UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI SABUN PADAT KAOLIN DENGAN VARIASI KONSENTRASI MINYAK KELAPA DAN ASAM STEARAT SEBAGAI PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH SKRIPSI SAUSAN DONI 1111102000135 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JULI 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI SABUN PADAT KAOLIN DENGAN VARIASI
KONSENTRASI MINYAK KELAPA DAN ASAM STEARAT
SEBAGAI PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH
SKRIPSI
SAUSAN DONI
1111102000135
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JULI 2018
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Sausan Doni
Program Studi : Strata-1 Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Sabun Padat Kaolin dengan Variasi Konsentrasi
Minyak Kelapa dan Asam Stearat sebagai Penyuci Najis
Mughalladzah
Sabun tanah merupakan alternatif bersuci dari najis mughalladzah yang bersumber
dari babi dan air liur anjing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsentrasi formula terbaik dalam sabun padat kaolin yang dapat digunakan sebagai
penyuci najis mughalladzah. Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama
dibuat tiga formua dengan memvariasikan konsentrasi minyak kelapa sebagai
berikut: yaitu FM1 (20%); FM2 (25%); dan FM3 (30%) untuk menurunkan kadar air
pada sabun padat kaolin. Tahap kedua dibuat dua formula dengan variasi konsentrasi
asam stearat, yaitu FA1 (8%); dan FA2 (9%) untuk mendapat kekerasan yang paling
optimal. Sabun yang peroleh dilakukan evaluasi meliputi organoleptik, pH, kadar
air, kekerasan, daya bersih, tinggi dan stabilitas busa dan evaluasi menurut SNI, yaitu
jumlah asam lemak, asam lemak bebas/alkali bebas dan minyak mineral untuk
formula terpilih. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui semakin meningkatkan
konsentrasi minyak kelapa, maka semakin rendah kadar air sabun tersebut sehingga
konsentrasi minyak kelapa 30% dipilih sebagai konsentrasi minyak kelapa yang
memberikan kadar air yang paling rendah pada sabun padat kaolin. Berdasarkan hasil
uji statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam stearat berpengaruh
signifikan terhadap sifat fisika kimia antara formua A1 dan A2 memilki kemiripan
sehingga formula A2 dipilih sebagai formula terbaik dengan pertimbangan dari
formula A2 memiliki nilai kekerasan yang lebih rendah dan mendekati dengan nilai
kekerasan sabun komersil. Hasil uji sabun menurut SNI menunjukkan formula A2
memenuhi persyaratan mutu sabun mandi menurut SNI.
Kata Kunci: Najis mughalladzah, sabun padat, kaolin, minyak kelapa, asam stearat
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Sausan Doni
Study Program : Pharmacy
Title : Formulation of Kaolin Solid Soap with Varying Coconut Oil
and Stearic Acid Concentration for Cleansing Severe Najis.
Kaolin soap is one of alternative Islamic cleansing method of najis al-mughalladzah.
The aim of this study is to determine the concentration of the best formula in kaolin
solid soap as Islamic cleansing method of najis al-mughalladzah. The study was
divided into two steps. The first step, soap were made three formula by varying
coconut oil as follows: FM1 (20%); FM2 (25%); FM3 (30%) to obtain a
concentration of coconut oil that produces the lowest water content in kaolin soap.
The second step, soap were made three formulas by varying the concentration of
stearic acid as follows: FA1 (10%); FA2 (12%); FA3 (14%) to obtain a concentration
of stearic acid that produces the highest hardness in kaolin soap. The soap evaluation
including organoleptic test, pH, hardness, water content, ability of cleansing, height
and stability of foam, also activity antibacterial, and evaluation of SNI standard
including total fatty acids, free fatty acid/free alkali and mineral oil for selected
formula. The result showed that increase of coconut oil concentrations causing the
lowest water content. The lowest water content was obtained with 30% of coconut oil
concentration. The result of statistical analysis showed that increases of stearic acid
concentration have significant effect on soap physicochemical properties, but
characteristic physicochemical of formula A1 and formula A2 are similar, so that
formula A2 is selected as the best formula with consideration has a lower hardness
value and closer to the hardness value of commercial soap.
arman siregar dan Raaflyan Wahyu Putra, Remaza Rizka atas bantuan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di laboratorium.
10. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan menyelesaian naskah
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada mereka semua.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna namun demikian penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 16 Juli 2018
Penulis
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sausan Doni
NIM : 1111102000135
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi karya ilmiah
saya dengan judul:
FORMULASI SABUN PADAT KAOLIN DENGAN VARIASI
KONSENTRASI MINYAK KELAPA DAN ASAM STEARAT SEBAGAI
PENYUCI NAJIS MUGHALLADZAH
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk kepentingan akademis sebatas sesuai dengan Undang-Undang
Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggga : 16 Juli 2018
Yang Menyatakan
(Sausan Doni)
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMPIMBING .……………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………………………... v
ABSTRACT ………………………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. vii
HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………...... xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………................... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….......... 4
1.3 Tujuan Penelitian …...………………………………………………................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………… 6 2.1 Najis dan Cara Menghililangkan Najis………………………………………… 6
2.2 Standar Thaharah ……………………………………………………............... 8
Gambar 2.1. Sabun sebagai Pembersih …………………………………………………… 9
Gambar 2.2. Reaksi Saponifikasi Trigliserida …………….................................................. 10
Gambar 2.3. Reaksi Netralisasi Asam Lemak …………………………………………….. 10
Gambar 2.4. Pembentukan Lapisan Tipis di atas Pemukaan Air …………………………. 11
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa …………………………………………….. 12
Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa ………………………........... 13
Tabel 2.3. Syrat Mutu Sabun Menurut SNI …………………………………………........ 20
Tabel 3.1. Formula Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa …………………. 23
Tabel 3.2. Formula Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Asam Stearat……………………. 24
Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa …………… 30
Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Organoleptik Sabun Tanah Kaolin Variasi Konsentrasi
Minyak Kelapa …..……………………………………………………………. 30
Tabel 4.3. pH Sabun Tanah Variasi Minyak Kelapa …………………………………….. 32
Tabel 4.4. Kekerasan Sabun Tanah Variasi Minyak Kelapa …………………………….. 33
Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Asam Stearat ……………... 35
Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Organoleptik Sabun Tanah Kaolin Variasi Konsentrasi
Asam Stearat…………………………………………………………………... 35
Tabel 4.7. pH Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Asam Stearat ……………………….... 36
Tabel 4.8. Kekerasan Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Asam Stearat ……………......... 37
Tabel 4.9. Tinggi Busa Sabun Tanah Variasi Konsentrasi Asam Stearat ………………... 39
Tabel 4.10. Stabilitas Busa Sabun Tanah Konsentrasi Asam Stearat ……………………... 39
Tabel 4.11. Penilaian Daya Bersih Sabun Tanah Kaolin terhadap Kotoran Minyak
Kelapa ……………………………………………………………………….... 41
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Mutu Sabun Mandi Menurut SNI ………………………….... 41
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Certificate of Analyze Minyak Kelapa…………………………………….... 50
Lampiran 2. Certificate of Analyze Natrium Hidroksida……………………………........ 51
Lampiran 3. Certificate of Analyze Asam Stearat.……………………………………….. 52
Lampiran 4. Certificate of Analyze Cocamidopropyl Betaine……………………............ 53
Lampiran 5. Certificate of Analyze Kaolin………………………………………………. 54
Lampiran 6. Certificate of Analyze Triklosan ………………………………………........ 55
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik pH Sabun Kaolin (Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa).. 56
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun (Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa).. 58 Lampiran 9. Hasil Uji Kadar Air Sabun Kaolin (Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa)…. 60
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik pH Sabun Padat Kaolin (Variasi Asam Stearat)……........ 60
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Kekerasan Sabun (Variasi Konsentrasi Asam Stearat)….. 62
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Tinggi Busa Sabun (Variasi Konsentrasi Asam Stearat)... 63
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Stabilitas Busa Sabun Padat Kaolin……………………... 64
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Daya Bersih Sabun Padat Kaolin……………………....... 66
a. Najis mukhaffafah adalah najis ringan yang berupa air kencing bayi laki-laki yang
hanya mengkonsumsi air susu ibunya. Cara membersihkannya adalah dengan
memercikkan air secara merata ke tempat yang terkena najis tersebut (Al-Mahfani,
2008).
b. Najis mutawasithah adalah najis sedang. Adapun yang termasuk ke dalam najis
tersebut adalah segala sesuatu yang keluar dari qobul dan dubur manusia seperti air
kencing (yang dimaksud adalah air kencing bukan najis mukhaffafah sebagaimana di
atas) (Sumaji, 2008), tahi, darah haid, dan nifas. Cara membersihkan najis ini harus
dicuci sehingga hilang rasa, bekas, dan baunya (Al-Mahfani, 2008).
c. Najis mughalladzah merupakan najis berat (Al-Mahfani, 2008). Yang termasuk
najis ini adalah air liur anjing dan babi. Cara membersihkannya adalah terlebih
dahulu dihilangkan wujud benda najis tersebut, kemudian dibasuh dengan air
sebanyak tujuh kali sampai bersih dan salah satunya memakai tanah (Sumaji, 2008).
Cara ini berdasarkan Hadist Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
لاهن اتاو عمر سلهسب يغ هال كل بان اذاولغفي راناءاحدكم طهو
بالتراب)رواهمسلم(
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Artinya : “Cara mensucikan bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing
hendaklah dibasuh tujuh kali dam salah satunya dicampur dengan debu” (HR.
Muslim).
Kenajisan anjing diketegorikan oleh fuqaha sebagai mughalladzah (najis berat)
karena cara penyuciannya yang memerlukan proses samak atau sertu. Walaupun nas hadist
diatas menyebut tentang cara penyucian bekas jilatan anjing saja, namun sebagian fuqaha
menggunakan kaidah qiyas untuk menyamakan hukum dan cara basuhan tersebut untuk
seluruh tubuh anjing. Perintah Rasullullah SAW untuk menyucikan bekas yang diminum
oleh anjing adalah dalil utama yang menunjukkan najisnya lidah, air liur dan mulut anjing.
Jika lidah dan mulut dikategorikan sebagai najis, maka sudah tentu anggota tubuh lainnya,
yakni seluruh badannya adalah najis juga (Fatwa Malaysia,2013).
Adapun babi, kenajisannya termaksud dalam firman Allah SWT, yang artinya: “ Aku
tidak dapati dalam apa yang telah diwahyukan kepadamu, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya melainkan jika benda itu bangkai, atau darah yang
mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya ia adalah najis (QS. Al-An’am: 145)”. Jika
daging babi adalah najis, maka kesuluruhan badan dan anggota tubuh babi adalah najis juga.
Hal ini dikarenakan daging merupakan bagian utama bagi seekor hewan, sehingga jika yang
terkena najis babi, sebagian ulama berpandangan adalah sama seperti penyucian najis anjing
yaitu dengan menyamaknya dengan tujuh basuhan air dengan salah satu besuhannya
hendaklah disertai dengan tanah, hal ini dikarenakan babi diqiyaskan kepada anjing, maka
cara penyuciaannya juga mengikuti cara penyucian jilatan anjing (Fatwa Malaysia, 2013 dan
Kadir, 2009).
Menurut mazhab Imam Syafi’i, Hambali dan Hanafi menyebutkan bahwa anjing
adalah najis, namun dari ketiga mazhab tersebut memiliki perbedaan dalam cara mensucikan
najis. Adapun Imam Syafi’i dan Imam Hambali menyebutkan bahwa bejana yang dijilat
anjing harus dibasuh tujuh kali, satu kali diantaranya dengan tanah (Mughniyah,2015),
sedangkan Imam Hanafi menyabutkan bahwa bekas jilatan anjing dapat disucikan
sebagaimana mencuci najis lainnya yaitu cukup dibasuh satu kali hingga diyakini najisnya
sudah hilang. Namun, jika diduga bahwa najisnya belum hilang, maka bekas jilatan tersebut
harus dibasuh lagi hingga diyakini telah bersih, walaupun harus dibasuh dua puluh kali (Ad-
Dimasyqi, 2001). Imam Maliki berpendapat lain bahwa anjing adalah suci (Ad-Dimasyqi,
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2001), namun bejana bekas jilatan anjing dibasuh sebanyak tujuh kali bukanlah karena najis
melainkan karena ta’abbud (beribadah) (Mughniyah, 2015). Menurut empat mazhab (Syafi’i,
Hambali, Hanafi, dan Maliki) dalam buku Fiqh Lima Mazhab (2015), disebutkan bahwa babi
hukumnya sama seperti anjing yaitu najis dan cara menyucikannya denga dibasuh sebanyak
tujuh kali, satu diantaranya dengan tanah (Mughniyah, 2015).
Menyucikan najis disebut juga dengan thaharah (bersuci). Menurut istilah ahli fiqih,
thaharah berarti membersihkan hadas atau najis, yaitu najis jasmani seperti darah, air
kencing, dan tinja (Mughniyah, 2002). Thaharah adalah bentuk ritual karena untuk
menetapkan sesuatu suci atau tidak hanyalah berdasarkan kepercayaan (tidak menggunakan
alasan logis). Kesucian atau kenajisan hanyalah ajaran, ritus, ritaul dan kepercayaan.
Ketentuan seperti ini resmi dari Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah SAW secara sah.
Debu, tanah lumpur, keringat dan sejenisnya dalam ilmu fiqih bukan merupakan benda yang
kotor dan bukan termasuk najis. Debu dan tanah justru merupakan satu satu alternatif yang
digunakan umat Islam untuk bersuci rinci dalam ajaran Islam berupa kadar abu/tanah yang
harus digunakan dalam bersuci. Berdasarkan kitab hadist Shahih Imam Bukhari dalam bab
tayamum, Nabi Muhammad SAW bersabda “cukup bagimu (wajah dan kedua telapak tangan
dan atau punggung tangan) demikian ini”, beliau lalu memukulkan kedua tangannya ke
tanah kemudian meniupnya dan beliau mengusapkan kedua telapak beliau ke wajah beliau
dan telapak tangan beliau serta pungung tangan hingga pergelangan (Efendi,2007).
2.2 Standar Thaharah
Dalam kamus ilmiah, kata standar berarti alat penopang atau yang dipakai untuk
menjadi patokan (Maulana, 2004). Adapun yang disebut standar thaharah yaitu patokan atau
ukuran sesuatu dikatakan suci atau bersih. Dalam hal ini, kajian-kajian fiqh khususnya dalam
bab thaharah tidak menjelaskan secara konkrit apa yang disebut dengan standar thaharah.
Adapun disebut standar thaharah atau yang menjadi tolak ukur sesuatu dikatakan suci
atau bersih harus terhindar dari tiga sifat, yaitu:
a. Warna. Apabila wujud najis itu sudah tidak terlihat lagi oleh pancaindra.
b. Bau. Apabila aroma yang terdapat dalam najis sudah tidak tercium.
c. Bentuk atau wujudnya.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Maka dari itu, tiga sifat tersebut harus terpenuhi jika seseorang akan menghilangkan
najis yang merupakan tolak ukur dalam bersuci (Khoirunnisa’, 2010).
2.3 Sabun
2.3.1 Pengertian Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium atau
kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994). Sabun juga
merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua
komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan natrium atau kalium
(Ophardt, 2003).
Menurut SNI (1994), sabun mandi merupakan sabun natrium yang umumnya
ditambahkan zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak
membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri atas berbagai bentuk seperti berbentuk padat
(batang), cair dan gel. Menurut Jungermann et al. (1979), sabun mandi batang terdiri dari
coldmade, opaque dan sabun transparan. Sabun mandi cold-made mempunyai kemampuan
berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung garam (air sadah). Sabun opaque adalah
jenis sabun mandi biasa yang berbentuk batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau
disebut juga sabun gliserin mempunyai tampilan yang lebih menarik karena transparansinya
dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit.
Mekanisme pembersihan oleh sabun yaitu: saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi
di antara kulit dan kotoran untuk menurunkan gaya adhesi dan membuatnya lebih mudah
dihilangkan. Kotoran tersebut selanjutnya dapat dihilangkan secara fisik dan kemudian
terdispersi dalam larutan sabun sebagai hasil emulsifikasi oleh molekul sabun. Beberapa
kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilisasi dalam misel yang terbentuk oleh sabun
(Mitsui, 1997)
Gambar 2.1. Sabun sebagai Pembersih (Wilson, 2013)
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sabun diproduksi dan diklasifikasi menjadi beberapa grade mutu. Sabun dengan
grade mutu A diproduksi dari bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung
sedikit alkali bebas. Sabun grade mutu A biasanya digunakan sebagai sabun mandi, sabun
dengan grade mutu B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang
lebih rendah dan mengandung sedikit alkali tetapi kandungan alkali pada sabun tersebut
tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun ini biasanya digunakan untuk keperluan
mencuci pakaian dan piring. Sedangkan sabun grade C mengandung alkali bebas yang relatif
tinggi yang berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap (Kirk dkk,
101954 dalam Handi, 2008).
2.3.2 Proses Pembentukan Sabun
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi
minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol.
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954). Reaksi
kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Reaksi Saponifikasi Trigliserida
Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Reaksi Netralisasi Asam Lemak
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Cavith (2001), molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hidrogen dan
oksigen yang disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan gugus
hidrofilik (rantai karboksil) yang bek mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus
hidrofobik (rantai hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan minyak.
Gambar 2.4 Pembentukan lapisan tipis di atas permukaan air
Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya ditarik ke dalam
air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak oleh molekul air. Akibatnya, suatu
lapisan tipis terbentuk di atas permukaan air, dan secara drastis menurunkan tegangan
permukaan air (Gambar 2.4). Jika larutan sabun tersebut mengenai sesuatu yang berlemak
atau berminyak, maka bagian molekul sabun langsung terorientasi. Bagian hidrofobik
membalut kotoran yang bersifat minyak, sedang bagian hidrofilik tetap larut dalam fase air.
Dengan gerakan mekanis membilas maka minyak dan lemak terdispersi menjadi tetesan-
tetesan kecil dan molekul sabun tersusun sendiri mengelilingi permukaannya. Tetesan lemak
atau minyak yang dikelilingi oleh molekul sabun tersebut disebut misela. Karena gugus
karboksilat dari molekul sabun terproyeksi ke luar, permukaan misela menjadi bermuatan
negatif. Seluruh misela menjadi larut dalam air dan terbuang bersama air pencuci. Proses
pembersihan berlangsung dengan menurunkan tegangan permukaan air dan mengemulsikan
kotoran (Tarigan, 1983).
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3 Komponen Pembentukan Sabun
Menurut Hambali et al (2005), ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat
(batangan) dan sabun cair. Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque,
translucent, dan transparan (Hermani dkk, 2010). Secara umum, sabun dibuat dari lemak dan
minyak alami dengan garam alkali (Anggraeni, 2014). Disamping itu juga digunakan bahan
tambahan lain seperti surfaktan, humektan, antioksidan, agen antimikroba, pewarna, parfum,
dan bahan tambahan khusus (seperti processing aids, binders (gum and resin), fillers,
exfoliants, antiacne, dan anti-irritants) (Barel dkk, 2009).
Berikut uraian bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi sabun tanah penyuci
najis mughalladzah: 1. Minyak kelapa
Minyak kelapa merupakan salah satu minyak nabatii yang paling penting yang
digunakan dalam pembuatan sabun (Barel et al., 2009). Minyak kelapa adalah minyak lemak
yang diperoleh dengan pemanasan endosperm kering Cocos nucifera L (Departemen
Kesehatan RI, 1979). Keuntungan dari minyak kelapa adalah memberikan sabun padat
dengan warna yang terang dan busa berlimpah. Tingkat penggunaan tergantung pada kelas
sabun mandi dan bervariasi dalam kisaran 6-20% (Parasuram, 1995).
Tabel 2.1 Sifat Fisikokimia Minyak Kelapa (Departemen Kesehatan RI, 1979)
Karakteristik Nilai
Indeks Bias (pada 40 °C) 1,448 – 1,450
Bilangan Asam (penetapan
dilakukan menggunakan 20 g)
Tidak lebih dari 0,2
Bilangan Iodium 7 – 11
Bilangan Penyabunan 250 – 264
Zat Tak Tersabun Tidak lebih dari 0,8%
Minyak kelapa memiliki sekitar 90% kandungan asam lemak jenuh (Kataren, 1986).
Asam-asam lemak dominan yang menyusun minyak kelapa adalah laurat dan miristat, yang
merupakan asam-asam lemak berbobot molekul rendah (Woodroof, 1979).
Shrivastava (1982) menyatakan minyak kelapa sebagai salah satu jenis minyak
dengak kandungan asam lemak yang paling kompleks. Asam lemak yang paling dominan
dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2). Asam-asam lemak yang lain adalah
kaproat (HC16H11O), kaprilat (HC8H15O2) dan kaprat (HC10H19O2). Semua asam lemak
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut dapat larut dalam air dan bersifat mudah meguap jika didestilasi dengan
menggunakan air atau uap panas.
Tabel 2.2 komposisi asam lemak dalam minyak kelapa
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh
Laurat (C12H24O2) 44-52
Miristat (C14H28O2) 13-19
Palmitat (C16H32O2) 7,5-10,5
Kaprilat (C8H16O2) 5,5-9,5
Kaprat (C10H20O2) 4,5-9,5
Stearat (C18H35O2) 1-3
Kaproat (C6H40O2) 0-0,8
Arachidat(C20H40O2) 0-0,4
Asam lemak tak jenuh
Oleat (C18H32O2) 5-8
Linoleat (C18H32O2) 1,5-2,5
Palmitoleat (C16H30O2) 0-1,3
Sumber: Thieme (1968)
Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik
dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Menurut Corredoira dan Pandolfi (1996),
penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan
yang tinggi dan karakteristik busa yang baik.
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai basa kuat atau sodium hidroksida
merupakan jenis basa logam kuat. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium
oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat
ketika dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai macam bidang
industri. Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas,
tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Selain itu natrium hidroksida juga merupakan basa
yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia (Williams dan Schmitt, 2011). Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
erpihan, dan butiran. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor
ketika dilarutkan dalam air. Larutan NaOH meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Wade dan Weller, 1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk
sabun, (Cavith, 2001).
Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus tepat jumlahnya. Apabila
NaOH terlalu pekat atau berlebih maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan asam lemak
akan terlalu tinggi sehingga memberikan pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya
apabila NaOH yang ditambahkan terlalu sedikit jumlahnya, maka sabun yang dihasilkan
akan mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak yang tinggi dapat menggangu
proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabun digunakan (Kirk dkk., 1952).
3. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari asam lemak,
sebagian besar dari asam oktadekanoat (C18H36O2) dan heksadekanoat (C16H32O2) berupa zat
padat keras mengikat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, sedikit berbau,
mirip lemak lilin; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan
dalam 3 bagian eter P (Departemen Kesehatan RI, 1995 dan Rowe dkk, 2009). Asam stearat
tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin tidak kompatibel
dengan agen produksi dan agen pengoksidasi. Asam stearat berperan dalam memberikan
konsistensi dan kekerasan pada sabun (Mitsui, 1997).
4. Gliserin
Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat dan hidroskopis. Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95% P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak (Departemen
Kesehatan RI, 1979). Gliserin digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning agent
yang dapat meningkatkan kelembaban kulit. Gliserin merupakan bahan yang hidroskopis.
Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil secara kimia. Dapat
terkristalisasi jika disimpan pada suhu rendah dan kristal tersebut tidak meleleh hingga
dipanasan pada suhu 20% ( Rowe dkk, 2009).
5. Butylated hydroxytoluene (BHT)
Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas dam lemah. BHT praktis tidak larut
dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali dan dilute aqueos asam mineral;
sangat larut dalam aseton, benzena, etanol 95%, eter, metonol, toluen, fixed oils dan minyak
mineral. digunakan sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02%
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Rowe et al., 2006). basis sabun dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi (misanya
oleat, linoleat, dan linolenat) dan adanya aditif sabun tertentu, seperti pengaroma, cenderung
menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif dan atmosfer yang tidak diinginkan. oleh
karena itu, preservatif (agent chelating dan antioksidan) diperlukan untuk mencegah dari
terjadinya oksidasi. antioksidan yang paling umum digunakan dalam hubungannya dengan
chelating agent pada sabun batangan adalah butylated hydroxytoluene (BHT) (Barel et al.,
3009)
6. Triklosan
Triklosan berupa serbuk putih kristal halus, memiliki titik leleh pada suhu 57°C dan
terlindung dari cahaya. Triklosan praktis tidak larut dalam air; larut dalam alkohol, dalam
aseton, dan metil alkohol; sedikit larut dalam minyak. Triklosan biasa digunakan sebagai
antimikroba atau pengawet dalam produk sabun, krim dan larutan dalam konsentrasi sampai
2% (Sweetman, 2009). Penambahan antimikroba pada sabun batang memberi manfaat untuk
penggunaan jangka panjang (Barel dkk, 2009).
Triklosan digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik dengan konsentrasi maksimal
0,3% (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008). Penambahan antimikroba pada sabun
batang memberi manfaat untuk penggunaan jangka panjang, terutama antara mencuci dan
mandi. Sabun batang sangat efektif dalam menghilangkan mikrobial flora. Antimikroba yang
umum digunakan dalam bentuk sabun batang adalah trichlorocarbanilide (TCC), trikloro
difenil hidroksietil (triclosan), dan para-chloro m-xylenol (PCMX). TCC efektif terhadap
bakteri gram positif, sedangkan triclosan dan PCMS efektif terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif (Barel dkk, 2009)
7. Etanol
Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Berupa cairan tak berwarna, jernih,
mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap. Etanol sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P. Etanol mudah menguap pada suhu rendah, mendidih pada
78oC, dan mudah terbakar (Departemen Kesehatan RI, 1995).
8. Kokamidopropil betain
Alkil betain adalah turunan N-trialkil asam amin ([R1R2R3]N+CN2COOH), yang
diklasifikasikan sebagai kationik karena menunjukkan muatan positif permanen. Karena
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
betain juga memiliki kelompok fungsional bermutan negatif dalam kondisi pH netral dan
basa, maka disebut sebagai surfaktan amfoterik. Muatan positif dari betain berasal dari
nitrogen kuartener sedangkan situs anioniknya berasal dari karboksilat (betaine), sulfat
(sulfobetaine atau sultaine), fosfat (phosphobetaine atau phostaine) (Paye et al., 2006).
Betain adalah surfaktan dengan sifat pembusa, pembersih dan pengemulsi yang baik,
khususnya dengan keberadaan surkaktan anionik. Betain memiliki efek iritasi yang rendah
pada mata dan kulit, bahkan dengan adanya betain dapat menurunkan efek iritasi surfaktan
anionik. Hal ini terbukti dari penelitian Teglia dan Secchi (1994), cocamidoprophil betaine
dapat menurunkan iritasi dengan efek yang mirip dengan wheat protein ketika ditambahkan
ke dalam larutan sodium lauryl sulfate. Baik wheat protein maupun cocamidoprophil betaine
dapat melindungi kulit dari iritasi (Barel et al., 2009).