Pemeliharaan Perkerasan Beton Pemeliharaan Jalan 1 BAB I PERSIAPAN PEMELIHARAAN PERKERASAN BETON I.1. Umum Dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 34 Tahun 2006 pasal 97 ayat 1 – 4 disebutkan bahwa penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya. Pemeliharaan jalan sebagaimana tersebut diatas merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan. Penanganan pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi serta dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan. Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan pada dasarnya merupakan kegiatan utama penanganan jalan, yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan perkerasan beton atau jenis perkerasan kaku (rigid pavement). Untuk mempertahankan kondisi jalan agar layak pakai, diperlukan program pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi perkerasan yang ada. Pemeliharaan perkerasan beton harus sesuai sasaran / cakupan yang diperlukan dan harus mengikuti prosedur dan strategi yang tepat, hingga tercapainya tujuan yang diinginkan. Pemeliharaan dimaksudkan agar perkerasan beton senantiasa dalam kondisi mantap dan dapat melayani lalulintas pengguna jalan sampai umur rencana yang telah ditentukan. Pemeliharaan disisi lainnya bukanlah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan struktur dan durabilitas perkerasan beton tersebut dalam hal kapasitas maupun kekuatannya. I.2. Survai Kondisi Perkerasan Survai kondisi untuk perencanaan pemeliharaan perkerasan beton antara lain memeriksa kembali data-data pendukung perencanaan seperti data sekunder maupun data studi kelayakan tentang jalan dan kondisi di sekitarnya, hidrologi, kondisi lingkungan, upah dan harga satuan pekerjaan di lokasi ruas jalan yang bersangkutan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
1
BAB I
PERSIAPAN PEMELIHARAAN PERKERASAN BETON
I.1. Umum
Dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 34 Tahun 2006 pasal 97 ayat 1 – 4 disebutkan
bahwa penyelenggara jalan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya. Pemeliharaan jalan sebagaimana
tersebut diatas merupakan prioritas tertinggi dari semua jenis penanganan jalan.
Penanganan pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
dan rehabilitasi serta dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan.
Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan pada dasarnya merupakan kegiatan utama
penanganan jalan, yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan perkerasan beton
atau jenis perkerasan kaku (rigid pavement).
Untuk mempertahankan kondisi jalan agar layak pakai, diperlukan program
pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi perkerasan yang ada. Pemeliharaan
perkerasan beton harus sesuai sasaran / cakupan yang diperlukan dan harus mengikuti
prosedur dan strategi yang tepat, hingga tercapainya tujuan yang diinginkan.
Pemeliharaan dimaksudkan agar perkerasan beton senantiasa dalam kondisi mantap
dan dapat melayani lalulintas pengguna jalan sampai umur rencana yang telah
ditentukan. Pemeliharaan disisi lainnya bukanlah dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan struktur dan durabilitas perkerasan beton tersebut dalam hal kapasitas
maupun kekuatannya.
I.2. Survai Kondisi Perkerasan
Survai kondisi untuk perencanaan pemeliharaan perkerasan beton antara lain
memeriksa kembali data-data pendukung perencanaan seperti data sekunder maupun
data studi kelayakan tentang jalan dan kondisi di sekitarnya, hidrologi, kondisi
lingkungan, upah dan harga satuan pekerjaan di lokasi ruas jalan yang bersangkutan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
2
Kegiatan utama pemeliharaan perkerasan beton dalam beberapa kategori
pemeliharaan disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu
struktur perkerasan beton. Bagian-bagian dari perkerasan beton yang perlu dipelihara
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Retak-retak yang terjadi pada permukaan slab/pelat.
2. Sambungan slab / pelat.
3. Elevasi slab/pelat dan antar slab/pelat pada sambungan.
4. Kondisi kekasaran dan kerataan permukaan slab/pelat.
I.3. Perencanaan Pemeliharaan Perkerasan
Pemeriksaan terhadap kerusakan dan fungsi pada struktur perkerasan jalan dapat
terjadi dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat,
sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera
diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih
lanjut atau semakin parah yang berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya.
Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka kerusakan
yang terjadi umumnya mengikuti jenis perkerasan itu masing-masing.
Pada perkerasan kaku atau perkerasan beton, jenis kerusakan yang sering timbul,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan dan hilangnya pengisi celah lubang pada sambungan antar
slab/pelat sehingga air hujan dapat mengganggu lapisan di bawah slab/pelat
beton
2. Penurunan elevasi slab/pelat terhadap elevasi semula, sehingga
membahayakan lalulintas kendaraan yang melintasinya.
3. Slab/pelat pecah/retak pada sambungan atau tempat lainnya akan
mengganggu kestabilan struktur perkerasan.
4. Tingkat kekasaran permukaan slab/pelat beton menurun atau permukaan
slab/pelat menjadi licin dapat membahayakan keselamatan lalulintas pada
kecepatan tinggi.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
3
I.4. Rangkuman
Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya merupakan kegiatan utama penanganan jalan,
yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan perkerasan beton atau jenis
perkerasan kaku (rigid pavement).
Bagian-bagian dari perkerasan beton yang perlu dipelihara antara lain adalah retak-
retak yang terjadi pada permukaan slab/pelat beton, sambungan slab / pelat dan
posisinya, kesesuaian elevasi slab/pelat dan antar slab/pelat pada sambungan. Kondisi
kekasaran dan kerataan permukaan slab/pelat.
Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara
pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah
yang dapat berakibat akan semakin mahalnya biaya untuk perbaikannya.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
4
BAB II
JENIS-JENIS KERUSAKAN PERKERASAN BETON
II.1. Umum
Jenis kerusakan pada perkerasan beton dapat terjadi pada struktur perkerasannya
(pelat beton) maupun pendukung struktur perkerasan (sambungan antara pelat beton,
tanah dasar, dan lain-lain).
II.2. Jenis Kerusakan Pada Struktur Perkerasan
II.2.1. Blow up (Buckling)
a. Ciri- ciri
Pergerakan pelat beton keatas/kebawah pada seluruh lebarnya karena hilangnya
dukungan tanah dasar atau kurangnya ruang cadangan untuk muai susut pada
sambungan antar pelat beton semen.
b. Akibat lebih lanjut
☼ Berbahaya bagi lalulintas
☼ Air semakin menjalar kemana – mana.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
5
Gambar. II.1. Jenis kerusakan blow up (buckling)
Gambar . II.2. Jenis kerusakan blow up (buckling)
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
6
II.2.2. Rusak Sudut (Corner Break)
a. Ciri- ciri
Bagian sudut dari pelat beton yang paling lemah adalah sudut dan tepi pelat,
retak ini akan menyebar ke arah lebih parah.
b. Akibat lebih lanjut
Air masuk pumping, retak menyebar, permukaan tidak layak untuk kecepatan
tinggi
Gambar. II.3. Rusak sudut di jalan permukiman
Gambar. II.4. Rusak sudut di jalan raya
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
7
II.2.3. Faulting (pelat bersebelahan tidak sama tinggi)
a. Ciri- ciri
Pelat beton tidak sama fungsi dengan kedudukan pelat beton sebelahnya
biasanya terjadi pada sambungan tanpa dowel. Biasanya pelat berikutnya lebih
tinggi dari pelat depannya.
b. Akibat lebih lanjut
Ketidak rataan yang mengganggu kelancaran lalulintas.
Gambar. II.5. Faulting
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
8
Gambar. II.6. Faulting pada pemberhentian bus (bus-stop)
II.2.4. Retak sambungan (joint transfer cracks)
a. Ciri- ciri
Retak yang terjadi akibat dowel (joint tranfer system) tidak berfungsi baik
(bengkok, tidak lancar bergerak) atau karatan.
b. Akibat lebih lanjut
Kerusakan terbuka yang mengakibatkan retak pada sambungan pelat yang
selanjutnya akan membahayakan lalulintas.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
9
Gambar. II.7. Dowel rusak berat
II.2.5. Tambalan
a. Ciri- ciri
Beton semen yang terlepas (spalling) biasanya ditambal dengan beton aspal,
bukan saja tampak kurang baik tapi juga sering gampang rusak.
b. Akibat lebih lanjut
Permukaan tidak rata mengganggu kelancaran lalulintas.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
10
Gambar. II.8. Kerusakan tambalan
II.2.6. Retak Membelah Pelat (limer cracking)
a. Ciri- ciri
Retak yang melintang atau membujur pelat, berawal dari satu, bertambah
secara bertahap.
b. Akibat lebih lanjut
Imfiltrasi air mengancam kerusakan lebih parah.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
11
Gambar II.9. Retak pelat yang melebar
Gambar II.10. Retak pelat pada lajur yang sering dilalui truk
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
12
II.2.7. Permukaan Licin (polished surface)
a. Ciri- ciri
Permukaan beton semen setelah sekian lama dioperasikan menjadi licin karena
terasah oleh roda/ban lalulintas disamping mutu agregat dan campuran
semennya juga mungkin menjadi penyebabnya
b. Akibat lebih lanjut
Bahaya selip akibat aqua planning karena permukaan licin
Gambar II.11. Closed polished surface
II.2.8. Retak Susut (shrinkage cracks)
a. Ciri- ciri
Retak retak halus dipermukaan pelat beton akibat susut beton waktu setting
sangat mungkin karena celah untuk menampung gerakan susut ini terlambat
disediakan (biasanya digergaji menyelang beton ngeset pada jarak jarak
tertentu)
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
13
b. Akibat lebih lanjut
Terobosan air akan merusak lebih parah.
II.3. Jenis Kerusakan Pada Pendukung Struktur Perkerasan
II.3.1. Pumping (air terperas keluar)
Ciri- ciri:
Biasanya terjadi awalnya pada sambungan pelat, akibat terobosan air disambungan
(material penutup celah kurang berfungsi) mencapai subgrade, tanah dasar menjadi
lumpur dan terperas keluar akibat gaya hirostatik dari beban lalulintas.
Akibat lebih lanjut:
☼ Secara struktur dukungan tanah dasar semakin lemas, dapat menimbulkan
keretakan lebih luas.
Perbaikan;
☼ Segera diisi dengan material penambal celah yang sesuai dan terbukti handal.
☼ Apabila masih terjadi juga, perbaikan diulang dengan diawali grouting
(ansemen) pada celah.
☼ Apabila tidak berhasil juga, perlu dibongkar dan diulang kembali pengecoran
pelat beton setelah memperkuat tanah dasar.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
14
Gambar II.12. Pumping 1
Gambar II.13. Pumping 2
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
15
Gambar II.14. Pumping 3
Sambungan merupakan pendukung struktur perkerasan beton, khususnya dalam
menyalurkan retak yang mungkin timbul sebagai akibat daripada beban berulang
lalulintas dan gaya-gaya dalam (tegangan) yang bekerja pada bahan perkerasan
tersebut.
Sambungan terdiri atas 2 jenis :
1. Sambungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan (relatif) beton
pada masing-masing sisi sambungan.
2. Sambungan yang memungkinkan gerakan relatif.
II.3.2. Sambungan pelaksanaan
Sambungan jenis pertama bertujuan melekatkan beton baru pada beton keras
dengan suatu cara sehingga beton yang keras tampak monolit dan homogen di
sekitar sambungan. Ini disebut Sambungan Pelaksanaan. Dalam praktek, sangat sulit
untuk memperoleh lengkap pelekatan dengan akibat bahwa akan terdapat suatu
bidang yang lemah pada sambungan pelaksanaan. Bilamana mungkin, sambungan
pelaksanaan harus ditempatkan pada lokasi di mana sambungan penyusutan atau
sambungan lain diperlukan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
16
Sambungan yang memungkinkan gerakan (relatif) beton pada kedua sisi sambungan
dinamakan menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya:
1. Sambungan Susut memungkinkan beton menyusut dan bidang sambungan
sementara menahan gerakan relatif pada arah lain.
2. Sambungan Muai memisahkan kedua muka beton yang berpasangan
secukupnya sehingga memungkinkan pemuaian ke arah bidang sambungan.
Jenis sambungan ini memungkinkan kontraksi tetapi mencegah gerakan pada
arah lain.
3. Sambungan Isolasi sepenuhnya memisahkan kedua muka yang berpasangan
dan memungkinkan kebebasan gerakan relatif.
Pada pemeliharaan sambungan perkerasan beton, perbaikannya dibuat sedemikian
rupa sehingga muka beton baru dan lama cukup melekat untuk mencegah gerakan
relatif sepanjang sambungan tersebut. Kerusakan sambungan pelaksanaan pada
perkerasan beton dapat terjadi bila terdapat suatu bidang lemah pada tanah dasar
yang disebabkan oleh pengaruh perubahan kadar air.
Sambungan yang salah dapat memperlemah struktur perkerasan atau memungkinkan
masuknya air yang akan merubah penampilan beton dengan noda yang kurang
bagus, selain menimbulkan kelembaban dan kemungkinan berkaratnya baja
tulangan. Sambungan tersebut biasanya terletak di daerah tegangan geser minimum.
Daerah dengan momen lentur maksimum harus dihindari.
Gambar II.15 -Sambungan Pelaksanaan Vertikal Pada Pelat
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
17
Jika beton dibiarkan bebas, beton akan menempati bentuk alaminya dan tidak mungkin
dipadatkan secara menyeluruh. Ini akan menghasilkan sambungan yang lemah dan
berpori. Untuk membantu pemindahan bebas lewat sambungan pelaksanaan vertikal,
dowel untuk membantu pelekatan mekanis dapat diletakkan kira-kira pada
pertengahan sambungan. Alat demikian disarankan pada bagian-bagian yang lebih
dalam dari 150 mm.
II.3.3. Sambungan Susut
Sambungan susut adalah sambungan beton pada beton, yang dibuat sedemikian
rupa sehingga beton bebas menyusut menjauhi bidang sambungan, sementara
semua gerakan relatif lewat sambungan harus dicegah.
Sambungan susut yang dibuat dengan sengaja membentuk suatu bidang vertikal
perlemahan pada pelat atau dinding. Sambungan ini kadang-kadang dibentuk
sebagai sambungan yang terkunci untuk mengendalikan gerakan diferensial lewat
bidang sambungan, meskipun sering digunakan dowel, dengan satu ujung dilapisi
sehingga bebas bergeser untuk pengendalian geser tambahan. Lekatan antara beton
baru dan yang ada pada sambungan susut harus ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengecat permukaan sambungan menggunakan campuran perawatan,
emulsi aspal, minyak acuan atau bahan pemisah lekatan yang serupa.
II.3.4. Sambungan Pengendalian
Sambungan pengendallian atau sambungan susut palsu (dummy) adalah suatu
bidang pelemahan yang dibuat pada bangunan dengan cara pembuatan alur.
Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan pelaksanaan karena
mengkonsentrasi-kan tegangan susut pada bagian yang diperlemah, dan karenanya
membatasi retakan penyusutan ke bawah alur.
Pengkaitan mekanis lewat retakan tak teratur membantu memindahkan beban
melewati sambungan dan mencegah gerakan relatif pada bidang sambungan.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
18
II.3.5. Sambungan Muai
Sambungan muai membuat celah antara kedua permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan pemuaian beton ke dalam celah. Celah
biasanya diisi dengan bahan pengisi yang dapat ditekan masuk seperti karet,
plastik, gabus atau mastic. Semua gerakan relatif pada bidang sambungan dicegah.
Sambungan muai mungkin merupakan jenis sambungan yang pembuatannya paling
mahal. Perencana harus mempertimbangkan dengan baik perlunya sambungan
pemuaian dan jarak antaranya. Suatu peningkatan pada suhu beton biasanya akan
menambah panjang beton, yaitu peningkatan suhu sebesar 10°C akan
menghasilkan pemuaian sekitar 1 mm.
Sambungan muai sederhana, hanya memungkinkan pemuaian dan penyusutan
beton. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada bidang sambungan harus dicegah.
Jadi harus dilakukan suatu cara untuk memindahkan beban melewati sambungan
muai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan membentuk sambungan terkunci, tetapi
kunci akan mempersulit masuknya bahan pengisi sambungan muai.
Beban biasanya dipindahkan melewati sambungan dengan bantuan batang dowel.
Setengah panjang masing-masing batang tertanam di dalam beton yang ditempatkan
mula-mula pada sambungan. Setengahnya lagi dilapis sehingga mencegah pelekatan
dengan beton baru pada sambungan. Beberapa cara yang digunakan adalah
melumasi atau melapisi dengan bitumen separuh dari masing-masing batang. Ujung
dari separuh batang yang dilapis kemudian diberi topi untuk membuat socket
sehingga batang dapat bergerak pada waktu pemuaian beton terjadi.
II.3.6. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi membuat celah (kerenggangan) antara permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan kebebasan gerakan pada masing-masing sisi
dari sambungan. Celah ini biasanya diisi dengan pengisi yang dapat dibentuk seperti
papan fiber, gabus, mastic, plastik atau karet.
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
19
Gambar II.16. Tipe Sambungan Beton
II.4. Jenis Penanganan Kerusakan Struktur Perkerasan
Jenis penanganan kerusakan pada struktur perkerasan beton disesuaikan dengan jenis
maupun tingkat kerusakannya.
II.4.1. Perbaikan Blow Up (buckling)
☼ Seluruh pelat diganti
☼ Tanah dasar diganti dan di tambal material yang disukai untuk mengembalikan
kekuatan semula
Pemeliharaan Perkerasan Beton
Pemeliharaan Jalan
20
Gambar II.17. Perbaikan blow up
II.4.2. Perbaikan Rusak Sudut (corner break)
Kalau masih sedikit bisa diisi dengan sealant atau material joint, kalau terlalu besar
dibongkar dan diganti dengan yang baru.
II.4.3. Perbaikan Faulting (pelat bersebelahan tidak sama tinggi)
Diganti dengan yang baru.
II.4.4. Perbaikan Retak Sambungan (joint transfer cracks)
Diganti dengan yang baru.
II.4.5. Perbaikan Tambalan
Ditambal lagi dengan material yang lebih kuat (super joint, friction).