ANALISIS DAMPAK SOSIAL-EKONOMI PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Disusun oleh:
Orpha Jane
Nurhayati Surbakti
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG
2006
Abstrak
Penyalahgunaan Narkoba di mana pun di dunia merupakan realitas masyarakat moderen
yang tidak bisa dihindarkan. Sebagai sebuah tindakan yang termasuk dalam kategori
melanggar aturan, penyalahgunaan narkoba secara nyata berdampak pada aspek sosial
maupun ekonomi dari suatu negara. Dampak yang ditimbulkan oleh tindakan ini dapat
mencapai triliunan rupiah. Jika tidak dilakukan tindakan yang komprehensif dan kontinu
maka akibat yang akan diderita oleh bangsa ini bukan saja semakin banyak generasi
muda yang menjadi korban, tetapi juga memperpuruk perekonomian bangsa ini. Total
uang yang dihabiskan untuk membeli narkoba/napza, menurut Koran Tempo, dalam
setahun adalah sebesar Rp 11,3 triliun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak ekonomi dari penyalahgunaan
narkoba, khususnya work, employment & productivity, dampak sosial penyalahgunaan narkoba,
khususnya kesehatan dan pendidikan serta bagaimana dampak sosial dan ekonomi tersebut
mempengaruhi kedua indikator tersebut. Jenis penelitian ini . adalah studi kasus, dengan
metode deskriptif analisis. Indikator dampak sosial dan ekonomi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator sebagaimana digunakan oleh UNODC. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari berbagai dokumen,
laporan dan sumber lain mengenai penyalahgunaan narkoba (kurun waktu 5 tahun, mulai
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005).
Kesimpulan yang dapat diambil dari data-data yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
penyalahgunaan narkoba secara langsung berdampak negatif pada kesehatan pemakai,
berdampak negatif pada keharmonisan dalam keluarga, berdampak negatif pada prestasi
pendidikan bagi pemakai yang masih sekolah, berdampak negatif pada basil karya atau
produktivitas pemakai dan pada angka indeks IPM.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK DAFTAR ISi n
DAFTAR TABEL m
DAFT AR GAMBAR iv
BABlPENDAHULUAN 1 1. 1 Latar Belakang 1 1.2 Identifikasi Masalah 2 1.3 Model Penelitian 3 1.4 Kerangka Teori 4
1 .4. 1 Definisi Social Impact Analysis 4 1 .4.2 Definisi Economic Impact Analysis 6 1 .4.3 Social Economic Impact Measurement 6
BAB 2 UNIT ANALISIS 8 2. 1 Pengertian 8 2.2 Jenis-Jenis NAPZA 9 2.3 Data Terkini Penyalahgunaan Narkoba 1 0 2.4 Faktor-Faktor Penyebab/Pendorong dan Akibat Penya�ahgunaan NAPZA 1 1
BAB 3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1 5 3 . 1 Situasi dan Permasalahan Narkoba di Indonesia 1 5
3 . 1 . 1 Situasi Nasional 1 5 3 . 1 .2 Situasi Global 1 6
3.2 Dampak Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan Narkoba 1 7 3 .2. 1 Work and Productivity 1 8 3 .2.2 Keluarga 20 3 .2.3 Pendidikan 23 3 .2.4 Kesehatan 24
3 .3 Indeks Pengembangan/Pembangunan Manusia 26 3 .4 Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap IPM 3 0
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 33 4. 1 Kesimpulan 33 4.2 Saran 33
DAFTAR PUST AKA 34
11
Tabel-2. 1 Tabel-2.2 Tabel-2.3 Tabel-2.4 Tabel-3.l Tabel-3.2 Tabel-3.3
DAFTAR TABEL
Ha lam an
Data Korban Berdasarkan Kasus Data Korban Berdasarkan Jenis Kelamin Data Korban Berdasarkan Usia Data Korbari Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juni) Indikator Ekonomi dan Sosial di Kota Bandung IPM Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota
1 0 1 1 1 1 11 1 5 28 28
111
Gambar-3.l Gambar-3 .2 Gambar-3.3 Gambar-3.4 Gambar-3.5 Gambar-3.6
DAFT AR GAMBAR
Halaman
Prosentase Penyalahgunaan Narkoba Dunia (2005) Dampak Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba (Work & Produktivitas) Dampak Sosial (Keluarga) Penyalahgunaan Narkoba Dampak Sosial (Pendidikan) Penyalahgunaan Narkoba Dampak Sosial (Kesehatan) Penyalahgunaan Narkoba Model Human Development Index (IndekS Pengembangan Manusia) dihubungkan dengan penyalahgunaan narkoba
1 6 1 8 20 23 25
31
IV
BABl
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyalahgunaan narkoba di mana pun di dunia merupakan realitas masyarakat moderen
yang tidak bisa dihindarkan. Secara umum, istilah penyalahgunaan narkoba diterjemahkan
sebagai setiap orang yang terlibat dalam problematik narkoba. Dalam term medis,
penyalahgunaan narkoba adalah orang yang menggunakan narkoba non-medis namun
belum menderita ketergantungan. Ketergantungan narkoba diartikan baik secara fisik
maupun psikologis seseorang telah tergantung kepada narkoba, yang tentu saja diikuti
dengan berbagai konsekuensi-konsekuensi sosial, psikologis dan mental . Sedangkan bagi
suatu negara, sebagai sebuah tindakan Y<i-ng termasuk dalam kategori melanggar aturan,
penyalahgunaan narkoba secara nyata berdampak pada aspek sosial maupun ekonomi.
Konsekuensi ekonomi di beberapa negara berdasarkan lapo� yang disusun oleh UNODC
(United Nations Office on Drugs and Crime) - lembaga PBB yang mengurusi persoalan
penyalahgunaan Narkoba - menunjukkan bahwa beberapa indikator perekonomian seperti
tingkat inflasi, cost benefit, lapangan pekerjaan dan produktifitas, iklim investasi dan
kondisi keuangan terpengaruhi baik secara positif maupun negatif. Sementara di beberapa
negara penyalahgunaan dan perdagangan gelap narkoba mengakibatkan penurunan
produktifitas kerja, di Bolivia, narkoba memberikan pengaruh positif terhadap
pembangkitan lapangan pekerjaan khususnya dalam penanaman dan pendistribusian
kokain. Sekitar 120,000 sampai 460,000 orang terlibat dalam industri tersebut dalam
setahun (UNODC Report, 1 998).
Selain konsekuensi ekonomi, penyalahgunaan dan perdagangan gelap narkoba juga
mengakibatkan dampak sosial. Dampak sosial dapat diukur dari aspek kesehatan,
pendidikan, lingkungan serta keluarga dan komunitas (UNODC Report, 1 998). Umumnya,
aspek sosial merupakan dampak dari penyalahgunaan narkoba yang Iebih sering
dibicarakan dan dikaji oleh banyak kalangan. Berdasarkan dimensi kesehatan penggunaan
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 1
narkoba, khususnya oleh generasi muda, menimbulkan masalah yang baru dalam bidang
penyakit paru-paru, khususnya infeksi saluran nafas bawah. Pecandu narkotika dengan
suntikan mempunyai resiko kematian 7 kali lebih tinggi dari pada populasi umum pada
kelompok umur yang sama. Berdasarkan dimensi sosial dan pendidikan, dampak
penyalahgunaan narkoba antara lain adalah prestasi sekolah merosot (96% ), hubungan
keluarga memburuk (93%), perkelahian dan tindak kekerasan (65,3%) dan kecel_akaan lalu
lintas (58,7%) (Penelitian Prof. Dadang Hawari, 1992).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus dan
tersangka pelaku tindak kejahatan narkoba yang terungkap dan jumlah penyalahguna
narkoba yang terdeteksi menunjukkan peningkatan tajam di seluruh wilayah tanah air.
Sementara itu perdagangan gelap narkoba berhasil terungkap beberapa kasus seperti pabrik
ekstasi di Jasinga Bogor, penangkapan Schapelle Corby (warganegara Australia), dan lain
lain.
Sekalipun telah dilakukan berbagai penelitian oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
berbagai lembaga lain, termasuk perguruan tinggi (FISIP dan FK-UI, FISIP Unpar) namun
penelitian tersebut umumnya lebih pada survei untuk mengetahui aspek demografi para .
penyalahguna narkoba. Penelitian mengenai konsekuensi sosial dan ekonomi
penyalahgunaan dan perdagangan gelap narkoba bagi bangsa Indonesia sampai saat ini
masih belum ada dan merupakan sebuah kebutuhan mendesak mengingat Indonesia saat ini
telah menjadi negara produsen narkoba.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini mengambil judul
'Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia'.
1 .2 ldentifikasi Masalah
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui:
- Dampak ekonomi dari penyalahgunaan narkoba, khususnya work, employment &
productivity
- Dampak sosial dari penyalahgunaan narkoba, khususnya kesehatan dan pendidikan
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 2
- Bagaimana dampak sosial dan ekonomi tersebut mempengaruhi kedua faktor tersebut
( ekonomi dan sosial)
1.3 Metode Penelitian
Borrow & Arnold (2000) menuliskan bahwa : analisis dampak sosial (Social Impact
Analysis - SIA), seperti halnya analisis dampak ekonomi (Economic Impact Analysis -
EIA), menggunakan teknik yang sangat beragam - beberapa dikembangkan dengan
'meminjam' dari teori-teori seperti sosiologi, psikolbgi, antropologi, riset pasar, ilmu
manajemen, stuktural dan sistem analisis dan lain sebagainya.
Selanjutnya Borrow & Arnold (2000) menyatakan, as with EIA, a valuable characteristic
of a technique is that it should help improve objectivity of assessment and reduce the risk
that variables are missed or double-counted. Teknik-teknik tersebut digunakan untuk
memahami situasi dan memprediksi suatu kejadian di masa datang. Selain itu, digunakan I
untuk memperkirakan signifikansi dari dampak yang teridentifikasi, menampilkan laporan
mengenai dampak dan membantu memilih altematif yang tersedia.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, dengan metode deskriptif analisis. Indikator dampak
sosial dan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator sebagaimana
digunakan oleh UNODC.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari berbagai
dokumen, laporan dan sumber lain mengenai penyalahgunaan narkoba (kurun waktu 5
tahun, mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005).
Secara spesifik untuk mengukur dampak sosial maupun ekonomi penyalahgunaan dan
perdagangan gelap narkoba, penelitian ini akan menggunakan teknik analisis yang
dikembangkan dalam penelitian-penelitian mengenai SIA yang ditulis oleh Borrow &
Arnold (2000), yaitu :
Desk study; desk study is an important source of ideas and data. However, in the
past (and as is sometimes still the case) there has been too much dependence on
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 3
this source for EIA and SIA. Desk studies explore available secondary sources for
relevant information. Nowadays, this is much faster and more effective, thanks to
online literature searching and data retrieval; however, limited information may be
available in developing countries, and for new technologies and problems.
Sedangkan untuk mengukur pengaruh dampak sosial dan ekonomi terhadap kinerja bangsa
Indonesia, akan digunakan pemodelan sederhana.
Penelitian akan dimulai pada bulan April 2006 d� berakhir pada bulan Juli 2006. Lokasi
penelitian ini terutama di Jakarta, di kantor pusat Badan Narkotika Nasional (BNN).
1.4 Kerangka Teori
Social economic impact analysis adalah analisis yang bertujuan mengukur sejauh mana
suatu kegiatan memberikan dampak secara sosial maupun ekonomi. Misalnya kegiatan
pembangunan, baik P,embangunan sebuah jalan, pertokoan atau kompleks perumahan, dan
lain-lain memberikan dampak terhadap penduduk di wilayah pembangunan tersebut.
1.4.1 Definisi Social Impact Analysis
Istilah social dan economic impact dibedakan dalam pemahamannya. Landry et al (Landry
et al, 1993) mendefinisikan Social impact sebagai berikut :
'a dynamic concept which pre-supposes a relationship of cause and effect. It can be
measured through the evaluation of the outcomes of particular actions be that an initative,
a set of initiatives forming a policy or set of policies which form a strategy. '
Sementara itu, dalam bukunya SIA, Ronaldo menggunakan istilah 'assessment' untuk. kata
'analysis'. Beberapa definisi mengenai SIA yang dicantumkan dalam bukunya adalah
sebagai berikut:
Beberapa definisi dan tujuan SIA, yaitu:
• The process of assessing or estimating in advance the social consequences
that are likely to follow from specific policy actions or project
development.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 4
• The definition offered by the Inter-organizational Committee on
Guidelines and Principles for Social Impact Assessment: '... efforts to
assess or estimate, in advance, the social consequences that are likely to
follow from spedific policy actions (including programs, and the adoption
of new policies), and specific government actions (including buildings,
large projects, and leasing large tracts of land for resource exploitation)
.. . ' (Burdge et al., 1995: 12).
• Describe and analyse the real or potential effects of proposed
developments upon specific groups of people.
• The goal is to balance science and politics in policy formulation and
implementation {Rickson et al., 1990: 9).
• SIA aims to help structure development so it responds to people's needs
and is compatible with sociological conditions.
• The identification, analysis and evaluation of the social impacts resulting
, from a particular event. A social impact being a significant improvement
or deterioration in people's well-being or a significant change in an aspect
of community concern (Dietz, 1987: 54).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian social impact analysis
adalah deskripsi mengenai penilaian atau perkiraan mengenai dampak atau akibat yang
timbul dari suatu kebijakan spesifik, termasuk program-program dan adopsi dari kebijakan
baru, juga kegiatan-kegiatan spesifik pemerintah seperti pembangunan, proyek besar dan
lain-lain.
Tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas social impact analysis adalah:
I. Identify the main features of the proposed development project, programme,
policy, or whatever.
2. Identify the types and numbers of people involved.
3. Identify data sources: use published scientific literature, secondary data and
primary data from the affected area (see Glossary for definitions of primary
and secondary data).
4. Plan for gaps in the data.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 5
5. Identify the impacts the proposed development will have on various
segments of the population.
6. Involve the public: identify and involve all the potentially affected groups
and individuals.
7. Analyse impact equity: identify who are 'winners' and who are 'losers', and
emphasize the vulnerability of under-represented groups. "
8. Focus the assessment: deal with the issues and concerns that really count,
not those that are easy to handle.
9. Identify methods and assumptions and define significance in advance:
define how the SIA was conducted, what assumptions were used and how
significance was selected.
I 0. Provide feedback on social impacts to project planners and identify
problems that can be solved with changes to the proposed action or
alternatives.
I 1,. Establish monitoring and mitigation programmes: manage uncertainty by
monitoring and mitigating adverse impacts.
12. Make development more socially sound.
Source: various (including Seebohm, 1997: Figure I, p. 239)
1.4.2 Definisi Ec0110111ic Impact A11alvsis
Sementara itu, Ekonomic impact didefinisikan sebagai berikul:
the economic impact of a given phenomenon can be defined as 'the effect of that
phenomenon on such economic factors' as the economic behaviour of consumers,
businesses, the market, industry (micro);28 the economy as a whole, national wealth or
income, employment, and capital (macro) '. Radich (1987)
I.43 Social Economic Impact Measurement
Economic Impact Measurement
Untuk mengukur dampak ekonomi (economic impact) umumnya dapat digunakan tiga tipe
analisis ekonomi, yaitu cost, cost-effectiveness, and benefit-cost analysis (French, 2003).
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 6
Jika merujuk pada ukuran yang digunakan oleh UNODC maka, analisis terhadap dampak
ekonomi penyalahgunaan dan perdagangan gelap narkoba terdiri atas :
Analisis cost & benefit
Work, employment & productivity
Prices & income
Trade & balance of payments
Finance & investment
Social Impact Measurement
Davies & Quinlain, merumuskan bahwa indikator dampak sosial secara umum adalah:
1 . Hak-hak individu (individual rights) diukur berdasarkan child labor, the human
development index, and the index of economic freedom;
2,. Distribusi income (income distribution)
3. Kesehatan; diukur berdasarkan life expectancy, infant mortality, the daily supply
of protein, dan the daily supply of calories
4. Lingkungan hidup; as measured by the annual rate of deforestation, and
C{O.sub.2} emissions);
5. Gender equality (as measured by female adult literacy, the gender related
development index, and the gender empowerment measure).
Sedangkan indikator yang digunakan oleh UNODC untuk dampak sosial penyalahgunaan
dan perdagangan gelap adalah konsekuensi yang akan dialami oleh :
1. Keluarga dan komunitas
2. Kesehatan
3. Pendidikan
4. Lingkungan hidup
5. Crime, corruption & dangers yang akan dialami oleh masyarakat
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 7
BAB2
�UNIT ANALISIS
Sejarah maraknya peredaran dan penyalahgunaan obat terlarang dapat ditelusuri ratusan
tahun yang lalu, di mana obat-obatan psychoactive digunakan untuk keperluan pengobatan
keagamaan dan sebagai hiburan. Pada akhir abad ke-19, dengan semakin berkembangnya
ilmu kimia dan farmakologi, masyarakat mulai mensintesakan berbagai zat yang sangat
kuat dan bersifat amat addictive yang dapat mengakibatkan kecanduan seperti misalnya
cocaine dan heroin.
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah senus yang harus
djcari jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan betapa
akibat dari masalah tersebut telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non
materi, termasuk kematian, konflik keluarga,. dan lain sebagainya.
Secara umum permasalahan narkoba dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yang saling
terkait, yakni:
( 1) adanya produksi narkoba secara gelap (illicit drug production)
(2) adanya perdagangan gelap narkoba (illicit trafficking)
(3) adanya penyalahgunaan narkoba (drug abuse)
Pada bab ini akan diuraikan penyalahgunaan narkoba,. penyebab dan penanggulangannya.
Sebagian besar informasi pada bab ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh Y ayasan
Sekar Mawar, sebuah organisasi nirlaba yang menfokuskan kegiatannya pada usaha
penanggulangan narkoba,. bertempat di Bandung.
2.1 Pengertian.
NAPZA adalah singkatan dari NArkotika,. Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Sedangkan NARK.OBA adalah singkatan dari Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang.
Sebenarnya NAPZA atau Narkoba adalah bahan dan zat yang memiliki fungsi dan
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 8
kegunaan tersendiri, termasuk bagi dunia pengobatan dan medis namun bahan dan zat ini
telah disalahgunakan oleh individu atau golongan tertentu untuk tujuan tertentu. Oleh
karena itu, dibawah ini kami melampirkan jenis-jenis NAPZA atau Narkoba yang sering
digunakan dengan tujuan agar kita menjadi waspada dan sadar akan sepak-terjang yang
-. berkaitan dengan penyalahgunaan bahan atau zat tersebut.
2.2 Jenis-Jenis NAPZA.
Banyak jenis atau ragam NAPZA yang beredar dikalangan pecandu, baik yang didapat
secara legal maupun ilegal. Untuk itu perlu diketahui apa saja yang termasuk golongan dari
NAPZA.
Menurut Undang-Undang No. 22 Tahw1 1997., jenis-jenis NAPZA, adalah :
1 . Golongan Opiat
2. Golongan Kanabis
: Heroin, Morfin, Madat, dan lain-lain.
: Ganja Hashish.
3. Golongan Koka : Kokain, Crakck.
4. Alkohol adalah minuman yang mengandung Etanol (Etilalkohol).
5. Psikotropika meliputi : Ecstacy, Shabu-shabu, LSD, Obat penenang I Obat tidur,
Obat anti depresi dan anti psikosis . .
6. Zat Adiktif lainnya : Inhalansia (Asefon, Thinner, Cat, Lem atau Glue, Nikotin
(tembakau), Kafein (kopi).
Zat psikotropika yang sering d.isalahgunakan menurut WHO, tahun 1992, adalah :
1. Alkohol.
2. Opioda (heroin, morfin, pethidin, candu I opium).
3. Kanabinoida (ganja I mariyuana, hashish).
4. Sedativa I Hipnotika (obat penenang I obat tidur).
5. Kokain ( daun koka, serbuk kokain, crack).
6. Stimulansia lain (kafein, ecstacy, shabu-shabu).
7. Halusinogenika (LSD, mushroom, mescalin).
8. Tembakau (mengandung nikotin).
9. Pelarut yang mudah menguap, misalnya : aseton, glue atau lem.
1 0. Multiple (kombinasi) beberapa unsur, misalnya : kombinasi heroin dan shabu-shabu,
alkohol dan obat tidur.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 9
Menurut lembaga National Institutes on Drug Abuse (NIDA) dari National Institutes of
Health Bethesda, Maryland, yaitu :
1 . Substansi Stimulans (perangsang)
2. Amphetamine Biphetamine, Dexedrine (nama jalanan : Blackbeauties, Crosses,
Hearts). Cara Pemakaian : disuntikan, dihisap, dihirup, diminum
Nama jalanan : Coke, Crack, Flake, Rocks, Snow.
3. Cocain
4. Methampethamine
5. Metylphenidate
6. Nicotine
Cara pemakaian : disuntikan, dihisap, dihirup
Desoxyn (namajalanan: Crank, Crystal, Glass, Ice, Speed).
Cara pemakaian : disuntikan, dihisap, dihirup, diminum
Ritalin. Cara pemakaian : disuntikkan, diminum
Habitrol patch, Nicotine gum, Nicotrol spray, Prostep patch.
(nama jalanan: Cigars, Cigarettes, Smokeless tobacco, Snuff,
Spit tobacco). Cara pemakaian : dihisap, diminum, transderrnal
Selain itu, penggolongan NAPZA dapat dibagi berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan,
yaitu:
1. fek Upper (meningkatkan kondisi euphoris).
a. Halusinogenika (LSD, Mushroom, Kecubung)
b. Golongan Amphetarnin (Shabu-shabu, Ecstacy, Inex)
c. Cocain (Daun koka, Serbuk kokain, Crack).
2. Efek Downer (membawa "ketenangan").
a. Alkohol
b. Obat penenang I obat tidur
c. Kanabis I Ganja I Cimeng
d. Inhalansia (Aseton, Aica Aibon, Thinner)
e. Opioida (Heroin, Putaw, Morfin, dll)
Dampak Sosial clan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 10
2.3 Data Terkini Penyalahgunaan Narkoba di lndonesia1
Tabel-2. l Data Korban Berdasarkan Kasus
No Kasus TAHUN Jumlah Total Rata-rata
2001 � 2002 2003 2004 2005
1 Narkotika 1,907 2,040 3,929 . 3,87 4 8, 17 1 19,92 1 3,9 84
2 Psiko 1,6 48 1 ,632 2,590 3, 887 6,73 3 16,490 3,29 8
3 Adiktif 62 79 621 6 48 1,384 2,75 8 552 Jumlah 3,6 17 3,751 7,140 8,409 16,252 39, 169 7,834
% Kenaikan 3,7 90,3 17,0 9 3,3 205 5 1,3
Tabel-2.2 Data Korban Berdasarkan Jenis kelamin
No Jenis TAHUN Total Rata-rata
Kelamin 2001 2002 2003 2004 2005
1 Pria 4,561 4,900 8,923 - 10,263 2 1 ,046 49,69 3 9,939 2 Wanita 36 3 420 794 1 ,060 1,7 34 4,361 872
Jumlah 4,924 5, 3 10 9,7 17 1 1,323 22,7 80 54,054 10,8 1 1
Tabel-2.3 Data Korban Berdasarkan Usia
No Usia TAHUN
Total Rata-rata 2001 2002 2003 2004 2005
1 < 16 25 23 87 7 1 127 333 67 2 16 - 19 thn 50 1 494 500 76 3 1,66 8 3 ,926 7 85 3 20-24 thn 1,428 1,755 2,457 2,879 5,503 14,022 2,804 4 25-29 thn 1,366 1, 3 86 2,417 2,888 6,442 1 4,499 2,900
5 >29 thn 1,604 1,652 4,256 4,722 9 ,040 2 1,27 4 4,255 Jumlah 4,924 5,3 10 9,7 17 1 1,323 22,7 80 5 4,054 10,8 1 1
Tabel-2.4 Data Korban Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
No. JK TAHUN
Total Rata-rata 200 1 2002 2003 2004 2005 .·� ..
1 SD 246 165 949 1,300 2,542 5 ,202 1 ,040 2 SLTP 1,832 1,7 1 1 2,6 88 3,057 5, 1 48 14 ,436 2,887 3 SLTA 2,6 17 3, 14 1 4,960 6, 1 49 14 ,34 1 3 1,208 6 ,242 4 PT 229 29 3 1, 120 8 17 7 49 3,208 642
Jumlah 4,924 5,3 10 9,7 17 1 1,323 22,780 54 ,054 10,8 1 1
1 Data-data pada tabel bersumber dari Puslitbang BNN RI
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 1 1
.. ·
2.4 Faktor-Faktor Penyebab/Pendorong dan Akibat Penyalahgunaan NAPZA
Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA,
diantaranya adalah:
1. --aktor Individu (Kepribadian):
• Karakter dan watak.
• Cita-cita dan aspirasi yang terlalu tinggi yang tidak sesuai dengan realita.
• Kebiasaan hidup atau pola hidup I perilaku.
• Prinsip, nilai I norma, atau ide yang kurang tepat mengenai kehidupan.
• Ketidakpuasan dan protes terhadap sesuatu.
• Rasa ingin tahu yang berlebihan.
• Rasa rendah diri I tidak memiliki kepercayaan diri.
Pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung
depresi. Untuk remaja yang menyalahgunakan napza, umumnya tidak mandiri dan
menganggap segala sesuatunya diperoleh dari lingkungan.
2. Faktor Lingkungan :
• Perhatian dan pola asuh dalam keluarga.
• .Tuntutan hidup yang sangat tinggi.
• Kehidupan sosial dan ekonomi JUga dapat menjadi salah satu penyebab
penyalahgunaan NAPZA.
• Aturan, nilai-nilai, sanksi, atau batas-batas tertentu yang berlaku dalam suatu
lingkungan tertentu (keluarga, lingkungan, budaya, agama) yang tidak realistis,
menekan dan ekstrim untuk dijalankan.
• Diskriminasi dan penolakan dari lingkungan.
• Tidak ada lingkungan yang menjadi support untuk menghadapi masalah ini.
• Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap masalah NAPZA,
penyalahgunaan dan penanggulangannya .
• Perubahan aturan, nilai dan norma budaya atau zaman.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 12
• Semakin maraknya berdiri tempat hiburan yang tidak sehat.
• Kuatnya pengaruh peer yang negatif.
• Mafia perdagangan NAPZA yang illegal.
Berdasarkan basil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi
anggota keluarganya (terutama remaja) terlibat penyalahgunaan NAPZA. Keluarga
yang dimaksud adalah keluarga yang memiliki riwayat ketergantungan napza,
keluarga dengan aturan yang tidak konsisten (misalnya, ayah bilang ya, tetapi ibu
bilang tidak), dan keluarga yang sering konflik baik antara ayah dan ibu, ayah dan
anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. Selain itu juga, keluarga dengan orang tua
yang otoriter atau keluarga yang tidak pemah memberikan kesempatan pada anak
untuk berdialog. Demikian juga keluarga yang selalu menuntut kesempumaan dan
keluarga yang selalu diliputi kecemasan.
Selain faktor keluarga, faktor kelompok teman sebaya (peer group) juga dapat
berperan pada penyalahgunaan napza. Kelompok teman sebaya dapat menimbilkan
tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau. orang-orang seusia untuk
mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti anggota kelompok tersebut. Bila
seseorang tidak bisa berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular atau
yang berprestasi, hal tersebut dapat menyebabkan frustasi sehingga orang tersebut
mencari kelompok lain yang dapat menerimanya.
Khususnya iintuk individu yang masih ada dalam lingkungan sekolah, maka
lingkungan sekolah juga dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan napza.
Sekolah yang kurang berdisiplin dan tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada
waktu jam sekolah, pelajaran yang diberikan secara membosankan, guru yang kurang
pandai mengajar dan kurang mampu berkomunikasi denga siswa, serta sekolah yang
tidak mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreativitas siswa, merupakan ciri-ciri
sekolah yang berisiko tinggi terhadap adanya penyalahgunaan NAPZA pada murid
muridnya (www.ceria.com).
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 13
3. Faktor Kesempatan dan Lain-lain:
Saat ini, kesempatan untuk mendapatkan napza relatif mudah, bahkan sekolah
sekolah termasuk sampai SD. Lingkungan masyarakat yang masih bersikap tidak
acuh seolah membiarkan penyalahgunaan napza. Faktor lainnya adalah adanya
ketidakjelasan dan ketidaktegasan dalam pelaksanaan aturan-aturan perundang
undangan yang berlaku mengenai masalah NAPZA.
NAPZA juga membawa kepada kecenderungan seks bebas dan subumya pelacuran.
Menurut Dr. Fritz A. Kakiallatu , Sp.B., Sp.BU, urolog dari RSPAC Gatot Subroto,
umumnya tempat hiburan menjadi tempat penjualan NAPZA. Bahkan, ada pecandu
yang menjual tubuhnya untuk membeli NAPZA.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 14
BAB3
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Situasi dan Permasalahan Narkoba di Indonesia
3.1.1 Situasi Nasional
Dewasa ini, penyalahgunaan ketergantungan narkoba di Indonesia telah sampai pada t itik
yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional
(BNN), jumlah kasus narkoba meningkat dari 3 .478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.40 1
pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,9% per tahun. J umlah tersangka tindak
kejahatan Narkoba pun meningkat dari 4 .955 orang pada tahun 2000 menjadi 1 1 .3 15 kasus
pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Data baru sampai J uni 2005
saja, menunjukkan kasus itu meningkat tajam. (Mabes Polri, Juni 2005).
Tabel-3°. 1 Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juni)
Jenis Kasus 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Narkotika 205 8 1907 2040 3929 3 869 4000
Psikotropika 1 35 6 1 648 1 632 2590 3884 309 8
Bahan Adiktif 64 62 79 62 1 648 3 10
Jumlah 3478 3 6 1 7 375 1 7 1 40 840 1 7408 Sumber : BNN, Juni 2005
.-··
Meningkatnya j umlah tersangka setiap tahunnya diakibatkan makin luasnya perdagangan
dan peredaran gelap narkoba. Bahkan Indonesia sekarang ini tel ah dijadikan sebagai
tempat produksi . Walaupun para penegak hukum di pelbagai pihak terkait telah berusaha
menanggulangi permasalahan tersebut dengan banyaknya pelaku yang ditangkap dan
dijebloskan ke dalam penjara baik itu pemakai, bandar maupun pengedar narkoba, namun
tetap saja bisnis ini merebak dengan pesat .
Dampak Sosial clan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 15 .
Nilai perdagangan illegal narkoba dunia tahun 2003 diperkirakan sebesar US$322 milyar
(UNODC, 2005 ). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN,
menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di Indonesia
tahun 2004 sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. Tingginya
angka penyalahguna narkoba kemungkinan disebabkan karena produksi narkoba yang
terus meningkat sehingga mudah didapat, jaringa n komunikasi yang semakin canggih dan
faktor so sial ekonomi.
Berbagai basil penel itian mengungkapkan bahwa pemakai narkoba kebanyakan dari
mereka adalah kaum muda/remaja. Hukom (2003), memperkirakan jumlah penyalahguna
narkoba di Indonesia pada tahun 200 1 mencapai 3,4 juta orang dan 80 persen dari mereka
adalah kaum muda/remaja.
3.1 .2 Situasi Global
Berdasarkan Laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari UNODC (2005) jumlah
penya lahguna narkoba di dunia sebesar 200 j uta orang (5% dari populasi dunia) yang
terdiri dari : I 60,9 juta orang (penyalahguna ganja), 34, 1.
juta (A TS), 1 3, 7 juta orang
(kokain), 15 ,9 juta orang (opiat) dan 10,6 juta orang (heroin). Bianchi (2004) melaporkan
peningkatan jumlah penyalahguna narkoba, dari 1 80 juta pada tahun 2000 menjadi 1 85 juta
pada tahun 2002, atau 4,2% penduduk usia 15 -64 tahun.
6%
ATS 14%
Opiat 7%
Heroin_/ 5%
68%
Gambar-3 . 1 Prosentase Penyalahgunaan Narkoba Dunia (2005)
(Sumber : UNODC, Juli 2005)
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 1 6
Pada usia remaja biasanya terjadi perubahan fisik, emosional, intelektual dan sosial. Pada
usia tersebut faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku mereka, sehingga sering
kali menimbulkan terjadinya penyalahgunaan narkoba walaupun pengetahuan mereka
tentang bahaya dari narkoba sangat kurang. Secara ekonomis, penyalahgunaan narkoba
akan menimbulkan biaya yang sangat besar. Dari sisi penyalahguna, kebutuhan ekonomi
untuk membiayai pemakaian narkoba yang berharga mahal dan mendorong mereka
melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan perampokan (Goode,1999). Menurut
Hawari ( 1999) biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi narkoba di Indonesia per hari
adalah sekitar Rp. 100.000,00 dengan demikian diperkirakan total biaya yang dibelanjakan
untuk mengkonsumsi narkoba sebesar 340 milyar rupiah per hari.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat juga memperkirakan total biaya ekonomi
sebesar US$ 102,2 milyar di tahun 1992 dan meningkat menjadi US$143,4 milyar di tahun
1998 atau terjadi peningkatan sebesar 5,9 persen per tahtinnya. Hal ini membuktikan
bahwa biaya yang dikeluarkan oleh penyalahguna narkoba terus meningkat. Total biaya I
yang dikeluarkan untuk kebutuhan penyalahgunaan narkoba ini sangat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi khususnya masyarakat Indonesia.
3.2 Dampak Ekonomi dan Sosial Penyalahgunaan Narkoba
Peningkatan penyalahgunaan narkoba di Indonesia dengan dampak buruk sosial dan
ekonomi semakin mengkhawatirkan. Kerugian sosial-ekonomi penyalahgunaan narkoba
dalam tahun 2004 diperkirakan Rp.23,6 triliun, dengan perkiraan jumlah penyalahguna 2,9
juta sampai 3,6 juta orang atau setara 1,5% penduduk Indonesia (BNN & Puslitkes VI,
2005).
Berbagai laporan dan pengamatan menunjukkan semakin meluasnya masalah narkoba.
Dalam lima tahun terakhir, jumlah tangkapan kasus narkoba termasuk barang bukti sitaan
berbagai jenis narkotika cenderung meningkat (Dit IV -Bareskrim Polri, September 2005).
Dengan meningkatnya penangkapan dan penyitaan narkoba ini semakin banyak pula kita
dengar dan kita lihat korban penyalahguna di sekitar kita.
Dampak Sosial dan Ekonorni Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 17
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak sosial dan ekonomi penyalahgunaan
narkoba. Secara sosial, dampak narkoba akan mengurangi keharmonisan sebuah rumah
tangga; mengurangi kemampuan berprestasi dalam pendidikan sekolah seorang anak serta
sangat mempengaruhi kesehatan pengguna narkoba tetsebut. Secara ekonomi, dampak
narkoba akan berdampak pada kualitas produk dan jasa yang dihasilkari' oleh organisasi
bisnis maupun publik. Selain itu secara ekonomi dampak penyalahgunaan dapat diukur
pula dengan analisis biaya manfaat (cost and benefit analysis). Dalam penelitian ini
analisis akan diarahkan pada dampak ekonomi yang berkaitan dengan kualitas kerja dan
produktivitas.
3.2.1 Work and Produktivit1
Dampak ekonomi penyalahgunaan narkoba, khususnya aspek work & productivity, akan
mempengaruhi tingkat kemangkiran dan kualitas kerja korban penyalahguna narkoba.
Dampak tersebut akan menimbulkan dampak turunan yaitu atmosfir di tempat ke9a yang
tidak kondusif serta rendahnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. Kondisi ini
selanjutnya akan menyebabkan daya saing produk/jasa menjadi rendah. Di mana,
rendahnya daya saing produk/jasa yang dihasilkan, secar� umum, dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pada Gambar 3.2 dapat dilihat bagaimana
penyalahgunaan narkoba dapat mempengaruhi daya saing produk/jasa, yang mana
akhimya juga dapat mempengaruhi kemampuan membeli/konsumsi dari seorang individu.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 1 8
Drug Abuse
Work and Produktivity
Tingkat Kemangkiran
Atmosfir di tempat Kerja
Kualitas Kerja
Kualitas Produk/Jasa
Daya Saing Produk/ Jasa
Gambar-3.2 Dampak Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba (Work & Produktivitas)
Seperti disebutkan di atas, peredaran dan penyalahgunaan narkoba ·akan menimbulkan
problematika berat. Berdasarkan problema perilaku yang telah disebutkan di atas, terdapat
beberapa biaya yang hams dikeluarkan akibat perilaku tersebut, antara lain:
• Kehilangan pembiayaan administratif, seperti meningkatnya angka absen
karyawan (keterlambatan masuk kerja, penambahan biaya untuk kerja lembur,
penyalahgunaan surat keterangan sakit, tuntutan terhadap asuransi kesehatan,
pembayaran akibat kecacatan, biaya-biaya lain yang dikaitkan dengan kecelakaan
kerja.
• Kehilangan berselubung, seperti penyimpangan waktu supervisi dan manajerial,
friksi di antara karyawan, menghabiskan material secara percuma, kerusakan alat
alat, keputusan yang jelek (pemberian citra jelek perusahaan kepada publik dan
biaya yang dikeluarkan dikaitkan dengan mutasi dan kematian diri karyawan).
• Kehilangan akibat implikasi hukum, seperti adanya peredaran narkoba di kawasan
kerja, ancaman kepada keselamatan karyawan dan publik, keamanan karyawan
yang tergabung dalam kegiatan-kegiatan ya.'lg memperketat disiplin karyawan
juga mengganggu suasana kerja
• Penarnbahan biaya untuk pelayanan kesehatan dan konsultasi kejiwaannya.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 19
Di dalam kawasan kerja, tindak kekerasan memegang peran penting dan dapat melibatkan
antar karyawan, terhadap perusahaan atau perserikatan butuh/karyawan. Tindak kekerasan
di kawasan kerja mempakan isu kesehatan dan keselamatan kcrja yang paling penting,
apalagi dikaitkan dengan pembunuhan yang terjadi akibat kecelakaan kerja. Kondisi
tersebut sangat rumit dan harus dibakukan terlebih dahulu dalam prosedur tertulis d-ari
perusahaan.
Terapi ketergantungan narkoba membutuhkan biaya besar dan proses penyembuhan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Seorang karyawari yang menderita ketergantungan
heroin membutuhkan supervisi yang ketat di dalam kawasan kerjanya (tentu saja dilakukan
supervisor dan juga sesama karyawan). Umumnya dewasa ini, hampir semua perusahaan
tidak bersedia membayar ganti biaya kesehatan akibat ketergantungan narkoba. Beberapa
perusahaan mempunyai kebijakan untuk membiayai hanya dalam keadaan emergensi
(darurat)_
Beberapa kasus yang teridentifikasi menunjukkan bahwa narkoba mempengaruhi
produktivitas karyawan. ILO (International Labor Organization), misalnya, melaporkan
produktivitas karyawan di beberapa industri menurun �bat penggunaan narkoba
dikalangan karyawan. Selain akan mempengaruhi produktivitas, penyalahgunaan narkoba
juga akan mempengaruhi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan.
Oleh karena itu peningkatan jumlah korban penyalahgunaan narkoba secara tidak langsung
akan mempengaruhi daya saing produk ataujasa sebuah organisasi.
3.2.2 Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan
mental anak. Perawatan dari orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang
nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan
faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat
yang sehat.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 20
Disiplin
Keterangan:
Drug Abuse
Keluarga
Hubungan Keluarga (Tingkat Keharmonisan)
Pola Panutan Pendidikan
Anak
HDI = Human Development Index
Pendidikan
HD/
Karir Orang Tua
Kesehatan
Gambar-3.3 Dampak Sosial (Keluarga) Penyalahgunaan Narkoba
Keluarga merupakan aset yang sangat penting, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa
ada ikatan-ikatan dengan keluarga. Ke'iuarga memberikan pengaruh yang besar terhadap
seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenaan
dengan nilai yang sangat mendasar dan sangat intim. Keluarga mempunyai peranan
penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi (Uichol Kim &
John W. Berry). Keluarga juga berfungsi sebagai transmitter budaya, atau mediator sosial
budaya anak (Hurlock, 1956; dan Pervin, 1970). Keluarga juga dipandang sebagai instansi
(lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi
pengembangan kepribadiannya, dan pengembangan ras manusia. Jika mengaitkan peranan
keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga
pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang
baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasamya, baik fisik
bilogis, maupun sosio-psikologisnya. Gambaran pentingnya peran keluarga ini dapat
dilihat pada Gambar-3.3 .
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan
emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan itu diperoleh apabila keluarga dapat
memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa
memiliki, rasa aman, kasih sayang; dan mengembangkan hubungan yang baik di antara
. Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkcba di Indonesia 2 1
anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi
juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan
keinginan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan
antar anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication, dapat
mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
Fungsi Keluarga
Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga, dapat dikemukakan bahwa secara
sosiopsikologis, keluarga berfungsi sebagai :
• Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya
• Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis
• Sumber kasih sayang dan penerimaan
• Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belaj ar menjadi anggota
masyarakat yang baik
• Pemberi bimbingan bagi p.:!ngembangan perilaku yang secara sosial di
anggap tepat
• Pembantu anak dalam memecah.kan masalah yang dihadapinya dalam rangka
menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan
• Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial
yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri
• Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi,
baik di sekolah maupun di masyarakat
• Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
• Sumber persahabatan (teman bermain) anak, sampai cukup us1a untuk
mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah
tidak memunginkan.
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga itu dapat diklasifikasikan ke
dalam fungsi-fungsi biologis, ekonomis, edukasi, sosialisasi, proteksi, rekreasi, dan religius
(M.I. Soelaeman, 1978; Sudardj a Adiwikarta, 1988; dan Melly S.S. Rifai, dalam Jalaluddin
Rahmat dan Muhtar G., 1994).
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 22
Anggota keluarga yang meajadi korban penyalahgunaan narkoba dapat disebabkan oleh
banyaknya permasalahan yang dialami di dalam keluarga yang tidak dapat diselesaikan
secara bersama-sama, sehingga melarikan diri kepada jerat narkoba. Permasalahan
permasalahan tersebut misalnya:
• Penghasilan orang tua yang tidak cukup
• Terjadinya perceraian yang dapat menyebabkan dampak yang kurang baik
terhadap kehidupan keluarga, terutama terhadap nasib masa depan anak
• Salah seorang anggota keluarga mengkonsumsi narkoba
• Suami atau istri berselingkuh, dll.
Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap keluarga terutama akan mempengaruhi
keharmonisan keluarga. Hal ini dikarenakan anak-anak yang menyalahgunakan narkoba
akan memiliki kualitas emosi yang rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
mengkonsumsi narkoba.
Beberapa perilaku yang umumnya ditunjukkan oleh para pengguna adalah :
I . Emosi tidak stabii
2. Sering berbohong
3. Suka menyendiri/tidak mau bersosialisasi
Perilaku-perilaku asosial tersebut akan lebih ekstrim lagi jika konsumsi sudah dilakukan
tahunan dan menggunakan bahan adiktif yang berbahaya seperti shabu, putaw, dan lain
sebagainya.
3.2.3 Pendidikan
Narkoba mampu merubah pikiran, perasaan, fungsi mental dan perilaku seseorang bila
mana telah masuk ke dalam tubuh, akan merusak kerja syaraf otak sehingga si pemakai
berperilaku tidak normal dan dapat melakukan tindakan kriminal berupa pencurian,
pemaksaan, pelacuran, dan lain-lain sehingga menjadi penyakit masyarakat. Apabila
penyakit masyarakat ini hinggap di tubuh para pelajar, remaja sebagai generasi penerus
bangsa, ini merupakan masalah nasional yang sangat kompleks yang dapat menghambat
jalannya roda pemerintahan ekonomi dan pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 23
nasional. Dengan kata lain, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
menimbulkan masalah domestik dan komunitas. Maka dari itu, masyarakat perlu
meningkatkan kewaspadaan terhadap besamya masalah yang dihadapi sebaagi akibat
penyalahgunaan zat adiktif, dan juga diperlukan peran serta profesional dalam deteksi dini
kasus.
Kemampuan Kognitif
Drug Abuse
Pendidikan
Kreativitas dan lnisiatif
Prestasi Sekolah (Akademis)
HD/
Self Esteem (Sense of Identity)
Gambar-3 .4 Dampak Sosial (Pendidikan) Penyalahgunaan Narkoba
Dampak penyalahgunaan napza dapat meliputi dampak fisik, psikologis, dan sosial .
Dampak fisik bisa berupa gagal ginjal, perlemakan ataupun pengkerutan hati, kanker hati,
radang paru-paru, radang selaput paru, rentan terhadap berbagai penyakit hepatitis B, C,
dan HIV I AIDS, bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan dampak psikologis seperti
emosi tidak terkendali, curiga berlebihan sampai pada tingkat waham (tidak sejalan an�a
pikiran dengan kenyataan), dan sebagainya. Sedangkan dampak sosial seperti hubungan
dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungannya terganggu, mengganggu ketertiban
umum, tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada, sosial lainnya.
Sedikitny::i terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka
panjang, yakni:
• Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 24
• Pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi
manfaat moneter ataupun non-moneter. Sumber daya manusia yang
berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama
untuk perkembangan ekonomi.
• Investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi
teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi
budaya, dan fungsi kependidikan.
Korban penyalahgunaan narkoba pada tingkat yang sangat berbahaya akan mengakibatkan
kerusakan pada syaraf2 otak. Pada beberapa jenis obat atau zat adiktif seperti putaw,
ekstasi dan ganja kerusakan bahkan akan bersifat permanen.
Dampak turunan dari dampak penyalahgunaan narkoba terhadap keluarga adalah pada
kualitas pendidikan korban penyalahgunaan tersebut, khususnya dalam prestasi sekolah
mereka. Bahkan tidak jarang bagi penyalahguna narkoba yang jadi putus sekolah. Kualitas
pendidikan atau prestasi sekolah yang menurun tersebut, akan menyebabkan kualitas
sumber daya manusia yang rendah, yang akhirnya dapat sebagai faktor penghambat
pembangunan ekonomi nasional.
3.2.4 Kesehatan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, dampak penyalahgunaan napza dapat meliputi dampak
fisik, psikologis, dan sosial. Dampak fisik bisa berupa gagal ginjal, perlemakan ataupun
pengkerutan hati, kanker hati, radang paru-paru, radang selaput paru, rentan terhadap
berbagai pen ya.kit hepatitis B, C, dan HIV I AIDS, bahkan menyebabkan kematian.
Sedangkan khususnya bagi perempuan, pemakaian napza ini akan menimbulkan gangguan
siklus menstruasi, bahkan tidak mengalami menstruasi selama aktif memakai. Hal ini tentu
akan mempengaruhi kesuburan, untuk sementara pemakai bisa mandul. Bahkan, untuk
perempuan selama masa kehamilan, obat-obatan yang dipergunakan ibu dapat masuk ke
aliran darah bayinya. Akibatnya bayi sudah mengalami kecanduan sejak di dalam
kandungan ibunya. Bayi tersebut dapat saja lahir dengan ciri-ciri sindroma putus obat
(sakaw), walaupun tidak semua kasus menunjukkan hal ini. Pada Gambar-3.4 dapat dilihat
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 25
bagaimana dampak penyalahgunaan narkoba bagi kesehatan pemakai, yang mana pada
akhimya akan sangat mempengaruhi kualitas hidup individu tersebut.
Drug Abuse
Kesehatan
Daya Tahan (lmmun) Kerusakan/Komplikasi
Organ Tubuh
Kinerja lndividu di tempat kerja (sekolah)
Masa hidup berkurang (cepat mati)
HD/
Perempuan hamil: Kualitas Janin
Gambar-3 .5 Dampak Sosial (Kesehatan) Penyalahgunaan Narkoba
Dari hasil penelitian NIDA (www.yakita.or. id), diperoleh adanya hubungan yang kuat
antara penggunaan narkoba pada ibu hamil dengan komplikasi medik baik pada ibu
maupun anaknya. Anak: yang lahir dari ibu pecandu, 40% lebih rentan terhadap kecanduan
nantinya dibandingkan bayi dari ibu non pecandu. Kecanduan aktif ibu tidak hanya
berakibat pada ambang toleransi dan kecanduan anak, melainkan juga ak:ibat bertahan
lainnya. Akibat segera yang paling serius bagi bayi dapat berupa prematuritas, berat badan
lahir yang rendah, hambatan pertumbuhan, kerusakan neurologis, kesulitan belajar, dan
lain-lain. Akibat jangka panjang dapat berupa keterampilan motorik buruk dan masalah
perilaku, termasuk hiperaktivitas. Penggunaan narkoba yang berkelanjutan dari orang tua,
dapat membawa anak-anaknya pada resiko ditelantarkan, mengalami kekerasan fisik, dan
malnutrisi.
Berdasarkan BNN (Badan Narkotika Nasional), pada dasamya penyalahgunaan narkoba
akan mengak:ibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh, antara lain:
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 26
- Gangguan pada sistem syaraf
- Gangguan pada jantung
- Gangguan pada kulit
- Gangguan pada paru-paru
- Gangguan pada darah
- Gangguan pencemaan
- Gangguan sistem reproduksi
- Gangguan pada otot dan tulang
- Dapat terinfeksi virus Hepatitis B dan C serta HIV I AIDS
- Dapat mengakibatkan kematian
Jadi dapat dikatakan bahwa, seseorang yang menyalahgunakan narkoba mempunyai derajat
kesehatan dan usia harapan hidup yang relatif lebih rendah j ika dibandingkan dengan
seseorang yang tidak menyalahgunakan narkoba.
3.3 Indeks Pengembangan/Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Indeks Pengembangan Manusia (IPM) atau Human Deve/op'!'-ent Index (HD!) merupakan
suatu indeks yang memberikan gambaran secara komprehensif mengenai tingkat
pencapaian pengembangan/pembangunan manusia di suatu wilayah yang mencakup tiga
dimensi yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak.
Indikatomya adalah angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,
serta kemampuan daya beli yang digambarkan melalui pengeluaran per kapita riil.
Human Development Index (HD!) dikembangkan pada tahun 1 990 oleh ekonom Pakistan
Mahbub ul Haq. Pada tahun yang sama, HDI untuk pertama kali termuat dalam Laporan
Pembangunan Manusia UNDP (United Nations Development Programme). Sedangkan di
Indonesia, istilah IPM mulai digunakan oleh BPS pada tahun 1 996 untuk melakukan
perbandingan antar provinsi pada 1 990- 1 993 . Meskipun pada awalnya hal itu mengundang
perdebatan beberapa kalangan, namun indikator itu kini menjadi panduan dalam
pembangunan daerah. Di Jawa Barat, misalnya, indikator ini dij adikan ukuran utama
keberhasilan pembangunan. Bahkan sesuai visi 20 1 0, provinsi Jawa Barat berupaya untuk
mencapai IPM 80.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 27
Pada prinsipnya, IPM merupakan indeks komposit yang terdiri dari tiga parameter dasar,
yakni kese}iatan, pendidikan, dan pendapatan. Indeks kesehatan meliputi derajat kesehatan
dan angka iharapan hidup (/.ife expectancy rate). Indikator ini digunakan untuk mengukur
status kesehatan masyarakat, panjang umur rata-rata. Kesehatan menurut WHO (World
Health Organizatin) dipahami sebagai suatu konsep yang paripuma, bukan saja 'sehat'
secara fisik, tetapi juga secara sosial dan spiritual.
Indeks Pendidikan terdiri atas angka melek huruf (adult /.iteracy rate) dan rata-rata lama
sekolah. Indikator melek huruf diukur dari kemampuan baca tulis huruf latin usia 1 5 tahun
ke atas. Rata-rata lama sekolah ditentukan dari jenjang pendidikan yang sedang/pemah
ditempuh.
Indeks Daya Beli (GDP Index) ditentukan melalui besaran pendapatan yang diukur dengan
, tingkat daya beli masyarakat (purchasing power parity). Indikator ini dilihat dari aspek
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Misalnya untuk kasus Jawa Barat, target indeks pendidikan s((besar 83%, realisasinya barn
76.9%. Indeks kesehatan target sebesar 74.9%, realisasinya barn mencapai 66.3%. Maka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat secara keseluruhan sebesar 66. 1 .
Karenanya, untuk mencapai IPM 80, angka harapan hidup sebesar 64.3 tahun harns
ditingkatkan menjadi 67.4 tahun. Untuk indeks pendidikan, rata-rata lama sekolah dari 6.8
tahun menjadi sembilan tahun hingga mencapai angka ideal 15 tahun. Sedangkan angka
melek huruf dari 9 1 .2% harus ditingkatkan menjadi 98.8%. Indeks daya beli yang terlihat
pada kondisi per kapita sebesar Rp. 592,200 harns ditingkatkan menjadi Rp. 661 ,900.
Menurut UNDP, indikator ini dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu
wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan berumur panjang,
berpendidikan dan berketrampilan serta mempunyai pendapatan yang memungkinkan
untuk hidup layak (BPS, 1 997).
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 28
Tabel-3.2 Indikator Ekonomi dan Sosial di Kota Bandung
No. lndikator Ekonomi/Sosial 1999 2000 2001 Jabar (2001) I . Indeks Pengembangan Manusia 70.70 7 1 .20 73.63 66. 1 0 2. Indeks Peluang Hidup/lndeks Kes. (IK) 72.00 73.80 75.30 66.30 3 . lndeks Pengetahuan 86.9 1 87. 1 9 86.97 76.90 4. lndeks Daya Beli (IDB) I Purchasing 5 3 . 1 9 52.60 58.6 1 55. 1 0 5 . Angka Harapan Hidup (AHH) 68.20 69.30 7 1 .00 64.80 6. Angka Melek Huruf (AMH) 98.37 98.79 99. 1 0 92.40 7. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 9.60 9.60 9. 1 1 6.90 8. Standar Hidup Layak atau Konsm./Kpt 530. 1 5 527.60 527.60 53 8.40
(KPK) (1 000,-) 9. Lapangan U saha Perdagangan (%) 33.5 3 6.99 35.06 1 0. Lapangan U saha Perindustrian (%) 27.83 24.87 24. 7 1 1 1 . Lapangan Usaha Sektor Jasa (%) 24.48 25.05 2 1 .93 1 2. Jumlah Penduduk (Juta) 2.543 2. 1 36 2. 1 46 36.2 1 3 . Jumlah Penduduk yang bekerja (%) 46.82 39.3 1 4. Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1 .68 0.37 0.47 2.08 1 5 . PDRB/Kapita (j uta rupiah) 2. 1 40 2.686 2.869 4.06 1 6. Laj u Pertumb. Ekon., Hrg. Konst. '93 (%) 2.60 5.4 1 7.34 4.07 1 7. Pengangguran (%) 1 3 .83 9.58 9.22 Sumber: Bappeda dan BPS
Sebagai perbandingan, di bawah ini disajikan data IPM di kaoupaten/kota se-Jawa Barat.
. -
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 29
Tabel-3.3 IPM Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota
No. Kabupaten I Kota IPM 1996 IPM 1999 Ranking (1996) Ranking (1999)
1 . Kab. Bogor 68.5 66.6 I O 7 2. Kab. Sukabumi 66.6 63 .2 1 4 1 4 3 . Kab. Cianjur 67.6 63 .6 1 1 1 3 4. Kah. Bandung 69.8 66.6 7 6 5 . Kah. Garut 63.9 6 1 .7 1 8 1 7 6. Kab. Tasikmalaya 68.7 65.3 8 8 7 . Kab. Ciamis 68.5 64.8 9 1 0 8. Kab. Kuningan 67.5 65.0 12 9 9. Kah. Cirehon 64.6 6 1 .6 1 7 1 8 1 0. Kab. Majalengka 66.2 62.8 1 5 1 6 1 1 . Kab. Sumedang 70. 1 66.6 6 5 1 2. Kab. Indramayu 60.4 56.5 20 20 1 3 . Kah. Suhang 65.7 63 . 1 1 6 1 5 1 4. Kah. Purwakarta 66.8 64.3 1 3 1 2 1 5 . Kah. Karawang 63.4 60.9 1 9 1 9 1 6 . Kah. Bekasi 70.6 64. 7 5 1 1
1 7. Kota Bogor 72.3 69.7 4 2 . . 1 8 . Kota Sukabumi 73.4 68.4 3 3
1 9. Kota Bandung 74.3 70.7 1 I
20. Kota Cirehon 73.7 68. 1 2 4 2 1 . Kota Bekasi - - - -
22. Kota Depok - - - -
23 . Provinsi J awa Barat 68.9 65.3 Sumber: BPS Provinsi Jawa Baral
Pada prinsipnya, ketiga komponen IPM di atas (indeks kesehatan, pendidikan, dan daya
beli) saling herkorelasi. Indeks pendidikan sangat dipengaruhi oleh rata-rata lama sekolah
dan angka melek huruf yang merupakan kewenangan pemerintah kahupaten/kota,
sedangkan kewenangan pemerintah provinsi terbatas pada pendidikan luar hiasa,
rekomendasi pendirian perguruan tinggi, dan fasilitas penyelenggaraan pendidikan di
daerah.
Demikian pula halnya dengan indeks kesehatan. Indikator angka harapan hidup (AHH)
dipengaruhi oleh angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Kontrihusi pencapaian
indeks kesehatan lehih banyak bertumpu di pemerintah kahupaten/kota. Ini berkaitan
dengan pelayanan langsung terhadap masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan
yang berfokus di kahupaten/kota.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 30
Sementara pada Indeks Daya Beli, faktor-faktor yang berpengaruh adalah tingkat
pendapatan masyarakat, dan inflasi yang lebih banyak ditentukan oleh faktor ekstemal,
atau tindakan pelaku-pelaku ekonomi yang mempengaruhi langsung kesempatan kerja
yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pemerintah provinsl hanya berperan dalam penentuan tingkat upah minimum dan upaya
promosi untuk menarik investor (Kompas Online, 1 6 April 2004).
Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Ada satu hasil
penelitian WHO tentang korelasi kemiskinan dengan masalah kesehatan. Pada kelompok
masyarakat miskin, biasanya sangat rentan dan mudah sakit. Demikian sebaliknya, orang
sakit cenderung mudah miskin dan menurun produktivitasnya. Lalu, agar derajat kesehatan
dan IPM meningkat, daya beli masyarakat harus mendapat prioritas utama? Tidak tepat
seperti itu. Unsur-unsur penentu IPM tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi barns
berj alan bersamaan. Oleh karena itu, di sinilah perlunya kerja sama lintas sektoral karena
memang tidak mungkin salah satu unsur saja yang harus berjalan. Demikian pula dengan
urusan kesehatan, bukan hanya tanggung jawab Dinas atau Departemen Kesehatan, tetapi
tanggung jawab kolektif. Pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga
dengan kesadaran itu baik tenaga kesehatan, tenaga di sektor kesehatan maupun lintas
sektor serta masyarakat luas berusaha memperbaiki kinerja pelayanan pada masyarakat.
Perlu j uga dilakukan peningkatan kerja sama tim di provinsi dan kabupaten membentuk
platform bersama untuk berbagai sasaran.
Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar
pembangunan manusia, yakni:
• Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup
• Pendidikan, yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua
per tiga; serta angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga
• Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB)
per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS.
Indeks nilai IPM berdasarkan kriteria United Nations Development Programme (UNDP),
berkisar antara nol hingga 1 00. Nilai IPM yang kurang dari 50 digolongkan sebagai
kategori rendah, rentang 50 hingga 79 masuk kriteria menengah, dan nilai 80 ke atas
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 3 1
Sementara pada Indeks Daya Beli, faktor-faktor yang berpengaruh adalah tingk:at
pendapatan masyarakat, dan inflasi yang lebih banyak ditentukan oleh faktor ekstemal,
atau tindakan pelaku-pelaku ekonomi yang mempengaruhi langsung kesempatan kerja
yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pemerintah provinsi hanya berperan dalam penentuan tingk:at upah minimum dan upaya
promosi untuk menarik investor (Kompas Online, 1 6 April 2004).
Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Ada satu basil
penelitian WHO tentang korelasi kemiskinan dengan masalah kesehatan. Pada kelompok
masyarakat miskin, biasanya sangat rentan dan mudah sakit. Demikian sebaliknya, orang
sakit cenderung mudah miskin dan menurun produktivitasnya. Lalu, agar derajat kesehatan
dan IPM meningk:at, daya beli masyarakat harus mendapat prioritas utama? Tidak tepat
seperti itu. Unsur-unsur penentu IPM tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus
berj alan bersamaan. Oleh karena itu, di sinilah perlunya kerja saina lintas sektoral karena
memang tidak mungkin salah satu unsur saja yang harus berjalan. Demikian pula dengan
urusan kesehatan, bukan hanya tanggung jawab Dinas atau Departemen Kesehatan, tetapi
tanggung jawab kolektif. Pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga
dengan kesadaran itu baik tenaga kesehatan, tenaga di sektor kesehatan maupun lintas
sektor serta masyarakat luas berusaha memperbaiki kinerja pelayanan pada masyarakat.
Perlu juga dilakukan peningk:atan kerja sama tim di provinsi dan kabupaten membentuk
platform bersama untuk berbagai sasaran.
Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar
pembangunan manusia, yakni :
• Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angk:a harapan hidup
• Pendidikan, yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua
per tiga; serta angk:a partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga
• Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB)
per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS.
Indeks nilai IPM berdasarkan kriteria United Nations Development Prf)gl"amme (UNDP),
berkisar antara nol hingga 1 00. Nilai IPM yang kurang dari 50 digolongk:an sebagai
kategori rendah, rentang 50 hingga 79 masuk kriteria menengah, dan nilai 80 ke atas
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 3 1
merupakan kelompok tinggi. Selanjutnya untuk keperluan operasional, BPS membagi
kriteria menengah menjadi menengah bawah j ika IPM berkisar antara 5 0 hingga 65 dan
menengah atas untuk nilai antara 66 hingga 79.
3.4 Dampak Penyalabgunaan Narkoba Terhadap IPM
Secara global, dampak penyalahgunaan narkoba terhadap keluarga, pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi akan mempengaruhi IPM bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan indeks
tersebut dihasilkan dari tiga faktor yaitu kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat.
Di mana, semakin tinggi/besar indeksnya semakin baik kualitas hidup masyarakatnya. Dari
uraian dan model yang telah digambarkan di atas, penyalahgunaan narkoba secara
langsung dapat sangat mempengaruhi tingkat kesehatan, pendidikan, dan kemampuan
membeli dari penyalahguna narkoba itu sendiri, dan secara tidak langsung bagi orang
orang yang ada di sekitar mereka, sehingga · dapat dianggap bahwa penyalahgunaan
narkoba mempunyai dampak pada menurunnya kualitas hidup manusia, yang mana hal ini
dapat j uga dilihat dari nilai IPM. Berikut ini merupakan gambaran yang memperlihatkan
hubungan faktor-faktor soial dan ekonomi dengan IPM.
Work and Produktivity
Keluarga
Pendidikan
Kesehatan
Dampak Ekonomi Penyalahgunaan
Narkoba
Dampak Sosial Penyalahgunaan
Narkoba
Gambar-3.6 Model Human Development Index (Indeks Pengembangan Manusia) dihubungkan dengan penyalahgunaan narkoba
Seperti telah diuaraikan sebelumnya, jumlah penyalahguna narkoba setiap tahunnya
bertambah. Pada tahun 2004, dari survei yang dilakukan oleh BNN bekerjasama dengan
Puslit Pranata-UI, FISIP-UI, FKM-UI menghasilkan bahwa j umlah penyalahguna narkoba
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 32
sebesar 1 ,5% dari populasi atau 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 - 3,6 juta orang (BNN &
Puslitkes VI, 2005). Dari survei tersebut juga diperoleh hasil bahwa angka kematian
pecandu 1 ,5% per tahun atau 1 5.000 orang meninggal dalam satu tahun. Angka ini,
kemungkinan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya apabila usaha-usaha untuk
menguranginya belum maksimal. Dari fakta ini maka j elaslah dapat dilihat bahwa dampak
penyalahgunaan narkoba sangat mempengaruhi angka harapan hidup manusia.
Juga, apabila diperhatikan pada Tabel-2.3 , maka dapat dilihat bahwa usrn korban
penyalahguna narkoba yang paling banyak berkisar antara 1 9-29 tahun. Usia ini
merupakan kisaran usia angkatan muda, yaitu usia di mana seseorang masih dalam status
mahasiswa/i ataupun karyawan junior dalam suatu perusahaan/institusi. Apabila individu
indi vidu yang ada pada kisaran usia tersebut telah memperolah akibat buruk dari narkoba
(sakit-penyakit fisik dan/atau mental), maka dapat diharapkan bahwa individu-individu
tersebut tidak akan maksimal dalam berkarya baik itu untuk dirinya sendiri, keluarga,
maupun lingkungan di mana dia bekerja.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 33
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari data-data yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1 . Penyalahgunaan narkoba secara langsung berdampak negatif pada kesehatan
pemakai.
2. Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif pada keharmonisan dalam
keluarga.
3 . Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif pada prestasi pendidikan bagi
pemakai yang masih sekolah.
4. Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif pada hasil karya atau
produktivitas pemakai.
5. Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif pada angka indeks IPM
4.2 Saran
Saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah:
1 . Perlu adanya penelitian yang lebih banyak, khususnya yang mengkaj i
dampak sosiaL dan ekonomi penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan
data-data primer.
2. Perlu adanya penelitian yang mengkaj i secara kuantitatif pengaruh
penyalahgunaan narkoba terhadap indeks pengembangan manusia.
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 34
DAFTAR PUSTAKA
Bianchi, Stefanie (2004). Narkotika Afganistan mengancam Eropa, Waspada Online,
http://waspada.co.id/serba serbi/features/artikel.php?article id=46752)
Goode, Erich ( 1 999). Drug and Crime. http://www.umsl.edu/rkee/1 80/drgcrime.htm
Hamilton, Margaret; Trevor King; Alison Ritter (2004). Drug Use in Australia, 2nd
ed. Oxford: Turning Point.
lndeks Pembangunan Manusia Indonesia 2004 Meningkat, www.gatra.com
Hawari, D. 1 999. Al Quran: I/mu Kedokteranjiwa dan Kesehatanjiwa. Yogjakarta: Dana
Bhakti Prima Y asa
World Drug Report, UN Publication, 2005 ..
Generasi Muda, Rentan Penyalahgunaan dan Peredaran. Narkoba. Dinas Kesehatan
Pemerintahan Kota Blitar, 2005.
Yusuf L.N., Syamsu. Mengembangkan Kesehatan Mental Berbasis Keluarga. Pikiran
Rakyat, 29 Maret 2005.
Badrun, Ubedillah (2006). Mr. President : Mr. Cuek. www.kammi.com
Napza; Peran Keluarga dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba. Badan Narkotika
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 2003, www.infeksi.com
Materi Advokasi Pencegahan Narkoba; Handbook. Badan Narkotika Nasional, 2005 .
The Social Impact of Drug Abuse. UNDCP, Paper for the World Summit fro Social
Development, Copenhagen, 6- 1 2 March 1 995,
Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 35