layouter: triongko imam johanis
Genteng Candirejo Semakin Inovatif
KAMIS31 MEI 2018 23
SURABAYA–Kam pung Wisata Genteng Candirejo, Kecamatan Genteng, Sura baya nampak istimewa dibandingkan dengan kam pungkampung lain di Surabaya.
Berseberangan dengan Pa sar Genteng yang penuh hirukpikuk, kampung ini nampak sangat asri. Bahkan, dari depan gerbang, pe pohonan hijau menyapa tak bisa menyembunyikan ke san kesejukannya.
Maka tak salah, jika t ahun lalu kampung ini dino batkan sebagai jawara lomba Kampung Bersih dan Hijau oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Sebagai kampung yang men ekankan keasrian dan penghijauan, Kampung Gen teng Candirejo ini memiliki banyak program penghijauan mulai dari pem bibitan tanaman, insta lasi pengelolaan air limbah (IPAL), taman yang ter pusat di tengah kampung, hingga pengelolaan sampah.
Tak hanya menawarkan ke bersihan, kampung wisa ta ini juga dikenal dengan Kampung Herbal. Di sini banyak sekali di ta nami tanaman toga seperti sinom, kencur, temulawak, ja he secang, kencur yang hasilnya telah diolah sebagai produk minuman kemasan oleh warga.
Di kampung ini, pe ngunjung akan menjumpai banyak pohon belimbing wuluh yang sebagian besar bu ahnya telah diolah menja di produk minuman andalan UMKM masyarakat Candirejo.
Kampung ini juga dikenal dengan Kampung Li terasi dan Edukasi. Di kampung ini terdapat Taman Baca Masyarakat yang terletak di Balai Rusun.
Ada juga taman per pusta kaan sekolah yang memi liki banyak sekali buku ba caan yang tersedia langsung untuk warga.
Selain itu, banyak ke giatan pengenalan literasi
ke pada warga khususnya anakanak bertajuk board learning service yang ke semua kegiatannya ter up date di blog kampung.
Dari usahanya yang luar biasa ini, maka patutlah jika pada tahun 2016, RT2 RW 8, di Kecamatan Genteng meraih juara Best of The Best dalam lomba Sura baya Akseliterasi.
Yang terbaru, Pada tahun 2017, kampung ini juga menobatkan diri se bagai Kampung Dolanan. Di kampung ini terdapat titiktitik yang menjadi tem pat pusat permainan tradisional anakanak. Ada juga wisata 3D yang se makin menjadi variasi ba gi wisatawan untuk meng eksplorasi kawasan wisata kota ini.
Camat Kecamatan Genteng, Drs. Mahmud Sa ri adji, Msi mengaku takjub de ngan energi dan par ti si pasi masyarakat Genteng, khususnya Candirejo yang sangat tinggi terhadap pengembangan kam pung
nya. Pihak kecamatan, im
buh nya, hanyalah sebagai fasilitator sementara yang bergerak adalah swadaya dari warga.
“Semua yang mereka laku kan termasuk pembiaya an ini mandiri dari warga. Yang kita lakukan hanyakah mensupport dan memfasilitasi apa yang telah mereka kerjakan. Misal nya saja kita ketemukan de ngan stakeholder, dalam bidang pengembangan UKM, kami pihak keca matan membantu pemasaran nya. Kita ikutkan berba gai bazar, kita sediakan tem pat juga untuk mengadakan bazar tiap hari di de pan kantor kelurahan,” paparnya.
Dari seluruh potensi dan wisata yang ditawarkan, maka tak heran, Kampung Genteng Candirejo ini kerap menjadi jujukan wis ata wan dari dalam dan luar negeri untuk sekedar berwi sata ataupun melak ukan studi banding. (is/no)
KAWASAN wisata religi, Ampel tak pernah sepi peziarah. Mereka datang dari penjuru tanah air bahkan manca negara. Ampel yang terletak di Kecamatan Semampir senantiasa hidup selama 24 jam.
Camat Semampir, Siti Hindun Robba Humaidiyah , S.Pd,SE,M.Si men jelaskan, kawasan wisata religi Ampel menjadi salah satu ka wasan yang penting di Su rabaya. Hilir mudik manusia membu ka potensi ekonomi yang bisa dikelola untuk kemakmuran warga sekitar. Untuk itulah, akan dihidupkan kembali sentra PKL yang ada di Kawasan Ampel. “Kawasan wisata ampel selain menjadi kawasan wisata religi juga menjadi jujukan wisata kuliner. Disini akan menjadi pusat makananmakanan khas Ampel seperti nasi kebuli, kebab dan makananmakanan khas timur tengah lain,” paparnya.
Wilayah Ampel juga menjadi potret lahirnya perkawinanan antar budaya. Ini karena ada tiga suku besar yang mendiaminya yakni Arab, Jawa dan Madura. Asimilasi dan akulturasi tidak bisa terelakkan. Ketiga etnis itu membaur dan saling menyesuaikan sehingga terbentuk budaya ba ru yang dinamakan Budaya Ampel.
Beberapa yang paling nampak dari akulturasi budaya ini adalah adat istiadat pernikahan yang mengikuti budaya timur tengah.
Meski yang memiliki hajatan berasal dari etnis jawa. Hal lain yang menonjol adalah percam puran bahasa yang kemudian di nama kan Bahasa Ampel.
Pokdarwis Ampel, Muhammad Chotib, mengatakan akulturasi telah mengakar menjadi budaya baru ini hanya ada di Ampel. Tidak di temui di wilayah lain. “kami juga memiliki bahasa seharihari yang tidak dimiliki di daerah lain yakni Bahasa Ampel, bahasabahasa itu sudah kami himpun dalam sebuah buku dengan judul yang sama, kamus bahasa Ampel,” Jelasnya kepada Radar Surabaya, Sabtu(17/2).
Dari kekayaan budaya ini layak menjadikan kawasan wisata Ampel sebagai kawasan wisata multisektor. Terlebih adanya du ku ngan situssitus dan bangunan bersejarah didalamnya. Sehingga mereka yang datang tidak hanya untuk berziarah. Namun banyak yang bertujuan menggali penge ta huan. Chotib membagi wisatawan yang berkunjung dalam tiga ka te gori yakni peziarah, murni, dan mancanegara. Peziarah adalah pe ngunjung ampel yang ingin berziarah. Sementara wisatawan murni adalah golongan orang yang datang ke Ampel murni untuk belajar, disini didominasi oleh akademisi sejarawan dan budayawan yang tertarik untuk mempelajari ampel lebih dalam. Sementara wisatawan asing
adalah jelas, wisatawan yang datang dri luar negeri.
Chotip selalu memegang kode etik dalam menemani wisatawan. Mereka yang datang dengan tu juan wisata sejarah akan diarahkan melihat situssitus yang ada di ampel seperti di kawasan makam. Dia tidak akan memaksa mereka untuk berdoa. Karena beribadah kadang tidak bisa diterima oleh logika masyarakat non muslim, utamanya masyarakat barat “ ya seperti makam mbah soleh yang ada sembilan di ampel ini. meskipun warga muslim meyakini, apa iya orang luar akan menalar itu,” paparnya.
Kedepan model wsata yang akan dikembangkan adalah desti nasi wisata model homestay. Di mana pengunjung bisa menginap, berbaur dengan masyarakat, me lihat indahnya perpaduan kebuda yaan di dalamnya dan merasakan kenikmatan kuliner khas ampel.
“Beberapa hari lalu ada kunjungan dari kampus katolik di Surabaya untuk mempelajari budaya ampel. Dan mereka akui mereka senang dengan model seperti itu,” kata Chotib.
Pola kemasan wisata ini akan menggandeng masyarakat setempat. Apalagi sejak awal sudah kooperatif menjadi tuan rumah yang menampung pengunjung untuk tinggal di kediaman mereka selama berwisata homestay. (is/rtn)
Kawasan Ampel Menuju Wisata Homestay
ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA
RELIGI: Masjid Ampel yang terletak di kawasan kecamatan Semampir, Surabaya, merupakan salah satu wisata religi yang menjadi jujukan umat muslim.
ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA
KAMPUNG HERBAL: Wilayah kampung Genteng Candirejo yang berada di wilayah kecamatan Genteng, Surabaya, banyak program penghijauan mulai dari pembibitan tanaman, instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), taman yang terpusat di tengah kampung, hingga pengelolaan sampah.