Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
1
BAB I
PERSIAPAN PEMELIHARAAN PERKERASAN BETON
I.1. Umum
Dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 34 Tahun 2006 pasal 97 ayat 1 – 4 disebutkan
bahwa penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya. Pemeliharaan jalan sebagaimana
tersebut diatas merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan.
Penanganan pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
dan rehabilitasi serta dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan.
Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan pada dasarnya merupakan kegiatan utama
penanganan jalan, yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan perkerasan beton
atau jenis perkerasan kaku (rigid pavement).
Untuk mempertahankan kondisi jalan agar layak pakai, diperlukan program
pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi perkerasan yang ada. Pemeliharaan
perkerasan beton harus sesuai sasaran / cakupan yang diperlukan dan harus mengikuti
prosedur dan strategi yang tepat, hingga tercapainya tujuan yang diinginkan.
Pemeliharaan dimaksudkan agar perkerasan beton senantiasa dalam kondisi mantap
dan dapat melayani lalulintas pengguna jalan sampai umur rencana yang telah
ditentukan. Pemeliharaan disisi lainnya bukanlah dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan struktur dan durabilitas perkerasan beton tersebut dalam hal kapasitas
maupun kekuatannya.
I.2. Survai Kondisi Perkerasan
Survai kondisi untuk perencanaan pemeliharaan perkerasan beton antara lain
memeriksa kembali data-data pendukung perencanaan seperti data sekunder maupun
data studi kelayakan tentang jalan dan kondisi di sekitarnya, hidrologi, kondisi
lingkungan, upah dan harga satuan pekerjaan di lokasi ruas jalan yang bersangkutan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
2
Kegiatan utama pemeliharaan perkerasan beton dalam beberapa kategori
pemeliharaan disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu
struktur perkerasan beton. Bagian-bagian dari perkerasan beton yang perlu dipelihara
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Retak-retak yang terjadi pada permukaan slab/pelat.
2. Sambungan slab / pelat.
3. Elevasi slab/pelat dan antar slab/pelat pada sambungan.
4. Kondisi kekasaran dan kerataan permukaan slab/pelat.
I.3. Perencanaan Pemeliharaan Perkerasan
Pemeriksaan terhadap kerusakan dan fungsi pada struktur perkerasan jalan dapat
terjadi dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat,
sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera
diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih
lanjut atau semakin parah yang berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya.
Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka kerusakan
yang terjadi umumnya mengikuti jenis perkerasan itu masing-masing.
Pada perkerasan kaku atau perkerasan beton, jenis kerusakan yang sering timbul,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan dan hilangnya pengisi celah lubang pada sambungan antar
slab/pelat sehingga air hujan dapat mengganggu lapisan di bawah slab/pelat
beton
2. Penurunan elevasi slab/pelat terhadap elevasi semula, sehingga
membahayakan lalulintas kendaraan yang melintasinya.
3. Slab/pelat pecah/retak pada sambungan atau tempat lainnya akan
mengganggu kestabilan struktur perkerasan.
4. Tingkat kekasaran permukaan slab/pelat beton menurun atau permukaan
slab/pelat menjadi licin dapat membahayakan keselamatan lalulintas pada
kecepatan tinggi.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
3
I.4. Rangkuman
Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya merupakan kegiatan utama penanganan jalan,
yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan perkerasan beton atau jenis
perkerasan kaku (rigid pavement).
Bagian-bagian dari perkerasan beton yang perlu dipelihara antara lain adalah retak-
retak yang terjadi pada permukaan slab/pelat beton, sambungan slab / pelat dan
posisinya, kesesuaian elevasi slab/pelat dan antar slab/pelat pada sambungan. Kondisi
kekasaran dan kerataan permukaan slab/pelat.
Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara
pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah
yang dapat berakibat akan semakin mahalnya biaya untuk perbaikannya.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
4
BAB II
JENIS-JENIS KERUSAKAN PERKERASAN BETON
II.1. Umum
Jenis kerusakan pada perkerasan beton dapat terjadi pada struktur perkerasannya
(pelat beton) maupun pendukung struktur perkerasan (sambungan antara pelat beton,
tanah dasar, dan lain-lain).
II.2. Jenis Kerusakan Pada Struktur Perkerasan
II.2.1. Blow up (Buckling)
a. Ciri- ciri
Pergerakan pelat beton keatas/kebawah pada seluruh lebarnya karena hilangnya
dukungan tanah dasar atau kurangnya ruang cadangan untuk muai susut pada
sambungan antar pelat beton semen.
b. Akibat lebih lanjut
☼ Berbahaya bagi lalulintas
☼ Air semakin menjalar kemana – mana.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
5
Gambar. II.1. Jenis kerusakan blow up (buckling)
Gambar . II.2. Jenis kerusakan blow up (buckling)
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
6
II.2.2. Rusak Sudut (Corner Break)
a. Ciri- ciri
Bagian sudut dari pelat beton yang paling lemah adalah sudut dan tepi pelat,
retak ini akan menyebar ke arah lebih parah.
b. Akibat lebih lanjut
Air masuk pumping, retak menyebar, permukaan tidak layak untuk kecepatan
tinggi
Gambar. II.3. Rusak sudut di jalan permukiman
Gambar. II.4. Rusak sudut di jalan raya
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
7
II.2.3. Faulting (pelat bersebelahan tidak sama tinggi)
a. Ciri- ciri
Pelat beton tidak sama fungsi dengan kedudukan pelat beton sebelahnya
biasanya terjadi pada sambungan tanpa dowel. Biasanya pelat berikutnya lebih
tinggi dari pelat depannya.
b. Akibat lebih lanjut
Ketidak rataan yang mengganggu kelancaran lalulintas.
Gambar. II.5. Faulting
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
8
Gambar. II.6. Faulting pada pemberhentian bus (bus-stop)
II.2.4. Retak sambungan (joint transfer cracks)
a. Ciri- ciri
Retak yang terjadi akibat dowel (joint tranfer system) tidak berfungsi baik
(bengkok, tidak lancar bergerak) atau karatan.
b. Akibat lebih lanjut
Kerusakan terbuka yang mengakibatkan retak pada sambungan pelat yang
selanjutnya akan membahayakan lalulintas.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
9
Gambar. II.7. Dowel rusak berat
II.2.5. Tambalan
a. Ciri- ciri
Beton semen yang terlepas (spalling) biasanya ditambal dengan beton aspal,
bukan saja tampak kurang baik tapi juga sering gampang rusak.
b. Akibat lebih lanjut
Permukaan tidak rata mengganggu kelancaran lalulintas.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
10
Gambar. II.8. Kerusakan tambalan
II.2.6. Retak Membelah Pelat (limer cracking)
a. Ciri- ciri
Retak yang melintang atau membujur pelat, berawal dari satu, bertambah
secara bertahap.
b. Akibat lebih lanjut
Imfiltrasi air mengancam kerusakan lebih parah.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
11
Gambar II.9. Retak pelat yang melebar
Gambar II.10. Retak pelat pada lajur yang sering dilalui truk
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
12
II.2.7. Permukaan Licin (polished surface)
a. Ciri- ciri
Permukaan beton semen setelah sekian lama dioperasikan menjadi licin karena
terasah oleh roda/ban lalulintas disamping mutu agregat dan campuran
semennya juga mungkin menjadi penyebabnya
b. Akibat lebih lanjut
Bahaya selip akibat aqua planning karena permukaan licin
Gambar II.11. Closed polished surface
II.2.8. Retak Susut (shrinkage cracks)
a. Ciri- ciri
Retak retak halus dipermukaan pelat beton akibat susut beton waktu setting
sangat mungkin karena celah untuk menampung gerakan susut ini terlambat
disediakan (biasanya digergaji menyelang beton ngeset pada jarak jarak
tertentu)
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
13
b. Akibat lebih lanjut
Terobosan air akan merusak lebih parah.
II.3. Jenis Kerusakan Pada Pendukung Struktur Perkerasan
II.3.1. Pumping (air terperas keluar)
Ciri- ciri:
Biasanya terjadi awalnya pada sambungan pelat, akibat terobosan air disambungan
(material penutup celah kurang berfungsi) mencapai subgrade, tanah dasar menjadi
lumpur dan terperas keluar akibat gaya hirostatik dari beban lalulintas.
Akibat lebih lanjut:
☼ Secara struktur dukungan tanah dasar semakin lemas, dapat menimbulkan
keretakan lebih luas.
Perbaikan;
☼ Segera diisi dengan material penambal celah yang sesuai dan terbukti handal.
☼ Apabila masih terjadi juga, perbaikan diulang dengan diawali grouting
(ansemen) pada celah.
☼ Apabila tidak berhasil juga, perlu dibongkar dan diulang kembali pengecoran
pelat beton setelah memperkuat tanah dasar.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
15
Gambar II.14. Pumping 3
Sambungan merupakan pendukung struktur perkerasan beton, khususnya dalam
menyalurkan retak yang mungkin timbul sebagai akibat daripada beban berulang
lalulintas dan gaya-gaya dalam (tegangan) yang bekerja pada bahan perkerasan
tersebut.
Sambungan terdiri atas 2 jenis :
1. Sambungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan (relatif) beton
pada masing-masing sisi sambungan.
2. Sambungan yang memungkinkan gerakan relatif.
II.3.2. Sambungan pelaksanaan
Sambungan jenis pertama bertujuan melekatkan beton baru pada beton keras
dengan suatu cara sehingga beton yang keras tampak monolit dan homogen di
sekitar sambungan. Ini disebut Sambungan Pelaksanaan. Dalam praktek, sangat sulit
untuk memperoleh lengkap pelekatan dengan akibat bahwa akan terdapat suatu
bidang yang lemah pada sambungan pelaksanaan. Bilamana mungkin, sambungan
pelaksanaan harus ditempatkan pada lokasi di mana sambungan penyusutan atau
sambungan lain diperlukan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
16
Sambungan yang memungkinkan gerakan (relatif) beton pada kedua sisi sambungan
dinamakan menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya:
1. Sambungan Susut memungkinkan beton menyusut dan bidang sambungan
sementara menahan gerakan relatif pada arah lain.
2. Sambungan Muai memisahkan kedua muka beton yang berpasangan
secukupnya sehingga memungkinkan pemuaian ke arah bidang sambungan.
Jenis sambungan ini memungkinkan kontraksi tetapi mencegah gerakan pada
arah lain.
3. Sambungan Isolasi sepenuhnya memisahkan kedua muka yang berpasangan
dan memungkinkan kebebasan gerakan relatif.
Pada pemeliharaan sambungan perkerasan beton, perbaikannya dibuat sedemikian
rupa sehingga muka beton baru dan lama cukup melekat untuk mencegah gerakan
relatif sepanjang sambungan tersebut. Kerusakan sambungan pelaksanaan pada
perkerasan beton dapat terjadi bila terdapat suatu bidang lemah pada tanah dasar
yang disebabkan oleh pengaruh perubahan kadar air.
Sambungan yang salah dapat memperlemah struktur perkerasan atau memungkinkan
masuknya air yang akan merubah penampilan beton dengan noda yang kurang
bagus, selain menimbulkan kelembaban dan kemungkinan berkaratnya baja
tulangan. Sambungan tersebut biasanya terletak di daerah tegangan geser minimum.
Daerah dengan momen lentur maksimum harus dihindari.
Gambar II.15 -Sambungan Pelaksanaan Vertikal Pada Pelat
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
17
Jika beton dibiarkan bebas, beton akan menempati bentuk alaminya dan tidak mungkin
dipadatkan secara menyeluruh. Ini akan menghasilkan sambungan yang lemah dan
berpori. Untuk membantu pemindahan bebas lewat sambungan pelaksanaan vertikal,
dowel untuk membantu pelekatan mekanis dapat diletakkan kira-kira pada
pertengahan sambungan. Alat demikian disarankan pada bagian-bagian yang lebih
dalam dari 150 mm.
II.3.3. Sambungan Susut
Sambungan susut adalah sambungan beton pada beton, yang dibuat sedemikian
rupa sehingga beton bebas menyusut menjauhi bidang sambungan, sementara
semua gerakan relatif lewat sambungan harus dicegah.
Sambungan susut yang dibuat dengan sengaja membentuk suatu bidang vertikal
perlemahan pada pelat atau dinding. Sambungan ini kadang-kadang dibentuk
sebagai sambungan yang terkunci untuk mengendalikan gerakan diferensial lewat
bidang sambungan, meskipun sering digunakan dowel, dengan satu ujung dilapisi
sehingga bebas bergeser untuk pengendalian geser tambahan. Lekatan antara beton
baru dan yang ada pada sambungan susut harus ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengecat permukaan sambungan menggunakan campuran perawatan,
emulsi aspal, minyak acuan atau bahan pemisah lekatan yang serupa.
II.3.4. Sambungan Pengendalian
Sambungan pengendallian atau sambungan susut palsu (dummy) adalah suatu
bidang pelemahan yang dibuat pada bangunan dengan cara pembuatan alur.
Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan pelaksanaan karena
mengkonsentrasi-kan tegangan susut pada bagian yang diperlemah, dan karenanya
membatasi retakan penyusutan ke bawah alur.
Pengkaitan mekanis lewat retakan tak teratur membantu memindahkan beban
melewati sambungan dan mencegah gerakan relatif pada bidang sambungan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
18
II.3.5. Sambungan Muai
Sambungan muai membuat celah antara kedua permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan pemuaian beton ke dalam celah. Celah
biasanya diisi dengan bahan pengisi yang dapat ditekan masuk seperti karet,
plastik, gabus atau mastic. Semua gerakan relatif pada bidang sambungan dicegah.
Sambungan muai mungkin merupakan jenis sambungan yang pembuatannya paling
mahal. Perencana harus mempertimbangkan dengan baik perlunya sambungan
pemuaian dan jarak antaranya. Suatu peningkatan pada suhu beton biasanya akan
menambah panjang beton, yaitu peningkatan suhu sebesar 10°C akan
menghasilkan pemuaian sekitar 1 mm.
Sambungan muai sederhana, hanya memungkinkan pemuaian dan penyusutan
beton. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada bidang sambungan harus dicegah.
Jadi harus dilakukan suatu cara untuk memindahkan beban melewati sambungan
muai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan membentuk sambungan terkunci, tetapi
kunci akan mempersulit masuknya bahan pengisi sambungan muai.
Beban biasanya dipindahkan melewati sambungan dengan bantuan batang dowel.
Setengah panjang masing-masing batang tertanam di dalam beton yang ditempatkan
mula-mula pada sambungan. Setengahnya lagi dilapis sehingga mencegah pelekatan
dengan beton baru pada sambungan. Beberapa cara yang digunakan adalah
melumasi atau melapisi dengan bitumen separuh dari masing-masing batang. Ujung
dari separuh batang yang dilapis kemudian diberi topi untuk membuat socket
sehingga batang dapat bergerak pada waktu pemuaian beton terjadi.
II.3.6. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi membuat celah (kerenggangan) antara permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan kebebasan gerakan pada masing-masing sisi
dari sambungan. Celah ini biasanya diisi dengan pengisi yang dapat dibentuk seperti
papan fiber, gabus, mastic, plastik atau karet.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
19
Gambar II.16. Tipe Sambungan Beton
II.4. Jenis Penanganan Kerusakan Struktur Perkerasan
Jenis penanganan kerusakan pada struktur perkerasan beton disesuaikan dengan jenis
maupun tingkat kerusakannya.
II.4.1. Perbaikan Blow Up (buckling)
☼ Seluruh pelat diganti
☼ Tanah dasar diganti dan di tambal material yang disukai untuk mengembalikan
kekuatan semula
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
20
Gambar II.17. Perbaikan blow up
II.4.2. Perbaikan Rusak Sudut (corner break)
Kalau masih sedikit bisa diisi dengan sealant atau material joint, kalau terlalu besar
dibongkar dan diganti dengan yang baru.
II.4.3. Perbaikan Faulting (pelat bersebelahan tidak sama tinggi)
Diganti dengan yang baru.
II.4.4. Perbaikan Retak Sambungan (joint transfer cracks)
Diganti dengan yang baru.
II.4.5. Perbaikan Tambalan
Ditambal lagi dengan material yang lebih kuat (super joint, friction).
II.4.6. Perbaikan Retak Membelah Pelat (limer cracking)
Setiap terlihat retak segera ditambal dengan sealant yang rapat air.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
21
II.4.7. Perbaikan Permukaan Licin (polished surface)
☼ Bisa dilakukan dengan grooving, yang menurut pengalaman kurang efektif
(cepat menjadi licin kembali).
☼ dilapis dengan beton aspal tipis (15 s/d 30 mm) dengan spesifikasi aspal
modifikasi Titik lembek tinggi dan kelengketan tingggi dan gradasi terbuka,
menggunakan tack coat jenis non-ionic.
II.4.8. Perbaikan Retak Susut (shrinkage cracks)
☼ Segera diatasi, bila telah lebar atau tembus kebawah segera ditutup dengan
sealant.
☼ Langkah hati-hati bisa dilakukan dengan melapis semua permukaan dengan
tack coat non ionic dan ditutup dengan beton aspal tipis (very thin overlay =
VTO).
II.5. Rangkuman
Jenis kerusakan perkerasan kaku, dapat terjadi pada struktur perkerasannya (pelat
beton), maupun struktur pendukungnya seperti sambungan pelat.
Penanganan kerusakan sesuai jenis dan dimensi kerusakannya dapat dilakukan dengan
perbaikan atau mengganti keseluruhan komponen struktur yang rusak.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
22
BAB III
BAHAN/MATERIAL PEMELIHARAAN PERKERASAN BETON
III.1. Umum
Secara umum, bahan material untuk pemeliharaan perkerasan beton harus
merupakan material yang sama/sesuai ataupun berkualitas sama dengan bahan pada
struktur yang harus diperbaiki atau diganti. Untuk keperluan tersebut, bahan yang
akan digunakan untuk kegiatan pekerjaan pemeliharaan perlu diuji kualitas dan
persyaratan minimal yang harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya dalam konstruksi.
III.2. Jenis Bahan/Material
Jenis bahan utama untuk perkerasan beton antara lain adalah, semen, agregat dan air
serta bahan tambahan lainnya.
Bahan tambahan pada umumnya digunakan untuk mempercepat atau memperlambat
proses pengerasan beton dalam hubungannya dengan jenis/bagian struktur dan cara
pengerjaannya.
III.2.1. Air
Berfungsi sebagai media pencampur komponen bahan dalam beton. Syarat yang dapat
diminum bebas dari bahan organik, minyak, serta jernih dan bersih.
III.2.2. Semen
Fungsi semen adalah sebagai bahan pengikat hidrolis ketika bereaksi dengan air.
Semen hidrolik adalah bahan pengikat yang mengeras, apabila bereaksi dengan air dan
menghasilkan produk yang tahan air. Contoh semen hidrolik adalah semen portland,
semen alumina dan semen putih.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
23
Tabel III.1. Tipe semen dan pemakaiannya dalam struktur
Tipe Semen Pemakaian
Tipe I - normal Beton umum dan tanpa serangan
sulfat
Tipe II – modufied semen Beton dengan panas hidrasi
rendah – untuk konstruksi
berukuran besar
Tipe III – early strength
portland cement
Beton dengan pengerasan lebih
cepat
Tipe IV – Low heat PC Beton masif yang luas dan besar
Tipe V – sulphate resistance PC Beton tahan sulfat yang tinggi
Pozzolan PC Beton tahan sulfat dan hidrasi
rendah, untuk daerah
lingkungan air laut
II.2.3. Agregat
Agregat merupakan bahan campuran beton yang penting selain semen dan air.
Agregat dapat berasal dari batu gunung yang selanjutnya melalui alat pemecah batu
(stone crusher) diproses menjadi butiran batu pecah dalam ukuran tertentu (maximal
38 mm) yang sesuai untuk keperluan bahan campuran beton.
Dalam proses selanjutnya, agregat batu pecah dapat dibedakan dalam agregat kasar
(diameter butiran antara 2 mm – 38 mm) dan agregat halus (diameter antara 0,075
mm – 2 mm).
Melalui proses pemecah batu, diharapkan bentuk butiran kubus dan bersudut (tajam).
Selain itupun dipilih jenis batu yang keras dan tidak mudah aus, sehingga diharapkan
akan memperoleh kekuatan campuran beton yang sesuai dengan struktur perkerasan
beton.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
24
Tabel III.2. Klasifikasi agregat
Klasifikasi Uraian
Bulat Bentuk bulat akibat gesekan
atau proses abrasi oleh air
Pipih Tebal bahan lebih kecil
dibandingkan dimensi lainnya
Panjang Panjang bahan jauh lebih besar
daripada dimensi lainnya
Bersudut Sisinya jelas terbentuk pada
perpotongan bidang datas
permukaannya kasar
Tidak beraturan Disebabkan oleh alam, sebagian
terbentuk karena gesekan
III.3. Spesifikasi Bahan/Material
Semen
Merupakan bahan terpenting
Bahan dasarnya kapur, silika, alumina, besi feroksida
2/3 bahan semen adalah kapur
Silika sekitar 1/5
Alumina sekitar 1/12
Kadar silika tinggi dan alumina rendah menghasilkan ikatan yang lambat
dengan kekuatan tinggi serta meningkatkan agresi kimia.
Pemilihan jenis semen berdasarkan
Laju perkembangan kekuatan yang diinginkan
Kekuatan awal lebih tinggi
Mengatasi kemungkinan pengaruh kimiawi terhadap beton
Mengatasi pengaruh suhu.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
25
Agregat
Analisa saringan; gradasi agregat
Berat jenis
Partikel lunak
Ketahanan terhadap keausan
Kekerasan agregat
Alkali reaktif.
Tabel III.3. Persyaratan gradasi agregat.
Ukuran ayakan Persentase berat yang lolos
Standar
(mm)
Inch
(in)
Agregat
halus
Pilihan agregat kasar
50 2 - 100 - - -
37 1,5 - 95 –
100
100 - -
25 1 - - 95 –
100
100 -
19 ¾ - 35 – 70 - 90 –
100
100
13 ½ - - 25 – 60 - 90 –
100
10 3/8 100 10 – 30 - 20 – 55 40 – 70
4,75 4 95 – 100 0 – 5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
2,36 8 - - 0 – 5 0 – 5 0 – 5
1,18 16 45 – 80 - - - -
0,30 50 10 – 30 - - - -
0,15 100 2 – 10 - - - -
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
26
b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
terbesar tidak lebih besar dari pada ¾ jarak bersih minimum antara
batang tulangan atau antara batang tersebut dengan acuan atau antara
batasan-batasan ruang lainnya di mana pekerjaan beton harus
ditempatkan.
Sifat agregat;
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih
dan keras yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring
dan mencuci (bila perlu) kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci
dalam AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel III.4.. bila
diambil contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan
prosedur AASHTO yang relevan.
c. Agregat yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal
dari berbagai sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan
hanya boleh digunakan dalam struktur yang terpisah.
Tabel III.4. : Sifat agregat beton.
Sifat Pengujian
AASHTO
Batas maximum yang
diijinkan
Agregat
halus
Agregat
kasar
Kehilangan akibat abrasi pada
500 putaran dengan mesin Los
Angeles.
T 96 - 40 %
Kehilangan akibat penentuan
kualitas dengan Sodium sulfat
setelah 5 siklus.
T 104 10 % 12 %
Persentase gumpalan tanah liat
dan partikel yang dapat pecah
T 112 0,50 % 0,25 %
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
27
dalam agregat.
Bahan-bahan yang lolos ayakan
200
T 11 3 % 1 %
III.4.Bahan Khusus
Pengisi Celah Oprit dan Jembatan ;
Diperlukan bahan khusus untuk mengisi celah antara oprit dan jembatan dikarenakan;
a. Celah tersebut bergerak sesuai dengan muai susut bentang jembatan, hingga perlu
material khusus yang mempunyai ’elastic recovery’ tinggi dan kelekatan tinggi.
b. Panas permukaan lantai jembatan biasanya tinggi (diatas 700c hingga perlu
material binder (aspal) yang tahan temperatur tinggi tanpa mengalami perubahan
bentuk.
c. Celah biasanya berukuran lebih dari 2 cm sehingga ban kendaraan dapat
memberikan tekanan langsung, karena itu perlu material khusus yang tahan
ditekan tanpa patah (getas) atau melendut
d. Kerataan tambalan celah sangat disyaratkan agar tidak ada daya tumbuk yang
dapat merusak kestabilan jembatan.
Celah Sambungan Beton;
Celah sambungan beton semen, gaya yang timbul akan ditransfer oleh dowel ke pelat
berikutnya jadi bahan tambal celah hanya berfungsi menjaga agar lengket supaya air
tidak masuk ke celah tersebut.
III.5. Perlindungan Beton
Cara terbaik untuk melindungi beton adalah menjaganya sesering mungkin dan
mencegah terjadinya keretakan.
Pada umumnya cat yang kedap/tahan air atau suatu selaput/lapisan tipis tidak
diperlukan untuk beton yang berkualitas baik dan dapat melindungi besi tulangan pada
sambungan pelat (dowel) dengan cukup baik jika posisinya ditengah-tengah tebal
perkerasan beton tersebut.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
28
Perlindungan terhadap beton terhadap kerusakan pada beton;
Perbaikan kerusakan beton mencakup masalah-masalah sebagai berikut :
Kerontokan beton
Beton keropos
Beton yang berrongga
Mutu beton yang jelek
Beton yang tidak padat
Cara penanganan;
Buang/lepaskan semua bagian beton yang lepas dan rusak sampai bagian beton
yang baik terlihat dan dalam keadaan bersih.
Bersihkan semua karat yang ada pada besi tulangan
Pakailah bahan perekat pada permukaan yang kering dengan bahan yang dapat
disetujui.
Pasanglah dan bentuklah beton baru untuk mendapatkan selimut beton yang sesuai
asalnya dengan menggunakan bahan yang disetujui
III.6. Rangkuman
Pemilihan bahan/material untuk campuran beton sangat memperhatikan kualitas dan
jumlah perbandingan campuran bahannya.
Tipe/jenis bahan semen yang digunakan dalam campuran beton disesuaikan dengan
kebutuhannya dalam konstruksi.
Susunan diameter butiran agregat yang akan digunakan dalam campuran beton
setelah melalui uji analisa saringan harus memenuhi gradasi agregat yang telah
dipersyaratkan.
Untuk menangani kerusakan celah diperlukan material khusus yang sesuai dengan
kondisi struktur.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
29
BAB IV
PERALATAN PEMELIHARAAN PERKERASAN BETON
IV.1. Umum
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan keperluan pada saat melakukan
kegiatan pemeliharaan rutin. Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan
dalam kegiatan pemeliharaan rutin senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk
penanganan pekerjaan dilapangan.
Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan operatornya perlu disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, agar dalam pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara
baik dan lebih efisien. Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan
menyebabkan inefisiensi dan hasil akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung
keberhasilan penggunaan peralatan yang sesuai, perlu mengetahui terlebih dahulu
fungsi, karakteristik, kemampuan, dan cara pengoperasiannya yang benar.
IV.2. Jenis Peralatan Pemeliharaan Perkerasan
Beberapa jenis peralatan utama yang umumnya digunakan untuk pekerjaan
pemeliharaan rutin antara lain adalah sebagai berikut;
1. Vibrating Rammer;
a. Untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi bawah
(subbase course), lapisan pondasi atas (base course); untuk lokasi setempat.
b. Tidak boleh digunakan untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran
aspal panas.
2. Vibrating Plate Compactor;
a. Untuk pemadatan lapisan campuran aspal.
b. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm (hanya
lokasi setempat).
c. Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB).
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
30
3. Baby Roller (Vibrating);
a. Untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas, terutama
pada lapisan permukaan dari penambalan lubang atau perataan (untuk
menutup permukaan beton).
b. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan.
4. Site mixer;
Untuk pembuatan campuran beton di lapangan (kapasitas 0,1 m3).
5. Asphalt Sprayer;
Peralatan penyemprot aspal.
6. Mud Jacking Machine;
Untuk menyuntik campuran beton melalui pipa yang telah disiapkan ke bawah
pelat yang mengalami penurunan.
7. Concrete Drilling Machine;
Mesin pembor beton (membuat lubang) dan menyiapkan pipa untuk lewatnya
campuran beton.
8. Concrete Cutter;
Mesin untuk memotong perkerasan/pelat beton.
9. Compressor;
Mesin penyemprot untuk membersihkan/mengeringkan permukaan beton yang
akan diperbaiki.
10. Flat-Bed Truck + Crane;
Untuk mengangkut peralatan/perlengkapan pemeliharaan perkerasan beton.
Selain alat-alat tersebut, perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan di lapangan, seperti saringan/ayakan untuk agregat, sekop,
pembersih debu/sapu lidi, dan lain-lainnya.
IV.3. Rangkuman
Untuk menunjang penanganan pemeliharaan jalan di lapangan diperlukan peralatan
yang sesuai dengan metoda pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan; antara
lain jenis, kapasitas, dan kondisi alat.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
31
BAB V
METODA PERBAIKAN PERKERASAN BETON
V.1. Umum
Pemeliharaan jalan pada dasarnya merupakan prioritas pertama dalam penanganan
suatu jalan. Sehubungan dengan itu, pemeliharaan perkerasan beton pada suatu
konstruksi jalan merupakan salah satu penanganan jalan yang memperoleh prioritas
penanganan dibanding kegiatan lainnya.
Perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan dalam kegiatan pemeliharaan perkerasan
beton, dimaksudkan agar kondisi jalan yang mantap tersebut senantiasa dapat
terpelihara sampai dengan tercapainya umur rencana atau bahkan lebih dari itu.
Jenis dan dimensi kerusakan pada perkerasan beton harus diketahui terlebih dahulu
agar dapat ditentukan jenis kegiatan penanganan yang tepat dan metoda perbaikan
yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Jenis metoda perbaikan yang akan digunakan perlu diketahui agar dapat direncanakan
dan dipersiapkan sumber daya yang dibutuhkan seperti tenaga kerja, bahan/material,
peralatan, biaya, dan jadual waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
pemeliharaan dan perbaikan tersebut.
V.2. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin jalan merupakan kegiatan merawat serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan
mantap.
Pemeliharaan rutin meliputi pekerjaan perbaikan ringan dan secara umum pekerjaan
ini dilaksanakan beberapa kali dalam satu tahun, atas dasar yang diperlukan, misalnya
pelaburan aspal atau buras pada permukaan perkerasan yang retak rambut, dan
termasuk pekerjaan perbaikan untuk menjaga agar jalan tetap berfungsi dan
senantiasa dalam kondisi baik sampai umur rencana dan tingkat pelayanan yang telah
ditentukan. Perbaikan ”joint sealant” pada sambungan antara pelat beton yang hilang
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
32
akibat dari adanya muai-susut pada bahan beton dan beban lalulintas yang
melewatinya.
Pemeliharaan rutin umumnya dilaksanakan untuk semua ruas jalan yang berada dalam
kondisi baik atau cukup baik (kondisi mantap).
V.3. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap
kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat
dikembalikan pada kemantapan sesuai dengan rencana.
Pemeliharaan berkala adalah pekerjaan yang mempunyai rencana lebih dari satu dalam
satu tahun pada setiap lokasi. Untuk jalan dengan kondisi permukaannya telah mulai
terlihat aus (material perkerasan mulai tampak dipermukaan) atau berkurangnya
kerataan maupun kekasaran permukaannya, perlu segera dilakukan ”grooving” atau
pelapisan ulang (overlay) atau peremajaan kembali lapisan permukaan perkerasannya
agar tahanan gelincir terhadap roda kendaraan tetap berfungsi secara baik.
Pemeliharaan berkala mencakup pula semua kegiatan yang tidak dapat ditangani
secara pemeliharaan rutin, seperti perbaikan atau pengisian kembali bahan beton
karena terjadinya penurunan slab pada sambungan sebagai akibat hilangnya
sebahagian lapisan subbase ataupun melemahnya dan tergerusnya tanah dasar.
V.4. Rehabilitasi
Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang
tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan
pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar
penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai dengan rencana.
Kerusakan pelat beton yang cukup parah seperti terpecahnya pelat beton dan
timbulnya keretakan yang cukup besar perlu segera diperbaiki. Dengan terbukanya
retak pada pelat akan berakibat hilangnya kekedapan terhadap air dan merembes
serta melemahkan lapisan dibawah pelat beton.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
33
V.5. Rangkuman
Pemeliharaan berkala perkerasan beton merupakan usaha minimal untuk
mempertahankan kondisi permukaan perkerasan beton agar tetap berfungsi melayani
beban lalulintas sesuai umur rencana yang telah ditentukan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
34
BAB VI
PENUTUP
Kelemahan perkerasan beton pada umumnya terdapat pada ujung dan tepi segmen
pelat (sambungan)dan retak-retak yang timbul dipermukaan. Pemeliharaan pada
sambungan pelat perkerasan beton maupun permukaan nya secara rutin perlu
dilakukan, khususnya dalam menutup retak-retak halus (rambut) dengan bahan
sealant (aspal atau semen), untuk mencegah merembesnya air melalui retakan
tersebut.
Kerusakan pada perkerasan beton bermula pada daerah sambungan yang kurang kuat
menahan beban lalulintas.