“ANALISIS PERKUATAN TIMBUNAN DIATAS TANAH LUNAK MENGGUNAKAN GEOTEXTILE” Disusun oleh : Paramananda Sofyan Sofandi (TS / 120214212) Richardus Brillyant Manggada (TS / 120214234) Radityo Adhi Widiyono (TS / 120214255) PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
“ANALISIS PERKUATAN TIMBUNAN DIATAS TANAH LUNAK
MENGGUNAKAN GEOTEXTILE”
Disusun oleh :
Paramananda Sofyan Sofandi (TS / 120214212)
Richardus Brillyant Manggada (TS / 120214234)
Radityo Adhi Widiyono (TS / 120214255)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2015
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
2
Analisis Perkuatan Timbunan Di Atas Tanah Lunak
Menggunakan Geotextile
Manggada, R. B., Sofandi, P. S., dan Widiyono, R. A.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281
Abstrak
Tanah merupakan komponen penting untuk membangun struktur bangunan. Kenyataan di
lapangan, kekuatan tanah sangat bervariasi dan beberapa di antaranya merupakan tanah yang
buruk sebagai tempat berdirinya konstruksi teknik sipil, seperti tanah lempung lunak. Secara
umum tanah lempung lunak memiliki sifat kuat geser yang rendah, kompresibilitas tinggi dan
koefisien permeabilitas yang rendah. Tanah lempung lunak yang diatasnya akan dibangun
struktur bangunan perlu diberikan perkuatan untuk meningkatkan daya dukung dan stabilitas
tanah lempung tersebut. Selain itu, tiga komponen penting perlu untuk diperhatikan yaitu
efisiensi biaya, waktu serta tingkat kemudahan pemasangan. Tanah yang akan diberi
perkuatan dalam studi ini terdiri dari dua jenis tanah yaitu lapis pertama berupa pasir setinggi
20 cm serta tanah lempung setinggi 30 cm. Usulan yang akan dilakukan untuk meningkatkan
daya dukung tanah tersebut adalah dengan memberikan perkuatan geotextile. Perkuatan
geotextile ini akan dipasang diatas tanah lempung dan di dalam timbunan tanah pasir. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi keruntuhan lokal yang diprediksi akan terjadi pada tanah
lempung serta meningkatkan daya dukung tanah secara keseluruhan. Geotextile yang
digunakan terdiri dari dua jenis yaitu geotextile woven dan geotextile non woven. Geotextile
non woven akan dipasang diatas tanah lempung karena diharapkan dapat mencegah butiran
tanah lempung masuk kedalam lapisan tanah pasir diatasnya sedangkan geotextile woven akan
dipasang pada timbunan tanah pasir diatas tanah lempung untuk meningkatkan daya dukung
tanah. Studi ini diharapkan mampu untuk memberikan ide dalam hal pemasangan geotextile
yang efisien dalam hal biaya, waktu, dan kemudahan pemasangannya serta dapat meningatkan
daya dukung dan stabilitas tanah lempung lunak untuk kebutuhan pembangunan konstruksi.
1 Pendahuluan
Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi dari semua bangunan teknik
sipil. Konstruksi yang kuat dan memiliki umur pakai yang relatif panjang dapat diwujudkan
tidak hanya dipengaruhi oleh daya dukung tanah yang tinggi sebagai dasar dari konstruksi
melainkan perlu ditinjau juga dari segi biaya, waktu, dan kemudahan pelaksanaan. Ketiga
unsur tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain untuk menciptakan suatu hasil konstruksi
yang efisien, dengan kata lain sangat penting untuk membangun atau menciptakan suatu
konstruksi yang memiliki biaya terjangkau, dibangun dengan waktu yang relatif singkat, serta
pelaksanaannya mudah disamping harus tetap memperhatikan kekuatan dan keawetannya.
Kenyataannya kondisi dilapangan tidak semua jenis tanah itu baik, stabil, dan kuat,
contohnya adalah tanah lempung lunak. Maka dari itu diperlukan suatu cara untuk
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
3
memperbaiki dan memperkuat jenis tanah yang kurang baik tersebut. Salah satu perbaikan
yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan perkuatan untuk meningkatkan daya dukung
pada tanah lempung lunak sebagai dasar tanah untuk pondasi. Dalam usaha untuk melakukan
hal tersebut harus tetap diperhatikan tiga unsur utama diatas agar perbaikan yang dilakukan
menghasilkan hasil yang efisien dan efektif.
Penggunaan geotextile merupakan metode perbaikan tanah yang berguna untuk
meningkatkan daya dukung pada tanah lempung lunak. Geotextile merupakan lembaran
permeable (tembus air) yang bila digunakan dalam tanah akan memiliki kemampuan untuk
menyaring, memperkuat, dan melindungi tanah. Ada 2 jenis geotextile yang sering digunakan
yaitu, geotextile woven dan non woven. Geotextile woven merupakan jenis geotextile
teranyam yang bahan dasarnya berupa Polypropilene (PP) serta memiliki fungsi sebagai
bahan stabilisasi tanah dasar. Selain itu ada jenis geotextile yang lain yaitu non woven. Jenis
geotextile ini merupakan jenis geotextile tidak teranyam yang memiliki bentuk seperti kain
karpet. Biasanya jenis geotextile non woven terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau
Polypropylene (PP) serta memiliki fungsi sebagai penyaring, pemisah, dan bahan stabilisasi.
Penelitian ini diharapkan mampu untuk mencari bentuk pemasangan geotextile pada lapis
tanah pasir dan tanah lempung lunak yang paling efektif dan efisien guna menahan beban
pondasi, mampu meningkatkan stabilitas pada tanah tersebut, dan untuk meningkatkan daya
dukung tanah pada tanah lempung lunak.
2 Kriteria keruntuhan timbunan di atas tanah lempung lunak
Tanah lempung lunak merupakan jenis tanah kohesif yang memiliki sudut gesek yang
rendah sehingga jenis tanah ini tidak memiliki daya dukung yang cukup besar untuk menahan
beban konstruksi diatasnya. Sehingga untuk meningkatkan daya dukung tanah lempung lunak
tersebut salah satu alternatifnya adalah penggunaan geotextile. Penggunaan geotextile sangat
diperlukan dalam upaya untuk meningkatkan daya dukung tanah pada tanah lempung lunak
karena tanah lempung lunak memiliki daya dukung tanah yang relatif kecil, dan merupakan
jenis tanah yang kurang stabil dalam menerima pembebanan.
Geotextile terdiri dari bahan tekstil yang dipasang di atas tanah dasar yang akan dijadikan
pondasi sebagai suatu kesatuan dari sistem stuktur. Dalam struktur yang berkaitan dengan
tanah, geotextile mempunyai empat fungsi utama yaitu filtrasi dan drainase, proteksi (erotion
control), separator, dan perkuatan (reinforcement).
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
4
Cara kerja dari geotextile itu sendiri dengan cara penggabungan antara geotextile dan
tanah lempung (material komposit) yang kemudian ditimbun dengan tanah padat. Cara ini
dilakukan supaya geotextile yang tertimbun didalam tanah dapat menahan gaya tarik yang
bekerja dan juga mengurangi settlement akibat beban diatasnya sehingga dapat menjaga
stabilitas tanah itu sendiri.
Di lapangan banyak dijumpai berbagai jenis lapisan tanah, sebagai contoh adalah jenis
tanah berlapis yang pada lapis pertama berupa pasir dan lapis kedua berupa lempung lunak.
Pondasi yang akan dibangun pada jenis tanah berlapis memungkinkan terjadinya keruntuhan
general atau umum pada lapisan pasir.
Keruntuhan general atau umum terjadi akibat kondisi tanah timbunan yang berupa pasir
tidak padat. Peristiwa lain yang mungkin akan terjadi adalah naiknya air yang berasal dari
tanah lempung lunak pada lapis dua kedalam lapisan tanah pasir, yang kemudian akan
a. Keruntuhan daya dukung
b. Keruntuhan rotasional
c. Keruntuhan lereng akibat pergeseran horisontal
Gambar 1 Tipe keruntuhan timbunan tanah di atas tanah lunak
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
5
mengakibatkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lempung lunak tersebut, sehingga akan
terjadi penurunan tanah yang besar. Hal ini terjadi lantaran pondasi yang menahan beban
bangunan diatasnya akan meneruskan tekanan tersebut kedalam tanah. Permasalahan inilah
yang akan dicari solusinya agar dapat mengurangi atau mencegah keruntuhan umum, naiknya
air dari tanah lempung lunak kedalam lapis tanah pasir yang akan mengakibatkan keruntuhan
lokal.
Kriteria keruntuhan timbunan di atas tanah lunak terdapat tiga macam keruntuhan utama
yang perlu diperhitungkan yaitu stabilitas daya dukung, stablitas rotasi, dan pergeseran
horizontal seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (Holtz, dkk (1998)).
3 Metode Analisis
3.1 Pengujian skala model Laboratorium
3.1.1 Sifat fisik dan mekanik lapisan tanah
Benda uji yang dipakai untuk penelitian ini adalah tanah lempung lunak dan pasir.
Parameter fisik dan mekanik tanah lempung lunak dapat dilihat di Tabel 1. Pengujian
dilakukan menggunakan jenis pasir Ottawa, sebagai lapisan pertama. Penggunaan pasir
ottawa diletakkan pada lapis pertama, dengan geotextile dan tanah lempung lunak pada lapis
berikutnya. Cerato dan Lutenegger (2006) melakukan pengujian menggunakan pasir Ottawa
dan mendapatkan nilai sudut geseknya sebesar gesek 300. Geotextile
Material geotextile yang dipakai sebagai perkuatan menggunakan dua jenis geotextile
Tabel 1 Parameter fisik dan mekanik tanah
Jenis tanah : Parameter
Lempung (Undisturbed)
Berat isi tanah(γlb) 17,9 kN/m3
Berat isi tanah kering(γld) 12,5 kN/m3
Berat jenis tanah (Gs) 2,64 -
Batas plastis (wP) 28,2 % %
Batas cair (wL) 75,9 % %
Batas susut (wS) 25 % %
Kadar air (w) 76,1 %
Kohesi ( c ) 7,9 kPa
Sudut gesek internal (φl) 0 derajat
Tanah pasir
Berat kering (γpd) 12,5 kN/m3
Sudut gesek internal (φp) 30 derajat
Persentase butir kasar 89,43 %
Persentase butiran halus 10,57 %
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
6
yaitu, jenis geotextile woven dan geotextile non woven. Karakteristik material geotextile yang
digunakan ditampilkan pada Tabel 2.
3.1.2 Skema uji laboratorium
Dalam pembuatan model skema benda uji ini, digunakan box uji dengan dimensi
panjang 55 cm, lebar 55 cm, dan tinggi 55 cm. Box benda uji dibuat berbentuk kotak dengan
bagian atas dibiarkan terbuka untuk memudahkan pelaksanaan desain. Pada box uji
dimasukkan dua jenis lapisan tanah dimana lapisan pertama berupa tanah lempung lunak
setinggi 30 cm dan lapis kedua berupa pasir Ottawa yang akan didesain bentuk timbunannya.
Pada lapisan pasir atau timbunan terdapat dua ketinggian (H), dengan H1 adalah tinggi
Gambar 2 Skema pengujian laboratorium
Tabel 2 Karakteristik material geotextile
Jenis Geotextile Parameter
Geotextile woven
Merk dagang Unggul Tex -
Tipe/grade UW-250 -
Berat 250 gr/m2
Tebal 0,7 mm
Kuat tarik 52/52 kN/m
Geotextile non-woven
Merk dagang Unggul Tex -
Tipe/grade UNW-250 -
Berat 250 gr/m2
Tebal 1,4 mm
Kuat tarik 9/6 kN/m
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
7
timbunan utama dan H2 adalah tinggi timbunan samping. Diatas permukaan lapisan pasir atau
timbunan diberikan pondasi pelat dengan ukuran 7.5 cm x 7.5 cm yang kemudian diatas pelat
tersebut akan diberikan beban (P). Pada timbunan pasir yang berbentuk trapesium, lebar sisi
atas (W) memiliki tinggi H1.
3.2 Usaha meningkatkan angka aman terhadap keruntuhan daya dukung tanah
lempung
Angka aman daya dukung tanah terhadap beban yang bekerja di permukaan ditentukan
oleh nilai daya dukung tanah dan tegangan yang terjadi seperti ditunjukkan pada Persamaan.
terjadi
SF
ult (1)
Berdasarkan Persamaan 1, usaha untuk meningkatkan nilai angka aman tanah dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu dengan menurukan tegangan yang terjadi Q dan meningkatkan daya
dukung σult. Adapun usaha untuk meningkatkan daya dukung tanah dijelaskan secara detail
sebagai berikut.
a. Tegangan yang terjadi pada tanah lempung
Beban yang berada di permukaan tanah akan ditrasnfer ke lapisan yang lebih dalam.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat
adanya beban luar. Dalam hitungan ini, metode perbandingan vertikal : horisontal=2:1
digunakan karena hitungan yang dilakukan bisa lebih sederhana. Tegangan yang terjadi pada
tanah lempung akan dipengaruhi oleh tingginya timbunan utama, H1 seperti ditunjukkan pada
Persamaan 2.
Gambar 3 Skema daya dukung tanah
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
8
))(( 11
1HLHB
PHQ t
(2)
Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara H1 dengan σterjadi dengan
mengambil nilai B=L=0.075 m dan γpd= 12,5 kN/m3 serta nilai beban P yang divariasikan.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi timbunan yang digunakan, maka nilai
tegangan yang terjadi di permukaan tanah lempung berkurang. Laju pengurangan tegangan
yang terjadi pada tanah lempung berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya
tinggi timbunan, hingga suatu saat, penambahan tinggi timbunan tidak mengurangi tegangan
yang terjadi secara signifikan. Berdasarkan hasil hitungan, maka dalam penelitian ini
ditetapkan tinggi timbunan utama 20 cm.
b. Angka aman terhadap daya dukung
Rumus daya dukung tanah telah berkembang Secara umum daya dukung tanah
menurut Terzaghi (1943) dapat didekati dengan Persamaan 3.
NBNqqNccult (3)
Untuk tanah dengan φ=0 dan bentuk pondasi bujur sangkar dapat disederhanakan menjadi
Persamaan 4.
Gambar 4 Hubungan antara tinggi timbunan utama (H1) dengan tegangan yang terjadi
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
9
NqqNccult 3.1 (4)
Berdasarkan Persamaan 4, daya dukung ultimit tanah lempung akan naik seiring dengna
naiknya nilai q yang merupakan tekanan di sekitar fondasi, yaitu q=H2xγp. Maka, untuk
memaksimalkan daya dukung tanah, tinggi H2 ditetapkan sama dengan tinggi H1.
3.3 Penurunan pada timbuan di atas tanah lunak
Penurunan pada timbunan diprediksi diakibatkan oleh bebrapa hal sebagai berikut.
a. Kemampatan tanah akibat konsolidasi
Jika tanah lunak dibebani maka akan terjadi penurunan akibat konsolidasi, tetapi
dakan studi ini penurunan tersebut diprediksi tidak akan terjadi karena proses pengujian yang
relative singkat sehingga air tidak memiliki cukup waktu untuk keluar dari pori tanah.
b. Pergeseran Horisontal
Pergeseran horizontal dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau keruntuhann.
Penurunan ini terjadi apabila tanah dibawah pondasi yang berupa tanah lempung lunak tidak
tidak memiliki tegangan geser horizontal yang cukup untuk menahan tegangan geser
horizontal yang di akibatkan oleh tanah timbunan. Pergesaran horizontal terjadi akibat adanya
tekanan tanah horizontal pada tanah timbunan menyebar secara lateral yang di akibatkan oleh
beban di atas timbunan tersebut. Pada penelitian ini, pergeseran horizontal diperkirakan tidak
akan terjadi, karena bentuk timbunan kotak dengan H2=H1. Pergeseran horisonta akan ditahan
oleh dinding box uji.
c. Penetrasi butiran tanah lempung ke dalam butiran tanah timbunan
Penurunan dapat terjadi apabila butiran tanah lempung dapat terpenetrasi atau masuk
kedalam tanah timbunan yang akan menyebabkan penurunan. Masuknya butiran tanah
lempung kedalam tanah timbunan terjadi akibat tanah lempung lunak sebagai dasar pondasi
tidak mampu menahan tegangan yang di akibatkan tanah timbunan dan beban diatasnya,
sehingga tanah lempung lunak seolah–olah terperasa ke atas dan butiran tanah lempung lunak
masuk ke dalam tanah timbunan, Pada studi ini akan ditambahkan perkuatan geotextile woven
pada lapisan tanah lempung sehingga potensi butir tanah lempung akan masuk ke dalam
timbunan dapat dikurangi.
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
10
d. Penurunan akibat keruntuhan daya dukung
Penurunan akibat keruntuhan daya dukung diperkirakan menjadi porsi penurunan yang
paling dominan dalam pengujian ini. Beban yang diterima oleh permukaan pasir akan
diteruskan ke dalam lapisan di bawahnya. Jika lapisan dibawahnya padat, maka bidang di
bawah fondasi akan secara aktif menggeser tanah di sampingnya yang bekerja secara pasif.
Jika tekanan aktif lebih besar dari tekanan pasif, maka dipastikan keruntuhan daya dukung
terjadi. Oleh karena itu, untuk mengurangi potensi keruntuhan daya dukung tanah geotextile
akan dipasang di bawah fondasi yang mengalami pergeseran untuk memberikan perkuatan
tambahan.
3.4 Usulan desain perkuatan geotextile
Studi kali ini menggunakan dua tipe geotextile yang akan digunakan sebagai perkuatan
yaitu geotextile woven UW-250 dan geotextile non woven UNW-250. Usulan pemasangan
geotextile pada studi kali ini adalah sebagai berikut.
a. Geotextile non woven UNW-250 diletakkan tepat diatas tanah lempung lunak,
untuk mencegah masuknya butiran tanah halus kedalam timbunan tanah dan
meningkatkan daya dukung tanah lunak.
b. Geotextile woven UW-250 diletakkan di dalam timbunan pasir untuk
meningkatkan data dukung tanah pasir serta mengurangi potensi keruntuhan
rotasional.
Berdasarkan Prandtl (1921) diperoleh kriteria keruntuhan pada tanah seperti
ditunjukkan Gambar 5.
Gambar 5 Diagram pergerakan tanah akibat keruntuhan daya dukung.
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
11
Persamaan 5-13 menunjukkan cara untuk mencari parameter pada diagram keruntuhan
daya dukung pada Gambar 5.
2451
(5)
2452
(6)
90 (7)
11 180 (8)
22 180 (9)
sin
sin 1
1
Br (10)
)tan(
101
rad
err (11)
tan)180(
021
rad
err (12)
2
2
sin
)180sin(
RM (13)
Persamaan 5-13 di atas diaplikasikan untuk menentukan diagram keruntuhan
berdasarkan daya dukung tanah di permukaan tanah lempung dan tanah pasir. Pada hitungan
di permukaan tanah lempung, beberapa asumsi berikut dipertimbangkan. Lebar fondasi di
permukaan tanah lempung dianggap selebar distribusi lebar fondasi B di permukaan tanah
pasir dengan perbandingan vertical : horizontal = 2:1. Karena lebar fondasi di tanah pasir
B=0.075 m dan tinggi timbunan adalah 0,2 m, maka lebar fondasi di atas tanah lempung lunak
diasumsikan sebagai B’=B+H=0.275 m. Berdasarkan rumus diatas didapatkan parameter-
parameter diagram keruntuhan daya dukung tanah lempung dan tanah pasir ditunjukkan pada
Gambar 6 dan Gambar 7. Hitungan tersebut dihasilkan dengan menggunakan nilai sudut
gesek tanah pasir = 30° dan sudut gesek tanah lempung = 0°.
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
12
Berdasarkan hasil hitungan yang didapat pada Tabel 3, maka diagram keruntuhan pada tanah
dapat digambarkan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Tabel 3 Parameter diagram keruntuhan daya dukung tanah
Parameter Lempung Pasir
1 450 600
2 450 300
ψ 900 600
1 450 600
2 450 300
1r 0.194 m 0.075 m
0r 0.194 m 0.0409 m
2r 0.194 m 0.185 m
M 0.275 m 0.32 m
0.275 m 0.275 m
45
90
45 45 45
Gambar 6 Skema keruntuhan tanah lempung lunak
Gambar 7 Skema keruntuhan tanah pasir
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
13
Usulan desain perkuatan menggunakan geotextile pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 8. Desain pemasangan geotextile diatas diharapkan banyak membantu untuk
mengurangi keruntuhan lokal yang kemungkinan terjadi pada lapisan tanah lempung lunak.
Hal ini terjadi karena beban yang diberikan diatas tanah pasir, karena tanah pasir pada lapisan
pertama padat maka akibatnya tekanan yang terdistribusi akan banyak mempengaruhi lapisan
lempung lunak sehingga akan terjadi penurunan atau keruntuhan lokal.
Pemasangan geotextile seperti mekanisme gambar diatas diharapkan mampu menahan
tekanan yang diakibatkan dari beban diatas sehingga dapat mengurangi keruntuhan daya
dukung yang terjadi. Geotextile pada lapis pertama digunakan geotextile woven tipe UW-250
berfungsi untuk mencegah keruntuhan daya dukung pada lapisan tanah pasir. Beban yang
diterima oleh permukaan pasir melalui plat persegi akan diteruskan ke lapisan lebih dalam.
Jika lapisan di bawahnya cukup kuat untuk mendukung beban yang ada, maka keruntuhan
daya dukung di permukaan dimungkinkan terjadi. Letak geotextile di lapisan ini sangat
tergantung dari diagram keruntuhan tanah pasir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Berdasarkan hitungan, kedalaman perpotongan bidang runtuh di bawah fondasi sedalam 6,5
30 cm
B= 7.5 cm
PasirOttawa
Tanah Lempung
Lunak
H = 20 cm
P
Geotekstil UNW-250
1
2
3 cm
Gambar 8 Usulan desain perkuatan menggunakan geotekstil
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
14
cm. Untuk itu, geotextile perlu diletakkan di antara permukaan tanah dengan kedalaman 6,5
cm untuk mencegah pergeseran tanah yang akan menyebabkan runtuhnya daya dukung tanah.
Pada desain penelitian ini, geotextile non-woven diletakkan pada kedalaman 3 cm dari
permukaan tanah.
Kekuatan geotextile bergantung pada kekuatan tariknya. Kekuatan tarik dapat bekerja
jika ada beban yang menahannya. Untuk itu, pada lapis pertama geotextile non-woven,
geotextile diarahkan pada lapisan yang lebih dalam di samping kanan dan kiri yang bertujuan
untuk meningkatkan beban penahan geotextile. Lapisan geotextile ke arah bawah juga
diyakini mampu menahan tekanan aktif yang mendorong bagian tanah pasif, jadi didapatkan
keuntungan ganda dari adanya letak geotextile yang agak vertikan di samping kanan dan kiri
fondasi.
Lapis kedua dipasang geotextile non woven (tidak teranyam) tipe UNW-250 bertujuan
untuk mencegah air yang ada pada lapis lempung lunak masuk ke dalam lapis pasir dan
menahan gaya tarik yang diakibatkan oleh beban pondasi karena geotextile tipe UNW-250
memiliki kuat tarik yang cukup besar dibandingkan dengan geotextile non woven tipe UW-
250.
4 Kesimpulan
Lapisan pasir dirancang hingga ketinggian 20 cm dari permukaan tanah lempung lunak
untuk meminimalkan tegangan yang terjadi di permukaan lempung lunak. Jika ketinggian
ditambah, pengaruh pengurangan tegangan yang terjadi pada permukaan tanah lunak tidak
signifikan.
Penurunan timbunan di atas tanah lunak dapat diakibatkan karena keruntuhan daya
dukung, maupun akibat penetrasi butiran halus menuju lapisan timbunan di atasnya. Untuk
mencegah masuknya butiran halus ke lapisan tanah di atasnya, maka digunakan lapisan
geotextile non-woven tepat berada di atas lapisan lempung. Selain untuk tujuan di atas, lapisan
geotextile ini juga sebagai perkuatan untuk meningkatkan daya dukung tanah lunak. Untuk
mencegah keruntuhan daya dukung pada lapisan tanah pasir, lapisan geotextile woven perlu
digunakan. Letak geotextile ini ditentukan berdasarkan diagram keruntuhan tanah.
Geo-Challenge Competition (Foundation on Reinforced Soft-Soils)
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
15
Ucapan terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih atas terselesaikannya penulisan makalah kepada Bapak
Luky Handoko, S.T., M.Eng., Dr.Eng. atas bimbingan dan sarannya dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Laboratorium
Geoteknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagai tempat
untuk pengujian sample tanah, dan saudara Wiranata Brian yang telah membantu kami dalam
menguji sample tanah. selain itu kami juga berterimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Daftar pustaka
Holtz R. D., Christopher, B. R., and Berg, R. R. (1998). Geosynthetic Design and
Construction Guidelines.
Prandtl (1921). Hautaufsatze Uber die Eindringungsfestigkrit (Harte) plasticher Baustoffe und
die Festigkeit von Schneiden, Zaitschrift Fur Angewandte, Mathematik und Mechanik, Vol. 1,
No.1.
Terzaghi K. V. (1943). Theoretical Soil Mechanics, John Wiley and Sons, Inc. New York.