Top Banner

of 21

Tahap Perkembangan Iman

Mar 05, 2016

Download

Documents

Indra TeamRiot

tahap perkembangan iman
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TAHAP PERKEMBANGAN IMAN

TAHAP PERKEMBANGAN IMAN KELOMPOK 1Dede Supriyatna Dinda BetariGetrin Lumbantoruan Marina Stella VitaMaria Sheila Matheus Darma

SPIRITUALITAS Spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti nafas, spiritualitas amat penting bagi kepentingan manusia (Dorsey,et all.2000)Spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia yang meresapi, gidup dan diungkapkan serta dialami dalam hubungan antara diri sendiri, sesama, alam dan ALLAH atau sumber hidup. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spirtus yang berarti nafas. Istilah ini juga berkaitan erat dengan kta penuma dari bahasa yunani yang berarti nafas yang mengacu pada jiwa atau hidup.TAHAP PERKEMBANGAN IMAN PADA ANAK-ANAKMENURUT HART dan SCHNEIDR mengartikan spiritualitas pada anak sebagai kemampuan seseorang anak lewat relasi dengan orang lain untuk memperoleh nilai pribadi dan pemberdayaan diri. Relasi anak dengan orang lain sebagaimana relasinya dengan Tuhan yang membawa mereka pada perkembangan spiritualitas tersebut.Pada masa ini perkembangan spiritualitas pada anak menurut beberapa ahli dikelompokkan menjadi :Masa bayi (infancy)Masa belajar berjalanMasa kanak-kanak awalMasa kanak-kanak madya MASA BAYI (INFANCY)Kebutuhan spiritualitas pertama dari seorang bayi adalah kasih tanpa bersyarat dan kebutuhan pertama terpenuhi lewat relasi bayi dengan orang tua atau pengasuh terdekatnya. Bayi sepenuhnya tergantung pada orang tua untuk mendapatkan kebutuhan fisik,emosi,sosial serta kepercayaan Sigmund Freud, tahap tumbang pada fase oral (0-1thn), dengan ciri kepuasaan atau kebahagiaan terletak pada mulut, seperti mengisap, menelan, memainkan bibir, makan,tidur. Dan bila tidak terpenuhi akan marah Erikson menyebut ini sebagai periode psikososial sebagai tahap kepercayaan dasar versus kecurigaan dasar. Pada tahap ini pemahaman bayi tentang Tuhan masih samar dan respon lebih terarah pada lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Piaget menyebut fase ini sebaagai fase sensori motor sebab bayi, pertama-tama tergantung pada alat indranya,keterampilan motorikMenurut Kholberg, dari segi moral ada pada tahap pramoral (tahun pertama), belum ada kehidupan moral dalam arti sebenarnya.Fowler menyebut tahap perkembangan iman berada pada tahap 0 atau tak terdiferensiasikann yang berarti bahwa bayi tidak memiliki kemampuan terhadap penilaian benar-salah, belum ada keyakinan religius dan spiritual.MASA BELAJAR BERJALAN (TOODLER HOOD)Anak-anak pada fase berjalan mengalami kesulitan untuk memahami atau mengkonseptualisasi tentang Tuhan dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami nilai penting atas tindakan mereka. Erikson memandang periode ini sebagai tahap otonomi vs rasa malu dan keraguan. Anak-anak pada tahap ini membutuhkan cinta yang seimbang dan kedisiplinan yang konsisten Anak-anak pada tahap ini tidak melakukan pembedaan antara nyata dan supranatural. Oleh sebab itu konsep iman atau spiritualitas harus disederhanakan. Mereka kerap kali yakin bahwa makhluk supranatural bersifat magis. Sebagai contoh mereka memandang Tuhan sebagi malaikat atau orang yang bersahabatPiaget menyebut tahap ini, sebagai tahap berpikir pra-operasional dan fase pra konseptual. Dimana anak secara ekstrim berorientasi pada diri sendiri, memandanga segala sesuatu dari sudut pandangnya dan menilai segala sesuatu berdasarkan dari hasil MASA KANAK-KANAK AWAL Sigmund Freud, mengemukakan pada tahap ini anak berada pada tahap Phalic. Pada tahap ini anak dekat dengan orang tua, lawan jenisErikson mengatakan bahwa tahap ini sebagai tahap ditandai dengan konflik prakarsa vs rasa bersalah., sebab anak mendapatkan persetujuan dan pengakuan dengan kemampuan menyelesaikan masalah dan menyelesaikan tugas sederhana piaget, menyebut tahap ini sebagai berpikir praoperasional dan fase intuitif. Anak belajar berpikir tetapi belum mampu secara rasional dan sistematis Menurut kholberg, disebut tahap punishment dan obedience orientation, yaitu konsekuensi menentukan baik atau buruknya suatu tindakan Fowler menyebut fase ini sebagai tahap pertama atau fase intuitif-proyektif. Selama periode ini perkembangan iman mencerminkan bentuk keimanan orang tua yang bersangkutan. Anak dipengaruhi oleh tingkah laku dan perilaku religius orang tua merekapiaget, menyebut tahap ini sebagai berpikir praoperasional dan fase intuitif. Anak belajar berpikir tetapi belum mampu secara rasional dan sistematis MASA KANAK-KANAK MADYA Sigmund Freud mengemukakan tahap ini sebagai tahap latent. Anak sudah mulai bersosialisasi keluar rumah, terjadi pertumbuhan intelektual dan sosial pada anak. Anak memiliki banyak temanPiaget menyebut tahap ini sebagai tahap operasional konkret dan meyakini bahwa anak-anak pada fase ini telah berpikkir secara konkret tetapi masih mengembangkan keterampilan Erikson menyebut tahap ini sebagai tahap konflik kerajinan vs inferior. Anak-anak pada tahap ini memiliki pemikiran yang konkret dan mulai mengembangkan beberapa keterampilan penalaran yang logis Menurut kohlberg, berada pada tahap penyesuaian dengan kelompok Fowler menyebut tahap ini sebagai tahap 2 atau literal-mistis dan memandangnya sebagai tahap dimana anak berevolusi dalam pemahaman mereka tentang Tuhan. Beberapa anak memandang Tuhan sebagai orang tua yang marah, hantu atau roh magis yang ada di langit.MASA REMAJA Sigmund Freud mengemukakan fase genital. Individu mengembangkan minat seksual kepada lawan jenis. Individu dapat menentukan identitasnya, belajar untuk tidak tergantung pada orang tua serta bertanggung jawab pada diri sendiriErikson menyebut tahap ini sebagai tahap konflik identitas vs kekacauan identitas. Relasi teman sebaya menjadi penting dan mempengaruhi perkembangan identitas Fowler menyebut tahap ini perkembangan iman tahap 3 atau tahap konvensional-sintetis. Remaja mampu memisahkan fakta tentang Tuhan dan dunia dari persepsi sebelumnya. Piaget menyebut sebagai fase operasional formal, anak-anak mesti melalui fase ini untuk mengembangkan jati diri merekaMASA DEWASA Menurut Fowler, perkembangan iman pada masa ini disebut Iman Individualitatif-Reflektif yang menunjuk pada suatu masa ketika orang dewasa muda menyatakan identitas imannya tanpa ditentukan. Inilah masa dimana kreativitas pribadi dan jati diri menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi perawat termasuk otonomi pasien dalam perencanaan perawatan MASA USIA LANJUT Spiritualitas dapat memberikan kenyamanan di saat kesendirian atau tekanan pemulihan dari kecemasan. Spiritualitas memberikan perasaan harga diri, dan ini adalah suatu daya penting untuk menanggulangi kegelisahan disaat sakit dan mempersiapkan diri menghadapi kematian Iman memberikan orang yang lanjut usia sebagai suatu kekuatan batin yang dibutuhkan untuk melampui ketidakmampuan fisik yang dikaitkan dengan penuaan.Bagi orang-orang lanjut usia, spiritualitas memberikan elemen esensial, diantaranya: Spiritualitas mendukung penerimaan masa lalu, menikmati masa kini dan menyediakan harapan masa depan Spiritualitas memenuhi kebutuhan dasar manusia Spiritualitas memberikan bantuan dalam peristiwa hidup yang penuh tekanan, meningkatkan pemahaman seseorang tentang arti hidup dan membantu mempersiapkan diri menghadapi kematian TAHAP PERKEMBANGAN IMAN MENURUT FOWLER TAHAP 0: Iman yang belum terdiferensiasikan (lahir hingga 3 thn), masa selama bayi dan kanak-kanak memperoleh landasan berkualitas tentang iman, kepercayaan, kerjasama dan cinta TAHAP 1: Iman Intuitif-Proyektif (3 hingga 7thn) masa ketika anak dipengaruhi oleh cerita, teladan, suasana hati, dan perilaku iman yang kasat mata, biasanya dilakukan di rumah TAHAP 3: Iman Literal-Mitis (biasanya hingga umur 12thn tetapi bisa diperpanjang hingga dewasa), masa ketika anak mencoba membedakan antara fantasi dan fakta. Mereka sering menuntut bukti dari realitas dan menafsirkan cerita secara harfiah. Mereka mulai sadar bahwa mereka juga anggota masyarakat di luar rumahTAHAP 4 : Sintetis-Iman Konvensional (biasanya masa remaja tapi bisa diperluas hingga dewasa). Masa ketika seseorang merefleksikan keganjilan cerita suci. Orang menghadapi pertentangan antara kepercayaan yang dianut orang lain, karena belum belajar untuk menimbanga orang lain secara objektif.TAHAP 5 : Pembantingan Iman-Refleksif ( biasanya dewasa awal, tetapi bisa diperluas hingga akhir masa dewasa). Masa ketika identitas diri dan pandangan dunianya dibedakan dari identitas dan pandangan orang lain. Gaya hidup mandiri, kepercayaan dan sikap membentuk tahap ini.TAHAP 6: Iman yang merengkuh ( orang dewasa setelah setengah umur). Masa ketika orang dewasa menghormati secara baru masa lalu, menjunjung tinggi suara batin dan menyadari mitos yang berakar dalam suatu prasangka karena latar belakang sosoial. Orang yang telah mencapai tahap ini tidak akan memperdebatkan orang lain dalam keyakinannya. Namun, mereka akan merangkul orang dari tradisi iman yang berbeda dan mencoba merangkum pemahaman baru dari mereka. Orang dewasa ini sunguh-sungguuh mendengarkan bisikan batin mereka, disamping berdoa untuk hal atau peristiwa khususTAHAP 7: Iman yang merangkul semua ( tengah umur hingga seterusnya). Tahap ini jarang dicapai karena mereka biasanya berkomitmen atas visi yang mereka bangun, menyebut beberapa contoh adalah Mahatma Gandhi dan Ibu Teresa. Dengan kasih dan sikap lepas bebas, orang yang telah mencapai tahap ini terus menerus mengalirkan cinta kasih, membaktikan diri untuk meretas belenggu perpecahan, penindasan dan kekerasan. Mereka mewuju nyatakan spirit komunitas manusia yang inklusifBertens, K . 2004.Etika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka UtamaBrien, O.2009. Pedoman Perawat Untuk Pelayanan Spiritual Jakarta : Bina Media PerintisYoung, Carolin.2007. Spiritualitas, Kesehatan, Dan Penyembuhan Jakarta : Bina Media Perintis

DAFTAR PUSTAKA TERIMA KASIH