8/2/2019 Diktat - Isi
1/46
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Geomorfologi
Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang
dapat diartikan perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi. Akan tetapi
secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu
meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang
terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di
bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar
pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973). Dalam bahasa
Indonesia banyak orang memakai kata bentangalam sebagai terjemahan
geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan
menjadi Ilmu Bentangalam.
Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka
bumi, umpamanya bila orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah
dapat dikatakan pula orang menceritakan geomorfologi daerah itu atau
bentangalam daerah itu.
Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari
roman muka bumi ini. Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi.
Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai
kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan
lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai
kata geomorfologi. Sering kedua kata itu dicampur-adukkan. Agaknya bagan pada
Gambar 1 dapat membantu membedakan kedua kata itu.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 1
8/2/2019 Diktat - Isi
2/46
1.2 Sejarah Geomorfologi
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu
yang lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu
jauh, HERODUTUS (485 425 S.M.) yang dianggap sebagai bapak sejarah
dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang
perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di
Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang
geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini antara lain ARISTOTLE, STRABO
dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alamsebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang
mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam
itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-
tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
JAMES HUTTON (1726 1797) dikenal sebagai bapak geologi modern
yang menerangkan gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat
kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang
menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat.
Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai
teori uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa
hari ini adalah kunci dari kejadian pada masa lampau atau istilah asingnya
adalah the present is the key to the past.
Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis,
yang hanya mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga
merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai
hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan
dengan besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi
kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa
pengaliran sungai secara matematika.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai
terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di
Diktat Geomorfologi Jilid 1 2
8/2/2019 Diktat - Isi
3/46
antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan
geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu,
sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang
geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi
Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh.
Gambar 1.1.Hubungan antara Geomorfologi dengan ilmu-ilmu lain
dan daerah gerak Geomorfologi
1.3 Konsep Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology
mengemukakan 10 konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:
i. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama
waktu geologi;
ii. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam
evolusi bentuk lahan (land forms);
iii. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-
proses geomorfologi yang berlangsung;
Diktat Geomorfologi Jilid 1 3
8/2/2019 Diktat - Isi
4/46
iv. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan
karakteristik proses yang berlangsung;
v. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land
forms yang terbentuk;
vi. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;
vii. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari
Pleistosen;
viii. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam
faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen;
ix. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses
geomorfik yang beragam;
x. Geomozrfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang
terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.
Gambar 1.2. Pengaruh erosi pada zona sesar menghasilkan bentuk bentang
alam yang khas (Strahler & Strahler, 1984)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 4
8/2/2019 Diktat - Isi
5/46
BAB 2
PROSES GEOMORFOLOGI
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu
benda-benda alam yang kita kenal dengan namageomorphic agent, berupa air dan
angin. Termasuk di dalam golongangeomorphic agentair ialah air permukaan, air
bawah tanah,glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama
mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir
atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan
kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman
muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal
luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai
lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga
asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam
sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah
bentuk roman muka bumi ini. Proses geomorfologi yang kita kenal dapat
diintisarikan seperti terlihat pada bagan di Gambar 2.1.
PEMBENTUKAN PENGRUSAKAN PENGANGKUTAN
Tenaga Asal dalam
Pembentukan struktur
Pembentukan
gunungapi
Tenaga Asal luar
Gradasi (perataan)
Pelapukan
Tenaga dari luar bumi
Jatuhan Meteorit
Tenaga Asal luar
Pengangkutan bahan (mass
wasting)
Erosi oleh:
Air permukaanAir bawahtanahGelombangArusAnginEs
Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisma, termasukmanusia
Gambar 2.1. Bagan proses pembentukan roman muka bumi
Diktat Geomorfologi Jilid 1 5
8/2/2019 Diktat - Isi
6/46
Gradasi (gradation) adalah proses permukaan bumi menuju perataan.
Perataan pada bidang yang lebih tinggi letaknya daripada bidang mula asalnya
misalnya dengan adanya penumpukkan bahan-bahan dinamakan dengan proses
agradasi (agradation). Sedangkan sebaliknya yaitu pemindahan bahan-bahan dari
bidang permukaan itu dinamakan degradasi (degradation)
2.1 Degradasi
Proses degradasi yang telah kita kenal dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pelapukan, pengangkutan bahan, dan erosi. Berikut ini ketiga proses tersebutdibahas secara umum.
a. Pelapukan
Berdasarkan beberapa definisi dari para pakar (Strahler & Strahler, 1984;
Thornburry, 1969; Cargo & Mallory, 1974; Von Engeln, 1960; dll.) dapat
disimpulkan bahwa pelapukan adalah proses penghancuran batuan atau
permukaan bumi oleh proses kimia, fisika, dan biologi. Pelapukan sering disebut
pula sebagai proses desintegrasi atau dekomposisi. Dari ketiga macam proses
degradasi yang telah disebutkan, pelapukan dianggap sangat penting karena dapat
mempercepat kedua proses lainnya.
Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan
karena berhubungan dengan udara, air, dan organisma. Pelapukan digolongkan
sebagai pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung
kepada penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik, tenaga yang berupa tekanandan temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan pada
pelapukan kimiawi reaksi kimia menyebabkan perubahan pada komposisi kimia
batuan. Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil
yaitu dengan pemecahan atau desintegrasi. Penyebab terjadinya desintegrasi dapat
berupa pengembangan karena berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal,
pengembangan dan pengerutan karena pemanasan dan pendinginan, serta
pengisian koloid. Batuan sangat sering pecah melalui bidang pelapisannya oleh
Diktat Geomorfologi Jilid 1 6
8/2/2019 Diktat - Isi
7/46
karena bidang ini lemah. Proses ini dinamakan exfoliation. Gambar 2.2
memperlihatkan proses pelapukan batuan yang dikenal dengan pelapukan
mengulit bawang.
Gambar 2.2. Proses pelapukan pada fragmen breksi vulkanik yang tersingkap di
tepi jalan Majalaya Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pelapukan kimiawi dapat disebabkan karena oksidasi, hidrasi, dan karbonisasi.
Dengan proses oksidasi batuan kemudian mempunyai volume yang lebih besar
atau mengembang dan berat jenisnya menjadi kecil. Oksidasi pada batuan yang
mengandung besi menghasilkan hematite yang berwarna coklat kekuning-
kuningan. Hidrasi menghasilkan perubahan volume pada tiap molekul batuan
yang disebabkan oleh masuknya air. Akibat perubahan volume ini maka batuan
mengelupas menghasilkan keratan-keratan yang tipis-tipis. Pada proses
karbonisasi, terbentuk karbonat sebagai hasil reaksi asam karbonat dengan
mineral pada batuan. Batuan yang mudah larut seperti batugamping akan
mengalami proses karbonisasi ini. Asam karbonat terbentuk karena udara yang
mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan adanya air. Gambar 2.3 berikut ini
menggambarkan reaksi yang terjadi dalam pelarutan batugamping. Dengan reaksi
ini pelapukan kimia berlangsung yang mengakibatkan proses pelarutan pada
batugamping terjadi.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 7
8/2/2019 Diktat - Isi
8/46
CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2
(batugamping) (air) (udara) (larut)
Gambar 2.3. Reaksi kimia pada proses pelarutan batugamping
Pelapukan organik sebenarnya merupakan kombinasi antara kedua jenis
pelapukan yang telah diuraikan sebelumnya, disebabkan karena tumbuh-
tumbuhan ataupun makhluk hidup, misalnya akar pepohonan, cacing, dsb. Baik
larutan kimia maupun energi yang dihasilkan oleh organisme, dapat mempercepat
proses pelapukan batuan.
Pelapukan batuan di satu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi
umat manusia. Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak
sehingga memudahkan umat manusia untuk mengelola suatu bentang alam
tertentu menjadi lahan budidaya (misalnya lahan pertanian). Gambar 2.4
menunjukkan proses pembentukan tanah akibat adanya pelapukan batuan.
Gambar 2.4. Pembentukan tanah akibat proses pelapukan batuan
(Strahler & Strahler, 1984)
b. Pengangkutan (mass wasting)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 8
8/2/2019 Diktat - Isi
9/46
Pengangkutan bahan-bahan (mass wasting) adalah pengangkutan material
hasil proses pelapukan oleh agent-agenttertentu. Pada proses pengangkutan, gaya
berat dan air memegang peranan yang sangat penting. Pengerahan bahan-bahan
ini dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat. Berdasarkan kecepatannya
dan jumlah air yang mengangkutnya orang mengenal tanah longsor, debris
avalanches, aliran tanah, aliran lumpur,sheetfloods, danslopewash. Pada Gambar
2.5 berikut ditampilkan bagan yang menjelaskan jenis-jenis pengangkutan yang
terjadi di permukaan bumi.
M E N G A L I R
LONGSOR RUNTUHMENGALIR
PERLAHANMENGALIR CEPAT
RAYAPAN- Rayapan tanah- Rayapan talus- Rayapan batuan- Rayapan batuan
karena glecier
BANJIR
LUMPUR(Solifluction)
ALIRAN TANAH
ALIRAN LUMPUR
LONGSOR/ RUNTUHANSALJU (debrisavalanche)
NENDATAN (slump)
LONGSORAN(slide)
JATUHAN (debrisfall)
LONGSOR BATUAN
(rock slide)JATUHAN BATUAN(rock fall)
RUNTUH(subsidenc
e)
Gambar 2.5. Bagan pengangkutan bahan
Gambar 2.6. Fenomena longsor di Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
c. Erosi
Diktat Geomorfologi Jilid 1 9
8/2/2019 Diktat - Isi
10/46
Erosi berasal dari kata Latin erodere, artinya mengerkah atau
mengampelas. Seperti arti asalnya, erosi adalah proses pengerkahan atau
pengumpulan bahan-bahan terutama oleh air. Proses pelapukan dapat
mempercepat proses erosi. Orang awam sehari-hari mengartikan erosi sebagai
pengrusakan dan pengangkutan bahan-bahan dari tanah penutup. Dalam arti
geologi erosi lebih tepat untuk dipakai sebagai proses pengampelasan baik batuan
segar maupun lapukan atau tanah penutup.
Definisi erosi cukup beragam, namun dapat disimpulkan bahwa erosi
merupakan proses di permukaan bumi yang berlangsung secara gradual yang
diakibatkan oleh aktivitas air, angin, salju maupun media geologik lainnya
(SCSA, 1976, dalam El-Swaify et. al., 1982; Strahler & Strahler, 1984; Field &
Engel, 2004). Arnoldus (1974, dalam El-Swaify et. al., 1982) mengusulkan
klasifikasi erosi secara umum menjadi erosi geologi (geological erosion) dan erosi
yang dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi terjadi secara alami,
umumnya berlangsung dalam jutaan tahun dan seimbang dengan perubahan-
perubahan di alam. Erosi yang dipercepat diakibatkan oleh aktivitas manusia,
umumnya bersifat mengubah kondisi alami secara drastis.
Erosi yang diakibatkan oleh pengerjaan air dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu (Van Zuidam, 1983), yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi
lembaran ( sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi selokan (gully
erosion).
Erosi percikan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan ketika tetes-tetes
hujan jatuh ke permukaan batuan/tanah. Besarnya material yang tererosi akan
setara dengan besarnya energi yang dihasilkan oleh percikan air hujan tersebut.
Erosi lembaran didefinisikan sebagai perpindahan serentak material batuan/tanah
membentuk lapisan tipis mengikuti arah kemiringan lahan.Erosialur merupakan
bentuk erosi yang paling umum, terjadi ketika material batuan/tanah dipindahkan
oleh air yang menyisakan bentuk alur di permukaan. Erosi selokan merupakan
pengembangan lebih lanjut dari tahapan erosi alur, berukuran lebih besar
dibandingkan alur yang terbentuk akibat erosi alur.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 10
8/2/2019 Diktat - Isi
11/46
Gambar 2.7. Ilustrasi bentuk-bentuk utama erosi oleh air, A.gully erosion danB. rill and interrill erosion (El-Swaify et. al., 1982)
2.2 Agradasi
Agradasi yaitu penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya
angkut berhenti, misalkan karena lereng tempat berlangsungnya pengangkutan
tidak lagi berlanjut melainkan berubah menjadi datar. Maka pada tempat tersebut
akan terjadi penumpukan bahan dan permukaan tanah menjadi lebih tinggi
dibanding dengan permukaan asal.
Gambar 2.8. Bentuk lahan erosional dan deposisional (Strahler & Strahler, 1984)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 11
8/2/2019 Diktat - Isi
12/46
Contoh yang paling baik dari agradasi adalah pengendapan aluvium dan
endapanglacier. Endapan aluvium dapat dikenal bermacam-macam pula, sebagai
contoh endapan talus, kipas aluvium (aluvial fan) dan kolovium (Gambar 2.8 dan
2.9).
Gambar 2.9. Profil ideal kipas aluvial, menunjukkan lapisan-lapisan mudflow
(aquicludes) berselingan dengan lapisan-lapisan pasir (aquifers)(Strahler & Strahler, 1984).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 12
8/2/2019 Diktat - Isi
13/46
BAB 3
SIKLUS PERKEMBANGANSUNGAI
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, air merupakan unsur pelaksana
utama pengrusakan tenaga asal luar. Suatu daerah pertama-tama akan terangkat
oleh tenaga asal dalam dan proses ini dinamakan proses pembentukan. Sedangkan
pada proses yang dilakukan oleh air permukaan dinamakan proses pengrusakan.Keduanya pada akhirnya bekerja dalam satu hubungan yang erat yang dinamakan
siklus: Pengrusakan Pengangkutan Pengendapan Pembentukan.
Di daerah beriklim tropik lembab yang mempunyai angka curah hujan
tinggi seperti Indonesia, peranan air permukaan ini sangat penting.
3.1 Lembah
Permukaan lereng mula-mula dikikis atau dierosi membentuk lembah kecil
(gully). Bila tidak, air mengikis daerah yang luas bersama-sama sehingga tidak
terbentuk lembah kecil tersebut. Erosi semacam ini dinamakan erosi memipih atau
lembaran (sheet erosion). Gully lambat laun berubah menjadi lembah yang makin
lama makin dalam. Lembah muda ini biasanya berbentuk huruf V (V shape
valley), dasar lembah sempit dan lerengnya terjal. Lembah yang dewasa (mature)
dan tua (old) membentuk diri menyerupai huruf U yaitu dengan dasar lembah
yang makin rata. Bentuk lembah yang demikian ini dapat pula terjadi akibat
pekerjaan es (glacier).
Selain air itu sendiri yang bekerja mengikis secara vertikal di bagian hulu,
tepi lembah serta dasar lembah, juga bahan-bahan yang dibawanya ikut
mengampelas dasar sungai atau lembah itu sehingga makin lama makin dalam.
Kemampuan mengampelas ini ada batasnya yaitu apabila air sudah tidak bergerak
lagi, atau bilamana mencapai muka laut. Oleh karena itu permukaan ini
dinamakan orang erosion base level. Di bawah muka ini tidak terjadi erosi.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 13
8/2/2019 Diktat - Isi
14/46
Dengan begitu profil dasar sungai atau lembah akan mempunyai bentuk tertentu
apabila sudah mencapai keseimbangan yang pada umumya membentuk kurva
yang cekung perlahan-lahan. Kadang-kadang sebuah danau atau waduk menahan
jalannya air dan menghentikan aktivitas pengampelasan. Karena itu maka air
waduk atau air danau itu dinamakan batas dasar sewaktu-waktu atau setempat
(temporary or local base level).
Tabel 3.1. Tipe lembah dan proses pembentukannya (Van Zuidam, 1983)
Basic valleytype
Modifiedvalley type
Formationprocesses
Secondarycharacteristics
Smooth, widevalley: cradleshaped
Runoffconcentrated in asingle channel;either lowerosional force orthe rate of debrisaccumulation islarger than therate ofdegradation
Smooth, V-shapedand U-shapedvalleys can beclassified accordingto their form, i.e.
V-shapedvalley
Vertical rivererosion
Smooth form Erosion along theupper valley slopeand accumulationat the bottom ofthe valley slope is,or has been,considerable
Asymmetrical form:asymmetry may becaused bydifferences in rocktype and/or rockstructure on eitherside of the valley,influence ofdifferential erosionon tilted beds,exposure towardsthe sun or dominant
wind direction (inconnection withaeolian activity andrain storms), andtectonicmovements.
Sharp form Strong verticalerosion which mayoccur in recentlyuplifted areas.Rock and climate
conditions must,however, also beconsidered
Symmetrical form:symmetrical formwill be developed ifthe abovementioned causesare either
insignificant or have
Diktat Geomorfologi Jilid 1 14
8/2/2019 Diktat - Isi
15/46
equal influence onboth sides of thevalley.
U-shapedvalley
Pause after aperiod of strongvertical erosion, orriver has followeda gapping fracture,or has stoppedupon reachinghard rock,reducing the rateof vertical erosion.Usually the U-shaped valley is
partly infilled withsediment.
smooth formsharp form
See above:V-shaped valley
Keseimbangan dan bentuk profil dasar lembah atau sungai yang ideal
terbentuk jika kekerasan batuan sama di semua tempat (homogen) yang dilalui
sungai tersebut. Di alam, keadaan yang demikian jarang dijumpai. Batuan keras
akan menonjol dan dinamakan titik jendul (nick point) yang akan menyebabkan
pula terbentuknya permukaan dasar erosi setempat di tempat tersebut.
3.2 Pola pengaliran
Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya
atau hubungan antara air permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah.
Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola ataupattern.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 15
8/2/2019 Diktat - Isi
16/46
Gambar 3.1. Foto udara high oblique sinklin Silat, Kalimantan, Indonesia(Verstappen, 1977)
Kekerasan batuan di permukaan bumi berlainan di satu tempat dengan
tempat lainnya yang tentu saja akan membentuk beraneka ragam jenis pola
pengaliran. Kenampakan tersebut dapat dengan jelas dilihat pada peta topografi
dan potret udara atau citra satelit. Dari bentuk atau jenis pola itu orang dapatmenafsirkan jenis batuan atau gejala struktur geologi lainnya (Gambar 3.1).
Pola pengaliran dasar yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 (Howard,
1967; dalam Van Zuidam, 1983), yaitu:
1. Pola pengaliran mendaun (dendritik) terjadi karena kekerasan
batuan relatif sama (homogen) dan lereng tidak terlalu curam. Hubungan antar
satu sungai dengan sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan cabang-
cabangnya. Bila sudut antara tiap-tiap cabang sama, maka dinamakanpinnate.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 16
8/2/2019 Diktat - Isi
17/46
2. Pola pengaliran sejajar (paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran
dendritik tetapi lereng agak terjal sehingga air bergerak dengan cepat dan
tidak sempat bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.
3. Pola pengaliran menangga (trellis) terdapat di daerah yang terlipat.
Kekerasan batuan yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras
mengakibatkan sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong batuan
keras dan menyusuri batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila
menyusuri bagian lemah yang sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan
konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai yang sejajar
dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah
anak sungai yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat
memberi keterangan tentang daerah terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.
4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang
telipat dan lipatannya membentuk kubah (dome).
5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat
ataupun gunungapi. Terutama pada daerah bergunungapi, pola ini sangat
sering dijumpai dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-sungai
mengalir dari satu pusat ke segala arah, memancar (radial) atau disebut juga
centrifugal.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 17
8/2/2019 Diktat - Isi
18/46
Gambar 3.2. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 18
8/2/2019 Diktat - Isi
19/46
Bila sebaliknya yaitu pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat)
disebut dengan pola pengaliran centripetal.
6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatah-
patah atau banyak terdapat retakan sehingga sungai terpengaruh oleh letak
retakan-retakan tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut antara
sungai-sungai itu runcing, maka pola pengaliran dinamakan angulate.
Sedangkan bila bersudut hampir tegak dinamakan rectangular. Pola
pengaliran jenis ini sangat penting peranannya dalam menganalisis struktur
geologi suatu daerah untuk eksplorasi mineral.
7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya
menemukan pola pengaliran deranged atau contorted yaitu pola yang
memperlihatkan aliran sungai yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak
jelas, bercampur baur dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar
Banjarmasin, pola pengaliran sungai semacam ini sering dijumpai.
8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan
karstyang didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran
sungai yang tidak menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat
adanya proses pelarutan.
3.3 Meander
Bila sungai berada jauh di atas permukaan dasar erosi (erosion base level)
maka tenaga erosi tegak (vertical erosion) jauh lebih besar dari pada tenaga erosi
horisontal. Akan tetapi segera air mendekati permukaan dasar ini sehingga tenagatersebut menjadi berimbang dan akhirnya tenaga horisontal akan menjadi lebih
besar.
Proses tersebut mengakibatkan pengikisan tidak berjalan tegak atau ke
bawah melainkan mendatar atau ke samping mengakibatkan sungai menjadi
berbelok-belok. Sungai yang berbelok-belok membentuk huruf U ini dinamakan
sungai bermeander. Kadang-kadang suatu meander berbentuk sedemikian rupa
sehingga membentuk danau tapal kaki kuda (oxbow lake). Pengendapan terjadi di
Diktat Geomorfologi Jilid 1 19
8/2/2019 Diktat - Isi
20/46
belakang arus suatu meander yang terlindung, di sini tepi sungai bertambah dan
bekas pertumbuhan meander itu (meander scroll) masih terlihat. Gambar 3.3
menunjukkan beragam bentuk lahan yang terbentuk di sekitar sungai bermeander.
Gambar 3.3. Bentuk lahan di sekitar sungai bermeander
(Gregory & Walling, 1979; dalam Van Zuidam, 1983)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 20
Cut-off
Backswamp
Crevasse
splay
Clay
plug
Oxbow
Lake
Levee
Point Bar
Terrace
FLOOD
PLAIN
8/2/2019 Diktat - Isi
21/46
3.4 Endapan sungai
Endapan sungai terjadi karena daya angkut air berkurang akibat mendekati
permukaan dasar erosi ataupun karena perubahan arus. Pengendapan membentuk
apa yang disebut endapan sungai nusa ataupun bar. Berdasarkan bentuk nusa dan
letaknya dapat menafsirkan arah aliran sungai (Gambar 3.3).
BAB 4
Diktat Geomorfologi Jilid 1 21
8/2/2019 Diktat - Isi
22/46
BENTANGALAM
DAERAH TERLIPAT
Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang
dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan
berada dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan
mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan
perlapisannya terletak secara horisontal.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas
letaknya maka dengan sendirinya makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut
dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada
daerah itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya
tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin
maupun sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan
batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka
batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan
mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan
bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini
memanjang sejajar dengan arah pelapisan.
Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah
dan sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur
geologi yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat
dengan mudah pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.
4.1 Pola pengaliran dan perlembahan
Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak.
Di daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan
sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak acapkali
Diktat Geomorfologi Jilid 1 22
8/2/2019 Diktat - Isi
23/46
Gambar 4.1. Tahapan perkembangan erosi pada bentang alam terlipat. An =
antiklin, Sy = sinklin, L = danau, AV = lembah antiklinal, SV = lembah sinklinal,
WG = watergap, AM = pegunungan antiklinal, SM = pegunungan sinklinal
(Strahler & Strahler, 1984)
terjadi. Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit
yang memanjang menggambarkan pelapisan batuan (Gambar 4.1). Lapisan yang
terlipat membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari
penyebaran lembah dan bukit-bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat
jelas dari pola penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat
penunjaman atau dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 23
8/2/2019 Diktat - Isi
24/46
Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah
pola pengaliran menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang
lalu. Pada pola ini dikenal adanya sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen, dan
resekuen.
Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang
terangkat, maka sungai ini akan mengikis lebih dalam dan membentuk lembah
yang sempit. Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di lembah tepi sungai ini.
Sungai semacam ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh
sungai Cikapundung yang memotong sesar Lembang di Maribaya.
Bila bentuk pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar
menggambarkan dome atau kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali
antiklin atau sinklin. Di Indonesia, kemungkinan ke dua lebih sering dijumpai.
Daerah bentangalam terlipat yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem
perlembahan dan perbukitan yang khas seperti diuraikan di atas dapat dijumpai
sepanjang bagian Timurlaut Sumatera, pegunungan Kendeng dan Rembang,
Madura, dan Kalimantan Timur.
4.2 Perbukitan atau punggungan (ridge)
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat
memanjang dan menggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk
perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh
diukur besar kemiringannya.
Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira sekitar 45 akan
menghasilkan kedua lereng pegunungan yang sama terjal. Punggungan semacam
ini dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai pada umumnya menghasilkan
bukit atau punggungan yang tidak simetris, salah satu lerengnya lebih landai.
Lereng yang landai ini biasanya memperlihatkan arah dip, sedangkan lereng yang
terjal menunjukkan arah sebaliknya. Pada lereng ini kemiringan (dip) dapat
diukur. Bentuk punggungan semacam ini dinamakan cuesta. Cuesta dengan
mudah dapat dikenal pada peta topografi atau pun pada potret udara dan citra
satelit.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 24
8/2/2019 Diktat - Isi
25/46
Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan
tempat terkumpulnya atau perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya
persyaratan-persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi harus terpenuhi.
Sebagai contoh dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang,
Madura-Kangean, dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentukdome (kubah
garam) di Pantai Teluk Meksiko (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai
tempat terkumpulnya minyak bumi.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 25
8/2/2019 Diktat - Isi
26/46
BAB 5
BENTANGALAMDAERAH TERSESARKAN
Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi
yang berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke
permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat
itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui
bentuk bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu
daerah.
Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau
sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah
pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang patahan bergerak
relatif ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser
jurus dan sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadibersesuaian dengan arah jurus. Gerakan ini adalah gerakan mendatar. Bila blok
relatif bergerak ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan, dinamakan
sinistral, sedangkan sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang
dijumpai di alam merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.
5.1 Gawir (scarp)
Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas
pada bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak,
dan biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang
tersesarkan atau retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.
Pada sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp)
yang berupa dinding miring. Pada dinding ini biasanya orang menemukan garis-
garis geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada umumnya
dinding ini memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa
Diktat Geomorfologi Jilid 1 26
8/2/2019 Diktat - Isi
27/46
bagian telah dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets.
Fenomena ini diperlihatkan oleh Gambar 1.2 pada BAB 1. Pada Gambar 5.1
tampak bentuk bentangalam akibat pensesaran.
Gambar 5.1. Beragam bentuk bentang alam akibat tektonik
(Strahler & Strahler, 1984)
Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan
bagian yang turun membentuk lembah. Gawir dan triangular facets terdapat
pada kedua dinding lembah itu. Lembah ini berukuran jauh lebih besar daripada
lembah yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata. Sistem
pergeseran yang turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 27
8/2/2019 Diktat - Isi
28/46
Contoh graben yang terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di
Sumatra.
Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama
lainnya. Sesar menangga (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti
tangga rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan berundak-undak. Kadang-
kadang sesar majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama
lainnya. Sesar semacam ini dinamakan echelon.
Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin dengan jelas pada
gawir yang menyembul di permukaan bumi.
5.2 Pola pengaliran
Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan
daerah lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem
pengaliran air permukaan atau drainage pattern. Pola pengaliran menyudut
(angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak
patahan dan retakan yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk
sudut 45 pada pola pertama, dan 90 pada pola yang disebut terakhir. Biasanya
sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat pada batuan granit, batugamping,
dan batuan terlipat yang menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai
penyebab lipatan tersebut.
Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung
pengaliran dan membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai
Cikapundung yang pada mulanya tersebar di kaki gunung Tangkubanperahukemudian menabrak gawir sesar Lembang yang membentang barat-timur melalui
tepi selatan kota Lembang dan Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan
sepanjang sesar dan bersatu kembali untuk bersama-sama menerjang gawir di
daerah Maribaya dan membentuk kembali sungai Cikapundung yang kemudian
mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian dapat digolongkan sebagai pola
pengaliran sub-menangga (sub-trellis).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 28
8/2/2019 Diktat - Isi
29/46
Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu
sesar itu mulai terjadi, maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti
kemudian membelah mengikuti patahan untuk sementara, kemudian
meninggalkan sesar itu lagi meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada peta
topografi dan potret udara / citra satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat
dilihat dengan jelas, sehingga apabila melihat bentuk sungai yang demikian maka
dengan mudah dapat ditafsirkan kemungkinan adanya patahan geser-lurus yang
masih aktif. Contoh sesar demikian di Indonesia ialah sesar sepanjang Bukit
Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di
Sulawesi Utara.
Gambar 5.2. Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran
di sekitar sesar Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
(atas perkenan Sidarto, P3G, 2004)
Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi
banyak mineral-mineral berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama
pada perpotongan sesar-sesar. Ini terutama disebabkan daerah itu merupakan
daerah lunak dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses
hydrothermal yang menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang
terkenal di Nevada, Amerika Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan
sistem persesaran, demikian pula halnya di Alaska. Dengan mengetahui pola
Diktat Geomorfologi Jilid 1 29
8/2/2019 Diktat - Isi
30/46
pengaliran, dapat dianalisis sistem persesaran, dengan demikian dapat pula
meramalkan dan menemukan endapan mineral berharga.
Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun
biasa. Mataair panas dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat
melalui pengembangan pariwisata. Mataair biasa sangat penting peranannya untuk
kehidupan manusia dan pertanian.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 30
8/2/2019 Diktat - Isi
31/46
BAB 6
BENTANGALAM KARST
Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan
banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan
batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk
bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya,terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan
mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta
topografi maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentangalam ini terutama
memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-
bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst
tersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa
negara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat
(Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu
pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.
Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di
pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon
Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa
daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karstditemukan di Kepala
Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di
Sumatera Selatan dan Aceh.
6.1 Terjadinya bentuk bentangalam karst
Bentangalam karstterbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan
membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang
tersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping
Diktat Geomorfologi Jilid 1 31
8/2/2019 Diktat - Isi
32/46
dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat
penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang
mempunyai curah hujan cukup.
Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai
jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat menciptakan keadaan ini. Air yang
mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini
diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 H2CO3
2H2CO3 + CaCO3 Ca(HCO3)2 + H2
(larut) (gas)
Gambar 6.1. Reaksi kimia dan keseimbangannya
pada proses pelarutan batugamping
Bila Ca(HCO3)2
terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2
dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan
terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian
menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua di
daerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis
endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapat diperoleh
apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu
menggantikan udara yang berada di dalam gua.
6.2 Karakteristik bentangalam karst
Gejala-gejala yang khas sebagai karakteristik bentangalam karst
diantaranya adalah terra rossa, lapies, sinkholes, dll (Thornbury, 1969). Berikut
ini pembahasan secara umum karakteristik tersebut.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 32
8/2/2019 Diktat - Isi
33/46
a. Terra rossa dan lapies
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian- bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan terbentuk
persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna
merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa (Gambar 6.2). Sisa
yang masih mengandung banyak karbonat biasanya berwarna hitam atau
merupakan pelapukan batugamping. Bila batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-
sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan menghasilkan bentuk
permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas
pelarutan. Bentuk bentuk tersebut dinamakan lapies (Gambar 6.3).
Gambar 6.2. Terra rossa di bagian atas batugamping, beberapa kekar tampak
makin melebar akibat proses pelarutan (Thornbury, 1969).
Gambar 6.3. Kenampakan lapies di dekat Mitchell, Indiana, USA
(Thornbury, 1969).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 33
8/2/2019 Diktat - Isi
34/46
b. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktitdan
stalakmit.
Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak,
terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-
retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di
sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk
lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa
Serbia dolines) bila bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang.
Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum menjadi sungai bawah tanah
dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya
sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber
air (spring) atau pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan
sering dipakai sebagai sumber pengairan. Kadang-kadang tidak terlihat adanya
lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air terkumpul dari
banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada
lagi maka terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua
dapat juga terbentuk oleh karena doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di
dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan di muka, akan
terbentukstalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan
stalagmites yang tumbuh di bagian lantai gua.
c. Bukit kerucut (conical hills)
Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian
yang keras, misalkan relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan
membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-daerah yang lemah karena retakan
berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline
lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills,pepino
hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba)). Bentuk ini merupakan bentuk yang
paling mantap dan tahan terhadap pelarutan dan erosi.
Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan
pun biasanya teratur pula dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini
Diktat Geomorfologi Jilid 1 34
8/2/2019 Diktat - Isi
35/46
biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu daerah karstdan kemudian untuk
mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah tersebut.
Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-
bukit ini dikenali, terutama karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga
tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan 1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit
ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.
Gambar 6.4. Ilustrasi bentangalam karst di Indiana bagian selatan, USA
(Thornbury, 1969)
Potensi ekonomi di wilayah karstdiantaranya endapan fosfat, terra rossa,
dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi
kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat
dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi
ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk
pengambilan aluminium yang mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat
sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu
bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil
(pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan
kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan
jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan
menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan.
Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus
memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan
batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 35
Karst valley Blind Sinkholes
Uvala
Sinkingcreekeep y
intrenc e
8/2/2019 Diktat - Isi
36/46
BAB 7
BENTANGALAM PANTAI
Bagian ini terutama akan membicarakan bentuk-bentuk geomorfologi
pantai beserta cara terjadinya dan penyebabnya. Selain pantai laut juga akan
disinggung tentang pantai danau.
Ada tiga macam gerakan air laut yang menyebabkan proses gradasi pada permukaan bumi, yaitu gelombang, arus, dan pasang-surut. Pasang surut
sebenarnya sangat sedikit pengaruhnya.
Angin adalah penyebab utama terjadinya gelombang. Kecepatan, besarnya
daerah yang tertiup angin (fetch), dan lamanya angin bertiup menentukan
besarnya gelombang. Istilah-istilah yang dipakai dalam mengukur besarnya
gelombang sama dengan istilah yang dipakai dalam ilmu fisika, yaitu panjang
gelombang, tinggi gelombang, dan waktu gelombang (getaran), serta kecepatan
gelombang. Oleh karena fetch di danau pada umumnya tidak cukup luas, maka
gelombang besar jarang terjadi. Gelombang paling besar yang pernah tercatat,
yaitu yang mempunyai tinggi gelombang sebesar 16 meter, ditimbulkan olehfetch
paling tidak sebesar 1000 kilometer (Kuenen, 1950; dalam Thornbury, 1969)
Ada dua macam gelombang yang dikenal yaitu gelombang osilasi (wave
of oscillation) dan gelombang translasi (translation). Yang pertama terjadi di
tempat-tempat yang dalam sehingga dasar lautan tidak berpengaruh terhadap
gelombang ini. Sedangkan yang kedua terjadi di tempat-tempat yang dangkal di
tepi pantai. Pada gelombang pertama tidak terjadi gerakan air secara mendatar,
akan tetapi pada gelombang translasi gerakan air yang dominan adalah gerakan
mendatar sehingga terjadi pengikisan terhadap pantai dan dasar laut dangkal.
Perubahan antara kedua jenis gelombang itu menimbulkan pengosongan dan
pengumpulan massa air, karena itu di sini gelombang menjadi pecah atau rebah
(surf). Tempat ini menunjukkan perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang
translasi mempunyai dua fungsi yaitu pengikisan pantai dan pengendapan kembali
Diktat Geomorfologi Jilid 1 36
8/2/2019 Diktat - Isi
37/46
di tempat-tempat yang rendah serta pengikisan dasar pantai yang terletak di atas
dasar gelombang (wave base). Dasar gelombang adalah tempat terdalam, yang
mana pengaruh gelombang masih terasa. Pengikisan dasar pantai pada waktu air
bergerak ke arah pantai dinamakan debak (wash), sedangkan pada waktu kembali
menjauhi pantai disebut pencucian balik (backwash) ditampilkan pada Gambar
7.1 di bawah ini.
Gambar 7.1. Ilustrasi wash dan backwash akibat pergerakan air di pantai(Strahler & Strahler, 1984).
Selain oleh angin gelombang dapat ditimbulkan pula oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Acapkali gelombang itu mempunyai ukuran yang besar
dan dapat melanda pantai serta menimbulkan banjir dan bencana di daerah pantai.
Gelombang semacam ini dinamakan tsunami. Pada 26 Desember 2004 telah
terjadi tsunami di lepas pantai NAD dan Sumatera Utara dengan sumber
gempabumi terletak sekitar 149 arah selatan dari Meulaboh. Ketinggian
gelombang tsunami mencapai 2-10 m. Gempabumi penyebab tsunami diketahuimemiliki kedalaman pusat gempa sekitar 20 km di bawah Samudera Hindia.
Beberapa pusat pengukuran gempabumi menaksir kekuatan gempa mencapai 6,9
9,1 R. Wilayah yang terkena bencana meliputi Srilanka, India, dan Indonesia
(Gambar 7.2). Indonesia merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling
parah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 200 ribu orang (Gambar 7.3).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 37
8/2/2019 Diktat - Isi
38/46
Gambar 7.2. Penyebaran pengaruh tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004di kawasan Asia Selatan (Sudradjat, 2005)
Gambar 7.3. Kerusakan akibat tsunami
di kawasan Penayung, Banda Aceh, NAD (PR, 2005).
Arus (current) dibedakan dari gelombang oleh karena di sini terjadi
pemindahan massa air. Penyebabnya bermacam-macam, akan tetapi yang
mempunyai arti dalam geomorfologi adalah yang ditimbulkan karena angin.
Apabila arus ini menabrak pantai dengan posisi miring maka akan timbul arus
Diktat Geomorfologi Jilid 1 38
8/2/2019 Diktat - Isi
39/46
sepanjang pantai (longshore current) yang akan mempengaruhi pembentukan
pantai. Pantai sedikit demi sedikit bergeser sepanjang garis pantai sebagai hasil
kerja arus semacam ini (longshore drifting) ditampilkan pada Gambar 7.4.
Gambar 7.4. Fenomena longshore current dan longshore drifting
(Strahler & Strahler, 1984)
Selain oleh angin, arus dapat pula ditimbulkan karena adanya pasangsurut
(tidal current). Oleh karena permukaan air laut yang berlainan antara satu tempat
dengan tempat lainnya maka akan terjadi arus dari tempat pasang ke tempat surut
terutama melalui selat-selat, sebagai contoh selat-selat di antara pulau di Nusa
Tenggara. Arus yang ditimbulkan oleh pasangsurut inipun berpengaruh pula
terhadap pembentukan pantai. Tidal bore adalah bagian muka arus yang terjadi
karena pasangsurut. Tidal bore biasanya berpengaruh dalam pengikisan pantai dan
pembentukan endapan laut.
7.1 Erosi pantaiGelombang yang menghempas ke arah pantai dapat merusak pantai
tersebut, akibatnya pantai sedikit demi sedikit menjadi mundur posisinya ke arah
darat. Pantai yang demikian dinamakan pantai yang mengalami pemunduran atau
abrasi (abration). Di Indonesia pantai yang mengalami abrasi umpamanya pantai
Sumatera Barat (sekitar Padang) dan pantai Teluk Jakarta.
Muara sungai pada umumnya menumpahkan bahan-bahan yang dibawa
sungai ke laut. Akibat perubahan kecepatan air sungai yang terjadi di muara maka
Diktat Geomorfologi Jilid 1 39
8/2/2019 Diktat - Isi
40/46
bahan-bahan yang terangkut ini segera mengendap, dan membentuk pantai yang
tumbuh atau mengalami akresi (accretion). Pada pengikisan pantai terjal mula-
mula terjadi bagian yang melekuk pada mukalaut, kemudian lama-kelamaan
pantai itu runtuh dan mundur sedikit demi sedikit.
7.2 Pantai tumbuh
Pantai tumbuh terjadi di tempat-tempat pengendapan bahan-bahan yang
dibawa sungai atau dibawa arus laut itu sendiri. Sungai ini membentuk delta dan
bahan-bahan yang dibawanya mengendap pula di depan pantai. Pantai yang
demikian dinamakan pantai tumbuh atau mengalami akresi. Di Indonesia pantai
yang tumbuh terutama dikenal di pantai-pantai Selat Malaka dan Laut Jawa.
Pengendapan yang terjadi di depan pantai terdiri dari bermacam-macam
jenisnya.Baradalah endapan di muka pantai yang kira-kira hampir sejajar pantai.
Cuspate baradalah salah satu jenis baryang menyudut atau membentuk semacam
taji terhadap pantai, sedangkan tombolo menghubungkan pantai dengan pulau
kecil di depan pantai yang pulau ini juga terbentuk dengan cara pengendapan.
Pematang pantai adalah endapan yang terbentuk pada pantai sepanjang garis
pantai dari bahan-bahan hasil pengikisan pantai atau bahan-bahan yang dibawa
sungai yang dimuntahkan ke laut.
7.3 Klasifikasi bentuk pantai
Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu (1) pantai naik
(emergence coast), (2) pantai turun atau tenggelam ( submergence coast), (3)
pantai statis (neutral coastline), dan (4) pantai gabungan (compound coastline)
yang dikemukakan oleh Johnson pada tahun 1919 (dalam Thornbury, 1969).
(1) Pantai naik (emergence coast)
Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut
yang hampir rata dan tidak mengalami erosi serta mengalami pengendapan,
terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-belok, maka belokan ini halus dan
Diktat Geomorfologi Jilid 1 40
8/2/2019 Diktat - Isi
41/46
rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan pantai maju.
Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik
yang terbentuk karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal.
(2) Pantai turun (submergence coast)
Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk
lembah-lembah serta roman muka yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut.
Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-belok tidak teratur. Pantai
inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras
sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhirmembentuk pantai yang terjal.
Gambar 7.5. Pantai turun di Pelabuhan Whangaroa, bagian timur laut Auckland,
New Zealand (Thornburry, 1969)
(3) Pantai statis (neutral coastline)
Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta
pertumbuhan dan pemunduran pantai, seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2)
di atas. Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta, dataran aluvial,
bersifat vulkanik, dan coral reeftumbuh dengan baik.
(4) Pantai gabungan (compound coastline)
Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami
penurunan, pada periode lain mengalami penaikan. Oleh karena itu, karakteristik
pantai naik dan turun keduanya ditemukan pada jenis pantai ini.
Diktat Geomorfologi Jilid 1 41
8/2/2019 Diktat - Isi
42/46
BAB 8
BENTANGALAM VULKANIK
Gunungapi terbentuk sebagai salah satu pekerjaan tenaga asal dalam. Pada
umumnya pembentuk gunungapi merupakan proses membangun sebagai
kebalikan proses perusakan yang dilakukan oleh tenaga asal luar. Pada kegiatan
gunungapi atau vulkanik dihasilkan rempah-rempah gunungapi atau bahan-bahangunungapi berupa lava, pasir gunungapi, lapili, debu gunungapi (tufa) dan bahan-
bahan lainnya yang dilemparkan atau dimuntahkan pada waktu peletusan.
Bersama-sama dengan air yang terdapat di permukaan bumi atau air hujan, hasil-
hasil gunungapi ini dapat bergerak atau longsor karena beratnya sendiri atau
menghasilkan aliran lumpur (mudflow) atau lahar yang mengalir melalui daerah-
daerah yang rendah yaitu sungai ataupun lembah. Di Indonesia bahaya lahar
dikenal sebagai bahaya sekunder yang efeknya lebih besar daripada bahaya primer
yaitu letusan gunungapi itu sendiri.
Gunungapi dapat kita bagi atas gunungapi aktif, gunungapi beristirahat
(dormant) gunungapi padam (extinct). Di Indonesia hampir ketiganya dikenal.
Selain itu terdapat pula pembagian berdasarkan waktu peletusannya dan jenis
peletusannya. Akan tetapi kedua dasar pembagian ini tidak mempengaruhi bentuk
bentangalam. Di sini yang sangat berpengaruh pada bentuk bentangalam
gunungapi adalah umur gunungapi dan jenis rempah-rempah yang dihasilkan
gunungapi tersebut.
Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal
ialah apa yang disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari
Amerika Selatan sampai ke New Zealand melalui Amerika Utara, Kepulauan
Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara, Pulau-pulau
Solomon, Kaledonia Baru, dan akhirnya Selandia Baru.
Di Indonesia gunungapi tersebar sepanjang jalur gunungapi atau jalur
dalam, mulai dari Aceh menyusur Sumatera terus ke Jawa, pulau-pulau di Nusa
Diktat Geomorfologi Jilid 1 42
8/2/2019 Diktat - Isi
43/46
Tenggara dan pulau-pulau di Maluku selatan, melingkari Laut Banda, Sulawesi
Selatan, Tengah dan Utara. Satu kelompok lain terdapat di daerah Maluku Utara
yaitu sebelah barat Halmahera. Ada kurang lebih 70 buah gunungapi yang
digolongkan sebagai gunungapi tipe A, yaitu yang meletus sepanjang sejarah, atau
diketahui manusia (Sudradjat, 1997).
Bentuk bentangalam gunungapi lebih banyak dipengaruhi oleh bahan-
bahan yang dihasilkan gunungapi dan yang membentuk badan gunung tersebut.
Hasil-hasil gunungapi diantaranya adalah lava, bongkah, scoria, lapili, pasir
gunungapi, debu gunungapi dan lahar. Lahar merupakan banjir lumpur dan bahan-
bahan lainnya yang terbawa oleh air hujan dan meluncur di lereng-lereng gunung
melalui lembah-lembah. Temperatur lahar dapat tinggi sekali sehingga amat
berbahaya. Pada umumnya bahaya yang terbesar yang disebabkan oleh gunungapi
di Indonesia ialah bahaya lahar, yang disebut juga sebagai bahaya sekunder. Oleh
karena lahar itu merupakan banjir lumpur maka bentangalam yang dihasilkan
sangat halus, lereng landai dan membentuk lidah mengikuti lembah-lembah. Lava
biasanya membentuk permukaan yang tidak rata, berbongkah-bongkah dan secara
keseluruhan membentuk lidah-lidah.
8.1 Gunungapi strato
Hasil gunungapi yang bermacam-macam ini dapat sekaligus dihasilkan
oleh suatu gunungapi sehingga terdapat perlapisan antara satu jenis hasil
gunungapi dengan jenis lainnya. Oleh karena itu, gunungapi jenis ini dinamakan
gunungapi strato atau majemuk. Biasanya membentuk seperti kerucut, dengan
sudut lereng sekitar 20 30 di bagian tengah dan lebih terjal di puncak.
Sedangkan di bagian kaki yang pada umumnya terbentuk dari lahar, lereng
biasanya landai. Gunungapi semacam ini yang terutama terdapat di Indonesia.
8.2 Gunungapi tameng
Bila lava merupakan hasil utama suatu gunungapi maka pada umumnya
gunungapi semacam ini akan landai dan membentuk seperti tameng akibat lava
membeku dengan perlahan-lahan dan oleh karena itu lebih cenderung untuk
Diktat Geomorfologi Jilid 1 43
8/2/2019 Diktat - Isi
44/46
melebar ke semua arah daripada menumpuk. Kecuraman lereng tergantung dari
kekentalan lava. Lava yang berkomposisi lebih basa biasanya lebih cair dan dapat
bergerak lebih jauh sehingga bentuk gunungapi menjadi sangat landai dan luas.
Sedangkan lava yang kurang basa menghasilkan gunungapi yang lebih berlereng
besar dan daerah penyebarannya lebih kecil.
8.3 Cindercone
Kadang-kadang gunungapi atau letusannya dapat menghasilkan debu saja,
dan debu ini teronggok di tepi tempat letusan, membentuk bukit yang membulat
dengan bagian tengahnya melekuk. Bentuk semacam ini disebut cindercone.
Pada puncak gunungapi sering dikenal adanya lubang kepundan dan
sebagian puncaknya runtuh membentuk lekukan. Lekukan ini dikenal dengan
nama kawah (crater) yang terjadi pada waktu letusan atau sesudahnya. Jika kawah
mempunyai ukuran yang sangat besar, seringkali dinamakan kaldera.
Erupsi yang berasal dari satu tempat memusat dinamakan erupsi sentral,
lain halnya dengan erupsi celah yang melalui celah berbentuk memanjang (fissure
eruption).
Leher gunungapi (volcanic neck) adalah pipa kepundan gunungapi yang
tertinggal sebagai sisa erosi dan membentuk semacam leher atau tiang besar
karena badan gunungapi sebagai penutupnya telah terkelupas dan habis dimakan
erosi.
Gambar 8.1. Volcanic neck di Shiprock, New Mexico (Thornbury, 1969)
Diktat Geomorfologi Jilid 1 44
8/2/2019 Diktat - Isi
45/46
Potensi ekonomi yang terdapat pada bentangalam vulkanik, diantaranya
adalah panas bumi, endapan yarosit, belerang, mataair panas, dll.. Tenaga panas
bumi dapat membuat air bawah permukaan menjadi uap, bertenaga besar dan
dapat memutar turbin untuk pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia sekarang ini
sedang giat dilakukan eksplorasi tenaga panas bumi. Endapan Yarosit yang
terlarut dalam air panas terdapat di daerah gunungapi dapat dipakai untuk bahan
cat atau oker, contoh yang terdapat di Ciater di wilayah Kabupaten Subang Jawa
Barat. Mata air panas dapat dikembangkan untuk keperluan pariwisata atau
pengobatan, contohnya terdapat di Maribaya, Ciater, dan Cipanas-Garut. Belerang
biasanya diendapkan di kawah gunungapi (melalui proses sublimasi), atau terlarut
dalam air panas yang kemudian mengendap (contohnya di Kawah Putih,
Talagabodas, Wanaraja). Belerang terutama dipakai untuk bahan pembuat asam
sulfat.
Gambar 8.2.Digital Elevation Model(DEM) kawasan Cekungan Bandung,
menunjukkan bentangalam vulkanik dengan beragam potensi, diantaranya mataair
panas di bagian utara dan panasbumi di bagian selatan
(atas perkenan Sidarto, P3G, 2004).
Diktat Geomorfologi Jilid 1 45
8/2/2019 Diktat - Isi
46/46
DAFTAR PUSTAKA
Cargo, David N. & Bob F. Mallory, 1974, Man and His Geologic Environment,
Addison-Wesley Publishing Company, USA.
El-Swaify, S.A., E.W. Dangler, and C.L. Armstrong, 1982, Soil Erosion by Water
in the Tropics, Department of Agronomy and Soil Science, University
of Hawaii, Honolulu, Hawaii.
Field, Libby Y & Bernard A.Engel, 2004, Best Management Practices for Soil
Erosion, Agricultural Engineering, Purdue University,
, diakses 8 Maret 2004.
Pikiran Rakyat, 2005, Pasca Bencana Tsunami, Harian Umum Pikiran Rakyat
tanggal 19 Januari 2005, Bandung.
Strahler, Arthur N. and Alan H. Strahler, 1984, Elements of Physical Geography,
3rd Edition, John Wiley & Sons, New York.
Sudradjat, Adjat, 1975, Pengantar Ilmu Bentang Alam, AGP, Bandung.
Sudradjat, Adjat, 1997, Ilustrasi Geologi, Grafimatra Tatamedia PT., Jakarta.
Sudradjat, Adjat, 2005, Peringatan Dini Tsunami, Mungkinkah?, Harian Umum
Pikiran Rakyat tanggal 8 Januari 2005, Bandung.
Thornbury, D. William, 1969, Principles of Geomorfologi, John Willey & Sons
Inc., New York, London, Sidney, Toronto.
Van Zuidam, R. A., 1983, Guide to Geomorphologic - aerial photographic
interpretation and mapping, Section of Geology and Geomorphology,
ITC, Enschede, The Netherlands.
Verstappen, H. Th., 1977, Remote Sensing in Geomorphology, First Edition,
Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.
V E l O D 1960 G h l S t ti d R i l Th M
http://abe.www.ecn.purdue.edu/http://abe.www.ecn.purdue.edu/