BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi media merupakan cara untuk membuat dan menghasilkan media terutama
yang ditekankan disini adalah pembuatan media pendidikan. Dapat digaris bawahi cara disini
untuk menciptakan media terutama media elektronik bukan membuat alatnya tetapi membuat
apa yang akan ditampilkan di dalam alat tersebut. Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis
seperti media visual, audio visual, media cetak, elektronik, media 2 dimensi dan media 4
dimensi. Tidak semua cara pembuatan media dapat ditampilkan di dalam makalah ini tetapi
hanya media yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran saja yang akan dibahas
dalam makalah ini..
Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti: media visual (yang dapat di lihat),
audio visual (yang dapat di nikmati melalui pendengaran dan penglihatan), media cetak
(koran, majalah dan sebagainya), elektronik (HP, kamera, dan sebagainya), media 2 dimensi
dan media 4 dimensi. (seperti gambar-gambar, patung dan sebagainya).
Adapun semua media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik memerlukan
penilaian terlebih dahulu sebelum digunakan lebih luas. Penilaian (evaluasi) dimaksudkan
untuk mengetahui apakah media yang kan digunakan tersebut dapat mencapai tujuan
pendidikan atau tidak. Hal ini penting untuk diingat dan dilakukan oleh setiap tenaga
pendidiak karena banyak orang beranggapan sekali membuat media maka akan dapat
digunakan dan 100% ditanggung baik. Anggapan ini sendiri tidaklah keliru karena sebagai
pengembangan media secara tidak langsung telah menurunkan hipotesis bahwa media
pembelajaran akan membuat hasil belajar yang lebih baik. Hipotesis tersebut perlu diuji dan
dibuktikan dengan menguji cobakannya ke sasaran yang dimaksudkan (siswa). Pembahasan
lebih lanjut akan di jelaskan pada pembahasan II tentang “Produksi Media dan Evaluasi
Program Media”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan produksi media ?
1
2. Bagaimana proses produksi audio ?
3. Bagaimana proses produksi film bingkai ?4. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan macam-macam evaluasi program media ?
5. Bagaimana tahap-tahap evaluasi program media ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan produksi media ?
2. Untuk mengetahui proses produksi audio ?
3. Untuk mengetahui proses produksi film bingkai ?
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan evaluasi dan macam-macam evaluasi program
media ?
5. Untuk mengetahui tahap-tahap evaluasi program media ?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca
lebih memahami tentang produksi media, produksi audio, produksi film bingkai,
evaluasi program media, macam-macam evaluasi, dan tahap-tahap evaluasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi Media
1. Pengertian Produksi Media
Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan
mengolah (produksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara
mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Berikut ini adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk memproduksi media terutama media yang berkaitan
dengan dunia pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas produksi media yaitu media
non elektronik dan media elektronik.
2. Produksi Audio
1) Studio Produksi
Program audio direkam di dalam suatu studio produksi atau juga disebut studio
rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan kontrol dan studionya,
yang keduanya dibatasi dinding berjendela kaca sehingga orang yang ada di dalam
kedua ruangan itu dapat saling melihat.
Ruang kontrol dilengkapi dengan alat rekaman, yang biasanya terdiri dari alat
rekaman audio, alat pemutar audio, alat pemandu suara, dan tombol pengatur suara. Di
samping itu terdapat pula alat untuk penyuting suara.
Ruang studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini
diperlengkapi dengan berbagai mikrofon, tempat duduk pemain, alat musik, misalnya
piano, perlengkapan untuk mebuat FX, dan pengeras suara.
Kedua ruangan tersebut dihubungkan dengan interkom, yang memudahkan orang
diruang kontrol berkomunikasi dengan oramg-orang di dalam studio.
3
2) Pembagian tugas dalam produksi
a. Sutradara.
Sutradara adalah pimpinan produksi, baik buruknya hasil produksi tanggung
jawabnya ada pada sutradara. Sebelum produksi dimulai seorang sutradara harus
mempelajari naskahnya denga teliti, sehingga ia mempunyai interprestasi yang
baik terhadap setiap adegan dari naskah itu.
Ia juga harus dapat menghayati benar perwatakan yang dibawakan oleh masing-
masing pelaku dalam naskah itu, serta dapat membayangkan musik dan sound
effect yang bagaimana diperlukan untuk mendukung terciptanya suasana seperti
yang dikehendaki oleh naskah itu.
Setelah naskah dipelajari sutradara bertugas mengatur perbanyakan naskah
yang akan diproduksi. Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal
agar tidak mudah terlipat dan tidak menimbulkan suara dalam waktu produksi
nanti.
Sutradara harus memilih pemain yang akan membawakan naskah sesuai
perwatakan tiap pelakunya. Sutradara yang telah biasa memimpin produksi
biasanya telah mempunyai koleksi pemain, dan sudah mengenal dengan baik
kemampuan masing-masing pemain sehingga ia dapat memilih pemain yang
paling sesuai untuk diserahi tugas memegang peran tertentu. Bila ia belum
mengenal pemainnya ia harus memilih pemain tersebut melalui audit atau seleksi.
Bila ia telah menentukan pemain untuk setiap peran, sutradara harus segera
membagikan naskahnya. Karenanya dalam rekaman nanti mereka dapat
membacanya.Yang penting mereka harus dapat menghayati perwatakan yang
harus dibawakannya, dan dapat membaca naskah sesuai perwatakan itu.
Sutradara harus memesan studio rekaman sesuai dengan prosedur yang berlaku
supaya pada saatnya nanti, studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan dalam
keadaan siap untuk digunakan.
Setelah studio rekaman diperoleh dengan pasti, sutradara menyampaikan
undangan tertulis kepada semua pemain dan kerabat kerja dengan menyebut secara
jelas jam, tanggal dan tempat rekaman itu. Undangan ini jangan diberikan dalam
waktu yang sangat mendesak.
4
Sutradara bertugas memilih musik yang sesuai dengan suasana yang akan
diciptakan. Dia perlu datang ke perpustakaan dan mencoba lagu yang dicarinya
satu persatu untuk mendapatkan lagu yang benar-benar sesuai dengan
naskahnya. Bila telah menemukan lagi itu maka naskah-nya harus ditandai dengan
tinta yang jelas: nama lagu, nomor piringan hitamnya, track ke berapa, berapa
panjangnya.
Sutradara juga harus mencari sound effect yang sesuai dengan suasana
naskahnya. Bila naskahnya ingin menggambarkan seorang Direktur yang pergi
dengan mobil, misalnya tentunya ia harus memilih suara mobil sedan yang baik
dan bukannya suara truk atau pick-up. Seperti halnya dalam memilih lagu. Setelah
FX tadi ditemukan ia harus memberi tanda pada naskahnya: nama FX, nomor
piringan hitam, track keberapa, berapa panjangnnya. Jika FX itu tidak diambil dari
rekaman melainkan harus diciptakan sendiri ia harus mencoba bunyi yang akan
diciptakannya itu, misalnya ketukan-ketukan pintu, langkah kaki, dering
telepon. Ia harus mengadakan peralatan yang diperlukan untuk menciptakan suara-
suara itu, menentukan tempat studio itu dimana bunyi-bunyi itu akan diciptakan,
berapa jarak microfon dari sumber bunyi itu dan sebagainya.
Sutradara harus dapat bekerja sama dengan teknisi dengan baik. Teknisi adalah
orang yang membantunya dalam rekaman. Betapa bagusnya pun gagasan sutradara
tentang tentang program yang akan diproduksi, bila teknisi atau oprator yang akan
merekam tidak paham tentu hasilnya kurang baik. Karena itu ia harus
membicarakan naskahnya dengan teknisi atau oprator yang akan membantunya
itu. Ia juga harus membicarakan tentang keluar masuknya FX, efek apa yang ingin
diperoleh dari musik dan FX itu, berapa lama musik dan FX itu diperlukan dan
sebagainya. Selanjutnya ia harus membicarakan tentang bagaimana FX yang
digunakan. Ia juga harus memberitahukan kepada teknisi ada berapa mikrofon
yang bagaimana yang diperlukan.
b. Kerabat kerja
Dalam produksi audio kerabat kerja yang diperlukan hanya dua orang
oprator.Seorang oprator melayani pengaturan tombol rekaman serta bertugas
5
mengatur jalannya pita rekaman pada alat perekam. Ia juga yang bertanggung
jawab membuat saluran yang menghubungkan mikrofon dengan mesin perekam.
Seorang operator lainnya bertugas menyiapkan musik dan sound effect yang akan
digunakan dalam rekaman. Ia harus memasang piringan hitam pada meja putar dan
memasang jarum tepat pada track musik atau FX yang diperlukan. Teknisi
bertugas sesuai dengan petunjuk sutradara.
c. Pemain
Yang dimaksud dengan pemain ialah orang-orang yang ditunjuk untuk
membacakan naskah. Biasanya seorang pemain hanya memegang satu peran saja
dalam suatu naskah tertentu.
Seorang pemain yang telah menyanggupi untuk ikut rekaman berkewajiban
mempelajari naskahnya. Ia harus menghayati benar pesan yang akan
dibawakannya. Ia harus melatih diri membaca naskahnya supaya dalam rekaman
nanti tidak terdengar kesan bahwa naskah itu dibaca, melainkan terdengar seperti
orang yang bercakap atau bercerita. Dalam latihan membaca ini bila perlu ia dapat
memberi tanda-tanda baca pada naskahnya.
Pemain harus mengikuti petunjuk sutradara dalam membawakan
perannya.Seorang pemain tidak boleh kecil hati kalau membacanya dianggap
kurang betul oleh sutradara, dan harus membetulkannya sesuai dengan petunjuk
sutradara.
Pada waktu yang telah ditentukan pemain harus datang tepat pada
waktunya. Jam menggunakan studio adalah terbatas, karena itu pemain harus
berusaha agar tidak menyebabkan terbuangnya waktu penggunaan studio dengan
sia-sia.
3) Pelaksana Produksi
Pada waktu rekaman yang telah ditentukan seorang sutradara harus datang
lebih awal dari para pemain lainnya. Segera setelah sampai di studio ia bertugas
mengecek apakah studio telah siap untuk dipakai. Ia harus bertemu dengan oprator
untuk mengecek apakah mereka telah menyiapkan segala perlengkapan yang
diperlukan.
6
Sutradara seyogyanya menyambut dengan ramah setiap pemain yang
hadir.Jangan sampai ada pemain yang merasa tidak memperoleh perhatian dari
sutradara. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja pemain.
Setelah pemain lengkap sutradara segera memimpin latihan. Latihan dapat
dimulai dengan latihan kering, yaitu latihan yang dilakukan di luar ruang studio dan
dikerjakan tanpa musik dan FX. Yang diutamakan dalam hal ini ialah pemahaman isis
naskah, penghayatan peran masing-masing pemain, cara membaca naskah.
Setelah pemain untuk memebaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan
naskah. Sutradara akan memebtulkan cara membaca yang belum betul. Dalam hal ini
sutradara harus dapat memeberi contoh, misalnya bagaimana cara menangis, cara
tertawa, dan sebagainya.
Setelah latihan selesai pemain dipersilahkan masuk ke studio. Sutradara dan
kerabat kerja di ruang kontrol. Sutradara memberi petunjuk dimana pemain harus
duduk atau berdiri, dan mikropon yang mana yang digunakan oleh masing-masing
pemain.
Sutradara memberi petunjuk tentang tanda-tanda yang digunakan dalam
memimpin produksi. Pada umumnya petunjuk dilakukan dengan menggunakan tanga;
pemain melihat tanda-tanda itu melalui jendela kaca tembus pandang yang membatasi
ruang studio dengan ruang kontrol. Tanda yang biasa digunakan misalnya: bila
sutradara menunjuk seorang pemain artinya pemain itu harus memulai membaca teks
naskahnya;meletakkan tangan dileher seolah-olah menggorok leher berarati rekaman
terhenti karena ada kesalahan dan harus diulang; mendekatkan kedua tangannya naik
pemain harus lebih dekat dengan mikropon; menggerakan tangannya naik turun berarti
membacanya harus diperlambat; dan sebagainya.
Langkah-langkah berikutnya ialah mengadakan tes suara. Setiap pemain
diminta membaca di depan mikropon secara bergantian. Tinggi rendahnya suara diatur
supaya tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras. Dalam mengukur level suara
ini sutradara dan oprator mengecek suara itu melalui jarum dialat rekaman. Setelah
level suara ditentukan, pemain bersangkutan harus mengingat jarak mulutnya ke
mikropon dan volume suara yang digunakan waktu tes suara tadi. Dalam rekaman
nanti level suaranya harus diusahakan supaya sama dengan levelnya waktu tes suara.
7
Sekarang semua telah siap untuk melakukan latihan basah. Pemain diminta
membaca peran masing-masing sesuai naskah, didepan mikropon. Dalam latihan ini
musik dan FX sudahdigunakan benar-benar. Dalam latihan ini sutradara bertindak
sangat kritis, setiap terdapat kesalahan atau kejanggalan sutradara menghentikan
latihan dan memberi petunjuk untuk perbaikan. Adegan itu kemudian diulang
kembali. Latihan seperti ini biasannya lebih lama dari rekaman sesungguhnya.
Setelah latihan berjalan baik rekaman segera dilaksanakan. Bila dalam
rekaman ini masih juga terjadi kesalahan, sutradara melakukan perbaikan dengan cara:
a) Bagian yang salahdihapus dan adegan yang salah tadi diulang kembali. Bila hal ini
yang dilakukan, jalannya rekaman biasanya agak lama, namun pada saat rekaman
selesai telah diperoleh program hasil final.
b) Adegan yang salah diulang kembali tanpa mengahapus kesalahan tadi. Bila hal ini
yang dilakukan rekaman dapat berjalan agak cepat. Setelah selesai rekaman,
sutradara dan oprator masih harus mengedit kembali hasil rekaman itu untuk
membuang bagian-bagian yang tidak terpakai.
Setelah rekaman selesai sutradara berkewajiban mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pemain dan oprator.
3. Produksi Film Bingkai
1) Jenisnya
Dalam memproduksi program film bingkai ada dua jenis kegiatan produksi yang dapat
dilakukan secara berurutan, yaitu:
Produksi visualnya. Pada bagian visual yang meliputi gambar-gambar grafis dan
caption serta gambar-gambar yang dapat diambil dari benda sesungguhnya atau
modelnya diproduksi semuanya.
Produksi audionya, yaitu narasi dan musik serta sound effect. Cara memproduksinya
sama dengan memproduksi program audio yang telah diuraikan di bagian
terdahulu.Bahkan biasanya lebih sederhana. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini
ialah bahwa narasi dan musik serta FX-nya harus sesuai dengan visualisasinya.\
2) Alat yang dipergunakan
Untuk memproduksi bagian visualnya diperlukan berbagai alat, misalnya:
8
a. Kamera, ada berbagai jenis kamera yang dapat digunakan. Yang penting anda
mempunyai keyakinan akan dua hal yaitu pertama, anda harus yakin bahwa juru
kamera anda dapat mengoprasikan kamera itu dengan baik; yang kedua, kamera
itu harus dapat menghasilkan gambar yang diinginkan. Bila anda tidak dapat
mencari juru kamera dan anda sendiri kurang paham bagaimana memotret dengan
kamera yang rumit dapat digunakan kamera istamatic. Kamera yang rumit
memang lebih luwes dan dan mempunyai kemampuan yang lebih besar, tetapi
memerlukan keahlian yang cukup untuk menggunakannya. Namun kamera apa
pun yang anda gunakan bila anda atau juru kamera anda mau cukup hati-hati
dalam membuat komposisi gambar dan dalam memotretnya anda tentu akan
memperoleh gambar yang baik.
b. Film yang digunakan, Untuk membuat film bingkai digunakan film khusus untuk
film bingkai, misalnya kodachrome. Film untuk film bingkai ada yang berwarna
ada yang hitam putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara yang telah
maju memang film hitam putih dan berwarnalah memberikan perbedaaan
efektivitas belajar yang berbeda pada diri siswa. Namun biasanya film berwarna
lebih menarik untuk dilihat.Waktu membeli film perlu diperhatikan di mana
pengambilan gambar akan dilakukan. Film yang digunakan dengan sinar matahari,
lampu flash biasa dan lampu pijar biasa, berbeda dengan film yang digunakan
dengan mengambil sinar lampu neon. Hal lain yang perlu diingat waktu membeli
film ialah ASA dari film itu. bila anda akan mengambil gabar-gambar di pantai
atau di udara terbuka yang sinarnya terang ambil saja ASA yang sinarnya sedang
misalnya 64. tetapi bila anda akan mengambil gambar di tempat tertutup dengan
sinar lampu yang kurang terang, dan anda tidak ingin menggunakan flash gunakan
ASAnya tinggi, misalnya 1000.
c. Tiang penyangga untuk mengkopi (Copy stand), Bila anda akan memotret gambar
grafis atau caption, biasanya gambar tersebut diletakkan di atas meja dan gambar
diambil dari atas. Mengambil gambar seperti ini tanpa tiang penyangga sangat
sukar karena kita akan cendrung bergerak, sehingga gambarnya tidak akan tajam.
Untuk keperluan itu disediakan tiang penyangga khusus yang disebut copy
Stand. Di samping tiang penyangga itu anda memerlukan juga dua buah lampu
9
untuk memberi sinar objek yang akan difoto. Lampu tersebut juga diletakkan pada
tiang penyangga dan dipasang di sebelah kanan dan kiri gambar atau grafis yang
akan difoto.
d. Alat Perekam AudioUntuk merekam narasi dan bunyi-bunyi yang lain kalau
memungkinkan seyogyanya rekaman dilakukan di studio rekaman seperti yang
digunakan untuk merekam program audio.
Bila tidak dapat menggunakan fasilitas seperti itu, anda dapat merekamnya dengan
menggunakan mesin perekam biasa (tape recorder). Tentu saja mutu rekaman
seperti itu tidak akan sebaik kalau rekaman dilakukan dilakukan distudio. Bila
anda merekam dengan alat seperti itu sebaiknya rekaman dilakukan di kamar
tertutup pada malam hari pada saat suasana sunyi, sehingga tidak banyak suara-
suara tidak diperlukan ikut terekam.
3) Kerabat Kerja
Seperti halnya dalam produksi audio dalam produksi film bingkaipun diperlukan
seorang sutradara yang akan memimpin produksi dan yang bertanggung jawab atas
baik buruknya hasil produksinya.
Sutradara tersebut perlu dibantu oleh kerabat kerja yang terdiri dari:
- Seorang juru kamera yang terampil dalam menggunakan kamera 35 mm. Tugas
juru kamera ini mengambil gambar sesuai petunjuk sutradara.
- Seorang atau lebih seorang grafik artis ditugasi untuk membuat caption dan
menggambar benda, peristiwa, bagan, dan sebagainya yang akan dipotret. Grafik
artis ini harus telah menyelesaikan gambar-gambarnya sebelum saat produksi
tiba.
- Seorang atau dua orang oprator yang bertugas membantu sutradara dalam
merekam narasi dan musik.
- Pemain yang akan memperagakan prilaku-prilaku tertentu yang akan diambil
gambarnya sebagai model.
4) Pelaksanaan Produksi
Bila anda membuat program film bingkai tentunya anda perlu membuat
judul program film bingkai dibuat dengan membuat caption yang
10
bertuliskan judul film tersebut.Caption tersebut biasanya dituliskan pada
sebuah karton yang berukuran panjang: lebar = 4 : 3 cm.
Bila nama-nama penulis naskah, sutradara, dan kerabat kerja yang lain
akan di cantumkan di dalam program, nama-nama tersebut juga harus
dituliskan pada karton dengan ukuran seperti tersebut diatas.
Seringkali benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang perlu disajikan
melalui film-bingkai yang kita buat, sukar dijumpai. Dalam hal seperti itu
benda atau peristiwa itu harus digambar. Gambar-gambar itulah yang
nantinya kita potret.
Hampir semua jenis kamera dapat digunakan untuk memotret caption dan
gambar-gambar grafis. Namun lensa kamera yang anda pakai itu harus
ditambah dengan lensa close up. Anda dapat juga menggunakan lensa
makro. Bila anda menggunakan lensa close up, lensa close up tersebut
dipasang di ujung lensa kamera anda. Seringkali tidak cukup dengan hanya
menambah satu atau dua lensa close up. Bila ojek yang dipotret kecil, anda
perlu menggunakan lebih dari satu lensa close up. Bila anda ingin
menggunakan lensa makro, lensa pada kamera anda harus di lepas
digantikan dengan lensa makro itu.
Gambar grafis yang akan anda potret dapat diletakkan di atas meja. Di kiri
dan kanan gambar tadi perlu anda pasang dua dua buah lampu yang
memiliki reflektor. Lampu dipasang begitu rupa sehingga arah lampu itu
membentuk sudut 45 derajat dengan tiang penyangga kameranya. Sinar
dari kiri dan kanan itu harus sama. Tiang penyangga kamera ditempatkan
ditengah gambar begitu rupa sehingga kamerannya tepat berada diatas
gambar tersebut.
Sebelum mengambil gambar anda perlu ingat bahwa diagfrahma kamera
anda perlu diatur. Untuk mengambil gambar dengan menggunakan lensa
close up seyogyanya anda menggunakan pembuka lensa (lensa opening)
berukuran f/8, atau lebih kecil lagi. Untuk menyesuaikan kecepatan dengan
pembuka lensa tersebut, gunakan karton berwarna abu-abu. Tumpangkan
karton itu di atas gambar yang akan dipotret. Sinar pantulan dari karton
11
itulah yang anda ukur. Setelah karton abu-abu itu anda ambil mungkin
sekali light meter pada kamera anda akan berubah; hal tersebut tidak perlu
anda hiraukan. Ukuran sinar dari karton abu-abu tadi tidak akan sesuai
untuk gambar-gambar yang akan dipotret.
Pemotretan benda-benda atau peristiwa secara live, yaitu diambil dari
benda atau peristiwa sesungguhnya, dilakukan dengan cara seperti yang
biasa ditempuh dalam memotret.
Perlu diingat bahwa dalam memotret film bingkai, diagfragma harus kita
perbesar setengah stop. Misalnya jika pada saat diukur dengan light meter
diagfragma menunjukan angka 11, maka supaya hasil pemotratan terang
diagfragma perlu dibuka setengah stop lagi yaitu antara 8 dengan 11.
Untuk mengambil benda, orang atau peristiwa yang penting yang
pengambilannya sukar diulangi, misalnya tempatnya jauh, objeknya orang
besar dan sulit untuk ditemui, dan sebagainyadisarankan pengambilannya
dengan menggunakan rasio yang cukup.Artinya obyek tersebut diambil
beberapa kali dengan mengubah-ubah diagfragmanya, dan nanti hasil yang
terbaik itulah yang dipakai.
Kalau dalam pengambilan gambar ini sutradara dibantu oleh juru kamera
yang baik, sutradara cukup memberitahukan saja kepada juru kamera
gambar yang bagaimana yang ia kehendaki, bagaimana komposisinya,
lingkup pengambilannya apakah LS, MS, atau CU, sudut pengambilannya
apakah low, high atau eye level. Yang melaksanakan pengambilan gambar
adalah juru kameranya.
Bila pengambilan gambar telah selesai film tersebut perlu segera dibawa ke
laboratorium film untuk dikembangkan (develope, process). Bila kita dapat
mengembangkan sendiri tentu juga boleh dikembangkan sendiri. Tetapi
perlu diingat kalau jumlah film hanya sedikit biaya mengambangkannya
sendiri akan jauh lebih mahal daripada kalau kita bawa ke lab
film. Persoalannya, obat pengembang film itu akan rusak jika tidak segera
dihabiskan. Padahal kita tidak dapat membeli obat dalam jumlah yang
kecil.
12
5) Editing Film Bingkai
Setelah film dikembangkan film tersebut perlu kita edit. Pada bagian atas
pernah kita mengulas bahwa dalam mengambil gambar kita menggunakan
rasio yang cukup.Dengan demikian untuk setiap objek yang kita ambil, kita
akan mempunyai beberapa gambar. Di dalam editing ini gambar-gambar
itu kita perbandingkan dan kita ambil yang paling baik dan yang paling
susuai untuk program kita.
Editing ini dilakukan dengan menggunakan meja editing. Meja editing itu
adalah sebuah meja bagian atasnya dibuat dari plastik buram yang rupanya
seperti lampu neon.Dibawah meja dipasang lampu yang cukup terang.
Sehingga kalau lampu dinyalakan bagian atas meja itu akan menjadi
terang.
Di atas meja itu juga diletakkan sebuah papan plastik yang dipasang miring
kira-kira membuat sudut 120 derajat dengan bagian atas meja. Papan
plastik ini juga dibuat dengan bahan yang sama seperti bagian atas meja
tadi. Dibagian belakang papan plastik ini juga dipasang lampu yang cukup
terang. Pada permukaan papan plastik miring ini diletakkan sekat-sekat
memanjang, tempat meletakkan film supaya tidak jatuh.
Film yang telah selesai dikembangkan dipotong-potong dan diletakkan
diatas meja tadi. Bila lampu dinyalakan kita akan dapat melihat gambar
pada film tadi dengan jelas.Kalau gambar yang sama tadi kita jajar-jajar di
atas meja, kita dapat membandingkannya dengan mudah dan dapat
memilih gambar yang paling baik.
6) Memberi Bingkai Film
Film bingkai supaya mudah diproyeksikan ke layar harus diberi
bingkai. Bingkai ini ada yang dibuat dari plastik dan ada yang dibuat dari
plastik ada yang dibuat dari karton. Bingkai ini berukuran 5 x 5 cm. Bagian
dalam berjendela dengan ukuran 21/12 x 31/2 cm.
13
Film yang telah dipotong-potong tadi dipasang tepat pada jendela bingkai
itu.Kemudian diatas film tadi dipasang bingkai satu lagi, sehingga tepi film
tadi terjepin dua bingkai, sedangkan bagian yang bergambar terpasang rapi
di jendela.
Agar bingkai tadi tidak lepas harus dikunci. Pada bingkai karton yang
digunakan sebagai pengunci ialah lem. Pada bingkai plastik sudah ada
lubang-lubang penguncinya.Bila lubang-lubang itu ditekan dengan kuat,
bingkai itu akan melekat erat satu sama lainnya, sehingga film yang telah
dipasang tidak dapat bergeser-geser lagi.
Film-film yang telah diberi bingkai diletakkan di papan yang miring pada
meja editing itu. Film-film itu kita letakkan dengan urutan sesuai dengan
naskah yang telah disusun setelah urut bingkai tadi diberi nomor.
Cara menuliskan nomor adalah sebagi berikut:
- Kita pegang film bingkai tadi sehingga bagian yang
mengkilat menghadap pada kita. Gambar kita putar sehingga kepala
bingkai itu ada dibawah. Sekarang tuliskan nomor itu disudut kanan
atas dari bingkai film itu. Penomoran ini perlu kita lakukan secara
demikian karena kita akan menyajikan film dengan menggunakan
proyektor film tersebut harus dipasang dengan posisi terbaik.
7) Merekam Narasi
Narasi, musik dan sound effect pada program film bingkai harus sesuai
dengan visualnya. Karena itu dalam merekam bagian audio dari program
film bingkai kita harus sesuaikan denganurutan visualnya. Disamping itu
perlu juga diingat bahwa dalam penyajiannya nanti film bingkai
diproyeksikan ke layar satu persatu secara berurutan.Pergantian dari
bingkai yang satu ke bingkai yang lain itu memakan waktu beberapa
detik.Perlu diusahakan supaya narasi berhenti pada saat pergantian film
terjadi.
14
Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu
beberapa detik. Perlu diusahakan supaya narasi berhenti sejenak pada saat
pergantian terjadi.
Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu
beberapa detik untuk membaca makna visualisasi itu, setelah itu informasi
yang sekiranya sukar diperoleh dari gambaran visual itu saja diperjelas
dengan narasi. Untuk memudahkan dalam penyajian nanti, setiap kali raian
yang berkaitan dengan gambar tertentu selesai disampaikan perlu diberikan
bunyi bel sebagai tanda bahwa film bingkanya perlu diganti dengan ururtan
berikutnya.
Tanda bel yang diberikan di sini cukup pendek saja, misalnya berbunyi tut
tet atau ting. Setiap kali mendengar tanda bel ini orang yang menyajikan
film bingkai ini harus menekan tombol tertentu untuk mengganti film
bingkainya. Dengan menggunakan alat perekam khusus pergantian gambar
film bingkai ini dapat diatur secara otomatik. Dalam hal seperti ini tanda
bel tersebut di atas tidak diperlukan lagi. Tetapi perlu diingat bahwa dalam
penyajiannya nanti harus juga digunakan alat pemutar yang khusus juga.
B. Evaluasi Program Media
1. Pengertian Evaluasi Program Media Pembelajaran
Evaluasi program merupakan proses atau upaya untuk melakukan
pemberian, pengumpulan, dan penyediaan informasi tentang suatu program
yang telah dibuat. Informasi ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan bagi pengambilan keputusan dan menetukan kelanjutan dari
program tersebut.
S. Sadiman, dkk (1996:174) adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana media pembelajaran yang dibuat dapt mencapau tujuan
yang telah ditentikan sebelumnya.
15
2. Macam-macam Evaluasi
Adapun macam-macam evaluasi media media pembelajaran dapat kita bagi
menjadi dua bagian , yaitu :
1) Evaluasi Formatif
Prof. Dr. H. Anwar, dkk (2002:1967) evaluasi formatif yaitu suatu proses
untuk mengumpulkan informasi tentang aktifitas dan efesiensi penggunaan
media yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah mendaptkan data yang dibutuhkan, maka data tersebut akan
digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar dapat digunakan lebih efektif dan efesien .
2) Evalusi Sumatif
Evalusasi sumatif ini merupakan kelanjutan dari evaluasi formatif yang
telah dijelaskan diatas. Setelah data digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan suatu program evaluasi, kemudian data tersebut
digunakan untuk menentukan apakah media pembelajaran tersebut dapat
digunakan atau tidak pada situasi dan kondisi tertentu. Evaluasi semacam
inilah yang idsebut sebagai evaluasi sumatif.
3. Tahap-tahap Evaluasi
S. Sadiman, dkk (1996:174) ada tiga tahap dalam evaluasi formatif,
yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one) , evaluasi kelompok kecil (small
group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
1) Evaluasi Satu Lawan satu ( one tone)
Pada tahap ini dipilih dua orang siswa atau lebih sebagai sampel
yang dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Kedua
16
siswa yang dipilih tersebut hendaknya salah satu dari mereka adalah dianya
yang memiliki kemampuan umum dibawah rat-rata, dan satu orang lagi
memiliki kemampuan umum diatas rata-rata.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Jelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media
baru dan anda ingin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap
media yang anda buat tersebut.
b. Katakana kepada siswa bahwa apabila nanti mereka berbuat salah
bukanlah karean kekurangan mereka tetapi karena kekurangan media
tersebut, sehingga perlu diperbaiki.
c. Usahakan siswa bersifat santai dan bebas dalam mengemukaan
pendapat meraka tentang media pembelajaran
d. Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan siswa terhadap topic yang dimediakan
e. Sajikan media dan catat berapa lam waktu yang diperlukan siswa
untuk menyajikan atau mempelajari media tersebut. Catat pula
bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami,
apakah contohnya , penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukan
yang lain.
f. Berikan tes yang mengukur keberhasilan media tesebut (pst tes) dan
g. Analisis informasi yang terkumpul
Adapun informasi yang akan didaptkan melaui tahap ini
adalah kesalhan pemilihan kata atau uraian-uraian yang tidak jelas,
kesalahan dalam memilih lambang visual, kurangnya contoh , terlalu
banyak atau sedikitnya materi dan sebagaianya. Berdasarkan informasi
tersebut dapat dilakuka revisi sebelum diujicobakan.
Jumlah dua orang dalam kegiatan evaluasi ini adalah jumlah minimal,
setelah selesai kita bisa menggunakan pada banyak orang denga prosedur
yang sama.
2) Evaluasi Kompok Kecil
17
Pada tahap ini media diuji cobakan terhadap 10-20 orang siswa.
Jika media tersebut dibuat untuk siswa SMP kelas X maka pilihlah 10-20
orang siswa sari kelas X tersbut. Pemilihan siswa sebanyak 10-20 orang ini
dikarenakan jika kurang dari 10 data ynag akan didapatkan kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sebaliknya jika lebih dari 20 orang, data
yang akan didapatkan melebihi yang anda perlukan dan kurang bermanfaat
untuk dianalisis dalam evaluasi kelompok kecil ini.
Siswa yang dipilh hendaknya siswa-siswa yang dapat mewakili
karakteristik populasi. Maka hendaknya sisw-siswa yang dipilih tersebut
terdiri dari siswa yang kurang pandai, sedang dan pandai, laiki-laki dan
perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
Prosedur pelaksanaannya, yaitu:
a. Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan
membutuhkan umpan balik untuk menyempurnakannya.
b. Berikan tes awal (pretes) untuk mengukur kemampuan dan
pengetahuan siswa tentang topic yang dimediakan
c. Sajikan media atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media
tersebut
d. Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik selama
penyajian data
e. Serikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan dapat tercapai
f. Bagikan kuesioner dan minta siswa untukmengisinya, bisa
perlu isisdusikan dengan siswa. Beberapa pertanyaan yang dapat dan
perlu didiskusiakan dengan siswa adalah : menarik atau tidaknya
media tersebut, mengerti atau tidak siswa terhadap materi yang
disajikan oleh media tersebut, konsistensi tujuan dan materi program
g. Analisis data yang terkumpul.
Atas dasar umpan balik semua ini media disempurnakan.
18
3) Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan atau Field Evaluation adalah tahap akhir dari
evalusi formatif yang perlu dilakukan. Dalam melakukan evaluasi usakan
situasi semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya. Media yang telah
dibuat tentunya telah mendekati kesempurnaan karna telah melewati dua
tahap evaluasi. Lewat evaluasi lapangan ini media tersebut diuji
kesempurnaanya. Dalam pelaksanaanya, pilihlah 30 orang siswa dengan
berbagai karkteristik ( tingkat kemampuan, kelas, latar belakang, jenis
kelamin, usia, kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan
karakteristik populasi sasaran.
Prosedur pelaksanaanya yaitu:
a. Pilih 30 siswa yang benar-benar mewakli populasi target ( memiliki
tingkatan kemampuan dan keterampilan yang berbeda)
b. Jelaskan kepada sisewa tersebut maksufd uji lapangan dan apa yang
diharapkan pada akhir kegiatan. Usahakan siswa dalam keadaan relaks
dan berani mengemukaan pendapat/ penilaian. Jauakan annggapan
bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menguji kema,puan
siswa.
c. Lakukan tes awal untuk mengukur kemmpuan dan keterampilan siswa
terhadap materi yang akan diberikan
d. Sajikan media kepada siswa, bentuk penyajian sesuia dengan rencana
pembuatannya ( untuk kelompok besar, klompok kecil atau kelompok
mandiri)
e. Catat semua respon yang muncul dari siswa selama sajian diberikan,
demikain juga dengan waktu yang diberikan.berikantes untuk tes
untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah
dajian media tersebut. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan
hasil tes pertama (pre test) akan menunjukkan seberpa besar efektif
dan efesien media yang dibuat tersebut
19
f. Berikan kosioner dan minta siswa mengisi untuk mengetahui pendapat
atau sikap mereka terhadap media tersebut dan sajian yang
diterimnaya
g. Ringkas dan analisis data-data yang diperoleh dengan kegiatan-
kegiatan tadi : kemampuan awal, sekor tes awal dan tes akir, waktu
yang diperlukan , perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan
pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagaianya.
Atas dasar ini lah media diperbaiki dan semakin disempurnakan.
BAB III
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah penyusun makalah ini, kami sadar betul bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan
kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah
ilmu pengetahuan kita semua.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://ceritakuaja.wordpress.com/2014/06/08/metode-penelitian-pendidikan/
http://badrussalam-muchtar.blogspot.com/2011/12/makalah-penelitian-kualitatif-dan.html
22
http://muhammadnasikhul.blogspot.com/2014/01/makalah-penelitian-kuantitatif_7763.html
http://sorayadwikartika.blogspot.com/2014/04/metodologi-penelitian-pendidikan.html
23