Prima Jiwa Osly/A353060101 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Biofisik Lokasi Penelitian Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6 0 19’00” – 6 0 28’00” Lintang Selatan dan 106 0 43’00”- 106 0 55’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah 20.029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kab. Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan Kec. Pondok Gede Bekasi Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2% - 15%. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng : Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8% - 15 % tersebar dari Barat ke Timur yang potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke yang potensial digunakan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. Iklim di wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim, dengan jumlah curah hujan 2684 m/th, jumlah hari hujan : 222 hari/tahun serta suhu rata-rata 24°C - 33°C. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk
43
Embed
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. ... galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prima Jiwa Osly/A353060101 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Biofisik Lokasi Penelitian
Secara astronomi, Depok terletak pada koordinat 6019’00” – 6028’00”
Lintang Selatan dan 106043’00”- 106055’30” Bujur Timur, dengan luas wilayah
20.029 Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan
Kabupaten Tangerang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan
Cibinong Kab. Bogor
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung
Kabupaten Bogor
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan
Kec. Pondok Gede Bekasi
Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan
di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara
2% - 15%. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng :
Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8% - 15 % tersebar dari Barat
ke Timur yang potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian.
Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang
sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke yang potensial
digunakan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat
pondasi.
Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem
drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena
adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau
banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu.
Iklim di wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan
perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim,
dengan jumlah curah hujan 2684 m/th, jumlah hari hujan : 222 hari/tahun serta
suhu rata-rata 24°C - 33°C. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk
Prima Jiwa Osly/A353060101 48
pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang
kontinu di sepanjang tahun. Dengan kondisi tersebut diatas, maka Depok memiliki
banyak situ sehingga merupakan kawasan yang cocok untuk kawasan konservasi
air dan tanah pada kawasan penyangga Jakarta.
Kota Depok selain merupakan kota yang berbatasan langsung dengan
Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu
Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat
pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, wilayah kota Depok dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Pembagian wilayah kota Depok
Adapun lokasi penelitian secara astornomi terletak pada koordinat
6025’05” – 6025’52” Lintang Selatan dan 106044’23”- 106045’20” Bujur Timur.
Secara administratif lokasi penelitian ini terletak pada kecamatan Sawangan
seperti terlihat pada Gambar 11.
Prima Jiwa Osly/A353060101 49
Gambar 11. Lokasi penelitian
Topografi
Lokasi penelitian ini terletak pada ketinggian 87,50 m dpl (diatas
permukaan laut) sampai dengan 111 m dpl dengan topografi bervariatif (Gambar
12). Lokasi penelitian ini cenderung rata dan cocok untuk pengembangan kawasan
wisata perkotaan kota yang relatif tidak membutuhkan earthwork (pekerjaan
galian dan timbunan) yang besar. Kemiringan lahan (slope) lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 13.
Prima Jiwa Osly/A353060101 50
Gambar 12. Peta elevasi lahan lokasi penelitian
Gambar 13. Peta kemiringan lahan lokasi penelitian
Hidrologi
Wilayah penelitian berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Sungai yang terdapat pada wilayah penelitian adalah anak sungai Ciliwung yaitu
Prima Jiwa Osly/A353060101 51
kali gede yang berada sebelah timur dan kali ciputat yang berada pada sebelah
barat. Pada wilayah penelitian juga terdapat sebuah danau/situ pengasinan yang
mendapatkan air dari kedua anak sungai diatas (Gambar 14). Potensi air tanah
berkisar pada kedalaman 5 m – 10 m dan secara empiris kualitas dan kuantitas air
pada wilayah ini sangat baik.
Gambar 14. Peta hidrologi lokasi penelitian
Aksesibilitas
Pada lokasi penelitian terdapat 3 ruas jalan yang menghubungkan wilayah
penelitian dengan jalan propinsi dan jalan kota. Dari 3 ruas jalan ini baru satu ruas
yang permanen dengan badan jalan di aspal sepanjang 3,5 km yaitu jalan
Pengasinan Raya yang mengitari kawasan. Sedangkan jalan lainnya kondisinya
masih jalan tanah namun dapat dilewati oleh kendaraan roda dua maupun roda
empat. Sedangkan jalan lainnya yaitu jalan dalam kawasan masih dalam bentuk
jalan setapak yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertani dan
berladang (Gambar 15).
Prima Jiwa Osly/A353060101 52
Gambar 15. Peta jaringan jalan wilayah penelitian
Pola Ruang
Pola ruang dasar kawasan adalah kawasan budidaya pertanian dan badan
air. View dan desakan penduduk akibat kebutuhan akan perumahan membuat pola
dasar ini berubah. Saat ini pola ruang permukiman sudah mulai masuk kedalam
wilayah badan air dan areal budidaya pertanian. Hal ini akan menggangu kondisi
lingkungan sekitar badan air karena kondisi air permukaan akan terdesak oleh
limbah-limbah rumah tangga perumahan. Harga tanah yang mulai meningkat pada
kawasan juga mendorong penduduk untuk mematikan lahan sawah, hal ini
ditunjukkan dengan luas lahan sawah bera permanen yang sudah dipersiapkan
untuk areal permukiman. Pola ruang kawasan dan luas dari masing-masing Land
Cover/Land Use dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 25.
Prima Jiwa Osly/A353060101 53
Gambar 16. Pola ruang kawasan
Tabel 25. Luas Land Cover dan Land Use
Land Cover Land Use Luas (Ha) Sawah Lahan sawah 53,53
Kebun Campuran Kebun Campuran 18,50 Pohon tinggi dengan jarak
renggang 31,45
Pohon tinggi dengan jarak rapat 31,29 Vegetasi
Padang rumput dan alang-alang 15,63 Permukiman 42,90 Perumahan 9,75
Bangunan khusus 6,98 Lapangan terbuka 22,05
Built-up Area
Sawah bera permanen 4,20 Situ 5,30 Badan Air Balong 5,56
TOTAL (Ha) 247,12
Analisis Dan Perancangan Tapak
Keadaan Lingkungan
Kawasan situ Pengasinan terletak pada kecamatan Sawangan dan
menyebar pada tiga desa yaitu desa pengasinan (bagian timur, sebagian selatan
Prima Jiwa Osly/A353060101 54
dan sebagian utara), desa Duren Mekar (sebagian utara dan sebagian barat) dan
desa Duren Seribu (barat dan sebagian selatan). Kondisi kawasan sebagian besar
merupakan lahan sawah dan vegetasi. Dalam Rencata Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Depok 2000-2010, kawasan ini termasuk kedalam pengembangan
kawasan permukiman dan perumahan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
tinggi dan rendah. Kondisi topografi pada kawasan relatif datar dengan elevasi
antara 87,5 m sampai dengan 111 m dpl dan kemiringan lahan antara 0% - 2%.
Hal ini memungkinkan kawasan dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan
permukiman.
Kawasan situ Pengasinan masuk pada kawasan beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh iklim muson, musim penghujan antara bulan oktober sampai
dengan maret dan musim kemarau antara bulan April sampai September. Curah
hujan tahunan adalah sebesar 2500-3000 mm/tahun dengan banyaknya curah
hujan bulanan berkisar antara 1 – 591 mm dan banyaknya hari hujan antara 10 –
20 hari, yang terjadi pada bulan Desember dan Oktober. Jenis tanah adalah tanah
latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya,
terbentuk dari tufa vulkan andesitis-basaltis, tingkat kesuburan rendah – cukup,
mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi dan bertekstur halus. Selain itu
kualitas tanah cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk
berbagai macam tanaman dengan faktor pembatas utama kemiringan lereng kecil,
sehingga hanya berkembang pertanian dan perkebunan tanaman keras seperti
tanaman buah-buahan, singkong dan sayuran.
Titik utama yang menjadi pusat perhatian kawasan ini adalah situ
pengasinan dan lahan sawah. Situ Pengasinan merupakan salah satu situ yang
cukup besar (5,3 Ha) di kota Depok yaitu 1,5% dari total keseluruhan badan air
kota Depok (Rosnila, 2004). Secara visual kondisi perairan adalah bersih dengan
tingkat kecerahan air adalah cerah. Kondisi perairan situ memiliki susut maksimal
satu meter pada musim kemarau dan kembang 0,5 meter pada musim penghujan.
Situ memiliki jalan inspeksi lebar 1,5 meter dengan jenis perkerasan konblok yang
mengelilingi seluruh situ. Titik perhatian lainnya adalah lahan sawah yang
memiliki luas 53,53 Ha atau sebesar 2% dari keseluruhan lahan sawah yang ada di
kota Depok. Kondisi lahan sawah adalah aktif dengan saluran tersier dan saluran
Prima Jiwa Osly/A353060101 55
sekunder kali Ciputat dan kali Gede yang merupakan bagian dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung.
Strategi Pengembangan Kawasan
Sasaran yang ingin dicapai dari perencanaan wilayah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara lokal adalah untuk membangun suatu obyek-obyek wisata baru
yang terdapat dalam suatu kawasan dan berbentuk kawasan terpadu
2. Secara regional adalah menghidupkan kawasan urban-rural fringe serta
menjadi contoh pengembangan kawasan urban-rural fringe berbasis
wisata.
Adapun dasar-dasar dalam penentuan Strategi Pengembangan wilayah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rencana Stratejik (RENSTRA) Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota
Depok Tahun 2006-2011
2. Peraturan Daerah (PERDA) Kota Depok Nomor 14 Tahun 2002 Tentang
Pola Dasar Pembangunan Kota Depok
3. Analisis wilayah penelitian dalam konstelasi regional (Kota Depok-
Jakarta-Bogor-Tangerang)
4. Analisis Arahan dan Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang (RTRW
Kota Depok tahun 2000 – 2010)
5. Analisis Fisik dan Daya Dukung Lahan
6. Analisis Penggunaan Lahan
Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pengembangan wilayah penelitian
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Memicu dan mendorong pertumbuhan kawasan dengan tingkat kesesuaian
lahan sangat sesuai dan sesuai untuk pengembangan fisik perkotaan.
2. Memelihara lahan sawah yang saat ini ada dan dapat dijadikan sebagai
obyek wisata.
3. Mempertahankan kondisi alam yang berpotensi untuk wisata pemadangan
alam (View Point) dan Wisata Danau.
Prima Jiwa Osly/A353060101 56
Analisis Kawasan dalam Konstelasi Regional
Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kota Depok yang berjarak ± 9
Km dari Pusat Kota. Keberadaan dari wilayah penelitian diharapkan akan dapat
mendukung visi kota Depok yaitu Menuju Kota Depok Yang Melayani dan
Mensejahterakan sera visi kantor Pariwisata, Seni dan Budaya yaitu mendorong
tersedianya obyek wisata yang nyaman dan lestarinya seni dan cagar budaya
lokal. Oleh sebab itu dalam analisis ini akan dibahas mengenai peluang
pengembangan wilayah penelitian dalam konstelasi regional yang berhubungan
dengan kegiatan wisata, khususnya kawasan ekowisata.
Dalam konstelasi Regional (JABOTABEK), wilayah penelitian
merupakan salah satu program penting dalam Program Pengembangan Obyek
Wisata Kota Depok pada 2006 - 2011. Kemudian secara geografis wilayah
penelitian berlokasi di bagian timur wilayah Depok dan memiliki akses baik
dengan Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Tangerang dan Kota Jakarta
Selatan, sehingga dapat dinilai bahwa peluang pengembangan kegiatan Wisata
Situ Pengasinan di wilayah penelitian cukup besar karena dapat melayani Propinsi
Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Selain itu, khusus untuk DKI Jakarta faktor
lain yang dapat mendorong pengembangan kegiatan wisata di wilayah penelitian
adalah :
1. Tingkat perekonomian masyarakat DKI Jakarta lebih tinggi daripada
masyarakat propinsi Jawa Barat.
2. Aksesibilitas (tingkat kemudahan pencapaian) yang cukup tinggi, dimana
dapat dicapai melalui jalur darat melalui jalan raya Parung, jalan raya
Serpong dan jalan Muhtar Raya.
Pada saat ini kota Depok mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
dalam hal pariwisata. Hal ini dapat terlihat dari adanya sebuah ikon wisata yang
berbentuk land mark yaitu Mesjid Kubah Mas yang berjarak kurang dari dua
kilometer dari lokasi kawasan dan dikunjungi oleh hampir seluruh masyarakat
Indonesia. Selain itu Kota Depok juga mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
dengan salah satu indikator adalah tingginya jumlah pertambahan penduduk yaitu
3,7% per tahun menurut data BPS, lebih besar dibandingkan pertambahan
penduduk nasional yaitu 3,2% per tahun. Selain itu, Depok yang dicanangkan
Prima Jiwa Osly/A353060101 57
sebagai kota permukimam juga mendorong peningkatan jumlah penduduk yang
signifikan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa peluang
pengembangan lokasi penelitian untuk kegiatan dan obyek wisata cukup besar.
Tambahan lagi, tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang cukup tinggi
dari Kota Bogor (± 45 Km / ± 1 jam) dan dari DKI Jakarta (± 25 Km / ± 0,5 jam)
melalui jalan aspal dengan kondisi baik. Sehingga keadaan ini akan turut
mendorong percepatan pertumbuhan wilayah penelitian. Lebih jelas mengenai
pencapaian ke wilayah penelitian dalam konstelasi Regional dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 17. Pencapaian wilayah penelitian dalam konstelasi regional
Infrastruktur
Kawasan dikelilingi oleh jalan kolektor sehingga kawasan adalah kawasan
yang memiliki aksesibilitas tinggi. Jalan kolektor tersebut adalah jalan Pengasinan
Raya, jalan Masjid dan jalan Kemat. Aksesibiltas tinggi ini dapat dimanfaatkan
untuk mempermudah pengaturan pintu masuk dan pintu keluar kawasan. Selain
Prima Jiwa Osly/A353060101 58
itu aksesibilitas ini juga dapat dimanfaatkan untuk memisahkan jalur pengunjung
dan service. Jaringan jalan pada kawasan dan panjang jalan dapat dilihat pada
Gambar 18 dan Tabel 26.
Gambar 18. Peta jaringan jalan dalam kawasan
Tabel 26. Tabel panjang jaringan jalan dalam lokasi
Panjang Jaringan Jalan (m)
Kelas Jalan Panjang (m)
Kolektor 28.128,49
Lingkungan 19.029,19
Setapak 4.341,59
TOTAL 51.499,26
Arahan Pengembangan
Analisis Kemiringan Lahan
Bentang alam suatu wilayah dibentuk oleh Topografi dan kemiringan
lahan. Tingkat kemiringan lahan akan berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan
jenis vegetasi, arah aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan
dikembangkan. Secara umum semakin tinggi tingkat kemiringan lahan, semakin
Prima Jiwa Osly/A353060101 59
besar kendala pembangunan fisik kota. Kemiringan lahan yang curam
menyebabkan peningkatan dalam biaya konstruksi, membutuhkan perencanaan
yang harus akurat dan faktor utama penyebab terjadinya erosi. Walaupun
demikian dengan rekayasa teknologi, tidak tertutup kemungkinan untuk
memanfaatkan lahan dengan kemiringan lahan relatif tinggi.
Berdasarkan hasil analisis kemiringan lahan, maka pola distribusi
kemiringan lahan di wilayah penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar berkemiringan 0 - 2% dengan luas sebesar 232,50 Ha yang
tersebar di seluruh lokasi wilayah penelitian.
2. Lahan berkemiringan 2 – 5% sangat sedikit yaitu seluas 48,30 Ha yang
sebagian besar berlokasi disebelah barat lokasi penelitian.
3. Lahan berkemiringan 5 – 7% sangat sedikit yaitu seluas 2,20 Ha yang
sebagian besar berlokasi dekat lahan dengan kemiringan 0 –3%.
Analisis Penggunaan Lahan
Berdasarkan jenis pemanfaatannya, dimana penggunaan lahan di wilayah
penelitian adalah berupa lahan tidak terbangun (76%), sehingga dapat dinilai
bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan fisik dan kegiatan wisata lainnya
cukup besar.
Analisis Status Lahan
Lokasi penelitian merupakan daerah sekitar situ yang telah dimanfaatkan
penggunaanya oleh masyarakat. Sehingga komposisi kepemilikan lahan cukup
variatif dan hampir seimbang. Status kepemilikan lahan ini akan menentukan
dalam tingkat resistensi pengelolaannya. Secara umum tingkat resistensi
pengelolaan kawasan ini cukup rendah, karena status kepemilikan lahan (> 50%)
dimiliki oleh instasi pemerintah (PEMKOT dan Instansi Lainnya) sehingga
diharapkan tidak adanya halangan dalam pengelolaan dan pengembangan
kawasan. Selain itu, status kepemilikan lahan juga dapat menjadi indikator
besarnya biaya yang akan dikeluarkan serta lama Break Event Poin Time (BEPT)
kawasan. Hasil wawancara dengan PEMKOT, status kepemilikan lahan pada
awalnya hanya milik PEMKOT dan Instansi Pemerintah lainnya, namun
Prima Jiwa Osly/A353060101 60
pengelolaan yang lemah dari PEMKOT menyebabakan masyarakat mulai
menggarap lahan sekitar situ. Tanah garapan kemudian disertifikasi hak milik oleh
masyarakat. Keadaan ini membuat PEMKOT segera mengambil alih lahan sekitar
situ yang belum tersertifikasi hak milik untuk digarap. Salah satu cara mengarap
lahan ini adalah dengan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan situ yang
dikembangkan untuk kawasan wisata (Tabel 27).
Tabel 27. Tabel luas status lahan pada lokasi
Luas Kesesuaian untuk Lokasi
Status Kepemilikan Lahan Luas (Ha) Proporsi
Pemerintah Kota (PEMKOT) 58,39 23,6%
Instansi Pemerintah selain PEMKOT 93,17 37,7%
Swasta/Pribadi 95,56 38,7%
TOTAL 247,12 100%
Analisis Daya Dukung Lahan
Bagi Kota-kota yang sudah mapan perkembangannya proporsi
penggunaan lahan untuk permukiman mencapai antara 50% – 80%. Sedangkan
untuk wilayah penelitian diasumsikan proporsi penggunaan lahan untuk bangunan
adalah 20% dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kondisi fisik eksisting atau daya dukung fisik wilayah penelitian yang
terbatas atau lebih dominan lahan marginalnya.
2. Sesuai dengan arahan RTRW Kota Depok (Tahun 2000 - 2010) dimana
wilayah penelitian juga diarahkan untuk lokasi pemukiman dan resor
wisata.
Prediksi Calon Pengunjung
Sebuah obyek wisata hidup karena adanya pengunjung. Perencanaan
sebuah obyek wisata harus memprediksi calon pengunjung obyek wisata yang
akan dibangun. Pada penelitian ini prediksi calon pengunjung didasarkan atas
hasil penelitian. Perencanaan zona dan content dalam tapak juga didasarkan atas
hasil penelitian tersebut.
Prima Jiwa Osly/A353060101 61
Penelitian dilakukan pada tahun 2005 dengan menggunakan metode
kuisioner dan metode pengumpulan data stratified random sampling. Keseluruhan
penduduk Depok dibagi menjadi tiga kelas strata sosial (kelas atas, menengah dan
bawah). Kesimpulan hasil penelitian adalah adanya keinginan masyarakat kota
Depok terhadap tersedianya sebuah kawasan wisata dan atau obyek wisata yang
bernuansa lingkungan serta memiliki aksesibilitas mudah ke pusat kota. Kawasan
wisata yang akan dibangun harus memiliki peruntukan bagi wisata bersama
keluarga. Kawasan wisata harus dapat dicapai menggunakan berbagai macam
moda transportasi.
Pemetaan Kesesuaian Lokasi Dan Zona
Kesesuaian Lokasi
Ditinjau dari data sebaran kesesuaian lokasi yang diperoleh dari hasil
analisis, maka secara umum kondisi lahan pada lokasi penelitian memiliki tingkat
kesesuaian sedang, yaitu mencakup 74% dari keseluruhan daerah penelitian. Ini
berarti bahwa kondisi lahan lokasi penelitian cukup dapat dikembangkan untuk
kawasan wisata (Tabel 28 dan Gambar 19).
Tabel 28. Tabel luas kesesuaian untuk lokasi
Luas Kesesuaian untuk Lokasi
Rangking Kesesuaian Luas (Ha) Proporsi
Sesuai 27,33 11,1%
Sedang 183,82 74,4%
Tidak Sesuai 35,98 15,5%
TOTAL 247,12 100%
Prima Jiwa Osly/A353060101 62
Gambar 19. Peta kesesuaian lokasi
Kesesuaian Zona
Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pada masing-masing zona
peruntukan, maka dilakukan overlay/intersept antara peta pola ruang, jalan, view,
vegetasi dan slope yang masing-masing memiliki bobot tertentu untuk masing-
masing zona yang akan dibangun. Dari hasil overlay tersebut kemudian dihitung
luas tingkat kesesuaian untuk masing-masing zona peruntukan.
Zona A (Village Zone)
Zona A sebagai zona yang akan dikembangkan menjadi zona desa
memiliki tingkat kesesuaian lahan yang cukup untuk dikembangkan menjadi
sebuah kawasan wisata desa. Dengan luas area yang sesuai sebesar 35% dari luas
kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 29). Komposisi
penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian barat kawasan juga
menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu tema. Selain
itu, lahan-lahan sawah yang akan menjadi titik utama perancangan seluruhnya
tersebar pada daerah dengan kesesuaian sangat sesuai dan sesuai (Gambar 20).
Prima Jiwa Osly/A353060101 63
Tabel 29. Tabel luas kesesuaian untuk Zona A (Village Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona A
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 0,73 0,3%
Sesuai 30,19 12,2%
Sedang 53,75 21,8%
Tidak Sesuai 41,91 17,0%
Sangat Tidak Sesuai 120,53 48,7%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 20. Peta kesesuaian untuk zona A (Village Zone)
Zona B (Rest Area)
Zona B sebagai zona istirahat memiliki tingkat kesesuaian lahan yang
cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-
bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 60%
dari luas kawasan, zona ini relatif lebih mudah dikembangkan (Tabel 30).
Komposi penyebaran daerah kesesuaian yang merata pada bagian utara - selatan
Prima Jiwa Osly/A353060101 64
kawasan juga menjadikan zona ini lebih mudah untuk dikembangkan menjadi satu
tema (Gambar 21).
Tabel 30. Tabel luas kesesuaian untuk Zona B (Water Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona B
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 18,37 7,4%
Sesuai 33,76 13,7%
Sedang 96,21 38,9%
Tidak Sesuai 56,91 23,0%
Sangat Tidak Sesuai 41,88 16,9%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 21. Peta kesesuaian untuk zona B (Rest Area)
Zona C (Water Zone)
Zona C sebagai zona air memiliki tingkat kesesuaian lahan yang kurang
cukup untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan yang berisi bangunan-
bangunan pendukung kegiatan wisata. Dengan luas area yang sesuai sebesar 16%
dari luas kawasan, zona ini relatif agak sulit dikembangkan (Tabel 31).
Prima Jiwa Osly/A353060101 65
Komposisi penyebaran daerah kesesuaian yang hampir merata pada bagian timur
kawasan menjadikan zona ini sedikit lebih mudah untuk dikembangkan menjadi
satu tema (Gambar 22).
Tabel 31. Tabel luas kesesuaian untuk Zona C (Water Zone)
Luas Kesesuaian untuk Zona C
ZONA Luas (Ha) Proporsi
Sangat Sesuai 0,00 0,0%
Sesuai 5,30 2,1%
Sedang 33,31 13,5%
Tidak Sesuai 80,08 32,4%
Sangat Tidak Sesuai 128,43 52,0%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 22. Peta kesesuaian untuk zona C (Water Zone)
Arahan Pengembangan
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk masing-masing zona,
maka dapat ditentukan letak tapak untuk masing-masing zona pada kawasan.
Perletakan masing-masing zona ini didasarkan atas kedekatan perletakan hasil
Prima Jiwa Osly/A353060101 66
analisis dan kemudahan sirkulasi dalam kawasan. Komposisi luas masing-masing
zona dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 23.
Tabel 32. Tabel luas untuk masing-masing zona
Luas Zona
ZONA Luas (Ha) Proporsi
A (Village Zone) 91,49 37,0%
B (Rest Area) 57,51 23,3%
C (Water Zone) 52,94 21,4%
Tidak dapat digunakan 45,19 18,3%
TOTAL 247,12 100%
Gambar 23. Peta zonasi
Perancangan Tapak
Kriteria Dasar
Menurut Lang (2005), Urban-Rural fringe is an area of mixed rural and
urban populations and land uses, which began at the point where agriculture land
Prima Jiwa Osly/A353060101 67
uses appear near city and extends up to the point where villages distinct urban
land uses or where some persons, at least, from the village community commute to
the city daily for work or other purpose. Berdasarkan definisi diatas maka
kawasan situ Pengasinan dapat dimasukkan kedalan kelompok daerah tersebut.
Sebuah konsep yang tepat untuk melakukan perencanaan dan perancangan pada
kawasan ini adalah konsep penyelarasan. Sebuah konsep yang secara langsung
akan melaksanakan fungsinya akibat adanya hubungan timbal balik antara
masing-masing anggota komunitas. Komunitas urban yang akan memanfaatkan
kawasan rural sebagai sarana berwisata dan komunitas rural yang akan
memanfaatkan kawasan urban sebagai sarana berkarya. Untuk mensinergikan
konsep tersebut maka dalam perencanaan dan perancangan kawasan perlu
diperhatikan faktor fisik (potensi tapak) dan aksesibilitas.
Perancangan Makro Kawasan
Konsep makro yang diangkat adalah pengelompokan dalam beberapa
kegiatan yang memiliki karakteristik sejenis dan bergantung satu sama lain. Hal
ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemanfaatan ruang
dan pelayanan. Distribusi disesuaikan dengan jangkauan pelayanan
pengelompokan kegiatan/aktifitas yang sudah ada di dominasi serta
pengembangannya. Memiliki kecenderungan pengembangan kawasan yang
mengacu pada aspek budaya setempat dengan satu pola pemberdayaan masyarakat
(community base development) dengan harapan masyarakat dapat turut serta
dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan yang
tepat sasaran.
Pengaruh Lingkungan Sekitar Kawasan
Pola sirkulasi kendaraan di luar tapak
Tapak dilintasi oleh jalan raya Pengasinan yang memiliki panjang 1612 m
yang melintas di sisi timur dengan intensitas kendaraan rendah dan jalan
Masjid yang memiliki panjang 1310 m dengan intesitas kendaraan rendah
yang melintas di sisi utara. Pada kedua sisi ini, kawasan terlihat secara
keseluruhan dan lebih indah sehingga pintu masuk utama dan pintu keluar
Prima Jiwa Osly/A353060101 68
berada pada kedua jalan tersebut. Intensitas kendaraan yang rendah cenderung
sedang membutuhkan pemisahan jalur masuk dan keluar.
Keadaan lingkungan sekitar tapak
Kawasan ini dibatasi oleh permukiman/perumahan serta hutan alam kota.
Peraturan-peraturan
Peraturan yang berlaku pada kawasan meliputi KDB (Koefisien Bangunan)
sebesar 40% - 80% dengan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) adalah dibatasi
setinggi 4 lantai dan GSB (Garis Sempadan Bangunan) sebesar 4 m. Status
kepemilikan lahan kawasan adalah pemerintah kota, instansi pemerintah selain
pemerintah kota dan swasta/masyarakat. Peruntukan lahan sesuai dengan
RTRW Kota Depok adalah permukiman dengan KDB tinggi.
Faktor pencapaian
Untuk mencapai tapak dapat digunakan jalan raya Parung-Bogor (dari arah
Jakarta, Bogor dan Tangerang) serta jalan Muhtar Raya (dari arah Jakarta dan
Depok) sehingga dengan adanya papan penunjuk maka kawasan akan mudah
dicapai melalui jalan-jalan tersebut.
Faktor infrastruktur
Tersedianya jaringan listrik, telekomunikasi dan drainase kota yang melintasi
kawasan sudah memenuhi standar minimal kebutuhan akan infrastruktur
kawasan.
Bangunan Penting Sekitar Kawasan
Terdapat beberapa bangunan penting yang berada disekitar kawasan.
Salah satunya adalah masjid kubah mas yang berjarak ± 3 km sebelah timur
kawasan. Masjid kubah mas, selain sarana ibadah juga merupakan salah satu titik
utama tujuan wisata kota Depok. Bangunan ini mengusung konsep wisata religi.
Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 2005 dan menjadi ikon pariwisata kota
Depok untuk daerah tujuan wisata. Bangunan penting lainnya adalah pasar Parung
yang berjarak ± 2 km dari kawasan yang dapat menjadi target utama pemasaran
kawasan. Keberadaan pasar dan bangunan masjid kubah mas juga dapat
diintegrasikan dengan kawasan wisata yang akan dibangun sebagai pendukung
kawasan wisata terbangun.
Prima Jiwa Osly/A353060101 69
Perancangan Mikro Kawasan
Konsep perancangan mikro kawasan adalah wisata desa yang dipadukan
dengan wisata air. Selain itu kawasan ini diharapkan menjadi landmark kota
Depok yang dalam perencanaannya disesuaikan dengan rencana pemerintah untuk
membangun sebuah kawasan wisata yang melestarikan budaya lokal dan
lingkungan.
Titik Utama Perancangan
Titik utama perancangan kawasan ini adalah lahan sawah dan badan situ.
Lahan sawah merupakan produk utama yang akan dijual oleh kawasan ini.
Sedangkan wisata air telah dikembangkan pada badan situ dan telah dikelola oleh
pemerintah daerah melalui POKJA (Kelompok Kerja) Situ Pengasinan.
Konsep Perancangan Situasi
Sesuai dengan tema yang diangkat untuk kawasan wisata ini maka situasi
yang dirancang adalah situasi pedesaan yang asri dengan situ yang asri. Kawasan
ini juga akan membangun situasi kehidupan sosial masyarakat lokal yang
berbudaya Sunda. Situasi kehidupan sosial yang akan dibangun adalah keseharian
dalam bekerja (berladang dan bertani), bercengkrama (bermain alat musik
angklung dan belajar) dan kegiatan lainnya (event pernikahan, sunatan massal
dsb).
Konsep Peruntukan Lahan
Kawasan ini akan dibagi menjadi tiga zona yang masing-masing memiliki
fungsi masing-masing. Zona-zona dirancang hanya sebagai bagian dari kawasan
(tidak dapat berdiri sendiri). Zona-zona tersebut adalah :
Zona A (Village Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata desa.
Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona penerima pengunjung. Sarana
dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata desa, kantor pengelola dan
loket, pos sepeda, lapangan parkir dan main gate (pintu utama) yang
merupakan in gate (pintu masuk).
Zona B (Rest Area), yaitu zona yang berfungsi sebagai area untuk rekreasi dan
istirahat. Sarana dan prasarana pada zona ini adalah areal terbuka (sebagai areal
serbaguna), taman, restoran, bungalow, pos sepeda, kolam pemancingan dan
area servis.
Prima Jiwa Osly/A353060101 70
Zona C (Water Zone), yaitu zona yang berfungsi sebagai zona wisata air dan
wisata belanja. Selain itu zona ini juga berfungsi sebagai zona keluar
pengunjung. Saran dan prasarana pada zona ini adalah areal wisata air,