Hubungan jenis kelamin dan usia terhadap kasus ? Moulya,
sakinah
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
1. Hubungan jenis kelamin dan usia terhadap kasus ? Moulya,
sakinah
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis
kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada
anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1
tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7
tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-anak dan
kehidupan dewasa. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan
suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan
habitual alkohol dan tembakau.
2. Apa pengaruh riwayat penyakit dengan keluhan sekarang ?endy,
sakinah
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang
berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat
merokok. Gejala-gejala yang dulu seperti tenggorokan kering dan
gatal adalah gejala-gejala awal yang berulang sebelum terjadi
faringitis kronis eksaserbasi akut
3. Apa hubungan kebiasaan merokok 5 batang/hari dengan kasus ?
emir, sakinah
Merokok dapat merusak silia pada saluran pernapasan yang
bertanggung jawab untuk menyikat keluar benda asing, kotoran,
iritasi, dan lender berlebih. Ini sebabnya bakteri dan virus bisa
dengan mudah masuk karena silia telah rusak akibat merokok 5 batang
setiap hari. Kemudian bakteri, virus, iritan dan benda asing
tersebut dapat menyebabkan faringitis secara bertahap menyebabkan
faringitis kronik.
4. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi? fauzik, sakinah
1. Pasien duduk dengan badan sedikit condong ke depan dan kepala
lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat
liang telinga & membran timpani.
2. Salam dan informed consent.
3. Inspeksi & palpasi
Mula-mula lihat bentuk dan keadaan telinga (pre & post
aurikula)
Apakah ada kelainan congenital
Apakah ada tanda peradangan atau sikatrik bekas operasi
Apakah ada tanda radang, fistel, atau abses retroaurikula
Apakah ada nyeri tekan tragus dan tarik aurikula
Apakah ada nyeri ketok atau tekan daerah mastoid
4. Dilanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi
Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga liang
telinga lurus dan mempermudah melihat keadaan liang telinga dan
membran timpani
Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk telinga kanan, dan
sebaliknya
yang dinilai adakah radang pada mukosa seperti furunkel,
granulasi, jamur, korpus alienum, cairan, dan serumen ?
5. Bila CAE bersih, nilai membrane timpani
Apakah utuh atau perforasi
bila utuh nilai apakah ada tanda radang, reflek cahaya, dan
adanya bulging/retraksi
bila perforasi, sebutkan lokasi, jumlah, dan luasnya (sentral,
marginal, subtotal, total)
5. Apa etiologi penyakit pada kasus ? sakinah, fauzik
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang
berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat
merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi
minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi.
Faringitis kronis akibat gangguan pencernaan pada lambung juga
mungkin terjadi namun merupakan penyebab yang jarang ditemukan.
Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian suara
berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi
akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan
bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.
6. Apa prognosis penyakit pada kasus ? fira, sakinah
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien
dengan faringitisbiasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
7. Apa SKDI penyakit pada kasus ? akbar, sakinah
Standar kompetensi: 4A
Dokter harus mampu mendiagnosis, melakukan pentlaksanaan secara
mandiri dan tuntas.Anatomi dan fisiologi tenggorokan
2.3.1 Anatomi Tenggorokan8
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna
vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari
tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan
minuman yang lewat dan menuju esophagus. Rongga mulut dan faring
dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di depan
batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah.
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot
orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis. Vermilion
berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan
diantara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.
Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri
dan berasal prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik
palatum durum dan palatum mole, dibentuk olehgabungan dari prosesus
palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah
belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan. Lidah dibentuk
dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan
terutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh
nervus lingualis dengan cabang kordatimpani dari saraf fasialis
yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula.
Saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian
belakang. Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang
bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke leher. Kelenjar liur
tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak dekat
sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui
oleh saraf lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut.
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong, yang besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah.
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke
esophagus setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan
laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan kebawah
berhubungan dengan esophagus.Panjang dinding posterior faring pada
orang dewasa kurang lebih empat belas centimeter; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring
dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot
dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring,
orofaring, dan laringofaring (hipofaring). Pada mukosa dinding
belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,
kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra
servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui
koana posterior. Superior, adenoid terletak pada mukosa atap
nasofaring. Disamping, muara tuba eustachius kartilaginosa terdapat
didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otot tensor
velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka
tuba eustachius masuk ke faring melalui ruangan ini. Orofaring
kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal
dalamkapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga
mulut. Didepan tonsila, arcus faring anterior disusun oleh otot
palatoglossus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun
oleh otot palatofaringeus, otot-otot ini membantu menutupnya
orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus
faringeus. 2.3.1.1 Vaskularisasi.8
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal daricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang
a.maksilaris interna yakni cabang palatine superior. 2.3.1.2
Persarafan8
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari
pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang
dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus dan serabut simpatis.
Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus
faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali
m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang
n.glossofaringeus. 2.3.1.3 Kelenjar Getah Bening8
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran yaitu
superior,media dan inferior. Saluran limfe superior mengalir ke
kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening
servikal dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah
bening jugulodigastrik dan kelenjar getah bening servikal dalam
atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah
bening servikal dalam bawah.
Berdasarkan letak, faring dibagi atas:
2.3.1.4. Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya
adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan
resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang
merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus
tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago
tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus
glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial
dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan
foramen laserum dan muara tuba eustachius. 9
Gambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnya
2.3.1.5 Orofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah
rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal.
Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior
faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan
posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.9a. Dinding
Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut
terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses
retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot
posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan
dengan gangguan n.vagus.9
b. Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.
Batas lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas
atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang
kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan
ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar
bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan
bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar-
benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.9c. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan
ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.9Terdapat
macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan
tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut
cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja
terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang
kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.9
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai
celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah
epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus
biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan.9Permukaan lateral tonsil
melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil.
Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah
dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari
a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila
eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.9Tonsil lingual
terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh
papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan
penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista
duktus tiroglosus.9
Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan
sekitar jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole
sebagai abses peritonsilar.92.3.1.6 Laringofaring (hipofaring)9
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu
dibawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika
menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju
ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral
terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan
dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus
piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago
tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah
esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke
bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya
terdapat muara esofagus.
Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada
pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada
pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di
bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah
cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan
ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut
juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapa orang,
kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini
berbentuk omega dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun
kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai
dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian
lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak
langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk
melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus
makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke
esofagus.2 Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus
piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk
diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada
tindakan laringoskopi langsung.2.3.2 Fisiologi Tenggorokan
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu
menelan, resonasi suara dan untuk artikulasi.8
Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan
makanan dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua,
transport makanan melalui faring dan tahap ketiga, jalannya bolus
melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang
sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga
tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke
orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan
laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk
mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang
akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu
oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus
dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis
inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi.
Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui
esofagus dan masuk ke lambung.9
Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari
otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa
pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan
penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula
m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli
palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan
penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole
ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak
yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada
dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme,
yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring
(bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor
faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu
bersamaan.9
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada
periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan
ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan
palatum.9FARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT (J31.2)
Setiap tahunnya 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa
mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas
termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis
merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan 200
kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996
adalah karena viral faringitis. Faringitis merupakan peradangan
dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun
noninfeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari
orang yang menderita faringitis.
Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi,
konsumsi alkohol yang berlebihan.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan
toksin. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan
menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A
Streptococcus hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan
orang dewasa. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan
ludah.
Faring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang
menghubungkan bagian belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu
masuk laring dan introitus-esofagus. Faring dibagi menjadi tiga
bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan hipofaring. Faringitis
kronis adalah kondisi inflamasi dalam waktu yang lama pada mukosa
faring dan jaringan sekitarnya. Faringitis kronis terbagi menjadi
faringitis kronis hiperplastik(granular) dan faringitis kronis
atropi atau kataralis.
EtiologiFaringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang
berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring akibat
merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi
minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi.
Faringitis kronis akibat gangguan pencernaan pada lambung juga
mungkin terjadi namun merupakan penyebab yang jarang ditemukan.
Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian suara
berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi
akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan
bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.
Patogenesis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus
dapat secara langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisanepitel, kemudian bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi,
terjadipembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapathiperemi, kemudian
edema dan sekresi yang meningkat.
Eksudat mula-mula serosa tapi menjadimenebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Denganhiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarnakuning, putih atau abu-abu terdapat dalam
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikellimfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke
lateral, menjadimeradang dan membengkak. Virus-virus seperti
Rhinovirus dan Corona virusdapatmenyebabkan iritasi sekunder pada
mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki
karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular
toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
hebat karenafragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki
struktur yang sama dengan sarkolemapada myocard dan dihubungkan
dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga
dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Klasifikasi FaringitisFaringitis akutFaringitis viral
Disebabkan oleh rinovirus yang dapat menimbulkan gejala rhinitis
dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejalanya
berupa demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
b.Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Pasien
mengalami nyeri kepala, muntah, kadang-kadang demam dengan suhu
yang tinggi. Pada pemeriksaan tampak tonsil memebesar, faring dan
tonsil hiperemis. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal,
dan nyeri tekan.Terdapat dua bentuk faringitis kronis yaitu
:Faringitis kronis hiperplastikFaringitis kronis atrofiFaringitis
kronis hiperplastik
Faktor predisposisi :
- Rinitis kronis dan sinusitis
-Inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol
- Inhalasi uap yang merangsang
-Infeksi
-Daerah berdebu
-Kebiasaan bernafas melalui mulutManifestasi klinis :-Rasa
gatal, kering dan berlendir yang sukar dikeluarkan dari
tenggorokan
-Batuk serta perasaan mengganjal di tenggorokanPemeriksaan fisik
:-Penebalan mukosa di dinding posterior faring
-Hipertrofi kelenjar limfe di bawah mukosa
-Mukosa dinding faring posterior tidak rata (granuler)
-Lateral band menebalPenatalaksanaan :-Dicari dan diobati
penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal
-Local dapat dilakukan kaustik dengan zat kimia (nitras argenti,
albothyl) atau dengan listrik (elektrokauter)
-Sebagai simptomatik diberikan obat kumur atau isap, obat batuk
(antitusif atauekspektoran).
b. Faringitis kronis atrofiAdalah faringitis yang timbul akibat
rangsangan dan infeksi pada laring karena terjadi rhinitis atrofi,
sehingga udara pernafasan tidak diatur suhu dan kelembabannya
sehingga menimbulkan rangsangan infeksi pada faring.Manifestasi
klinis :-Tenggorokan terasa kering dan tebal
-Mulut berbauPemeriksaan fisik :Pada mukosa faring terdapat
lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat akantampak mukosa
dibawahnya kering.
Penatalaksanaan :Terapi sama dengan rhinitis atrofi, ditambah
obat kumur, obat simtomatik dan menjaga hygiene mulut.
Gejala Klinis
Gejala umum yang sering ditemukan ialah:
Gatal dan kering pada tenggorokkan
Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
Rasa lesu dan nyeri disendi
Tidak nafsu makan (anoreksia)
Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering,
gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.
Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak Diagnosis
:
Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari
anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh
dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung danleher. Pada
faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil
yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di
leher.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam
penegakkan diagnosa antara lain yaitu :
- pemeriksaan darah lengkap
-GABHS rapid antigen detection testbila dicurigai faringitis
akibat infeksi bakteri streptococcusgroup A
-Throat culture
Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan
radiologi terbatas.
Penatalaksanaan
Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum
yang cukup dan berkumurdengan air yang hangat. Analgetika diberikan
jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada
infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam
4-6kalipemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak