Konsep & Asuhan KeperawatanSepsis
Kelompok IV
KONSEP TEORI
1. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang di derita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri di dalam darah (perawatan bayi resiko tinggi, penerbit buku kedokteran, Jakarta : EGC)
Sepsis adalah mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah
(Dorland, 1998). Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan (Muscari, Mary E. 2005)
2. Etiologi• Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.• v Bakteri escherichia koli• v Streptococus group B• v Stophylococus aureus• v Enterococus• v Listeria monocytogenes• v Klepsiella• v Entererobacter sp• v Pseudemonas aeruginosa• v Proteus sp• v Organisme anaerobik
Tanda dan Gejala• Gejala infeksi sepsis pada
neonatus ditandai dengan:• Bayi tampak lesu• tidak kuat menghisap• denyut jantung lambat dan
suhu tubuhnya turun-naik• gangguan pernafasan• kejang• jaundice (sakit kuning)• muntah• diare• perut kembung
Faktor Risikov Sepsis Dini• Kolonisasi maternal dalam
GBS, infeksi fekal• Malnutrisi pada ibu• Prematuritas, BBLRv Sepsis Nosokomial• BBLR–>berhubungan dengan
pertahanan imun• Nutrisi Parenteral total,
pemberian makanan melalui selang
• Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)
4. Manifestasi Klinis
• Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema
• Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
• Saluran nafas: apneu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis.
• Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi.
• Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol.
• Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000)
5. Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah
air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.• Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis, secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
Factor-faktor pada masalah hematology:• v Peningkatan kerentaan kapiler• v Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin
plasma rendah)• v Perlambatan perkembangansel-sel darah merah• v Peningkatan hemolisis• v Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan
KomplikasiKelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya• v Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal• v Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi• v Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)• v Perdarahan• v Demam yang terjadi pada ibu• v Infeksi pada uterus atau plasenta• v Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)• v Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)• v Proses kelahiran yang lama dan sulit
Pencegahan 1. Pada masa Antenatal: Perawatan antenatal meliputipemeriksaan kesehatan ibu secaraberkala, imunisasi, pengobatanterhadap penyakit infeksi yangdiderita ibu, asupan gizi yangmemadai, penanganan segeraterhadap keadaan yang dapatmenurunkan kesehatan ibu danjanin. Rujuk ke pusat kesehatanbila diperlukan.
2. Pada masa Persalinan :Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3. Pada masa pasca Persalinan :Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
ASKEP SEPSIS
1. Pengkajian A. Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi- Riwayat Keperawatan antenatal- Ada/tidaknya ketuban pecah dini- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau
tempat lain - Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis).
B. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah- Regurgitasi- Peka rangsang- Pucat- Hipotoni- Hiporefleksi- Gerakan putar mata- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis- Sianosis- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)- Hipotermi- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu- Kulit lembab dan dingin- Pucat- Pengisian kembali kapiler lambat- Hipotensi- Dehidrasi- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
C. Riwayat tumbuh kembang
Anamnesis riwayat inkontipabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang di berikan ibu seelama hamil/ persalinan.
Riwayat neonatal ada ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat nafas, hepatitis neonatal, sianosis, infeksi pasca natal.
Riwayat imunisasi
D. Riwayat Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :- Bilirubin- Kadar gular darah serum- Protein aktif C- Imunogloblin IgM- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus,
telinga, pus dari lesi, feces dan urine.- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan
darah tepi dan jumlah leukosit.
• Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman6. Gangguan pola nafas b.d apnea7. Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.
3. Rencana Keperawatan1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur,
dehidrasi, peningkatan metabolisme.• Tujuan/ kriteria hasil : Suhu tubuh dalam keadaan normal
( 36,5-370C ). Intervensi Rasional
• Pantau suhu pasien
• Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi• Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol • Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen
Suhu 38,9 -41,10C menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
Suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
Membantu mengurangi demam
Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia.• Tujuan/ kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan.
Intervensi Rasional Pertahankan tirah baring
Pantau perubahan pada tekanan darah
Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia
Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas
Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
Kaji perubahan warna kulit,suhu,
kelembapan Kolaborasi dalam pemberian
cairan parenteral Kolaborasi dalam pemberian obat
Menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen
Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah
Disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
Peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
Penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
Mengetahui status syok yang berlanjut
Mempertahankan perfusi jaringan
Mempercepat proses penyembuhan
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan ke dalam intersisial.
• Tujuan/ kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan di dalam tubuh. Intervensi Rasional
Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
Pantau tekanan darah dan
denyut jantung
Kaji membrane mukosa
Kolaborasi dalam
pemberian cairan IV misalnya kristaloid
Penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
Pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
Hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
Cairan dapat mengatasi hipovolemia
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
• Tujuan /Kriteria hasil : Terpenuhinya oksigen dalam tubuh.Intervensi Rasional
Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi
Catat adanya sianosis sirkumoral
Selidiki perubahan pada sensorium
Sering ubah posisi
Meningkatkan ekspansi paru-paru
Pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin
Kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial
Menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate
Fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
Mengurangi ketidakseimbangan ventilasi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.• Tujuan/ kriteria hasil : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.• Intervensi :• Kaji intoleran terhadap minuman• Hitung kebutuhan minum bayi• Ukur masukan dan keluaran• Timbang berat badan setiap hari• Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat• Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan• Ukur berat jenis urine• Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi• Pantai distensi abdomen (residu lambung)
6. Gangguan pola nafas b/d apneaTujuan : Mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.Kriteria Hasil : Frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi
Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati. Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis
gas darah sesuai kebutuhan. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang
berlebihan
7. Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.Tujuan : Meminimalkan kesalahan orang tua dan
memberi dukungan koping saat krisis.Kriteria hasil : Koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :• Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan
mekanisme koping• Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit
bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
• Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
• Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan 1. Suhu kembali normal.
2. Berat badan meningkat.3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami
dispnea dan sianosis.4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.
Terima Kasih