Prima Jiwa Osly/A353060101 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Biofisik Lokasi Penelitian
Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6019’00” – 6028’00”
Lintang Selatan dan 106043’00”- 106055’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah
20.029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan
Kabupaten Tangerang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan
Cibinong Kab. Bogor
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung
Kabupaten Bogor
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan
Kec. Pondok Gede Bekasi
Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan
di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara
2% - 15%. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng :
Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8% - 15 % tersebar dari Barat
ke Timur yang potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian.
Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang
sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke yang potensial
digunakan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat
pondasi.
Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem
drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena
adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau
banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu.
Iklim di wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan
perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim,
dengan jumlah curah hujan 2684 m/th, jumlah hari hujan : 222 hari/tahun serta
suhu rata-rata 24°C - 33°C. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk
Prima Jiwa Osly/A353060101 48
pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang
kontinu di sepanjang tahun. Dengan kondisi tersebut diatas, maka Depok memiliki
banyak situ sehingga merupakan kawasan yang cocok untuk kawasan konservasi
air dan tanah pada kawasan penyangga Jakarta.
Kota Depok selain merupakan kota yang berbatasan langsung dengan
Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu
Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat
pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, wilayah kota Depok dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Pembagian wilayah kota Depok
Adapun lokasi penelitian secara astornomi terletak pada koordinat
6025’05” – 6025’52” Lintang Selatan dan 106044’23”- 106045’20” Bujur Timur.
Secara administratif lokasi penelitian ini terletak pada kecamatan Sawangan
seperti terlihat pada Gambar 11.
Prima Jiwa Osly/A353060101 49
Gambar 11. Lokasi penelitian
Topografi
Lokasi penelitian ini terletak pada ketinggian 87,50 m dpl (diatas
permukaan laut) sampai dengan 111 m dpl dengan topografi bervariatif (Gambar
12). Lokasi penelitian ini cenderung rata dan cocok untuk pengembangan kawasan
wisata perkotaan kota yang relatif tidak membutuhkan earthwork (pekerjaan
galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 13.
Prima Jiwa Osly/A353060101 50
Gambar 12. Peta elevasi lahan lokasi penelitian
Gambar 13. Peta kemiringan lahan lokasi penelitian
Hidrologi
Wilayah penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Sungai yang terdapat pada wilayah penelitian adalah anak sungai Ciliwung yaitu
Prima Jiwa Osly/A353060101 51
kali gede yang berada sebelah timur dan kali ciputat yang berada pada sebelah
barat. Pada wilayah penelitian juga terdapat sebuah danau/situ pengasinan yang
mendapatkan air dari kedua anak sungai diatas (Gambar 14). Potensi air tanah
berkisar pada kedalaman 5 m – 10 m dan secara empiris kualitas dan kuantitas air
pada wilayah ini sangat baik.
Gambar 14. Peta hidrologi lokasi penelitian
Aksesibilitas
Pada lokasi penelitian terdapat 3 ruas jalan yang menghubungkan wilayah
penelitian dengan jalan propinsi dan jalan kota. Dari 3 ruas jalan ini baru satu ruas
yang permanen dengan badan jalan di aspal sepanjang 3,5 km yaitu jalan
Pengasinan Raya yang mengitari kawasan. Sedangkan jalan lainnya kondisinya
masih jalan tanah namun dapat dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda
empat. Sedangkan jalan lainnya yaitu jalan dalam kawasan masih dalam bentuk
jalan setapak yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertani dan
berladang (Gambar 15).
Prima Jiwa Osly/A353060101 52
Gambar 15. Peta jaringan jalan wilayah penelitian
Pola Ruang
Pola ruang dasar kawasan adalah kawasan budidaya pertanian dan badan
air. View dan desakan penduduk akibat kebutuhan akan perumahan membuat pola
dasar ini berubah. Saat ini pola ruang permukiman sudah mulai masuk kedalam
wilayah badan air dan areal budidaya pertanian. Hal ini akan menggangu kondisi
lingkungan sekitar badan air karena kondisi air permukaan akan terdesak oleh
limbah-limbah rumah tangga perumahan. Harga tanah yang mulai meningkat pada
kawasan juga mendorong penduduk untuk mematikan lahan sawah, hal ini
ditunjukkan dengan luas lahan sawah bera permanen yang sudah dipersiapkan
untuk areal permukiman. Pola ruang kawasan dan luas dari masing-masing Land
Cover/Land Use dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 25.
Prima Jiwa Osly/A353060101 53
Gambar 16. Pola ruang kawasan
Tabel 25. Luas Land Cover dan Land Use
Land Cover Land Use Luas (Ha) Sawah Lahan sawah 53,53
Kebun Campuran Kebun Campuran 18,50 Pohon tinggi dengan jarak
renggang 31,45
Pohon tinggi dengan jarak rapat 31,29 Vegetasi
Padang rumput dan alang-alang 15,63 Permukiman 42,90 Perumahan 9,75
Bangunan khusus 6,98 Lapangan terbuka 22,05
Built-up Area
Sawah bera permanen 4,20 Situ 5,30 Badan Air Balong 5,56
TOTAL (Ha) 247,12
Analisis Dan Perancangan Tapak
Keadaan Lingkungan
Kawasan situ Pengasinan terletak pada kecamatan Sawangan dan
menyebar pada tiga desa yaitu desa pengasinan (bagian timur, sebagian selatan
Prima Jiwa Osly/A353060101 54
dan sebagian utara), desa Duren Mekar (sebagian utara dan sebagian barat) dan
desa Duren Seribu (barat dan sebagian selatan). Kondisi kawasan sebagian besar
merupakan lahan sawah dan vegetasi. Dalam Rencata Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Depok 2000-2010, kawasan ini termasuk kedalam pengembangan
kawasan permukiman dan perumahan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
tinggi dan rendah. Kondisi topografi pada kawasan relatif datar dengan elevasi
antara 87,5 m sampai dengan 111 m dpl dan kemiringan lahan antara 0% - 2%.
Hal ini memungkinkan kawasan dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan
permukiman.
Kawasan situ Pengasinan masuk pada kawasan beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh iklim muson, musim penghujan antara bulan oktober sampai
dengan maret dan musim kemarau antara bulan April sampai September. Curah
hujan tahunan adalah sebesar 2500-3000 mm/tahun dengan banyaknya curah
hujan bulanan berkisar antara 1 – 591 mm dan banyaknya hari hujan antara 10 –
20 hari, yang terjadi pada bulan Desember dan Oktober. Jenis tanah adalah tanah
latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,
terbentuk dari tufa vulkan andesitis-basaltis, tingkat kesuburan rendah – cukup,
mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi dan bertekstur halus. Selain itu
kualitas tanah cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk
berbagai macam tanaman dengan faktor pembatas utama kemiringan lereng kecil,
sehingga hanya berkembang pertanian dan perkebunan tanaman keras seperti
tanaman buah-buahan, singkong dan sayuran.
Titik utama yang menjadi pusat perhatian kawasan ini adalah situ
pengasinan dan lahan sawah. Situ Pengasinan merupakan salah satu situ yang
cukup besar (5,3 Ha) di kota Depok yaitu 1,5% dari total keseluruhan badan air
kota Depok (Rosnila, 2004). Secara visual kondisi perairan adalah bersih dengan
tingkat kecerahan air adalah cerah. Kondisi perairan situ memiliki susut maksimal
satu meter pada musim kemarau dan kembang 0,5 meter pada musim penghujan.
Situ memiliki jalan inspeksi lebar 1,5 meter dengan jenis perkerasan konblok yang
mengelilingi seluruh situ. Titik perhatian lainnya adalah lahan sawah yang
memiliki luas 53,53 Ha atau sebesar 2% dari keseluruhan lahan sawah yang ada di
kota Depok. Kondisi lahan sawah adalah aktif dengan saluran tersier dan saluran
Prima Jiwa Osly/A353060101 55
sekunder kali Ciputat dan kali Gede yang merupakan bagian dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung.
Strategi Pengembangan Kawasan
Sasaran yang ingin dicapai dari perencanaan wilayah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara lokal adalah untuk membangun suatu obyek-obyek wisata baru
yang terdapat dalam suatu kawasan dan berbentuk kawasan terpadu
2. Secara regional adalah menghidupkan kawasan urban-rural fringe serta
menjadi contoh pengembangan kawasan urban-rural fringe berbasis
wisata.
Adapun dasar-dasar dalam penentuan Strategi Pengembangan wilayah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rencana Stratejik (RENSTRA) Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota
Depok Tahun 2006-2011
2. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Depok Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Pola Dasar Pembangunan Kota Depok
3. Analisis wilayah penelitian dalam konstelasi regional (Kota Depok-
Jakarta-Bogor-Tangerang)
4. Analisis Arahan dan Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang (RTRW
Kota Depok tahun 2000 – 2010)
5. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lahan
6. Analisis Penggunaan Lahan
Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pengembangan wilayah penelitian
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Memicu dan mendorong pertumbuhan kawasan dengan tingkat kesesuaian
lahan sangat sesuai dan sesuai untuk pengembangan fisik perkotaan.
2. Memelihara lahan sawah yang saat ini ada dan dapat dijadikan sebagai
obyek wisata.
3. Mempertahankan kondisi alam yang berpotensi untuk wisata pemadangan
alam (View Point) dan Wisata Danau.
Prima Jiwa Osly/A353060101 56
Analisis Kawasan dalam Konstelasi Regional
Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kota Depok yang berjarak ± 9
Km dari Pusat Kota. Keberadaan dari wilayah penelitian diharapkan akan dapat
mendukung visi kota Depok yaitu Menuju Kota Depok Yang Melayani dan
Mensejahterakan sera visi kantor Pariwisata, Seni dan Budaya yaitu mendorong
tersedianya obyek wisata yang nyaman dan lestarinya seni dan cagar budaya
lokal. Oleh sebab itu dalam analisis ini akan dibahas mengenai peluang
pengembangan wilayah penelitian dalam konstelasi regional yang berhubungan
dengan kegiatan wisata, khususnya kawasan ekowisata.
Dalam konstelasi Regional (JABOTABEK), wilayah penelitian
merupakan salah satu program penting dalam Program Pengembangan Obyek
Wisata Kota Depok pada 2006 - 2011. Kemudian secara geografis wilayah
penelitian berlokasi di bagian timur wilayah Depok dan memiliki akses baik
dengan Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Tangerang dan Kota Jakarta
Selatan, sehingga dapat dinilai bahwa peluang pengembangan kegiatan Wisata
Situ Pengasinan di wilayah penelitian cukup besar karena dapat melayani Propinsi
Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Selain itu, khusus untuk DKI Jakarta faktor
lain yang dapat mendorong pengembangan kegiatan wisata di wilayah penelitian
adalah :
1. Tingkat perekonomian masyarakat DKI Jakarta lebih tinggi daripada
masyarakat propinsi Jawa Barat.
2. Aksesibilitas (tingkat kemudahan pencapaian) yang cukup tinggi, dimana
dapat dicapai melalui jalur darat melalui jalan raya Parung, jalan raya
Serpong dan jalan Muhtar Raya.
Pada saat ini kota Depok mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
dalam hal pariwisata. Hal ini dapat terlihat dari adanya sebuah ikon wisata yang
berbentuk land mark yaitu Mesjid Kubah Mas yang berjarak kurang dari dua
kilometer dari lokasi kawasan dan dikunjungi oleh hampir seluruh masyarakat
Indonesia. Selain itu Kota Depok juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
dengan salah satu indikator adalah tingginya jumlah pertambahan penduduk yaitu
3,7% per tahun menurut data BPS, lebih besar dibandingkan pertambahan
penduduk nasional yaitu 3,2% per tahun. Selain itu, Depok yang dicanangkan
Prima Jiwa Osly/A353060101 57
sebagai kota permukimam juga mendorong peningkatan jumlah penduduk yang
signifikan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa peluang
pengembangan lokasi penelitian untuk kegiatan dan obyek wisata cukup besar.
Tambahan lagi, tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang cukup tinggi
dari Kota Bogor (± 45 Km / ± 1 jam) dan dari DKI Jakarta (± 25 Km / ± 0,5 jam)
melalui jalan aspal dengan kondisi baik. Sehingga keadaan ini akan turut
mendorong percepatan pertumbuhan wilayah penelitian. Lebih jelas mengenai
pencapaian ke wilayah penelitian dalam konstelasi Regional dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 17. Pencapaian wilayah penelitian dalam konstelasi regional
Infrastruktur
Kawasan dikelilingi oleh jalan kolektor sehingga kawasan adalah kawasan
yang memiliki aksesibilitas tinggi. Jalan kolektor tersebut adalah jalan Pengasinan
Raya, jalan Masjid dan jalan Kemat. Aksesibiltas tinggi ini dapat dimanfaatkan
untuk mempermudah pengaturan pintu masuk dan pintu keluar kawasan. Selain
Prima Jiwa Osly/A353060101 58
itu aksesibilitas ini juga dapat dimanfaatkan untuk memisahkan jalur pengunjung
dan service. Jaringan jalan pada kawasan dan panjang jalan dapat dilihat pada
Gambar 18 dan Tabel 26.
Gambar 18. Peta jaringan jalan dalam kawasan
Tabel 26. Tabel panjang jaringan jalan dalam lokasi
Panjang Jaringan Jalan (m)
Kelas Jalan Panjang (m)
Kolektor 28.128,49
Lingkungan 19.029,19
Setapak 4.341,59
TOTAL 51.499,26
Arahan Pengembangan
Analisis Kemiringan Lahan
Bentang alam suatu wilayah dibentuk oleh Topografi dan kemiringan
lahan. Tingkat kemiringan lahan akan berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan
jenis vegetasi, arah aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan
dikembangkan. Secara umum semakin tinggi tingkat kemiringan lahan, semakin
Prima Jiwa Osly/A353060101 59
besar kendala pembangunan fisik kota. Kemiringan lahan yang curam
menyebabkan peningkatan dalam biaya konstruksi, membutuhkan perencanaan
yang harus akurat dan faktor utama penyebab terjadinya erosi. Walaupun
demikian dengan rekayasa teknologi, tidak tertutup kemungkinan untuk
memanfaatkan lahan dengan kemiringan lahan relatif tinggi.
Berdasarkan hasil analisis kemiringan lahan, maka pola distribusi
kemiringan lahan di wilayah penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar berkemiringan 0 - 2% dengan luas sebesar 232,50 Ha yang
tersebar di seluruh lokasi wilayah penelitian.
2. Lahan berkemiringan 2 – 5% sangat sedikit yaitu seluas 48,30 Ha yang
sebagian besar berlokasi disebelah barat lokasi penelitian.
3. Lahan berkemiringan 5 – 7% sangat sedikit yaitu seluas 2,20 Ha yang
sebagian besar berlokasi dekat lahan dengan kemiringan 0 –3%.
Analisis Penggunaan Lahan
Berdasarkan jenis pemanfaatannya, dimana penggunaan lahan di wilayah
penelitian adalah berupa lahan tidak terbangun (76%), sehingga dapat dinilai
bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan fisik dan kegiatan wisata lainnya
cukup besar.
Analisis Status Lahan
Lokasi penelitian merupakan daerah sekitar situ yang telah dimanfaatkan
penggunaanya oleh masyarakat. Sehingga komposisi kepemilikan lahan cukup
variatif dan hampir seimbang. Status kepemilikan lahan ini akan menentukan
dalam tingkat resistensi pengelolaannya. Secara umum tingkat resistensi
pengelolaan kawasan ini cukup rendah, karena status kepemilikan lahan (> 50%)
dimiliki oleh instasi pemerintah (PEMKOT dan Instansi Lainnya) sehingga
diharapkan tidak adanya halangan dalam pengelolaan dan pengembangan
kawasan. Selain itu, status kepemilikan lahan juga dapat menjadi indikator
besarnya biaya yang akan dikeluarkan serta lama Break Event Poin Time (BEPT)
kawasan. Hasil wawancara dengan PEMKOT, status kepemilikan lahan pada
awalnya hanya milik PEMKOT dan Instansi Pemerintah lainnya, namun
Prima Jiwa Osly/A353060101 60
pengelolaan yang lemah dari PEMKOT menyebabakan masyarakat mulai
menggarap lahan sekitar situ. Tanah garapan kemudian disertifikasi hak milik oleh
masyarakat. Keadaan ini membuat PEMKOT segera mengambil alih lahan sekitar
situ yang belum tersertifikasi hak milik untuk digarap. Salah satu cara mengarap
lahan ini adalah dengan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan situ yang
dikembangkan untuk kawasan wisata (Tabel 27).
Tabel 27. Tabel luas status lahan pada lokasi
Luas Kesesuaian untuk Lokasi
Status Kepemilikan Lahan Luas (Ha) Proporsi
Pemerintah Kota (PEMKOT) 58,39 23,6%
Instansi Pemerintah selain PEMKOT 93,17 37,7%
Swasta/Pribadi 95,56 38,7%
TOTAL 247,12 100%
Analisis Daya Dukung Lahan
Bagi Kota-kota yang sudah mapan perkembangannya proporsi
penggunaan lahan untuk permukiman mencapai antara 50% – 80%. Sedangkan
untuk wilayah penelitian diasumsikan proporsi penggunaan lahan untuk bangunan
adalah 20% dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kondisi fisik eksisting atau daya dukung fisik wilayah penelitian yang
terbatas atau lebih dominan lahan marginalnya.
2. Sesuai dengan arahan RTRW Kota Depok (Tahun 2000 - 2010) dimana
wilayah penelitian juga diarahkan untuk lokasi pemukiman dan resor
wisata.
Prediksi Calon Pengunjung
Sebuah obyek wisata hidup karena adanya pengunjung. Perencanaan
sebuah obyek wisata harus memprediksi calon pengunjung obyek wisata yang
akan dibangun. Pada penelitian ini prediksi calon pengunjung didasarkan atas
hasil penelitian. Perencanaan zona dan content dalam tapak juga didasarkan atas
hasil penelitian tersebut.
Prima Jiwa Osly/A353060101 61
Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan menggunakan metode
kuisioner dan metode pengumpulan data stratified random sampling. Keseluruhan
penduduk Depok dibagi menjadi tiga kelas strata sosial (kelas atas, menengah dan
bawah). Kesimpulan hasil penelitian adalah adanya keinginan masyarakat kota
Depok terhadap tersedianya sebuah kawasan wisata dan atau obyek wisata yang
bernuansa lingkungan serta memiliki aksesibilitas mudah ke pusat kota. Kawasan
wisata yang akan dibangun harus memiliki peruntukan bagi wisata bersama
keluarga. Kawasan wisata harus dapat dicapai menggunakan berbagai macam
moda transportasi.
Pemetaan Kesesuaian Lokasi Dan Zona
Kesesuaian Lokasi
Ditinjau dari data sebaran kesesuaian lokasi yang diperoleh dari hasil
analisis, maka secara umum kondisi lahan pada lokasi penelitian memiliki tingkat
kesesuaian sedang, yaitu mencakup 74% dari keseluruhan daerah penelitian. Ini
berarti bahwa kondisi lahan lokasi penelitian cukup dapat dikembangkan untuk
kawasan wisata (Tabel 28 dan Gambar 19).
Tabel 28. Tabel luas kesesuaian untuk lokasi
Luas Kesesuaian untuk Lokasi
Rangking Kesesuaian Luas (Ha) Proporsi
Sesuai 27,33 11,1%
Sedang 183,82 74,4%
Tidak Sesuai 35,98 15,5%
TOTAL 247,12 100%
Prima Jiwa Osly/A353060101 62
Gambar 19. Peta kesesuaian lokasi
Kesesuaian Zona
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pada masing-masing zona
peruntukan, maka dilakukan overlay/intersept antara peta pola ruang, jalan, view,
vegetasi dan slope yang masing-masing memiliki bobot tertentu untuk masing-
masing zona yang akan dibangun. Dari hasil overlay tersebut kemudian dihitung
luas tingkat kesesuaian untuk masing-masing zona peruntukan.
Zona A (Village Zone)
Zona A sebagai zona yang akan dikembangkan menjadi zona desa
memiliki tingkat kesesuaian lahan yang cukup untuk dikembangkan menjadi
sebuah kawasan wisata desa. Dengan luas area yang sesuai sebesar 35% dari luas
kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 29). Komposisi
penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian barat kawasan juga
menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu tema. Selain
itu, lahan-lahan sawah yang akan menjadi titik utama perancangan seluruhnya
tersebar pada daerah dengan kesesuaian sangat sesuai dan sesuai (Gambar 20).
Prima Jiwa Osly/A353060101 63
Tabel 29. Tabel luas kesesuaian untuk Zona A (Village Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona A
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 0,73 0,3%
Sesuai 30,19 12,2%
Sedang 53,75 21,8%
Tidak Sesuai 41,91 17,0%
Sangat Tidak Sesuai 120,53 48,7%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 20. Peta kesesuaian untuk zona A (Village Zone)
Zona B (Rest Area)
Zona B sebagai zona istirahat memiliki tingkat kesesuaian lahan yang
cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-
bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 60%
dari luas kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 30).
Komposi penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian utara - selatan
Prima Jiwa Osly/A353060101 64
kawasan juga menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu
tema (Gambar 21).
Tabel 30. Tabel luas kesesuaian untuk Zona B (Water Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona B
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 18,37 7,4%
Sesuai 33,76 13,7%
Sedang 96,21 38,9%
Tidak Sesuai 56,91 23,0%
Sangat Tidak Sesuai 41,88 16,9%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 21. Peta kesesuaian untuk zona B (Rest Area)
Zona C (Water Zone)
Zona C sebagai zona air memiliki tingkat kesesuaian lahan yang kurang
cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-
bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 16%
dari luas kawasan, zona ini relatif agak sulit dikembangkan (Tabel 31).
Prima Jiwa Osly/A353060101 65
Komposisi penyebaran daerah kesesuaian yang hampir merata pada bagian timur
kawasan menjadikan zona ini sedikit lebih mudah untuk dikembangkan menjadi
satu tema (Gambar 22).
Tabel 31. Tabel luas kesesuaian untuk Zona C (Water Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona C
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 0,00 0,0%
Sesuai 5,30 2,1%
Sedang 33,31 13,5%
Tidak Sesuai 80,08 32,4%
Sangat Tidak Sesuai 128,43 52,0%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 22. Peta kesesuaian untuk zona C (Water Zone)
Arahan Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk masing-masing zona,
maka dapat ditentukan letak tapak untuk masing-masing zona pada kawasan.
Perletakan masing-masing zona ini didasarkan atas kedekatan perletakan hasil
Prima Jiwa Osly/A353060101 66
analisis dan kemudahan sirkulasi dalam kawasan. Komposisi luas masing-masing
zona dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 23.
Tabel 32. Tabel luas untuk masing-masing zona
Luas Zona
ZONA Luas (Ha) Proporsi
A (Village Zone) 91,49 37,0%
B (Rest Area) 57,51 23,3%
C (Water Zone) 52,94 21,4%
Tidak dapat digunakan 45,19 18,3%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 23. Peta zonasi
Perancangan Tapak
Kriteria Dasar
Menurut Lang (2005), Urban-Rural fringe is an area of mixed rural and
urban populations and land uses, which began at the point where agriculture land
Prima Jiwa Osly/A353060101 67
uses appear near city and extends up to the point where villages distinct urban
land uses or where some persons, at least, from the village community commute to
the city daily for work or other purpose. Berdasarkan definisi diatas maka
kawasan situ Pengasinan dapat dimasukkan kedalan kelompok daerah tersebut.
Sebuah konsep yang tepat untuk melakukan perencanaan dan perancangan pada
kawasan ini adalah konsep penyelarasan. Sebuah konsep yang secara langsung
akan melaksanakan fungsinya akibat adanya hubungan timbal balik antara
masing-masing anggota komunitas. Komunitas urban yang akan memanfaatkan
kawasan rural sebagai sarana berwisata dan komunitas rural yang akan
memanfaatkan kawasan urban sebagai sarana berkarya. Untuk mensinergikan
konsep tersebut maka dalam perencanaan dan perancangan kawasan perlu
diperhatikan faktor fisik (potensi tapak) dan aksesibilitas.
Perancangan Makro Kawasan
Konsep makro yang diangkat adalah pengelompokan dalam beberapa
kegiatan yang memiliki karakteristik sejenis dan bergantung satu sama lain. Hal
ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemanfaatan ruang
dan pelayanan. Distribusi disesuaikan dengan jangkauan pelayanan
pengelompokan kegiatan/aktifitas yang sudah ada di dominasi serta
pengembangannya. Memiliki kecenderungan pengembangan kawasan yang
mengacu pada aspek budaya setempat dengan satu pola pemberdayaan masyarakat
(community base development) dengan harapan masyarakat dapat turut serta
dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan yang
tepat sasaran.
Pengaruh Lingkungan Sekitar Kawasan
Pola sirkulasi kendaraan di luar tapak
Tapak dilintasi oleh jalan raya Pengasinan yang memiliki panjang 1612 m
yang melintas di sisi timur dengan intensitas kendaraan rendah dan jalan
Masjid yang memiliki panjang 1310 m dengan intesitas kendaraan rendah
yang melintas di sisi utara. Pada kedua sisi ini, kawasan terlihat secara
keseluruhan dan lebih indah sehingga pintu masuk utama dan pintu keluar
Prima Jiwa Osly/A353060101 68
berada pada kedua jalan tersebut. Intensitas kendaraan yang rendah cenderung
sedang membutuhkan pemisahan jalur masuk dan keluar.
Keadaan lingkungan sekitar tapak
Kawasan ini dibatasi oleh permukiman/perumahan serta hutan alam kota.
Peraturan-peraturan
Peraturan yang berlaku pada kawasan meliputi KDB (Koefisien Bangunan)
sebesar 40% - 80% dengan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) adalah dibatasi
setinggi 4 lantai dan GSB (Garis Sempadan Bangunan) sebesar 4 m. Status
kepemilikan lahan kawasan adalah pemerintah kota, instansi pemerintah selain
pemerintah kota dan swasta/masyarakat. Peruntukan lahan sesuai dengan
RTRW Kota Depok adalah permukiman dengan KDB tinggi.
Faktor pencapaian
Untuk mencapai tapak dapat digunakan jalan raya Parung-Bogor (dari arah
Jakarta, Bogor dan Tangerang) serta jalan Muhtar Raya (dari arah Jakarta dan
Depok) sehingga dengan adanya papan penunjuk maka kawasan akan mudah
dicapai melalui jalan-jalan tersebut.
Faktor infrastruktur
Tersedianya jaringan listrik, telekomunikasi dan drainase kota yang melintasi
kawasan sudah memenuhi standar minimal kebutuhan akan infrastruktur
kawasan.
Bangunan Penting Sekitar Kawasan
Terdapat beberapa bangunan penting yang berada disekitar kawasan.
Salah satunya adalah masjid kubah mas yang berjarak ± 3 km sebelah timur
kawasan. Masjid kubah mas, selain sarana ibadah juga merupakan salah satu titik
utama tujuan wisata kota Depok. Bangunan ini mengusung konsep wisata religi.
Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 2005 dan menjadi ikon pariwisata kota
Depok untuk daerah tujuan wisata. Bangunan penting lainnya adalah pasar Parung
yang berjarak ± 2 km dari kawasan yang dapat menjadi target utama pemasaran
kawasan. Keberadaan pasar dan bangunan masjid kubah mas juga dapat
diintegrasikan dengan kawasan wisata yang akan dibangun sebagai pendukung
kawasan wisata terbangun.
Prima Jiwa Osly/A353060101 69
Perancangan Mikro Kawasan
Konsep perancangan mikro kawasan adalah wisata desa yang dipadukan
dengan wisata air. Selain itu kawasan ini diharapkan menjadi landmark kota
Depok yang dalam perencanaannya disesuaikan dengan rencana pemerintah untuk
membangun sebuah kawasan wisata yang melestarikan budaya lokal dan
lingkungan.
Titik Utama Perancangan
Titik utama perancangan kawasan ini adalah lahan sawah dan badan situ.
Lahan sawah merupakan produk utama yang akan dijual oleh kawasan ini.
Sedangkan wisata air telah dikembangkan pada badan situ dan telah dikelola oleh
pemerintah daerah melalui POKJA (Kelompok Kerja) Situ Pengasinan.
Konsep Perancangan Situasi
Sesuai dengan tema yang diangkat untuk kawasan wisata ini maka situasi
yang dirancang adalah situasi pedesaan yang asri dengan situ yang asri. Kawasan
ini juga akan membangun situasi kehidupan sosial masyarakat lokal yang
berbudaya Sunda. Situasi kehidupan sosial yang akan dibangun adalah keseharian
dalam bekerja (berladang dan bertani), bercengkrama (bermain alat musik
angklung dan belajar) dan kegiatan lainnya (event pernikahan, sunatan massal
dsb).
Konsep Peruntukan Lahan
Kawasan ini akan dibagi menjadi tiga zona yang masing-masing memiliki
fungsi masing-masing. Zona-zona dirancang hanya sebagai bagian dari kawasan
(tidak dapat berdiri sendiri). Zona-zona tersebut adalah :
Zona A (Village Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata desa.
Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona penerima pengunjung. Sarana
dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata desa, kantor pengelola dan
loket, pos sepeda, lapangan parkir dan main gate (pintu utama) yang
merupakan in gate (pintu masuk).
Zona B (Rest Area), yaitu zona yang berfungsi sebagai area untuk rekreasi dan
istirahat. Sarana dan prasarana pada zona ini adalah areal terbuka (sebagai areal
serbaguna), taman, restoran, bungalow, pos sepeda, kolam pemancingan dan
area servis.
Prima Jiwa Osly/A353060101 70
Zona C (Water Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata air dan
wisata belanja. Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona keluar
pengunjung. Saran dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata air,
dermaga wisata air, toko handicraft, areal agrowisata, pos sepeda, areal servis
dan out gate (pintu keluar).
Ciri Khusus Kawasan
Kawasan ini merupakan kawasan peruntukan perumahan dengan KDB
tinggi dan KDB rendah. Keberadaan situ pengasinan dan lahan sawah
memberikan view atau pemandangan indah serta membuat kawasan ini tampak
alami dan indah. Aksesibilitas yang mudah membuat kawasan ini sangat strategis.
Saat ini, dengan keberadaan fasilitas wisata air dan lahan sawah yang belum
tertata rapi membuat kawasan ini belum dapat dinikmati secara maksimal. Untuk
membuat kawasan ini menjadi kawasan wisata bertema desa dengan kolam besar
maka perlu dilakukan penataan kawasan dan membuka view yang luas kearah situ
dan lahan sawah atau menjadikan situ dan lahan sawah sebagai orientasi kawasan.
Tata Bangunan
Sesuai tema yang diusung oleh kawasan ini, maka tata bangunan yang
dirancang disesuaikan dengan tema yang diangkat. Konsep tata bangunan
mengikuti kaidah Vernacular Architecture yaitu bahasa arsitektur dari manusia
atau tata bangunan yang berhubungan dengan konteks lingkungan dan sumber
daya yang tersedia serta membangun dengan peralatan yang tersedia. Seluruh
bentuk ini dibangun berdasarkan kebutuhan, mengakomodasi nilai lahan, ekonomi
dan cara hidup dalam bingkai kebudayaan lokal (Sebestyen, 2003).
Pencapaian Tapak
Tapak dapat dicapai melalui jalan Pengasinan Raya dengan moda
transportasi angkutan umum dan angkutan pribadi baik roda empat maupun roda
dua. Selain itu tapak juga dapat dicapai melalui jalan Raya Parung.
Sistem Sirkulasi Dalam Tapak
Pola sirkulasi dalam kawasan mengelilingi situ dan lahan sawah
(pematang) yang bentuk dan polanya merefleksikan bentuk air yang dinamis dan
diwakilkan oleh bentuk lingkaran dan lengkung. Sirkulasi dalam kawasan dibagi
menjadi tiga yaitu sirkulasi manusia, kendaraan (sepeda) dan kendaraan bermotor
Prima Jiwa Osly/A353060101 71
(berhenti pada areal parkir). Sirkulasi untuk manusia dan kendaraan merupakan
sirkulasi yang berdiri sendiri namun pada titik-titik tertentu akan mengalami
overlapping dan atau sejajar.
1. Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia adalah jalan setapak yang dibangun mengikuti
petak-petak sawah. Perjalanan akan di mulai pada lapangan parkir menuju
kantor pengelola untuk mengurus administrasi masuk kawasan (loket).
Perjalanan selanjutnya adalah dengan mengikuti jalan pematang yang
telah disediakan oleh pengelola. Perjalanan dapat berhenti sejenak pada
zona B (rest area) yang pada zona ini ditempatkan bungalow, restoran,
sarana olahraga pemancingan dan perjalanan dilanjutkan menuju zona C.
2. Sirkulasi kendaraan (sepeda)
Sirkulasi untuk kendaraan (sepeda) mengikuti jalan sepeda yang
akan dibangun. Jalan sepeda terpisah dengan jalan manusia. Namun pada
beberapa titik disediakan pos sepeda yang selain berfungsi sebagai tempat
istirahat, juga sebagai tempat moda interchange (perubahan moda menjadi
jalan kaki). Keseluruhan kawasan memiliki 15 pos sepeda.
3. Areal parkir
Areal parkir kendaraan dibedakan antara parkir pengelola, parkir
kendaraan servis dan parkir pengunjung. Sedangkan areal parkir
pengunjung dirancang untuk dapat menampung kendaraan sepeda motor,
mobil, minibus dan bus. Pengaturan sirkulasi pedestrian dan kendaraan
yang aman, dengan memisahkan jalur sirkulasi pedestrian dengan jalur
sirkulasi kendaraan, sehingga pengunjung bangunan dapat berjalan dengan
nyaman dan bebas sebelum memasuki kawasan.
Jarak capai jalan kaki maksimum untuk pengunjung dari pintu
masuk areal parkir ke pintu masuk kawasan adalah 300 meter diwujudkan
dengan adnya pos-pos sepeda, sehingga semua pengunjung menempuh
jarak yang sama dalam hal pencapaian ke bangunan. Dimana parkir
sepeda motor dibagi 2, yaitu: untuk pengunjung kawasan dan untuk
pengelola/servis.
Prima Jiwa Osly/A353060101 72
Dalam penentuan sistem dan peletakan area parkir, banyak
ditentukan dari kemudahan akses dan letak entrance kendaraan hasil
analisis sirkulasi kendaraan seperti yang sudah dijelaskan. Sistem parkir
dibuat terkonsentrasi dengan sistem pembagian :
Kendaraan roda empat, minibus dan bus untuk pengunjung, tersedia
area parkir terbuka di sisi timur dan tengah areal parkir.
Kendaraan roda dua untuk pengunjung disediakan di sisi utara areal
parkir.
Kendaraan roda empat untuk pengelola dan servis, disediakan area
parkir khusus di sisi barat areal parkir.
Kendaraan roda dua untuk pengelola, disediakan di sisi barat areal
parkir.
Lansekap
1. Pola Pedestrian Way
Pedestrian way membentuk prasarana penghubung yang penting
dalam menghubungkan berbagai kegiatan yang berlangsung pada massa
bangunan yang berbeda. Pedestrian way dirancang untuk mengarahkan
pencapaian dan mempertimbangkan terbentuknya suasana estetis dengan
penempatan titik-titik pusat perhatian. Jenis material, tekstur dan warna dipilih
yang dapat mendukung karakter kegiatan , baik yang berkesan dinamis dan
rekreatif. Konsep perancangan pedestrian way mengikuti bentuk situ dan
lahan sawah dengan menggunakan pola cul de sac (jalan tertutup/buntu).
Konsep ini dibangun agar pengunjung dapat menikmati seluruh kawasan.
Pedestrian way dibagi menjadi dua macam yaitu jalan manusia dan jalan
sepeda. Masing-masing jalan memiliki shelter (tempat perhentian) yang
berbeda, jalan manusia memiliki shelter berupa dangau dan jalan sepeda
memiliki shelter berupa pos sepeda.
2. Pohon dan tanaman
Pohon dan tanaman sebagai elemen ruang luar sangat tergantung
kepada eksisting kawasan. Pohon dan tanaman di sini befungsi sebagai :
Pengaruh dan pembatas visual (barrier), ditempatkan pada batas tapak, tepi
jalan dan diantara massa bangunan. Jenis pohonnya adalah palem-paleman.
Prima Jiwa Osly/A353060101 73
Pemberi bayangan keteduhan, ditempatkan pada sisi-sisi bangunan
terutama dekat bukaan untuk mengurangi kesilauan cahaya. Jenisnya
adalah pohon yang berdaun lebat.
Bumper polusi dan kebisingan, ditempatkan pada areal-areal yang
membutuhkan ketenangan seperti bungalow. Jenisnya adalah pohon yang
berdaun lebat dan beranting banyak.
Pembatas kegiatan, digunakan untuk membatasi kegiatan antara satu
dengan yang lainnya. Jenisnya adalah pohon perdu-perduan.
3. Plasa dan taman
Plasa atau ruang terbuka dibuat untuk mengkat massa-massa bangunan
yang saling terpisah, dan difungsikan sebagai ruang komunikasi / relaksasi
pengunjung.
Perlengkapan pelayanan dan utilitas kawasan
Konsep perancangan prasarana, sarana dan utilitas kawasan dibagi
menjadi menjadi beberapa aspek yaitu prasarana yang meliputi jaringan listrik dan
jaringan telekomunikasi, utilitas yang meliputi air bersih dan air kotor, sistem
drainase dan limbah serta sarana yang meliputi bangunan-bangunan pendukung
kegiatan wisata.
1. Areal Publik
Area publik didefinisikan sebagai bangunan dan lanskap yang
bentuknya dirancang untuk kepentingan komunitas dan memiliki
kepentingan sosial ekonomis (Walters dan Brown, 2004) Bangunan
publik yang akan dibangun pada kawasan ini adalah sarana ibadah
(masjid) yang merupakan renovasi dari sarana ibadah yang telah ada saat
ini dan sarana kesehatan berupa klinik 24 jam lengkap dengan fasilitas
Unit Gawat Darurat (UGD). Bangunan publik ini akan menempati areal
seluas 5250 m2 dan berada pada zona C (Water Zone). Dalam areal publik
ini terdapat juga bangunan servis yang berfungsi untuk melayani seluruh
kawasan. Areal ini ditempatkan dekat dengan jalan kolektor (jalan Raya
Pengasinan). Penempatan ini bertujuan untuk memudahkan pencapaian
menuju kelas jalan yang lebih tinggi .
2. Utilitas Kawasan
Prima Jiwa Osly/A353060101 74
Utilitas kawasan terdiri dari jaringan telekomunikasi, jaringan
listrik, sistem drainase dan tempat pembuangan akhir kawasan mengikuti
jaringan yang sudah ada.
3. Pengelolaan air bersih dan kotor kawasan
Air bersih kawasan merupakan air yang bersumber dari dua buah
sungai (Kaligede dan Ciputat) dan satu buah situ (pengasinan).
Pengelolaan air bersih yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan
sumber-sumber air tersebur setelah melalui beberapa proses. Proses
pertama adalah pengumpulan air untuk kawasan pada pintu air yang
dibangun khusus oleh kawasan. Proses selanjutnya adalah pengumpulan
air pada bak kontrol. Air yang terkumpul pada bak kontrol kemudian
dialirkan menuju bangunan penjernihan. Setelah air melalui tahap
penjernihan maka air di pompa menuju bangunan-bangunan yang
membutuhkan air bersih (Gambar 24). Jumlah kebutuhan air bersih
kawasan harus dapat dipenuhi oleh ketiga sumber air tersebut.
Gambar 24. Skema pengelolaan air bersih kawasan
Prima Jiwa Osly/A353060101 75
Pengelolaan air kotor kawasan mengikuti tahapan-tahapan yang
tidak berbeda dengan pengelolaan air bersih. Air kotor kawasan yang
terkumpul melalui gorong-gorong kawasan akan ditampung terlebih dulu
pada bak kontrol. Air yang sudah tertampung tersebut kemudian di pompa
masuk menuju STP (Seewage Treatment Plan). Bangunan STP melakukan
tiga proses yaitu proses penghancuran kuman menggunakan biophoric
massal, proses penjernihan dan daur ulang yang menghasilkan air
perkurasan. Air perkurasan yang melewati ambang batas parameter kimia
dan biologi (tidak dapat digunakan lagi) akan dibuang menuju sungai
untuk dilakukan proses selanjutnya. Sedangkan air yang berada di bawah
ambang batas akan dimanfaatkan lagi untuk kawasan, seperti untuk
kebutuhan air irigasi dan sebagainya (Gambar 25).
Gambar 25. Skema pengelolaan air kotor kawasan
Perancangan Zona dan Bangunan
Kebutuhan Ruang
Dalam perancangan kawasan wisata harus memperhatikan beberapa hal
yang dapat dijadikan kerangka acuan dalam perancangan. Hal tersebut adalah :
Karakter tapak yang dikelilingi oleh view lahan sawah, situ dan pohon-
pohon besar sangat menarik dan unik. Sebagai kawasan wisata bernuansa
lingkungan, maka penggunaan bangunan yang dapat merusak lingkungan
Prima Jiwa Osly/A353060101 76
harus dihindari, sehingga bangunan akan mengikuti pola linear eksisting
jalan dan atau bangunan yang telah ada.
Sistem lingkungan eksisting beragam (lingkungan sawah, situ dan hutan
kecil), sehingga kehadiran kawasan diharapkan dapat beradaptasi dan
mendukung kawasan yang sudah ada.
Fungsi fasilitas dari perencanaan ini merupakan penggabungan dari wisata
desa, wisata air dan wisata belanja, sehingga dapat mengundang/menarik
pengunjung dari segala penjuru kota dan daerah dengan segmen pasar
segala usia dan keluarga.
Pertimbangan diatas ditetapkan sebagai konsep dasar perancangan yaitu konsep
perancangan yang kontekstual (mampu beradaptasi dan mendukung) dengan
lingkungan sekitar. Perancangan juga menampilkan arsitektur tropis dengan
memberikan ciri bangunan tropis dan menciptakan kenyamanan di dalam maupun
di luar ruangan.
Berdasarkan hasil analisis kesesuian zona, potensi tapak dan konsep
perancangan maka ditentukan kebutuhan ruang masing-masing fasilitas dalam
kawasan. Kebutuhan ruang dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Kebutuhan Ruang Fasilitas
Kebutuhan Ruang ( dalam m2)
Lapangan Parkir 4600
Areal Komersial Sebelah Areal Parkir 15000
Kantor Pengelola 1890
Pos Sepeda (1 - 15) 2192
Restoran (Zona A dan B) 16850
Areal Pemancingan (Zona A dan C) 1910
Dermaga Wisata Air 780
Pusat Pembuatan & Penjualan Kerajinan 18400
Pusat Belanja Tanaman 8550
Fasilitas Publik/Servis 5250
Amphi Theatre Area 10700
Taman/Plasa 11960
Reforestrasi Areal 33800
Prima Jiwa Osly/A353060101 77
Zona A (Village Zone)
Zona A sebagai Village Zone memiliki fungsi sebagai zona inti kawasan.
Kegiatan wisata terdapat pada zona ini. Rancangan tapak zona A dapat dilihat
pada Gambar 26.
Gambar 26. Rancangan tapak Zona A
Kegiatan wisata pada zona ini dimulai ketika memasuki pintu utama zona
(kantor pengelola). Perjalanan wisata dimulai dengan melakukan jalan-jalan
Prima Jiwa Osly/A353060101 78
mengikuti alur pematang sawah atau menaiki sepeda pada jalur sepeda yang telah
dipersiapkan. Kegiatan utama pada zona ini adalah perjalanan wisata yang
berfokus pada menikmati pemandangan alam pedesaan dan pemandangan
kehidupan masyarakat pedesaan pada umumnya. Perjalanan berhenti sejenak pada
daerah rumah-rumah gubug tematik yang dipersiapkan, taman, plasa, pos sepeda
dan lahan sawah khusus (dapat ditanami oleh pengunjung). Perjalanan wisata
diakhiri pada pintu masuk zona B (Rest Area). Fasilitas utama zona ini terdiri dari
lahan sawah yang dibiarkan seperti kondisi eksisting, taman, plasa dan rumah-
rumah gubug tematik. Fasilitas pelengkap adalah pos sepeda, kolam pemancingan
yang hanya dapat digunakan oleh masyarakat dan kantor pengelola. Beberapa
perancangan suasana untuk zona A dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Perancangan suasana pada Zona A
1. Suasana Rumah Gubug Tematik 2. Suasana Taman/Plasa 3. Suasana Pemancingan 4. Suasana Pedestrian Way &
Jalan Sepeda
1 2
3 4
Prima Jiwa Osly/A353060101 79
Zona B (Rest Area)
Zona B adalah zona istirahat. Zona ini berfungsi sebagai zona penerima
dari zona A, tempat perisitirahatan dan zona pengirim kepada zona C. Kegiatan
utama pada zona ini berfokus pada tiga tempat yaitu restoran tepi air, komplek
Amphi Theatre serta pusat kerajinan dan cinderamata. Rancangan tapak zona B
dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Rancangan tapak Zona B
Fasilitas bangunan yang ada pada zona ini adalah :
Pos Sepeda
Sepeda adalah satu-satunya moda transportasi yang ada dalam tapak.
Sepeda merupakan moda transportasi tak berbahan bakar, selain itu sepeda
merupakan sarana olahraga. Dalam tapak, sepeda memiliki jalur tersendiri
Prima Jiwa Osly/A353060101 80
yaitu jalur yang terpisah dari jalur pejalan kaki. Sebagian jalur dirancang
bersebelahan dengan jalur pejalan kaki dan sebagian lagi dirancang
terpisah dengan jalur pejalan kaki. Pos sepeda berfungsi sebagai terminal
moda transportasi sepeda, selain itu pos ini juga dirancang sebagai titik
peralihan antara sepeda dan jalan kaki. Perancangan suasana pos sepeda
dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29. Suasana pos sepeda
Bungalow
Berfungsi sebagai tempat beristirahat menginap. Areal bungalow
merupakan areal semi privat, yang memiliki pagar pembatas semi
permanen dengan kawasan lain. Faktor keamanan menjadi pertimbangan
penting.
Restoran/Café (Tepi air dan biasa)
Berfungsi sebagai tempat beristirahat sementara. Restoran mengusung
konsep kelokalan. Menu yang disajikan merupakan masakan khas daerah
Sunda dan sedikit menu modern. Untuk café, konsep yang diusung untuk
situasi dan menu adalah konsep modern. Diharapkan konsep ini dapat
menjadi salah satu daya tarik untuk kaum muda.
Amphi Theatre
Kompleks Amphi Theatre adalah lahan seluas 10.700 m2. Kawasan ini
merupakan areal yang dirancang untuk dimiliki oleh PEMKOT dan atau
POKJA. Fasilitas ini berfungsi sebagai sarana untuk mengadakan acara-
acara yang berhubungan dengan kegiatan PEMKOT dan atau POKJA.
Prima Jiwa Osly/A353060101 81
Acara yang dapat dilakukan pada Amphi Theatre ini seperti acara
perayaan ulang tahun Kota Depok, acara-acara adat masyarakat
(perkawinan, sunatan dsb), acara musik dan lain sebagainya. Fasilitas ini
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan seperti panggung
terbuka yang menghadap kearah situ, tempat duduk VIP yang merupakan
tempat duduk yang dipasang permanen dan ruangan untuk mengganti
kostum yang terletak dibelakang panggung terbuka serta ruangan untuk
pengaturan sound system (Gambar 30).
Gambar 30. Amphi Theatre
Pusat Kerajinan dan Cinderamata
Pusat Kerajinan dan Cinderamata merupakan sebuah areal dengan luas
18400 m2. Dalam areal ini terdapat 4 bangunan yaitu tiga buah workshop
dan sebuah kompleks toko dan atau ruko sebagai tempat penjualan.
Konsep yang diusung adalah open-plan yaitu sebuah konsep yang
menggunakan struktur secara minimalis dan terpasang pada sebuah
ruangan terbuka (Fawcett, 2003). Konsep ini berfungsi untuk
memudahkan penempatan peralatan, sirkulasi kerja dan proses window
shopping bagi pengunjung (Gambar 31 dan 32).
1. Backstage/Costume 2. Panggung 3. VIP 4. Festival
Prima Jiwa Osly/A353060101 82
Gambar 31. Pusat kerajinan dan cinderamata
Gambar 32. Suasana toko cinderamata dan kerajinan
Zona C (Water Zone)
Zona C adalah zona wisata air. Zona ini berfungsi sebagai zona penerima
untuk zona B dan zona keluar kawasan. Rancangan tapak zona C dapat dilihat
pada Gambar 33.
1. Toko Cinderamata & Kerajinan
2. Workshop #1 3. Workshop #2 4. Workshop #3
Prima Jiwa Osly/A353060101 83
Gambar 33. Rancangan tapak Zona C
Fasilitas yang ada pada zona ini, adalah :
Pusat belanja tanaman
Pusat belanja tanaman merupakan sebuah areal yang memiliki luas lahan
sebesar 8550 m2. Areal ini terdiri dari 3 bangunan yaitu gazebo, pusat
belanja tanaman dan rumah kaca. Pusat belanja tanaman merupakan hasil
renovasi bangunan yang telah ada saat ini. Penempatan gazebo berfungsi
sebagai pintu masuk areal dan sarana untuk bersantai. Rumah kaca
berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan tanaman, penyimpanan
tanaman dan sarana transfer teknologi kepada petani tanaman hias yang
ada saat ini (Gambar 34). Perancangan suasana untuk bangunan ini dapat
dilihat pada Gambar 35.
Prima Jiwa Osly/A353060101 84
Gambar 34. Pusat belanja tanaman
Gambar 35. Suasana belanja tanaman
Dermaga wisata air
Dermaga wisata air merupakan hasil renovasi dari dermaga wisata air
yang ada saat ini. Dermaga wisata air yang ada saat ini dikelola oleh
POKJA Situ Pengasinan bekerjasama dengan PEMKOT Depok. Luas
dermaga air saat ini adalah sebesar 50 m2 dengan fasilitas tambahan
adalah penutup atap. Dalam perancangan luas areal untuk dermaga wisata
air adalah 780 m2. Pengembangan dermaga ini menjadi penting karena
1. Pusat Belanja Tanaman 2. Gazebo 3. Rumah Kaca
Prima Jiwa Osly/A353060101 85
dermaga merupakan salah satu titik perencanaan kawasan. Selain itu,
penambahan sarana olahraga air seperti perahu, bebek air juga termasuk
kedalam rancangan renovasi dermaga wisata air. Saat ini baru terdapat 4
buah bebek dengan kondisi lumayan baik. Perancangan dilakukan sampai
pada kemasan paket wisata air yang akan dikembangkan. Kondisi saat ini
dapat dilihat ada Gambar 36.
Gambar 36. Kondisi dermaga untuk wisata air
Bangunan Publik dan Servis
Bangunan publik yang akan dirancangan adalah sarana ibadah (mesjid)
dan klinik 24 jam. Areal servis digunakan untuk melayani kebutuhan
seluruh kawasan. Penempatan areal servis adalah yang paling dekat ke
jalan kolektor (Jalan Pengasinan Raya) sebagai kemudahan aksesibilitas
keluar masuk kendaraan servis.
Arahan
Arahan Tahapan Pembangunan
Perlunya penyusunan prioritas pengembangan guna menyesuaikan kondisi
pemerintah dan investor dalam mengembangkan kawasan perencanaan sehingga
tujuan dan sasaran dapat tercapai dengan baik. Di dalam arahan penentuan
prioritas pembangunan ditentukan antara lain oleh :
Prima Jiwa Osly/A353060101 86
Besarnya biaya untuk pembangunan masing-masing fasilitas.
Banyaknya orang yang mempergunakan fasilitas tersebut.
Kepentingan fasilitas tersebut bagi kelangsungan hidup kawasan yang
bersangkutan.
Ketersediaan lahan pengembangan yang dapat dibangun
Untuk menentukan tahapan pelaksanaan tersebut, terlebih dulu perlu
ditinjau tingkat kepentingan daripada masing-masing kegiatan, mengapa suatu
sarana perlu dibangun terlebih dahulu, mengapa jalan menuju ke lokasi perlu
diselesaikan terlebih dahulu, atau mengapa perlu adanya pematangan lahan dan
sebagainya (Tabel 34). Hal ini mengingat keterbatasan dana dan perlunya
mensosialisasikan kegiatan wisata agar masyarakat lebih memahami tentang
usaha sektor wisata yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
Tabel 34. Tingkat kepentingan untuk kegiatan pembangunan fasilitas
Jenis Fasilitas Tingkat Kepentingan Pelaksana
Perbaikan sarana irigasi sawah SP MSY/PK Pembangunan dan perbaikan jalur pedestrian SP MSY/PK
Pembangunan pos sepeda SP PK/MSY Rumah gubug tematik P PK/MSY
Taman dan plasa P PK Restoran dan café P INV/MSY
Bungalow BP INV/PK Amphi Theatre BP PK
Penataan pusat tanaman hias dan pembuatan rumah kaca
P INV/MSY
Penataan sarana wisata air P PK/MSY/INV Pembangunan sarana outbound P PK/INV
Pembangunan kolam pemancingan P PK/MSY Pembangunan pusat kerajinan BP PK/MSY/INV
Pembangunan areal parker dan main gate P PK/INV Pembangunan kantor pengelola P PK/INV Deforestrasi sebagian kawasan P PK/MSY
Pembangunan klinik BP PK/MSY Perbaikan sarana ibadah BP MSY/PK
Keterangan: PK = PEMKOT SP = Sangat Penting INV = Investor P = Penting MSY = POKJA & Masyarakat BP = Belum Penting
Prima Jiwa Osly/A353060101 87
Untuk memberikan gambaran kepada pengelolaan kawasan wisata dalam
tahun mendatang diperlukan suatu pentahapan pembangunan yang disesuaikan
dengan kemampuan pemerintah daerah dan investor yang akan menanamkan
modalnya di dalam pengembangan kawasan wisata ini.
Pentahapan pembangunan ini disusun berdasarkan tingkat kepentingan
atau prioritas masing-masing kegiatan sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang
tindih pembangunan. Dengan adanya arahan rencana pentahapan pembangunan
ini dapat saling menunjang dan memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat setempat dalam hal pemerataan ekonomi pada masa
mendatang.
Pemasaran dan Promosi
Jika pengembangan kawasan tidak diiringi oleh kegiatan promosi maka
akan menyebabkan lambatnya umpan balik dari pembangunan kawasan wisata itu
sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah dalam hal pemasaran dan
promosi guna memperkenalkan kembali tentang adanya obyek wisata alam yang
bertujuan menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini. Upaya tersebut
dapat meliputi ;
1. Promosi besar-besaran di pintu-pintu gerbang utama kota Depok dan
kawasan-kawasan potensial
2. Promosi dan pemasaran hendaknya dilakukan secara terpadu dan
diarahkan untuk memasarkan Kawasan Situ Pengasinan sebagai Daerah
Tujuan Wisata yang utama di kota Depok.
3. Perlu pola kerja sama pemerintah atau swasta yang diijinkan mengelola
obyek/kegiatan wisata dengan biro-biro perjalanan, baik dalam lingkup
kota maupun dalam lingkup Jawa Barat dalam menawarkan paket-paket
wisata.
4. Pembuatan Website Kawasan Situ Pengasinan dengan bekerjasama dengan
Bagian Humas kota Depok maupun dengan Kantor Pariwisata, Seni dan
Budaya Kota Depok.
5. Promosi dan pemasaran yang terpadu dengan membuat peta-peta wisata
yang mencakup di dalamnya berbagai informasi wisata dan berbagai
Prima Jiwa Osly/A353060101 88
informasi lainnya yang sangat komunikatif yang dapat menggambarkan
kegiatan pariwisata kota Depok secara menyeluruh.
Bentuk Kerjasama dan Pola Investasi Pengembangan
Pengembangan sektor kepariwisataan pada umumnya dilakukan untuk
mencapai jumlah kunjungan wisata yang telah ditargetkan oleh setiap pemerintah
daerah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan
tersebut adalah untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke lokasi obyek
wisata yang ada. Oleh sebab itu, kenyataan ini tidak akan lepas dari atraksi wisata
yang disuguhkan kepada wisatawan dengan didukung oleh berbagai fasilitas
penunjang pariwisata, sehingga wisatawan merasa puas karena sesuai dengan
motif perjalanan wisata yang dilakukannya.
Dalam memenuhi pengadaan instrumen yang dibutuhkan bagi
pengembangan sektor kepariwisataan tersebut, pemerintah daerah perlu
mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti swasta, POKJA, dan
masyarakat lokal baik kerjasama dalam pengelolaan obyek pariwisata maupun
kerjasama dalam investasi bagi pengadaan instrumen/fasilitas pendukung
pariwisata tersebut.
Kerjasama Pemerintah Kota dengan Pihak Swasta
Bentuk kerjasama ini merupakan pengadaan dan pengelolaan berbagai
fasilitas pendukung kegiatan pariwisata antara pemerintah daerah dengan pihak
swasta berdasarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur kerjasama tersebut.
Adapun bentuk-bentuk kerjasama tersebut diantaranya adalah :
1. Pihak swasta yang membangun, mengoperasikan dan menyerahkan
fasilitas pendukung tersebut menjadi milik pemerintah pada akhir
masa perjanjian kerjasama.
2. Penambahan dan pengembangan fasilitas yang dibangun pemerintah
oleh yang dilaksanakan oleh swasta, mengoperasikannya dan
mengembalikannya setelah berakhir masa perjanjian kerjasama ekpada
pemerintah.
Bentuk-bentuk kerjasama diatas dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan Situ Pengasinan. Pemilihan
Prima Jiwa Osly/A353060101 89
pola kerjasama yang akan diterapkan akan disesuaikan dengan spesifikasi dan
fasilitas pendukung yang akan dikerjasamakan dengan tetap mengutamakan
prinsip saling menguntungkan, bagi pemerintah daerah dalam bentuk peningkatan
PAD, sedangkan bagi pihak swasta dalam bentuk profit/laba.
Kerjasama Pemerintah Kota dengan Kelompok Kerja (POKJA) Situ Pengasinan
Selain bentuk kerjasama antara pemerintah dengan mengikutsertakan
peran POKJA dalam pengadaan fasilitas pendukung dan pengelolaan obyek
wisata lokasi yang masih dalam wilayah kerjanya. Kerjasama ini mungkin lebih
ditekankan kepada peran POKJA tersebut untuk menunjang kelengkapan fasilitas
pendukung obyek wisata diantaranya berupa pengadaan industri
souvenir/cenderamata, rumah makan, travel agent, jasa pemandu wisata,
pertunjukan seni dan budaya, jasa telekomunikasi (wartel) dan lain-lain. Agar
memberikan hasil yang optimal dalam mengikutsertakan POKJA untuk
pengembangan sektor kepariwisataan di kawasan Situ Pengasinan, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Mengupayakan kemudahan perizinan bagi Anggota POKJA dibidang
usaha yang menunjang pengembangan pariwisata.
2. Peningkatan keterampilan pelaksanaan usaha pariwisata melalui
pelatihan singkat sesuai dengan komoditi andalan yang diusahakan.
3. Memotivasi perangkat kerja pedesaan anggota POKJA terutama dalam
usaha penyediaan cenderamata bagi wisatawan serta usaha lainnya.
4. Mengadakan pembinaan dalam kaitannya dengan pengembangan
modal swadaya, modal luar negeri maupun modal ventura.
5. Bimbingan manajemen pemasaran, manajemen keuangan, pemasaran
jasa dan lain-lain.
6. Memotivasi para pengrajin anggota POKJA agar memproduksi
barang-barang cenderamata sesuai dengan permintaan pasar.
7. Mengadakan bimbingan kegiatan pelayanan terpadu dalam mendorong
pertumbuhan pariwisata.
8. Meningkatkan keterampilan manajerial dan keterampilan teknis yang
semula sederhana, meningkat pada teknis pelayanan yang disesuaikan
dengan persyaratan standarisasi usaha pariwisata.