Top Banner
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai. 1
62

Tugas makalah ABK

Apr 06, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas makalah ABK

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak setiap anak mengalami perkembangan

normal.Banyak di antara mereka yang dalam

perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,

kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga

untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan

penanganan atau intervensi khusus.Kelompok inilah yang

kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.

Anak-anak    berkebutuhan    khusus,  adalah  

anak-anak   yang   memiliki   keunikan tersendiri  

dalam   jenis   dan   karakteristiknya,   yang  

membedakan   mereka   dari anak-anak     normal  

pada   umumnya.     Keadaan    inilah  yang 

menuntut    pemahaman terhadap hakikat anak

berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus

terkadang    menyulitkan    guru   dalam   upaya  

menemu    kenali   jenis  dan  pemberian layanan  

pendidikan   yang   sesuai.   Namun   apabila   guru  

telah   memiliki   pengetahuan dan   pemahaman  

mengenai   hakikat   anak   berkebutuhan   khusus,  

maka   mereka   akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang

sesuai.

1

Page 2: Tugas makalah ABK

Anak berkebutuhan khusus sejatinya terjadi dari

berbagai macam dan karakter. Anak berkebutuhan khusus

bisa digolongkan menjadi anak yang memiliki kelainan

secara fisik, mental, berkelainan emosional maupun

akademik. Dan sebagai tenaga pendidik, memahami

berbagai karakter anak terutama anak yang memiliki

karakter yang istimewa seperti anak berkebutuhan khusus

tentu saja harus menjadi sebuah keahlian karena bukan

tidak mungkin , siswa yang pada nantinya menjadi anak

didik bisa saja memiliki keistimewaan seperti anak

berkebutuhan khusus.

Untuk itu melalui makalah ini kami mencoba

mengkaji lebih dalam mengenai klasifikasi dan

karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

berkelainan Fisik dan ABK berkelainan emosi

Oleh karna itu , penulis membuat makalah ini yang

fungsinya bertujuan untuk memaparkan karakteristik –

karakteristik yang terdapat pada anak yang mengalami

gangguan fisik, dan emosi agar nantinya bagi para calon

pendidik Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengenali dan

memahami mereka serta mampu memberikan layanan

pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan Anak

Berkebutuhan Khusus.

B. Rumusan Masalah

2

Page 3: Tugas makalah ABK

1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus

berkelainan fisik?

2. Apa saja yang menjadi klasifikasi dan

karakteristik anak berkebutuhan khusus berkelainan

fisik?

3. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus

berkelainan emosi (tunalaras)?

4. Apa saja yang menjadi klasifikasi dan

karakteristik anak berkebutuhan khusus berkelainan

emosi (tunalaras)?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Anak

Berkebutuhan Khusus Berkelainan Fisik.

2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi

serta karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Berkelainan Fisik.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Anak

Berkebutuhan Khusus Berkelainan Emosi (Tunalaras).

4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi

serta karakteruistik Anak Berkebutuhan Khusus

Berkelainan Emosi (Tunalaras).

3

Page 4: Tugas makalah ABK

PEMBAHASAN

A. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus Berkelainan Fisik

1. Anak Tunanetra

A. Klasifikasi Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami

kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang

dinyatakan dengan tingkat ketajaman penglihatan atau

visus sentralis diatas 20/200 dan secara pedagogis

membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya

di sekolah.

Tunanetra memiliki tingkatan yang berbeda-beda.

Secara pedagogis membutuhkan pelayanan pendidikan

khusus dan belajarnya di sekolah. Dalam

http://nofriyanirezki.blogspot.com/2013/03/klasifikasi-

anak-berkebutuhankhusus. Berdasarkan tingkatannya, anak

Tunanetra dibedakan atas :

1. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan

Seseorang dikatakan penglihatannya normal, apabila

hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya

20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang

mengalami kelainan penglihatan kategori low vision

4

Page 5: Tugas makalah ABK

(kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang

memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. kondisi

yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat

melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk

seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori

berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang

memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau

kurang. Untuk yang kategori berat ini masih ada dua

kemungkinan,

a. Penderita adakalanya masih dapat melihat

gerakan-gerakan tangan, ataupun

b. Hanya dapat membedakan gelap dan terang.

Sedangkan tunanetra yang memiliki ketajaman

penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak

dapat melihat.

2. Berdasarkan Adaptasi Pedagogis

Kirk, SA (1989) dalam http://

nofriyanirezki.blogspot.com/2013/03/klasifikasi anak be

rkebutuhankhusus. mengklasifikasikan penyandang tunanet

ra berdasarkan kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian

layanan pendidikan khusus yang diperlukan. Klasifikasi

yang dimaksud adalah :

a. Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability),

dimana pada taraf ini mereka masih dapat

5

Page 6: Tugas makalah ABK

melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan

oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu

kgusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.

b. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual

disability). Pada taraf ini, mereka memiliki

penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat

meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan

modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan

tenaga dalam mengerjakan tugas-tugas visual.

c. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound

visual disability). Pada taraf ini mereka mengalami

kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan

tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang

lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk

itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan

penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan

indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh

pendidikan.

Secara fisik mungkin anak mampu mencapai kematangan

sama dengan anak awas pada umumnya, tetapi dikarenakan

fungsi psikisnya, seperti pemahaman terhadap realita

lingkungan, kemungkinan adanya bahaya dan cara – cara

menghadapinya, keterampilan gerak serba terbatas, serta

kurangnya keberanian dalam melakukan sesuatu

mengakibatkan kematangan fisiknya kurang dapat

6

Page 7: Tugas makalah ABK

dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan aktivitas

gerakan motorik. Anak tunanetra mengalami hambatan

dalam sistem umpan balik persepsi penginderaan yang

sangat penting dalam konsep belajar, seperti :

pengenalan bentuk, ukuran dan ruang (spatial).

Fallen dan Umansky (1985) dalam

http://nofriyanirezki.blogspot.com menjelaskan bahwa

anak tunanetra cenderung gagal dalam memahami gambaran

tubuh (body image) secara akurat, sebagai dampak dari

eksplorasi yang terbatas, gerakan yang terbatas dan

overprotection, yang semua ini kan berpengaruh terhadap

kelambatan dalam perkembangan motoriknya.

Rizki,Nofriyani.2013. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.http

://nofriyanirezki.blogspot.com.

B. Karakteristik Anak-Anak Tunanetra

Menurut Suparno dan Heri Purwanto dalam file:///

C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf Beberapa ka

ra-kteristik anakanak tunanetra adalah:

1. Segi Fisik

Secara fisik anak-anak tunanetra, nampak sekali

adanya kelainan pada organ penglihatan/mata, yang

secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal

7

Page 8: Tugas makalah ABK

pada umumnya hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas

dan respon motorik yang merupakan umpan balik dari

stimuli visual.

2. Segi Motorik

Hilangnya indera penglihatan sebenarnya tidak

berpengaruh secara langsung terhadap keadaan motorik

anak tunanetra, tetapi dengan hilangnya pengalaman

visual menyebabkan tunanetra kurang mampu melakukan

orientasi lingkungan. Sehingga tidak seperti anak-anak

normal, anak tunanetra harus belajar bagaimana berjalan

dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan

berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.

3. Perilaku

Kondisi tunanetra tidak secara langsung

menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku pada

diri anak, meskipun demikian hal tersebut berpengaruh

pada perilakunya. Anak tunanetra sering menunjukkan

perilaku stereotip, sehingga menunjukkan perilaku yang

tidak semestinya. Manifestasi perilaku tersebut dapat

berupa sering menekan matanya, membuat suara dengan

jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau

berputar-putar. Ada beberapa teori yang mengungkap

mengapa tunanetra kadang-kadang mengembangkan perilaku

8

Page 9: Tugas makalah ABK

stereotipnya. Hal itu terjadi mungkin sebagai akibat

daritidak adanya rangsangan sensoris, terbatasnya

aktifitas dan gerak didalam lingkungan, serta

keterbatasan sosial. Untuk mengurangi atau

menghilangkan perilaku tersebut dengan membantu mereka

memperbanyak aktifitas, atau dengan mempergunakan

strategi perilaku tertentu, seperti memberikan pujian

atau alternatif pengajaran, perilaku yang lebih

positif, dan sebagainya.

4. Akademik

Secara umum kemampuan akademik, anak-anak

tunanetra sama seperti anak-anak normal pada umumnya.

Keadaan ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan

keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca

dan menulis. Dengan kondisi yang demikian maka

tunanetra mempergunakan berbagai alternatif media atau

alat untuk membaca dan menulis, sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing. Mereka mungkin

mempergunakan huruf braille atau huruf cetak dengan

berbagai alternatif ukuran. Dengan asesmen dan

pembelajaran yang sesuai, tunanetra dapat mengembangkan

kemampuan membaca dan menulisnya seperti teman-teman

lainnya yang dapat melihat.

5. Pribadi dan Sosial

9

Page 10: Tugas makalah ABK

Mengingat tunanetra mempunyai keterbatasan dalam

belajar melalui pengamatan dan menirukan, maka

anaktunananetra sering mempunyai kesulitan dalam

melakukan perilaku sosial yang benar. Sebagai akibat

dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap

keterampilan sosial, anak tunanetra perlu mendapatkan

latihan langsung dalam bidang pengembangan

persahabatan, menjaga kontak mata atau orientasi wajah,

penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan

gerakan tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan

intonasi suara atau wicara dalam mengekspresikan

perasaan, menyampaikan pesan yang tepat pada waktu

melakukan komunikasi.

Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak

dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra

mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan

tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan

keterbatasan dalam memperoleh pengalaman dan juga

berpengaruh pada hubungan sosial. Dari keadaan tersebut

mengakibatkan tunanetra lebih terlihat memiliki sikap:

a. Curiga yang berlebihan pada orang lain, ini

disebabkan oleh kekurangmampuannya dalam

berorientasi terhadap lingkungannya.

b. Mudah tersinggung. Akibat pengalaman-pengalaman

yang kurang menyenangkan atau mengecewakan yang

10

Page 11: Tugas makalah ABK

sering dialami, menjadikan anak-anak tunanetra

mudah tersinggung.

c. Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak

tunanetra umumnya memilki sikap ketergantungan

yang kuat pada oranglain dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari. Kondisi yang demikian umumnya wajar

terjadi pada anak-anak tunanetra berkenaan dengan

keterbatasan yang ada pada dirinya.

Suparno dan Heri Purwanto.Pendidikan Anak Kebutuhan Khusus. f

ile:///C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf

2. Anak Tunarungu

A. Klasifikasi Anak Tunarungu

Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi

ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga

seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki

karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal

pada umumnya.

Dalam http://mely novikasari

loelhabox.blogspot.com/2014/04/abk-berkelainan-

fisik.html Tunarungu terdiri atas 2 tingkatan yaitu

umum dan khusus,

1. Tunarungu secara umum

11

Page 12: Tugas makalah ABK

a. the deaf atau tuli, yaitu peyandang tunarngu berat

dan sangat berat dengan tingkat ketulian di atas 90

dB.

b. heard of hearing, atau kurang dengan yaitu

penyandang tunarungu ringan atau sedang dengan

derajat ketulian 20- 90 dB.

2. Tunarungu secara khusus.

a. tunarungu ringan adalah penyandang tunarungu yang

mengalami tingkt ketulian 25-45 dB. Seseorang yang

mengalami ketunarunguan taraf ringan  dimana ia

mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang

datangnya agak jauh.

b. Tunarungu sedang, adaah penyandan tunarungu yang

mengalami tingkat ketulian 46-70 dB. Seseorang yang

mengalami ketnarunguan taraf sedang dimana ia hanya

dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet

secara berhadapan, tetapi idak dapat mengikuti

diskusi-diskusi dikelas. Pada kondisi anak

tunarungu yang demikian sudah memerlukan alat bantu

dengar  (heardingan  aid)  memerukan pembinaan

komunikasi, persepsi, bunyi dan irama.

c. Tunarungu berat, adalah penyandang tunarungu yang

mengalami tingkat kesulitan 71-90 dB. Seseorang

yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya

dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat

dekat dan diperkeras. Pada anak tunarungu demikian

12

Page 13: Tugas makalah ABK

memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti

pendidikan disekolah, selain itu juga diperlukan

pembinaan dan latihan berkomunikasi dan

pengembangan bicaranya.

d. Tunarungu sangat berat (profound) adalah

penyandang tunarungu yang mengalami tingkat

ketulian 90 dB ke atas. Pada tahap ini seseorang

sudah tidak dapat lagi merespon suara sama sekali,

kemungkinan hanya bisa merespon melaui getaran-

getaran suara yang ada. Untuk menyandang tunarungu

ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau

penglihatannya. 

Perkembangan fisik atau motorik anak tunarungu

tidak begitu jauh berbeda dengan perkembangan anak pada

umunya. Bahkan tidak jarang anak tunarungu baru dapat

dikendali ketika diajak berbicara atau berkomunikasi,

tetapi terkadang ditemui pada beberapa anak tunarungu

yang letak gangguan pendengarannya pada teliga bagian

dalam ( auri internal) yang mengenai bagian organ

keseimbangan (semiciculas canals) yang pada giliranya

juga dapat mempengaruhi nerves cochlearis (saraf

keseimbangan ) yang menyebabkan anak ketika berjalan

seperti terhuyung – huyung (akan jatuh). Anak kurang

memiliki keseimbangan yang baik. Tetapi selain dari

pada itu, jika anak murni mengalami ketunarunguan maka

perkembangan fisik tidak banyak mengalami ketunarunguan

13

Page 14: Tugas makalah ABK

maka perkembangan fisiknya mengalami ketunaan penyerta

(double handicapped).

Novikasari, Mely. 2014. ABK Berkelainan Fisik.http://mely no

vikasari loelhabox.blogspot.com.

B. karakteristik Anak Tunarungu

Menurut Suparno dan Heri Purwanto dalam file:///

C:/Users/PIC/Downloads/Docume

ts/Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf

karakteristik anak tunarungu adalah:

1. Segi Fisik

a. Cara berjalannya kaku dan agakmembungkuk. Akibat

terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan

pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu

mengalami kekurangseimbangan dalam aktivitas

fisiknya.

b. Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak

tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara

dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara

atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang

baik, sehingga mereka juga tidak terbiasa mengatur

pernapasannya dengan baik, khususnya dalam

berbicara.

c. Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan

merupakan salah satu indra yang paling dominan

14

Page 15: Tugas makalah ABK

bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana besar

pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan.

Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal

sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun

selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan

terlihat beringas.

2. Segi Bahasa

a. Miskin akan kosa kata

b. Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung

ungkapan, atau idiomatic

c. Tatabahasanya kurang teratur

3. Intelektual

a. Kemampuan intelektualnya normal

Pada dasarnya anak-anak tunarungu tidak mengalami

permasalahan dalam segiintelektual. Namun akibat

keterbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa,

perkembangan intelektual menjadi lamban.

Perkembangan akademiknya lamban akibat

keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya kelambanan

dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya

hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi

akademiknya juga mengalami keterlambatan.

4. Sosial-emosional

a. Sering merasa curiga dan syak wasangka Sikap

seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi

pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa

15

Page 16: Tugas makalah ABK

yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak

tunarungu menjadi mudah merasa curiga.

b. Sering bersikap agresif.

Suparno dan Heri Purwanto.Pendidikan Anak Kebutuhan Khusus. f

ile:///C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf

3. Anak Tunadaksa

Anak tunadaksa adalah kelainan yang meliputi cacat

tubuh atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan

pada fisik dan kesehatan dan kelainanan atau kerusakan

yang disebabkan oleh kerusakan otak dan saraf tulang

belakang (Hargeo, 2012:47)

A. Klasifikasi Anak Tunadaksa

Klasifikasi anak tunadaksa terdiri dari kelainan

pada sistem serebrai (cerebral sistem disorders).

Penyebabnya kelahiran yang terletak pada sistem saraf

pusat. Cerebral palsy digolongkan menjadi tiga yaitu:

derajat kecacatan, topografi dan fisiologi kelaianan

gerak.

1. Penggolongan cerebral palsy menurut derajat

kecacatan:

16

Page 17: Tugas makalah ABK

a. Golongan ringan adalah, mereka yang dapat berjalan

tanpa menggunakan alat, berbicara tegas dan dapat

menolong dirinya sendiri.

b. Golongan sedang ialah, mereka yang membutuhkan

treatment atau latihan untuk berbicara, belajar

dan mengurus dirinya sendiri.

c. Golongan berat, golongan ini selalu memerlukan

perawatan dalam ambulance, bicara dan menolong

diri sendiri.

2. Golongan cerebral palsy menurut topografi

monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, kaki

kanan:

a. Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas dan

bawah, tangan kanan dan kaki kanan.

b. Paraplegi adalah lumpuh pada kedua tungkai

kakinya.

c. Diplegi adalah lumpuh kedua tangan kanan dan kiri

atau kedua kaki kanan dan kiri.

d. Kuadriplegi adalah kelumpuhan keseluruhan anggota

geraknya.

3. Golongan menurut fisiologi:

a. Cerebral palsy ringan, mereka menderita cerebral

palsy ringan hanya memiliki sedikit penurunan,

gejala tidak begitu jelas dan biasanya tidak

begitu terlihat.

17

Page 18: Tugas makalah ABK

b. Cerebral palsy spastik ini adalah kasus cerebral

palsy yang umum. Ia mempengaruhi sekitar 80% dari

semua kasus cerebral palsy. Ada kerusakan pada

konteks motor yang akan menyebabkan otot ata

kelompok otot ketat dan kaku, hal ini akan

membatasi gerak misalnya anak-anak akan sulit

untuk memegang benda.

c. Cerebral palsy athetoid, spastik adalah yang

paling umum, athetoid mencakup 10% dari kasus-

kasus cerebral palsy,. Kerusakan otak akan berada

pada bagian-bagian yang mengkoordinasikan gerakan

tubuh dan pada saat yang sama mempertahankan

postur tegak. Mereka yang menderita cerebral palsy

athethoid menemukan bahwa wajah mengalami wajah

tak terkendali. Bicara ahampir tak dipahami dan

makanan sulit untuk ditelan. Selain itu, orang

yang terpengaruh dengan ini juga mengalami masalah

dengan penglihatan.

d. Cerebral palsy ataxic, bentuk cerebral palsy yang

agak jarang, hanya sekitar 5-10% dari jumlah total

pasien cerebral palsy yang menderita ini. Mereka

yang menderita ini akan mengalami pembentukan dan

pembangunan otot yang buruk. Koordinasi juga

sangat sulit. Mereka juga cenderung memiliki

pegangan yang sangat gemetar.

18

Page 19: Tugas makalah ABK

e. Cerebral palsy tremor, suatu gerakan gemetar yang

berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena

otot berkontaksi dan berileksasi secara berulang-

ulang,

f. Cerebral palsy rigid, suatu keadaan kontraksi otot

yang persisten, yang sering dijumpai dalam keadaan

terhipnotis dan akibat gangguan patologis.

g. Cerebral palsy campuran adalah kombinasi dari

berbagai jenis cerebral palsy.

Anak normal memiliki kemampuan menyesuaikan

gerakan dengan tujuan yang dimaksudkan, sedangkan anak

cerebral palsy gerakan terbatas. Gerakan menonton

(stereotype) dan asal gerak, yang penting dapat

melakukan gerakan. Jika anak mulai dengan pola yang 

gerakan yang salah, maka ia akan meneruskannya dan

mengabaikan gerakan yang salah tersebut. Hal ini

menghambat perkembangan fisik yang normal dan kesalahan

gerakan yang berulang – ulang akan menimbulkan kekakuan

sendi (contracture) dan salah bentuk (derformities).

B. Karakteristik Tuna Daksa

Menurut Suparno dan Heri Purwanto dalam file:///

C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf karakterist

ik  anak tunadaksa adalah:

19

Page 20: Tugas makalah ABK

1. Gangguan Motorik

Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan,

gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan

ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini

meliputi motorik kasar dan motorik halus.

2. Gangguan Sensorik

Pusat sensoris pada manusia terleakotak, mengingat

anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan

di otak, maka sering anak cerebral palsy disertai

gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara

lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy

terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai

akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak

cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.

3.Gangguan Tingkat Kecerdasan

Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena

kelainan otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak

cerebral palsy bervariasi, tingkat kecerdasan anak

cerebralpalsy mulai dari tingkat yang paling rendah

sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan

mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan

normal dan diatas rata-rata. Sedangkan sisanya

cenderung dibawah rata-rata (Hardman, 1990).

20

Page 21: Tugas makalah ABK

4.Kemampuan Berbicara

Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang

disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot wicara

terutama pada organ artikulasi seperti lidah, bibir,

dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena

kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan

lingkungan. Dengan keadaan yang demikian maka bicara

anak-anak cerebral palsy menjadi tidak jelas dan sulit

diterima orang lain.

5.Emosi dan Penyesuaian Sosial

Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada

anak cerebral palsy, mempengaruhi pembentukan pribadi

anak secara umum. Emosi anak sangat bervariasi,

tergantung rangsang yang diterimanya. Secara umum tidak

terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecuali

beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat

menimbulkan emosi yang tidak terkendali. Sikap atau

kurangnya penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral

palsy dapat memunculkan keadaan anak yang merasa malu,

rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah

tersinggung/ sensitif, dan suka menyendiri, serta

kurang dapat menyesuaiakan diri dan bergaul dengan

lingkungan. Sedangkan anak anak yang mengalami

kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik

yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan

21

Page 22: Tugas makalah ABK

muscle dystrophy lain mengakibatkan gangguan motorik

terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan

mobilisasi. Ada sebagian anak dengan gangguan gerak

yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat

perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam

memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak.

Dalam kehidupan sehari-hari anak perlu bantuan dan alat

yang sesuai. Keadaan kapasitas kemampuan intelektual

anak gangguan gerak otot ini tidak berbeda dengan anak

normal.

Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa, guru

mempunyai peranan sebagai pengajar, pendidik dan

pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak

tunadaksa antara lain: latihan berbicara, fisioterapi,

occupational therapy dan hydro therapy. Anak tunadaksa

pada dasarnya sama dengan anak normal pada umumnya,

hanya pada aspek psikologi sosial mereka membutuhkan

rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupan nya.

Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa

dibagi pada sekolah khusus atau inklusi. Sekolah yang

diperuntukkan bagi anak yang mempunyai problema yang

lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya.

Suparno dan Heri Purwanto.Pendidikan Anak Kebutuhan Khusus. f

ile:///C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf

22

Page 23: Tugas makalah ABK

C. Penyebab anak Tunadaksa

Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan

otak yang terjadi pada:

1. Masa sebelum lahir, antara lain: terjadi infeksi

penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi,

saat mengandng mengalami trauma ( kecelakaan),

2. Pada saat kelahiran, antara lain: proses kelahiran

terlalu lama, proses kelahiran yang mengalami

kesulitan, dan pemakaian anestesi, yang melebihi

ketentuan.

3. Setelah proses kelahiran, antara lain: kecelakaan,

infeksi penyakit, dan ataxia.

4. Tuna Wicara

A. Pengertian Tunawicara

Menurut Heri Purwanto (Ortopedagogik Umum, 1998) dal

am http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-

anak-tunawicara.html tuna wicara adalah apabila

seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan

(artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal,

sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi

lisan dalam lingkungan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan

atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

23

Page 24: Tugas makalah ABK

B. Faktor Penyebab Tuna Wicara

Drs.Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk,1979,hal 23) 

dalam http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/

makalah-anak-tunawicara.html Anak tunawicara dapat

terjadi karena gangguan ketika :

1. Gangguan pre natal

a. Hereditas (keturunan)

Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan

karena diantara keluarga terdapat tunawicara atau

membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak

tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut

dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga

dapat menyebabkan abnormalitas pada kelahiran anak.

b. Anoxia

Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan

kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan

ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan bicara

seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.

2. Gangguan neo natal

a.Prematur

Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan

tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum

24

Page 25: Tugas makalah ABK

sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang

disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir

juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan

3. Gangguan pos natal

a.Infeksi

Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya

campak yang menyebabkan tuli preseftik,virus akan

mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak menderita

otitis media (koken). Akibat yang sama akan terjadi

bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk

hejang atau tertular sifilis.

b.meningitis(radang selaput otak)

Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syraf

pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif.

c.infeksi alat pernafasan

Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila

terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-

paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.

Drs.Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk,1979,hal 23) dalam 

http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-

tunawicara.html

C. Klasifikasi Tunawicara

Heri Purwanto (Ortopedagogik Umum, 1998), dalam htt

p://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-

25

Page 26: Tugas makalah ABK

tunawicara.html mengemukakan tunawicara secara umum

diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu:

1. Keterlambatan bicara (Delayed speech ), Yaitu

seseorang yang mengalami keterlambatan dalam

perkembangan bicaranya jika dibandingkan dengan anak

seusianya.

2. Gagap (stuttering), Yaitu:kelainan dalam memulai

pembicaraan dapat berupa:

a. Pemanjangan fonom atau suku kata depan

(prolongation),

b. Pengulangan suku kata depan ( repetition ),

c. Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara

( silent struggle )

d. Anak dengan kekacauan dalam berbicara

(cluttering), biasanya berupa bicara terlalu

cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi

berlebihan.

3. kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia), Yaitu

kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan

dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara

sama sekali.

4. Kelainan suara(voice disorder), Ditandai dengan

perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan

suara berupa:

a. Kelainan nada(pitch)

26

Page 27: Tugas makalah ABK

b. Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu

tinggi, terlalu rendah, atau monoton.

c. Kelainan kualitas suara, Kelainan kualitas atau

warna suara berupa serak, lemah, atau desah.

d. Kelainan keras lembutnya suara, Kelainan ini dapat

berupa suara keras ataupun suara lembut

D. Karakteristik tuna wicara

Menurut Heri Purwanto (Ortopedagogik umum ,1998) dal

am http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-

anak-tunawicara.html yang merupakan karakterisktik

anak tunawicara adalah :

1. Karakteristik bahasa dan wicara, Pada umumnya

anak tunawicara memiliki kelambatan dalam

perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan

perkembangan bicara anak-anak normal.

2. Kemampuan intelegensi, Kemamapuan intelegensi (IQ)

tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada

skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ

performanya

3. Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku

4. Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat

banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang

menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam

penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara

terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari

kehidupan masyarakat normal.

27

Page 28: Tugas makalah ABK

5. Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan

psikis anak tunawicara adalah: Berbicara keras dan

tidak jelas, Suka melihat gerak bibir atau gerak

tubuh teman bicaranya, Telinga mengeluarkan cairan,

Biasanya Menggunakan alat bantu dengar, Bibir

sumbing, Suka melakukan gerakan tubuh, Cenderung

pendiam, Suara sengau, Cadel.    

E. Hambatan yang dialami anak tunawicara

Anak tunawicara memiliki keterbatasan dalam

berbicara atau komunikasi verbal, sehingga mereka

memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan

menyampaikan apa yang ingin mereka rasakan. Kesulitan

dalam berkomunikasi akan semakin parah apabila anak

tunawicara ini menderita tungarungu juga. Adapun

hambatan - hambatan yang sering ditemui pada anak tuna

wicara :

a.Sulit berkomunikasi dengan orang lain

b.Sulit bersosialisasi.

c.Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.

d.Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda

atau minder.

e.mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual,

kepribadian, dan kematangan sosial.

28

Page 29: Tugas makalah ABK

B.Anak Berkebutuhan Khusus Berkelainan Emosi (Tunalaras)

A. Pengertian Anak Tunalaras

Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang

berarti kurang dan “laras” yang berarti sesuai. Jadi,

anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku

kurang/ tidak sesuai dengan lingkungan. Perilakunya

sering bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di

dalam masyarakat tempat ia berada. Anak tunalaras

sering disebut dengan anak tuna sosial karena tingkah

laku mereka menunjukkan pertentangan yang terus menerus

terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti

mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain.

(Soemantri, 2006) dalam http://ericha-

wardhani.blogspot.com/2012/05/karakteristik-anak-

tunalaras-menurut.html

Istilah yang digunakan untuk anak yang berkelainan

perilaku (anak tunalaras) dalam konteks kehidupan

sehari-hari di kalangan praktisi sangat bervariasi.

Perbedaan pemberian julukan kepada anak yang

berperilaku menyimpang tidak lepas dari konteks pihak

yang berkepentingan. Misalnya, para orangtua cenderung

menyebut anak tunalaras denga istilah anak jelek (bad

boy), para guru menyebutnya dengan anak yang tidak

dapat diperbaiki (incurrigible), para

psikiater/psikolog lebih senang menyebut dengan anak

29

Page 30: Tugas makalah ABK

yang terganggu emosinya (emotional disturb child), para

pekerja sosial menyebutnya sebagai anak yang tidak

dapat mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku

(social maladjusted child), atau jika mereka berurusan

dengan hukum maka para hakim biasa menyebutnya sebagai

anak-anak pelanggar/penjahat (deliquent). Terlepas dari

julukan yang diberikan kepada para tunalaras, secara

substansial kesamaan makna yang terdapat pada pemberian

“gelar” pada anak tunalaras, disamping menunjuk pada

cirinya yaitu terdapatnya penyimpangan yyang berlaku di

lingkungannya. (Sunardi, 1985),

Menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Pendidikan

No. 12 Tahun 1952, anak tuna laras adalah individu yang

mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak

memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap

peraturan/ norma-norma sosial dengan frekuensi cukup

besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi terhadap

kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh

suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri

maupun orang lain.

Dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977

menyebutkan, yang disebut tuna laras adalah:

1.anak yang mengalami gangguan/ hambatan emosi dan

tingkah laku sehingga tidak/ kurang menyesuaikan

diri dengan baik, baik terhadap lingkungan,

sekolah, maupun masyarakat.

30

Page 31: Tugas makalah ABK

2.anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum

yang berlaku dimasyarakat.

3.anak yang melakukan kejahatan.

Jika seseorang mempunyai tingkat penyesuaian

normal secara kronologis, dapat dipastikan, menjadi

anak yang kurang dapat menyesuaikan diri dan

berperilaku menyimpang.

Identifikasi terhadap kasus kelainan perilaku

menyimpang dapat juga dipakai sebagai patokan untuk

menggunakan program penyembuhan. Sebagai contoh:

1.jika seorang anak mempunyai masalah psikologi maka

diperlukan model psikoanalitis yang lebih menekan

kan pada psikodinamis.

2.Jika anak menunjukkan penyimpangan prilaku dalam

masyarakat maka perlu penanganan dengan model

prilaku, yaitu dengan cara memodifikasi untuk

belajar berprilaku yang benar daripada membetulkan

kasus-kasusnya.

3.Type perilaku yang tampak, merupakan refleksi-

refleksi dari perasaan diri seperti marah, sering

menemui kegagalan, takut, frustasi, konsep diri

yaang kurang, tidak merasa aman, merasa diacuhkan

orang lain. Perilaku semacam ini sering diikuti

dengan masalah-masalah lain berkaitan dengan

kegagalan dalam belajar dan berbicaranya gagap.

31

Page 32: Tugas makalah ABK

Ada tiga perilaku utama yang tampak pada seorang

anak dengan kelainan perilaku menyimpang, yaitu:

Agresif, suka menghindar diri dari keramaian, dan sikap

bertahan diri. 

B. Klasifikasi Anak Tunalaras

Secara garis besar anak tunalaras dapat

diklasifikasikan sebagai anak yang mengalami kesukaran

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan

yang mengalami gangguan emosi. Tiap jenis kelainan anak

tersebut dapat ditinjau dari segi gangguan atau

hambatan dan klasifikasi berat ringan nya kenakalan,

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Menurut jenis ganguan atau hambatan

a. Gangguan emosi, anak tunalaras yang mengalami

hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga

jenis perbuatan yaitu, senang-sedih, lambat-cepat

marah, dan rileks-tekanan. Secara umum emosinya

menunjukkan sedih, cepat tersinggung atu marah,

rasa tertekan dan merasa cemas.

32

Page 33: Tugas makalah ABK

b. Gangguan sosial, anak ini mengalami gangguan atu

merasa kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka

tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan

hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan ini adalah

seperti sikap bermusuhan, agresif, bercakap kasar,

menyakiti hati orang lain, keras kepala,

menentang, menghina orang lain, berkelahi, merusak

milik orang lain, dan lain sebagainya. Perbuatan

mereka sangat mengganggu ketentraman orang lain.

2. Klasifikasi berat-ringan nya kenakalan

a. Besar-kecilnya gangguan emosi, artinya semakin

tinggi memiliki perasaan negatif terhadap orang

lain makin dalam rasa negatif semakin berat

tingkat kenakalan anak tersebut.

b. Frekuensi tindakan, artinya frekuensi tindakan

semakin sering dan tidak menunjukkan sikap

penyesalan terhadap perbuatan yang kurang baik

semakin berat kenakalan nya.

c. Berat-ringan nya pelanggaran atau kejahatan yang

dilakukan dapat diketahui dari sangsi hukum.

33

Page 34: Tugas makalah ABK

d. Tempat atau situasi kenakalan yang dilakukan

atinya anak berani berbuat kenakalan dimasyarakat

sudah menunjukkan berat, dibandingkan dengan

apabila dia dirumah.

e. Mudah-sukarnya dipengaruhi untuk bertingkah laku

baik. Para pendidik atau orang tua dapat

mengetahui sejauh mana dengan segala cara

memperbaiki anak. Anak bandel dan keras kepala

sukar mengikuti petunjuk termasuk kelompok berat.

f. Tunggal atu ganda ketunaan yang dialami, apabila

seorang anak tunalaras juga mempunyai ketunaan

lain maka dia termasuk golongan berat dalam

pembinaan nya.

Selain itu, William M. Cruickshank (1975 : 567) da

lam https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-

laras-dan-karakteristiknya mengemukakan bahwa mereka

yang mengalami hambatan sosial dapat diklasifikasikan

kedalam kategori sebagai berikut :

1. The semi-socialize child.

34

Page 35: Tugas makalah ABK

Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan

hubungan sosial, tetapi terbatas pada lingungan

tertentu, misalnya : keluarga dan kelompoknya.  Keadaan

ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang

menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma

tersebut bertentangan dengan norma-norma yang berlaku

di masyarakat.

2. Children arrested at a primitive level or

socialization

Anak pada kelompok ini dalam perkembangan

sosialnya berhenti pada level atau lingkaran yang

rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat

bimbingan ke arah sikap sosial dan terlantar dari

pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang

dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

perhatian dari orang tua yang berakibat dari perilaku

anak kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan

nafsu saja.

3. Children with minimum socialization capacity

35

Page 36: Tugas makalah ABK

Anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama

sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan

oleh pembawaan kelainan atau anak tidak pernah mengenal

hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini

banyak bersifat apatis dan egois.

Demikian pula anak yang mengalami gangguan emosi

dapat diklasifikasikan menurut berat/ ringannya masalah

atau gangguan yang dialaminya. Anak ini mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan tingkah laku dengan

lingkungan sosialnya karena ada tekanan-tekanan dari

dalam dirinya, adapun anak yang mengalami gangguan

emosi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Neorotic behaviour (perilaku neurotik).

Anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan

orang lain akan tetapi mereka mempunyai permasalahan

pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering

dan mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati,

perasaan marah, cemas dan agresif, serta rasa besalah.

Disamping juga kadang-kadang mereka melakukan tindakan

lain seperti yang dilakukan oleh anak Unsocialized

36

Page 37: Tugas makalah ABK

(mencuri, bermusuhan), anak pada kelompok ini dapat

dibantu dengan terapi seorang konselor.

Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh

keadaan atau sikap keluarga yang menolak atau

sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh

pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga

adanya kesulitan belajar yang besar.

b. Children with psychotic processes

Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang

paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih

khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang

nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak

memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini

disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai

akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-

obatan.

C. Karakteristik Anak Tunalaras

Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan &

Kauffman (1986) dalam

https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak tuna lara

37

Page 38: Tugas makalah ABK

s dan karakteristiknya/  berdasarkan dimensi tingkah

laku anak tunalaras adalah sebagai berikut:

1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku,

memperlihatkan cirri-ciri: suka berkelahi, memukul,

menyerang, mengamuk membangkang, menantang, merusak

milik sendiri atau milik orang lain, kirang ajar,

lancang, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau

memperhatikan, memecah belah, rebut, tidak bias diam,

menolak arahan, cepat marah, menganggab entengg, sok

aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam,

pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara

kotor, cemburu, suka bersoal jawab, tak sanggub

berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat

salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat

salah.

2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri,

dengan cirri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, kaku,

pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman,

rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin,

malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering

menangis, pendiam, suka berahasia.

3. Anak yang kurang dewasa, dengan cirri-ciri, yaitu

pelamun, kaku, berangan-angan, pasif, mudah

dipengaruhi, pengantuk,pembosan, dan kotor.

4. Anak yang agresif bersosialisasi, dengan cirri-

ciri, yaitu mempunyai komplotan jahat, mencuri

38

Page 39: Tugas makalah ABK

bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal,

berkelompok dengan geng, suka diluar rumah sampai

larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah. 

Dalam https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/

anak-tuna-laras-dan karakteristiknya/ dikemukakan

karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik,

social/emosional, fisik/kesehatan anak tunalaras.

a. Karakteristik Akademik,

Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya

penyesuaian social dan sekolah yang buruk. Akibat

penyesuaian yang brurk tersebut maka dalam belajarnya

memperlihatkan cirri-ciri sebagai berikut.

1. Pencapaian hasil belajar yang jauh dibawah rata-

rata

2. Seringkali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan

bimbingan untuk tindakan discipliner.

3. Seringkali tidak naik kelas atau bahkan ke luar

sekolahnya

4. Sering kali membolos sekolah

5. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan

alasan sakit, perlu istirahat

6. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering

mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau

bagian absensi

39

Page 40: Tugas makalah ABK

7. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan

dengan polisi

8. Lebih sering menjalani masa percobaab dari yang

berwenang

9. Lebih sering melakukan pelanggaran hokum dan

pelanggaran tanda-tanda lalu lintas

10. Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.

b. Karakteristik Sosial/Emosional, Karakteristik

social/emosional anak tunalaras dapat dijelaskan

sebagai berikut.

1. Karakteristik social

a. Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang

lain, dengan cirri-ciri: perilaku tidak diterima

oleh masyarakat dan biasanya melnggar norma

budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga,

sekolah, dan rumah tangga.

b. Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan

agresif, yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat

mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau

menentang, dan tidak dapat bekerja sama.

2. Karakteristik emosional

a. Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan

bagi anak, seperti tekanan batin dan rasa cemas.

b. Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu,

rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitive

atau perasa.

40

Page 41: Tugas makalah ABK

c. Karakteristik Fisik/Kesehatan

Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras

ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan tidur,

dan gangguan gerakan (tik). Seringkali anak merasakan

ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah

mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap

kesehatannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan lain

yang berwujud kelainan fisik, seperti gagap, buang air

tidak terkendali, sering mengompol dan jorok.

D. Faktor-Faktor Penyebab Ketunalarasan

Penelitian tentang penyebab terjadinya kelainan

perilaku atau

ketunalarasan telah banyak dilakukan. Dalam https://phi

erda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-laras-dan-

karakteristiknya/ penyebab terjadinya ketunalarasan

dapat diklasifikasikan, yaitu: (1) faktor penyebab

bersifat internal, dan (2) faktor penyebab yang

bersifat eksternal. Faktor penyebab internal adalah

faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan kondisi

individu itu sendiri, seperti keturunan, kondisi fisik

dan psikisnya. Sedangkan faktor penyebab eksternal

adalah faktor-faktor yang bersifat di luar individu

41

Page 42: Tugas makalah ABK

terutama lingkungan, baik lingkungan keluarga,

masyarakat, dan sekolah (Patton, 1991).

1. Faktor Internal

a. Kondisi/Keadaan Fisik

Kondisi fisik ini dapat berupa kelainan atau

kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang. Kecacatan yang dialami

seseorang mengakibatkan timbulnya keterbatasan dalam

memenuhi kebutuhan baik berupa kebutuhan fisik-biologis

maupun kebutuhan psikisnya.

Masalah ini menjadi kompleks dengan adanya sikap

atau perlakuan negatif dari lingkungan. Sebagai

akibatnya, timbul perasan rendah diri, perasaan tidak

berdaya/tidak mampu, mudah putus asa, dan merasa tidak

berguna sehingga menimbulkan kecenderungan menarik diri

dari lingkungan pergaulan atau sebaliknya,

memperlihatkan tingkah laku agresif, atau bahkan

memanfaatkan kelainannya untuk menarik belas kasihan

lingkungan. Dengan demikian jelaslah bahwa

kondisi/keadaan fisik yang dinyatakan secara langsung

dalam ciri-ciri kepribadian atau secara tidak langsung

dalam reaksi menghadapi kenyataan memiliki implikasi

bagi penyesuaian diri seseorang. 

b. Masalah Perkembangan

42

Page 43: Tugas makalah ABK

Erikson (dalam Singgih D. Gunarsa, 1985:107)

menjelaskan bahwa setiap memasuki fase perkembangan

baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau

krisis emosi. Anak biasanya dapat mengatasi krisis

emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang

berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai

perkembangan. Apabila ego dapat mengatasi mengatasi

krisis ini, maka perkembangan ego yang matang akan

terjadi sehingga individu dapat mnyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Sebaliknya apabila individu tidak

berhasil menyelesaikan masalah tersebut  maka akan

menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku. Konflik

emosi ini terutama terjadi pada masa kanak-kanak dan

pubertas.

Adapun ciri yang menonjol pada masa kritis ini

adalah sikap menentang dan keras kepala. Kecenderungan

ini disebabkan oleh karena anak yang sedang menemukan

‘aku’-nya. Anak jadi marasa tidak puas dengan otoritas

lingkungan sehingga timbul gejolak emosi yang meledak-

ledak, misalnya: marah, menentang, memberontak, dan

keras kepala.

c. Keturunan

Salah satu hasil penelitian spektakuler di bidang

biologi tentang rekayasa genetika telah dibuat mendell.

43

Page 44: Tugas makalah ABK

Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa keturunan

mempunyai peranan kuat dalam meahirkan generasi

berikutnya.implementasi teori tersebut dalam

identifikasi ketunalarasan bahwa keturunan memberikan

banyak bukti bayi yang dilahirkan dalam keadaan

abnormal berasal dari keturunan yang abnormal pula.

Keabnormalan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

orang tuanya memberikan konstribusi ketunalarasan

kepada generasi berikutnya (Patton, 1991). Beberapa

perilaku menyimpang tersebut diantaranya kawin sedarah,

seks maniak, alkoholisme, kleptomania, gangguan

kepribadian, dan lain-lain.

d. Faktor Psikologis

Meier dalam penelitiannya, menghubungkan antara

variabel frustasi dengan perilaku abnormal memperoleh

kesimpulan bahwa seorang yang mengalami kesulitan

memecahkan persoalan akan menimbulkan perasaan

frustasi. Akiat frustasi tersebut akan timbul konflik

kejiwaan. Bagi individu yang memiliki stabilitas

kepribadian yang baik, konflik psikologis tersebut

dapat diselesaikan dengan baik. Namun, bagi mereka yang

memiliki kepribadian neurotik, konflik tersebut tidak

dapat diselesaikan dengan baik. Akibatnya, timbul

perilaku menyimpsng sebagai defence mechanism. Perilaku-

perilaku tersebut diantaranya agresivisme (suka

44

Page 45: Tugas makalah ABK

memberontak, mencela, memukul, merusak), regresivisme

(perilaku yang kekanak-kanakan), resignation (perilaku

yang kehilangan arah karena ketidakmampuan mewujudkan

keinginannya karena tekanan otoritas).

e. Faktor Biologis

Hubungan faktor biologis secara khusus dengan

keadaan kelainan perilaku dan emosi sangat jarang

ditemukan, sebab kelainan perilaku dan kelainan emosi

tidak dapat dideteksi melalui kerusakan biologis.

Adakalanya perilaku anak termasuk normal, tetapi yang

bersangkutan mengalami kerusakan biologis serius; dan

sebaliknya anak secara fisik normal , tetapi

menunjukkan gangguan emosi dan perilaku secara serius.

Hal yang pasti adalah anak lahir dengan kondisi fisik

biologis tertentu akan menentukan style perilaku

(temperamen). Anak yang mengalami kesulitan menempatkan

temperamennya, akan memberikan kecenderungan untuk

berkembangnya kondisi kelainan perilaku dan emosi.

Faktor-faktor yang memberikan konstribusi terhadap

buruknya temperamen seseorang antara lain penyakit,

malnutrisi, trauma otak (Hallahan & Kauffman, 1991).

Dari pemeriksaan electro encephalogram (EEG)

ditemukan, bahwa hasil EEG dari anak-anak yang

melakukan perbuatan menyimpang ada kelainan. Pada orang

45

Page 46: Tugas makalah ABK

dewasa kelainan EEG diketahui pada orang-orang yang

telah melakukan perbuatan kriminal. Kelainan hasil EEG 

tersebut merupakan indikasi jika salah satu bagian otak

mengalami kerusakan (brain damage), secara fisiologis

fungsi otak tersebut menjadi kurang/ tidak sempurna

(brain disfunction). Selain itu, kelainan pada kelenjar

hyperthyroid menyebabkan anak sukar menyesuaikan diri dan

mengalami gangguan emosi. (Kirk, 1970).

2. Faktor eksternal

a. Faktor Psikososial

Sigmund Freud melaui psikoanalisisnya menjelaskan

bahwa ketunalarasan disebabkan pengalaman anak pada

usia awal. Pengalaman tidak menyenangkan pada usia awal

mengakibatkan anak menjadi tertekan dan secara tidak

disadari berpengaruh pada penyimpangan perilaku. 

Pengalaman anak di rumah seperti kualitas hubungan

antara ayah, ibu, serta saudara sekandungnya memberikan

pengaruh yang besar pada perilaku anak. Hubungan

interaksional dan transaksional menyebabkan saling

memengaruhi antara anak dengan orang tua, sehingga jika

pada anak terdeteksi mengalami masalah kelainan

perilaku dapat dialamatkan pada orang tuanya (Sameroff,

Steifer, Zax, 1982) dalam

https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-

laras-dan-karakteristiknya/ Orang tua yang lemah dalam

46

Page 47: Tugas makalah ABK

menegakkan disiplin anak, yang ditandai dengan

penolakan, bermusuhan, kekejaman, dapat menumbuhkan

perilaku yang menyimpang seperti agresif atau kejahatan

lainnya (Hallahan & Kauffman, 1991).

b. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah peletak dasar perasaan aman

(emitional security) pada anak, dalam keluarga pula anak

memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan dan

sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak mampu

memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk

perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi

dan tingkah laku pada anak. Faktor yang terdapat dalam

keluarga yang berkaitan dengan ganguan emosi dan

tingkah laku, diantaranya yaitu:

a. Kasih sayang dan perhatian

Kasih sayang dan perhatian orang tua dan anggota

keluarga lain sangat dibutuhkan oleh anak. Kurangnya

kasih sayang dan perhatian orang tua mengakibatkan anak

mencarinya diluar rumah. Dia bergabung dengan kawan-

kawanya dan membentuk suatu kelompok anak yang merasa

senasib. Mengenai

hal ini Sofyan S. Willis (1981) dalam https://phierda.w

ordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-laras-dan-

karakteristiknya/ mengemukakan bahwa mereka berkelompok

47

Page 48: Tugas makalah ABK

untuk memenuhi kebutuhan yang hampir sama, antara lain

untuk mendapatkan perhatian dari orang tua dan

masyarakat.

Selain sikap diatas, tidak jarang diantara orang

tua justru memberikan kasih sayang, perhatian, dan

bahkan perlindungan yang berlebihan. Sikap memanjakan

menyebabkan ketergantungan pada anak sehingga jika anak

mengalami kegagalan dalam mencoba sesuatu ia lekas

menyerah dan merasa kecewa, sehingga pada akhirnya akan

timbul rasa tidak percaya diri/rendah diri pada anak.

b. Keharmonisan keluarga

Berdasarkan hasil studinya, Hetherington (dalam

Kirk & Gallagher, 1986) dalam menyimpulkan bahwa hampir

semua anak yang mengalami perceraian orang tua

mengalami masa peralihan yang sangat sulit. Orang tua

yang sering berselisih paham dalam menerapkan peraturan

atau disiplin dapat menimbulkan keraguan pada diri anak

akan kebenaran suatu norma, sehingga anak akhirnya

mencari jalan sendiri dan hal ini dapat saja menjadi

awal dari terjadinya gangguan tingkah laku.

c. Kondisi ekonomi

48

Page 49: Tugas makalah ABK

Lemahnya kondisi ekonomi keluarga dapat pula menjadi

salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan anak,

padahal seperti kita ketahui pada diri anak timbul

keinginan-keinginan untuk dapat menyamai temannya yang

lain, misalnya: dalam berpakaian, kebutuhan akan

hiburan, dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kebutuhan

tersebut dalam keluarga dapat mendorong anak mencari

jalan sendiri

yang kadang kadang mengarah pada tindakan antisosial. G

.W. Bawengan (1977) dalam https://

phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak tuna laras dan ka

rakteristiknya/ menyatakan bahwa kondisi-kondisi

seperti kemiskinan atau pengangguran secara relatif

dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk melakukan

pencurian, penipuan, dan perilaku menyimpang lainnya.

d.Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua

bagi anak setelah keluarga. Tanggung jawab sekolah

tidak hanya sekedar membekali anak didik dengan

sejumlah ilmu pengetahuan, tetapi sekolah juga

bertanggung jawab membina kepribadian anak didik

sehingga menjadi individu dewasa yang bertanggung jawab

baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap

masyarakat yang lebih luas. Akan tetapi sekolah tidak

jarang menjadi penyebab timbulnya gangguan tingkah laku

49

Page 50: Tugas makalah ABK

pada anak seperti dikemukakan Sofyan Willis (1978)dalam

https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-

laras-dan-karakteristiknya/ bahwa dalam rangka membina

anak didik kearah kedewasaan, kadang-kadang sekolah

juga penyebab dari timbulnya kenakalan remaja.

Timbulnya gangguan tingkah laku yang disebabkan

lingkungan sekolah antara lain disebabkan dari guru

sebagai tenaga pelaksana pendidikan, fasilitas

penunjang yang dibutuhkan anak didik. Perilaku guru

yang otoriter mengakibatkan anak merasa tertekan dan

takut menghadapi pelajaran. Anak lebih memilih membolos

dan berkeluyuran pada saat ia seharusnya berada dalam

kelas. Sebaliknya, sikap guru yang terlampau lemah dan

membiarkan anak didiknya tidak disiplin mengakibatkan

anak didik berbuat sesuka hati dan berani melakukan

tindakan yang menentang peraturan.

Selain guru, fasilitas pendidikan juga berpengaruh

pula terhadap terjadinya gangguan tingkah laku. Sekolah

yang kurang mempunyai fasilitas pendidikan berpengaruh

pula terhadap terjadinya gangguan tingkah laku. Sekolah

yang kurang mempunyai fasilitas yang dibutuhkan anak

didik utuk menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang

mengakibatkan anak menyalurkan aktivitasnya pada hal-

hal yang kurang baik.

50

Page 51: Tugas makalah ABK

a. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk

sosial adalah

masyarakat. Menurut Bandura (dalam Kirk & Gallagher, 19

86) dalam https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/

anak-tuna-laras-dan-karakteristiknya/ salah satu hal

yang nampak mempengaruhi pola perilaku anak dalam

lingkungan sosial adalah keteladanan, yaitu menirukan

perilaku orang lain. Disamping pengaruh-pengaruh yang

bersifat positif, di dalam lingkungan masyarakat juga

terdapat banyak sumber yang merupakan pengaruh negatif

ditambah hiburan yang tidak sesuai dengan perkembangan

jiwa anak merupakan sumber terjadinya kelainan tingkah

laku. Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar

dimana berbagai fasilitas tontonan dan hiburan yang tak

tersaring oleh budaya lokal.

Ekspresi lain dari kondisi lingkungan masyarakat

sekitar yang berpengaruh terhadap kelainan perilaku

(tunalaras) anak diantaranya daerah yang terlalu padat,

angka kejahatan tinggi, kurangnya fasilitas

hiburan/rekreasi, tidak adanya aktivitas yang

terorganisasi (Moerdiani, 1987) dalam

https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-

laras-dan-karakteristiknya kurangnya pengajaran agama

oleh masyarakat, pengaruh bacaan/film video porno atau

51

Page 52: Tugas makalah ABK

sadisme, pengaruh penyalahgunaan abat-obatan terlarang

(nafza), dan minuman keras.

Masuknya pengaruh kebudayaan asing yang kurang

sesuai dengan tradisi yang dianut oleh masyarakat yang

diterima begitu saja oleh kalangan remaja dapat

menimbulkan konflik yang sifatnya negatif. Di satu

pihak remaja menganggap bahwa kebudayaan asing itu

benar, sementara di pihak lain masyarakat masih

memegang norma-norma yang bersumber adat istiadat dan

agama. Selanjutnya konflik juga timbul pada diri anak

sendiri yang disebabkan norma yang dianut di rumah atau

di keluarga bertentangan dengan norma dan kenyataan di

dalam masyarakat. Misalnya: seorang dalam keluarga

ditekankan untuk bertingkah laku sopan dan menghargai

orang lain, akan tetapi ia menemukan kenyataan lain

dalam masyarakat dimana banyak ditemukan tindakan

kekerasan dan tidak adanya sikap saling menghargai. 

E. Perkembangan Kognitif, Kepribadian, Emosi, dan

Sosial Anak Tunalaras

1. Perkembangan Kognitif Anak Tunalaras

Anak tunalaras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda

dengan anak-anak pada umumnya. Prestasi yang rendah di

sekolah disebabkan mereka kehilangan minat dan

konsentrasi belajar karena masalah gangguan emosi yang

52

Page 53: Tugas makalah ABK

mereka alami. Kegagalan dalam belajar di sekolah

seringkali menimbulkan anggapan bahwa mereka memiliki

intelegensi yang rendah. Memang anggapan tersebut tidak

sepenuhnya keliru karena diantara anak yang tunalaras

juga ada yang mengalami keterbelakangan mental.

Kelemahan dalam perkembangan kecerdasan ini justru yang

menjadi penyebab timbulnya gangguan tingkah laku.

Masalah yang dihadapi anak dengan intelegensi rendah di

sekolah adalah ketidakmampuan untuk menyamai teman-

temannya, padahal pada dasarnya seorang anak tidak

ingin berbeda dengan kelompoknya terutama yang

berkaitan dengan prestasi belajar. Mengenai hal ini Ny.

Singgih Gunarsa (1982)dalam

https://phierda.wordpress.com/2012/11/04/anak-tuna-

laras-dan-karakteristiknya/ mengemukakan bahwa

kecemasan dirinya berbeda dengan kelompoknya

menimbulkan kesulitan pada anak dengan cara

penyelesaian yang seringkali tidak sesuai dengan cara

penyesuaian yang wajar.

Ketidakmampuan anak untuk bersaing dengan teman-

temannya dalam belajar dapat menyebabkan anak frustasi

dan kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri

sehingga anak mencari kompensasi yang sifatnya negatif,

misalnya: membolos, lari dari rumah, berkelahi,

mengacau dalam kelas, dan sebagainya. Akibat lain dari

kelemahan intelegensi ini terhadap gangguan tingkah

53

Page 54: Tugas makalah ABK

laku adalah ketidakmampuan anak untuk memperhitungkan

sebab akibat dari suatu perbuatan, mudah dipengaruhi

serta mudah pula terperosok ke dalam tingkah laku yang

negatif.

Disamping anak yang berintelegensi rendah, tidak

berarti anak yang memiliki intelegensi tinggi tidak

memiliki masalah. Anak berintelegensi tinggi seringkali

memiliki masalah dalam penyesuaian diri dengan teman-

temannya. Ketidaksejajaran antara pekembangan

intelegensi dengan kemampuan sosial mengakibatkan anak

mengalami kesulitan penyesuaian diri dengan kelompok

anak yang lebih tua (tetapi setara dalam kemampuan

mentalnya). Anak yang pintar dengan hambatan ego

emosional seringkali mempunyai anggapan negatif

terhadap sekolah. Ia menganggap sekolah terlalu mudah

dan guru menerangkan terlalu lambat.

Masalah lain yang dihadapi anak ini dalam

hubungannya dengan orang lain adalah sikap tidak mau

kalah. Mereka selalu ingin berhasil dan tidak mau ikut

dalam permainan dengan kemungkinan dikalahkan orang

lain. Hal ini nampak dari sikap anak yang selalu ingin

lebih unggul dari teman-temannya sehingga apabila suatu

waktu dia mengalami kekalahan, maka ia cenderung untuk

selalu merasa mudah kecewa. 

54

Page 55: Tugas makalah ABK

2. Perkembangan Kepribadian Anak Tunalaras

Kepribadian akan mewarnai peranan dan kedudukan

seseorang dalam berbagai kelompok dan akan mempengaruhi

kesadaran sebagai bagian dari kepribadian akan dirinya.

Dengan demikian kepribadian akan menjadi penyebab

seseorang berperilaku menyimpang. Menifestasi

kepribadian yang teramati tampak dalam interaksi

individu dengan lingkungannya, dan pada dasarnya

interaksi ini sebagai upaya bentuk pemenuhan kebutuhan.

Tingkah laku yang ditampilkan orang ini erat

sekali kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan

hidup. Sejak lahir setiap individu sudah dibekali

dengan berbagai kebutuhan dasar yang menuntut pemenuhan

kebutuhan, dan untuk itu setiap individu senantiasa

berusaha memenuhinya yang diwujudkan dalam berbagai

lingkungannya. Konflik psikis dapat terjadi apabila

terjadi benturan antara usaha pemenuhan kebutuhan

dengan norma sosial. Kegagalan dalam pemenuhan

kebutuhan dan penyelesaian konflik, dapat menjadikan

stabilitas emosi terganggu. Selanjutnya mendorong

terjadinya perilaku menyimpang dan dapat menimbulkan

frustasi pada diri individu. Keadaan seperti ini yang

berkepanjangan dan tidak terselesaikan dapat

menimbulkan frustasi pada diri individu. Apabila

55

Page 56: Tugas makalah ABK

keadaan ini berkepanjangan maka dapat menimbulkan

gangguan.

3. Perkembangan Emosi Anak Tunalaras

Terganggunya perkembangan emosi merupakan penyebab

dari tingkah laku anak tunalaras. Ciri yang menonjol

pada mereka adalah kehidupan emosi yang tidak stabil,

ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara tepat,

dan pengendalian diri yang kurang sehingga mereka

seringkali menjadi sangat emosional. Terganggunya

kehidupan emosi ini terjadi sebagai akibat

ketidakberhasilan anak dalam melewati fase-fase

perkembangan.

Kematangan emosional seorang anak ditentukan dari

hasil interaksi dengan lingkungannya, dimana anak

belajar tentang bagaimana emosi itu hadir dan bagaimana

cara untuk mengekspresikan emosi-emosi tersebut.

Perkembangan emosi ini berlangsung terus menerus sesuai

perkembangan usia, akan banyak pula pengalaman

emosional yang diperoleh anak.ia semakin banyak

merasakan berbagai macam perasaan. Akan tetapi tidak

demikian dengan anak tunalaras. Ia tidak mampu belajar

dengan baik dalam merasakan dan menghayati berbagai

macam emosi yang  mungkin dapat dirasakan, kehidupan

emosinya kurang bervariasi dan ia pun kurang dapat

56

Page 57: Tugas makalah ABK

mengerti dan menghayati perasaan orang lain. Mereka

juga kurang mampu mengendalikan emosinya dengan baik

sehingga seringkali terjadi peledakan emosi.

Ketidakstabilan emosi ini menimbulkan penyimpangan

tingkah laku, misalnya: mudah marah dan mudah

tersinggung, kurang mampu memahami perasaan orang lain,

berperilaku agresif, menarik diri, dan sebagainya.

Perasaan-perasaan seperti itu akan mengganggu situasi

belajar dan akan mengakibatkan prestasi belajar yang

tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 

4. Perkembangan Sosial Anak Tunalaras

Sebagaimana telah kita pahami bahwa anak tunalaras

mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial

dengan orang lain atau lingkungannya. Hal ini tidak

berarti bahwa mereka sama sekali tidak memiliki

kemampuan untuk membentuk hubungan sosial dengan semua

orang. Dalam banyak kejadian ternyata mereka dapat

menjalin hubungan sosial yang sangat erat dengan teman-

temannya. Mereka mampu membentuk suatu kelompok yang

kompak dan akrab serta membangun keterikatan antara

yang satu dengan yang lainnya.

Anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru,

baik tehadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan

sosialnya. Mereka menganggap dirinya tak berguna bagi

57

Page 58: Tugas makalah ABK

orang lain dan merasa tidak berperasaan. Oleh karena

itu timbullah kesulitan apabila akan menjalin hubungan

dengan mereka. Apabila berhasil sekalipun mereka akan

menjadi sangat tergantung kepada seseorang yang pada

akhirnya dapat menjalin hubungan sosial dengannya. 

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa anak-

anak berkebutuhan khusus berkelainan fisik meliputi:

1. Anak tunanetra

a. Klasifikasi anak tunanetra

Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami

kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang

dinyatakan dengan tingkat ketajaman penglihatan atau

visus sentralis diatas 20/200 dan secara pedagogis

membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya

di sekolah.

b. Yang menjadi karakteristik anak-anak tunanetra

antara lain dapat dilihat dari segi fisik, segi

motorik, perilaku, akademik, pribadi dan sosial.

58

Page 59: Tugas makalah ABK

2. Anak tunarungu

Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada

kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga

seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki

karakteristik yang khas, berbeda dari anak-anak normal

pada umumnya.

Yang menjadi karakteristik anak-anak tunarungu

antara lain dapat dilihat dari segi fisik, segi bahasa,

intelektual, sosial-emosional.

3. Anak tunadaksa

Anak tunadaksa adalah kelainan yang meliputi cacat

tubuh atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan

pada fisik dan kesehatan dan kelainanan atau kerusakan

yang disebabkan oleh kerusakan otak dan saraf tulang

belakang.

a. Klasifikasi anak tunadaksa meliputi beberapa

golongan antara lain:

1. Penggolongan cerebral palsy menurut derajat

kecacatan.

2. Golongan cerebral palsy menurut topografi

monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak,

kaki kanan.

3. Golongan menurut fisiologi.

59

Page 60: Tugas makalah ABK

b.Yang menjadi karakteristik anak tunadaksa adalah:

gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan

tingkat kecerdasan, kemampuan berbicara, emosi dan

penyesuaian sosial.

4. Tuna wicara

Tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan

atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

a. Faktor penyebab tuna wicara dapat terjadi karena

gangguan ketika: gangguan pre natal, gangguan neo

natal, gangguan pos natal.

b. Tunawicara secara umum diklasifikasikan menjadi 4

bagian,yaitu: keterlambatan bicara (Delayed speech

), gagap (stuttering), kehilangan kemapuan

berbahasa(disphasia), kelainan suara(voice

disorder).

c. Yang merupakan karakterisktik anak tunawicara

adalah : Karakteristik bahasa, kemampuan

intelegensi, Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku

Sedangkan anak berkebutuhan khusus berkelainan emosi

(Tunalaras)

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

mengalami gangguan/ hambatan emosi dan tingkah laku

60

Page 61: Tugas makalah ABK

sehingga tidak/ kurang menyesuaikan diri dengan baik,

baik terhadap lingkungan, sekolah, maupun masyarakat.

1. Klasifikasi anak tunalarasa. Menurut jenis ganguan atau hambatan yaitu Gangguan

emosi, Gangguan sosial.

b. Klasifikasi berat-ringan nya kenakalan yaitu

Besar-kecilnya gangguan emosi, Frekuensi tindakan,

Berat-ringan nya pelanggaran atau kejahatan yang

dilakukan.

c. Yang menjadi karakteristik anak tunalaras antara

lain: Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku,

merasa cemas dan menarik diriAnak yang kurang

dewasa, anak yang agresif bersosialisasi.

Daftar Pustaka

Fuziah, fatin. 2012. Makalah AnakTunawicara.http://fathinfauziah.blogspot.com.Diunduh pada tanggal 25 Januari 2015.

Novikasari, Mely. 2014. ABK Berkelainan Fisik.http://mely novikasari loelhabox.blogspot.com. Diunduh padatanggal 24 Januari 2015

Phierda. 2012. Anak Tuna Laras Dan Karakteristiknya .https://phierda.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 25Januari 2015.

61

Page 62: Tugas makalah ABK

Rizki,Nofriyani.2013. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.http

://nofriyanirezki.blogspot.com. Diunduh pada

tanggal 24 Januari 2015.

Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik AnakBerkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Suparno dan Heri Purwanto.Pendidikan Anak Kebutuhan Khusus. f

ile:///C:/Users/PIC/Downloads/Documents/

Pendidikan+Anak+Kebutuhan+Khusus+UNIT+4.pdf.

Diunduh pada tanggal 24 Januari 2015.

62