Top Banner
245

Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mar 30, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Page 2: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Isi

1 Daftar Isi

2 Kata Pengantar

3 Curriculum Vitae

4 Daftar Abstrak Pemakalah Undangan

5 Daftar Abstrak Pemakalah Oral

6 Daftar Abstrak Pemakalah Poster

Page 3: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kata Pengantar

Sejawat Apoteker yang kami banggakan,

Memasuki abad ke 21, Semua unsur dan elemen kefarmasian Indonesia

(regulator, perguruan tinggi, asosiasi profesi, masyarakat bisnis farmasi)

harus bersama bergerak ke depan membangun keunggulan kompetitif

yang dinamis, inovatif dan adaptif terhadap era perubahan khususnya

pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.

Di abad ke 21, permasalahan kesehatan telah menjadi masalah yang sangat kompleks,

karenanya fasiltas kesehatan harus mengambil langkah pendekatan yang lebih holistik

terhadap pengobatan, penanganan dan perawatan pasien, perawatan kesehatan yang

efektif harus melibatkan seluruh tenaga kesehatan termasuk didalamnya profesi apoteker.

International Pharmaceutical Federation (FIP) telah mencanangkan tema untuk tahun

2015, yaitu “Pharmacists: your partners in health”. Setiap hari diharapkan tiga juta

apoteker di dunia dan lebih dari 40 ribu apoteker di antaranya di Indonesia harus

bertindak sebagai mitra profesi tenaga kesehatan lainnya, di seluruh rantai pelayanan

kesehatan dengan visi bersama untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

RAPAT KERJA NASIONAL & PERTEMUAN ILMIAH NASIONAL 2015, yang

berlangsung dari tanggal 7 Mei 2015 sampai dengan 10 Mei 2015 di Bukittinggi,

Sumatera Barat diharapkan menjadikan:

• Organisasi IAI yang lebih kokoh untuk melaksanakan tugas pokok organisasi,

mempersatukan, memberdayakan, melindungi, membina, dan mengayomi seluruh

anggota ikatan

• Apoteker menjadi profesi tenaga kesehatan yang paling mudah diakses oleh

masyarakat dan sangat terampil di bidangnya untuk mewujudkan peningkatkan

kualitas, mutu dan ketepatan biaya (cost effective) dengan menempatkan patient

safety di atas segalanya pada seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia

Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing dan melindungi langkah kita

sehingga hidup kita semakin bermanfaat bagi diri kita, keluarga kita dan bagi nusa bangsa

tercinta

Jakarta, April 2015

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt

Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia

Page 4: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Curriculum Vitae

Page 5: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maura Linda Sitanggang

1. Full Name : Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D.

2. Institution : Ministry of Health, Republic of Indonesia

Position : Director General of Pharmaceutical Services and Medical

Devices

3. Place/ Date of birth : Medan, May 3rd 1958

4. Educational Background :

Undergraduate : Faculty of Pharmacy, Institut Teknologi Bandung, 1981

Pharmacist (Apoteker) : Faculty of Pharmacy, Institut Teknologi Bandung, 1982

Postgraduate : School of Pharmacology University of Bath, United

Kingdom, 1988

5. Working experience :

2001-2007 : Director of Drug and Biological Product and Evaluation,

National Agency of Drug and Food Control

2007-2010 : Inspector of National Agency of Drug and Food Control

2010-2012 : Director of Traditional Medicines Cosmetics and Food

Suplement Evaluation, National Agency of Drug and

food Control

2012- now : Director General of Pharmaceutical Services and Medical

Devices

Page 6: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Arustiyono

Nama : Drs. Arustiyono, Apt. MPH

Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 12 Agustus 1963

Alamat : Jl. Cempaka Putih Tengah XXA No. 11 Jakarta Pusat

Pekerjaan : Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan

PKRT, Badan POM RI, Jl. Percetakan Negara 23,

Jakarta Pusat

Riwayat Jabatan : Tahun 2009 – 2010: Kepala Biro Umum , Badan

POM RI

Tahun 2010 -2014: Kepala Biro Perencanaan dan

Keuangan, Badan POM RI

Tahun 2014 – sekarang: Direktur Pengawasan

Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, Badan POM

RI

Riwayat Pendidikan : Tahun 1982 -1987: Farmasi, ITB

Tahun 1987-1988: Apoteker, ITB

Tahun 1998-1999: Master Public Health, Boston

University, Amerika Serikat

Page 7: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dayar Arbain

Nama : Prof. Drs. Dayar Arbain, PhD, Apt

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi, 27 Nofember 1948

Alamat : Jl Perjuangan IV no 02, Belanti Timur, Padang 25137

Pekerjaan : Dosen Falkultas Farmasi - Unand

Riwayat Jabatan : Ketua Jurusan Farmasi Unand 1988-1991

Ketua Lembaga Penelitian Unand, 1998-2006

Riwayat Pendidikan : Sarjana Farmasi- Unand 1976

Apoteker, Farmasi Unand 1977

PhD University of Western Australia, 1986

Page 8: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dedy Almasdy

Nama : Dr (clin pharm) Dedy Almasdy MSi., Apt.

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Alam / 19 Februari 1971

Alamat : Jl. Barito no. 12 Padang Barat - Padang (25115)

Pekerjaan : Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Riwayat Jabatan : 1997 - 1998 : CPNS

1998 - 2002 : Asisten Ahli

2002 - 2008 : Lektor

2008 - 2015 : Lektor Kepala

Riwayat Pendidikan : S1 : Fakultas Farmasi – Universitas Andalas (1996)

S2 : Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung (2001)

S3 : PP Sains Farmasi – Universiti Sains Malaysia (2011)

Profesi Apoteker : Fakultas farmasi Universitas Andalas (1997)

Page 9: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ernawati Sinaga

Nama : Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS, Apt.

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 31 Juli 1955

Alamat : Jalan R.M. Kahfi I Tanah Baru RT 003/08 No. 18, Beji

Depok

Pekerjaan : Ketua Dewan Editor Jurnal Farmasi Indonesia

Riwayat Jabatan : A. Struktural

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian

kepada Masyarakat dan Kerjasama Universitas

Nasional, tahun 2010 - sekarang

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat Universitas Nasional, tahun

2011 - sekarang

Kepala P3TO (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tumbuhan Obat) Universitas

Nasional, tahun 2001 - 2010

Dekan Fakultas Biologi UNAS, tahun 1997 -

2000

B. Fungsional

Dosen Fakultas Biologi UNAS, tahun 1982 –

sekarang

Dosen Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia, 2003 – sekarang

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,

tahun 2005-sekarang

Dosen Program Pasca Sarjana Ilmu Biomedik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

2003 – 2010

C. Lain-lain

Ketua Dewan Editor Jurnal Farmasi Indonesia

(terakreditasi), ISSN 1412-1107, Penerbit

Ikatan Apoteker Indonesia, 2002-sekarang

Mitra Bestari Jurnal Ilmu Kefarmasian

Indonesia (terakreditasi), ISSN 1693 - 1831,

Penerbit Universitas Pancasila, 2008-sekarang

Mitra Bestari Jurnal Ekologi Kesehatan, ISSN

1412-4025. Penerbit Puslitbangkes. 2012-

sekarang

Page 10: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mitra Bestari Jurnal Vis Vitalis, Fabiona, 2008

- sekarang

Mitra Bestari Majalah Ilmu dan Budaya,

Universitas Nasional, 2006-2011

Reviewer proposal Hibah Penelitian

Desentralisasi Kemenristekdikti, tahun 2014-

sekarang

Riwayat Pendidikan : Program Doktor Ilmu Kimia, Kekhususan

Biokimia-Biologi Molekuler, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia, (Penelitian di Dept.

Pharmaceutical Chemistry University of

Kansas, Lawrence KS USA), lulus tahun 2001

Magister Sains Ilmu Kedokteran Dasar

Program Studi Biomedik, Kekhususan

Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, lulus tahun 1991

Pendidikan Apoteker, Jurusan Farmasi,

FMIPA-UI, lulus tahun 1980

Page 11: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Henny Lucida

CURRICULUM VITAE

Nama : Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang, 15 Januari 1967

Alamat :

Pekerjaan : Guru Besar

Riwayat Jabatan :

Riwayat Pendidikan : Sarjana Farmasi (Universitas Andalas, Padang),

1990

Apoteker (Universitas Andalas, Padang), 1991

Doctor of Philosophy (Curtin University of

Technology, Perth, Western Australia) 1998

Page 12: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Iis Rukmawati

Nama : IIS RUKMAWATI, S.Si., MM.Kes., Apt.

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat : UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung

Pekerjaan :

Riwayat Jabatan : Tahun 1984 – 2011 Apotek

Tahun 1991 Dinas Kesehatan Kota Bandung

Tahun 1996 Puskesmas Salam

Tahun 2008 Puskesmas Ibrahim Adjie

Riwayat Pendidikan : Sekolah Asisten Apoteker Tahun 1984

Teknologi Makanan Tahun 1988

Apoteker Tahun 2011

Magister Manajemen Kesehatan Tahun 2014

Page 13: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lente Melanie

Nama : Dra. Lente Melanie, Apt.

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 17 Oktober 1957

Alamat : Jln. Mangga No. 17 Bandung

Pekerjaan : PT. MEDIKA ANTAPANI - Director

KBIH YAYASAN LABBAIK - Foundation President

YAYASAN MAZAYA INSANI - Foundation President

Riwayat Jabatan : Tahun 1989 mendirikan Apotek Medika dan BP

Medika Antapani Jl. Purwakarta No. 3 Antapani

Bandung

Pemilik & Direktur Utama PT. Medika Antapani

(unit usaha diantaranya: Klinik, Apotek, dan Lab).

Pemilik Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan

Umroh Yayasan Labbaik Sejak Tahun 1993.

Pemilik dan Ketua Yayasan Mazaya Insani Sejak

Tahun 2014

Riwayat Pendidikan : 1984

Pharmacist Padjadjaran University.

1972-1974

SMA Negeri V Bandung

1969 - 1971

SMPN 5 Bandung

1963 -1968

SDN Banjarsari Bandung

Page 14: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mariyatul Qibtiyah

Nama : Mariyatul Qibtiyah, S.Si, SpFRS, Apt

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 15 Februari 1971

Alamat : Jl. Mejoyo I no. 23 Kalirungkut - Surabaya

Pekerjaan : Ka.Unit Pelayanan Farmasi IRNA Anak RSUD

Dr.Soetomo

Sekretaris Tim PPRA RSUD Dr.Soetomo

Riwayat Jabatan : Praktisi Farmasis klinik di SMF. Ilmu Kes Anak

Supervisor Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

Tim Trainer Layanan Sepenuh Hati (LSH)

Tim Panitia Akreditasi Rumah Sakit (PARS)

Sekretaris Tim Program Pengendalian Resistensi

Antimikroba (PPRA) RSUD Dr.Soetomo

Sekretaris II Komite Pengendalian Resistensi

Antimikroba (KPRA)- Kemenkes RI

Pengajar program magister farmasi klinik di

Universitas Airlangga dan Universitas Ahmad

Dahlan

Riwayat Pendidikan : - S-1 Farmasi – FFUA lulus th 1994

- Profesi Apoteker- FFUA lulus th 1995

- Spesialis Farmasi Rumah Sakit-FFUA lulus th 2001

Page 15: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Muslim Suardi

Nama : Dr. Muslim Suardi, M.Si., Apt.

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi, 14 Desember 1956

Alamat : Jl. Durian No. 8 Purus Baru Padang 25115

Pekerjaan : Dosen Fakultas Farmasi Unand

Riwayat Jabatan : Rektor Universitas Mohammad Natsir

Bukittinggi

Dekan Fakultas Farmasi Unand

Pembantu Dekan III FMIPA Unand

Ketua Program Studi Pascasarjana Unand

Riwayat Pendidikan : S3: School of Pharmacy Universiti Sains

Malaysia - Penang Malaysia

S2: Jurusan Farmasi ITB – Bandung

Apoteker: Jurusan Farmasi FMIPA Unand

S1: Jurusan Farmasi FMIPA Unand

Page 16: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Shirly Kumala

Nama : Prof. Dr.Shirly Kumala, M.Biomed, Apt

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat : Srenseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan

Pekerjaan : Dewan Editor Jurnal Farmasi Indonesia

Riwayat Jabatan :

Riwayat Pendidikan : 2005: Lulus Doktor Program Ilmu Kedokteran

Dasar (Biomed) Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

1997: Lulus Magister Biomedik, Kekhususan

Mikrobiologi Program Pasca Sarjana, Universitas

Indonesia.

1982: Lulus Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas

Pancasila

1989: Lulus Sarjana Farmasi, Universitas Pancasila

Page 17: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Zullies Ikawati

Nama : Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat : Jl.Kaliurang Km 6.7 Gg. Sumatera E 117, Yogyakarta

Pekerjaan : Guru Besar

Riwayat Jabatan : 1993 – sekarang: Dosen Fakultas Farmasi UGM

2001 – 2012 dan 2015 - sekarang: Pengelola Program

Pasca Sarjana Magister Farmasi Klinik UGM

Riwayat Pendidikan : 1992: Sarjana Farmasi FF UGM

1993: Apoteker FF UGM

2001: Doctor of Philosophy in Pharmacology,

Ehime University School of Medicine, Japan

Page 18: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asman Manaf

Prof. Dr. dr. Asman Manaf, SpPD-KEMD

NIP 19450102 197503 1 001

Tempat/Tgl. Lahir Payakumbuh, 2 Januari 1945

Jurusan / Prodi Ilmu Penyakit Dalam / Endokrin

Metabolik

Istri dr. Gayatri Asman

Anak 4 (empat) orang

Fakultas Fak.Kedokteran / Univ Andalas

Pendidikan

S1

Sp1

Sp2

S3

Course

1973 : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1980 : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas /

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

1992 : PB Perkeni

2004 : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

1990 : Thyroidology/Nuclear Medicine Paris,

France

Jabatan 2002 – 2012 : Kepala Subbagian Endokrinologi Metabolik dan

Diabetes Bag. IPD Fak. Kedokteran Unand/

RS Dr. M. Djamil Padang.

_____________________________________________________

2003: Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FK Unand

2004 – 2012 : KPS PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unand

2005 – 2012 : Ketua Tim Koordinator Pengelola PPDS

( TKP - PPDS ) FK Unand

2005 – Sekarang : Ketua Perkeni Cabang Sumatera Barat

Page 19: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Educational Background:

NO

Level of

Education

Year of

passed

Subject University

1 Undergraduate 1990 Pharmaceutical

Sciences

Faculty of Pharmacy, Gadjah

Mada University, Yogyakarta,

Indonesia

2 Profession 1991 Pharmacist Faculty of Pharmacy, Gadjah

Mada University, Yogyakarta,

Indonesia

3 Postgraduate 2007 Molecular

Toxicology

Department of Pharmaceutical

Sciences, Vrije Universiteit

Amsterdam, the Netherlands

Working Experience:

NO Position Year

1 Staff of the Sub Directorate Cosmetics and Medical Devices

Regulations, the Directorate of Cosmetics and Medical Devices

Control, the Directorate General of Drug and Food Control, Ministry

of Health, the Republic of Indonesia

1993-1999

2 Acting Head Section of Cosmetics Products Registration, the

Directorate of Cosmetics and Medical Devices Control, the

Directorate General of Drug and Food Control, Ministry of Health,

the Republic of Indonesia

1999-2000

3 Head Section of Drug’s Price Information, the Directorate General

of Drug and Food Control, Ministry of Health, the Republic of

Indonesia

2000-2001

4 Head Section of Permanent Secretary Administration, the National

Agency for Drug and Food Control, the Republic of Indonesia

2001-2002

5 Head of Sub Directorate Cosmetics Standardization, the Directorate

Standardization Traditional Medicines, Cosmetics and

Complementary Products, the National Agency for Drug and Food

Control, the Republic of Indonesia

2002-2005

6 Head of Sub Directorate Cosmetics Product Safety Evaluation, the

Directorate of Traditional Medicine, Health Supplement and

Cosmetics Evaluation, the National Agency for Drug and Food

Control, the Republic of Indonesia

2010 –now

N a m e : MAYAGUSTINA ANDARINI

Current Position:

1. Head of Sub Directorate Cosmetics Product Safety

Evaluation, the Directorate of Traditional Medicine, Health

Supplement and Cosmetics Product Safety Evaluation, the

National Agency for Drug and Food Control, the Republic of

Indonesia

2. Deputy Secretary General , the Indonesian Pharmacist

Association

Page 20: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Name: Xavier Couvignou

Current Position:

Regulatory Affairs Director for South East Asia Australasia

for Foods and Home Personal Care Unilever. Xavier has been

working 19 years for Unilever R&D in 5 different countries.

Educational Background:

BSc and MSc in Chemistry, Xavier specialized another 2 years

with an Engineer degree (MEng) in Food Science from the

ENSIA (French National Superior School for Food Industries)

in Paris, France.

Working Experience:

- He joined Unilever in November 94 in Strasbourg /

France as Project Manager for Knorr products. In 97, he became R&D Manager for the

European R&D Center of Excellence for liquid Savory products and led the Team who

developed and launched liquid soups, sauces & bouillons across Europe.

- In February 2000, he moved to Argentina to lead the Department of new technologies for

Argentina, Brazil, Chile, Uruguay & Paraguay. Two years later, he moved to Cambridge /

UK and the Unilever Global Research Center in Colworth, north of London where he

worked in the SEAC (Safety & Environmental Assurance Centre) global group for more

than 7 years where he was successively Director of the Global Safety Approval

Department, Programme Director and Resource Director.

- In September 2009, he joined the other Unilever Global Research centre in Vlaardingen,

in the Netherlands to be the Global Strategy and Operations Director for Unilever

Clinicals group, coordinating Clinicals Teams & activities across 7 locations globally.

- In September 2011, he then moved to Bangkok as Regulatory Affairs Director for South

East Asia Australasia. His Teams, based across 10 locations in 6 countries, are ensuring

regulatory compliance of all Foods and Home Personal Care Unilever products in the

region, as well as driving Innovation support and advocacy activities.

Page 21: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Name : Ms. Fusae Harada

Current Position : Director of Human and Environmental Safety Evaluation

Center,

Research and Development Headquarters (Lion

Corporation)

Education :

April 1982- March 1985 : Bachelor of Science (Biology) at Ochanomizu University

Career History :

o April 1985 Joined Lion Corporation

o January 2009- Present : Director of Human and Environmental Safety

Evaluation Center

Page 22: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NAME : Masato Hatao, Ph.D.

Current Position : General Manager in Safety Research & Development Laboratory -

SHISEIDO

EDUCATION : o 1979 (Bachelor of Engineering; Chemistry)

o 1981 (Master of Engineering; Chemistry) Waseda University (Tokyo, Japan)

o 1991 (Master of Science; Cosmetic Science) University of Cincinnati (Ohio, USA)

o (1992-1994) Researcher - Drug Analysis Laboratory - Nagoya City University

(Aichi, Japan)

o 1995 (Doctor of Philosophy; Pharmaceutical Sciences) Showa University (Tokyo,

Japan)

AWARDS o 1991: Society of Cosmetic Chemists Ohio Valley Chapter Scholar Incentive Award

o 1993: Japanese Society of Alternatives to Animal Experimentation Golden

Presentation Award

o 1999: Award for Scientific Research from Japanese Society of Alternatives to

Animal Experimentation

o 2004: Japanese Cosmetic Science Society Award

OTHER APPOINTMENTS o Japan Cosmetic Industry Association UV Task Force: Chair (2007-present)

o ISO TC217 WG7 Expert (2007-present)

o Japanese Society of Immunotoxicology : Committee Member (2003-present)

o Research and Development of in vitro and in vivo Assays for Progressive Hazard

Assessment Methods ”Development of in vitro assays to detect hepatotoxicity,

nephrotoxicity, and neurotoxicity: Interim Evaluation Meeting Peer Review Panel

(2013)

o National Institute of Drug and Food Health Sciences (Japan) Research Project: Peer

Review Board (2001-2008)

o National Institute of Environmental Health Science / National Institute of Health

(USA): Local Lymph Node Assay Peer Review Panel (1998)

o Japanese Society of Alternatives to Animal Experiments: Auditor (1997-1999)

Committee Member (1999-2003, 2005-present)

o Alternatives to Animal Testing and Experimentation: Associate Editor (2000-2003,

2005-present)

PROFESSIONAL CAREER Shiseido Research Center (1981-present) o 2013-present : General Manager in Safety Research & Development Laboratory

o 2009-2013 : General Manager of Functional Food Research & Development

Center

o 2008-2009 : Manager for Open Innovation in Innovative Science R& D Center

o 2007-2008 : Director of Skin Research Laboratories

o 2005-2007 : Director of Cosmetic Pharmacology Laboratories

o 2001-2004 : Meiji Pharmaceutical University : Adjunct Lecturer - Cosmetic

Science

Page 23: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SUPPLEMENTARY INFORMATION:

Academic Societies: Japanese Society for Investigative Dermatology, Japanese Society of

Immunotoxicology, Japanese Society for Photomedicine and Photobiology, Japanese Society

of Alternatives to Animal Experiments Japanese Cosmetic Science Society, Japanese Society

of Cosmetic Chemists

2013 : Invited Lectures, Symposia:The 67th Annual Congress of Japan Clinical

Ophthalmology (Yokohama)

2012 : Fragrance Journal Seminar (Tokyo)

2012 : Society of Photoaging (Tokyo)

2012 : Oleo Science Seminar (Tokyo)

2007 : Societa Italiana di Chimica e Scienza Cosmetologiche (Milan) Innovation Day

2005 : The 7th Asian Congress of Dermatology (Kuala Lumpur)

2004 : The 29th Annual Meeting of Japanese Cosmetic Science Society (Tokyo)

2004 : Academic Conference of Dermatology of the Integration of TCM with Western

Medicine (Guangzhou)

2002 : The 16th Annual Meeting of Japanese Society of Alternatives to Animal

Experimentation (Tokyo)

2001 : The 74th Annual Meeting of Japanese Tissue Culture Society and The 15th Annual

Meeting of Japanese Society of Alternatives to Animal Experimentation (Tsukuba)

2000 : European Society for Cosmetic & Aesthetic Dermatology (Niece)

1999 : The 24th Annual Meeting of Japanese Society of Investigative Dermatology (Kobe)

1999 : The 6th Annual Meeting of Japanese Society of Immunotoxicology (Sendai)

1998 : Workshop for the Status of Alternatives to Animal Experimentation and Related

OECD Guidelines (Tokyo)

1998 : Japanese Society of Industrial Health Society (Tokai District Meeting) (Shizuoka)

1995 : The Tenth International Conference on Contact Dermatitis (Nagoya)

Page 24: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

CURRICULUM VITAE Name : SRI SAYEKTI

Education : Graduated from University of Gadjah Mada, Majoring Pharmacist ( 1979 )

Work Experiences : Pharmaceutical Industry Profesional for +/- 35 years at :

• PT Phapros Tbk • PT Kalbe Farma • PT Novartis Biochemie • PT Combiphar • Mensa Group

Job Position : • Registration Officer ; Quality Control supervisor ; Production Manager ; Logistics Manager (coordinating PPIC- Purchasing - Warehouse of Starting Material , Packaging & Finished Product ) ; Quality Assurance Manager ; • Plant Manager ; • Technical Operations Director ( for API & Pharma plants ) ; • Head of Quality Assurance & Product Development ; • Production Director ; • Corporate Technical Advisor

Current assignments : 1. Expert team

- Good Manufacturing Practice (GMP) – BPOMRI - Good Distribution Practice (GDP) – Directorate of Distribution - BPOMRI - Good Manufacturing Practice of Traditional Medicines – BPOMRI

2. Secretary and Organization Development Director of ISPE Indonesian Affiliate

Page 25: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama Lengkap : dr. Hari Paraton, SpOG(K)

Tempat, tgl.lahir : Kediri, 1 Mei 1954

Alamat : Sidosermo V – 10 Surabaya

Telepon/ email : 0811314571 , email: [email protected]

Unit Kerja : SMF/Dep. Obstetri Ginekologi

RSUD Dr.Soetomo – FKUA

Jabatan :

1. Kepala Divisi Uroginekologi Rekonstruksi SMF/Dep. OBSGIN RSUD

Dr.Soetomo-FKUA

2. Ketua Tim PPRA RSUD Dr.Soetomo

3. Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) KEMENKES

RI

Riwayat Pendidikan:

1. Dokter : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tahun 1981

2. Spesialis ObGin : Fak. Kedokteran Unair/ RSU Dr. Soetomo tahun 1989

3. Konsultan ObGin : Kolegium Obstetri Ginekologi tahun 2003

Pendidikan tambahan:

1. Pelatihan Ketrampilan Melatih (CTS) dan Pelatihan Advanced Training Skill (ATS) di Jakarta

th 1995

2. Pelatihan Instructional design di Jakarta th 1995

3. Pelatihan laparoskopi di bidang Ginekologi di Perth Autralia th 2000

4. Pelatihan Prudent Use of Antibiotics di Rotterdam th 2004

5. Pelatihan How to influence the people di Rotterdam th 2004

6. Pelatihan International Registered Certification Auditor (IRCA) di Surabaya th 2005

7. Pelatihan High Impact Presentation di Singapore th 2006

8. Pelatihan Uroginekologi di Sydney th 2007

Organisasi:

1. Penasehat POGI cabang Surabaya

2. Pengurus Pusat POGI

3. Pengurus PERKINA cabang Surabaya

4. Pengurus IDI Wilayah Jawa Timur

5. Anggota IRCA (International Registered Certification Auditor)

6. Anggota IHQN (Indonesian Heath Quality Network)

7. Anggota APUA Indonesia chapter (Alliance Prudent Use of Antibiotic)

Riwayat pekerjaan:

1. Puskesmas Dili Timor-Timor 1982-1983

2. Pertamina 1984-1985

3. PPDS OBSGIN FKUA 1985-1989

4. RSUD Baucau Timor-Timor 1990-1991

5. RSUP Dili Timor-Timor 1991-1992

6. RSUD Dr.Soetomo 1992-sekarang

7. Auditor ISO 9001:2000 th 2006-sekarang

8. Auditor PPRA Kemkes th 2005-sekarang

Page 26: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

PEMAKALAH

UNDANGAN

Page 27: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penguatan Quadruple Helix dalam Peningkatan Kompetensi Apoteker Guna

Pengembangan Bahan Baku Farmasi"Oleh: Maura Linda Sitanggang

Oleh: Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D

Dirjen Binfar & Alkes, Kementerian Kesehatan RI

ABSTRAK

Kemandirian di bidang bahan baku farmasi merupakan salah satu prioritas yang selalu

diupayakan oleh pemerintah, mengingat ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku

farmasi impor baik bahan aktif, bahan pembantu, bahan kosmetika maupun bahan baku obat

tradisional masih sangat tinggi. Untuk menunjukkan keseriusan ini pemerintah telah

mencantumkan program kemandirian bahan baku farmasi dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014 dan RPJMN tahun 2015-2019.

Pengembangan bahan baku farmasi di Indonesia memerlukan keterlibatan berbagai

stakeholder terkait, baik dalam penyediaan bahan baku, penelitian, pengembangan maupun

pemasaran. Jejaring/networking pengembangan bahan baku farmasi yang terdiri dari

kalangan akademisi (academic), dunia usaha (business), pemerintah (government) dan

masyarakat (community) atau dikenal dengan Quadruple Helix, perlu terus ditingkatkan agar

dapat terus berpartisipasi dalam koridornya masing-masing, untuk satu tujuan yang sama

yaitu pengembangan bahan baku obat di Indonesia.

Peranan apoteker dalam mengembangkan bahan baku farmasi sangatlah penting, mengingat

apoteker merupakan peran kunci dalam keseluruhan pekerjaan kefarmasian. Apoteker dapat

menjadi akademisi, pelaku usaha maupun pengguna dari bahan baku kefarmasian, baik dalam

pengembangan produk kefarmasian, maupun sebagai tenaga profesi pelayanan kefarmasian.

Untuk itu diambil langkah-langkah strategis, pemerintah bersama dengan apoteker,

mengembangkan bahan baku farmasi dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian di bidang

bahan baku farmasi di dalam negeri, untuk mewujudkan ketahanan farmasi Indonesia.

Page 28: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengawasan Produk Biosimilar di Indonesia

oleh: Ega Febrina

Badan Pengawas Obat dan Makanan

ABSTRAK

Perkembangan teknologi kedokteran telah memberikan banyak harapan baru bagi

manusia. Berbagai jenis penyakit yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan karena

keterbatasan terapi, saat ini telah dapat diatasi. Bioteknologi sebagai salah satu cabang ilmu

yang berkembang dalam 10 tahun terakhir memberi andil cukup besar dalam penyediaan

produk biologi untuk kepentingan terapi, pencegahan (preventif), maupun penatalaksanaan

berbagai jenis penyakit keganasan. Produk biologi umumnya digunakan untuk mengobati

berbagai jenis penyakit serius, termasuk multiple sclerosis, penyakit genetik yang jarang,

anemia, dan defisiensi hormon pertumbuhan.

Pengembangan produk biologi tidaklah sederhana dan tidak seperti obat kimia

sintetis. Produk biologi merupakan molekul yang sangat kompleks yang diproduksi

menggunakan sel hidup dan secara intrinsik sangat bervariasi. Mempertahankan konsistensi

antar bets menjadi sebuah tantangan dalam memproduksi produk biologi karena perubahan

sangat kecil dalam produksi, transportasi atau bahkan dalam penyimpanan, dapat

mengakibatkan perubahan profil keamanan dan khasiat (efikasi) produk akhir pada beberapa

kasus. Didasarkan pada teknik analisis yang ada saat ini, dua produk biologi sejenis tidak

selalu bisa dibuktikan sebagai produk yang identik.

Badan POM sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku memiliki peranan

yang strategis berkaitan dengan tugas utama pemerintah dalam memberikan perlindungan

kepada masyarakat di bidang Obat dan Makanan. Badan POM melakukan pengawasan

terhadap produk-produk yang akan di edarkan di Indonesia untuk memastikan agar produk-

produk tersebut memiliki mutu yang baik, aman dan berkhasiat. Pengawasan tersebut

dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif meliputi pengawasan produk sebelum

beredar (pre-market evaluation) dan pengawasan produk selama beredar di masyarakat (post-

market vigilance). Pengawasan pre-market mencakup pengawasan pada tahap pengembangan

obat dan evaluasi aspek mutu, keamanan dan khasiat untuk mendapatkan izin edar.

Pengawasan selama produk di peredaran (post-market vigilance) melalui inspeksi sarana

produksi dan distribusi, sampling dan pengujian, monitoring efek samping obat serta

pengawasan iklan dan label.

Setelah masa paten produk biologi originator habis, industri farmasi lain dapat

mendaftarkan produk biologi tersebut yang biasanya dikenal dengan produk biosimilar. Saat

ini berbagai produk biosimilar sedang dalam pengembangan atau sudah mendapat ijin edar di

banyak negara. Berbagai produk biosimilar diperkirakan akan didaftarkan untuk diedarkan di

Indonesia. Oleh karena itu, Badan POM sebagai institusi yang berwenang dalam pengawasan

obat perlu membuat regulasi khusus terkait dengan produk biosimilar dalam upaya

perlindungan masyarakat terhadap produk biosimilar. Salah satu upaya yang dilakukan oleh

Badan POM dalam pengawasan pre market adalah menyusun pedoman khusus untuk

penilaian produk biosimilar dalam rangka registrasi dengan mempertimbangkan semua

pedoman biosimilar yang ada di dunia saat ini. Dalam menyusun pedoman tersebut BPOM

bekerjasama dengan ahli terkait di Indonesia.

Page 29: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sertifikasi CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) dan Monitoring Distribusi Produk

Farmasi

Oleh: Drs. Arustiyono, Apt, MPH

ABSTRAK

Standar distribusi obat yang baik diterapkan untuk memastikan bahwa kualitas produk yang

dicapai melalui CPOB dipertahankan sepanjang jalur distribusi. Aspek-aspek CDOB

meliputi: (a) manajemen mutu, (b) organisasi, manajemen dan personalia, (c) bangunan dan

peralatan, (d) operasional, (e) inspeksi diri, (f) keluhan, obat dan bahan Obat kembalian,

diduga palsu dan penerikan kembali, (g) Transportasi, (h) sarana distribusi berdasarkan

kontrak, dan (h) dokumentasi.

Regulasi yang mengatur pendistribusian obat adalah (a) UU No. 36/2009 tentang Kesehatan,

(b) PP 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, (c) Permenkes 1148/2011 tentang Pedagang

Besar Farmasi yang telah diubah dengan Permenkes 34/2014, (d) PerKa Badan POM No.

HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang

Baik.

Upaya untuk menjaga mutu, keabsahan dan keamanan obat sepanjang rantai distribusi sesuai

persyaratan dan tujuan penggunaan salah satunya perlu dilakukan pengakuan bagi sarana

distribusi yang telah menerapkan CDOB diberikan dalam bentuk serifikat CDOB melalui

proses sertifikasi.Tujuan sertifikasi CDOB adalah (a) memberikan jaminan konsistensi

CDOB, (b) memberikan jaminan konsistensi mutu obat sesuai spesifikasi yang disetujui.

Dalam rangka memonitor distribusi produk farmasi dilakukan (a) monitoring importasi bahan

baku obat dan obat, (b) inspeksi rutin, (c) inspeksi surveilans untuk PBF yang telah

memperoleh CDOB, (d) pelaporan distribusi obat oleh PBF.

Ke depan implementasi CDOB menjadi semakin penting sehingga perlu komitmen semua

pihak untuk mendistribusi obat sampai ke pengguna sesuai dengan kaidah-kaidah CDOB dan

penegakan hukum yang lebih kuat utamanya untuk kasus-kasus tindak pidana.

Page 30: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perlunya “Standar Praktik Apoteker” Di Apotek Menyambut Berlakunya

Permenkes.35 Thn.2014”

Oleh: Hisfarma PD.IAI Jawa Timur

ABSTRAK

Praktik apoteker di apotek mempunyai kepastian kriteria dan nomenklatur baru

dengan diterbitkannya Permenkes.35/2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di

apotek. Disamping tentang standar pengelolaan maka standar pelayanan farmasi klinis akan

menjadi parameter penentu kualitas praktik apoteker. Sudah menjadi kewajiban organisasi

Hisfarma-PD.IAI Jatim untuk memandu para apoteker anggota dalam menjalankan praktik

dapat memenuhi standar, serta melindungi/ mendukung/mengakui adanya berbagai model

praktik apoteker kontemporal seiring dengan perkembangan praktik di era JKN-BPJS (visi-

2020). Organisasi segera menerbitkan berbagai dokumen-praktik apoteker, dalam

membangun kebersamaan-praktik para anggota dimulai dari tingkat wilayah

kabupaten/kota, tingkat daerah/provinsi sampai pada saatnya di tingkat nasional. Tahap awal

akan diterbitkan naskah “standar praktik apoteker di apotek” yang dilengkapi dengan

“pedoman pelaksanaan standar”, untuk membangun sistem manajemen mutu praktik.

Dokumen selanjutnya adalah naskah “cara penyelenggaraan praktik di apotek yang baik

(GPP di Apotek)” serta berbagai pedoman/panduan praktik pelayanan terapi pengobatan yang

lebih spesifik/khusus sesuai dengan jenis/klaster farmakoterapi dan/atau sediaan farmasi.

Organisasi menerbitkan juga “pedoman perilaku praktik apoteker (profesionalisme, etika

dan disiplin) dan kebijakan tentang aturan pendelegasian tindakan dan pekerjaan dari

apoteker kepada asisten tenaga kesehatan (asisten apoteker) dan tenaga teknis kefarmasian.

Pada saatnya semua “dokumen-praktik” diharapkan akan memberikan perlindungan kepada

para apoteker praktik dari kasus mal-praktik, pelanggaran etik dan disiplin untuk dapat

diselesaikan oleh organisasi.

Kata kunci: Permenkes.35 Thn.2014, standar-praktik-apoteker, Hisfarma-Apotek

Page 31: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cold Chain Management untuk Produk Farmasi

oleh: Ir. Berty Argiyantari, MM, CISCP

ABSTRAK

Cold chain management merupakan hal yang penting untuk dikelola dewasa ini seiring

dengan meningkatnya perkembangan produk biopharmaceutical yang sensitive terhadap suhu

dimana kualitas produk harus menjadi prioritas utama. Penanganan produk yang tepat sangat

dibutuhkan untuk mencegah kerusakan produk. Bila produk tersebut rusak maka akan

kehilangan efikasinya dan kerusakan tersebut tidak dapat dipulihkan kembali sehingga bisa

membahayakan konsumen ketika digunakan.

Cold chain system adalah system pengelolaan produk sesuai prosedur untuk menjaga produk

tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.Menjaga kualitas produk bukan

sebatas menyimpannya pada suhu dingin dan hanya dilakukan di tingkat pabrik saja namun

diperlukan suatu system penjaminan kualitas yang menyeluruh di sepanjang Distribution

Channel karena kegiatan ditribusi memegang peranan penting dalam sebuah rantai pasok

yang terintegrasi bagi produk farmasi.

Mengelola cold chain dengan baik dan benar dengan menerapkan system penjaminan kualitas

yang baik di tiap titik distribusi merupakan factor penting sehingga akan menjamin

ketersediaan produk yang berkualitas mulai dari penerimaan, penyimpanan, pengiriman

hingga saat penggunaan oleh konsumen

Tata cara pengelolaan cold chain dalam proses distribusi diatur dalam Cara Distribusi Obat

yang Baik (CDOB) dimana terdapat persyaratan khusus terkait suhu yang harus dipenuhi

sebagai standar pada saat penerimaan, penyimpanan dan pengiriman guna menjamin kualitas

produk. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola cold chain sesuai CDOB adalah

sebagai berikut:

1. Personel dan pelatihan

2. Bangunan dan fasilitas

3. Kegiatan operasional mulai dari penerimaan, penyimpanan dan pengiriman

4. Pemeliharaan peralatan

5. Kualifikasi, kalibrasi dan validasi

Page 32: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Obat Alternatif dan Tanggung Jawab Apoteker di Komunitas

Oleh: Dayar Arbain

ABSTRAK

Pemeliharaan kesehatan untuk semua rakyat di Indonesia dapat dikatakan masih belum

memadai. Fenomena ini terlihat jelas dengan belum meratanya penyebaran fasilitas kesehatan

seperti Rumah Sakit dan Puskesmas serta ketersediaan obat. Terlihat juga banyaknya kasus

resistensi terhadap mikroba tertentu sedangkan obat pengganti belum tersedia, atau

masyarakat tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan yang ada baik karena lokasi yang

terisolir, tidak mampu untuk membayar atau karena memang tidak tersedianya obat baru

untuk pengganti obat yang tidak lagi bekerja dengan baik khususnya untuk penyakit-penyakit

tropis seperti HIV/AIDS, TBC, malaria, Dengue, filariasis, infeksi saluran pernafasan dan

cerna, hepatitis, penyakit anak-anak, dll

Di sisi lain usaha pencarian dan penemuan obat baru yang berlangsung di negara-negara maju

membutuhkan biaya besar sehingga faktor pengembalian investasi menjadi sangat dominan.

Akibatnya obat-obat untuk penyakit tropis menjadi terabaikan karena tidak menjanjikan

disebabkan daya beli masyarakatnya yang rendah.

Akibatnya masyarakat Indonesia sesuai dengan segala keterbatasannya tidak akan tinggal

diam dan berserah diri menunggu ajal kalau mereka sakit dan tidak bisa mengakses fasilitas

kesehatan modern. Mereka akan berusaha mencari sendiri cara atau obat yang mungkin bisa

meringankan atau mengobati penyakit mereka dengan menggunakan obat yang dikenal

dengan istilah obat alternatif seperti jamu, obat tradisional dari kelompok etnik tertentu,

TCM, Ayurvedic dll.

Penggunaan obat alternatif ini sering menimbulkan masalah baru yang dikenal terkait dengan

“efficacy, validation dan safety” baik dari sisi bahan obat yang digunakan atau bagaimana

bahan obat tersebut digunakan. Disisi lain bahan obat alternatif dalam bentuk “food

suplemen” juga ikut meramaikan pasar obat alternatif ini, dalam banyak hal dengan iklan dan

promosi yang menyesatkan. Untuk mengatasi kesemuanya ini dibutuhkan kerjasama dan

dukungan semua pihak terkait.

Masalah-masalah pokok yang terkait dengan Obat Alternatif dan Tanggung Jawab profesi

Farmasi akan didiskusikan.

Page 33: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

The Pharmacogenetics and Pharmacogenomics of Asthma Therapy

oleh: Dr (clin pharm). Dedy Almasdy, M.Si., Apt.

ABSTRAK

Meskipun telah tersedia sejumlah obat-obatan untuk terapi asma, sejumlah pasien tetap gagal

mencapai hasil terapi yang diharapkan. Penelitian membuktikan bahwa genetik merupakan

faktor lain yang menentukan respon terapi. Makalah ini mendiskusikan temuan penting pada

studi farmakogenetik dan farmakogenomik dalam pengobatan asma, dengan fokus

pembicaraan pada tiga kelas utama, yaitu; β-adrenergik receptor agonists, inhaled

corticosteroids dan leukotriene modifiers. Meskipun studi mempunyai keterbatasan secara

metodologi, beberapa gen yang mempengaruhi respon terapi pada pasien asma telah berhasil

diidentifikasi. Karena itu pada masa yang akan datang sangat dimungkinkan untuk

melakukan pengobatan asma dengan rejimen dosis lebih individual (personalized

treatment/tailored medication) sehingga dapat meningkatkan hasil terapi, mengurangi efek

samping dan mewujudkan pelayanan yang lebih ekonomis (cost-effective).

Page 34: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

The Pharmacogenetic and Pharmacogenomic of Asthma Therapy

oleh: Dr (clin pharm). Dedy Almasdy M.Si., Apt.

Page 35: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kiat Menulis Artikel Ilmiah yang Bermutu

Oleh: Ernawati Sinaga1,2

1Jurnal Farmasi Indonesia,

2Universitas Nasional

ABSTRAK

Menulis artikel ilmiah sebetulnya mudah. Mempublikasi laporan penelitian di jurnal ilmiah

merupakan kewajiban setiap peneliti, sebab penelitian belum selesai apabila belum

dipublikasi. Namun, tidak banyak orang yang suka menulis. Menulis artikel ilmiah seringkali

dianggap kegiatan yang rumit dan banyak memakan waktu. Akan tetapi, jika sudah

dibiasakan dan terbiasa, menulis akan jadi kegiatan yang mengasyikkan. Di samping

bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk masyarakat luas. Struktur umum sebuah

tulisan ilmiah adalah: Judul, Afiliasi para penulis, Abstrak, Pendahuluan, Isi tulisan (dapat

berupa subbab-subbab atau Metode penelitian, Hasil, dan Pembahasan), Kesimpulan, Ucapan

terima kasih, dan Daftar Pustaka. Dalam penulisan artikel ilmiah yang bermutu, judul dan

abstrak merupakan hal yang sangat penting. Judul menjadi pemikat pertama dan utama bagi

pembaca, sedangkan abstrak merupakan jendela atau etalase isi tulisan. Oleh sebab itu dua

bagian ini harus diupayakan semenarik, seinformatif, dan seakurat mungkin. Data yang

disajikan harus valid, dan hasil penelitian harus dibahas secara ilmiah dan komprehensif.

Jangan pernah lupa menyatakan terima kasih (acknowledgement) kepada pihak-pihak yang

telah membantu, dan di bagian akhir tulisan harus selalu ada daftar pustaka sebagai bentuk

kejujuran dan penghargaan intelektual terhadap penulis lainnya. Jangan pernah lupa untuk

menyatakan sitasi, sebab tanpa pernyataan tersebut berarti telah melakukan plagiasi. Plagiasi

adalah tindakan sangat tercela dalam penulisan ilmiah. Etik kepengarangan (authorship

ethics) harus dijaga ketat. Nama yang muncul sebagai penulis suatu artikel seharusnya

merupakan orang yang benar-benar berkontribusi dalam penyiapan artikel tersebut.

Keywords: artikel ilmiah, bermutu, jurnal, plagiasi, etik kepengarangan

Page 36: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol Kualitas Obat Herbal (Fitofarmasi) dan Metoda Validasinya

Oleh: Gunawan Indrayanto

ABSTRAK

Untuk menjamin kualita (bahan) obat yang berasal dari alam (tanaman), termasuk

Fitofarmasi, kontrol kualita lengkap yang meliputi analisa kandungan kimia alami, dan

analisa adanya kontamian seperti logam berat, pestisida, mikroba pathogen dan toksin,

mutlak harus dilakukan.

Ada dua metoda yang dapat dipakai untuk analisa kandungan kimia alami (bahan) obat

herbal/Fitofarmasi yaitu dengan metoda “pendekatan marker” dan “pendekatan profil

metabolit”.

Kandungan kimia alami (kualitatip dan kuantitatip) pada tanaman, dan produk-2nya

dipengaruhi oleh beberapa variabel: lingkungan dimana tanaman dikultivasi/tumbuh, umur

tanaman, cara panen, cara pengeringan dan cara fabrikasi. Sehubungan dengan hal ini, maka

tanaman (obat herbal) identik dapat mengandung bahan kimia alami yang tidak sama, dan

akibatnya khasiat atau toksisitasnya juga dapat berbeda. Karena adanya variabel2 tersebut,

analisa dengan pendekatan profil metabolit lebih direkomendasikan, sedangkan pendekatan

cara marker direkomendasikan untuk analisa kandungan marker spesifik, logam, toksin dan

pestisida.

Untuk mendapatkan hasil analisa yang valid dan dapat dipercaya, semua metoda analisa

harus divalidasi lebih dahulu sebelum dapat dipakai secara rutin di laboratorium QC.

Presentasi ini akan membahas dengan detail cara2 validasi metoda, dan parameter2 yang diuji

berdasarkan referensi terbaru (tahun 2015). Untuk pendekatan marker dibahas stabilita,

selektivitas, linireitas, presisi, akurasi, ketegaran, limit deteksi, limit kuantifikasi, sedangkan

untuk pendekatan profil metabolit dibahas presisi.

Pengertian dan prinsip tentang sistim kualita obat (herbal) dan faktor2 yang dapat

mempengaruhi juga akan dibahas.

Page 37: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Harmonisasi di Bidang Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan dan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA)

Oleh: Hary Wahyu T

Badan Pengawas Obat dan Makanan

ABSTRAK

Harmonisasi ASEAN merupakan kerjasama antar negara-negara ASEAN di bidang obat

tradisional dan suplemen kesehatan untuk meminimalkan hambatan perdagangan tanpa

mengabaikan aspek keamanan, efikasi/manfaat dan mutu produk yang diedarkan di ASEAN.

Dalam rangka menjamin kemanan, efikasi/manfaat dan mutu produk yang diperdagangkan di

ASEAN, negara-negara ASEAN menyusun standar, persyaratan teknis serta pedoman yang

diharmonisasi serta kemudian dipayungi oleh Agreement ASEAN.

Mempertimbangkan latar belakang yang berbeda di masing-masing negara ASEAN, standar,

persyaratan teknis, pedoman serta Agreement disusun tidak terlalu mengikat. Topik atau

aspek yang disusun tersebut merupakan topik atau aspek yang sudah ada di dunia

internasional dan bagi Indonesia bukan merupakan hal yang baru. Sementara itu di era

harmonisasi ataupun Masyarakat Ekonomi ASEAN tetap akan ada proses seleksi produk

yang akan di edarkan di Indonesia melalui proses registrasi seperti biasa, termasuk untuk

produk impor.

Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai salah satu unsur Pemerintahan, senantiasa

melakukan antisipasi dalam menyambut MEA melalui berbagai program kegiatan termasuk

program lintas sektor seperti melakukan diseminasi informasi progress harmonisasi ASEAN,

dan mempersiapkan industri seperti dengan memberikan berbagai pelatihan teknis. Sementara

internal Badan POM sendiri melakukan upaya-upaya internal, seperti efisiensi sistem

registrasi, menanggulangi OT mengandung bahan kimia obat dan menanggulangi produk

ilegal.

Dalam menghadapi dinamika regional ini, profesi Apoteker harus mampu mempersiapkan

diri sehingga dapat menjawab dan mengantisipasi tantangan tersebut dan sekaligus harus

dapat membuktikan bahwa Indonesia dapat mengambil peran positif di era Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Sementara itu, untuk lebih mengoptimalkan hasil yang ingin

dicapai, kemitraan antara Akademisi, Businessman, dan Government perlu lebih ditingkatkan

sesuai dengan fungsi masing-masing.

Kata kunci: harmonisasi ASEAN; standar, persyaratan teknis dan pedoman; kompetensi

apoteker

Page 38: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nanopartikel untuk Berbagai Sediaan Farmasi

Oleh: Prof. Dr. Henny Lucida, Apt.

ABSTRAK

Kelarutan yang rendah di dalam air dan ketidakstabilan senyawa obat menjadi

tantangan tersendiri dalam perancangan bentuk sediaan obat karena berdampak pada

ketersediaan hayati. Teknologi nanopartikel dengan sifatnya yang unik dapat menjawab

tantangan tersebut dengan penerapan yang luas untuk rute pemberian oral, parenteral,

pulmonary, ocular, transdermal dan penghantaran spesifik ke sel target. Secara umum

aplikasi nanosizing dibagi menjadi nanokristal (pengurangan ukuran partikel senyawa obat

menjadi 10-1000 nm) dan system penghantaran obat nanopartikel (polymeric dan lipid

nanoparticle). Pengurangan ukuran partikel akan meningkatkan kelarutan zat aktif dan laju

dissolusi di dalam air sehingga sangat bermanfaat dalam pengembangan senyawa obat yang

termasuk kelas II dan IV menurut Sistem Klasifikasi Biofarmasetik (Biopharmaceutics

Classification System). Sistem penghantaran obat nanopartikel seperti liposom, nanoemulsi,

D-phase gel dan solid lipid nanopartikel (SLN) menjadi pilihan untuk meningkatkan

kestabilan zat aktif terhadap degradasi kimia dan biologis sehingga cocok untuk senyawa-

senyawa yang mudah terhidrolisis, teroksidasi (seperti antioksidan alami) termasuk insulin

dan vaksin; merupakan alternatif untuk penghantaran obat transdermal bagi senyawa dengan

bioavailabilitas oral rendah atau variabilitas tinggi. Sistem ini juga dipilih untuk penghantaran

spesifik zat aktif ke sel target seperti anti kanker, sehingga dapat meningkatkan safety dan

efficacy obat.

Kecendrungan terjadinya aggregasi, agglomerasi dan ketakstabilan fisika lainnya

sering ditemui dalam pembuatan sediaan nanopartikel. Pengecilan ukuran partikel/droplet

melalui nanomilling maupun high pressure homogenizer memerlukan teknik optimasi untuk

memilih jenis dan komposisi stabilizer (surfaktan dan kosurfaktan) serta lama proses

penggilingan yang tepat. Parameter evaluasi seperti ukuran partikel/droplet, indeks

polidispersitas, potensial zeta, morfologi partikel/droplet, laju sedimentasi, kekentalan dan

sifat alir, drug loading serta uji laju permeasi zat aktif perlu dilakukan. Penelitian

menggunakan griseofulvin sebagai model menunjukkan bahwa teknologi nanopartikel dapat

memperbaiki kelarutan dan meningkatkan bioavailabilitasnya 3 sampai 4 kali. Formulasi

nanoemulsi griseofulvin dan SLN ketokonazol meningkatkan jumlah zat aktif berpermeasi

dibanding sediaan semisolid pembanding.

Keywords: nanopartikel, stabilitas fisika

Page 39: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menjaga Mutu Internal Dan Eksternal Puskesmas

Oleh: Iis Rukmawati, S.Si., MM.Kes., Apt.

ABSTRAK

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia dalam sistem kesehatan

nasional terdiri dari dua komponen yaitu upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat merupakan tumpuan pelayanan bagi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta pengelolaan dan pemanfaatan

dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik

pemerintah daerah, agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iuran dibayar oleh pemerintah sehingga memahami

metode pembayaran utilisasi review dan standar pelayanan di puskesmas serta memahami

kapitasi sebagai jasa layanan bagi apoteker agar bisa mendorong terwujudnya apoteker

praktek yang bertanggung jawab serta profesional. Dengan perhitungan 100 poin untuk

apoteker dari dana kapitasi yang diberikan dengan besaran pembayaran perbulan yang

dibayarkan dimuka kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama didasarkan pada jumlah

peserta yang terdaftar di fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah. Dengan sistem kendali

mutu pelayanan kesehatan setelah sistem kendali biaya sistem jaminan kesehatan untuk

membangun konsep pengukuran kualitas sarana di fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu

puskesmas wajib tangani 155 penyakit.

Page 40: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Regulasi Apoptosis dan Regenerasi Sel Beta Pankreas sebagai Upaya Mendapatkan

Strategi Terapi Kausatif pada Diabetes Mellitus

Oleh: Junaidi Khotib, Khoirotin Nisak, Dewi Wara Shinta, Budi Suprapti

ABSTRAK

Saat ini terdapat 8,4 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes mellitus (DM). Jumlah

tersebut menempati peringkat keempat di dunia dan diperkirakan prevalensinya meningkat

secara signifikan setiap tahun mengikuti perubahan gaya hidup. Berbagai metode

dikembangkan untuk pengobatan penyakit ini seperti penggunaan insulin dan oral anti

diabetik untuk menurunkan kadar glukosa darah serta transplantasi pankreas dan

pengembangan stem cell untuk pembentukan sel beta pankreas. Penggunaan insulin dan oral

diabetik diperlukan waktu sepanjang hidup pasien, selain itu dapat menimbulkan efek

samping dan toleransi, sementara dua metode yang lain belum menunjukkan keberhasilan

yang signifikan. Untuk itu diperlukan strategi pengobatan yang baru dalam mengatasi

berbagai permasalahan pengobatan DM tersebut. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah

didapatkan pendekatan potensial untuk dikembangkan dalam penanganan DM yaitu

penggunaan senyawa yang mampu menghambat aktivitas enzim phosphotyrosine

phosphatase. Senyawa yang mengandung logam vanadium menunjukkan penghambatan yang

optimal terhadap PTPase sehingga mengakibatkan penurunan secara signifikan kadar glukosa

darah, perbaikan jaringan target seperti atropi pada otot, perubahan struktur hepatosit dan

kerusakan adiposa akibat DM. Hasil lain yang sangat menarik dan merupakan peluang besar

dalam pengobatan DM adalah adanya peningkatan jumlah sel beta pankreas yang signifikan

pada streptozotocin-induced diabetic animal model yang mendapatkan senyawa vanadil sulfat

dengan dosis 5-100 mg/kg BB selama tujuh hari. Setelah treatment vanadil sulfat selama 7

hari, hewan dimatikan dan diambil jaringan pankreas untuk preparasi secara histokimia dan

immunohistokimia. Pada pengamatan jaringan pankreas dengan pewarnaan aldehid fuchsin

menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan jumlah sel beta pankreas dan luasan islet

langerhaens. Dengan immunohistokimia menunjukkan adanya peningkatan signifikan

ekspresi telomerase, cdk4 dan P53 yang menunjukkan adanya aktivitas proliferasi sel beta.

Sementara apoptosis diamati dengan menggunakan antibodi apo Brdu dan caspase 3

menunjukkan adanya penurunan ekspresi keduanya pada jaringan pankreas. Hasil ini dapat

digunakan untuk menjadi dasar pendekatan yang baru dalam terapi DM dengan mechanism-

based therapy.

Key words: Beta cell regeneration, beta cell proliferation, vanadyl sulphate, apoptosis,

telomerase

Page 41: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Efektivitas Penggunaan Sitikolin terhadap Terapi Standar pada Stroke Trombotik

Akut Dengan Parameter NIHSS

(Penelitian di IRNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Oleh: Junaidi Khotib1)

, Feriah Bte Mogundil1)

, Yudhi Adrianto2)

, Worokarti3)

1) Departemen Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

2) Departemen Ilmu Penyakit Syaraf RSUD Dr Soetomo Surabaya

3) Instalasi Farmasi RSUD Dr Soetomo Surabaya

ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab mortalitas utama di seluruh dunia. Terapi stroke saat ini

ditujukan untuk mengurangi progresivitas kerusakan neurologi dan mengurangi angka

kematian. Neuroprotektan merupakan salah satu terapi yang ditujukan untuk mengurangi

terjadinya kerusakan sel karena terhambatnya aliran darah yang memasok oksigen dan

makanan menuju otak. Sitikolin merupakan neuroprotektan yang digunakan pada pasien

stroke trombotik akut di instalasi rawat inap SMF Saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Sitikolin tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan tablet peroral, dan memiliki rentang

dosis yang dianjurkan yaitu 500 mg – 2000 mg per hari. Namun sampai saat ini, kemampuan

sitikolin untuk meningkatkan perbaikan fungsi neurologi masih kontroversial dan menjadi

perdebatan.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efektivitas sitikolin terhadap terapi standar pada

pasien stroke trombotik akut dengan parameter NIHSS di Instalasi Rawat Inap SMF Ilmu

Penyakit Saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode

retrospektif dan data diperoleh dari dokumen rekam medik kesehatan pasien pada periode 01

November 2013 hingga 28 Februari 2014. Penilaian outcome pada pasien stroke trombotik

akut diukur dengan menggunakan skala NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale).

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 61 pasien stroke trombotik akut, 25 pasien (41%)

yang mendapatkan terapi standar dikombinasikan dengan sitikolin dan 36 pasien (59%) yang

mendapatkan terapi standar tanpa kombinasi sitikolin. Sitikolin diberikan secara intravena

dengan dosis dalam rentang 500 mg - 2000 mg per hari yang diberikan dalam dosis terbagi

dua atau tiga kali sehari. Hasil dari analisis menunjukkan adanya perbedaan perbaikan antara

NIHSS awal dan akhir pada kelompok pasien yang mendapatkan terapi standar dan kelompok

pasien yang mendapatkan terapi standar dikombinasikan dengan sitikolin secara statistik

masing-masing nilai (p < 0,001). Terdapat perbedaan yang bermakna perbandingan delta

NIHSS antara kelompok yang mendapatkan terapi standar dan kelompok pasien yang

mendapatkan terapi standar dikombinasikan dengan sitikolin secara statistik (p=0,004).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas antara penggunaan terapi standar

dikombinasikan dengan sitikolin dengan terapi standar saja pada pasien stroke trombotik akut

bila diukur dari perbaikan outcome klinik berdasarkan NIHSS.

Kata kunci: stroke trombotik, sitikolin, NIHSS.

Page 42: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Upaya Program Rujuk Balik dan Program Pelayanan Penyakit Kronis di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama dalam Kendali Mutu dan Kendali Biaya

Oleh: Lente Melanie

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Pemerintah telah

menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan, sebagai upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta

untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan. Dalam pelaksanaannya, program BPJS melibatkan seluruh

komponen kesehatan, agar taraf hidup kesehatan masyarakat meningkat. Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) dan Program Rujuk Balik (PRB) adalah suatu

sistem pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi

yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis.

Tujuan program tersebut, untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai

kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes

Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM

Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait, sehingga dapat mencegah timbulnya

komplikasi penyakit tersebut, sehingga biaya pelayanan kesehatan menjadi efektif dan

efisien. Salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan serta memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada peserta

penderita penyakit kronis, maka dilakukan optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik.

Pelayanan Program Rujuk Balik diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan penderita penyakit

kronis, khususnya penyakit: Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung, Asma, Penyakit Paru

Obstruktif Kronis (PPOK), Epilepsy, Stroke, Schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus

(SLE) yang sudah terkontrol/stabil namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan

keperawatan dalam jangka panjang.

Tugas Apoteker adalah melakukan praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan, termasuk

pengendalian untuk sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan penyimpanan dan

pendistribusian, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Di sisi lain, pemberlakuan Undang-

undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) memberikan harapan pada industri

farmasi nasional. Masyarakat lebih banyak mencari obat generik dikarenakan obat generik

harganya lebih murah namun kualitas obatnya sama dengan obat berlabel, dan pemerintah

sudah membuat Formularium Nasional. Dampak posistif bagi pertumbuhan industri farmasi

dari hulu ke hilir atau disepanjang mata rantai bisnis kefarmasian, dengan kebutuhan obat

nasional naik 2,5-3 kali lipat menjadi 240 juta dosis dari kebutuhan saat ini.

UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 108 dan PP 51 Tahun 2009 dengan jelas

mengatur fungsi dan peranan Apoteker dalam dunia kesehatan. Jika peranan tersebut

Page 43: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dimaksimalkan, diharapkan Apoteker mampu menekan biaya pelayanan kesehatan sekaligus

mengontrol penggunaan obat menjadi lebih rasional dan peresepan yang berlebihan dapat

dikendalikan. Peran Apoteker dan Apotek pada masa JKN ini menjadi sangat strategis dalam

sistem pelayanan kesehatan maupun system adminitrasi kesehatan. Pada era JKN ini paling

tidak ada 2 kompetensi Apoteker yang tidak dapat tergantikan dalam menjalankan praktek

kefarmasian di Apotek yaitu kompetensi Apoteker dalam pengendalian persediaan (

perencanaan, pengadaan dan pengelolaan ) obat serta kemampuan Apoteker dalam

pengendalian biaya obat peresep dimana Apoteker berperan sebagi verifikator resep dengan

dasar farmakoekonomi dan farmakoterapi yang baik. Oleh karena itu, Apoteker diharapkan

dapat mengubah mindsetnya dari seorang “pekerja” menjadi seorang Apoteker professional.

Perubahan mindset Apoteker tersebut harus dimulai dengan tidak lagi berorientasi pada gaji

dan tambahan uang R/ yang dihitung dari bersaran omzet apotek. Pada era JKN ini adalah

momentum bagi para Apoteker untuk melakukan perubahan (transformasi).

Apoteker akan berfungsi untuk memastikan obat yang diresepkan dokter rasional dan

memastikan pasien memahami penggunaannya secara tepat, sehingga apoteker dalam kendali

mutu dan biaya dapat tercapai. Inovasi dan kreativitas yang mengarah pada upaya promotif

dan preventif lain yang dilakukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Faskes

Primer seperti: Senam Sehat, Penjaringan Posyandu, Penyuluhan, Konseling Perorangan,dan

sebagainya diharapkan dapat meningkatkan upaya pelayanan kesehatan dasar bagi peserta

BPJS Kesehatan pada khususnya.

Kata Kunci: Prolanis, Program Rujuk Balik, Peranan Apoteker Pada JKN

Page 44: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stabilitas Fisika Nanoemulsi Parenteral

Oleh: Mahdi Jufri

ABSTRAK

Nanoemulsi lemak parenteral merupakan dispersi globul minyak dalam medium pembawa air

yang distabilkan oleh agen pengenulsi fosfolipid. Agar emulsi ini aman digunakan secara

intravena oleh karena itu ukuran globul minyak emulsi ini harus dalam kisaran ukuran

kilomikron yaitu antara 80-500 nm.Kandungan nanoemulsi lemak parenteral antara lain

minyak, bahan pengemulsi, bahan pengisotoni, bahan penstabil, bahan pengisotoni, bahan

pengatur pH.Nanoemulsi mula-mula dibuat dispersi kasar kemudian pengecilan ukuran

globul minyak dilakukan dengan alat High Pressure homogenizer(HPH) dan setelah pH

diatur hingga mendekati pH cairan darah kemudian disterilkan dengan autoclave. Pengujian

stabilitas perlu dilakukan untuk menjaga mutu dari nanoemulsi seperti uji sentrifugasi, uji

ukuran globul minyak, zeta potensial serta uji stabilitas di berbagai suhu yaitu 4 , 25 dan 40 o

C untuk mengetahui adanya pemisahan fasa minyak dan air.

Page 45: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peran Apoteker dalam Penggunaan Antibiotik Secara Bijak pada Penanganan Infeksi

Saluran Pernafasan

Oleh: Mariyatul Qibtiyah

ABSTRAK

Infeksi saluran pernafasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat.

Berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi

saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas meliputi rhinitis, sinusitis,

faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran Pernafasan bawah

meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi

saluran pernafasan ini bila tidak diatasi dengan baik dapat berdampak komplikasi yang

membahayakan bahkan dapat berakibat kematian.

Tingginya prevalensi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta dampak yang

ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas (seperti anti influenza,

obat batuk, multivitamin) dan antibiotik. Dalam kenyataan antibiotik banyak diresepkan

untuk mengatasi infeksi ini. Peresepan antibiotik yang berlebihan tersebut terdapat pada

infeksi saluran pernafasan atas akut dimana sebagian besar penyebabnya adalah virus.

Penggunaan antibiotik yang kurang bijak ini selain tidak efektif juga akan meningkatkan

resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yang tidak diinginkan. Sedangkan pada

infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri maka penggunaan antibiotik yang

tepat baik indikasi, pemilihan antibiotik dan rejimen dosis yang tepat sangat menentukan

keberhasilan terapi dan mencegah terjadinya komplikasi yang membahayakan.

Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting di samping karena

penyebarannya sangat luas yaitu melanda bayi, anak-anak dan dewasa, komplikasinya yang

membahayakan serta menyebabkan hilangnya hari kerja ataupun hari sekolah, bahkan

berakibat kematian (khususnya pada pneumonia). Dalam mengatasi permasalahan ini

membutuhkan keterpaduan semua profesi kesehatan untuk mengatasinya. Apoteker dengan

pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta mengatasi permasalahan tersebut antara

lain dengan mengidentifikasi, memecahkan problem terapi obat (PTO), memberikan

konseling obat, promosi penggunaan obat yang rasional baik tentang obat bebas maupun

penggunaan antibiotik secara bijak. Dengan memahami patofisiologi dan farmakoterapi

infeksi saluran pernafasan, diharapkan Apoteker dapat berperan lebih optimal dalam

peningkatan pelayanan kesehatan baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di

masyarakat.

Kata kunci: penggunaan antibiotik, infeksi saluran pernafasan, peran apoteker

Page 46: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

If You Are Competent as A Pharmacist – Are You Ready to be Assessed?

Speaker: Arijana Meštrović

Pharma Expert Consultancy and Education, Zagreb, Croatia

ABSTRACT

Development of competences in pharmacy is a basic prerequisite for providing pharmacy

care and being responsible for patient treatment outcomes. The World Health Organization

(WHO) has endorsed the public health role of pharmacists using evidence-based practice to

ensure patient safety and the best use of medicines, including individual patient and

population outcomes.

Despite the differences in educational activities, teaching methods and programs

internationally, all pharmacy practitioners have the same goal – to improve the status of the

patients by improving therapeutic outcomes in pharmacotherapy. To achieve this noble goal

in everyday pharmacy practice, in every environment, nation and culture – it is necessary to

develop pharmacists’ competencies.

There is a strong connection between competency and performance. Multiple-choice tests,

oral examinations, or essays can be used to test factual knowledge, but more sophisticated

methods are needed to assess performance, including observation, objective structured

clinical examinations, and role play using standardized or real patients.

International Pharmaceutical Federation (FIP) has published Global Competency Framework

(GbCF) which has obtained its final form after validation of more than 60 countries all over

the world. This model describes 3 clusters of pharmacists’ competence: pharmaceutical care

competencies, professional and personal competencies and organisation and management

competencies.

GbCF has been used in England, Scotland, Ireland, Lithuania, Singapore, New Zeeland,

Australia, Serbia, Bosnia and Herzegovina, Monte Negro, Cyprus and Macedonia and

recently in Turkey. Numerous educational activities were organised, as well as the

pharmaceutical care and public health projects, which were leading to the competency

development and implementation of new services for our patients.

The Framework can be used for self-assessment or assessment in peer review process to

evaluate pharmacists’ current level of practice, thus allowing them to progress independently

by participating in individually tailored education programs. Lessons learned so far will be

presented and discussed in this presentation.

Keywords: Competency assessment, Competency framework, Pharmacists performance,

Competency development

Quality Assurance in Pharmacy Education: Key Principles and Resources

Speaker: Michael J. Rouse, BPharm (Hons), MPS

Page 47: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Director, International Services; Accreditation Council for Pharmacy Education, USA

ABSTRACT

Pharmacy practice and education are facing tremendous changes following new scientific

discoveries, technology trends and evolving patient needs, as well as the advanced

competencies required of pharmacists for current and future practice as health care

professionals and in other roles in society. The basic level of practice has been improved, but

many countries are facing critical shortages in their pharmacy workforce capacity in order to

make a meaningful contribution to the country’s health care system. There is a need to assure

the development of an adequate and appropriately trained health care workforce, along with

the academic and institutional infrastructure to deliver the required competency-based

education and training. Therefore, many countries are introducing, expanding, or undertaking

major transformations of pharmacy education.

Such developments must be accompanied by robust systems to assure the quality of the

educational context, structure, process, outcomes and impact. The most visible outcomes of

an educational programme are the graduates who should be competent and capable of

performing safely, effectively and professionally in their practice setting and contributing to

the delivery of health care. Additionally, academic institutions providing education to health

care professionals must ensure that they are socially accountable and demonstrate how they

contribute to addressing national needs and priorities and improved health care outcomes.

Pharmacy practice, pharmacy education and quality assurance systems for education differ

from country to country. While developments in practice, regulation and education are

reducing this diversity, current differences are still significant. In many countries, quality

assurance systems for pharmacy education are well developed; in other countries, they do not

exist or are still emerging.

The presentation will discuss key principles for assuring the quality of pharmacy education

and describe resources and tools that can support institutional and national efforts to assure

and advance quality in pharmacy education.

Keywords: quality assurance, pharmacy education, resources

Page 48: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hidup Sehat dan Bugar dengan Vitamin

Oleh: Muslim Suardi

ABSTRAK

Vitamin berasal dari kata vita dan amin. Vita berarti kehidupan. Amin berasal dari amine

suatu gugus kimia yang mengandung unsur N, anggapan awal tentang senyawa vitamin.

Vitamin adalah sebutan umum untuk sejumah zat organik yang diperlukan dalam jumlah

sedikit untuk fungsi metabolisme normal tubuh dan umumnya tidak dapat dihasilkan dalam

tubuh. Vitamin ada yang larut air, dan ada yang larut lemak. Walaupun termasuk ke dalam

kelompok obat yang boleh diberikan tanpa resep dokter, vitamin harus didapatkan,

digunakan, disimpan dan dibuang dengan cara yang benar. Ia bisa saja menimbulkan bahaya

dan efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa aspek penting perlu diperhatikan dalam

memperoleh vitamin. Sarana darimana vitamin didapatkan, mutu sediaan, produsen, dan

sumber informasi yang benar perlu dipertimbangkan. Dalam menggunakan vitamin harus

mengutamakan keamanan. Cara penggunaan, takaran, lama penggunaan, siapa yang akan

menggunakan perlu diperhatikan. Vitamin merupakan senyawaan yang tidak stabil. Karena

itu, penyimpanannya harus betul-betul sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat kimianya. Di

samping itu penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga tidak digunakan oleh orang-orang

yang tidak tepat. Agar vitamin yang sudah rusak tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak

berhak dan agar ia tidak merusak lingkungan, maka sediaan vitamin harus dibuang atau

dimusnahkan dengan cara yang benar. Dagusibu merupakan singkatan dari dapatkan,

gunakan, simpan dan buang obat dengan benar. Ia merupakan suatu program Pengurus Pusat

Ikatan Apoteker Indonesia yang sejalan dengan Gerakan Keluarga Sadar Obat. Kegiatan

tersebut bertujuan agar masyarakat terhindar dari bahaya obat.

Kata kunci: vitamin, keamanan, dagusibu.

Page 49: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nanoparticle Drug Delivery Systems for Macromolecule Drugs

Ronny Martien

ABSTRACT

Macromolecule drugs as protein are very importance for our body. Lack of protein such as

insulin causes diseases like Diabetes mellitus. Macromolecule drugs such as protein and

peptide are restricted by its low bioavailability. Due to solubility, stability and bioavailability

of protein, nanoparticle can be one of the answers of those obstacles. Nanoparticle

technology has been to develop as an alternative solution to improve drug delivery profile,

especially for the less bio-available chemical. Nanoparticle technology can be used to

improve pharmacological effect of the bioactive compound compare to modified ones. These

technology also provide a better dosage form by improve their application.

Page 50: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pillars and Foundations of Educational Quality: The Concept and Model

Speaker: Michael J Rouse

Accreditation Council for Pharmacy Education (ACPE), Chicago Illinois, USA

ABSTRACT

The need to expand the health workforce to meet societal needs has resulted in increased

capacity in education and training. In some countries, this has been achieved, but not always

in a quality way. In recent years, much attention has been directed at developing competency-

based educational models, programs and frameworks to evaluate and enhance quality, and to

support initiatives that advance quality and build capacity.

Many countries lack the resources and experience to effectively quality assure education and

training. Furthermore, education and training of pharmacists must be viewed as a continuum

by all key stakeholders, including educators, practitioners, regulators, policy makers and

accreditors. Quality assurance systems must ensure that educational programs are

competency-based, reflect a vision for practice and education developed through profession-

wide consensus, are of high quality and appropriate, and meet the needs of the country and its

people. To be meaningful, educational activities must focus more on learning outcomes and

impact, and less on structure and process, although the latter remain important “pillars” of

quality.

Traditional approaches to quality have focused on structure, process and outcomes.

Contemporary approaches must go beyond these three “pillars” to include context and

impact, which together reflect social accountability. New approaches, based on a competency

foundation (science, practice and ethics), must consider healthcare needs and priorities, and

be adopted at the individual, organizational and national levels. Without changes in the

behavior and performance of pharmacists (graduates) and an impact on practice and patient

outcomes, education does not fully achieve its desired objective.

This interactive presentation will describe five “pillars” and three “foundations” of

educational quality, and discuss how they can serve as the basis for both external evaluation

of quality and internal self-assessment and quality improvement initiatives, determine the

appropriate context for education and learning, and connect educational outcomes with

competency development.

Keywords: Context, Structure, Process, Outcomes, Impact of pharmacy education

Page 51: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assuring Quality in Pharmacy Education

Speaker: Dr. sc. Arijana Meštrović, M.Pharm

Pharma Expert Consultancy and Education, Zagreb, Croatia

ABSTRACT

Improvement cannot come without change, but not all change leads to improvement. For

change to result in improvement, certain tenets of quality must be present. Appropriately

taking into consideration the Context in which an education activity takes place and then

ensuring the optimal Structure and Process for the activity, should lead to the desired

Outcomes. Evidence has shown, however, that traditional approaches to education do not

always achieve the desired Outcomes and intended Impact - sustained learning, changes in

practitioners’ behavior and practice, and ultimately improved health-related outcomes for

patients and populations.

Responsibility for quality, however, not only rests with the providers of education and

training. All stakeholders who have an interest in the quality education and training – whether

pre-service, continuing, or advanced/specialized - have a role to play. Of note, practitioners

themselves need to play much more of an active role in their own development than they

have in the past.

The presentation will describe the principles and strategies that must be applied to ensure that

desired outcomes and impact are achieved regarding services provided and the benefits to

patients and populations. The role and contribution of key stakeholders within this quality

framework will be discussed.

In order for educational activities to have the desired Impact, learners must be motivated to

go beyond just having good intentions to change as a result of the educational activity, to

being committed to change.

New version of the Global Framework for Quality Assurance of Pharmacy Education was

adopted by FIP in September 2014. The model is no longer static but intended to be more

dynamic, bringing opportunities to drive changes at universities and national organizations to

improve the quality of education. It primarily addresses “professional” (pre-service or entry-

to-practice) education for pharmacists, but the principles should apply to all levels of formal

education.

Keywords: Global Framework for QA in Pharmacy Education, Commitment to change,

Outcomes, Impact

Page 52: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Achieving Excellence in Pharmacy Education

Discussion and consensus/development of recommendations

Moderators: Michael J Rouse1 & Arijana Meštrović

2

1Accreditation Council for Pharmacy Education (ACPE), Chicago Illinois, USA

2 Pharma Expert Consultancy And Education, Zagreb, Croatia

Correspondence: [email protected]

Using a provided framework, participants will self-assess their own academic institutions and

educational programs to identify opportunities for quality improvement. Using the guidelines,

participants will create concrete examples (with take-home value) of how context, structure,

process, outcomes and impact could be addressed to achieve better quality. In small group

discussions, best practices will be shared and discussed. Finally, participants will consider

areas or ways they can be committed to making changes at a personal and/or institutional

level.

Learning Objectives:

Apply the “Pillars and Foundations of Educational Quality” model to identify and assess

quality of educational and training programs in pharmacy

Recognize the methods to improve educational programmes using the FIP Global

Framework for Quality Assurance of Pharmacy Education

Exchange best practices, experiences and examples to measure and improve context,

structure, process, outcomes and impact of pharmacy education

Identify specific areas for quality improvement, applying the principle of “Commitment

to Change”

Page 53: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peningkatan Kompetensi Apoteker Dalam Rangka Mempertajam Efektivitas

Pengawasan Sediaan Farmasi

Oleh: Roy Sparringa

Badan Pengawas Obat dan Makanan

ABSTRAK

Tujuan paparan ini menekankan pentingnya peningkatan kompetensi apoteker dalam

pengawasan sediaan farmasi, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat dan daya

saing bangsa. Badan POM memiliki kewenangan untuk mengawasi sediaan farmasi meliputi

obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Apoteker memegang peran kunci dalam

pengawasan pre market dan post market guna memastikan produk yang beredar aman,

berkhasiat dan bermutu, serta informasi produk sesuai ketentuan.

Pengawasan sediaan farmasi di era globalisasi semakin kompleks, antara lain dengan adanya

perubahan gaya hidup masyarakat dan maraknya promosi sediaan farmasi secara on line.

Sistem pengawasan sediaan farmasi juga harus dapat mendukung pengadaan obat secara

nasional dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional, serta mendukung pengembangan sediaan

farmasi, antara lain biosimilar dan sel punca.

Hasil pengawasan sediaan farmasi pre market, antara lain ditemukan uji klinik untuk

pengembangan produk baru belum menerapkan Cara Uji Klinik yang Baik, serta data

keamanan, mutu dan khasiat/kegunaan dalam dokumen registrasi belum memadai. Hasil

pengawasan post market di sarana produksi antara lain ditemukan proses produksi sediaan

farmasi tidak memenuhi ketentuan cara pembuatan yang baik, belum semua industri farmasi

mempunyai sistem farmakovigilans, memproduksi produk tanpa izin edar, obat tradisional

mengandung bahan kimia obat, dan kosmetik mengandung bahan berbahaya. Di sarana PBF

dan Apotek ditemukan banyak pelanggaran dalam hal pengadaan, penyimpanan, penyaluran,

dokumentasi, dan pelaporan untuk obat termasuk NAPZA (Narkotika Psikotropika, dan Zat

Adiktif), serta masih ditemukannya obat palsu di Apotek. Selain itu ditemukan pula informasi

produk dalam label/kemasan tidak mencantumkan nomor izin edar, nomor batch, dan lain-

lain.

Badan POM dalam melaksanakan pengawasan sediaan farmasi bekerjasama dengan pelaku

usaha dan masyarakat, dengan perubahan paradigma dari watch dog yang reaktif menjadi pro

aktif yang mengutamakan pencegahan. Apoteker dituntut untuk terus meningkatkan

kompetensi sesuai standar kompetensi bidang kerjanya, baik di instansi pemerintah, swasta,

di sarana produksi, distribusi, maupun pelayanan. Upaya peningkatan kompetensi apoteker

melibatkan peran serta perguruan tinggi, asosiasi profesi, asosiasi pelaku usaha, Komite

Farmasi Nasional, dan pemerintah.

Kata kunci: sediaan farmasi, pengawasan, apoteker, kompetensi

Page 54: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sistem Sitasi

Oleh: Shirly Kumala

ABSTRAK

Sistem sitasi dan penulisan daftar rujukan merupakan salah satu bagian dalam penulisan

makalah. Daftar Rujukan yang digunakan harus dituliskan, hal ini penting sebagai suatu

bentuk kejujuran penulis dan penghargaan intelektual terhadap penulis lainnya. Penulisan

rujukan bermacam-macam, antara lain dengan, sistem Vancouver, sistem nama-dan- tahun

(Harvard), sistem kombinasi alfabet dan nomor. Cara penulisan daftar rujukan bervariasi

menurut ketentuan yang diberlakukan oleh jurnal. Dengan memahami sistem sitasi dan

penulisan daftar rujukan, diharapkan mampu membuat sitasi dan daftar rujukan untuk

beberapa jenis bahan rujukan.

Kata kunci: Sistem sitasi, daftar rujukan, Vancouver, Harvard

Page 55: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sistem Evaluasi Praktik Kerja Profesi Farmasi Komunitas

Oleh: Wahyu Utami

ABSTRAK

Sistem evaluasi “praktik kerja profesi farmasi komunitas” mempunyai kepastian baru secara

konseptual, baik di Apotek, di Puskesmas maupun di Klinik, sesuai/seiring telah

diterbitkannya Permenkes di tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di

berbagai wahana belajar praktik pelayanan primer tersebut. Domain maknawi “praktik”

adalah keputusan, tindakan dan pekerjaan, sehingga sistem evaluasi seharusnya mengukur

keberhasilan “belajar mengalami praktik” dalam tiga spektrum domain yang relevan dengan

standar Permenkes, serta secara simultan mengukur pula tingkat perilaku praktik

mahasiswa sebagai calon apoteker yang terdiri dari unsur professionalisme, etika dan disiplin.

Evaluasi pembelajaran praktik merupakan proses kontinu selama jadwal waktu program dan

selayaknya hanya dapat dilakukan oleh preceptor melalui suatu borang/form evaluasi

berbasis skala ordinal untuk selanjutnya dikonversi menjadi skala nominal. Borang tsb.

harus identik-korelatif dengan borang/format portfolio belajar mahasiswa sebagai suatu

catatan hasil belajar dan ekspresi/impresi/kesan mereka setiap hari waktu belajar. Sistem

evaluasi juga dapat mengukur perkembangan capaian belajar mahasiswa mulai dari awal

sampai akhir, yang lebih relevan dilakukan oleh dosen pembimbing. Dosen pembimbing

selain membimbing tugas individual penulisan naskah “practice business-plan”, juga

melakukan diskusi konsultasi berkala dengan mahasiswa sehingga dosen dapat membantu,

mengendalikan dan mensemangati mahasiswa untuk mencapai target program pendidikan.

Sistem evaluasi masih memerlukan tahap akhir berupa ujian sidang dengan penguji adalah

preceptor dan dosen pembimbing yang lain/berbeda untuk meningkatkan keterpaduan dan

obyektivitas evaluasi dengan dipandu/dikendalikan oleh form kisi-soal.

Kata kunci: sistem evaluasi belajar praktik, preceptor, dosen pembimbing, portfolio belajar

praktik

Page 56: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rancangan Pembelajaran Praktik Kerja Profesi Farmasi Komunitas

Oleh: Umi Athijah

ABSTRAK

Pembelajaran “praktik kerja profesi farmasi komunitas” mempunyai tambahan kepastian

baru secara konseptual, baik di Apotek, di Puskesmas maupun di Klinik, sesuai/seiring telah

diterbitkannya Permenkes di tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di

berbagai wahana belajar praktik pelayanan primer tersebut. Para apoteker baru diharapkan

sudah melalui proses belajar praktik di Apotek, di Puskesmas dan di Klinik pada “program

pendidikan apoteker” dengan konsep pendidikan “experiential based learning”, baik tahap

awal (early) di prodi sarjana farmasi ataupun tahap lanjut (advance) di prodi profesi

apoteker. Pembelajaran praktik dimaknai dengan belajar tentang keputusan dan tindakan

apoteker serta pekerjaan kefarmasian di tempat dimana/situasi praktik berlangsung seperti

dilakukan preceptor. Pembelajaran praktik cenderung menggunakan konsep “self directed

learning”, dimana mahasiswa dapat mengarahkan diri-sendiri untuk belajar praktik di tempat

dimana praktik terjadi seperti dilakukan oleh preceptor, dengan demikian keberadaan suatu

“modul belajar praktik” yang disusun oleh dosen dan preceptor mempunyai posisi penting

sebagai panduan/pedoman bersama, mahasiswa, preceptor dan dosen pembimbing.

Perencanaan pembelajaran juga memperhatikan konsep “hidden-curriculum”, yaitu semua

hal baik/buruk, benar/salah yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan mahasiswa selama

berada di wahana belajar praktik, khususnya pada situasi kesempatan bersama preceptor

melakukan praktik. Selanjutnya peran dosen pembimbing diperlukan untuk

mengendalikan/meluruskan persepsi/kesan belajar mahasiswa tentang hal tersebut. Capaian

belajar praktik tertinggi adalah diperolehnya kesempatan/kepercayaan dari preceptor untuk

melakukan praktik mandiri melayani pasien/pelanggan/client dari awal sampai akhir (tuntas),

sebagai layaknya pembelajaran “internship/apprentice learning”. Sertifikasi preceptor dan

akreditasi wahana belajar praktik menjadi pengendali mutu selanjutnya.

Kata kunci: modul belajar praktik, farmasi komunitas, preceptor, dosen pembimbing,

hidden-curriculum.

Page 57: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas

Oleh: Wiryanto

ABSTRAK

Praktik farmasi komunitas di Indonesia dideskripsikan sebagai praktik yang tidak

memenuhi ketentuan perundang-undangan. Mayoritas apoteker yang seharusnya

menjadikan apotek sebagai tempat praktik profesi, lebih memilih tidak hadir setiap

harinya. Obat dikelola lebih sebagai komoditas dagang dan dilakukan oleh siapa saja.

Makalah ini bertujuan mengkaji model konseptual revitalisasi praktik sebagai instumen

pembinaan dan pengawasan secara lebih terencana, sistematis, terukur, dan bertahap.

Data berupa pelaksanaan 5 aspek standar terdiri dari 40 elemen di 5 apotek. Setelah

data diinput ke dalam model penentuan kriteria praktik, dihasilkan 3 jenis kriteria

praktik. Kriteria pertama menggambarkan capaian poin kumulatif dari 40 elemen

standar mulai dari sangat baik hingga sangat tidak layak; Kriteria kedua

menggambarkan capaian akreditasi mulai dari terakreditasi A hingga tidak

terakreditasi; dan Kriteria ketiga menggambarkan capaian rerata poin dari masing-

masing 5 aspek standar berupa diagram jaring laba-laba. Revitalisasi praktik dilaksakan

melalui simulasi peningkatan sejumlah elemen standar sesuai kriteria masing-masing

apotek. Ketidakberhasilan memenuhi target peningkatan sejumlah elemen standar

dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, akan dikenakan sangsi mulai dari peringatan

hingga pencabutan izin apotek.

Hasil penentuan kriteria praktik terhadap pelaksanaan 40 elemen standar di 5 apotek,

Medan1: kurang, Medan 2: sangat baik, Medan 3: sangat tidak layak, Medan 4: sangat

tidak layak, dan Medan 5: kurang. Setelah dilakukan revitalisasi praktik diperoleh

peningkatan kriteria praktik, Medan1: cukup, Medan 2: sangat baik, Medan 3: kurang,

Medan 4: kurang, dan Medan 5: cukup. Untuk keperluan revitalisasi praktik apotek di

seluruh Indonesia pengambilan datanya dapat dilakukan secara online, dan apabila

diperlukan dapat dilakukan visitasi langsung ke lapangan.

Dari proses revitalisasi praktik terhadap 5 apotek dapat disimpulkan bahwa, model

konseptual revitalisasi praktik dapat digunakan sebagai instrumen pembinaan dan

pengawasan praktik farmasi komunitas secara terencana, sistematis, terukur, dan

bertahap.

Kata kunci: revitalisasi, praktik profesi, standar praktik, apoteker, apotek.

Page 58: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Manajemen Terapi dan Pharmaceutical Care pada Asma Kronis

Oleh: Zullies Ikawati

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit respirasi kronis yang banyak dijumpai dan memerlukan

pengobatan jangka panjang. Kontrol asma yang buruk sering dijumpai pada pasien yang

kurang memahami penyakit dan kurang patuh pada pengobatannya. Apoteker dapat berperan

besar dalam meningkatkan pemahaman paien tentang asma dan kepatuhan terapi, yang pada

gilirannya meningkatkan control asma.

Tatalaksana terapi asma dikelompokkan menjadi terapi fase akut dan terapi pemeliharaan.

Terapi fase akut menggunakan obat-obat golongan beta agonis aksi pendek, antikolinergik,

metil ksantin, dan kortikosteroid jangka pendek. Terapi pemeliharaan melibatkan penggunaan

obat golongan kortikosteroid inhalasi dan beta agonis aksi panjang, dan beberapa obat

pengontrol lain seperti antagonis leukotriene, nedokromil, dan omalizumab. Akan dibahas

algoritma terapi dan masing-masing mekanisme aksinya, serta bagaimana dukungan

ilmiahnya. Akan dibahas juga bagaimana assesmen pada asma, parameter pemantauan

control asma, step wise approach pada asma, dan pencegahan utama asma.

Page 59: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Safety Evaluation of Oral Care Products

Oleh: Ms. Fusae Harada

ABSTRAK

Nowadays, many reports have been made on the relationship between those who have healthy

teeth and their QOL (Quality of Life). Most of the results indicate that dental health is

closely related with various aspects of one’s life, such as general health and motivation in

life. The greatest causes of tooth loss are cavities and periodontal disease. Keeping number

of your tooth and your mouth clean with oral care products is very important not only to

prevent oral diseases but to maintain systemic health condition. Oral care products, such as

dentifrices is used widely for a long period in a life. It is essential to ensure that a product

will be safe for consumers under the recommended and customary conditions of use, as well

as under reasonably foreseeable conditions of misuse, prior to launch. Safety evaluation is

made up of hazard evaluation, exposure evaluation and risk assessment. As for exposure

evaluation, the main exposure from oral care products is ingestion and contacts to oral

mucous membranes, comparing with other cosmetic product categories which are usually

applied on skin. I would like provide you how to conduct safety evaluation on dentifrices

related to long-term safety and local effects like membrane irritation potential including test

methods.

Page 60: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Strategi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba

Oleh : Hari Paraton

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba

Kementerian Kesehatan RI

ABSTRAK

Sejak tahun 1940 saat Penicillin ditemukan dan produksi, Alexander Fleming sudah

mengingatkan bahwa suatu saat tidak sulit munculnya bakteri resisten apabila masyarakat

dengan mudah mendapatkan antibiotik dan digunakan dosis rendah. Sejak saat itu mulai

dilaporkan munculnya beberapa bakteri resisten diantaranya Staphyllococcus aureus yang

resisten terhadap Penicillin. Sampai dengan tahun 1980 banyak varian antibiotik ditemukan

dan diproduksi, beberapa antibiotik baru di temukan sampai era tahun 2000an, karena beaya

penelitian dan produksi yang tinggi serta cepatnya timbul resistensi maka industri farmasi

mengalami hambatan pengembangan penemuan antibiotik baru dan kini hampir tidak ada

penemuan antibiotik baru yang mampu mematikan bakteri resisten secara efektif.

Penelitian di RSUD.Dr. Soetomo Surabaya tahun 2010, dari 554 isolat ditemukan

5.6% bakteri pan-resisten, artinya semua antibiotik tidak dapat mematikan bakteri tersebut.

Demikian pula data penelitian bersama PPRA-Litbangkes-WHO tahun 2013-2014

menunjukkan adanya peningkatan prevalensi bakteri penghasil ESBL (extended spectrum

beta lactamase) yang resisten terhadap antibiotik golongan sefalosporin generasi 3, pada

enam rumah sakit pendidikan di Indonesia mencapai 26%-56% merupakan indikator yang

serius terhadap risiko kegagalan pengobatan kasus infeksi. WHO melalui Antimicrobial

Resistance Global Report on Surveillance-2014 melaporkan hasil surveillance adanya

peningkatan diatas 50% bakteri resisten terhadap antibiotik yang sering digunakan.

Rumah sakit menjadi sumber muncul dan menyebarnya bakteri resisten, karena dipicu

oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan dan perilaku tenaga kesehatan yang mengabaikan

kewaspadaan baku, terutama perilaku cuci tangan akan menyebabkan tingginya penyebaran

bakteri resisten diantara pasien dan petugas. Mengendalikan munculnya bakteri resisten

diawali dari mencegah proses “selective pressure” yaitu penggunaan antibiotik secara

rasional dan bijak. Antibiotik digunakan atas indikasi infeksi bakteri saja, pemilihan jenis

antibiotik harus berdasarkan pola kuman dan rejimen dosis yang tepat sehingga pasien

memperoleh antibiotik secara definitif sesuai dengan sumber infeksi bakteri pathogennya.

Selain pengendalian penggunaan antibiotk di rumah sakit, juga sangat penting pengendalian

di komunitas masih banyak dijumpai masyarakat mengkonsumsi antibiotik “self medication”

tanpa indikasi infeksi yang pasti. Di bidang peternakan, pertanian dan perikanan juga menjadi

perhatian penting di seluruh dunia karena residu antibiotik pada hewan ternak, ikan, telur,

susu, buah dan sayuran yang termakan oleh manusia dapat memicu inisiasi munculnya

bakteri resisten.

Problem resistensi ini sangat kompleks, maka diperlukan pemahaman strategi

pengendalian resistensi antimikroba dan kolaborasi semua pihak baik pemerintah dalam hal

ini kementerian kesehatan, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat,

organisasi profesi serta lintas kementerian (Pendidikan, Ristek, Pertanian) dan WHO. Untuk

itu pada tanggal 16 Oktober 2014 Menteri Kesehatan telah meresmikan terbentuknya Komite

Pengendalian Resistensi Antimikroba sesuai KMK No.HK.02.02/MENKES/273/2014.

Diharapkan KPRA sebagai focal point dalam penanggulangan dan pengendalian resistensi

antimikroba di Indonesia.

Kata kunci: Strategi nasional, resistensi antimikroba, pengendalian.

Page 61: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aspek Regulasi dan Ketentuan Pelaksanaan Komisioning, Kualifikasi dan Validasi

(KKV) sesuai CPOB 2012

ABSTRAK

Salah satu peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah melindungi

masyararakat sekaligus meningkatkan keunggulan daya saing industri nasional melalui

penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di industri farmasi. Salah satu prinsip

esensial dalam CPOB adalah kualifikasi dan validasi, yaitu suatu tindakan pembuktian

dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan

atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan sehingga akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan. Sebagaimana tercantum dalam Pedoman CPOB 2012, aspek

penting terkait kualifikasi dan validasi mencakup perencanaan validasi, dokumentasi,

kualifikasi (desain, instalasi, operasional, dan kinerja), validasi proses, validasi pembersihan,

validasi metode analisis, pengendalian perubahan dan revalidasi. Beberapa temuan audit

CPOB yang dilakukan terhadap industri farmasi seringkali menyangkut masalah kualifikasi

dan validasi. Industri perlu mengidentifikasi setiap proses kualifikasi dan validasi dalam

pelaksanaan kegiatan di sarana produksi. Kualifikasi dan validasi membuktikan bahwa proses

kritis yang terjadi sesungguhnya dapat dikendalikan. Faktor-faktor penentu dalam kualifikasi

dan validasi juga harus didefinisikan dan didokumentasikan.

Page 62: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

PEMAKALAH

ORAL

Page 63: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1

Sintesis Senyawa HGV-6, PGV-6, GVT-6 serta Mekanisme Molekulernya sebagai

Antibakteri dan Antijamurs

Navista Sri Octa U.1. Sardjiman

1. Nihayatul Karimah

1. Harno Dwi Pranowo

2

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang banyak terdapat di tanaman rimpang.

Banyak penelitian menunjukkan senyawa ini memiliki berbagai aktivitas farmakologis

seperti antioksidan, antibakteri, antijamur, antiinflamasi, dan antikanker. Senyawa ini dan

turunannya berhasil disintesis melalui reaksi kondensasi karbonil. Pada penelitian ini,

dilakukan sintesis HGV-6, PGV-6, dan GVT-6 beserta mengevaluasi aktivitas

antibakteri dan antijamur. Sintesis HGV-6, PGV-6, dan GVT-6 berturut-turut disintesis

dari 3-metoksi-4-hidroksibenzaldehid dengan golongan keton yaitu sikloheksanon,

siklopentanon, dan aseton dalam suasana asam tanpa menggunakan pelarut. Aktivitas

antibakteri dievaluasi terhadap bakteri Gram negatif (E. coli), dan Gram positif (S.

pneumonia, S. aureus, B. Subtilis) sedangkan antijamurnya dievaluasi terhadap C. albican.

Evaluasi mekanisme molekuler penghambatan aktivitas antibakteri dan antijamur oleh

senyawa hasil sintesis dikaji melalui docking molekular.

Senyawa HGV-6, PGV-6, dan GVT-6 yang diperoleh berwarna kuning dengan

rendemen berturut-turut 43%, 47%, dan 56%. Ketiga senyawa tidak menunjukkan aktivitas

antibakteri terhadap bakteri E. coli. Senyawa PGV-6 memiliki aktivitas antibakteri dan

antijamur yang paling dominan daripada kedua senyawa lainnya. Melalui docking

molekular didapatkan bahwa ketiga senyawa menghambat enzim- enzim yang berperan

dalam sintesis DNA bakteri seperti dihidropteroat sintetase, DNA gyrase, dihidrofolat

reduktase dan menghambat enzim ErmC metiltransferase yang berpera dalam resistensi C.

albican.

Kata kunci: sintesis, kurkumin, antibakteri, antijamur, docking molekular

Page 64: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

Pengembangan Sediaan Transdermal Menggunakan Eksipien Koproses Xanthan Gum

Dan Amilosa Tersambungsilang

Silvia Surini. Diah Lestari. Adisty Nida Imanicka. Santi Purna Sari

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Sistem penghantaran transdermal adalah sistem penghantaran obat lepas terkendali

yang digunakan pada permukaan kulit untuk tujuan sistemik. Untuk itu, diperlukan suatu

eksipien pembentuk matriks transdermal yang dapat membawa dan menyimpan obat dalam

sediaan patch transdermal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan eksipien koproses

xanthan gum dan amilosa tersambungsilang (Ko-CLA-XG) sebagai matriks sediaan

transdermal, kemudian dilakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Ko-CLA-XG

diformulasikan dalam bentuk hidrogel dengan model obat natrium diklofenak. Uji penetrasi

in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz yang kemudian dianalisis dengan

spektrofotometer UV. Uji in vivo dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu gram hidrogel

dengan luas aplikasi 1,13 cm2 di atas kulit tikus bagian abdomen, kemudian sampel darah

dikumpulkan melalui sinus orbitalis mata dan dianalisis menggunakan kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang

terpenetrasi ke dalam kulit hingga 12 jam sebanyak 1435 ± 180 µg.cm-2

dengan nilai fluks

sebesar 118,55 ± 23,, 01 µg.cm-2

.jam-1

dan waktu tunda selama 48,6 ± 15,6 menit. Profil

pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam pada uji in vivo mencapai konsentrasi puncak

plasma sebesar 2,236 ± 398 µg/ml pada 0,86 ± 0,21 jam dengan AUC sebesar 25,3 ±

4,1 µg.ml-1

.jam. Kedua hasil uji memberikan gambaran bahwa hidrogel Ko-CLA6-XG dapat

dikembangkan sebagai matriks pembawa obat untuk sediaan patch transdermal.

Kata kunci: koproses xanthan gum dan amilosa tersambungsilang, amilosa

tersambungsilang, hidrogel, transdermal, uji penetrasi.

Page 65: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus Undatus Britt & Rose)

dan Formulasinya dalam Sediaan Gel

Yudi Padmadisastra. Rahmat Santoso. dan Mutiara Azizah Sutisna

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Buah naga merah yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan,

mengandung flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui aktivitas antioksidan buah naga merah dalam bentuk sediaan gel. Ekstraksi

buah naga merah dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut 96% etanol

selama tiga hari.Ekstrak yang dihasilkan diperiksa aktivitas antioksidannya dengan metode

DPPH (1,1-diphenyl- picrylhydrazyl). Pembuatan sediaan gel ekstrak buah naga merah

menggunakan gelling agent Viscolam mac10 dengan.variasi konsentrasi 3,0 %, 3.5 %, 4.0 %,

4.5 % and 5.0 %.. Evaluasi terhadap gel meliputi pemantauan fisik berupa aroma, warna,

tekstur, homogenitas pH, viskositas, daya sebar, uji Hedonik dan pengujian terhadap aktivitas

antioksidan sediaan gel. Hasil menunjukkan bahwa sediaan gel mengandung golongan

senyawa flvonoid, dengan sifat sediaan yang relatif stabil secara fisik selama penyimpanan

28 hari dan sediaan gel menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan, dengan aktivitas yang

tergolong lemah. Konsentrasi ekstrak buah naga merah dalam sediaan gel yang paling baik

dan stabil yaitu pada konsentrasi 4,5 %.

Kata kunci: Buah naga merah, aktivitas antioksidan, sediaan gel.

Page 66: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

Formulasi Tablet Ekstrak Kangkung Air (Ipomoea aquatica f.) dengan Variasi Kadar

Amilum Manihot sebagai Bahan Penghancur

Mimiek Murrukmihadi2 , Sutrisna Khaidir

1, dan Aris Perdana Kusuma

1

1Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia

2Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Potensi kekayaan alam bahari Indonesia belum banyak dikenal dari segi

keanekaragaman senyawa bioaktif yang dihasilkannya. Padahal, sebagai negara kepulauan

dengan garis pantai kurang lebih 81.000 km dan beriklim tropis, di Perairan Indonesia

terdapat biota laut yang melimpah dengan keanekaragaman yang tinggi. Spon laut Axinella

carteri merupakan salah satu organisme laut yang banyak ditemukan di Perairan Pantai

wilayah Sumatera Barat dan berpotensi sebagai sumber berbagai senyawa bioaktif seperti

antijamur, sitotoksik, antitumor, antivirus, antibakteri, dan lain-lain.

Kata kunci: amilum manihot, bahan penghancur, Ipomoea aquatica F

Page 67: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

Formulasi Mikrosfer Efavirenz-PVP K-30 dengan Teknik Spray Drying

Lili Fitriani. Muthia Fadhila. Erizal Zaini.

Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Efavirenz merupakan antiretroviral golongan Non-nucleoside Reverse Transcriptase

Inhibitor (NNRTI) spesifik terhadap HIV tipe 1. Berdasarkan Biopharmaceutical

Classification System (BCS), efevirenz termasuk kategori kelas 2 (kelarutan rendah,

permeabilitas tinggi). Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kelarutan efavirenz dan

laju disolusi dengan pembuatan mikrosfer efavirenz dengan PVP K-30 menggunakan teknik

spray drying. Mikrosfer dibuat dengan perbandingan efavirenz-PVP K-30 2:1 (F1), 1:1 (F2),

dan 1:2 (F3). Hasil Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan ketiga formula

menghasilkan partikel yang sferis dengan ukuran partikel < 10µm. Analisis difraksi sinar-x

menujukkan efavirenz murni merupakan kristalin yang, sedangkan ketiga formula mikrosfer

efavirenz-PVP K-30 merupakan amorf. Data pengujian termal Differential Scanning

Calorimetry (DSC) menujukkan F2 dan F3 tidak terdapat fasa kristalin (zero crystallinity),

namun F1 masih menunjukkan terdapat fasa kristalin. Hasil uji disolusi ketiga formula

mikrosfer yaitu 78.20±0.28 %, 79.61±0.21 %, dan 71.51±0.17 % untuk F1, F2 dan F3 secara

berturut-turut. Dapat disimpulkan bahwa formula mikrosfer efavirenz-PVP K-30 dengan

perbandingan 1:1 memberikan hasil disolusi terbaik.

Kata kunci: efavirenz, mikrosfer, PVP K-30, spray drying, uji disolusi

Page 68: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

Pengaruh Konsentrasi Kitosan terhadap Karakteristik Fisik Mikropartikel Salbutamol

Sulfat - Natrium Tripolifosfat dengan Metode Spray-Drying

Alasen Sembiring Milala. Aditya Trias Pradana. Alief Shondra Berlianto.

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam proses mikroenkapsulasi dibutuhkan polimer untuk menyalut bahan aktif dan

agar mikropartikel yang diperoleh stabil diperlukan adanya ikatan sambung silang yang

dibentuk oleh polimer seperti kitosan dengan senyawa polianion. Salah satu senyawa

polianion yang aman untuk digunakan dalam farmasi adalah sodium tripolyphosphate

(STPP). Dalam penelitian ini diteliti pengaruh berbagai macam konsentrasi kitosan (0,25%,

0,5%, 0,75%) terhadap karakteristik mikropartikel. Proses pembuatan mikropartikel diawali

dengan pembuatan suspensi, kemudian dilakukan spray drying untuk memperoleh

mikropartikel. Selanjutnya, mikropartikel yang diperoleh dikarakterisasi meliputi ukuran

partikel dengan metode mikroskopi, morfologi permukaan dan bentuk mikropartikel dengan

Scanning Electron Michroscope (SEM), efisiensi enkapsulasi dengan metode

spektrofotometri, swelling mikropartikel dengan memperhitungkan selisih bobot

mikropartikel basah dan kering, dan kandungan lembab mikropartikel yang diukur dengan

moisture analyzer. Dari hasil karakterisasi mikropartikel diperoleh rata-rata ukuran partikel

formula S1, S2 dan S3 berturut-turut 3,34 µm; 3,74 µm, dan 4,56 µm. Morfologi permukaan

S1 terlihat kasar pada permukaan, bentuk yang kurang sferis, membentuk aglomerasi antar

partikel dan pembentukan mikroenkapsulasi yang kurang sempurna pada sebagian

mikropartikel. Untuk S2 terlihat kasar pada permukaan, sedikit lebih sferis dari sampel S1,

membentuk aglomerasi antar partikel dan pembentukan mikroenkapsulasi lebih sempurna

dari sampel S1. Untuk S3 terlihat lebih halus pada permukaan, kurang sferis dibandingkan

dengan S2, membentuk aglomerasi antar partikel dan pembentukan mikroenkapsulasi terjadi

sempurna. Hasil efisiensi enkapsulasi yang diperoleh dari sampel S1, S2 dan S3 bertutut-turut

adalah 79,75%; 83,15%, dan 88,25%. Hasil swelling mikropartikel S1, S2 dan S3 bertutut-

turut 0,5 sampai 4 jam (dimulai dari 381,94% sampai 262,695); 0,5 sampai 4 jam (dimulai

dari 256,02% sampai 368,41%) dan 0,5 sampai 4 jam (dimulai dari 259,23% sampai

359,97%). Berdasarkan pengujian kandungan lembab mikropartikel S1, S2 dan S3 diperoleh

hasil berturut-turut sebesar 19,52%; 18,06%, dan 16,25%. Berdasarkan karakterisasi utama

efisiensi enkapsulasi maka formula S3 lebih baik dari sampel S1 dan sampel S2.

Kata kunci: kitosan, mikropartikel, salbutamol sulfat, sodium tripolifosfat, spray drying.

Page 69: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

Karakterisasi, Formulasi dan Evaluasi Tablet Hasil Komplek Inklusi Glibenklamid

dengan Β-Siklodekstrin

Yandi Syukri*, Farida Ulfa, Asih Lestari, Lelita Ayu Saputri, Rochmy Istikharah dan

Aris Perdana Kusuma

Program Studi Farmasi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Glibenklamid merupakan obat antidiabetes yang diberikan secara per oral yang sukar

larut dalam air. Pembentukan komplek inklusi dengan β-siklodekstrin diharapkan mampu

meningkatkan kelarutan glibenklamid. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi,

memformulasi dan mengevaluasi tablet hasil komplek inklusi supaya memenuhi persyaatan

farmakope. Komplek inklusi dibuat dengan perbandingan rasio molar glibenklamid dan β-

siklodekstrin 1: 1 dan 1: 2 menggunakan metode spray drying. Hasil komplek inklusi

dikarakterisasi meliputi spektroskopi FTIR dan Scanning Electro Microscope (SEM).

Selanjtnya diformulasi menjadi tablet dengan teknik kempa langsung menggunakan primojel

dan crospovidon sebagai disintegran. Tablet yang dihasilkan dievaluasi keseagaman bobot,

kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi. Uji disolusi tablet hasil komplek inklusi

dilakukan dengan mengunakan alat uji disousi USP tipe II dan kadar obat terdisolusi

ditetapkan menggunakan KCKT. Hasil dari FTIR dan SEM menunjukkan bahwa terjadinya

pembentukan komplek antara glibenklamid dan β-silodekstrin setelah dibuat dengan metode

spray drying. Hasil evaluasi tablet komplek inklusi glibenklamid dan β-silodekstrin dengan

primojel dan crospovidon sebagai disintegran menunjukkan bahwa dengan meningkatnya

kadar disintegran akan meningkatkan waktu hancur tablet. Semua formula memenuhi

persyaratan dalam farmakope. Dapat disimpulkan bahwa komplek inklusi glibenklamid dan

β-silodekstrin telah berhasil meningkatkan kelarutan dari glibenklamid dan tablet memenuhi

persyaratan farmakope.

Kata kunci: Glibenklamid, β-siklodekstrin, primojel, crospovidon, komplek inklusi

OR-A07

Page 70: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

Pengaruh Variasi Kadar Ekstrak Daun Sirih Terhadap Sifat Fisik-Kimia dan Aktivitas

Antibakteri Patch Buccal Mucoadhesive

Mufrod*1,Suwaldi

2,Subagus Wahyuono

3

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Email: [email protected]

ABSTRAK

Daun sirih atau hasil perasannya telah lama digunakan oleh masyarakat untuk

pengobatan berbagai penyakit infeksi karena mengandung zat antibakteri .Streptococcus

mutans merupakan bakteri yang banyak ditemukan di rongga mulut menghasilkan

polisakarida seluler, dan membentuk plak gigi yang dapat menyebabkan penanggalan gigi,

gigi berlubang, infeksi, dan bahkan kematian. Patch buccal mucoadhesive ekstrak daun sirih

merupakan bentuk sediaan yang praktis dan efektif dalam penggunaan sebagai antibakter

dalam mulut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kadar ekstrak

terhadap sifat fisik-kimia serta aktifitas anti bakteri dari patch.

Ekstrak kental daun sirih diperoleh dengan cara infundasi dilanjutkan dengan

penguapan dari cairan infus yang diperoleh.Ekstrak kental yang diperoleh diuji viskositas,

kandungan senyawa aktif dengan metoda KLT dan GC-MS. Aktifitas antibakteri dilakukan

dengan metode mikrodilusi untuk menentukan nilai KHM dan KBM dengan konsentrasi

akhir 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,5%, dan 1%. Patch dibuat dalam enam formula berdasarkan

konsentrasi ekstrak F0(0%),F1(0,5%),F2(1%),F3(2%),F4(3%) dan F5(4%) dengan polimer

kitosan. Patch yang diperoleh dilakukan uji terhadap sifat fisika-kima meliputi keseragaman

bobot, folding endurance, surface pH, swelling index dan aktivitas antibakteri.Data yang

diperoleh dari uji sifat fisika-kimia dianalisis secara deskriptif dan data hasil uji aktivitas

antibakteri dianalisis dengan uji linieritas.

Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai KHM dan KBM adalah sebesar 0,05% v/v dan

1% v/v.Semua formula menghasilkan patch yang memenuhi syarat keseragaman bobot

kecuali formula F0 dan F3.Nilai Folding endurance meningkat dengan kenaikan konsentrasi

ekstrak, nilai surfce pH patch antara 6,40-6,93 dan nilai swelling index naik 1,5x.Aktivitas

antibakteri ekstrak meningkat(zona daya hambat) sesusi peningkatan konsentrasi

ekstrak(R=0,869 )juga aktivitas antibakteri patch meningkat sesuai kenaikan konsentrasi

ekstrak dalam patch(R=0,9925).

Kata kunci: ekstrak daun sirih, patch buccal mucoadhesive, chitosan, antibakteri, karies

gigi

OR-B01

Page 71: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

Formulasi Masker Peel Off dari Ekstrak Etanol Kulit Buah Asam Kandis (Garcinia

Cowa, Roxb) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Nya

Henny Lucida, Ema Fitri dan Vinny Hosiana

Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah diformulasi masker peel off dari ekstrak etanol kulit buah asam kandis

(Garcinia cowa, Roxb) sebagai kosmetik dalam tiga formula dengan konsentrasi 1%; 1,5%

dan 2% dengan menggunakan Poli Vinil Alkohol (PVA) sebagai bahan pembentuk lapisan

film, Poli Vinil Pirolidon (PVP) sebagai pengental, propilenglikol sebagai humektan, nipagin

dan nipasol sebagai pengawet dan etanol sebagai pelarut. Evaluasi masker meliputi pemerian,

homogenitas, pemeriksaan pH, uji daya menyebar, uji iritasi kulit, uji elastisitas, uji waktu

mengering, uji stabilitas fisik terhadap pendinginan dan uji aktivitas antioksidan

menggunakan metoda DPPH (1,1-difenil-2-pikrihildrazil). Dari hasil evaluasi, ketiga formula

relatif stabil secara fisik selama 6 minggu penyimpanan, dan masker yang paling baik adalah

formula II dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit buah asam kandis 1,5%.

Kata kunci: kulit buah asam kandis, Garcinia cowa, Roxb, masker peel off

OR-B02

Page 72: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

Evaluasi Pengaruh Plasticizer Gliserol dan Sorbitol Terhadap Karakteristik Film

Sambung Silang Kitosan-Tripolifosfat yang Mengandung Asiatikosida sebagai Penutup

Luka

Yuni Anggraeni, Farida Sulistiawati, Dwi Nur Astria.

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Plasticizer seringkali ditambahkan ke dalam formula suatu film untuk memperbaiki

sifat mekaniknya. Film sambung silang kitosan-tripolifosfat yang mengandung asiatikosida

sebagai penutup luka telah dibuat dengan menggunakan gliserol dan sorbitol sebagai

plasticizer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh komposisi dan

konsentrasi plasticizer gliserol dan sorbitol terhadap karakteristik film yang dihasilkan. Film

dibuat sebanyak lima belas formula dengan variasi komposisi dan konsentrasi plasticizer.

Plasticizer terdiri dari gliserol dan sorbitol dengan rasio 100:0 (formula A); 75:25 (formula

B); 50:50 (formula C); 25:75 (formula D); dan 0:100 (formula E). Konsentrasi plasticizer

yang digunakan adalah 40%, 60%, dan 80% v/b dari berat kitosan. Film yang dihasilkan

dievaluasi meliputi stabilitas fisik, ketebalan, laju transmisi uap air, penyerapan lembab,

kapasitas retensi air, uji pelipatan, kekuatan tarik dan perpanjangan putus. Hasilnya

menunjukkan bahwa komposisi dan konsentrasi plasticizer gliserol dan sorbitol berpengaruh

secara bermakna terhadap ketebalan, kekuatan tarik, dan perpanjangan putus film yang dibuat

(p < 0,05) dan pengaruhnya tidak bermakna terhadap laju transmisi uap air dan kapasitas

retensi air (p > 0,05). Berdasarkan karakteristik film di atas, formula C dengan konsentrasi

plasticizer 60% dan 80% dapat dinominasikan untuk membuat film sambung silang kitosan

yang mengandung asiatikosida sebagai penutup luka.

Kata kunci: asiatikosida, film sambung silang, kitosan, plasticizer, tripolifosfat.

OR-B03

Page 73: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11

Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Polyacrylic Acid

Flavia Laffleur1, Deni Rahmat

2, Fabian Hintzen

1, Katharina Leithner

1,

Andreas Bernkop Schnürch1

1Departemen Teknologi Farmasi, Universitas Innsbruck, Austria

2Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji sifat penetrasi melalui mukus dari nanopartikel netral yang

terdiri dari polyacrylic acid (PAA) dan poly(allylamine) (PAM). Nanopartikel dibuat dengan

dasar interaksi antara 2 polimer dan dikarakterisasi melalui pengukuran ukuran partikel dan

zeta potensial. Nanopartikel kemudian diuji daya penetrasinya melalui mukus. Setelah itu,

toksisitas nanopartikel ditentukan dengan resazurin dan lactate dehydrogenase assays. Hasil

menunjukkan bahwa nanopartikel mempunyai ukuran sekitar 200 nm dan zeta potensial

sebesar 0.9 mV dan menunjukkan peningkatan penetrasi sampai 2,5 kali dibandingkan

kontrol serta tidak toksik. Nanopartikel yang dibuat dari polyacrylic acid (PAA) dan

poly(allylamine)(PAM) mempunyai potensi dalam penghantaran obat melalui mukus.

Kata kunci: nanopartikel, zeta potensial, mukus, polyacrylic acid (PAA)

OR-B04

Page 74: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12

Uji Banding Potensi Bahan Penghancur dari Beberapa Jenis Pati Pregelatinasi pada

Formulasi Tablet Parasetamol

Wira Noviana Suhery, Enda Mora, Winda Istiarsih

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang uji banding potensi bahan penghancur dari

beberapa jenis pati pregelatinasi pada formulasi tablet parasetamol menggunakan metode

granulasi basah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pati pregelatinasi yang memiliki

potensi paling bagus sebagai bahan penghancur serta memberikan sifat fisik dan disolusi

yang baik pada formulasi sediaan tablet. Penelitian dilakukan menggunakan tiga rancangan

formula dengan memvariasikan bahan penghancur tablet yang digunakan yaitu FI (pati

pregelatinasi singkong), FII (pati pregelatinasi ubi jalar) dan FIII (pati pregelatinasi

bengkuang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula memenuhi syarat

pemeriksaan fisik dan disolusi. Waktu hancur paling cepat ditunjukkan oleh FII yaitu selama

3,35 menit, sementara FI dan FIII adalah 3,48 menit dan 4,01 menit.

Kata Kunci: Pati Pregelatinasi, Singkong, Ubi Jalar, Bengkuang, Bahan Penghancur

OR-B05

Page 75: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

Studi Sistem Mikrokapsul Karbamazepin Menggunakan Polimer Hpmc

Rina Wahyuni1, Auzal Halim

2, Yustina Susi Irawati

3

1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

2Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang

3Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang sistem mikrokapsul karbamazepin dengan

menggunakan HPMC sebagai polimer lepas lambat. Mikrokapsul karbamazepin dibuat

menggunakan metoda emulsifikasi penguapan pelarut dengan perbandingan karbamazepin

dan HPMC untuk F1, F2 dan F3 berturut turut yaitu 1:1; 1:1,5; 1:2. Hasil mikrokapsul

dievaluasi dengan SEM, DTA, FT-IR, distribusi ukuran partikel, penentuan kadar dan profil

disolusi. Mikrokapsul yang terbentuk berwarna putih agak kuning dan berbentuk bulat

hampir sempurna. Profil disolusi mikrokapsul menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

polimernya maka pelepasan karbamazepin dalam mikrokapsul juga semakin kecil. Kadar

obat yang dilepaskan dalam waktu 6 jam untuk F1, F2 dan F3 berturut turut adalah 53,7068

%; 46,5230 % dan 24,5296 %. Kinetika pelepasan obat dari mikrokapsul mengikuti

persamaan Higuchi dimana pelepasan mikrokapsul karbamazepin dari matriks dikontrol oleh

proses difusi. Hasil analisa statistik menggunakan anova satu arah menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nyata efisiensi disolusi untuk masing masing formula pada tingkat

kepercayaan 0,05.

Kata Kunci: Mikroenkapsulasi, Karbamazepin, dan HPMC

OR-B06

Page 76: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

Absorpsi In Vitro Kandungan Kuersetin Ekstrak Daun Murbei Bentuk Enkapsulasi

Pada Usus Halus Tikus

Siti Aminah, Suwaldi, Achmad Fudholi, Wahyono

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kuersetin merupakan salah satu kandungan di dalam tanaman murbei (Morus alba L.)

Zat ini mempunyai kelarutan kecil di dalam air dan mengalami degradasi dalam cairan usus

serta absorpsinya terbatas pada pemberian oral. Obat-obat dengan kelarutan yang kecil akan

menemui kesulitan pada proses absorpsinya. Pada penelitian ini enkapsulasi dilakukan

terhadap ekstrak daun murbei menggunakan kitosan dan selanjutnya diteliti absorpsi

kuersetin yang terdapat didalam ekstrak terenkapsulasi secara in vitro.

Metode remaserasi digunakan untuk membuat ekstrak dengan etanol 95 % sebagai

penyari. Kandungan kuersetin di dalam ekstrak ditentukan dengan menggunakan HPLC.

Enkapsulasi menggunakan 0,25 % b/v ekstrak, 0,5 mg/ml dan 1 mg/ml kitosan serta 1 mg/ml

TPP. Karakterisasi enkapsulasi berupa ukuran partikel dan efisiensi enkapsulasi, sedangkan

interaksi antara ekstrak dengan kitosan dan TPP dikarakterisasi dengan FTIR. Absorpsi

dilakukan terhadap ekstrak daun murbei sebelum dan sesudah enkapsulasi dengan

menggunakan metode kantung usus halus yang dibalik (Everted Small Intestine Sac

Technique) pada tikus.

Hasil menunjukkan bahwa kadar kuersetin dalam ekstrak daun murbei adalah (4,427

± 0,065) mg/g. Kitosan-TPP dengan perbandingan 0,5:1 dan 1:1 menghasilkan partikel

dengan ukuran (25,11- 45,21) nm dan (51,08 -119,54) nm serta efisiensi enkapsulasi (31,82 ±

0,33) % dan (24,10 ± 7,35) % pada ekstrak daun murbei terenkapsulasi. Absorpsi kuersetin

dalam ekstrak daun murbei terenkapsulasi dengan kitosan – TPP (0,5: 1) dan (1:1)

menunjukkan penurunan seperti diperlihatkan oleh penurunan permeabilitasnya.

Kata kunci: kuersetin, absorpsi in vitro , ekstrak daun murbei, enkapsulasi, kitosan

OR-B07

Page 77: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

Formulasi dan Uji Penetrasi Fraksi Non Polar dan Semipolar Rimpang Rumput Teki

(Cyperus rotundus l.) dalam Sediaan Masker Peel Off

Farida Rahim1, Friadi

2, Tessa Tiara Putri NV

1

1Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis

2Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pada penelitian ini dilakukan formulasi dan uji penetrasi fraksi non polar, heksan dan

fraksi semi polar, etil asetat dari rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) dalam sediaan

masker peel off dengan konsentrasi 5 % . Evaluasi sediaan masker peel off meliputi

pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH, uji daya menyebar, uji iritasi, uji waktu

mengering, uji stabilitas terhadap suhu, uji elastisitas, dan kromatografi lapis tipis untuk

memenuhi syarat sebagai sediaan masker peel off. Selanjutnya dilakukan uji penetrasi masker

peel off menggunakan Metode difusi sederhana dan kertas saring Whatman® yang sudah

dicelupkan dalam cairan Spangler yang dimodifikasi sebagai membran penetrasi. Cairan hasil

penetrasi yang diambil pada waktu ke- 20, 30 dan 60 menit yang dilanjutkan dengan analisa

kromatografi gas spektrofotometer massa (GCMS). Hasilnya menunjukkan adanya senyawa

komponen minyak atsiri golongan hidrokarbon seskuiterpen yaitu (-)-alpha gurjunene, beta-

selinene, (+)-spathulenol, (-)-Caryophyllene oxide dan aristolone, golongan seskuiterpen

memiliki kemampuan farmakologi sebagai analgetik.

Kata kunci: Cyperus rotundus L, masker peel off, difusi, penetrasi,

OR-C01

Page 78: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

Persepsi Mengenai Resep Racikan di Kalangan Pasien dan Apoteker di Rumah Sakit,

Apotek, Industri Farmasi

Aris Widayati, Sri Hartati Yuliani

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Proporsi resep racikan 5% - 7% dan berpotensi menimbulkan permasalahan.

Penelitian ini bertujuan mengungkap persepsi mengenai peresepan racikan di kalangan pasien

dan apoteker di rumah sakit, di apotek, dan di industri farmasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

diperoleh dari 30 responden pasien dengan menggunakan kuesioner. Data kualitatif digali

menggunakan metode wawancara terstruktur dari 15 responden apoteker di apotek dan rumah

sakit, dan 15 apoteker di industri farmasi. Data kuantitatif diolah dengan statistik deskriptif,

sedangkan data kualitatif di analisis dengan thematic analysis. Penelitian ini dilaksanakan

dengan ijin penelitian dan ethical clearance.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pasien mengenai resep racikan

adalah baik (mean: 8; range: 5-11), 63% (N=30) dengan skor di atas rata-rata. Hasil

wawancara dengan pasien mengungkap pasien tidak mempunyai masalah terkait dengan

waktu tunggu ketika menebus resep racikan dan mengatakan meminum obat racikan lebih

praktis daripada meminum setiap butir obat yang diterima. Namun, pasien mengharapkan

pemberian informasi yang lebih rinci mengenai obat racikan. Hasil wawancara dengan 15

apoteker di RS dan apotek terungkap resep racikan penting untuk mengakomodasi kebutuhan

dosis dan bentuk sediaan pada pediatrik. Mereka mengklaim peracikan sudah dilakukan

sesuai panduan cara peracikan obat yang baik. Namun, para apoteker ini mengkawatirkan

peresepan yang polifarmasi. Hasil wawancara dengan 15 apoteker di industri farmasi

terungkap hal menarik yaitu adanya pro dan kontra. Pendapat yang pro menggarisbawahi

peresepan racikan masih diperlukan terkait penyesuaian dosis dan bentuk sediaan bagi pasien

anak, karena sangat terbatasnya formula yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Pendapat yang kontra mengkawatirkan jaminan kualitas sediaan racikan yang diracik di

apotek, misalnya inkompatibilitas dan stabilitas sediaan. Kelompok kontra ini berpendapat

bahwa peracikan sediaan jadi (tablet, salep, dll) merupakan praktek kefarmasian yang dapat

dikategorikan sebagai “unauthorized practice”.

Dari hasil disimpulkan keberadaan resep racikan masih penting. Namun, perlu

diperhatikan mengenai cara peracikan yang dapat menjamin kualitas sediaan racikan.

Kata Kunci: resep racikan; peracikan; komponding; persepsi apoteker di RS, apotek,

industri, dan pasien.

OR-C02

Page 79: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

Dispersi Padat Famotidin dengan Kombinasi PEG 6000 dan Sorbitol

Deni Noviza, Putri Ayudia Komalasari, Auzal Halim

Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Famotidin merupakan zat aktif yang besifat sukar larut dalam air. Salah satu cara

untuk meningkatkan kelarutannya adalah dengan pendekatan dispersi padat. Dispersi padat

famotidine dibuat menggunakan metoda peleburan dengan beberapa perbandingan berat

antara famotidine dan kombinasi PoliEtilenGlikol (PEG) 6000- sorbitol yaitu 2:8, 4:6, 6:4

dan 8:2. Karakterisasi sistem dispersi padat dan famotidin murni dievaluasi dengan

Differential Thermal Analysis (DTA), difraksi sinar-X (XRD), Scanning Electron

Microscopy (SEM), pengukuran daya penyerapan air, distribusi ukuran partikel. Dari hasil

difraksi sinar-X terlihat famotidine sudah terdispersi di dalam pembawa yang ditandai dengan

bertambahnya fasa amorf dalam sistem dispersi padat. Hasil ini didukung oleh data SEM

yang memperlihatkan morfologi famotidine sudah tidak terlihat lagi dimana famotidine sudah

tersalut oleh PEG 6000 dan sorbitol. Hal ini menunjukkan bahwa famotidine sudah

terdispersi secara molekuler didalam partikel PEG 6000 dan sorbitol. Dari hasil penelitian ini

dapat di simpulkan bahwa famotidin membentuk system dispersi padat dengan PEG 6000 –

sorbitol.

Kata Kunci: Famotidin, Dispersi Padat, PEG 6000, Sorbitol

OR-C03

Page 80: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18

Stabilitas Fisika dan pH Mikroemulsi Magnesium Ascorbyl Phosphate dan Tocopheryl

Acetat

Ni Luh Dewi Aryani

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dilakukan formulasi sediaan mikroemulsi antiaging dengan bahan aktif Magnesium

Ascorbyl Phosphate dan Tocopheryl Acetate yang merupakan bentuk ester dari vitamin C dan

E yang lebih stabil. Sediaan mikroemulsi dibuat dengan tween 80 sebagai surfaktan dan

gliserin sebagai ko-surfaktan. Kemudian dilakukan uji stabilitas fisika dan pH terhadap

mikroemulsi tersebut. Uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat selama 3

bulan pada suhu 40°C ± 2°C dan kelembaban relatif (RH) 75%. Parameter stabilitas yang

diamati adalah organoleptis, tipe emulsi, viskositas, sifat alir, ukuran droplet, dan pH. Hasil

penelitian didapatkan bahwa mikroemulsi tersebut tidak stabil secara fisika dan pH selama

waktu penyimpanan tersebut.

Kata Kunci: Stabilitas, Mikroemulsi, Magnesium Ascorbyl Phosphate, Tokoferil Asetat,

OR-C04

Page 81: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Mahkota Dewa Terhadap Stabilitas Lotion – Krim

Serta Uji Tabir Surya Secara Spektrofotometri

A.Karim Zulkarnain,1*

Marchaban,1 Subagus Wahyuono,

1 Ratna Asmah Susidarti

1

Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Ekstrak daun mahkota dewa mengandung senyawa turunan

benzofenon yang memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Tujuan penelitian: Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan kimia lotion dan krim o/w serta aktivitasnya

sebagai tabir surya dengan spektrofotometer. Metode: Ekstrak diperoleh dengan metode

maserasi metanol lalu diformulasi menjadi Lotion dan krim o/w serta diuji stabilitas fisik dan

kimianya serta diuji SPF nya secara in vitro dengan spektrofotometer. Hasil penelitian: Hasil

studi menunjukkan bahwa formula lotion dan krim o/w ekstrak mahkota dewa stabil selama

penyimpanan 6 minggu. Kenaikan konsentrasi mahkota dewa akan menaikkan viskositas

Lotion dan krim o/w secara signifikan. Krim selama penyimpanan lebih stabil

homogenitasnya dibanding dengan lotion yaitu pada minggu ke enam minyak dari sediaan

lotion mulai terlihat warna coklat dipermukaannya sedangkan krim lebih viskes dibanding

dengan lotion. Sediaan selama penyimpanan 6 minggu memiliki kandungan phalerin yang

relatif stabil. Aktivitas sediaan secara in vitro menunjukkan bahwa nilai SPF pada kadar

ekstrak mahkota dewa 6 %, 8 % dan 10 % berturut turut untuk krim adalah 8,60, 11,51, 16,04

sedangkan SPF untuk lotion adalah 7,45, 10,83 dan 15,01 %. Kesimpulan: Sediaan lotion

dan krim mahkota dewa stabil selama penyimpanan dan memiliki aktivitas sebagai tabir

surya.

Kata kunci: Mahkota dewa, lotion, krim, in vitro

OR-C05

Page 82: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20

Permodelan Kinetika Pelepasan Obat Dari Sediaan Tablet Floating Berbasis

Kompartemen Dengan Winsaam

Teuku Nanda Saifullah Sulaiman, Angi Nadya Bestari

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Analisis data hasil disolusi dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti kinetika

orde nol, orde satu, model Higuchi, Korsmeyer-Peppas, dan Hixson-Crowell. Salah satu

metode analisis data disolusi yang banyak diaplikasikan untuk menjelaskan kinetika

pelepasan obat dari sediaan adalah dengan menggunakan permodelan kompartemen. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui model kinetika pelepasan obat dari sediaan tablet floating

berbasis kompartemen. Lima formula tablet floating ranitidin HCL diuji disolusi dalam

medium HCl 0,1 N, menggunakan alat tipe II USP dengan sinker. Data dan curve fitting

dianalisis menggunakan software WinSAAM untuk memperoleh konstanta perpindahan obat.

Analisis data hasil uji disolusi berdasarkan permodelan kompartemen dengan WinSAAM

menghasilkan kinetika pelepasan obat dari tablet floating mengikuti model tiga

kompartemen. Ketiga kompartemen tersebut yaitu: partikel obat yang terdispersi dalam tablet

(kompartemen 1), matrik gel (kompartemen 2), dan medium disolusi (kompartemen 3).

Kata kunci: disolusi, kinetika pelepasan obat, tablet floating, WinSAAM

OR-C06

Page 83: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21

Studi Sistem Dispersi Padat Ketoprofen-Urea

Salman Umar, Anesia Chaersty, Muslim Suardi

Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

Email; umar_salman@ yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian tentang studi sistem dispersi padat ketoprofen-urea telah dilakukan secara

pelarutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki karakteristik fisikokimia dan

meningkatkan laju disolusi ketoprofen. Sebagai pembanding campuran fisik yang terdiri dari

ketoprofen dan urea disiapkan dengan perbandingan yang sama. Karakteristik fisikokimia

dan disolusi dari dispersi padat dan campuran fisik dievaluasi. Disolusi dilakukan dengan

menggunakan alat tipe dayung dan sebagai medium disolusi digunakan dapar fosfat pH 7,5.

Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 2,5, 5, 7,5, 10, 20, 30, 45 dan 60. Hasil disolusi

menunjukkan bahwa dispersi padat dapat meningkatkan laju disolusi ketoprofen. Dispersi

padat memberikan hasil disolusi yang lebih baik dibandingkan dengan campuran fisik

(P<0,05). Hasil efisiensi disolusi yang paling baik didapat dari dispersi padat dengan

perbandingan ketoprofen:urea 1:9.

Kata kunci: solid dispersi, ketoprofen, urea

OR-C07

Page 84: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22

Uji Daya Larut Kalsium Oksalat dalam Infus Daun Alpukat (Persia americana Mill)

secara Kompleksometri

Tuty Taslim

Akademi Farmasi Prayoga, Padang

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji daya larut Kalsium Oksalat dalam infus daun alpukat

(Persia americana Mill). Perendaman 100 mg Kalsium Oksalat dalam larutan 10% infusa

daun alpukat dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Dan dilakukan penghitungan kadar

kalsium terlarut dengan metoda kompleksometri dengan titrasi kembali menggunakan Na2

EDTA berlebih. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun alpukat dapat melarutkan kalsium

oksalat dan terlihat adanya peningkatan kadar kalsium oksalat terlarut dengan variasi waktu.

Kata kunci: Kalsium Oksalat, infusa, daun Alpukat, kompleksometri.

OR-D01

Page 85: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23

Pembuatan Pereaksi Pendeteksi Merkuri dalam Krim Pemutih Kulit

Titiek Martati, Liliek Nurhidayati, Tiana

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

email [email protected]

ABSTRAK

Penggunaan merkuri dalam krim pemutih kulit telah dilarang oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) karena efek samping yang toksik dan membahayakan, namun

saat ini masih ditemukan penyalahgunaannya. Untuk itu diperlukan alternatif cara mendeteksi

kandungan merkuri dalam krim pemutih secara mudah dan cepat yaitu dengan menggunakan

pereaksi pendeteksi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pereaksi pendeteksi merkuri

yang spesifik dan sensitif. Pemiihan pereaksi pendeteksi didasarkan pada reaksi kimia, yaitu

yang dapat bereaksi secara spesifik dan memberikan hasil yang khas dengan merkuri,

selanjutnya ditentukan uji batas meliputi uji spesifisitas dan sentitivitas. Pereaksi pendeteksi

merkuri berbentuk larutan berisi campuran kalium bromida dalam asam asetat dan rhodamin

B, spesifik terhadap merkuri dengan membentuk komplek warna ungu bila ditambahkan ke

dalam krim yang mengandung merkuri. Batas deteksi pereaksi pendeteksi merkuri secara

visual dalam krim merkuri amino klorida warna putih dan pink adalah 500 bpj, untuk krim

warna hijau, jingga dan kuning adalah 600 bpj, secara instrumental pada krim warna putih

adalah 18,65 bpj. Batas deteksi pereaksi pendeteksi merkuri secara visual dalam krim merkuri

klorida warna putih adalah 300 bpj, untuk krim warna hijau dan kuning adalah 200 bpj,

secara instrumental pada krim warna putih adalah 14,51 bpj.

Kata kunci: pereaksi pendeteksi, merkuri, krim pemutih, kalium bromida, rhodamin B

OR-D02

Page 86: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

24

Analisis Proksimat, Asam Amino Dan Profil Protein Sarang Burung Walet Dari

Beberapa Wilayah di Indonesia

Lina Elfita

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan avifauna termasuk burung

wallet (Collocalia fuciphaga) yang menghasilkan sarang yang kaya akan nutrisi dan berharga

bagi kesehatan manusia. Sebagai negara kepulauan, tidak menutup kemungkinan burung

walet bermigrasi dari satu pulau ke pulau lainnya, yang menyebabkan sarang yang dibuat

mempunyai nilai nutrisi yang berbeda. Sarang wallet terbuat dari air liur jenis burung

Collocalia fuciphaga (sarang putih) dan Collocalia maxima (sarang hitam). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan komposisi nutrisi (analisis proksimat),

asam amino dan profil protein sarang burung walet yang dikoleksi dari beberapa wilayah di

Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi). Dari hasil analisis proksimat

didapatkan hasil sebagai berikut: kadar air, 17,08 - 21,50%; abu, 5,44 – 6,25%, lemak, 0,07 –

0,76%, protein, 51,80 – 56,25%; karbohidrat, 19,56 – 23,60%; kalsium, 647,93 – 711,63

mg/100 g; nitrat, 443,05 – 1051,06 ppm; dan nitrit, 3,11 – 18,28 ppm. Hasil analisa

menemukan bahwa sarang burung wallet mengandung 18 jenis asam amino yang terdiri dari

10 asam amino essensial dan 8 asam amino non essensial. Ditemukan juga perbedaan

distribusi asam aspartat pada sarang burung walet dari 7 wilayah yang berbeda. Kadar asam

aspartat pada sarang burung walet dari Sumatera Barat (SB), Jawa Timur (JT) dan

Kalimantan Barat (KB) berkisara antara antara 3,27-4,21%. Angka ini jauh lebih tinggi

disbandingkan dengan kadar asam aspartat pada sarang burung wallet dari sementara kadar

asam aspartat pada sarang burung walet dari Sumatra Selatan (SS), Jawa Barat (JB), Sulawesi

Tengah (ST) dan Sulawesi Tenggara (STR), yang berkisar antara 0,32-0,37%. Hasil analisis

protein menggunakan SDS-PAGE menunjukan perbedaan jumlah pita protein pada sarang

burung walet yang dikoleksi. Sarang burung walet STR, SS, KB, ST, dan SB memiliki 7 pita

protein, sedangkan sarang burung walet JT dan JB masing memiliki 5 dan 8 pita protein.

Berat molekul protein sarang burung walet berkisar antara 84,5 – 19,2 kDa.

Kata kunci: Sarang burung walet, Pulau-pulau di Indonesia, Analisis proksimat, Asam

amino, SDS-PAGE

OR-D03

Page 87: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25

Analisis Simultan Teofilin, Guaifenesin dan Difenhidramin Hidroklorida Dalam

Sediaan Eliksir Secara Kromatografi Cair Kinerjatinggi

Hayun1,*)

; Yahdiana Harahap1)

; dan Maria Olivia Puspasari1)

1)Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Metode KCKT fase terbalik untuk analisis secara simultan teofilin, guaifenesin dan

difenhidramin hidroklorida telah dikembangkan dan divalidasi. Kondisi optimum untuk

pemisahan pada kolom Kromasil®-C18 (250 x 4,6 mm; 5 µm) diperoleh dengan

menggunakan fase gerak metanol-air (1:1, v/v) dengan laju alir 1,0 ml/menit. Panjang

gelombang deteksi UV adalah 218 nm. Pada kondisi di atas, waktu retensi teofilin,

guaifenesin dan difenhidramin hidroklorida berturut-turut 3,3; 5,3; dan 9,1 menit. Metode

divalidasi dengan menentukan presisi, akurasi, spesifisitas, linieritas dan rentang. Hasil-hasil

menunjukkan bahwa metode ini memenuhi karakteristik kinerja yang baik dan dapat

diterapkan untuk penetapan kadar teofilin, guaifenesin dan difenhidramin hidroklorida dalam

sediaan farmasi eliksir dengan hasil memuaskan. Hasil penetapan kadar teofilin, guaifenesin

dan difenhidramin hidroklorida dalam sediaan farmasi eliksir berturut-turut 100,41 ± 1,04%;

100,49 ± 0,59% dan 99,72 ± 1,11% dari yang tertulis pada labelnya.

Kata kunci: kckt, teofilin, guaifenesin, difenhidramin hidroklorida, eliksir

OR-D04

Page 88: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26

Validasi Metode Penetapan Kadar Rifampisin dalam Plasma secara Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi

Endang Lukitaningsih1*

, Fathul Jannah1, Arief Nurrochmad

1, Anggun Mukti Aji

1

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kebutuhan obat Rifampisin di Indonesia masih cukup tinggi mengingat kasus

tuberculosis masih banyak di jumpai. Oleh karena itu, banyak industri farmasi yang

memproduksi obat ini. Obat inovator dari rifampisin telah habis masa patentnya, sehingga

memungkinkan industri farmasi untuk membuat obat ”copy”. Obat ”copy” yang baik harus

menunjukkan bioavailibilitas dan bioekuivalense dengan obat inovatornya. Oleh karena itu,

perlu dilakukan uji Ba/Be. Laboratorium Terpadu Fakultas Farmasi UGM merupakan salah

satu Laboratorium terakreditasi ISO 17025-2008 yang saat ini sedang mengembangkan

kemampuannya untuk bisa melayani kebutuhan uji Ba/Be tersebut.

Untuk bisa menghasilkan data yang dipercaya kebenarannya, maka perlu melakukan

validasi metode analisis obat rifampisin dalam plasma. Metode analisis yang dipilih adalah

metode secara Kromatgarfi Cair Kinerja Tinggi-UV dengan kolom C18, dengan terlebih

dahulu dilakukan deproteinasi dan ekstraksi obat secara liquid-liquid extraction.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode yang dikembangkan diperoleh

parameter validasi penetapan kadar rifmpisin dalam plasma sebagai berikut: linieritas yang

diekspresikan sebagai kurva baku antara luas area kromatogram (sumbu Y) terhadap

konsentrasi rifampisin (sumbu X) memiliki harga R sebesar 0,9992 untuk rentang konsentrasi

20 – 100 ppm dengan persamaan regresi Y = 3x107

X – 165516. Sensitifitas diekspresikan

dengan parameter limit of detection (LOD) dan Limit of Quantification (LOQ) masing-

masing sebesar 0,70 dan 2,30 ppm. Perolehan kembali yang diekspresikan sebagai harga

recovery sebesar 96,68 ± 8,06 %. Presisi intra dan inter day yang diekspresikan dengan harga

RSD dari seri pengulangan penetapan kadar pada hari yang sama (untuk intra day) dan pada

hari yang berbeda (untuk inter day) masing-masing sebesar 2,98 % dan 1,13 %. Keseluruhan

parameter validasi tersebut memenuhi persyaratan seperti dalam FDA tahun 2013, sehingga

dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut termasuk dalam analisis bioavailabilitas dan

bioekuivalensi suatu obat copy rifampisin.

Kata kunci: validasi metode, rifampicin, plasma, kromatografi cair kinerja tinggi

OR-D05

Page 89: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

27

Perbandingan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Dan Titrasi Kompleksometri

Untuk Penentuan Kadar Zink Dalam Sediaan Sirup

Juniar Moechtar, Asri Darmawati, Febri Annuryanti

Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

ABSTRAK

Zink adalah mikronutrien penting yang dapat digunakan untuk suplemen terapi diare

pada anak. Untuk menjamin kualitas dan efektifitas sediaan sirup zink, telah dilakukan

penetapan kadar zink dalam sediaan sirup menggunakan metode spektrofotometri sinar

tampak berdasarkan intensitas warna komplek zink-dithizone dalam pelarut

asetonitril:propanol (1:1), dibandingkan dengan penetapan kadar zink berdasarkan titrasi

kompleksometri menggunakan indikator EBT. Hasil penetapan kadar zink dalam sampel

sediaan sirup dengan menggunakan metode kompleksometri adalah (106.1±0.02) % dari

jumlah yang tertera di etiket. Hasil penetapan kadar zink dengan metode kompleksometri ini

lebih akurat dari hasil penetapan kadar zink dengan metode spektrofotometri sinar tampak.

Kata kunci:

OR-D06

Page 90: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28

Pengaruh Lama Pengukusan terhadap Daya Antioksidan dari Umbi Ketela Rambat

Ungu, Jingga dan Kuning (Ipomoea batatas (l.) L.)

Kusuma Hendrajaya, Ririn Sumiyati, Azminah

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilakukan uji aktivitas daya antioksidan tiga varietas ketela

rambat yaitu ketela rambat ungu, jingga dan kuning dengan membandingkan uji ekstrak

etanol umbi ketela rambat mentah dan yang telah mengalami pengukusan dengan waktu 20

atau 30 menit dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl). Ekstraksi dilakukan

secara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pada pengujian secara kuantitatif dengan metode

spektrofotometri tampak, diamati absorbansinya pada panjang gelombang 521,0 nm pada

menit ke-5. EC50 untuk umbi ketela rambat ungu mentah, dikukus 20 dan 30 menit adalah

4500.88, 713,19 dan 757,51 bpj. EC50 untuk ekstrak etanol umbi ketela rambat jingga

masing-masing adalah 7133,03; 3446,73 dan 1805,02 bpj sementara untuk ketela rambat

kuning nilainya adalah 13782,77; 13325,94 dan 6866,66 bpj. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa ekstrak ketela rambat ungu yang telah dikukus memiliki daya antioksidan

tertinggi. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada pengukusan ketela rambat ungu 20 atau

30 menit. Hal ini juga didukung oleh hasil perhitungan statistik dengan uji ANOVA dan

BNT.

Kata kunci: antioksidan, DPPH, pengukusan, EC50, Ipomoea batatas

OR-D07

Page 91: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29

Analisis Dinamika Molekul Hasil Penambatan Kompleks Α-Glukosidase Dengan

Sulochrin

Arry Yanuar, Auilia Farkhani

Universitas Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Sulochrin telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai inhibitor α-glukosidase. Model

tiga dimensi (3D) enzim dikonstruksi berdasarkan struktur kristal α-glukosidase S.

solphataricus (MalA) dan sub-unit N-terminal Maltase-Glukoamilase manusia (NtMGAM)

menggunakan Modeller9.10. Penambatan sulochrin dilakukan pada dua bentuk konformasi

yakni berdasarkan energi terbaik dan klaster terbaik menggunakan Autodock4.2 dan hasilnya

menunjukkan nilai ΔG secara berturut-turut yakni -6,90; -6,44 kkal/mol dan Ki= 8,74; 19,13

μM, sebagai kontrol inhibitor α-glukosidase digunakan akarbose, miglitol, voglibose, dan

salasinol dengan skor nilai ΔG= -7,80; -7,60; -6,56 dan -4,25 kkal/mol, serta Ki= 2,12; 2,77;

15,75 dan 482,55 μM. Interaksi sulochrin pada situs aktif α-glukosidase manusia dipelajari

melalui simulasi dinamika molekul 2 ns menggunakan AMBER 12 dan menunjukkan adanya

interaksi kuat dan stabil pada residu Asp587, dibandingkan dengan akarbose yang

menunjukkan interaksi dengan residu Asp587, Asp398, Asp511, dan Phe 518, sedangkan

voglibose menunjukkan interaksi dengan residu Asp398 dan Asp511.

Kata kunci: α-Glukosidase, antidiabetes, sulochrin, pemodelan homologi, simulasi dinamika

molekul.

OR-E01

Page 92: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30

Skrining Ribosome Inactivating Proteins (Rips) dari Buah dan Sayur Lokal Indonesia

Dan Stabilitasnya Setelah Proses Penyimpanan dan Perebusan

Rumiyati, Sismindari, Yulia Damayanti dan Gabriela Kasih Mawarni

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ribosome Inactivating Protein (RIP) adalah protein yang diisolasi dari tanaman yang

mempunyai aktivitas N-glikosidase, yaitu mampu memutus ikatan glikosidik Adenin4324

,

sehingga menyebabkan terhambatnya sintesis protein. Disamping itu, protein tersebut telah

diketahui mempunyai beberapa aktivitas antara lain antivirus, antibakteri, antitumor dan

antikanker. Beberapa tanaman di Indonesia telah diketahui mengandung RIP. Untuk itu perlu

dilakukan penapisan keberadaan RIP pada beberapa sayur dan buah yang sering dikonsumsi

masyarakat. Pada penelitian penapisan RIP dilakukan pada sayur seperti buncis, kacang

panjang, kenikir, bayam, leunca, dan buah apel, melon, belimbing, sirsat serta waluh.

Disamping itu juga dianalisis efek penyimpanan buah dan perebusan sayur pada stabilitas

RIP.

Protein dari buah dan sayur diekstraksi menggunakan dapar fosfat. Ekstrak yang

diperoleh kemudian di identifikasi terhadap kandungan RIP dengan menggunakan uji

aktivitas pemotongan DNA superkoil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima buah

dan sayur yang diteliti mengandung RIP. Seperti ditunjukkan oleh adanya kemampuan

memotong DNA superkoil menjadi bentuk sirkuler dan linier. RIP pada buah apel, melon dan

belimbing bersifat stabil setelah penyimpanan selama 3 hari di suhu ruangan. Sementara itu

dari kelima sayur yang diteliti, hanya RIP dari sayur buncis yang bersifat stabil setelah proses

perebusan selama 5 menit.

Kata kunci: Ribosome Inactivating Protein (RIP), sayur, buah dan stabilitas RIP.

OR-E02

Page 93: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

31

Desain Molekul Boronhafagama Sebagai Pembawa Radioaktif Boron Untuk Terapi

Kanker Payudara

Hari Purnomo

Fakultas Farmasi UGM

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tamoxifen merupakan obat yang relatif lama (pertama kali mendapat approval tahun

1977), yang masih menjadi terapi hormonal standar bagi pasien kanker payudara, khususnya

dengan status reseptor estrogen alpha (α) positif. Pemberian tamoxifen direkomendasikan

selama 5 tahun atau 2-3 tahun dan dilanjutkan dengan inhibitor aromatase. Kemajuan di

bidang radioaktif dan molecular docking memungkinkan untuk menggantikan tamoxifen

dengan radioaktif yang dapat membunuh sel kanker secara tidak langsung. Boronhafagama

(BHFG) adalah molekul pembawa boron radioaktif yang memungkinkan untuk menjadi

solusi terapi kanker payudara. Pendekatan molecular docking menunjukkan skor ikatan

BHFG2 dengan reseptor Estrogen alpha (α)( -97.4142) tidak berbeda secara bermakna

dengan skor ikatan tamoxifen dengan reseptor Estrogen alpha (α) (-97.5704). Keunggulan

senyawa BHFG2 adalah melepaskan boron radioaktif pada sel kanker payudara yang menjadi

sasaran tembak sehingga lebih efektif dibanding mekanisme kerja tamoxifen konvensional.

Interaksi BHFG2 dengan reseptor estrogen alpha (α) juga lebih kuat dibanding ikatan

boronhafagama1, boronphenil , kurkumin , PGV0 dan PGV1 dengan reseptor estrogen alpha

(α).

Kata kunci: tamoxifen, boronhafagama, kurkumin, PGV0, PGV1

OR-E03

Page 94: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32

Uji Aktivitas In-Silico Senyawa Baru 1-Benzil-3-Benzoilurea Induk dan Tersubstitusi

sebagai Agen-agen Antiproliferatif

Farida Suhud

Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya,

Jalan Raya Kalirungkut, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Studi ini terkait dengan rancangan dan penambatan molekul senyawa baru 1-benzil-3-

benzoilurea induk dan tersubstitusi sebagai antiproliferatif. Tujuan dari studi ini untuk

memprediksi agen antiproliferatif yang lebih poten. Untuk mencapai tujuan tersebut, uji

aktivitas in-silico terhadap reseptor 1-UWH dihitung dengan Molegro Virtual Docker 5 dan

hidroksiurea digunakan sebagai pembanding. Hasil didapatkan semua senyawa 1-benzil-3-

benzoilurea induk dan tersubstitusi lebih poten dibandingkan hidroksiurea. Sangat

direkomendasikan untuk dilakukan sintesis lebih lanjut semua senyawa 1-benzil-3-

benzoilurea induk dan tersubstitusi sebagai agen-agen antiproliferatif.

Kata kunci: 1-benzil-3-benzoilurea, rancangan, penambatan molekul, agen-agen

antiproliferatif

OR-E04

Page 95: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

33

Pembuatan dan Karakterisasi Padatan Kompleks Logam Ni (Ii) - Kloramfenikol –

Oksitetrasiklin Ni(CHL)(OTC)Cl2

Ilma Nugrahani

Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK

Kata kunci:

OR-E05

Page 96: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34

Desain Senyawa Analgetika Baru Hasil Reaksi Antara Para Aminofenol Dengan

Beberapa Senyawa Alam

M. Kuswandi Tirtodiharjo dan Hari Purnomo.

Laboratorum Kimia Medisinal, Fakultas Farmasi, UGM

Email: [email protected]

ABSTRAK

Parasetamol adalah suatu analgetika yang masih banyak digunakan oleh masyarakat

didunia cukup besar, namun terdapat kendala karena parasetamol mempunyai efek samping

toksis terhadap hepar. Untuk tujuan itu maka kami telah mendesain beberapasenyawa baru

dengan mereaksikan para amino fenol dengan beberapa senyawa alam, antara lain vanilin

(KAPHAVAN), eugenol (KAPHAGENOL), sinamaldehid (KAPHALDEHID), sitrulin

(KAPHARULIN) dan asam galat (KAPHALAT). Hasil analisis dengan molecular docking

PLANTS (Protein Ligands ANTSystem) menunjukkan bahwa semua senyawa baru tersebut

mempunyai skor -84 sedangparasetamol -67. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan 5 senyawa

baru tersebut mempunyai ikatan dengan reseptor Cox-2 yg lebih kuat dibanding parasetamol,

yang bermakna mempunyai aktivitas yg lebih tinggi dibanding parasetamol. Dengan adanya

gugus yang lebih nukleofil pada gugus sekitar karbonil diprediksi toksisitas (hepatotoksis)

senyawa senyawa baru tersebut lebih rendah dibanding Parasetamol.

Kata kunci: modifikasi parasetamol, aktivitas, toksisitas, paraaminofenol, senyawa alam.

OR-F01

Page 97: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35

Aktivitas Larvasida Granul Minyak Daun Jeruk Purut Terhadap Larva Nyamuk Aedes

Aegypti

Sri Mulyani Didik

Fakultas Farmasi UGM

ABSTRAK

Abatesasi merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD). Penggunaan abate sebagai larvasida dilaporkan dapat menimbulkan

bau yang tidak enak, menyebabkan karatan pada drum penampung air serta ada indikasi dapat

menyebabkan terjadinya resistensi terhadap hewan target. Minyak daun jeruk purut diketahui

memiliki aktivitas sebagai biopestisida, dan bentuk sediaan granul merupakan bentuk sediaan

yang paling sesuai untuk larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul

minyak daun jeruk purut dan menentukan nilai LC50, LC90 terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti. Granul minyak daun jeruk purut dibuat dengan menggunakan bahan pengisi laktosa

dan pengikat CMC-Na. Aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti instar III

dilakukan dengan membuat 5 seri konsentrasi granul, yang masing-masing diujikan terhadap

20 ekor larva dan dibiarkan terpapar selama 24 jam. Percobaan dilakukan 3 kali, jumlah larva

yang mati dihitung, dan dianalisis dengan analisis probit modifikasi Finney, untuk

menentukan nilai LC50 dan LC90. Hasil penelitian menunjukkan granul yang dibuat memiliki

aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti instar III dengan LC50 sebesar 39,58

ppm dan LC90 sebesar 79,43 ppm.

Kata kunci: jeruk purut, granul, larvasida, Ae. aegypti.

OR-F02

Page 98: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36

Uji Aktivitas Antiseptik Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C)

Dalam Prodak Deodoran Roll On

Taty Rusliati Rusli

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan secara komersial tanaman obat Indonesia

yaitu kulit buah jeruk purut sebagai prodak Deodorant Roll On untuk antiseptik yang berefek

bakterisid. Target khususnya adalah menghasilkan formula deodorant roll on yang stabil

secarafisik, kimia dan mikrobiologi serta keamanan produk Deodorant Roll On berdasarkan

ujiiritasi. Pada tahap awal penelitian dibuat minyak atsiri dari kulit buah jeruk purut yang

diuji mutu fisik, kimia dan antiseptik. Uji mutu minyak atsiri dengan penetapan parameter

fisik (Identitas, Organoletik, Kelarutan), uji antiseptik dilakukan secara in vitro dengan

metode Difusi Agar. Selanjutnya dibuat sediaan formula Deodorant Roll On dengan variasi

thickening agent yaitu HPC-m dan karbomer 940, prodak yang dihasilkan diuji mutu fisik,

kimia, uji stabilitas dipercepat dan uji antiseptik In Vitro serta uji iritasi pada Panelis. Uji

antiseptik In Vitro terhadap bakteri Staphylococcus aureus memiliki aktivitas pada

konsentrasi 1 – 7% dengan diameter daerah hambat berkisar 4,0 – 12,0 mm. Hasil uji

stabilitas dipercepat suhu kamar dan 40oC terhadap sediaan dihasilkan organoleptik dengan

warna putih kekuningan, bau khas jeruk purut dan pH 4,54 – 5,11, uji daya hambat pada

sediaan deodorant dengan thickening agent HPC-m sebesar 10,90 – 12,26 mm sedangkan

dengan thickening agent karbomer 940 tidak memiliki ativitas pada bulan ke-3, serta uji

iritasi pada panelis tidak menimbulkan iritasi.

Kata kunci: minyak atsiri kulit buah jeruk purut, antiseptik, Staphylococcus aureus,

deodorant Roll On

OR-F03

Page 99: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37

Aktivitas Antiproliferasi Pada Sel Widr Dan Antimikroba Senyawa 1,5-Bis(3’-Etoksi-

4’-Hidroksifenil)-1,4-Pentadien-3-on (EHP)

Esti Mumpuni 1, Arief Nurrochmad

2, Harno Dwi Pranowo

2, Umar Anggara Jenie

2

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta1

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta2

Emali: [email protected]

ABSTRAK

Senyawa 1,5-bis(3’-etoksi-4’-hidroksifenil)-1,4-pentadien-3-on (EHP) adalah analog

kurkumin. Sintesis dan elusidasi struktur senyawa tersebut sudah dilaporkan. Seperti halnya

kurkumin, senyawa ini diharapkan potensial mempunyai aktivitas antikanker atau

antimikroba. Telah dilakukan uji antiproliferasi terhadap sel kanker kolon WiDR dan uji

antimikroba. Hasil uji senyawa EHP memberikan aktivitas antiproliferasi sel dengan nilai

IC50 91,18 bpj. Kadar hambat minimum senyawa terhadap mikroba Staphylococcus aureus

(ATCC 25923), Escherichia coli (ATCC 25922), Salmonella typhi (ATCC 14028) 0.063 bpj

dan diameter daerah hambat minimum pada Staphylococcus aureus sebesar 11 mm.

Kata kunci: sitotoksik, antimikroba, EHP

OR-F04

Page 100: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38

Toksisitas dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Eka Putri, Yardi, Erwin Prawirodiharjo

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Toxicity effect and antioxidant activity of 70% ethanolic extract and aqueous extract

of kayu jawa (Lannea coromandelica) stem bark have been studied. Kayu Jawa stem bark

was collected on February 2014 from Watampone, Kabupaten Bone, South Sulawesi. 70%

ethanolic exctract was obtained by maceration method, whereas aqueous extract was obtained

by decoction method. Antioxidant activity was tested by DPPH (2,2 Diphenyl-1

Picrylhydrazyl) method with vitamin C as a positive control. The result of antioxidant activity

showed that AAI (Antioxidant activity index) value of 70% ethanolic extract, aqueous

extract, and vitamin C were 3,6792 (very strong); 0,0667 (weak); dan 9,6254 (very strong)

respectively. Toxicity was done by using Brine shrimp lethality test (BSLT) method. The

result of toxicity test which was computed by probit method showed that aqueous extract

didn’t have toxic activity with LC50 value 3.171 ppm, whereas 70% ethanolic extract showed

toxic activity with LC50 value 23,774 ppm. Based on this study, 70% ethanolic extract of

kayu jawa (Lannea coromandelica) bark was thought to have anticancer potential.

Keywords: Kayu jawa (Lannea coromandelica) stem bark, antioxidant, DPPH, AAI, toxicity,

BSLT, LC50

OR-G01

Page 101: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

39

Kajian Etnobotani dan Fitokimia Tumbuhan Pakis Sumatera

Nova Syafni, Hernawati, Deddi Prima Putra, Amri Bakhtiar dan Dayar Arbain

Fakultas Farmasi/Laboratorium Biota Sumatera Universitas Andalas

email: [email protected]

ABSTRAK

Sebagai tidak lanjut kajian senyawa bioaktif yang berasal dari tumbuhan Sumatera

umumnya1 dan dari paku-pakuan khususnya

2 telah dilakukan survey etnobotani paku-pakuan

ini diberbagai lokasi di Propinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi yang dilanjutkan dengan uji

bioaktifitas antimikroba terhadap berbagai mikroba patogen manusia diantaranya Escherichia

coli ATCC 25922 NCTC 1224, Staphylococcus aureus ATCC 25923, Vibrio cholera Inaba

dan Salmonella thypimurium ATCC 14028 NCTCC 12023 dan Salmonella thyphosa NCTC

786. Secara tradisional pakis ini banyak digunakan sebagai obat demam dan sakit kepala.

Terlihat juga adanya perbedaan penggunaan tradisional ini pada daerah yang berbeda seperti

antidiare, bisul, antidote, penyakit kulit dan lain sebagainya. Dari kajian ini terlihat bahwa

paku resam (Gleichenia lianearis [Burm.] Clarke), paku sayur (Diplazium esculentum [Retz.]

SW.), paku lipan (Blechnum orientale L.) dan paku ruman (Trichomanes chinense L.)

merupakan pakis yang umum dikenal dan digunakan di masyarakat. Kajian antimikroba

ekstrak dan kandungan kimia senyawa hasil isolasi dari beberapa pakis Sumatera akan

didiskusikan.

Kata kunci: pakis, antimikroba, etnobotani, fitokimia, Sumatera

OR-G02

Page 102: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40

Senyawa Antibakteri dari Bakteri Staphylococcus sp. (C1) yang Berasosiasi dengan

Spon Laut Haliclona fascigera

Dian Handayani, Desi Elfira dan Harrizul Rivai

Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis Padang 25163.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam penelitian berkelanjutan kami untuk mencari agen antimikroba (antibiotik) dari

mikroorganisme, bakteri endofit dari spon laut Haliclona fascigera diisolasi menggunakan

metode pengenceran dan metode tuang pada media NA. Berdasarkan ciri morfologi, salah

satu spesies bakteri endofit yang aktif telah diisolasi dan diidentifikasi dari spons. Bakteri

tersebut termasul genus Staphylococcus spp. Dua senyawa murni, B1 dan E1 telah diisolasi

dari fraksi etil asetat dari bakteri ini. Isolasi senyawa antimikroba dilakukan dengan metode

kromatografi. Senyawa B1 berwujud minyak kekuningan (21 mg) dan dapat menghambat

bakteri patogen Staphylococcus aureus ATCC 25923 pada 0125% Minimum Inhibitory

Concentration (MIC) dengan metode difusi agar. Senyawa E1 berwujud minyak kekuningan

(31 mg), namun itu tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923.

Kata Kunci: bakteri endofit, Antimikroba dan spon laut Haliclona fascigera.

OR-G03

Page 103: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41

Perbandingan Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus

(Typhonium flagelliforme (lodd.) Blume) dengan Metode Spray Drying Dan Freeze

Drying

Yuanahara Farida & Erma Wanda Mundari

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Email: [email protected]

ABSTRAK

Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) adalah salah satu tanaman

yang dapat digunakan untuk pengobatan alternatif sebagai antikanker. Telah dilakukan

penelitian aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH dan toksisitas

dengan metode BSLT terhadap ekstrak etanol yang dikeringkan menggunakan spray dryer

dan freeze dryer. Serbuk daun keladi tikus dimaserasi menggunakan etanol 50, 70, dan 96%,

kemudian dipekatkan dengan rotavapor, selanjutnya dikeringkan menggunakan spray drying

dan freeze drying. Ekstrak kental dan kering di uji aktivitas antioksidan dan toksisitasnya,

selanjutnya nilai IC50 dan LC50 yang diperoleh diuji secara statistik dengan metode

ANOVA. Hasil uji aktivitas antioksidan maupun toksisitas tertinggi diperoleh dari ekstrak

etanol 70% hasil freeze drying dengan nilai IC50 sebesar 38,57 bpj untuk uji aktivitas

antioksidan dan nilai LC50 sebesar 17,46 bpj untuk uji toksisitas secara BSLT. Berdasarkan

uji ANOVA diperoleh hasil bahwa perlakuan metode pengeringan memberikan perbedaan

secara nyata pada nilai LC50 dan IC50, sedangkan perbedaan konsentrasi hanya dapat

mempengaruhi nilai IC50 secara nyata.

Kata kunci: Keladi tikus (Typhonium flagelliforme), antioksidan, BSLT, freeze drying, spray

drying

OR-G04

Page 104: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42

Aktivitas Antioksidan Lecythophora sp., Jamur Endofit yang Diisolasi dari Alyxia

reinwardtii bl

Noor Erma N. Sugijanto

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Jamur endofit merupakan sumber metabolit yang mempunyai arti

ekonomi penting dalam bidang farmasi dan pertanian untuk produksi enzim, bahan obat dan

bahan biologis lainnya. Beberapa jenis jamur endofit telah diisolasi dari Alyxia reinwardtii

BL, salah satunya diidentifikasi sebagai Lecythophora sp. strain 30.1 and 30.5. Tujuan

penelitian ini menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak jamur endofit Lecythophora sp.

strain 30.1 and 30.5. Metode: Jamur dikultivasi di labu Erlenmeyer 300 mL yang

mengandung malt extract broth (15 g/L), pH 6.5 pada temperature kamar selama 4 minggu.

Kultur disaring dan cairannya diekstraksi dengan etil asetat. Residunya diekstraksi dengan

metanol dilanjutkan dengan n-heksan dan n-butanol dan diuapkan pada 35 o

C. Ekstrak diuji

aktivitas antioksidannya dengan reagen DPPH. Hasil: Semua ekstrak menunjukkan aktivitas

antioksidan/free radical scavenging activity dengan metode DPPH. Kesimpulan: Hasil

penelitian ini menunjukkan metabolite-metabolite yang dihasilkan jamur endofit

Lecythophora sp yang diiisolasi dari Alyxia reinwardtii berpotensi sebagai sumber senyawa

antioksidan alami.

Kata kunci: Aktivitas Antioksidan, Lecythophora sp., Fungi Endofit, Alyxia reinwardtii BL.

OR-G05

Page 105: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

Aktivitas Antioksidan dan Antiinflamasi Tumbuhan Paku Indonesia, Nephrolepis

falcata dan Pyrrosia lanceolata

Ismiarni Komala, Azrifitria, Yardi, Finti Muliati, Maliyathun Nikmah

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah,

Ciputat, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah lama diketahui bahwa inflamasi merupakan salah satu gejala dari penyakit

infeksi. Perkembangan penelitian secara molekular dan epidemiologi ternyata menunjukkan

bahwa inflamasi tidak hanya berhubungan dengan penyakit infeksi, tetapi berhubungan juga

dengan penyakit non infeksi lainnya seperti kanker, tumor, kerusakan sistem syaraf pusat,

asma, dan arterosklerosis. Untuk beberapa kasus, obat antiinflamasi juga efektif dalam

mengobati penyakit yang terjadi akibat dari inflamasi kronik. Pada kondisi tertentu, inflamasi

telah diketahui dapat dimediasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh metabolit

oksigen reaktif, sehingga suatu senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan juga berpotensi

untuk dikembangkan menjadi senyawa antiinflamasi. Nephrolepis falcata dan Pyrrosia

lanceolata merupakan jenis tumbuhan paku-pakuan yang mudah tumbuh di Indonesia.

Nephrolepis falcata biasa ditemukan sebagai tumbuhan hias sedangkan Pyrrosia lanceolata

merupakan tumbuhan liar yang belum termanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Uji

aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH mengindikasikan bahwa ekstrak

etanol dari kedua jenis tumbuhan paku ini memiliki aktivitas antioksidan. Studi lebih lanjut

untuk mengeksplorasi potensi antiinflamasi dari tumbuhan paku ini dilakukan dengan

menguji aktivitas antidenaturasi protein dari ekstraknya. Antidenaturasi protein merupakan

salah satu alternatif metoda yang dapat digunakan dalam studi pendahuluan penentuan

aktivitas antiinflamasi suatu senyawa. Hasil pengujian aktivitas antidenaturasi menunjukkan

bahwa ekstrak etil asetat dan metanol dari masing-masing tumbuhan paku ini memiliki

potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa antiinflamasi. Data lengkap

aktivitas antioksidan dan antiinflamasi dari tumbuhan paku Nephrolepis falcata dan Pyrrosia

lanceolata akan kami tampilkan dalam presentasi ini.

Kata kunci: Antioksidan, antiinflamasi, antideanturasi protein, Nephrolepis falcata dan

Pyrrosia lanceolata

OR-G06

Page 106: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

Transformasi Amorphadiene Synthase (Ads), Gen Kunci Dalam Biosintesis Artemisinin

dari Artemisia Annua

Elfahmi1*

, Nofiayni Safitri1, Agus Chahyadi

1, Fani Mutia Chayani

1, Syaikhul Aziz

1, Tati

Kristanti1, Sony Suhandono

2

1 Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung

2 Sekilah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung,

ABSTRAK

Malaria merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi di dunia. Salah satu obat yang

digunakan untuk pengobatan penyakit malaria adalah artemisinin yang diisolasi dari tanaman

Artemisia annua L. dan direkomendasikan oleh WHO sebagai pilihan utama dalam

kombinasi yang dikenal dengan ACTs (artemisinin-based combined therapies). Disebabkan

kadar artemisinin dari tanaman A. annua yang rendah maka upaya untuk meningkatkan kadar

tersebut telah dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya dengan pendekatan

bioteknologi. Salah satu enzim kunci dari biosintesis yaitu amorpha-4,11-diene synthase

(ads), merupakan salah satu target yang dikaji dalam meningkatkan kadar artemisinin dari

tanaman Artemisia annua. Dengan meningkatkan level ekspresinya. Tujuan penelitian ini

adalah mentransformasi gen ads pada tanaman A annua dengan bantuan Agrobacterium

tumefaciens dalam upaya meningkatkan kadar artemisinin. Transformasi A. annua yang

dimediasi oleh Agrobacterium dengan membawa pCAMBIA 1303-ads telah berhasil

dilakukan. Hasil analisis ekpresi transien glucoronidase (GUS) sebagai marker untuk

mengidentifikasi terjadinya transformasi menunjukkan bahwa efisiensi transformasi

pCAMBIA 1303-ads lebih tinggi disbanding pCAMBIA 1303 kosong. Analisis histokimia

menunjukkan bahwa transformasi ads telah berhasil dilakukan ke tanaman dan kultur akar A.

annua dan meningkatkan kadar artemisinin

Kata kunci: ads, p19, Artemisia annua L., Agrobacterium tumefaciens, malaria, artemisinin

OR-G07

Page 107: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

Viabilitas Yeast Termotoleran dan Etanol-Toleran Untuk Fermentasi Etanol dengan

Variasi Kadar Gula dalam Mollase

Umi Marwati 1)

Muchamad Sofy 2)

1Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

2Lab.Mikrobiologi. PT. Himikarta. Malang

ABSTRAK

Yeast merupakan agen biologis fermentasi etanol. Dalam industry etanol yang efektif

dan efisien, kemampuan toleransi berbagai stres lingkungan merupakan salah satu kriteria

penting untuk memilih strain yeast. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas sel-

sel yeast isolate T-1 yang telah diketahui merupakan yeast thermotoleran dan alcohol-toleran

dalam berbagai variasi kadar sucrose dalam molase pada kondisi kultur, seperti variasi suhu,

variasi kadar etanol dan variasi pH medium. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung

prosentase jumlah sel yang beraktivitas selama 72 jam proses fermentasi dan pengukuran

kadar etanol. Terdapat perbedan viabilitas sel pada berbagai perlakukan. Viabilitas terbaik

diperoleh dari sel yang dikulturkan dalam medium sucrose dalam molase dengan pH 5, suhu

fermentasi 300C, dengan kadar etanol 10%.

Kata kunci: yeast, etanol-toleran, termotoleran, mollase

OR-H02

Page 108: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46

Analisis Filogenetik dan Kajian Fitokimia terhadap Lichen Sumatra: Stereocaulon halei

dan S. montagenanum

Friardi Ismed1,3

, Françoise Lohézic Le-Dévéhat1, Annie Guiller

2, Amri Bakhtiar

3 and

Joel Boustie1

1UMR CNRS 6226 ISCR, Produits Naturels, Synthèses et Chimie Médicinale,

2UMR CNRS 6553 ECOBIO, Stratégies Evolutives et Dynamique Spatiale des Populations,

Univ. Rennes 1, France, 3Faculty of Pharmacy, Andalas University, Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dua species fruticose lichen genus Stereocaulon yang dikoleksi dari Gunung

Singgalang, Sumatera Barat yaitu Stereocaulon halei dan S. montagneanum menjadi fokus

pada penelitian ini. Kedua spesies yang hampir mirip secara morfologi ini dibedakan dengan

analisis mikroskopik dan filogenik. Hasil analisis menyatakan bahwa kedua lichen tersebut

berbeda pada subseksinya yaitu Holostelidium dan Aciculisporaea. Dari kajian fitokimia

terhadap kedua spesies ini, telah diisolasi senyawa depside Atranorin (1) dan beberapa mono-

aromatik fenol. Untuk kelompok senyawa depsidon terjadi perbedaan, asam lobarat (2) hanya

diperoleh dari S. halei sedangkan asam stiktat dari S. montagneanun sebagai senyawa

utamanya (>1% dari berat kering) bersama dengan empat senyawa depsidone lainya yaitu

asan peristiktat (4), asam kriptosiktat (5), asam menegazziat (6) and asam norstiktat (7).

Kata kunci: lichen, Holostelidium, Aciculisporaea, depside, depsidone

OR-H03

Page 109: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

47

Perbedaan Tempat Tumbuh Pacing (Costus Speciosus) Terhadap Kandungan Senyawa

Fenolik Dan Diosgenin

Ika Puspita Sari, Andayana Puspitasari, Irfan Muris Setiawan, Triana Hertiani, Siti

Rahayu, Ainun Yasinta Ronawa

Fakultas Farmasi UGM

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ekstrak Pacing (Costus speciosus) mampu menurunkan jumlah dan motilitas sperma

pada mencit, serta meningkatkan persentase sperma yang abnormal secara terbalikkan.

Mekanisme antifertilitas yang diakibatkan oleh ekstrak etanol herba Pacing (HP)

kemungkinan adalah gangguan penghambatan hormon testosterone pada sel Leydig. Tikus

jantan yang mendapat HP menyebabkan kebuntingan betina 20%. Salah satu kekhawatiran

pria dalam mengkonsumsi obat KB adalah munculnya gangguan libido. Pemberian HP pada

dosis 275 mg/kg berat badan terbukti tidak mempengaruhi aktivitas seksual hewan uji jantan.

HP mengandung senyawa fenolik dan diosgenin yang diduga menyebabkan aktivitas

antifertilitas. Perbedaan kondisis tempat tumbuh berpengaruh terhadap kadar senyawa aktif

termasuk senyawa fenol dan diosgenin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh

perbedaan kondisi tempat tumbuh di 2 lokasi yaitu Sleman dan Klaten terhadap kandungan

senyawa fenol dan diosgenin pada daun dan rimpang Pacing. Pengumpulan daun dan

rimpang dilakukan selama bulan April hingga Agustus. Kedua bahan dicuci bersih dan dibuat

simplisia dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C, kemudian diserbuk dengan ukuran

saringan mesh 30. Simplisia diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pengadukan

yang konstan menggunakan shaker selama 16 jam kemudian disaring dan diuapkan. Ekstrak

yang diperoleh dihitung rendemennya dan ditentukan kadar senyawa fenol dengan

spektrofotometri sementara diosgenin dengan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dengan kondisi tempat tumbuh dengan kelembaban udara di Sleman berkisar 68 sedangkan

Klaten 91 ditemukan kadar senyawa aktif yang berbeda (pH dan intensitas cahaya kedua

lokasi mirip). Kadar senyawa fenol dan diosgenin pada rimpang umunya jauh lebih besar

dibanding pada daun di kedua lokasi yaitu sekitar 10 kali lipat (p≤0,05).

Kata kunci: lokasi tumbuh, Pacing, senyawa fenol, diosgenin

OR-H03

Page 110: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48

Efek Hepatoprotektif Ekstrak Rosella (Hibiscus Sabdariffa, L) Melalui Peningkatan

Aktivitas Dan Ekspresi Glutathion-S-Transferase (Gst) Pada Tikus Yang Diberi

Perlakuan Dimethyl Benz-A-Anthracene (DMBA)

Nurkhasanah, Laela Hayu Nurani, Zainur Rahman Hakim

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Radikal bebas dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan seluler, jaringan, dan

genetik (mutasi). Enzim-enzim antioksidan telah tersedia di dalam tubuh., tetapi dalam

kondisi oksidan yang berlebih tubuh memerlukan antioksidan exogen. Rosela (Hibiscus

sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman yang telah dilaporkan sebagai antioksidan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak rosela (Hibiscus Sabdariffa L):

terhadap aktivitas enzim GST dan pengaruhnya sebagai hepatoprotectif. pada tikus yang

diberi perlakuan DMBA.

Hewan uji sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I adalah baseline,

kelompok II adalah kelompok kontrol negatif, kelompok III, IV dan V adalah kelompok

perlakuan dengan pemberian ekstrak rosela (EEKBR) dengan variasi dosis 10, 50 dan 100

mg/kgBB/hari selama 35 hari. Pada hari ke 36 diberikan DMBA dosis 75 mg/kgBB

singledose. Hewan uji diambil darahnya melewati (plexus orbitalis) seminggu kemudian.

Aktivitas SGPT, SGOT diukur dengan DIasys kit menggunkan metode kinetic, aktivitas GST

diukur dari homogenate hati dengan metode CDNB. Ekspresi gen GST diamati menggunakan

RT-PCR dan diamati peningkatan ekspresinya secara kualitatif.

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak rosella meningkatkan aktivitas GST, dan

menurunkan aktivitas SGPT dan SGOT secara signifikan. Pengamatan RT-PCR

menunjukkan perlakuan ekstrak rosella meningkatkan ekspresi GST.

Kata kunci: Hibiscus sabdariffa, rosella, SGPT, SGOT, GST

OR-H04

Page 111: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Lichen Stereocaulon Halei Lamb Dari Gunung

Singgalang Dan Uji Aktivitas Antimikroba Serta Potensi Sebagai Anti Tuberkulosis

Sri Hartati, Friardi Ismed, Rama Mulyadi, Hanif E. Putra, Naura P.

Vidian, Deddi P. Putra

Email: [email protected]

Fakultas Farmasi, Universitas Andalas

ABSTRAK

Lichen Sumatera Stereocaulon halei Lamb, yang dikoleksi di Gunung Singgalang,

Sumatera Barat, diteliti untuk mengetahui kandungan fitokimia, aktivitas antimikroba dan

antituberkulosis. Thallus kering S. halei Lamb (1 Kg) dimaserasi bertingkat; pertama

menggunakan n-heksan, dilanjutkan dengan etil asetat (EtOAc) dan aseton, terakhir dengan

metanol. Tiap maserat dipekatkan secara in vacuo. Fraksi etil asetat (10 g) dikromatografi

menggunakan fasa diam silica gel 60 dan eluen kepolaran bertingkat (n-heksan, etil asetat,

metanol). Diperoleh 3 isolat murni yaitu atranorin (1) (4 g), asam lobarat (2) (1.1 g) dan metil

orsinol karboksilat (3) (0.13 g). Setiap fraksi dan isolat diuji aktivitas anti mikroba

menggunakan metode difusi agar pada bakteri gram positif (S. aureus, E. faecalis) dan

bakteri gram negative (E. coli, S. thyphosa, S. thypomorium, dan P. aureginosa. Aktivitas

anti-TB diuji terhadap pertumbuhan bakteri M.tuberculosis H37Rv menggunakan media

Lowenstein Jensen. Asam lobarat dan atranorin memberikan aktivitas yang besar dalam

menghambat bakteri S. aureus dan M. tuberculosis H37Rv.

Kata kunci: Isolasi, Lichen, Stereocaulon halei Lamb, Anti-TB, antimikroba,

OR-H05

Page 112: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

Penapisan Senyawa Antikanker Dari Batang Brotowali (Tinospora crispa) Dan Uji

Aktivitas Pada Kultur Sel Widr

Warsinah dan Harwoko

Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kanker merupakan penyakit degeneratif yang menjadi ancaman utama dibidang

kesehatan karena kejadian dan kematian penderita setiap tahun meningkat, kanker kolon

adalah salah satu jenis kanker. Upaya pengatasan kanker dengan kemoterapi belum

memberikan hasil yang memuaskan karena menimbulkan efek samping seperti mual, rambut

rontok bahkan timbul resistensi sel, sehingga pencarian senyawa baru antikanker dari bahan

alam terus digalakkan. Brotawali (Tinospora crispa) merupakan tanaman yang telah

dimanfaatkan secara tradisional untuk mengobati penyakit gastroenteritis dan kanker. Tujuan

penelitian ini adalah melakukan penapisan dengan cara ekstraksi dan dilanjutkan dengan

kromatografi lapis tipis untuk nelihat profil senyawa dan melakukan uji aktivitas sitotoksik

dan induksi apotosis dari ekstrak tersebut.

Ekstraksi batang brotowali dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol kemudian

di fraksinasi dengan n-heksan, kloroform, etilasetat berdasarkan tingkat polaritas dan

dilanjutkan kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam silica gel GF 254 dan fase gerak

campuran, spot yang ada dilihat dibawah UV 254 nm dan 366 nm serta disemprot dengan

reagen penampak noda. Ekstrak dan fraksi kemudian diuji aktivitas sitotosiknya dengan

metode MTT dan induksi apoptosis dengan metode double staining dan flowcytometri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik mengandung senyawa

flavanoid, fenolik dan alkaloid. Ekstrak mempunyai efek sitotoksik IC50 sebesar 314 µg/ml

dan fraksi F3 sebagai fraksi aktif mempunyai efek sitotoksik dengan IC50 sebesar 146 µg/ml.

Pada konsentrasi 25 µg/ml fraksi mampu menginduksi apoptosis sebesar 28,9 %, kontrol sel

17,90% dan doxorubicin 63,12%. Pemacuan apoptosis ditunjukkan dengan adanya warna

orange dan terjadinya banyak badan apoptosis pada sel Widr dengan perlakuan ekstrak yang

lebih banyak dibandingkan dengan kontrol sel.

Kata kunci: Ekstraksi, Tinospora crispa, aktivitas, anticancer, sel Widr

OR-H06

Page 113: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

Aktivitas Antipathogen dari Ekstrak Daun Ricinus Communis

Erna Prawita S, Sylvia T. Utami., Novia Dani A

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

ABSTRAK

Meningkatnya prevalensi resistensi antibiotik karena infeksi mikroba telah memicu

pencarian antibiotik baru. Proses ini membutuhkan waktu lama dan biaya mahal. Pendekatan

alternatif lain adalah mengganggu mekanisme yang mempromosikan ketahanan, daripada

mencoba untuk membunuh bakteri (obat antipathogenik). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui aktivitas antipathogenik ekstrak daun Ricinus communis dalam menghambat

produksi pigmen pyoverdin, salah satu faktor virulensi Pseudomononas aeruginosa.

Daun Ricinus communis diserbuk dan dimaserasi menggunakan berbagai pelarut.

Masing-masing fraksi ekstrak yang diperoleh diuji lebih lanjut untuk aktivitas antibakteri

terhadap S. aureus ATCC 29213, E. coli ATCC 25922, dan untuk aktivitas penghambatan

produksi pigmen pyoverdin oleh P. aeruginosa ATCC 27853. Fraksi etil asetat R. communis

terbukti memiliki aktivitas penghambatan terhadap E. coli (MIC 50 = 15,63 mg / mL) dan S.

aureus (3,37 mg / mL). Fraksi air R. communis menunjukkan aktivitas kurang menghambat

pertumbuhan E. coli (MIC 50 = 18,64 mg / mL) dan S. aureus (8.23 mg / mL). Kedua fraksi

yang ditemukan tidak memiliki aktivitas dalam menghambat produksi pigmen Pyoverdin P.

aeruginosa ATCC 27853

Kata kunci: Ricinus communis, S. aureus ATCC 29213, E. coli ATCC 25922,

antipathogenic, P. aeruginosa ATCC 27853

OR-H07

Page 114: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

Model Indonesia Breast Cancer Health Related Quality Of Life Untuk Pengukuran

Kualitas Hidup Dan Cost Utility Analysis Penderita Kanker Payudara Operable Di Rs

Kanker Dharmais

Agusdini BS, Iwan Dwiprahasto, Jarir At Thobari, Ronnie Rivany, dan Teguh

Aryandono

ABSTRAK

Penggunaan protokol kemoterapi kanker payudara operable di Rumah Sakit Kanker

Dharmais (RSKD) sebagian besar menggunakan protokol kemoterapi Fluorouracil-

Adriamicyn-Cyclophosphamid (FAC) dan Taxane base. Keefektifan kedua terapi ini hanya

diukur dari hasil keluaran secara fisik seperti sembuh dari penyakit, kematian, angka

kesakitan dan angka kekambuhan. Namun, kualitas hidup juga harus diperhatikan. Sementara

itu, alat ukur kualitas hidup yang sudah ada tidak mengakomodasi budaya Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pengukuran status kesehatan yang

mengarah pada kualitas hidup penderita kanker payudara Indonesia (INA-BCHRQoL) dan

diaplikasikan pada cost utility analysis pada penderita kanker payudara operable yang

memperoleh kemoterapi FAC dan kemoterapi berbasis Taxan.

Rancangan penelitian ini adalah eksploratif dan konfirmatif. Responden merupakan

seluruh penderita kanker payudara operable yang telah dioperasi, dikemoterapi adjuvant FAC

dan berbasis Taxan, serta diradiasi mulai Januari 2011 – Desember 2012. Perhitungan biaya

meliputi biaya langsung dan tidak langsung. Pengukuran quality of life dilakukan dengan

memetakan lima atribut kuesioner ke EQ5D Calculator.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor kualitas

hidup dan utility pada responden yang mendapatkan kemoterapi FAC dan Taxan. Terdapat

perbedaan bermakna utility pada kelompok kemoterapi Taxan. Kemoterapi berbasis FAC

lebih cost effective/utility dibandingkan denganTaxan. INA-BCHRQoL dapat digunakan

untuk mengukur status kualitas hidup penderita kanker payudara di Indonesia.

Kata kunci: kanker payudara, INA-BCHRQoL, cost QALY FAC dan Taxan

OR-I01

Page 115: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Pola Peracikan Krim Salisilat Di Beberapa Apotek Di Jakarta

Lungguk Hutagaol1, Hesti

2

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

ABSTRAK

Krim mengandung asam salisilat banyak diresepkan oleh dokter berupa racikan,

umumnya sediaan jadi krim dengan asam salisilat. Dalam prakteknya, diduga bahwa cara

pencampuran yang dilakukan di beberapa apotek tidak sesuai dengan aturan meracik yang

kemungkinan menyebabkan sediaan menjadi tidak homogen. Penelitian dilakukan untuk

melihat apakah cara pencampuran yang dilakukan di apotek sudah memenuhi syarat

homogenitas. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menebus resep yang sudah

disiapkan berisi krim “X” ditambah Asam salisilat. Resep ditebus di 5 wilayah DKI Jakarta

dengan kriteria apotek ramai dan apotek tidak ramai, kemudian diuji homogenitasnya pada

bagian atas, tengah dan bawah sediaan. Uji homogenitas menggunakan uji kadar asam

salisilat dan distribusi partikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim asam salisilat

racikan apotek tidak memenuhi syarat homogenitas. Terdapat perbedaan homogenitas antara

krim racikan apotek ramai dengan yang tidak ramai.

Kata kunci: Krim racikan, pola peracikan, homogenitas

OR-I02

Page 116: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54

Pengembangan Kuisioner untuk Mengukur Tingkat Pengetahuan Sikap dan Tindakan

Masyarakat Terkait Asma, Hipertensi, Demam Berdarah dan Tuberkulosis Paru

Titien Siwi Hartayu

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

ABSTRAK

Kuisioner merupakan alat ukur psikososial yang sering digunakan dalam penelitian

terkait kesehatan masyarakat. Kuisioner dapat digunakan untuk mengukur jika memenuhi

syarat validitas dan reliabilitas. Penelitian ini untuk menyusun kuisioner yang siap pakai

dalam pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait dengan

penyakit Asma, Hipertensi, Demam berdarah (DHF), dan Tuberkulosis (TBC) Paru.

Penelitian eksperimental dengan cross sectional design, melibatkan 565 respoden

dengan kriteria inklusi penduduk kecamatan Depok, Sleman Yogyakarta, bersedia mengikuti

kegiatan dan tidak mempunyai latar belakang pendidikan terkait kesehatan. Pemilihan

responden menggunakan metode purposive sampling. Uji validitas isi dilakukan oleh ahli di

bidangnya yaitu dokter dan apoteker. Uji pemahaman bahasa oleh masyarakat dengan

karakteristik yang sama dengan calon responden. Uji reliabilitas menggunakan metode

Cronbach alpha. Uji reliabilitas diawali dengan seleksi aitem. Untuk aitem pengetahuan

mengunakan uji korelasi Point Biserial, sedangkan untuk sikap dan tindakan menggunakan

uji Pearson Product Moment. Nilai α > 0.60 dinyatakan reliable.

Hasil penelitian menunjukkan ada 20 aitem pengetahuan ( α = 0.618), 17 aitem aspek

sikap ( α = 0.635) d an 14 aitem aspek tindakan (α 0.627) untuk asma; 21 aitem aspek

pengetahuan (α = 0.686), 15 aitem aspek sikap (α = 0.684) dan 15 item aspek tindakan (α =

0.684) untuk hipertensi; 20 aitem aspek pengetahuan (α = 0.638), 15 aitem aspek sikap (α =

0.689), 15 aitem aspek tindakan (α = 0.688) untuk DHF; 24 aitem aspek pengetahuan (α =

0.607), 15 aitem aspek sikap (α = 0.664) dan 15 aitem aspek tindakan (α = 0.697) untuk

Tuberkulosis Paru. Dengan demikian maka kuisioner yang tersusun telah valid dan reliable

sehingga siap digunakan.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, kuisioner, validitas, reliabilitas, hipertensi, asma,

DHF, TBC

OR-I03

Page 117: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55

Model Kolaborasi Apoteker-Bidan Pada Program Revitalisasi Posyandu Dalam

Mendukung Pencapaian SDG 2030

Anita Purnamayanti

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang telah ditetapkan pada tahun 2014,

mensyaratkan pelayanan kefarmasian dipimpin oleh seorang Apoteker. Pelayanan

kefarmasian meliputi kegiatan yang bersifat manajerial, dan pelayanan farmasi klinik. Salah

satu jenis pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan adalah Informasi Obat melalui

kegiatan penyuluhan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, serta untuk masyarakat. Obat

di Puskesmas didistribusikan sampai ke sub unit pelayanan, seperti Posyandu yang dimotori

oleh Bidan. Salah satu kegiatan yang bersifat manajerial adalah pendistribusian obat di

Puskesmas maupun sampai ke sub unit pelayanan di wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena

itu diperlukan suatu model kolaborasi apoteker dengan Bidan dalam meningkatkan pelayanan

yang selaras dengan Program Revitalisasi Posyandu. Tujuan penyusunan model kolaborasi

ini adalah untuk mencapai kualitas hidup masyarakat yang optimal melalui pelayanan

kesehatan primer. Hal tersebut selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(Sustainable Development Goals, SDG) yaitu memastikan hidup sehat dan mempromosikan

kesejahteraan bagi semua pada segala usia, yang harus dicapai pada tahun 2030. Keberhasilan

model kolaborasi Apoteker dengan Bidan di Posyandu ini diukur dari aspek input / asupan,

proses, luaran, dan dampak sebagaiamana ketentuan pada Program Reviatslisasi Posyandu.

Apoteker secara nyata dapat berperan penting untuk mendukung pencapaian sebagian

indikator pada berbagai aspek tersebut, terutama melalui layanan Informasi Obat berupa

kegiatan penyuluhan bagi masyarakat dan kader Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan

dan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, dan penggunaan obat yang tepat untuk

mendukung pegobatan yang rasional. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial,

difokuskan pada pengelolaan obat untuk ibu dan balita. Hasil kolaborasi Apoteker dengan

Bidan dapat memenuhi sebagian indikator pada aspek input / asupan, proses, luaran, dan

dampak. Dapat disimpulkan bahwa model kolaborasi Apoteker-Bidan dapat dikembangkan

lebih lanjut untuk medukung pencapaian SDG Nasional pada tahun 2030 di bidang kesehatan

dasar melalui peningkatan layanan kesehatan terintegrasi di Puskesmas.

Kata kunci: Model Kolaborasi, Apoteker, Bidan, Revitaslisasi Posyandu, Puskesmas

OR-I04

Page 118: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56

Uji Banding Mutu Tablet Parasetamol Generik Berlogo (OGB) Dalam Kemasan Botol

yang Beredar di Sumatera Barat

Syofyan, Jerry Febrialdino & Erizal

Fakultas Farmasi Universitas Andalas

ABSTRAK

Obat merupakan penyumbang terbesar untuk biaya pengobatan dalam mendukung

kesehatan. Pemerintah telah mengeluarkan program obat murah tapi bermutu yang disebut

obat generik berlogo (OGB). Kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat

terhadap penggunaan obat generik saat ini masih tergolong rendah salah satunya karena

alasan mutu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mutu tablet parasetamol generik berlogo

(OGB) dalam kemasan botol plastik secara keseluruhan di 10 Kabupaten / Kota di Sumatera

Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penentuan responden

menggunakan metode sampling yang disebut accidental sampling. Evaluasi sampel uji

meliputi uji keseragaman bobot, uji kerapuhan, uji disintegrasi, uji waktu hancur, uji disolus

dan uji kadar obat dalam tablet. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa tablet parasetamol

500 mg dalam wadah botol plastik dari 10 kota / kabupaten di Sumatera Barat memiliki mutu

fisik dan kimia yang baik berdasarkan Farmakope Indonesia sehingga sangat layak digunakan

oleh masyarakat.

Kata kunci: obat generik, obat generik berlogo, mutu, parasetamol

OR-I05

Page 119: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

57

Distribusi Sediaan Farmasi: Tinjauan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Yustina Sri Hartini1,2

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma1, Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia,

bidang Legislasi & Peraturan Perundang-undangan Kefarmasian2

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dalam dokumen sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa sediaan farmasi adalah

komoditi untuk penyelenggaraan upaya kesehatan. Sediaan farmasi yang didefinisikan

sebagai obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmeti; harus tersedia dalam jenis, bentuk,

dosis, jumlah, dan khasiat yang tepat. Pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan

mutu sediaan farmasi melalui pengawasan dan pengendalian, sedangkan pelaku usaha

bertanggung jawab atas keamanan, khasiat, dan mutu produk sesuai fungsi usaha dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tulisan ini meninjau relevansi peraturan

perundang-undangan terkait distribusi sediaan farmasi terhadap tuntutan tanggung jawab

pelaku usaha tersebut.

Fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi adalah sarana yang digunakan

untuk mendistribusikan atau menyalurkan sediaan farmasi. Ketentuan terkait distribusi

sediaan farmasi tertuang dalam beberapa peraturan yakni peraturan terkait Cara Distribusi

Obat yang Baik; industri obat, obat tradisional, dan kosmetik; Pedagang Besar Farmasi;

fasilitas pelayanan kefarmasian berupa apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas,

klinik, toko obat, dan praktek bersama. Idealnya seperangkat peraturan tersebut mampu

menjadi payung hukum bagi pihak-pihak terkait distribusi sediaan farmasi, sehingga pada

akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Kata kunci: distribusi sediaan farmasi, peraturan perundang-undangan, pelaku usaha

OR-I06

Page 120: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

58

Peran Pelayanan Kefarmasian Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Terhadap

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

Satibi, Nike Puliansari, Putu Dyana Christasani dan Sendy Stefanie Longe

Fakultas Farmasi UGM

ABSTRAK

Sejak 1 Januari 2014 Indonesia telah resmi menerapkan sistem Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang merupakan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.

JKN dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan. Layanan JKN tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti:

Puskesmas, Klinik Kesehatan, dan Rumah Sakit Tipe D, serta Apotek jejaring sebagai sarana

penunjang fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pelayanan Kefarmasian juga memiliki peran

penting dalam pelaksanaan JKN. Penelitian ini dilaksananakan pada Puskesmas, Klinik

Kesehatan, dan Rumah Sakit Tipe D, serta Apotek jejaring di Provinsi DI Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan

kefarmasian pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, mengetahui kepuasan pasien rawat

jalan terhadap pelayanan sistem JKN melalui BPJS Kesehatan, mengetahui kepuasan

apoteker terhadap sistem JKN.

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah deskriptif analitik menggunakan

kuisioner yang berisi pernyataan tentang kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan

kefarmasian, kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan JKN, dan kepuasan apoteker

terhadap pelayanan JKN, serta melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa

responden penelitian. Data statistik dianalisis menggunakan analisis data komputerisasi

dengan melihat nilai signifikansi.

Karakteristik pasien berupa usia mempunyai hubungan dengan kepuasan pasien

terhadap pelayanan kefarmasian sedangkan pekerjaan dan status kepesertaan mempunyai

hubungan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang didapatkan dari jaminan

kesehatan nasional. Karakteristik pasien berupa pendapatan akan mempengaruhi kepuasan

pasien baik terhadap pelayanan kefarnasian maupun pelayanan JKN. Indikator pelayanan

kefarmasian yang mempunyai hubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan meliputi

ketersediaan obat, waktu pelayanan, dan pemberian informasi obat oleh apoteker. Kepuasan

peserta jaminan kesehatan nasional juga dipengaruhi oleh premi, informasi layanan, dan jenis

kepesertaan.

Proses pelayanan jaminan kesehatan nasional yang dirasakan oleh apoteker antara lain

proses pengadaan obat dan pendistribusian obat. Kedua proses tersebut mempunyai hubungan

dengan kepuasan apoteker sebagai pemberi pelayanan kefarmasian di puskesmas dan klinik.

Kata kunci: pelayanan kefarmasian, JKN, fasilitas kesehatan pertama

OR-J01

Page 121: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

59

Analisis Biaya Penghematan Konversi Penggunaan Terapi Levofloxacin Intravena Ke

Oral di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Tunggul Adi Purwonugroho1, Adibah

1, Laksmi Maharani

1, Ika Mustikaningtyas

1 Budi

Raharjo2

1Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Univ. Jend. Soedirman

2 Instalasi Farmasi RS Margono Soekarjo Purwokerto

Email: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu hal yang dapat diterapkan di rumah sakit untuk kendali mutu dan biaya

adalah dengan konversi terapi intravena ke oral. Levofloxacin merupakan salah satu obat

yang daapat dilakukan konversi karena memiliki bioavailabilitas per oral sebesar 99%.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase pasien yang dapat dikonversi dan biaya

yang dapat dihemat jika terapi levofloxacin intravena diasumsikan/dihipotesiskan dikonversi

ke oral berdasarkan kriteria konversi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif hipotetik dan pengambilan data

dilakukan secara retrospektif. Sampling menggunakan teknik total sampling dari seluruh

pasien rawat inap yang menggunakan levofloxacin pada bulan Juli-Desember 2013 di Rumah

Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Terapi diasumsikan dapat dikonversi jika pasien

memenuhi kriteria konversi yang meliputi suhu, tekanan darah, nadi dan respiratory rate.

Biaya yang dihitung adalah rata-rata biaya terapi (biaya obat dan alat kesehatan) per pasien,

dalam bentuk rata-rata biaya ± SD. Analisis dilakukan dengan membandingkan antara biaya

terapi pada pasien yang diasumsikan dilakukan konversi dan biaya terapi pada pasien yang

sama yang tidak dilakukan konversi.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 pasien yang menggunakan terapi

levofloxacin intravena. Tujuh puluh lima pasien (90,4%) di antaranya dapat dilakukan

konversi terapi. Rata-rata biaya terapi pada pasien yang menggunakan levofloxacin generik

dan levofloxacin merk X intravena (biaya non konversi) masing-masing adalah Rp.356.621,-

± 168.127,66 dan Rp.1.456.239,- ± 653.889,03. Sedangkan rata-rata biaya konversi

levofloxacin generik dan merk X masing-masing adalah Rp.84.406,- ± 30.800,16 dan

Rp.655.345,- ± 306.646,22. Selisih total biaya terapi levofloxacin dari 75 pasien yang dapat

dilakukan konversi terapi adalah Rp.23.639.929,- atau sebesar Rp.272.215 ± 163.940,04 per

pasien pengguna levofloxacin generik dan Rp.809.521 ± 609.304,69 per pasien pengguna

levofloxacin merk X. Konversi penggunaan levofloxacin dari intravena ke oral terbukti dapat

memberikan penghematan biaya yang cukup besar. Apoteker memiliki peran vital dalam

pengembangan protokol dan aplikasi dari program konversi ini sehingga pengendalian biaya

dan mutu pelayanan kesehatan dapat terwujud.

Kata kunci: cost saving analysis, levofloxacin, konversi terapi

OR-J02

Page 122: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

60

Efektivitas Pelatihan Konseling Berhenti Merokok untuk Apoteker di Provinsi

Yogyakarta, Indonesia

Susi Ari Kristina,1*

Montarat Thavorncharoensap,2 Petcharat Pongcharoensuk,

2

dan Yayi Suryo Prabandari.3

1Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281,

2 Social

and Administrative Pharmacy Excellence Research Unit, Department of Pharmacy,

Faculty of Pharmacy, Mahidol University, Bangkok 10400, THAILAND 3Bagian IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281,

Email: [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Apoteker di komunitas berperan penting dalam upaya peengendalian

tembakau di Indonesia. Pelatihan konseling berhenti merokok bagi apoteker sangat strategis

untuk mendorong peran aktif apoteker dalam membantu pasien berhenti merokok. Tujuan:

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pelatihan konseling berhenti merokok

melalui program continuing professional development (CPD) dengan parameter pengetahuan,

persepsi peran, kepercayaan diri, intensi, dan ketrampilan konseling berhenti merokok.

Metode: Desain penelitian kuasi eksperimental pretes postes digunakan dalam penelitian ini.

Workshop CPD tentang konseling berhenti merokok, dibawah koordinasi IAI Provinsi

Yogyakarta, dengan peserta 133 apoteker di apotek diselenggarakan pada tanggal 4 Oktober

2013. Workshop terdiri dari 3 jam seminar dan 3 jam sesi bermain peran (role play). Survei

pre dan pos workshop dilakukan untuk mengukur efek pelatihan, dengan indikator

pengetahuan, persepsi peran, dan kepercayaan diri dalam konseling. Intensi dan ketrampilan

berhenti merokok menggunakan model 5A (ask, advise, assess, assist, arrange) dievaluasi

hanya saat postes. Hasil penelitian: Setelah workshop, skor pengetahuan meningkat secara

signifikan, dari 24,85 ± 2,58 menjadi 35,68 ± 3,54 (p < 0,001). Persepsi peran dan

kepercayaan diri dalam konseling berhenti merokok juga meningkat signifikan dari 25,79 ±

2,73 menjadi 28,68 ± 2,24, dan 27,63 ± 4,44 menjadi 32,62 ± 3,63, berturut turut (p < 0.001).

Hasil evaluasi pos workshop menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pelatihan ingin

melakukan langkah ask, advise, dan assess bagi pasien yang siap untuk berhenti merokok.

Namun, hanya sedikit peserta yang ingin melakukan assist dan arrange follow up. Hasil

evaluasi ketrampilan menunjukkan bahwa lebih dari 75% apoteker mampu melakukan

konseling berhenti merokok dan 65% peserta bisa melakukan konseling 5A secara lengkap.

Kesimpulan: CPD tentang konseling berhenti merokok mampu meningkatkan pengetahuan,

persepsi peran dan kepercayaan diri apoteker. Pelatihan juga mempu menciptakan keinginan

melakukan konseling dan ketrampilan konseling berhenti merokok. Pelatihan berkelanjutan

sangat direkomendasikan untuk meningkatkan ketrampilan dalam assist dan arrange follow

up.

Kata kunci: Continuing professional development, konseling, apoteker, berhenti merokok.

OR-J03

Page 123: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

61

Tingkat Pengetahuan Orangtua Terhadap Penggunaan Multivitamin Pada Anak Di

Kota Yogyakarta Tahun 2013

Maria Wisnu Donowati

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta – Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan tanggung jawab orangtua dalam memenuhi

hak anak (Unicef, 1989). Satu cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak dilakukan dengan

tambahan pemberian multivitamin. Kurangnya pengetahuan mengenai penggunaan

multivitamin berpotensi pada ketidaktepatan penggunaan. Dengan demikian diperlukan

pengetahuan yang adekuat terkait penggunaan multivitamin untuk mendapatkan penggunaan

yang rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan orangtua terhadap

penggunaan multivitamin pada anak.

Penelitian observasional dengan design cross sectional, melibatkan 476 responden.

Kriteria inklusi adalah laki-laki/perempuan, bertempat tinggal di Kecamatan Kotagede atau

Mantrijeron atau Merganugsang atau Tegalrejo, atau Wirobrajan, Kota Yogyakarta, sudah

menikah, memiliki anak dengan umur 2-12 tahun, sedang atau pernah menggunakan

multivitamin, dan bersedia menjadi responden. kriteria eksklusi adalah tidak mengisi

kuesioner secara lengkap. Teknik pengambilan sampel proportionate stratified sampling pada

15 Kelurahan di 5 Kecamatan tersebut. Instrumen berupa kuisioner dengan tipe pilihan

jawaban bentuk dichotomous scale untuk meneliti fakta-fakta mengenai pengetahuan

terhadap penggunaan multivitamin pada anak. Validasi instrumen dilakukan dengan uji

validitas isi oleh ahli di bidangnya, yaitu apoteker dan dokter, serta uji pemahaman bahasa

oleh subyek dengan karakteristik yang sama dengan responden. Reliabilitas instrumen diukur

dengan metode Cronbach’s Alpha dengan hasil α = 0,767 (CI 95%).

Responden yang terlibat dalam penelitian mempunyai rentang usia 20 – 56 tahun,

dengan jumlah anak 1 – 6 orang, 85% wanita dan 82% berpendidikan terakhir SMA. Tingkat

pengetahuan responden adalah 87% baik, 12,4% cukup baik, dan 0,6% kurang baik.

Responden menjawab benar 96,3% untuk pernyataan terkait kandungan multivitamin, 93,7%

pengertian multivitamin, 93,6% waktu kadaluwarsa, 91,5% dosis multivitamin pada anak,

89,1% penyimpanan multivitamin, 88,9% cara pemberian multivitamin pada anak, 79,1%

informasi pemilihan, 77,6% indikasi penggunaan multivitamin pada anak dan 58,0% terkait

efek samping multivitamin.

Dengan demikian masih rendahnya pengetahuan terkait efek samping penggunaan

multivitamin perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat.

Kata kunci: Pengetahuan, Orangtua, Multivitamin, Anak, Kota Yogyakarta.

Alternatif Pengelolaan Apotek Sebagai Efisiensi pendanaan Kesehatan

Hendra Farma Johar

OR-J04

OR-J05

Page 124: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

62

Kimia Farma Apotek

ABSTRAK

Pembiayaan kesehatan selama ini cenderung inefisien karena menghabiskan dana

yang ada dengan berbagai konsep yang dilaksanakan selama ini, maka perlu perubahan

metoda yang melibatkan tiga hal untuk dilaksanakan secara bersamaan dengan memperbaiki

sistem pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan dan peningkatan peran serta

masyarakat. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang vital sebaiknya

melakukan perubahan sistem pengelolaan dari praktik bisnis ritel menjadi pelayanan

kesehatan oleh Apoteker. Apotek membebankan harga obat ke Badan Pelaksana sesuai harga

beli dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) ditambah embalage. Sementara Apoteker Pengelola

Apotek menerima dana kapitasi untuk praktik profesi yang dilakukannya.Metode: Apotek

yang dimiliki Apoteker atau Apoteker yang berniat membuat Apotek dapat menggunakan

metoda ini. Apotek model ini tidak mengambil keuntungan dari setiap pelayanan resep

peserta asuransi kesehatan, akan tetapi hanya menambahkan beban embalage3 – 5% dari

jumlah tagihan. Sedangkan Apoteker Pengelola Apotek menerima dana kapitasi dari Badan

Pelaksana Rp.4.000 – Rp.5.000 per peserta, dengan rata-rata per Apoteker akan menerima

2.500 – 3,000 orang peserta. Dana kapitasi yang diterima Apoteker akan digunakan untuk

biaya operasional Apotek termasuk untuk menggaji karyawan Apotek. Untuk resep tunai

(pasien non asuransi) Apotek sebaiknya juga menerapkan pola yang sama, dimana pasien

diberikan harga netto (harga dari PBF) ditambah embalage serta jasa konsultasi oleh

Apoteker Rp.40.000 – Rp.60.000 setiap pasien yang memerlukan konsultasi oleh Apoteker.

Hasil yang Diharapkan:Dari 2.500 orang peserta yang dikapitasikan ke Apoteker, biaya

kapitasi Rp.4.000 per peserta, dengan beban embalage 3% dari total harga netto obat,

perkiraan peserta yang berobat 20% dari jumlah peserta untuk Pemberi Pelayanan Kesehatan

tingkat I (PPK I/dokter umum), 20% dari PPK I yang berobat dirujuk ke PPK II (dokter

spesialis) dan 20% dari PPK II tersebut dirujuk ke PPK III (Rawat Inap). Asumsi harga obat

per lembar resep Rp.60.000 untuk PPK I, Rp.75.000 untuk PPK II dan Rp.150.000 untuk

PPK III, maka perbedaan biaya obat tidak signifikan dibandingkan pengelolaan Apotek saat

ini yang menggunakan faktor harga jual 1,25. Akan tetapi pada model pengelolaan Apotek

metoda ini keterlibatan Apoteker akan all out sehingga pasien akan terlayani dengan baik

sesuai kebutuhan.Simpulan:Perbedaan biaya obat dengan simulasi metoda ini hanya 1% di

atas model pelayanan Apotek yang ada sekarang, akan tetapi pola pengobatan akan semakin

terarah, serta pasien mendapatkan haknya akan pentingnya informasi obat oleh Apoteker.

Suatu pola yang akan mendorong terciptanya kesehatan masyarakat dengan menggunakan

obat secara tepat sehingga terbentuk masyarakat sehat berbasis pengobatan rasional.

Kata kunci: Apoteker, apotek, pengelolaan, pelayanan informasi obat, kapitasi Apoteker,

pengobatan rasional

Page 125: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

63

Spesifisitas Dan Sensitivitas Natrium Iodida Sebagai Pendeteksi Merkuri Dalam Krim

Pemutih

Liliek Nurhidayati, Brian Fernaldi Anggadha

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Merkuri anorganik merupakan bahan aktif yang telah digunakan sejak zaman dahulu

sebagai bahan pemutih kulit. Walaupun penggunaan merkuri dalam kosmetik telah dilarang,

produk pemutih kulit yang mengandung merkuri masih beredar di pasar global. Oleh karena

itu, perlu suatu cara yang cepat dan mudah untuk mendeteksi merkuri dalam krim pemutih

sehingga masyarakat dapat menguji keamanan krim pemutih yang digunakan. Salah satu cara

yang dapat digunakan yaitu menggunakan test kit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat

test kit merkuri yang mudah digunakan, selektif, dan sensitif. Pereaksi yang digunakan adalah

natrium iodida dalam air. Dari hasil uji spesifisitas diperoleh test kit bersifat spesifik karena

memberikan hasil yang khas terhadap merkuri. Secara visual batas deteksi test kit untuk

merkuri amino klorida dan merkuri klorida dalam krim berwarna putih, hijau, dan pink

adalah 900 bpj, sedangkan untuk krim berwarna kuning dan jingga adalah 1000 bpj.

Kata kunci: test kit, merkuri, krim pemutih, natrium iodida

OR-J01

Page 126: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

64

Pemisahan Amlodipin Besilat Dan Valsartan Dalam Plasma Secara In-Vitro

Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Novi Yantih, Dedy Cahyadi

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Terapi hipertensi biasanya menggunakan kombinasi obat, salah satunya adalah

kombinasi amlodipin besilat (AMD) dan valsartan (VAL). Dalam rangka studi

farmakokinetik obat, diperlukan suatu metode pemisahan untuk menentukan kadar obat

dalam darah. Pada penelitian ini, telah dikembangkan metode pemisahan untuk pemisahan

AMD dan VAL dalam plasma dengan sistem KCKT. Sistem KCKT menggunakan kolom

RP-18, 5µ (150 x 4,6 mm), dapar fosfat pH 3,6–asetonitril–metanol (50:40:10) sebagai fase

gerak dengan laju alir 1,0 mL/menit, dan detektor pada 240,5nm. Pada penyiapan sampel,

plasma diekstraksi menggunakan teknik pengendapan protein dengan asam perklorat 10%.

Metode divalidasi pada rentang 2–12 µg/mL untuk AMD dan 32–192 µg/mL untuk VAL

dengan nilai koefisien korelasi (r) untuk AMD dan VAL masing-masing 0,9971 dan 0,9984.

Metode ini memenuhi parameter akurasi dengan nilai % diff sebesar -9,25–8,5%, dan nilai

perolehan kembali sebesar 91,5-108,5% dengan presisi (KV) ˂ 5,32%, %. Pada uji stabilitas,

AMD dan VAL dalam plasma stabil selama 3 siklus cair dan beku. Metode pemisahan valid

sesuai dengan persyaratan Food and Drug Administration (FDA).

Kata Kunci: Amlodipin besilat, Valsartan, KCKT, Plasma

OR-J02

Page 127: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

65

Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Kadar Beta Karoten pada Ubi Jalar Ungu

(Ipomoea batatas (l.) Lam) dengan Metode Spektrofotometri Visibel

Fitra Fauziah1, Roslinda Rasyid

2, Reza Fadhlany

1

1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang,

2Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) adalah salah satu komoditas pertanian yang

merupakan sumber karbohidrat dan energi yang termasuk dalam famili Convolvulaceae. Ubi

jalar ungu juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang juga baik untuk nutrisi dan

kesehatan. Salah satu senyawa yang terkandung dalam ubi jalar varietas ungu adalah beta

karoten. Beta karoten merupakan prekusor vitamin A. Ini sangat berguna sebagai

antioksidan, meningkatkan sistem imun dan mengobati berbagai penyakit. Beta karoten

bersifat tidak stabil, terutama pada suhu tinggi. Penilitian ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaan bagaimana proses pengolahan ubi jalar varietas ungu dapat mempengaruhi kadar

beta karoten dengan metode spektrofotometri visibel. Penelitian ini dilakukan terhadap 3

jenis perlakuan yaitu sampel mentah, digoreng, dan direbus. Berat untuk masing-masing

sampel yaitu 15 gram. Sampel diekstraksi dengan ekstraksi cair-cair dan diukur dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum 452,5 nm. Hasil menunjukkan

bahwa rata-rata kadar beta karoten adalah 75,91 ± 1,92 ppm untuk sampel mentah, 63,05 ±

3,45 ppm untuk sampel yang digoreng dan 45,66 ± 0,82 ppm untuk sampel yang direbus.

Hasil dihitung secara statistik dengan analisis statistik ANOVA satu arah. Analisis

menunjukkan bahwa sig. 0,000 (P < 0,05), dan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh proses

pengolahan terhadap kadar rata-rata beta karoten pada ubi jalar ungu.

Kata kunci: Ipomoea batatas, pengolahan, beta karoten, spektrofotometri visibel

OR-J03

Page 128: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

66

Analisis Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Yang Diperoleh Dari Depok Jawa Barat

Dengan Metode KCKT

Wahidin, Gian Syahfitria

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Sains

Teknologi Nasional, Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Studi analisis asam retinoat telah dilakukan dalam sampel krim pemutih, asam

retinoat merupakan derivat vitamin A, yang dimanfaatkan sebagai bahan pemutih kulit.

Penggunaannya dalam kosmetik dilarang oleh Badan POM karena efek sampingnya yang

sangat berbahaya yaitu efek teratogenik. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

kandungan asam retinoat dalam krim pemutih yang diperoleh dari toko-toko kosmetik di

pusat perbelanjaan daerah Margonda-Depok Jawa Barat. Bahan uji sebanyak enam sampel

yang diambil secara acak (random) dari 24 krim pemutih. Metode analisis asam retinoat

menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, dengan kolom fase terbalik,

oktadesilsilana (C18) dan fase gerak campuran methanol: air: asam asetat glasial (85:15:0,5).

Deteksi dilakukan pada panjang gelombang UV 353 nm. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lima sampel krim pemutih, yaitu krim A, B, C, E dan F, tidak terdeteksi kandungan

asam retinoat sedangkan krim D terbukti positif mengandung asam retinoat dengan rata-rata

kadar asam retinoat sebesar 5,09%. Penggunaan asam retinoat dalam kosmetik tidak

diperbolehkan oleh Badan POM yang berarti asam retinoat tidak boleh ada dalam kosmetik.

Kata kunci: Asam retinoat, teratogenik, kromatografi cair kinerja tinggi

OR-J04

Page 129: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

67

Analisis Kandungan Cemaran Timbal Dalam Saus Cabe Produksi Industri Rumah

Tangga

Made Pasek Narendra, Muharam Marzuki, Sidik Yogaswara

Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Ahmad Yani Cimahi Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Timbal merupakan bahan berbahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi terus menerus

sehingga terakumulasi di dalam tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan bahkan sampai

kematian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan cemaran timbal dalam saus cabe

produksi rumah tangga. Metode yang digunakan adalah spektrofotometer serapan atom.

Sampel diperoleh dari lima pasar tradisional di Bandung dan sekitarnya. . Sampel didestruksi

menggunakan tanur pada suhu 500oC selama 12 jam. Hasil destruksi dianalisis menggunakan

spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm. Hasil uji kecermatan

menunjukkan nilai perolehan kembali adalah 102,36%, dan hal ini memenuhi persyaratan

untuk uji kecermatan. Kadar timbal dalam lima sampel saus cabe adalah antara 2,10 mg/Kg

sampai 7,76 mg/Kg.

Kata Kunci: Timbal, Saus Cabe, Produksi Rumah Tangga

OR-J05

Page 130: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

68

Metode Isolasi Cepat Mangiferin dari Daun Mangifera indica L.

M. Rifqi Efendi1, A. Bakhtiar

1,2, and Deddi P. Putra

1,2

1Fakultas Farmasi Universitas Andalas

2Laboratorium Biota Sumatera Universitas Andalas, Padang,

Email: [email protected]

ABSTRAK

Isolasi cepat dan sederhana telah dilakukan terhadap senyawa bioaktif mangiferin dari

daun Mangifera indica L. Bark dan diperoleh 1.19 gram mangiferin. Isolat mangiferin

dibandingkan dengan mangiferin standar melalui pengujian titik leleh, HPLC, IR, dan UV.

Kata kunci: Mangifera indica L. Bark, Mangiferin, isolasi, Titik leleh, Hight performance

liquid cromatoghrapy, Ultraviolet spectroscopy, Fourier transform spectroscopy.

OR-J06

Page 131: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

69

Kandungan Kimia dari Tanaman Huruhejo (Phoebe Declinata)

Berna Elyaab*

, Katrin a

, Roshamur C. F., Rosmalena Sofyanc and Ryan A. C.

aFakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok,16424

bPusat Studi Obat Bahan Alam,

aFakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI

Depok,16424 cFakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424

ABSTRAK

Tanaman Phoebe declinata Nees (Huruhejo) merupakan tanaman asli Indonesia yang

berpotensi memiliki senyawa yang beraktivitas farmakologis, terutama terhadap aktivitas

antioksidannya. Pada penelitian ini dilakukan isolasi senyawa alkaloid antioksidan dari fraksi

aktif daun tanaman huruhejo. Metode ekstraksi yang digunakan adalah dengan cara refluks

menggunakan pelarut n-heksan, diklormetan (DCM) dan metanol. Ekstrak n-heksan, ekstrak

DCM, dan ekstrak metanol dari daun memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50

berturut-turut 156,40; 136,21; dan 139,87 µg/mL dengan metode DPPH. Sementara itu

dengan metode reducing power menunjukkan IC50 139,00; 126,25; dan 128,75 µg/mL. Pada

ekstrak heksan dan diklormetan dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom. Isolat

yang di dapat di karakterisasi dengan menggunakan data spektroskopi: MS, 1H dan

13C-

NMR, DEPT dan NMR-2D: COSY, HMQC, HMBC. Dari ekstrak n heksan didapatkan 15

fraksi, dan fraksi ke 7 diperoleh senyawa baru dengan nama deklinatin (1). Untuk ekstrak

DCM dihasilkan 10 fraksi dan fraksi ke 4 dipisahkan kembali dan dimurnikan sehingga

diperoleh senyawa deklinin (2). Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH untuk

senyawa 1 and 2 dengan IC50 berturut-turut 6,42 and 11,80 µg/mL dan dengan metode

reducing power untuk 1 and 2 dengan IC50 7,02 and 13,74 µg/mL.

Kata kunci: Phoebe declinata, antioksidan, deklinatin, deklinin

OR-L01

Page 132: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70

Aktivitas Larvasida Granul Minyak Daun Jeruk Purut Terhadap Larva Nyamuk Aedes

aegypti

Sri Mulyani Didik

Fakultas Farmasi UGM

ABSTRAK

Abatesasi merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD). Penggunaan abate sebagai larvasida dilaporkan dapat menimbulkan

bau yang tidak enak, menyebabkan karatan pada drum penampung air serta ada indikasi dapat

menyebabkan terjadinya resistensi terhadap hewan target. Minyak daun jeruk purut diketahui

memiliki aktivitas sebagai biopestisida, dan bentuk sediaan granul merupakan bentuk sediaan

yang paling sesuai untuk larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul

minyak daun jeruk purut dan menentukan nilai LC50, LC90 terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti. Granul minyak daun jeruk purut dibuat dengan menggunakan bahan pengisi laktosa

dan pengikat CMC-Na. Aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti instar III

dilakukan dengan membuat 5 seri konsentrasi granul, yang masing-masing diujikan terhadap

20 ekor larva dan dibiarkan terpapar selama 24 jam. Percobaan dilakukan 3 kali, jumlah larva

yang mati dihitung, dan dianalisis dengan analisis probit modifikasi Finney, untuk

menentukan nilai LC50 dan LC90. Hasil penelitian menunjukkan granul yang dibuat memiliki

aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Ae. aegypti instar III dengan LC50 sebesar 39,58

ppm dan LC90 sebesar 79,43 ppm.

Kata kunci: jeruk purut, granul, larvasida, Ae. aegypti.

OR-L02

Page 133: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

71

Aktivitas Penangkapan Radikal 2-2’ Difenil-1-Pikril Hidrazil (DPPH) Kombinasi

Ekstrak Andrographis paniculata Ness dan Euphorbia hirtaL

Andayana Puspitasari*1

, Suwijiyo Pramono1, Sudibyo Martono

1, Sitarina Widyarini

2

1Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

2Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian aktivitas penangkapan radikal 2-2’ difenil-1-pikril hidrazil

(DPPH) kombinasi ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dan herba

patikan kebo (Euphorbia hirta L). Bahan uji meliputi ekstrak etanolik herba sambiloto,

patikan kebo, ekstrak etanolik sambiloto terdeklorofilisasi dan kombinasi diantara ketiganya

dibandingkan dengan senyawa murni andrografolid. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak

etanolik patikan kebo memberikan nilai IC50 terendah dibandingkan ekstrak etanolik

sambiloto. Kombinasi antara ekstrak sambiloto dan patikan kebo dapat menaikkan aktivitas

penangkapan radikal DPPH ekstrak sambiloto namun belum melebihi ekstrak tunggal patikan

kebo.

Kata Kunci: Kombinasi ekstrak, penangkapan radikal, herba patikan kebo, herba sambiloto

OR-L03

Page 134: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72

Optimasi Formula Tablet Kunyah Ekstrak Etanol Buah Leunca (Solanum nigrum L)

sebagai Anti Bakteri di Mulut dengan Kombinasi Bahan Pengisi Aerosil – Manitol

Aplikasi Metode Factorial Design

Yusransyah dan Sofi Nurmay Stiani

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Buah leunca sudah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati infeksi. Telah

dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah leunca (Solanum nigrum L)

terhadap Streptococcus hemolitik-α serta profil kromatogramnya. Bentuk sediaan yang sesuai

adalah tablet kunyah dengan menggunakan bahan tambahan yang dapat menutupi rasa pahit

dari buah leunca. Dalam penelitian ini menggunakan bahan pengisi campuran komposisi

Aerosil-Manitol yang dioptimasi dengan metode factorial design.

Ekstrak etanol buah leunca (Solanum nigrum L) diperoleh dengan metode maserasi

menggunakan etanol 70%. Formula optimum diperoleh dari orientasi yang dilakukan

berdasarkan metode factorial design yaitu P(1) Campuran Aerosil level rendah (5%) dan

Manitol level rendah (250%); Pa campuran Aerosil level tinggi dan Manitol level tinggi

(330%); Pab Campuran Aerosil level tinggi (10%) dan Manitol level tinggi (330%). Ekstrak

buah Leunca (Solanum nigrum L) dicampur homogen dengan bahan pengisi dari P1, Pa, Pb,

Pab secara terpisah kemudian dibuat massa granul dengan pengikat solutio gelatin 10%.

Granul diayak dengan ayakan 10 mesh kemudian dikeringkan dengan suhu 500C. Granul

kering diayak dengan ayakan no. 12/30 mesh. Granul yang diperoleh diuji sifat fisiknya

meliputi indeks pengetapan, kompaktibilitas dan tanggapan rasa. Hasil uji sifat fisik granul

dibuat profil dan dihitung respon totalnya untuk mendapatkan formula optimum. Tablet

formula optimum diuji sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan

tanggapan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah leunca (Solanum nigrum L) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Streptococcus hemolitik-α, yang ditunjukkan dengan nilai Kadar Bunuh

Minimum (KBM), dan didapatkan nilai KBM untuk Streptococcus hemolitik-α adalah 15%

b/v. Analisis kromatografi lapis tipis mendapatkan hasil bahwa buah leunca (Solanum nigrum

L) mengandung senyawa flavonoid (Rf=0,68), tanin (Rf=0,50) dan saponin (Rf=0,58). Hasil

formulasinya menunjukkan bahwa Aerosil, Manitol, dan interaksi keduanya berpengaruh

pada kompaktibilitas. Aerosil paling berpengaruh pada sifat alir dan Manitol berpengaruh

pada rasa. Adapun campuran Aerosil 9,025% - Manitol 322,306% memiliki respon terbaik

yang dijadikan formula optimum dalam pembuatan tablet kunyah dengan kekerasan 5,391kg,

dan kerapuhan 0,242%, tetapi rasa sepat dari tablet masih terasa dan bahan aktif dalam

ekstrak etanol buah leunca tetap stabil.

Kata kunci: Buah Leunca, Antibakteri di mulut, Tablet Kunyah

OR-L04

Page 135: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

73

Page 136: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74

Uji Aktivitas Antioksidan dan Identifikasi Golongan Senyawa Pada Fraksi Dan Ekstrak

Etanol Kulit Batang Bintangur Batu (Calophyllum pulcherrimum Wall.)

Rissyelly1,2

, Andrianto, A.G1., Elya, B

1

1Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia Depok, 16424

1Pusat Studi Obat Bahan Alam, Kampus Universitas Indonesia Depok, 16424

ABSTRAK

Famili Cluciaceae merupakan salah satu famili terbesar dengan kontribusi kandungan kimia

yang menarik secara farmakologi. Calophyllum pulcherrimum Wall. merupakan salah satu

tanaman yang termasuk ke dalam suku Clusiaceae. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas

antioksidan dan identifikasi golongan senyawa dari kulit batang C.pulcherrimum Wall.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit batangC.

pulcherrimum dan fraksi teraktif yang memiliki aktivitas antioksidan serta menentukan

identitas golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan

metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi secara

berurutan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, n-butanol dan metanol. Uji

aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil). Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan ekstrak etanol, fraksi etil asetat dan

fraksi n-butanol secara berurutan memiliki nilai IC50 sebesar 5,73; 2,895 dan 4,77 μg/mL. Hasil

identifikasi golongan senyawa diketahui ekstrak etanol kulit batang C. pulcherrimum Wall.

mengandung senyawa golongan flavonoid, terpenoid, saponin dan tannin sedangkan pada

fraksi etil asetat mengandung senyawa golongan flavonoid dan tanin.

Kata Kunci: antioksidan, DPPH,

OR-L05

Page 137: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

75

Standardisasi Mutu Ekstrak Etanolik Batang Brotowali (Tinospora crispa) sebagai Obat

Herbal Antihiperurisemi

Harwoko dan Warsinah

Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman

Email: [email protected]

ABSTRAK

Brotowali (Tinospora crispa) secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

asam urat dan secara ilmiah telah dilaporkan sebagai analgesik, antiinflamasi, dan

antihiperurisemia. Batang brotowali termasuk salah satu bahan jamu yang perlu dilakukan

standardisasi mutu. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan parameter mutu ekstrak

etanolik batang brotowali yang meliputi parameter umum dan spesifik.

Parameter umum yang ditetapkan meliputi kadar air, kadar abu total, angka kapang

dan angka lempeng total, sedangkan parameter spesifik yang ditetapkan antara lain

organoleptik, kadar sari larut air dan etanol serta profil kromatografi lapis tipis. Nilai

parameter yang diperoleh dibandingkan dengan pedoman standardisasi mutu ekstrak

tumbuhan obat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak memiliki kadar air sebesar 8,12±0,06%

dan kadar abu total 5,20±0,12%, sedangkan angka lempeng total 5x102 CFU/g dan angka

kapang 5x103 CFU/g. Ekstrak etanolik batang brotowali memiliki karakteristik berupa

ekstrak kental berwarna coklat tua, berasa pahit dan berbau khas dengan kadar sari larut air

sebesar 45,09±0,67% dan kadar sari larut dalam etanol sebesar 14,19±0,14%. Selain itu,

profil kromatografi lapis tipis ekstrak etanolik menunjukkan adanya senyawa flavonoid dan

alkaloid. Ekstrak etanolik batang brotowali dapat dinyatakan telah memenuhi syarat sebagai

ekstrak terstandar berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Kata kunci: Brotowali, Tinospora crispa, standardisasi mutu, ekstrak terstandar

OR-L06

Page 138: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76

Efektivitas Losion Minyak Buah Adas Dan Minyak Daun Nilam Sebagai Repellent

Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti

Siti Sa’diah1,2),

Kartika Yuliani3)

, Hikmatillah3)

, Agus Kardinan4)

1)

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, 2)

Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB, 3)

Program Studi Farmasi Universitas Pakuan, 4)

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Email: [email protected]

ABSTRAK

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyebaran penyakit demam berdarah yang

secara endemik prevalensi penyakit ini masih tinggi di Indonesia. Salah satu upaya

pencegahan terjangkitnya penyakit demam berdarah adalah dengan penggunaan repellent

atau senyawa yang dapat mencegah bagian tubuh dihinggapi nyamuk Aedes Aegypti. Pada

penelitian ini telah dilakukan preparasi dan formulasi minyak buah adas (Foeniculum vulgare

Mill) dan minyak daun nilam (Pogostemon cabila Bent) menjadi sediaan losion yang berbeda

konsentrasi aktifnya. Semua fomula diuji efektivitasnya sebagai repellent dengan cara

sediaan losion dioleskan pada tangan manusia (dari siku hingga telapak tangan) kemudian

dimasukkan ke dalam kurungan nyamuk selama 10 menit lalu istirahatkan 50 menit di luar

kandang, diulangi lagi sebanyak 6 kali atau selama 6 jam. Daya proteksi (DP) ditentukan

dengan membandingkan jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan kontrol (K) dikurangi

jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan perlakuan (P) dibagi dengan jumlah nyamuk yang

hinggap pada lengan kontrol dikali 100%. Hasilnya menunjukkan Formula losion minyak

buah adas saja menghasilkan daya proteksi yang lebih tinggi dibandingkan Formula losion

campuran minyak adas dan daun nilam. Daya proteksi tertinggi sebesar 63%. Formula losion

yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna putih kekuningan, berbau khas aromatik dan

homogen dengan vikositas antara 650 cPoise hingga 5065 cPoise.

Kata kunci: Repellent, buah adas, daun nilam, aedes aegypti, losion

OR-M01

Page 139: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

77

Efek Kalincuang dari Sentra Produksi Gambir Sumatera Barat terhadap Kadar

Glukosa dan Kolesterol Darah Mencit Diabetes-Dislipidemia

Armenia, Nurlaila Sandika, Mega, P. Sari dan Deddi Prima Putra

Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai efek kalincuang dari Kabupaten Pesisir Selatan

dan Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatera Barat) terhadap kadar gukosa dan kolesterol

darah mencit putih jantan diabetes-dislipidemia yang diinduksi dengan aloksan monohidrat

(150 mg/ kgBB secara i.p.), koktail dislipidemia (1% BB) dan MDLT (Makanan Diet Lemak

Tinggi). Sari air kental kalincuang hasil fraksinasi kalincuang dengan etil asetat, diberikan

dalam bentuk larutan 1% secara oral dengan dosis 50 mg/ kgBB/ hari selama 1, 3 dan 7 hari.

Sebagai pembanding adalah kelompok hewan yang diberi akarbose untuk penurun darah dan

simvastatin untuk penurun kolesterol. Parameter yang diukur adalah kadar glukosa dan

kholestrol darah puasa. Data penelitian dianalisis menggunakan ANOVA dua arah diikuti

dengan Duncan Multy Range T Test. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa darah hewan

yang diberi ekstrak gambir dari kedua sumber dengan kadar glokosa darah kelompok

pembanding dan control, sedangkan kadar kolesterol kelompok hewan yang diberi

simvastatin lebih rendah dibandingkan kelompok hewan yang diberi ekstrak kalincuang dan

control positif. Lama perlakuan mempengaruhi kadar glukosa dan kolesterol darah hewan

secara nyata (P < 0,05). Dalam hal ini, kadar glukosa dan kolesterol darah rata-rata hewan

setelah perlakuan 3 – 7 hari lebih rendah dibandingkan pada saat awal sebelum perlakuan.

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kalincuang dari sentra produksi gambir tersebut

berpotensi sebagai obat antidiabetes pada mencit putih jantan diabetes dislipidemia tetapi

secara bersamaan tidak cukup efektif menurunkan kadar kolestrol darah.

Kata Kunci: kalincuang, sari air, kadar glukosa darah, kolesterol, diabetes-dislipidemia

OR-M02

Page 140: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

78

Ketoksikan Akut Fraksi Non-Heksan Ekstrak Etanol Umbi Sarang Semut (Myrmecodia

tuberosa (Jack) BL.) pada Tikus Wistar Betina

Ediati S., Triana H., Nurlaila I. dan Alif Firman F.

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Umbi sarang semut (Myrmecodia tuberosa (Jack) Bl.) yang banyak terdapat di daerah

Papua dan Kalimantan, secara luas telah dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat. Dari

hasil penelitian kami, umbi sarang semut mempunyai efek imunomodulator. Oleh karena itu,

umbi sarang semut sangat berpotensi dikembangkan menjadi sediaan fitofarmaka. Untuk itu

dilakukan uji praklinik terhadap umbi sarang semut, salah satunya adalah uji toksisitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketoksikan akut fraksi non heksan ekstrak etanol

95% umbi sarang semut (FNH) yang diberikan per oral pada tikus betina Wistar, dengan

metode OECD 423 yang dimodifikasi. Dosis yang digunakan adalah 300 mg, 2000 dan 5000

mg/kg BB tikus. Tiap kelompok dosis menggunakan 6 ekor tikus dan dibagi ke dalam dua

step, khusus kelompok dosis 5000 mg/kg BB hanya digunakan 3 ekor tikus dan dilakukan

dalam satu step. Variasi dosis ditentukan oleh jumlah kematian pada tiap kelompok sesuai

dengan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Pengamatan dilakukan

selama 24 jam setelah pemejanan FNH, kecuali dosis 2000 mg/kg BB pengamatan

dilanjutkan hingga 14 hari. Pengamatan meliputi gejala toksik, perkembangan berat badan,

dan pengamatan histopatologis organ paru, hati, limpa, lambung, dan ginjal. Hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa pemberian oral FNH sampai dengan dosis tunggal 5000 mg/kg BB

pada tikus betina Wistar tidak menunjukkan gejala toksik, perubahan tingkah laku, kematian

atau perbedaan histopatologis dari organ terkait.

Kata kunci: Myrmecodia tuberosa, FNH, uji toksisitas akut, OECD 423

OR-M03

Page 141: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

79

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksan Daun Mimba (Azadirachta indica a. Juss.)

terhadap Vibrio Parahaemolyticus Hasil Isolasi Dari Udang Windu (Panaeus monodon)

Sri Teguh Rahayu*, Aprilita Rinayanti* dan Andika Permana**

*Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

** Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

ABSTRAK

Salah satu penyebab kegagalan budidaya udang windu adalah timbulnya penyakit,

baik infeksi maupun non-infeksi. Penyakit infeksi umumnya karena serangan agen patogen,

seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur (Hameed dkk., dalam Effendy, 2003). Jenis bakteri

dari golongan Vibrio merupakan jenis bakteri yang sering menimbulkan kematian massal

dalam waktu yang relatif singkat, penyakit ini bersifat sangat akut dan ganas karena dapat

mematikan populasi larva udang yang terserang dalam waktu 1-3 hari sejak awal infeksi

(Rukyani et al, 1992).

Mimba (Azadirachta indica A. Juzz.) secara empiris digunakan sebagai tanaman yang

dapat mengatasi penyakit pada udang dan manusia. Khasiat tersebut berdasarkan senyawa

yang terkandung pada daun dan kulit batang mimba berupa alkaloida, tannin, steroid,

terpenoid, dan saponin.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas fraksi n-heksan daun mimba

dalam menghambat pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus pada udang windu (Panaeus

monodon). Bakteri Vibrio parahaemolyticus diisolasi dari udang windu dengan media TCBS,

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Daun mimba diekstraksi dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dan selanjutnya difraksinasi dengan pelarut n-

heksan. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode cakram menggunakan fraksi n-

heksan pada konsentrasi 25%, 50% dan 100% dengan kontrol positif kloramfenikol dan

kontrol negatif aqua dest steril. Data zona hambat yang diperoleh diuji statistik dengan

metode Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke tiga dosis fraksi n-heksan daun

mimba dapat menghambat pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus .

Kata Kunci: Antibakteri, Fraksi n-heksan, udang windu, Vibrio parahaemolyticus

OR-M04

Page 142: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

80

Pengaruh Penggunaan Kombinasi Ekstrak Herba Kumis Kucing (Orthosiphon

stamineus) dengan Irbesartan Terhadap Fungsi Hati Pada Mencit Jantan Galur Ddy

Nurmeilis

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) merupakan tanaman obat tradisional yang

telah digunakan oleh masyarakat indonesia, antara lain sebagai diuretik, hipourisemik,

antidiabetes, dan juga sebagai antihipertensi. Penggunaan obat tradisional ini juga sering

dipakai bersamaan dengan obat sintetik. Namun efektivitas dan keamanannya belum banyak

diketahui masyarakat.

Penelitian ini bertujuan melihat efek dari pemakain bersamaan ekstrak herba kumis

kucing dengan irbesartan terhadap fungsi hati pada mencit normal selama 28 hari,

berdasarkan parameter kadar SGOT dan SGPT serum dan gambaran histopatologi jaringan

hati. Rancangan percobaan menggunakan 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor

mencit putih galur ddY, dimana 2 kelompok diberikan suspensi ekstrak O. stamineus dosis

tunggal 500 mg/kg and 1000 mg/kg, kemudian 2 kelompok diberikan secara bersamaan

ekstrak O. stamineus dengan irbesartan 40 mg/kg secara oral, dan 1 kelompok sebagai

kontrol normal hanya diberikan larutan tween 1%. Semua perlakuan diberikan obat uji secara

oral selama 28 hari, dan pada hari ke 29, diambil serum darahnya, kemudian organ hatinya

dibuat preparat untuk dianalisa secara histopatologi. Metode pengukuran SGOT dan SGPT

secara kolorimetri menggunakan reagen Diasys dan diukur pada panjang gelombang 505 nm

dengan spektrofotometri UV-Vis (Microlab 200). Data dianalisa secara statistik dengan

ANOVA satu arah

Hasil menunjukan bahwa kadar SGOT dan SGPT semua kelompok perlakuan tidak

ada perbedaan yang signifikan (p> 0.05) dengan kelompok kontrol normal, begitu juga

dengan gambaran histopatologi hati, tidak ada perubahan/kerusakan yang signifikan. Maka

penggunaan kombinasi ekstrak kumis kucing (O. stamineus) dengan irbesartan tidak

mempengaruhi fungsi hati selama pemakaian 28 hari.

Kata kunci: ekstrak O.stamineus, irbesartan, fungsi hati

OR-M05

Page 143: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

81

Ekspresi Protein Caspase-9 dan Gambaran Histologi Palatum Sekunder Mencit

Prenatal Akibat Paparan Diazepam di Periode Organogenesis

Rika Yulia

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek teratogenik paparan diazepam di periode

organogénesis pada mencit prenatal melalui pemeriksaan histologi dan ekspresi protein

caspase-9 pada pembentukkan palatum sekunder. Proses pembentukan palatum

(palatogenesis) terdiri dari beberapa tahap dan diatur dengan ketat. Kegagalan pertumbuhan

lempeng palatum, elevasi, kontak dan atau pengabungan dua lempeng palatum dapat

menyebabkan terjadinya celah palatum (cleft palate). Delapan belas (18) ekor mencit (Mus

musculus), betina, bunting, yang sudah diketahui umur dan berat badannnya digunakan dalam

penelitian ini. hewan coba dibagi menjadi dua (2) kelompok: kelompok control, diberi

aquades dan kelompok uji deberi injeksi diazepam 8 mg/kg/BB setiap hari. kelainan

terjadinya celah palatum dievaluasi. Hasil histologi menunjukkan terjadinya celah palatum

pada kelompok uji. Hasil imunohistokimia menunjukkan peningkatan ekspresi protein

casapase-9 pada kelompok uji. Análisis hasil menunjukkan bahwa paparan diazepam

menyebabkan terjadinya celah palatum dan peningkatan ekspresi caspase-9 pada mencit

prenatal

Kata kunci: diazepam, celah palatum, palatum sekunder, caspase-9

OR-M06

Page 144: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

82

Aktivitas Antibakteri Dan Efek Iritasi Primer Gel Topikal Ekstrak Rimpang Temu

Mangga (Curcuma mangga Val.)

Hady Anshory Tamhid*, Tia Ayu Rahmadhanti, Giar Anjar Kesuma, Dimas Adhi

Pradana*

Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia

Email: [email protected]

ASBTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dan efek iritasi primer gel

ekstrak rimpang temu mangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri

gel ekstrak rimpang temu mangga (GERT) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC

6538 dan Propionibacterium acnes ATCC 11827, serta untuk mengetahui efek iritasi

primernya pada kulit kelinci jantan. Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi

rimpang temu mangga dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%,

selanjutnya diformulasi menjadi sediaan gel dengan basis kombinasi HPMC-Karbopol

dengan konsentrasi ekstrak 0,15% (Formula 1), 0,3% (Formula 2), dan 0,6% (Formula 3).

Sediaan gel yang diperoleh diuji sifat fisiknya meliputi organoleptis, homogenitas, daya lekat,

daya sebar, dan viskositas. Selanjutnya aktivitas antibakteri sediaan gel diuji dengan metode

well diffusion, serta efek iritasi primer diuji pada kulit kelinci jantan dengan waktu

eksperimen selama 24 dan 72 jam untuk kulit insisi dan normal. Seluruh formula Sediaan

GERT memiliki sifat homogenitas yang baik, daya lekat dan daya sebar sama, dan viskositas

formula 3 paling rendah. Sediaan GERT memilki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

S.aureus dan P.acnes, bahkan aktivitas antibakteri sediaan GERT terhadap P.acnes lebih

tinggi disbanding dengan kontrolnya (gel benzolac 2,5%). Indeks iritasi primer sediaan

GERT formula 1 sampai 3 berturut-turut adalah 0,40; 0,66; dan 0,55. Nilai ini menunjukkan

sifat iritasi sediaan GERT sangat ringan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

sediaan GERT yang dihasilkan memiliki potensi untuk digunakan dan dikembangkan sebagai

sediaan antiinfeksi khususnya infeksi jerawat.

Kata kunci: Gel ekstrak temu mangga (GERT), antibakteri, iritasi primer

OR-M07

Page 145: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

83

Uji Efek Antimalaria Ekstrak Etanol Angkak (Monascus purpureus) pada Mencit (Mus

musculus l.) yang Terinfeksi Plasmodium Berghei

Aprilita Rina Yanti*, Ema Dewanti** dan Indriyanti***

* Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul,

** Fakultas Farmasi UHAMKA,

***Fakultas Farmasi UTA’45 Jakarta

ABSTRAK

Malaria adalah suatu penyakit yang penting dan sampai saat ini masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk di Indonesia, di antara 6 penyakit

tropis lainnya. Hal ini dikarenakan malaria sering menyebabkan penyakit yang berat dan

kematian bagi penderitanya. (Irianto K, 2009).

Salah satu tanaman obat yang secara empiris yang mempunyai efek sebagai

antimalaria terhadap plasmodium malaria adalah angkak (Monascus purpureus). Angkak

merah mengandung isoflavon yang berperan sebagai agen antiinflamasi, saponin dan

lovastatin sebagai agen proapoptosis, alkaloid dan terpen sebagai antimalaria dan Monakolin

K sejenis Lovastatin yang mempunyai efek antilipidemia yang dapat menghambat enzim

yang terlibat dalam biosintesis kolestrol (Tisnadjaja, 2006).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetaui efek antimalaria angkak (Monascus

purpureu) dengan menggunakan mencit putih. Sebanyak 30 ekor mencit dibagi dalam 6

kelompok, yaitu: kelompok Kontrol Normal (KN), Kelompok kontrol negatif (KKN),

kelompok kontrol positif (KKP), kelompok eksperimen I, II dan III. Induksi malaria

dilakukan menggunakan Plasmodium berghei 0,2 ml terhadap semua kelompok kecuali KN.

Dosis ekstrak yang digunakan adalah 1,12mg/g BB, 2,24 mg/g BB dan 4,48 mg/g B dengan

kontrol positif klorokuin 25 mg/kg bb diberikan selama 7 hari. Setiap hari dilakukan

pengambilan darah dan diperiksa parasitemianya menurut cara Markell et al. (1986)..

Hasil uji ANOVA menunjukkan ketiga dosis ekstrak etanol angkak dapat

menghambat pertumbuhan parasit P.berghei pada mencit dengan persentase pertumbuhan

parasit berturut-turut sebesar 0,12, 0,19 dan 0,30 dan persentase penghambatan sebesar

65,09%, 75,89% dan 89,68%.

Kata kunci: Efek anti malaria, ekstrak etanol, angkak, Plasmodium berghei

OR-N01

Page 146: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

84

Efek Teratogenik Ramuan Segar Jamu Kunyit Asam pada Tikus

Prima Mustikaningtyas

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

OR-N02

Page 147: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

85

Pengaruh Fraksi Aktif Daun Wungu (Graptophyllum pictum (l.) Griff) terhadap Kadar

Kolesterol Total Darah Mencit Putih Jantan Hiperkolesterol

Helmi Arifin, Fita Pratiwi, Netty Suharti

Fakultas Farmasi, Universitas Andalas

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh fraksi aktif dari ekstrak etanol "daun

wungu" (Graptophyllum pictum (Linn) Griff.) terhadap kadar kolesterol total darah pada

mencit putih jantan hiperkolesterol. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu uji

pendahuluan dan uji lanjutan. Uji pendahuluan dilakukan terhadap fraksi heksan, fraksi

etilasetat dan fraksi air. Hiperkolesterol pada mencit dilakukan dengan memberikan makanan

campuran lemak sapi dan kuning telur puyuh (1: 5) sebanyak 1% berat badan selama 14 hari.

Fraksi uji diberikan secara oral dengan dosis masing-masing 50 mg/kgBB selama 7 hari. Pada

uji pendahuluan diketahui bahwa fraksi air memiliki persentase tertinggi dalam penurunan

kadar kolesterol total. Pada kajian lanjut dari fraksi air diberikan peroral pada mencit

hiperkolesterol dengan dosis 25, 50 dan 100 mg/kgBB selama 21 hari. Kadar kolesterol total

diukur pada hari 0, 7, 14 dan 21 menggunakan NESCO® Multicheck. Data kolesterol total

dianalisa dengan ANOVA dua arah, dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi air dari ekstrak etanol daun wungu dengan dosis

25, 50 dan 100 mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total pada mencit

hiperkolesterol secara nyata (p <0,05).

Kata Kunci: (Graptophyllum pictum (L.) Griff), kolesterol total, hiperkolesterol

OR-N03

Page 148: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

86

Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Sirih Hitam (Piper sp) pada Mencit

Jantan (Mus musculus)

Arsyik Ibrahim1)

, Lizma Febrina1)

, Esi Oseda Rajagukguk1)

1) Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian efek antihiperurisemia ekstrak etanol daun Sirih Hitam (Piper sp)

menggunakan hewan uji mencit jantan (Mus musculus) bertujuan mengetahui efek ekstrak

etanol daun Piper sp dan menentukan dosis efektif sebagai antihiperurisemia. Uji ini

menggunakan 15 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok perlakuan

sebagai berikut: Kelompok 1: Kontrol negatif Na CMC 0,5%; Kelompok 2: Kontrol positif

Allopurinol dosis 100 mg/70 KgBB; Kelompok 3-5: Ekstrak etanol dosis 50; 250 dan 500

mg/KgBB. Untuk membuat kondisi hiperurisemia pada hewan uji diinduksi kalium oksonat

250 mg/KgBB secara i.p. setiap jam sekali selama 5 jam, dan dosis ekstrak diberikan secara

oral pada jam ke-6. Pengukuran kadar asam urat menggunakan alat tes strip Nesco®

. Analisis

data menggunakan ANAVA dua arah dan uji lanjut Beda Nyata Jujur Duncant (BNJD) pada

taraf kepercayaan α= 0,05 dan 0,01 %. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol daun

Piper sp memiliki efek sebagai antihiperurisemia, dan dosis efektif ekstrak etanol daun Piper

sp sebagai antihiperurisemia adalah dosis 50 mg/KgBB.

Kata kunci: Antihiperurisemia, Kalium Oksonat, dan Sirih Hitam (Piper sp)

OR-N04

Page 149: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

87

Potensi Terapi Kuratif Hiperlipidemia dari Ekstrak Etanolik Daun Bayam Merah

(Amaranthus tricolor l.) terstandar secara In Vivo Berdasarkan Parameter LDL (Low

Density Lipoprotein)

Dimas Adhi Pradana, Faras Sophia Rahmah, Tri Ratna Setyaningrum

Prodi Farmasi Faulultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam

Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi terapi kuratif ekstrak etanolik daun

bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terstandar terhadap penurunan kadar LDL secara in

vivo. Hewan uji yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus Wistar jantan

berusia 2 – 3 bulan yang terbagi secara acak dalam 6 kelompok meliputi kontrol normal,

kontrol negative, control positif dan 3 peringkat dosis eksktrak. Induksi hyperlipidemia

dilakukan pada semua kelompok kecuali kontrol normal dengan menggunakan poloxamer

pada hari ke-1 dan propiltiourasil pada hari ke-5 sampai hari ke-14. Pada kelompok kontrol

positif diberikan terapi simvastatin sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan 3 variasi

dosis ekstrak pada masing – masing kelompok yakni 200mg/kgBB, 400mg/kgBB, dan

800mg/kgBB tikus. Ekstrak etanolik daun bayam merah yang digunakan telah melalui uji

standardisasi berdasarkan parameter spesifik dan non-spesifik. Penetapan kadar LDL plasma

dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0 (baseline), hari ke-4 (setelah proses induksi) dan

hari ke-14(setelah terapi). Hasil yang diperoleh menunjukkan pemberian ekstrak etanolik

bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terstandar pada dosis 800mg/kgBB dapat menurunkan

kadar LDL yang signifikan secara statistik (p<0,05) jika dibandingkan terhadap kelompok

normal dan kelompok negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanolik daun

bayam merah terstandar berpotensi sebagai agen terapi kuratif hyperlipidemia.

Kata kunci: Amaranthus tricolor, Ekstrak Etanolik, Kuratif, LDL, Standardisasi,

OR-N05

Page 150: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

88

In Vitro Solubility of Calcium Kidney Stone by Kelor Leaves (Moringa oleifera Lam.)

Extracts

Yance Anas*, Ali Imron**, Sekar Indah Ningtyas**

*Pharmacology and Clinical Pharmacy Dept. of Pharmacy Faculty of Universitas Wahid

Hasyim,

** Pharmacy Graduate Programe of Universitas Wahid Hasyim

Email: [email protected]

ABSTRAK

Flavonoids in Moringa oleifera leaves suspected had an important role on dissolving

calcium kidney stones. The purpose of this research is to reveal the effect of kelor leave's

methanol extract (KLME) and ethanol extract (KLEE) on the in vitro solubility of calcium

kidney stones. These experimental studies used randomized matched two groups post tests

only design. The Moringa oleifera Lam. leave's simplisia extracted with maceration method.

Methanol and ethanol 70% were used as solvent. An active flavonoid compound in KLME

and KLEE has identified with TLC method. Kidney stone's powder soaked in KLME and

KLEE series concentration (2%, 4%, 6%, 8% and 10%) and incubated for six hours at 37 °C.

The dissolved calcium levels from kidney stones in KLME and KLEE were

analyzed with AAS at a wavelength of 422,7 nm. The result showed that the KLME (2-10)

% and KLEE (4-10%) can enhance the dissolved calcium levels from kidney stones in vitro.

The dissolved kidney stone's calcium in KLME and KLEE deppend on it’s concentration.

The levels of dissolved calcium from kidney stones in KLME dan KLEE series concentration

were (86.27-185,87) ppm and (95.31–177.29) ppm repectively. Statistically, these calcium

levels were bigger than calcium levels from kidney stones in control (60.41) ppm (p<0.05).

The result of TLC analysis showed that the flavonoid found in KLME dan KLEE.

Kata kunci: Calcium kidney stones, Flavonoid, Maceration, Moringa leaves

(Moringa oleifera Lam.)

OR-N06

Page 151: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

89

In Vitro Antiproliferasi Senyawa Tb3 dari Daun Tampa Badak Voacanga Foetida (Bl.)

K. Schum) terhadap Sel Kanker Paru A-549

Adriani Susanty

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

ABSTRAK

Kata kunci:

OR-N07

Page 152: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

90

Evaluasi Aktivitas Antibakeri Metabolit Sekunder Isolat Kapang Endofit Rimpang

Kencur (Kaempferia galanga L)

Shirly Kumala, Pepinawang Wulan.

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tanaman sudah lama dikenal dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati penyakit

infeksi, namun penggunaan tanaman dapat merusak lingkungan. Para peneliti berusaha

mencari sumber lain salah satunya dengan memanfaatkan mikroba. Mikroba yang berada

dalam tanaman dikenal sebagai mikroba endofit. Metabolit sekunder dari mikroba endofit

dapat menghasilkan senayawa yang berpotensi sebagai anti mikroba. Metode yang

digunakan untuk mendapatkan isolat dengan metode tanam langsung. Metabolit sekunder

diperoleh dengan fermentasi goyang menggunakan media PDY (Potato Dextrose Yeast)

selama12 hari. Untuk melihat aktivitas antibakteri digunakan metode difusi agar. Tanaman

yang digunakan adalah kencur(KaempferiagalangaL.), yang mengandung minyak atsiri.

Hasil penelitian diperoleh 8 isolat. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa pada

ekstrak fas en-heksana,etilasetatdann-butanol memilik aktivitas sebagai antibakteri. Isolat

kapang endofit yang paling aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli adalah kapang IKG-r6 danIKG-r2.

Kata kunci: Antibakteri,supernatant metabolit sekunder, kapang endofit, Kaempferia

galanga

OR-O01

Page 153: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

91

Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &

Pav.) pada Mencit Putih Jantan

Yufri Aldi, Atikah Riani dan Meri Susanti

Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tentang uji aktivitas imunomodulator ekstrak etanol daun sirih merah

(Piper crocatum Ruiz & Pav.) telah dilakukan pada mencit putih jantan dengan metoda

carbon clearance. Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) merupakan salah satu

keanekaragaman hayati Indonesia yang mempunyai khasiat sebagai imunomodulator, sejak

lama telah digunakan masyarakat untuk mempertahankan sistem imun tubuh. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan metoda carbon clearance untuk mengukur aktivitas sel-sel

fagosit dalam membunuh organisme patogen yang masuk kedalam tubuh. Dosis uji ekstrak

etanol daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang digunakan 10 mg/kgbb; 30

mg/kgbb; 100 mg/kgbb dan Na CMC 0,5% sebagai kontrol negatif yang diberikan secara oral

selama enam hari. Setelah enam hari karbon diinjeksikan secara intravena pada mencit putih

jantan dan ditentukan indek fagositosisnya. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol sirih merah

(Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang diberikan akan semakin meningkatkan aktivitas

fagositosis yang dihasilkan, dapat dilihat dari nilai indeks fagositosis, bobot limfa relatif, dan

jumlah sel limfosit. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ekstrak etanol sirih merah (Piper

crocatum Ruiz & Pav.) mempunyai kemampuan aktivitas imunomodulator yaitu sebagai

imunostimulan.

Kata kunci: sirih merah, piper crocatum Ruiz & Pav., imunomodulator, metoda carbon

clearance.

OR-O04

Page 154: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

92

Uji Aktivitas Antihiperglikemia Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga (Drymoglossum

piloseillodes (l.) C. Presl) pada Mencit Putih Jantan Yang Diinduksi Streptozotocin

Ria Afrianti, Lola Azyenela, Devi Umar Yani

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas antihiperglikemia dari

ekstrak etanol daun sisik naga (Drygmolossum piloseilloides (L.) C. Presl pada mencit putih

jantan yang diinduksi dengan streptozotocin 45 mg/kgBB. Penelitian ini menggunakan 6

kelompok kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, kelompok pembanding dengan

glibenklamid dosis 5 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan yang diberikan secara peroral

dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kgBB, 300 mg/ kgBB. Pengukuran kadar glukosa darah

dilakukan pada hari ke-0,5,10,15,20 dan 25, dengan menggunakan alat ACCU-CHEK. Data

yang diperoleh di analisa dengan ANOVA dua arah dengan program SPSS17. Hasil analisa

statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun sisik naga (Drygmolossum

piloseilloides (L.) C. Presl pada dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB dapat

menurunkan kadar glukosa darah mencit hiperglikemia secara bermakna (p<0,05), dimana

dosis 300 mg/kgBB merupakan dosis yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah,

karena memberikan efek yang sama dengan pembanding.

Kata Kunci: Drygmolossum piloseilloides L., antihiperglikemia, streptozotocin

OR-O05

Page 155: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

93

Kloning Dan Ekspresi Gen Mer A Dan Overproduksi Protein Mer A Rekombinan

Sebagai Pereduksi Merkuri

Fatimawali

PS Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Merkuri adalah senyawa yang sangat toksik pada manusia. Detoksifikasi merkuri

dapat dilakukan dengan menggunakan protein merkuri reduktase MerA yang diperoleh dari

bakteri resisten merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh protein MerA melalui

transformasi gen merA bakteri resisten merkuri pada sel Escherichia coli BL21 kompeten.

Rangkaian nukleotida gen merA dari bakteri resisten merkuri Klebsiella pneumoniae

isolat A1.1.1 yang telah diperoleh sebelumnya, dioptimasi menggunakan program designer

(www.dna20/com) kemudian gen merA utuh disintesis secara komersial dan diklon pada

vektor plasmid ekspresi pET32b. Selanjutnya plasmid ditransformasi kedalam E. coli BL21

untuk menghasilkan E. coli rekombinan. Overproduksi protein MerA dilakukan dengan

menumbuhkan E. coli rekombinan dalam media cair luria bertani (LB) dan diinduksi dengan

isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG). Protein MerA dianalisa dengan gel

elektroforesis sodium dodesil sulfat poliakrilamid (SDS PAGE).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein MerA dengan ukuran 60 kDa terdeteksi

dengan SDS PAGE. Protein MerA yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan pada

penelitian lebih lanjut pada proses detoksifikasi merkuri secara enzimatik.

Kata kunci: Kloning, Gen merA, Protein MerA, Escherichia coli BL21

OR-O06

Page 156: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

94

Kajian Molekular Gen E6 Dan E7 Human Papilloma Virus (HPV) sebagai Penyebab

Kanker Servik

Marlina1, Andani Eka Putra

2, Yufri Aldi

1, Akmal Djamaan

1, Rustini

1

Email: [email protected]

Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, Sumatera Barat1

Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang, Sumatera

Barat2

ABSTRAK

Karsinoma serviks merupakan salah satu penyakit kanker yang menyerang wanita di

dunia dan penyebab kematian 275.000 pasien setiap tahunnya. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia melaporkan setiap 90-100 dari 100.000 penduduk Indonesia menderita

kanker serviks. Penyebab kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) dan tipe 16

merupakan yang paling banyak menginfeksi wanita di Indonesia. Infeksi HPV mempunyai

potensi dapat menyebabkan transformasi keganasan. Untuk mendisain vaksin terapeutik yang

poten untuk virus HPV, dilakukan kajian variasi molekuler dari HPV yang di peroleh dari

pasien rawat inap dan jalan di RSUP M. Djamil Padang Sumatera Barat. Dua puluh sampel

berupa darah, jaringan, hasil deteksi papsmear, urine dan saliva di kumpulkan dan dilakukan

isolasi DNA menggunakan DNeasy Blood and Tissue kit. Penggunaan primer universal

dilakukan untuk memastikan bahwa sampel mengandung HPV. Gen E6 dan E7 dideteksi

masing-masing menggunakan primer spesifik dengan sequence yaitu 5’-

TTGCTTTTCGGGATTTATGC-3’ untuk forward dan 5’-

AGATCAGTTGTCTCTGGTTGCA-3’ sebagai reverse dengan amplicon 390 bp untuk E6

dan 5’ –ATAATATAAGGGGTCGGTGG-3’ untuk forward dan 5’-

CATTTTCGTTCTGTCATCTG-3’ untuk reverse untuk deteksi gen E7 pada amplicon antara

480-985 bp.

Kata kunci: HPV, kanker serviks, variasi molekuler, metode PCR.

OR-O07

Page 157: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

95

Pengaruh Pemberian Ektrak Etanol Herba Ceplukan (Physalis angulata l.) terhadap

Gangguan Fungsi Ginjal Mencit Putih Jantan

Sri Oktavia1, Surya Dharma

2, Antonyarman

1

1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

1,

2Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ceplukan (Physalis angulata L.) merupakan herba yang tumbuh liar yang banyak

digunakan sebagai pengobatan alternatif berbagai penyakit. Secara empiris, herba ceplukan

digunakan sebagai obat alternatif pada penderita gangguan ginjal. Tumbuhan ini memiliki

berbagai kandungan utama flavonoid dan polifenol yang bersifat antioksidan. Penelitian ini

berupaya melihat pengaruh pemberian ekstrak etanol herba ceplukan terhadap fungsi ginjal

mencit putih jantan. Penelitian ini dilakukan dengan 5 kelompok yaitu kelompok kontrol

postif, kontrol negatif, dosis 375 mg/kgBB, 750 mg/KgBB, dan 1.500 mg/KgBB. Semua

kelompok diinduksi dengan gentamisin selama 7 hari. Kadar kreatinin serum dan

histopatologi ginjal dilakukan pada hari ke 8 dan 16. Kadar kreatinin serum dianalisis secara

statistik menggunakan ANOVA satu arah. Hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan dari masing-masing kelompok dosis. Hasil pemeriksaan histopatologi

memperlihatkan pada dosis 1,500mg/kgBB terjadi perluasan ruang urinarius, perbaikan sel-

sel glomerulus yang mengalami kerusakan, dan berkurangnya sel-sel epitel yang masuk

kedalam lumen tubulus. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol herba ceplukan dapat

memperbaiki gangguan fungsi ginjal.

Kata Kunci: Ceplukan, Physalis angulata L., ginjal, histopatologi, kreatinin.

OR-P01

Page 158: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

96

Studi Mekanisme Efek Extrak Eurycoma Longifolia Pada Metabolisme Rosiglitazone

terhadap Tikus Tua Diabetes Jantan

Purwantiningsih1*, Abas Hj Hussin2,3, Kit Lam Chan2

1Department of Pharmacology & Clinical Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada

University, 55281 Yogyakarta, Indonesia; 2School of Pharmaceutical Sciences, Universiti

Sains Malaysia, 11800 Penang, Malaysia; 3Centre for Drug Research, Universiti Sains

Malaysia, 11800 Penang, Malaysia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Eurycoma longifolia telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai afrodisiak

terutama di Malaysia, Vietnam dan Indonesia. Beberapa studi telah dipublikasikan berkaitan

dengan interaksi obat-herbal tersebut. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak

terstandar dari E. longifolia berpengaruh pada metabolisme rosiglitazone terutama pada tikus

tua jantan baik pada tikus diabetes maupun normal. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi kemungkinan mekanisme ekstrak E. longifolia dalam mempengaruhi

metabolisme rosiglitazone fase I pada hepatosit tikus tua diabetes jantan.

Percobaan dilakukan menggunakan sepuluh jenis stimulan/inhibitor seluler. Tikus tua

jantan diabetes dibagi dalam sepuluh kelompok (n = 6) dan hepatosit diisolasi menggunakan

teknik perfusi. Setiap kelompok memiliki kontrol negatif (diberikan larutan pembawa),

kontrol positif (diberikan inhibitor/stimulan seluler) dan 6 sub-kelompok uji (diberikan

inhibitor/stimulan seluler dan 0,001-100 µg/mL ekstrak E. longifolia). Pengaruh ekstrak E.

longifolia pada metabolisme rosiglitazone fase I ditentukan menggunakan metode kolorimetri

dari Nash pada panjang gelombang 415 nm.

Hasil penelitian menunjukkan, ada pengaruh signifikan dari ekstrak E. longifolia pada

metabolisme rosiglitazone setelah hepatosit tikus diabetes mendapat pra-perlakuan dengan

trifluoperazine, 3-isobutil-methylxanthine/IBMX, phorbol-12-miristat-13-asetat /PMA dan

guanylyl-5 ' -imidodiphosphate/GPP. Tidak ada perubahan signifikan dalam metabolisme

rosiglitazone yang teramati setelah diberi perlakuan KT5823, KT5720, asam okadaic/OKA,

furafyllin, genistein atau L-ornithine.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan efek dari ekstrak E. longifolia pada

metabolisme rosiglitazone fase I pada tikus tua diabetes jantan dimediasi melalui aktivasi

sistem protein-G, PKA di jalur cAMP, kalmodulin dan PKC

Kata kunci: rosiglitazone, Eurycoma longifolia, tikus tua diabetes jantan, studi mekanisme,

stimulan/inhibitor

OR-P02

Page 159: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

97

Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatm Ruiz&Pav)

Emrizal

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

ABSTRAK

Kata kunci:

OR-P03

Page 160: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

98

Ketoksikan Akut Ekstrak Air Eupatorium riparium Reg. pada Mencit Balb/C Dan Tikus

Sprague-Dawley

Nurlaila, Maria Nesy Anggraeni

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi UGM

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tumbuhan Eupatorium riparium Reg. merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat

obat yang memungkinkan dimanfaatkan dengan optimal. Beberapa hasil penelitian dan

penggunaan pada masyarakat memperlihatkan bahwa tumbuhan ini dapat digunakan sebagai

diuretika, antiinflamasi, hepatoprotektor, imunostimulan, antimalaria, dan antiinfeksi. Oleh

karena itu perlu adanya penelitian untuk evaluasi keamanan secara menyeluruh, salah satunya

yaitu penentuan ketoksikan akut ekstrak air E. riparium Reg. pada mencit jantan Balb/C dan

tikus Sprague-Dawley (SD).

Uji ketoksikan akut ini menggunakan metode OECD 423. Hewan uji mencit jantan

galur Balb/C dan tikus jantan galur SD. Hewan uji diberi ekstrak air E. riparium Reg. yang

dimulai dengan dosis 2000 mg/kg BB (mengikuti OECD 423, 2001). Pengamatan dilakukan

24 jam dengan pengamatan intensif pada 4 jam pertama. Semua mencit yang diberi perlakuan

mengalami kematian, sehingga dilakukan penurunan dosis menjadi 300 mg/kg BB juga

menunjukkan kematian pada semua mencit. Kemudian diturunkan lagi menjadi 50 mg/kg

BB, pada dosis ini ada 1 hewan uji yang mati, berdasarkan OECD 423, maka dilakukan

pengujian ulang dengan dosis yang sama. Pada pengujian ulang tidak ada hewan uji yang

mati, kemudian pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari untuk melihat ada tidaknya efek

toksik tertunda. Untuk tikus pada dosis 2000 mg/kg tidak ada tikus yang mati, dilakukan

pengujian ulang juga tidak ada yang mati, sehingga pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari

Dosis dinaikkan 5000 mg/kg BB, ternyata tidak ada hewan yang mati, juga pada pengujian

ulang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi ketoksikan akut (LD50) (cut off) ekstrak

air E. riparium Reg., pada mencit sebesar 200 mg/kgBB dan pada tikus sebesar > 5000

mg/kg BB. Selain itu sediaan uji memperlihatkan gejala toksik berupa gelisah, menjilat,

keberangasan, keterpaksaan gerak, paralisis kaki belakang, dipsnea, dan kematian.

Kata kunci: ekstrak air E. riparium Reg., Ketoksikan akut, LD50, OECD 423.

OR-P04

Page 161: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

99

Efektifitas Estrak Buah Delima (Punica granatum) secara Topikal dalam Proses

Penyembuhan Luka Mukosa pada Tikus Putih (Galur Wistar)

Eka Desnita

Universitas Baiturrahmah, Padang

ABSTRAK

Kata kunci:

OR-P05

Page 162: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

100

Plasmid Pwcmbf8-1 Yang Diisolasi Dari Penghasil Blis Weissella confusa Mbf8-1

Membawa Tiga Buah Gen Penyandi Bakteriosin

Amarila Malik1, Sumayyah

1, Nick C. K. Heng

2

Bagian Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia,

Depok 16424, Depok, Indonesia; 2Sir John Walsh Research Institute, University of Otago,

P.O. Box 647, Dunedin 9054, New Zealand

Email: [email protected]

ABSTRAK

Produksi bakteriosin pada bakteri penghasilnya dilaporkan sebagai terkait plasmid.

Aktivitas Bacteriocin Like Inhibitory Sequence (BLIS) telah banyak dilaporkan dari bakteri

asam laktat. Bakteri penghasil BLIS berpotensi untuk direkayasa dalam rangka memperoleh

peptida antimikroba baru untuk digunakan baik sebagai antimikroba maupun sebagai

komplemen antibiotik dalam kemoterapi bakteri. Weissella confusa MBF8-1, yaitu bakteri

asam laktat yang diisolasi dari limbah kedelai, menunjukkan aktivitas BLIS dengan spektrum

menengah-sempit, yaitu dengan Ptype 410. Esei dilakukan dengan menggunakan uji deferred

antagonism dan menunjukkan aktivitas BLIS terhadap Micrococcus luteus T18 (I1) dan

Lactococcus lactis T21 (I6). Aktivitas juga ditunjukkan terhadap bakteri berkerabat dekat

Leuconostoc mesenteroides TISTR 120. BLIS dari W. confusa MBF8-1 ini stabil pada suhu

hingga 600C namun hanya stabil pada kisaran pH yang sempit, 6-7. Hal yang menarik adalah

bahwa bakteri ini ternyata membawa lebih dari satu gen penyandi bakteriosin pada

plasmidnya setelah dilakukan analisis lengkap data sekuensnya dengan menggunakan whole

genome sequence hasil dari SOLiD dan dengan perangkat lunak penganalisa genom MIRA

versi 4.0. Plasmid pWcMBF8-1, berukuran 17.643 bp, adalah suatu plasmid besar

mengandung dua puluh tujuh open reading frame (ORF) dengan tiga gen penyandi

bakteriosin yang putatif, yang dinamakan bacA, bacB dan bacC. Analisis ORF lainnya

mengungkapkan bahwa plasmid tersebut juga membawa gen penyandi protein imunitas yang

berfungsi sebagai pelindung untuk bakteri penghasil BLIS itu sendiri. Berdasarkan data

sekuen DNA, maka ketiga bakteriosin dapat diproduksi hanya dengan satu langkah, baik

dengan kloning gen ataupun dengan mensintesis peptida pendeknya.

Kata kunci: bakteriosin, BLIS, plasmid, Weissella confusa, peptida antimikroba

OR-P06

Page 163: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

101

Evaluasi Pola Penulisan Resep Pada Pemakaian Obat Tb Paru Anak Selama Triwulan

Pertama 2014 Di Daerah Bandung Timur

Akhmad Priyadi, Siti Nurhasanah, Ruhmah Maulidah Muslihat.

(Sekolah Tinggi Farmasi Bandung)

ABSTRAK

Latar belakang dan tujuan: Evaluasi penulisan resep dalam penggunaan obat

merupakan suatu proses jaminan mutu yang terstruktur yang dilakukan secara terus menerus

dan ditujukan untuk menjamin penggunaan obat yang aman, tepat dan efektif. Usia anak

merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit TB terutama TB paru. TB

Paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah utama di Indonesia maupun di

dunia oleh karena tingginya tingkat prevalensi penderita TB paru yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Mengetahui pola penulisan resep obat TB paru pada anak

selama Triwulan Pertama 2014 di daerah Bandung Timur, secara kuantitatif dan menilai

ketepatan/ketidaktepatan penggunaannya secara kualitatif. Metode: Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang diambil secara retrospektif (Januari-

Maret 2014). Hasil: Dari jumlah resep pada data retrospektif didapatkan hasil dalam

kelengkapan resep yang di tulis oleh dokter tidak memenuhi administrasi, diantaranya tidak

terdapat NSIP (No Surat Izin Praktek Dokter), umur penderita, dan alamat penderita dalam

setiap resepnya. Berdasarkan kelompok pediatric paling banyak pada kelompok balita (1-5

tahun) 79,07%. Hal ini karena disebabkan system kekebalan tubuh yang masih belum stabil,

sehingga sangat rentan terhadap infeksi kuman, bakteri atau virus dari luar. Kesimpulan: Hal

ini menunjukkan bahwa dokter belum melakukan penulisan resep yang memenuhi ketentuan

penulisan resep yang benar secara administratif, jumlah resep obat TB berdasarkan nama obat

presentase yang paling banyak Rimactacid-paed, rekapitulasi jumlah obat berdasarkan

golongan farmakologi-terapi presentase yang paling banyak antituberculosis, dan jumlah

resep obat TB berdasarkan kelompok pediatric presentase yang paling banyak kelompok

balita (1-5 tahun).

Kata kunci: Antituberculosis, Resep, Pediatric (anak)

OR-Q01

Page 164: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

102

Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Hasil Uji Sensitivitas Pada Pasien ICU di RSUP

Fatmawati Bulan Januari – Desember 2014

Magdalena Niken & Anti Dharmayanti

ABSTRAK

Pemilihan penggunaan antibiotik sesuai dengan hasil uji sensitivitas merupakan salah

satu indikator keberhasilan pengendalian resisitensi antibiotik di rumah sakit. ICU merupakan

ruang perawatan yang tepat untuk pemantauan kesesuaian penggunaan antibiotik dengan

hasil uji sensitivitas, karena hampir 95% pasien menggunakan antibiotik, serta munculnya

kasus multi-drug resistant organism (MDRO) dimana penggunaan antibiotik menjadi tidak

sensitif lagi dalam melawan infeksi, atau disebut dengan resistensi antibiotik (Sjamsiah,

2007). sehingga mengakibatkan perpanjangan lama waktu rawat, serta meningkatkan risiko

kematian dan bahkan menjadi sumber penularan infeksi bagi pasien lain.

Penelitian dilakukan dengan metode analisa deskriptif terhadap data rekam medis

pasien yang dirawat di ICU bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2014. Penggunaan

antibiotic dikatakan sesuai apabila pasien menggunakan antibiotik yang masih sensitive atau

intermediet (jika hasil uji sensitivitas tidak ada yang sensitif). Penggunaan antibiotika

dikatakan tidak sesuai jika ketika hasil uji sensitifitas keluar masih menggunakan anitbiotika

yang resisten padahal masih ada pilihan lain. Ketidaksesuaian juga dapat terjadi jika

antibiotik yang sensitif dikombinasi dengan antibiotik yang tidak sesuai dengan kumannya

dan atau resisten, atau masih ada antibiotika yang lebih efektif.

Hasil menunjukan bahwa penggunaan antibiotik di ICU periode bulan Januari–

Desember tahun 2014 sebesar 65,31 % penggunaan antibiotik pada pasien sesuai dengan

hasil uji sensitivitas, 20,99% penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dan 13,70 % sesuai

dalam penggunaan namun kurang relevan.

OR-Q02

Page 165: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

103

Studi Perbandingan Pemakaian Obat Antibiotika Dari Resep Racikan Pada Pasien

Anak Di Dua Apotek Wilayah Bandung Timur Periode Januari – Maret 2014

Wecking, Noval

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung; Bandung, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemakaian antibiotika dari

resep racikan untuk pasien anak di dua Apotek wilayah Bandung Timur. Penelitian ini

menggunakan metode retrospektif dengan cara skrining resep, meliputi penetapan klasifikasi

pasien anak, kriteria pengkajian resep dan penetapan kriteria obat. Pengumpulan data periode

Januari - Maret 2014 dan pengolahannya secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan

pemakaian antibiotika untuk anak menurut jumlah resep, apotek (A) yaitu 361 yang lebih

banyak dari pada apotek (B) dengan 83 resep. Berdasarkan proporsi jumlah resep racikan

apotek (B) dengan 59% lebih besar dibandingkan apotek (A) dengan 56%. Pasien anak laki-

laki yang memakai antibiotika resep racikan terbanyak adalah sebesar 52,63% pada apotek

(A) dan 63,86% pada apotek (B). Rentang usia terbanyak ialah (> 2,5 – 5 tahun) pada apotek

(A) dan (> 5 – 11 tahun) pada apotek (B). Resep yang diterima oleh apotek (A) dan apotek

(B) memenuhi kelengkapan administrasi sebesar 55,6%, memenuhi kesesuaian farmasetik

berdasarkan bentuk sediaan, namun tidak diketahui kesesuaian dosis dan stabilitas racikan

pada pasien anak. Pertimbangan klinis berupa adanya riwayat alergi dan efek samping belum

diketahui pada pasien anak dan pada interaksi obat antibiotika yang diberikan tidak

menimbulkan potensi merugikan. Golongan antibiotika terbanyak yang diresepkan adalah

sefalosporin sebesar 95,84% pada apotek (A) dan 48,19% pada apotek (B). Obat antibiotika

terbanyak yang digunakan pada apotek (A) adalah cefadroxil sebesar 63,99% dan pada

apotek (B) adalah amoxicillin dan cotrimoxazole sebesar 24,10%. Kesimpulan pada dua

apotek ini masih banyak ditemukan pemakaian antibiotika dalam resep racikan untuk pasien

anak baik dari segi jumlah maupun itemnya, dimana apotek (A) lebih banyak dibandingkan

apotek (B).

Kata Kunci: pemakaian antibiotika, resep racikan, pasien anak

OR-Q03

Page 166: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

104

Perbandingan Harga Obat Generik Dalam Sistem E-CATALOGUE 2013 Dengan

Harga Keputusan Menteri Kesehatan No. 094/2012, DPHO PT. Askes 2013,

International Reference Price 2012 dan Harga Pengadaan Obat di RS Persahabatan

Yusi Anggriani1, Ardiyanti Puspitasari

1, Sri Sulistyati

2

1Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

2Rumah Sakit Persahabatan

ABSTRAK

Obat adalah salah satu komponen penting dalam dalam pelayanan kesehatan. Untuk

menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat. Pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan

meluncurkan sistem pengadaan obat terbaru e-catalogue yaitu pengadaan secara elektronik

dengan harga yang telah ditetapkan melalui tender atau negosiasi oleh Kementrian

Kesehatan. Perlu dilakukan evaluasi untuk melihat apakah harga obat dengan sistem e-

catalogue lebih murah dibanding dengan harga pengadaan dengan sistem dan kebijakan lain.

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan harga pengadaan obat generik e-

catalogue 2013 dengan KMK No. 094 tahun 2012, DPHO PT. Askes 2013, International

Reference Price (IRP 2012) dan harga pengadaan RSUP Persahabatan Tahun 2013.

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diambil adalah harga

pengadaan obat generik e-catalogue, KMK No. 094 tahun 2012, DPHO PT. Askes 2013,

harga obat IRP Tahun 2012, dan Laporan Pengadaan obat. Data yang telah terkumpul

diorganisasikan dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil analisa berupa rasio. Rasio <

1 menunjukkan bahwa harga obat e-katalog lebih murah.

Hasil evaluasi menunjukkan rasio harga pengadaan obat generik dengan e-catalogue

dibanding dengan KMK No. 094 tahun 2012 (0,18-2,38), rasio e-catalogue dengan DPHO

PT. Askes tahun 2013 harga termurah (0,24-3,38), rasio e-catalogue dengan DPHO PT.

Askes tahun 2013 harga termahal (0,08-2,47), rasio e-catalogue dengan IRP 2012 (0,06-

32,88), dan rasio KMK dengan Harga Pengadaan RSUP Persahabatan (0,07-9,14), rasio e-

catalogue dengan Harga Pengadaan RSUP Persahabatan (0,06-6,25), rasio DPHO PT. Askes

dengan Laporan Pengadaan RSUP Persahabatan (0,05-32,79). Studi menyimpulkan bahwa

secara umum (lebih dari 50% jenis obat) harga pengadaan dengan sistem e-catalogue lebih

murah dibandingkan dengan KMK 2012, IRP, dan harga pengadaan RSUP Persahabatan,

namun masih ada harga obat yang lebih mahal dibanding dengan harga bukan e-katalog.

Kata kunci: Harga Obat Generik, E-catalogue, KMK No. 094 tahun 2012, DPHO, IRP.

OR-Q04

Page 167: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

105

Drug Related Problems In Stroke Patient At The Integrated Building a RSUPN dr.

Cipto Mangunkusumo

Rika Sari Dewi1, Yulia Trisna

2, Syamsudin

3

Email: [email protected]

Master of Pharmaceutical Science, Faculty of Pharmacy, Pancasila University1, Cipto

Mangunkusumo Hospital2, Department of Pharmacology, Faculty of Pharmacy Pancasila

University 3

ABSTRAK

Background: Drug-related problems can give impact to the results of the therapy

during treatment and failure to achieve a successfull therapy. In stroke patient, it is very

important to monitor the therapeutic that is being done consider many of type of drugs,

comorbidity and length of stay to recover patient’s condition.

Objective: This research is to determine the type of drug-related problems as well as

its percentage on the treatment of stroke’s patients in inpatient unit at the RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo, find out the relation of drug-related problems incidence in stroke patients

against types of drugs, comorbidity and length of stay, and know the type of

recommendations given by pharmacists to prevent or resolve drug-related problems.

Methods: This study was conducted by using descriptive analytical design by

collecting the data prospectively towards reachable population, that is all of the stroke

patients who are hospitalized at the building A of RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. The

data of stroke’s patients obtained from patient medical records containing their demographic

data, such as age, gender, history of the disease and their history of drug use. The lack of data

was completed by observing the condition of the patient, interviewing with doctors,

pharmacists and nurses. After obtaining the data, the researcher conducted research to drug-

related problems, calculated its percentage, analyzed the relation of drug-related problems

with the type of drugs, comorbidity and length of stay and type of recommendations can be

given by pharmacist.

Results: From 86 hospitalized stroke’s patient, the researcher discovered that 76

patients experienced drug-related problems (88.4%) and 10 patients did not experience any

drug-related problems (11.6%). Type of drug-related problems that occurred were 54.0%

drug interactions, 33.1% too-high dosage, 7.3% no-need drug’s therapy, 1.6% too-low

dosage, 1.6% additional therapy needed, 1,6% failure of obtaining the drug and 0.8% wrong

drug therapy. From the analysis conducted by the chi square test method, the results are; there

is a relation between the type of drug to the incidence of drug-related problems, no

correlation between comorbidities to the incidence of drug-related problems and no

correlation between length of stay with incidence of drug-related problems. The most

frequent recommendations given by pharmacist to the health workers are they need to modify

the interval/frequency/time.

OR-Q05

Page 168: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

106

Kata kunci: drug-related problems, stroke patients, type of drugs, comorbidities, length of

stay, recommendation

Page 169: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

107

Perbandingan Kejadian Hipoglikemia Pada Penggunaan Insulin Bolus Dan Insulin

Bolus Basal Pada Pasien Diabetes Nefropati Dengan Hiperglikemia

Budi Suprapti*, Novy Aryanti*, Agung Pranoto**, Wenny Putri Nilam Sari*, Fathia R*

*Departemen Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia,

** Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah

Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pada diabetes nefropati (DN) progresivitas kerusakan ginjal sangat ditentukan oleh

kontrol gula darah. Disisi lain penurunan fungsi ginjal akan menyebabkan perubahan

eliminasi, farmakodinamika insulin, dan respon glukoneogenik terhadap hipoglikemia.

Dilaporkan resiko hipoglikemia pada pasien gangguan ginjal kronik 5 kali dibanding tanpa

gangguan ginjal sehingga penggunaan insulin basal (long acting insulin) pada pasien ini

masih diperdebatkan. Penelitian ini bertujuan membandingkan kejadian hipoglikemia dan

capaian gula darah basal pada penggunaan insulin bolus dan bolus basal pada pasien DN

hiperglikemia.

Metode penelitian acak terkontrol, subyek dibagi dalam kelompok bolus dan bolus

basal masing-masing terdiri 16 pasien. Kriteria inklusi pasien DN stadium 3–5 dengan atau

tanpa hemodialisis (HD), laki-laki/ perempuan, usia 18–65 tahun, kadar gula darah (GD) saat

MRS dalam rentang 140-400 mg/dL. Kriteria eksklusi: hiperkalemia dan ketoasidosis. Dosis

disesuaikan kadar GD. Pemeriksaan GD basal dilakukan pada preprandial pagi, menjelang

tidur (bed time-jam 10 malam) dalam 3 hari berturutan dan GD overnight dilakukan pada hari

ke 3 jam 03.00.

Hasil menunjukkan pada hari ke-1 tidak ada kejadian hipoglikemia baik pada GD

preprandial pagi dan bed time pada kedua kelompok. Hari ke-2 tidak terjadi hipoglikemia

pada GD preprandial pagi di kedua kelompok, tetapi terjadi hipoglikemia ringan GD bed time

pada 6,3% pasien kelompok bolus basal. Pada hari ke 3 terjadi hipoglikemia ringan GD

preprandial pagi pada 6,3% pasien kelompok bolus, sedangkan pada GD bedtime dan

overnight tidak ada kejadian hipoglikemia. Penggunaan insulin basal secara umum

meningkatkan capaian target GD preprandial pagi, bed time maupun overnight. Capaian

target GD preprandial pagi hari ke 3 kelompok bolus basal lebih besar dibanding kelompok

bolus (p=0,045. Kejadian hipoglikemia pada penggunaan insulin bolus dan basal bolus tidak

berbeda, namun penambahan insulin basal meningkatkan pencapaian target GD.

Kata kunci: Hipoglikemia, insulin bolus, basal-bolus, diabetes nefropati, gula darah

preprandial, bed time, overnight

OR-Q06

Page 170: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

108

Resistensi Bakteri Terhadap Sefalosporin Di Poliklinik THT dr. M. Djamil Padang

Rustini1, Yan Edwar

2, Novialdi

2, Sufita Hariyanti

1dan Aivi Yola Dwiputri

1

1Fakultas Farmasi Universitas Andalas,

2Bagian THT RSUP Dr. M. Djamil Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penentuan resistensi bakteri terhadap beberapa sefalosporin di poliklinik THT Rumah

sakit Dr. M. Djamil Padang telah dilakukan antara bulan Juni – Agustus 2014.Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengisolasi bakteri dan menentukan pola resistensinya terhadap

beberapa jenis sefalosporin. 41 isolat bakteri didapat dari swab tonsil pasien tonsillitis dan

secret telinga pasien otitis eksterna. Teknik kultur dan biokimia digunakan untuk

mengidentifikasi isolat. Dari 41 isolat, 19 (46,3%) resisten terhadapCeftriaxon, 15 (36,6 %)

terhadap Ceftazidime, 16 (39,0%) terhadap Cefotaxime, 11 (26,8%) terhadap Cefixime, 28

(68,3%) terhadap Cephalotine dan 28 (68,3%) terhadap Cephadroxil. Pseudomonas

aeruginosa resisten terhadap semua sefalosporin, 10 (71,4%), 8 (57,1%), 10 (71,4%), 7

(50%) terhadap Seftriakson, Seftazidim, Sefotaksin, Sefiksim secara berturut-turut dan

resisten 100 % terhadap Sefalotin dan Sefadroksil. Staphylococcus aureus resisten 4 (40%), 2

(20%), 2 (20%), 5 (50%), 50 (50%) terhadap berturut-turut Seftriakson, Seftazidim,

Sefotaksim, Sefalotin, Sefadroksil dan sensitif terhadap sefiksim. Klebsiellasp resisten 4

(33,3%) terhadap Seftriakson, Seftazidin, Sefotaksim, Sefiksim, 8 (66,7%) terhadap Sefalotin

dan 9 (75%) terhadap Sefadroksil. Staphylococcus epidermidis sensisitf terhadap Sefotaksim,

Sefiksim dan Sefadroksil, dan resisten 1 (50%) terhadap Seftriakson, Seftazidim dan

Sefalotin sedangkan Streptococcus sp sensitive terhadap semua sefalosporin yang diujikan.

Semua isolat memperlihatkan resistensi yang tinggi terhadap Sefalotin dan Sefadroksil.

Untuk penderita tonsillitis dan otitis eksterna disarankan tidak menggunakan kedua jenis

sefalosporin tersebut, sebaliknya yang paling efektif untuk semua isolate adalah sefiksim.

Kata kunci; Sefalosporin, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Klebsiellasp,

Streptococcus sp, Staphylococcus epidermidis, resistensi

OR-Q07

Page 171: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

109

Study Penggunaan Antibiotik Profilaksis di RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Mariyatul Qibtiyah *, Harry Parathon **, Fendy Matulatan***

*Department of Pharmacy, Dr. Soetomo Teaching Hospital, Surabaya

**Department of Obstetri and Gynecology, Dr.Soetomo Teaching Hospital, Surabaya

***Departement of General Surgery, Dr.Soetomo Teaching Hospital, Surabaya

On behalf of PPRA Team Dr. Soetomo Teaching Hospital and Faculty of Medicine Airlangga

University Surabaya

ABSTRAK

Latar belakang: Infeksi daerah operasi merupakan infeksi paska operasi yang dapat

menyebabkan morbiditas, mortalitas dan peningkatan biaya perawatan. Faktor risiko

terjadinya infeksi daerah operasi dapat berasal dari pasien sendiri, lingkungan, saat operasi

dan perawatan paska operasi. Penggunaan antibiotik profilaksis merupakan salah satu cara

menurunkan kejadian infeksi daerah operasi dan efektivitasnya tergantung indikasi,

pemilihan jenis antibiotik, rejimen dosis dan cara pemberian yang tepat. Tujuan:

Mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada operasi elektif di RSUD Dr.Soetomo.

Metode: Pengambilan data dilakukan secara prospektif pada operasi elektif secara acak di

bulan April 2014. Form lembar pengumpul data profilaksis diisi segera setelah operasi selesai

di kamar operasi oleh dokter operator, kemudian form dianalisis dan di kaji oleh tim

reviewer. Kriteria inklusi yaitu kasus operasi elektif dari bagian bedah dan obstetri

ginekologi. Hasil: Terkumpul 144 kasus operasi elektif terdiri dari kasus bedah 96 kasus

operasi dan Obgyn 48 kasus operasi. Jenis antibiotik profilaksis pada kasus bedah adalah

Cefazolin 37%, Cefuroxim 27%, Ceftriaxon 28%. Antibiotik profilaksis pada kasus Obgyn

adalah Cefazoline 100%. Berdasarkan Gyssens, kualitas penggunaan profilaksis di bagian

bedah appropriate 64%, pemilihan kurang tepat 22%, penggunaan terlalu lama 4% dan tidak

ada indikasi 4%. Sedangkan di bagian Obgyn appropriate 33%, waktu pemberian kurang

tepat 59%, penggunaan terlalu pendek 6%, dan pemilihan kurang tepat 2%. Kesimpulan:

Jenis antibiotik profilaxis yang terbanyak digunakan adalah Cefazoline pada kasus operasi

bersih dan bersih terkontaminasi. Penggunaan yang tepat berkisar 33%-6$%. Pemantauan

penggunaan antibiotik profilaksis perlu dilakukan secara berkala.

Kata kunci: Evaluation, Antibiotic prophylaxis

OR-R01

Page 172: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

110

Evaluasi Kesesuaian Dosis Levofloksasin Pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Stadium

Dua

Muslim Suardi1, Raveinal

2 , Della Rosalynna Stiadi

1

1Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

2Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian mengenai evaluasi kesesuaian dosis levofloksasin pada pasien gangguan

fungsi ginjal stadium dua telah dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode penelitian

yang digunakan adalah deskriptif secara retrospektif. Sampel yang dipilih adalah rekam

medis pasien gangguan fungsi ginjal stadium dua yang memperoleh terapi levofloksasin dan

dirawat inap dalam bulan Januari hingga Desember 2013. Kesesuaian dosis dihitung melalui

perhitungan farmakokinetika menggunakan metoda Guisti-Hayton. Data mengenai kondisi

dan hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh dari rekam medis pasien. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dosis terapi levofloksasin yang diberikan pada pasien sesuai dengan

dosis yang telah dihitung secara farmakokinetika.

Kata kunci: dosis levofloxacin, gangguan fungsi ginjal, farmakokinetika.

OR-R02

Page 173: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

111

Evaluasi Penggunaan Obat Antidiabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Suatu

Rumah Sakit Pemerintah (Antidiabetic Usage Evaluation on Type-2 Diabetes Mellitus

Patients in a Public Hospital)

Dedy Almasdy1, Dita Permata Sari

1, Suharti

1 dan Nina Kurniasih

2

1 Fakultas Farmasi Universitas Andalas

2 RSUD Dr. Rasidin Padang

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) tipe-2 adalah gangguan metabolisme kronis yang

prevalensinya terus meningkat. Keberhasilan penanganan penyakit ini tidak hanya ditentukan

oleh ketepatan penanganan secara medis, tapi juga ditentukan oleh ketepatan dalam

penggunaan obat. Penelitian ini berupa kajian deskriptif terhadap ketepatan penggunaan obat

antidiabetik pada pasien DM tipe-2 pada suatu rumah sakit pemerintah di Kota Padang –

Sumatera Barat, dengan menggunakan data prospektif. Evaluasi terhadap ketepatan

penggunaan obat didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan, meliputi beberapa indikator,

yaitu; ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan regimen dosis dan ketepatan rute

pemberian. Evaluasi juga dilakukan terhadap terjadinya interaksi obat. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa penggunaan obat antidiabetik pada pasien DM tipe-2 di rumah sakit

tersebut 100% tepat indikasi dan tepat rute pemberian. Evaluasi terhadap ketepatan penderita

dan regimen dosis masing-masingnya hanya sebesar 95.59% dan 40,82%. Selain itu juga

dijumpai adanya interaksi obat.

Kata Kunci: evaluasi penggunaan obat, antidiabetik, diabetes mellitus, farmasi rumah sakit

OR-R03

Page 174: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

112

Analisis Efektifitas Obat Dan Analisis Efisiensi Biaya dalam Penggunaan Antibiotik

Cefadroxil Dan Amoxycillin Pada Pasien Pasca Bedah Caesar Di Rspad Gatot Soebroto

Tahun 2012

Delina Hasan1, Satya Chandra Indra Yanih

2, Wahyudi Uun Hidayat

3

1Pengajar Prodi Farmasi, FKIK, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta

2Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang, Banten

3Fakultas Farmasi Uiniversitas Pancasila, Lenteng Agung, Jakarta

ABSTRAK

Latar Belakang. Melahirkan seorang bayi adalah kodrat seorang ibu, namun tidak semua ibu

bisa melahirkan dengan lancar, tidak sedikit ibu yang meninggal dunia saat melahirkan,

bahkan ini salah satu penyumbang AKI di Indonesia. Untuk mencegah kematian ibu saat

melahirkan salah satu dengan melakukan bedah caesar. Untuk mencegah terjadinya infeksi

pada bedah caesar dokter memberikan antibiotik. Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto antibiotika yang sering diberikan adalah Amoxycillin dan Cefadroxyl, namun

belum diketahui efektifitas dan efisiensi kedua obat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi biaya dari kedua antibiotika (Amoxycillin dan

Cefadroxil) yang digunakan pada pasien pasca bedah caesar di Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto. Metode Penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari rekam medik pasien

yang melakukan bedah caesar di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dan

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel yang memenuhi kriteria & inklusi

setelah dihitung sebesar 96 digenapkan menjadi 100 pasien, yang dibagi dalam 2 kelompok,

kelompok I yang mendapatkan Cefadroxil dan kelompok II yang mendapatkan Amoxycillin.

Analisis Data dilakukan dengan pendekatan Biostatistik (analisis Univariat dan Chi-Squaer)

dan Farmakoekonomi dengan metode (Cost effectiveness analysis). Output yang dihasilkan

adalah Infeksi luka operasi yang dapat dicegah dan Recovery serta Unit cost dari

Amoxycillin dan Unit cost Cefadroxil. Hasil Penelitian: Pasien yang mendapatkan

Cefadroxil lama hari rawat yang 3 hari dan tidak terjadi infeksi serta recovery sebanyak 39

orang sedangkan yang mendapatkan amoxycillin sebanyak 33 orang. Pasien yang

mendapatkan Cefadroxil unit costnya sebesar Rp 7.916.721,76 sedangkan pada pasien yang

mendapatkan Amoxycillin unit costnya Rp 7.959.710,48 Kesimpulan: Pasien yang

mendapatkan antibiotika Cefadroxil lebih efektif dari pada pasien yang mendapatkan

amoxycillin dalam mencegah infeksi luka pasca bedah dan recovery. Pasien yang

mendapatkan antibiotika Cefadroxil lebih efisien dari pada pasien yang mendapatkan

amoxycillin dalam mencegah infeksi luka pasca bedah dan recovery.

Kata Kunci: Bedah Caesar, Efektif, Efisien, Cefadroxil, Amoxycillin, dan Recovery

Kebijakan Review Antimikroba – Kajian pada Penggunaan Antimikroba Dan Luaran

Klinis

OR-R04

OR-R05

Page 175: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

113

Zamrotul Izzah1, Lisa Boateng

2

1Departemen Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Indonesia

2Departemen Farmasi, Barts Health NHS Trust, London, United Kingdom

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kebijakan review antimikroba dilaksanakan pertama kali pada Oktober 2010 di rawat

inap medis akut dan trauma rumah sakit. Kebijakan tersebut kemudian diimplementasikan

sepenuhnya di rumah sakit sejak Januari 2011 dengan tujuan untuk mendorong penggunaan

antimikroba yang bijaksana dan hati-hati serta mencegah penggunaan yang berlebihan.

Penerapan kebijakan sangat membutuhkan komitmen dokter dan apoteker untuk secara rutin

mengkaji peresepan antimikroba yang tidak disertai durasi spesifik dengan penggunaan label

“5 hari stop otomatis” sebagai bentuk pemberitahuan pada klinisi untuk mengkaji kembali

penggunaan antimikroba pada rekam medik dan kartu catatan obat pasien. Pola penggunaan

dan luaran klinis sejak penerapan kebijakan secara penuh belum diketahui. Oleh karena itu

audit dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penerapan kebijakan pada pola penggunaan

antimikroba, durasi terapi, dan insiden terjadinya diare karena Clostridium difficile yang

umum terjadi pada penggunaan antibiotik berlebihan. Audit dilaksanakan dengan mengambil

sampel pasien yang menjalani rawat inap pada bulan Januari hingga Februari 2011 dan

menerima terapi antimikroba. Data dikumpulkan secara retrospektif dan diambil dari rekam

medik dan kartu catatan obat pasien. Luaran yang dievaluasi meliputi jenis antimikroba,

durasi terapi, dan bukti kejadian diare karena C. difficile. Luaran tersebut juga dibandingkan

dengan data tahun sebelumnya. Sebanyak 117 antimikroba diresepkan pada 83 pasien dan

46,6% diantaranya ditujukan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan. Durasi median

penggunaan antimikroba adalah 5 hari. Penggantian rute dari intravena ke oral menurunkan

jumlah penggunaan antimikroba injeksi. Walaupun demikian, perubahan tersebut tidak

menunjukkan pengaruh konsisten implementasi kebijakan pada penurunan konsumsi

antimikroba di tingkat ruangan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tidak dijumpai

kejadian diare karena C. difficile selama periode penelitian namun menunjukkan penurunan

angka selama tahun 2011. Hasil audit tersebut menunjukkan kebijakan review antimikroba

mampu menurunkan durasi penggunaan antimikroba, rute penggunaan intravena, dan insiden

diare karena C. difficile.

Kata kunci: antibiotik, antimicrobial stewardship, Clostridium difficile

Page 176: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

114

Rekomendasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Komplikasi

Gangren: Studi Retrospektif Pada Salah Satu Rumah Sakit Di Kota Bandung

Derisha A. Putri, Dika P. Destiani, Rizky Abdulah

Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,

Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pemilihan antibiotik empirik yang tidak tepat pada pasien infeksi kaki diabetik dapat

menyebabkan amputasi daerah ektremitas bawah, sehingga menurunkan kualitas hidup

pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para praktisi kesehatan dalam menentukan

rekomendasi antibiotik empirik untuk pengobatan pasien non-insulin-dependen diabetes

mellitus with peripheral circulatory complications. Penelitian dilakukan secara retrospektif

menggunakan studi populasi yang diperoleh dari rekam medis pasien non-insulin-dependen

diabetes mellitus with peripheral circulatory complications pada periode januari 2011 hingga

juli 2014 di salah satu Rumah Sakit di Kota Bandung. Antibiotika empirik yang paling sering

digunakan adalah metronidazole, ciprofloxacin, ceftriaxone, ampicilin dan cefazoline dengan

56% ciprofloxacin, 50.3% ceftriaxone dan 48.4 % cefazoline dinyatakan resisten terhadap

data hasil kultur kuman. Bakteri Eschericia coli yang merupakan kuman flora normal pada

manusia merupakan bakteri pada peringkat pertama yang menginfeksi 23.6% subjek

penelitian, diikuti dengan bakteri patogen Klebsiella pneumoniae 21,6%, bakteri flora normal

Staphylococcus aureus 13,4% dan Pseudomonas aeruginosa 6,4%. Methicillin-resistant S.

aureus (MRSA) dan Eschericia coli ESBL (Extended spectrum beta lactamase) ditemukan

pada populasi subjek penelititan dalam jumlah yang tidak signifikan. Dari penelitian ini dapat

direkomendasikan bahwa bakteri gram negatif sensitif terhadap piperacilin-tazobactam dan

amikacin, sedangkan bakteri gram positif sensitif terhadap imipenem, cefadroxyl, linezolide,

cefazoline dan amoxcilin-clavulanate. Antibiotik spektrum luas yang sensitif terhadap bakteri

gram positif dan negatif adalah levofloxacin, ampicilin-sulbactam, ciprofloxacin, ceftriaxone,

cefepime. Sedangkan vancomycin dapat digunakan untuk pasien dengan resiko MRSA.

Kata kunci: Sistem wagner, antibiotika empirik, non-insulin-dependen diabetes mellitus with

peripheral circulatory complications, resistensi antibiotik, sensitivitas antibiotik, bakteri

patogen.

OR-R06

Page 177: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

115

Pola Penggunaan Antibiotika Pada Sepsis Neonatal Di Ruang Perina RSUP Fatmawati

Periode Januari-Februari 2015

Setianti Haryani

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Email: [email protected]

ABSTRAK

Sepsis neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi

selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan

sepsis bayi baru lahir. Pemberian antibiotika yang sesuai merupakan salah satu kriteria dalam

tata laksana sepsis. Kesulitan mendapatkan hasil kultur berupa jenis bakteri dan uji kepekaan

antibiotika dengan segera menyebabkan masalah pada pemilihan jenis, waktu dan lama

pemberian antibiotika, sehingga pemberian antibiotika hanya berdasarkan empiris yang

berpotensi menimbulkan resistensi dikemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pola penggunaan antibiotika pada pasiensepsis neonatal di ruang perina.

Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan pencatatan langsung dari medical record

pasien. Sebanyak 27 sampel dianalisa terkait kelengkapan data laboratorium atau hasil kultur.

Terdapat 59% bayi perempuan dan 41% bayi laki-laki. BBLR 52 %, selebihnya 48% bayi

lahir dengan berat normal. Hasil laboratorium menunjukkan angka trombosit berkisar antara

7-98 (103/mm

3), CRP antara 0,2-13 ( ). Dari 14 sampel dengan hasil kultur darah positif

didapatkan jenis kuman terbanyak adalah Pseudomonas luteola (36%), diikuti oleh

Burkholderia cepacia (36%) dan Klebsiella ozaneae (7%), Serratia ficaria (7%),

Acinetobacter baumanii (7%) dan Staphylococcus epidermidis (7%).Penggunaan antibiotik

kombinasi Amoksisillin dan Gentamisin sebagai pengobatan lini pertama pada pasien perina

sebanyak 85%, diikuti tahap lini kedua penggunaan kombinasi Cefotaksim dan Mikasin

(85%), Ampicillin-Sulbactam (11%), Fosfomycin (4%) berikutnya sebagai lini ketiga

penggunaan Ceftazidim (48%), Imipenem-Cilastatin Na (11%), Meropenem (7%).

Kata kunci: sepsis neonatal, antibiotika, BBLR, CRP

OR-R07

Page 178: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

116

Interaksi Obat Pada Pasien Kanker Dengan Terapi Paliatif Rawat Inap Di Rumah

Sakit Kanker Dharmais Periode April – Juni 2013

Numlil Khaira Rusdi1, Priyanto

1, Rizka Andalucia

2, Sitti Hajjar

2

1Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA, Jakarta

2Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta

ABSTRAK

Berdasarkan data Departemen kesehatan (Riskesdas), prevalensi penyakit kanker di

Indonesia adalah 4,3 per 1000 orang penduduk. Gejala kanker sulit dideteksi sejak dini,

sehingga penanganan kanker umumnya sudah pada stadium lanjut. Pengobatan kanker

stadium lanjut dikenal dengan pengobatan paliatif. Terapi paliatif meliputi terapi simtomatis

mengurangi rasa nyeri, mual, lelah, dan keluhan lainnya. Penggunaan bermacam-macam obat

secara bersamaan yang diberikan dalam terapi paliatif ini memungkinkan terjadinya interaksi

obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengobatan kanker paliatif dan

meneliti kemungkinan terjadinya interaksi obat. Penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan data pasien kanker paliatif di ruang rawat VIP/VVIP, kelas I, kelas II, dan

kelas III. Data pemakaian obat dari catatan dimasukkan ke software Drug Interaction Facts

2013 dan Stockley’s Drug Interactions Pocket Companion 2010. Hasil penelitian

menunjukkan dari 44 pasien didapatkan 37 pasien (84%) mengalami kejadian interaksi obat.

Dari 149 kasus interaksi obat, perubahan efek yang terjadi akibat interaksi obat adalah 64%

terjadi peningkatan toksisitas dan 36% penurunan efek terapi. Dilihat dari potensi interaksi

pada tingkat signifikansi 1 sebanyak 5 kejadian (3%) dan tingkat signifikansi 2 sebanyak 60

kejadian (40%) dengan tingkat keparahan berdasarkan kategori berat (major) sebesar 3%,

sedang (moderate) 75%, dan kecil (minor) 22%.

Kata Kunci: Interaksi Obat, Kanker, Paliatif

OR-S01

Page 179: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

117

Analisis Dosis Terapi Rumatan Metadon, Metadon Diberi Bersama

Antiretroviral/Antituberkulosis pada Saat Awal, Setelah 2 Minggu dan 3-6 Bulan

Diberikan di Rsko Jakarta

Tahoma Siregar

Prodi Farmasi FMIPA ISTN, Jakarta

ABSTRAK

Kata kunci:

OR-S02

Page 180: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

118

Stability Evaluation of Crushed Antituberculosis Tablets

Azrifitria,1 Mulyani Titi,

2

1Pharmacy Department of Islamic State University, Jakarta

2Pharmacy Department of Hospital UIN Syarif hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Purpose: The purpose of this study was to determine the physical and chemical stability of

crushed antituberculosis (isoniazid and rifampicin) tablets to ensure the quality. Methods:

The Isoniazid and rifampicin tablets that crushed using a mortar and pestle were redeemed at

hospital’s drugstore by prescribing simulation. The physical stability parameter of colour,

smell, flavor and weight change were calculated. The physical and chemical stability of

isoniazid that mixed with vitamin B6 and rifampicin and rifampicin alone were kept at two

different temperatures (8 degrees C and 27 degrees C) for 4 weeks and quantified every week

by using high-performance of liquid chromatography method.. Thin layer chromatography

(TLC) was used for qualitative analysis. Result: No significant changes in physical

appearance or colour, smell, flavor and were observed during the study. Weight homogeneity

was low and relative standard deviation > 6%. The crushed Isoniazid and rifampicin tablets

showed a different of Rf values at 4th week compared at zero week at 8 and 27 degrees C

storage. A significant decreases in concentration of crushed isoniazid tablets that mixed with

vitamin B6 and rifampicin from initial concentration at 2nd, 3rd, 4th week at the 8 degrees C

storage (p ≤ 0,05). A significant decreases in concentration of crushed isoniazid tablets that

mixed with vitamin B6 and rifampicin from initial concentration at 1st, 2nd, 3rd, 4th week at

the 27 degrees C storage (p ≤ 0,05). A significant decreases in concentration of crushed

rifampicin tablets that mixed with isoniazid and rifampicin alone from initial concentration at

1st, 2nd, 3rd, 4th week at 8 and 27 degrees C storage (p ≤ 0,05). Crushed rifampicin tablets

were more unstable than isoniazid. Conclusion: This study proves that crushed isoniazid and

rifampicin tablets were considered unstable (chemical instability) at 8 and 27 degrees C

storage and not recommended in prescription.

.

Keywords: Stability, prescription, tablet crushed, isoniazid, rifampicin

OR-S03

Page 181: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

119

Comparison of Therapeutic Effect between Combining Angiotensin Converting Enzyme

Inhibitor - Calcium Channel Blocker and Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor On

Blood Pressure, Glomerular Filtration Rate and Proteinuria on Chronic Kidney Disease

Patients in Dr Sardjito Hospital Yogyakarta

Woro Harjaningsih1, Dhaniar Herawati

2 , Murni Ernawati

3

1Laboratory of Pharmacotherapy and Clinical Pharmacy, Faculty of Pharmacy UGM

Yogyakarta; 2 Faculty of Pharmacy UGM Yogyakarta;

3Faculty of Pharmacy UGM

Yogyakarta

email: [email protected]

ABSTRAK

Chronic Kidney Disease is a world’s health problem which spends costly in

medication. An outcome of this therapy is delaying kidney’s destruction. This research has a

goal to explore comparison of therapeutic effect between combining Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACE-i) – Calcium Channel Blocker (CCB) and Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor (ACE-i) on maintaining kidney’s function by measure blood pressure,

Glomerular Filtration Rate (GFR) and proteinuria level on chronic kidney disease patients.

Design of a study was cohort-retrospectively. Subject of the study was chronic kidney disease

patients in Ambulatory Unit Dr Sardjito Hospital Yogyakarta on April-June 2010 who

fulfilled inclusion criteria including the patients had no diabetes mellitus and didn’t do

hemodialysis regularly. The amount of selecting patients was 33 patients. Data of blood

pressure, serum creatinine and proteinuria are taken from medical records and laboratory

examinations. Glomerular Filtration Rate (GFR) is measured by MDRD’s formula. A number

of patients who had been reached in normal blood pressure range was 57%, combining ACE-i

and diuretic was 22%, and combining ACE-i and CCB was 20% as well as diuretic and CCB

was 29%. These drugs could decrease systolic and diastolic pressures not significantly (p

value of systolic pressure were 0.210; 0.146; 0.740 and 0.863 whereas p value of diastolic

pressure were 0.311; 0.931; 0.401 and 0.819). Lowering of blood pressure between

combining ACE-i and ACE-i was not significant (p value of systolic pressure was 0.779 and

0.839 for p value of diastolic pressure). Using of ACE-I, combining ACE-i and diuretic and

combining ACE-I with diuretic and CCB increased GFR not significantly (p = 0.614; 0.799

and 0.117). However the study found that combining ACE-i and CCB increased GFR

significantly (p = 0.017). The result of study showed that either ACE-i and combining ACE-i

– CCB lowered proteinuria level significantly (p = 0.000). Comparison of therapeutic effect

on proteinuria level between ACE-i and combining ACE-i – CCB was not significant (p =

0.619).

Kata kunci: Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, Diuretic, Calcium Channel Blocker,

Glomerular Filtration Rate, blood pressure, proteinuria

OR-S04

Page 182: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

120

Kajian Pengunaan Ranitidin Injeksi di IGD Suatu Rumah Sakit di Kota Padang

Panjang, Sumatera Barat

Hansen Nasif, Dewi Paramithasari, Rahmi Yosmar

Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ranitidin merupakan salah satu obat dari golongan H2 Reseptor Antagonis yang

banyak digunakan pada sebagian besar rumah sakit di Indonesia, terutama pada Instalasi

Gawat Darurat (IGD). Ada 5 jenis keadaan yang memenuhi kriteria tepat indikasi

penggunaan injeksi ranitidin, yaitu: Stress ulcers, ulkus lambung, ulkus duodenal, refluk

esofagitis dan keadaan hipersekresi patologis. Penelitian ini bertujuan mempelajari tepat

indikasi penggunaan ranitidin injeksi di IGD bagi pasien yang selanjutnya menjalani rawat

inap di SMF Ilmu Penyakit Dalam pada suatu rumah sakit di Kota Padang Panjang Sumatera

barat. Penelitian ini merupakan suatu studi retrospektif, data diambil dari rekam medik pasien

yang masuk melalui IGD rumah sakit, mendapatkan terapi ranitidin injeksi disana, dan

dirawat inap di SMF Ilmu Penyakit dalam. Penelitian dilakukan pada Agustus sampai

Oktober tahun 2014, dan data yang diambil adalah data pasien tahun 2013 dengan

menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukkan dari 174 data yang

memenuhi kriteria inklusi, hanya 57% ( 100 pasien) penggunaan ranitidin injeksi nya yang

sudah tepat indikasi. Peran farmasis sebagai Drug Therapy Advisor sangat diharapkan supaya

penggunaan obat ini bisa tepat indikasi untuk semua penggunaanya.

Kata Kunci: Ranitidin, IGD, Rumah Sakit

OR-S05

Page 183: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

121

Analisis Interaksi Obat Penyakit Ginjal Tahap V (On Hemodialisa) Berdasarkan Resep

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Tahun 2013

Diana Laila Ramatillah1, Stefanus Lukas

1, Tri Hastuti

1

Fakultas Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Interaksi obat adalah interaksi yang terjadi jika efek suatu obat diubah oleh obat lain,

makanan, atau minuman (Bailie, 2004). Interaksi obat dapat menyebabkan berkurangnya efek

terapetik, peningkatan toksisitas atau aktivitas farmakologi yang tidak diharapkan sedangkan

menurut tingkat keparahannya dibagi menjadi mayor, moderate dan minor (Stockley,2006).

Tujuan dari penelitian interaksi obat adalah untuk mengetahui jenis interaksi yang terjadi dan

jenis obat yang sering memunculkan interaksi obat.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif, pengumpulan data dari resep pasien gagal

ginjal tahap V dengan hemodialisis dari Januari 2013 sampai Juni 2013 di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Hasil “Analisis Interaksi Obat Penyakit Ginjal Tahap V (On

Hemodialisa) dapat disimpulkan dari 165 kemungkinan kejadian interaksi, 7,3 % atau

sebanyak 13 kejadian mengalami interaksi dan jenis interaksi terbanyak adalah interaksi

farmakokinetik sebanyak 9 kejadian dan dari tingkat keparahan maka yang terbanyak adalah

tingkat keparahan minor sebanyak 8 kejadian sedangkan penyakit penyerta terbesar adalah

diabetes mellitus sebanyak 35,25 %.

Kata kunci: Gagal ginjal, Dialisis, Interaksi obat, Efek samping

OR-S06

Page 184: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

122

Tingkat Kepatuhan Terhadap Terapi dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik

yang Mengalami Depresi

Havizur Rahman 1

, Helmi Arifin2, Arina Widya Murni

3

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang1,

Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2

,

Bagian Penyakit Dalam RSUP DR M.Djamil Padang 3

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan: Depresi diketahui merupakan salah satu penyebab terjadinya ketidakpatuhan minum

obat dan penurunan kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa jauh hubungan depresi terhadap tingkat kepatuhan dan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik.

Metode: Jenis penelitian adalah cross sectional, dengan teknik pengambilan data judgment

sampling. Penilaian depresi menggunakan Beck Depression Inventory-II(BDI- II). Sedangkan

penilaian tingkat kepatuhan menggunakan skala morisky dan kualitas hidup pasien

menggunakan Short Form Health Questionnaire (SF-36).

Hasil: Rata-rata tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dengan menggunakan skala

morisky pada penelitian ini termasuk kategori kepatuhan tinggi (53,03%). Nilai rata rata

kualitas hidup pasien gagal ginjal pada penelitian ini adalah 61,42 yang berarti kualitas hidup

rata-rata pasien baik. Ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara depresi dengan kepatuhan

pada pasien gagal ginjal kronik (p>0,05). Dari korelasi menggunakan uji bivariate spearman

terdapat hubungan yang cukup antara tingkat kualitas hidup dengan tingkat depresi, dimana

diperoleh hasil pasien non-depresi memiliki kualitas hidup yang baik, dan sebaliknya

(p<0,05).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara depresi dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal

kronik. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara depresi dengan kualitas hidup, dimana

kualitas hidup pasien non-depresi lebih baik dari pada depresi. Oleh karena itu perlu

perhatian yang khusus terhadap pasien gagal ginjal yang mengalami depresi.

Kata kunci: kepatuhan, kualitas hidup, depresi, gagal ginjal.

OR-T01

Page 185: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

123

Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Menggunakan Obat pada Penyakit Kronis di Rumah

Sakit UGM Yogyakarta

Fita Rahmawati

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pengelolaan pasien dengan penyakit kronik memerlukan keterlibatan berbagai disiplin

ilmu termasuk farmasis. Farmasis dapat berperan dalam meningkatkan outcome therapy

pasien melalui identifikasi dan pengatasan problem yang berkaitan dengan obat. Salah satu

problem yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis adalah masalah yang

berhubungan dengan non-compliace (ketidakpatuhan) dalam penggunaan obat. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien penyakit kronis dalam menggunakan

obat serta mengetahui faktor penyebab ketidakpatuhan dalam menggunakan obat.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional mengikuti rancangan cross

sectional. Pengambilan data dilakukan pada sejumlah 74 pasien di unit rawat jalan di Rumah

Sakit Akademik UGM Yogyakarta pada bulan September 2013. Kriteria inklusi sampel

adalah pasien menderita penyakit kronis dan telah menggunakan obat penyakit kronis secara

rutin minimal satu bulan sebelum penelitian, bersedia mengikuti penelitian, dan tidak ada

gangguan mental. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam menggunakan obat

digunakan instrument kuesioner MMAS-8.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pasien 6.7 ± 1.3 (mean±SD) dengan

rentang minimum score 4 dan maximal score 8. Adapun faktor penyebab non-compliance

diantaranya lupa minum obat 21 (28 %) pasien, penyebab selain lupa seperti terlambat

kontrol ke dokter, bosan, beralih menggunakan obat herbal 24 (32%) pasien, timbulnya efek

samping obat 6 (8%), lupa membawa obat ketika bepergian 9 (12%) pasien, pasien merasa

kondisinya membaik 7 (9 %) pasien, merasa terganggu karena jadwal yang mengikat 15

(20%), aturan pakai tidak tepat 3 (4 %) pasien. Namun demikian cukup banyak pasien yang

patuh dalam menggunakan obat sejumlah 29 pasien (39%) dengan skor maskimal (skor 8).

Dari hasil wawancara sebagian besar pasien menjadi patuh dalam pengobatan karena mereka

mengalami eksakerbasi penyakit yang mengakibatkan hospitalisasi pasien penyakit kronis.

Hasil penelitian menunjukkan masih perlunya peran farmasis dalam memberikan motivasi

kepada pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.

Kata kunci: Kepatuhan penggunaan obat, pasien penyakit kronis, MMAS-8

OR-T02

Page 186: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

124

Kepatuhan dan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di RS Gunung Jati Cirebon

R Susilo1, DA Perwitasari

2, W Supadmi

2

1Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

2Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Sampai saat ini hipertensi masih merupakan penyakit yang menjadi pemikiran

tersendiri oleh pemerintah karena prevalensinya semakin meningkat pada tahun 2013. Saat

ini peningkatan prevalensinya mencapai 9% per tahun. Efektivitas terapi pasien hipertensi

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor karakteristik pasien dan kepatuhan pasien. Selain

bertujuan untuk menurunkan tekanan darah, luaran lain dari terapi hipertensi adalah

meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kepatuhan dan kualitas hidup pasien hipertensi serta memahami faktor prediksi kepatuhan

dan kualitas hidup pasien. Sejumlah 85 pasien hipertensi yang telah mengkonsumsi obat

hipertensi minimal 6 bulan berpartisipasi dalam penelitian ini. Kepatuhan pasien diukur

dengan kuesioner Medication Adherence Report Scale versi Indonesia dan kualitas hidup

pasien diukur dengan kuesioner Short Formulary-36 versi Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepatuhan pasien hipertensi di RS Gunung Jati Cirebon berada pada

tingkat tinggi dan moderat. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien adalah

tingkat pendidikan dan usia.

Kata Kunci: hipertensi, kepatuhan, SF-36, MARS

OR-T03

Page 187: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

125

Efektivitas Buku Peraga Untuk Membantu Apoteker Memberikan Informasi Cara

Penggunaan Metered-Dose Inhaler (MDI) di Apotek di Surabaya

Benny Setiawan*, Amelia Lorensia**, Ananta Yudiarso***, Daniel Maranatha****

*Mahasiswa Magister Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Surabaya

**Departemen Farmasi Klinis & Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya,

Surabaya

***Departemen Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Surabaya

****Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedoteran,

Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Latar belakang: Metered-dose inhaler (MDI) merupakan sediaan inhaler dalam pengobatan

asma. Peran farmasi komunitas menjadi krusial dalam memberikan informasi teknik

penggunaan sediaan khusus.

Tujuan: Mengukur efektivitas penambahan buku peraga dalam edukasi teknik penggunaan

inhaler asma terhadap kemampuan demonstrasi MDI farmasis komunitas di Surabaya

dibandingkan edukasi pengetahuan saja

Metode: Desain studi penelitian ini adalah intervensi dengan edukasi berbasis teori model

motivation-behavioral skill (IMB), dengan purposive sampling. dengan menggunakan buku

peraga sebagai dummy inhaler. Farmasis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang memperoleh

edukasi teknik penggunaan MDI saja (kontrol), dan yang memperoleh edukasi serta diberikan

buku peraga dumm y inhaler. Penilaian dilakukan terhadap langkah-langkah demonstrasi

MDI yang dilakukan oleh farmasis. Pengukuran dilakukan saat sebelum, setelah, dan 3

minggu setelah edukasi.

Hasil: Sebanyak 25 farmasis komunitas di apotek terlibat dalam penelitian. (12 kontrol, 13

intervensi). Penambahan buku peraga dalam edukasi dapat meningkatkan kemampuan

demonstrasi MDI asma farmasis komunitas dibandingkan edukasi pengetahuan saja.

Efektivitas buku peraga terlihat lebih jelas dalam 3 minggu setelah edukasi.

Kata Kunci: Metered-dose Inhaler (MDI), teknik penggunaan inhaler, apoteker, apotek

OR-T04

Page 188: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

126

Pemetaan Problem Penatalaksanaan Tuberkulosis Dalam Upaya Menyusun Model

Pelayanan Apoteker Bagi Pasien Tuberkulosis di Yogyakarta

Nanang Munif Yasin 1, Djoko Wahyono

1, Bambang Sigit Riyanto

2 dan Ika Puspita Sari

1

1)Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

2)RSUP Dr. Sardjito Yogyaykarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh database pasien tuberkulosis (TB) meliputi

karakteristik pasien, faktor resiko, kepatuhan, tingkat pengetahuan pasien, kejadian efek

samping ; dan mengetahui peran dan posisi Apoteker dalam tim TB.

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental. Subyek penelitian yang

digunakan adalah semua pasien TB yang memenuhi kriteria inklusi eksklusi dan apoteker

serta perawat yang terlibat dalam pelayanan TB di puskesmas dan rumah sakit khusus paru di

kota Yogyakarta. Instrumen untuk mengukur tingkat kepatuhan adalah Modified Morisky

Scale, sedangkan tingkat pengetahuan dan kejadian efek samping diukur dengan kuisioner

dan wawancara. Hasil penelitian dianalisis menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan dari 73 pasien, mayoritas pasien laki-laki sebanyak 39

pasien (53,4%), berumur 20-40 tahun sebanyak 42 pasien (57, 5 %), pendidikan terakhir

SLTA sebanyak 36 pasien (49,3%). Faktor resiko terkena penyakit TB yaitu memiliki riwayat

keluarga sebanyak 18 pasien (24,7 %), riwayat merokok sebanyak 29 pasien (39,73%) , dan

tinggal di lingkungan yang kurang sehat sebanyak 47 pasien (64,38%). Outcome terapi

meliputi konversi BTA pada semua pasien 73 (100 %), gejala membaik pada semua pasien

73 (100 %) , dan berat badan naik pada 51 pasien (69,8 %). Pasien yang patuh sebanyak 70

pasien (95,89%) dan terbanyak berada di kuadran IV sebesar 66 (90,4%). Berdasarkan

tingkat pengetahuan meliputi pengetahuan tinggi hanya 1 pasien(1,4 %) , menengah sebanyak

66 pasien (90,4%), dan rendah sebanyak 6 pasien (8,2 %). Pasien yang mengalami efek

samping sebanyak 24 pasien (32,8 %) dan jenis efek samping yang paling banyak adalah

mual pada 11 pasien (30,3 %). Hasil wawancara dan Focus Grup Discussion (FGD) diperoleh

hasil bahwa peran apoteker belum optimal terutama dalam monitoring adverse drug reaction

dan pelayanan home care pasien TB.

Peran Apoteker dalam pelayanan TB perlu ditingkatkan melalui program intervensi

komprehensif Apoteker yang mencakup aspek pengetahuan, kepatuhan, outcome terapi, dan

monitoring adverse drug reaction dan berkolaborasi dengan tim TB lain terutama perawat.

Kata kunci: obat antituberkulosis, kepatuhan, pengetahuan, efek samping, apoteker

OR-T05

Page 189: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

127

Kajian Regimen Dosis Penggunaan Obat Asma pada Pasien Pediatri Rawat Inap di

Bangsal Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Rahmi Yosmar, Helmi Arifin, Meri Andani

Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis, Padang, 25163,

Email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kajian regimen dosis penggunaan obat asma pada

pasien pediatri rawat inap di bangsal anak RSUP. DR. M. Djamil Padang yang bertujuan

untuk membandingkan kesesuaian regimen dosis obat asma yang diberikan dengan regimen

dosis pada literatur. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan teknik konsekutif

sampling. Sampel diperoleh dari data rekam medik pasien selama tahun 2013. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Prednison, Combivent® dan Ambroxol memenuhi tepat dosis

pemberian 100%, Deksametason 7,14%, Salbutamol 75%, dan pemberian teofilin tidak ada

yang tepat dosis. Untuk kriteria rute pemberian 100% dinyatakan tepat untuk semua obat.

Sedangkan untuk kriteria interval pemberian, Deksametason, Prednison, Salbutamol,

Teofilin, dan Ambroxol dinilai 100% tepat interval, namun Combivent®

hanya 95,24%. Dari

hasil penelitian disimpulkan bahwa dosis dan interval pemberian obat asma belum

sepenuhnya sesuai dengan literatur, sedangkan untuk rute pemberian dinilai sudah sesuai

dengan literatur.

Kata Kunci: Asma, Pediatri, Regimen Dosis

OR-T06

Page 190: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

PEMAKALAH

POSTER

Page 191: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis Efektifitas Obat Dan Analisis Efisiensi Biaya Dalam Penggunaan Antibiotik

Cefadroxil Dan Amoxycillin Pada Pasien Pasca Bedah Caesar Di Rspad Gatot Soebroto

Tahun 2012

Delina Hasan1, Satya Chandra Indra Yanih

2, Wahyudi Uun Hidayat

3

1. Staf Pengajar Prodi Farmasi, FKIK, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta

2. Staf Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang, Banten

3. Staf Pengajar Fakultas Farmasi Uiniversitas Pancasila, Lenteng Agung, Jakarta

ABSTRAK

Latar Belakang. Melahirkan seorang bayi adalah kodrat seorang ibu, namun tidak semua ibu

bisa melahirkan dengan lancar, tidak sedikit ibu yang meninggal dunia saat melahirkan,

bahkan ini salah satu penyumbang AKI di Indonesia. Untuk mencegah kematian ibu saat

melahirkan salah satu dengan melakukan bedah caesar. Untuk mencegah terjadinya infeksi

pada bedah caesar dokter memberikan antibiotik. Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat

Gatot Soebroto antibiotika yang sering diberikan adalah Amoxycillin dan Cefadroxyl, namun

belum diketahui efektifitas dan efisiensi kedua obat tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi biaya dari kedua

antibiotika (Amoxycillin dan Cefadroxil) yang digunakan pada pasien pasca bedah caesar di

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Metode Penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.

Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari rekam medik pasien yang melakukan

bedah caesar di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dan yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel yang memenuhi kriteria & inklusi setelah dihitung

sebesar 96 digenapkan menjadi 100 pasien, yang dibagi dalam 2 kelompok, kelompok I yang

mendapatkan Cefadroxil dan kelompok II yang mendapatkan Amoxycillin. Analisis Data

dilakukan dengan pendekatan Biostatistik (analisis Univariat dan Chi-Squaer) dan

Farmakoekonomi dengan metode (Cost effectiveness analysis). Output yang dihasilkan

adalah Infeksi luka operasi yang dapat dicegah dan Recovery serta Unit cost dari

Amoxycillin dan Unit cost Cefadroxil.

Hasil Penelitian

Pasien yang mendapatkan Cefadroxil lama hari rawat yang 3 hari dan tidak terjadi infeksi

serta recovery sebanyak 39 orang sedangkan yang mendapatkan amoxycillin sebanyak 33

orang.

Pasien yang mendapatkan Cefadroxil unit costnya sebesar Rp 7.916.721,76 sedangkan pada

pasien yang mendapatkan Amoxycillin unit costnya Rp 7.959.710,48

Kesimpulan:

Pasien yang mendapatkan antibiotika Cefadroxil lebih efektif dari pada pasien yang

mendapatkan amoxycillin dalam mencegah infeksi luka pasca bedah dan recovery. Pasien

yang mendapatkan antibiotika Cefadroxil lebih efisien dari pada pasien yang mendapatkan

amoxycillin dalam mencegah infeksi luka pasca bedah dan recovery.

Kata Kunci: Bedah Caesar, Efektif, Efisien, Cefadroxil, Amoxycillin, dan Recovery

Page 192: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajian Regimen Dosis Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Di Bangsal Rawat Inap Anak

RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Dian Ayu Juwita, Helmi Arifin, Nelfa Yulianti

email : [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang

menduduki peringkat atas sebagai penyebab kematian pada anak dan balita. Peranan

antibiotik dalam menurunkan morbilitas dan mortilitas penyakit infeksi ini masih sangat

dominan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan muncul dan

berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik serta munculnya toksisitas/efek

samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian regimen dosis antibiotik

yang diberikan pada pasien pneumonia anak dengan regimen dosis pada literatur. Penelitian

dilakukan dengan metode analisa deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik

pasien pneumonia anak selama tahun 2013. Data yang diperoleh dianalisis dan dibandingkan

dengan literatur-literatur resmi. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaktepatan pada

beberapa regimen dosis antibiotik, seperti ketidaktepatan dosis kloramfenikol (5%),

meropenem (50%), 1 pasien yang tidak tepat dosis eritromisin, azitromisin, seftazidim dan

klindamisin. serta 2 orang pasien yang tidak tepat dosis ampisilin dan 10 pasien yang tidak

tepat dosis gentamisin. Ketidaktepatan frekuensi pemberian (interval pemberian) ampisilin

(50%), gentamisin (20%) dan 2 orang pasien yang tidak tepat interval pemberian sefotaksim.

Ketidaktepatan lama pemberian amoksisilin (44.45%), kloramfenikol (45%), gentamisin

(70%), meropenem (33,34%), seftriakson (66,67%) dan ampisilin (50%) serta 2 orang pasien

yang tidak tepat lama pemberian sefotaksim. Sedangkan rute pemberian antibiotik sudah

tepat 100%.

Kata kunci : regimen dosis, antibiotika, pneumonia, anak

PO-A02

Page 193: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesesuaian Dosis Antibiotik Pada Pasien Pediatri

Dita Maria Virginia

Email : [email protected]

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

ABSTRAK

Latar belakang : Antibiotik banyak diresepkan kepada pasien pediatrik untuk mengatasi

berbagai indikasi dan beberapa bahkan tidak tepat indikasi seperti infeksi viral. Pengaturan

dosis antibiotik juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan selain pemilihan jenis

antibiotik. Penggunaan antibiotik dengan dosis yang kurang tepat akan memicu terjadinya

resistensi. Pengaturan dosis paling baik untuk pasien pediatri berdasarkan berat badan karena

pasien pediatri merupakan pasien yang berada dalam tahap tumbuh kembang.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara usia pasien pediatri dengan

kesesuaian dosis antibiotik yang diterima oleh pasien pediatri berdasarkan berat badan.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross

sectional. Pengambilan data secara retrospektif dengan menggunakan data rekam medis di

salah satu rumah sakit swasta tipe A di Yogyakarta. Kriteria inklusi adalah pasien anak yang

berumur < 12 tahun dan menjalani rawat inap pada bulan Agustus 2014. Jumlah rekam medis

yang dibutuhkan sebanyak 100 dan diperoleh secara random sampling. Data diolah secara

deskriptif untuk menggambarkan karakteristik pasien. Analisis bivariat Chi-square untuk

melihat hubungan ketidaksesuaian dosis dengan usia pasien.

Hasil: Antibiotik yang diresepkan sebesar 88% dengan golongan sefalosporin yang paling

banyak diresepkan (44,2%). Jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah cefixime

(30,3%). Dosis antibiotik yang tidak sesuai dengan berat badan pasien ditemukan sebanyak

42 kasus. Hasil analisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna

(p=0,021) antara pasien pediatri dengan ketidaksesuaian dosis. Pasien pediatri berusia < 6

tahun berisiko 1,67 kali lebih besar mengalami ketidaksesuaian dosis antibiotik dibandingkan

usia > 6 tahun.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia pasien pediatri dengan kesesuaian dosis

antibiotik yang diterima oleh pasien pediatri berdasarkan berat badan.

Kata kunci: antibiotik, dosis, pediatri

PO-A03

Page 194: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Page 195: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Survey Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Diabetes Mellitus Di Puskesmas

Seberang Padang.

Dwisari Dillasamola1,Suryati

2

Email : ([email protected])

1Faculty of Pharmacy, Andalas University, Padang, Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang

Diabetes Mellitus (DM). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Seberang Padang dengan

metode survey research method. Sampel adalah masyarakat Seberang Padang yang berobat di

Puskesmas Seberang Padang. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang telah

divalidasi yang diberikan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang Diabetes

Mellitus. Diperoleh 30 masyarakat yang menderita penyakit Diabetes Mellitus sebagai

responden dari penelitian ini. Dari hasil penelitian jumlah pasien yang diberikan konseling

meningkat tingkat pengetahuannya terlihat mereka dapat menjawab kuisiner dengan benar

yakni meningkat dari 5,33 % menjadi 95,20 % dan 100 % sehingga setelah mereka

mendapatkan konseling ini mindset mereka tentang penyakit Diabetes Mellitus ini berubah

menjadi bahwa penyakit Diabetes Mellitus bisa dikontrol dengan pola hidup yang sehat,

makan yang terkontrol dan sudah tidak menjadi penyakit yang ditakuti lagi.

Kata kunci: pengetahuan pasien, diabetes mellitus, obat andtidiabetes tradisional, puskesmas

Seberang Padang

PO-A04

Page 196: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi Penggunaan Obat Kemoterapi Pasien Kanker Payudara Di Poliklinik Bedah

Onkologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo

Imanuel Sianipar1, Melati Fusvitasari

2, Yulia Trisna

1

Email: [email protected]

1

Instalasi Farmasi, RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta 2

Univeristas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

ABSTRAK

LATAR BELAKANG

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita

di seluruh dunia. Terapi kanker terdiri dari operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan

kanker payudara dengan agen sitostatik umumnya menggunakan obat yang berbeda secara

bersamaan atau juga disebut kemoterapi kombinasi. Kasus kanker payudara di RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo merupakan kasus stadium lanjut sehingga modalitas utamanya adalah

kemoterapi. Kombinasi rejimen kemoterapi yang digunakan cukup banyak dan belum

diketahui sebaran dari penggunan berbagai kombinasi tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran rejimen kemoterapi yang digunakan untuk

pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan

memperoleh gambaran kesesuaian dosis pemberian dengan perhitungan dosis rejimen.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara

retrospektif. Data pasien selama 12 bulan diambil dari rekam medis pasien kanker payudara

yang berobat di Poliklinik Bedah Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama

periode Juli 2013 - Juni 2014. Dosis pemberian tiap obat kemoterapi dibandingkan dengan

hasil perhitungan dosis rejimen berdasarkan luas permukaan tubuh pasien.

HASIL

Analisis dilakukan terhadap data 81 orang pasien kanker payudara yang mendapat

kemoterapi. Dari data yang diperoleh, didapatkan sebaran penggunaan 10 jenis rejimen

kemoterapi dan diketahui rejimen yang paling banyak digunakan adalah rejimen CAF

(Cyclophosphamide/ Doxorubicin/5-Fluorourasil) sebesar 75%. Kesesuaian dosis pemberian

dibandingkan perihitungan dosis menurut rejimen sebanyak 87,54%. Obat yang dosisnya

ditemukan paling banyak digunakan tidak sesuai dengan perhitungan adalah Docetaxel.

KESIMPULAN

Rejimen kemoterapi yang digunakan oleh pasien kanker payudara pada Poliklinik Bedah

Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam periode Juli 2013 - Juni 2014 sangat

beragam dengan yang paling banyak digunakan adalah rejimen CAF dan sebagian besar dosis

yang digunakan dalam rejimen kemoterapi sesuai dengan perhitungan dosis rejimen.

Kata kunci: evaluasi penggunaan obat, kemoterapi, kanker payudara

PO-A05

Page 197: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Reaksi Obat Merugikan Terhadap Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Di Dua

Puskesmas Di Kota Bandung

Lia Amalia1, Taohid

2, Putri Ariin Wulandari

1

1 Sekolah Farmasi – Institut Teknologi Bandung

2 Puskesmas di kota Bandung

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan : Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis (TB)

terbesar nomor 4 di dunia. Berbagai faktor dapat menyebabkan hal tersebut, salah satunya

adalah berkembangnya resistensi terhadap obat tuberkulosis, khususnya kasus Multidrug-

Resistance dan Extensively Drug-Resistance. Berkembangnya resistensi ini salah satunya

disebabkan oleh adanya interupsi terapi yang berasal dari pasien yaitu berupa ketidakpatuhan.

Pengobatan TB merupakan suatu bentuk pengobatan yang dilakukan pada jangka waktu lama

dan menggunakan kombinasi beberapa obat antituberkulosis (OAT) sehingga reaksi obat

merugikan (ROM) dapat muncul dan dapat mengakibatkan timbulnya ketidakpatuhan pasien

terhadap regimen pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ROM dari

obat antituberkulosis lini pertama, pola kejadian dan penanganan ROM, serta hubungannya

dengan kepatuhan pasien.

Metode Penelitian: Penelitian merupakan studi deskriptif –observasional yang dilakukan

secara retrospektif dan konkuren dengan mengkaji data rekam medik dan wawancara pasien

serta tenaga kesehatan yang berkaitan dengan perawatan pasien. Pengolahan data dilakukan

melalui analisis statistik bivariat khi-kuadrat. Pengambilan data dilakukan di dua Puskesmas

di kota Bandung.

Hasil : Telah terjadi reaksi obat merugikan (ROM) seperti reaksi kulit (41,67%), mual

dengan atau tanpa muntah (30,56%), ikterus (5,56%), pusing (33,33%), berkurangnya

pendengaran (5,56%), nyeri sendi (8,33%), dan sindrom seperti flu (8,33%). Penanganan

kejadian ROM tersebut diantaranya ialah parasetamol (26%), CTM (23%), vitamin B6

(16%), omeprazol (3%), antasida (7%), talk (6%), hospitalisasi (13%), dan terapi non-

farmakologi (6%). Asosiasi dari munculnya ROM dan kepatuhan pasien yang dilakukan

dengan metode khi-kuadrat menunjukkan adanya hubungan antara kepatuhan pasien dan

kejadian ROM pada aras keberartian 0,10, namun pada aras keberartian 0,005 tidak

menunjukkan hubungan tersebut.

Kesimpulan: ROM pada pasien tuberkulosis merupakan hal yang sering terjadi dan adanya

pengaruh dari ROM terhadap kepatuhan pasien menunjukkan bahwa perlu ada pemantauan

terhadap ROM dari OAT untuk meningkatkan kepatuhan pasien, meminimalkan kejadian

putus obat, dan menurunkan kemungkinan terjadi resistensi.

Kata kunci : tuberkulosis, reaksi obat merugikan, kepatuhan pasien

PO-A06

Page 198: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisa Efektivitas Biaya Pengobatan Skizofrenia Menggunakan Risperidon Dan

Aripiprazol Di RSKD Duren Sawit Periode Juli Desember 2012

Numlil Khaira Rusdi1, Linda Rosalina

2. Nur Tanti

1

1Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

2RSKD Duren sawit

ABSTRAK

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas

dengan baik dan pemahaman diri yang buruk. Pengobatan skizofrenia menggunakan

antipsikotik golongan tipikal dan atipikal. Golongan atipikal merupakan golongan yang

berkhasiat dalam mengatasi gejala positif maupun negatif, memulihkan fungsi kognitif dan

efek samping ekstrapiramidal sangat minimal. Di RSKD Duren Sawit golongan atipikal yang

banyak digunakan adalah risperidon dan aripiprazol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

efektivitas biaya dari risperidon dan aripiprazol pada pengobatan skizofrenia di RSKD Duren

Sawit serta menghitung biaya langsung (laboratorium, dokter, obat dan kamar) yang

dikeluarkan oleh pasien skizofrenia selama menjalani perawatan. Analisa statistik

menunjukkan bahwa obat yang efektif dengan biaya murah adalah aripiprazol 15 mg. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa obat aripiprazol lebih efektif dibandingkan risperidon

sehingga dapat menjadi pilihan obat utama pada pasien skizofrenia.

Kata kunci : skizofrenia, risperidon, aripiprazol

PO-A07

Page 199: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Kualitas Pelayanan Kefarmasian Pada Era Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Terhadap Kepuasan Konsumen di Beberapa Apotek di Kota Bandung

Rahmat Santoso, Yudi Padmadisastra, Muliharto

Bandung School of Pharmacy (STFB), Bandung, Indonesia

ABSTRAK

Mutu pelayanan kefarmasian adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau

perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan yang baik

serta kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara

kesenangan dan harapannya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Pengaruh Kualitas

Pelayanan Kefarmasian pada era Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terhadap

Kepuasan Konsumen Beberapa Apotek Di Kota Bandung.

Desain penelitian menggunakan Deskriptif analitik. Variabel independen adalah

mutu pelayanan kefarmasian dan variable dependen adalah kepuasan pasien. Sampel yang

diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling didapatkan 2.771 responden.

Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji

statistik Spearman Rho Correlation dengan tingkat kemaknaan ρ ≤ 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 1.593 responden (57,5%) mengatakan mutu

pelayanan kefarmasian BPJS cukup baik. Sedangkan pada kepuasan konsumen sebanyak

1.462 responden (52,7%) menyatakan cukup puas dengan pelayanan kefarmasian yang

diberikan. Hasil ujistatistik Spearman’s Rho Correlation menyatakan terdapat pengaruh

antara mutu pelayanan kefarmasian BPJS dengantingkat kepuasan konsumen di apotek

(ρ=0,002).

Implikasi hasil penelitian menunjukan mutu pelayanan kesehatan BPJS memiliki

peranan penting dalam kepuasan konsumen. Direkomendasikan bagi pemilik Apotek dan

Apoteker Penanggung Jawab apotek untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

dalam pelaksanaan programJaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS.

Kata kunci : Mutu Pelayanan Kefarmasian, BPJS, Kepuasan Konsumen

PO-A08

Page 200: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Parecoxib Sebagai Preemtif Analgesik Terhadap Penurunan Skala Nyeri

Pascaoperasi Orif (Open Reduction with Internal Fixation) di RS. Muhammadiyah

Lamongan

Rully Yuliandhari1, Budi Suprapti

1, Anas Makhfud

2, Orizanov Mahisa

2

1Jurusan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya

2Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, Jawa Timur

ABSTRAK

Nyeri akut merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan merupakan

pengalaman yang menakutkan bagi penderita pasca operasi dan merupakan penyebab stres,

frustasi dan gelisah sehingga pasien mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan,

dan ekspresi tegang. Peran parecoxib sebagai analgesik preemtif dalam menurunkan nyeri

pascaoperasi hasilnya masih bervariasi. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas

preemtif parecoxib 40 mg iv terhadap plasebo dalam menurunkan intensitas nyeri pasca

operasi ORIF dan membandingkan kualitas manajemen nyeri antar kelompok uji dengan

QUIPS. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Mann-Whitney U test dan

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0.001) antara skor VAS

kelompok kontrol dengan kelompok parecoxib pada ketiga titik pengamatan (2, 8 dan 12 jam

pasca operasi ORIF) yang artinya preemtif parecoxib lebih superior menurunkan intensitas

nyeri pascaoperasi ORIF dibanding kelompok kontrol serta terdapat perbedaan bermakna (p

< 0.001) pada bagian intensitas nyeri dan kepuasan pasien antara kelompok kontrol dengan

kelompok parecoxib dengan QUIPS sehingga didapatkan kesimpulan bahwa preemtif

parecoxib 40 mg iv efekif dalam menurunkan intensitas nyeri akut pascaoperasi ORIF

dibanding dengan placebo dan kualitas manajemen nyeri pascaoperasi yang dinyatakan dalam

alat ukur QUIPS juga lebih baik pada kelompok parecoxib dibanding kelompok kontrol.

Kata Kunci : analgesik preemtif, parecoxib, open reduction with internal fixation

PO-A09

Page 201: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajian Penggunaan Kombinasi Kaptopril Dengan Furosemid Terhadap Pasien Gagal

Jantung Kongestif Di Bangsal Jantung Rsud Raden Mattaher Jambi

Uce Lestari 1)

, Rasmala Dewi 2)

, Riana2)

1) Program Studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi

2) Program Studi Farmasi STIKES HI Jambi

ABSTRAK

Gagal jantung kongestif merupakan sindrom klinis dan masalah kesehatan dengan

angka kejadian yang tinggi terutama pada penderita lanjut usia. Kaptopril dan furosemid

adalah obat-obat pilihan yang sering digunakan pada pasien gagal jantung kongestif.

Penggunaan obat yang tidak rasional pada pasien gagal jantung dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan efek terapi bahkan dapat menimbulkan efek toksik. Telah dilakukan

penelitian mengenai kajian penggunaan kombinasi kaptopril dengan furosemid terhadap

pasien gagal jantung kongestif dibangsal jantung RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini

bersifat deskriptif, dikerjakan secara prospektif terhadap 19 pasien. Analisis data dilakukan

secara kuantitatif. Data ditabulasi berdasarkan persentase obat kaptopril dan furosemid yang

digunakan berdasarkan jenis obat generik dan obat paten, persentase pasien gagal jantung

kongestif yang menggunakan terapi kombinasi kaptopril dan furosemid berdasarkan ada

tidaknya penyakit penyerta, tingkat keparahan penyakit, jenis kelamin dan rentang umur. Dan

analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang diperoleh dibandingkan dengan standar

yang telah ditetapkan. Lalu mempertimbangan kondisi pasien. Hasil perbandingan dan

pertimbangan kondisi pasien akan menunjukan persentase ketepatan penggunaan kombinasi

kaptopril dengan furosemid terhadap pasien gagal jantung kongestif. Hasil penelitian

menunjukkan, tepat pasien sebesar 100 %, tepat indikasi sebesar 100 %, tepat dosis sebesar

100 %, tepat interval pemberian sebesar 100 % dan tepat saat penggunaan obat sebesar 60,98

%.

Kata kunci : gagal jantung kongestif, kaptopril, furosemid.

PO-A10

Page 202: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis Kompatibilitas Sediaan Rekonstitusi Parenteral dan Sediaan Intravena

Tercampur serta Implikasi Klinisnya di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

Miranda Yuneidi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap kompatibilitas sediaan rekonstitusi parenteral dan

sediaan intravena tercampur di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Analisa

kompatibilitas dilakukan dengan cara membandingkan kejadian yang terjadi di rumah sakit

dengan yang tertulis di literatur. Parameter kompatibilitas diukur berdasarkan keberhasilan

efek terapi yang di tunjukkan oleh efek klinis dari pasien. Dari hasil penelitian didapat

rekonstitusi sediaan antibiotik parenteral yang tidak sesuai dengan literatur. Penilaian

terhadap efek klinis menunjukkan hanya dua pasien yang tidak efektif.

Kata kunci :

PO-A11

Page 203: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajian Penggunaan Obat Golongan Angiostensin Receptor Blocker (ARB) Atau Ace-

Inhibitor Terhadap Fungsi Ginjal Dan Kadar Kalium Pada Pasien Hipertensi Di Irna

Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Rangki Astiani

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Abstrak

Hipertensi merupakan penyakit yang sering diderita oleh pasien di Irna penyakit

dalam RSUP DR. M. Djamil Padang. Obat-obat yang sering diberikan ke pasien yaitu obat

hipertensi golongan Angiostensin Receptor Blocker (ARB) dan ACE-inhibitor. Obat ini

diketahui dapat mempengaruhi fungsi ginjal pasien dan kadar kalium pasien. Sehingga

peneliti melakukan penelitian tentang Kajian Penggunaan Obat Golongan ARB atau ACE-

inhibitor terhadap Fungsi Ginjal dan Kadar Kalium pada Pasien Hipertensi di Irna Penyakit

dalam RSUP DR. M. Djamil Padang. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga

September 2013 di Irna Penyakit Dalam RSUP DR. M.Djamil Padang. Data pasien diambil

dari rekam medik dan dilakukan secara observasi prospektif dengan metode judgement

sampling dan dianalisa dengan statistik SPSS 17®

. Dalam penelitian ini dilihat kreatinin

serum dan kadar kalium pasien, kemudian di hitung kreatinin klirens pasien setiap minggu

selama satu bulan. Maka didapatkan hasil 50 orang pasien hipertensi yang terdiri dari 34

orang menggunakan obat golongan ARB (candesartan), dan 16 orang golongan ACE-

inhibitor (15 orang ramipril dan 1 orang kaptopril). Pasien yang tetap pada stadium III fungsi

ginjal sebanyak 7 orang (17%), tetap pada stadium akhir (stadium V) sebanyak 23 0rang

(46%). Pasien yang mengalami perubahan stadium fungsi ginjal sebanyak 20 orang (40%),

terdiri dari 6 orang (12% ) yang mengalami peningkatan stadium fungsi ginjal dari ginjal

normal, dan 14 orang (28%) dari fungsi ginjal yang sudah terganggu. Pada penggunaan obat

golongan ARB terjadi hiperkalemia sebanyak 5 orang, hipokalemia 4 orang dan kadar kalium

normal 25 orang. Pada penggunaan obat golongan ACE-inhibitor terjadi hiperkalemia

sebanyak 5 orang dan kadar kalium normal 11 orang. Jadi penggunaan obat golongan ARB

dan ACE-inhibitor dapat mempengaruhi kadar kalium pasien hipertensi dengan pasien

hiperkalemia sebanyak 10 orang (20%), hipokalemia 4 orang (8%) dan kadar kalium normal

sebanyak 36 orang (72%). Selain itu terjadi perubahan stadium fungsi ginjal pada pasien

hipertensi yang diberikan antihipertensi golongan ARB dan ACE-inhibitor.

Kata kunci: Hipertensi, Obat Golongan Angiostensin Receptor Blocker (ARB) dan ACE-

inhibitor, Fungsi Ginjal, Kadar Kalium, RSUP DR. M. Djamil Padang

PO-A12

Page 204: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Optimasi Pembuatan Gambir Galamai (Black Cube) Menggunakan Oven Microwave

Afdhil Arel1), Amri Bakhtar2), Deddi Prima Putra2) 1Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

2Universitas Andalas Padang

ABSTRAK

Gambir is a dry extract from the leaves and twigs of Uncaria gambier (Hunter) Roxb. which

have the mayor constituents are catechin and tannin. Traditionally, gambir used as batik dyes,

leather tanning, eating betel concoction, antioxidant and antibacterial. In the market, there are

different types of gambier such as gambier “Bootch“, mortars, “coin“ biscuit and “galamai“

(Black cube). Gambir galamai produced by used boiling back gambier to blackish brown with

the aim to increase levels of tannins. The levels of tannins were analyzed by Lowenthal

Procter method, while the catechin levels were analyzed by high-performance liquid

chromatography. This study used a randomized block design in three factorial, water content

of gambier (30%, 50% dan 70%) the power of the microwave oven (5 A; 4,9A dan 4,5A) and

processing time (90, 180 dan 270 seconds). The optimum conditions obtained in galamai

gambier processing with power strength is 4.9 A, the water content of the starting material

and time gambier 50% during 270 seconds (p>0.05).

Page 205: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

Dengan Metode Bioautografi

Atiek Soemiati, Puteri Amelia, Nurul Mukarromah*

*Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

ABSTRAK

Medinilla speciosa Blume merupakan tumbuhan liar di lereng gunung atau di hutan

dan kadang digunakan sebagai tanaman hias. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) terhadap

bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan Metode Bioautografi. Pengujian dilakukan

terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Bacillus subtilis ATCC 6363,

Escherichia coli ATCC 25922, dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Hasilnya

menunjukkan diameter daerah hambat antibakteri dari ektrak etil asetat terhadap bakteri uji

secara berurutan adalah 11 mm; 9 mm; 11,7 mm; 9 mm. Uji bioautografi dilkukan

menggunakan berbagai perbandingan eluen yang berbeda kepolarannya. Pada ekstrak etil

asetat dengan perbandingan eluen n-heksana : etil asetat (2:8) ditemukan zona hambat pada

titik penotolan sampai Rf 0,14 serta pada Rf 0,7; Rf 0,8; dan Rf 0,9. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan isoalsi senyawa katif antibakteri

tanaman M. speciosa Blume

Kata kunci : Medinilla speciosa Blume, ekstrak, antibakteri, bioautografi

PO-B02

Page 206: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan Dua Spesies Elephantopus dari

Sumatera Barat

Deddi P. Putra1, M. Rifqi Efendi

2, Nofrizal

2, Friardi

1, Amri Bakhtiar

1

1Fakultas Farmasi Universitas Andalas

2Program Magister pada Farmasi Universitas Andalas

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tanaman obat Elephantopus scaber Linn. dan Elephantopus mollis Kunth. umumnya

dikenal dengan nama „Tapak Liman‟telah digunakan secara tradisional untuk mengobati

berbagai penyakit, seperti diare, gonoroe, demam, diuretic, hepatitis dan scabies. Kedua

tanaman ini telah dilaporkan memiliki aktifitas antimikroba. Namun, masyarakat awan sukar

membedakan kedua jenis tanaman ini, sewaktu segar dapat dilihat dari perbedaan warna

bunganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi activitas antibakteri dan antioksidan

kedua tumbuhan ini. Serbuk daun kering disokletasi berturut-turut dengan n-heksana, etil

asetat dan terakhir dengan methanol. Masing-masing fraksi diuji kemampuan menghambat

pertumbuhan bankteri pada plat agar dengan mikroba uji; Gram (+) bacteria Staphyllococcus

aureus, Streptococcus epidermidis, Streptococcus mutans, Enterococcus faecalis,

Micrococcus luteus, and Gram (-) bacteria; Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Vibrio

cholera, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi n-

heksana pada kedua tanaman paling aktif menghambat pertumbuhan bakteri uji. Fraksi etil

asetat kurang aktif yang diikuti oleh fraksi metanol. Sebaliknya, fraksi methanol sangat aktif

pada kedua tanaman, dengan IC50 46.2 dan 45.5 ppm untuk Elephantopus mollis and

Elephantopus scaber. Aktifitas antioksidan fraksi n-heksana dan etil asetat tidak bermakna

pada uji menggunakan DPPH.

Kata kunci : Elephantopus scaber L., Elephantopus mollis Kunth., Antibacterial activity,

Gram (+) and Gram (-) bacteria

Page 207: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Puteri Amelia, Arsyadani, Arum Samudra

1Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Obat Tradisional dapat memberikan khasiat karena adanya senyawa metabolit

skunder yang terkandung di dalam tumbuhan. Variabel bibit, tempat tumbuh, iklim dan

kondisi (waktu dan cara) panen dapat mempengaruhi senyawa metabolit skunder yang

diharapkan dapat memberikan efek farmakologis yang diinginkan. Telah dilakukan penelitian

tentang karaterisasi ekstrak etanol dari daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

yang tumbuh di daerah Bogor, Jawa Barat yang meliputi uji parameter spesifik dan non

spesifik. Pengujian parameter spesifik menunjukkan hasil organoleptis ekstrak (kental,

berwarna kecoklatan, bau tidak spesifik, rasa agak pahit), dengan kandungan senyawa larut

air (61,958 % ± 2,1715) dan senyawa larut etanol (32,390 % ± 3,1019). Hasil Pengujian

parameter nonspesifik menunjukkan kandungan air (4,437 % ± 0,4495), bobot jenis (0,8987 ±

0,0010), susut pengeringan (6,7406 % ± 0,0339), Kadar abu (5,003 % ± 0,1345), Kadar abu

tidak larut asam (0,732 % ± 0,581) serta data cemaran mikroba (0,0567 x 103 koloni/gram)

dan cemaran kapang (0,91 x 103 koloni/gram).

Kata Kunci : Karakterisasi ekstrak, daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), uji

parameter spesifik, uji parameter non spesifik.

PO-B04

Page 208: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antihiperpigmentasi Ekstrak Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L)

Secara in Vitro Dengan Metoda Inhibisi Enzim Tirosinase

Rahayu Utami, Musyirna Rahmah dan Kurnia Andini

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Jalan Kamboja Simpang Baru Panam, Pekanbaru

Email : [email protected]

ABSTRAK

Peperomia pellucida L merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa

flavonoid. Flavonoid dan steroid adalah metabolit sekunder yang diketahui memberikan

aktivitas antihiperpigmentasi dengan jalan menginhibisi enzim tirosinase. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui aktivitas antihiperpigmentasi dari ekstrak tumbuhan Peperomia

pellucida L secara in vitro melalui metoda inhibisi enzim tirosinase dengan menggunakan L-

Dopa sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

ekstrak etanol tumbuhan ini memberikan persen inhibisi terbesar dibandingkan ekstrak

lainnya. Persen inhibisi ekstrak etanol sebesar 47,405%; ekstrak n-heksana 24,618%

sedangkan etil asetat sebesar 18,638%. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan

Peperomia pellucida L memberikan aktivitas antihiperpigmentasi yang lemah bila

dibandingkan dengan asam kojat.

Kata kunci : Peperomia pellucida L, antihiperpigmentasi, enzim tirosinase, inhibisi, in vitro

PO-B05

Page 209: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penapisan Fitokimia , Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Herba Seledri, Batang / Daun

Ashitaba Dan Daun Petroseli (Apiaceae)

Ratna Djamil, Endang Wijiastuti

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Email : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penapisan fitokimia pada serbuk dan ekstrak metanol herba seledri

(Apium graveolens L.), batang dan daun ashitaba (Angelica sp) serta daun petroseli

(Petroselinum crispum (Mill) Nym. ex-Airy-Shaw). Kemudian dilanjutkan dengan uji

toksisitas terhadap Artemia salina Leach dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil

penapisan fitokimia pada serbuk dan ekstrak herba seledri menunjukkan adanya golongan

senyawa flavonoid, saponin, tanin, steroid, kumarin, dan minyak atsiri. Serbuk dan ekstrak

metanol batang dan daun ashitaba mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin, tanin,

steroid dan triterpenoid, kumarin, dan minyak atsiri. Serbuk dan ekstrak daun petroseli

mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin, steroid, kumarin, dan minyak atsiri.

Hasil uji toksisitas terhadap Artemia salina Leach metode BSLT diperoleh nilai LC50 herba

seledri 193,5370 bpj, batang dan daun ashitaba 272,8878 bpj serta daun petroseli 50,7192 bpj.

Hal ini menunjukkan bahwa semua ekstrak metanol memiliki sifat toksik dan ekstrak metanol

daun petroseli memiliki nilai IC50 tertinggi. Hasil uji antioksidan metode DPPH menunjukkan

nilai IC50 dari ekstrak herba seledri 240,0365 bpj, ekstrak batang dan daun ashitaba 40,2819

bpj serta daun petroseli 515,7599 bpj. Ekstrak metanol herba seledri dan ekstrak metanol

daun petroseli tidak memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan ekstrak metanol batang dan

daun ashitaba memiliki aktivitas antioksidan.

Kata kunci : apiaceae, seledri, ashitaba, petroseli, uji BSLT, uji DPPH

PO-B06

Page 210: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Perbedaan Pelarut Pengekstraksi Terhadap Komposisi Kimia Oleoresin Jahe

Merah (Zingiber officinale var. rubrum)

Verawati, B.A. Martinus dan Riska Ramadhani

Email : [email protected]

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang

ABSTRAK

Jahe merah merupakan salah satu obat tradisional Indonesia yang memiliki berbagai

khasiat seperti sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikanker dan kardiotonik. Jahe merah

memiliki kandungan oleoresin tertinggi dibandingkan dengan jenis jahe lainnya. Pada

penelitian ini dilakukan ekstraksi oleoresin dari serbuk kering jahe merah menggunakan

pelarut ekstraksi yang berbeda kepolarannya. Analisa terhadap komposisi kimia oleoresin

jahe merah dilakukan dengan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS).

Dari 50 g serbuk kering jahe merah yang diekstraksi menggunakan pelarut heksan, aseton dan

etanol, maka diperoleh oleoresin dengan % rendemen secara berurutan 5,66%; 13,14% dan

22,64%. Data GC-MS menunjukkan komposisi oleoresin yang terdiri dari asam-asam lemak

dan minyak menguap dimana pada oleoresin dari pelarut heksan teridentifikasi 28 senyawa,

pelarut aseton sebanyak 21 senyawa, dan pelarut etanol sebanyak 17 senyawa. Pada ketiga

tipe oleoresin mengandung beta sesquiphellandrene, zingiberene dan zingerone. Hanya pada

oleoresin dari pelarut heksan ditemukan shogaol yang merupakan salah satu senyawa

identitas jahe merah.

Kata Kunci : Zingiber officinale var. Rubrum, Oleoresin, GC-MS

PO-B07

Page 211: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas Dpph Dari

Esktrak Daun Murbei (Morus alba L.)

Wiwi Winarti,Victor

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta 12640

Email : [email protected].

ABSTRAK

Murbei secara empirik oleh masyarakat digunakan sebagai teh daun murbei, yang

berpotensi sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas. Daun murbei mengandung

kuersetin dan vitamin C yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder, aktivitas antioksidan dengan peredaman

radikal bebas 1,1–difenil–2–pikrihidrazil (DPPH)dari ekstrak daun murbei. Pembuatan

ekstrak dilakukan secara maserasi kinetik menggunakan pelarut air dan etanol dengan

konsentrasi 50%, 70% dan 96%. Maserat yang dihasilkan dari pelarut air dikeringkan

menggunakan metode freeze drying sedangkan maserat yang dihasilkan dari pelarut etanol

dipekatkan dengan rotavapor. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol

50%, 70% dean 96% mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, saponin,

steroid dan minyak atsiri sedangkan pada ekstrak air mengandung senyawa metabolit

sekunder golongan flavonoid dan saponin. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode

peredaman radikal bebas DPPH terhadap ekstrak air dan ekstrak etanol 50%, 70%, 96% daun

murbei menunjukkan nilai IC50 sebesar 115,9 bpj, 160,7 bpj, 95,0 bpj dan 131,4 bpj. Hasil

penelitian menunjukkan, uji aktivitas antioksidan tertinggi adalah ekstrak etanol 70% daun

murbei dengan IC50 sebesar 95,0 bpj.

Kata kunci: Daun murbei (Morus alba L.), ekstrak air, ekstrak etanol 50%,70%,96%,

antioksidan, DPPH

PO-B08

Page 212: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis Kandungan Lemak Dan Protein Terhadap Kualitas Soyghurt Dengan

Penambahan Susu Skim

Diana Serlahwaty, Syarmalina, Novita Sari1

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila , Jakarta 12640, Indonesia

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Soyghurt merupakan produk fermentasi susu kedelai dengan menggunakan bakteri

Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus yang umum dipakai pada

pembuatan yoghurt. Sebagai pilihan pengganti susu sapi kini dapat digunakan susu nabati

yakni susu kacang kedelai. Pada susu kacang kedelai tidak terkandung laktosa sehingga dapat

dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa. Namun pemanfaatan susu kacang kedelai

masih terbatas karena cita rasa yang kurang disukai (rasa langu) serta memiliki umur simpan

yang relatif pendek, sehingga keterbatasan dari susu kacang kedelai dapat diatasi melalui

proses fermentasi menjadi soyghurt agar masa simpan dari susu kacang kedelai dapat

diperpanjang dan dihasilkan produk dengan cita rasa, aroma, serta tekstur yang khas dan enak

. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kandungan lemak dan protein serta pengaruh

waktu simpan terhadap kualitas soyghurt dengan penambahan susu skim. Susu kacang

kedelai fermentasi ditambahkan komponen lain dan dikombinasikan dengan susu skim.

dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%. kemudian dilakukan uji sebelum dan

sesudah fermentasi mencakup analisis protein dengan metode biuret, analisis lemak dengan

metode soxhletasi, untuk mengetahui waktu simpan dari susu kedelai fermentasi dilakukan

penghitungan jumlah asam laktat selama 7 hari, serta untuk mengetahui cita rasa serta tekstur

dilakukan uji hedonik menggunakan 9 panelis dan dianalisis berdasarkan skala penilaian

numerik 1-5. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa susu kacang kedelai setelah difermentasi

kadar lemak menurun dan kadar protein terdapat peningkatan serta formula dengan

konsentrasi susu skim 15% yang paling disukai dan memiliki umur simpan sampai hari ke 6

dilihat jumlah kadar asam laktat dan uji hedonik. Hasil pemeriksaan pH pada susu kacang

kedelai 5,5 dan setelah fermentasi 4,4 Kadar lemak pada susu kacang kedelai berkisar antara

0,6% - 0,7% dan setelah fermentasi berkisar antara 0,1% - 0,2%. Kadar rata-rata protein pada

susu kacang kedelai adalah 7,4% dan setelah fermentasi 17,1%

Kata kunci : Soyghhurt, Kadar Lemak dan Protein, Waktu Simpan,Susu Skim

PO-C01

Page 213: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

formulasi Sediaan Kapsul Dan Tablet Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia

mangostana L.)”

Fifi Harmely, Surya Andrian, Chris Deviarny

Email; [email protected]

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

ABSTRAK

Senyawa xanthon merupakan antioksidan tingkat tinggi, yang dapat membantu

mengobati kerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas, mengahambat proses penuaan dan

mencegah penyakit generatif. Kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L.) mengandung

xanthon, flavonoid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak etanol

kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam bentuk sediaan kapsul dan tablet.

Evaluasi massa kapsul dan granul meliputi organoleptis, bobot jenis, uji kecepatan alir, sudut

istirahat, uji kompresibilitas, faktor hausner, porositas, kandungan air serta kadar fines hanya

dilakukan pada granul. Evaluasi sediaan kapsul dan tablet meliputi organoleptis, keseragaman

bobot, waktu hancur, uji higroskopisitas, serta uji keseragaman ukuran, uji kekerasan dan uji

kerapuhan yang hanya dilakukan pada sediaan tablet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ekstrak etanol kulit buah manggis dapat diformulasi dalam bentuk sediaan kapsul dan tablet.

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan didapat sediaan kapsul dan tablet dari ekstak

etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah memenuhi persyaratan kecuali FI

untuk sediaan tablet tidak memenuhi persyaratan keseragaman ukuran

Kata kunci: formulasi kapsul dan tablet, ekstrak etanol kulit manggis

PO-C02

Page 214: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peningkatan Efisiensi Biaya Pengobatan Melalui Pembuatan Sediaan Oleh Instalasi

Farmasi

Hafzha Hilda, Idayanti, YuliaTrisna

Email: [email protected]

Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

ABSTRAK

LATAR BELAKANG

Pembuatan sediaan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit dilakukan dengan beberapa

pertimbangan, antara lain: obat tidak tersedia di pasaran, obat memiliki formula khusus sesuai

kebutuhan individu pasien, jauh lebih efisien jika dibuat sendiri.

Biaya penggunaan obat mengambil porsi yang besar dalam pelayanan kesehatan di rumah

sakit sehingga efisiensi dalam penggunaan obat akan menurunkan biaya pengobatan secara

bermakna. Penetapan tarif INA-CBG dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

membuat rumah sakit semakin berupaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan membuat sediaan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peran Instalasi Farmasi Rumah

Sakit dalam memenuhi kebutuhan obat yang tidak ada di pasaran dan meningkatkan efisiensi

biaya pengobatan melalui pembuatan sediaan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan

membeli produk komersial.

METODE

Pemetaan dilakukan terhadap sediaan obat yang dibuat oleh Instalasi Farmasi dengan

kriteria sediaan tidak tersedia di pasaran dan/atau penggunaannya tinggi. Dari sediaan yang

memenuhi kriteria, yaitu: cairan pembersih tangan berbasis alkohol, sirup Omeprazol, larutan

campuran mineral, larutan pembasa urin dan larutan Klorheksidin 2%. Proses pembuatan

sediaan dilakukan dengan menerapkan cara pembuatan obat yang baik skala rumah sakit

untuk menjaga mutu sediaan. Biaya pembuatan sediaan obat dibandingkan dengan harga

sediaan di pasaran

HASIL

Selama periode Januari-Desember 2014 telah dibuat 44.934 botol @ 500 ml cairan pembersih

tangan dengan efisiensi biaya jika dibandingkan produk di pasaran sebesar Rp 2.500.753.758.

Sedangkan pembuatan sediaan yang tidak ada di pasaran adalah larutan Klorheksidin 2%

sebesar Rp 16.178.344, sediaan sirup Omeprazol sebesar Rp 11.200.630, larutan campuran

mineral sebesar Rp 4.109.551, larutan pembasa urin sebesar Rp 467.360.

KESIMPULAN

Pembuatan sediaan obat oleh Instalasi Farmasi dapat memenuhi kebutuhan obat yang tidak

tersedia di pasaran dan meningkatkan efisiensi biaya pengobatan secara bermakna.

Kata kunci: efisiensi, pembuatan sediaan, farmasi rumah sakit

PO-C03

Page 215: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Optimasi Formula Sediaan Gel Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers.)

dengan Variasi Gelling Agent Sebagai Antioksidan

KARTININGSIH, HELEN ISMAYA, TESALONIKA

Email : [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

ABSTRAK

Tanaman cincau hijau (Cyclea barbata L.Miers) mengandung tanin, polifenol,

flavonoid yang secara sinergis bekerja sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah

memformulasikan sediaan gel wajah ekstrak daun cincau hijau yang stabil secara fisik dan

kimia serta memiliki aktivitas antioksidan yang efektif melawan radikal bebas. Dalam

penelitian ini, ekstrak daun cincau hijau dari hasil maserasi kinetik dengan etanol 70%, diuji

aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan diperoleh nilai IC50 sebesar 18.8160 µg/mL.

Ekstrak daun cincau hijau diformulasikan menjadi 12 formula menggunakan basis gel HPC-

m 5-6%, HPMC 4-5%, dan kombinasi. karbomer 940 0.5-1,5%, dan sepigel 305 3-7% yang

masing-masing telah dikembangkan. Sediaan gel yang terbentuk dievaluasi secara fisik dan

kimia meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji viskositas dan sifat alir, uji kemampuan

menyebar dan uji pH. Hasil evaluasi menunjukan formula I dengan HPC-m 5% merupakan

gel jernih berwarna hijau muda, berbau khas, homogen, memiliki viskositas 25416,67 cPs

dengan sifat alir plastis, kemampuan sebar 3454,10 mm2 dan pH 6,0. Formula VI merupakan

sediaan gel berwarna jernih hijau muda, tidak berbau, homogen, viskositas 10000 cPs dengan

sifat alir plastis, kemampuan sebar 7208,4202 mm2, dan pH 5.85. Sediaan gel ini diuji

aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan diperoleh aktivitas antioksidan dengan IC50

formula 1 sebesar 35,5620 µg/ml dan formula 6 sebesar 39.2408 µg/mL yang termasuk

kategori antioksidan sangat kuat.

Kata kunci : Radikal bebas, ekstrak daun cincau hijau, antioksidan, metode DPPH, gel,

HPC-m, HPMC, Karbomer 940, Sepigel 305

PO-C04

Page 216: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Stabilitas Emulgel Serbuk Kasar Papain (Carica papaya L.)

Moch. Futuchul Arifin, Syarmalina, Diana Serlahwaty, Anggi Yudhatama Subroto,

Lukie Jean

ABSTRAK

Telah dilakukan optimasi formula sediaan emulgel serbuk kasar papain hasil semprot

kering dengan rancangan faktorial 23. Diperoleh formula optimum: 2,5% HPMC; 6,5%

parafin cair dan 2,4% kombinasi Tween 80: Span 80 (1:1,5). Tujuan penelitian adalah

memastikan stabilitas emulgel serbuk kasar papain secara fisika, aktivitas proteolitik papain

dan aktivitas antimikroba terhadap beberapa mikroba penyebab jerawat. Uji stabilitas

dilakukan dengan menyimpan emulgel pada suhu 40°C selama 3 bulan. Parameter stabilitas

fisika emulgel meliputi tipe emulsi, viskositas, sifat alir, daya sebar dan freez thaw cycling.

Aktivitas proteolitik emulgel ditentukan melalui uji pelepasan dengan alat disolusi tipe 2 dan

uji antimikroba menggunakan metode difusi agar. Pencuplikan dilakukan pada bulan ke-0, 1,

2 dan 3. Hasil penelitian menunjukkan : tipe emulsi m/a, viskositas pada rpm 0,5 turun dari

2.013,33-1.313,33dPa.S, sifat alir plastis, daya sebar meningkat dari 5,47-6,87mm dan tidak

terjadi pemisahan fase maupun terbentuknya kristal pada uji freez thaw 6 siklus. Aktivitas

proteolitik meningkat dari 3,12-4,29TU/mg dan aktivitas antimikrobanya juga mengalami

peningkatan nilai diameter daerah hambat (DDH) terhadap P. acnes, S. aureus dan S.

epidermidis, masing-masing dari: 14,67-16,70mm; 15,88-17,63mm dan 15,95-17,90mm.

Penyimpanan emulgel serbuk kasar papain selama 3bulan pada suhu 40°C menyebabkan

penurununan viskositas sebesar 34,77% namun sifat fisika lainnya tetap, meningkatkan

aktivitas proteolitik sebesar 37,5% dan meningkatkan aktivitas antimikroba papain terhadap

mikroba uji.

Kata kunci : emulgel serbuk kasar papain, stabilitas, aktivitas proteolitik, antimikroba

PO-C05

Page 217: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Formulasi Thiamin HCl Dan Asam Askorbat Dalam Sediaan Emulsi Ganda Air-

Minyak-Air (A/M/A)

Rachmat Mauludin, Agustian Surya, Sophi Damayanti

Email : [email protected]

Sekolah Farmasi ITB. Jl. Ganesa no 10 Bandung

ABSTRAK

Latar belakang dan tujuan: Sediaan cair multivitamin terdiri dari beberapa komponen

vitamin yang banyak memiliki interaksi satu dengan yang lain. Pada sediaan cair sangat sukar

untuk membentuk sediaan yang mengandung banyak vitamin dengan kestabilan baik.

Thiamin HCl diketahui rentan terhadap senyawa pereduksi dan pengoksidasi, sedangkan

asam askorbat sendiri merupakan senyawa pereduksi. Supaya didapat sediaan cair yang

mengandung dua komponen vitamin yang berinteraksi, dilakukan pemisahan dengan

mengemulsikan thiamin HCl dan asam askorbat secara terpisah pada formulasi emulsi ganda

A/M/A. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan formula dari emulsi ganda yang stabil,

serta melihat efek dari formulasi emulsi ganda terhadap minimalisasi interaksi thiamin HCl

dan asam askorbat.

Metode: Thiamin HCl dan asam askorbat diemulsikan secara terpisah untuk membentuk

emulsi air dalam minyak (A/M) menggunakan komponen fasa minyak asam stearat-minyak

wijen dengan emulgator Kosteran 0/1(Span 80). Emulsi yang terbentuk kemudian

diemulsikan kembali dalam air dengan pengemulsi Tween 80 dan penstabil Metholose 60 SH

50. Evaluasi kestabilan dipercepat dilakukan dengan penyimpanan sediaan dalam suhu 40oC

dan melakukan pengukuran kuantitatif kadar dari Thiamin HCl dengan Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi.

Hasil: Emulsi ganda yang mengandung Thiamin HCl dan asam askorbat dibuat dengan dosis

Asam Askorbat 10 mg/mL dan Thiamin HCl 2 mg/mL. Formulasi dari sediaan menggunakan

fasa minyak asam stearat 4,5% dan minyak wijen 4,5%, dengan penstabil Span 80 8,844%,

Tween 80 1,168%, dan Metholose 60 SH 50 0,5%. Jumlah kadar Thiamin HCl dalam sediaan

emulsi ganda relatif lebih tinggi daripada kadar Thiamin HCl pada larutan pembanding pada

3 hari pengujian di suhu 40oC.

Kesimpulan: Sediaan emulsi ganda A/M/A yang mengandung Thiamin HCl dan asam

askorbat menggunakan diformulasikan dengan fasa minyak asam stearat-minyak wijen

dengan penstabil Tween 80, Span 80, dan Metholose 60 SH 50. Metode emulsifikasi terpisah

pada formulasi emulsi ganda A/M/A dapat meminimalkan laju penurunan thiamin HCl yang

disebabkan karena interaksi dengan asam askorbat.

Kata kunci: Emulsi, Thiamin HCl, Asam Askorbat, Stabilitas, Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi

PO-C06

Page 218: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengaruh Beberapa Jenis Larutan Asam Pada Pembuatan Gelatin Dari Kulit Ikan

Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) Kering Sebagai Gelatin Alternatif

Revi Yenti1, Dedi Nofiandi

1, Rosmaini

1

Email : [email protected]

1Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

ABSTRAK

Sampai saat ini bahan baku yang banyak digunakan untuk memproduksi gelatin

adalah tulang sapi, kulit sapi dan kulit babi. Pemanfaatan gelatin dari mamalia tersebut

masih banyak menemui kendala. Pada penelitian ini dibuat gelatin dari kulit ikan sepat rawa

(Trichogaster trichopterus) kering menggunakan proses asam (tipe A). Larutan HCl 2% v/v,

H3PO4 2% v/v dan CH3COOH 2% v/v digunakan sebagai variasi larutan perendaman.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui larutan asam yang paling besar memberikan

rendemen dan karakteristik gelatin yang dihasilkan tersebut. Analisa statistik menunjukkan

bahwa jenis larutan asam memberi pengaruh yang berbeda nyata pada rendemen, kekuatan

gel, viskositas, derajat keasaman (pH), kadar air, dan kadar abu, tapi tidak berbeda nyata pada

kadar protein dan kadar lemak. Rendemen gelatin terbanyak adalah gelatin dengan

perendaman larutan CH3COOH 2% v/v yaitu 3,51%.

Kata Kunci : Trichogaster trichopterus, larutan asam, gelatin.

PO-C07

Page 219: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Optimasi Formula Masker Gel Peel Off Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Burm.f.)

Setyorini Sugiastuti, Moch. Futuchul Arifin, Weny Widiya

Email : [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta.

ABSTRAK

Jeruk lemon (Citrus limon (L.) Burm.f.) mempunyai khasiat sebagai antiaging. Salah

satu bentuk sediaan untuk produk antiaging adalah sediaan masker gel peel Off. Penelitian ini

dilakukan untuk mendapatkan formula optimum masker gel peel off jeruk lemon. Perasan

jeruk lemon dikeringkan menggunakan spray dryer dengan pengisi maltodekstrin. Serbuk

jeruk lemon diformulasi menggunakan rancangan faktorial 22

dengan faktor PVA (10 dan

12%), dan Karbomer 940 (1 dan 2%). Optimasi formula menggunakan rancangan faktorial 23

dengan memasukkan faktor suhu penyimpanan yaitu 25°C dan 40°C. Ke empat formula yang

diperoleh disimpan pada suhu 25°C dan 40°C selama 3 bulan, dilakukan uji viskositas,

kemudahan sebar, kecepatan mengering, kekuatan tarikan, pH dan aktivitas antioksidan

dengan menentukan nilai IC50 nya. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan kadar

PVA, meningkatkan viskositas kekuatan tarikan film lapisan tipis dan menurunkan aktivitas

antioksidan, daya sebar dan mempercepat pengeringan. Peningkatan kadar Karbomer 940,

meningkatkan viskositas, menurunkan aktivitas antioksidan, daya sebar, mempercepat

pengeringan dan kekuatan tarikan Peningkatan suhu pada penyimpanan selama 3 bulan,

meningkatkan viskositas, daya sebar, kekuatan terhadap tarikan dan menurunkan aktivitas

antioksidan, mempercepat pengeringan dan pH. Optimasi formula dilakukan dengan

menumpang tindihkan plot kontur semua respon (contourplot superimposed), menggunakan

standar sediaan masker gel pell off yang ada di pasaran, yaitu nilai viskositas 500-600 dPa.S;

daya sebar 5-6,5 mm, kecepatan pengeringan 15-20 menit, kekuatan daya tarik 60-70 kg/cm3

,

pH 4,5-6,5 dan nilai IC50 50-100. Tidak ditemukan adanya daerah irisan yang merupakan

daerah optimum, sehingga dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan formula optimumnya.

Kata kunci : optimasi, masker gel, jeruk lemon

PO-C08

Page 220: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Night Cream Azelaic Acid Berbasis Medium Cream Sebagai Skin Whitening Dengan

Uji Iritasi

Siti Umrah Noor, Margaretta Theresia

Email : [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta 12620

ABSTRAK

Azelaic acid merupakan salah satu bahan sintetik bersifat asam dengan pka 5,498

yang berfungsi sebagai skin whitening. Tujuan penelitian ini agar didapatkan formula terbaik

night cream yang memenuhi uji mutu fisik serta tidak mengiritasi kulit. Telah dilakukan

formulasi 6 formula azelaic acid 0,5 % menggunakan medium cream dengan konsentrasi

gliseril monostearat 0,1%; 0,5%; 0,9% sebagai emulsifying agent dan stiffening agent. Krim

dibuat dengan mencampurkan fase terdispersi ke dalam fase pendispersi, kemudian dilakukan

uji mutu fisik serta uji iritasi terhadap kulit panelis dengan metode patch test. Krim yang

dihasilkan dievaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, tipe krim,

spreadability, viskositas dan difat air, ukuran globul, sentrifugasi, dan uji pH. Dilakukan uji

stabilitas mutu fisik yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 40° C selama 4 minggu dan uji

iritasi kepada panelis. Krim yang dihasilkan berbentuk semi padat, berwarna putih susu,

berbau wangi, homogen, bertekstur lembut, dan bertipe M/A, nilai spreadability 3742,97 –

4162,36 mm2

, viskositas 76000 – 154000 cPs dengan sifat alir titsotropik plastis, ukuran

globul 58,93 – 64,24 µm, hasil sentrifugasi dengan putaran 3800 rpm selama 5 jam tidak

terjadi pemisahan fase krim, pH antara 4,19 – 4,21. Dapat disimpulkan bahwa formula

dengan konsentrasi gliseril monostearat 0,5% menghasilkan krim yang memenuhi parameter

mutu fisik dan tidak menimbulkan reaksi iritasi terhadap kulit panelis sehingga aman

digunakan

Kata Kunci : night cream, azelaic acid, medium cream, uji iritasi

PO-C09

Page 221: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L)

dengan Basis Carbopol

Supomo

Akademi Farmasi Samarinda

ABSTRAK

PO-C10

Page 222: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Banding Potensi Beberapa Pati Pregelatinasi Sebagai Bahan Pengikat Tablet

dengan Metode Kempa Langsung

Wira Noviana Suhery, Noveri Rahmawati, Adwinda Rahma Putri

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Alamat : Jl. Kamboja Simpang Baru Panam Pekanbaru

Email : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai uji banding potensi beberapa pati pregelatinasi sebagai

bahan pengikat tablet dengan metode kempa langsung. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui potensi pati pregelatinasi sebagai bahan pengikat dan memberikan sifat fisik serta

disolusi yang baik pada formulasi sediaan tablet. Penelitian dilakukan menggunakan tiga

rancangan formula dengan memvariasikan bahan pengikat tablet yang digunakan yaitu

Formula I (pati pregelatinasi singkong), Formula II (pati pregelatinasi ubi jalar) dan Formula

III (pati pregelatinasi bengkuang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati pregelatinasi

singkong, ubi jalar dan bengkuang memiliki potensi yang hampir sama sebagai bahan

pengikat tablet, namun pati pregelatinasi bengkuang yang paling berpotensi sebagai bahan

pengikat tablet, karena tablet yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan disolusi sesuai dengan

persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia.

Kata Kunci : Pati Pregelatinasi, Singkong, Ubi Jalar, Bengkuang, Bahan Pengikat, Cetak

Langsung

Page 223: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Karakterisasi Fisikokimia Sistem Biner Glibenklamid dan Asam tartrat

Erizal Zaini1)

, Ahmad Baikuni2)

dan Maria Dona Octavia2)

1) Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang,

2)Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFRM) Padang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan pembentukan sistem biner glibenklamid dan asam tartrat dengan

teknik ko-kristalisasi dari pelarut menggunakan pelarut metanol yang dibuat dengan

perbandingan ekuimol, sebagai pembanding dibuat campuran fisika dan serbuk glibenklamid.

Padatan hasil ko-kristalisasi dikarakterisasi dengan analisis mikroskopik, difraksi sinar-X,

termal DTA dan spektrofotometer FT-IR. Uji kelarutan dilakukan dengan alat orbital Shaker

selama 48 jam dengan medium dapar posfat pH 7,4. Hasil interaksi menunjukkan

pembentukan konglomerat atau eutektikal antara kedua fase kristalin dalam keadaan padat,

dengan titik eutektik pada temperatur 146,32 0C. Kelarutan glibenklamid hasil ko-kristalisasi

meningkat secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisika dan glibenklamid murni.

Kata kunci : Glibenklamid, Asam Tartrat, kelarutan dan eutetik.

PO-C12

Page 224: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nanosensor Sensitif Ph Berbasis Cross-Link Antara Nanopartikel Emas Dan Poly(2-

Dimethylaminoethyl Methacrylate) (PDMAEMA)

Erindyah R Wikantyasning, Isnaini Nur Hidayah, Broto Santoso, Suprapto

Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi UMS, Fakultas Farmasi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura,

Surakarta

Corresponding author email: [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi cross-link antara nanopartikel

emas (AuNPs) dengan polimer responsif pH, yaitu poly(2-dimethylaminoethyl methacrylate)

(PDMAEMA). AuNPs disintesis dengan metode Turkevich, dan dikarakterisasi dengan TEM

dan spektrofotometer UV-Vis. PMAA dan PDMAEMA disintesis dengan polimerisasi

RAFT, selanjutnya dikarakterisasi dengan NMR dan di-crosslink dengan AuNPs. Hasil

menunjukkan bahwa AuNPs mempunyai ukuran partikel rata-rata 14 nm dan menunjukkan

puncak SPR pada 526 nm. Self-assembly dari PDMAEMA-AuNPs menunjukkan perubahan

warna dari merah menjadi biru dengan kenaikan pH. Diketahui bahwa perubahan warna

bersifat reversibel, dengan pH transisi pada pH 7-8 untuk AuNPs yang dicrosslink dengan

PDMAEMA. Material smart tersebut diharapkan dapat diaplikasikan lebih lanjut untuk

biosensor dan sistem penghantaran obat.

Kata kunci: nanopartikel emas, nanosensor, polimer responsif pH, PDMAEMA

PO-C13

Page 225: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Konsentrasi Larutan Penyangga Terhadap Aktivitas Sal1 Dalam Mendigesti

Plasmid pAcRP23

Abstrak

Enzim restriksi ditemukan secara alami dalam bakteri. Enzim restriksi memotong

untaian DNA di tempat spesifik karena mampu mengenali urutan nukleotida spesifik dalam

DNA tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan

penyangga (buffer) terhadap aktivitas enzim restriksi Sal1 dalam mendigesti plasmid

pAcRP23. Untuk membuat larutan penyangga dengan konsentrasi 0,5X dan 2X KGB,

sejumlah 5 μl larutan plasmid pAcRP23 (0,2 μg/ml) ditambahkan dengan 3 μl atau 12 μl

KGB 5X, kemudian ditambah akuades steril hingga volumenya 28 μl. Sesudah itu, 2 μl Sal1

ditambahkan ke dalam masing-masing larutan campuran dan diinkubasi dalam suhu 37oC

selama 1 jam. Sejumlah 6 μl loading buffer 6X yang sudah mengandung pewarna kemudian

ditambahkan ke dalam larutan yang bervolume 30 μl tersebut. Fragmen DNA yang terbentuk

dipisahkan dengan elektroforesis menggunakan agarose gel 0,8 dan 1%, dengan TAE sebagai

running buffer dan dialirkan dalam arus 5,71 volt/cm. Fragmen yang dihasilkan dari

elektroforesis ditentukan dengan memplotkan jarak migrasi dari ladder 1 kb terhadap log bp-

nya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi larutan penyangga dapat

menyebabkan perbedaan aktivitas Sal1 dalam mendigesti plasmid pAcRP23 sehingga

menghasilkan perbedaan ukuran fragmen plasmid.

Kata kunci : enzim restriksi, konsentrasi larutan penyangga, Sal1, ukuran fragmen.

PO-D01

Page 226: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Molecular Identification Of Js-1 Isolate, A Β-Cyclodextrin Glycosyltransferase

(CGTase) Producer

Nur Miftahurrohmah, Moordiani

Email: [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

ABSTRAK

Cyclodextrin glycosyltransferase (CGTase) is a bacterial enzyme with numerous

industrial applications due to its capabilities in converting starch into a cyclic oligosaccharide

molecule, cyclodextrin (CD). Pharmaceutical industries using CD as drug excipient for

enhance the solubility and bioavailability of some hydrophobic drug molecules, and also

mask the unfavourable taste and odour. In Indonesia, there are still a few local bacteria that

had reported as CGTase producers. From our previous work, we had isolated a soil bacterium

from Sumedang, West Java, Indonesia, named JS-1 isolate, based on its specific colony

appearance on Horikoshi agar medium. This research was aimed to identify JS-1 isolate using

molecular identification method based on 16S rDNA gene sequence and analyze the

enzymatic activity of CGTase produced by the isolate. The bacterial 16S rDNA gene was

amplified using universal primer and the sequence was analyzed using BLASTn (NCBI).

From BLAST analysis, it can be concluded that JS-1 isolate was similar to Paenibacillus sp.

AG430 with %homology of 99.6%. To ensure the CGTase activity produced by JS-1 isolate,

the crude enzyme which contained in the 48h culture‟s supernatant was analyzed using

zymography assay, including starch hydrolytic and β-cyclization activity. The results of

zymography assay were showed that CGTase produced by JS-1 isolate was proved has starch

hydrolytic and β-cyclization activity.

PO-D02

Page 227: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Anti Kandidiasis Batang Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Secara In

Vitro

Syarmalina, Nadya W.P.

Email : [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

ABSTRAK

Batang sereh wangi (Cymbopogon nardus L) mengandung senyawa kimia yaitu

geraniol, sitronelol dan sitronella yang berkhasiat sebagai anti kandidiasis, tujuan penelitian

mengetahui kandungan senyawa kimia batang sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) berupa

serbuk maupun estrak kental dengan uji penapisan fitokimia dan untuk mengetahui potensi

ekstrak kental sebagai anti kandidiasis. Metode penelitian yang di lakukan adalah ekstrak

kental etanol 70% batang sereh wangi diuji potensi anti kandidiasis terhadap isolat khamir

yang diisolasi dari probandus penderita kandidiasis menggunakan mikroba uji pembanding

Candida albicans dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram dan metode dilusi

tabung menggunakan pengenceran tabung. Hasil penampisan fitokimia pada serbuk dan

ekstrak kental etanol mengandung adanya golongan senyawa: flavanoid, saponin, tanin,

triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol

70% batang sereh wangi dapat menghambat pertumbuhan khamir penyebab kandidiasis.

Diameter Daya Hambat (DDH) anti kandidiasis paling efektif di peroleh dari isolasi IM1.1.

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak etanol batang sereh wangi terhadap

isolasi IM1.1, IM2.2, IM3.1 dan Candida albicans adalah 25%.

Kata kunci : batang sereh wangi, Cymbopogon nardus, kandidiasis.

PO-D03

Page 228: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Penghambatan Xantin Oksidase Secara In-Vitro Oleh Isolat 6,4’-

Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon-2-O-Β-D-Glukopiranosida (C20H22O10) Yang Diisolasi

Dari Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl)

Aprilita Rina Yanti Eff*, Sri Teguh Rahayu* dan Resta Dwi Syachfitri **

Email: [email protected]

*Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, **Fakultas Farmasi UTA‟45 Jakarta

ABSTRAK

Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat di atas

normal (Hidayat, 2009). Hiperurisemia merupakan faktor utama dalam perkembangan

penyakit gout (Huang et al., 2011). Gout atau pirai adalah penyakit akibat adanya

penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat

(Sudoyo et al., 2006).

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl) adalah tanaman obat asli

Indonesia yang berkhasiat diantaranya menurunkan tekanan darah tinggi, obat kencing manis

dan asam urat (Rostinawati, 2007). Kandungan kimia dari tanaman ini salah satunya adalah

senyawa benzopenon yaitu 6,4‟-Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon-2-O-β-D-Glukopiranosida

(C20H22O10).

Tujuan penelitin ini untuk mengetahui aktivitas isolat 6,4‟-Dihidroksi-4-

Metoksibenzofenon-2-O-β-D-Glukopiranosida (C20H22O10) dalam menghambat xantin

oksidase secara in-vitro dengan alopurinol sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas

penghambatan xantin oksidase dilakukan dengan metode spektrofotometri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat 6,4‟-Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon-2-

O-β-D-Glukopiranosida (C20H22O10) dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl) memiliki aktivitas penghambatan terhadap xantin oksidase dengan nilai IC50

sebesar 15,705 μg/mL. Namun, alopurinol masih memiliki aktivitas penghambatan xantin

oksidase yang lebih tinggi dibandingkan isolat dengan nilai IC50 sebesar 0,091 μg/mL. Dari

plot Lineweaver-Burk menunjukkan bahwa isolat 6,4‟-Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon-2-O-

β-D-Glukopiranosida (C20H22O10) memiliki aktivitas penghambatan kompetitif.

Kata kunci: xantin oksidase, mahkota dewa, 6,4‟-Dihidroksi-4-Metoksibenzofenon-2-O-β-D

Glukopiranosida

PO-E01

Page 229: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Aktivitas Diuretik Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto Pada Mencit Putih

Jantan Galur Swiss

Eka Siswanto Syamsul, Supomo, Hamidah

Email: [email protected]

Akademi Farmasi Samarinda

ABSTRAK

Sambiloto (Andrographis paniculata [Burm.f] Nees) secara empiris digunakan

sebagai peluruh air seni (diuretik). Salah satu senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu

flavonoid polimetoksi flavon, dapat berkhasiat sebagai diuretik. Tujuan dilakukan penelitian

uji yaitu untuk mengetahui potensi aktivitas diuretik dan dosis efektif ekstrak terpurifikasi

herba sambiloto pada mencit putih jantan galur Swiss.

Pembuatan Ekstrak terpurifikasi dengan jalan ekstrak kental etanol dimurnikan dengan

pelarut n-heksana, Fraksi tak larut heksana dipurifikasi kembali dengan ditambahkan pelarut

etil asetat dan divorteks kembali, diuapkan sampai menjadi ekstrak kental. Hewan uji dibagi

5 kelompok, tiap kelompok 4 ekor mencit putih jantan galur Swiss, dipuasakan selama 12-18

jam. Kelompok I kontrol negatif (suspensi PVP 4,76%), kelompok II kontrol positif

(Furosemid), kelompok III (dosis 100 mg/kg BB), kelompok IV (dosis 200 mg/kg BB), dan

kelompok V (dosis 300 mg/kg BB). Hewan uji dimasukkan ke dalam kandang metabolit,

diberi 0,8 ml air minum per oral setiap 3 jam. Volume urine diukur pada jam ke 3, 6, dan 9.

Hasil ANAVA satu jalan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Hasil uji

LSD, kontrol negatif berbeda bermakna dengan control positif dan ekstrak terpurifikasi herba

sambiloto dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 300 mg/kg BB. Dosis 300 mg/kg BB

merupakan dosis yang paling efektif sebagai diuretik. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak

terpurifikasi herba sambiloto berpotensi sebagai diuretik.

Kata Kunci: A. paniculata, Ekstrak terpurifikasi, diuretik

PO-E02

Page 230: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinale) dengan

Beberapa Antibiotik Terhadap Staphylococcus aureus

Elin Yulinah Sukandar, Neng Fisheri, Anissa Kamil

Email : [email protected]

Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Ganesha 10, Bandung, Indonesia.

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara tropis dengan suhu dan kelembaban yang memadai

untuk memfasilitasi pertumbuhan mikroba. Staphylococcus aureus merupakan bakteri

penyebab utama infeksi kulit dan jaringan lunak di dunia. Prevalensi infeksi kulit oleh S.

aureus tinggi pada infeksi nosokomial. Pengobatan infeksi S. aureus lebih sulit karena

pengembangan galur yang resisten yang dikenal dengan nama “Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus (MRSA)”. Kadang-kadang masyarakat menggunakan antibiotik

bersamaan dengan minuman herbal atau suplemen herbal yang dapat memodifikasi efek

antibiotik, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek interaksi antibakteri

secara in vitro di antara ekstrak rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dengan antibiotik

tertentu meliputi penisilin V, ampisilin, dan tetrasiklin HCl terhadap Methicillin-sensitive

Staphylococcus aureus (MSSA), and MRSA.

Aktivitas antibakteri ekstrak and antibiotik secara in vitro diuji terhadap MSSA and

MRSA, menggunakan metode mikrodilusi untuk menentukan konsentrasi hambat minimum

(KHM) dan konsentrasi bakterisidal minimum (KBM). Kombinasi antibakteri ekstrak jahe

dan antibiotik diuji secara in vitro dengan memodifikasi metode “checkerboard” dan

diinterpretasi sebagai index fraksi konsentrasi inhibisi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efek anti bakteri dari kombinasi

ekstrak etanol jahe dan antibiotik terhadap bakteri di atas. Secara umum, efek kombinasi

antibakteri ekstrak jahe dan antibiotic menunjukkan efek aditif dan sinergis terhadap MSSA,

dan MRSA. Efek ini dapat terjadi karena interaksi antara komponen aktif dengan antibiotik..

Hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak jahe dan antibiotik berguna untuk mengatasi

infeksi.

Kata kunci : Kombinasi antibakteri, MSSA, MRSA, modifikasi metode checkerboard

PO-E03

Page 231: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kajian Efek Antiaterosklerosis Ekstrak Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)

Pada Burung Puyuh

Elisma

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun gaharu (

Aquilaria malaccesis Lamk) terhadap pembentukan aterosklerosis pada burung puyuh jantan

(Coturnix – coturnix japonica) yang diinduksi makanan lemak tinggi ( MLT ) dan

propilthiourasil (PTU). Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 5 yang terdiri dari

kelompok I sebagai kontrol negatif hanya diberikan makanan strandar, kelompok II sebagai

control positif diberikan MLT dan PTU kelompok III, IV,V diberikan ekstrak daun gaharu

dengan dosis 100 mg/kb Bb, 300 mg/kg BB, 900 mg/kg BB dan disertai dengan pemberian

MLT dan PTU pemberian ekstrak diberikan secara oral selama 60 hari. Dosis yang digunakan

adalah 100, 300, 900 mg/kg BB. Grup kontrol hanya diberikan makanan standar. Hasil

penelitian menunjukan pemberian ekstrak daun gaharu dapat mencegah terjadinya

aterosklerosis pada burung puyuh jantan dengan signifikan (P < 0,05). Dosis 100 mg/kg BB

menunjukan efek pencegahan yang optimal.

Kata kunci: Aquilaria malaccensis Lamk, aterosklerosis

PO-E04

Page 232: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isolasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak N-Heksan Kulit Batang Meranti

Rambai (Shorea acuminata Dyer)

Enda Mora 1 , Noveri Rahmawati

2, Zulfa Anggraini

3

Email : [email protected]

1,2,3) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi dan uji aktivitas anti oksidan ekstrak n-heksan kulit batang

Meranti rambai (Shorea acuminata Dyer)dengan metoda DPPH. Penelitian ini bertujuan

untuk karakterisasi hasil isolasi dan menguji aktivitas antioksidan dari hasil isolasi dan

ekstrak n-heksan kulit batang Meranti rambai (Shorea acuminata Dyer)dengan metoda

DPPH. Dari hasil isolasi diperoleh senyawa murni SS1 berupa kristal berwarna putih

sebanyak ,5 mg dengan titik leleh - C, positif terhadap reagen Lieberman-Burchard

yaitu warna orange pudar yang menunjukkan golongan steroid. Senyawa hasil isolasi

diidentifikasi dengan spektroskopi UV, IR, dan NMR. Dari hasil analisa data NMR senyawa

murni SS1 memiliki 28 atom karbon dan 46 proton. Diduga senyawa isolasi adalah steroid β-

sitosterol. Nilai uji antioksidan ekstrak n-heksan dan senyawa murni SS1 memiliki sifat

antioksidan lemah dengan nilai IC50 berturut-turut yaitu 160 µg/ml dan 599,471 µg/ml.

Kata Kunci : Isolasi, ekstrak n-heksan,aktivitas antioksidan, metoda DPPH

PO-

E05

Page 233: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)

Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Tikus Putih Jantan

Helmi Arifin 1)

, Barmitoni 2)

, Zet Rizal 2)

1) Fakultas Farmasi Universitas Andalas ( UNAND) Padang.

2) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.

ABSTRAK

Penyembuhan luka merupakan suatu proses normal sebagai respon adanya cidera

pada jaringan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak etanol daun

binahong terhadap penyembuhan luka sayat pada tikus putih jantan. Dibagi dalam 5

kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kontrol negatif), kelompok II diberi povidone iodin

10% (kontrol positif), kelompok III, IV dan V diberi salaep ekstrak daun binahong dengan

konsentrasi masing-masing 5%, 10% dan 15%. Dengan membuat luka sayat buatan

dipunggung tikus dengan panjang luka 20 mm dan kedalaman 2 mm. Di oleskan salep

perlakuan sesuai kelompoknya dua kali sehari selama 10 hari, pengukuran panjang dan lebar

luka dilakukan setiap hari menggunakan jangka sorong. Data dianalisis dengan ANOVA dua

arah dan dilanjutkan uji duncan. Hasil menunjukan bahwa ekstrak etanol daun binahong

mampu menyembuhkan luka pada konsentrasi 10% - 15%, pengurangan panjang luka terjadi

pada hari ke-7 semakin tinggi konsentrasi ekstrak efek penyembuhan luka semakin besar.

PO-E06

Page 234: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Alpukat Terhadap Proteksi Hepar Dan Ginjal Pada

Tikus Terinduksi Karbontetraklorida

Komang Ayu Nopitasari, Rotua Winata Nopelia Silitonga, Phebe Hendra

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji

alpukat (EEBA) terhadap proteksi hepar dan ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Sejumlah tikus sehat yang ditimbang dan dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan

yang terdiri masing-masing 5 ekor. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif dipejankan olive oil

(2 ml/kg, i.p.). Kelompok 2 dipejankan karbon tetraklorida (2ml/kg BB, i.p.). Kelompok 3

sebagai kontrol perlakuan EESA 1,4 g/kg BB selama 6 hari. Kelompok 4-6 merupakan

kelompok perlakuan EEBA 0,35; 0,70; 1,40 g/kg selama 6 hari berturut-turut selanjutnya

diberikan karbon tetraklorida. Pengambilan darah dilakukan untuk menentukan aktivitas

serum transaminase dan kreatinin. Perlakuan ekstrak etanol biji alpukat mempunyai aktivitas

proteksi terhadap hepar dan ginjal pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Kata kunci: biji, alpukat, ekstrak etanol, karbon tetraklorida, hepar, ginjal

PO-E07

Page 235: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Toksisitas Subkronis Ekstrak Tali Putri (Cassytha filiformis L.) Terhadap Fungsi Ginjal

Tikus Putih

Yori Yuliandra, Annisa Nur Salasa, Friardi, dan Armenia

Email: [email protected]

Fakultas Farmasi Universitas Andalas

ABSTRAK

Uji toksisitas subkronis ekstrak bebas lemak dari herba tali putri (Cassytha filiformis

L.) terhadap fungsi ginjal telah dilakukan. Sebanyak 16 ekor tikus jantan berusia 2-3 bulan

dengan berat badan ±250 gram dibagi menjadi 4 kelompok yang menerima dosis kontrol dan

ekstrak 1,25; 2,5; dan 5 mg/kg. Sediaan uji diberikan setiap hari secara intraperitonial selama

14 hari. Data bersihan kreatinin, persentase fungsi ginjal, dan rasio berat organ ginjal

dianalisis dengan ANOVA dua arah dengan rentang kepercayaan 95%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dosis ekstrak menyebabkan penurunan bersihan kreatinin dan persentase

fungsi ginjal tikus secara bermakna (p<0,05) dan menyebabkan peningkatan rasio berat organ

ginjal yang sangat bermakna (p<0,01). Lama pemberian ekstrak juga mempengaruhi bersihan

kreatinin. Fungsi ginjal juga mengalami penurunan meskipun masih dalam rentang normal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak tali putri dengan dosis 1,25-5 mg/kgBB

dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, tetapi masih relatif aman bila digunakan selama

14 hari.

Kata kunci: cassytha filiformis, tali putri, toksisitas subkronis, ginjal, bersihan kreatinin

PO-E08

Page 236: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Afrika Selatan (Vernonia Amygdalina D) Terhadap

Kadar Gula Darah Tikus Jantan Diabetes

Yuliana Arsil, Lily Restusari, Fitri

Email : [email protected]

Jurusan Gizi - Poltekkes Kemenkes Riau

ABSTRAK

Prevalensi kasus diabetes mellitus (DM) meningkat setiap tahunnya. WHO

memprediksi pada tahun 2025 penderita DM di Indonesia sebanyak 12,4 juta jiwa. Hal ini

yang menyebabkan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai alternatif

pengobatan DM, diantaranya melalui penggunaan tanaman obat. Daun Afrika Selatan

(Vernonia amygdalina Delite) merupakan salah satu tanaman yang dikenal dapat menurunkan

kadar gula darah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek ekstrak etanol daun Afrika

Selatan (Vernonia amygdalina Delite) terhadap kadar gula darah tikus putih jantan yang

diinduksi streptozotocin dengan dosis 50 mg/kgBB. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus

putih jantan galur sprage dawley, yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I adalah

kontrol negatif tidak diberikan perlakuan, Kelompok II adalah kontrol positif, diberikan

metformin dengan dosis 90 mg/kg, Kelompok III, IV dan V adalah kelompok yang diberikan

ekstrak etanol daun Afrika Selatan dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan dosis

400mg/kg BB. Data berupa persentase penurunan kadar gula darah pada hari ke 3, 6, dan hari

ke 9. Analisis data menggunakan ANOVA dua arah dan dilanjutkan dengan Duncan multiple

range test. Hasil penelitian menunjukkan persentase penurunan kadar gula darah tikus putih

jantan kelompok I adalah sebesar 0,29 %, kelompok II sebesar 41,02 %, kelompok III, IV dan

V berturut-turut sebesar 31,64 %, 29,9 % dan 41,41%. Persentase penurunan kadar gula darah

dipengaruhi secara signifikan oleh dosis dan waktu pemberian ekstrak etanol daun Afrika

Selatan (P< 0,05).

Kata kunci : ekstrak, daun afrika selatan, gula darah, vernonia amygdalina

PO-E09

Page 237: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Efektifitas Sediaan Herbal Cair Kombinasi Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa

Linn.) dan Herba Seledri (Apium graveolens linn.) Sebagai Antihipertensi Terhadap

Tikus Putih Jantan (Sprague-Dawley)

Erni Rustiani , Moerfiah , Dwi Nur Hardiyanto

Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas sediaan herbal cair kombinasi

kelopak bunga rosella (8%) dan herba seledri (2%) dalam menurunkan tekanan darah

tinggi (hipertensi) pada tikus Sprague-Dawley jantan yang telah diinduksi NaCl 5%. Hewan

uji yang digunakan sejumlah 20 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 4 kelompok.

Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I sebagai kontrol positif diberi peroral

obat X (mengandung seledri dan daun kumis kucing) dengan dosis 14,3 mg/200 g BB tikus,

kelompok II diberi sediaan herbal cair dengan dosis 0,45 ml/200 g BB, kelompok III dengan

dosis 0,225 ml/200 g BB dan kelompok IV diberi akuades sebagai kontrol negatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemberian sediaan herbal cair kombinasi kelopak bunga

rosella dan herba seledri mempunyai efek sebagai antihipertensi dengan dosis yang

paling efektif adalah dosis 0,45 ml/200 g BB dengan lama pengobatan yang paling efektif

adalah 10 hari.

Kata Kunci : Antihipertensi, Herba seledri, Kelopak bunga rosella.

PO-E10

Page 238: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Determination of β-Carotene In Some Lettuce (Lactuca sativa l.) Using Visible

Spectrophotometry

Faridah*, Irfan Fadilah*

Email : [email protected]

Faculty of Pharmacy Pancasila University

ABSTRAK

Lettuce (Lactuva sativa L.) is a vegetable that has been recognized by Indonesian

people, but the cultivated is not widespread yet. Some lettuce that widely consumed in

Indonesia is watercress, looseleaf lettuce and crisphead lettuce. Lettuce contains some

essential nutrients for health, such as β-carotene. β-carotene is one of antioxidant from

carotenoid group that can protect the body from damage caused by free radical, so that can

prevent degenerative diseases, such as coronary heart disease, stroke, cancer, and the aging

process. The assay of β-carotene from watercress, looseleaf lettuce, and crisphead lettuce

were 8,51 mg/100 g; 4,15 mg/100 g; 0,23 mg/100 g with relative standard deviation of

0,53%; 2,04%; and 7,76% respectively. The linearity result showed by correlation coefficient

of 0,9987; 0,9953; and 0,9976 and the accuracy result showed by recovery of 100,3%;

100,5%; and 105,2% respectively.

Keyword : β-carotene, lettuce, Lactuca sativa L., spectrophotometry

PO-F01

Page 239: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengembangan Dan Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis–Densitometri Untuk

Analisis Pewarna Merah Sintetik Pada Beberapa Merek Saus Sambal Sachet

Fithriani Armin* , Bita Revira, Adek Zamrud Adnan

Email: [email protected]

*Fakutas Farmasi, Universitas Andalas Kampus Unand Limau manis Padang, 25163

ABSTRAK

Saus sambel sachet A,B dan C yang mengandung pewarna merah sintetik diambil

ditiga tempat makanan cepat saji dikota padang. Pewarna merah sintetik merupakan salah satu

bahan tambahan pangan yang digunakan oleh produsen pangan untuk memberikan sensasi

warna pada produk pangannya. Penggunaan pewarna pangan ini diatur dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawas Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas

Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Metoda yang presisi untuk

analisis bahan tambahan pangan ini adalah kromatografi lapis tipis (KLT)-densitometri.

Pengembangan dan validasi metoda KLT untuk pemisahan secara kromatografi digunakan

plat silica GF254 dengan fasa gerak campuran etanol:butanol:aquadest (4:5:5) dan bercak yang

nampak dideteksi secara visual. Sebuah bercak merah pada sampel B teridentifikasi

mengandung ponceau 4R dengan nilai Rf 0,76 dan dilanjutkan dengan analisis kadar dengan

densitometry. Linieritas metode yang dilakukan ditemukan pada rentang 2-10 μg/ml dengan

koefisien korelasi 0,994. Presisi intra-day ditunjukkan dari standar deviasi relative 1,11% dan

inter-day 2,69%. Akurasi metode ditunjukkan dari persentase perolehan kembali terhadap 3

konsentrasi yang berbeda dengan persentase rata-rata 108,17%. Batas deteksi dan batas

kuatitasi yang didapatkan adalah 0,8306μg/ml dan 2,7687μg/ml. Kadar ponceau 4R yang

dikandung dalam sampel B adalah 11,9520 mg/kg bahan yang tidak melebihi batas maksimum

penggunaan bahan pewarna menurut peraturan diatas yakni 70mg/kg bahan.

Kata Kunci: KLT-Densitometri, Saus sambel, Pewarna sintetik

PO-F02

Page 240: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengaruh Penambahan Metionin Terhadap Produksi Monakolin K oleh Monascus

purpureus Pada Fermentasi Cair dan Padat

Marlia Singgih1 , Tutus Gusdinar

1, Catur Jatmika

2 dan Nunung Yulia

3

1Sekolah Farmasi ITB, Jalan Ganesa 10 Bandung

2Fakultas Farmasi UI, Depok

3STIKES BTH Tasikmalaya, Jalan Cilolohan-Tasikmalaya

ABSTRAK

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi metabolit sekunder

Monakolin K dari Monascus purpureus, disamping menghilangkan atau menekan jumlah

metabolit lain yang merugikan seperti sitrinin. Pada biosintesis monakolin K, yang

selanjutnya diketahui sebagai senyawa lovastatin, peran S-adenosil metionin (SAM) sangat

penting sebagai donor metil pada rantai samping dalam pembentukan struktur monakolin,.

Jumlah SAM sangat dipengaruhi oleh keberadaan metionin dalam media. Penelitian ini

bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan metionin terhadap produksi monakolin

dari Monascus purpureus pada fermentasi cair dan padat. Fermentasi cair dilakukan dengan

menginokulasi M. purpureus ke dalam media cair YMP (Yeast-Malt-Pepton) , sedangkan

fermentasi padat dilakukan menggunakan media beras (angkak). Keduanya dilakukan dengan

kondisi tanpa penambahan metionin dan penambahan metionin dengan konsentrasi 0,3

sampai 1,0% b/v. Fermentasi cair dan padat dilakukan selama 20 hari dan analisis dilakukan

setiap hari terhadap kadar monakolin K, yang ditentukan dengan metode kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT). Kaldu hasil fermentasi cair dipisahkan dari selnya dengan sentrifugasi

dan dekantasi, sedangkan hasil fermentasi padat di ekstraksi dengan pelarut etil asetat,

disaring dan dicuci dengan Na2CO3. Analisis KCKT dilakukan dengan detektor UV-VIS pada

λ 238 nm. Dari fermentasi cair diperoleh hasil bahwa pada kultur tanpa dan dengan

penambahan metionin 0,3; 0,4; 0,5 dan 1% b/v, kadar monakolin yang diperoleh berturut-

turut adalah 0,013, 0,018, 0,031, dan 0,049 μg/mL. Sedangkan pada fermentasi padat, tanpa

penambahan metionin dan penambahan metionin dengan konsentrasi 0,3; 0,4; 0,5 dan 1,0%

b/v meningkatkan produksi monakolin K di hari ke 20 dengan kadar berturut-turut 0,48; 3,36,

3,57; 3,91 dan 7,02 μg/mg ekstrak. Dapat disimpulkan bahwa penambahan asam amino

metionin dengan konsentrasi sampai 1% b/v dapat meningkatkan produksi monakolin K pada

fermentasi beras sampai rata-rata19x lipat dibandingkan dengan tanpa metionin dan bahkan

143x lipat dibandingkan hasil fermentasi cair. Hal ini disebabkan biomasa yang terbentuk

pada media padat jauh lebih banyak dibandingkan pada media cair, represi katabolit pada

fermentasi padat jauh lebih rendah dibandingkan pada media cair sehingga pembentukan

monakolin K jauh lebih cepat.

Kata kunci : Monascus purpureus, Fermentasi, Cair , Padat, Beras, Metionin, Monakolin K

PO-F03

Page 241: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

The Influence of Time And Temperature Of Storage Towards Degradation Level of

Amoxicillin Concentration In Amoxicillin – Clavulanic Acid Suspension

Nelly Suryani, Umar Mansur, Adina Siti Maryam Talogo

Program studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Amoxicillin – clavulanic acid suspension is first choice in drug of essential drugs list for

infection therapy caused by betalactamase microorganism. Generally, people have been resistant

to amoxicillin, so by combining clavulanic acid which is betalactamase inhibitor can extend the

therapy effect of amoxicillin. It is very important to maintain the stability of the active ingredient

in suspension, the addition of water in suspension will affect the stability of amoxicillin in it.

There will be hydrolysis reaction that will cause degradation of amoxicillin concentration. In this

research, there is influence of time and temperature of storage in maintaining amoxicillin

concentration. This research used HPLC method to obtain amoxicillin concentration in specific

time and temperature storage, based on USP 30th Edition in reverse phase; by using buffer

phosphate and methanol with ratio 95:5 and pH 4,4 as mobile phase; C18 column (4mm x 30 cm,

2-10µm); flow rate 2 ml/min; λ 220 nm. Amoxicillin – clavulanic acid stored in room temperature

(27-29 o

C) and refrigerator temperature (4-8oC) for seven days. Percentage of degradation of

amoxicillin concentration at room temperature (27-29 o

C) from 0, 3, 5, and 7 days; 0 %, 55,05 %,

56,36 %, 56,58 %. Meanwhile, percentage of degradation of amoxicillin concentration at

refrigerator temperature (4-8oC) are 0%, 1,46%, 5,22%, 10,9%. Amoxicillin concentration in

amoxicillin-clavulanic acid suspension which was stored for five days at refrigerator temperature

(4-8oC) was accepted according to standard regulation of suspension. Amoxicillin is more stable

if stored in low temperature than high temperature.

Kata kunci: Amoxicillin – clavulanic acid suspension, amoxicillin, stability, concentration,

time, temperature, percentage of degradation

PO-F04

Page 242: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis Gelatin Sapi dan Babi pada Cangkang Kapsul Keras Sediaan Vitamin

Menggunakan FTIR dan KCKT

Ofa Suzanti Betha, Zilhadia, Fathmah Syafiqoh

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Gelatin sering digunakan secara luas dalam industri farmasi pada pembuatan

cangkang kapsul keras. Penggunaan gelatin pada cangkang kapsul keras menimbulkan

kontroversi karena adanya kekhawatiran konsumen mengenai kehalalan sumber gelatin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gelatin sapi dan gelatin babi pada

cangkang kapsul keras dengan FTIR (Fourier Transform Infared Spectroscopy) dan KCKT

(Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi). Analisis Komposisi asam amino pada cangkang kapsul keras dilakukan

dengan KCKT, sampel dihidrolisis terlebih dahulu dengan HCl 6N kemudian diderivatisasi

menggunakan AQC (Aminokuinolil-Nhidroksisuksini- midil karbamat). Analisis gugus

fungsi pada sampel cangkang kapsul keras dilakukan dengan FTIR, sampel diekstraksi

terlebih dahulu menggunakan aseton dingin pada suhu -20oC lalu dianalisis dengan alat FTIR

pada panjang gelombang 4000-750cm-1. Setelah itu dilakukan analisis data menggunakan

Principal Component Analysis (PCA) untuk mengklasifikasikan antara gelatin sapi dan babi

pada cangkang kapsul keras. Berdasarkan kurva score plot FTIR standar gelatin babi berada

pada kuadran 2 dan standar gelatin sapi berada pada kuadran 1. Pada lembar cangkang kapsul

babi berada pada kuadran 3 dan lembar cangkang kapsul sapi berada pada kuadran 4.

Sedangkan hasil kurva score plote KCKT standar gelatin babi dan lembar cangkang kapsul

babi berada pada kuadran 2. Standar gelatin sapi dan lembar cangkang kapsul sapi berada

pada kuadran 3. Hasil analisis gelatin sapi dan gelatin babi dengan metode FTIR dan KCKT

dapat disimpulkan bahwa metode FTIR dan teknik kemometrik PCA dapat

mengklasifikasikan antara gelatin sapi dan gelatin babi sedangkan analisis menggunakan

KCKT dan teknik kemometrik PCA dapat membedakan komposisi asam amino pada standar

gelatin sapi dan babi serta lembar cangkang kapsul yang dibuat sendiri, tetapi belum bisa

membedakan sumber gelatin yang dipakai pada produk cangkang kapsul keras yang diambil

dari pasaran.

PO-F05

Page 243: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penggunaan Baku Internal Asam Askorbat Untuk Analisis Asam Maleat Dalam

Tepung Terigu Secara Kckt

Sophi Damayanti1 , Suci Nur Sari

1, dan Slamet Ibrahim

1

Email: [email protected]

1Sekolah Farmasi ITB, Jalan Ganesa 10 Bandung

ABSTRAK

Asam maleat umumnya ditambahkan dalam makanan sebagai bahan tambahan

pangan tidak langsung untuk menghindari ketengikan. Konsumsi asam maleat dalam jangka

panjang pada jumlah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, terutama

kerusakan pada reabsorpsi tubular. Metode analisis asam maleat dalam terigu diperlukan

untuk mengetahui jumlah asam maleat yang terdapat dalam terigu untuk menjamin keamanan

dan kualitas tepung terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi

metode analisis asam maleat dalam tepung terigu menggunakan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) dengan asam askorbat sebagai baku internal. Hasil optimum diperoleh

dengan menggunakan kolom LiChrospher®

100 RP-C18 10 µm (4,6 x 250 mm), fase gerak

dapar fosfat 50 mM pH 3, laju alir 1 ml/menit, volume injeksi 20 µL, panjang gelombang

detektor UV 221 nm, dan temperatur 25ºC. Metode memberikan hasil linearitas yang baik

dengan persamaan garis y = 0,091x + 0,018; koefisien korelasi 0,9994; koefisien variansi

regresi 1,95 % ; batas deteksi 1,12 bpj; batas kuantisasi 3,41 bpj, akurasi dengan persen

perolehan kembali 96,78 - 100,09 %, presisi intraday jam ke-1 dan jam ke-2 memberikan

nilai % KV 2,38 dan 1,93 %, presisi interday hari ke-1, hari ke-2, dan hari ke-3 memberikan

nilai % KV 1,59; 1,75; 2,19 %. Sebagai kesimpulan asam maleat dapat ditentukan

menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor UV dan asam

askorbat sebagai baku internal.

PO-F06

Page 244: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisis Senyawa Metampiron Pada Jamu Yang Diperoleh Dari Kota Depok Jawa

Barat

Wahidin,* Siti Nurzamzam Azis*

Email : [email protected]

*Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Sains

Teknologi Nasional, Jakarta

ABSTRAK

Studi Analisis senyawa metampiron pada jamu tradisional telah dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah metampiron masih ditambahkan pada jamu sebagai bahan

berkhasiat. Sampel penelitian adalah 5 jenis jamu tradisional yang diperoleh dari beberappa

toko jamu dari daerah Depok Jawa Barat, sampel jamu diberi kode A, B, C, D dan E. Metode

yang digunakan untuk menganaliisis metampiron adalah metode Kromatografi Lapis Tipis,

titrasi Iodimetri dan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil analisis menunjukkan bahwa 3 dari 5

jenis jamu yang danalisis mengandung metampiron dengan kadar sebagai berikut ; Jamu

Kode A = 0,18%. Kode C = 0,22% dan Kode D = 0,38%. Oleh karena itu 3 jamu tersebut

tidak memenuhi syarat Berdasarkan peringatan Badan POM RI No. HM

03.05.1.43.11.13.4940/2013 tentang obat tradisional yang mengandung BKO.

Kata Kunci : Metampiron, Jamu

PO-F07

Page 245: Untitled - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Efektivitas Rb-Check Sebagai Pereaksi Pendeteksi Rhodamin B Dalam Terasi

Zuhelmi Aziz , Novi Yantih, Pricillia

Email : [email protected]

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Terasi merupakan bahan tambahan makanan yang berasal dari hasil olahan ikan dan

udang. Pewarna makanan seringkali digunakan untuk membuat menarik penampilan terasi.

Pewarna yang digunakan untuk membuat tampilan warna makanan menarik seringkali

bukanlah pewarna yang ditujukan untuk mewarnai makanan seperti Rhodamin B yang umum

digunakan untuk memberikan warna merah pada tekstil. RB-Check merupakan pereaksi

pendeteksi rhodamin B yang telah dikembangkan oleh Fakultas Farmasi Universitas

Pancasila. RB-Check telah digunakan untuk mendeteksi rhodamin B dalam matriks kerupuk

dan kue bolu dengan hasil yang spesifik dan sensitif. Dalam penelitian ini, RB-Check

digunakan untuk mendeteksi rhodamin B dalam terasi. Penelitian dilakukan untuk menguji

spesifisitas RB-Check dan menguji efektivitas RB-Check terhadap Rhodamin B dalam terasi.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan terasi simulasi. Uji spesifitas dilakukan terhadap

terasi simulasi yang diberi pewarna Rhodamin B dan berbagai pewarna lain sedangkan uji

efektivitas dilakukan dengan cara menguji sensitivitas RB-Check. Hasil uji spesifitas

menunjukkan RB-Check spesifik sebagai pereaksi pendeteksi Rhodamin B dalam terasi. RB-

Check dapat digunakan untuk mendeteksi Rhodamin B dalam terasi sampai batas konsentrasi

maksimal Rhodamin B, 150 bpj, dan menurun menjadi 125 bpj setelah penyimpanan 3 bulan

pada suhu 40° C dan 50° C.

Kata kunci: RB-Check, Rhodamin B, uji efektivitas, terasi

PO-F08