LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
PENGEMBANGAN EKONOMI PARIWISATA :PASCA ERUPSI GUNUNG SINABUNG
Tahun 1 dari Rencana 2 Tahun
Dibiayai Oleh :Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan PengembanganKementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak PenelitianNomor : 337/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017
TIM PENELITI :
Zulaspan Tupti S.E, M.Si (Ketua- 011708731)Dr. Prawidya Hariani RS (Angggota 1 - 0124037101)Mukmin Pohan S.E, M.Si (Anggota 2 - 0112125901)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARATAHUN 2017
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561 / Ekonomi Pembangunan
RINGKASAN
Indonesia sebagai wilayah ring of fire dunia elah menjadi daerah yang seringterkena bencana alam khususnya seperti letusan gunung berapi yang berada dikepulauan Indonesia kecuali Kalimantan. Pada propinsi Sumatera Utara erupsiGunung Sinabung telah terjadi sejak tahun 2010 dan sampai saat ini masih terysterjadi. Erupssi ini telah membuat perubahan cukup besar bagi masyarakat yangbermukim dilereng dan kaki Gunung tersebut. Permasalahan yang dihadapimelingkupi kepemilikan rumah dan kampong yang sudah terkena kondisi Sosialdan Ekonomi Petani di Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten KaroSumatera Utara. Penelitian ini akan memetakan permasalahan yang dihadapi olehmasyarakat sekitarnya dan mencoba memberikan alternatif baru khususnya untukmeningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani yang dapat hidup harmonisdengan gunung api serta mampu menangkap peluang ekonomi yang timbul daribencana alam tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang dampak daribencana alam yakni meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo ProvinsiSumatera Utara, terhadap kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, dan pengetahuanmasyarakat di wilayah desa yang menjadi jalur merah dan jalur hijau padaKecamatan Payung, Tiga Nderket, Namanteran dan Kecamatan Simpang Empat.
Tujuan penting lainnya yang ingin dicapai adalah untuk melihat peluangekonomi yang timbul sebagai akibat dari pasca erupsi Gunung Sinabung, dengantujuan melakukan diversifikasi sumber pendapatan rumah tangga petani diluarsumber utama dari produksi pertanian. Salah satu peluang yang akan diteliti lebihjauh adalah peluang dalam megembangkan desa wisata yang berbasis pertaniandan kondisi alam yang ada. Dampak positif dari erupsi ini kiranya memberikanpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani di Desa Suka MeriahKecamatan Payung Kabupaten Karo.
Dampak ini diharapkan dapat merubah kearah yang lebih baik, khususnyauntuk kondisi sosial, ekonomi, lingkungan dan pengetahuan masyarakat yangterkena dampak erupsi. Desa yang terkena erupsi Gunung Sinabung dapatdijadikan salah satu desa yang memiliki nilai jual sebagai desa berbasis agrotourism dan eruption tourism. Dengan cara melakukan pengembanganpembangunan desa yang berbasis pariwisata, sekaligus mengubah cara berpikir(mindset) dan pengetahuan masyarakat tentang hidup berdampingan dengangunung berapi yang masih aktif.
Keyword : Erupsi, Rule Model, Development Tourism Village
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
kesempatan pada saya untuk bisa menyelesakan Penelitian Produk Terapan pada
tahun pertama yakni 2017. Penelitian ini diajukan untuk membuat Penelitian
Produk Terapan pada tahun 2016 dan merupakan bahagian dari penelitian
desentralisasi. Kemudian seiring dengan perubahan kebijakan dengan
menerbitkan Buku XI tentang Pedoman Penelitain dan Pengabdian yang
diterbitkan oleh Kemenristek Dikti Tahun 2017, maka penneltian ini yakni PPT
berubah menjadi Penelitian Kompettitif Nasional. Penelitian ini didanai oleh
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguatan Riset
dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai
dengan Kontrak Penelitian Nomor : 337/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017
Banyak kesulitan yang kami lakukan ketika mengumpulkan data di
lapangan dengan mewawancarai penduduk baik yang menjadi pengungsi ataupun
tidak tapi bermukim pada wilayah kecamatan yang tidak jauh dari kawasan
Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Keterbatasan waktu dan biaya serta kondisi
cuaaca yang diikuti lanjutan erupsi Gunung Sinabung pada bulan Juli dan Agustus
2017 yang sangat aktif dengan mnegeluarkan Lava panas jadi hambatan
berikutnya. Jadwal untuk turun kelapangan menjadi banyak tertunda, termasuk
penerimaan dana yang sangat lambat kami terima pada tahun 2017, yakni pada
awal Agustus 2017, sehingga untuk membuat Laporan kemajuan dan akhir
menjadi sangat singkat sampai dengan melakukan tabulasi data. Namun kesulitan-
kesulitan baru sedikit dapat diatasi dengan melibatkan mahasiswa sebagai
surveyor sekaligus melakukan implementasi penelitian dalam kegiatan yang lebih
nyata sperti FGD dengan Pemerintahan Kecamatan Simpang Empat dan Naman
Teran. Dengan kesungguhan dan ketekunan yang tinggi baik Tim Peneliti bersama
dengan mahasiswa sebagai surveyor, maka kami dapat menyelesaikan aktivitas
dengan porsi 80% pada tahun pertama sekaligus membuat laporan akhir
penelitian. Semoga pada tahun-tahun berikutnya kami dapat mengerjakannya
sesuai dengan skedul dan memiliki hasil yang lebih opimal.
Semoga apa yang telah kami lakukan dapat memberi kontribusi bagi ilmu
pengetahuan dan dunia riset akademik, walaupun apa yang telah saya lakukan
hanyalah sebutir pasir ditengah lautan. Terimaksih juga kepada Direktorat Jendral
Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi yang
telah mendukung Tim peneliti secara finansial dalam bentuk pemberian berupa
pemenang Penelitian Produk Terapan tahun 2017. Akhirnya kami ucapkan
banyak terimakasih atas dukungan semua pihak dalam penyelesaiannya. Semoga
Allah SWT dapat melancarkan semua usaha yang kita lalukan di dunia. Amiin ya
rabbal’alamiin.
Medan, 31 Oktober 2017
Tim Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… v
RINGKASAN PENELITIAN..................................................................... vi
PRAKATA……………………………………………………………….... vii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………...... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. . 4
1.3 Tujuan Peneltian...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………….... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 7
2.1 Landasan Teori........................................................................ 7
2.1.1 Dampak Erupsi............................................................... 7
2.1.2 Dampak Bencana Alam terhadap kondisi Sosial Ekonomi
................................................................................... 8
2.1.3 Desa Wisata.................................................................... 8
2.1.4 Sosial Ekonomi............................................................... 9
2.1.5 Indikator Sosial............................................................... 10
2.1.6 Indikator Ekonomi.......................................................... 11
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................ 13
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………. . 17
3.1. Tujuan Penelitian…………………………………………… 17
3.2. Manfaat/Urgensi Penelitian………………………………… 18
BAB 4 METODE PENELITIAN.......................................................... . 17
4.1. Pendekatan Penelitian............................................................ 17
3.2 Tahapan Penelitian................................................................... 17
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI................................. 25
5.1. Gambaran Kabupaten Karo………………………………… 25
5.2. Wilayah Kecamatan terkena Erupsi Sinabung……………… 30
5.2. Recovery Resettlement Pemukiman…………………………35
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................. 39
6.1. Tahapan Pengembangan Ekonomi Pariwisata...................... 39
6.2. Bagan tahapan tahun ke-2 .................................................... 20
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………... 40
7.1. Kesimpulan ............................................................................ 40
7.2. Saran ...................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. . 42
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 43
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang dilalui oleh jalur ring of fire
sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki gunung berapi
terbanyak di dunia baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif.
Sehingga bukan hal yang baru lagi apabila terjadi bencana erupsi gunung
merapi di beberapa wilayah Indonesia, selama daerah tersebut dilalui oleh
jalur gunung merapi.
Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi terbesar di Pulau
Sumatera, dimana terdapat salah satu gunung yang masih aktif kegiatan
vulkanik nya yaitu Gunung Sinabung dengan titik puncak ketinggian 2.460
meter di atas permukaan laut. Gunung ini tertinggi kedua di Provinsi Sumatera
Utara setalah Gunung Sibuatan di Kabupaten Dairi. Gunung Sinabung tercatat
tidak pernah erupsi sejak tahun 1600, akan tetapi erupsi kembali terjadi pada
tahun 2010 hingga tahun 2016. Kondisi luncuran awan panas dari erupsi
Gunung Sinabung dapat dilihat pada Gambar 1-1 berikut ini :
Gambar 1-1
Peta Luncuran Awan Panas Gunung Sinabung Kabupaten KaroTahun 2014
Sumber : Google Image (www.googlemap.com)
Tercatat pada bulan juni hingga juli 2015 sebanyak 3.150 kepala keluarga
(KK) telah dievakuasi di 10 lokasi penampungan yang terletak di desa
Kabanjahe. Gunung Sinabung menyemburkan abu vulkanik hingga mencapai
ketinggian 7 s/d 8 kilometer dan menyebar jauh hingga mencapai Kota Medan
yang terletak ± 80 km dari lokasi gunung tersebut hingga mencapai wilayah
Provinsi Aceh.
Dampak erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi kondisi masyarakat
disekitar kaki Gunung Sinabung, baik dari sektor ekonomi, sosial, dan juga
lingkungan. Kondisi dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap hasil pertanian
sayur dan buah di Kabupaten karo dapat dilihat dari gambar 1-2 berikut ini :
Sumber : Google Image
Akibat erupsi tersebut pemukiman penduduk disekitar Gunung Sinabung
meliputi yang berada diwilayah Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah pertanian
holtikultura dan perternakan mengalami kerugian sangat besar. Peran pemerintah
sangatlah diperlukan untuk memulihkan kembali wilayah yang terkena dampak
erupsi Gunung Sinabung. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah yaitu
dengan merencanakan beberapa titik lokasi hunian sementara bagi para pengungsi
yang dibangun dikecamatan Simpang Empat, kecamatan Naman Teran, kecamatan
Tiga Nderket dan Kecamatan Berastagi.
Lokasi hunian sementara ini telah direncanakan pemerintah akan menjadi
hunian tetap dan dilengkapi oleh semua fasilitas sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh masyarakat, seperti pemberian lahan pertanian untuk
ditanami sebagai sumber pendapatan keluarga dengan luas 500 m2 untuk
setiap rumah tangga, serta rumah yang bertipe 45 dan telah dilengkapi kamar
mandi dengan sanitasi yang standar dan listrik serta air bersih.
Erupsi Gunung Sinabung tidak hanya berdampak negatif bagi masyarakat
sekitar, tetapi ada peluang yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Peluang ini
memberi alternatif untuk mendapatkan tambahan pendapatan bagi rumah
tangga Dengan terjadinya erupsi maka Desa Suka Meriah Kecamatan Payung
Kabupaten Karo dapat dijadikan sebuah desa dengan Rule Model
Development Tourism Village. Menjadikan desa tersebut sebagai desa wisata,
seperti dengan kegiatan agro tourism dan volcano tourism. Sebab daerah
yang terkena erupsi maka tanahnya akan menjadi lebih subur sehingga pasca
erupsi daerah sekitar gunung sinabung dapat dijadikan sebagai salah satu
wisata yang berbasis pertanian, dan juga sebagai desa wisata yang berbasis
education tentang pemahaman akan Gunung Sinabung itu sendiri, sehingga
akan memberikan nilai tambah untuk daerah itu sendiri atau indikator
ekonomi makro, sekaligus untuk pendapatan masyarakat sekitar erupsi.
Menurut data terbaru gunung berapi yang meletus beberapa tahun
terakhir ini di Indonesia diantaranya adalah Gunung Merapi yang terletak di
Sleman Yogyakarta pada tahun 2010. Gunung Kelud yang terletak di
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur
meletus kamis 13 februari 2014. Dan Gunung Slamet yang berada di lima
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yakni Tegal, Brebes, Pemalang,
Purbalingga dan Banyumas yang meletus 06 Agustus 2014. Beberapa wilayah
yang dulu menjadi daerah terkena erupsi kini telah berubah menjadi daerah
destinasi wisata seperti destinasi wisata merapi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Penelitian bertujuan untuk membuat Rule Model Development Tourism
Village, yakni pengembangan sutau desa dengan basis pertanian dan berlokasi
dikaki gunung api yang aktif. Jadi dampak dari erupsi akan menimbulkan
peluang ekonomi bagi masayrakat desa dalam meningkatkan pendapatan
rumah tangga. Tujuan yang sangat penting lainnya agar pemerintah
Kabupaten setempat dapat mendukung pengembanagan desa tersebut dengan
menambah dan memperbaiki infrastruktur fisik pedesaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor penentu apa saja yang mempengaruhi desa yang terkena
dampak erupsi Gunung Sinabung sebagai tourism village pasca erupsi 2. Bagaimana besarnya dampak positif yang diperoleh dengan menjadikan
desa korban erupsi sebagai desa berbasis pariwisata3. Bagaimana persepsi masyarakat sekitar Gunung Sinabung dalam melihat
keuntungan dan kerugian apabila desa tersebut dijadikan sebagai desa
wisata.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah ditetapkan dari penelitian
adalah :
1. Melakukan analisis tentang faktor-faktor apa saja dapat menentukan suatu
desa yang telah terkena dampak erupsi Gunung Sinabung sebagai lokasi
tourism village pasca erupsi.2. Menentukan seberapa besarnya dampak positif yang diperoleh dengan
menjadikan desa korban erupsi sebagai desa berbasis pariwisata.3. Menjabarkan tentang persepsi dari masyarakat yang berada disekitar
Gunung Sinabung dalam melihat keuntungan maupun kerugian apabila
desa tersebut dijadikan sebagai desa wisata volcanorist tourism village.
Untuk lebih detail capaian yang akan ditargetkan dari Penelitian Produk
Terapan untuk wilayah yang terkena bencana alam dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini :
4.N
5. Jenis Luaran 6. Indikator Capaian
9. TS1)
10. TS+1
11.1
12. Publikasi Ilmiah 2)
13. Internasional 14. Draf
15. Reviewed
18. Nasional Terakreditasi
19. Draf
20. Terdaftar
21.2
22. Pemakalah dalam pertemuan ilmiah3)
23. Internasional 24. tidak ada
25. tidak ada
28. Nasional 29. Terdaftar
30. Sudah dilaksanakan
31.3
32. Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah4)
33. Internasional 34. tidak a
35. tidak ada
da
38. Nasional 39. Draf
40. Terdaftar
41.4
42. Visiting Lecturer5)
43. Internasional 44. tidak ada
45. tidak ada
46.47.48.49.5
50.51.52.53. Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HKI)6)
54. Paten 55. tidak ada
56. tidak ada
59. Paten sederhana 60. tidak ada
61. tidak ada
64. Hak Cipta 65. tidak ada
66. tidak ada
69. Merk dagang 70. tidak ada
71. tidak ada
74. Rahasia dagang 75. tidak ada
76. tidak ada
79. Desain Produk 80. ti 81. tid
Industri dak ada
ak ada
84. Indikasi Geografis
85. tidak ada
86. tidak ada
89. Perlindungan Varietas Tanaman
90. tidak ada
91. tidak ada
94. Perlindungan Topografi SirkuitTerpadu
95. tidak ada
96. tidak ada
97.6
98. Teknologi Tepat Guna 7) 99. Belum/ tidak ada
100.Belum
/ tidak ada
101.7
102. Model /Purwarupa/Desain/Karya seni/Rekayasa Sosial8)
103.Draf
104.Penera
pan
105.8
106. Buku Ajar (ISBN)9) 107.Belu
m/ ti
108.Belum
/ tidak
dak ada
ada
109.9
110. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10)
111.1
112.2
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125. BAB 2126. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori2.1.1 Dampak Erupsi
127. Bencana dan bahaya letusan gunung berapi berpengaruh
secara negatif dan positif. Adapun dampak negative akibat letusan gunung
berapi yaitu :a. Ketika Gunung berapi meletus dan mengeluarkan abu vulkanik,
maka abu vulkanik akan bertaburan diangkasa dan dapat mengganggu
penerbangan dan udara yang dihirup manusia akan menjadi beracun.b. Pada waktu gunung berapi meletus puluhan ribu manusia dan ternak
banyak yang menjadi korban.c. Awan panas yang dikeluarkan gunung berapi dapat menewaskan
makhluk dan tumbuh-tumbuhan
d. Lahar dingin dan panas dapat merusak rumah, jembatan, dan daerah
pertanian.e. Bahan atau mineral yang dikeluarkan Gunung berapi kadang berhenti
dipuncak-puncak lereng dan turun bersama air hujan sebagai lahar
dingin dan membahayakan penduduk dibawahnya.128. Selain berdampak negatif erupsi Gunung berapi juga
mengakibatkan dampak positif yang sangat bermafaat bagi kehidupan
manusia. Sebuah gunung berapi tidaklah hanya membawa malapetaka bagi
masyarakat sekitarnya, tetapi juga mampu memberikan manfaat, adapun
dampak positif akibat letusan gunung berapi :
a. Ketika gunung berapi meletus dan mengeluarkan abu vulkanik, abu
ini dapat menyuburkan tanah pertanian di sekitarnya sehingga dapat
meningkatkan produksi pertanian penduduk. Yang seperi kita ketahui
banyak orang tinggal di lereng gunung yang berkerja sebagai petani.b. Didaerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan melalui hujan
orografis. Hal tersebut disebabkan gunung merupakan daerah
penangkap hujan yang baik.c. Didaerah gunung berapi memungkinkan dibangun pembangkit
tenaga listrik, yang berasal dari energi panas yang berada di sekitar
gunung berapi.d. Banyak ditemukan sumber air panas yang dapat dimanfaatkan
sebagai objek pariwisata.2.1.2 Dampak Bencana Alam terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
129. Dalam jangka waktu tertentu, kerusakan yang diakibatkan
oleh bencana alam dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi dan sosial suatu wilayah, diantaranya adalah peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan pasca bencana alam
dibandingkan dengan prabencana alam (Teori Creative Destruction oleh
Schumpeter). Material dari erupsi gunung berapi akan memberikan
kesuburan untuk lahan pertanian yang mendapat muntahan lahar panas dan
dingin yang mengendap ditanah.2.1.3 Desa Wisata
130. Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata merupakan
dampak dari berubahnya minat wisatawan terhadap tujuan destinasi
wisata. Tumbuhnya trend dan pola pikir bahwa wisata yang mendominasi
adalah wisata alam atau back to nature dalam paket petualangan di alam
sambil berinteraksi dengan masyarakat lokal, serta dapat mempelajari
budaya dan keadaan ekosistem alam mendorong pengembangan desa
wisata. 131. Kegiatan yang berbasis desa wisata memiliki potensi yang
sangat besar dalam sektor pariwisata, dan memberikan kontribusi yang
sangat besar bagi desa dan masyarakat yang berada di sekitarnya. 132. Adapun pengertian dari desa wisata adalah suatu bentuk integrasi
antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya tarik yang khas
( dapat berupa keunikan fisik lingkungan, alam pedesaan, maupun
kehidupan sosial budaya masyarakatnya ) yang dikemas secara alami dan
menarik sehingga daya tarik pedesaan dapat menggerakkan kunjungan
wisatawan ke desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011
: 1).133. Menurut R.S.Damardjati (1995:5) Agrowisata atau Agro
Tourism adalah wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian
yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga
berbagai aspek yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan
itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan yang
mengunjunginya. Aspek – aspek itu antara lain jenis tanaman yang khas,
cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan teknik dan
teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial budaya
disekelilingnya. 134.
2.1.4 Sosial Ekonomi135. Menurut Georgio Grossan (1984) yang dimaksud dengan
sistem ekonomi adalah sekumpulan kompenen-kompenen atau unsur-
unsur terdiri atas unit-unit dan agen-agen ekonomi, yang bukan saja saling
berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat tertentu
saling menopang dan mempengaruhi. Dengan demikian kompenen-
kompenen tersebut memliki hubungan fungsional yang dapat menjadi alat
koordinasi alokasi sumber daya ekonomi perekonomian yang didalamnya
individu-individu dan keluarga-keluarga memliki kesalingtergantungan
disebut sosial ekonomi (socialeconomy) (Raharja dan Manurung, 2008)136. Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat,
struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-
faktor sosial yang menata prilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan
antar anggota dengan ketua diatur dalam sistem peranan dan norma-norma
kelompok. Besar kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan
komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi
seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola
prilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan
pola prilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Dari
segi komunikasi, teori penyebaran inivasi (Roger & Shoemaker,1971) dan
teori kritik (Habernas, 1979) memperlihatkan bagaimana sistem
komunikasi sangat dipengaruhi oleh stuktur sosial (Rakhmat, 1992).137. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi sesorang
dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas
ekonomi, pendidikan serta pendapatan. Dalam pembahasannya sosial dan
ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Dalam konsep
sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya
manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain,
sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan
masyarakat. Ekonomi berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang berarti
keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan.138. Kerugian ekonomi pada usaha tani akibat erupsi Merapi
dapat berupa kerugian langsung karna tanaman dan ternak mati, penurunan
produksi, dan turunnya harga jual pada kondisi bencana. Kerugian pada
tingkat petani mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan tingkat regional
mencapai triliunan rupiah (Ilham, 2010)139. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi
rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu:
a. Tingkat pendidikanb. Pekerjaanc. Tingkat pendapatand. Kesehatane. Tempat tinggal
f. Kepemilikan Lahang. Kesejahteraan h. Aktivitas ekonomi
2.1.5 Indikator Sosial
a. Tingkat pendidikan
140. Tingkat pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi
karena merupakan fenomena kesatuan sosial untuk semua individu.
Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuknya atas
semua prestasi dalam hidup, yang tercermin melalui nilai-nilai atau
derejatnya. Akibatnya, pendidikan memainkan peranan penting dalam
sebuah pendapatan sebagai keluarga atau individu. Secara realitas, bahwa
tingkat pendidikan juga menggambarkan tentang kualitas sumberdaya
manusia dan kondisi human capital yang ada di Indonesia.141.
b. Kesehatan
142. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi pemeiharaan. Kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu seseorang dengan bertindak secara
sendiri-sendiri maupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdesarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
c. Tempat tinggal
143. Tempat tinggal adalah bagian yang utuh dari pemukiman,
dan bukan hasil fisik semata, melainkan merupkan suatu proses yang terus
berkembang dan terkait dengan obilitas sosial ekonomi penghuninya
dalam suatu kurun waktu, yang terpenting dari tempat tinggal adalah
dampak terhadap penghuni bukan wujud dan standar fisiknya.
d. Kepemilikan Lahan
144. Dengan lahan yang sempit pruduksi pertanian akan tidak
mampu untuk mencukupi biaya hidup keluarga tani. Tanah yang sempit
menyebabkan biaya produksi terlalu tinggi dibanding dengan persatuan
tanah yang luas, baik ditinjau dari segi tenaga kerja, penggunaan bibit,
pemupukan, penanggulngan hama dan penyakit maupun biaya peralatan
dengan daya manfaat rendah.2.1.6 Indikator Ekonomi
145. Ruang lingkup indikator ekonomi yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :a. Pekerjaan
146. Pekerjaan didefenisikan secara umum sebagai sebuah
kegiatan aktif yang dilakukan manusia. Dalam arti sempit, istilah
pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang .
dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama
dengan profesi.b. Tingkat pendapatan
147. Tingkat pendapatan merupakan satuan tingkatan yang
berasal daari pemasukan keuntungan yang dihasilkan oleh penjualan
barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut
Vellarie J. Hull yang dikutip oleh Masri Singarimbun, bahwa jumlah
seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan
hewan peliharaan dipakai untuk membagi kedalam tiga kelompok
tingkat pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengan,
dan pendapatan rendah. Yang dimaksud dengan golongan
berpenghasilan rendah adalah golongan yang memperoleh pendapatan
atau penerimaan sebgai imbalan terhadap kerja mereka yang
jumlahnya jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah
kebutuhan pokok.
c. Kesejahteraan
148. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk kearah keadaan yang
lebih baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan
makmur, dalam keadaan sehat dan dalam keadaan damai. Dalam istilah
ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda, sejahtera
memiliki arti khusus dan resmi atau teknikal. Dalam istilah sosial,
kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. ini adalah istilah yang digunakan dalam ide Negara
yang sejahtera.
2.2 Penelitian Terdahulu
a. Deanne K. Bird et al (2010) Dampak bahaya vulkanik terhadap
Pariwisata dan pendidikan di selatan Islandia. Penelitian ini melibatkan
dua kelompok pemangku kepentingan : wisatawan dan karyawan
pariwisata ( selanjutnya disebut sebagai karyawan ) Hasil survei ini
menunjukkan bahwa upaya ini belum berhasil meningkatkan wisatawan
dan pengetahuan karyawan pariwisata. b. Wilson, T. et al. (2007) Dampak letusan Gunung Merapi terhadap
pertanian dan infrastruktur di Indonesia. Metode penulisan ini adalah
pengamatan dengan melakukan wawancara kepada petani dan penduduk
lokal serta wawancara dengan ahli pertanian dan ahli ilmu tanah. Letusan
Merapi menyebabkan kehancuran sebagian besar desa Bebeng / Kaliadem,
perpindahan puluhan ribu orang , dan dampak yang signifikan pada
pertanian daerah.c. Rosalina Kumalawati (2014) Dampak Banjir Lahar Pasca erupsi Gunung
Merapi 2010 pada Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kali Putih
Kabupaten Magelang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak
banjir lahar pasca erupsi Gunung Merapi 2010 terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Kali Putih Kabupaten Magelang. Metode yang
digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa banjir lahar pascaerupsi Gunung Merapi
2010 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat.d. Syafrul Yunardi menyoroti tentang dampak kebakaran hutan bagi kondisi
ekonomi sosial masyarakat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
metode penghitungan SNSE atau social accounting matrix (SAM) untuk
menghitung nilai penurunan pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa setiap hektar areal hutan yang terbakar di Indonesia menimbulkan
dampak berupa penurunan pendapatan total sebesar 269 juta rupiah. e. Tri Siwi Nugrahani (2012) Dampak Erupsi Merapi Dan Kemiskinan Di
Kecamatan Cangkringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dampak letusan Merapi dan kemiskinan di wilayah cangkringan dengan
membandingkan tingkat kemiskinan Antara sebelum dan setelah kondisi
letusan. Penelitian ini menggunakan subjek penduduk di wilayah
Cangkringan dengan survey dan metode observasi, dan menggunakan
analisis data deskriptif kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Cangkringan antara 2010
ke 2011 berkurang sekitar 1227 orang. f. Sudarmadji dan Darmakusuma Darmanto (2014) Dampak lingkungan
dan resiko bencana pengembangan desa wisata studi kasus di desa wisata
sambi. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Sambi yang terletak di
Lereng Selatan Gunungapi Merapi, untuk mempelajari dampak lingkungan
dan risiko bencana yang dihadapi. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan
dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Desa Wisata Sambi mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan. g. Faris Zakaria dan Rima Dewi Suprihardjo (2014) Konsep
Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan
Pakong Kabupaten Pamekasan. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan
faktor-faktor yang dapat mendukung pengembangan kawasan desa wisata
dan perumusan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Desa
Bandungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep
pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bandungan Kecamatan
Pakong, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
rasionalistik spasialn dengan menjadikan adat istiadat sebagai peraturan
kegiatan wisata, mengembangkan kawasan desa wisata berbasis
agrowisata, menyediakan fasilitas penginapan berkonsep tanean lanjheng,
menyediakan toko souvenir, menyediakan fasilitas rumah makan,
memberikan pelatihan kepada masyarakat, menyediakan tempat rekreasi,
membuat web tentang kawasan desa wisata, melibatkan masyarakat dalam
proses pengembangan dan menerapkan peraturan zonasi.149.150.151.152.153.154.155.156.157.158.
159.
160.
161. Kerangka Konseptual Penelitian Produk Terapan Tahun I
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
Erupsi Gunung Sinabung
Identifikasi kondisi sosial ekonomi pasca Erupsi Gunung Sinabung
Membuat Root Case Analysis
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Sekunder Data Pemetaan ( Pra dan Pasca) Erupsi
FGD Terhadap Masyarakat
FGD Terhadap Pemerintah
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187. Kerangka Konseptual Penelitian Produk Terapan Tahun II
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.200.201.
Menciptakan RegulasiRule Model Desa Wisata
Pembangunan Infrastruktur
Laporan
Mendapatkan peluang (ekonomi, sosial, dan budaya)
Studi Banding ke Desa Wisata Gunung Merapi Yogyakarta
FGD dengan Masyarakat Desa, dan Pemerintah Setempat
Pelatihan kepada masyarakat Desa Gunung Sinabung untuk household income generating
Publikasi
Jurnal Seminar
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211. BAB 3
212. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
213. Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah
ditetapkan dari penelitian ini, maka akan diformulasikan lebih jauh tentang
tujuan baik secara umum mapuun secara khusus dari penelitian ini beserta
bahagian dari manfaat dan urgensi yang dapat dikemukakan dari penelitian
dengan basis bencana alam. Adapaun tujuan dan manfaat yang akan
diuraikan lebih mendalam pada bahagian ini, sehingga penelitian
memberikani manfaat bagi daerah dan masyarakatnya.
3.1. Tujuan Khusus Penelitian
214. Adapun tujuan yang khususu dari penelitian ini berupa :
1. Melakukan identifikasi kondisi sosial ekonomi pasca erupsi Gunung
Sinabung serta menentukan wilayah kecamatan serta desa mana saja yang
dapat dijadikan rule model tourism village as effect of eruption mountain. 2. Melakukan FGD (focus group discussion) baik pada masyarakat dan
Pemerintah Kecamatan serta Desa yang terkena dampak langsung erupsi
Gunung Sinabung estimasi besarnya dampak positif yang diperoleh
dengan menjadikan desa korban erupsi sebagai desa berbasis wisata
3. Membuat rule model tourism village berdasarkan pada peluang ekonomi
dan persepsi masyarakat yang berada disekitar Gunung Sinabung dalam
menentukan menjadi desa wisata.215.
1.3 Manfaat/Urgensi Penelitian
216. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa :
1. Bagi masyarakat sekitar; Penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang bagaimana dampak positif atau nilai tambah yang akan diperoleh
apabila desa yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung mampu
diubah menjadi desa wisata yang dahulunya hanya sebagai desa berbasis
pertanian holtikultura. Serta keuntungan baik secara moril maupun materil
yang akan diperoleh masyarakat sebagai tambahan pendapatan apabila
program ini dapat terlaksanakan.
2. Bagi Pemerintahan, Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
bagi pemerintah dalam membuat rencana dan regulasi tentang penataan
kembali desa yang terkena erupsi serta mendukung program yang akan
dijalankan agar tidak ada pihak yang akan dirugikan baik secara sosial dan
ekonomi.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240. BAB 4
241. METODEPENELITIAN
242.
4.1. Pendekatan Penelitian
243. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan inovasi dan
pengembangan iptek-sosbud (penelitian terapan) yang dapat dimanfaatkan
oleh mnasyarakat ataupun industri. Penelitian ini akan merumuskan Rule
Model Development Tourism Village untuk desa yang terkena dampak
langsung dari bencana alam seperti erupsi Gunung Sinabung.244.
4.2. Waktu dan Lokasi4.2.1. Waktu (periode) Penelitian
245. Waktu yang digunakan dari penelitain ini dilaksanakan selama 9
(Sembilan) dari bulan April – Desember setiap tahunnya yakni tahun 2017
dan 2018. 4.2.2. Lokasi (tempat) Penelitian
246. Lokasi atau wilayah sebagai tempat penelitian adalah Kabupaten
Karo dimana erupsi Gunung Sinabung terjadi.
247.
4.3. Jenis Data248. Adapun jenis data yang digunakan dari penelitian ini adalah :1. Data Kuantitatif2. Data Kualitatif249.
4.4. Tahapan Penelitian
250. Penelitian ini dilaksanakan selama dua tahun, dimana
kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pertama adalah dengan
terjadinya erupsi Gunung Sinabung maka peneliti akan melakukan
identifikasi kondisi sosial ekonomi pasca erupsi, selanjutnya membuat
root case analysis melalui sekunder data, pemetaan pra dan pasca erupsi
terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya. Lalu melaksakan FGD
kepada masyarakat untuk memperkenalkan rule model desa wisata serta
melakukan FGD kepada pemerintah untuk menciptakan regulasi yang
tepat terutama dalam bidang pembangunan infrastruktur. Selanjutnya
melakukan publikasi untuk mendapatkan peluang demi pembangunan
sektor ekonomi, sosial, dan budaya. 251. Untuk tahun kedua kegiatan yang akan dilakukan adalah
melaksanakan studi banding ke desa wisata Gunung Merapi Jogjakarta,
FGD kepada masyarakat desa dan pemenrintah di Desa Gunung Sinabung
untuk melaksakan pelatihan kepada masyarakat tentang household income
generating, selanjutnya hasilnya akan du publikasikan melalui seminar
dan jurnal ilmiah. 252. Adapun alur yang akan diteliti dari penelitian terapan dapat
dilihat pada Fish Bone Diagram berikut ini :
253.
4.5. Tehnik Analisis Data
254. Adapun tehnik analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Identifikasi Kondisi Sosial dan Ekonomi.
255. Melalui pengumpulan data sekunder untuk melihat indikator makro ekonomi dan
indikator sosial masyarakat di Kabupaten Karo melalui Publikasi data oleh Kantor BPS
Kabupaten Karo, guna melakukan evaluasi tentang fakta yang terjadi di Kabupaten Karo.
256. Serelah data itu terkumpul, maka akan dilakukan analisa tentang kondisi sosial
dan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Karo Pasca Erupsi Gunung Sinabung
2. Analisa akar masalah (Root Cause Analysis)
257. Analisa Akar Masalah adalah metode analisa terstruktur yang digunakan untuk
menemukan dan mengkoreksi penyebab dari akar masalah yang mendasar. Hasil RCA dapat
menjelaskan Penyebab langsung (Direct Cause) serta penyebab tidak langsung (Indirect
Cause), serta akar penyebab/penyebab mendasar (Basic Cause).
258. Langkah pertama Analisis akar masalah dimulai dengan menentukan masalah
berdasarkan fenomena yang ada.
259. Langkah kedua, dengan mengumpulkan data sebagai bukti adanya permasalahan
juga untuk melihat dampak dari permasalahan tersebut. Data yang dikumpulkan berasal dari
institusi Pemerintah seperti Kantor BPS, Dinas Sosial, Pariwisata, Pertanian dan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karo.
260. Langkah ketiga, identifikasi faktor-faktor kemungkinan. Pada langkah ini dapat
diketahui urutan penyebab yang mengarah ke permasalahan. Mengidentifikasi kondisi apa yang
memungkinkan masalah terjadi serta masalah lain yang terjadi.
261. Langkah keempat, identifikasi akar penyebab. Untuk mengetahui mengapa
faktor kausal ada dan apa alasan sebenarnya masalah terjadi.
262. Langkah kelima, menerapkan solusi. Pada langkah ini dijelaskan hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah masalah terjadi lagi serta bagaimana solusi yang dapat
diimplementasikan.
263.
264.
Page 31 of 63
4.4. Luaran Penelitian 4.4.1. Tahun Pertama1. Kondisi Sosial dan Ekonomi Kabupaten Karo2. Rumusan Rancangan Rule Model Tourism Village after dissaster volcano in Karo Regency3. Rencana Publikasi dalam bentuk draft artikel ilmiah yang akan ikut pada seminar nasional
4.4.2. Tahun Kedua1. Penerapan membangun Desa Wisata yang memiliki ciri khas seperti Kampung Wisata
Kuliner, Kampung Wisata Handy craft dan Kampung wisata Agro dengan pengelolaan
yang lebih profesional sekaligus membuka lapangan kerja di desa. 2. Membangun website Desa Wisata sebagai implementasi pemasaran bisnis wisata yang
dikelola oleh Anak Muda Desa.3. Publikasi ilmiah untuk artikel sektor pariwisata pada Jurnal nasional4. Seminar Nasional sebagai penyaji/pembicara 265.266.267.268.269.270.271.272.273.274.275.276.277.278.279.280.281.
282.
283. BAB 5284. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
285.286. 5.1. Pemetaan Sebelum Erupsi Sinabung 287. 5.1.1. Gambaran Geografis Kabupaten Karo
288. Kabupaten Karo dahulu dikenal dengan nama Kabupaten Tanah Karo merupakan
salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Utara, dengan ibu kota kabupatennya
Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak
kurang lebih 400.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, yang berada di jajaran
Page 32 of 63
Bukit Barisan Sumatera Utara. Kota Kabanjahe terletak sejauh 77 km dari kota Medan sebagai
ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
289. Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 02° 50' sampai 03° 19'
Lintang Utara (LU) dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur Timur (BT) Wilayah Kabupaten Karo
terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai dengan 1.400 meter di atas
permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari
kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Kabupaten Karo Memiliki Batas Wilayah Yaitu Sebagai Berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Aceh) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Samosir
290. Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan
dengan udara yang sangat sejuk dan berciri khas sebagai daerah pengahasil buah dan sayuran
(holtikultura). Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih
aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah
Raja. Jadi Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang dari suku
Karo. Agar lebih mudah melihat Kabupaten Karo secara geografi adapat dilihat pada Gambar 5-1
beriku ini :
291.
292. Gambar 5-1
293. Peta Kabupaten Karo per Kecamatan
Page 33 of 63
294.
295. Sumber : www.karokab.go.id
296.
297. 5.1.2. Sungai
298. Kabupaten Karo yang terletak di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut,
merupakan daerah hulu sungai (DHS) bagi sejumlah sungai primer di Sumatera Utara. Tidak
Kurang 50 buah sungai ada di daerah ini. Sebagian besar bermuara ke Selat Malaka atau Pantai
Timur sedangkan 1 buah bermuara ke Danau Toba. Sungai-sungai yang bermuara ke pantai
Timur adalah Lau Biang, Lau Bengap, Lau Borus, Lau Gunung dan lain-lain. Sementara sungai
yang bermuara ke Danau Toba adalah sungai yang mewujudkan air terjun Sipiso Piso, dimana
dalam menjaga kestabilan ekosistem serta menjadi penahan (buffer) keseimbangan alam.
Page 34 of 63
299. 5.1.3. Gunung
300. Pada daerah daratan tinggi Karo dan sepanjang pegunungan Bukit Barisan
terdapat sejumlah puncak atau gunung. Dua di antaranya gunung berapi aktif yaitu: Gunung
Sinabung dengan ketinggian mencapai 2.451 mdpl (meter diatas permukaan laut) dan Gunung
Sibayak yang mencapai 2.172 mdpl. Maka berdasarkan data ketinggian dari ke-2 gunung
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Gunung Sinabung adalah gunung berapi paling tinggi
di Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan daerah yang paling subur dalam mengahsilkan
tanaman holtikultura dalam memenuhi kebutuhan kota Medan khsususnya dan Sumatera Utara
pada umumnya.
301. Selain kedua gunung berapi tersebut, masih terdapat sejumlah gunung lainnya
yang tinggi dan belum diukur seperti gunung Ketaren, gunung Barus, gunung Sibuaten, gunung
Macik, gunung Sipiso-piso, gunung Sembah Bala, gunung Kutu, gunung Pabo, gunung Singkut,
gunung Gajah, gunung Pertekteken dan lainnya. Kesemua gunung ini masuk dalam jajaran Bukit
Barisan yang membujur dari bahagian wilayah Utara sampai ke wilayah Selatan pulau Sumatera.
302. 5.1.4. Danau
303. Di Kabupaten Karo terdapat dua buah Danau yang cukup luas dan sangat terkenal
yaitu sebagian Danau Toba yang masuk dalam wilayah Tongging serta danau Lau Kawar yang
memiliki luas lebih kurang sebesar 200 Ha. Danau Lau Kawar ini diapit oleh alam pegunungan
yang dikelilingi hutan tropis atau hutan hujan (rain forest), dimana danau ini terletak diwilayah
Kecamatan Namanteran yang sebahagain wilayahnya terkena dampak langsung dari muntahan
erupsi gunung Sinabung.
304. Pada tepi Danau Lau Kawar terbentang lahan seluas 3 hektare yang digunakan
turis lokal maupun asing untuk destinasi wisata dan melakukan perkemahan sebelum terjadi
erupsi gunung Sinabung. Tetapi sekarang menjadi daerah yang sering terkena aliran lahar dingin
dari letusan gunung Sinabung. Maka wilayah danau Lau Kawar tidak menjadi tujuan wisata yang
sangat diminati oleh anak muda dalam kegiatan natural adventuring di Sumatera Utara maupun
tujuan wisata keluarga.
Page 35 of 63
305. 5.2. Pemetaan Pasca Erupsi Gunung Sinabung
306. 5.2.1. Perkembangan Demografi (Penduduk) Kabupaten Karo
307. Gambaran tentang jumlah penduduk yang tersebar di seluruh Kecamatan untuk
Kabupaten Karo, kami beri tanda warna kuning, dimana kecamatan ini terkena dampak langsung
dari erupsi Gunung Sinabung seperti terkena muntahan langsung lahar panas dari letusan,
kemudian debu vulkanik yang melingkupi wilayah ini seperti rumah dan lahan tanaman buah
serta sayuran sehingga mengalami kerusakan saat akan dipanen. Selain itu aliran lahar dingin
juga ada yang mengalir di wilayah kecamatan ini seperti daerah Lau Kawar yang masuk pada
kecamatan Naman Teran. Adapun perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Karo dari tahun
2010 sampai dengan 2016 per Kecamatan dapat dilihat pada table 5-1 berikut ini :
308. Tabel 5-1
309. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Karo per Kecamatan Tahun2010-2016
Page 36 of 63
310.
Sumber : BPS Kabupaten Karo (www.karokab.bps.go.id)
311. Berdasarkan pada Tabel 5-1 diatas dapat terlihat bahwa, yang paling banyak
penduduknya dengan urutan 3 besar, yakni kecamatan Kabanjahe sebagai ibukota Kabupaten
berada pada urutan pertama tahun 2016 sebanyak 73.479 orang , kemudian diikuti kecamatan
Berastagi mencapai 49.805 orang dan urutan ketiga adalah Kecamatan Tigapanah sebesar 33.687
orang. Sebaliknya yang paling sedikit penduduknya atau masuk 3 terendah adalah Kecamatan
Dolat Rayat hanya mencapai 9.378 orang, diikuti urutan terendah kedua yakni kecamatan
Kutabuluh 11.531 orang, kemudian yang masuk urutan terendah ketiga adalah Kecamatan
Payung sebanyak 12.024 orang. Kecamatan terakhir ini yang masuk sebagai daerah yang terkena
dampak langsung dari semburan abu vulkanik yang menimbun beberapa desa di wilayah
Page 37 of 63
tersebut. Secara lebih sederhana dapat dilihat dari Tabel 5-2 tentang penyebaran penduduk dalam
bentuk persentase per Kecamatan di Kabupaten Karo Sebelum Erupsi Sinabung Tahun 2010 dan
Pasca Erupsi sebagai berikut :
312. Tabel 5-2
313. Distribusi Penduduk yang Bermukim per Kecamatan di Kabupaten Karo
314. Sebelum Erupsi Tahun 2010 dan Pasca Erupsi Tahun 2016
315.
316. Sumber : BPS Kabupaten Karo- Data diolah sendiri (www.karokab.bps.go.id)
317. Berdasarkan tabel 5-2 diatas, bahwa perbandingan penyebaran
penduduk sebelum dan setelah erupsi gunung Sinabung dapat dilihat bahwa tidak ada
perubahan distribusi penduduknya, dimana data kontribusi penduduk di kecamatan se-
Kabupaten Karo ternyata tidak mengalami perubahan. Padahal jumlah penduduk yang
bermukim pada wilayah yang terkena langsung erupsi gunung Sinabung pasti mengalami
penurunan untuk jumlah penduduk. Adapun kecamatan yang terkena langsung muntahan
dari hasil erupsi gunung Sinabung adalah :
1. Kecamaan Namanteran
Page 38 of 63
2. Kecamatan Simpang Empat3. Kecamatan Payung 4. Kecamatan Merdeka5. Kecamatan Tigandreket
318. Tetapi data yang diambil dari BPS Kabupaten Karo dan BPS
Propinsi Sumatera Utara menunjukkan tidak adanya perubahan komposisi jumlah
penduduk, dimana pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten Karo telah melakukan
realokasi pemukiman penduduk dari Desa yang terkena bencana langsung eruspsi
Sinabung ke wilayah kecamatan yang relatif jauh dari kawasan Gunung Sinabung
tersebut yakni ke Desa Siosar Kecamatan Merek. Wilayah relokasi pemukiman
penduduk ini telah diresmikan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo pada Oktober 2017
kemarin, sebagai wilayah pemukiman yang permanen untuk pengungsi. Kondisi ii dapat
terlihat pada gambar berikut ini :
319. Gambar 5-2
320. Kawasan Realokasi Pemukiman Desa Siosar
321.
322. 5.3. Kondisi Ekonomi Makro Kabupaten Karo
323. 5.3.1. Nilai PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha
Page 39 of 63
324. Perkembangan ekonomi pada suatu negara atau wilayah dapat
dilihat dari indikator ekonomi utama yakni Produk Domestik Bruto (PDB) atau di
Indonesia jika daerah disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Maka
untuk melihat perekambangan ekonomi di Kabupaten Karo khsusunya sector ekonomi
bidang pertanian dan pariwisata akan dapat dilihat pada tabel PDRB berikut ini :
325. Tabel 5-3
326. Perkembangan Nilai PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha
327. Kabupaten Karo ADHK Tahun 2010 – 2016
328.
329.Sumber: BPS Kabupaten Karo Dalam Angka 2017
330. Bedasarkan pada tabel diatas, nilai PDRB sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan merupakan sector utama yang menggerakkan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Karo, dimana kabupaten ini merupakan lumbung produksi pangan
khususnya holtikultura (sayur dan buah-buahan) serta susu sapi. Selanjutnya sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi menduduki peringkat ke-2, kemudian diikuti oleh
sector konstruksi ke-3 serta Transportasi dan pergudangan ke-4. Sektor-sektor ini sangat
mendukung aktivitas produksi dan pemasaran dari sector pertanian subsektor holtikultura
serta bidang pariwisata yang diddukung oleh restoran hotel dan transportasi serta jasa
Page 40 of 63
komunikasi dan informasi yang mendukung seluruh aktivitas tersebut. Selain itu, wilayah
kabupaten Karo yang letaknya tidak terlalu jauh dari kota Medan, sudah masuk dalam
kawasan metropolitan area di propinsi Sumatera Utara yakni MEBIDANGRO (Medan –
Binjai – Deli Serdang – Karo). Jadi wilayah Karo merupakan destinasi wisata yang wajib
dikunjungi jika wisatawan hendak berkunjung ke kota Medan.
331. 5.3.2. Pertumbuhan PDRB berdasarkan Lapangan Usaha
332. Perkembangan ekonomi secara lebih realistis akan dapat dilihat
pada data indikator ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi secara umum dan pertumbuhan
sektoral dari setiap sector ekonomi yang ada dala data PDRB Kabupaten Karo. Secara
umum artinya pertumbuhan ekonomi total sektoral, biasa disebut dengan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karo selama 6 tahun terakhir (2011-2016) rata-ratanya mencapai
5,18%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 5,75%.
Pertumbuhan ekonominya berada dibawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara,
dimana pasca erupsi gunung Sinabung pada tahun 2010 maka pertumbuhannya relatif
menurun, karena terjadi bencana erupsi gunung Sinabung yang telah merusak produksi
pertanian khusus sayur-mayur dan buah-buahan. Jadi secara total produksi akan
mengalami penurunan yang diikuti dengan turunnya petumbuhan ekonomi di wilayah
Karo.
333. Jika dilihat berdasarkan tabel di bawah ini, maka pertumbuhan
ekonomi sektoral yang paling tinggi adalah sector jasa Kesehatan dan sosial sebesar
12,53%, kemudian diikuti oleh sector Penyediaan Akomodasi Makanan dan Minuman
sebesar 7,77%. Sedangkan tertinggi ke-3 dan ke- 4 adalah sector Jasa keuangan dan
Asuransi 7,69% serta sector Jasa Pendidikan mencapai 7,55%. Sektor taransportasi lebih
rendah dibanding 4 sektor trsebut hanya mencapai 6,68%. Tapi ke-5 sektor ini
pertumbuhannya berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo.
334. Sebaliknya, 4 sektor unggulan di Kabupaten Karo seperti sektor
Pertanian, kehutanan dan perikanan hanya 4,38% menjadi sector yang pertumbuhannya
ekonominya paling rendah. Selanjutnya terendah ke-2 yakni sector Perdagangan Besar
dan Eceran mencapai 4,81%, sedangkan sector konstruksi mencapai pertumbuhan sebesar
Page 41 of 63
4,93%. Jadi ada fenomena yang berkebalikan, dimana sector ekonomi unggulannya tetapi
memiliki pertumbuhan yang terendah di Kabupaten Karo. Artinya pemerintah kabupaten
harus memperbaiki agar sector ekonomi unggulan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
relatif lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonominya. Recovery ekonomi
pasca erupsi gunung Sinabung harus memberikan multiplier effect secara ekonomi,
khususnya sektor-sektor ekonomi unggulan seperti Pertanian, Pariwisata dan Property
yang berhubungan dengan sarana pariwisata. Fenomena perkembangan ekonomi ini dapat
dilhat pada tabel 5-4 berikut ini :
335. Tabel 5-4
336. Perkembangan Pertumbuhan PDRB Sektor Lapangan Usaha KabupatenKaro
337. ADHK Tahun 2011 – 2016
338.
Page 42 of 63
339.Sumber: BPS Kabupaten Karo Dalam Angka 2017
340.
341. 5.3.3. Kontribusi Sektoral dari PDRB
342. Berdasarkan pada kondisi realistis secara ekonomi dapat dilihat
pada data kontribusi atu dsitribusi sektoral ekonomi yang ada di Kabupaten Karo, maka
data Kontribusi sektoral dari PDRB Kabupaten Karo selama 5 tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 5-5 berikut ini :
343. Tabel 5-5
344. Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Karo
345. ADHK Tahun 2010 – 2016
346.
347. Sumber: BPS Kabupaten Karo Dalam Angka 2017
348. Berdasarkan pada data kontribusi sektoral dari PDRB Kabupaten
Karo, maka 5 tahun terakhir yang paling tinggi adalah sector pertanian, kehutanan dan
Page 43 of 63
perikanan, yang nilainya rata-rata mencapai 59,64%. Artinya penyumbang paling besar atau
lebih dari setengah dalam pembentukan output PDRB dihasilkan dari sektor pertanian,
karena sesuai dengan wilayah geografi daerah dataran tinggi sehingga menghasilkan
tanaman pangan khususnya holtikultura. Sektor ini akan rentan sekali dengan bencana alam
gunung berapi.349. 5.4. Kondisi Fisik Pasca Erupsi Gunung Sinabung350. 5.4.1. Kondisi Gunung Sinabung Masa Erupsi di Kabupaten Karo
351. Gunung Sinabung merupakan Gunung Api strato tipe B atau sejarah letusannya
tidak tercatat meletus sejak 1600-an. Untuk pertama kali setelah lebih dari 400 tahun tidur,
gunung itu meletus pertama pada 27 Agustus 2010. Letusan gunung dikategorikan tipe letusan
freatik yang diikuti jatuhan abu vulkanik yang menyebar ke wilayah timur-tenggara Gunung
Sinabung sehingga menutupi Desa Sukameriah, Gungpitu, Sigarang-Garang, Sukadebi, dan
Susuk. Erupsi Sinabung pada tahun 2010, hanya berlangsung dari bulan Agustus hingga
September.
352. Pada 2013, Gunung Sinabung kembali erupsi dan terus menunjukan aktivitas
vulkaniknya sampai sekarang ini. Karena sering menunjukan aktivitasnya, Gunung Sinabung
kemudian diklarifikasikan ke dalam tipe A.
353. Gunung Sinabung (bahasa Karo : Deleng Sinabung) adalah gunung api yang
berada di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Gunung Sinabung
bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan
menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.451 meter. Gunung
ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus
pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi Nopember 2017 dan berlangsung hingga
kini tidak tahu kapan gunung ini akan berhenti meletus.
354. Gambar 5-3
Page 44 of 63
355. Letusan Gunung Sinabung Tahun 2010356.
357. Gunung Sinabung dilihat dari Gundaling pada 13 September 2010
358. Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada
tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC),
gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi Awas. Dua belas ribu
warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung
meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari
Gunung Sinabung.
359. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar
pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama
menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letuasn kedua terjadi bersamaan dengan
gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Selanjutnya
pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan
terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini
terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.
360. Letusan Tahun 2013—2014361. Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013,
telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari,
kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada
siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda
sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan
Page 45 of 63
abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi
ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman. Akibat peristiwa ini,
status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi
selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2,
Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.
362. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan
yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan
kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.
363. Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas
sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjutkan pada
hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak
gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena
hujan abu vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung
dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus mulai
diungsikan. Kondisi letusan gunung Sinabung dapat dilihat pada gamabar dibawah ini :
364. Gambar 5-4
Page 46 of 63
365. Letusan Gunung Sinabung Tahun 2014366.
Gunung Sinabung, tanggal 29 Januari 2014
367. Status level 4, dalam artian Status Awas ini terus bertahan hingga memasuki tahun
2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014.
Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas
terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi,
hingga melebihi 20 ribu orang.
368. Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi
Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya
(5 km) dapat dipulangkan. Namun demikian, sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3
orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah,
Kecamatan Payung yang berada dalam zona bahaya I.
Page 47 of 63
369. Letusan 2016370. Pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 16:48 WIB, Gunung Sinabung
kembali meletus dengan mengeluarkan awan panas. Awan panas ini menyelimuti Desa
Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Akibatnya 7 orang meninggal
dunia, dan 2 lainnya mengalami luka bakar. Para korban diketahui tengah berada di zona
merah di kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung. Sampai
dengan 22 Mei 2016, telah terjadi 4 kali letusan. Menurut petugas pos gunung Sinabung,
luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekira pukul 14.30 WIB.
371. Letusan 2017372. Ternyata pada tahun 2017 juga letusannya berturut-turut dari bulan
Agustus, Sepetember, Oktober sampai Nopember dimana luncuran awan panas dan debu
vulkanik masih terjadi di kawasan ini. Tapi di tahun 2016 dan 2017 sudah banyak desa
yang berada di lingkaran atau punggung gunung Sinabung sudah dikosongkan, dan tidak
boleh ditinggali lagi oleh masyarakat. Adapun kondisinya pada saat ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
373. Gambar 5-5
Page 48 of 63
374. Letusan Gunung Sinabung Tahun 2016375.
376.
377. 5.4.2. Pemetaan Wilayah Kecamatan dan Desa yang Langsung Terkena oleh
Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo
378. Wilayah yang terkena langsung muntahan vulkanik erupsi gunung Sinabung ada 4
Kecamatan di Kabupaten Karo yakni :
1. Kecamatan Namanteran2. Kecamatan Payung3. Kecamatan Simpang Empat4. Kecamatan Tiganderket
379. Sedangkan wilayah Desa yang terkena langsung dari erupsi Gunung Sinabungdapat dilihat pada Tabel 5-6 berikut ini :
380. Tabel 5-6
Page 49 of 63
381. Wilayah Kecamatan dan Desa yang terkena langsung Erupsi GunungSinabung
382.N
383. KECAMATAN
384. DESA 385. KETERANGAN
386.1
387. NAMANTERAN
388. KutaRakyat
389.
390. 391. 392. KutaGugung
393.
394. 395. 396. Simacem 397.398. 399. 400. Berkerah 401.402. 403. 404. Sigarang
Garang405.
406. 407. 408. KutaTonggal
409.
410. 411. 412. SukaNalu
413.
414. 415. 416. SukaNdebi
417.
418.2
419. SIMPANG - 4
420. TigaSerangkai
421.
422. 423. 424. Gamber 425.426. 427. 428. Berastepu 429.430. 431. 432. Tiga
Pancur433.
434. 435. 436. Beganding
437.
438. 439. 440. PintuBesi
441.
442. 443. 444. Jeraya 445.446. 447. 448. Kuta
Tengah449.
450. 451. 452. 453.454.3
455. PAYUNG
456. Payung 457.
458. 459. 460. SukaMeriah
461.
462. 463. 464. Selandi 465.466. 467. 468. Guru
Kinayan469.
470. 471. 472. 473.474.4
475. TIGANDERKET
476. Mardinding
477.
Page 50 of 63
478. 479. 480. Perbaji 481.482. 483. 484. 485.486. Ada 8 (delapan) desa yang wilayahnya berada di lingkaran Gunung
Sinabung dalam National Geographic (2016), dimana desa tersebut sebahagian sudah
masuk wilayah zona merah. Artinya wilayah dengan zona merah sudah tidak dapat
digunakan lagi sebagai tempat tinggal atau pemukiman. Adapun desa-desa yang
dimaksud adalah :
1. Sibintun : (Kecamatan Namanteran) 2. Tiga Serangkai : (Kecamatan Simpang Empat)3. Tiga Pancur : (Kecamatan Simpang Empat)4. Berganding : (Kecamatan Simpang Empat)5. Berastepu : (Kecamatan Simpang Empat)6. Guru Kinayan : (Kecamatan Payung)7. Mardingding : (Kecamatan Tiga Nderket)8. Payung : (Kecamatan Payung)
487. Selanjutnya terdapat 6 (enam) desa yang berada + 3 Km dari puncak kawah
Gunung Sinabung dalam kompas.com (2015) dari beberapa kecamatan yang terkena
langsung adalah :
1. Sigarang Garang : (Kecamatan Namanteran)2. Kuta Gugung : (Kecamatan Namanteran)3. Suka Nalu : (Kecamatan Namanteran)4. Suka Meriah : (Kecamatan Payung)5. Bekerah : (Kecamatan Namanteran)6. Simacem : (Kecamatan Namanteran)7. Suka Ndebi : (Kecamatan Namanteran) 488.5.5. Relokasi Penduduk yang menjadi Pengungsi karena Erupsi Gunung
Sinabung
489. Berdasarkan pada kondisi di lapangan akibat dari luncuran awan panas serta lahar
dingin yang merupakan dampak dari proses erupsi Gunung Sinabung, maka pemerintah telah
menetapkan daerah resettlement bagi pemukiman penduduk yang menjadi wilayah relokasi tetap
(permanent) bagi pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Pada tahun 2017 tepatnya pada bulan
Nopember Pemerintah Pusat telah meresmikan wilayah relokasi tersebut yang akan menampung
penduduk dari 3 (tiga) desa.
Page 51 of 63
490. Pasca lentusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada
Kamis 12 Oktober 2017 lalu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke rumah hunian tetap
pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Meski tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, pada
Sabtu 14 Oktober 2017 kemarin, Jokowi sengaja hadir di lokasi untuk meninjau langsung
masyarakat pengungsi yang direlokasi dan berdialog dengan masyarakat.Di kawasan relokasi
tahap pertama ini bermukim 370 KK yang berasal dari Desa Bekerah, Simacem dan Sukameriah.
491. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kabupaten Tanah Karo Matius
Sembiring mengatakan, BPBD telah bekerja cepat menyiram debu vulkanik di seputaran
permukiman warga di empat kecamatan. Akibat erupsi Gunung Sinabung, Kamis malam hingga
Jumat pagi pada akhir Oktober 2017, hujan debu vulkanik terjadi di empat kecamatan seperti
Kecamatan Munte, Merek, Payung dan Kuta Buluh.
492. Petugas BPBD dan kecamatan juga sudah membantu warga bersihkan debu di
fasilitas publik. Kerena itu, dia berkayakinan dalam beberapa hari kedepan seluruh permukiman
sudah bersih. Mudah-mudahan untuk beberapa hari kedepan sudah aman. Logistik tidak masalah,
saat ini masyarakat pengungsi masih makan secara teratur. Tetapi masih ada beberapa kecamatan
lain yang terkena dampak dari erupsi Gunung Sinabung masih belum berjalan normal untuk
mengatasi masalah makan dan pemukiman kembali. "Besar dugaan masih ada kecamatan lain
yang terkena hujan debu. Tapi, data yang saya peroleh masih terdapat empat kecamatan seperti
yang telah diuraikan diatas, yakni Kecamatan Naman Teran, Payung, Simpang Empat dan Tiga
Nderket yang wilayahnya persis di kaki gunung tersebut.
493. Sebaiknya jika masih ada masyarakat yang berada di zona merah, kurang dari
empat kilometer diharapkan segera keluar dari wilayah tersebut dan tinggal dikawasan
pemukiman sementara atau tetap. Namun, pengawasan untuk zona merah merupakan wewenang
penuh dari Kodim Tanah Karo, atau TNI sebagai bagian dari institusi Pemerintah dalam
menjalankan fungsinya sebagai pelindung masyarakat dalam menjalani kehidupan sebagai warga
Negara Indonesia. Artinya Pemerintah menjalankan fungsinya untuk member perlindungan dan
kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
494. Kodim pasti akan melakukan tindakan tegas, jika mengetahui masih ada warga
yang melakukan kegiatan berkebun di zona merah tersebut. Enggak boleh itu, seluruh warga
Page 52 of 63
yang mengungsi ke desa Siosar kecamatan Merek sudah dikasih tanah dan rumah untuk tempat
tinggal dan daerah untuk menanami tanaman sayur mayur maupun buah-buahan sebagai mata
pencaharian utama dari setiap kepala keluarga. Zona merah dilarang ada aktivitas tersebut.
Kondisi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
495. Gambar 5-7
496. Kunjungan Presiden RI ketika Meresmikan Relokasi Perumahan
497. bagi Penungsi Gunung Sinabung Tahun 2017
498. Desa Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo
499.
Sumber
: Kompas.com (2017)
500. Saat berkunjung ke rumah hunian tetap pengungsi erupsi Gunung Sinabung di
kawasan Siosar, Kabupaten Karo, Sabtu, 14 Oktober 2017. Presiden Joko Widodo
mengungkapkan rencana pemerintah untuk merekolasi pengungsi Gunung Sinabung yang lain.
Jokowi mengatakan relokasi untuk 1.873 KK rencananya akan selesai tahun ini. Pengungsi akan
disebar di 14 hamparan wilayah baik sebagai tempat tinggal maupun untuk pertanian sebagai
mata pencaharian keluarga. Sisanya kurang lebih 1.080 KK akan kita selesaikan tahun 2018
Page 53 of 63
karena sudah ada penetapan dari Kementerian LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutahan)
mengenai lokasi yang akan digunakan sebagai wilayah relokasi pengungsi Sinabung.
501. Pada desa Siosar ada 370 Kepala Keluarga yang menempati kawasan relokasi
tahap pertama itu. Mereka berasal dari Desa Bekerah, Simacem dan Sukameriah. Jokowi juga
melihat lahan pertanian tempat para pengungsi bercocok tanam. Di lokasi itu, warga pengungsian
menanam kentang. Jokowi mengaku puas melihat perkembangan itu. Artinya ini 370 KK sudah
beres direlokasi, sehingga kehidupan masyarakat pengungsi dapat berjalan normal.
502. Kepala BNPB Willem Rampangilei menambahkan mekanisme relokasi bagi
pengungsi dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama sudah selesai untuk 370 KK di Siosar.
Selanjutnya untuk tahap kedua untuk 1.682 KK dan tambahan 181 KK direlokasi mandiri di 14
hamparan lahan yang ditargetkan selesai pada akhir 2017. Tahap ketiga akan menampung 1.098
KK akan selesai pada 2018. Relokasi lahan pemukiman juga digunakan sebagai lahan pertanian.
Masing-masing kepala keluarga menerima setengah hektare lahan.
503. Relokasi tahap ketiga pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung adalah warga
dari Desa Mardinding, Desa Sukanalu, Desa Sigarang-Garang dan Dusun Lau Kawar yang
rencananya ditempatkan di kawasan Desa Siosar, Kecamatan Merek di Kabupaten Karo.
5.6. Peluang Ekonomi menjadi Desa Wisata (Tourism Village)504.
505. Berdasarkan pada hasil Focus Group Discussion (FGD) yang
pertama telah dilakukan antara Tim Peneliti dengan aparatur Pemerintah kabupaten Karo,
tepatnya dengan Pemerintah Kecamatan Naman Teran dan Simpang Empat serta
Pemerintah desa Beganding yang berada di wilayah kecamatan Simpang Empat. Desa ini
menjadi desa yang berada di jalur hijau dan awalnya ikut mengungsi juga, tetapi saat ini
wilayah desa tersebut dapat ditempati kembali oleh masyarakat kampung tersebut.
506. Desa ini cukup denkat dengan perbatasan zona merah, dimana
desa-desa yang berada di jalur ini tidak boleh ditempati kembali sperti Berastepu dengan
kecamatan yang sama dengan Desa Beganding, yakni pada kecamatan Simpang Empat.
Ciri yang cukup menarik dari desa ini adalah masyarakat yang sangat toleransi dalam
Page 54 of 63
kehidupan perbedaan agama yakni umat Islam dan Kristen, dimana sarana ibadah Mesjid
dan Gereja lokasinya salig berdampingan dan tidak ada keributan antar masyarakat dalam
kehidupan beragama. Maka desa ini dapat dikembang kan menjadi Kampung Wisata
Kuliner dan Kampung EcoAgrowisata untuk tanaman sayuran dan buah-buahan yang
subur di daerah ini. Artinya desa ini akan dijadikan destinasi wisata dengan basis pasca
bencana alam dari erupsi Gunung Sinabung dengan pemandangan yang cukup indah
untuk melihat Gunung Sinabung dari jarak yang relatif dekat tetapi masih berada di jalur
yang aman atau zona hijau.
507.508.
509.
510. BAB 6511. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
512. Idealnya sebuah penelitian harus dapat dikembangkan baik diawali dari
pembuktian teoritis sampai dengan penelitian implikasi kebijakan yang dapat diterapkan dalam
bentuk regulasi yang akan dilakukan oleh pemerintah. Regulasi dapat berupa bantuan
kemudahan dalam akses pembiayaan usaha maupun dalam proses produksi dan produk yang
dihasilkan. Tujuannya adalah untuk memberi peluang bagi pengusaha untuk lebih berkembang
sehingga dapat meningkatkan level usaha yang dijalani selama ini. Adapun bentuk rencana
penelitian berikutnya adalah :
1. Melakukan FGD kepada Masyarakat Lokasi Bencana, sehingga konsep tourism
village yang akan melibatkan masyarakat secara langsung sekaligus membuka peluang
ekonomi di desa tempat tinggal masyarakat.2. Melakukan FGD dengan aparat pemerintah khususnya Pemerintah Kecamatan dan
Desa yang terkena dampak dari erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo, sebagai
Implikasi bagaimana pembuatan rule model ini melibatkan aparatur pemerintahan,
Page 55 of 63
sehingga masyarakat dan pemerintah dapat bersinergi dalam memajukan ekonomi di
wilayah yang terkena bencana alam.3. Melakukan Study Banding ke wilayah bencana yang persis sama yakni Erupsi
Gunung Berapi; Tim Peneliti akan melakukan study banding ke wilayah DI Yogyakarta
dengan bencana meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta, tetapi sekarang wilayah
tersebut menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan yang menyukai alam
pegunungan dengan berbagai macam aktivitas yang dapat dikembangkan. Maka konsep
ini memiliki dasar edutaiment dalam bisnis pariwisata. 4. Merumuskan rule model Tourism Village, setelah terjadi bencana alam dalam bentuk
dampak positif yang menjadi peluang aktivitas ekonomi baru menjadi penggerak
ekonomi di wilayah tersebut sekaligus membuka lapangan kerja di daerah bencana.
513.
Page 56 of 63
514. BAB 7
515. KESIMPULAN DAN SARAN
516. 7.1. Kesimpulan
517. Adapun kesimpulan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Masih sulit untuk turun kelapangan dan banyak aktivitas pangan yang belum bisa
dijalankan karena waktu, kucuran dana yang lebih lambat dan kondisi alam yang masih
mengalami erupsi pada bulan Juli akhir sampai dengan akhir Nopember 2017 kemarin.2. Tim baru mengunjungi wilayah yang sangat berdekatan dengan Gunung Sinabung, baik
untuk zona merah dan zona hijau dimana penduduk masih dapat bermukim di wilaah
kampungnya, maka masih melakukan obeservasi untuk melihat kondisi di lapangan.3. Fakta menujukkan bahwa ada sebahagian penduduk yang kampungnya terkena secara
langsung dari muntahan erupsi Gunung Sinabung untuk tidak boleh tinggal lagi di
wilayah tersebut, sehingga ancaman tempat tinggal dan usaha pertanian mereka juga
terancam. Dengan kata lain secara ekonomi tingkat kesejahteraaan nya menjadi menurun
drastis.4. Pada satu wilayah di Kecamatan Naman Teran dapat dikembangkan menjadi wilayah
Kampung wisata traditional handycraft serta membangun kawasan destinasi wisata
alam untuk olahraga misalnya Jalur Sepeda downhill, mobil offroad dan lainsebagainya
seperti yang ada di Provinsi DI Yogyakarta pasca erupsi Gunung Merapi.5. Desa Beganding di Kecamatan Simpang Empat dapat dijadikan Kampung Wisata
Kuliner dan EcoAgrowisata desa wilayah pegunungan yang membuat kenyamanan bagi
wisatawan dalam melakukan kunjungan ke wilayah destinasi wisata Gunung Berapi aktif.6. Membuka peluang ekonomi dalam bentuk Usaha Penegelolaan Paket wisata oleh Kaum
Muda Pedesaan yang terkena Erupsi Sinabung dengan menggunakan kemajuan teknologi
untuk memperkenalkan destinasi wisatanya. Artinya arus urbanisasi dalam mencari
pekerjaan ke kota dapat diminimalkan karean ada peluang ekonomi yang dapat dijalani
oleh masyarakat setempat.7. Membangun tempat wisata dengan basis Museum Bencana Gunung Berapi Sinabung dari
Rumah yang terkena bencana dan tidak boleh menjadi tempat tinggal kembali oleh
penduduknya, yakni di desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat. Desa ini memiliki
satu rumah yang sangat permanen dan bagus yang dibelakangnya terlihat jelas posisi
gunung Sinabung. Jadi tempat ini akan dijadikan Museum Geologi khususnya
Page 57 of 63
Vulkanologi dengan sisa barang yang ada dan diinterior lebih baik lagi agar menjadi
tempat wisata keilmuan sekaligus wisata sejarah Gunung berapi Sumatera Utara yang
telah 400 tahun tidak aktif, kemudian aktif lagi dan tidak tahu kapan berhenti.
518. 7.2. Saran
519. Saran juga akan kami lengkapi ketika membuat laporan akhir dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara; dapat membuat kebijakan yang lebih tepat
berdasarkan kondisi geografis dan kebencanaan, dimana pembangunannya harus
mengarah pada kondisi alam dan ramah terhadap lingkungan atau suistanability
economic development yang mengacu pada target capaian dari Suistanability
Development Goals (SDGs) sebagai implementasi dari kebijakan global via UNDP
(united nation development programme).2. Bagi Pemerintah Kabupaten Karo; dapat membuat Kebijakan yang lebih realitstis
dalam mepertahankan daerah ini memiliki keunggulan dari sektor pertanian khususnya
sub sektor tanaman Holtikultura dan sektor Pariwisata Alam Pegunungan. Kebijakan
yang ditempuh harus berdasarkan pada potensi alam baik pada saat tidak ada bencana
alam maupun sedang menjalani bencana alam. Bahwa kondisi ini memiliki peluang
ekonomi atau economic disaster yang akan membuka peluang ekonomi baru dan
lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarajat di Kabupaten Karo.3. Bagi Pemerintah Kecamatan pada Wilayah yang terkena Langsung Erupsi Gunung
Sinabung; membuat pemetaan wilayah dalam merencanakan pembangunan fisik di
daerahnya yang menjadi program Pemerintah Kabupaten, seperti pembangunan sarana
infrastruktur fisik yang dapat memberikan multiplier effect dalam kativitas ekonomi di
wilayah teritorialnya, sehingga ekonomi masayarakat secara umum akan meningkat.4. Bagi Pemerintah Desa yang terkena Erupsi; mampu menggunakan alokasi dana desa
(ADD) yang merupakan kebijakanpemerintah pusat dalam membangun ekonomi
beradasrkan pada wilayah pinggiran. Jika penggunaan dana desa ini dapat efisien dan
efektif dalam membangun sarana fisik dan non-fisik desa, maka peluang ekonomi akan
dapat dilaksakanan oleh masyarakat dalam bentuk yang lebih mandiri, atau bahkan desa
dapat membangun BUMDes yang dikelola secara profrsional.
Page 58 of 63
5. Untuk Masyarakat Desa khususnya Anak Muda; mampu mencari peluang baru dalam
mengembangkan lapangan kerja di desa pasca erupsi Sinabung dengan melihat
perkembangan seperti daerah ini melalui internet, kemudian membuak usaha di desa
melalui website yang dapat dilihat orang secara langsung dari teknologi atau ICT
(information – communication – of Technology) misalnyadari Media social (medsos)
yang dapat dilihat dari device sperti computer, smartphone dan lain-lain.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538. DAFTAR PUSRAKA
539. Bird, Deanne,K. et all (2010) Dampak bahaya vulkanik terhadap pariwisata dan
pendidikan di Selatan Islandia. (Elsevier)
Page 59 of 63
540. BNPB R.I 2010 rencana penanggulangan bencana 2010 – 2014. Jakarta.
541.
542. BPS Kabupaten Karo (dalam berbagai tahun) di www.karokab.bps.go.id
543.
544. C.Tias, Dewani.(2008). Gunung meletus dan antisipasinya. Semarang aneka ilmu.
545. Darmanto, Darmakusuma dan Sudarmadji. (2014). Dampak lingkungan dan resiko
bencana pengembangan desa wisata studi kasus di desa wisata sambi.
546. Kumalawati, Rosalina (2014). Dampak banjir lahar pasca erupsi Gunung Merapi
2010 pada kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kali Putih Kabupaten Magelang.
547. Kompas online; website www.kompas.com
548. Kuncoro, Muudrajat. (2013). Metode riset untuk bisnis & ekonomi.Jakarta: PT
Erlangga.
549. National Geographic; website www.nationalgeographic.com
550. Nugrahani, Tri Siwi. (2012). Dampak erupsi merapi dan kemiskinan di Kecamatan
Cangkringan.
551. T, Wilson et all (2007). Dampak letusan gunung merapi terhadap pertanian dan
infrastruktur di Indonesia.
552. Weni R. Deka. (2009). Letusan Gunung Berapi. Jakarta PT Intan Sejati Klaten
553. Yunardi, Syafrul (2012); Dampak kebakaran hutan bagi kondisi ekonomi sosial
masyarakat di Indonesia
554. Zakaria, Fariz dan Rima Dewi Suprihardjo. (2014). Konsep pengembangan kawasan
desa wisata di desa bendungan kecamatan pakong kabupatem pemakasan.
555.
556.
557. LAMPIRAN
558.
Page 60 of 63