1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup dimana tumbuhan ini
mempunyai jenis dan kegunaan masing-masing walaupun ada tumbuhan yang
merugikan. Tumbuhan mempunyai arti penting bagi manusia, selain
mencegah terjadinya erosi tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan pangan
bagi manusia dan tumbuhan ( Vansteenis, 1992 ).
Bangsa Indonesia telah berabad-abad mengenal guna dari tumbuh-
tumbuhan sebagai penghasil obat-obatan. Namun dalam perkembangannya
banyak teknik pengobatan kuno yang hilang atau terlupakan. Oleh karena itu,
jenis-jenis tumbuhan obat dan penggunaannya harus dilestarikan oleh
generasi penerusnya ( Setiawan, 1999 ).
Penggunaan tumbuhan obat tidak sesederhana yang dipikirkan orang
selama ini. Semuanya harus dipelajari dan memerlukan pengalaman sendiri.
Salah mengenali tumbuhan obat yang dimaksud juga tidak akan
menyembuhkan penyakit. Apalagi, salah menggabungkan beberapa tumbuhan
obat yang khasiatnya berlawanan (Vansteenis, 1992).
Secara umum, kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh
kandungan kimia yang dimilikinya. Namun, tidak seluruh kandungan kimia
diketahui secara lengkap. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi
pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari
kegunaan tumbuhan obat ( Gunawan, 2005 ).
1
2
Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alam, baik hewan
tumbuhan maupun mineral telah dikenal sejak lama dan berkembang pesat di
seluruh dunia. Misalnya ayurveda di India, TMC (traditional medical
Chinese) di cina, dan jamu di Indonesia. Keseluruham metode di Negara
berbeda ini menggunakan bahan alam terutama tumbuhan sebagai bahan
pengobatannya ( Gunawan, 2005 ).
Secara geografis negara Indonesia merupakan suatu negara yang
memiliki kekayaan alam yang melimpah. Baik kekayaan flora maupun fauna.
Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Mereka mulai
mengadakan penyelidikan untuk mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang
mengandung khasiat obat sehingga dapat menjadi suatu obat yang dapat
bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik berupa jenis tanaman maupun
hewan ( Setiawan, 1999 ).
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai
dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam
jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi
positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya. Upaya pencarian
tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa
baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian
tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara empiris, etbotani,
dan etnofarmakologi. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian
dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai
3
bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmako
(Rusli, 2001 ).
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik
didalam maupun diluar negeri berkembang pesat. Penelitian yang
berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya penelitian
dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh
sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris. Hasil penelitian
tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat yang akan khasiat maupun
kegunaannya ( Ditjen POM, 1989 ).
Adanya berbagai macam pengobatan yang modern dalam
perkembangan dunia kedokteran dan farmasi telah menciptakan bahan-bahan
obat yang diproduksi kadangkala menimbulkan efek samping yang berbahaya,
sehingga masyarakat saat ini mulai memilih alternative baru yaitu dengan
back to natural atau kembali ke bahan-bahan alam yang memiliki khasiat obat
tanpa menimbulkan efek samping yang besar ( Setiawan, 1999 ).
Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat, baik di dalam maupun
di luar negeri berkembang pesat. penelitian yang berkembang terutama pada
segi farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat
yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji
secara empiris. hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para
pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun penggunannya. Terlebih lagi,
uji toksikologi juga telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk
mengetahui keamanan tumbuhan obat yang sering digunakan untuk
4
pemakaian jangka panjang maupun pemakaian insidentil. Para pengobat
tradisonal pun telah banyak mengetahui tumbuhan obat yang beracun.
Namun, mereka tetap menggunakannya karena mengetahui cara
pengolahannya ( Gunawan, 2005 )
Kangkung (Ipomoea aquatica), juga dikenal sebagai Ipomoea
reptans. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan
di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar.
Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang
dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah manfaat dari tanaman Kangkung Air (Ipomea aquatica) ?
2. Bagaimana morfologi dan anatomi tanaman Kangkung Air ( Ipomea
aquatica ) serta bagaimana cara identifikasi kandungan kimia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh data farmakognostik yang meliputi anatomi,
morfologi dan organoleptik serta identifikasi kandungan kimia pada tanaman
Kangkung Air (Ipomea aquatica).
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui teknik atau metode pemeriksaan farmakognostik
meliputi anatomi, morfologi dan organoleptik serta identifikasi kandungan
kimia pada tanaman Kangkung Air (Ipomea aquatica)
5
I.5 Konstribusi Penelitian bagi IPTEK
Dengan melakukan penelitian mengenai tumbuhan Kangkung Air
(Ipomea aquatica), diharapkan masyarakat mengetahui manfaat dari
tumbuhan Kangkung Air dan dengan berkembangnya IPTEK diharapkan
semakin banyak manfaat dari tumbuhan Kangkung Air yang didapat
menyembuhkan beberapa penyakit.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman
2.1.1. Sistematika Tanaman (http://www.plantamor.com)
Klasifikasi tanaman Kangkung Air( Ipomea aqutica)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Familia : Convolvulalaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea aquatica
2.1.2 Nama Daerah Tanaman
Makassar : Lare wae
Buton : Kangko owe
2.1.3 Morfologi Tanaman (http://www.plantamor.com)
Kangkug air merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh
lebih dari satu tahun. Tanaman kangkug air memiliki sistem perakaran
tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat
menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar
secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih.
6
7
Batang kangkug air bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar
akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama
batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkug air memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku
batang. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan
daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian
bawah berwarna hijau muda.
2.1.4 Anatomi Tanaman ( Gembong, 2003 )
1. Batang
a) Jaringan Epidermis
Terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang, berbentuk
persegi, dan dinding selnya dilapisi kutikula. Terdapat stomata
di antara sel-sel epidermisnya. Derivat epidermis pada batang
terdiri dari stomata.
b) Jaringan Korteks
Terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
Jaringan kolenkim terdapat pada bagian tepi korteks (perifer)
dan berbentuk seperti silinder utuh. Jaringan parenkim terdapat
pada bagian tepi dekat permukaan batang dan mengandung
kloroplas.
8
c) Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut terdiri atas xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut zat hara dan air dari dalam tanah menuju
ke daun. Sedang floem mengangkut hasil asimilasi dari daun ke
seluruh tubuh. Tipe jaringan pengangkut pada Kangkung air
sadalah tipe berkas pengangkut bikolateral. Berkas
pengangkutnya mempunyai floem kuar dan floem dalam
dengan xilem terletak di antaranya.
d) Stele
Stele dengan jaringan pengangkut bikolateral mempunyai
jendela daun dan jaringan interfasikuler tidak dapat dibedakan
satu sama lain.
2. Daun
a) Jaringan Epidermis
Terdiri dari selapis sel yang berbentuk segi empat memanjang
dengan dinding sel tebal bernokhta, kutikula tebal bergaris.
Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel serupa dengan
epidermis atas namun ukurannya lebih kecil, kutikula tebal dan
stomata banyak.
b) Jaringan Mesofil
Mesofil mengalami diferensiasi menjadi :
9
1) Jaringan palisade
Berbentuk silindris memanjang pada sumbu transversal
daun dan mengandung banyak kloroplas. Tersusun dalam
ikatan yang padat menjadi 1 lapis atau lebih.
2) Jaringan Pengangkut
Mengandung xilem dan floem yang fungsinya sama dengan
yang di batang. Berkas floemnya di bagian adaksial dan
berkas xilem di bagian abaksial. Selain itu juga terdapat
tulang daun yang menguatkan daun serta sebagai jalan
transport air dan zat hara yang terlarut di dalamnya pada
arus transpirasi dan pada proses translokasi hasil
fotosintesis ke bagian tubuh lain.
3. Akar
Akar terdiri dari jaringan-jaringan berikut:
a) Jaringan Epidermis
Bulu akar merupakan tonjolan dari epidermis tunggal untuk
mnyerap dan menunjang tumbuhan.
b) Jaringan Korteks
Tersusun atas jaringan parenkim berisi tepung dan sel
idioblas.
c) Eksodermis
Terdiri dari selapis sel, sel panjang,
10
d) Endodermis
Terdiri dari selapis sel yang struktur anatomi dan fungsi
fisiologinya berbeda dengan jaringan di sebelah luar dan
dalamnya. Sel endodermis mengalami penebalan selulosa
dan lignin. Sel yang tidak mngalami penebalan disebut sel
peresap yang terletak di depan protoxilem.
e) Jaringan Pengangkut
Terdiri dari xilem dan floem dan unsur bukan pengangkut.
Empulurnya terletak di pusat silinder akar dan bersifat
seperti parenkim. Xilem akar merupakan bangunan teras di
tengah dengan tonjolan serupa jari-jari ke arah luar dan di
antaranya terdapat floem.
2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman (http://www.plantamor.com)
Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman
Kangkung Air diantaranya vitamin A, B1, dan C, juga mengandung
protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol.
2.1.6 Kegunaan Tanaman (http://www.plantamor.com)
Bagian tanaman kangkung air yang paling penting adalah batang
muda dan pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Sifat tanaman ini
masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis
tanaman ini sebagai anti racun (anti toksin), anti radang, peluruh
11
kencing (diuretik), menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif
(obat tidur). Kangkung juga bersifat menyejukkan dan menenangkan.
Selain itu juga kangkung air dapat mengurangi haid, mimisan, sakit
kepala, ambeien, insomia, sakit gigi, ketombe, sembelit, gusi bengkak,
kapalan, kulit gatal, digit lipan.
2.1.7 Bioaktifitas Tanaman
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47230)
Seluruh bagian tumbuhan kangkung air berkembang biak dengan
sendirinya. Tanaman ini menarik untuk diteliti komponen bioaktif dan
aktivitas antioksidan alami yang terkandung di dalamnya. Kangkung
air diduga memiliki senyawa fitokimia atau komponen bioaktif dan
antioksidan alami yang berguna bagi tubuh. Antioksidan alami
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, mengingat
antioksidan sintetik yang juga berguna dalam meredam radikal bebas
dikhawatirkan memberi efek samping berbahaya bagi kesehatan
manusia. Sebagian besar komponen bioaktif pada kangkung air pada
pelarut semi polar (etil asetat), tetapi aktivitas antioksidan tertinggi
dihasilkan pada ekstrak metanol yang memiliki total rendemen ekstrak
kedua setelah ekstrak etil asetat, yaitu IC50 sebesar 290,95 ppm pada
bagian daun.
12
2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognosi
2.2.1 Pengertian dan sejarah Farmakognosi ( Gembong, 2003 )
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan,
hewan, atau mineral yang berkhasiat obat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern semakin
pesat dan canggih di zaman sekarang ini ternyata tidak mampu
menggeser dan mengesampingkan begitu saja peranan obat-obatan
tradisional, tetapi hidup berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini
terbukti dengan adanya minat masyarakat untuk dapat memanfaatkan
kembali kekayaan alam yaitu tumbuh-tumbuhan sebagai ramuan obat
seperti yang telah dilakukan nenek moyang kita pada zaman lampau.
Pada awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-jampi suku
voodoo yang tanpa disadari telah ikut menyelamatkan resep-resep
rahasia tidak tertulis dari dukun dan leluhur. Keberadaan farmakognosi
dimulai sejak pertama kali manusia mulai mengenal penyakit seperti
menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan
penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit serta semua
yang berhubungan dengan makanan dan minuman kesehatan.
Istilah farmakognosi pertamakali dicetuskan oleh C. A Segdler
(1815) seorang peneliti kedokteran di Haalte Jerman, dalam
disertasinya berjudul Analecta Pharmacognostica. Farmakognosi berasl
dari bahasa yunani yaitu pharmchon yang artinya “obat” yaitu obat
13
alam dan gnosis yang artinya pengetahuan. Jadi farmkognosi adala
pengetahuan tentang obat-obatan alamiah.
Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni dan
pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan,
mikroorganisme, dan mineral. Pada awalnya masyarakat awam tidak
mengenal istilah “Farmakognosi”. Oleh karena itu mereka tidak bisa
mengaitkan farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan
dengan kesehatan. Padahal farmakognosi sebenarnya menjadi mata
pelajaran yang spesifik dibidang kesehatan dan farmasi.
2.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognosi
2.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman ( Gembong, 2003)
Herbarium adalah pengawetan dan penyimpanan
tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara
kering dan cara basah, sesuai dengan namanya erbarium kering
disimpan dalan keadaan kering dan herbarium basah disimpan
dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil
akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita
masukkan kedalam lipatan kotan kemudian tumbuhan diatur
sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak pada baian
tumbuhan, daun diatur agar terlihat permukaan daun atas dan
bawah kemudian dipress herbarium diatas kertas Koran dengan
kemudian dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan
14
dalam oven listrik pada suhu 60-70 o C sampai materi kering
dan siap untuk ditempel pada karton herbtium.
Herbarium basah umumnya jenis Bryophyta dan larutan
yang Anatomi tanaman digunakan adalah alcohol 70%m,
formalin 4% atau FAA (Formalin, Alkohol 70% dan Asetat
perbandingan 50:500:900ml).
2.2.2.2 Morfologi Tanaman ( Gembong, 2003 )
Makroskopik, kecuali dinyatakan lain memuat uraian
makroskopik paparan mengenai bentuk ukuran, warna dan
bidang patahan/irisan. Pemeriksaan mengenai bentuk fisik atau
bentuk luar dari tanaman atau simplisia, yang menyangkut
bentuk daun, batang, akar, buah, dan biji.
2.2.2.3 Anatomi Tanaman (Hidayat : 1995)
Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu
yang merangkum uraian organ, susunan, bagian atau fungsi dari
organ tumbuhan itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari
unsure-unsur anatomi serta fragmen pengenal jaringan serbuk
yang khas guna mengetahui jenis-jenis simplisia yang diuji
berupa sayatan melintang, membujur atau serbuk dari tanaman.
2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman (Hembing,1992 )
2.4.1. Lignin
Adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui
kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada
15
tanaman. Lingnin itu sendiri umum terdapat pada
tanaman yang secara morfologi terliohat jelas memiliki
batang keras (berkayu), biasanya terdapat pada bangsa
dikotil, senyawa ini dapat diidentifikasi dengan
penambahan flouroglusin P dan HCl P, yang
menimbulkan warna merah pada dinding sel.
2.4.2. Pati & Aleuron
Merupakan polisakarida yang melimpah setelah
selulosa, berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar
20% dari pati adalah amilosa (larut) dan 80 %
amilopektin . Pati dan aleuron banyak terdapat pada
padi-padian, kentang dan jagung.
2.4.3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
Suberin merupakan senyawa pelindung pada tanaman.
Metabolit primernya adalah senyawa dekarboksilat
yang banyak dijumpai pada akar sebagai pelindung
pada pita kasparin. Sedangkan kutin adalah rantai
panjang dari asam lemak yang saling membentuk ester
berstruktur 3 dimensi yang kaku.
Minyak menguap adalah substansi yang menimbulkan
bau khas dan dapat menguap pada temperatur biasa.
Minyak lemak adalah sekelompok besar dari senyawa
16
minyak alam yang tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik.
2.4.4. Lendir dan peptin
Lendir pada umumnya berguna sebagai pengencer
dahak eksfektoran dan umum terdapat pada kembang
cepat ( Hibiscus rosa sinensis ). Pektin sendiri terdapat
dalam buah-buahan yang belum masak betul. Zat ini
dapat dijadikan selei dengan penambahan gula.
2.4.5. Selulosa
Merupakan glukosa yang banyak terdapat dalam
tumbuhan. Zat ini merupakan konstituen pokok pada
tiap dinding sel.
2.4.6. Zat samak/tannin
Zat ini merupakan suatu senyawa glukosida yang
majemuk. Zat ini banyak terdapat pada kulit bakau,
trengguli, juga pinang dan gambir.
2.4.7. Turunan katekol
Zat ini merupakan turunan hasil hidrolisa asam gallant
dengan garam ferri yang berwarna hijau.
2.4.8. Dioksiantrakinon bebas
Senyawa-senyawa ini banyak terdapat dalam bentuk
bebas dan berbeda-beda, serta derajat oksidasi yang
berbeda pula, seperti antron, oksantron, dan autranol.
17
2.4.9. Fenol
Merupakan senyawa pelindung dalam tanaman, dan
juga adalah metabolit sekunder yang dapat disintesis
dalam jalur sikinat. Senyawa ini dapat ,mempengaruhi
tanaman dengan menghambat pertumbuhannya.
2.4.10. Saponin
Merupakan segolongan senyawa glikosida yang
berstruktur seperti asteroid dan memiliki sifat-sifat khas
yang dapat membentuk koloidal dan membuih bila
dikocok serta dapat mengoksidasi butir-butir darah
merah
2.4.11. Steroid
Steroid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai
dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak
tersabunkan, karena tidak dapat terhidrolisis dalam
media basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan
lipid kompleks.
2.4.12. Alkaloid
Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure
nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada
golongan tanaman leguminosae, rubiaceae,
ladoceae,dan liliaceae.
18
2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi ( Hembing, 1992 )
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan :
1. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa
bahan/simplisia.
2. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik
paparan mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang
patahan/irisan
3. Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis,
penampang melintang simplisia, fragmen pengenal
serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
a) Jaringan pada batang, akar, dan rimpang, terdiri dari:
1) Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis,
caspari, perisikel, silinder pusat dan empelur).
2) Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan
ritidom).
3) Perubahan susunan silinder pusat atau
pertumbuhan sekunder.
b) Jaringan pada daun, terdiri dari :
1) Tipe stomata.
2) Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut
kelenjar).
c) jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :
1) tipe idioblas,
19
2) tipe sel sklerenkim.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
standarisasi obat fitokimia Indonesia adalah budidaya karena
mempunyai kolerasi dengan kandungan zat berkhasiat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia dari
alang-alang.
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia ( Anonim, 2009 )
2.3.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III
adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan.
2.3.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi
yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari
selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari
tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat
kimia murni.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
20
3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu
benda organic asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau
keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini :
a. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian
tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian
sedemikian nilai batasnya disebut monografi.
b. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan,
kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda
asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari
tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau
kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak
boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya
zat pengotor lainnya; pada perhitungan penetapan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut dalam
air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang
belum ditetapkan susut pengeringannya.
Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat
yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan,
kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150o hingga bobot tetap.
21
Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka
dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar diperpoleh
simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetaokan oleh
Depkes RI dalam buku resmi seperti materi medika Indonesia,
Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope Indonesia. Pemeriksaan
mutu simplisia, terdiri dari pemeriksaan
2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh
simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang
dikehendaki.
1. Pengumpulan bahan/panen
a. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan
tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan
dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus
memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh
tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya
dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya. Kalau
menggunakan alat, harus disesuaikan dengan kandungan
kimianya agar tidak merusak zat aktif yang dikandungnya,
misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam
22
untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan
glikosa.
b. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan
oleh waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang
diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga
diperlukan satu waktu pengumpulan yang tepat yaitu pada
saat kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal
tanaman yang diambil harus sehat, tidak berpenyakit atau
terjangkit jamur, bakteri dan virus karena dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan zat aktif dan terganggunya proses
metabolisme serta terbentuknya produk metabolit yang tidak
diharapkan.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa
belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk
tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang
berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis
sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu
dipetik sebelum buah masak.
23
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis
(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya
berhenti.
c. Bagian Tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/bagian tanaman
adalah:
1. Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya
dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan
kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak
atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang
bukan terbuat dari logam.
2. Batang (caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya
dan potong-potong kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu
persatu secara manual.
24
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
Pengambilan sebaiknya pada musim kering dan bagian
atas tanaman mengering (layu).
8. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,
dipetik dengan tangan
9. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
25
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk
membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah,
batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang
tidak dikehendaki. Pencucian terutama dilakukan bagi simplisia
utamanya bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar,
rimpang, bulbus), untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa
tanah yang melekat.
3. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari
kotoran atau benda asing, materi/sampel dijemur dulu +- 1 hari
kemudian dipotong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06
cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis simplisia).
Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh
simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). Semakin tipis
perajangan maka semakin cepat proses pengeringan kecuali
tanaman yang mengandung minyak menguap perajangan tidak
boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur.
26
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman
adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan
dapat digunakan dalam jangka yang relative lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya
pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya
proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah
mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar
air yang dainjurkan adalah kurang dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.
Cara pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan
secara buatan.
a. Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman
yang keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan
mengandung zat aktif yang relative stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak
27
(bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
b. Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat
diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5. Pengawetan simplisia
Cara pengawetan untuk tanaman atau bagian tanaman
sebelum dikeringkan direndam dahulu dalam alcohol 70 % atau
dialiri uap panas, sedangkan cara pengawetan untuk hewan-
hewan laut terutama yang mudah berubah bentuknya setelah mati
seperti bintang laut (Asteroida), bulu babi (Echinoidea), jenis
hewan berongga (Coelenterata) dan hewan berduri
(Echinodermata) terdiri dari zat kapur maka binatang ini
diawetkan dengan alcohol 70 % agar zat kapurnya tidak larut.
6. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia
bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman
yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi
basah.
Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan
disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu
dari simplisia. Wadah terbuat dari plastic tebal atau gelas yang
berwarna gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan
28
yang memadai terhadap isinya, wadah dari logam tidak
dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan
penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban
udara dan sirkulasi udara ruangannya.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Sinplisia Secara Kemotaksonomi
(http://www. Dunia Tumbuhan.com/ 13 november 2009 )
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Tanaman yang tergolong ke dalam famili poaceae ini berupa
herba, rumput. Perbanyakannya dengan sendirinya. Tanaman ini
biasanya rimbun dengan batang dan daun berwarna hijau.
2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
1. Mengurangi haid
2. Ambein
3. Sakit gigi
4. Menghentikan pendarahan
5. Pelurh kencing
6. Sedatif (obat tidur)
7. Sakit kepala
29
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia (Asni Amin,
2012)
a. Reaksi warna
1. Lignin
Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes, ditetesi dengan
larutan floroglusin P, diamati dalam asam klorida P, positif jika
berwarna merah.
2. Tanin
Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes, ditambahkan
dengan larutan FeCl3 1N. Postif mengandung tanin jika contoh
berwarna hijau.
3. Katekol
a. Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan
larutan FeCl3 1N (Hijau, katekol)
b. Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan larutan
Brom (hijau, katekol)
4. Dioksiantrakinon
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan
larutan KOH 10 % dalam etanol 95 % (warna merah).
5. Fenol
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan
larutan FeCl3 P (Biru hitam).
30
6. Alkaloid
Sedikit sampel serbuk tabung reaksi ditambahkan dengan
larutan HCl 0,5N dan ditetesi larutan Mayerbouchardat
(Endapan kuning/putih).
7. Steroid
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan Lieberman
Bauchardat (merah-merah jambu)
8. Karbohidrat
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan
larutan fehling A dan Fehling B (merah Bata).
9. Pati dan aleuron
Sedikit serbuk sampel diatas plat tetes ditetesi iodin 0,1 N jika
mengandung Pati akan berwarna biru dan berwarna merah bila
mengandung aleuron.
10. Saponin
Sedikit sampel serbuk pada tabung reaksi ditambahkan dengan
air penas lalu dikocok 10 detik akan terbentuk buih atau busa
dan ditambahkan dengan HCl 2 N 1 tetes (tetap akan terbentuk
buih atau busa).
11. Flavanoid
Sedikit sampel diatas plat tetes ditambahkan dengan 10 ml HCl
pekat akan terbentuk warna merah ungu.
31
b. Reaksi pengendapan
Alkaloid
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 nil asam
klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas air selama 2
menit, dinginkan dan saring. Pindahkan masing-masing 3 tetes
filtrate pada dua kaca arloji :
a. Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama,
terbentuk enedapan menggumpal berwarna putih.
b. Tambahkan 2 tetes Bouchardat LP pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapn berwarna coklat sampai hitam.
c. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) (Ibnu Gholib Gandjar, dkk :
2007)
Kromatografi Lapais Tipis adalah salah satu tehnik
pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan
partisi menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi
oleh silika gel sebagai fase adsorben (penyerap) atau disebut fase
diam, dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak
yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.
32
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA
3.1 Kerangka konseptual
Obat tradisional Kangkung Air aktivitas farmakologi Indonesia Insomia, ambeien
dll
Pemeriksaan Farmakognosi Bioaktivitas
PraklinikInvitro dan invivo
Kandungan Kimia Dan identifikasi Kemotaksonomi
PengembanganObat tradisionalDan Fitofarmako
Gambar 3.1. Skema kerangka konseptual sediaan Ipomea aquatica
3.2 Hipotesis
Kangkung air mem punyai multimanfaat bagi kesehatan. Daun
kangkung ait ini dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, serta
32
33
menjaga kebugaran tubuh. Daun dan batangnya mengandung zat yang
dapat menangkal beberapa jenis penyakit.
3.3 Skema kerja
Kangkung Air ( Ipomea aquatica )
Panen /Pengumpulan
Herbarium Basah
Anatomi
Bahan Segar
Pembuatan Siplisia Sortasi Basah Pencucian Perajangan Pengeringan Pewadahan
- Morfologi- Organoleptik
Simplisia
Organoleptik Makroskopik Mikroskopik
Identifikasi Kandungan Kimia Protein Kalsium Fosfor Zat besi Karoten Sitosterol dll
Pembahasan
Hasil
34
BAB 4
Materi dan Metode Praktikum
4.1 Bahan alat dan Instrumen Praktikum
4.1.1 Bahan Tanaman
Bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah kangkung air
(Ipomea aquatica)
4.1.2 Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini ialah :
a. Formalin
b. FeCl3 P
c. KOH 10 %
d. HCL + meyer bouchardat
e. Liebermen bouchardat
f. Iod 0,1 N
g. FeCl3 1 N
h. Etanol
4.1.3 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah :
1. Botol semprot
2. Cawang porselin
3. Cutter
Kesimpulan
35
4. Deg gelas
5. Handscun
6. Mikroskop
7. Objek gelas
8. Penjepit
9. Pinset
10. Pipet tetes
11. Silet gold
12. Tabung reksi
4.2 Lokasi Praktikum
Pengambilan Simplisia, dilaksanakan di Desa Lembanna Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
Pemeriksaan Farmakologi dan anatomi, serta uji kimia, dilakukan di
Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi UMI
4.3 Prosedur Praktikum
1. Dibuat simplisia dari tanaman sesuai dengan cara pembuatan
simplisia, masukkan dalam wadah terpisah (bentuk haksel dan
serbuk). dan beri label.
2. Dibuat herbarium kering, dilengkapi dengan etiket tempel, dan
klasifikasi tanaman.
3. Diperiksa organoleptik simplisia yang di buat, meliputi
pemeriksaan bau, warna dan rasa.
4. Periksa makroskopik simplisia, meliputi bentuk tanaman utuh
36
atau hasil potongan/ rajangan (haksel).
5. Dilakukan pemeriksaan mikroskopik- simplisia dengan cara
a. Diiris secara melintang bagian tanaman segar (daun,
batang, akar, atau bagian yang dibuat simplisia),
diletakkan diatas objek, tetesi sedikit air, gliserin atau
kloralhidrat, ditutup dengan dek gelas dan difiksasi. Amati
dibawah mikroskop. Digambarkan bentuk-bentuk jaringan atau
sel yang diamati.
b. DiIris secara membujur daun segar untuk melihat bentuk tipe
stomata, dan rambut (rambut penutup atau rambut kelenjar)
tanaman. Di amati di bawah mikroskop.
c. Diletakkan serbuk simplisia diatas objek gelas, tetesi dengan
klorallildrat kecuali amilum ditetesi air, fiksasi, tutup
dengan dek gelas dan diamati dibawah mikroskop.
Digambarkan bentuk fraginen yang diamati.
6. Ditentukan golongan senyawa kimia yang terkandung
dalam simplisia dengan melakukan identifikasi kandungan
kimia menggunakan pereaksi tertentu.
7. Dibuat laporan hasil pemeriksaan simplisia nabati yang dilakukan.
4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
37
Mengamati dan menggambar bentuk morfologi dari
tanaman, yaitu berupa bentuk batang, daun, dan
akar.
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu
anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk
stomata dengan membuat preparat setipis mungkin
diatas objek glass yang ditutupi deg glass dengan
ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta
digambar anatominya dibawah mokroskop.
4.3.1 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan simplisia
Pengumpulan simplisia dilakukan dengan
menggunakan pisau dan tangan yang telah dilapisi
dengan kaos tangan karena permukaan dari Annona
muricata yang tebal sehingga pengambilan harus
hati-hati. Daun dikumpulkan pada saat tanaman
ingin berbunga dan berbuah.
4.3.1.2.2 Pembuatan simplisia
Simplisia yang telah dikumpulkan kemudain
dicuci untuk membersihkan simplisia dari kotoran
atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri yang
tidak dikehendaki saat pencucian. Setelah dicuci dan
38
dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong
kecil-kecil kemudian dikeringkan. Pengeringan yang
digunakan pada percobaan ini ialah pengeringan
alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau
diangin-anginkan. Untuk bagian tanaman yang keras,
seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di
bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman yang
lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan mutu simplisia
a. Organoleptik yaitu pemeriksaan warna, bau, dan
rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang
telah dibuat, diamati warnanya, baunya apakah
menyengat. Biasanya jika menyengat berarti
mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati
rasanya, apakah sepat, manis, dan lain
sebagainya.
b. Makroskopik yaitu pemeriksaan bentuk
morfologi dari simplisia, ukuran, warna serta
bidang patahannya.
c. Mikroskopik yakni pemeriksaan mikroskopik
simplisia berupa fragmen pengenal serbuk
simplisia yang diamati menggunakan mikroskop.
39
4.3.2 Identifikasi kandungan kimia
4.3.2.1 Pati dan aleuron
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna
kuning coklat mengandung aleuron
4.3.2.2 Zat samak / tannin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna biru hitam mengandung tanin
4.3.2.3 katekol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna hijau mengandung katekol
4.3.2.4 Dioksiantrakinon
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan (KOH 10% etanol) sebanyak 1-3
tetes apabila berwarna merah mengandung dioksiantrakinon
4.3.2.5 Fenol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
40
b. Ditambahkan dengan larutan FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna biru hitam mengandung fenol.
4.3.2.6 Steroid
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan Lieberman bouchardat
sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah atau merah jambu
mengandung steroid
4.3.2.7 Alkaloid
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
c. Ditambahkan dengan larutan HCl + Meyer bouchardat
sebanyak 1-3 tetes apabila terbentuk putih mengandung
alkaloid.
41
BAB 5
HASIL
5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Tanaman alang – alang ( Imperata cylindrica L ) merupakan tanaman
terna, berumur panjang ( perenial ), tumbuh berumpun, tinggi 30 – 180
cm, rimpang sejajar, berbuku – buku, keras dan liat berwarna putih.
Batang berbentuk silindris, daun tunggal berwarna hijau berbentuk pita,
bunga majemuk.
Syarat Tumbuh, Tumbuh pada ketinggian sampai dengan 2700 m dpl,
pada daerah-daerah terbuka atau setengah tertutup, rawa-rawa, pada tanah
dengan aerasi yang baik, pada daerah – daerah yang habis dibuka, di tepi
sungai, ekstensif pada hutan sekunder, daerah bekas terbakar, sebagai
gulma di perladangan, taman dan perkebunan. Tumbuhan ini dapat
mempengaruhi tanaman kultivasi lain, karedna kebutuhan natrium yang
relative tinggi. Berkembang biak dengan sendirinya, rimpang yang baik
berwarna pucat, berasa manis dan sejuk. Alang – alang dapat
menyebabkan penurunan pH tanah. Besarnya penurunan pH dan hambatan
42
terhadap proses nitrifikasi menunjukkan adanya korelasi positif dengan
pertumbuhan alang – alang.
Kunci determinasi :
1a. . . ,17b. . . ,18b. . . ,19poaceae
5.2 Morfologi Tanaman
Daun ( folium )
Batang ( caulis )
Akar ( radix )
1. Morfologi batang
Batang : Rimpang, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu
perbungaan, padat, bukunya berambut panjang, berdiameter 2-3 mm, dan
membentuk silindris, beruas-ruas.
2. Morfologi daun
Daun : tunggal, pangkal saling menutup, berwarna hijau, bentuk pita
(ligulatus), panjang 12-80 cm, lebar 2-5 cm, helaian daun tegar, ujung
meruncing ( acuminatus ), tepi rata ( integer ), pertulangan sejajar
( rectinervis ), permukaan atas halus.
3. Morfologi bunga
43
Bunga : susunan majemuk bulir ( spica ), agak menguncup, bertangkai
panjang, setiap bulir berpuluhan helai rambut putih sepanjang 8-14 mm,
mudah diterbangkan angin. Benang sari : kepala sari 2,5-3,5 mm, putih
kekuningan atau ungu. Putik : Kepala putik berbentuk bulu ayam, buah
tipe padi, biji Berbentuk jorong , panjang 1 mm lebih.
5.3 Anatomi tanaman.
Penampang melintang daun alang – alang
1. Epidermis atas
2. Epidermis bawah
3. Korteks
4. Xylem
5. Floem
Tipe Stomata tanaman Alang –alang adalah tipe aktinoitik, karena
memiliki dua atau lebih sel tetangga yang satu sama lainya berbeda-beda
Rambut penutup : Terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada
permukaan bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok,
terdiri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 µm, pangkal
44
rambut kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang
mengandung zat berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : Terdapat di
bawah epidermis atas, terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel yang besar, jernih
dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblas : terdapat di beberapa
tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset yang besar dan
bentuk prisma. Kelenjar minyak : Rongga minyak bentuk lisigen besar,
terdapat lebih banyak di bagian bawah dari pada di bagian atas. Jaringan
palisade : Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak di bawah jaringan air, 2
lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau
daun, lapisan-lapisan berikutnya berongga lebih banyak.
Penampang melintang batang alang-alang
1. Epidermis
2. Gabus/ Korteks
3. Kambium
4. Floem
5. .Xylem
6. Endodermis
Floem intraxyler. Selaput kayu yang utama membentuk lebih sedikit
silinder lengkap, dari floem internal juga membentuk suatu lapisan yang
berlanjut. Floem internal kebanyakan di dalam tumbuhan, jarang suatu kambium
muncul di dalam xilem primer dan kecil jumlah floem sekunder internal
45
dibentuk. Parenkim bersama-sama dengan apa yang ada pada daerah protoxilem,
membentuk daerah perimedullary.
Penamapang melintang akar alang – alang
1. Epideermis
2. Korteks
3. Jaringan parenkim
4. Endodermis
5. Xylem
6. Floem
Endodermis biasanya paling nyata pada akar. Endodermisnya tetap dalam
bentuk primer dan ditinggalkan bersama dengan korteks pada waktu
perkembangan penebalan sekunder dan peridem. Stele lebih nyata daripada
korteks dalam akar dibanding dengan yang terdapat dalam batang.
5.4 Pemeriksaan mutu simplisia
a Organoleptis
1) Warna. Simplisia daun berwarna hijau tua, simplisia batang berwarna
coklat muda, simplisia akar berwarna coklat tua
2) Bau. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan
mengeluarkan bau tidak enak
46
3) Rasa, Herba ini rasanya sedikit pahit, pedas, dan sifatnya netral.
b Makroskopik
Permukaan luar tidak rata, berkeriput, warna coklat muda, coklat tua
kelabu samapi kelabu kehitaman, permukaan bidang irisan tidak rata,
kering dengan lekukan dan tonjolan membundar atau memanjang, warna
putih kelabu sampai kelabu kecoklatan, pada bidang irisan terdapat getah
yang mengering berupa garis atau bercak berwarna coklat sampai coklat
kehitaman. Bekas patahan tidak rata, berdebu, waran putih kecoklatan.
Bial diiris melintang, tampak lingkaran kambium sebagai garis gelap
dekat tepi laur. Disebelah dalam terdapat jaringan xilem sekunder.
c. Mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak
epidermis atas atau terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk persegi
panjang, kutikula tipis dan stomata sedikit.. Stomatanya tipe parasitik
Rubiceae) yakni jika jumlah sel tetangganya 2 dan bidang persekutuannya
sejajar dengan celah stomata. Serbuk berwarna hijau kecoklatan. hablur
kalsium oksalat berbentuk roset dan tampak lebih sedikit yang berbntuk
prisma.
Tabel. 5.1 Uji Organoleptik pada alang – alang
Bagian SimplisiaPemeriksaan Organoleptiks
Bau Rasa Warna
Daun aromatik pahit Hijau
Batang aromatik pahit putih
47
Akar Tidak berbau pahit Coklat
Tabel 5.2 Identifikasi kandungan kimia simplisia
Uji Pereaksi Pustaka HasilKatekol
FeCl3 1 NHijau Akar
BatangDaun
(+)(+)(+)
Tanin FeCl3 1 NBiru Hitam Akar
BatangDaun
(+)(+)(+)
Dioksiantrakinon KOHMerah Akar
BatangDaun
(-)(-)(-)
Fenol FeCl3
Biru Hitam AkarBatangDaun
(+)(+)(+)
Steroid Liberman BoucardMerah atau Merah jambu
AkarBatangDaun
(+)(+)(-)
Pati IodBiru Akar
BatangDaun
(-)(-)(-)
Aleuron IodKuning Coklat Akar
BatangDaun
(+)(+)(+)
Saponin Air hangat + buih+HCl
Buih tidak hilang AkarBatangDaun
(+)(-)(-)
Sampel Sudan MerahMerah keunguan Akar
BatangDaun
(-)(-)(-)
48
BAB 6
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan
kimia dari tanaman alang – alang ( Imperata Cylindrica L ) diperoleh hasil
sebagai berikut.
Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari
tanaman, yakni ukuran, warna, dan bentuk tanaman. Dan merupakan salah satu
cara memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu
mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Pemeriksaan morfologi tanaman
alang – alang yang berasal dari suku poaceae adalah sebagai berikut.
Pada akar, mempunyai sistem perakaran serabut (radix adventicia). Pada
batang, mempunyai batang bentuk silindris. Batang : Rimpang, merayap di
bawah tanah, batang tegak membentuk satu perbungaan, padat, bukunya berambut
panjang, berdiameter 2-3 mm, dan mementuk silindris . Daun : tunggal, pangkal
saling menutup, berwarna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang 12-80 cm, lebar
2-5 cm, helaian daun tegar, ujung meruncing ( acuminatus ), tepi rata ( integer ),
pertulangan sejajar ( rectinervis ), permukaan atas halus. Bunga : susunan
49
majemuk bulir ( spica ), agak menguncup, bertangkai panjang, setiap bulir
berpuluhan helai rambut putih sepanjang 8-14 mm, mudah diterbangkan angin.
Benang sari : kepala sari 2,5-3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik : Kepala
putik berbentuk bulu ayam, buah : tipe padi, biji : Berbentuk jorong , panjang 1
mm lebih.
Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan
jaringan yang diuji berupa sayatan melintang dan membujur.
Pada penampang melintang akar terdapat jaringan epidermis,
xylem, kortex, endodermis, floem, cambium, dan empulur, sedang pada
penampang membujurnya terdapat jaringan epidermis, kortex, xylem,
endodermis dan floem.
Pada penampang melintang batang terdapat jaringan epidermis,
kortex, xylem, floem, berkas pembuluh kolateral, hypodermis dan
cambium. Sedang pada penampang membujur terdapat jaringan epidermis,
xylem, floem dan berkas pembuluh.
Pada penampang melintang daun terdapat jaringan epidermis,
trikoma, kutikula, dan hypodermis. Sedang pada penampang membujurnya
terdapat stomata dengan tipe aktinositik yakni stomata yang ditandai
dengan sel tetangga yang pipih dan mengelilingi stomata dalam bentuk
lingkaran.
50
Pengamatan organoleptis dari tanaman dimaksudkan untuk
mengetahui sifat – sifat fisik yang khas dan spesifik dari suatu tanaman.
Tanaman alang - alang mempunyai daun yang berwarna hjau, bau yang
khas
Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran
identitas tanaman yang dipakai untuk menghindari kesalahan dan
kekeliruan dalam pengumpulan bahan sehingga tanaman yang diambil
benar – benar tanaman alang-alang. Determinasi dilakukan dengan
berpedoman pada buku “Flora” karangan Van Steenis (1992).
Penentuan kandungan kimia secara kualitatif dilakukan dengan
menggunakan pereaksi kimia yang umum untuk senyawa tersebut. Metode
ini dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kemungkinan senyawa
yang terkandung dalam serbuk tanaman alang - alang dari praktikum yang
dilakukan diperoleh hasil yang positif
Daun alang - alang mengandung minyak atsiri, antara lain
karvakrol yang bersifat anti biotik, eugenol bersifat menghilangkan nyeri,
etil salisilat menghambat iritasi. Daunnya juga mengandung zat-zat
alkaloida, mineral dan sedikit lendir.
51
BAB VII
PENUTUP
VII .1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Bentuk morfologi
tanaman terna, berumur panjang ( perenial ), tumbuh berumpun, tinggi
30 – 180 cm, rimpang sejajar, berbuku – buku, keras dan liat berwarna
putih. Batang berbentuk silindris, daun tunggal berwarna hijau
berbentuk pita, bunga majemuk.
2. Tanaman alang – alang ( Imperata Cylindrica L ) mempunyai daun
yang berwarna hijau, bau yang khas, serta rasa yang pahit.
3. Bentuk anatomi
Pada penampang melintang batang terdapat jaringan epidermis, kortex,
xylem, floem, berkas pembuluh kolateral, hypodermis dan cambium.
Sedang pada penampang membujur terdapat jaringan epidermis, xylem,
floem dan berkas pembuluh. Pada penampang melintang daun terdapat
jaringan epidermis, trikoma, kutikula, dan hypodermis. Sedang pada
penampang membujurnya terdapat stomata dengan tipe aktinositik yakni
stomata yang ditandai dengan sel tetangga yang pipih dan mengelilingi
stomata dalam bentuk lingkaran.
52
4. Identifikasi kandungan kimia
Daun, akar, dan batang alang – alang ( Imperata cylindrica L )
mengandung tanin, dioksiantrakinon, aleuron, dan fenol, serta batang
dan akar mengandung steroid
6 .2 Saran
Sebaiknya alat-alat di laboratorium dilengkapi demi kelancaran praktikum,
dan diharapkan kepada asisten pembimbing agar lebih sabar dan lebih
memperhatikan praktikan sehingga hal-hal yang tidak dimengerti oleh
praktikan dapat di arahkan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009., Penuntun Praktikum Farmakognosi I, Universitas Mulim
Indonesia : Makassar.
Amin, A., 2005., Penuntun Farmakognosi I, Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Ditjen POM, 1979., Farmakope Indonesia edisi III, DepKes : Jakarta.
Ditjen POM, 1989., Farmakope Indonesia edisi III, DepKes : Jakarta.
Gembong.T. 2003., Morfologi Tumbuhan. UGM PRESS. Yogyakarta.
Didik., G., 2005., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I, Penerbit suradaya : Bogor.
Hembing, W., 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Kartini ; Jakarta.
.Van steenis, G, G, G, J., 1992., Flora Untuk sekolah di Indonesia terjemahan
oleh Suryominoro, cetakan Ke VI, Pradaya, Paramitha : Jakarta.
Rusli, 2001., Penuntun Fitokimia, Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Goggle Tanaman obat\httm\daun alang-alang.\tanaman.,diakses pada hari jumat tanggal 13 November 2009 pada pukul 20:00 WIB.
Dalimarta,S., 1999., Atlas Tumbuhan Obat Indonesi Jilid I, Yrama widya : Jakarta.
54
Kunci determinasi eceng gondok (Eichornia crassipes) yaitu
1b,2b,3b,4b,6b,7b,9b,10a,92a,93b,94b,95b,96b,97b,98b,99b.....