HAKEKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI BAGI
MANUSIA
Berdasarkan kajian filsafat ilmu, istilah Iptek (ilmu, pengetahuan, teknologi) juga
sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-masing ketiga
istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda.
Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam
diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang
normal, sekolah atu tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal :
Pertama : Manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut;
Kedua : Manusia mempunyai kamampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu
yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir
menurut suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot
keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang
bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat
diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat
dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini,
maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
· Berisi pengetahuan (knowledge).
· Tersusun secara sistematis.
· Menggunakan penalaran.
· Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri sebenarnya
sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab produk-
produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu,
dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari sains.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars
yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu
kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni
merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan)
manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta
merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya
manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau
estetika.
DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN
Dampak langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam
beraktifitas. Memang Ipteks diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai
kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat
melelahkan menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai,
karena mereka hampir tak sadar bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi
pola hidup konsumtif, hedonistik, dan materialistik.
Dampak negatif lain akibat penyalahgunaan ipteks pada kehidupan dibeberapa
bidang diantaranya :
a. Bidang informasi dan komunikasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan teknologi
tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain:
1). Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
2). Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang
bisa disalah gunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
b. Bidang sosial dan budaya
Kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek budaya seperti:
Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja
dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya
pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga
masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Dll.
c. Bidang pendidikan
Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal. Dll
d. Bidang Kesehatan
Keberhasilan mengatasi penyakit,.terutama penyakit menular, menyebabkan
angka kematian (mortalitas) menurun,sehingga populasi penduduk terus meningkat.
Akibatnya manusia lanjut usia yaitu manusiayang usianya lebih dari 60 tahun dan
disebut lansia,makin hari makin banyak juga.
Di satu sisi, Ipteks secara positif telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang
menyatakan bahwa Ipteks menjadi ”tulang punggung kesejahteraan”. Namun di sisi
lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan Ipteks
itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk
munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah
longsor, dan kenaikan suhu udara global.
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai
dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian,
kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DIINDONESIA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan
sangat memprihatinkan dibanding Negara-nehara Eropa dan Amerika Serikat bahkan
pula di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan China. Hal ini disebabkan oleh :
1. Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global.
Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran
UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2. Rendahnya kontribusi Ipteks nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya
kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor.
3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi
antara kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat
dilihat dari belum tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang mengolah
dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang
siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
4. Lemahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup
memberikan hasil yang signifikan.
5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas
SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia
pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil
dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6. Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat. Budaya bangsa
secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai
penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum
berkembang ke arah yang lebih suka menciptakan daripada sekedar memakai, lebih
suka membuat dari sekadar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada
sekedar menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan
hidup. Kemajuan Iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan.
Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem manajemen
dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana
alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah
yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator
bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek
nasional belum optimal dalam memberiakn antisipasi dan solusi strategis terhadap
berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim,
kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
KESIMPULAN
Sains secara umum dapat diartikan ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji
atau dibuktikab kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata
(misalnya : fisika, kimia, biologi). Sains juga diartikan sebagai suatu cabang ilmu
yang mengkaji sekumpulan pernyataan atau fakta-fakta dengan cara sistematik dan
serasi dengan hukum-hukum umum dilandasi peradaban dunia modern. Sains
merupakan suatu proses untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran melalui
pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk.
Konsep teknologi dapat diartikan juga segenap keterampilan manusia menggunakan
sumber-sumberdaya alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan.secara umum dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan suatu
sistem penggunaan berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan
praktis yang ditentukan.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan
pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without
science has no root). Jadi, fungsi sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua
pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis,
sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam
hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi
adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni
memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sumber Pandangan Hidup
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup karena pada dasarnya pandangan
hidup bersifat kodrati. Dengan adanya pandangan hidup, manusia dalam menjalani
hidup akan fokus dan tidak bingung menentukan arah. Untuk itu perlu dijelaskan arti
dari pandangan hidup. Pandangan hidup artinya gagasan atau pertimbangan yang
menjadi pedoman, pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu merupakan
hasil perenungan manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan
tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah suatu produk (hasil berfikir) yang
instan, melainkan membutuhkan proses waktu yang panjang. Sehingga gagasan itu
dapat diterima oleh akal manusia dan dapat diakui kebenarannya. Atas dasar itu
manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk
yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat oleh nilai-nilai
sehingga berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau
rasionalisasi nilai-nilai.[1]
Pandangan hidup berbeda dengan ideologi. menurut William j. goode dalam bukunya
vocabulary for sociologi (1959) ideologi mengandung dua hal, yaitu: 1) unsur-unsur
filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan. 2) pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma.[2]
Ideologi merupakan komponen dasar dari system budaya. Suatu ideologi masyarakat
tersusun dari pandangan hidup, nilai-nilai dan norma. Jadi dapat dikatakan bahwa
pandangan hidup merupakan bagian dari ideologi. Ideologi lebih luas dari pandangan
hidup. Ideologi tidak digunakan untuk hubungan individu tetapi untuk hal hal yang
lebih luas seperti ideologi Negara, masyarakat atau kelompok tertentu.[3]
Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pandangan hidup yang bersumber dari agama yaitu pandangan hidup yang
mempunyai kebenaran mutlak.
2. Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-
nilai budaya suatu Negara tau bangsa. Misalnya, ideologi pancasila dapat menjadi
sumber pandangan hidup.
3. Pandangan hidup yang bersumber dari perenungan seseorang sehingga dapat
merupakan ajaran atau etika untuk hidup. Misalnya aliran kepercayaan.
B. Unsur-Unsur Pandangan Hidup
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.[4] Untuk
lebih jelasnya akan di bahas sebagai berikut:
1. Cita-cita
Cita-cita adalah sesuatu yang terkandung dalam hati seseorang baik angan-
angan, keingina, harapan, maupun tujuan yang akan diperoleh di massa mendatang.
Manusia memiliki cita-cita dan diberikan ruang untuk memperoleh suatu yang
diinginkanya akan tetapi Allah yang menentukan. Agar cita-citanya terkabul,
manusia harus mendekatkan diri kepada Allah serta berusaha dengan totalitas. Hal
ini berdasarkan QS. Al-Anfaal: 53 “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,
sehingga kaum itu merubah nasibnya sendiri.”
Bila cita-cita belum tercapai akibat terpenuhinya persyaratan maka cita-cita itu
disebut harapan.[5] Sebagai contoh, ada seorang guru yang bercita-cita lulus dalam
kualifikasi pendidik. Secara pedagogik, professional, dan sosial sudah memadai.
Namun secara kepribadian belum mencapai persyaratan sehingga cita-citanya untuk
lulus dalam kualifikasi pendidik masih dalam harapan.
Namun demikian cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur
pandangan hidup, karena masih memberi kemungkinan ada keberhasilan dan ini
mendorong manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan yang dialami. Seperti
seorang guru di atas, apabila ia sudah memenuhi uji kompetensi secara kepribadian ,
dengan ridha Allah ia akan berhasil dalam meraih cita-citanya. Jadi harapan mampu
membangkitkan kreativitas menuju keberhasilan cita-cita. Dalam hal ini manusia
hanya berusaha tetapi Allahlah yang menentukan.[6]
2. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-
norma agama atau etika[7]. Kebajikan merupakan sesuatu yang dapat mendatangkan
keselamatan, keuntungan, kemakmuran, keselarasan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan. Manusia berbuat kebaikan, karena sesuai dengan kodratnya manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Dengan kesucian hatinya mendorong
manusia mendorong untuk berbuat baik.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga sudut pandang
yaitu, manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia
sebagai makhluk Tuhan.
Manusia sebagai pribadi dapat menentukan sesuatu yang baik atau buruk,
karena manusia dibekali hati untuk menentukan itu. Hal itu berdasarkan
pertimbangan uara hati manusia. Pada dasarnya suara hati menunjukkan manusia
kepada sesuatu yang baik, namun terkadang manusia mengingkarinya.
Demikian pula dengan suara hati masyarakat, yang menentukan baik buruknya
tentang sesuatu adalah masyarakat itu sendiri. Karena belum tentu baik menurut
pribadi, baik pula jika diterapkan pada masyarakat. Sebagai anggota dari masyarakat
manusia tidak dapat bebas dari persoalan kemasyarakatan.
Sebagai manusia sebagai makhluk tuhan, manusia harus mendengarkan serta
menjalankan apa yang yang menjadi perintah dan larangan-Nya.
Jadi dapat dikatakan bahwa kebajikan adalah suatu perbuatan atau tindakan
yang terpadu antara suara hati manusia, suara hati masyarakat dan hokum-hukum
tuhan.
3. Sikap hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah
manusia bersikap optimis ataukah pesimis dalam menjalani kehidupan. Sikap ini ada
di dalam seseorang dan orang lain tidak mengetahui kecuali sudah terwujud dalam
sebuah tindakan. Setiap manusia memiliki sikap yang berbeda antara satu dengan
lainya dan sikap ini dapat dibentuk oleh yang membentuknya dan berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan yang mepengaruhinya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas berinteraksi dengan yang
lainnya. Oleh karena perlu memperhatikan dan menentukan sikap yang positive.
Sikap hidup dibagi menjadi dua, yaitu sikap etis dan non-etis. Sikap etis berisi sikap
yang positive seperti sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap arif,
sikap rendah hati, dan sifat bangga. Sedangkan sikap non-etis merupakan kebalikan
dari sikap etis.
C. Manusia Dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan
rohani dan jasmani baik dalam kapasitas personal, kelompok atau masyarakat,
bahkan tinkat Negara sekalipun. Semua perbuatan tingkah laku antara aturan-aturan
bagi Negara dan undang-undang serta peraturan-peraturan harus merupakan
cerminan dari sebuah pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Manusia sebagian menyadari dan ada yang tidak menyadari ketika melaksanakan
sesuatu yang bersifat individu maupun kelompok membutuhkan garis cita-cita dan
tujuan akhir yang bernama pegangan, landasanatau dasar hidup sebagai pengarah dan
pembimbing kea rah tujuan.[8] Seseorang menininkan hidup bahagia, maka untuk
mencapai kebutuhan akan pegangan atau penuntun yang disebut dalam dunia
pengetahuan adalah pandangan hidup.
Pandangan hidup dapat juga diartikan sebagai filsafat hidup, disesuaikan dengan arti
filsafat yaitu cinta akan kebenaran. Tentu saja yang dimaksudkan kebenaran disini
adalah kebenaran yang berlaku atau dapat diterima oleh siapa saja. Semua manusia
mempunyai pandangan hidup baik perorangan maupun golongan. Penggolongan
yang paling ringan adalah pandangan berdasar:
1). Beragama, beriman, 2) tidak beragama tetapi mengikuti ajaran satu atau lebih dari
agama yang ada, 3) materealistik dan sekuler.
Pandangan hidup dapat merupakan keseluruhan garis dan kecerendungan jalan-jalan
dan nilai-nilai yang akan dicapai untuk landasan semua dimensi kehidupannya. Dari
pandangan hidup terpancar perbuatan kata-kata atau tingkah laku, dan cita-cita,
sikap, dorongan atau tujuan yang akan dicapai.
KESIMPULAN
Pandangan hidup adalah gagasan atau pertimbangan yang menjadi pedoman,
pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu dapat diterima oleh akal
manusia dan dapat diakui kebenarannya sehingga , manusia menerima hasil
pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk yang disebut pandangan
hidup. Pandangan hidup cenderung diikat dengan nilai-nilai sehingga berfungsi
sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau rasionalisasi nilai.
Ideologi lebih luas dari pandangan hidup. Ideologi tidak digunakan untuk hubungan
individu tetapi untuk hal hal yang lebih luas seperti ideologi Negara, masyarakat atau
kelompok tertentu. Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pandangan hidup yang bersumber dari
agama, ideologi, dan perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau
etika untuk hidup.
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dengan cita-
cita manusia mempunyai kehendak untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan
dan tujuan hidup, Akan tetapi Allah yang menentukannya. Pandangan hidup sangat
erat kaitannya dengan kebajikan. Karena pada esensinya pandangan hidup
merupakan pembenaran dan rasionalisasi dari nilai. Untuk mewujudkan sebuah
pandangan hidup harus dilandasi dengan sikap hidup yang positif.
Manusia menyadari dalam menjalani membutuhkan dasar atau landasan untuk
membimbing kehidupan rohani dan jasmani baik dalam kapasitas personal,
kelompok atau masyarakat, bahkan tinkat Negara sekalipun. Maka dari itu manusia
tidak lepas dari pandangan hidup dalam mengarungi kehidupan.
MANUSIA DAN CINTA KASIH
A.Arti Cinta Kasih
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang di dukung oleh unsur karsa,
yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan
tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan,
serta belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab
akan menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesame manusia,
antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.
Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang,
kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang di ungkapkan dengan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, ositif, berguna,
saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
Menurut kamus Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta, cinta kasih dapat diartikan
sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh
belas kasihan.
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang atau sangat tertarik hatinya. sedangkan
kasih artinya perasaan sayang atau cinta atau sangat menaruh belas kasihan. dengan
demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada
seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. Cinta lebih mengandung
pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan Kasih merupakan pengungkapn
untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Perbedaan antara cinta dengan nafsu:
Cinta bersifat manusiawi, cinta bersifat rokhaniah. Sedangkan nafsu bersifat
jasmaniah, cinta menunjukkan perilaku memberi.Dan nafsu cenderung menuntut.
Cinta yang dikemukakan oleh Dr. Saelito W Sarwono memiliki 3 unsur:
1.keterikatan
2.keintiman
3.kemesraan
Keterikatan
=> Perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, dan tidak mau pergi
dengan orang lain, kalau janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-
oleh untuk dia.
Keintiman=>Adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan
bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi.
Kemesraan
=>Adanya rasa ingin membelai/dibelai, rasa kangen bila jauh/lama tidak bertemu,
adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang.
Cinta memiliki 3 tingkatan:
1.Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah swt, Rasulullah, berjihad di jalan
Allah.
2.Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami.
3.Cinta terendh adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta&tempat tinggal.
Dalam kasih sayang sadar/tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut untuk
tanggung jawab,pengorbanan, kejujuran, saling percaya, dan saling terbuka, sehingga
keduanya merupakankesatuan yang bulat dan utuh. Kemesraan adalah hubungan
yang akrab baik pria atau wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah
berumah tangga.
Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia. dengan kemesraan orang
dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang
diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. kecintaan manusia kepada Tuhan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. hal ini adalah karena pemujaan kepada
Tuhan adalah inti, nilai makna kehidupan yang sebenarnya. Pemujaan itu merupakan
bentuk komunikasi manusia dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon
ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan
agar ditunjukkan jalan yang benar, dll.
Belas kasihan
=> orang yang berakhlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan.
masalahnya sanggupkah dia menggugah potensi belas kasihannya itu. Dalam esai on
love ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. itu berarti dalam
rasa belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kasihan yang kita
tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Cara menumpahkan belas
kasihan tergantung kepada situasi dan kondisi.
Mengapa bisa terjadi dehumanisasi???
•contoh: akibat love hilang, unsur cinta (tanggung jawab) (wanita hamil) berakibat
pada membunuh.
Karena: selimut cinta, agama, norma, moral dan nilai terlepas.
B.Macam-macam Cinta Kasih
Adanya beberapa macam cinta kasih, yaitu sebagai berikut :
1.Cinta kasih antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan
memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak.
Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna di
kemudian hari.
2.Cinta kasih antara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap
seorang gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan
seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
3.Cinta kasih antara sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah
kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya berarti bahwa sahabat itu
menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit itu.
4.Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan
taman Yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan
seenaknya, mananami tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara
semena-mena atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi
lingkungan hidupnya.
5.Cinta kadih antara manusia dan Tuhan. Apabila seseorang taat beribadah, menuruti
perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, berarti orang itu mempunyai cinta kasih
kepada Tuhan penciptanya.
Demikianlah, berbagai contoh perilaku manusia yang melukiskan cinta kasih sebagai
kebutuhan kodrati manusia.
C.Ungkapan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang di wujudkan dengan tingkah laku, seperti
dengan kata-kata, tukisan, gerak, atau dengan media lainnya. Ungkapan dengan kata-
kata atau pernyataan, misalnya ungkapan “Aku cinta padamu”. Ungkapan dengan
tulisan, misalnya surat cinta, atau surat dari seorang puteri kepada ibunya. Ungkapan
dengan gerak, misalnya salaman, ciuman, pelukan dan rangkulan. Ungkapan dengan
media, misalnya misalnya setangkai bunga, benda souvenir, dank ado. Ungkapan-
ungkapan ini selain dengan bentuk nyata, juga dalam bentuk karya budaya, misalnya
seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Orang yang mempunyai peerasaan cinta kasih, hidupnya penuh gairah, banyak
inisiatif, dan penuh kreatif. Bagi seniman, perilaku cinta kasih dituangkan dalam
bentuk karya budaya sehingga dapat dinikmati pula oleh masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat dapat memetik nilai-nilai kemanusiaan yang terungkap melalui
karya budaya itu.
MANUSIA DAN PENDERITAAN
PEMBAHASAN
2.1. Hakekat Manusia
Manusia adalah mahluk Allah yang sempurna dan mulia dibandingkan mahluk Allah
lainnya karna manusia dibekali akal ghorizi untuk berpikir dan juga manusia diberi
tugas dan peran di muka bumi ini.
Manusia mempunyai dua kedudukan dan tugas. tugas pertama adalah sebagai
abdullah, yang artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka
manusia harus menuruti kemauan Allah yaitu beribadah karna beribadah adalah
menuruti segala perintah, dan tidak boleh membangkang pada-Nya. Tugas kedua
manusia adalah sebagai Kalifatullah. Jika tugas manusia adalah sebagai seorang
pemimpin, tentu ia harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat
melakukan perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar
sesama itu sendiri.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk
manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. (http://www.wikipedia.com)
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Firman Allah itu iyalah dalam Qur’an Surat Nuh, 71 ayat 17-18 :
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada
hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS. Nuh, 71 : 17-18)
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam
unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini,
prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan
yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang
proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas
karunia yang telah diberikan Allah Swt.
2.2. Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita, kata derita berasal dari bahasa Sanskerta “dhara”
artinya menahan, menanggung. Derita berarti menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan,
kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa
yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi
orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi
seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari
suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh
karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat
‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih
sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat
dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya
Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf
besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain
melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa
melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan
orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut.
Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan
ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya.
Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia
mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan
mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba
mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya
dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial
yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu
sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini
menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian
sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia
menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan
masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak
kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman
sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi
filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya
berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk
menciptakan manusia-manusia besar. Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa
pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat
sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6
tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang
menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin
yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh
Besar Dunia).
2.3. Sumber-sumber Penderitaan
Manusia adalah mahluk yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan,
saling berhubungan, dan pengaruh mempengaruhi antara unsur jasmani dan rohani,
karena itu penderitaan dapat terjadi pada tingkat jasmani dan rohani.
Sumber-sumber penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu iyalah :
1. Nafsu
Nafsu adalah semua dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan
termasuk pula instink sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan
keinginan tidak terlalu jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan antara keinginan
dan nafsu. Nafsu dapat menimbulkan gairah hidup pada manusia.
Nafsu atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan / kehancuran jika kita tidak
bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa mengendalikan nafsu atau
keinginannya maka manusia itu akan sukses di dunia maupun di alam akhirat.
keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri
sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang
menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan
kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan.
kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan
hanya menimbulkan penderitaan.
“Rinaldy Tonik (2009) didalam blognya mengatakan bahwa Penyebab dari
penderitaan, antara lain: yang pertama karena perilaku buruk manusia, maka
daripada itu bersikaplah dengan sepatutnya tau wajar. Yang kedua penyakit atau
siksaan (Azab) dari Tuhan”
2. Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia.
kalau manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan timbul didalam
bathin akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari lingkungan
menimbulkan reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat
sesuai dengan kehendak pribadi tapi ketika tidak sesuai dengan kehendak pribadinya
maka akan timbullah rasa tidak puas sehingga timbullah rasa tidak senang, marah
dan sikap negatif lainnya.
3. Pikiran
Pikiran disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal ini pula memungkinkan
manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Tahu dalam hal ini
berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan sesuatu.
4. Kemauan
Kemauan disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri
manusia memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak
ini dapat dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah di pertimbangkan
oleh akal budi dan perasaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Manusia akan merasa menderita jika anda rasakan itu sebuah penderitaan tetapi jika
manuisa itu menjadikan penderitaan sebagai hikmah dan pelajaran maka manuisa itu
tidak akan merasakan suatu penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa
yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi
orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi
seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
keinginan adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri
sendiri.
MANUSIA DAN HARAPAN
A. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia
memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia
memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang
berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal,
nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal
budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan
sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
B. PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau
sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna
sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia
dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai
harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan
dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang
lain dan kepercayaan kepada Allah SWT.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun
diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada
kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak
orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan
berdo’a.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau
keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang
oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya,
misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan
iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua
itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir
positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk
menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.
C. MANUSIA DAN HARAPAN
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi
dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar
dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah
memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang
akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda
rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan
keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda,
orang yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang
yang berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal
sebagai berikut :
Harapan apa yang baik
Bagaimana cara mencapai harapan itu
Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di
akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara
dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini.
Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi
kenyataan dan terwujud.
D. SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke
dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu
keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah
seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan
spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain,
yaitu : dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma
dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya :
menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai
keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan
dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan
dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama
dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam
kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan,
minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan,
kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan
manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik
kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada
hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu
merupakan lim harapan manusia, yaitu :
Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being
loving and love)
Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
E. HARAPAN DAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang
dianggap sebagai wahyu dari Allah SWT. Kepercayaan dalam agama merupakan
keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima
dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan
masing-masing.
Harapan dan kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau
mewujudkan harapan, manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan
berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah SWT serta mempercayai adanya Allah
SWT, harapan akan terwujud dan terpenuhi.
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun
diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada
kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak
orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan
berdo’a.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya
seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan
untuk memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya
disertai dengan unsur dalam, yaitu berdo’a.