jaring serangga yaitu: jaring
udara (aerial net), jaring ayun (sweep net), dan jaring air (aquatic net). Jaring
udara digunakan untuk menangkap serangga terbang seperti kupu-kupu, lalat,
belalang, lebah, dan capung. Jaring serangga mempunyai diameter 35 cm pada
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 10
bagian depan dan panjang jaring 50 cm. Tongkat tangkai jaring biasanya
sepanjang 100 cm. Jaring ayun untuk menangkap serangga pada daun-daunan atau
rerumputan.Bentuk jaring ayun adalah heksagonal.Agar serangga tidak keluar,
usahakan waktu mengambil seranga dari jaring membelakangi sinar
matahari.Jaring air harus lebih kuat untuk menahan kotoran dalam air, baik kawat
lingkar dan bahan jaringnya.
(Tim Dosen, 2011)
2. 10. Hama Penting Tanaman Cabai
a. Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani
cabai.Hama thrips tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi
serangan bukan hanya pada tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitas + 1
mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bias dilihat dengan
mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun dan berwarna
keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara
makan hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi
coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain sebagai
hama perusak juga sebagi carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa
virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalaikan hama thrips,
tidak hanya memberantas serangan hama namun juga bias mencegah
penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.
Thrips sp
b. Tungau (Mite)
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 11
Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang
tanaman cabai.Tungau bersifat parasite yang merusak daun, batang
maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan bentuk.
Pada tanaman cabai tungai menghisap cairan daun sehingga warna daun
terutama pada bagian bawah menjadi berearna kuning kemerahan, daun
akan menggulung kebawah dan akibatnya pucuk mongering yang akhirnya
menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangan kecil dengan
panjang 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya
thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.
c. Kutu (Myzuspersicae)
Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai.
Serangan hamper sama dengan tungau namuk akibat cairan dari daun yang
dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-
belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan, tidak seperti mite,
kutu ini memiliki kemampuan berkembang biakdengan cepat karena selain
dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu
berletur tanpa pembuahan.
Aphid sp
d. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman
cabai. Buah cabai yang menunggu oanen bias menjadi santapannya dalam
sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 12
meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah
cabai dari dalam.
(Bactrocera dorsalis)
e. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk hewan yang sangat
rakus.Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bias rusak.
Ulat setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngenat akan memakan daun-
daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan
metamorfosisnya.
(Spodoptera litura)
(Pakki, 2005)
2. 11. Penyakit Penting Tanaman Cabai
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 13
a. Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga dengan istilah “pathek” adalah penyakit
yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani cabai.Buah yang
menunggu panen dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh
penyakit ini.Gejala awal dari serangan penyakit ini adlah bercak yang agak
mengkilap. Sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah menjadi coklat
kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim
hujan.Penyebab penyakit ini adalah jamur Carnifora capsici.
b. Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum.Gejalanya
tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu dalam waktu tidak sampai 3 hari
tanaman mati.Bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa
tanaman, pengairan, nematode atau alat-alat pertanian.
c. Virus Kuning
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia
tabaci).Telur diletakkan dibawah daun, fase telur hanya 7 hari.Nimpa
bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup hidup 2-6
hari.Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan
sampai kekuning-kungingan pupa terdapat dibawah permukaan dauan,
lama hidup 6 hari.Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan
mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama
hidup 20-38 hari.Tanaman yang terserang penyakit virus kuning
menimbulkan gejala daun mengkeriting dan ukuran lebih kecil.
(Pakki, 2005)
2. 12. Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Hama
Ada dua factor yang mempengaruhi penyebaran hama, yaitu factor dalam
dan factor luar. Yaitu:
a. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti
organ tubuh dan keadaan fisiologisnya.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 14
b. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang
mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik
dan makanan.
Kedua kelompok tersebut bekerjasama membentuk corak lingkungan
hidup yang berbeda yang bersifat menekan atau merangsang perkembangan OPT.
kelompok factor luar dapat dibedakan lagi menjadi factor fisik, biotic dan factor
makanan.
Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu
daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi
penyebaran OPT. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi yang menyebabkan
terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak langsung menimbulkan
perbedaan tumbuhan yang tumbuh.
(Pusat Data Pertanian, 2001)
Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan
berperan dalam keseimbangan populasi OPT. Termasuk dalam faktor biotik
adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman.Faktor makanan adalah
unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. tersedianya inang(tanaman
dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan factor pembatas dalam
menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas OPT.
Faktor cuaca mempunyai peranan penting dalam siklus kehidupan
serangga. Dalam batas yang luas, cuaca mempengaruhi penyebarannya,
kelimpahanya, dan sebagai salah satu faktor utama penyebab timbulnya serangan
hama.
Kelimpahan serangga berhubungan erat dengan perbandingan
antara kelahiran dan kematian pada suatu waktu tertentu. Kelahiran dipengaruhi
antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya. Kematian terutama
dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami.Kepadatan dapat mengakibatkan
emigrasi yang dapat berarti sebagai kurangnya individu di suatu lokasi yang
dianggap suatu kematian. Cuaca berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 15
dan kematian, secara tidak langsung cuaca mempengaruhi hama melalui
pengaruhnya terhadap kelimpahan organisme lain termasuk musuh alaminya..
Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas
serangga anatara lain fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologis lainnya baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor cuaca dapat dipisahkan menjadi unsur-
unsur cuaca: suhu, kelembaban, cahaya dan pergerakan udara/angin.
(Chemblink, 2008)
2. 13. Faktor yang Mempengaruhi Epidomologi Tumbuhan
Faktor suhu, kelembaban dan kebasahan daun merupakan faktor yang
sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan patogen dan penyakit
tanaman.Suhu mempunyai peranan penting dalam perkembangan penyakit
tanaman pada umumnya.
(Departemen Pertanian. 2002)
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 16
BAB III
METODOLOGI
3. 1. Tempat dan Waktu Pengamatan
a. Tempat
Lokasi dilakukannya pengamatan pengamatan adalah di Lahan
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang terletak di Desa
Ngijo Karangploso, karena di lahan tersebut sedang ditanam tanaman
cabai yang ingin diamati untuk melakukan praktikum Peramalan Hama
dan Epidomologi Penyakit.
b. Waktu
Waktu peletakan spore trap, pit fall, dan yellow trap pada Rabu, 16
November 2011. Tepatnya pada pukul 08.00 WIB.Lalu pengambilan spore
trap, pit fall, dan yellow trap adalah hari Kamis, 17 November 2011 pada
pukul 16.00 WIB. Pada saat peletakan dan pengambilan trap harus
berselang 1 hari.
3. 2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Object glass : Sebagai media spora
2. Double tape : Untuk menempelkan object glass pada
tanaman
3. Petri Dish : Untuk menaruh object glass
4. Label : Untuk menamai masing-masing petri dish
5. Gelas plastic : Wadah air sabun
6. Kayu : Untuk mengaduk dan menggali
7. Botol plastic : Untuk menempelkan yellow trap
8. Kertas Yellow Trap : Sebagai perangkap hama
9. Mikroskop : Untuk mengamati spora
10. Kamera : Untuk mendokumentasikan
11. Buku KDS : Untuk mengidentifikasi serangga
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 17
b. Bahan
1. Minyak Twin : Untuk menarik spora
2. Tanaman Cabai : Untuk ditempelakm object glass
3. Detergen bubuk : Untuk menarik serangga
4. Air : Untuk melarutkan detergen
3. 3. Cara Kerja
a. Spore Trap
Oleskan minyak twin pada object glass
Pasang double tape oada belakang object glass
Tempel pada tanaman cabai di 3 tempat. Atas: daun atas. Tengah: daun dan batang.
Bawah: batang cabai
Setelah 1 hari ambil dan masukan kedalam petri dish dan dilabeli
Amati dengan mikroskop dan dokumentasikan
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 18
b. Pit Fall
Larutkan ¼ gelas detergen bubuk dengan air ½ gelas saja
Aduk hingga merata
Gali 10 lubang pada titik yang telah ditentukan dengan kayu
Masukan gelas hingga sejajajr dengan permukaan tanah
Setelah sehari ambil pitfall lalu amati dan identifikasi
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 19
c. Yellow Trap
3. 4. Fungsi Perlakuan
a. Spore Trap
Spore trap digunakan untuk menangkap OPT berjenis spora. Cocok
digunakan untuk mengamati penyakit pada tanaman. Caranya adalah
dengan mengoleskan minyak twin pada object glass untuk menempelnya
spora pada object glass.Pasang double tape pada belakang object glass
untuk ditempelkan pada tanaman.Tempel pada tanaman cabai di 3 tempat.
Atas: daun atas. Tengah: daun dan batang. Bawah: batang cabai sebagai
bahan perbandingan. Setelah 1 hari memasang spore trap masukan spore
trap ke dalam petri dish agar tidak terkena spora yang lain. Lalu di beri
label dari mana spore trap tersebut diambil agar tidak tertukar. Setelah itu
amati di mikroskop dan catat jumlah dan dokumentasikan hasilnya.
b. Pit Fall
Pit fall digunakan untuk memperangkap serangga yang melata,
berjalan di darat dan meloncat. Caranya dengan melarutkan ¼ gelas
detergen bubuk dengan air ½ gelas saja karena musim hujan untuk
menghindari peluapan permukaan air keluar gelas dan agar konsentrasinya
1.
•Tempelkan yellow trap bagian sisi putihnya pada botol plastic dengan double tape
2.
•Sangga menggunakan kayu tidak boleh lebih tinggi dari komoditas di titik yang telah ditentukan
3. •Setelah 1 hari ambil Yellow trap
4. • Identifikasi dan kalkulasi jumlah serangga yang ada
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 20
tinggi.Aduk hingga merata agar tercampur sempurna.Gali 10 lubang pada
titik yang telah ditentukan dengan kayu untuk indicator pembeda.Masukan
gelas hingga sejajajr dengan permukaan tanah agar serangga benar-benar
terperangkap.Setelah 1 hari pitfall dikumpulkan lalu cuci bersih
seranggnya.Identifikasi dengan KDS di lab untuk mengetahui ordonya.
c. Yellow Trap
Yellow trap cocok digunakan untuk memperangkap serangga yang
terbang. Caranya dengan menempelkan yellow trap bagian sisi putihnya
pada botol plastic dengan double tape agar lebih melekat pada
botol.Sangga menggunakan kayu tidak boleh lebih tinggi dari komoditas
di titik yang telah ditentukan karena sesuai dengan standar perangkapn
yellow trap.Setelah 1 hari yellow trap diambil.Identifikasi dengan KDS di
lab untuk mengetahui ordonya.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Penangkapan Spora
a. Jumlah Spora
1. Bagian Atas (Pada Daun Atas) = 1
2. Bagian Tengah (Pada Batang dan Daun) = 1
3. Bagian Bawah (Pada Batang) = 0
b. Gambar
Gambar spora yang dibagian tengah (Pada batang dan daun)
c. Analisa hasil pengamatan
1. Bagian Atas (Pada Daun Atas)
Terdapat spora berwarna hijau tua berbentuk seperti
semburan, cahaya matahari dengan titik ditengah dengan warna
yang lebih gelap. Hanya ditemukan 1 pada perbesaran 10x.
2. Bagian Tengah (Pada Batang dan Daun)
Terdapat spora berwarna hijau muda, transparan, ditemukan
pada perbesaran 10x. memiliki titik tengah dan seburan
disekitarnya. Ujungnya seperti panah.
3. Bagian Bawah (Pada Batang)
Tidak adanya spora yang ditemukan menempel pada object
glass yang ditempel di batang tanaman cabai.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 22
Dari hasil pengamatan hanya terdapat 2 spora yang berada pada
bagian atas dan tengah tanaman.Karena pengamatan dilakukan pada bulan
November yang termasuk dalam musim penghujan jadi jumlah spora yang
ada juga termasuk dalam banyak.Spora yang didapat ada 2 jenis, namun
sulit untuk diidentifikasi jenis sporanya karena tidak adanya buku
mengenai identifikasi spora di lab.Warna kedua spora sama-sama
berwarna hijau namun memiliki gradasi warna yang berbeda dan bentuk
yang berbeda pula.
Pada bagian bawah tanaman cabai tidak ditemukan spora yang
menempel pada spore trap, hal ini menandakan spora hanya menempel
pada bagian atas tanaman dan tengah tanaman saja.Intinya pada musim
penghujan tanaman rentan terserang penyakit dibagian atas tanaman dan
tengah tanaman.
4. 2. Pit Fall
a. Hama
Jangkrik : 4
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
(Anonymous, 2011)
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 23
Kumbang Daun (Chrysomelidae) : 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Chrysomelidae
(Anonymous a, 2011)
b. Musuh Alami
Laba-laba : 16
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Arachnida
Ordo : Araida
(Anonymous b, 2011)
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 24
Semut : 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
(Anonymous c, 2011)
Kumbang Lepuh (Meloidae) : 12
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Meloidae
(Anonymous d, 2011)
Kumbang (Phalacridae) : 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 25
Class : Insecta
Ordo : Phalacridae
(Anonymous e, 2011)
c. Analisa hasil pengamatan
Berdasarkan total organisme yang masuk kedalam perangakap pit
fall ada 35 organisme. Terdiri dari 4 jangkrik, 1 Kumbang Daun
(Chrysomelidae), 16 laba-laba, 1 semut, 12 kumbang lepuh (Meloidae),
dan 1 Kumbang (Phalacridae).
Jangkrik dan kumbang daun termasuk dalam hama karena jangkrik
memakan daun dan kumbang daun juga memakan daun juga. Total hama
yang terperangkap di pit fall ada 5 serangga.
Laba-laba, semut, kumbang lepuh, dan kumbang termasuk dalam
musuh alami karena laba-laba memangsa serangga yang lebih kecil dari
ukuran laba-labanya sendiri. Semut juga memangsa serangga yang lebih
kecil dari ukurannya jadi bisa disebut dengan predator. Kumbang lepuh
memangsa telur-telur dari hama. Begitu pula dengan kumbang. Total
musuh alami yang masuk ke dalam pit fall ada 30 organisme.
Dilihat dari keadaan ini maka lebih banyak musuh alami hingga 6
kali lipat sehingga hama masih dapat dikendalikan dengan cara alami, jadi
tidak perlu dikendalikan dengan pestisida.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 26
4. 3. Yellow Trap
a. Hama
Lalat Hijau (Callephoridae) : 2
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Callephordae
(Anonymous, 2011)
Lebah (Mydidae) : 2
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Mydidae
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 27
(Anonymous c, 2011)
b. Musuh Alami
Lalat (Simuliidae) : 5
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Simulidae
(Anonymous a, 2011)
c. Serangga Lain
Nyamuk : 15
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
(Anonymous d, 2011)
Hewan Malam : 68
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 28
d. Analisa hasil pengamatan
Jumlah total organisme yang menempel atau terperangkap pada
yellow trap ada 92 organisme. Terdiri dari 2 Lalat Hijau (Callephoridae), 2
Lebah (Mydidae), 5 Lalat (Simuliidae), 15 nyamuk, 68 hewan malam.
Lalat Hijau (Callephoridae) dan Lebah (Mydidae) masuk kedalam
hama karena lalat menyerang buah dan dapat membusukkan buah
sedangkan lebah ini masuk kedalam hama juga karena lebah ini memangsa
buah juga. Jadi jumlah hama yang terperangkap pada yellow trap ada 4.
Lalat (Simuliidae) termasuk dalam musuh alami karena memangsa
telur hama. Musuh alami yang terperangkap pada yellow trap hanya lalat
(Simuliidae) yang berjumlah 5.
Nyamuk dan hewan malam termasuk serangga lain, karena tidak
bersifat hama dan tidak bersifat predator maupun parasitoid. Total
serangga lain yang terperangkap pada yellow trap ada 83 organisme.
Apabila dilihat dari perbandingan antara hama dan musuh alami
sangat kecil namum masih lebih mendominasi musuh alaminya, sehingga
hama masih dapat dikendalikan secara alami. Pada titik ini tidak perlu
menggunakan pestisida sebagai pengendalian hama.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 29
BAB V
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
a. Spora yang tertangkap di spore trap pada tanaman cabai ini masih dalam
batasn wajar hanya 2 spora saja.
b. Tabel Organisme yang Terperangkap di pit fall
No Ordo Arthropoda ∑ Hama Predator
1. Orthoptera 4 ☺
2. Chrysomelidae 1 ☺
3. Araida 16 ☺
4. Hymenoptera 1 ☺
5. Meloidae 12 ☺
6. Phalacridae 1 ☺
c. Tabel Organisme yang Terperangkap di yellow trap
No Ordo Arthropoda ∑ Hama Predator
1. Simuliidae 4 ☺
2. Culieidae 1 ☺
3. Callephoridae 16 ☺
4. Mydidae 1 ☺
5. Hewan malam 12 Hewan lain Hewan lain
5. 2. Saran
Untuk format laporannya sebaiknya berat di bab pembahasan saja,
sehingga laporan tidak bertele-tele di tijauan pustaka.
Untuk asisten sebaiknya lebih ontime, sehingga praktikan lebih semangat
mengikuti praktikum.
Laporan Peramalan Hama dan Epidomologi Penyakit 30
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tnaman Pangan.
Jakarta. 46 p. Diakses pada tanggal 12 Desember 2011.
Anonymous a, 2011. http://www.blogiztic.net/info/tanaman/hama-dan-penyakit-
pada-tanaman-cabai.html. Diakses pada 13 Desember 2011
Anonymous, b. 2011. http://www.google.co.id/gambar/lalat buah. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2011.
Anonymous, c. 2011. http://www.google.co.id/gambar/nyamuk. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2011.
Anonymous, d. 2011. http://www.google.co.id/gambar/semut. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2011.
Anonymous, e. 2011. http://www.google.co.id/gambar/laba-laba. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2011.
Chemblink, 2008. Hexaconazole. Diakses dari http://www.chemblink.com/
products/ 79983-71-4.htm. Diakses 10 Des.2011
Departemen Pertanian. 2002. Luas Tanam, Produksi Dan Produktivitas Jagung.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius,
Yogyakarta.
Kardinan, Agus. 2004. Pestisida Nabati Ramuan Dan Aplikasi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Pakki, Syahrir., 2005. Epidemiologi Dan Pengendalian Penyakit Bercak Daun
(Helminthosporium sp.) Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Maros.
Pusat Data Pertanian, 2001. Data Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Pusat Data Pertanian, Jakarta.