BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S R
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 09/06/2014
Alamat : RT.018 RW.019 No.29, Kel. Semper Barat Kec.Cilincing,
Jakarta Utara.
Dokter yang merawat : dr. Bobbin Amirul, SpOG
II. Anamnesis (AutoAnamnesa)
Keluhan Utama : Pasien mengeluh keluar darah dari vagina yang ke dua
kalinya tanpa disertai mulas dan nyeri.
Keluhan tambahan : (-)
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSIJ Sukapura mengaku hamil 34
minggu dengan perdarahan pervaginam sejak pagi hari,
sebelumnya juga mengalami hal yang sama 2 minggu
yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan USG oleh dr.
Riyady Sp.OG menunjukkan gravid tunggal, plasenta di
corpus posterior sampai menutupi ostium uteri internum.
Pasien dianjurkan untuk dirawat guna mengobservasi
kondisi pasien.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti sekarang
sebelumnya
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat asma ( + )
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang
sama seperti pasien
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat asma (+)
Riwayat pengobatan : Tidak diketahui
Riwayat Haid : Menarche : 12 Tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 Hari
Nyeri Haid : ( + )
Riwayat Perkawinan : Merupakan perkawinan yang ke-1, masih kawin dengan
lama perkawinan 8 tahun
Riwayat persalinan :
No Tempat
bersalin
Penolong Tahun Aterm Jenis
persalinan
Jenis
kelamin
BB
(gr)
Keadaan
1 2008 Aterm Spontan ♀ 3400 (+)
2 Klinik Bidan 2013 Aterm Spontan ♀ 3500 Sehat
3
4
5
Riwayat Operasi : ( - )
Riwayat Alergi : Tidak ada alergi obat, makanan, dan cuaca
Riwayat Psikososial : Pasien tidak merokok, mengkonsumi alkohol maupun
obat-obatan terlarang. Pasien sering mengkonsumsi
sayuran, buah, dan daging.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/60 mmHg
Suhu : 35,5 0C
RR : 29 x/menit. Regular
Nadi : 96 x/menit. Regular. Isi cukup. Kuat angkat
TB : 154 cm
BB : 64 kg
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (+/+)
Sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)
Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus Cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris sinistra
P: batas jantung kanan pada linea sternalis, batas jantung kiri
Pada linea midclavikula ICS 5
A: BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : I: Simetris kanan dan kiri
P: Vokal Premitus Simetris
P: Sonor
A: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Vagina : Darah (+)
Ekstremitas : Superior & inferior akral hangat, CRT <2’, udema (-)
Status obstetri
Pemeriksaan luar
Inspeksi : abdomen cembung, linea nigra positif, striae gravidarum
positif
Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 1 jari dibawah processus xypoideus (
38 cm )
Leopold I : teraba bagian bulat, keras (kepala)
Leopold II : teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri (puki),
teraba bagian kecil (ekstremitas) di sebelah kanan
Leopold III : teraba bagian bulat lunak (bokong)
Leopold IV : Tidak dilakuukan
Denyut Jantung Janin : 120 kali per menit, regular, kuat, punctum maximum
tunggal pada kuadran abdomen kanan bawah
His : (+) 2 kali/10mnt
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 16/04/2014
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 8.40 gr/dl 11.3-15.50 gr/dl
Leukosit 12.100 sel/mm3 4.300–10.400 /mm3
Trombosit 382 rb/mm3 132-440 rb/mm3
Hematokrit 25.4 % 38-47 %
Masa perdarahan 1 menit, 30 detik 1-3 menit
Masa pembekuan 3 menit, 30 detik 2-6 menit
HbsAG Negative Negative
Pemeriksaan Laboratorium 16/04/2014
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 8.50 gr/dl 11.3-15.50
USG
Tunggal , letak bokong, DJJ (+), Plasenta di corpus posterior sampai menutupi OUI
(Ostium Uteri Interna). Usia kehamilan 34 minggu 2 hari.
Diagnosis Kerja
G5P3A1 Gravida Aterm 34 minggu dengan plasenta previa, letak sungsang, dan riwayat
SC disertai anemia.
IV. Penatalaksanaan
- Rencana persalinan Seksio Cesarean
- Cefadroxil 3dd1
- As. Mefenamat No.X 3dd1
- Sulfa sferosus No. X
- PRC 228cc No.II [ O+]
- Ceftriaxon inj. No.II
- Pronalges Sup. No.III
- Lynoral No.X1dd1
- Wida hes 1 klf.
- Ringer Laktat
- Opsite
V. RESUME
Ny. T umur 39 tahun hamil 34 minggu datang ke IGD RSIJ Sukapura mengaku
hamil 34 minggu dengan perdarahan pervaginam sejak pagi hari, sebelumnya juga
mengalami hal yang sama 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan USG oleh
dr. Riyady Sp.OG menunjukkan gravid tunggal, plasenta di corpus posterior sampai
menutupi segmen bawah rahim. Pasien dianjurkan untuk dirsawat guna mengobservasi
kondisi pasien.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
RR : 20x/menit. Regular
Nadi : 88 x/menit. Regular. Isi cukup. Kuat angkat
TB : 158 cm
BB : 58 kg
TFU : 38 cm
Pemeriksaan Fisik dalam batas normal. Tidak terdapat darah dari vagina.
Pemeriksaan Penunjang :
Hemoglobin 8.4 gr/dl Hematokrit 25.4 %
Leukosit 12.100 sel/mm3
VI. Laporan Pembedahan
16 april 2014 Jam 19.30
Bayi lahir secara seksio cesarean, laki-laki, Berat badan 2200 gram, Panjang badan
41 cm, Apgar score 0/0, ketuban jernih, kondisi bayi (+)
Plasenta lahir lengkap dan spontan, berat plasenta ± 500 gr
1. Pasien berbaring terlentang
2. Asepsis dan antisepsis
3. Insisi pfannenstiel ± 10 cm, insisi dilakukan 2 jari di atas segmen bawah rahim
4. Lahir bayi ♂, di awali pengeluaran bokong, badan,dan di akhiri pengeluaran kepala.
berat badan 2200 gr, panjang badan 41 cm, a/s 0/0, bayi (+)
5. Lahir plasenta. Kesan lengkap
6. Kontrol perdarahan. Perdarahan (-)
7. Bilas cvum abdomen dengan NaCl
8. Jahit dinding abdomen selapis demi lapis
9. OP selesai
Follow Up
Tanggal S O A P
16/04/14 MRS dengan keluahan perdarahan pervaginam yang ke-2, perdarahan sebelumnya terjadi 2 minggu yang lalu.
Nyeri perut dirasakan hilang timbul
LI: teraba bagian bulat, keras (kepala)
LII : Puki
Leopold III : teraba bagian bulat lunak (bokong)
Leopold IV : Tidak dilakuukan
VT : tidak dilakukan
USG :gravid tunggal, plasenta di corpus posterior sampai OUI rahim.
G5 P3 A1 Gravida Preterm 34 minggu dengan plasenta previa
Perencana SC Cito pukul 18.35 WIB
SC dilaksanakan Pukul 19.20 WIB
Pre Op. :
Ceftriaxon inj. No. I
Post Op. :
Ceftriaxon inj. No. I
Pronalges Supp.
17/04/14 Nyeri dibagian luka bekas SC,
Pusing
Mual, muntah, lemas, demam disangkal
Flatus (+)
Belum BAB.
KU: Baik
Kesadaran: C.M.
TD :110/70 mmHg
Suhu: 37,1 0C
RR :18x/menit. Regular
Nadi: 95x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat
Genitalia : darah (+)
P4A1 Post sc 1 hari
Cefadroxil oral 3dd1
As. Mefenamat oral 3dd1
PRC No.II
Wida hes 1 klf.
RL
18/04/14 Nyeri dibagian luka bekas SC
Mual, muntah, pusing, lemas, demam disangkal
Flatus (+)
BAB normal.
KU:Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : CM
TD :120/80 mmHg
Suhu: 36.0 0C
RR : 20x/menit. Regular
Nadi:92x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat
Genitalia : darah (-)
P4A1 post SC hari 1
Cefadroxil 3dd1
As. Mefenamat 3dd1
Aff DC
Aff infus
19/04/14 Masih merasakan nyeri dibagian luka bekas SC namun sudah berkurang, disertai pusing
Keluhan lain (-)
KU: Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : CM
TD :110/70 mmHg
Suhu: 36.8 0C
RR : 20x/menit. Regular
Nadi:88x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat
Genitalia : darah (-)
P4A1 post SC hari 2
Terapi lanjutkan
Pasien pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
Perdarahan obstetrik yang yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya
adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, keadaan ini perlu diantisipasi seawal-awalnya selagi
perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam
perawatan prenatal sangat mungkin oleh karena pada umumnya penyakit ini berlangsung
perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa
disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu,tanpa trauma. Sering disertai sering
kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam
panggul, tetapi masih mengambang diatas pintu atas panggul. Perempuan hamil yang ditengarai
menderita plasenta previa harus segera dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa
melakukan periksa dalam karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung
semakin deras dengan cepat.
DEFINISI
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium
uteri internum.
Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau
daerah fundus uteri.
Klasifikasi
Kita membagi plasenta previa dalam 3 tingkat sebagai berikut:
1. Plasenta previa totalis: Seluruh ostium internum oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis: hanya pada pinddir ostium terdapat jaringa plasenta
Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang dimaksud
ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri internum.
Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada
pembukaan 5cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3cm, dapat menjadi
lateralis pada permukaan 6cm.
Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan
mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5cm.
Terdapat satu kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa, yaitu plasenta letak
rendah-plasenta yang implantasinya rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.
Dengan kemajuan diagnostic, plasenta previa dapat dibedakan dengan jelas dari plasenta
letak rendah. Bila plasenta previa sentralis ditegakkan secara ultrasonografi pada trimester
terakhir kehamilan, kita tida perlu lagi melakukan pemeriksaan klinis di kamar operasi dan
operasi dapat segera dilakukan.
KLASIFIKASI
1. Plasenta previa totalis (komplit) plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta previa parsialis plasenta yang menutupi sebagian dari ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium
uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap plasenta letak normal.
INSIDEN
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan usia diatas 30
tahun.
Lebih sering pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal.
Uterus tercatat ikut mempertinggi angka kejadiannya.
Pada beberapa RSU pemerintah di laporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan
2,9%.
Dinegara maju insidenya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan
berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.
Dengan meluasnya penggunaan USG dalam obstetric yang memungkinkan deteksi dini,
insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.
ETIOLOGI
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah SBR tanpa
latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya
adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi.
Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas SC, kuretase, miomektomi, dan
sebagainnya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang
semuanya dapat dipandang sebagai factor risiko bagi terjadinya plasenta previa.
FAKTOR RESIKO
Riwayat plasenta previa (4-8%)
Kehamilan pertama setelah sectio caesar
Multiparitas ( 5% kejadian pada grandemultipara)
Usia ibu “tua”
Kehamilan kembar
Riwayat kuretase abortus
Merokok
PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut,umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih
awal. Oleh karena telah mulai terbentuknya SBR, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua
basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan SBR itu perdarahan pada plasenta
previa betapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative
dipermudah dan diperbanyak oleh karena SBR dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat, karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan, kecuali jika ada laserasi mengenai
sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih
lama. Oleh karena pembentukan SBR itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi
baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu
sebab lain (causeless). Darah yang akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada
plasenta yang menutupi seluruh OUI perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena
SBR terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu OUI. Sebaliknya,pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah,perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
GAMBARAN KLINIK
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina
tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali tanpa sesuatu sebab
yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi
perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada Plasenta Letak Rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan :
perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada Solusio Plsenta. Perdarahan diperhebat
berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan
demikian perdarahan, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa
juga bertambah disebabkan serviks dan SBR pada Plasenta Previa lebih rapuh dan mudah
mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan
tangan misalnya pada Retensio Plasenta sebagai komplikasi Plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak
memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu:
1. Syok hipovolemik
2. Infeksi-sepsis
3. Emboli udara (jarang).
4. Kelainan koagulopati sampai syok
5. Kematian
Bahaya untuk anak, yaitu:
1. Hipoksia
2. Anemi
3. Kematian
BAHAYA-BAHAYA PEMERIKSAAN
Perdarahan yang terjadi pada seorang wanita hamil trimester ketiga harus dipikirkan
penyebabnya, yaitu: plasenta previa atau solusio plasenta. Bila ditemukan, dokter atau bidan
harus segera mengirim pasien tersebut selekas mungkin ke rumah sakit besar tanpa terlebih dulu
melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua tindakan ini hanya akan
menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi
Karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh varises yang pecah
dan kelainan serviks (polip, erosi, ca), di rumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih
dulu untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Pada plasenta previa akan terlihat darah yang keluar
dari ostium uteri eksternum.
Sebelum tersedia darah dan kamar operasi siap, tidak boleh dilakukan pemerksaan dalam
karena pemeriksaan dalam ini dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan .
Dapat juga dilakukan pemeriksaan fornises dengan hait-hati. Jika tulang kepala dapat
teraba dengan mudah, kemungkinan plasenta previa kecil. Sebaliknya, jika antara jari-jar kita
dan kepala teraba bantalan luna (jarngan plasenta), kemungkinan plasenta previa besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak
sungsang bagian terendahnya luna (bokong) hingga sukar memberdakannya dar jareinga lunak
plasenta
DIAGNOSIS
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya
menderita Plasenta Previa atau Solusio Plasenta. Gambaran klinik yang klasik sangat menolong
membedakan antara keduanya. Dahulu untuk kepastian diagnosis pada kasus dengan perdarahan
banyak, pasien dipersipakan dikamar bedah demikian rupa segala sesuatunya termasuk staf dan
perlengkapan anastesi semua siap untuk tindakan bedah sesar. Dengan pasien dalam posisi
litotomi diatas meja operasi dilakukan periksa dalam (Vaginal Toucher) dalam lingkungan
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara hati-hati dengan dua jari telunjuk dan jari tengah meraba
forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak ada bantalan antara jari dengan bagian
tebawah janin. Peralahan jari-jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan
plasenta. Kemudian jari-jari digerakkan mngikuti seluruh pembukaan untuk mengetahui derajat
atas klasifikasi plasenta. Jika Plasenta Lateralis atau Marginalis dilanjutkan dengan amniotomi
dan diberi oksitosin drip untuk mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan banyak
untuk kemudian pasien dikembalikan dikamar bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau
ternyata Plasenta Previa Totalis, langsung dilanjutkan dengan Seksio sesarea. Persiapan yang
demikian dilakukan bila ada indikasi penyelesaian persalinan. Persiapan yang demikian disebut
dengan Double Set Up Examination. Perlu diketahui tindakan periksa dalam tidak
boleh/kontraindikasi dilakukan diluar persiapan Double Set-up Examination. Periksa dalam
sekalipun yang dilakukan dengan sangat lembut dan hati-hati tidak menjamin tidak akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Jika terjadi perdarahan banyak diluar persiapan akan
berdampak pada prognosis yang lebih buruk bahkan bisa fatal.
Dewasa ini Double Set-Up examination pada banyak RS sudah jarang dilakukan
berhubung telah tersedia alat USG. Transabdominal USG dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis Plasenta Previa dengan ketepatan tinggi sampai
96-98 %. Walaupun lebih superior jarang diperlukan USG Transvaginal untuk mendeteksi
keadaan Ostium Uteri Internum. Ditangan yang tidak ahli pemakaian USG transvaginal bisa
memprovokasi perdarahan lebih banyak. Di tangan yang ahli USG transvaginal dapat di capai
98% positif predictive value dan 100% negative predictive value pada upaya diagnosis plasenta
previa. USG transperineal dapat mendeteksi OUI dan segmen rahim,dan tehnik ini dilaporkan
90% positive predictive value dan 100% negative predictive value dalam diagnosis plasenta
previa. MRI juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk
plasenta previa. MRI kalah praktis dengan jika di bandingkan dengan USG, terlebih dalam
suasana yang mendesak.
KOMPLIKASI
Ada beberapa yang komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan
fatal.
1. Oleh karena pembentukan SBR terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari
tempat melekatnya uterus dapat berulang dan semakin banyak,dan perdarahan yang
terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada SBR dan sifat segmen ini yang tipis
mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam
miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkerta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatanya lebih kuat tetapi villinya msih belum masuk kedalam miometrium.
Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akerta atau
inkerta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta
yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering
terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
3. Serviks dan SBR yang rapuh kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai
oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu ,harus sangat berhati hati pada semua
tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi
pada SBR ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagai oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa di lakukan dalam kehamilan belum aterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat kematangan
paru janin sebagai upaya antisipasi.
PENANGANAN
• Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester 2 dan 3 harus di
rawat di rumah sakit.
• Pasien di minta istirahat baring dan di lakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk
golongan darah dan faktor Rh.
• Pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu di berikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk pematangan paru janin.
• Jika perdarahan terjadi dalam trimester 2 perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan
lebih banyak.
• Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia, pasien tersebut mungkin
telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada penampakkannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
• Pada keadaan yg kelihatan stabil dalam perawatan di luar rumah sakit hubungan suami
istri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan USG ulang.
• Dianjurkan minimal setelah 4 minggu,
• Memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi Ostium Uteri Internum.
• Perdarahan dalam trimester 3 perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang
lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan serius cukup alasan untuk merawatnya
sampai melahirkan.
• Jika pada waktu masuk terjadi perdarahan yang banyak perlu segera dilakukan terminasi
bila keadaan janin sudah viable.
• Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
1. Penanganan Ekspektif
Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan (His)
- Keadaan umum ibu dan janin baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih
Rencana Penanganan :
1) Istirahat baring mutlak
2) Infus D 5% dan elektrolit
3) Tokolitik (jika ada kontraksi)
4) Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah
5) Pemeriksaan USG
6) Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7)Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai
kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif
2. Penanganan aktif
Kriteria :
• Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram
• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih
• Ada tanda-tanda persalinan
• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginam, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.
Partus per vaginam :
Cara ini bermaksud untuk memberi penekanan pada plasenta yang dengan demikian menutup
pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta) dilakukan pada:
- Plasenta letak rendah
- Plasenta previa marginalis
- Plasenta previa lateralis anterior dengan anak letak kepala
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) Cara ini
dapat menghentikan perdarahan karena:
Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala akan
menekan pada plasenta
Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim
jika his lemah, diberikan oksitosin drips
2. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi
atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan
darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi
3. Cunam Willet Gauss
4. Jika perdarahan masih berlangsung dilakukan SC
Cara 2 dan 3 sekarang hampir tidak pernah dilakukan lagi
Persalian per abdominam (SC)
Cara ini bermaksud untuk mengkosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya robekan serviks yang
merupakan komplikasi serius persalian pervaginam pada plasenta previa totalis dan lateralis.
Dilakukan pada :
- Plasenta previa dengan perdarahan banyak
- Plasenta previa totalis
- Plasenta previa lateralis di posterior
- Plasenta letak rendah dengan letak sungsang atau lintang
- Plasenta previa pada primigravida
- Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior)
Tatalaksana (Menurut Prof. Ida Bagus Manuaba Sp.OG)
PROGNOSIS
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik dari pada masa lalu.
Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di samping ketersediaan
transfusi darah dan infuse cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten.
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana plasenta previa
rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun
1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini
kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, et al. 2005. Williams Obstetrics 19nd. USA : McGraw-Hill comp.inc.
De Cheney, Alan et al. Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th
edition. 2003 McGraw-Hill.
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri- Ginekologi RS. Hasan Sadikin, Bagian
Obstetri dan Ginekologi RS. Hasan Sadikin Bandung 2005.
Obstetri Patologi. 2003. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
James, D.K. et al. High Risk Pregnancy Management Options. 2nd edition. 2001. United
Kingdom: WB Saunders