HOIRIYAH 1102011119
WRAP-UP SKENARIO 2 PBL A-12
SKENARIO 2Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
MasyarakatPada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru. Pernyataan resmi ini
disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah mendengar laporan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada
bulan Februari 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari
2011 mencapai 450 kasus. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar
kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR
(Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar 2 X
dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini >
2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari
jumlah kasus tertinggi tahun lalu 1 kasus kematian 1 kasus DSS
Tujuan Umum KLB : Mencegah meluasnya (penanggulangan) Mencegah
terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian)
Tujuan khusus : Diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit Memastikan bahwa keadaan
tersebut merupakan KLB Mengidentifikasikan sumber dan cara
penularan Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko
akan terjadi KLB
LO.1.2 Penyebab KLB
1. Herd Immunity yang rendah Yang mempengaruhi rendahnya faktor
itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau antara yang
kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk Seluruh kondisi yang terdapat di
sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun
perkembangan organisme tersebut. Penyakit yang terindikasi
mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit
menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa
inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.
Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare,
Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk
Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit
LO.1.3 Klasifikasi KLB
Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB : Penyakit yang
terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan
penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai
masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat
hunian.
Klasifikasi KLB menurut Penyebab: 1. Toksin a. Entero toxin,
misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan
oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.c. Endotoxin.2.
Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing. 3. Toksin Biologis :
Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan
4. Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa,
timah), logam-logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit,
pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Klasifikasi menurut Sumber KLB
1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air
seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus,
Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. 2. Kegiatan manusia, ex :
Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan,
pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). 3. Binatang,
ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :
Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya,
keracunan ikan/plankton 4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya),
ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. 5. Udara, ex :
Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. 6.
Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella. 7. Air, ex :
Vibrio Cholerae, Salmonella. 8. Makanan/minuman, misal : keracunan
singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
LO.1.4 Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan
Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan
luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian
terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya (jam, hari, minggu) 3. Peningkatan kejadian
penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya. 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan
dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka
rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam
suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih,
dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional Rate
(PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya. 8. Beberapa penyakit khusus : Kholera,
"DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya
(pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan
bebas dari penyakit yang bersangkutan. 9. Beberapa penyakit yg
dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
LO.1.5 Metodologi Penyelidikan KLB
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit
ditentukan, sehingga metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB
sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,
1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :1. Rancangan
penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau
retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan.
Dapat merupakan suatu penelitian deskriptif, analitik atau
keduanya. 2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah
administratif), 3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut
sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik, laboratorium dan
lapangan). 4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama
yang sama yaitu mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya
KLB di masa yang akan datang (pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab
penyakit b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB c.
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan d. Mengidentifikasi
keadaan yang menyebabkan KLB e. Mengidentifikasikan populasi yang
rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB
Langkah-langkah Penyelidikan KLB 1. Persiapan penelitian
lapangan 2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB 3.
Memastikan Diagnose Etiologis 4. Mengidentifikasikan dan menghitung
kasus atau paparan 5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang,
waktu, dan tempat 6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan
segera (jika diperlukan) 7. Mengidentifikasi sumber dan cara
penyebaran 8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB 9. Merencanakan
penelitian lain yang sistematis 10. Menetapkan saran cara
pencegahan atau penanggulangan 11. Menetapkan sistim penemuan kasus
baru atau kasus dengan komplikasi 12. Melaporkan hasil penyelidikan
kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi
LO.1.6 Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status
kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan
data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB
secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah
terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan
rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota
Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun
1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang
dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa
wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi
wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB)
sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi
kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas
hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB
terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah
mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi
informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak
Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan
informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk
menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di
seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes,
Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan
penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini
EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari
segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan
waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia
(Sidemen A., 2003)
Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani
penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita
atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi
Tujuan penanggulangan KLB : Mengenal dan mendeteksi sedini
mungkin terjadinya klb Melalukan penyelidikan klb Memberikan
petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb Memberikan
petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb Mengembangkan sistem
pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang
mantap untuk penanggulangan klb
Upaya Penanggulangan KLB : Penyelidikan epidemiologis
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab
penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada
masyarakat
Indikator Program penanggulangan KLB adalah : Terselenggaranya
system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan
puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional. Deteksi dan
respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.
Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB : Menurunnya frek KLB
Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian
pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan
wilayah KLB
Penanggulangan pasien saat KLB :
1. Jangka pendek Menemukan dan mengobati pasien Melakukan
rujukan dengan cepat Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi
kotoran yang tercemar Memberi penyuluhan tentang hygiene dan
sanitasi lingkungan Melakukan koordinasi lintas program dan lintas
sektoral 2. Jangka panjang Memperbaiki faktor lingkungan Mengubah
kebiasaan tidak sehat menjadi sehat Pelatihan petugas
Upaya penaggulangan KLB DBD : Pengobatan/ perawatan penderita
Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vector Penyuluhan kepada
mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB
Indikator keberhasilan penanggulangan KLB 1. Menurunnya
frekuensi KLB. 2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB. 3.
Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB. 4. Memendeknya periode
KLB. 5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiologi
LO.2.1 Definisi Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyelidikan
Epidemiologi adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu
kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi,
sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder,
pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi
dalam bentuk laporan.
LO.2.2 Tujuan dan Manfaat Epidemiologi Manfaat Epidemiologi
antara lain: 1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan 2. Dapat
menerangkan penyebab masalah kesehatan 3. Dapat menerangkan
perkembangan alamiah penyakit 4. Dapat menerangkan keadaan suatu
masalah kesehatan a. Epidemi (singkat dan tinggi) b. Pandemi
(peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas) c. Endemi
(frekuansi tetap dalam waktu yang lama) d. Sporadik (berubah-ubah
menurut perubahan waktu)
Tujuan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Mendapatkan besaran
masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu
penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology,
Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor,
perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat
dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau
pencegahan dari penyakLO.2.3 Langkah Kegiatan Penyelidikan
Epidemiologi (PE)
1. Tahap survey pendahuluan : a. Memastikan adanya KLB b.
Menegakan diagnosa c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara
penularan, faktor yg mempengaruhi)
2. Tahap Pengumpulan Data : a. Identifikasi kasus kedalam
variabel epid (orang, tempat, waktu) b. Uji hipotesis c. Menentukan
kelompok yg rentan
3. Tahap pengolahan data : a. Lakukan pengolahan menurut
variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik. b.
Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai
statistik. Bandingkan dg nilai yang sudah ada c. Buat intepretasi
hasil analisa d. Buat laporan hasil penanggulangan
4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan : a. Tindakan
penanggulangan : 1. Pengobatan penderita 2. Isolasi kasus b.
Tindakan pencegahan : 1. Surveilans yg ketat 2. Perbaikan mutu
lingkungan 3. Perbaikan status kesehatan masyarakat
LO.2.4 Indikasi Penyelidikan Epidemiologi (PE) Pencegahan &
Penanggulangan Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal
aspek On the Job Traning Penelitian Masalah Program
Pemberantasan
LO.2.5 Ukuran Ukuran Dalam Epidemiologi
Proporsiadalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian
dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu
variabel dalam populasi
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling
tergantung. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 :
3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?Rate adalah perbandingan suatu
kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian
tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan
kejadian tertentu dalam masyarakat
Contoh: Campak berisiko pada balita Diare berisiko pada semua
penduduk Ca servik berisiko pada wanita
PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS
INCIDENCE RATE Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru
yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara
pada waktu tertentu
PREVALENCE RATE Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama
dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/
negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu
(misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang
ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31
Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate.
ATTACK RATE Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam
waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/
wilayah/ negara pada waktu tertentu
PENGUKURAN MORTALITY RATE
CRUDE DEATH RATE CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah
seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun
SPECIFIC DEATH RATE SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat
penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun
CASE FATALITY RATE CFR adalah persentase angka kematian oleh
sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan
penyakit tersebut
MATERNAL MORTALITY RATE MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah
jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai
42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup
INFANT MORTALITY RATE IMR = AKB = angka kematian bayi adalah
jumlah kematian bayi (umur 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval
minimal 4 mingguD. Hepatitis APemberian diberikan pada usia 1 tahun
2x interval 6-12bulan. Imunisasi awal menggunakan vaksin Hrvrix
(hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) lalu booster pada 6
bulan setelahnyaE. HiBHiB (Haemophilus Influenzae tipe b) vaksin
ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP/purified capsular
polysacharidae)diberikan pada usia 2 bulan, lalu 4 bulan lalu 6
bulan dan HiB 4 pada usia 15-24bulan
Tabel 1. Jadwal imunisasi 2011-2012 (IDAI 2012)
Tabel 2. Kontra indikasi jenis vaksin (Wong, 2004)
Tabel 3. Kejadian yang mungkin terjadi pascaimunisasi (Wong,
2004)
Perkembangan Imunisasi di Indonesia
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan
vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah
berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi
dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan
vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan
terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus
Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di
seluruh Indonesia. (Depkes RI,2005).
Program Imunisasi TT di IndonesiaVaksin jerap TT ( Tetanus
Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml
vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk
mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi
Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan
tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005)
Sifat VaksinVaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap
beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak
bila terpapar/terkena dengansuhu dingin atau suhu pembekuan.
(Depkes RI, 2005).
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil1. Bila ibu hamil sewaktu caten
(calon pengantin) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan
pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada
kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat
sebagai TT ulang juga.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil
sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali
selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1
kali sebagai TT ulang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan
sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT
ulang.
Cara pemberian dan dosis1. Sebelum digunakan, vaksin harus
dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.2. Untuk
mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan
5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval
minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode trimester pertama.3. Di unit pelayanan statis,
vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu
dengan ketentuan : Vaksin belum kadaluarsa Vaksin disimpan dalam
suhu +2 - +8C Tidak pernah terendam air. Sterilitasnya terjaga VVM
(Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.4. Di posyandu,
vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari
berikutnya
Efek SampingEfek samping jarang terjadi dan bersifat ringan,
gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (Depkes RI,
2005).
Kontraindikasi Vaksin TTIbu hamil atau WUS yang mempunyai
gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis pertama TT. (Depkes RI,
2005).
Kerusakan VaksinKeterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin
TT menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak
bila terpapar /terkena sinar matahari langsung. (Depkes RI,
2005).
Perencanaan Program VaksinansiPada program imunisasi menentukan
jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang paling penting.
Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar
dari jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat,
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Sasaran Imunisasi Ibu Hamil = 1,1 x Jumlah bayi
Menentukan Target CakupanMenentukan target cakupan adalah
menetapkan berapa besar cakupan imunisasi yang akan dicapai pada
tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang
sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian
di masing-masing wilayah kerja maksimal 100 %.Target Cakupan
Imunisasi Ibu Hamil yang akan dicapai :TT 1 Ibu hamil = 90% TT2 +
(Plus TT3+TT4+TT5)=80%Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin
(IP)Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan
imunisasi yang dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang
digunakan.Dari pencatatan stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah
ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata
jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang disebut Indeks
Pemakaian Vaksin (IP) dapat dihitung :
Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun laluIP Vaksin =
-----------------------------------------------------------------------------Jumlah
vaksin yang terpakai tahun lalu
Menghitung Kebutuhan Vaksin1. Setelah menghitung jumlah sasaran
imunisasi, menentukan target cakupan dan menghitung besarnya indeks
pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan unuk menghitung
kebutuhan vaksin.2. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin
ke kabupaten/kota.(Depkes RI, 2005).Sebelum menghitung jumlah
vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung jumlah kontak
tiap jenis Rumusnya :
Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan
Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin
satu tahun harus dikurangi sisa vaksin tahun lalu. Rumus Kebutuhan
Vaksin ; Jumlah kontakKebutuhan Vaksin =---------------------
=....ampul/vial
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan Individu dan
Masyarakat Dalam Pola Mencari PengobatanPengertian PerilakuDari
segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari
sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner
(1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua:1. Perilaku tertutup (covert
behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Misalnya : seorang ibu hamil
tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.2.
Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya : seorang ibu
memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.Perilaku Kesehatan IndividuPerilaku kesehatan individu
pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur
pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).
Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni :
sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah
perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari 3 aspek :a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan
penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah
sembuh dari penyakit.b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila
seseorang dalam keadaan sakit.c. perilaku gizi (makanan &
minuman).2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau sering disebut Perilaku
Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar
negeri.3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni
respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita
terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.4) Perilaku Kesehatan Lingkungan
adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain
(Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan
ini.a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :a)
Menu seimbangb) Olahraga teraturc) Tidak merokokd) Tidak
minum-minuman keras dan narkobae) Istirahat yang cukupf)
Pengendalian stresg) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif
bagi kesehatanb. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap
sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya,
dsb.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :a)
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.b) Mengenal/mengetahu
fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.c)
Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan
kesehatan).Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan
individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang
bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang
berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian,
tiap indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan
penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan
kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan
penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan
yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial
psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang
dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan
bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4
bagian, yakni :1) Adanya suatu penilaian dari orang yang
bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam
hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain
(anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan.
Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota
keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan
kriteria subjektif.2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi
terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan
kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan
maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini
akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.3) Penerapan
pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan
yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara
teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap irang di dalam
kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai
macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus
orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu
baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan
pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun
cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai
bentuk perilaku.4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk
meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Di
dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan
manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi
gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan
baik tradisional maupun modern.Perilaku Kesehatan MasyarakatTradisi
MasyarakatKepercayaan MasyarakatAspek Sos-Eko dalam Mengakses
Pelayanan KesehatanAspek Sos-Bud dalam Mengakses Pelayanan
KesehatanPerilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :a. Perilaku
tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.b. Perilaku terbuka (overt
behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATPrinsip pendidikan kesehatan
masyarakata. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas
tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikanb. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah
diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena pada akhirnya
sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik
adalah menciptakan sasaran agar individu keluarga, kelompok dan
masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.d.
Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (
individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap
dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu Pendidikan
kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan Pendidikan kesehatan dirumah sakit
dengan sasaran pasien dan keluarga Pendidikan kesehatan di sekolah
dengan sasaran pelajarPendidikan kesehatan di masyarakat atau
tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerjaDimensi tingkat
pelayanan kesehhatan Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (
health promotion) missal ; Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan , gaya hidup dan sebagainya Pendidikan kesehatan untuk
perlindungan khusus ( specific Protection) missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat
(early diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan
layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan
kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATa. Metode pendidikan
individual ( perorangan) Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and
counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi
dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan
sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut ( mengubah prilaku) Interview ( wawancara);Yaitu
merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka
peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.b. Metode pendidikan
kelompok Kelompok Besar : Ceramah, seminar kelompok Kecil : diskusi
kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow
balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan (
role play), Permainan simulasi ( simulation game ).c. Metode
pendidikan massa Ceramah umum ( public speaking) Pidato pidato
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan
melalui tv atau radio Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam
bentuk artikel maupun Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan posterd. Alat
bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat Alat bantu
(peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu
pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide ,
film, film strip Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan
hitam, radio, pita suara Alat bantu lihat dengar seperti :
Televisie. Media Pendidikan KesehatanMedia pendidikan kesehatan
pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids)
disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat
saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat
tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan
kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi
menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)
ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATANKonsep perilakuSkinner (
1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah
merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan
tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ;a. Respondent
respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena
menimbulkan respon respons yang relative tetap misalnya : makanan
lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan
menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga
emosi respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul
karena hal yang kurang mengenakan organism yang ersangkutan.
Misalnya menangis karena sedih / sakit .muka merah sebaliknya hal
hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal
misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang.b. Operant
respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam
ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsangan
perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti
atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan
.Contoh : apabila memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat
belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat
lagi.
PERILAKU KESEHATANYaitu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit , system pelayanan kesehatan
makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :a.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit
dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan
tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan
penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan
pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk malaria .imunisasib. Perilaku terhadap pelayanan
kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern.
Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara
pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam
pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan
obat obatanc. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu
respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita
terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnyad.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health
behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya
sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas
lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan
air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan
sarang saranng nyamuk ( vector) dll.
KLASIFIKASI PERILAKUa. Perilaku kesehatan ( health behavior)
yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara , meningkatkan dan
mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti
sanitasi, memilih makanan dn kebersihanb. Perilaku sakit ( illness
behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab
penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.c. Perilaku
peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan .perilaku ini disamping
berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga
berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh
terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKITa. Bentuk pasif : respon
internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap
batin dan pengetahuan.b. Bentuk Aktif : yaitu perilaku itu jelas
dapat diobservasi secara langsung misalnya pada kedua contoh diatas
si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHIa. Faktor predisposing berupa
pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dllb. Faktor
enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas
peraturan peraturanc. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat
berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKUa. Teori Stimulus dan Transformasib. Teori
teori belajar social ( social searching ) Tingkah laku sama ( same
behavior ) Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior)
Tingkah laku salinan ( copying behavior )c. Teori belajar social
dari bandara dan walter Efek modeling ( modeling effect ) yaitu
peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai
dengan tingkah laku model Efek menghambat ( inhibition) dan
menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah laku yang tidak
sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku
yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya
sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata Efek
kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah
pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan
mengamati tingkah laku model.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku MengobatiMayoritas masyarakat
dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang (8%)
cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita
atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan,
jika telah mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja ,
tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan
tidak bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh
sakit pada matanya sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke
puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian pelayanan kesehatan
disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh
penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian
dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik
tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati
sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri
terlebih dahulu dengan membeli obat di warung seperti tetes mata,
salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya menanyakan
kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata
merah, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum
tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu obat tersebut
tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian.
Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan
mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor
dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik
(22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke
puskesmas atau rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui
apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan,
dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang
kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami
gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh
pemerintah RI bidang kesehatan yang berangkat dari persoalan
tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas
layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai. Tiga tujuan utama program adalah: sebagai tempat pelayanan
kesehatan ibu, anak dan KB. sebagai tempat pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan persalinan. sebagai tempat konsultasi, penyuluhan
dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dukun bayi dan kader
kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi
sistim medis modern yang dalam proses intervensi di masyarakat
sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal tradisional.
Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya
menghasilkan adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal
yang menarik dari data temuan lapangan adalah terdapat perbedaan
perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang
sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip
fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas diktum
preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam
hal ini program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari
pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan
lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental sehingga
campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks
pemikiran ini, pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah
resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan dianggap mendahului takdir
yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan konsultasi ibu
selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini
menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi
upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan program yang cendrung
tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal bagi
ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi
setempat dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim
sosial setempat kedalam program dapat memberi keuntungan pada
program dalam jangka panjang hingga program dapat menyediakan
layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal.
Upaya memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat
memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang menghambat
diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat mendukung
program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil
bersalin, faklor sosial budaya.
2. Holistik Modern Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih
ke layanan kesehatan holistik modern. Dalam situasi biaya pelayanan
kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa
mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka
untuk mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit
secara maksimum dengan akurat dan hemat, sudah saatnya masyarakat
memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan
kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997,
menjelaskan. Di bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun
dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor
Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam
bentuk tanya-jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik
Moderen BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik
Modern? AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak
orang berkata begitu. Tapi sebenarnya holistik modern merupakan
sebuah sebutan terhadap satu sistem pelayanan terpadu dalam
memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan
tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut
sakit-sakitan. Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang
sangat dalam, meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, konsultasi kesehatan
secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan),
perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga
fisik, emosional dan kejiwaan), pemberian nasehat dan
anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh (berlaku juga untuk
kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta
bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau
selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara
terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk menekuni
profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil
darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka
pakaian sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan
berbagai metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan
benar, sebagai satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan
terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana tapi
sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan
oleh seorang dokter medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan
bagaimana mendeteksi penyakit malalui tanda-tanda yang terjadi pada
mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu
ilmu pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ
dan sistem tubuh melalui kelemahan yang terjadi pada otot lengan)
dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh seorang
dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki
tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan
energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy
bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara
pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump
leading, universal energy, podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan TradisionalSekalipun pelayanan kesehatan
moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang
memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei
Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk
Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan
obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara
pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah
cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara
lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim
dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui
pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan
diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan
tradisional masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang
dipandang penting adalah:a. Pengobatan tradisional merupakan bagian
dari sosial budaya masyarakat.b. Tingkat pendidikan, keadaan sosial
ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat menguntungkan
pengobatan tradisional.c. Terbatasnya akses dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan moderen.d. Keterbatasan dan kegagalan
pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.e.
Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan
(obat) yang berasal dari alam (back to nature).f. Meningkatnya
minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.g.
Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.h. Meningkatnya
publikasi dan promosi pengobatan tradisional.i. Meningkatnya
globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.j. Meningkatnya minat
mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan
obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan
alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan
cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen
tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang
berkembang di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai
traditional medicine atau pengobatan tradisional. Para ilmuwan
lebih menyukai traditional healding. Adapula yang
menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan
folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes,
1992;59).Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk
memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan
istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat
ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan
pengobatan di luarnya dan jugadapat merangkum sistem-sistem
pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau
sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas
satu etnis (etno medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan
tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional
yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai
adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya
tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun
penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut
sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang
dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur
tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio
dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa
ataupun bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur
penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya
pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh
pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran
proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang
diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun
terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan
kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat
mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.Asumsi
Determinan PerilakuMenurut Spranger membagi kepribadian manusia
menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan
oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.
Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak,
minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.Namun demikian
realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,
keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses
terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut
:
Determinan perilaku Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk
mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain
1. Teori Lawrence Green (1980)Green mencoba menganalisis perilaku
manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).Faktor
perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :1) Faktor predisposisi
(predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.3) Faktor
pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.2. Teori Snehandu B.
Kar (1983)Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik
tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :1) Niat seseorang untuk
bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya
(behavior itention).2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya
(social support).3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).4)
Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).5) Situasi yang
memungkinkan untuk bertindak (action situation).3. Teori WHO
(1984)WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah : Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling),
yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan
penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain.(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari
orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan
berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati
atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu
tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau
tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang. Tokoh penting sebagai Panutan.
Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan
atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Sumber-sumber daya
(resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah,
baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2003)LI.5 Sistem Rujukan Kesehatan MasyarakatSistem
Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis,
merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif
bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru
lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil
dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.Sesuai SK
Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah
suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan
DepkesMeningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan
mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS
Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan,
sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan
melahirkan dan angka kematian bayi.Tugas Sistem RujukanMemeratakan
pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan
mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya
daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnyaSyarat Rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun
yang menerima rujukan . Adanya pencatatan tertentu : Surat rujukan
Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu Pencatatan yang tepat dan
benar Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima
rujukan Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan Sifat
rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan
lengkap).Jenis Rujukan Rujukan medis Rujukan pasien Rujukan
pengetahuan Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan Rujukan
kesehatan Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan,
misalnya : pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan
dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke
RSU Kabupaten. Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang
belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu. Pengiriman
tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi. Alih
pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan. Rujukan manajemen Pengiriman informasi
Obat, biaya, tenaga, peralatan Permintaan bantuan : survei
epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)Alur Rujukan
Manfaat RujukanDari sudut pandang pemerintah sebagai penentu
kebijakan :1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana
kesehatan.2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian
terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang
tersedia.3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek
perencanaan.Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :1)
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang.2) Mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.Dari sudut tenaga
kesehatan :1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan
berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.2)
Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan
kerjasama.Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentuLI.6 Memahami dan
Menjelaskan Pengaruh Sosial Budaya Dalam Perilaku Kesehatan
MasyarakatPerilaku Kesehatan Masyarakat dan Pola pencarian
pengobatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut
ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon
internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan
perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki
beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku
sakit. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang
sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat
mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari
penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah
(perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain
makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan
menggosok gigi sebelum tidur.
Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku
seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.
Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health
seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang
diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh
kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
rumah sakit.
Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu: 1. perilaku
kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan
yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah penyakit. 2.
perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang individuyang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal
keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Contoh pengetahuan individu
untuk memperoleh keuntungan. 3. perilaku peran sakit : segala
tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit untuk memperoleh kesehatan.
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan
paradigma sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan
bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat
sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma
yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan
rehabilitatif. Sedangkan paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek
promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu
lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat
Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan
di Indonesia adalahsebagai berikut. 1. Jumlah penduduk yang besar
dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang
tidak merata di seluruh wilayah. 2. Tingkat pengetahuan masyarakat
yang belum memadai terutama pada golongan wanita. 3. Kebiasaan
negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku
yang kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang
kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan
kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan
anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah
lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.
Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :1.
Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa.
Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan
mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka
beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang dideritanya
akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat
memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting
daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa
kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan
kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas
kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas
kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan
akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut
biaya, dan sebagainya. 2. Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan
alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari
tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah
percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan
pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat
mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan
keluar tidak diperlukan. 3. Ketiga, mencari pengobatan ke
fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat
pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki
tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang
lain.Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian
dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan
masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan
masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan,
farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga
pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan
mereka. 4. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke
warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu.
Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang
tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian,
sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum
mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai
sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan
masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih
mendalam. 5. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas
pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau
lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit. 6. Keenam, mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
dokter praktik. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi
masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita
tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara
kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.
Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan
perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan
mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan
yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama
dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu
atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi
sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka
kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka
pergunakan.
Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga
faktor besar yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor
need. 1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk
menggunakan pelayanan yaitu faktor demografi,faktor struktur
sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan 2. Faktor Enabling
merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa
sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat. 3. Faktor need
adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan
Komunikasi Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan.
Karena komunikasi merupakan kegiatan untuk mengondisikan
fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi,
kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan,
dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian
informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang
efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi,
termasuk media komunikasinya.
Pola Pikir Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking
Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan
di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan
pengambilan keputusan tentang pengobatan.
Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang
mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk
memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan
mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit
mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh
cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan,
tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis
seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan
alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.
Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan
profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan
profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif
cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan
alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya
degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok,
tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha
medis adalah sia-sia.
Kebiasaan Aspek social dan budaya mempengaruhi kesehatan.
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Pada masyarakat
tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab
biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu
yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan
menyebabkan sakit. Masing-masing suku memiliki cara yang beda-beda
dalam pengobatan penyakitnya yang tidak berhubungan dengan ilmu
kedokteran.
Penanggulangan Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-peneliatian
sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut
terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih
mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita
dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui
pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang
kita berikan akan diterima oleh masyarakat.
Dampak Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
faktor yaitu: 1. Environment atau lingkungan. 2. Behaviour atau
perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance. 3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi
oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya. 4. Health care
service berupa program kesehatan yang bersifat
preventif,promotif,kuratif,rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap
tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit,
peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor
-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya.
Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.LI.7 Memahami dan Menjelaskan Hukum
Syariat Islam dan KLB Dalam Pandangan IslamMenurut buku Syariah dan
Ibadah (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari
Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan
tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:
1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din) Agama Islam
harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab
yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam
memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) (QS Al-Baqarah
[2]: 256).
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya
rahmatan lilalamin, maka Allah SWT telah membuat
peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan murtad:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan
ditumpas.
2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi) Agama Islam sangat
menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang
yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah
mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah
menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran
menegaskan:
Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash
(pembalasan) pada orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah [2]:
178).
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh
yang bersangkutan, atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara
wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini: Barangsiapa mendapat
pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik dan
hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah [2]:
178).
Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani
karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh
karena nyawanya sebagai taruhannya. Dengan begitu, jiwa orang
beriman akan terpelihara.
3. Memelihara akal (Hifzh al-aqli) Kedudukan akal manusia dalam
pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk
memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah)
menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam
memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras)
dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar
(minuman keras) dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya. (QS Al-Baqarah [2]: 219).
Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa
bermabuk-mabukan dan dosa perjudian. 4. Memelihara keturunan dan
kehormatan (Hifzh al-nashli) Islam secara jelas mengatur
pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam telah
jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja
yang tidak boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. (QS Al-Baqarah [2]:
221). Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).
Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan
cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para
pezina bertaubat.
5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal) Dengan adanya Syariat
Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena
Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.
Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa
lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah [5]: 38).
Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan
tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan
berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan.
Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir
buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong
tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri
dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah
pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan
dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak
pencurian..KLB Dalam Pandangan IslamDan apa saja musibah yang
menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana
ada kaitannya dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh
manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api,
banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran,
dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic
worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran menyatakan
dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat
manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu
saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena
suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga
dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan
hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat
menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan
ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti
melanggar dan merusak alam lingkungan. Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah
satu sabdanya,
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah
mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu,
janganlah meninggalkannya.7.2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan
Islam Dalam Menjaga Kesehatan dan BerobatIslam menetapkan tujuan
pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani,
harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan
dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat
kayadengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan
untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.1.
Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk
sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat"
dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan
kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari
sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat
adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan
kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan
dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang
diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik,
misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad Saw.:
Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud
melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya
terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai
dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih baik daripada
pengobatan. Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian
banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya
mengarah pada upaya pencegahan.Salah satu sifat manusia yang secara
tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan.
Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2):
222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang
kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan
mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan
fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam
kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBATBerobat pada dasarnya
dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan
syariat islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini,
diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia
jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi
jangan berobat dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan
disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi
berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
: ( ) : : ( )Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?,Nabi
bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan
penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit
(yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh
al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi: a. Jika penyakit
tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya
meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga
kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk
perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.c. Jika penyakit itu menular
kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk
mewujudkan kemaslahatan bersama.d. Jika penyakit diduga kuat
mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan
tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari
nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam
perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan
diri dan orang lain.2. Berobat menjadi sunnah/ mustahabJika tidak
berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan
diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan,
dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.3. Berobat
menjadi mubah/ bolehJika sakitnya tergolong ringan, tidak
melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib
dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak
berobati. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisia. Jika
penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang
digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak
berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan
membuang harta.b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang
diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama
tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah
seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.c.
Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan
penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi
rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.d. Seorang yang telah
jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya
dengan sebab kesabarannya.e. Dan semua kondisi ini disyaratlkan
jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika
mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat
menjadi wajib.5. Berobat menjadi haramJika berobat dengan sesuatu
yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti
berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram
lainnya.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. Pedoman Penanggulangan KLB-DBD bagi
keperawatan di RS dan PuskesmasHadinegoro, Sri Rezeki. 2011.
Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak
IndonesiaNotoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: Rineka Cipta Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGCTamher dan Noorsiani. 2008. Flu
Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta : Salemba
MedikaTrihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis
paradigma sehat. Jakarta : Sagung SetoAhmad, Jurnal. 2013. Konsep
Kesehatan dalam
Islam.http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21
Mei 2013)
57 | Page