BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit vena kronis maupun insufisiensi vena kronis sering disebut oleh orang awam dengan istilah varises. Kelainan pada pembuluh darah vena ini menempati tempat yang pertama untuk dibicarakan, karena kasusnya adalah yang paling sering dan terbanyak ditemukan dalam klinik rawat jalan bedah vaskular. Walaupun kelainan vena kronis pada ekstremitas inferior tidak mengancam jiwa, tetapi menimbulkan morbiditas yang nyata dan memerlukan pengelolaan yang benar (Yuwono, 2010). Meskipun penyakit ini sering dijumpai diklinik, masih sedikit perhatian dari profesi kedokteran, dengan alasan bahwa kelainan ini mempunya perjalanan yang ringan dan mortalitas yang rendah (Balas, 1994). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit vena kronis maupun insufisiensi vena kronis sering disebut
oleh orang awam dengan istilah varises. Kelainan pada pembuluh darah vena
ini menempati tempat yang pertama untuk dibicarakan, karena kasusnya
adalah yang paling sering dan terbanyak ditemukan dalam klinik rawat jalan
bedah vaskular. Walaupun kelainan vena kronis pada ekstremitas inferior
tidak mengancam jiwa, tetapi menimbulkan morbiditas yang nyata dan
memerlukan pengelolaan yang benar (Yuwono, 2010).
Meskipun penyakit ini sering dijumpai diklinik, masih sedikit
perhatian dari profesi kedokteran, dengan alasan bahwa kelainan ini
mempunya perjalanan yang ringan dan mortalitas yang rendah (Balas, 1994).
Pasien perempuan yang datang berobat ke klinik bedah vaskular RSUP
Dr. Hasan Sadikin lebih banyak jumlahnya dari pasien laki-laki, yakni sebesar
2 : 1. Jumlah kasus penyakit vena kronis dihitung dalam setahun pada kaum
perempuan dan kaum laki-laki menurut studi Framingham sebanyak 2,6 %
perempuan dan 1,9 % laki-laki (Yuwono,2010 ; Bergan, 2006; Padber, 2005)
Penyakit vena kronis pada tungkai adalah keadaan yang menyatakan
adanya gangguan aliran darah vena (venous return) pada tungkai, dimana
1
gangguan fungsi pada vena tersebut akan bertambah berat dengan berjalannya
waktu (Cheatle, 1998).
Faktor risiko terjadinya varises adalah kehamilan lebih dari dua kali.
Kecenderungan terjadinya stagnasi darah di ekstremitas bawah selama
kehamilan ini ditimbulkan oleh oklusi vena yang berada di pelvis dan vena
kava inferior akibat tekanan uterus yang membesar (Yuwono, 2010 ;
Cunningham dkk, 2006).
Menurut penelitian yang dilakukan pada 66 wanita hamil, diameter
vena safena magna meningkat antara trimester pertama dan trimester ketiga
dan menurun pada periode postpartum. Kesimpulan dari hasil penelitian
mereka adalah diameter dari vena superfisialis meningkat selama kehamilan
dan menurun setelah periode postpartum untuk kembali ke keadaan semula
(Boivin dkk, 2000). Pelebaran-pelebaran pembuluh vena tersebut merupakan
reaksi sistem vena terutama dindingnya terhadap perubahan hormonal dalam
kehamilan. Kiranya otot-otot polos dinding pembuluh darah melemah akibat
pengaruh hormon steroid. Biasanya ibu hamil merasa tidak percaya diri
karena mengalami varises diikuti dengan rasa gatal dan denyut di sekitar
pembuluh darah yang diserang (Sarwono, 2006). Oleh sebab itu, kita perlu
memperhatikan setiap keluhan yang dialami pasien bukan hanya penyakit
utamanya saja, namun penyakit lain yang menyertainya juga. Mengingat
penelitian yang masih sedikit membahas tentang varises pada ibu hamil, maka
penting untuk diteliti tentang hubungan timbulnya varises pada tungkai bawah
dengan jumlah paritas ibu hamil.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan suatu penelitian
untuk mengetahui bagaimana hubungan antara timbulnya varises pada tungkai
bawah dengan jumlah paritas ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas
Pagesangan Mataram bulan Mei 2012
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara timbulnya varises pada tungkai bawah
dengan jumlah paritas ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Pagesangan
Mataram bulan Mei 2012.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar sarjana
kedokteran
1.3.2.2 Untuk mengetahui perbedaan terjadinya varises pada tungkai
bawah dengan jumlah paritas pada ibu hamil diwilayah kerja
Puskesmas Pagesangan Mataram bulan Mei 2012
3
1.3.2.3 Untuk mengetahui persentase antara timbulnya varises pada
tungkai bawah dengan trimester kehamilan pada ibu hamil
diwilayah kerja Puskesmas Pagesangan Mataram bulan Mei
2012
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1.1 Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan
wawasan tentang semua aspek yang berkaitan dengan terjadinya
varises pada tungkai bawah.
1.4.2 Bagi Puskesmas
1.4.2.1 Diharapkan bisa memberikan tambahan informasi kepada
puskesmas untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap
kesehatan ibu hamil terutama masalah varises pada tungkai bawah
1.4.3 Bagi Masyarakat
1.4.3.1 Diharapkan bisa memberikan informasi, khususnya pada ibu
hamil agar lebih memperhatikan gejala timbulnya varises
sehingga tidak mengganggu aktivitas dari ibu yang sedang hamil
tersebut.
1.4.4 Bagi Fakultas
1.4.4.1 Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
bagi seluruh mahasiswa kedokteran
4
1.5 Hipotesa
H0: Tidak ada hubungan antara timbulnya varises pada tungkai bawah dengan
jumlah paritas ibu hamil.
H1: Ada hubungan antara timbulnya varises pada tungkai bawah dengan
jumlah paritas ibu hamil.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Varises Tungkai
2.1.1 Pengertian Varises Tungkai
Varises tungkai adalah dilatasi, pemanjangan dan berkelok-keloknya
sistem vena yang disertai gangguan sirkulasi darah didalamnya
(Sjamsuhidayat 1997).
2.1.2 Anatomi Pembuluh Darah Vena Ekstremitas bawah
2.1.2.1 Vena Superfisialis Ekstremitas Bawah
Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis,
profunda dan vena komunikan (Goldman dan Weiss 1994). Walaupun vena
menyerupai arteri tetapi dindingnya lebih tipis, lapisan otot bagian tengah
lebih lemah, jaringan elastis lebih sedikit serta terdapat katup semilunar.
Katup vena merupakan struktur penting dari sistem aliran vena, karena
berfungsi mencegah refluks aliran darah vena tungkai, bersama kontraksi
otot betis akan mengalirkan darah dari sistem superfisialis ke profunda
menuju jantung dengan melawan gaya grafitasi (Balas 1994). Pompa otot
betis secara normal membawa 85-90% dari aliran vena tungkai, sedangkan
komponen superfisialis membawa 10-15% darah (Goldman dan Weiss
1994).
6
Sistem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena
parva. Keduanya memiliki arti klinis yang sangat penting karena memiliki
predisposisi terjadinya varises yang membutuhkan pembedahan.
Vena Safena magna keluar dari ujung medial jaringan vena dorsalis
pedis. Vena ini berjalan di sebelah anterior maleolus medialis, sepanjang
aspek anteromedial betis (bersama dengan nervus safenus), pindah ke
posterior selebar tangan di belakang patela pada lutut dan kemudian berjalan
ke depan dan menaiki bagian anteromedial paha. Pembuluh ini menembus
fasia kribriformis dan mengalir ke vena femoralis pada hiatus safenus.
Bagian terminal vena safena magna biasanya mendapat percabangan
superfisialis dari genitalia eksterna dan dinding bawah abdomen. Dalam
pembedahan, hal ini bisa membantu membedakan vena safena dari
femoralis karena satu-satunya vena yang mengalir ke vena femoralis adalah
vena safena. Cabang-cabang femoralis anteromedial dan posterolateral
(lateral aksesorius), dari aspek medial dan lateral paha, kadang-kadang juga
mengalir ke vena safena magna di bawah hiatus safenus (Faiz dan Moffat,
2004).
Vena safena magna berhubungan dengan sistem vena profunda di
beberapa tempat melalui vena perforantes. Hubungan ini biasanya terjadi di
atas dan di bawah maleolus medialis, di area gaiter, di regio pertengahan
betis, di bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah. Katup-
katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari
sistem superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah dipompa
7
keatas dibantu oleh kontraksi otot betis. Akibatnya sistem profunda
memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada superfisialis, sehingga bila
katup perforator mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan
ke sistem superfisialis sehingga terjadi varises pada sistem ini (Faiz dan
Moffat, 2004 ).
Vena safena parva keluar dari ujung lateral jaringan vena dorsalis
pedis. Vena ini melewati bagian belakang maleolus lateralis dan di atas
bagian belakang betis kemudian menembus fasia profunda pada berbagai
posisi untuk mengalir ke vena poplitea (Faiz dan Moffat, 2004).
2.1.2. 2 Vena Profunda Ekstremitas Bawah
Vena-vena profunda pada betis adalah vena komitans dari arteri
tibialis anterior dan posterior yang melanjutkan sebagai vena poplitea dan
vena femoralis. Vena profunda ini membentuk jaringan luas dalam
kompartemen posterior betis pleksus soleal dimana darah dibantu mengalir
ke atas melawan gaya gravitasi oleh otot saat olahraga (Faiz dan Moffat,
2004).
2.1.3. Insiden
Insidensi dari varises telah dipelajari dari sejumlah study cross
sectional. Tahun 1973 Komunitas Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat
memperkirakan sekitar 40 juta orang (26 juta diantaranya wanita) di
Amerika Serikat mengalami varises. Tahun 1994 sebuah Review oleh
Callam menemukan setengah dari populasi dewasa memiliki gejala
8
penyakit vena (wanita 50-55% ; pria 40-50 %) dan lebih sedikit dari
setengahnya yang menunjukkan gejala varises (wanita 20-25% ; pria 10-
15%). Umur dan jenis kelamin merupakan faktor risiko utama terjadinya
varises (Lew , 2009).
Varises lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki pada
beberapa tingkat umur. Pada penelitian kesehatan komunitas Tecumsech,
varises ditemukan 72 % pada wanita berumur 60-69 tahun dan hanya 1 %
laki-laki pada umur 20-29 tahun. Angka prevalensi penyakit vena
didapatkan lebih tinggi pada Negara barat dan Negara industri dari pada
negara kurang berkembang (Beale, 2005).
2.1.4. Etiologi
Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi 3 kategori yaitu,
kongenital, primer dan sekunder.
Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada
kelainan dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen
ternyata tidak terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau
pembentukannya tidak sempurna (displasia), berbagai malformasi vena,
dan kelainan lainnya yang baru diketahui setelah penderitanya berumur.
Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan
intrinsik dari dinding katup, yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang
terlau panjang (elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena
menjadi terlalu lentur tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun
9
katup yang panjang melambai (floppy, rebundant) sehingga penutupan
tidak sempurna (daun-daun katup tidak dapat terkatup sempurna) yang
mengakibatkan terjadinya katup tidak dapat menahan aliran balik,
sehingga aliran retrograd atau refluks. Keadaan tersebut dapat diatasi
hanya dengan melakukan perbaikan katup (valve repair) dengan operasi
untuk mengembalikan katup menjadi berfungsi baik kembali.