Page 1
TUGAS MAKALAH
KEPERAWATAN KOMUNITAS
“Kelompok Penderita Penyakit Menular”
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III
Agus (08600018)
Purwoadji (09600010)
Aisyah Badmas (09600011)
Fega Ilma Dwinda P. M (09600022)
Hermiawati (09600031)
Khoirun Nisa (09600032)
Siti Khodijah (09600066)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSURABAYA
2012
Page 2
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Kelompok Penderita Penyakit Menular” dengan
lancar dan sesuai rencana.
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada kita
semua tentang kelompok penderita penyakit menular yang ada dalam masyarakat
dan cara menanggulangi penyakit menular dalam masyarakat.
Tidak lupa pula rasa terima kasih saya haturkan kepada pihak-pihak yamg
telah berperan serta dalam proses penyelesaian makalah ini yaitu:
1. Bu Anis S.Kp.,Ns selaku dosen mata kuliah Komunitas
2. Teman- teman yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan
makalah ini
3. Dan semua pihak yang ikut berperan serta dalam proses pembuatan makalah
ini.
Kami susun makalah ini dengan mengambil referensi dari internet. Karena
keterbatasan referensi yang kami gali, Kami menyadari bahwa karya tulis ini
belum sempurna. Saran dari kritik dari pembaca sangat diharapkan. Semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan pembaca.
Surabaya, 08 November 2012
Penyusun
Page 3
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................Kata Pengantar...............................................................................................Daftar Isi ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
2.1 Pengertian Kelompok Penderita Penyakit Menular..................
2.2 Macam-macam Penyakit Menular ...........................................
2.2.1 Tubercolosis .............................................................
2.2.2 Kusta.........................................................................
2.2.3 HIV/AIDS.................................................................
2.3 Manifestasi Klinis Secara Umum..............................................
2.4 Pencegahan umum....................................................................
2.5 Peran Perawat............................................................................
2.6 Perubahan sosial dan psikososial pada
penderita penyakit menular.......................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK
PENDERITA PENYAKIT MENULAR
4.1 Pengkajian.................................................................................
4.2 Diagnosis...................................................................................
4.3 Rencana Keperawatan...............................................................
BAB IV PENUTUP........................................................................................
5.1 Kesimpulan...............................................................................
5.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinegara-negara berkembang pola epidemiologi penyakit tampak bahwa
pola prevalensi penyakit infeksi dan parasit masih sangat tinggi, misalnya
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare (Santoso L, 1998).
Penyakit menular merupakan penyakit yang ikut bertanggung jawab terhadap
tingginya angka kematian di dunia. Penyakit menular adalah penyakit yang
disebabkan mikroorganisme, baik bakteri, virus, maupun jamur, yang bisa
ditularkan dari satu orang penderita kepada orang sehat hingga menyebabkan sakit
seperti sumber penularan.
Berdasarkan SKRT 1986, ditunjukan bahwa sebagian besar kematian
penduduk disebabkan oleh penyakit menular. Sebagian besar penyebab kematian
bayi oleh karena penyakit menular akut yaitu: ISPA 23,4% ; PD31 19,4% dan
Diare 15,6%. Semakin rendahnya angka kematian bayi dan kematian kasar, serta
meningkatnya harapan hidup maka akan mendorong terjadinya perubahan dan
pola penyakit. Kecuali demam berdarah (DHF), HIV/AIDS dan Tuberkulosis,
maka banyak penyakit menular pada anak : difteri, pertusis, tetanus dan tetanus
neonatorum, poliomyelitis dan campak juga frambusia dan kusta (lepra)
diperkirakan insidennya dapat ditekan menjadi seminimal mungkin atau telah
dapat diturunkan dengan cukup memuaskan (Santoso L, 1998).
Dalam Keperawatan Komunitas, sasaran yag dituju bukan saja pada
keluarga, tapi juga ditujukan pada masyarakat yang mempunyai kelompok
penderita penyakit menular yang sangat memerlukan bimbingan dan pengawasan.
Dengan demikian, dari latar belakang di atas, dalam makalah ini, penulis
ingin membahas mengenai Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok
Penderita Penyakit Menular.
1.2 Rumusan Masalah
Page 5
Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Kelompok Penderita
Penyakit Menular?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana
Asuhan Keperawatan pada klien Kelompok Penderita Penyakit
Menular
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan
keperawatan meliputi :
1. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada Kelompok
Penderita Penyakit Menular
2. Mampu mengenal Kelompok Penderita Penyakit Menular
3. Mampu membuat intervensi atau pencegahan pada Kelompok
Penderita Penyakit Menular
4. Mampu menjalankan peran perawat dengan baik dalam melakukan
tindakan keperawatan
Page 6
BAB III
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Kelompok Penderita Penyakit Menular
Kelompok Penderita Penyakit Menular adalah Kumpulan individu yang
menderita suatu penyakit menular. Sedangkan yang dimaksud penyakit menular
adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang
yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini
ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat diumpamakan
sebagai biji (agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
a. Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2) Golongan riketsia, misalnya typhus.
3) Golongan bakteri, misalnya disentri.
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
5) Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya.
6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup
(survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Page 7
a) Berkembang biak
b) Bergerak atau berpindah dari induk semang
c) Mencapai induk semang baru
d) Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia
adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit
(penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap
hidup.
Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut; habitat
dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang, survival dimana bibit
penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.
Reservoar didalam Manusia, Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoar didalam tubuh manusia antara lain campak (measles), cacar air (small
pox), typhus (typhoid), miningitis, gonoirhoea dan syphilis. Manusia sebagai
reservoar dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya
tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant carriers adalah orang
yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit
polio, typhoid, meningococal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan
karena :
1) Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya
sendiri).
2) Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka
menderita / kena penyakit.
3) Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari.
4) Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif
lama.
Page 8
Reservoar pada Binatang, Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar
pada binatang pada umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah
penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
a. Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing
pita.
b. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal
tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
c. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies.
Benda-Benda Mati sebagai Reservoar, Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoar pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam
tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan
yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan temperatur atau
kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan
siap infektif. Contoh clostridium tetani penyebab tetanus, C. botulinum
penyebab keracunan makanan dan sebagainya.
Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit. Yang dimaksud sumber infeksi
adalah semua benda termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan /
menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga
reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.
b. Macam-Macam Penularan (Mode of Transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit
tersebut ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar kepada induk
semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain :
1. Kontak (Contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada
masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi di
kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
Page 9
2. Inhalasi (Inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum
adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne
infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
3. Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan minuman.
4. Penetrasi pada Kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit
misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau
melalui luka, misalnya tetanus
5. Infeksi Melalui Plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit
pada waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
c. Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh
faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain
penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan oleh
kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.
Tiga Kelompok utama penyakit menular
1) Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian sangat tinggi
2) Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3) Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi
dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
Tiga Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit Dari Orang Ke Orang
1) Waktu Generasi (Generation Time)
Page 10
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa
kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit.
Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan
masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya
gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan
gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya
unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut
untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik /
terselubung.
2) Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok
penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit
menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut. Herd immunity merupakan factor utama dalam poses
kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu
kelompok penyakit tertentu. Wabah terjadi karena 2 keadaan:
a. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak
pernah terpapar oleh agen tersebut / kemasukan suatu agen penyakit
menular yang sudah lama absent dalam populasi tersebut.
b. Bila populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung masuknya sejumlah orang-
orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tersebut
3) Angka Serangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta
memiliki resiko / kerentanan terhadap penyakit tersebut. Angka serangan
ini bertunjuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat
keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga,
system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu
dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan
unit Epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.
Page 11
2.2 Macam-Macam Penyakit Menular
2.2.1 Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Koch. TBC ditemukan bahkan di
mumi berasal dari Mesir kuno dan Peru. 2 juta orang meninggal setiap tahun
karena TBC. Sekitar 150 juta orang diperkirakan telah meninggal karena TBC
sejak 1914. Sepertiga dari orang membawa bakteri Koch, yang menyebar
melalui udara dan mempengaruhi seluruh tubuh, terutama paru-paru. Hal ini m
enyebabkan batuk yang berkepanjangan, demam, menggigil, dahak berdarah,
berat badan turun drastis, berkeringat.Hal ini menginfeksi sepertiga penduduk
dunia dan setiap tahun lain 8.000.000 kasus baru muncul. Lebih banyak
menyerang perempuan pada usia antara 15 dan 45 tahun. TBC tersebar di
seluruh dunia, kasus terbanyak ditemukan di Bangladesh, Cina, Indonesia,
Filipina, India dan Pakistan. Seperti halnya flu, kuman tuberkulosis (TB)
menyebar di udara pada saat penderita batuk, bersin, atau meludah. Secara
sosial, penderita TB dikonotasikan sebagai "orang berbahaya" karena
penyakitnya menular ke orang lain sehingga dikucilkan dari lingkungannya.
2.2.2 AIDS
WHO memperkirakan antara 5 -10 juta orang telah terinfeksi HIV dan
10-30% diantaranya akan menjadi penderita AIDS. Serta terdapat sejumlah 33
juta orang hidup dengan HIV positif, di antaranya 30 juta berada di negara
berkembang. Di Indonesia, menurut laporan UNAIDS (2008), diestimasikan
jumlah orang dengan HIV positif mencapai 270.000, anak-anak dan dewasa.
AIDS diperkirakan telah menyerang 46-60000000 orang dan itu dihasilkan oleh
human immunodeficiency virus (HIV), menyebar melalui darah, air mani, dan
cairan vagina. Ada yang bilang virus ini masih dalam tahap awal. Gejala
penyakit ini sangatlah pelan, mulai dengan kelelahan dan demam. Setelah itu,
peradangan ganglion muncul bersama diare, radang paru-paru dan penurunan
berat badan. Pada tahap akhir, penderita akan mengalami kematian.
Page 12
2.2.3 Kusta
Kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen merupakan
penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae,
melalui kulit dan mukosa hidung. Penyakit kusta terutama menyerang saraf tepi,
kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat yang apabila tidak
didiagnosis dan diobati secara dini dapat menimbulkan kecacatan (Subdirektorat
Kusta dan Frambusia, 2007). Jumlah penderita kusta di seluruh dunia dari tahun
ke tahun mengalami penurunan, tetapi di Indonesia jumlah penderita kusta
cenderung naik. Peningkatan jumlah kusta di Indonesia dibuktikan dengan data
statistik terbaru yang menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara peringkat
ketiga untuk penderita kusta terbanyak, seperti yang disampaikan oleh Menteri
Kesehatan pada peringatan Hari Kusta Sedunia pada tanggal 31 Januari 2011
yang lalu (Kemenkes RI, 2011, ¶ http://www.bppsdmk.depkes.go.id, diperoleh
tanggal 23 Februari 2011). Tahun 2008 prevalensi penderita kusta global yang
terdata dari 118 negara sejumlah 212.802 kasus yang berarti mengalami
penurunan sebanyak 19,6% dari tahun 2007. Penurunan sejumlah 4% pun juga
tercatat dari tahun 2006 ke 2007. Didapat catatan dari beberapa negara yang
sebelumnya sangat endemik kebanyakan sekarang telah mencapai eliminasi atau
hampir bebas kusta (WHO, 2010). Saat ini Indonesia mencatat 19 Provinsi yang
telah mencapai eliminasi (penurunan kejadian) kusta dengan angka penemuan
kasus kurang dari 10 per 100.000 populasi atau kurang dari 1.000 kasus per
tahun. Sampai akhir 2009 tercatat 17.260 kasus baru kusta di Indonesia dan telah
diobati. Saat ini tinggal 150 Kabupaten / Kota yang belum mencapai eliminasi.
Sebanyak 1.500-1.700 (10%) kasus kecacatan tingkat II ditemukan setiap
tahunnya. Sekitar 14.000 (80%) adalah kasus kusta jenis Multi Basiller,
sedangkan sekitar 1500-1800 kasus merupakan kasus pada anak (Kemenkes RI,
2011, http://www.bppsdmk.depkes.go.id, diperoleh tanggal 23 Februari 2011).
Jawa Tengah merupakan daerah endemis rendah kusta dan ada di peringkat
kedua untuk jumlah penemuan kasus baru yang mencapai 130 penderita pada
triwulan pertama tahun 2010. Jumlah penderita kusta di Jawa Tengah hingga 30
Maret 2010 tercatat 1960 penderita, 173 penderita berusia kurang dari 15 tahun
dan 1.787 penderita berusia lebih dari 15 tahun. Sebanyak 9 daerah di sepanjang
Page 13
pantura Jawa Tengah meliputi Blora, Rembang, Kudus, Demak, Brebes, Tegal,
Pemalang, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pekalongan, merupakan daerah
endemis tinggi kusta, dengan rata-rata jumlah kasus lebih dari 1 per 10.000
penduduk (Kemenkes RI, 2011, http://www.bppsdmk.depkes.go.id, diperoleh
tanggal 23 Februari 2011).
2.3 Manisfestasi Klinik Secara Umum
1. Spektrum penyakit menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang
berat disertai komplikasi dan berakhir cacat / meninggal dunia. Akhir dari
proses penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal
2. Infeksi terselubung (tanpa gejala klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan
nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa
tanpa cara tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan
antibody dalam tubuh dan lain-lain.
Gambar Penyebaran Karakteristik Manistestasi Klinik, Dari 3 jenis penyakit
menular:
1) Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik (terselubung) contoh: tubekulosis,
poliomyelitis, hepatitis A
2) Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contoh: measles, chiceplax
3) Penyakit yang umumnya berakhir dengan kematian contoh: rabies
2.4 Pencegahan Umum
Secara umum, pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui
langkah-langkah:
a. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat
dilakukan dengan:
Page 14
1. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat
yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
2. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan
menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada
tempat yang khusus didesain untuk itu.Biasanya dalam waktu yang
lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
b. Memutus Mata Rantai Penularan.
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah
merupakan usaha yang penting untuk memutus hubungan atau mata rantai
penularan penyakit menular.
c. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan
khusus (specific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun
pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria,
meningitis dan disentri baksilus. Pada anak usia muda, gizi yang kurang
akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu,
meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan
penyakit infeksi pada anak.
Secara spesifik, pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pencegahan primer
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor peyebab,
lingkungan serta factor penjamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, yang bertujun
untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit,
penyemprotan/insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping
Page 15
karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularan.
Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat
dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada
(biasanya pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari
perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi / modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti
pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan
social seperti kepadatan rumah tangga, ubungan antar individu dan kehidupan
social masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh factor keturunan,
dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah
raga kesehatan.
2. Pencegahan sekunder
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas).
Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk
mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah terjadinya akibat
samping atau komplikasi.
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveillans
penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pmeriksaan kelompok tertentu
(calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain sebagainya), penyaringan
(screenin) untuk pnyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berda
pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu.
Page 16
3. Pencegahan tersier
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tetentu dengan
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mncegah kematian akibat
penaykit tersebut. Berbagi usaha dalam mencegah proses penyakit lebih lanjut
seperti pada penderita diabetes mellitus, penderita tuberculosis paru yang berat,
penderita penyakit measles agar jangan terjadi komplikasi dan lain sebagainya.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya
akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah
usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social seoptimal mungkin yng
meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi mental/psikologis serta
rehbilitasi social.
2.5 Peran Perawat
Sebagai seorang perawat komunitas dalam hal ini, peran dan tugas
sebagai perawat komunitas tetap kita laksanakan yakni:
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan oleh perawat
dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnose keperawatan agar bias
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Asuhan keperawatan yang diberikan dari hal yang sederhana sampai kompleks.
2. Peran sebagai advokad
Peran ini dilakukan perawat dalam meembantu klien, keluarga dalam
mnginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindkan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas
Page 17
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan ,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setalah dilakukan pendidikan
kesehatan.
4. Peran sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorgaisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
5. Peran sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari: dokter, fisioterrfis dan lainnya dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran sebagai kosultan
Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan peayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran sebagai pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
2.6 Perubahan Sosial dan Psikososial Penderita Pennyakit Menular
Manifestasi klinis penyakit menular begitu membahayakan kehidupan,
bahkan beberapa diantaranya belum ditemukan obatnya, dan jika menular ke
orang lain memperparah stigma negatif yang ada pada masyarakat. Masyarakat
beranggapan bersentuhan dengan penderita dapat menularkan penyakit selalu
berkaitan dengan perilaku yang tidak benar sehingga penderita penyakit menular
dikucilkan dan didiskriminasi.
Page 18
Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah psikosial yang
rumit bagi penderita penyakit menular. Pengucilan penderita dan diskriminasi
tidak jarang membuat penderita penyakit menular tidak mendapatkan hak-hak
asasinya. Begitu luasnya masalah sosial yang berkaitan dengan stigma ini, karena
diskriminasi terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan tidak jarang dalam
pelayanan kesehatan sendiri.
Stigma-stigma negatif pada masyarakat ini membuat penderita atau keluarga
menjadi malu dan takut. Keluarga jadi malu untuk memeriksakan anggota
keluarga yang menderita penyakit menular ke rumah sakit atau pusat-pusat
pelayanan kesehatan, begitu pula dengan penderitanya sendiri, jadi malu untuk
memeriksakan dirinya sendiri. Imbasnya, mereka yang berpotensi tertular virus ini
pun menjadi enggan memeriksakan diri pula, merasa lebih baik tidak tahu sama
sekali daripada tahu dan kemudian dipandang negatif dan dikucilkan oleh
masyarakat.
Beban psikososial yang dialami seorang penderita penyakit menular
adakalanya lebih berat daripada beban fisiknya. Beban yang diderita pasien
penyakit menular baik karena gejala penyakit yang bersifat organik maupun beban
psikososial dapat menimbulkan rasa cemas, depresi, kurang percaya diri, putus
asa, bahakn keinginan untuk bunuh diri. Kalau sudah begini, upaya
mengantisipasi perkembangan penyakit menular mengalami kendala yang cukup
berat dan tentunya menghambat upaya-upaya pencegahan dan perawatan.
Keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasi permasalahan
psikososial. Pemahaman yang benar mengenai penyakit menular perlu
disebarluaskan. Kenyataan bahwa dalam era obat antiretroviral, penyakit menular
sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu
dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada masyarakat
dan penderita penyakit menular bahwa penderita penyakit menular dapat
menikmati kualitas hidup yang lebih baik dan berfungsi di masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan
pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang
Page 19
benar tentang penyakit menular baik pada penderita, keluarga dan masyarakat.
Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat menerima kondisinya
dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita. Adanya
dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan dapat
membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar
dari stress, depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan. (Susiloningsih)
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita
penyakit menular sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan
hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan
ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini
dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan
untuk konseling psikiatri. Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita
penyakit menular akibat stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya
sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang
tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika
memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang
memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat
dapat mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien.
Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga serta memberikan
pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai penyakit menular,
sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan
perawat. Bagi penderita AIDS misalnya, yang terinfeksi akibat penyalahgunaan
narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan tidak
menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta
meningkatkan kualitas hidupnya, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan
untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan
berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya pencegahan penularan
penyakit menular.
Page 20
BAB IV
P E N U T U P
4.1 Kesimpulan
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit
yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit),
bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
Penyakit menular merupakan penyakit yang ikut bertanggung jawab terhadap
tingginya angka kematian di dunia. Penyakit menular adalah penyakit yang
disebabkan mikroorganisme, baik bakteri, virus, maupun jamur, yang bisa
ditularkan dari satu orang penderita kepada orang sehat hingga menyebabkan sakit
seperti sumber penularan. Cara terbaik untuk menghadang infeksi penyakit adalah
menghindarinya, yakni melalui imunisasi atau menjaga kebugaran agar daya tahan
tubuh meningkat. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah
didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi
atau hasil pengamatan. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit
secara umum yakni Pencegahan primer, pencegahan sekunder, pencegahan tersier
4.2 Saran
Penyakit menular adalah penyakit yang dianggap masyarakat sebagai
penyakit “kutukan”, hal ini membuat kelompok-kelompok penderita yang terkena
Page 21
penyakit ini akan mengalami depresi atau harga diri yang rendah. Oleh Karena
Itu, Perawat mengangkat citra diri kelompok penderita dan memberdayakan
mereka sesuai dengan kemampuan penderita.
Page 22
DAFTAR FUSTAKA
Bustman N. (2006) Pengantar epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta
Noor N. (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Santoso L. (2010) ikhtisar penyakit tropik. FKM UNDIP
Safaat M. (2010). Kapita selekta epidemiologi penyakit menular.
http://www.asterpix.com
Http://www.who.int/. (2010). program pencegahan, pemberantasan dan
pengawasan terhadap penyakit menular.