BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia yang tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa,
2008).
Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk
salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air
tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat
ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan
(Kusnoputranto, 2000).
2.2 Macam dan Sumber Air
Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,
dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-
kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita
manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :
A. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang
ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di
udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas
O2, CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu.
Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai
permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara
yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka
untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun,
karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).
B. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.
Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air
yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat
yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan
dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air,
dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan air permukaan.
Selain manusia, flora dan fauna juga turut berperan serta mengotori air
permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.
Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang
mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu,
mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama apabila air
permukaan akan dipakai sebagai bahan baku air bersih. Yang termasuk ke
dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, rawa,
parit, bendungan, danau, laut dan sebagainya (Kusnoputranto,1983).
C. Air Tanah
Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap
kedalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi atas 3 yaitu
(Sutrisno, 1996) :
1. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan
tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah
akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter.
Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui
sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan
kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.
2. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.
Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah
dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan
tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.
3. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,
keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di
lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
1. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri.
Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut
menembus lalu keluar sebagai mata air.
2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air
artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke
permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam sumber air seperti yang telah
dijabarkan di atas, tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan karena ketiga-
tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau
salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat
menyerap abu, gas, ataupun materi-materi yang berbahaya lainnya. Demikian
pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat
mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azhar,
1990).
2.3 Sumur
A. Sumur Gali
Sumur gali adalah suatu konstruksi sumur yang paling umum
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan
rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10
meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari
lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dapat dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya
rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia (kakus/jamban)
dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya
maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan
sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat
perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara
manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI, 1985).
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik
bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan
syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan
dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak
kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang
berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran
pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi
bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter
dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa.
Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur,
bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur
gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000) :
1. Syarat Lokasi atau Jarak
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan
adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah
(cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya.
Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.
Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan
sebagainya (Chandra, 2007).
2. Dinding Sumur Gali
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali
harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh
bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.
Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat
dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan
dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).
Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus
dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air
permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter
diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada
kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah,
dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih
untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).
Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang
disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa
beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah
dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan
tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai
kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini
diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa
beton. (Machfoedz 2004).
Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau
(Entjang, 2000).
3. Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat, yaitu :
Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm
untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek
keselamatan.
Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih
tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah
daerah banjir (Machfoedz, 2004).
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur
dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding
ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).
4. Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya
dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di
atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang,
2000).
Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat
miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling
sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar,
1995).
Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz,
2004).
5. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang
(2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-
kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa,
pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa,
tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis
sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih
sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air
dalam tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3
meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh
1 meter.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan
maupun sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
B. Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun
lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga
sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran
mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum.
Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin
(Depkes RI, 1985).
2.4 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia
Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan
dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat
berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan
akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia
sebagian besar terdiri dari air, yangjumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh
tanpa jaringan lemak (Azwar, 1990).
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat
badan. Jika tubuh tidak cukup mendapat air atau kehilangan air hanya sekitar
5% dari berat badan (pada anak besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat
menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan kehilangan air untuk 15 % dari
berat badan dapat menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu
minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya
(Soemirat, 2000).
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur
keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan
(Harini, 2007).
Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat
kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas
(jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana
paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut
misalnya untuk (Entjang, 1991). :
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari
c. Masak, minum : 5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama
untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang
sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari
pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air
sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari
berbeda untuk satu negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota
lainnya, satu desa dengan desa lainnya.
2.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
A. Penyakit Menular
Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap
pemakainya karena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai
untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media penular penyakit.
Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara
(Koesnoputranto 1983) :
1. Cara Water Borne
Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan
hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka
dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular
yang disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan
sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit-
penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit
hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler. Penyakit-penyakit ini
hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke
dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Cara Water Washed
Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan
umum alat-alat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan
perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang
cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi pada manusia.
Kelompok-kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.
Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed terutama
berada di bidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak
seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam
hal ini adalah banyaknya air yang tersedia.
3. Cara Water Bashed
Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara.
Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah
penyakit schistosomiasis dandracunculus medinensis (guinea warm).
Larva schistosomiasis hidup dalam keong-keong air. Setelah waktunya,
larva ini akan berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit
(kaki) manusia yang berada dalam air tersebut. Badan–badan air yang
potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan
air yang terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan
kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci,
dan sebagainya.
4. Water Rellated Vektor Disease
Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang
merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan
salah satu unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan
media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa
penyakit yang dapat disebabkan oleh insekta ini adalah malaria, yellow
fever, dengue, onchocersiasis (river blindness). Nyamuk aedes aegypti
yang merupakan vektor penyakit dengue dapat berkembang biak
dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat sementara
untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.
B. Penyakit Tidak Menular
Selain penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman parasit akibat
pencemaran biologis, air juga dapat menimbulkan kerugian dan gangguan
yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau zat radioaktif yang ada
dalam air, terutama logam-logam berat dan berbahaya (logam B3).
Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia
berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit
pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan),
tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada
besi.
Logam-logam B3 hasil buangan limbah industri telah menimbulkan kasus
pada beberapa daerah atau negara, misalnya keracunan air raksa (Hg) yang
menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dikenal sebagai penyakit
minamata di Jepang, logam cadmium (Cd) yang dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh karena cadmium mempengaruhi
kinerja otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung
lewat ginjal, bahkan kerusakan dan penghambatan kinerja sistem fisiologis
tubuh, kerja paru-paru, liver, kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan
kerapuhan pada tulang. Air yang tercemar logam ini biasanya terasa pahit
dan suhu serta pH yang sangat tinggi (Effendi, 2007).
Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering bersamaan
keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini dibutuhkan dalam
tubuh namun dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat
menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan
pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif
terutama di organ penyaringan sehingga dapat megganggu fungsi
fisiologis tubuh. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-
logam ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian.
Air yang tercemar oleh logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas
warna yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan berwarna merah
kecoklatan, dan terasa pahit atau masam (Wardhana, 2004).
Di daerah-daerah pertanian atau perkebuanan, pencemaran Nitrit (NO2)
sering terjadi pada air yang berasal dari sisa-sisa pupuk atau zat-zat
organik yang digunakan. Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam
jumlah dan konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan
methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah sehingga terjadi
pengurangan oksigen dalam darah dan menimbulkan gangguan pernafasan
bahkan gagal jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen dan
karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai penghambat enzim. Air
yang tercemar NO2 ini ditandai dengan adanya gumpalan-gumpalan zat-
zat organik dalam air seperti butiran-butiran berwarna putih (Wardhana,
2004).
Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit tidak menular lain pada manusia
yang diakibatkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya terutama
logam B3 pada air yang dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat kimia ini sangat
membahayakan kesehatan mahkluk hidup yang mengkonsumsinya dan
pada umumnya bersifat kronis.
2. 6 Kualitas Air
A. Standard Kualitas Air
Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari
berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan
unsur yang tercantum didalam standard kualitas, dengan demikian dapat
diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat
digunakan sebagai tolak ukur.
Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang
biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang
menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan
teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan
maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan
penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi
derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh
landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air
bersih.
Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air
bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard
yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari
syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat
karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat
organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air
(Azwar, 1990).
Untuk standart kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas
Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga
mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu
meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh
WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi negara anggota. Namun
demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan
syaratsyarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.
B. Syarat Kualitas Air
1. Syarat Fisik
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990,
menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik
sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain
harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa,
tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini
diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :
Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air
tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam
pengolahannya terutama apabila temperature sangat tinggi.
Temperatur yang diinginkan adalah ± 3°C suhu udara disekitarnya
yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis
dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.
Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung
toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan
mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu air diukur dengan
menggunakan termometer air.
Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-
tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-
persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang
menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.
Intensitas bau dan rasa dapat\meningkat bila terdapat klorinasi.
Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu
maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih
sesuai dengan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990
menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak berasa .
Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa
yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan
kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang
tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan
pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam
penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut
akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha
penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi
(Sutrisno, 1991).
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih
ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990,
yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI,
1995).
2. Syarat Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa
(Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida
(F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium
(Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih
yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum
yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416/MENKES/PER/IX/1990.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat
kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat
tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa
untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan.
pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–6,9. Bila pH air
diatas 7 maka kemampuan air sebagai pelarut yang baik dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Juli Soemirat,
2000).
3. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik
air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri
berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya.
Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri
patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh
bakteri patogen (Soemirat, 2000).
Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri
coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan
adalah < 50 MPN.
2.7 Cara Pemeriksaan Kualitas Air
Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991) :
1. Pemeriksaan air di lapangan
2. Pemeriksaan air di laboratorium
Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan air
di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan
dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya
dilaksanakan di laboratorium.
Pada pemeriksaan air di laboratorium dikenal 3 parameter utama yang wajib
diperiksa untuk menentukan kualitas air (Rukaesih, 2004), yaitu:
1. Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)
2. Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand
(BOD)
3. Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand
(COD).
A. Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian
besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk
mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung
kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan
kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil
kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi
secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam
air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur
karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari
tanaman, ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara.
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai
akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari
industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan
kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati
juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari
udara jumlahnya tetap.
Pada kondisi seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air
dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya
terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut
tetap berlanjut hingga nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik)
akan mati, dan digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak
membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama halnya dengan
mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari
bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana
disamping terbentuk gas asam sulfida yang berbau busuk.
B. BOD dan COD
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari
penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan
organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD. Biological
Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB)
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik
dalam air.
Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan
jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara
relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD
tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut
tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya
mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan
yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD
selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah
oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme
pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat
Celcius. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mg oksigen akan
dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu
lima hari pada suhu 20 derajat Celcius. Beberapa dasar yang sering
digunakan untuk menentukan kualitas air dilihat dari kadar BOD. Bahan
organik dalam air bersifat :
Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari
Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari
Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi
Uji COD meliputi semua bahan organik, baik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil
uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.
2.8 Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih
dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih
merupakan proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai air minum (Mulia, 2005).
Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,
misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal
dari mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber
lain, seperti air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah
pengolahan air sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air
akan mengandung senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban
pengelola air untuk menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang
tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia
untuk mikroorganisme (Manihar, 2007)
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung
pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah
dan jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan
serta penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi
pengolahan air bersih. Menurut Manihar (2007), beberapa bagian atau
langkah penting pengolahan air (bukan hanya air minum) yang sering
dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah :
A. Menghilangkan Zat Padat
Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air
mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak
penampungan. Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan
ukuran besar tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan
(filtrasi). Sedangkan untuk bahan padat ukuran kecil dihilangkan dengan
proses pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses
penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid, perlu
ditambahkan koagulan.
Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah tawas. Tawas di dalam air
akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap
bereaksi dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa
aluminium hidroksida akan terbentuk dan membawa serta mengikat
senyawa- senyawa lain yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap
bersama- sama berupa lumpur.
B. Menghilangkan Kesadahan Air
Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat
sering ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu
pengaruh kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan
menggunakan sabun karena terbentuknya endapan garam yang sukar larut
bila sabun bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium.
Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi
masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan
penambahan soda Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan
mengendap sebagai Mg(OH)2. Bila kesadahan hanya disebabkan oleh
kesadahan karbonat maka cukup hanya dengan menambahkan Ca(OH)2
untuk menghilangkannya.
C. Menghilangkan Bakteri Pathogen
Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan
disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator,
sehingga dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo (2009)
bahan- bahan disinfectant yang banyak dipakai adalah :
1. Kaporit
Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat
menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.
2. Ozon
Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah terdekomposisi
pada temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding
kaporit, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan
dengan proses ozonisasi Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan
cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan ditinggikan, dan ozon
dipompakan ke dalam wadah air selama 10- 15 menit. Permasalahannya
adalah kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan
desinfektannya sangat terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat
yang menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar saja.
3. Iodine dan Bromin
Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik pada luka,
meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak atau kurang populer
sampai saat ini. Dibandingkan dengan klorin, penggunaan ion
memerlukan biaya lebih besar. Seperti halnya klorin dan bromine,
efektifitas iodine dalam membinasakan bakteri dan kista sangat
tergantung pada pH. Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih
efektif daripada klorin dan bromine.
Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena
kehadiran ammonia dalam air bromin masih lebih efektif bila
dibandingkan dengan klorin.
4. Desinfektan lain.
Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena
kurang efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru.
Desinfektan tersebut adalah:
a. Ferrat
Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe
bervalensi 6. Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik
daripada kloramin.
b. Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan
pula sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena
harganya mahal dan konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan
cukup tinggi.
c. Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang
sudah lama digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih,
penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk mengurangi
kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk menghilangkan rasa dan bau
dari air yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan pula
sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbatas karena harganya
mahal, daya bakterisidanya rendah serta warnanya mengganggu bila
digunakan pada konsentrasi tertentu.
2.9 Penjernihan Air
A. Tujuan Penjernihan Air
Proses Penjernihan air bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor atau
untuk memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan
kualitas air seperti :
Menghilangkan gas-gas terlarut
Menghilangkan rasa yang tidak enak
Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya
Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri
Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan
korosif pada pipa atau saluran air lainnya.
B. Teknik-teknik dalam penjernihan air
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk
mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan
penyaringan dan pengendapan.
Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih
dengan cara penyaringan air (Anonim, 2009) :
1. Saringan Kain Katun.
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan
teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring
dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat
membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air
keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain
yang digunakan.
2. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari
teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun,
penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran
dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.
3. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen
ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat
seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan.
Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan
mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan
endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi
tau filtrasi.
4. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan
menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku
melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
kerikil.
5. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi
arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir
Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih
dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.
.
6. Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir
Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan
melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan
Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian
hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat.
Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih
yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit
air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat
digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.
7. Saringan arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif
dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang
digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk
hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya
dapat lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan UNICEF
pada gambar di bawah ini.
8. Saringan air sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini
selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu
buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan
lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.
9. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air
disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini
umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan
tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali
ataupun dari saluran irigasi sawah. Seperti halnya saringan keramik,
kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila
dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.
10. Saringan Keramik
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama
sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air
bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter
keramik. Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang
berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses
penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama
kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga
untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang
dimasukkan jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn
keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik
tersebut pada air yang mengalir.
C. Tekhnik Pengendapan
1. Biji kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung
dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam
air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri
Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air
hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air
Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM
setempat.Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam
air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air
bersih. (Anonim, 2010)
2. Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air.
Lama pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk
pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan
pH dalam air. (Anonim, 2010)
3. Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan
juga menaikkan pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk
mengendap.
4. Kapur Gamping
Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24
jam. Juga berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi
untuk membunuh kuman, virus dan bakteri.
5. Arang batok kelapa
Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga
menjernihkan.