PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan KATA PENGANTAR Baja merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk struktur bangunan. Suatu struktur Baja merupakan komponen- komponen individual yang dapat mendukung dan menyalurkan beban-beban ke seluruh struktur dengan tepat berdasarkan konvigurasi struktural serta beban-beban desain. Beban-beban yang akan ditanggung oleh struktur atau elemen struktur tidak selalu dapat diramalkan dengan tepat sebelumnya. Bahkan apabila beban-beban tersebut telah diketahui dengan baik pada salah satu lokasi sebuah struktur tertentu, distribusi bebannya dari elemen yang satu ke elemen yang lain pada keseluruhan struktur biasanya masih membutuhkan asumsi dan pendekatan. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari uji sambungan dan contoh pengujian bahan dengan melakukan uji sambungan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
KATA PENGANTAR
Baja merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk struktur bangunan. Suatu
struktur Baja merupakan komponen-komponen individual yang dapat mendukung dan
menyalurkan beban-beban ke seluruh struktur dengan tepat berdasarkan konvigurasi
struktural serta beban-beban desain. Beban-beban yang akan ditanggung oleh struktur
atau elemen struktur tidak selalu dapat diramalkan dengan tepat sebelumnya. Bahkan
apabila beban-beban tersebut telah diketahui dengan baik pada salah satu lokasi sebuah
struktur tertentu, distribusi bebannya dari elemen yang satu ke elemen yang lain pada
keseluruhan struktur biasanya masih membutuhkan asumsi dan pendekatan. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari uji sambungan dan contoh
pengujian bahan dengan melakukan uji sambungan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Medan, 11 November 2015
Penyusun .
1
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
3. BATASAN MASALAH
4. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. METODE PENGUJIAN SAMBUNGAN LAS
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan
sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi
sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya.
Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak
patah. Salah satu contoh material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi
bangunan atau umum adalah logam. Meskipun dalam proses pembuatannya telah
diprediksikan sifat mekanik dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai
mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak
dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari material. Pengujian ini dimaksudkan
agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material, sehingga dapat dlihat
kelebihan dan kekurangannya.
Material yang mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat
mekanik dari material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying. Hal ini
dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan. Uji sambungan adalah suatu metode
yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu sambungan bahan/material dengan cara
memberikan beban gaya melalui beberapa jenis dan proses pengujian bahan. Hasil yang
didapatkan dari pengujian sambungan sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain
produk karena menghasilkan data kekuatan pada sambungan material.Dalam hal ini
pengujian tidak merusakpun dapat dilakukan untuk mengetahui ketahanan dari suatu
sambungan bahan. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari
sambungan logam tersebut.
3
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan
elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Pengujian impact merupakan pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impact dengan pengujian tarik
dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik
di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada
beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2
yaitu transversal bending dan longitudinal bending.
II. BATASAN MASALAH
Batasan pada makalah ini adalah sampai pada penjelasan tentang apa itu Uji
Sambungan, diagram alir, dan alat-alat pada Uji Sambungan.
III. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada makalah ini terbagi menjadi 3 bab, yaitu
PENDAHULUAN, PEMBAHASAN, dan PENUTUP. BAB I menjelaskan tentang Latar
Belakang,Tujuan, Batasan Masalah, dan Sistematika Penulisan. BAB II menjelaskan
tentang pembahasan Uji Sambungan, dan BAB III Penutup.
4
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Uji sambungan adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
sambungan bahan/material dengan cara memberikan beban gaya melalui beberapa jenis
dan proses pengujian bahan. Hasil yang didapatkan dari pengujian sambungan sangat
penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan
pada sambungan material. Pengujian sambungan material digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis maupun dinamis yang dibebankan pada
benda dengan sambungan tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat
mekanik dari sambungan logam adalah dengan uji tarik, uji bending, uji impak, dan
beberapa pengujian merusak lainnya. Dalam hal ini pengujian tidak merusakpun dapat
dilakukan untuk mengetahui ketahanan dari suatu sambungan bahan. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari sambungan logam tersebut.
Beberapa metode pengujian bahan yang digunakan pada pengujian sambungan
adalah sebagai berikut :
1. Uji Tarik
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan
elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
2. Uji Impak
5
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Pengujian impact merupakan pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impact dengan pengujian
tarik dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian
impact juga merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material
yang sering ditemui dalam peralatan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak
selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh
deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.
3. Uji Bending
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las
baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi
mandrel ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2
yaitu transversal bending dan longitudinal bending.
B. METODE PENGUJIAN SAMBUNGAN LAS
Pengujian Sambungan yang akan dibahas adalah sambungan las yang diuji dengan
beberapa metode pengujian bahan yang bersifat merusak specimen. Berikut pembahasan
metode pengujian sambungan las.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN HASIL LAS
Hasil pengelasan pada umumnya sangat bergantung pada keterampilan juru las. Kerusakan hasil las baik di permukaan maupun di bagian dalam sulit dideteksi dengan
6
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
metode pengujian sederhana. Selain itu karena struktur yang dilas merupakan bagian integral dari seluruh badan material las maka retakan yang timbul akan menyebar luas dengan cepat bahkan mungkin bisa menyebabkan kecelakaan yang serius. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pengujian dan pemeriksaan daerah-daerah las sangatlah penting.
Tujuan dilakukannya pengujian adalah untuk menentukan kualitas produk-produk atau spesimen-spesimen tertentu, sedangkan tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah hasil pengujian itu relatif dapat diterima menurut standar-standar kualitas tertentu atau tidak dengan kata lain tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin kualitas dan memberikan kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas.
Untuk program pengendalian prosedur pengelasan, pengujian dan pemeriksaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan dilakukan yaitu sebelum, selama atau setelah pengelasan.
Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan meliputi: pemeriksaan peralatan las, material pengelasan yang akan digunakan; pengujian verifikasi prosedur pengelasan yang harus sesuai dengan prosedur pengelasan yang memadai; dan pengujian kualifikasi juru las sesuai dengan ketrampilan juru las.
Pemeriksaan untuk verifikasi pemenuhan standar pengelasan meliputi pemeriksaan kemiringan baja yang dilas, dan pemeriksaan galur- galur las pada setiap sambungan.
Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan meliputi: pemeriksaan tingkat kekeringan dan kondisi penyimpanan elektrode pengelasan; pemeriksaan las ikat; pemeriksaan kondisi- kondisi pengelasan terpending (arus listrik, tegangan listrik, kecepatan proses pengelasan, urutan proses pengelasan, dsb.); pemeriksaan kondisi-kondisi sebelum dilakukan pemanasan; dan pemeriksaan status sumbing-belakang.
Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah proses pengelasan meliputi: pemeriksaan temperatur pemanasan dan tingkat pendinginan sesudah proses pemanasan dan pelurusan; pemeriksaan visual pada ketelitian ukuran; dan pemeriksaan pada bagian dalam dan permukaan hasil las yang rusak.
7
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Klasifikasi Metode Pengujian Daerah Las
Seperti tampak pada Tabel 1, metode pengujian daerah las secara kasar dapat diklasifikasikan menjadi pengujian merusak / destruktif (DT) dan pengujian tidak merusak / non-destruktif (NDT). Dalam pengujian destruktif, sebuah spesimen atau batang uji dipotongkan dari daerah las atau sebuah model berukuran penuh dari daerah las yang diuji dilakukan perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-sifat mekanik dan penampilan daerah las tersebut. Dalam pengujian non-destruktif, hasil pengelasan diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan hasil las dan cacat dalam. Tabel 2 merangkum manfaat-manfaat pengujian destruktif dan non-destruktif.
Tabel 1 Klasifikasi metode pengujian daerah las
8
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Tabel 2 Manfaat pengujian destruktif (DT) dan pengujian non-destruktif (NDT)
Metode pengujian
Manfaat 1. Kerusakan di bagian dalam dapat dideteksi dengan mudah.
2. Sifat-sifat mekanis dapat ditentukan secara akurat.
1. Pemeriksaan 100% bisa dilakukan.
2. Sampel pengujian dapat dipakai sebagai hasil pengelasan.
PENGUJIAN DENGAN CARA MERUSAK /DT
Pengujian mekanik
1. Uji tarik
Uji tarik dilaksanakan untuk menentukan kekuatan tarik, titik mulur (kekuatan lentur) las, pemanjangan dan pengurangan material las. Spesimen bentuk material tertentu dan ukuran tertentu seperti tampak pada Gb. V.1 dapat digunakan sebagai material tes. Spesimen tersebut ujung-ujungnya dipegang dengan jepitan alat penguji, dan ditarik dengan menggunakan beban tarik. Berat beban itu ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai spesimen itu patah. Penguji secara otomatis menghasilkan diagram pemanjangan beban, yang menunjukkan hubungan antara beban tarik dengan pemanjangan spesimen. Gambar V.2 menunjukkan diagram pemanjangan beban pada baja lunak.
9
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Spesimen uji tarik yang digunakan untuk sambungan las harus diambil dari hasil sambungan las yang dianggap dapat mewakili dari proses pengelasan. Untuk menentukan sifat-sifat mekanis dari daerah las, spesimen tersebut harus diambil dari porsi logam yang dilas.
Spesimen No. 1 dari porsi permukaan.
Gambar 1 Uji tarik pada sambungan las tumpul
(JIS Z 3121)
Dirumuskan sebagai berikut :
10
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
P = Beban maksimal (N) (g)
A = Irisan melintang awal spesimen (mm)
l = Panjang tera awal spesimen (mm)
l’ = Panjang tera bagian yang patah (mm)
A’ = Irisan melintang bagian spesimen yang patah
Dimana
2. Uji lengkung/bending
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari material las. Seperti tampak pada Gb.3, ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji lengkung kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakannya. Uji lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel .3 menunjukkan jenis-jenis spesimen yang digunakan untuk uji lengkung dan arah percontohan dari tiap-tiap spesimen. Uji lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada spesimen, seperti terlihat pada Gb. 4.
Tabel 3 Jenis – jenis spesimen dan arah percontohan
Jenis – jenis specimen
Arah percontohan Keterangan
Spesimen lengkung depanSpesimen lengkung bawah
Spesimen lengkung sisi
Arah membujur spesimen harus berada pada sudut kanan dan garis las
Spesimen lengkung sisi digunakan sebagai penggaris apabila plat atau pipa yang akan diuji ketebalannya 19 mm atau lebih
Spesimen lengkung bawah membujurSpesimen lengkung depan membujur
Arah membujur spesimen harus pararel dengan garis pengelasan
Spesimen – spesimen ini digunakan apabila logam dasar dan logam las dari plat yang akan diuji tingkat pemanjangan yang berbeda
11
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
(a) Lengkung depan (b) Lengkung bawah (c) Lengkung sisi
Gambar 4 Metode uji lengkung
3. Uji Hentakan/Impak
Jenis-jenis logam tertentu dapat menahan beban statis yang berat tetapi mudah patah walaupun berada di bawah tekanan beban dinamis yang ringan sekalipun. Uji hentakan dilaksanakan untuk menentukan kekuatan material las. Sebagai sebuah metode uji hentakan yang digunakan di dalam dunia industri, JIS menetapkan secara khusus uji hentakan charpy dan uji hentakan izod seperti terlihat pada Gb..5. Kedua-duanya menggunakan spesimen yang mempunyai derajat berbentuk V. Temperatur peralihan, yaitu hubungan antara temperatur uji
hentakan (katakanlah, 0oC, -20oC, -40oC, dan seterusnya) dengan tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan patahan (tenaga yang terserap), diperoleh melalui uji hentakan. Ketika temperatur peralihan semakin rendah atau tenaga yang diserap semakin tinggi, maka material las akan menghasilkan kekerasan dengan derajat yang lebih tinggi dan ketahanan yang lebih tinggi untuk patahan yang rapuh.
Gambar 5. Metode dukungan spesimen dan arah hentakan pada uji hentakan
12
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar .6 Temperatur peralihandalam uji hentakan
charpy
Gambar .7 Spesiman rapuh uji hentakan charpy
13
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
4. Uji Kekerasan
Kekerasan material logam merupakan faktor penting dalam menentukan sifat-sifat mekanis dari material tersebut. Uji kekerasan, seperti halnya uji tarik, seringkali dilaksanakan. Pada sebagian besar dari bermacam-macam metode uji kekerasan seperti tampak pada Tabel. 4, spesimen bergantung pada tekanan dari unsur lain (intan atau bola baja), dan ukuran lekukan yng terbentuk di dalam spesimen diukur dan dikonversikan dengan menghitung kekerasannya. Karena daerah las dipanaskan dan didinginkan dengan cepat, maka daerah yang terkena panas akan menjadi keras dan rapuh. Kekerasan maksimal pada daerah las yang diukur dengan uji kekerasan digunakan sebagai dasar penentuan kondisi-kondisi sebelum dan sesudah pemanasan yang akan dilakukan untuk mencegah retakan hasil pengelasan. Gb.8 menunjukkan kekerasan maksimal pada daerah las yang telah dipanasi pada baja dengan kuat tarik tinggi yang diukur dengan uji Vickers. Retakan las dapat dicegah jika kondisi-kondisi pengelasan diatur sehingga nilai kekerasan maksimalnya tidak melebihi 350Hv.
Tabel .4 Berbagai metode uji kekerasan
Penggolongan
Lambang JenisMaterial dan bentuk alat
pelekuk atau palu
Uji Brinell(JIS Z 2213)
HB
Pelekukan
Bola baja yang dikeraskan
Uji Rockwell HR
Bola baja yang dikeraskan
Skala B HRB
Skala C(JIS X 2245)
HRC Mata intan
Uji Vickers(JIS Z 2244)
HV Mata intan
Uji Shore(JIS Z 2246)
HSJenis hentakan
Palu dengan intan di ujungnya
14
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar .8 Metode pengukuran kekerasan maksimal dan distribusi kekerasan
4. Uji struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam. Untuk keperluan pengujian, material logam dipotong-potong, kemudian potongan- potongan diletakkan di bawah dan dikikis dengan material alat penggores yang sesuai. Uji struktur ini dilaksanakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Dalam uji makroskopik, permukaan spesimen diperiksa dengan mata telanjang atau melalui loupe untuk mengetahui status penetrasi, jangkauan yang terkena panas, dan kerusakannya.
15
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Dalam pemeriksaan mikroskopik, permukaan spesimen diperiksa melalui mikroskop metalurgi untuk mengetahui jenis struktur dan rasio komponen-komponennya, untuk menentukan sifat-sifat materialnya.
Untuk baja, zat nital (asam nitrat 1-5cc plus alkohol 100cc) atau pikral (asam pikrat 4g plus alkohol 100cc) digunakan sebagai zat penggores (lihat Tabel .5).
Tabel .5 Contoh material alat penggores
Besi, baja, besi tuang
Nital (Alkohol nitrat)
Asam nitrat ................ 1-5 cc
Alkohol...................... 100 cc
Pikral (Alkohol pikrat)
Asam pikrat .................... 4 g
Alkohol...................... 100 cc
Aluminium, aluminium campuran
Larutan encer hidrogen florida
Larutan encer sodium hidroksida
Hidrogen florida ......... 0,5 cc
Air .............................. 9,5 cc
Sodium hidroksida.......... 1 g
Air ............................... 90 cc
Tembaga, tembaga campuran
Larutan amonium sulfat
Amonium persulfat ....... 10 g
Air ............................... 90 cc
0.17%C x 100 0.32%C x 100 0.40%C x 100 1.53%C x 100
C. PENGUJIAN SAMBUNGAN BAUT BAHAN
16
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
1. Profil Baja Double Canal ‘UNP’
Profil Baja yang digunakan adalah Profil Baja Double Canal ‘UNP’. Profil Baja
Double Canal ‘UNP’ sangatlah mudah didapatkan dan relatif murah harganya
dibandingkan dengan bahan bangunan lain. Selain itu proses pengerjaannya dapat
dilakukan dengan mudah. Profil Baja Double Canal ‘UNP’ yang digunakan
sebagai benda uji penelitian ini Profil Kanal U (UNP 5) dengan BJ 41. Dengan panjang
profil1500mm, dan ukuran profil h = 50mm, tw = 3mm, tf = 4mm, b =76mm.
2. Plat
Jenis plat yang digunakan adalah plat baja dengan mutu BJ41 , dengan panjang
170mm, tebal 6mm dan lebar 76mm, sehingga profil baja dapat tersambung dan
terikat kuat satu dengan yang lainya, sehingga mampu menahan gaya tekan.
3. Penyambung
Bahan penyambung yang digunakan baut dengan ukuran Ø ½ in dengan
mutu baja A 325.
Langkah Penyambungan:
Benda uji yang telah dibuat sesuai dengan ukuran panjang dan besar yang telah
direncanakan, kemudian bagian sayap sambungan profil baja diberi plat sambung
dengan panjang 170mm, tebal 6mm dan lebar 76mm . Permukaan profil baja yang
akan disambung dengan baut ukuran Ø ½ in diberi plat baja . Baja yang telah
disambung harus rapat dan lurus agar pembebanan dapat merata dan tidak
mengalami kerusakan.
4. Peralatan Penelitian
17
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji mekanika dengan
menggunakan alat: Loading Frame, Hidraulic Jack,Tranducer, Dial Gauge, dan
Universal Testing Machine (UTM)
Adapun peralatan penelitian adalah sebagai berikut:
oPeralatan Pembuatan Benda Uji
a. Mesin gergaji (bar bending), digunakan untuk memotong bahan baku sesuai
dengan ukuran yang direncanakan.
b. Meteran, digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi bahan baku.
c. Alat-alat kelengkapan untuk pembuatan sambungan kolom adalah:
siku-siku besi,
penggaris,
spidol
gerinda,
bor mesin, dan
las untuk menyambung profil.
oPeralatan Pengujian untuk Kolom Sambungan
a. Loading Frame dan Hydraulic Jack
Loading frame digunakan untuk menguji kuat tekan benda uji. Alat ini berupa
portal segi empat yang terbuat dari baja dengan balok portal, dapat diatur
ketinggiannya dan berdiri di atas lantai. Loading Frame terdapat tempat
kedudukan pengujian sambungan kolom dengan tumpuan bebas-bebas. Hydraulik
jack merupakan alat yang memberikan beban pada benda uji Kapasitas
maksimal hidraulic jack adalah 50 ton. Loading frame dan hydraulic jack
dapat dilihat pada Gambar 9.
18
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar 9. Loading Frame dan Hydraulic Jack
b. Hydraulic Pump
Hydraulic Pump digunakan untuk memberikan pembebanan secara bertahap
pada hydraulic jack saat pengujian benda uji. Sistem kerja alat ini adalah dengan
cara memompa untuk memberikan tekan pada hydraulic jack. Hydraulic pump dapat
dilihat pada Gambar 10.
19
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar 10. Hydraulic Pump
c. Load cell
Load cell digunakan untuk mengetahui interval penambahan beban yang
diberikan pada benda uji. Alat ini dihubungkan dengan Transducer untuk membaca
penambahan beban yang terjadi. Kapasitas alat ini adalah 50 ton. Load cell dapat
dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Load cell
d. Transducer
Transducer digunakan untuk membaca secara digital data interval
penambahan beban yang diterima load cell. Untuk mendapatkan data penambahan
beban secara digital alat ini dihubungkan dengan load cell. Besarnya interval
penambahan beban dapat diatur sesuai kebutuhan. Transducer dapat dilihat
pada Gambar 12.
20
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar 12. Transducer
e. Dial Gauge
Dial Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya lendutan
yang terjadi. Alat ini memiliki kapasitas maksimal 20 mm dengan ketelitian 0,01 mm.
Dial gauge dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Dial Gauge
f. Univesal Testing Machine (UTM)
21
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Universal Testing Machine (UTM) digunakan untuk menguji kuat tarik, kuat tekan
dan kuat geser benda uji. Alat ini menggunakan sistim hidrolis untuk memberikan gaya
pada benda uji. Pada penelitian ini Universal Testing. Machine (UTM) digunakan
untuk menguji kuat tarik profil baja. Universal Testing Machine (UTM) dapat dilihat
pada Gambar 14.
Gambar 14. Universal Testing Machine (UTM
5. Benda Uji
5.1. Benda Uji Pendahuluan
Ukuran dan bentuk benda uji untuk pengujian uji pendahuluan ini adalah uji tarik profil
baja canal ‘UNP’. Pengujian dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, seperti terlihat
Benda uji yang digunakan berupa kolom profil baja dengan jumlah 6 buah,
dengan klasifikasi benda uji sebagai berikut:
a. 3 buah untuk profil kolom baja utuh tanpa sambungan.
b. 3 buah untuk profil kolom baja yaitu dengan memasang baut pada
sayap sisi samping kiri dan kanan batang baja.
Penamaan-penamaan dan kode kolom dan jumlah benda uji kuat tekan dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah benda uji kolom
Jenis Kolom Kode
Benda Uji
Dimensi
Cm
Jumlah
Benda Uji
Kolom tanpa sambungan KTS
50mmx76mm
3
Kolom Dengan Sambungan
baut Pada Sayap
SK
50mmx76mm
3
Keterangan :
KTS : Kolom utuh tanpa sambungan
SK : Kolom dengan Sambungan baut pada sayap
23
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar 15. Sketsa dimensi benda uji pengujian kuat Tekan
24
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
a. Sebelum diuji b. Setelah diuji
Gambar 16 Benda uji pengujian kuat tarik
Gambar 17 Pengujian Kuat Tarik
Berikut adalah urutan bagan kerangka pikir tahapan metodologi penelitian
Mulai dari :
1. Persiapan bahan dan peralatan penelitian:
- Profil baja Canal ’UNP 5’
- loading frame dan hidraulic jack
- hidraulic pump
- dial gauge
25
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
- load cell
- transducer
2. Pemilihan Profil:
- batang lurus, tidak cacat fisik
- ukuran Profil h = 50mm,tw = 3mm, tf = 4mm
- Pemilihan plat penyambung
- Pemilihan baut
3. Uji Pendahuluan meliputi uji kuat tarik untuk mengetahui mutu profil baja
4. Tahap analisis perhitungan :
- Cek kelangsingan penampang
- Perhitungan tebal plat
- Menghitung tahanan tekan nominal profil
- Menghitung tahanan geser dan tahanan tumpu baut
- Menentukan jarak antar baut
5. Pembuatan sambungan kolom baja menggunakan sambungan baut pada sayap dengan alat sambung baut baja A325 dan plat baja dengan jumlah alat sambung 3 buah
6. Pengujian kuat tekan benda uji elemen batang tekan dengan pembebanan bertahap
7. Analisis data hasil penelitian
8. Pembahasan
9. Selesai
26
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
1 Perhitungan Data Pengujian
Data hasil pengujian benda uji yang dilakukan di laboratorium,
kemudian dianalisis dengan ketentuan yang disyaratkan dalam SNI Baja 03-
1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung. Sehingga didapat hasil perhitungan sebagai berikut:
a. Hasil perhitungan data pengujian kuat tarik profil baja uji
pendahuluan. b. Hasil perhitungan analisis jumlah baut.
c. Hasil perhitungan inersia plat.
d. Data Pembacaan Beban dan Lendutan Arah X
TanpaSambungan. e. Data Pembacaan Beban dan Lendutan
Arah X Tanpa Sambungan. f. Data Pembacaan Beban dan
Lendutan Arah X Sambungan Sayap g. Data Pembacaan Beban
dan Lendutan Arah Y Sambungan Sayap
1.1 Analisis Tampang Profil
Dari hasil dari laboratorium diperoleh data pengujian kuat tarik baja
sebagai berikut:
Tabel 8 Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja
Benda
Uji
Panjang Lebar Luas Gaya saat leleh Gaya saat putus
Gambar 19. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan pada Kolom tanpa Sambungan 1 arah X
Gambar 20. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan pada Kolom Tanpa
Sambungan 2 arah X.
28
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
Gambar 21. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan pada Kolom TanpaSambungan 3 arah X
Gambar 22. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan pada Kolom Tanpa
Sambungan X
29
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
BAB III
KESIMPULAN
1. Karakteristik sifat mekanik prfil baja canal UNP adalah sebagai berikut:
a. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan leleh Fy = 448,72 Mpa dan
tegangan tarik Fu = 505,17 Mpa, sehingga termasuk profil baja dengan
mutu BJ 41 dimana tegangan leleh Fy min = 250 Mpa dan tegangan tarik Fu
min = 410 Mpa
b. Nilai kuat tekan kolom profil tanpa sambungan variasi 1 , 2, dan 3 secara
berturut-turut adalah 19000 kg, 19500 kg, 17250 kg.sehingga didapatkan
nilai kuat tekan rata-rata sebesar 18583,33 kg, sedangkan dari hasil
analisis yang dilakukan pada profil canal UNP5 tanpa sambungan
mempunyai nilai P = 12686,99 kg. Sehingga mengalami kenaikan sebesar
31,73%.
c. Nilai kuat tekan kolom profil dengan sambungan variasi 1 , 2, dan 3 secara
berturut-turut adalah 10750 kg, 5500 kg, 8000 kg.sehingga didapatkan
nilai kuat tekan rata-rata sebesar 8083,33 kg, sedangkan Dari hasil analisis
yang dilakukan pada profil canal UNP5 dengan sambungan mempunyai
nilai P = 12541,25 kg. Sehingga mengalami penurunan kekuatan
sebesar35,55%.
d. Jika dibandingkan kekuatannya, maka profil utuh memiliki kuat tekan
paling tinggi dibanding dengan profil yang telah disambung dengan baut,
dari perhitungan analisis didapat Panalisis > Plab, hal ini terjadi karena
pengaruh pemotongan, pemberian lubang yang akan mengurangi luas
penampang profil, proses pemasangan dan pengencangan baut, sehingga
akan mempengaruhi kekuatan sambungan. Kerusakan yang terjadi pada
saat pengujian adalah pada bagian plat penyambung.
30
PENGUJIAN BAHAN Uji Sambungan
DAFTAR PUSTAKA
ASTM Standard, Sec. 3, Vol. 03.01, E647-00, pp.615-657, Bar Harbor Drive, Weat Conshohocken.ASTM.,2003, Metal Test Methods and Analitycal Prosedures ,Annual Book of
Callister,W.D.,2007,“ Material Science and Engineering an Introduction7ed”, Wiley
Barnhouse, E.J and Lippold,J.C., 2002, Microstructure Property Relationship in Dissimilar Welds Between Duplex Stainless Steel and Carbon Steel, Supplement to The Welding Journal.
Liu, S., 1992, Metallography of HSLA Steel Weldments Engineering Materials, volume 69 dan 70, pp 2-20.
Dupont,J.N.Banovic,S.W. and Marder,A.R.,2003, Microstructural Evolution and Weldability of Dissemilar Welds between a Super Austeniti 3 c Stainless Steel and Nickel- Based Alloy s,Departement of Materials Science and Enggineering, Lehigh University,Bethlehem, Palestina.
Jones, D.A., 1991, “Principle and Prevention of Corrosion”, Mc. Millan PublishingCompany, New York