Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Diuretik Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan ekskresi urin (diuresis). Istilah diuresis memiliki dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik ialah mobilisasi cairan edema seperti yang terlihat pada gambar 1, dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstraselular kembali ke normal. 7 Gambar 1. Mekanisme mobilisasi edema pada
27

tugas prescil darurat

Jan 04, 2016

Download

Documents

annisaaislam

tugas prescil darurat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tugas prescil darurat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Diuretik

Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan ekskresi urin

(diuresis). Istilah diuresis memiliki dua pengertian, pertama menunjukkan adanya

penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah

pengeluaran zat-zat terlarut dan air.

Fungsi utama diuretik ialah mobilisasi cairan edema seperti yang terlihat pada

gambar 1, dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga

volume cairan ekstraselular kembali ke normal.

Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan

tempat kerja diuretik tersebut, untuk itu diuretik dibagi berdasarkan tempat kerja

(site of actions) seperti yang terlihat pada gambar 2. Berdasarkan tempat kerja

diuretik tersebut, diuretik dibagi menjadi:

7

Gambar 1. Mekanisme mobilisasi edema pada diuretik

Page 2: tugas prescil darurat

8

Penghambat mekanisme transport elektrolit tubuli ginjal

o Diuretik kuat

o Benzotiadiazide

o Diuretik hemat kalium

o Penghambat karbonik anhidrase

Diuretik osmotik

Gambar 2. Jenis diuretik berdasarkan site of actions

Page 3: tugas prescil darurat

9

II. 1.1. Penghambat Mekanisme Transport Elektrolit Tubuli Ginjal

II. 1.1.1 Diuretik Kuat

Diuretik kuat atau yang disebut juga high-ceiling diuretics merupakan

sekelompok diuretik yang efeknya sangat kuat dan cepat dibandingkan dengan

diuretik jenis lain. Tempat kerja utamanya di epitel segmen tebal Ansa Henle

asenden, oleh karena itu kelompok diuretik ini disebut juga loop diuretics. Obat-

obat yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya furosemide, torsemide,

bumetanid, dan asam etakrinat.

Furosemide atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfanoil antranilat, masih tergolong

derivat sulfonamide. Obat ini merupakan salah satu obat standar untuk

pengobatan gagal jantung dan edema interstitial.

Bumetanid yang merupakan derivat asam 3-aminobenzoat merupakan obat yang

lebih poten dari furosemide tetapi dalam hal lain keduanya memiliki kemiripan

struktur satu sama lain.

Sementara jenis diuretik kuat lainnya yakni asam etakrinat, bukan merupakan

derivat sulfonamide seperti kedua obat sebelumnya dan termasuk diuretik yang

dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan.

Gambar 3. Struktur Kimia Furosemide

Gambar 4. Struktur Kimia Bumetanide

Page 4: tugas prescil darurat

10

Farmakodinamik

Diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi elektrolit pada

symporter Na+/K+/2Cl- di segmen tebal ansa Henle asenden yakni di epitel

bagian luminal. Beberapa inhibitor symporter Na+/K+/2Cl- memiliki efek

menurunkan reabsorpsi di tubulus proksimal tetapi sampai saat ini masih

dipelajari. Ketika terjadi inhibisi pada symporter tersebut, secara langsung akan

mengakibatkan peningkatan ekskresi natrium diikuti dengan ekskresi klor karena

reabsorpsi klor bergantung pada transport aktif natrium serta ekskresi kalium.

Selain itu inhibitor symporter Na+/K+/2Cl- juga dapat menghambat reabsorpsi

kalsium dan magnesium dengan cara menghilangkan beda potensial transepitelial

sebagai pendorong utama reabsorpsi kation tersebut sehingga timbullah diuresis.

Selain itu diuretik kuat dapat meningkatkan kadar asam urat plasma dengan cara

berkompetisi pada sistem sekresi anion di tubulus.

Di sisi lain, furosemide dan bumetanid juga memiliki daya hambat karbonik

anhidrase tetapi aktivitasnya terlalu lemah untuk mengakibatkan diuresis di

tubulus proksimal sedangkan asam etakrinat tidak menghambat karbonik

anhidrase. Dari besarnya diuresis yang terjadi, asam etakrinat diduga bekerja di

segmen tubuli lain tetapi mekanismenya belum dapat dipahami.

Gambar 5. Struktur Kimia Asam Etakrinat

Gambar 6. Mekanisme Kerja Diuretik Kuat

Page 5: tugas prescil darurat

11

Farmakokinetik

Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang berbeda-

beda.Obat ini terikat protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di

glomerulus tetapi cepat disekresi melalui sistem transport asam organik di tubulus

proksimal sehingga terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali bekerja di

segmen yang lebih distal. 2/3 diuretik kuat diekskresikan melalui ginjal dalam

bentuk utuh dan sisanya dalam bentuk metabolit.

Penggunaan Klinik pada Gagal Jantung

Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung dengan tanda-tanda

bendungan sirkulasi seperti peningkatan JVP, edema paru, edema tungkai, dan

ascites. Furosemide juga lebih banyak digunakan karena memiliki efek gangguan

aluran cerna yang lebih rendah dibandingkan dengan asam etakrinat. Pada kasus

akut penggunaan diuretik kuat secara parenteral lebih diindikasikan untuk

mencapai efek yang cepat, sementara pada fase kronik obat oral menjadi pilihan

utama. Mekanisme kerja diuretik pada gagal jantung adalah dengan menurunkan

resistensi perifer serta penurunan volume cairan ekstrasel dengan cepat sehingga

mengurangi beban jantung.

Pada edema refrakter, diuretik kuat dapat dikombinasikan dengan diuretik lainnya

seperti tiazid atau diuretik hemat kalium, tetapi penggunaan dua macam diuretik

kuat secara bersamaan tidak disarankan.

Obat Sediaan Dosis Efek

Furosemid tab 20 & 40 mg

inj. 20 mg/amp 2 mL

10-40 mg oral 2x1

(HT)

20-80 mg IV, 2-3x

sehari (CHF)

dapat dinaikkan

sampai 250-2000

mg PO/IV

diuresis dalam 10-

20 menit

efek max. 1,5 jam

lama kerja 4-5 jam

Page 6: tugas prescil darurat

12

Torsemid 5-10 mg oral 1x1

(HT)

10-20 mg (CHF)

PO atau IV dapat

dnaikkan s/d 200

mg

onset 10 menit

efek max. 60 menit

lama kerja 6-8 jam

Bumetanid tab 0,5 & 1 mg

inj. 5 mg

0,5-2 mg oral 2x1

max 10 mg/hari

onset 75-90 menit

lama kerja 4-5 jam

Asam

etakrinat

tab 25 & 50 mg

inj. 50 mg/amp

50-200 mg/hari

0,5-1 mg/kgBB

Efek Samping

Efek samping yang dapat diakibatkan karena penggunaan diuretik kuat khususnya

pada jangka waktu lama diantaranya:

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti hipotensi, hiponatremia,

hipokalemia, hipokloremia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

Ototoksisitas, asam etakrinat ternyata terbukti dapat menyebabkan ketulian

sementara maupun menetap diduga karena gangguan keseimbangan cairan

endolimfe.

Reaksi alergi, diuretik tiazid dan diuretik kuat derivate sulfonamide di kontra

indikasikan pada pasien dengan alergi sulfonamide.

II. 1.1.2 Benzotiazid

Menekan reabsorpsi ion-ion Na+, Cl-. Meningkat ekskresi K+, Mg++,

HCO3-, menurunkan eksresi asam urat dan kalsium.

Page 7: tugas prescil darurat

13

Kimia dan hubungan antara struktur dan aktivitas

Perubahan pada R1, R2, R3 akan membentuk berbagai senyawa tiazid.

Hubungan antara struktur dan aktivitanya ternyata amat kompleks dan

dipengaruhi berbagai faktor fisiologik maupun farmakokinetik.

Page 8: tugas prescil darurat

14

Farmakodinamik

Diuretik tiazid bekerja menghambat simpoter Na+, Cl- di hulu tubulus

distal. Sistem transport ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl-

dari lumen ke dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan ke luar

tubulus dan ditukar dengan K+. Sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida.

Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan eksresi natrium,

klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh

penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Laju

eksresi Na+ maksimal yang ditimbulkan oleh tiazid relative lebih rendah

dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretic lain, hal ini

disebabkan 90% Na+ dalam cairan filtrate telah di reabsorpsi lebih dahulu

sebelumia mencapai tempat kerja tiazid.

Page 9: tugas prescil darurat

15

Derivat tiazid memperlihatkan efek penghambatan karbonik anhidrase

dengan potensi yang berbeda-beda.

Pada pasien hipertensi,tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena

efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga

terjadi vasodilatasi.

Farmakokinetik

Absorpsi: absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek

obat tampak setelah satu jam.

Distribusi: Klorotiazid didistribusi ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati

sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja.

Metabolisme dan ekskresi: Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel

tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar sekali,

biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.

Page 10: tugas prescil darurat

16

Efek samping

Obat ini mulai digunakan sejak tahun 1950 dengan dosis 200 mg/hari,

dengan tujuan mendapatkan efek dieresis. Akibatnya,dosis tinggi ini

menimbulkan berbagai efek samping. Uji klinik yang lebih baru membuktikan

bahwa dosis rendah (12,5-25 mg HCT) lebih efektif menurunkan tekanan darah

dan mengurangi risiki kardiovaskular.

1. Gangguan elektrolit: meliputi hipokalemia, hipovolemia, hiponatremia,

hipokloremia, hipomagnesia. Hipokalemia mempermudah terjadinya

aritmia terutama pada pasien yang juga mendapat digitalis atau antiaritmia

lain. Pemberian diuretic pada pasien sirosis dengan aistes perlu dilakukan

dengan hati-hati, ganguang pembentukan H+ menyebabkan amoniak tidak

adaoat diubah menjadi ion amonium dan memasuki darah. Ini merupakan

salah satu factor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada pasien

sirosis hepatis. Diuretik yang menyebabkan kloruresis juga akan

meningkatkan ekskresi kedua ion halogen (yodida dan bromide). Dengan

demikian obat ini dapat digunakan untuk menanggulangi keracunan

bromide dan mengakibatkan deplesi yodida ringan.

Page 11: tugas prescil darurat

17

2. Insufiensi ginjal:dapat diperberat oleh tiaizd, karena tiazidlangsung

mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus terutama bila diberikan

intravena.

3. Hiperkalsemia: efek samping yang menguntungkan terutamauntuk orang

tua dengan risiko osteoporosiskarena dapat mengurangi resiko fraktur.

4. Hiperurisemia: Diuretik tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah

karenaefeknya menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorpsi asam

urat. Efek samping ini perlu menjadi perhatian pada pasien arthritis gout.

Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat dengan kemungkinan: 1.

Tiazid meninggikan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal, 2: tiazid

mungkin menghambat eksresi asam urat oleh tubuli.

5. Tiazid menurukan toleransi glukosa dan mengurangi efektivitas obat

hipoglikemik oral. Ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini yaitu

menurunnya sekresi insulin, meningkatnya glikogenolisis dan menurunnya

glikogenesis. Deplesi K+ ikut memegang peranan dalam hal menurunnya

toleransi glukosa ini, melalui pengambatan konversi proinsulin menjadi

insulin.

6. Tiazid dapat menyebabkan peningkata kadar kolesterol dan trigliserida

7. Gangguan funngsi seksual

Indikasi

1. Hipertensi: selain sebagai diuretic,tiazid member efek anti hipertensi

berdasarkan efek oenurunan resistensi pembuluh darah.

2. Gagal jantung: diuretic terpilih untuk pengobatan akibat gagal jantung

ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretic

hemat kalium pada pasien yang juga mendapat pengobatan digitalis untuk

mencegah timbulnya hipokalemia yang mempermudah intoksikasi

digitalis.

3. Pengobatan jangka panjang edema kronik. Obat ini hendaknya diberikan

dalam dosis yang cukup unruk mempertahankan berat badan tanpa edema.

Pasien jangan terlalu dibatasi makan garam

Page 12: tugas prescil darurat

18

4. Diabetes insipidus. Golongan tiazid juga digunakan untuk pengobatan

diabetes insipidus terutama bersifat nefrogenik.

5. Hiperkalsuria: pada pasien dengan batu kalsium pada saluran kemih

mmendapat manfaat dari pengobatan tiazid, karena obat ini dapat

mengurangi eksresi kalsium ke saluran kemih sehingga mengurangi risiko

pembentukan batu.

Kontraindikasi

1. Gout

2. Hipokalemia

3. Hiperkalsemia

4. Pengguna digitalis

5. Sirosis hepatis

6. Pasien hipertensi dengan gangguan ginjal

II. 1.1.4 Diuretik Hemat Kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik

ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja

pada tubulus distal dengan cara memblok pertukaran ion Na+ dengan ion H+ dan

K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air.

Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan

diuretik turunan tiazid. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi

sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan efek

aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat

memperberat penyakit diabetes dan pirai (Asam Urat), serta dapat menyebabkan

gangguan pada saluran cerna.

Mekanisme kerja

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan

mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi

kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan

Cl- dalam urin.

Page 13: tugas prescil darurat

19

Diuretik hemat kalium dibagi menjadi dua kelompok, yaitu diuretika

dengan efek langsung dan antagonis aldosteron.

1. Diuretik dengan efek langsung

Contoh : amilorid dan triamteren.

a. Amilorid HCl (puritrid), selain bekerja melalui mekanisme kerja di

atas juga dapat permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan

menyebabkan retensi ion K+ dan H+. Amilorid digunakan untuk

mengontrol sembab dan hipertensi. Awal kerja amilorid terjadi 2-3 jam

setelah pemberian secara oral, kadar serum tinggi dicapai dalam 3-4

jam, waktu paruh ± 6 jam dan mempunyai masa kerja yang cukup

panjang ± 24 jam. Penggunaan obat ini dapat dalam bentuk tunggal

atau dikombinasi dengan diuretik turunan tiazid. Dosis oral untuk

diuretik : 5 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi : 5 mg 1 dd.

b. Triamteren, adalah diuretik turunan pteridin, absorpsi dalam saluran

cerna cepat tetapi tidak sempurna. Ketersediaan hayatinya 30-70%,

pada cairan tubuh ± 45-75% terikat oleh protein plasma. Kadar plasma

tertinggi obat dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan

waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis diuretik : 150-300 mg/hari.

2. Antagonis aldosteron

Aldosteron, adalah mineralokortikoid yang dikeluarkan oleh korteks

adrenalis. Merupakan senyawa yang sangat aktif untuk menahan elektrolit,

dapat meningkatkan absorpsi kembali ion Na+ dan Cl- serta ekskresi ion K+

dalam saluran pegumpul.

Page 14: tugas prescil darurat

20

Senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan aldosteron, seperti

spironolakton, bekerja sebagai antagonis melalui mekanisme

penghambatan bersaing pada sisi reseptor pada saluran pengumpul,

dimana terjadi pertukaran ion Na+ dan K+. penghambatan tersebut

menyebabkan peningkatan ekskresi ion Na+ dan Cl- serta retensi ion K+.

Contoh :

Spironolakton (aldactone, idrolatton), diabsorpsi dengan baik dalam

saluran cerna, ± 98% terikat oleh protein plasma. Spironolakton cepat

dimetabolisme oleh hati menjadi kanrenon yaitu bentuk yang bertanggung

jawab terhadap 80% aktivitas diuretiknya. Waktu paronya cukup lama,

antara 10-35 jam. Aktivitasnya meningkat bila diberikn bersama-sama

dengan diuretika turunan tiazid atau diuretika loop. Dosis : 50-100

mg/hari.

.

Toksisitas:

Efek samping utama adalah hiperkalemi, ginekomasti dan amenore.

Indikasi:

Efek yang besar pada pasien yang tinggi aldoteron plasma (Hiperaldosteron

menyebabkan tumor adrenal atau hyperplasia) juga pada pasien sirosis.

Kontraindikasi:

Jangan digunakan pada hiperkalemi.

1. Amiloride dan triamterene

Page 15: tugas prescil darurat

21

Mekanisme:

Menghambat Na+ Channel pada apek membrane tubulus distal dan tubulus

collecting. Karena sekresi K+ dan H+ pada segmen nefron ini di hasilkan oleh

reabsorbsi Na+, K+ dan H+ ke urin di kurangi.

Farmakokinetik:

Efektif per oral, waktu paruh Amiloride dan triamterene 6 dan 3 jam.di

eliminasi di ginjal.

Toksisitas:

Hiperkalemia, tapi metabolik asidosis dapat juga terjadi mual dan muntah.

Indikasi:

Biasa diberikan dengan diuretik lainnya, sering dengan loop diuretik atau

thiazide.

Kontraindikasi:

Jangan digunakan pada hiperkalemia.

II. 1.1.5 Penghambat Karbonik Anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat di dalam sel korteks renalis,

pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam

plasma. Derivat sulfonamid yang juga dapat menghambat kerja enzim ini adalah

asetazolamid dan diklorofenamid.

Farmakodinamik

Efek farmakodinamik yang utama dari asetozolamid adalah penghambatan

karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik

dan perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.

1)      Ginjal.

2)      Susunan cairan plasma.

3)      Mata.

4)      Susunan Saraf Pusat.

5)      Pernafasan.

Page 16: tugas prescil darurat

22

Farmakokinetik

Asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam

darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24

jam

Mekanisme kerja

Karbonik anhidrase mengkatalisis perubahan CO2 + H2O, Selanjutnya

H2CO3 akan terionisasi menjadi H+ dan HCO3-

Terjadi Hambatan pembentukan ion H dan HCO3 di sel tubuli

Padahal ion H dibutuhkan untuk pertukaran dengan Ion Na di lumen tubuli,

akibatnya ion Na yang difiltrasi glomerulus ke lumen bertambah

Menyebabkan hipertonis, menarik cairan disekitar tubuli, jumlah urin yang

diekskresikan bertambah.

Berkurangnya HCO3 menyebabkan Asidosis, bisa untuk terapi epilepsi.

Di cairan bola mata banyak dijumpai enzim ini, penghambatan karbonik anhidrase

mengurangi tekanan intraokuler

Efek nonterapi dan kontraindikasi

Intoksikasi asetazolamid jarang terjadi. Pada dosis tinggi dapat timbul

parestesia dan kantuk yang terus-menerus. Asetazolamid mempermudah

pembentukan batu ginjal karena berkurangnya ekskresi sitrat, kadar kalsium

dalam urin tidak berubah atau meningkat. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan

selama kehamilan, kerena pada hewan cobra obat ini dapat menimbulkan efek

teratogenik.

Page 17: tugas prescil darurat

23

Indikasi

Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk menurunkan tekanan

intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid jarang digunakan sebagai

diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah

ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.

Sediaan dan posologi

Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk

pemberian oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple

glaucoma yaitu 250-1000 mg per hari.

Dosis dewasa untuk acute mountain sickness yaitu 2 kali sehari 250 mg,

dimulai 3-4 hari sebelum mencapai ketinggian 3000 m atau lebih, dan dilanjutkan

untuk beberapa waktu sesudah dicapai ketinggian tersebut.

Dosis untuk paralisis periodik yang bersifat familier (familial periodic

paralysis) yaitu 250-750 mg sehari dibagi dalam 2 atau 3 dosis, sedangkan untuk

anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.

Diklorofenamid dalam tablet 50 mg, efek optimal dapat dicapai dengan

dosis awal 200 mg sehari, serta metazolamid dalam tablet 25 mg dan 50 mg dan

dosis 100-300 mg sehari, tidak terdapat dipasaran.

II. 1.2. Diuretik Osmotik

Diuretik osmotik → meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan dalam

tubulus ginjal → Na, Cl, K, air diekresikan. Suatu zat dapat bertindak sebagai

diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :

1)      Di filtrasi secara bebas oleh glomerulus

2)      Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

3)      Secara farmakologis merupakan zat yang inert

4)      Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik

Cara kerja diuretik osmotik:

Page 18: tugas prescil darurat

24

1)      Tubuli proksimal → penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya

osmotiknya

2)      Ansa Henle → penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena

hipertonisitas daerah medula menurun

3)      Ductus koligentis → penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya

papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor

lain.

Contoh golongan obat ini adalah manitol, urea, gliserin, isosorbid.

Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol

tidak mengalami metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali

direabsorpsi tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Substansi

yang tidak di metabolisme, difiltrasi bebas di glomerulus dan tidak

direabsorpsi dalam jumlah yang signifikan di tubulus ginjal. Untuk terapi

edema yg resisten, edema serebral, keracunan barbiturat, salisilat,

karbontetraklorida, bromida dan imipramin, peningkatan TIK dan TIO,

profilaksis sblm & sesudah prostatektomi, cegah gagal ginjal pada reaksi

transfusi. Mannitol sebabkan hipotensi, dehidrasi, hilangnya elektrolit,

asidosis dan tromboplebitis, sakit kepala, mual, muntah.

Manitol harus diberikan secara IV, jadi obat ini tidak praktis untuk

pengobatan udem kronik. Pada penderita payah jantung pemberian manitol

berbahaya, kerana volume darah yang beredar meningkat sehingga

memperberat kerja jantung yang telah gagal.

Efek nonterapi

Manitol di distribusikan ke cairan ekstra sel, oleh karena itu pemberian

larutan manitol hipertonis yang berlebihan akan meningkatkan osmolaritas cairan

ekstraseluler, sehingga secara tidak diharapkan akan terjadi penambahan jumlah

cairan ekstraseluler.

Sedian and posologi

Page 19: tugas prescil darurat

25

Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan

volume antara 50-1000ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g

yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus

sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk

penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB

yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit. Bila dengan 1-2 kali dosis

percobaan diuresis masih kurang dari 30ml per jam dalam 2-3 jam, maka status

pasien harus di evaluasi kembali sebelum pengobatan dilanjutkan.

Urea. Suatu kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalan air.

Merupakan agen diuretik osmotik, disaring bebas pada glomerulus dan

direabsorpsi terbatas pada tubulus renalis. Sediaan intravena mengandung urea

sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab larutan urea murni dapat

menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah saraf, urea diberikan intravena

dengan dosis 1-1,5g/kgBB. Sebagai diuretik, urea potensinya lebih lemah

dibandingkan dengan manitol, karena hampir 50% senyawa urea ini akan

direabsorbsi oleh tubuli ginjal. Efek samping lainya antara lain aritmia, hemolisis,

dan rentan perdarahan.

Gliserin. Diberkan per oral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan

tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Dipakai untuk menurunkan edema

serebral dan menurunkan TIO pada operasi mata. Gliserin digunakan pada cairan

infus 10 % gliserin dalam larutan dekstrosa 5 %. Gliserin 10 % menjadi larutan

hiperosmolalitas saat diberikan intra vena, menyebabkan hiperosmolalitas darah

dan disusul urin. Dosis biasanya 1-1,5 g/KgBB dengan konsentrasi larutan oral

50-75 %. Efek maksimal terlihat 1 jam sesudah pemberian obat dan menghilang

sesudah 5 jam.

Isosorbid. Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan

gliserin. Efeknya juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih

besar daripada gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara

1-3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.