-f£OLOG
SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG
KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONALJAMES W. FOWLER: SEBUAH STUDIUNTUK MENGIDENTIFIKASI
FIGUR DAN PROFILPEMBIMBINGREMAJA
SKRIPSI
Diajukan KepadaSekolah Tinggi Teologi Amanat AgungUntuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi
Oleh
Marisa
1010912061
029939
Jakarta2013
PERPUSTAK/.AI>I
STT AMANAT AGUNG
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
JAKARTA
Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yangberjudul KAJIAN TENTANG TAHAP FERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONAL JAMES W. FOWLER: SEBUAH STUDl UNTUK MENGIDENTIFIKASI
FIGUR DAN PROFIL PEMBIMBING REMAJA dinyatakan lulus setelah diuji oleh TimDosen Penguji pada tanggal 14 Agustus 2013.
Dosen Penguji
1. Rosyeline Tinggi, M.A., M.Th.
Tanda Tangan
2. Johannes Lie Han Ing, S.Th., M.Min.
3. Astri Sinaga, S.S., M.Th.
Jakarta, 14 A
Andreas Hima
K A K "
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG
JAKARTA
(A) Marisa (1010912061)
(B) KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGANIMAN SINTESIS-KONVENSIONAL JAMES W. FOWLER: SEBUAH STUD! UNTUKMENGIDENTIFIKASIFIGURDAN PROFIL PEMBIMBING REMAJA
(C) viii + 181 him; 2013; 4 lampiran
(D) Teologi/Kependetaan
(E) Skripsi ini membahas tentang taliap perlcembangan iman sintesis-Iconvensional pada remaja yang dikemulcakan oleh James W. Fowler untukmengidentifikasi figur dan proBl pembimbing. Adapun tahap sintesls-konvensional merupakan tahap perkembangan iman yang mensintesiskannllai-nllai dan informasi serta menyediakan dasar untuk identitas danpandangan berdasarkan otoritas konvensional. Tahap sintesis-konvensionalseharusnya dlalami oleh remaja tetapi tidak semua remaja dapat mengalamitahap ini karena mengalami hambatan seperti ketiadaan model yangmemberikan bimbingan yang tepat kepada remaja. Padahal di dalam tahapini, pandangan-pandangan remaja tentang arti kehidupan dikaitkan denganotoritas konvensional dengan meniru model. Model yang ditiru merupakanorang-orang terdekat khususnya yang memberikan bimbingan kepadanya.Model ini akan berperan dalam memberikan arahan supaya remaja dapatmemahami tentang iman yang berkaitan dengan pema^aan hidup merekaagar mereka dapat dibimbing untuk mempunyai pengenalan akan Allahsecara mendalam dan personal. Oleh karena itu, diperlukan adanya figuryang memiliki profil yang tepat sebagai pembimbing agar dapat memberikanbimbingan kepada remaja dalam mengalami perkembangan iman sintesis-konvensional. Profil pembimbing tersebut merupakan orang dewasa maupunteman sebaya yang mempunyai relasi yang dekat dengan remaja, mempunyaikedewasaan kerohanian, dapat menjadi model bagi remaja, dan berziarahbersama remaja di dalam perjalanan iman mereka. Pembimbing tersebutdiperlukan oleh remaja dalam mengalami tahap perkembangan imansintesis-konvensional.
(F) Bibliografi 76 (1936-2012)
(G) Rosyeline Tinggi, M.A., M.Th.
DAFTARISI
ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR vi
UCAPANTERIMAKASIH vii
BAB SATU: PENDAHULUAN 1
Latar Belakang Penulisan 1
Pokok Permasalahan 6
Tujuan Penulisan 7
Pembatasan Penulisan 7
Metode Penulisan 8
Sistematika Penulisan 9
BAB DUA: TEORIPERKEMBANGAN IMAN FOWLER DANTINJAUANTEOLOGIS 11
Iman dalam Perspektif Fowler 11
Konsep Iman dan Pengertian Dasar 11
Struktur Perkembangan Iman 16
Tahap Perkembangan Iman 19
Kritik Terhadap Pemikiran Fowler 22
Iman dalam Perspektif Teologi Kristen 25
Pemahaman tentang Iman 25
Ill
Hakikat Iman sebagai Anugerah 26
Pandangan Teolog tentang Iman 28
Titik Temu Perkembangan Iman Fowler dan 32Pemahaman Iman Kristen
Ringkasan 34
BAB TIGA: PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONAL REMAJA 36
Pemahaman Tahap Sintesis-Konvensional Remaja 36
Kriteria Tahap Sintesis-Konvensional 41
Aspek A: Bentuk Logika 41
Aspek B: Pengambilan Perspektif 42
Aspek C: Bentwk dari Pertimbangan Moral 43
Aspek D: Kesadaran Sosial 44
Aspek E: Tempat Otoritas 44
Aspek F: BenUjk Koherensi dengan Dunia 45
Aspek G: Fung^i Simbolis 46
Figur dan Profil Pemhimbing 47
Analisis Figur Pembimbing Remaja yang Mempengaruhi 47Remaja dalaiP Tahap Perkembangan ImanSintesis-Konve nsional
Analisis Profil ̂ 'embimbing Remaja yang Mempengaruhi 51Remaja dalann Tahap Perkembangan ImanSintesis-Konvfipsional
Ringkasan 53
IV
BAB EMPAT : FIGUR DAN PROFIL PEMBIMBING BAGI REMAJA DALAM 54MENGALAMI TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-
KONVENSIONAL
Deskripsi Metodologi Penelitian 54
Tujuan Penelitian 54
Proses Wawancara 55
Pengembangan Pertanyaan Wawancara 55
Prosedur Wawancara 56
Hasll Wawancara 58
Hasil Wawancara Figur Pembimbing Remaja 58
Hasll Wawancara Profil Pembimbing Remaja 61
Figur Pembimbing bagi Remaja dalam Mengalami TahapPerkembangan Iman Sintesis-Konvensional 73
Orangtua yang Bertumbuh dalam Iman 73
Teman Sebaya yang Dapat Menjadi Sahabat 76
Pembina Remaja yang Mengeiti Kebutuhan Remaja 78
Figur Lainnya 79
Profil Pembimbing Remaja dalam Mengalami Tahap 80Perkembangan Iman Sintesis-Konvensional
Pembimbing yang Mempunyai 80Kedewasaan Kerohanian
Pembimbing yang Mempunyai Relasi 82yang Dekat dengan Remaja
Pembimbing yang Dapat Menjadi 85Model bagi Remaja
Pembimbing yang Berziarah Bersama Remaja 88
di dalam Perjalanan Iman
Ringkasan 90
BAB LIMA: PENUTUP 92
Kesimpulan 92
Saran 94
BIBLIOGRAFI 95
LAMPIRAN 101
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Figur Pembimblng menurut Responden 1
Figur Pembimbing menurut Responden 2
Figur Pembimbing menurut Responden 3
Figur Pembimbing menurut Responden 4
Figur Pembimbing menurut Responden 5
Tingkat Frekuensi Figur Pembimbing Remaja
Profil Pembimbing menurut Responden 1
Profil Pembimbing menurut Responden 2
Profil Pembimbing menurut Responden 3
Profil Pembimbing menurut Responden 4
Profil Pembimbing menurut Responden 5
58
59
59
59
60
60
61
64
67
69
70
Gambar
Gambar Struktur Iman sebagai Relasi 16
VI
BAB SATU
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan komunitas Kristen, orang-orang percaya mengakui bahwa
iman adalah pemberian Allah berdasarkan anugerah yang diberikan bagi orang yang
berdosa. Seperti yang tertulis dalam Ef. 2:8-9, "Sebab karena kasih karunia kamu
dlselamatkan oleh iman; itu bukan basil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan
basil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Firman Tuban yang
tertulis di dalam Alkitab menunjukkan penegasan bahwa iman diperoleb melalui
anugerah Allah. Tanpa anugerah Allah, tidak ada seorang pun yang dapat percaya
kepada Kristus dan memperoleh keselamatan.
Calvin dalam karyanya yang berjudul Institutes of the Christian Religion
memberikan definisi yang senada dalam memahami iman sebagai anugerah
pemberian Allah.i Demikian juga dengan pendapat dari Thomas Aquinas yang
mengakui bahwa iman merupakan anugerah Allah.2 Dengan iman, seseorang dapat
percaya bahwa Kristus adalah kebenaran sejati yang telah berinkarnasi ke dalam
dunia untuk memberikan penebusan bagi dosa-dosa manusia.
Sekalipun iman semata-mata merupakan pemberian Allah melalui karya Rob
Kudus yang memanggil, mempertobatkan, memberikan iman, membenarkan, dan
1- John Calvin, Institutes of the Christian Religion, terj. Henry Beveridee fGrand Rapids: WM.B. Eerdmans Publishing Company, 19^7), 69.
2- Thomas Aquinas, Summa Theologica (Maryland: Christian Classics, 1948), 1195.
menguduskan orang percaya,^ namun, bukan berarti manusia tidak perlu
memberikan respons dan mempertanggungjawabkan iman yang diberi oleh Allah
kepadanya. Setiap orang Kristen seharusnya dapat bertumbuh di dalam iman agar
dapat semakln menyerupai Kristus. Seperti apa yang tertulis dl dalam surat Efesus,
"Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan dilkat menjadi satu oleh
pelayanan semua baglannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota
menerlma pertumbuhannya dan membangun dirlnya dalam kasih (Ef. 4:16]."
Menurut Abineno, di dalam surat Efesus ini, Paulus memakai istilah pertumbuhan
dan pembangunan jemaat Istilah pertumbuhan menekankan pekerjaan Roh Kudus
dan istilah pembangunan menekankan aktivitas manusia,'^ namun, baglnya kedua-
duanya tetaplah menekankan pekerjaan Roh Kudus yang memakai manusia sebagai
alat supaya manusia dapat mencapai kedewasaan penuh di dalam Kristus.^
Kemudian, di dalam surat Kolose 2:6-7, "Kamu telah menerima Kristus Yesus,
Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu
berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh
dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
dengan syukur." Di dalam bagian ini, Paulus berbicara kepada jemaat dl Kolose yang
telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Paulus
mengharapkan mereka dapat mempunyai pemahaman yang mendalam terhadap
injil yang memimpin kepada pertumbuhan di dalam kerohanian.e Tanpa adanya
3. Harun Hadiwijono, Iman Kristen (jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007). 395.4. J.L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Renting dari Iman Kristen CJakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), 206.5. Abineno, Pokok-Pokok Renting dari Iman Kristen. 207.6- Marianne Meye Thompson, Colossians & Filenion: The Two Horizons New Testament
Commentaty (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 2005), 51.
keinginan dari seorang Kristen untuk mengalami pertumbuhan di dalam kerohanian
maka tidak akan terjadi kedewasaan kerohanian.
Kedewasaan kerohanian berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat
menjadi beriman melalui anugerah Allah dan karya Roh Kudus di dalam dirinya
sesuai dengan kapasitas masing-masing orang. Adapun kapasitas menjadi beriman
berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia.' Melalui penelitian ilmiah
yang dilakukan oleh Fowler untuk memahami bagaimana seseorang dapat beriman.
Fowler menjabarkan tentang pentingnya kehidupan iman seseorang sebagai realitas
kehidupan yang mempunyai tahap perkembangan iman. Fowler memperlihatkan
suatu skema yang memperlihatkan iman menurut tahap-tahap perkembangan
hidup manusia karena ia meyakini bahwa setiap orang menetapkan hatinya untuk
mempunyai keyakinan terhadap sesuatu atau seseorang.s Pokus pemikiran dari
Fowler adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan perkiraan bentuk
perkembangan tentang bagaimana seseorang dapat berpegang terhadap imannya.®
Dalam pemahaman Fowler, iman merupakan sebuah kata kerja, sebuah
tindakan aktif.^o Iman ini mengikuti perkembangan kognitif manusia dari bayi
sampai dewasa yang dibagi oleh Fowler menjadi tujuh tahap perkembangan iman.
Adapun tahap yang menjadi ciri dari remaja dapat dijelaskan oleh Fowler dalam
tahap yang dikenal dengan istilah sintesis-konvensional. Dalam tahap ini, sintesis
7. A. Supraktiknya, ed.. Teori Perkembangan Kepercayaan: Kaiya-karya penting James W.Fowler, terj. Agus Cremers (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 38-39.
8. Perry G. Downs, "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian ed. Wilhoit danDettoni (USA: Victor Books, 1995), 76.
9. Downs, "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian, ed Wilhoit dan Dettoni,76.
10. Robert Pazmino, Foundational Issues in Christian Education (USA: Baker Books, 1997),208.
yang dimaksud adalah memadukan keyakinan dan nilai-nilai dari tahap sebelumnya
menjadi semacam perspektif yang koheren, sedangkan konvensional yang dimaksud
adalah tlndakan mengadopsi sistem kepercayaan dan bentuk-bentuk dari
komunitas.il Di dalam tahap ini, remaja mulai mampu merefleksikan pemikirannya
dalam memutuskan untuk beriman. Allah dilihat sebagai teman baik yang masuk
dalam relasi kehidupannya secara pribadi.12 Tindakan yang dilakukan oleh remaja
dalam tahap Inl, juga tidak pernah lepas dari memadukan keyakinan dan nilai-nilai
dari gambaran-gambaran orang lain yang telah membentuk kehidupannya serta
mengadopsi sistem kepercayaan dari komunitas.i^ Inilah yang merupakan
pandangan dari Fowler terhadap tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.
Di dalam usla remaja, remaja mengalami masa transisi antara anak-anak
menuju dewasa berawal dari 10-13 tahun dan berakhir di usia 18-22 tahun. Dalam
masa inilah, remaja mempunyai keunikan yang berbeda dengan orang dewasa dan
anak-anak. Usia remaja merupakan usia yang penuh dengan resiko karena
banyaknya pilihan dalam membangun identitas, keyakinan, dan keahlian dalam
menjalani kehidupan.i'^ Selain itu, dalam masa transisi ini, terjadi perubahan
biologis, kognitif, dan sosial dalam diri remaja.i^
Perubahan-perubahan ini membuat remaja perlu mengambil keputusan
penting dalam hidupnya untuk meninggalkan iman kanak-kanak (mitis-harfiah)
11. Downs. "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian, ed. Wilhoit dan Dettoni,78.
12. Wesley Black, Introduction to Youth Ministry (Nashville: Broadman and HolmanPublishers, 1991), 109.
13. James W. Fowler, Stages of Faith: The Psychology of Human Development and The Questfor meaning (San Francisco: HarperCollins, 1981), 154.
14. Frances Anderson, "Adolescent Development," dalam Nurture That Is Christian, ed.Wilhoit dan Dettoni, 160.
15. John W. Santrock, Ado/«cence; Perkembangan Remaja Qakarta: Erlangga, 2003), 31.
menuju kepada tahap iman sintesis-konvensional. Hal ini dapat terjadi bukan hanya
karena keputusan pribadi remaja melainkan juga dipengaruhi dari luar sepeiti
kelompok sebaya, pola perilaku sosial, pengelompokan sosial, nilai yang baru dalam
pemilihan teman, pengaruh dari pemlmpin, dan juga dukungan soslal.i^ Di bagian
Inilah. pembimbing mempunyal peranan untuk menjelaskan dan membimblng
remaja supaya memahami tentang iman. Dengan harapan, melalui pertolongan dari
pembimbing, remaja dapat memahami tentang apa artinya menjadi seorang Kristen
serta mampu mengambil komitmen yang konsisten sebagai pengikut Kristus dan
tidak lagi mengambil keputusan untuk beriman karena orang lain.^^
Adapun pembimbing yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah orang-
orang yang usianya lebih dewasa dari remaja dan teman sebaya sesuai dengan teori
Fowler.i® Di samping itu, pembimbing merupakan orang-orang yang dekat dengan
remaja, dapat menjadi teladan, dan mempunyal beban khusus dalam melayani
remaja untuk mengarahkan dan membimbing remaja supaya tidak salah arah-i^
Namun, tidak semua orang dewasa dapat menjadi pembimbing yang sesuai dengan
harapan remaja bahkan lebih banyakyang tidak dapat20 Jika demikian, siapakah
figur dan seperti apakah profil yang dapat menjadi pembimbing dalam membimbing
remaja untuk berada dalam tahap perkembangan iman sintesis-konvensional?
16. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan Edisi Kelima (Jakarta: Erlangga, 2000), 240.
17. Black,i4n Introduction to Youth Ministry, 110-111.18. Agus Cremers, Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan MenurutJames W. Fowler:
Sebuah Gagasan Baru dalam Psikologi Agama, ed. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius. 1995), 143.19. Craig Dykstra, "Agenda for Youth Ministry; Problems, Questions, and Strategies," dalam
Reading and Resources in Youth Ministry, ed. Michael Warren (Winona: Saint Mary's Press, 1987), 87-88.
20. Wayne Rice. Junior High Ministry: A Guide Bookfor the Leading and Teaching of EarlyAdolescents (Grand Rapids: Zondervan, 1982), 115.
Pokok Permasalahan
Dalam penelitian ini, pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Di dalam kekristenan, iman sebagai anugerah seringkali lebih ditekankan
dlbandingkan dengan iman yang dijelaskan Fowler sebagai kapasitas
manusia untuk beriman. Iman sebagai anugerah Allah di dalam
pemahaman teologis memang tidak dapat dibantah lagi. Tetapi, di dalam
diri manusia juga terdapat kapasitas beriman yang memungkinkan
manusia untuk dapat berespons terhadap Allah. Namun, pemahaman
iman sebagai kapasitas manusia untuk beriman dan memberi respons
kepada Allah setelah menerima anugerah dariNya seringkali tidak
diperhatikan.
2. Berdasarkan penelitian Fowler, remaja di dalam usianya seharusnya
berada dalam tahap iman sintesis-konvensional yang mampu
merefleksikan kepercayaannya dengan menggambarkan Allah sebagai
figur teman baikyang masuk dalam relasi dengan dirinya. Namun
seringkali tahap ini tidak dapat dicapai karena adanya hambatan-
hambatan.
3. Fowler telah mencetuskan tahap perkembangan iman dimana di
dalamnya terdapat tahap perkembangan iman sintesis-konvensional bagi
remaja yang dipengaruhi oleh figur tertentu. Figur tersebut akan
mempengaruhi apa yang terjadi dalam hal perkembangan iman. Namun,
figur dan profil seperti apakah yang dapat mempengaruhi perkembangan
iman sintesis-konvensional remaja? Untuk itu, diperlukan kajian yang
cermat untuk mengidentifikasi figur dan profil pembimbing yang
mempengaruhi tersebut.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan dan penelitian skrlpsl ini adalah :
1. Mengemukakan pandangan teologls tentang iman sebagai anugerah dari
Allah dan kapasitas beriman yang memungkinkan manusia untuk dapat
berespons terhadap Allah.
2. Memaparkan tahap perkembangan iman remaja melalui kajian terhadap
tahap perkembangan iman sintesis-konvensional dalam teori
perkembangan iman Fowler.
3. Mendeskripsikan figur dan profil pembimbing yang seharusnya ada
dalam pelayanan remaja. Pendeskripsian ini khususnya ditujukan untuk
setiap orang percaya yang terbeban untuk membimbing remaja.
Pembatasan penulisan
Beberapa pembatasan masalah yang ada dalam skripsi ini sesuai dengan
tujuan penulisan. Fenulis akan melakukan pembatasan definisi iman dari perspektif
praktika berupa kapasitas beriman yang bertindak aktif yang berkaitan dengan
proses seseorang dapat menjadi percaya. Kemudian, penulis mengidentifikasi dan
mendeskripsikan perkembangan iman dalam perspektif James W. Fowler.
Selanjutnya, penulis akan melakukan pembatasan definisi iman dalam perspektif
teologi yang berkaitan dengan apa yang dipercayai sebagai anugerah dari Allah.
Penulis juga akan melakukan pembatasan tahap perkembangan iman dengan
khusus membahas tahap perkembangan iman sintesis-konvensional bagi remaja.
Pembahasan berkaitan dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dikaitkan dengan
tindakan mengadopsi sistem kepercayaan dan bentuk-bentuk dari figur dan profil
pembimbing yang mempengaruhi remaja. Kemudian, penulis akan melakukan
penelitian dengan wawancara kepada lima orang remaja dalam kategori usia 14-18.
Wawancara ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan iman sintesis-
konvensional.
Setelah menganalisis dan mengumpulkan informasi dari lima orang remaja
berdasarkan teori Fowler mengenai tahap perkembangan iman. Penulis melakukan
analisis dan memberikan usulan yang secara khusus ditujukan untuk pembimbing
di rumah, sekolah, gereja, dan komunitas orang percaya yang terbeban untuk
membimbing remaja agar dapat mempunyai kriteria, peranan, dan nilai-nilai dasar
sebagai pembimbing yang mampu memimpin dan membimbing remaja sesuai
dengan tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.
Metode penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan yang
meliputi studi pustaka dengan mengumpulkan fakta dan data-data melalui literatur
pendukung seperti buku, artikel-artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan skripsi
ini untuk menguji pandangan awal yang telah diperkirakan. Selain itu, penulis
menggunakan metode wawancara dengan lima orang remaja untuk mendapatkan
data-data sesuai dengan penelltlan penulis. Kemudian, penulis akan melakukan
analisis dengan bantuan buku-buku teologi dan disiplin ilmu lain yang berkaitan
dengan penelitian penulis dan penulisan skripsi ini.
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang dijabarkan sebagai berikut:
Bab satu, pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, pokok permasalahan,
tujuan penulisan, pembatasan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab dua, mengidentifikasi dan mendeskripsikan perkembangan iman dalam
perspektif James W. Fowler, definisi iman dalam perspektif Fowler, struktur dan
tahap perkembangan iman Fowler, penjelasan tentang iman yang bertindak aktif
yang berkaitan dengan proses seseorang dapat menjadi percaya, kritik terhadap
pemikiran Fowler, iman dalam perspektif teologi Kristen, hakikat iman sebagai
anugerah, pandangan teolog tentang iman, dan titik temu perkembangan Iman
Fowler dan pemahaman Iman Kristen.
Bab tiga, mengkaji teori James W. Fowler mengenai tahap perkembangan
iman sintesis-konvensional, kriteria tahap sintesis-konvensional yang melibatkan
aspek bentuk logika, pengambilan perspektif, bentuk dan pertimbangan moral.
10
kesadaran sosial, tempat otoritas, bentuk koherensi dengan dunia, dan fungsi
simbolis. Kemudian, analisis figur dan profil pembimbing remaja yang
mempengaruhi remaja dalam tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.
Bab empat, penulis memaparkan basil peneiitian melalui wawancara dengan
lima orang remaja dalam mengkaji tahap perkembangan iman sintesis-
konvensional, mengindentifikasi, dan mendeskripsikan figur dan profil pembimbing
untuk mengkorfimasi studi pustaka yang berkaitan dengan figur dan profil
pembimbing untuk membimbing remaja dalam mengalami tahap perkembangan
iman sintetis-konvensional.
Bab lima, bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB LIMA
PENUTUP
Kesimpulan
James W. Fowler mencetuskan teori perkembangan iman berdasarkan
penelitian yang telah dilakukannya. Teori perkembangan iman menunjukkan bahwa
di dalam diri manusia terdapat kapasitas beriman yang dapat berkembang. Adapun
teori perkembangan iman berlaku universal dan tidak hanya spesifik untuk agama
tertentu saja. Di dalam pemahamannya. Fowler tidak menyangkali tentang
keberadaan anugerah dari Allah yang memberikan keselamatan melalui Yesus
Kristus atas karya Roh Kudus. Fowler mengakui bahwa di dalam kekristenan, setiap
orang membutuhkan anugerahNya untuk beriman. Namun, kebanyakan orang
Kristen tidak memahami tentang imannya sehingga mereka hanya merasa cukup
dengan beriman saja. Padahal, Allah menglnginkan agar setiap manusia yang telah
nienerima anugerah keselamatan, dapat meresponinya dengan tanggung-jawab dan
berusaha untuk mengenal Allah secara personal dan mendalam.
Fowler memberikan altematif pendekatan dalam mengajarkan iman kepada
orang-orang Kristen agar mereka tidak hanya berhenti menjadi bayi rohani saja
melainkan dapat bertumbuh di dalam pengetahuan akan Allah. Pengetahuan akan
Allah diperlukan oleh setiap orang percaya yang telah diselamatkan melalui karya
Kristus di atas kayu salib. Melalui teori Fowler inilah, penulis mendasari penelitian
yang dilakukan terhadap remaja untuk memahami iman remaja.
93
Fowler menyebut tahap perkembangan iman remaja dengan sebutan
sintesis-konvensional. Iman sintesis-konvensional merupakan iman yang
mensintesiskan nilai-nilai dan informasi untuk menyediakan dasar untuk indentitas
dan pandangan berdasarkan otorltas konvensional. Namun, tidak semua remaja
dapat mengalami tahap sintesis-konvensional karena mengalami hambatan-
hambatan seperti ketiadaan model untuk ditiru. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan figur yang menjadi model tersebut Sebab, Figur inilah yang akan
memberikan pengaruh dalam perkembangan iman sintesis-konvensional.
Berdasarkan teori Fowler, penulis melakukan penelitian lapangan dengan
melakukan wawancara terhadap lima responden remaja. Melalui analisis
wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam kehldupan remaja,
remaja membutuhkan figur pembimbing. Hal ini dapat terlihat melalui jawaban
yang disampaikan oleh kelima responden berdasarkan pertanyaan yang penulis
tanyakan selama wawancara. Figur pembimbing yang diperlukan adalah orang-
orang yang dekat dengan remaja seperti orangtua, kelompok teman
sebaya/kelompok kecil, pembina remaja, kakak kandung, kakak pemimpin
kelompok kecil/kakak pembimbing, guru, dan gembala sidang. Kemudian, profil
pembimbing yang diperlukan remaja, yaitu pembimbing yang mempunyai relasi
yang dekat dengan remaja, pembimbing yang mempunyai kedewasaan kerohanian,
pembimbing yang dapat menjadi model bagi remaja, dan pembimbing yang
berziarah di dalam perjalanan iman bersama remaja.
94
Saran
Penuiis memberikan beberapa saran untuk melakukan risetlanjutan
terhadap tema yang telah dibahas di dalam skripsi ini:
1. Penelitian yang penuiis lakukan terhadap tahap perkembangan iman
sintesls-konvensional hanya menelusuri figur dan profil pembimbing remaja
melalui wawancara terhadap lima orang responden remaja. Penuiis berharap
untuk penelitian lanjutan dapat membahas lebih dalam tentang
pembelajaran iman khususnya figur pembimbing rohani bagi remaja.
2. Wawancara yang penuiis lakukan hanya terbatas terhadap responden
remaja. Ada baiknya pada penelitian lanjutan dapat dilakukan proses
wawancara kepada figur pembimbing rohani yang telah memenuhi kriteria
tersebut Hal ini diperlukan supaya melalui wawancara terhadap figur
pembimbing dapat diketahui bagaimana menjadi figur dengan profil yang
memenuhi kriteria sebagai seorang pembimbing bagi remaja.
3. Proses pembentukan remaja dipengaruhi oleh pembimbing yang berperan
sebagai model. Harapan penuiis, pada penelitian lanjutan, model yang
dimaksudkan oleh Fowler dapat diperdalam lagi khususnya yang berkaitan
dengan pembelajaran terhadap pemaknaan hidup dalam aspek kerohanian.
4. Figur dengan profil pembimbing yang diharapkan memang diperlukan dalam
pelayanan. Tetapi, ada baiknya jika di dalam penelitian lanjutan juga
mengupas lebih dalam berkenaan dengan kekurangan dari figur pembimbing
serta solusi praktis yang mendalam dalam mengatasi kekurangan tersebut.