Top Banner
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE TAHUN 2012 2015 SKRIPSI LISA KHAIRANI 1110102000048 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016
99

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

Dec 16, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR

PENYEBABNYA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

PERIODE TAHUN 2012 – 2015

SKRIPSI

LISA KHAIRANI

1110102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2016

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR

PENYEBABNYA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

PERIODE TAHUN 2012 – 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

LISA KHAIRANI

1110102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2016

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah basil karya saya sendiri,

Dan semua somber baik dikutip maupun dir ujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Lisa Khairani

NIM : 1110102000048

Tanda Tangan : ~ Tanggal : 18 Juli 2016

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama

Nim

Program Studi

Judul Skripsi

: Lisa Khairani

: Ill 0102000048

: Farmasi

: Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Ensefalitis

Berdasarkan Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012- 2015

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

FKIK UIN SyarifHidayatullah Jakarta

;U~ Dr. Nurrneilis, M.Si., Apt

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama

Nim

Program Studi

Judul Skripsi

Lisa Khairani

1110102000048

Farmasi

PROFIL PENGGUNAAN OBA T P ADA PASJEN

PENY AKIT ENSEF ALITIS BERDASARKAN F AKTOR

PENYEBABNYA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

PERIODE TAHUN 2012-2015

Telah bcrhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima

scbagai bagian pcrsyaratan yang dipcrlukan untuk mcmpcrolell gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedoktcran dan

Ilmu Kcschatan Universitas Islam Negcri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

Pcmbimbing 1

Pcmbimbing 2

Penguji 1

Penguji 2

Ditetapkan

Tanggal

DE,VAN PEMBIMBING DAN PENGUJI

Dr. Delina Hasan, M.Kcs., Apt

Ahmad Subhan, S.Si, IV1.Si., Apt !'

········~

···~············· I·W.~~

.. :<J~ ............ .

Dr. M. Yanis Musdja, M.Si., Apt

Yardi, Ph. D., Apt

Mcngetabui,

Ketua Program Studi Farmasi

FKJK UIAJ4:atullah Jakarta

Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt

Jakarta

18 Juli 2016

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

ABSTRAK

Ensefalitis merupakan peradangan yang terjadi dijaringan otak dengan faktor

penyebab tersering adalah virus. Gejala klinis yang timbul pada penderita

Ensefalitis memiliki beberapa kesamaan dengan penyakit akibat infeksi virus,

penderita Ensefalitis biasanya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala,

nyeri otot, mual dan muntah. Bila penyakit terus berkembang penderita Ensefalitis

akan mengalami kejang dan penurunan kesadaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien

penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya. Penelitian ini bersifat

Observasional dengan desain Cross Sectional terhadap rekam medik dan

dikerjakan secara Retrospektif. Subjek pada penelitian ini adalah pasien

Ensefalitis rawat inap yang menggunakan obat Ensefalitis di Rumah Sakit Umum

Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta periode tahun 2012-2015.

Dari 159 data rekam medik yang berada dipoli syaraf bagian neurologi pasien

yang menderita Ensefalitis berjumlah 67 pasien (42%) yang menjalani rawat inap

di RSUP Fatmawati tahun 2012 – 2015. Dari 67 pasien Ensefalitis, ditemukan

pasien paling banyak yang menderita Ensefalitis adalah kelompok umur >5 tahun.

Penggunaan obat yang paling banyak digunakan pada pasien penderita Ensefalitis

adalah Seftriakson (45%) dan Asiklovir (40,2%). Hasil setelah melakukan

pengobatan pasien sembuh atau berobat jalan (73,1%), pasien yang meninggal

(25,4%) dan pasien yang pulang atas permintaan sendiri (1,5%).

Kata kunci : Ensefalitis, anak-anak >5 tahun, Faktor penyebab, Penggunaan Obat,

RSUP Fatmawati

Nama : Lisa Khairani

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Ensefalitis

Berdasarkan Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 - 2015

vi

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

ABSTRACT

Encephalitis is an inflammation that occurs in the brain tissue factor which the

common cause is a virus. Clinical symptoms that occur in Encephalitis patients

have some similarities with the diseases caused by viral infections. Encephalitis

patients usually experience symptoms such as fever, headache, muscle aches,

nausea and vomiting. If the disease continues evolving, encephalitis patients will

have seizures and loss of consciousness.

This study is aimed to determine the profile of drug use in patients with

encephalitis disease according to the causative factor. This study is observational

with cross sectional design toward the medical record and it is done

retrospectively. Subjects in this study were hospitalized Encephalitis patient who

use Encephalitis drugs in the General Hospital Center (RSUP) Fatmawati Jakarta-

year period 2012-2015.

From 159 medical records from the neurology section, there were 67 patients

(42%) suffering Encephalitis hospitalized at Fatmawati Hospital in 2012 - 2015.

From the 67 encephalitis patients, it was found that the most patients suffering

from Encephalitis is from the age group > 5 years old. The drug which are most

widely used by Encephalitis patients are Ceftriaxone (45%) and Acyclovir

(40.2%). The results after the medical treatment are patients who recover or out-

patients care (73,1%), patients who died (25,4%) and patients who go home at

their own request (1,5%).

keywords : Enchephalitis, Children >5 years-old, Causative Factor, Drug Use,

RSUP Fatmawati

Name : Lisa Khairani

Study Program : Pharmacy

Title : Profile of The Use Drug in Patients with Encephalitis

According to Causative Factors in RSUP Fatmawati

Jakarta Year Period 2012 – 2015.

vii

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang teramat sangat senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya serta segala nikmat-Nya

kepada kita berupa kesehatan, pendidikan, kesempatan, serta umur sehigga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Salawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan

pengikutnya yang senantiasa setia mengikuti ajaran yang disampaikannya

sehingga menuntun umatnya untuk selalu berada dijalan yang benar hingga akhir

zaman.

Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat yang telah

ditentukan oleh Universitas Islam Negeri Jakarta pada Program Studi Farmasi

untuk memperolah gelar Sarjana Farmasi. Adapun judul skripsi ini adalah

“PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT

ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI RSUP

FATMAWATI JAKARTA PERIODE TAHUN 2012 – 2015”

Selama penulisan skripsi berlangsung, penulisan menyadari bahwa skripsi

ini tidak akan rampung tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt selaku pembimbing I dan Ahmad Subhan, S.Si,

M.Si., Apt selaku pembimbing II, yang telah meluangkan banyak waktu,

pikiran dan tenaga serta dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dinas Pendidikan Sumatera Selatan yang telah memberikan beasiswa, sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

5. Ibu / Bapak dosen dan staff Akademik Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakart.

6. Seluruh staff Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta yang telah

membantu selama pengambilan data di RSUP Fatmawati.

7. Ayahanda tercinta, Drs. Hamdan Effendi dan Ibunda tercinta, Niah Laila S.Pd.I

terimakasih papa dan mama selalu memberikan doa, kasih sayang, cinta,

bimbingan, dukungan dan semangat. Karena merekalah yang menumbuhkan

semangat penulis untuk menyelesaikan skipsi ini.

8. Kakak tersayang Heni Riana S.E, Rully Ikhsan Bayumi A.Md, Octa Perdana

S.Pd.I dan adikku Rahmat Shafari Abdillah yang selalu membantu baik secara

fisik maupun mental dan selalu memberikan semangat selama penulisan skripsi

ini. Serta adikku tercinta M. Syaifuddin (alm) yang telah mendahului kami

semoga ia bahagia disana disisi ALLAH SWT, Amin. Kami mencintaimu.

9. Teman satu perjuangan, teman – teman penelitian, dan teman – teman beasiswa

Sumsel. Sahabat seperjuangan Lu’luatil hayati, Isa desi, Khulfah Lativatuz,

Lukluk Khoiriyah, Shofiah Malik dan khususnya kepada Mbak Fitri Nurmayati

yang selalu memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

Terimakasih.

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu.

Dengan sangat sadar penulis mengakui dalam skripsi ini masih banyak

sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan skripsi ini.

Jakarta, 18 Juli 2016

Penulis

ix

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

HALAMAN PERNYA T AAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Iama

NIM

Program Studi

Fakultas

Jenis Karya

Lisa Khairani

1110102000048

Farmasi

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya meyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul :

PROFIL PENGGUNAAN OBAT P ADA PASIEN PENYAKIT

ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI

RSVP FATMAWATIJAKARTA PERIOE TAHUN 2012-2015

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media digital lain yaitu

Digital Library perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk kepentingan akademik scbatas sesuai dengan Undang-Undang Hak

Cipta.

Demikian pemyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat

dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta

Pada Tanggal 18 Juli 2016

Yang menyatakan,

bt-(Lisa Khairani)

X

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................. vi

ABSTRACT ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... x

DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

DAFTAR ISTILAH .............................................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2

1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Umum ............................................................. 3

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 5

2.1 Ensefalitis .............................................................................. 5

2.1.1 Pengertian Ensefalitis .................................................. 5

2.2 Etiologi .................................................................................. 5

2.3 Klasifikasi ............................................................................. 5

2.3.1 Klasifikasi Ensefalitis ................................................ 5

2.4 Patofisiologi .......................................................................... 8

2.5 Manifestasi Klinis ................................................................. 9

2.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 9

2.6.1 Diagnosis ..................................................................... 10

2.6.2 Diagnosis Banding ...................................................... 12

2.7 Penatalaksanaan ................................................................... 12

2.8 Farmakologi Obat Ensefalitis ............................................... 19

2.8.1 Obat Ensefalitis Bakteri .............................................. 19

2.8.1.1 Golongan Sefalosporin ................................... 19

2.8.1.2 Golongan Aminoglikosida .............................. 22

2.8.1.3 Golongan Penisilin Spektrum Luas ................ 23

xi

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

2.8.1.4 Golongan Beta Laktam Lainnya...................... 24

2.8.1.5 Kloramfenikol ................................................. 25

2.8.2 Obat Ensefalitis Virus ................................................ 26

2.8.2.1 Golongan Antiviral ......................................... 26

2.8.3 Obat Ensealitis Parasit ................................................ 28

2.8.3.1 Golongan Linkosamida .................................. 28

2.8.3.2 Kotrimoksazol ............................................... 29

2.8.4 Obat Ensefalitis Jamur ................................................ 31

2.8.4.1 Golongan Triazol ............................................ 31

2.8.4.2 Golongan Polien ............................................. 33

2.8.4.3 Mikonazol Nitrat ............................................ 35

2.8.4.4 Fosfomisin Na ................................................ 36

2.9 Gejala Sisa dan Komplikasi ................................................ 38

2.10 Prognosis ............................................................................. 38

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 39

3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 39

3.2 Definisi Operasional ............................................................. 39

BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................... 40

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 40

4.2 Desain Penelitian ................................................................... 40

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 40

4.3.1 Populasi Penelitian ...................................................... 40

4.3.2 Sampel Peneitian ......................................................... 40

4.4 Kriteria Inklusi ...................................................................... 40

4.5 Pengumpulan Data ................................................................ 41

4.6 Cara Kerja ............................................................................. 41

4.7 Rencana Analisa .................................................................... 41

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 43

5.1 Hasil ...................................................................................... 43

5.1.1 Hasil Analisis Karakteristik Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP

Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015 ...................

43

5.1.2 Hasil Analisis Karakteristik Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di RSUP

Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015 ...................

44

5.1.3 Hasil Analisis Diagnosa Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP Fatmawati

Periode Tahun 2012 – 2015 .....................................

45

5.1.4 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis dibedakan

Berdasarkan Komplikasi atau Penyertanya diRSUP

Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015 ...................

46

5.1.5 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis

Komplikasi atau Penyertanya di RSUP Fatmawati

Periode Tahun 2012 – 2015 .....................................

46

xii

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

5.1.6 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Profil

Penggunaan Obat dalam Mengatasi Gejala Klinis di

RSUP Fatmwati Periode Tahun 2012 – 2015 ..........

47

5.1.7 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Profil

Penggunaan Obat dilihat dari Faktor Penyebab

Ensefalitis di RSUP Fatmawati Periode Tahun

2012 – 2015 ...................................

48

5.1.8 Hasil Analisis Kondisi Pasien Ensefalitis Pada Saat

Setelah Melakukan Pengobatan di RSUP

Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015 ...................

49

5.6 Pembahasan ........................................................................... 50

5.6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................... 50

5.6.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...................................... 50

1. Karakteristik Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin ........................................

50

2. Karakteristik Pasien Ensefalitis Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan .............................................

51

3. Analisis Diagnosa Penyakit Ensefalitis

Berdasarkan Gejala Klinis .....................................

52

4. Distribusi Pasien Penderita Ensefalitis

Berdasarkan Komplikasi atau Penyakit

Penyertanya ............................................................

53

5. Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis

Komplikasi atau Penyakit Penyertanya .................

54

6. Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien

Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Gejala Klinis ....

55

7. Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien

Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Faktor

Penyebabnya ..........................................................

56

8. Distribusi Kondisi Pasien Ensefalitis Pada Saat

Setelah Melakukan Pengobatan ............................

65

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 66

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 66

6.2 Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 68

xiii

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

TABEL GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Grafik Pasien Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan Pasien ..............................................

44

Gambar 5.2 Diagram Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis

Komplikasi atau Penyertanya .............................................

46

xiv

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Terapi Kausatif Dapat disesuaikan Dengan Etiologi

Penyebabnya .........................................................................

13

Tabel 2.2 Ikatan Asosiasi Infeksi Amerika – US Sistem Peringkat

Pelayanan Kesehatan Masyarakat untuk Rekomendasi

Dalam Pedoman Klinis .........................................................

17

Tabel 2.3 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Sefalosporin ......... 19

Tabel 2.4 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Aminoglikosida ... 22

Tabel 2.5 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Penisilin Spektrum

Luas ....

23

Tabel 2.6 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Beta Laktam

Lainnya .................................................................................

24

Tabel 2.7 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Kloramfenikol ...... 25

Tabel 2.8 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Antiviral ............... 26

Tabel 2.9 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Linkosamida ........ 28

Tabel 2.10 Farmakologi Obat Ensefalitis Kotrimoksazol (Trimetoprim

– Sulfametoksazol) ...............................................................

29

Tabel 2.11 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Triazol .................. 31

Tabel 2.12 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Polien ................... 33

Tabel 2.13 Farmakologi Obat Ensefalitis Mikonazol Nitrat .................. 35

Tabel 2.14 Farmakologi Obat Ensefalitis Fosfomisin Na ...................... 36

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin .................................................................

43

Tabel 5.2 Distribus Gejala Klinis Pada Pasien Ensefalitis di RSUP

Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015 ................................

45

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Ensefalitis dibedakan Berdasarkan

Komplikasi atau Penyertanya di RSUP Fatmawati Periode

Tahun 2012 – 2015 ...............................................................

46

Tabel 5.4 Distribusi Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP Fatmawati Periode

Tahun 2012 – 2015 ...............................................................

47

Tabel 5.5 Distribusi Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati

Periode Tahun 2012 – 2015 ..................................................

48

Tabel 5.6 Distribusi Kondisi Pasien Penyakit Ensfalitis Pada Saat

Setelah Melakukan Pengobatan di RSUP Fatmawati

Periode Tahun 2012 – 2015 ..................................................

49

xv

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Persentase Jumlah Data Rekam Medik Pasien

Ensefalitis yang Menjalani Rawat Inap Terhadap Pasien

Penyakit Saraf Lainnya di RSUP Fatmawati Periode

Tahun 2012 – 2015 .............................................................

72

Lampiran 2. Diagram Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Umur

di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015 ..

72

Lampiran 3. Diagram Distibusi Jumlah Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Jenis Kelamin di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun

2012 – 2015 ........................................................................

73

Lampiran 4. Tabel Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan di RSUP Fatmawati Jakarta Periode

Tahun 2012 – 2015 .............................................................

73

Lampiran 5. Diagram Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Gejala

Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 –

2015 ....................................................................................

74

Lampiran 6. Diagram Distibusi Jumlah Pasien Ensefalitis dibedakan

Berdasarkan Komplikasi atau Penyakit Penyertanya di

RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015 ......

74

Lampiran 7. Diagram Distibusi Penggunaan Obat Dalam Mengatasi

Gejala Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun

2012 – 2015 ...................................

75

Lampiran 8. Diagram Distibusi Penggunaan Obat Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015 ...................................

76

Lampiran 9. Diagram Distibusi Kondisi Pasien Penyakit Ensefalitis

Pada Saat Setelah Melakukan Pengobatan di RSUP

Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015 .................

76

Lampiran 10. Form Pengambilan Data ..................................................... 77

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian di RSUP Fatmawati Jakarta .............. 78

Lampiran 12. Surat Keterangan Izin Penelitian di RSUP Fatmawati

Jakarta ................................................................................

79

xvi

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

DAFTAR ISTILAH

RSUP Fatmawati : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

VHS : Virus Herpes Simpleks

EEG : Electroencephalography

i.v : Intra Vena

i.m : Intra Muskular

Supp : Suppositoria

TB Paru : Tuberkulosis Paru

SSP : Sistem Saraf Pusat

OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid

WHO : World Health Organization

xvii

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ensefalitis adalah suatu peradangan yang menyerang otak (radang otak)

disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Ensefalitis paling sering

disebabkan oleh infeksi virus. Paparan virus dapat terjadi melalui percikan

saluran napas, kontaminasi makanan dan minuman, gigitan nyamuk, kutu, dan

serangga lainnya serta kontak kulit.1 Ensefalitis adalah penyakit dengan onset

akut, gejala dapat berkembang dengan cepat dan anak-anak yang sebelumnya

sehat menjadi lemah. Selain itu, dokter bahkan mengalami kesulitan untuk

mengetahui penyebab, terapi yang tepat dan prognosis.2 Penyebab Ensefalitis

terbanyak di Indonesia yaitu virus Japanese Ensefalitis.

Virus Japanese Ensefalitis pertama kali dikenal pada tahun 1871 di

Jepang. Diketahui menginfeksi sekitar 6000 orang pada tahun 1924, kemudian

terjadi KLB besar pada tahun 1935 hampir setiap tahun terjadi KLB dari tahun

1946-1950.Virus Japanese Ensefalitis pertama di isolasi pada tahun 1934 dari

jaringan otak penderita Ensefalitis yang meninggal. Penyakit ini endemik di

daerah Asia, mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, Korea, China, Indo-China,

Thailand, Malaysia, sampai ke Indonesia serta India. Diperkirakan ada 35.000

kasus Japanese Ensefalitis di Asia setiap tahun. Angka kematian berkisar 20-

30%.3

Di Indonesia, kasus Japanese Ensefalitis pertama kali dilaporkan pada

tahun 1960 dan pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, didaerah

Bekasi. Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47

kasus Ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese

Ensefalitis. Penelitian yang dilakukan oleh Liu et al. 2009 menyebutkan bahwa

identifikasi kasus Ensefalitis dirumah sakit di Bali antara tahun 2001-2004

menemukan 163 kasus encephalitis dan 94 diantaranya secara serologis

mengarah pada kasus Japanese Ensefalitis.4

1

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Di Indonesia, Meningitis/Ensefalitis merupakan penyebab kematian

pada semua umur dengan urutan ke-17 dengan persentase 0,8% setelah

malaria. Meningitis/Ensefalitis merupakan penyakit menular pada semua umur

dengan persentase 3,2%. Sedangkan proporsi Meningitis/Ensefalitis merupakan

penyebab kematian bayi pada umur 29 hari-11 bulan dengan urutan ketiga

yaitu dengan persentase 9,3% setelah diare 31,4% dan pneumoni 23,8%.

Proporsi Meningitis/Ensefalitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu

8,8% dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC)

yaitu 10,7%.5

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati yang merawat pasien Ensefalitis. Dari 159

data rekam medik yang berada dipoli saraf bagian neurologi pasien yang

menderita Ensefalitis berjumlah 67 pasien (42%) yang menjalani rawat inap di

RSUP Fatmawati tahun 2012 – 2015. Selebihnya adalah pasien Meningitis,

Ensefalopati, Paraparese, Myelitis, Meningoensefalitis dan Infeksi Intrakranial.

Dari jumlah pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati belum diketahui

bagaimana profil penggunaan obat pada pasien penyakit Ensefalitis

berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun

2012 - 2015. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti

bermaksud untuk mengetahui penggunaan obat yang diberikan pada pasien

Ensefalitis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Hal ini yang nantinya akan

dibahas lebih lanjut melalui judul “Profil penggunaan obat pada pasien

penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati

Jakarta periode tahun 2012 - 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Tingkat kematian untuk Ensefalitis masih relatif tinggi disebabkan

sulitnya diagnosa dan pengobatan yang lambat, sehingga tidak sedikit

pasien yang kehilangan nyawa khususnya pada anak – anak.

b. Adanya komplikasi dan penyakit penyerta pada pasien penderita

Ensefalitis di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Belum diketahui faktor penyebab penyakit Ensefalitis di RSUP

Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

d. Belum diketahui profil penggunaan obat pada pasien penyakit

Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta

periode tahun 2012 – 2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana profil penggunaan obat pada pasien penyakit Ensefalitis

berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta periode

tahun 2012 - 2015?

1.4 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien penyakit

Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta

periode tahun 2012 – 2015.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada pasien penyakit

Ensefalitis.

2. Untuk mengetahui gejala klinis yang paling banyak dialami pasien

penyakit Ensefalitis di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 –

2015.

3. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit Ensefalitis di RSUP

Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 - 2015.

4. Untuk mengetahui penggunaan obat yang paling banyak digunakan

sebagai pengobatan untuk menangani anamnesis atau gejala klinis

pada pasien penyakit Ensefalitis di RSUP Fatmawati Jakarta periode

tahun 2012 – 2015.

5. Untuk mengetahui profil penggunaan obat yang paling banyak

digunakan pada pasien penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor

penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 -2015.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi RSUP Fatmawati Jakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk membuat

kebijakan dalam penggunaan obat pada pasien penyakit Ensefalitis

berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi bagi dokter,

apoteker dan tenaga kesehatan lainnya mengenai profil penggunaan

obat pada pasien penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh ilmu pengetahuan mengenai karakteristik,

penyebab terjadinya penyakit Ensefalitis dan profil penggunaan obat

untuk pasien penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya serta

dapat menerapkannya di masyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Masalah penggunaan obat pada pasien penyakit Ensefalitis sangat luas,

oleh karena itu pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian hanya

pada profil penggunaan obat pada pasien penyakit Ensefalitis berdasarkan

faktor penyebabnya di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode tahun

2012 – 2015 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 67 sampel yang

dikumpulkan dari bulan febuari sampai dengan maret 2016.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ensefalitis

2.1.1 Pengertian Ensefalitis

Ensefalitis menurut Mansjoer dkk adalah radang jaringan otak yang

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa.6 Sedangkan, menurut

Soedarmo dkk, Ensefalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan

syaraf pusat di medula spinalis dan meningen yang di sebabkan oleh Japanese

Ensefalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk.7

Dari dua pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa Ensefalitis adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dan menularkan penyakit tersebut melalui vektor nyamuk, sehingga

akan tejadi gangguan di susunan syaraf pusat.

2.2 Etiologi

Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia.

Penyebab yang tersering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus

langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau

vaksinasi terdahulu. Ensefalitis juga dapat diakibatkan oleh invasi langsung

cairan serebrospinal selama pungsi lumbal.

Berbagai jenis virus dapat menimbulkan Ensefalitis, meskipun gejala

klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya, diketahui

berbagai macam Ensefalitis virus. Menurut Soedarmo dkk, bahwa virus

Ensefalitis berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nukleus dan

sitoplasma seperti babi, kuda, gigitan nyamuk dan lain lain.

2.3 Klasifikasi

2.3.1 Klasifikasi Ensefalitis

Ensefalitis ini disebabkan antara lain oleh virus, bakteri, jamur,

ricketsia (masuk melalui gigitan kutu), dan parasit. Kelimanya dapat

diklasifikasi sebagai berikut :

5

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. a. Ensefalitis Supurativa

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : Staphylococcus aureus,

Streptococcus, E. Coli dan M. Tuberculosa.

- Manifestasi klinis

Secara umum gejala berupa trias Ensefalitis : demam, kejang dan

penurunan kesadaran. Bila berkembang menjadi abses serebri akan

timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan

intrakranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah,

penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan

mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis

tergantung pada lokasi dan luas abses.

b. Ensefalitis Sifilis

Disebabkan oleh Treponema pallidum. Gejala Ensefalitis sifilis terdiri

dari dua bagian :

1) Gejala-gejala neurologis, kejang-kejang yang datang dalam

serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, penurunan

kesadaran, sering dijumpai pupil Agryll- Robertson, nervus opticus

dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul gangguanan-

gangguan motorik yang progresif.

2) Gejala-gejala mental, timbulnya proses dimensia yang progresif,

intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak

pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat

berkurang, daya pengkajian terganggu.

2. Ensefalitis Virus

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

A. Virus RNA

Paramikso virus : virus yang menyebabkan parotitis, morbili

Rabdovirus : virus rabies

Tugavirus : virus rubella flavivirus (virus Ensefalitis Jepang B,

virus dengue)

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Picornavirus : enterovirus (virus polio, cockscakie A dan B,

echovirus)

Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoriab.

B. Virus DNA

Herpes virus : herpes zoster - varisella, herpes simpleks, sitomegali

virus, virus Epstein - barr

Poxvirus : variola, vaksinia

Retrovirus : AIDS

Manifestasi klinis : Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo,

nyeri badan, nausea, penurunan kesadaran, timbul serangan kejang-

kejang, kaku kuduk, hemiparesis dan paralysis bulbaris.

3. Ensefalitis Karena Parasit

a. Malaria Serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gejala-

gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun hingga koma.

Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan

gejala- gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun.

Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista

terutama di otot dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika

berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan Meningo-

Ensefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah,

nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Sistiserkosis

Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.

4. Ensefalitis Karena Fungus (Jamur)

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : Candida albicans,

Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan

Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim

saraf pusat ialah Meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan

timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.

5. Riketsiosis Serebri

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat

menyebabkan Ensefalitis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam,

mula-mula sukar tidur, kemudian kesadaran menurun. Gejala-gejala

neurologik menunjukan lesi yang tersebar.

2.4 Patofisiologi

Setelah mikroorganisme masuk ke tubuh manusia yang rentan, melalui

kulit, saluran pernapasan dan saluluran cerna. Virus menuju sistem getah

bening dan berkembangbiak. Virus akan menyebar melalui aliran darah dan

menimbulkan viremia pertama. Melalui aliran darah virus akan menyebar ke

sistem saraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus dilepaskan dan

masuk ke dalam peredaran darah menyebabkan viremia ke dua yang bersamaan

dengan penyebaran infeksi penyakit sistemik.

Setelah terjadinya viremia, vius menembus dan berkembangbiak pada

endotel vaskular dengan cara endositosis. Sehingga, dapat menembus sawan

otak. Setelah mencapai susunan saraf pusat virus bekembangbiak dalam sel

dengan cepat pada retikulum endoplasma serta badan golgi yang

menghancurkan mereka. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabilitas sel

neuron, ganglia dan endotel meningkat. Sehingga cairan di luar sel masuk ke

dalam dan timbullah edema sistoksik. Adanya edema dan kerusakan pada

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

susunan saraf pusat ini memberikan manifestasi berupa Ensefalitis. Dengan

masa prodmoral berlangsung 1-4 hari. Area otak yang terkena dapat pada

thalamus, ganglia basal, batang otak, hipotalamus dan korteks serebra.7

Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbili, varisela masuk ke

dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Virus polio dan enterovirus melalui

mulut, VHS melalui mulut atau mukosa kelamin, virus yang lain masuk ke

tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau nyamuk. Bayi

dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus rubella atau

CMV. Virus memperbanyak diri secara lokal, terjadi viremia yang menyerang

SSP melalui kapilaris di pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer

(gerakan sentripetal) misalnya VSH, rabies dan herpes zoster.

2.5 Manifestasi Klinis

Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa

delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan gerakan-

gerakan abnormal. Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi

kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala

pada orang dewasa dan menjerit pada anak kecil. Ditemukan tanda

perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek

tendon, tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan.

Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang

sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara

umum gejala berupa trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan

penurunan kesadaran.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan cairan serobrospinal

- Pemeriksaan darah lengkap

- Pemeriksaan feses

- Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA)

- Pemeriksaan titer antibody

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- EEG

- Foto thorax

- Foto roentgen kepala

- CT-Scan Arteriografi7

2.6.1 Diagnosis

Diagnosis pasti untuk Ensefalitis ialah berdasarkan pemeriksaan

patologi anatomi jaringan otak. Secara praktis diagnostik dibuat berdasarkan

manifestasi neurologik dan informasi epidemiologik.

Sebaiknya diagnosis ensefalitis ditegakkan dengan :

a. Anamnesis yang cermat, tentang kemungkinan adanya infeksi akut atau

kronis, keluhan, kemungkinan adanya peningkatan tekanan intra kranial,

adanya gejala, fokal serebral/serebelar, adanya riwayat pemaparan selama 2-

3 minggu terakhir terhadap penyakit melalui kontak, pemaparan dengan

nyamuk, riwayat bepergian ke daerah endemik dan lain-lain.

b. Pemeriksaan fisik/neurologik, perlu dikonfirmasikan dengan hasil anamnesis

dan sebaliknya anamnesis dapat diulang berdasarkan hasil pemeriksaan.

Gangguan kesadaran

Hemiparesis

Tonus otot meninggi

Reflek patologis positif

Reflek fiisiologis menningkat

Klonus

Gangguan nervus kranialis

Ataksia

c. Pemeriksaan laboratorium

1. Pungsi lumbal

untuk menyingkirkan gangguan-gangguan lain yang akan memberikan

respons terhadap pengobatan spesifik. Pada Ensefalitis virus umumnya

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cairan serebro spinal jernih, jumlah lekosit berkisar antara nol hingga

beberapa ribu tiap mili meter kubik, seringkali sel-sel polimorfonuklear

mula-mula cukup bermakna. Kadar protein meningkat sedang atau

normal, kadar protein mencapai 360% pada Ensefalitis yang disebabkan

virus herpes simplek dan 55% yang disebabkan oleh toxocara canis.

Kultur 70-80 % positif dan virus 80% positif.

2. Darah

- Al (angka lekosit) : normal atau meninggi tergantung etiologi

- Hitung jenis : normal/dominasi sel polimorfenuklear

- Kultur : 80-90 % positif

d. Pemeriksaan pelengkap

• Isolasi virus

Virus terdapat hanya dalam darah pada infeksi dini. Biasanya timbul

sebelum munculnya gejala. Virus diisolasi dari otak dengan inokulasi

intraserebral mencit dan diidentifikasi dengan tes-tes serologik dengan

antiserum yang telah diketahui.

• Serologi

Antibodi netralisasi ditemukan dalam beberapa hari setelah timbulnya

penyakit. Dalam membuat diagnosis perlu untuk menentukan kenaikan

titer antibodi spesifik selama infeksi diagnosis serologik menjadi sukar

bila epidemi yang disebabkan oleh salah satu anggota golongan serologik

terjadi pada daerah dimana anggota golongan lain endemik atau bila

individu yang terkena infeksi, sebelumnya pernah terkena infeksi virus

arbo yang mempunyai hubungan dekat. Dalam keadaan tersebut,

diagnostik etiologik secara pasti tidak mungkin dilakukan.

• CT scan kepala

Dapat digunakan CT scan atau MRI untuk mengevaluasi derajat

pembengkakan dan tempat nekrosis.

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• EEG / Electroencephalography sering menunjukan aktivitas listrik yang

merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang, koma,

tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat

menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan

kecepatan.

2.6.2 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk Ensefalitis meliputi kemungkinan meningitis

bakterial, tumor otak, abses ekstradural, abses subdural, infiltrasi neoplasma

trauma kepala pada daerah epidemik, Ensefalopati, sindrom Reye. Pada kasus

Ensefalitis supurativa diagnosa bandingnya adalah neoplasma, hematoma

subdural kronik, tuberkuloma dan hematoma intraserebri.8

2.7 Penatalaksanaan

Penderita baru dengan kemungkinan Ensefalitis harus dirawat inap

sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan

adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap

terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan

cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah.

Tatalaksana yang dikerjakan sebagai berikut :

1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada Ensefalitis

biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang

sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam

bentuk infus selama 3 menit.

2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S

(tergantung umur) dan pemberian oksigen.

3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh

anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi

dalam 3 dosis.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan

intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian

dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa

nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk.

Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.6

5. Pengobatan

Untuk pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam terapi : terapi kausatif dan

terapi simptomatis.

Tabel 2.1 Terapi kausatif dapat disesuaikan dengan etiologi penyebabnya diadaptasi

dari jurnal “The Management of Encephalitis : Clinical Practice Guidelines by The

Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 2008”

Penyebab Nama Rekomendasi

Virus Herpes simplex

virus

Asiklovir dianjurkan (A-I)

Varicella-zoster

virus

Asiklovir dianjurkan (B-III), gansiklovir dapat

dijadikan alternatif (C-III); Ajuvan kortikosteroid

dapat juga dijadikan alternatif (C-III)

Cytomegalovirus Kombinasi gansiklovir ditambah foscarnet

dianjurkan (B-III), sidofovir tidak dianjurkan,

karena kemampuannya untuk menembus

penghalang darah-otak sangat buruk

Epstein-Barr Asiklovir tidak dianjurkan. Penggunaan

kortikosteroid mungkin bermanfaat (C-III), tetapi

potensi risiko harus dipertimbangkan

Human

Herpesvirus 6

Gansiklovir atau foscarnet harus digunakan pada

pasien immunocompromised (B-III). Penggunaan

agen ini pada pasien imunokompeten dapat

dijadikan alternatif (CIII), tetapi tidak ada data

yang baik pada efektivitas mereka

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B virus Valacyclovir direkomendasikan (B-III), agen

alternative gansiklovir (B-III) dan asiklovir (C-

III)

Virus Influenza Oseltamivir dapat dipertimbangkan (C-III)

Virus Campak Ribavirin dapat dipertimbangkan (C-III);

intratekal ribavirin dapat dipertimbangkan pada

pasien dengan sub-akut sclerosing

panencephalitis (C-III)

Virus Nipah Ribavirin dapat dipertimbangkan (C-III)

West Nile Virus Ribavirin tidak dianjurkan

Virus ensefalitis

Jepang

IFN-a tidak direkomendasikan

St. Louis

ensefalitis virus

IFN-2a dapat dipetimbangkan (C-III).

HIV ART dianjurkan (A-II)

JC virus Pembalikan imunosupresi (A-III) atau ART pada

pasien yang terinfeksi HIV (A-II) sangat

direkomendasikan

Bakteri Bartonella

bacilliformis

Kloramfenikol, siprofloksasin, doxycycline,

ampisilin, atau trimetoprim-sulfametoksazol

dianjurkan (B-III)

Bartonella

henselae

Doxycycline atau azitromisin, dengan atau tanpa

rifampisin, dapat dipertimbangkan (C-III)

Listeria

monocytogenes

Ampisilin ditambah Gentamisin

direkomendasikan (A-III); trimetoprim-

sulfametoksazol merupakan alternative pada

pasien alergi penisilin (A-III)

Mycoplasma

pneumoniae

Terapi antimikroba (azitromisin, doxycycline,

atau fluorokuinolon) dapat dipertimbangkan

(C-III)

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tropheryma

whipplei

Seftriakson, diikuti dengan baik trimetoprim-

sulfametoksazol atau sefiksim, dianjurkan (B-III)

Mycobacteria Mycobacterium

tuberculosis

Terapi 4-obat anti-tuberkulosis harus dimulai

(A-III), deksametason ajuvan harus ditambahkan

pada pasien dengan meningitis (B-I)

Rickettsioses

dan

ehrlichiosis

Anaplasma

phagocytophilum

Doxycycline dianjurkan (A-III)

Ehrlichia

chaffeensis

Doxycycline dianjurkan (A-II)

Rickettsia

rickettsii

Doxycycline dianjurkan (A-II), kloramfenikol

dapat dipetimbangkan sebagai alternatif dalam

memilih skenario klinis, seperti kehamilan (C-III)

Coxiella burnetii Doxycycline ditambah fluorokuinolon dan

rifampisin dianjurkan (B-III).

Spirochetes

Borrelia

burgdorferi

Seftriakson, sefotaksim, atau penisilin G

dianjurkan (B-II)

Treponema

pallidum

penisilin G dianjurkan (A-II), seftriakson

merupakan alternatif (B-III)

Jamur Coccidioides

spesies

Flukonazol dianjurkan (AII), alternative yaitu

itrakonazol (B-II), vorikonazol (B-III), dan

amfoterisin B (intravena dan intratekal) (C-III).

Cryptococcus

neoformans

Pengobatan awal dengan amfoterisin

deoxycholate B ditambah flucytosine (A-I) atau

formulasi lipid amfoterisin B ditambah

flucytosine (A-II) direkomendasikan

Histoplasma

capsulatum

Amfoterisin B liposomal diikuti oleh itrakonazol

dianjurkan (B-III)

Protozoa Acanthamoeba Trimetoprim-sulfametoksazol ditambah

rifampisin ditambah ketokonazol (C-III) atau

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

flukonazol ditambah sulfadiazine ditambah

pirimetamin (C-III) dapat dipertimbangkan

Balamuthia

mandrillaris

Pentamidin, dikombinasikan dengan macrolide

(azitromisin atau klaritromisin), flukonazol,

sulfadiazin, flusitosin, dan fenotiazin dapat

dipertimbangkan (C-III)

Naegleria fowleri Amfoterisin B (intravena dan intratekal) dan

rifampisin, dikombinasikan dengan agen lain,

dapat dipertimbangkan (C-III).

Plasmodium

falciparum

Kina, quinidine, atau artemeter dianjurkan (A-

III), atovakuon-proguanil adalah alternatif (B-

III), transfusi tukar direkomendasikan untuk

pasien dengan 110% parasitemia atau malaria

serebral (B-III) kortikosteroid tidak dianjurkan

Toxoplasma

gondii

Pirimetamin lebih baik ditambah sulfadiazin atau

klindamisin sangat dianjurkan (A-I),

Sulfametoksazol trimethoprim (B-I) dan

pirimetamin lebih baik ditambah atovakuon,

klaritromisin, azitromisin, atau dapson (B-III)

alternatif

Trypanosoma

brucei gambiense

Eflornithine dianjurkan (A-II), melarsoprol

merupakan alternatif (A-II)

Trypanosoma

brucei rhodesiense

Melarsoprol dianjurkan (A-II)

Cacing Baylisascaris

procyonis

Albendazole ditambah diethycarbamazine dapat

dipertimbangkan (C-III), kortikosteroid

adjunctive juga harus dipertimbangkan (B-III).

Spesies

Gnathostoma

Albendazole (B-III) atau ivermectin (B-III)

dianjurkan

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Taenia solium Perlu pengobatan harus individual, albendazole

dan kortikosteroid direkomendasikan (BIII),

praziquantel dapat dipertimbangkan sebagai

alternatif (C-II). Postinfectious atau status post

vaccination

Akut

disebarluaskan

Encephalomyelitis

kortikosteroid dosis tinggi direkomendasikan (B-

III); alternatif termasuk pertukaran plasma (B-III)

dan imunoglobulin intravena (CIII)9

Tabel 2.2 Ikatan asosiasi infeksi Amerika – US sistem peringkat pelayanan

kesehatan masyarakat untuk rekomendasi dalam pedoman klinis

Kategori, Tingkatan / kelas Definisi

A Bukti bagus dalam mendukung sebuah rekomendasi

untuk digunakan

B Bukti sedang dalam mendukung sebuah

rekomendasi untuk digunakan

C Bukti kurang untuk mendukung sebuah

rekomendasi

Kualitas bukti

I Bukti ≥1 random, percobaan terkontrol

II Bukti ≥1 percobaan klinik dirancang dengan baik,

tanpa random, dari kohort atau kasus terkontrol

studi analisis (lebih dari 1 pusat) dari kelipatan

time-series atau dari hasil eksperimen yang tidak

terkontrol.

III Bukti dari pendapat otoritas yang dihormati,

berdasarkan eksperimen klinis dan studi deskriptif

Catatan. Adaptasi dari Kanada periodik untuk pemeriksaan secara berskala

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengobatan simptomatis dapat berupa :

1. Oksigen

2. Nutrisi baik enteral maupun parenteral

3. Analgetik dan antipiretik : parasetamol 10 mg/kgBB/dosis

4. Antikonvulsi : Diazepam supp 0,5-0,75 mg/kgBB/dosis atau iv 0,3-

0,5 mg/kgBB/dosis saat kejang. Kemudian apabila tidak berhenti

dapat diberikan loading Fenitoin 15-20 mg/kgBB dan Fenitoin

maintenance 6-8 mg/kgBB/hari.

6. Fisioterapi dan upaya rehabilitatif setelah penderita sembuh

7. Makanan tinggi kalori protein sebagai terapi diet.

8. Lain-lain, perawatan yang baik, konsultan dini dengan ahli anestesi

untuk mengantisipasi kebutuhan pernapasan buatan. Perawatannya,

yaitu mata : cegah adanya exposure keratitis dengan pemberian BWC

atau salep antibiotika. Cegah decubitus dengan merubah posisi

penderita tiap 2 jam. Penderita dengan gangguan menelan dan

akumulasi sekret lakukan postural drainage dan aspirasi mekanis.7

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8 Farmakologi Obat Ensefalitis

2.8.1 Obat Ensefalitis Bakteri

2.8.1.1 Golongan Sefalosporin

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Sefalosporin termasuk

antibiotik betalaktam

yang bekerja dengan cara

menghambat sistesis

dinding sel mikroba.

Sefalosporin aktif

terhadap kuman gram

positif dan gram negatif,

tapi spektrum

antimikroba masing –

masing derivate

bervariasi.

Dari sifat farmakokinetik, sefalosporin

seperti sefaleksin, sefradin, sefaklor dan

sefadroksil dapat diberikan per oral

karena diabsorpsi melalui saluran

cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat

diberikan parenteral. Sefalotin dan

sefapirin umumnya diberikan secara i.v

karena menimbulkan iritasi pada

pemberian i.m. Beberapa sefalosporin

generasi ketiga misalnya moksalaktam,

sefotaksim, seftizoksim dan seftriakson

mencapai kadar tinggi dalam cairan

Serebrospinal, sehingga bermanfaat

untuk pengobatan meningitis purulenta.

Farmakologi sefalosporin mirip dengan

penisilin, ekskresi terutama melalui

ginjal dan dapat dihambat oleh

probenesid.

1 Sefotaksim Indikasi :

Infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada

pembedahan, Epiglotitis karena hemofilus.

ESO :

Diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotik (keduanya karena

penggunaan dosis tinggi) mual dan muntah. Rasa tidak enak pada

saluran cerna, sakit kepala, reaksi alergi berupa ruam, pruritus,

urtikaria, demam dan atralgia, anafilaksis, eritema, multiforme,

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

nekrolisis epidermal toksis. Gangguan fungsi hati, hepatitis

sementara dan icterus kolestatis Gangguan darah : eosinophilia,

trombositopenia, leukopenia, agranulositosis, anemia aplastic,

anemia hemolitik, nefritis interstisial reversible, gangguan tidur,

hiperaktivitas, bingung, hypertonia dan pusing.

Dosis :

Pemberian injeksi i.m , iv atau infus : 1 gr tiap 12 jam, dapat

ditingkatan sampai 12 gr per hari dalam 3-4 kali pemberian (dosis

diatas 6 gr/hari diperlukan untuk infeksi pseudomonas). Neonatus :

50 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian.

Pada infeksi berat dapat ditingkatkan 150-200 mg/kg/hari.

Anak : 100-500 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian (pada infeksi

berat dapat ditingkatkan menjadi 200 m/kg/hari).

Gonore : 1gr dosis tunggal.10

2 Seftriakson Indikasi :

Untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia dan meningitis.

ESO :

Garam kalsium seftriakson kadang –kadang menimbulkan

presipitasi dikandung empedu. Tapi biasanya menghilang bila obat

dihentikan.

Dosis :

Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan

sefalosporin yang lain, sehingga cukup diberikan satu kali sehari.

Pemberian secara injeksi intramuskuler dalam bolus intravena atau

infus 1gr dalam dosis tunggal.

Dosis lebih dari 1gr harus diberikan 2x atau lebih.

Anak diatas 6 minggu : 20 – 50 mg/kg/hari, dapat naik sampai 80

mg/kg/hari. Diberikan dalam dosis tunggal, bila lebih dari 50

mg/kg, hanya diberikan secara infus intravena.

Gonore tanpa komplikasi : 250 mg dosis tunggal. Profilaksis bedah

: 1gr dosis tunggal. Profilaksis bedah kolorektal.11

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.3 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Sefalosporin

3 Sefuroksim Indikasi :

Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap bakteri gram

negatif. Lebih tahan terhadap penisilinase dan memiliki aktivitas

yang lebih besar terhadap H. Influenzae dan N. Gonorrhoaea.

ESO : Lihat Sefotaksim

Dosis :

Oral : untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi saluran nafas

atas dan bawah : 250mg 2x sehari. Untuk kasus berat, dapat

ditingkatkan 2x lipat.

Parenteral : Injeksi i.m, bolus iv atau infus : 750mg tiap 6-8 jam,

pada infeksi berat : 1,5gr tiap 6-8 jam. Pemberian lebih dari 750mg

hanya boleh sacara iv.

Anak : 30-100 mg/kg/hari (rata-rata 60 mg/kg/hari) dibagi dalam 3-

4 dosis. Injeksi i.v : tiap 8 jam anak : 200-240 mg/kg/hari dibagi

dalam 3-4 dosis. Dosis diturunkan menjadi 100mg/kg/hari atau

setelah adanya perbaikan klinis.

Neonates : 100 mg/kg/hari kemudian diturunkan menjadi

50mg/kg/hari.10

4 Seftazidim Indikasi :

Infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada

pembedahan, Epiglotitis karena hemofilus.

ESO : Lihat Sefotaksim

Dosis :

Pemberian injeksi i.m dalam i.v atau infus : 1gr tiap 8 jam, 2gr tiap

12 jam. Pada infeksi berat : 2 gram tiap 8-12 jam, pemberian lebih

dari 1gr hanya secara i.v. Usia lanjut : dosis maksimum 3 gr/hari.

Bayi sampai 2 bulan : 25-60 mg/kg/hari dalam 2x pemberian.

Diatas 2 bulan : 30-100 mg/kg/hari dibagi 2-3 kali pemberian. Pada

meningitis atau imonodefisiensi : maksimum 6 gr/hari dibagi 3x

pemberian.11

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.1.2 Golongan Aminoglikosida

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan

aktif terhadap bakteria gram positif dan

gram negatif. Amikasin, gentamisin dan

tobramisin juga aktif terhadap

Pseudomonas aeruginosa. Streptomosin

aktif terhadap Mycobacterium

tuberculosis dan penggunaanya sekarang

hampir terbatas untuk tuberkulosa.

Aminoglikosida tidak

diserap melalui saluran

cerna, sehingga harus

diberikan secara parenteral.

Ekskresi terutama melalui

ginjal. Pada gangguan

fungsi ginjal dapat terjadi

akumulasi.

Gentamisin Indikasi :

Pneumonia, kolesistisis, peritonitis, septikemia, pyelonefritis, infeksi

kulit, inflamasi pada tulang panggul, endokarditis, meningitis, listeriosis,

tularaemia, brucellosis, pes, pencegahan infeksi setelah pembedahan.

ESO :

Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia

pada pemberian jangka panjang, koalitis karena antibiotik.

Dosis :

Injeksi i.m, i.v lambat atau infus : 2-5 mg/kg/hari (dalam dosis terbagi

tiap 8 jam). Sesuaikan dosis pada gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar

dalam plasma.

Anak dibawah 2 minggu : 3 mg/kg tiap 12 jam : 2 minggu – 2 bulan : 2

mg/kg tiap 8 jam. Injeksi intratekal : 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai

5 mg/hari disertai pemberian i.m 2-4 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap

8 jam. Profilaksis endocarditis pada dewasa : 120mg.

Anak dibawah 5th

: 2mg/kg.

Note : kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan kadar

lembah (trough) tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.11

Amikasin Indikasi :

Infeksi gram negatif yang resisten terhadap gentamisin

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ESO :

Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia

pada pemberian jangka panjang, koalitis karena antibiotik.

Dosis :

Injeksi i.m, i.v lambat atau infus : 2-5 mg/kg/hari dibagi dalam 2 kali

pemberian.

Note : kadar puncak 91 jam tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan kadar

lembah tidak boleh lebih dar 10 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh

lebih dari 10 mg/liter

Tabel 2.4 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Aminoglikosida

2.8.1.3 Golongan Penisilin Spektrum Luas

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Ampisilin Mekanisme Kerja :

Menghambat sintesa dinding

bakteri melalui penghambatan

tahap akhir sintesa peptidoglikan

dinding protein bakteri.

Indikasi :

Infeksi saluran kemih, otitis media,

sinusitis, bronchitis, kronis,

salmonellosis invasi, gonore

ESO :

Mual, diare, ruam, kadang – kadang

terjadi colitis karena antibodi

Dosis :

Oral : 0,25 – 1 gram tiap 6 jam

diberikan 30 mnt sebelum makan

untuk gonore : 2 - 3 – 5 gr dosis

tunggal, ditambah 1 gr probenesid.

Infeksi saluran kemih : 500 mg tiap

8 jam, Infeksi intramuscular,

Ampisilin dapat diberikan per

oral, tapi yang diabsorpsi tidak

lebih dari separuhnya. Absopsi

lebih rendah lagi bila ada

makanan dalam lambung.

Ampisilin yang masuk ke dalam

empedu mengalami sirkulasi

enterohepatik, tetapi yang

diekskresi bersama tinja

jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi

ke CSS dapat mencapai kadar

yang efektif pada keadaan

peradangan meningen.

Ampisilin disekresi ke dalam

sputum sekitar 10% kadar serum.

Pada bayi prematur dan neonatus,

pemberian ampisilin

menghasilkan kadar dalam darah

yang lebih tinggi dan bertahan

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

intravena atau infus : 500 mg tiap 4

– 6 jam. Anak dibawah 10 th :

setengah dosis dewasa.

lebih lama dalam darah.10

Tabel 2.5 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Penisilin spektrum luas

2.8.1.4 Golongan Beta Laktam Lainnya

Nama Obat Farmakodinamik

Meropenem Meropenem merupakan antibiotik dengan spektrum luas mencakup

kuman gram positif dan gram negatif, aerob dan anaerob. Lebih

tahan terhadap enzim diginjal sehingga dapat diberikan tanpa

silastatin.

Indikasi :

Infeksi berat oleh kuman gram negatif yang resisten terhadap

antibiotik turunan penisilin dan sefalosporin generasi ketiga serta

resisten terhadap bakteri yang memproduksi extended spectrum

beta lactamase (ESBL)

ESO :

Mual, muntah, diare, ruam kulit, kejang, hipotensi

Dosis :

Infeksi standar

IV : 20 mg/kgBB/dosis

Infeksi berat

IV : 40 mg/kgBB/dosis pada meningitis yang disebabkan

Pseusomonas sp.12

Tabel 2.6 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Beta Laktam Lainnya

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.1.5 Kloramfenikol

Nama Obat Farmakologi

Farmakodinamik Farmakokinetik

Kloramfenikol Mekanisme Kerja :

Kloramfenikol bekerja dengan

menghambat sintesis protein kuman.

Indikasi :

Untuk infeksi berat akibat H. Influenzae,

demam tiroid, meningitis dan abses otak,

bacteremia, dan infeksi berat lainnya.

Kloramfenikol bersifat bakteriostatik

terhadap kuman yang peka seperti riketsia,

klamidia, mikoplasma, dan beberapa strain

kuman gram positif dan gram negatif.

ESO :

Kelainan darah yang reversible dan

ireversibel seperti anemia aplastic (dpt

berlanjut mnjadi leukemia), neuritis,

periper, neutitis optic, eritma multirorme,

mual, muntah, diare, stomatitis, glositis,

hemoglobinuria nocturnal.

Dosis :

Oral, injeksi i.v atau infus : 50mg/kg/hari

dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat

seperti septikemia dan infeksi SSP dosis

digandakan dan segera diturunkan apabila

terjadi perbaikan). Anak : 50-100

mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Bayi

dibawah 2 mnggu : 25 mg/kg/hari (dibagi

dlm 4 dosis) 2 mggu – 1 th : 50 mg/kg/hari

(dibagi 4 dosis)

Obat ini didistribusikan

secara baik ke berbagai

jaringan tubuh, termasuk

jaringan otak, cairan

serebrospinal dan mata.

Di dalam hati kloramfenikol

mengalami konjugasi

dengan asam glukuronat

oleh enzim glukuronil

transferase. Oleh karena itu

waktu paruh kloramfenikol

memanjang pada pasien

gangguan faal hati. Dari

seluruh kloramfenikol yang

diekskresi melalui urin,

hanya 5-10% dalam bentuk

aktif. Sisanya terdapat

dalam bentuk glukuronat

atau hidrolisat lain yang

tidak aktif. Bentuk aktif

kloramfenikol diekskresi

terutama melalui fitrat

glomerulus sedangkan

metabolitnya dengan sekresi

tubulus.10

Tabel 2.7 Farmakologi Obat Ensefalitis Golongan Kloramfenikol

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.2 Obat Ensefalitis Virus

2.8.2.1 Golongan Antiviral

Nama Obat Farmakologi

Farmakodinamik Farmakokinetik

Asiklovir Mekanisme Kerja :

Asiklovir diubah menjadi asiklovir

monofosfat oleh virus spesifik thymidine

kinase dan kemudian diubah menjadi

asiklovir trifosfat oleh enzim sel lainnya.

Asiklovir trifosfat menghambat sintesa

DNA dan replikasi virus dengan cara

berkompetisi dengan deoxyguanosine

triphosphate DNA polymerase virus dan

bergabung ke DNA virus.

Indikasi :

Herpes Simpleks dan Varisella Zoster.

ESO :

Ruam kulit, gangguan saluran cerna,

peningkatan bilirubin dan enzim hati,

peningkatan ureum dan kreatin, sakit

kepala, gangguan neurologis, gangguan

darah, lesu. Pada pemberian i.v dapat terjadi

inflamasi lokal yang berat (kadang-kadang

menimbulkan ulkus) bingun, halusinasi,

agitaso, tremor, somnolen, psikosis,

konvulsi dan koma.

Dosis :

Oral : Pengobatan herpes simpleks :

200mg (400mg pada immunosompromised

atau bila ada gangguan absopsi) 5x sehari

selama 5hr. anak dibawah 2th setengah

Absopsi : oral : 15-30%.

Distribusi Vd 0,8 L/kg 63,6 L)

terdistribusi luas misalnya ke

otak, ginjal, paru, hati, limpa,

otot, uterus, vagina dan CSS.

Ikatan protein 9-33%.

Metabolisme diubah oleh

enzim virus menjadi asiklovir

monofosfat dan kemudian

oleh enzim sel menjadi

difosfat dan akhirnya trifosfat

sebagai bentuk aktif.

Bioavaibilitas : oral : 10-20%

pd fungsi ginjal normal,

bioavaibilitas menurun dengan

peningkatan dosis. Waktu

paruh : terminal neonates

4jam, anak-anak 1-12th

2-

3jam, dewasa : 3jam. Waktu

untuk mencapai kadar puncak

diserum oral : 1,5-2jam.

Ekskresi urin : 62-90%

sebagai bentuk utuh dan

metabolit.10

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis dewasa. Diatas 2 th berikan dosis

dewasa.

Pencegahan herpes simpleks kambuhan :

200mg 4x sehari atau 400mg 2x atau 3x

sehari dan interupsi setiap 6-12bln.

Profilaksis herpes simpleks pada

immunocopromised 200-400 4x sehari.

Anak dibawah 2th dosis dewasa.

Pengobatan varisela dan herpes zoster

800mg 5x sehari selama 7hr. anak varisela :

20 mg/kg (maks. 800mg) 4x sehari selama

5hr. dibawah 2th : 200mg 4x sehari, 2-5th

:

400mg 4x sehari. Diatas 6th

: 800mg 4x

sehari.

Infus i.v (selama 1 jam) : pengobatan

herpes simpleks pada imunocompromised,

herpes genital berat awal dan varicella

zoster : 5 mg/kg setiap 8 jam biasanya

untuk 5hr, dosis digandakan 10mg/kg setiap

8 jam untuk varicella zoster pada

imunocompromised dan pada Ensefalitis

simpleks (bayi – 3 bulan, 10mg/kg tiap 8

jam biasanya 10hr pada ensefalitis).

Anak 3bln – 12th

herpes simpleks dan

varicella zoster : 250mg setiap 8 jam

biasanya 5hr. dosis digandakan 500mg

untuk varicella zoster pada

immunocompromised dan Ensefalitis

simpleks ( biasanya diberikan 10hr pd

Ensefalitis).12

Tabel 2.8 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Jamur Golongan Antiviral

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.3 Obat Ensefalitis Parasit

2.8.3.1 Golongan Linkosamida

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Klindamisin Klindamisin adalah obat pelengkap (komplemen)

bila penisilin tidak dapat diberikan. Klindamisin

bersifat bakteriostatik yang aktif terhadap aerob

gram-positif dan spektrum anaerob yang luas.

Penggunaannya terbatas karena efek samping kolitis

sering terjadi dan dapat berakibat fatal. Paling umum

terjadi pada wanita selama atau setelah pengobatan

dengan klindamisin.

Mekanisme Kerja :

Berikatan dengan ribosom 50s dan menekan sintesis

protein.

Indikasi :

Infeksi stafilokokus pada sendi dan tulang seperti

osteomielitis peritonitis, profilaksis endokarditis.

ESO :

Diare (hentikan pengobatan), sakit perut, mual,

muntah, kolitis karena antibiotik, ruam, ikterus,

gangguan fungsi hati, netropenia, eosinofilia,

agranulositosis dan trombositopenia nyeri, indurasi

dan abses flebitis setelah suntikan intra vena.

Dosis :

Osteomielitis dan peritonitis : Oral, 3 – 6 mg/kgBB

setiap 6 jam. Injeksi IM dalam atau infus IV.

Neonatus : 15 – 20 mg/kgBB/hari; > 1 bulan: 15-40

mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi. Infeksi berat

minimal 300 mg perhari, tanpa mempertimbangkan

berat badan.12

Klindamisin oral

bioavaibilitasnya

90%, jumlah serum

puncak 2,5, ikatan

protein ~90%, T1/2

2,4-3 jam, eliminasi

hepatik >90 bentuk

tidak berubah di

urin. Secara IM

jumlah serum

puncak 6-9, dan

secara IV jumlah

serum puncak 7-14.

Tabel 2.9 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Parasit Golongan Linkosamida

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.3.2 Kotrimoksazol (Trimetoprim – Sulfametoksazol)

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Kotrimoksazol

(Trimetoprim –

Sulfametoksazol)

Mekanisme kerja obat :

Sulfametoksazol menghambat sintesis

asam dihidrofolat bakteri berkompetisi

dengan asam para amiobenzoat.

Trimetoprim menghambat produksi

asam tetrahidrofolat dengan

menghambat enzim dihidrofolat

reduktase.

Indikasi :

Infeksi saluran kemih, infeksi saluran

napas (bronkitis, pneumonia, infeksi

pada fibrosis sistik), melioidosis,

listeriosis, brucellosis, otitis media,

infeksi kulit, pneumonia Pneumocystis

jiroveci.

Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap sulfonamid atau

trimetoprim, porfiria.

ESO :

Mual, muntah, ruam (termasuk

sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis

epidermal toksik, fotosensitivitas)

hentikan obat dengan segera.

Gangguan darah (neutropenia,

trombositopenia, agranulositosis dan

purpura) hentikan obat dengan segera.

Reaksi alergi, diare, stoatitis, glositis,

anoreksia, artralgia, mialgia.

Kerusakan hati seperti ikterus dan

Trimetoprm-

sulfametoksazol diabsorpsi

dengan cepat setelah

pemberian oral. Sekitar

44% trimetoprim dan 70%

sulfametoksazol terikat

dengan protein. Waktu

paruh dengan pemberian

oral, trimetoprim adalah 8-

11 jam dan

sulfametoksazol adalah

10-12 jam. Trimetoprim

dimetabolisme menjadi

bentuk yang lebih kecil

dan sulfametosazol

mengalami

biotransformasi menjadi

senyawa tidak aktif.

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

nekrosis hati, pankreatitis, kolitis

terkait antibiotik, eosinofilia, batuk,

nafas singkat, infiltrat paru, meningitis

aseptik, sakit kepala, depresi, konvulsi,

ataksia, tinitus. Anemia megaloblastik

karena trimetroprim, ganguan

elektrolit, kristaluria, gangguan ginjal

termasuk nefritis interstisialis.

Dosis :

Pengobatan pneumonia

Oral atau infus IV : Sulfametoksazol

hingga 100 mg/kgBB/hari +

trimetoprim

hingga 20 mg/kgBB/hari dalam 2-4

dosis terbagi selama 14-21 hari.

Profilaksis pneumonia Oral :

Sulfametoksazol 25 mg/kgBB +

trimetoprim 5 mg/kgBB dalam 2 dosis

terbagi selang sehari (3 kali seminggu)

Pemberian Oral :

Dapat diberikan dengan air pada

keadaan perut kosong. Parenteral :

Infus IV dalam 60-90 menit, harus

diencerkan 1:25. Pada pasien dengan

restriksi cairan yang ketat,

pengenceran 1:15 atau 1:10.10

Tabel 2.10 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Parasit Trimetoprim – Sulfametoksazol

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.4 Obat Ensefalitis Jamur

2.8.4.1 Golongan Triazol

Nama Obat Farmaodinamik Farmakokinetik

Flukonazol Mekanisme Kerja :

Mempengaruhi aktifitas Cytochrome P450,

menurunkan sintesa ergosterol (sterol utama

pada membran sel jamur) dan menghambat

pembentukkan membran sel.

Indikasi :

Kandidiasis vulvovaginitis, esofagus, orofaring

dan infeksi kandida sistemik

Formularium Anak

Meningitis akibat Cryptococcus neoformans,

terapi blastomikosis, koksidioidomikosis,

histoplasmosis. Infeksi jamur superfisial,

dermatofitosis, dan onikomikosis. Profilaksis

infeksi jamur berat pada pasien dengan HIV

dan pasien imunokompromais lainnya.

Umumnya digunakan untuk mengatasi

infeksi jamur sistemik pada pasien yang tidak

respons terhadap amfoterisin B.

ESO :

Nause, sakit perut, kadang kembung, gangguan

enzim hati, kadang-kadang ruam (hentikan obat

atau awasi secara ketat), angioudem,

anafilaksis, lesi bulosa, nekrolisis epidermal

toksik, sindrom Stevens-Johnsons, pada pasien

AIDS pernah dilaporkan reaksi kulit yang

hebat.

Dosis :

Berkisar 3-12 mg/kgBB/hari, dosis melebihi

Distribusi keseluruhan

tuuh, menembus

dengan baik CSS,

mata, cairan

peritoneal, dahak,

kulit, dan urin. Difusi

relatif dari darah ke

CSS adekuat dengan

atau tanpa inflamasi.

Ikatan protein plasma

11-12%.

Bioavailabilitas oral

>90%. Waktu paruh

eliminasi pada fungsi

ginjal normal sekitar

30 jam. Waktu untuk

mencapai puncak di

serum lewat oral 1-2

jam. Ekskresi lewat

urin (80% dalam

bentuk utuh).

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

600 mg/hari tidak dianjurkan.

Meningitis /septikemia karena kandida

Bayi < 3 bulan : 5-6 mg/kgBB/hari, oral atau

IV drip 1 jam. Kriptokokus Inisial 12

mg/kgBB/hari pada hari pertama, selanjutnya 6

mg/kgBB/hari sekali sehari.

Kandidiasis orofaring dan esofagus

6 mg/kgBB hari pertama, dilanjutkan dengan 3

mg/kgBB sehari. Dosis untuk kandidiasis dapat

dinaikkan sampai 12 mg/kgBB/hari jika

diperlukan, tergantung respons dan kondisi

pasien. Dosis untuk kandidiasis orofaring

perlu dilanjutkan sampai minimum 2 minggu

untuk mengurangi relaps. Dosis untuk

kandidiasis esofagus perlu dilanjutkan sampai

minimum 3 minggu dan paling sedikit 2

minggu setelah gejala hilang.

Kandidiasis sistemik

Dosis 6-12 mg/kgBB/hari

Profilaksis primer

Kriptokokosis pada bayi dengan HIV dan anak

dengan gangguan imunosupresi berat 3-6

mg/kgBB/ hari sekali sehari.

Profilaksis jangka panjang

untuk rekurensi kandidiasis mukokutaneus

(orofaring atau esofagus) atau kriptokokosis

pasien bayi dan anak dengan HIV : 3-6

mg/kgBB sekali sehari.

Untuk profilaksis koksidioidomikosis

digunakan 6 mg/kgBB sekali sehari.

Tabel 2.11 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Jamur Golongan Triazol

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.4.2 Golongan Polien

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Amfoterisin B Mekanisme Kerja :

Amfoterisin B berikatan kuat dengan

sterol yang terdapat pada membran sel

jamur, sehingga membran bocor

terjadi kehilangan beberapa bahan

intrasel dan mengakibatkan kerusakan

yang tetap pada sel. Bakteri, vius dan

riketsia tidak dipengaruhi oleh

antibiotik ini karena jasad renik ini

tidak mempunyai gugus sterol pada

membran selnya. Pengikatan

kolesterol pada membran sel hewan

dan manusia oleh antibiotik ini diduga

sebagai salah satu penyebab efek

toksiknya. Aktifitas anti jamur nyata

pada pH 6,0-7,5 berkurang pada pH

yang lebih rendah. Amfoterisin A dan

B merupakan hasil fermentasi dari

Streptomycin nodosus, 98% campuran

ini terdiri dari Amfoterisin B yang

mempunyai aktivitas anti jamur.

Merupakan antibiotik polien yang

bersifat basa amfoter lemah, yang

menyerang sel jamur yang sedang

tumbuh dan sel matang. Antibiotik ini

bersifat fungistatik atau fungisidal

tergantung dari dosis dan sesitivitas

jamur yang dipengaruhi.

Amfoterisin B sedikit sekali

diserap melalui saluran cerna.

Suntikan IV dengan dosis 0,6

mg/kgBB/hari akan

memberikan kadar antara 0,3-

1 μg/ml. Waktu paruh obat ini

kira-kira 24-48 jam pada

dosis awal yang diikutioleh

eliminasi fase kedua dengan

waktu paruh kira-kira 15hr,

sehingga kadar mantapnya

(Steady state concentration)

baru akan tercapai setelah

beberapa bulan pemberian.

Penyebaran ke jaringan dan

biotransformasi obat belum

diketahui seluruhnya. Kira-

kira 95% obat amfoterisin B

beredar dalam plasma terikat

pada lipoprotein. Kadar

amfoterisin B dalam cairan

pleura, peritoneal, sinovial

dan kuosa yang mengalami

peradangan hanya kira-kira

2/3 dari kadar sebagian kecil

mencapai CSS, humor vitreus

cairan amnion. Ekskresi obat

ini melalui ginjal berlangsung

lambat sekali, hanya 30% dari

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indikasi :

Digunakan untuk infeksi jamur

sistemik dan aktif pada sebagian jamur

dan ragi. Kandidas intestinal.

ESO :

Bila diberikan secara parenteral,

anoreksia, nausea, muntah, diare, sakit

perut, demam, sakit kepala, sakit otot

dan sendi, anemia, gangguan fungsi

ginjal (termasuk hypokalemia dan

hipomagnesemia) dan toksisitas ginjal,

toksisitas kardiovaskuler (termasuk

aritmia), gangguan darah dan

neurologis (kehilangan pendengaran,

diplopa, kejang, neuropati, perife),

gangguan fungsi hati (hentikan

terbuka), ruam, reaksi anafilaksis.

Dosis :

Oral : untuk kandidas intestinal 100-

200mg tiap 6 jam, injeksi i.v : infeksi

jamur sintematik, dosis percobaan

1mg selama 20-30mnt dilanjutkan

dengan 250 μg/kg/hr, pelan-pelan

dinaikkan sampai 1 mg/kg/hr,

maksimum 1,5 mg/kg/hr atau selang

sehari.10

jumlah yan diberikan pada 24

jam sebelumnya ditemukan

dalam urine.

Tabel 2.12 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Jamur Golongan Polien

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.4.3 Mikonazol Nitrat

Nama Obat Farmakodinamik

Mikonazol Nitrat Indikasi :

Topikal untuk terapi tinea pedis, tinea kruris, dan tinea

korporis yang disebabkan oleh T. mentagrophytes, T.

Rubrum atau Epidermophyton floccosum Terapi pityriasis

versicolor yang disebabkan oleh Malassezia

furfur, serta untuk terapi kandidiasis kutaneus (moniliasis).

ESO :

Iritasi, rasa terbakar kadang-kadang terjadi. Dermatitis

kontak dilaporkan terjadi pada pemakaian derivat imidazol,

reaksi sensitivitas silang dapat terjadi pada derivat imidazol

(misalnya klotrimazol, mikonazol, ekonazol, oksikonazol,

tiokodazol, sulkonazol).

Dosis :

Pityriasis versicolor: 1 x/hari. Kandidiasis kutan : 2 kali/hari.

Untuk kandidiasis kutan dan tinea kruris/korporis perlu

dipakai selama 2 minggu, dan tinea pedis selama 1 bulan.

Jika perbaikan klinis tidak terlihat setelah penggunaan 1

bulan maka diagnosis perlu dievaluasi kembali.

Note. Mikonazol nitrat topikal tidak boleh digunakan pada

anak < 2 tahun kecuali atas perintah dan supervisi dokter.

Penggunaan obat ini pada anak 2-11

tahun perlu diawasi oleh orang dewasa. Jika terjadi iritasi

atau kulit pasien tidak membaik dalam 2 minggu untuk tinea

kruris atau 4 minggu untuk tinea pedis atau korporis, obat

harus

dihentikan dan pasien perlu diperiksa dokter.12

Tabel 2.13 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Jamur Mikonazol Nitrat

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.4.4 Fosfomisin Na

Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

Fosfomisin Na Indikasi :

Pencegahan infeksi pd pembedahan

abdomen.

Dosis :

Dws 2-4 g. Anak 100-200 mg/kgBB.

Keduanya dengan drip infus IV terbagi

dlm 2 dosis. Inj IV Sama dg drip infus

IV, tetapi diberikan terbagi dlm 2-4

dosis.

ESO :

Hati: SGOT, SGPT dan ALP, LDH,

γ-GPT dan bilirubin dapat meningkat.

Ginjal: Proteinuria dan kelainan pada

tes Fishberg mengembangkan dalam

kasus yang jarang, dan kadang-kadang

nilai BUN tinggi dan edema dapat

berkembang. Organ pernapasan: Batuk

dan serangan asma dapat

mengembangkan pada kesempatan

langka. sakit kepala dan perasaan mati

rasa dari bibir setelah penggunaan

Fosmicin. Selain itu, dalam kasus

pemberian dosis besar, kejang.

Gangguan hematologi: Pada

kesempatan langka, agranulositosis

dapat berkembang, dan anemia,

eosinofilia, granulositopenia dan

trombositopenia.

Pencernaan: Stomatitis, mual, muntah,

Penyerapan dan Ekskresi:

konsentrasi darah puncak

rata-rata 157,3 mcg / mL

dicapai pada saat

penyelesaian infus. Ini secara

bertahap menurun setelahnya,

mendekati tingkat 2,6 mcg /

mL pada 12 jam setelah infus.

Serum paruh adalah 1,8 jam.

Tingkat pemulihan kemih

adalah 96% dari rata-rata

dalam 2 jam pertama.

Berdifusi efisien untuk organ

dan jaringan dan

diekskresikan dalam urin

dalam bentuk tidak berubah

aktif.

Konsentrasi jaringan : Pada

pasien dengan infeksi saluran

pernapasan, IV injeksi 1 g

menghasilkan konsentrasi

sputum rata-rata 7 mcg / mL

selama 3 jam pertama setelah

injeksi.

Distribusi ke cairan

cerebrospinal diamati pada

pasien dengan meningitis

setelah injeksi IV atau terus-

menerus infus IV drip.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sakit perut, diare dan anoreksia

kadang-kadang berkembang.

Kulit: Letusan, urtikaria, eritema dan

gatal jarang mengembangkan.

Injection Site: Flebitis berkembang

pada kesempatan langka dan angialgia

sesekali dapat terjadi.

Lainnya: Ada kejadian sakit kepala

kusam, mulut kering, vertigo dan

ketidaknyamanan dada dan kadang-

kadang, pasien mungkin mengalami

perasaan tekanan pada dada.13

Toksikologi: Toksisitas akut:

LD50 natrium fosfomycin

(FOM-Na)

Tabel 2.14 Farmakologi Obat Ensefalitis Anti Jamur Fosfomisin Na

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.9 Gejala Sisa dan Komplikasi

Gejala sisa maupun komplikasi karena Ensefalitis dapat melibatkan

susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,

penglihatan dan pendengaran, sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan

sistem lain dapat terlibat secara menetap.

Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan

koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.

Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental

karena kerusakan SSP berat. Komplikasi yang terjadi pada Ensefalitis adalah :

pasien dapat mengalami ketidakmampuan permanen, kerusakan otak atau

meninggal akibat ensefalitis dan dapat timbul kejang.14

2.10 Prognosis

Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan.

Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit

yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat mengancam

kehidupan penderita. Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak

bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya

mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat. Ensefalitis yang disebabkan

oleh VHS memberi prognosis yang lebih buruk daripada prognosis virus

entero.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

a. Rekam Medik adalah suatu dokumen yang berisikan tentang catatan pasien

seperti karakteristik pasien, pemeriksaan (test kultur),

tindakan dan pengobatan.

b. Pasien Ensefalitis adalah penderita penyakit Ensefalitis yang mengalami

peradangan pada jaringan otak yang disebabkan

oleh mikroba seperti bakteri, cacing, protozoa,

jamur, ricketsia atau virus.

c. Obat adalah Suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,

mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau

gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah

pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau

bagian tubuh manusia.15

Rekam Medik

Pasien Ensefalitis

Pemeriksaan Data

Obat yang digunakan pada

pasien penderita Ensefalitis di

RSUP Fatmawati Jakarta periode

tahun 2012 – 2015.

39

No. Rekam Medik, Nama,

Usia, Jenis kelamin, Latar

Belakang Pendidikan,

Gejala Klinis.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta

mulai bulan febuari 2016 s.d maret 2016.

4.2 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross section dengan pengambilan

data dilakukan secara retrospektif. Diharapkan dengan metode ini, tujuan

penelitian dapat tercapai.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah catatan data rekam medik pasien

Ensefalitis yang menggunakan obat dan terdapat datanya di RSUP

Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sampel dengan pengambilan

secara total sampling yaitu sebanyak 67 pasien Ensefalitis.

4.4 Kriteria Inklusi

1. Rekam medik pasien penderita Ensefalitis yang catatannya lengkap.

2. Rekam medik pasien penderita Ensefalitis yang dirawat inap di RSUP

Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

3. Pasien penderita Ensefalitis yang menggunakan obat.

4. Pasien penderita Ensefalitis dan penyertanya.

5. Indikator terapi ( sebagai panduan ) untuk mengetahui akhir dari

pengamatan.

40

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5 Pengumpulan Data

1. Data Pasien

2. Rekam medik pasien Ensefalitis

3. Catatan penggunaan obat di depo farmasi

4.6 Cara Kerja

1. Peneliti mengambil data rekam medik pasien dengan membawa nama

dan nomor rekam medik pasien periode tahun 2012 - 2015. Data yang

diambil meliputi:

a. Nama, usia, jenis kelamin

b. Tanggal masuk Rumah Sakit

c. Tanggal Keluar Rumah Sakit

d. Diagnosis penyakit

e. Obat-obat yang digunakan

2. Peneliti mengambil data dari catatan penggunaan di depo farmasi pada

periode tahun 2012 - 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

4.7 Rencana Analisa

Setelah data didapat dari rekam medik kemudian analisis data dilakukan

secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang ada, antara lain:

a. Karakteristik dari pasien ( jenis kelamin, umur dan latar belakang) di

RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

b. Distribusi gejala klinis yang paling banyak dialami oleh pasien

penyakit Ensefalitis di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 –

2015.

c. Distribusi pasien Ensefalitis dibedakan berdasarkan pasien yang

memiliki komplikasi atau penyakit penyerta dengan pasien yang tidak

memiliki komplikasi atau penyaki penyertanya.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Distribusi pasien penyakit Ensefalitis berdasarkan jenis komplikasi

atau penyakit penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun

2012 – 2015.

e. Distribusi pasien berdasarkan penggunaan obat yang paling banyak

digunakan dalam mengatasi gejala klinis di RSUP Fatmawati Jakarta

periode tahun 2012 – 2015.

f. Distribusi pasien berdasarkan penggunaan obat yang paling banyak

digunakan dalam mengatasi penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor

penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015.

g. Distribusi kondisi pasien Ensefalitis pada saat pulang setelah

melakukan pengobatan di RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun

2012 – 2015.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Proses pengambilan data di rekam medik RSUP Fatmawati dimulai

dengan mengelompokkan data rekam medik pasien yang menderita penyakit

Ensefalitis yang dirawat inap pada tahun 2012 – 215. Data yang diambil

meliputi data karakteristik pasien sesuai dengan inklusi (pasien dengan

diagnosa Ensefalitis dan penyertanya, data rekam medik lengkap, pasien yang

mendapatkan pengobatan dan rawat inap). Dari 159 data rekam medik yang

berada dipoli syaraf bagian neurologi jumlah pasien yang menderita Ensefalitis

berjumlah 67 pasien yang menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati tahun

2012 – 2015. Selebihnya adalah pasien Meningitis, Ensefalopati, Paraparese,

Myelitis, Meningoensefalitis dan Infeksi Intrakranial.

5.1.1 Hasil Analisis Karakteristik Pasien Ensefalitis Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di RSUP Fatmawati Periode Tahun 2012 – 2015

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki – Laki Perempuan

N % N % N %

0 – 5 17 53.1 19 54.3 36 53.8

6 – 15 4 12.5 7 20 11 16.4

>15 11 34.4 9 25.7 20 29.8

Jumlah 32 100 35 100 67 100

Pengelompokkan umur diatas berdasarkan R Malau et al (2012).

43

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel diatas menunjukkan hasil bahwa pasien yang menderita

Ensefalitis sebagian besar pada umur 0–5 tahun (53.8%), umur 6–15 tahun

(16.4%) dan umur >15 (29.8%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin pasien

yang menderita Ensefalitis laki – laki (48%) dan perempuan (52%).

5.1.2 Hasil Analisis Karakteristik Pasien Ensefalitis Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan di RSUP Fatmawati Periode Tahun 2012 -

2015

Gambar 5.1 Grafik Pasien Penyakit Ensefalitis Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan Pasien di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Grafik diatas menunjukkan hasil bahwa pasien paling banyak yang

menderita Ensefalitis adalah pasien dengan latar belakang pendidikan belum

sekolah (53.8%). Selebihnya adalah dengan latar belakang pendidikan sekolah

dasar, SLTP, SLTA,universitas dan pensiunan.

53.8%

16%

10%

13%

5% 2%

Belum atau Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Universitas Pensiun

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.1.3 Hasil Analisis Diagnosa Pasien Ensefalitis Berdasarkan Gejala

Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Tabel 5.2 Distribusi Gejala klinis Pasien Ensefalitis di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Gejala Klinis N %

Kejang 58 86.5

Penurunan Kesadaran 40 59.7

Tangan dan Kaki Kaku 10 15

Leher Kaku 2 3

Mata Melotot 10 15

Sulit Berkomunikasi (Bicara Kacau) 7 10.4

Demam 40 59.7

Batuk 11 16.4

Sakt Kepala 9 13.4

Muntah Mual 37 55.2

Diare 25 37.3

Sesak Nafas 8 12

Tidak Nafsu Makan 3 4.5

Pucat 2 3

Selalu Mengantuk 2 3

Gelisah 2 3

Lemas 6 9

BB Menurun 1 1.5

Keterangan : N = Pasien

Tabel diatas menunjukkan bahwa gejala klinis yang terjadi pada pasien

Ensefalitis yang paling banyak adalah yang mengalami gejala klinis seperti

kejang (86.5%), demam (59.7%) dan penurunan kesadaran (59.7%).

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Komplikasi

10

7

2

5

10

4 2

4 4 4 2

5 7

4 5

2 2

5

Pneumonia Diare Akut Dehidrasi Berat Suspec Immunocomprised

Sepsis TBC Paru HIV Aids

HFMD Hipokalami Gizi Kurang

Gagal Nafas Infeksi Saluran Kemih Hidrosefalu

Anemia Hiperglikemia Hipokalemi

Hemiparese Dextra SLE Bronkapneumonia

5.1.4 Hasil Analisis Pasien Penyakit Ensefalitis dibedakan Berdasarkan

Komplikasi atau Penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta Periode

Tahun 2012 – 2015

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Ensefalitis dibedakan Berdasarkan Komplikasi atau

Penyakit Penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 - 2015

Perbedaan N %

Pasien dengan komplikasi atau

penyertanya

55 68.57

Pasien tanpa komplikasi atau

penyertanya

12 31.43

Jumlah 67 100

Keterangan : N = Pasien

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pasien Ensefalitis dengan

komplikasi atau penyertanya (68.57 %). Sedangkan pasien tanpa komplikasi

atau penyertanya (31.43%).

5.1.5 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis Komplikasi atau

penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta Pada Tahun 2012 – 2015

Gambar 5.2 Diagram Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis

Komplikasi atau Penyertanya di RSUP Fatmawati Periode Tahun 2012 - 2015

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 67 pasien Ensefalitis yang

dirawat di RSUP Fatmawati periode tahun 2012 – 2015, pasien dengan

komplikasi atau penyerta yang paling banyak dialami oleh pasien Ensefalitis

adalah penyakit seperti TB Paru dan Pneumonia (10%).

5.1.6 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Profil Penggunaan

Obat dalam Mengatasi Gejala Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta

Pada Tahun 2012 – 2015

Tabel 5.4 Distribusi Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Gejala klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 2015

Gejala Klinis N % Pengobatan N %

Demam 31 45 Parasetamol 30 45

Caferzon drop 1 1.5

9 13.4 - - -

Kejang 53 79.1 Fenitoin 30 45

Bactofen 2 3

Sibital 6 9

Piracetam 2 3

Diazepam 6 9

Luminal 3 4.5

Kalsetin 1 1.5

5 7.46 - - -

Batuk 11 10.4 Ambroxol 6 9

Proress Supp 1 1.5

4 6 - - -

Sakit Kepala 9 10.4 Parasetamol 5 7.4

Diare 25 37 Ranitidin 10 15

Zinkid 5 7.4

L – Bio 4 6

Bicnat 1 1.5

Omeprazole 6 9

2 3 - - -

Mual/muntah 37 55.2 Ranitidin 8 12

29 43.2 - - -

Mengurangi

Kerusakan Otak

10 15 Citicholin 10 15

Memulihkan gejala

pasca trauma

2 3 Piracetam 2 3

Diuretik Osmotik 4 6 Manitol 4 6

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : N = Pasien - = Tidak diketahui

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa obat yang paling banyak

digunakan pasien Ensefalitis dalam mengatasi gejala klinis adalah Fenitoin

(45%) dan Parasetamol (45%).

5.1.7 Hasil Analisis Pasien Ensefalitis Berdasarkan Profil Penggunaan

Obat dilihat dari Faktor Penyebab Ensefalitis di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Tabel 5.5 Distribusi Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati Periode Tahun 2012 - 2015

Faktor Penyebab N % Pengobatan N %

Bakteri 47 70.1 Seftriakson 30 45

Sefotaksim 9 13.4

Seftrazidim 3 4.5

Gentamisin 2 3

Meropenem 4 6

Kloramfenikol 1 1.5

Amikasin 4 6

Dehindrasi ringan –

sedang

1 1.5 Renalit 100cc 1 1.5

TBC Paru 10 15 Rifampisin 1 1.5

INH 1 1.5

Pirazinamid 1 1.5

Etambutol 1 1.5

7 10.4 - - -

Pencegahan infeksi

bakteri pasca

operasi

2 3 Metronidazole 2 3

Pereda rasa sakit

setelah operasi

1 1.5 Tramadol 1 1.5

Mengendalikan

tekanan darah

1 1.5 Vascon

(norepineprin)

1 1.5

Glukoma 4 6 Asetazolamide

(Diamox)

2 3

Glaucon 2 3

Edema 1 1.5 Albumin 1 1.5

Peradangan

(inflamasi)

1 1.5 Metil Prednisolon 1 1.5

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ampisilin 1 1.5

Virus 27 40.2 Asiklovir 27 40.2

Jamur 3 4.5 Fluconazole 2 3

Mikonazole nitrat 1 1.5

Fosmycin 1 1.5

Parasit 4 6 Pirimetamin 4 6

Klindamisin 2 3

Mengatasi radang 34 50.7 Deksametason 34 50.7

Keterangan : N = Pasien

Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa faktor penyebab terbanyak

adalah bakteri (70,1%) dilanjutkan oleh virus (40,2%). Penggunaan obat

tersering dalam mengatasi Ensefalitis adalah obat golongan sefalosporin

Seftriakson (45%), obat golongan antiviral Asiklovir (40.2%) dan dalam

mengatasi peradangan yang terjadi digunakan obat golongan kortikosteroid

Deksametason (50.7%).

5.1.8 Hasil Analisis Kondisi Pasien Penyakit Ensefalitis Pada Saat Setelah

Melakukan Pengobatan di RSUP Fatmawati Periode Tahun 2012 –

2015

Tabel 5.6 Distribusi Kondisi Pasien Penyakit Ensefalitis Pada Saat Setelah

Melakukan Pengobatan di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Keadaan Sewaktu

Pulang

Umur (Tahun)

Jumlah 0 – 5 th 6 – 15 th > 15 th

N % N % N % N %

Pulang Sembuh atau

Pulang Berobat Jalan

28 41.7 10 14.9 11 16.4 49 73.1

Pindah Rumah Sakit - - - - - - - -

Pulang Atas Permintaan

Sendiri

- - 1 1.5 - - 1 1.5

Pulang Meninggal

Dunia

10 14.9 1 1.5 6 8.9 17 25.4

Jumlah 38 56.7 12 17.9 17 25.4 67 100

Keterangan : N = Pasien - = Tidak diketahui

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 67 pasien Ensefalitis yang

dirawat di RSUP Fatmawati lebih banyak yang pulang sembuh atau berobat

jalan (73.1%) dengan rentang umur tertinggi berada pada umur 0-5th dengan

jumlah persentasi (41.7%).

5.6 Pembahasan

5.6.1 Keterbatasan Penelitian

Menjadi keterbatasan dalam penelitian diantara lain : Keterbatasan

rekam medik karena banyaknya rekam medik yang tidak ditemukan oleh

petugas rekam medik, keterbatasan waktu penelitian, keterbatasan biaya

penelitian, dan pengambilan data secara retrospektif sehingga tidak semua

informasi dapat diperoleh dengan lengkap.

5.6.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan sampel sebanyak 67

rekam medik yang telah melalui seleksi secara inklusi dan eklusi sehingga

didapat hasil dibawah ini :

1. Karakteristik Pasien Ensefalitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Kelompok umur pasien Ensefalitis ini menurut R Malau et al (2012)

dimulai pada umur <5 tahun hingga >15 tahun. Berdasarkan usia distribusi

pasien penderita Ensefalitis lebih tinggi adalah pada kelompok umur <5 tahun

(53.8%). Pada umumnya Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur

tetapi sering terjadi pada anak usia <5 tahun. Hal ini sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh R Malau et al (2012) dimana pada penelitian tersebut

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan kelompok umur <5 tahun.16

Hal ini dikarenakan pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko

yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius. Pada anak dengan

usia di antara dua bulan sampai dengan 3 tahun, terdapat peningkatan risiko

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terkena penyakit yang serius akibat berkurangnya IgG yang merupakan bahan

bagi tubuh untuk membentuk sistem komplemen yang berfungsi mengatasi

infeksi. Pada anak dibawah usia tiga tahun pada umumnya terkena infeksi virus

yang berakhir sendiri, tetapi bisa juga terjadi bakteremia yang tersembunyi

(bakteremia tanpa tanda fokus). Bakteremia yang tersembunyi biasanya

bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri akan tetapi juga dapat menjadi

pneumonia, meningitis, ensefalitis, arthritis dan pericarditis.17

Sedangkan berdasarkan jenis kelamin peneliti mendapatkan bahwa

pasien yang paling banyak menderita Ensefalitis adalah pasien perempuan

(52%), sedangkan untuk pasien laki – laki (48%). Perbandingan yang tidak

terlalu jauh antara pasien dengan jenis kelamin perempuan dan pasien dengan

jenis kelamin laki – laki. Hal ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh R Malau et al (2012) dimana pada penelitian tersebut yang paling banyak

adalah pasien laki – laki. Disebabkan pada penelitian yang dilakukan oleh R

Malau et al (2012) mencakup infeksi yang terjadi di jaringan dan meningen

(Meningoensefalitis) pada sistem saraf pusat, sedangkan peneliti hanya

mencakup infeksi yang terjadi di jaringan sistem saraf pusat (Ensefalitis). Pada

dasarkan penyakit Ensefalitis ini tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin,

sehingga penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik laki-laki maupun

perempuan.

2. Karakteristik Pasien Penderita Ensefalitis Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Latar belakang dari pasien penderita Ensefalitis yang dirawat di RSUP

Fatmawati terbanyak adalah dengan latar belakang pendidikan belum sekolah

sebesar 53,8%. Hal ini dikarenakan pasien tersebut masih tergolong balita atau

belum cukup mengerti mengenai bakteri dan infeksi yang dapat menyerang

sistem saraf pusat (SSP) dan pada umumnya penyakit Ensefalitis menyerang

anak – anak yang memiliki sistem imun yang lemah.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP

Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Dari 67 pasien Ensefalitis yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat hasil gejala klinis yang terjadi pada pasien penyakit Ensefalitis paling

banyak adalah yang mengalami gejala klinis seperti kejang, demam dan

penurunan kesadaran. Hal ini terjadi karena faktor penyebab Ensefalitis

menyerang otak yang mengakibatkan pasien mengalami gejala klinis sebagai

tanpa bahwa jaringan otak sudah terserang. Gejala klinis tersebut sama hal nya

dengan yang dikemukakan oleh Lin JJ, et al 2008, Ensefalitis adalah infeksi

akut pada parenkim otak dengan karakteristik klinis demam tinggi, nyeri

kepala, dan penurunan kesadaran. Gejala lain yang mungkin adalah defisit

neurologis fokal atau multifokal, dan kejang fokal atau general (menyeluruh).18

Demam yang terjadi pada pasien Ensefalitis merupakan reaksi

fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Demam dapat

disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat

infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur maupun parasit.

Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak

antara lain pneumonia, bronchitis, psteomyelitis, appendicitis, tuberculosis,

bakterimia, sepsis, bacterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis,

otitis media, infeksi saluran kemih dan lain-lain.19

Demam yang terjadi pada

anak umumnya adalah demam yang disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi

infeksi bakteri yang serius dapat juga terjadi pada anak dan menimbulkan

gejala demam seperti bacteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia,

meningitis, Ensefalitis dan osteomyelitis.

Demam merupakan peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal

sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di

hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,20C. Derajat suhu

yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥380C atau oral

temperature ≥370C atau axillary temperature ≥37,2

0C. Pernyataan tersebut

sangat sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien Ensefalitis yang rata-

rata suhu penderita tersebut bisa mencapai ≥380C.

20

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya, Pasien Ensefalitis paling banyak yang mengalami gejala

klinis seperti kejang (86.5%) dikarenakan manifestasi abnormalitas kelistrikan

pada otak yang menyebabkan perubahan sensorik, motorik, dan tingkah laku.

Penyebab terjadinya kejang antara lain trauma terutama pada kepala,

Ensefalitis (radang otak), obat, birth trauma (bayi lahir dengan cara vacuum –

terkena kuli kepala – trauma), penghentian obat depresan secara tiba-tiba,

tumor, demam tinggi, hipoglikemia, asidosis, alkalosis, hipokalsemia,

idiopatik.

Mekanisme terjadinya serangan kejang adalah karena adanya sekelompok

neuron yang mudah terserang membentuk suatu satuan epileptik fungsional

yang disebut fokus. Adanya muatan yang bersama-sama memasuki neuron-

neuron tersebut menyebabkan terjadinya sinkronisasi. Sinkronisasi merupakan

syarat terjadinya serangan. Jika banyak terjadi sinkronisasi (hipersinkronisasi)

maka akan terjadi penyebaran rangsangan ke daerah-daerah lain di otak,

akibatnya terjadi kejang. Ensefalitis biasanya ditandai dengan gejala panas

tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang,

minum sangat berkurang, konstipasi, diare, nyeri kepala, kekakuan leher,

perubahan kesadaran.21

Kerusakan neurologis permanen pada Ensefalitis

dengan aktifitas kejang yang tidak terkontrol dan berkepanjangan dapat

disebabkan oleh invasi virus langsung, respon imun pasien yang teraktivasi

oleh pathogen, atau kematian neuron yang diinduksi oleh status epileptikus.18

4. Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Komplikasi atau Penyakit

Penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Fatmawati, pasien

penderita Ensefalitis terbanyak adalah pasien dengan komplikasi atau penyakit

penyerta (68,57%) jika dibandingkan dengan pasien tanpa komplikasi atau

penyakit penyerta (31,43). Seperti dikutip dalam buku Neurologi Klinis, Ed. I,

gejala sisa maupun komplikasi karena Ensefalitis dapat melibatkan susunan

saraf pusat sehingga mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,

penglihatan dan pendengaran, sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan

sistem lain dapat terlibat secara menetap.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan

koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.

Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental

karena kerusakan SSP berat. Komplikasi yang terjadi pada Ensefalitis adalah

pasien dapat mengalami ketidakmampuan permanen akibat Ensefalitis, dapat

timbul kejang, kerusakan otak atau meninggal.16

5. Distribusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis Komplikasi atau

Penyakit Penyertanya di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012

– 2015

Menurut data yang telah diambil penyakit penyerta atau komplikasi yang

terjadi pada pasien dengan Ensefalitis di RSUP fatmawati bermacam-macam.

TB Paru merupakan penyakit penyerta atau komplikasi yang paling banyak

dialami oleh pasien penderita Ensefalitis di RSUP Fatmawati dengan nilai

persentase sebesar 10% dan umumnya menyerang anak-anak. Hal tersebut

sama dengan yang diungkapkan oleh Antoni Lamini (2002) bahwa TB paru

pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak dan disebut

sebagai meningitis (radang selaput otak). Gejalanya adalah demam tinggi,

adanya penurunan kesadaran dan kejang.22

Selanjutnya, komplikasi atau penyakit penyerta yang paling banyak

dialami oleh pasien Ensefalitis adalah Pheumonia (10%). Bahkan pada pasien

penderita Ensefalitis di RSUP Fatmawati ada yang sampai menyebabkan

kematian, dan paling banyak menyerang anak – anak dengan kelompok umur 0

– 5 tahun. Jenis pneumonia tersering di RSUP Fatmawati adalah pneumonia

aspirasi. Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang

terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun (anak-balita).

Pneumonia membunuh anak lebih banyak daripada penyakit lain apapun,

mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta

anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.

Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the number

one killer of children).23

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada bayi baru lahir, pneumonia seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi

virus Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif seperta bakteri

Coli, TORCH, Streptokokus dan Pneumokokus. Pada Bayi, pneumonia

biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu Adenovirus, Coxsackie,

Parainfluenza, Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan

bakteri yaitu B. streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S. pneumoniae,

S. aureus, Chlamydia. Pneumonia pada balita dan anak pra-sekolah disebabkan

oleh virus, yaitu: Adeno, Parainfluenza, Influenza or B, dan berbagai bakteri

yaitu: S. pneumoniae, Hemophilus influenzae, Streptococci A, Staphylococcus

aureus, Chlamydia. Pada anak usia sekolah dan usia remaja, pneumonia

disebabkan oleh virus, yaitu Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan

berbagai bakteri, yaitu S. pneumoniae, Streptococcus A dan Mycoplasma.24

6. Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Gejala Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Dari 58 pasien (86.5%) Ensefalitis terbanyak mengalami gejala klinis

seperti kejang 53 pasien (79.1%). 45% pasien menggunakan Fenitoin untuk

mengatasi kejang dengan 2 dosis terbagi. Fenitoin adalah obat pilihan pertama

untuk serangan tonik-klonik, tonik atonik dan parsial (kompleks dan

sederhana) dan juga dapat untuk serangan mioklonik. Obat ini merupakan

kontra indikasi untuk serangan umum lena, tetapi kadang-kadang bermanfaat

untuk mengobati serangan lena atipik. Obat ini digunakan untuk mengobati

epilepsi oleh berbagai etiologi dan pada berbagai umur.

Banyak ahli penyakit saraf di Indonesia lebih menyukai penggunaan

fenobarbital karena Fenitoin memiliki batas keamanan yang sempit, efek

samping dan efek toksik ringan tapi cukup menganggu teruama pada anak.

Fenitoin juga bermanfaat terhadap bangkitan parsial kompleks. Pada sebagian

besar pasien dewasa, Fenitoin dapat diberikan sekali sehari dan biasanya paling

baik pada malam hari. Pada sejumlah pasien terutama pada dosis tinggi,

dianjurkan pemberian 2 kali sehari. Untuk anak sebaiknya diberikan 2 kali

sehari. Dosis awal obat ini dapat dimulai dengan 200mg malam hari dan

dinaikkan sebanyak 20 – 100mg setiap minggu.25

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari 40 pasien Ensefalitis (59.7%), 45% pasien menggunakan

Parasetamol dalam mengatasi demam. Obat-obatan yang dipakai dalam

mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen). Parasetamol

cepat bereaksi dalam menurunkan panas. Pada anak-anak, dianjurkan untuk

pemberian parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak

dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye

pada anak-anak. Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai

pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat

diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya

sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan.19

7. Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Ensefalitis Berdasarkan

Faktor Penyebab Ensefalitis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode

Tahun 2012 – 2015

Antibiotik sefalosporin digunakan untuk terapi meningitis, pneumonia

dan septikemia. Sefalosporin mempunyai mekanisme kerja serta farmakologi

yang sama dengan penisilin. Sefalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi dan

bisa terjadi sensitivitas silang terhadap penisilin. Sefalosporin terutama

diekskresikan oleh ginjal dan aksinya dapat diperpanjang dengan probenesid.

Semua sefalosporin mempunyai spektrum aktivitas anti bakteri yang sama luas,

meskipun obat-obat individual mempunyai aktivitas yang berbeda untuk

melawan bakteri tertentu. Sefadroksil diberikan secara oral dan digunakan pada

infeksi saluran kemih dimana organisme penyebabnya resisten terhadap

antibiotik lain. Sefuroksim diberikan melalui suntikan, seringkali sebagai

profilaksis dalam pembedahan (biasanya dengan metronidazol untuk melawan

bakteri anaerob). Sefuroksim resistensi terhadap inaktivasi oleh ƥ-laktamase

bakteri dan digunakan pada infeksi serius dimana antibiotik lain tidak efektif.

Seftazidim mempunyai kisaran aktivitas lebih besar dalam melawan bakteri

Gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang aktif

dibandingkan sefuroksim dalam melawan organisme Gram positif misalnya

Staphylococcus aureus. Seftazidim mencapai sistem saraf pusat dan digunakan

pada meningitis yang disebabkan oleh organisme Gram negatif. Seftriakson

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mempunyai waktu paruh yang lebih panjang daripada sefalosporin lainnya dan

hanya diberikan sekali sehari.

Seftriakson merupakan sefalosporin generasi ketiga obat ini sangat

direkomendasikan untuk mengatasi Ensefalitis bakteri. Seftriakson memiliki

waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosporin yang lain, sehingga

cukup diberikan satu kali sehari dengan dosis 20 – 50 mg/kg/hari. Namun bila

dosis lebih dari 1gr harus diberikan 2x atau lebih. Seperti pada pedoman

pengobatan dalam jurnal “The Management of Encephalitis : Clinical Practice

Guidelines by The Infectious Diseases Society of America” Seftriakson

digunakan untuk menangani Ensefalitis bakteri. Seftriakson bekerja dengan

tiga prinsip : pertama, obat berikatan dengan penicillin-binding protein (PBP)

pada kuman. Kedua, menghambat reaksi transpeptidase (tahap ketiga antar

rantai peptidoglikan dalam rangkaian pembentukan dinding sel bakteri).

Ketiga, obat mengaktivasi enzim autolisis pada dinding sel bakteri tersebut.

Seftriakson merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang diberikan

secara parenteral.26

Seftriakson merupakan obat yang paling sering digunakan di RSUP

Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015 menandakan bahwa kebanyakan

bakteri pada spesimen pus telah resisten terhadap kedua obat tersebut.

Sefalosporin generasi ketiga merupakan obat pilihan untuk infeksi serius akibat

bakteri enterik gram-negatif sangat resisten terhadap beta-laktamase dan

mempunyai aktivitas baik terhadap banyak bakteri.27

Sefotaksim dan Seftrazidim diindikasikan untuk Infeksi bakteri gram

positif dan gram negatif. Profilaksis pada pembedahan, Epiglotitis karena

hemofilus. Efek samping kedua obat ini sama berupa diare dan colitis yang

disebabkan oleh antibiotik (keduanya karena penggunaan dosis tinggi) mual

dan muntah. Rasa tidak enak pada saluran cerna, sakit kepala, reaksi alergi

berupa ruam, pruritus, urtikaria, demam dan atralgia, anafilaksis, eritema,

multiforme, nekrolisis epidermal toksis. Gangguan fungsi hati, hepatitis

sementara dan ikterus kolestatis Gangguan darah : eosinophilia,

trombositopenia, leukopenia, agranulositosis, anemia aplastic, anemia

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hemolitik. Nefritis interstisial reversible. Gangguan tidur, hiperaktivitas,

bingung, hypertonia dan pusing. Dosis untuk sefotaksim digunakan dalam 2-4

kali pemberian dengan dosis 100 - 500 mg/kg/hari. Pada infeksi berat dapat

ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari. Dosis untuk seftrazidim digunakan

maksimum 6 gr/hari dibagi 3x pemberian.28

Penggunaan obat sefotaksim dan

seftrazidim pada pasien Ensefalitis di RSUP Fatmawati sama dengan petunjuk

pemberian yang telah dijelaskan sebelumnya.

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang

digunakan pada infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri negatif aerob

terutama aktivitas bakterisidal terhadap Pseudomonas aeroginosa dan spesies

Enterobacter. Gentamisin memiliki kisaran terapi sempit dengan rentang

konsentrasi puncak 8-10 mg/L dan konsentrasi lembah 0,5-2 mg/L dimana

perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping yang

tidak diinginkan atau bahkan menimbulkan efek toksik sehingga penggunaan

gentamisin memerlukan pengawasan level obat dalam plasma dan penyesuaian

dosis untuk mencegah timbulnya efek toksik.29 Gentamisin diindikasikan untuk

septikemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.

Infeksi bilier, pioleonefritis karena Str. Viridand atau Str. Faecis (bersama

penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis karena

listeria. Pada pemberian obat gentamisin dapat digunakan secara i.m, i.v lambat

atau infus : 2-5 mg/kg/hari (dalam dosis terbagi tiap 8 jam). Sesuaikan dosis

pada gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma. Ada 2 pasien di

RSUP Fatmawati yang diberikan obat gentamisin sebagai pengobatan dalam

mengatasi Ensefalitis bakteri. Dibandingkan golongan aminoglikosida lainnya

seperti kanamisin, amikasin, maupun netilmisin, antibiotik gentamisin lebih

mudah diperoleh serta harganya lebih terjangkau.30

Meropenem adalah termasuk golongan Karbapenem (suatu struktur

yang sama dengan penisilin), tetapi sangat resisten terhadap ƥ-laktamase.

Meropenem merupakan antibiotik dengan spektrum luas mencakup kuman

gram positif dan gram negatif, aerob dan anaerob. Lebih tahan terhadap enzim

diginjal sehingga dapat diberikan tanpa silastatin. Meropenem diberikan

melalui suntikan intravena dengan dosis untuk infeksi standar 20

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mg/kgBB/dosis dan untuk infeksi berat 40 mg/kgBB/dosis pada meningitis

yang disebabkan Pseusomonas sp. Meropenem mempunyai spektrum aktivitas

yang lebar, tetapi tidak aktif melawan beberapa strain Pseudomonas dan

MRSA. Meropenem antibiotik golongan betalaktam yang bekerja melalui

cincin monosiklik betalaktam yang resisten terhadap betalaktamase yang

mempunyai aktivitas untuk organisme gram negatif dan positif. Menurut

Fauziyah at al. (2011), meropenem dan imipenem penggunaannya dibatasi

hanya untuk infeksi oleh bakteri yang telah resisten terhadap penisilin misalnya

P. aureginosa dan Acinobacter spp. Penelitian yang dilakukan oleh Sugandhi &

Prasenth (2014) menunjukkan bahwa pola sensitivitas antimikroba meropenem

efektif pada bakteri gram negatif seperti P. aureginosa dan E. coli.31

Kloramfenikol merupakan antibiotik yang memiliki spektra kerja luas

terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Namun, karena

memiliki toksisitas yang tinggi dan masalah resistensi maka penggunannya pun

kini semakin jarang. Kloramfenikol memiliki mekanisme kerja menginhibisi

sintesis protein bakteri yaitu berikatan dengan subunit ribosom 50S. Resistensi

kloramfenikol dilaporkan terjadi pada Staphylococcus, S. pneumoniae, E. coli,

H.influenzae, N. meningitidis, Salmonella, dan Shigella. Center of Disease

Contol and Prevention (CDC) menyebutkan infeksi yang sering terjadi di

rumah sakit, 16% penyebabnya adalah bakteri resisten, dengan bakteri

penyebab terbanyak adalah MRSA dan VRE.32

Kloramfenikol diindikasikan sebagai obat untuk infeksi berat akibat H.

Influenzae, demam tiroid, meningitis dan abses otak, bacteremia, dan infeksi

berat lainnya. Kloramfenikol merupakan antibiotika pilihan utama yang

diberikan untuk demam tifoid anak di Bagian Kesehatan Anak Rumah Sakit

Fatmawati periode Januari 2001 – Desember 2002, karena keampuhan

kloramfenikol masih diakui berdasarkan efektivitasnya terhadap Salmonella

typhi disamping obat tersebut relatif murah. Namun Suharyo dkk. Dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa angka relaps pada pengobatan demam tifoid

dengan menggunakan kloramfenikol lebih tinggi bila dibandingkan dengan

penggunaan kotrimoksazol.33

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang peka seperti

riketsia, klamidia, mikoplasma, dan beberapa strain kuman gram positif dan

gram negatif. Dapat diberika secara oral, i.v atau infus dengan dosis

50mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan

infeksi SSP dosis digandakan dan segera diturunkan apabila terjadi perbaikan).

Anak : 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Bayi dibawah 2 mnggu : 25

mg/kg/hari (dibagi dlm 4 dosis) 2 minggu – 1 th : 50 mg/kg/hari (dibagi 4

dosis). Namun pemakaian kloramfenikol dalam mengatasi Ensefalitis sangat

kurang dikarenakan efek samping obat tersebut berupa kelainan darah yang

reversible dan ireversibel seperti anemia aplastik (dapat berlanjut menjadi

leukemia).

Amikasin adalah kanamisin semisintetik dan lebih resisten terhadap

berbagai enzim yang dapat merusak aminoglikosida lain. Amikasin memiliki

spektrum aktivitas antimikroba terluas dari golongan aminoglikosida. Karena

keunikan resistensinya terhadap enzim penginaktivasi aminoglikosida,

amikasin aktif melawan sebagian besar basilus aerob gram-negatif di

lingkungan maupun di rumah sakit. Termasuk adalah sebagian besar galur

Serratia, Proteus dan P. aeruginosa. Beberapa rumah sakit membatasi

penggunaannya untuk menghindari resistensi. Amikasin aktif terhadap hampir

semua galur Klebsiella, Enterobactericeae dan E. coli yang resisten terhadap

tobramisin dan gentamisin.34

Diindikasikan untuk mengatasi infeksi gram

negatif yang resisten terhadap gentamisin. Efek samping obat berupa gangguan

vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian

jangka panjang, koalitis karena antibiotik. Dapat diberikan secara i.m, i.v

lambat atau infus : 2-5 mg/kg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Namun,

kekurangan pada obat ini yaitu apabila kadar puncak 91 jam tidak boleh lebih

dari 30 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dar 10 mg/liter.

Ampisilin aktif melawan bakteri Gram positif yang tidak menghasilkan

ƥ-laktamase dan karena obat tersebut berdifusi ke dalam bakteri Gram negatif

lebih mudah daripada benzilpenisilin. Obat ini juga aktif melawan banyak

strain Escherichia coli, Haemophilus influenzae dan Salmonella. Ampisilin

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih baik diberikan secara parenteral. Ampisilin diinaktivasi oleh bakteri

penghasil penisiline. Organisme yang resisten terhadap amoksisilin meliputi

sebagian besar Straphylococcus aureus, 50% strain Escherichia coli dan

sampai dengan 15% strain Haemophilus influenzae. Banyak ƥ-laktamase

bakteri dihambat oleh asam klavulanat dan campuran inhibitor ini dengan

amoksisilin (ko-amoksiklav) menyebabkan antibiotik menjadi efektif melawan

organisme penghasil penisiline. Ko-amoksiklav diindikasikan pada infeksi

saluran pernapasan dan saluran kemih yang dikonfirmasi resisten terhadap

amoksisilin.

Pada penelitian yang dilakukan oleh wirahmi, N dkk di bangsal anak

RSUD DR. M. Yunus Bengkulu dikatakan bahwa kombinasi antibiotik

gentamisin dan ampisilin banyak digunakan pada berbagai kasus.35

Kombinasi

antibiotika gentamisin dan ampisilin digunakan sebagai antibiotik lini pertama

untuk pasien anak. Hal ini disebabkan gentamisin yang dikombinasikan dengan

penisilin atau vancomisin menghasilkan efek bakterisid yang kuat, yang

sebagian disebabkan oleh peningkatan ambilan obat yang timbul karena

penghambatan sintesis dinding sel. Penisilin mengubah struktur dinding sel

sehingga memudahkan penetrasi gentamisin kedalam kuman. Gentamisin tidak

boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk terapi pneumonia sebab buruknya

penetrasi jaringan paru-paru yang terinfeksi dan kondisi-kondisi setempat

dengan tekanan oksigen yang rendah dan pH yang rendah turut andil terhadap

aktivitas yang buruk.36

Virus adalah parasit intraselular yang tidak mempunyai metabolisme

independen dan dapat bereplikasi hanya dalam sel pejamu yang hidup. Obat-

obat yang bersifat toksik selektif terhadap virus terbukti sangat sulit dihasilkan

karena siklus replika virus berkaitan sangat erat dengan proses metabolik sel

pejamu. Untuk alasan tersebut, sampai saat ini vaksin merupakan metode

utama untuk mengendalikan infeksi virus (misalnya poliomielitis, rabies,

demam kuning (yellow fever), campak, parotits, rubela). Beberapa obat

antivirus yang efektif telah diproduksi dan meskipun penggunaanya terbatas,

obat tersebut mengubah terapi beberapa penyakit terutama penyakit yang

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disebabkan oleh infeksi virus herpes. Obat yang lebih baru, terutama asiklovir

adalah antivirus yang lebih efektif karena tetap inaktif sampai difosforilasi oleh

enzim yang cenderung disintesis oleh virus. Interferon alfa adalah suatu protein

antivirus yang normalnya dihasilkan oleh leukosit. Interferon alfa rekombinan

diberikan melalui suntikan pada terapi hepatitis B kronis persisten dan dalam

kombinasi dengan ribavirin pada hepatitis C kronis.

Asiklovir (asikloguanosin) merupakan obat yang menghambat sintesis

asam nukleat. Aktif terhadap virus herpes misalnya herpes simplek (HSV) dan

varisella zoster (VZV), mengandung timidin kinase yang mengubah asiklovir

menjadi bentuk monofosfat. Selanjutnya monofosfat mengalami fosforilasi

oleh enzim sel pejamu menjadi asikloguanosin trisfosfat yang menghambat

polimerase DNA virus dan sintesis DNA virus. Asiklovir bersifat toksik

selektif karena timidin kinase dari sel pejamu yang tidak terinfeksi hanya

mengaktivasi sedikit obat dan polimerase DNA dari virus herpes mempunyai

afinitas yang lebih besar untuk obat yang diaktivasi daripada polimerase DNA

seluler. Asiklovir aktif melawan virus herpes tetapi mengeradikasinya.

Asiklovir efektif secara topikal, oral dan parenteral. Jalur pemberian yang tepat

tergantung pada lkasi dan keparahan infeksi. Asiklovir banyak digunakan pada

terapi infeksi HSV genital dan dosis oral yang tinggi efektif dalam terapi

herpes zoster berat. Suatu kondisi sangat nyeri yang disebabkan oleh reaktivasi

infeksi VZV sebelumnya (yaitu cacar air).37

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliantini, T dkk dikatakan bahwa

saat ini asiklovir intravena telah terbukti lebih baik dibandingkan vidarabin,

dan merupakan obat pilihan pertama mengingat toksisitas vidarabin yang

sangat tinggi dalam pemberian intravena. Asiklovir merupakan bahan antivirus

yang secara selektif menghambat replikasi virus tanpa merusak sel normal

dengan mengadakan kompetisi dengan guanoside untuk DNA polimerase

virus. Asiklovir dikatakan mempunyai efek ikutan minimal. Obat ini diekskresi

melalui ginjal dan dosis harus diturunkan pada penderita dengan disfungsi

ginjal. Asiklovir diberikan selama 14-21 hari, kalau terbukti bukan EHS

pengobatan dihentikan walaupun belum 14 hari. Pemeriksaan PCR ulangan

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari spesimen CSS diindikasikan untuk penderita yang tidak memberikan

respon klinis seperti yang diharapkan setelah pengobatan dengan asiklovir

selama 21 hari, jika hasilnya positif terapi antivirus harus diteruskan.

Pemberian asiklovir selama 21 hari dibandingkan dengan pemberian asiklovir

selama 14 hari terbukti lebih efektif menurunkan kejadian efek samping

neurologis dan risiko rekurensi pada EHS.38

Flukonazol obat Anti jamur golongan Triazol ini bekerja dengan

mempengaruhi aktifitas Cytochrome P450, menurunkan sintesa ergosterol

(sterol utama pada membran sel jamur) dan menghambat pembentukkan

membran sel. Anti jamur ini dapat diberikan secara oral atau intravena dan

telah berhasil digunakan pada mikosis superfisial dan sistemik (bukan

Aspergillus) spektrum luas. Tidak seperti ketokonazol, flukonazol tidak

hepatotoksik dan tidak menghambat sistesis steroid adrenal. Itrakonazol

diabsorpsi secara oral dan tidak seperti imidazol dan flukonazol, itrakonazol

aktif melawan Aspergillus. Varikonazol merupakan obat baru spektrum luas

yang digunakan untuk infeksi yang mengancam nyawa. Dosis untuk Meningitis

/septikemia karena kandida Bayi < 3 bulan : 5-6 mg/kgBB/hari, diberikan

secara oral atau IV drip 1 jam. Kriptokokus Inisial 12 mg/kgBB/hari pada hari

pertama, selanjutnya 6 mg/kgBB/hari sekali sehari. Dapat ditingkatkan sampai

12mg/kgBB/hari jika diperlukan tergantung kondisi dan respons pasien. Terapi

perlu diteruskan sampai 10-12 minggu setelah kultur cairan serebrospinal

menjadi negatif.

Amfoterisin B adalah obat anti jamur spektrum luas yang digunakan

untuk mengobati infeksi sistemik yang berpotensi fatal yang disebabkan oleh

aspergillus, kandida atau kriptokokus. Amfoterisin kurang baik diabsopsi

secara oral dan diberikan melalui infus intravena atau intratekal, bila sistem

saraf pusat terlibat. Efek samping sangat sering terjadi dan sebagian pasien

mengalami demam, menggigil dan mual. Terapi jangka panjang menyebabkan

kerusakan ginjal yang hampir tidak dapat dielakkan, yang reversibel hanya jika

dideteksi sejak dini. Amfoterisin yang diformulasi dalam liposom agak kurang

toksik.

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mikonazol Nitrat topikal diindikasikan sebagai terapi tinea pedis, tinea

kruris, dan tinea korporis yang disebabkan oleh T. mentagrophytes, T. rubrum,

atau Epidermophyton floccosum Terapi pityriasis versicolor yang disebabkan

oleh Malassezia furfur, serta untuk terapi kandidiasis kutaneus (moniliasis).

Untuk Kandidiasis kutan diberikan 2 kali perhari. Mikonazol nitrat topikal

tidak boleh digunakan pada anak < 2 tahun kecuali atas perintah dan supervisi

dokter. Penggunaan obat ini pada anak 2-11 tahun perlu diawasi oleh orang

dewasa. Jika terjadi iritasi atau kulit pasien tidak membaik dalam 2 minggu

untuk tinea kruris atau 4 minggu untuk tinea pedis atau korporis, obat harus

dihentikan dan pasien perlu diperiksa dokter. Untuk kandidiasis kutan dan tinea

kruris/korporis perlu dipakai selama 2 minggu, dan tinea pedis selama 1 bulan.

Jika perbaikan klinis tidak terlihat setelah penggunaan 1 bulan maka diagnosis

perlu dievaluasi kembali. Karena kekurangan tersebut penggunaan anti jamur

ini sangatlah kurang dipakai sebagai pengobatan.

Fosfomisin Na merupakan antibiotik yang bekerja dengan menghambat

tahap awal sintesis dinding sel bakteri. Transport obat ke dalam dinding sel

melalui sistem transpor gliserofosfat atau glukosa 6-fosfatase. Fosmosin aktif

terhadap bakteri grampositif dan gram-negatif. Secara in vitro, kombinasi

fosfomisin dengan antibiotik beta-laktam, aminoglikosida atau florokuinolon

memberikan efek sinergi.39

Ditujukan sebagai pencegahan infeksi pada

pembedahan abdomen. Dosis pada pasien dewasa 2-4gr, pada anak 100-200

mg/kgBB. Keduanya dengan drip infus IV terbagi dlm 2 dosis. Inj i.v Sama

dengan drip infus IV, tetapi diberikan terbagi dlm 2-4 dosis. Fosfomisin. Selain

itu, dalam kasus pemberian dosis besar dapat menyebabkan kejang.

Parasitisme adalah suatu hubungan dimana spesies biologis hidup

dalam ketergatungan terhadap spesies lain. Meskipun mikroorganisme seperti

bakteri diduga hidup dalam hubungan seperti ini, tetapi hanya protozoa dan

helmintes yang secara umum disebut sebagai parasit. Parasit secara khusus

adalah eukariot dan mempunyai siklus hidup yang kompleks. Pada daerah

tropis dan subtropis dimana banyak air dan temperatur tinggi memberikan

lingkungan yang optimal untuk larva dan pejamu vektor intermediat (misalnya

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

nyamuk). Penyakit karena parasit banyak terjadi dan tersebar luas. Kepadatan

penduduk, malnutrisi dan kurangnya sanitasi memudahkan penyebaran

penyakit dan sebanyak 100 juta orang dapat terinfeksi parasit. Obat-obatan

memegang bagian penting dalam terapi dan pengendalian penyakit karena

parasit, tetapi metode lain, misalnya kontrol vektor oleh insektisida dan

drainase tanah juga penting.

Salah satu obat yang digunakan dalam mengatasi Ensefalitis dengan

faktor penyebab parasit di RSUP Fatmawati yaitu Klindamisin dan

Pirimetamin. Klindamisin adalah obat pelengkap (komplemen) bila penisilin

tidak dapat diberikan. Klindamisin bersifat bakteriostatik yang aktif terhadap

aerob gram-positif dan spektrum anaerob yang luas. Penggunaannya terbatas

karena efek samping kolitis sering terjadi dan dapat berakibat fatal. Paling

umum terjadi pada wanita selama atau setelah pengobatan dengan klindamisin.

Pirimetamin adalah skizontisida yang efektif, tetapi kerjanya terlalu lambat

untuk mengobati serangan akut.12

Pada beberapa penelitian Klindamisin sering

dikombinasikan dengan Pirimetamin dalam mengatasi parasit, terutama untuk

mengobati Ensefalitis yang disebabkan oleh toxoplasma gondii.

Kotrimoksazol (Trimetoprim – Sulfametoksazol) diindikasikan

infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas (bronkitis, pneumonia, infeksi

pada fibrosis sistik), melioidosis, listeriosis, brucellosis, otitis media, infeksi

kulit, pneumonia Pneumocystis jiroveci. Mekanisme kerja obat ini yaitu

Sulfametoksazol menghambat sintesis asam dihidrofolat bakteri berkompetisi

dengan asam para amiobenzoat. Trimetoprim menghambat produksi asam

tetrahidrofolat dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase. Dosis untuk

pengobatan pneumonia diberikan secara oral atau infus IV : Sulfametoksazol

hingga 100 mg/kgBB/hari + trimetoprim hingga 20 mg/kgBB/hari dalam 2-4

dosis terbagi selama 14-21 hari. Profilaksis pneumonia Oral : Sulfametoksazol

25 mg/kgBB + trimetoprim 5 mg/kgBB dalam 2 dosis terbagi selang sehari (3

kali seminggu) Pemberian Oral : Dapat diberikan dengan air pada keadaan

perut kosong. Parenteral : Infus IV dalam 60-90 menit, harus diencerkan 1:25.

Pada pasien dengan restriksi cairan yang ketat, pengenceran 1:15 atau 1:10.37

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pasien Ensefalitis paling banyak yang menggunakan obat golongan

kortikosteroid yaitu Deksametason (50,7%) dan obat golongan antiviral yaitu

Asiklovir (40,2%). Hal tersebut sama seperti yang dikutip dalam buku Infeksi

Susunan Saraf Pusat dan Gangguan Imunologis, google books. EGC. Dimana

dinyatakan bahwa dalam penatalaksanaan Ensefalitis virus digunakan 2

pengobatan yaitu obat golongan kortikosteroid Deksametason digunakan untuk

pengobatan pasca-Ensefalitis dan obat golongan antiviral yaitu Asiklovir yang

bermanfaat untuk meringankan gejala klinis, mencegah komplikasi, dan

mencegah timbulnya gejala sisa.28

Deksametason antibiotik golongan Kortikostreoid merupakan anti-

inflamasi yang bekerja dengan mekanisme menghambat enzim fosfolipase A2

sehingga akan mencegah pelepasan asam arakidonat yang memproduksi enzim

cyclooxygenase (COX). Enzim COX inilah yang bertanggung jawab atas

pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dan nyeri.40

Deksametason merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang

mempunyai efek anti-inflamasi yang adekuat. Pemberian deksametason akan

menekan pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptida dari ujung-

ujung saraf, hal tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan

yang mengalami proses inflamasi. Penekanan produksi prostaglandin oleh

deksametason akan menghasilkan efek analgesia melalui penghambatan

sintesis enzim cyclooksigenase di jaringan perifer tubuh. Deksametason juga

menekan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α),

interleukin 1-β (IL-1β), dan interleukin-6 (IL-6).41

Diindikasikan untuk inflamasi dan alergi, syok, diagnosis sindroma

Cushing, hiperplasia adrenal kongenital, edema serebral. Intranasal : alergi atau

inflamasi nasal dan polip Inhalasi oral : pengontrol asma bronkial persisten.

Tidak diindikasikan untuk menghilangkan bronkospasme akut. Sistemik dan

lokal inflamasi kronik, alergi, hematologi, neoplastik, penyakit autoimun,

boleh digunakan untuk menangani edema serebral, syok septik, dan diagnostik.

Pada neonatus sebagai terapi chronic lung disease (CLD) / displasia

bronkopulmoner untuk fasilitasi penyapihan ventilasi mekanik. Deksametason

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat pula digunakan untuk mengatasi edema trakea sebelum dan setelah

ekstubasi pipa endotrakeal dan sebagai terapi penguat (ajuvan). Dosis untuk

Deksametason sebagai Anti inflamasi dapat diberikan secara oral, im, iv :

0,08-0,3 mg/kgBB/hari atau 2,5-10 mg/m2/dosis dalam dosis terbagi setiap 6-

12 jam. Meningitis bakterial : > 2 tahun diberikan secara iv 0,6 mg/kgBB/hari

dibagi setiap 6 jam selama 4 hari pertama. Deksametason diberikan bersamaan

dengan dosis pertama antibiotik.12

Penggunaan obat untuk pasien Ensefalitis yang menerima perawatan di

RSUP Fatmawati Jakarta periode tahun 2012 – 2015 menurut peneliti telah

dilakukan sesuai dengan pedoman pengobatan yang paling dianjurkan. Dimana

dalam penggunaan antibiotik pihak rumah sakit telah memberikan pengobatan

yang tepat sesuai dengan gejala klinis yang dialami oleh pasien Ensefalitis.

Pedoman pengobatan merupakan petunjuk terapi yang mengacu pada berbagai

penelitian mengenai masing-masing penyakit dan hanya memuat pilihan-

pilihan terapi yang paling dianjurkan untuk masing-masing penyakit tersebut.42

Pedoman pengobatan disusun untuk setiap tingkat unit pelayanan kesehatan

seperti pedoman diagnosa dan terapi di Rumah Sakit yang bertujuan untuk

membantu dokter dalam menegakkan diagnosa dan pengobatan yang optimal

penyakit tertentu sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pengobatan.

8. Distribusi Kondisi Pasien Ensefalitis Pada Saat Setelah Melakukan

Pengobatan di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Pasien yang sembuh atau melakukan berobat jalan setelah menjalani

rawat inap berjumlah 49 pasien (73,1%). Dapat dilihat pada rentang umur 0–5

th didapat 28 pasien, rentang umur 6–15 th didapat 10 pasien dan rentang umur

>15 th didapat 11 pasien. Penderita yang sembuh atau berobat jalan bearti

kondisi kesehatannya membaik dan akan melanjutkan pengobatan setelah

keluar dari rumah sakit untuk memulihkan kondisi penderita. Berobat jalan

yang paling sering dirujuk oleh dokter di RSUP Fatmawati adalah poli anak.

Dikarenakan penyakit Ensefalitis terbanyak yang menderita Ensefalitis di

RSUP Fatmawati adalah pasien dengan kelompok umur dibawah 5 tahun.

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penderita yang meninggal setelah dilakukan perawatan dan upaya

pengobatan dengan jumlah 17 pasien (25,4%). Dapat dilihat pada rentang umur

0 – 5 th didapat 10 pasien, rentang umur 6 – 15 th didapat 1 pasien dan rentang

umur >15 th didapat 6 pasien. Ini menunjukkan penderita atau keluarga

mencari pertolongan pengobatan sudah dalam keadaan parah karena gejala

Ensefalitis seperti gejala biasa seperti gejala flu sehingga terlambat untuk

didiagnosa dan terlambat untuk diobati secara cepat dan tepat. Prognosis

Ensefalitis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan, lamanya

gejala atau sakit sebelum dirawat. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri

hanya 1 pasien (1,5%), pasien menghentikan pengobatan di rumah sakit dan

sudah menganggap bahwa pelayanan apapun tidak akan dapat menolong atau

menyembuhkan penderita.

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Umur yang paling banyak menderita Ensefalitis adalah pasien dengan

kelompok umur >5 tahun (53,8%).

b. Latar belakang pasien Ensefalitis paling banyak dengan latar belakang

pendidikan belum sekolah dengan jumlah 53,8%.

c. Gejala klinis yang paling banyak terjadi pada pasien Ensefalitis di

RSUP Famawati adalah kejang (79,1%) dan demam (59,7%).

d. Pasien dengan komplikasi atau penyakit penyerta (68,5%) dan pasien

tanpa komplikasi atau penyakit penyertanya (31,4%).

e. Komplikasi atau penyakit penyerta tersering adalah TB paru dan

pneumonia yang pada umumnya menyerang anak-anak (10%).

f. Penggunaan obat yang paling banyak digunakan dalam mengatasi

gejala klinis adalah Fenitoin (79,1%) dan Parasetamol (45%).

g. Penggunaan obat yang paling banyak digunakan dalam mengatasi

Ensefalitis adalah Seftriakson (45%), Asiklovir (40,2%) dan

Deksametason (50,7%).

h. Hasil setelah melakukan pengobatan : pasien sembuh atau berobat jalan

(73,1%), pasien yang meninggal (25,4%) dan pasien yang pulang atas

permintaan sendiri (1,5%).

69

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6.2 Saran

Berdasarkan pada penelitian, saran yang dapat diberikan adalah:

a. Perlu dilakukan perbaikan kelengkapan dan kejelasan dalam penulisan

data-data yang tercantum dalam rekam medik agar pihak yang

berkepentingan dapat lebih mudah mendapatkan data yang lengkap.

b. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan analisis berdasarkan

data rekam medik pasien. Peneliti tidak mengetahui atau melihat

kondisi pasien secara langsung. Karenanya perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai profil penggunaan obat pada pasien penderita

Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di RSUP Fatmawati Jakarta

dengan menggunakan metode penelitian yang lainnya, seperti

pengambilan data secara prospektif.

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

1. Stephen J. Falchek, MD. 2012. Encephalitis in the Pediatric

Population. Volume 33 No. 3 March 2012.

Downloadded from http://pedsinreview.aapublications.org diakses

tanggal 23 maret.

2. Paul lewis, Carol A. Glaser. 2005. Encephalitis. Volume 26 No. 10

October 2005.

Downloadded from http://pedsinreview.aapublications.org diakses

tanggal 23 maret.

3. Dirjen P2MPL, Subdit Zoonosis, 2003. Laporan serosurvey Japanese

Encephalitis. Depkes.

4. I Sendow, S Bahri. 2014. Perkembangan Japanese Encephalitis di

Indonesia. Peternakan.litbang.pertanian. Bogor.

5. Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.

http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional.20Riskesdas.202

007.pdf

6. Anonim, Ensefalitis dalam Arif M, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi

ke-3, Medik Aesculapius FK UI, Jakarta, 2000.

https://azurama.wordpress.com diakses tanggal 22 maret 2016

7. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Malaria. Dalam :

Buku ajar infeksi & pediatrik tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI. 2008.

https://azurama.wordpress.com diakses pada tanggal 22 maret 2016

8. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito. Ensefalitis dalam Sutoyo, Standar

Pelayanan Medis, Ed. 2, Medika Fakultas Kedokteran UGM,

Yogyakarta, 2000.

9. Tunkel AR, Glaser CA, Bloch KC, Sejvar JJ, Marra CM, Roos KL et

al. The Management of Encephalitis : Clinical Practice Guidelines by

The Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 2008

10. Sukandar, et al. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta: PT Isfi penerbitan

Hal : 722-73, 732-734, 738, 724, 835, 837, 844, 846, 864,

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11. Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Farmakologi dan Terapi.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kelima. 2009. Hal :

602-604, 616-617, 641-642, 660, 664-674, 667-673, 678-686, 694-700,

700-703, 723-725

12. Tambunan, Prof, T. Dkk, 2013. Formularium Spesialistik Ilmu

Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia

13. MIMS Indonesia. Diakses pada tanggal 27 juni 2016

14. Anonim, Ensefalitis dalam Harsono, Neurologi Klinis, Ed. I. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. 1996

15. Anief, M. 1991. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogjakarta :

Gadjah Mada Universiy Press.

16. R, Malau et al, 2012. Karakteristik Penderita Meningoensefalitis Rawat

Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth medan Tahun 2007-2011. FKM

USU, Medan. Vol. 1 No. 1

17. Jenson, H.B., and Baltimore, R.S., 2007. Infectious Disease : Fever

without a focus. In: Kliegman, R.M., Marcdante, K.J.

18. Laili, N et al. 2013. Kejang Berulang dan Status Epileptikus Pada

Ensefalitis Sebagai Faktor Risiko Epilepsi Pascaensefalitis. Sari

Pediatri, Vol. 15, N. 3 Oktober 2013

19. Graneto, J.W., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic

Medicine of Midwestern University.

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/801598-

overview. diakses tanggal 20 Maret 2016.

20. Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.

Available. [diakses pada tanggal 23 Maret 2016].

from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.

21. Tidy, Colin, 2012. Encephalitis and Meningoencephalitis.

http://www.patient.co.uk/doctor/EncephalitisandMeningoencephalitis.

22. Antoni Lamini (2002) TBC penyakit yang dapat disembuhkan dan

bukan penyakit keturunan. http://antonilamini.word press.com/

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23. Prof. Dr. Mardjanis Said, SpA (K). Pengendalian Phemonia Anak –

Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4. Departemen Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universits Indonesia. [Departemen

Kesehatan RI, Pheumonia Balita. Volume 3, September 2010]

24. Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, dr, SpA (K), M.Sc. Pneumonia

Pembunuh Balita. Ka Divisi Respirologi Departemen Kesehatan Anak,

Universitas Padjajaran. [Departemen Kesehatan RI, Pheumonia Balita.

Volume 3, September 2010]

25. Shorvon SD. Epilepsi. Dalam : Epilepsi Untuk Dokter Umum. Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1 – 32

http://dokmud.wordpress.com.fenitoin diakses tanggal 8 mei 2016.

26. Istiantoro, Y. H, dan Gan V.G.H., (2007). Penisilin, Sefalosporin dan

Antibiotik Betalaktam lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi

Kelima. Editor Sulistia G. Ganiswara. Jakarta.

http://www.scribd.com diakses pada tanggal 10 mei 2016

27. Gilman, Goodman A. 2012, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi

Terapi, Ed 10, Jakarta, EGC

28. Books. Google. Infeksi Susunan Saraf Pusat dan Gangguan

Imunologis. Hal : 51. EGC diakses pada tanggal 20 maret 2016.

29. Kang, J.S., dan Lee, M.H., 2009, Overview of Therapeutic Drug

Monitoring, The Korean Journal of Internal Medicine.

Diakses dari Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol.5

No.1/Maret 2015

30. Soegijanto, S., 2010, Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi

Di Indonesia, 8th Ed, Airlangga University Press, Surabaya.

Diakses dari Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 2015. Vol.5

No.1

31. Decroli, E., J. Karimi, dkk. 2008. Profil ulkus diabetik pada penderita

rawat inap di bagian penyakit dalam RSUP Dr. M Djamil Padang.

Diakses dari Jurnal Biologi Papua, 2014. Vol 6, Nomor 2

32. CDC, 2008, Antimicrobial-Resistant Pathogens Associated With

Healthcare-Associated Infections: Annual Summary of Data Reported

to the National Healthcare Safety Network at the Centers for Disease

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Control and Prevention, 2006–2007, Infection Control And Hospital

Epidemiology.

Diakses dari Jurnal Matematika & Sains, April 2014, Vol. 19 Nomor 1

33. Hadisaputro S. Beberapa Faktor Yang Memberi Pengaruh Terhadap

Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid.

Jakarta:Direktorat Pembinaan Penelitian pada Masyarakat, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

34. Gilman, Goodman A. 2012, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi

Terapi, Ed 10, Jakarta, EGC

35. Wirahmi, N dkk., Analisa Penggunaan Kombinasi Gentamisin dan

Ampisilin pada pasien Pediatri di Bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu. Fakultas Farmasi Universitas Andalas

36. Katzung, B. G. 2001. Basic and Clinical Pharmacokinetics. United

States: The McGraw-Hill Companies

37. M.J neal. 2006. At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima.

Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal 81 – 90

http://books.google.o.id diakses pad tanggal 27 juni 2016

38. Yuliantini, T., dkk. 2013. Diagnosa dan Tata Laksana Ensefalitis

Herpes Simpleks. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. RSUP Sanglah Denpasar

39. Setiabudy R. Antimikroba. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,

Nafrialdi, Elysabeth, editor. Farmakologi dan terapi. Ed ke-5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012

40. Kirwan T. Post-operative pain. Dalam : Holdcroft A, Jaggar S,

penyunting. Core topics in pain. New York: Cambridge University

Press; 2005 diakses dari Jurnal Anestesi Perioperatif, FKUP.

41. Romundstad L, et. Methylprednisolone reduces pain, emesis, and

fatigue after breast augmentation surgery: a single dose, randomized

parallel group study with methylprednisolone 125 mg, parecoxib 40

mg, and placebo. Anesth Analg. 2006

42. Departemen Kesehatan RI, 2001. Pedoman Pengobatan Dasar di

Puskesmas, Depkes.RI, Jakarta.

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Diagram Persentase Jumlah Data Rekam Medik Pasien

Ensefalitis yang Menjalani Rawat Inap Terhadap Pasien

Penyakit Saraf Lainnya di RSUP Fatmawati Periode

Tahun 2012 – 2015

Lampiran 2. Diagram Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Umur di

RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

159 rekam medik pasien penyakit

saraf

67 (42%) pasien Ensefalitis

92 (58%) pasien penyakit saraf laiinnya

0-5 tahun 6-15 tahun >15 tahun

53.8

16.4

29.8

( %

)

Pasien Ensefalitis

0-5 tahun 6-15 tahun >15 tahun

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Diagram Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012

– 2015

Lampiran 4. Tabel Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikan di RSUP Fatmawati Jakarta Periode

Tahun 2012 – 2015

Pendidikan N %

Belum Sekolah 36 53,8

SD 11 16

SLTP 7 10

SLTA 9 13

Universitas 4 5,8

Pensiun 1 1,4

Jumlah 67 100

30

32

34

36

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Diagram Distibusi Pasien Ensefalitis Berdasarkan Gejala

Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 –

2015

Lampiran 6. Diagram Distibusi Jumlah Pasien Ensefalitis dibedakan

Berdasarkan Komplikasi atau Penyakit Penyertanya di

RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Kejang

Penurunan Kesadaran

Tangan dan Kaki kaku

Leher Kaku

Mata Melotot

Sulit Komunikasi

Demam

Batuk

Sakit Kepala

Mual Muntah

Ketorolak Trometamin danAsam Mefenamat

68.57

31.43

( %

)

Pasien Ensefalitis

Pasien dengan Komplikasi atau Penyakit Penyerta

Pasien tanpa Komplikasi atau Penyakit Penyerta

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Diagram Distibusi Penggunaan Obat Dalam Mengatasi

Gejala Klinis di RSUP Fatmawati Jakarta Periode Tahun

2012 – 2015

Penggunaan Obat

Parasetamol Caferzon drop Fenitoin Bactofen

Sibital Piracetam Diazepam Luminal

Kalsetin Ambroxol Proress Supp Ranitidn

Zinkid L - Bio Bicnat Omeprazole

Citicholin Piracetam2 Manitol Renalit 100cc

Rifampisin INH Pirazinamid Etambutol

Metronidazole Tramadol Vascon Asetazolamide

Glaucon Albumin Metil Prednisolon

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Diagram Distibusi Penggunaan Obat Pasien Ensefalitis

Berdasarkan Faktor Penyebabnya di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Lampiran 9. Diagram Distibusi Kondisi Pasien Penyakit Ensefalitis Pada

Saat Setelah Melakukan Pengobatan di RSUP Fatmawati

Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

Penggunaan Obat

Seftriakson

Sefotaksim

Seftrazidim

Gentamisin

Meropenem

Kloramfenikol

Mikasin

Ampisilin

Asiklovir

Deksametason

Fluconazole

Mikonazole

Diflucan

25.4

1.5

0

73.1

Pulang Meninggal Dunia

Pulang Atas Permintaan Sendiri

Pindah Rumah Sakit

Pulang Sembuh atau Pulang BerobatJalan

( % )

Akh

ir P

en

gob

atan

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Form Pengambilan Data

No RM……………

Tgl MRS………….

Tgl KRS…………..

Nama :……………………

Umur :…………………...

Berat Badan :……………………

Tinggi Badan :……………………

Indikasi / Alasan dirawat : .........................

Diagnosa Masuk : .........................

Diagnosa Keluar : .........................

Kompliksi / Dx Penyerta : .........................

Pengobatan Selama dirawat : .........................

Kondisi Pulang : .........................

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian di RSUP Fatmawati Jakarta

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL ......UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR PENYEBABNYA DI …

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Surat Keterangan Izin Penelitian di RSUP Fatmawati

Jakarta