18
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Business Model
Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah
organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi,
sosial, ataupun bentu-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, dipakai untuk ruang
lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan aspek inti suatu
bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi,
infrastruktur, struktur organisasi, praktik-praktik niaga, serta kebijakan-kebijakan dan
proses-proses operasional. Intinya sebuah model bisnis menjelaskan alasan tentang
bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai dari
bisnis model itu sendiri. (Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2008)
Kanvas model bisnis adalah alat manajemen strategis, yang memungkinkan
dalam mengembangkan dan sketsa model bisnis baru atau yang sudah ada. Ini adalah
template visual yang pra-diformat dengan sembilan blok dari sebuah model bisnis.
Terdapat 9 blok yang meliputi, yaitu :
1. Customer segments : Target konsumen untuk produk-produk bisnis dan jasa.
2. Value Propotion : Produk dan layanan yang ditawarkan.
3. Channels : Dimana perusahaan memberikan produk dan layanan kepada
pelanggan.
19
4. Customer Relationship : Hubungan pelanggan dibentuk dan dipelihara dengan
setiap segmen pelanggan.
5. Revenue Streams : Arus pendapatan hasil dari proposisi nilai yang ditawarkan
kepada pelanggan dengan sukses.
6. Key Resource : Sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan.
7. Key Activities : Kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan model bisnis
perusahaan.
8. Key Partnership : Beberapa kegiatan outsourcing/kerjasama dan beberapa
sumber daya yang diperoleh dari luar perusahaan.
9. Cost Structure : Konsekuensi moneter dari cara yang digunakan dalam model
bisnis.
Gambar 2.1 Nine Building Blocks
(sumber : Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2008)
Kanvas model bisnis dapat dicetak pada permukaan yang besar sehingga
dalam satu tim bisnis bersama-sama dapat mulai membuat sketsa dan membahas
20
unsur-unsur model bisnis dengan post-it atau spidol papan catatan. Ini adalah alat di
tangan yang mendorong pemahaman, diskusi, kreativitas, dan analisis.
2.2 Human Resource Management (HRM)
2.2.1 Five-Factor Personality Model (CANOE)
Gambar 2.2 Five-Factor Personality Model
(Sumber: (McShane / Von Glinow, 2010 )
Dalam Human Resources Management terdapat 5 faktor utama ciri
personaliti, yaitu : (McShane / Von Glinow, 2010)
Conscientiousness and emotional stability :
Golongan ini mempunyai ciri personaliti dengan nilai kesadaran yang
tinggi, dimana golongan ini sangat berhati-hati ketika mengambil sebuah
keputusan.
21
Agreeableness :
Golongan ini mempunyai nilai yang tinggi dalam menghargai suatu
hubungan dalam masyarakat. Selain itu memiliki sikap berperikemanusian,
ramah, suka menolong, dermawan dan sanggup berkompromi dengan orang
lain walaupun akan mengganggu kepentingannya sendiri.
Neuroticism :
Golongan ini memiliki kebiasan berpandangan negatif, seperti
kemarahan, kemuraman (depression), ketakutan atau kebimbangan pada
sesuatu hal, tapi kemungkinan orang ini akan merasakan lebih dari salah satu
emosi negatif pada satu masa tertentu atau pada masa yang sama juga.
Openness to experience :
Golongan ini mempuyai sikap yang terbuka terhadap sesuatu ide atau
pendapat. Di samping itu mereka senang mencari pengalaman yang baru dan
menggunakan pengalaman yang mereka dengan sepenuhnya. Bagi golongan
ini, dunia merupakan “Tempat Pembelajaran”.
Extroversion :
Golongan ini mempunyai sikap “out going”, penuh semangat dan
bersikap positif. Individu yang tergolong dalam golongan ini mempunyai
minat terhadap orang lain dalam lingkungan sekitar mereka maupun terhadap
dirinya sendiri. Bagi golongan ini, dunia merupakan “Taman Permainan”.
22
2.2.2 Defenisi Kompetensi
Kompetensi adalah kombinasi dari keterampilan (skills), sikap kerja
(job attitude), dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin dalam perilaku
pekerjaan yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Kompetensi menentukan
faktor untuk kinerja yang sukses. Fokus dari kompetensi adalah perilaku yang
merupakan aplikasi sikap keterampilan, pekerjaan dan pengetahuan.
(Explorehr, 2011)
Gambar 2.3 Definition of Competency
(Sumber: Explorehr, 2011)
Kerangka kompetensi akan menjadi dasar untuk semua fungsi SDM
(Sumber Daya Manusia) dan melayani sebagai "linkage" (hubungan) antara
kinerja individu dan hasil bisnis.
Competency
23
Gambar 2.4 Kerangka Manajemen SDM Berdasarkan Kompetensi
(Sumber: Explorehr, 2011)
Hubungan antara kompetensi dan deskripsi pekerjaan yaitu deskripsi
pekerjaan melihat “apa”, sedangkan model kompetensi berfokus pada
“bagaimana”. Analisis deskripsi pekerjaan tradisional melihat unsur-unsur
pekerjaan dan mendefinisikan pekerjaan dalam urutan tugas yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan. Kompetensi mempelajari bahwa apakah
seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan baik, dan mendefinisikan
pekerjaan dalam hal karakteristik dan perilaku orang-orang tersebut.
2.2.3 Struktur Organisasi (Organizational Structure)
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja dan saling
bergantung untuk mecapai beberapa tujuan. Dalam efisiensi pencapaian tujuan
mereka, kelompok-kelompok ini biasanya membagi pekerjaan, terutama
ketika terdapat banyak tugas berbeda yang harus dilakukan. Mereka juga
24
menjelaskan berbagai mekanisme koordinasi untuk memastikan bahwa setiap
orang bekerja secara efektif untuk menuju tujuan yang sama.
Definisi struktur organisasi yaitu mengacu pada pembagian kerja serta
pola koordinasi, komunikasi, alur kerja, dan kekuasaan formal yang
mengarahkan kegiatan suatu organisasi.(McShane / Von Glinow,2010)
Struktur organisasi bukan hanya sekedar bagan diagram organisasi
mengenai laporan karyawan kepada manajer. Struktur Organisasi meliputi
pelaporan yang juga berkaitan dengan desain pekerjaan, arus informasi,
standar kerja dan aturan, dinamika tim, dan hubungan kekuasaan. Seluruh
struktur organisasi memiliki 2 (dua) persyaratan yang mendasar yaitu
pembagian kerja kedalam tugas yang berbeda dan koordinasi kerja sehingga
karyawan dapat mencapai tujuan bersama.
2.2.3.1 Struktur Fungsional (Functional Structure)
Struktur organisasi ini dimana karyawan diorganisir berdasarkan
sekitar pengetahuan yang spesifik atau sumber daya lainnya. Pertumbuhan
organisasi biasanya memperkenalkan struktur fungsional pada beberapa
tingkat hirarki atau beberapa dalam sejarah mereka. Struktur ini untuk
memungkinkan dalam menciptakan suatu departemen dalam berbagai
spesialisasi seperi seni (art), pemrograman (programming), audio (audio),
jaminan kualitas (quality assurance), dan desain (design). (McShane / Von
Glinow, 2010)
25
2.3 Marketing
2.3.1 Definisi Pemasaran
Definisi pemasaran dapat dibagi kedalam 2 (dua) aspek, yaitu aspek
manajerial dan aspek sosial. Definisi Pemasaran dalam aspek manajerial
didefinisikan sebagai “the art of selling products” (seni menjual produk).
Jika diperhatikan lebih lanjut, pemasaran bukanlah penjualan, karena penjulan
hanya sebagian kecil dari pemasaran yang berupa proses perencanaan dan
eksekusi konsep, penentuan harga (pricing), promosi (promotion), dan ide-ide
distribusi (distribution ideas) barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang dapat memuaskan pelanggan dan tujuan suatu perusahaan (Kotler, 2003)
Menurut (Kotler 2003), definisi pemasaran dalam aspek sosial yaitu
prosedur pemasaran yang digunakan dalam masyarakat, dimana seorang
pelaku pemasaran menyebut hal ini sebagai prosedur untuk “memberikan
sebuah standar hidup yang lebih tinggi”. Berdasarkan aspek sosial tersebut,
secara lengkap pemasaran didefenisikan sebagai proses sosial antara individu
maupun kelompok dalam mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya
melalui penciptaan (creating), penawaran (offering), dan kebebasan tukar-
menukar (freely exchanging) produk maupun jasa.
Menurut Hermawan Kertajaya yang merupakan satu pelaku marketing
di Indonesia. Dalam bukunya Rethinking Merketing, beliau mendefiniskian
pemasaran sebagai konsep bisnis strategis yang bertujuan untuk meraih
kepuasan berkelanjutan bagi ketiga stakeholder utama, yaitu konsumen,
26
orang-orang dalam organisasi tersebut dan pemegang saham (Hermawan
Kertajaya, 2004)
2.3.2 Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah analisa, perencanaan, implementasi,
serta pengendalian program-program yang dibuat untuk menciptakan,
membangun, dan memelihara transaksi yang menguntungkan target konsumen
guna mencapai tujuan perusahaan. Manajemen perusahaan meliputi
pengaturan permintaan yang mencakup manajemen hubungan dengan
konsumen. (Kotler dan Amstrong 2010)
Pada saat ini, konsep pemasaran telah bergeser sehingga manajemen
pemasaran tidak lagi hanya bertujuan untuk memperoleh konsumen untuk
mencapai target perusahaan, tetapi juga mengenai permintaan, yang pada
akhirnya mencakup manajemen hubungan dengan konsumen tersebut, karena
permintaan suatu produk dari sebuah perusahaan berasal dari konsumen baru
dan konsumen yang membeli kembali. Maka selain usaha pemasaran untuk
mendapatkan konsumen baru, juga perlu dilakukan usaha untuk membina
hubungan dengan pelanggan yang telah ada untuk hubungan jangka panjang
panjang dengan tujuan untuk membangun loyalitas konsumen.
2.3.3 Definisi Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri atas analisa, pengembangan strategi dan
penerapannya dalam mengembangkan visi mengenai tingkat ketertarikan
27
pasar terhadap organisasi, strategi pemilihan pasar, pemilihan target market,
dan pengembangan, implementasi, serta pengelolaan program strategi
penempatan (positioning) dan marketing yang didesain untuk menemukan
value (nilai) yang diinginkan oleh konsumen di setiap pasar yang mejadi
target sasaran (Cravens,2006)
Gambar 2.5 Proses Strategi Pemasaran
(Sumber: Cravens, 2006)
Proses strategi pemasaran dimulai dengan strategi menganalisa situasi,
perencanaan strategi pemasaran, pengembangan program pemasaran, dan
penerapan serta pengelolaan strategi pemasaran tersebut. Strategi untuk
menganalisa situasi, yaitu dengan cara mempertimbangkan keadaan pasar
serta menganalisisa pesaing, melakukan segmentasi pasar, serta secara berkala
mempelajari pergerakan keadaan pasar. Kemudian mendesain strategi
pemasaran yang ditujukan untuk menentukan target dan strategi positioning
yang tepat guna berdasarkan target, strategi marketing relationship, serta
perencanaan untuk produk baru. Pengembangan program pemasaran terdiri
28
dari produk, harga, distribusi, dan desain strategi promosi serta penerpannya
agar mendapatkan value (nilai) yang dibutuhkan untuk mememenuhi
keinginan dari target konsumen. Sedangkan penerapan serta pengelolaan
strategi pemasaran mempertimbangkan desain organisasional yang dibarengi
dengan adanya peranan kontrol.
2.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran adalah kesatuan alat pemasaran yang taktis serta
terarah dan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang
diinginkan target market (kotler dan Amstrong, 2001).
Bauran pemasaran terdiri dari segala kemungkinan yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya dan
memasuki peluang dalam pasar. Kemungkinan tersebut dikelompokan
menjadi 4 (empat) kelompok yang dikenal 4P “Four P” yang terdiri dari
Product (Produk), Price (harga), Place (Distribusi) dan Promotion (Promosi).
Gambar 2.6 Marketing Mix
(Sumber: Kotler, 2003)
29
2.3.4.1 Product (Produk)
Product (produk) adalah perpaduan barang dan jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan kepada target market. Produk yang ditawarkan dapat berupa
barang, jasa pelayanan, maupun informasi. Beberapa yang harus diperhatikan
dalam product adalah kualitas, manfaat, desain, ukuran dan kemasan.
2.3.4.2 Price (Harga)
Price (harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen
untuk memperoleh produk. Price bukan hanya mencakup harga yang tertera
pada barang, tetapi juga mencakup potongan harga (discount), batasan kredit,
kemudahan pembayaran, dan periode pembayaran. Price ditentukan oleh
berbagai faktor, antara lain pangsa pasar, persaingan, identitas produk, dan
nilai (value) yang diterima oleh konsumen dari produk tersebut.
2.3.4.3 Place (Distribusi)
Place (distribusi) tidak hanya mewakili tempat dimana produk tersebut
dapat ditemukan dan diketahui, tetapi juga meliputi aktivitas yang dilakukan
perusahaan agar produk tersebut mudah didapatkan oleh sasaran
konsumennya dan selalu tersedia bagi target market. Place meliputi pemilihan
lokasi, penyediaan, pengangkutan, dan logistik. Bentuk dari place mencakup
physical store (toko nyata) dan virtual store (toko maya).
30
2.3.4.4 Promotion (Pomosi)
Promotion (promosi) adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan produk serta mengajak
pelanggan sasaran agar membeli produk. Kegiatan promosi berupa periklanan
(advertising), events, sponsorships, dan sebagainya yang terangkum dalam
IMC (Integrated Marketing Communication).
2.3.5 Merek (Brand)
Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau suatu
kombinasi diantara hal-hal tersebut yang mengidentifikasi suatu produk atau jasa
dari satu penjual atau kelompok penjual sehingga membedakan mereka dari para
pesaing. (Kotler/Armstrong, 2010)
Konsumen melihat merek sebagai bagian penting dari suatu produk
dan merek dapat menambah nilai dari produk itu sendiri. Konsumen
memberikan arti sendiri untuk sebuah merek sehingga terjalin suatu hubungan
antara konsumen dengan merek tersebut. Nama-nama merek membantu
konsumen mengidentifikasi suatu produk yang mungkinakan memberikan
keuntungan kepada mereka.
Merek juga mengatakan sesuatu tentang kualitas suatu produk dan
konsistensi konsumen yang akan selalu membeli merek yang sama dan
memberikan pandangan bahwa mereka akan mendapatkan fitur, manfaat, dan
kualitas yang sama ketika mereka membeli prodak tersebut. Branding akan
pula memberikan beberapa keuntungan terhadap penjual. Nama dari suatu
31
merek akan menjadi dasar dimana dapat membangun suatu cerita tentang
kualitas khusus dari produk. Nama merek sangat penting keberadaanya
sehingga para penjual akan mempatenkan nama merek yang mereka miliki
untuk mencegah kemungkinan adanya peniruan merek oleh pesaing.
2.3.5.1 Ekuitas Merek (Brand equity)
Merek memiliki suatu nilai yang lebih dari sekedar nama dan
simbol. Mereka adalah elemen kunci dalam suatu hubungan perusahaan
dengan konsumen. Merek akan mewakili persepsi konsumen, perasaan
tentang produk dan layanan yang berarti kepada konsumen. Dalam
analisis akhir, merek ada berada dipikiran konsumen. Seorang marketer
mengatakan bahwa “products are created in the factory, but brands are
created in the mind” (produk ini diciptakan di pabrik, namun merek
tercipta di dalam pikiran). ( Kotler / Armstrong, 2010)
Sebuah merek yang kuat akan memiliki ekuitas merek yang tinggi.
Ekuitas merek adalah efek diferensial yang mengetahui nama merek
telah direspon oleh pelanggan untuk produk dan pemasarannya. Hal ini
merupakan suatu ukuran kemampuan merek untuk menangkap preferensi
konsumen dan loyalitas.
2.3.6 Segmenting, Targenting, Positioning
Menurut Kotler (2001), begitu banyaknya jenis konsumen yang
berbeda-beda dengan beragam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan
32
harus membagi seluruh pasar, melakukan pemilihan segmen yang tepat guna,
serta membuat strategi yang tepat untuk melayani pilihan segmen sehingga
menghasilkan laba yang lebih besar dari pesaingnya.
Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu segmentasi pasar (market
segementing), menetapkan pasar sasaran (market targeting), dan
menempatkan posisi pasar (market positioning).
Gambar 2.7 Segmenting, Targeting, Positioning
(Sumber: Kotler, 2001)
2.3.6.1 Segmentasi Pasar (Market Segmenting)
Segmentasi adalah kegiatan membagi-bagi pasar (konsumen) ke dalam
kelompok yang lebih homogen dengan harapan akan diperoleh respon, seperti
membeli, memakai, menerima, percaya, setia atau sejenisnya. Dalam
prakteknya segmentasi pasar merupakan proses pembagian pasar menjadi
beberapa kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan,
karakteristik, atau perilaku, dan bauran pemasaran yang berbeda. (Kasali,
2003)
Variabel yang mempengaruhi titik central jala itu terbagi dua, yakni :
Segmenting
- Identifikasi variable
segmentasi dan
segmentasi pasar.
- Mengembangkan
bentuk segmen yang
menghasilkan laba.
Targeting
- Evaluasi daya tarik
masing-masing
segmen.
-Memilih segmen
sasaran.
Positioning
-Identifikasi konsep
penetapan
-Memilih,
mengembangkan dan
mengkomunikasikan
konsep penetapan
posisi pilihan.
33
1. Infered Variables, yakni variabel yang dapat diperoleh dengan melakukan
wawancara secara langsung dengan publiknya seperti pertanyaan
mengenai persepsi, sikap dan pengertian. Biasa disebut dengan variabel
kualitatif.
2. Objectives Variables, yakni variabel yang biasa digunakan oleh peneliti
pemasaran untuk melakukan segmentasi. Biasa disebut variabel kuantitatif
dan dapat dibaca melalui data-data statistik seperti data-data
kependudukan.
Berdasarkan kotler (2003), ada tiga variable segmentasi utama, yaitu :
1. Segmentasi Geografis (Geographic segmentation)
Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar ke dalam beberapa
satuan geografis yang berbeda.
2. Segmentasi Demografis (Demografic segmentation)
Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar menjadi
kelompok-kelompok berbeda berdasarkan variable-variabel
demografis.
3. Segmentasi Psikografis (Psycographic Segmentation)
Segmentasi yang dilakukan dengan membagi pasar menjadi
kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial,
kepribadian atau nilai.
34
Menurut Kotler (2003), agar segmentasi pasar dapat berperan, maka
segmen pasar tersebut harus memiliki 5 (lima) karakteristik berikut :
1. Measurable
Ukuran segmen, daya beli segmen dan karakteristik segmen harus
dapat diukur.
2. Substantial
Sebuah segmen harus merupakan kesatuan grup homogen yang akan
memiliki kemungkinan untuk memperoleh keuntungan terbesar jika
program dan pemasaran dijalankan pada segmen tersebut.
3. Accessible
Segmen harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
4. Differentiable.
Segmen-segmen tersebut dapat dipisahkan secara konseptual dan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap program dan elemen
bauran pemasaran yang berbeda.
5. Actionable
Program yang dibuat secara efektif harus dapat diterapkan untuk
menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.
2.3.6.2 Menetapkan Sasaran Pasar (Market Targeting)
Menetapkan sasaran pasar diawali dengan proses evaluasi daya tarik
dari masing-masing segmen pasar dan memiliki satu atau lebih segmen yang
35
paling memberikan keuntungan untuk dimasuki. Berdasarkan Kotler (2003),
ada lima pola yang dapat digunakan ketika masuk sasaran pasar, yaitu :
Gambar 2.8 Pola Penetapan Pasar Sasaran
(Sumber: Kotler, 2003)
Dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Single-segment concentration
Dengan hanya berkonsentrasi pada satu segmen, sehingga perusahaan
mendapatkan pengetahuan yang kuat terhadap kebutuhan segmen pasar
yang menjadi sasaran dan mendapatkan pola pikir yang kuat dari
konsumen pada segmen tersebut. Pola ini memiliki resiko yang cukup
tinggi yaitu apabila terjadi kejenuhan pada segmen ini, maka perusahaan
menghadapi resiko kehilangan keseluruhan pasar.
36
2. Selective specialization
Pada pola ini perusahaan memilih beberapa segmen yang dianggap paling
menguntungkan. Kelebihan dari pola ini adalah kemampuan perusahaan
untuk mengurangi resiko menjadi lebih besar.
3. Product Specialization
Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi satu jenis produk
yang akan dijual pada beberapa segmen.
4. Market Specialization
Pola ini menggambarkan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis
produk yang akan dijual pada satu segmen saja. Kelebihan dari pola ini
adalah perusahaan akan mendapatkan reputasi tinggi dari konsumen pada
target segmen yang dimasuki.
5. Full Market Coverage
Pada pola ini, perusahaan berusaha untuk mencakup keseluruhan pasar
yang ada dengan memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yang
berbeda di setiap segmen pada keseluruhan pasar.
2.3.6.3 Menempatkan Posisi Pasar (Market Positioning)
Menempatkan posisi pasar adalah kegiatan perusahaan untuk
meletakan sebuah produk agar mendapatkan tempat yang jelas, dapat
dibedakan, serta lebih diharapkan daripada produk pesaing dalam benak
sasaran konsumen sehingga akan memberikan manfaat yang sangat besar
didalam sasaran pasarnya
37
Menurut Kotler (2003), sebuah perusahaan harus menghindari 4
(empat) kesalahan utama dalam menempatkan posisi pasar, yaitu :
1. Underpositioning
Penempatan posisi yang terlalu rendah sehingga menyebabkan konsumen
hanya memiliki gambaran produk yang dangkal. Akibat dari posisi ini
adalah konsumen tidak memberikan responnya pada produk dan
kemungkinan tidak akan menkongsumsinya.
2. Overpositioning
Penempatan posisi yang terlalu tinggi untuk sebuah produk yang akan
mengakibatkan timbulnya persepsi salah pada suatu harga produk
sehingga konsumen enggan untuk membeli karena menganggap harga
terlalu tinggi.
3. Confused Positioning
Penempatan posisi yang membingungkan yang diakibatkan karena
perusahaan yang terlalu sering mengganti posisi pasarnya sehingga
menyebabkan konsumen gagal untuk mendapatkan gambaran produk
secara keseluruhan.
4. Doubtful Positioning
Penempatan posisi produk yang meragukan sehingga mengakibatkan
timbulnya ketidakpercayaan konsumen yang timbul karena produk
tersebut.
38
2.4 Strategic
2.4.1 Pengertian Strategi
Strategi merupakan alat untuk mencapai suatu sasaran jangka panjang.
Dalam perkembangannya, konsep mengenal strategi terus berkembang sesuai
kemajuan dunia. Memahami strategi sering kali terasa tidak mudah, karena
setiap literatur memberikan definisi yang berbeda dan sampai saat ini tidak
ada definisi yang baku. Beberapa di antara definisi-definisi tersebut adalah :
(Tripono dan Udan, 2005).
2.4.2 Definisi Strategi
Strategi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-
tujuan, kebijakan-kebijakan dan tindakan-tindakan atau program organisasi.
Dapat juga didefinisikan bawa strategi adalah rencana tentang apa yang ingin
dicapai atau hendak menjadi apa suatu organisasi di masa depan (arah) dan
bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (rute). Sehingga
dengan adanya strategi akan tercipta suatu pola tindakan dan alokasi sumber
daya yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi.
Strategi memiliki banyak definisi, untuk memperjelas definisi strategi
sebagian orang mencoba membedakan antara strategi dan taktik, yaitu strategi
sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan jangka panjang, sedangkan taktik
tersebut sebagai cara-cara untuk mencapai jangka pendek.
39
Berdasarkan pengamatan, proses paling krusial pada saat perumusan
strategi adalah pada saat merumuskan alternatif dan menentukan pilihan
tujuan atau cara, yang artinya strategi yang baik harus dihasilkan dari proses
memilih alternatif-alternatif yang ada (alternatif harus lebih dari satu).
Seringkali alternatif-alternatif yang tidak ikut terekomendasikan dalam
rumusan strategi, padahal strategi terpilih akan jauh lebih bermakna bila
alternatif-alternatif yang tidak terpilih juga direkomendasikan untuk
mempermudah dalam menafsirkan rumusan strategi pilihan.
Dengan demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa :
“strategi adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi dimasa
depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut
(rute).”
2.4.3 Strategi Korporat
Sering dijumpai sebuah organisasi memiliki lebih dari satu unit bisnis
atau unit kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi tersebut mungkin
semuanya ditunjukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented) atau
mungkin semuanya ditujukan untuk kegiatan sosial (non profit/social
oriented) atau gabungan keduanya, yaitu sebuah organisasi memiliki beberapa
bisnis yang bersifat “profit oriented” dan beberapa bisnis yang bersifat “non
oriented/social” (Fred. R David, 2002)
40
2.5 Teori Managemen Operasional
2.5.1 Definisi Teori Antrian
Antrian merupakan situasi menunggu untuk mendapatkan jasa
pelayanan. Dalam “Operations Management for Competitive Advantage”,
(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), teori antrian adalah sebuah ilmu
pengetahuan mengenai antrian. Antrian merupakan sekumpulan orang atau
barang dalam barisan yang menunggu untuk sebuah pelayanan. Dari definisi
yang telah tertera diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antrian adalah suatu
proses yang berhubungan dengan kedatangan sejumlah pelanggan untuk
mendapatkan suatu fasilitas pelayanan, kemudian proses pelanggan tersebut
menunggu dalam sebuah antrian, dan terakhir adalah pelanggan meninggalkan
fasilitas pelayanan tersebut. Sehingga, secara lebih singkat lagi, teori antrian
adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian-antrian atau baris
penungguan.
2.5.1.1 Komponen Sistem Antrian
Dalam buku “Operations Management for Competitive Advantage”,
(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), sistem antrian terdiri dari tiga komponen
yaitu:
41
Gambar 2.9 Komponen Sistem Antrian
(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, (Chase, Jacobs & Aquilano, 2004)
1. Kedatangan pelanggan dan distribusi kedatangan
Dari sumber populasi dan cara kedatangan pelanggan dan pola cara
kedatangan pelanggan dalam sistem terbagi menjadi dua karakteristik, yaitu:
A. Ukuran populasi
a. Populasi terbatas
Populasi terbatas merupakan sebuah antrian ketika hanya ada
pengguna pelayanan yang potensial dengan jumlah yang
terbatas.
b. Populasi tidak terbatas
Populasi tidak terbatas merupakan sebuah antrian dengan
jumlah kedatangan pelanggan yang didalamnya memiliki
sedikit jumlah pelanggan yang potensial dalam kurun periode
waktu tertentu.
42
B. Pola kedatangan
a. Kedatangan konstan
Waktu kedatangan pelanggan secara konstan dalam setiap
periode waktu tertentu.
b. Kedatangan variabel (acak)
Waktu kedatangan pelanggan secara acak setiap periode waktu
tertentu.
C. Besar jumlah kedatangan
a. Kedatangan tunggal
Kedatangan pelanggan satu per satu atau dalam satu unit.
b. Kedatangan kelompok
Kedatangan pelanggan dalam jumlah lebih sari satu unit.
D. Tingkat kesabaran
a. Kedatangan sabar
Pelanggan yang sabar menunggu dalam antrian sampai
dilayani dan tidak berpindah garis antrian.
b. Kedatangan tidak sabar
Terdapat dua kerekteristik pelanggan yang tidak sabar, yaitu:
o Balking yaitu pelanggan yang menolak tidak ikut dalam
antrian karena merasa lamanya waktu yang dibutuhkan
mengantri tidak cocok dengan waktu yang mereka
miliki.
43
o Reneging yaitu pelanggan sudah masuk dalam antrian
dan membatalkan sebab tidak sabar karena waktu antri
yang menurut mereka terlalu lama.
2. Faktor komponen sistem antrian
Faktor yang mempengaruhi komponen sistem antrian adalah sebaga berikut:
A. Panjang
Terdapat dua macam jenis panjang antrian untuk mencapai pelayan
jasa yang disediakan yaitu: kapasitas panjang tidak terbatas (infinite
line capacity) yang merupakan antrian yang panjangnya tak terjangkau
sehingga harus mengambil tempat-tempat umum untuk melanjutkan
bentuk antrian, dan kapasitas panjang terbatas (limited line capacity)
yang merupakan area yang tidak dirancang untuk antrian panjang
sehingga menerapkan sistem peletakan transaksi pelayanann jasa
dalam jumlah yang banyak.
B. Baris
Terdapat dua jenis baris dalam jalur antrian yaitu: jalur tunggal dan
jalur berganda.
C. Disiplin
Antrian yang mengacu pada peraturan pelayanan yang ada dalam
barisan untuk menerima pelayanan. Disiplin antrian terdapat empat
jenis yaitu:
a. First Come First Serve (FCFS)
44
Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan
sesuai urutan yang datang pertama.
b. Last Come First Serve (LCFS)
Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan yang
datang terakhir.
c. Shortest Operation Times (SOT)
Disiplin antrian yang mendahulukan melayani pelanggan yang
membutuhkan waktu pelayanan tersingkat.
d. Service In Random Order (SIRO)
Disiplin antrian yang melayani pelanggang secara acak tidak
mempedulikan urutan antrian.
D. Fasilitas pelayanan
Karakteristik fasilitas pelayanan sangat penting dan dibagi menjadi
dua yaitu:
Desain sistem pelayanan
o Jalur Tunggal
Sistem jalur tunggal, satu tahap
Struktur yang sederhana untuk distribusi
kedatangan dan pelayanan standar. Contoh:
tukang pangkas rambut.
Sistem jalur tunggal, tahap berganda
45
Struktur dimana pelanggan menerima pelayanan
dari satu pusat yang kemudian keluar dari
sistem. Contoh: pencucian mobil, McDonald.
Sistem tunggal dan berganda
o Jalur Berganda
Sistem Jalur Berganda, Satu Tahap
Sistem pelayanan dengan saluran tunggal yang
menawarkan beberapa loket pelayanan. Contoh:
Bank, loket tiket.
Sistem Jalur Berganda, Tahap Berganda
Sistem pelayanan dimana pelanggan menerima
pelayanan dari beberapa loket layanan sebeum
meninggalkan sistem.
46
Gambar 2.10 Struktur Antri
(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),
Distribusi waktu pelayanan
o Konstan
Waktu proses pelayanan untuk melayani setiap
pelanggan sama. Contoh: cuci mobil otomatis.
o Acak
Waktu proses pelayanan untuk melayani setiap
pelanggan berbeda-beda. Contoh: pelayanan customer
service di bank.
47
3. Pelanggan Meninggalkan Sistem (Exit)
Setelah pelanggan selesai menerima pelayanan, terdapat dua kemungkinan
keluar yaitu:
A. Kembali ke populasi
Setelah selesai menerima pelayanan pelanggan kembali ke asal
populasi.
B. Kembali untuk reservice
Setelah selesai menerima pelayanan pelanggan kembali lagi untuk
mendapatkan pelayanan karena kebutuhan.
2.5.2 Strategi Bisnis Pelayanan
2.5.2.1 Pengertian Bisnis Pelayanan
Dalam buku “Operations Management for Competitive
Advantage”, (Chase, Jacobs & Aquilano, 2004), melihat adanya
pandangan bahwa servis adalah berparalel dengan tingkat kualitas
sebab jasa merupakan intangible goods yang tidak dapat dilihat dengan
panca idera mata. Pelanggan adalah fokus utama untuk segala
pertimbangan keputusan dan aksi dalam sebuah bisnis yang bergerak
dalam bidang servis (jasa). Dilihat dari The Service Triangle yang
tertera dibawah, pelanggan adalah kunci utama maka dari itu peletakan
pelanggan pun berada di tengah yang berarti merupakan sumber fokus
untuk strategi strategi pelayanan (Service strategy), sistemnya (support
system) dan para pekerja pelayan servis (employee).
48
Gambar 2.11 The Service Triangle
(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),
2.5.2.2 Komponen Bisnis Pelayanan
Pengoperasian bisnis pelayanan jasa dikategorikan menjadi dua
sesuai dengan tingkat interaksi yang terjadi dengan pelanggan, yaitu
ingkat kontak yang tinggi dengan pelanggan dan tingkat kontak yang
rendah dengan pelanggan. Selain itu, merancang sebuah organisasi
atau bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa membutuhkan
empat faktor dasar untuk mencapai tujuan jenis pelayanan yang
meliputi:
1. Identifikasi pelanggan
2. Konsep pelayanan
3. Strategi pelayanan
4. Service delivery system
49
Dalam bisnis, persaingan antara indutri yang bergerak dalam
bidang pelayanan jasa mengejar prioritas tingkat performa jasa yang
meliputi faktor-faktor penting seperti:
1. Pelayanan terhadap pelanggan dalam membantu dan keramahan.
2. Kecepatan dan efektifitas pelaksanaan (service delivery).
3. Harga dari jasa.
4. Banyaknya keragaman jenis jasa yang ditawarkan.
5. Kualitas jasa.
6. Keunikan keahlian yang ditawarkan dalam pelayanan jasa.
Faktor-faktor yang telah disebukan merupakan inti dari sebuah
arus proses pelayanan yang akan berlangsung. Oleh karena itu, arus
proses pelayanan harus memiliki sistem. Arus prosedur dalam sebuah
bisnis umum disebut flow-chart, dan dalam bisnis pelayanan terdapat
hal serupa di disebut Service Blueprint. Service Blueprint merupakan
sebuah flow-chart yang mendeskripsikan alur prosedur dalam proses
pelayanan jasa dan merupakan sebuah perangkat yang
menggambarkan proses sebuah pelayanan, titik kontak pelanggan
dengan pelanggan dan bukti dari pelayanan yang dilihat pelanggan.
Service Blueprint berfungsi untuk melihat dan mengendalikan proses
pelayanan jasa supaya dapat mengidentifikasikan dimana letak
kemungkinan terjadinya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan
sehingga dapat menghasilkan standar servis dalam layanan.
50
Sistem antisipasi untuk mencegah beragam kesalahan demi
keselamatan pengguna disebut poka-yokes (dalam Bahasa Jepang yang
berarti “mengelak kesalahan”). Contohnya adalah alarm yang
berbunyo pada mesin ATM saat pengguna lupa untuk mengambil
kembali kartu dalam bibir mesin. Berikut adalah contoh Service Blue-
Print pada operasional servis mobil.
Gambar 2.12 Service Blue-Print dan Fail-saving dalam operasional servis mobil
(Sumber: “Operations Management for Competitive Advantage”, Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),
Selain itu, terdapat 3 (tiga model) pendekatan yang dapat
dilakukan oleh sebuah bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan,
yaitu:
1. The product-line approach
Menurut Theodore Levitt dalam buku “Operations Management
for Competitive Advantage”,(Chase, Jacobs & Aquilano, 2004),
nilai (value) yang terdapat adalah menyelesaikan masalah yang
pada umumnya terdapat dapat konsep penyajian pelayanan.
51
Pelayanan jasa mengimplementasikan subordinasi kepada server
yang dilayani, sedangkan cara penyajian pelayanan industri
manufaktur mengatasi masalah tersebut karena fokus utamanya
produk berbentuk barang bukan orang.
2. The self-service approach
Menurut C.H. Lovelock dan R.F. Young dalam buku “Operations
Management for Competitive Advantage”, (Chase, Jacobs &
Aquilano, 2004), proses pelayanan dapat dikembangkan dengan
melibatkan peran pelanggan untuk meningkatkan produksi layanan
jasa.
3. The personal-attention approach
Penyajian jasa yang melibatkan interaksi secara individual antara
personil pelayanan jasa dan pelanggan. Model ini membangun
relasi dengan pelanggan dan melayani pelanggan secara spesifik
dan unik secara indiviual untuk memenuhi setiap kebutuhan
pelanggan.
Kesuksesan taman bermain Disneyland yaitu karena
keunikannya dalam menyediakan sebuah servis yang ditawarkan
adalah nilai (value) lebih yang membuatnya berbeda dan menonjol
dibandingkan dengan para pesaingnya. Seperti yang terjadi dalam
52
taman bermain Disneyland yang saat ini namanya sudah diketahui
diseluruh dunia. Disneyland merupakan sebuah contoh kesuksesan
yang bisa dijadikan contoh dalam bisnis entertainment khususnya
dengan terget pengguna anak-anak. Kesuksesan yang diraih oleh
Disneyland adalah dari faktor-faktor penting yang berpengaruh
sebagai berikut : (Christopher Kirkman, Yale School of Management,
2001)
1. Diversifikasi (Diversification)
“However, Disney distinguishes itself by its fundamental
understanding and usage of this concept throughout its
diversifications efforts.”
Walt Disney berhasil mengaplikasikan sebuah perbedaan dalam
taman bermainnya dibandingkan dengan tema taman bermain
lainnya pada saat itu. Disneyland menghadirkan sebuah taman
bermain yang mengajak untuk merasakan masuk dalam sebuah
dunia magic dalam imajinasi. Diversifikasi yang diaplikasikan
dalam tema wahana taman bermain saat itu sangat kuat konsep
“The Magic Kingdom”. Disneyland berhasil membuat image
magic dalam setiap wahana, permainan, tema sampai tokoh-
tokohnya.
53
2. Kendali (Control)
“In addition, Disney lobbied to have control of the facilities that
supplied Disneyland, normally a civic responsibility.”
Kesuksesan Disneyland ternyata dikarenakan faktor
pengendalian yang kuat dalam segala operasionalnya.
Disneyland menaruh disiplin yang sangat tinggi dalam peraturan
dan regulasi pekerjanya. Selain itu, Disney mengambil kendali
dalam berbagai fasilitas yang mendukung Disneyland yang
seharusnya kewajiban peraturan sipil.
3. Kepemimpinan (Leadership)
“One of the keys to Disney’s early success, similar to the
successes of Southwest or Wal-Mart, was consistent leadership.”
Berawal dari suksesnya kepemimpinan yang diterapkan oleh
Walt Disney adalah inovasi kepemimpinan. Kepemmpinan yang
konsisten mengalir terus dalam perusahaan. Kesuksesan
managemen dari Disneyland adalah pemahaman bahwa Walt
Disney menyentuh setiap pegawai yang bekerja dalam perusahan
tersebut dengan spirit.
Tiga faktor tersebut akan diaplikasikan dalam Candy Land untuk
membangun kesuksesan seperti yang telah dijalankan oleh taman
bermain Disneyland.
54
2.6 Teori Financial
2.6.1 Income Statement
Pengertian income statement dalam buku “Financial Management: Principles and
Applications”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007), adalah mengukur besarnya
keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam jangka waktu periode
tertentu. Rumus untuk income statement adalah:
Sales – Expenses = Profits
Gambar 2.13 Income Statement
(Sumber: “Financial Accounting: Tools for Business Decision Making”, Kimmel, Weygandt, Jerry &
Kieso, 2007)
Laporan income statement erat kaitannya dengan lima aktivitas
finansial yang menggerakkan profit sebuah perusahaan, yaitu meliputi:
1. Revenue adalah uang hasil penjualan dari produk atau jasa yang
ditawarkan oleh sebuh perusahaan.
2. Cost of Goods Sold (COGS) merupakan biaya pengeluaran untuk
sebuah produk atau jasa yang akan dijual.
55
3. Operating expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan
berbagai tindakan operasional meliputi pemasaran, distribusi maupun
administrasi produk atau jasa yang akan dijual.
4. Financial cost adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran
bunga (interest) kepada kreditor dan pembayaran dividen kepada pada
pemegang saham (stockholders).
5. Tax expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pajak
berdasarkan penghasilan yang dihasilkan perusahaan.
2.6.2 Balance Sheet
Pengerti balance sheet dalam buku “Financial Management:
Principles and Applications”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007),
adalah laporan finansial keadaan atau posisi finansial sebuah perusahaan pada
waktu yang sangat spesifik yaitu pada sebuah tanggal, memperlihatkan
keadaan asset, liabilities, dan own-supplied capital. Rumus untuk balance
sheet adalah:
Total Assets = Outstanding Debt + Shareholders’ Equity
56
Gambar 2.14 Balance Sheet
(Sumber: “Financial Accounting: Tools for Business Decision Making”, Kimmel, Weygandt, Jerry &
Kieso, 2007),
Dalam balance sheet, aset sebuah perusahaan dikategorikan menjadi
tiga jenis.
1. Current Asset
Menurut definisi dari buku “Financial Accounting: Tools for Business
Decision Making”, (Kimmel, Weygandt, Jerry & Kieso, 2007),
current asset merupakan aset sebuah perusahaan yang diekspektasikan
dirubah menjadi cash atau terpakai dalam kurun periode satu tahun.
Current asset meliputi Cash, Account Receivable, Inventorydan
Prepaid expenses.
57
2. Fixed Asset
Fexed asset meliputi mesin dan peralatan, bangunan, serta property.
3. Other Asset
Asset lainnya merupakan semua asset yang tidak tergolongkan dalam
current asset maupun fixed asset, contohnya seperti intangible asset
berupa hak patent, copyrights atau goodwill.
2.6.3 Financial Forecasting
Financial forecasting atau perencanaan finansial menurut buku
“Financial Management: Principles and Applications”, (Kimmel, Weygandt,
Jerry & Kieso, 2007), digunakan untuk menentukan kebutuhan finansial
sebuah perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan secara benar
berarti menyiapkan segala sesuatu serta bentuk antisipasi untuk siap
menghadapi berbagai keadaan. Terdapat tiga langkah dasar untuk membuat
sebuah perencanaan finansial, yaitu:
1. Proyeksikan sales revenue dan pengeluaran perusahaan dalam jangka
periode yang direncanakan.
2. Estimasi level investasi dalam current asset dan fixed asset yang
dibutuhkan untuk mendukung proyeksi penjualan.
3. Determinasikan kebutuhan finansial perusahaan dalam periode proses
perencanaan.
58
Metode Percent of Sales of Financial Forecasting merupakan metode
yang umum digunakan untuk membuat sebuah proyeksi finansial. Metode
tersebut melibatkan tingkat pengeluaran, aset, atau liability untuk masa
periode kedepan sebagai dasar persentasi dari perencanaan sales. Persentase
yang digunakan dapat diambil dari laporan finansial terbaru sebagai persentasi
current sales atau dari perhitungan rata-rata dalam jangka periode beberapa
tahun.
2.6.4 Break-Event Point
Model Break-Event Point (BEP) merupakan adaptasi sederhana dari
income statement sebuah perusahaan yang diekspresikan dengan format
analisa sebagai berikut;
Sales – (Total Variable Cost + Total Fixed Cost) = Profit
Untuk dasar produksi, merupakan keharusan untuk mengenalkan harga
jual setiap unit dan output variable cost per unit. “Profit” dalam BEP
dinyatakan sebagai EBIT. BEP dapat dikalkulasi dengan menyatakan bahwa
EBIT menjadi nol. Rumusnya adalah sebagai berikut:
(Sales Price per Unit)(Unit Sales) - (Variable Cost per Unit)(Unit Sold)
+ (Total Fixed Cost) = EBIT = $0
59
2.7 Five Forces Model
Analisis ini dikemukan oleh Michael E. Porter. Five Forces Model Porter
adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan analisis dari sebuah struktur
industry. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu:
1. Masuknya kompetitor. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk
kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada
2. Ancaman produk atau jasa pengganti. Cara mudah masuknya produk atau
jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada,
khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah.
3. Daya tawar dari pembeli. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli
mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana dia akan melakukan
transaksi.
4. Daya tawar dari supplier. Bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada
banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka
memonopoli supply barang.
5. Persaingan di antara pemain yang sudah ada. Bagaimana kuatnya
persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat
dominan atau semuanya sama.
Kadang ditambahkan kekuatan kompetitif yang ke-enam yaitu:
6. Pemerintah
60
Gambar 2.15 The Five Forces Model
Five Forces Model Porter merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam
strategi bisnis. Model ini telah banyak digunakan dalam berbagai macam kesempatan.
Model Porter ini sangat kuat baik dari dalam maupun luar industri.
Mari kita bahas hal-hal yang mempengaruhi kelima kekuatan tadi:
a. Ancaman kompetitor baru tergantung pada:
Skala ekonomis.
61
Modal untuk investasi.
Akses untuk distribusi.
Akses ke teknologi.
Brand loyalty, apakah pelanggan setia dengan brand tertentu
Peraturan Pemerintah.
b. Ancaman dari produk, jasa pengganti tergantung pada:
Kualitas, Apakah kualitas pengganti tersebut lebih baik atau tidak?
Keinginan pembeli untuk beralih ke produk jasa pengganti
Harga dan performa dari produk jasa pengganti
Biaya untuk beralih ke produk jasa pengganti. Apakah mudah untuk
mengubah ke produk lain.
c. Daya tawar dari pembeli, tergantung pada:
Konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau banyaknya
penjual.
Diferensiasi dari produk, apakah produk tersebut standar atau tidak.
Profitabilitas pembeli.
Kualitas dari produk dan servis.
Perpindahan biaya, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok lain
62
d. Daya tawar dari supplier tergantung pada:
Konsentrasi dari supplier, apakah banyak pembeli dan sedikit supplier
Brand, apakah brand supplier tersebut sudah kuat ?
Profitabilitas Supplier.
Pemasok masuk ke dalam industri contoh produsen mengatur sendiri gerai
ritelnya.
Pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain.
Kualitas dari produk dan servis.
Perpindahan biaya, seberapa mudah pemasok untuk mencari pelanggan baru.
e. Persaingan di antara pemain yang sudah ada tergantung pada:
Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat
banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor.
Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka persaingan
akan sedikit.
Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi akan
mendorong kompetitor untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih
murah.
Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas
biasanya akan memiliki persaingan yang besar.
Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah beralih
ke biaya tinggi.
63
Tujuan strategis, Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif maka
persaingan akan semakin besar
Ketika hambatan utk meninggalkan industri semakin tinggi maka persaingan
akan semakin besar.
Manfaat dari Five Forces Model Porter :
Model ini merupakan alat yang kuat untuk analisis kompetitif di tingkat
industri
Memberikan input yang berguna untuk melakukan Analisis SWOT
2.8 Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat)
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana
apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Outline Proses Rinci Kerangka SWOT – sebuah matrix dua kali dua – sebaiknya
dikerjakan dalam suatu kelompok yang terdiri dari anggota kunci tim atau organisasi.
Pertama, penting untuk diketahui dengan jelas tentang apa tujuan perubahan kunci,
dan terhadap tim atau organisasi apa analisis SWOT akan dilakukan. Setelah
pertanyaan-pertanyaan ini dijelaskan dan disepakati, mulailah dengan brainstorming
64
gagasan, dan kemudian setelah itu dipertajam dan diperjelas dalam diskusi. Perkiraan
mengenai kapasitas internal dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah
proyek atau organisasi saat ini: sumberdaya yang dapat segera dimanfaatkan dan
masalah yang belum juga dapat diselesaikan. Dengan melakukan hal ini kita dapat
mengidentifikasi dimana/kapan sumberdaya baru, keterampilan atau mitra baru akan
dibutuhkan. Bila berpikir tentang kekuatan, perlu memikirkan tentang contoh-contoh
keberhasilan yang nyata dan apa penjelasannya.
Dalam mengukur korporat/perusahaan maka manajemen perlu memonitor
lingkungan internal perusahaan dan lingkungan eksternal. SWOT adalah akronim dari
Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang merupakan faktor-faktor
strategic dalam organisasi. (Fred R. David, 2001)
1. Strenght & Weaknesses (Kekuatan dan Kelemahan)
Kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, merupakan suatu hal yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan itu sendiri. Analisa kekuatan internal dan
eksternal perusahaan, merupakan analisa yang dilakukan terhadap seluruh
bagian perusahaan. Dengan adanya analisis ini, perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan yang dihasilkan dari kekuatan internal perusahaan
dan memperbaiki kelemahan yang ada didalam perusahaannya.
2. Opportunities & Threats (Peluang dan Ancaman)
Peluang dan ancaman berasal dari luar perusahaan, biasanya mengacau
kepada ekonomi secara makro, hukum, perubahan pada teknologi serta tren
persaingan usaha dimasa yang akan datang. Dengan adanya analisa peluang
65
dan ancaman ini, diharapkan perusahaan mampu meningkatkan keuntungan
dari adanya peluang usaha serta meredam resiko dari adanya ancaman usaha
yang dilihatnya.
2.9 Edukasi
Edukasi adalah penambahan pengetahuan seseorang melalui teknik praktik
belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata,
dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Himle, 1996 dala, Suliha,
2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi
orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar
terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).
2.9.1 Petualangan (Adventure)
Petualangan didefinisikan sebagai pengalaman yang menarik atau
tidak biasa, tetapi juga mungkin cukup berisiko dalam melakukan sesuatu hal
untuk medapatkan hasil yang tak pasti. Istilah ini sering digunakan untuk
merujuk kepada kegiatan dengan beberapa potensi bahaya fisik, seperti terjun
payung, mendaki gunung atau berpartisipasi dalam olahraga ekstrim.
Bagi sebagian orang petualangan menjadi pengejaran utama di dalam
dan dari dirinya sendiri (Andre Malrauk, kondisi la nya humaine, 1993).
Kegiatan petualangan biasanya dilakukan untuk tujuan rekreasi atau
66
kegembiraan, misalnya seperti petualangan balap dan wisata petualangan.
Kegiatan petualangan juga dapat menyebabkan keuntungan daa pengetahuan,
seperti yang dilakukan oleh penjelajah dan perintis. Petualangan beredukasi
menggunakan pengalaman yang menantang untuk belajar.
Seorang petualang adalah orang yang mendasarkan gaya hidupnya
atau kekayaan mereka pada tindakan-tindakan petualangan. Dalam buku-buku
komik seperti “Buku panduan resmi dari Marvel Universe” yang “petualang”
digunakan sebagai sinonim untuk “super-hero” ketika pendudukan daftar
karakter. Sedangkan dalam peran bermain Game, para karakter pemain sering
petualang profesional yang mendapatkan kekayaan dan ketenaran dengan
petualangannya, seperti melakukan misi berbahaya, menjelajahi reruntuhan
dan membunuh lawan/monster. Stereotip ini cukup kuat bahwa petualang
sering dapat digunakan sebagai sinonim untuk karakter pemain.
2.9.2 Innovasi dan Kreativitas
2.9.2.1 Definisi Inovasi dan Kreativitas
Inovasi adalah suatu proses untuk mengubah kesempatan
menjadi ide yang dapat dipasarkan. Inovasi merupakan fungsi utama
dalam proses kewirausahawan. Peter. F Drucker (dalam bukunya
“Innovation and Entrepreneurship” mengatakan inovasi memiliki
fungsi yang khas bagi wirausahawan.
Menyadari fungsi kreatifitas dalam proses inovasi merupakan
hal yang penting dalam menemukan sebuah strategi yang tepat. Kreatif
67
adalah pembangkitan ide yang menghasilkan penyempurnaan
efektifitas dan efisien suatu sistem.
Kreativitas adalah suatu proses yang dapat dikembangkan dan
ditingkatkan oleh setiap orang pada tingkat tertentu. Tetapi orang
mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu menjadi
lebih kreatif daripada orang lain. Tipe-tipe Inovasi dapat berupa:
Menghemat modal (capital saving)
Menghemat tenaga kerja (labor saving)
Atau dapat pula bersifat netral dipandang dari sudut kedua
macam input tersebut:
Inovasi dapat pula dipandang dari sudut permintaan dan biaya.
Ada inovasi yang memerlukan biaya.
Ada pula inovasi yang meningkatkan permintaan.
Dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi akan tercipta
suatu perencanaan strategis yang tepat bagi perusahaan untuk
menambah daya saing dan meraih pasar yang lebih besar.
2.10 Key Performance Indicator
Key Performance Indicator (KPI) adalah indikator kinerja organisasi.
Keunggulan KPI dibandingkan dengan indikator-indikator kinerja lainnya, adalah
bahwa KPI merupakan indikator kunci yang benar-benar mampu mempresentasikan
kinerja organisasi secara keseluruhan. Jumlah indikator kinerja yang dipilih sebagai
68
KPI ini biasanya tidak banyak, akan tetapi hasil pengukuran melalui indikator
tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
KPI dapat berbentuk ukuran kuantitatif atau kualitatif. Namun sebagaian besar
KPI berupa ukuran kuantitatif karena ukuran kuantitatif relatif lebih mudah
digunakan dalam proses penggalian data maupun pada saat pengukuran dan evaluasi.
Sedangkan untuk ukuran kualitatif memerlukan survey atau kegiatan penelitian
sebagai upaya untuk memperoleh data kinerja yang diperlukan. Proses penggalian
data untuk ukuran kualitatif ini seringkali memerlukan waktu dan biaya yang tidak
sedikit. Pemilihan terhadap bentuk KPI tergantung pada kebutuhan dan karakter
organisasi. Adapun pertimbangan utama yang harus menjadi dasar dalam
pemilihannya adalah bahwa indikator tersebut dapat diukur (measurable).
KPI juga harus memiliki sejumlah criteria meliputi “SMART” yaitu:
1. Scientific
KPI harus bersifat khusus, unik dalam merefleksikan tujuan-tujuan
perusahaan. Setiap perusahaan berbeda KPI dengan perusahaan lainnya.
2. Measurable
Indikator suatu kinerja tidak akan berjalan secara objektif bila tidak dapat
diukur tingkat keberhasilannya. Measurable juga harus menunjukkan
indikasi tingkat keberhasilan dengan value (nilai) seperti: sangat bagus,
bagus, kurang, atau tidak bagus.
3. Achievable
69
Faktor penting dalam mengidentifikasi efektivitas KPI. Bahwa target-
target yang dituliskan dapat dicapai oleh masing-masing individu dalam
perusahaan tersebut.
4. Reliable
Dapat diandalkan. Artinya, KPI yang dibuat haruslah esensial bagi
perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuannya.
5. Time Bond
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah menetapkan perhitungan
target periode atau waktu yang dapat menjadi acuan kinerja. Satuan waktu
yang dapat digunakan bisa per hari atau jam atau bulan atau per tanggal.
Adapun criteria lain dapatdipenuhi oleh KPI yang kemudian dirumuskannya
dalam akronim “CREAM”. Kriteria tersebut meliputi:
1. Clear
KPI jelas dan tidak memiliki makna ganda.
2. Relevant
Mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-aspek obyektif
yang relevan.
3. Economic
Data atau informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan, diolah, dan
dianalisis dengan biaya yang tersedia,
4. Adequate